lapkas 4 parkinson (ever).doc
DESCRIPTION
rmTRANSCRIPT
TINJAUAN PUSTAKA
I. Pendahuluan
Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif ke 2 paling sering dijumpai
setelah penyakit Alzheimer. Penyakit Parkinson pertama dikenalkan oleh James Parkinson pada
tahun 1817, sebagai ”shaking palsy” dan dinamakan ”paralisis agitans” oleh Marshall Hall pada
tahun 18411,2,3,4. Penyakit Parkinson mengenai sekitar 1% dari kelompok usia 55 tahun dan
sekitar 2% dari mereka yang berusia lebih dari 70 tahun. Mulanya penyakit lebih sering pada
usia diantara 50 -59 tahun, dan jarang bermula sebelum usia 30 tahun atau setelah usia 80 tahun. 5,6
Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif yang kronik, progresif dari
sistem saraf dengan gejala utama rigiditas, akinesia, bradikinesia, tremor dan instabilitas
postural.3,7,8. Pada Penyakit Parkinson dapat terjadi gangguan lain (impairment) akibat dari
kombinasi gejala utama yaitu gangguan gerak dan gait, masked face, gangguan kognitif dan
persepsi, gangguan komunikasi, kesulitan menelan, disfungsi autonomik. Gangguan gerak pada
Penyakit Parkinson akan menimbulkan disabilitas dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-
hari terutama aktivitas yang memerlukan keterampilan dan koordinasi motorik halus dan kasar.
II. Epidemiologi
Penyakit Parkinson adalah salah satu penyakit neurodegeneratif yang paling banyak
dialami pada umur lanjut dan jarang terjadi dibawah umur 30 tahun. Biasanya mulai timbul pada
usia 40-70 tahun dan mencapai puncak pada dekade ke-6.
Penyakit Parkinson lebih banyak pada pria dengan ratio pria dibandingkan wanita
3:2. Penyakit Parkinson meliputi lebih dari 80% Parkinsonism. Di Amerika Utara meliputi 1 juta
penderita atau 1% dari populasi berusia lebih dari 65 tahun. Penyakit Parkinson mempunyai
prevalensi 160 per 100.000 populasi, dan angka kejadiannya berkisar 20 per 100.000 populasi.
Keduanya meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Pada umur 70 tahun prevalensi dapat
mencapai 120 dan angka kejadian 55 kasus per 100.000 populasi per tahun. Kematian biasanya
tidak disebabkan oleh Penyakit Parkinson sendiri tetapi oleh karena terjadinya infeksi sekunder.10
III. DEFINISI
1
Terdapat dua istilah berkaitan yang perlu dibedakan yaitu Penyakit Parkinson dan
Parkinsonism10
Penyakit Parkinson: Adalah bagian dari Parkinsonism yang secara patologis ditandai oleh
degenerasi ganglia basalis terutama di substansia nigra pars kompakta (SNC) yang
disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies)
Parkinsonism: Adalah suatu sindroma yang ditandai oleh tremor waktu istirahat, rigiditas,
bradikinesia dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar dopamin dengan
berbagai macam sebab.
IV. ETIOLOGI
Sejauh ini etiologi Penyakit Parkinson tidak diketahui (idiopatik), akan tetapi ada
beberapa faktor resiko (multifaktorial) yang telah diidentifikasi,yaitu:10
a. Usia: meningkat pada usia lanjut dan jarang timbul pada usia dibawah 30 tahun.
b. Rasial: orang kulit putih lebih sering daripada orang Asia dan Afrika.
c. Genetik: diduga ada peranan faktor genetik.
d. Lingkungan:
- Toksin: MPTP,dll.
- Penggunaan herbesida dan pestisida.
- Infeksi.
e. Cedera kranioserebral: peranan cedera kranio serebral masih belum jelas.
f. Status emosional: diduga juga merupakan faktor resiko
V. KLASIFIKASI
Umumnya diagnosis Penyakit Parkinson mudah ditegakkan, namun harus
diusahakan menentukan jenisnya untuk mendapatkan gambaran mengenai penyebab, prognosis,
serta pelaksanaannya Parkinson diklasifikasikan menjadi:10
1. Idiopatik (primer)
Penyakit Parkinson
Juvenile Parkinsonism
2. Simtomatik
Infeksi dan pasca infeksi
2
Pasca-ensefalitis (ensefalitis letargika), slow virus.
Toksin:
1-methyl-4-phennyl-1,2,3,6-trihydoxypyridine (MPTP), CO, Mn, Mg, CS2,
metanol, etanol, sianid
Obat:
Neuroleptik (antipsikotik), antiemetik, reserpin, tetrabenazine, alfa-metil-dopa,
lithium, flunarisin, sinarisin.
Vaskular: Multiinfark serebral.
Trauma kranioserebral (Pugilistic encephalopathy)
Lain-lain:
Hipoparatiroid, degenerasi hepatoserebral, tumor otak, siringomielia
3. Parkinsonism plus (multiple system degeneration)
Progresif supranuklear palsi
Atrofi multi sistem
Degenerasi striatonigral, sindroma Shy-Drager, degenerasi olivopontosereberal,
sindroma Parkinsonism-amiotrofi
Degenerasi ganglionik kortikobasal
Sindroma Demensia
Kompleks parkinsonism-dementia-ALS (Guam), penyakit Lewy bodies difus,
penyakit jacob Creutzfeldt, penyakit Alzheimer.
Hidrosefalus tekanan normal
Kelainan herediter
Penyakit Wilson, Penyakit Hallervorden-Spatz, Penyakit Huntington,
Neuroakantositosis, Kalsifikasi ganglia basal familial, Parkinsonism familial
dengan neuropati perifer
4. Penyakit heredodegeneratif:
Seroid-lipofusinosis
Penyakit Gerstmann-Strausler-Scheinker
Penyakit Hallervorden-Spatz
Penyakit Huntington
3
Lubag (Filipino X-linked dystonia-parkinson)
Penyakit Machado-Joseph
Nekrosis striatal dan sitopati mitokhondria (mitochondrial cytopathies with
striatal necrosis)
Neuroakantosis
Atrofi familial olivopontoserebelar
Sindroma talamik demensia
Penyakit Wilson
VI. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM EKSTRAPIRAMIDAL
Dalam susunan saraf didapatkan tiga bagian penting yang terlibat di dalam gerakan yaitu
sistem piramidal, sistem ekstrapiramidal, dan serebelum. Adapun inti-inti yang menyusun sistem
ekstrapiramidal adalah:16,20
Korteks motorik tambahan (area 4s), area 6, dan area 8 Korpus striatum (nukleus kaudatus dan putamen) Nukleus lentiformis (putamen dan globus palidus) Nukleus subtalamikus (korpus luysi) Substansia nigra Nukleus ruber dan formasio retikularis Serebelum
Gerakan pertama kali dilakukan melalui sistem piramidal, sedangkan sistem
ekstrapiramidal dan serebelum menjaga agar gerakan berlangsung secara lancar dan
terkoordinasi
Sirkuit ekstrapiramidal dapat dikelompokkan menjadi sirkuit utama atau prinsipal dan
tiga sirkuit penunjang atau asesorik:16
4
Sirkuit striatal utama meliputi korteks serebri-striatum (nukelus kaudatus dan putamen)-
globus palidus-talamus-korteks area 4 dan 6
Sirkuit asesorik pertama menghubungkan striatum-globus palidus-talamus-striatum
Sirkuit asesorik kedua menghubungkan globus palidus-nukleus subtalamikus-globus
palidus
Sirkuit asesorik ketiga menghubungkan striatum-substansia nigra-striatum
Sirkuit striatal utama dan asesorik terintegrasi dalam susunan sensorik dan motorik.
Selain sirkuit tersebut diatas masih ada sirkuit lain, yaitu sirkuit korteks-nuklei pontis-serebelum
kontralateral-nukleus ruber homolateral-nukleus ventralis talamus-korteks, dan sirkuit nukleus
olivantis inferior-serebelum-nukleus ruber-nukleus olivantis inferior. Pada lintasan ini serebelum
secara fungsional merupakan feedback yang bertujuan mengendalikan gerakan selama gerakan
tersebut masih berlangsung, yaitu melalui impuls dari serebelum menuju nukleus ventrolateral
talamus dan dipancarkan ke korteks piramidal dan ekstrapiramidal. Bila mekanisme feedback ini
terganggu oleh karena putusnya sirkuit serebelum-korteks piramidal dan ekstrapiramidal akan
terjadi kecanggungan gerakan misalnya ataksia, diskinesia, dan tremor saat bergerak.
Kerusakan substansia nigra menyebabkan globus palidus kehilangan kelola, sehingga
akan mengeluarkan impuls abnormal yang tidak menginhibisi terhadap siatem piramidal dan
ekstrapiramidal, sehingga dapat timbul kelainan tremor saat istirahat.
Kerusakan substansia nigra dan nukleus kaudatus akan terjadi gerakan spontan yang sulit
terkendali (gerakan involunter) yang dikenal dengan khorea atau atetosis. Sedangkan bila
nukleus subtalamikus yang rusak akan menimbulkan balismus.
Terdapat juga lintasan dari korteks ekstrapiramidal yang langsung menuju ke formasio
retikularis batang otak dimana terdapat jaras-jaras retikulospinal yang multisinaptik. Impuls
tersebut akan disampaikan ke pusat inhibisi di bagian ventral medula oblongata yang juga
berhubungan dengan serebelum. Sebaiknya bagian dorsal batang otak sampai pertengahan
medula oblongata mempunyai pusat eksitasi, inti-inti yang menggalakkan pusat eksitasi tersebut
adalah nukleus vestibularis dan nukleus kaudatus. Jadi pengaruh jaras retikulospinal dapat
bersifat inhibisi dan eksitasi yang mempengaruhi gerakan. Jika jaras yang menghubungkan
korteks ekstrapiramidal dengan pusat inhibisi terputus, maka pusat eksitasi akan lebih aktif dan
mengakibatkan peninggian tonus, kekakuan ini disebut rigiditas.16
5
VII. PATOGENESIS
Patogenesis Penyakit Parkinson dapat dijelaskan dengan dua pendekatan, yaitu
berdasarkan perubahan keseimbangan saraf dopaminergik dengan saraf kolinergik dan
perubahan keseimbangan jalur direct (inhibisi) dan jalur indirect (eksitasi).4
1. Teori keseimbangan saraf dopaminergik dan saraf kolinergik.
Selain menerima persarafan dopaminergik dari Substansia Nigra, striatum juga
dipersarafi oleh saraf kolinergik dengan asetilkolin sebagai neurotransmiternya. Keluaran
(output) dari striatum yang akan mempengaruhi fungsi motorik korteks ditentukan oleh
keseimbangan kegiatan kedua saraf tersebut.
Bilamana kegiatan saraf dopaminergik meningkat dan atau kegiatan saraf kolinergik
menurun, maka saraf dopaminergik akan dominan pengaruhnya terhadap out put striatum
dengan akibat timbulnya gejala hiperkinesia
Bilamana kegiatan saraf dopaminergik mnurun dan atau kegiatan saraf kolinergik
meningkat maka terjadi dominasi saraf kolinergik dengan akibat timbulnya hipokinesia
(Sindrom Parkinson).
2. Teori ketidakseimbangan jalur langsung dan jalur tidak langsung.
6
Baik jalur langsung maupun tidak langsung pada akhirnya akan bermuara pada Globus
Palidus internus (GPi) atau Substansia Nigra (SNr) dan selanjutnya keluaran (output)nya
menuju talamus dan kemudian ke korteks motorik.
Bilamana masukan dari jalur langsung seimbang dengan masukan dari jalur tidak
langsung maka tidak akan terjadi kelainan gerakan motorik oleh karena output dari Gpi
atau SNr normal. Tetapi bila terjadi hiperaktifitas jalur tidak langsung maka output dari
Gpi atau SNr ke arah talamokorteks akan menurun dan timbul gejala hiperkinesia.
Sebaliknya, bila terjadi hipoaktifitas jalur langsung maka output GPi atau SNr akan
meningkat dan timbul gejala hipokinesia.
Normal Parkinson
3. Degenerasi substansia nigra
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama penyakit parkinson adalah
proses degenerasi dari kelompok inti di Substansia Nigra (SN)
Ada dua macam atau bentuk kematian sel neuron otak, yaitu: apoptosis dan nekrosis.
Kedua bentuk kematian sel neuron otak tersebut dapat terjadi lewat tiga mekanisme
utama yang dpat bekerja sama atau berlangsung sendiri-sendiri, yaitu:
Gangguan metabolisme neuron
7
Gangguan metabolisme neuron dapat mengakibatkan fungsi mitokondria
terganggu dalam pembentukan energi sel (ATP), sehingga kegagalan ini akan
mengakibatkan fungsi penyangga Ca intraseluler menurun atau hilang dan terjadi
pembentukan radikal bebas dari oksigen dan nitrogen dan menuntun terjadinya
oxidative stress. Baik kegagalan pembentukan energi maupun peningkatan
pembentukan radikal bebas dapat merupakan proses exitotoxicity
Mekanisme exitotoxicity
Mekanisme exitotoxicity ini akan menimbulkan pelepasan glutamat secara
berlebihan dan rangsangan terhadap reseptor N-methyl d-aspartat (NMDA)
meningkat yang akan mengakibatkan bertambahnya influks Ca.
Kenaikan ca intraseluler terutama di mitokondria akan mengganggu proses
pembentukan energi dan juga akan meningkatkan pembentukan radikal bebas dari
oksigen dan nitrogen sehingga akan menyebabkan oxidative stress
Mekanisme oxidatif stress
Oxidative stress timbul sebagai respon terhadap bahan radikal bebas derivat
oksigen (ROS = Reactive Oxygen Species) dan nitrogen (RNS = Reactive
Oxygen Species) yang berlebihan. Bahan yang dapat meningkatkan produksi
radikal bebas antara lain: Ca intraseluler, Dopamin, dan Nitricoxide synthase
(NOS). Radikal bebas yang berlebihan di dalam sel akan merusak membran lipid,
protein, dan DNA. Lipid peroksidase akibat radikal bebas akan menghasilkan
bahan cytotoxic HNE (4-hydroxy nenonal) yang diidentifikasikan sebagai
mediator oxidative stress yang membunuh sel neuron.
Degenerasi substansia nigra pada penyakit parkinson ditandai dengan peningkatan
jumlah radikal bebas ROS dan RNS dan berkurangnya bahan antioksidan di
dalam sel
VIII. GEJALA KLINIS
Gejala klinis Sindrom Parkinson berkaitan dengan menurunnya aktifitas neurotransmitter
dopamin di ganglia basalis. Mungkin terdapat kegagalan pelepasan dopamin dari akson nigro-
striatal, sehingga output yang berkurang dari akson ini atau kegagalan pengikatan dopamin oleh
reseptor dopaminergik di ganglia basalis sehingga timbul gejala-gejala Sindrom Parkinson.
8
Adapun gejala klinis Sindrom parkinson adalah:18
Gejala Utama:
1. Tremor
Tremor biasanya dimulai dari bagian distal lengan sesisis berupa gerakan oposisi
berulang ibu jari dan telunjuk yang bersifat ritmis, kasar dengan frekuensi 3-5 x/detik
yang disebut juga tremor pill rolling. Tremor timbul saat istirahat (resting tremor) atau
bertahan pada posisi tertentu (postural), tremor di lengan bertambah hebat saat berjalan,
stres dan ansietas dan menghilang pada saat aktivitas atau tidur. Beberapa tahun
kemudian tremor menyebar ke arah proksimal dan mulai melibatkan tungkai dan pada
akhirnya ke sisi kontralateral dan mengenai wajah, lidah, dagu (jarang)
2. Rigiditas
Kekakuan pada otot terjadi karena peningkatan tonus otot mengenai semua kelompok
otot-otot aksial dan tungkai, fleksor dan ekstensor. Dengan gerakan pasif terasa tahanan
merata dari otot dalam seluruh ROM (Range of Motion) baik pada saat fleksi maupun
ekstensi. Tahanan dari otot dapat mulus (lead pipe) atau yang terputus-putus (cogwheel
phenomen). Rigiditas akan meningkat dengan menggerakkan ekstremitas kontralateral.
Rigiditas pada kedua tungkai menyebabkan jalan penderita parkinson seperti diseret.
Sama seperti tremor, rigiditas sering dimulai unilateral, bervariasi dari waktu ke waktu
dalam sehari, dipengaruhi oleh mood, stres, dan obat-obatan.
3. Bradikinesia/akinesia
Penderita Penyakit Parkinson mengalami gangguan dalam inisiasi dan eksekusi program
motorik, sedangkan perencanaan gerakan masih utuh atau relatif baik. Pada stadium dini
terlihat hipokinesia (jangkauan gerak yang memendek) kemudian berkembang menjadi
bradikinesia (gerakan yang melambat) dan kemudian akinesia. Ekstremitas distal seperti
jari tangan dikenai lebih dahulu (mikrografia) kemudian seluruh kelompok otot tangan
dan lengan. Penderita mengalami kesulitan dalam gerakan motorik sekuensial seperti
pronasi dan supinasi bergantian. Gerakan kompleks seperti mengancing, mandi, makan,
naik tangga dan aktivitas harian lainnya. Pada pemeriksaan fisik, gerakan cepat oposisi
jari telunjuk dan ibu jari terlihat penurunan baik kecepatan dan amplitudonya. Pada kasus
lanjut, penderita sulit bangun dari kursi dan memperlihatkan gerakan motorik umum yang
lambat. Kedipan dan lirikan mata berkurang, otot muka kurang bergerak(wajah topeng),
9
suara mengecil (hipofonia) dan monoton, refleks menelan melambat sehingga air liur
menetes (drooling), kesulitan membalikkan badan saat tidur, berjalan dengan langkah
lambat dan diseret.
4. Instabilitas posisi gerak (hilangnya refleks postural)
Penderita Penyakit Parkinson tidak memungkinkan antisipasi reaksi postural bila
keseimbangan terganggu karena pada dasarnya bradikinesia yang terdapat pada penyakit
parkinson merupakan hasil akhir gangguan integrasi impuls visual, labirin, proprioseptif
di ganglia basalis. Instabilitas postural pada Penyakit Parkinson akan mengakibatkan
insidensi jatuh meningkat.
Gejala Tambahan:
1. Motorik : freezing, start hesitation, distonia, nyeri otot.
2. Otonom : polakisuria, konstipasi, impotensia
3. Mental : depresi, demensia
4. lain-lain : refleks glabela (tanda meyerson)
IX. PERJALANAN PENYAKIT
Perjalanan penyakit diukur sesuai dengan pentahapan menurut Hoehn dan Yahr (Hoehn and
Yahr Staging of parkinson’s Disease):10
1. Stadium I
Gejala dan tanda pada satu sisi
Terdapat gejala yang ringan
Terdapat gejala yang mengganggu tetapi tidak menimbulkan kecacatan
Biasanya terdapat tremor pada satu anggota gerak
Gejala yang timbul dapat dikenali orang terdekat
2. Stadium II
Terdapat gejala bilateral
Terdapat kecacatan minimal
Sikap/cara berjalan terganggu
3. Stadium III
Gerak tubuh nyata melambat
10
Keseimbangan mulai terganggu saat berjalan / berdiri
Disfungsi umum/sedang
4. Stadium IV
Terdapat gejala yang lebih berat
Masih dapat berjalan hanya untuk jarak tertentu
Rigiditas dan bradikinesia
Tidak mampu hidup sendiri
Tremor dapat berkurang dibanding stadium sebelumnya
5. Stadium V
Stadium kakhetik (cachetic stage)
Kecacatan total
Tidak mampu berdiri dan berjalan
Memerlukan perawatan tetap
X. DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik (kriteria Hughes)10
1. Possible
Terdapat salah satu dari gejala utama:
Tremor istirahat
Rigiditas
Bradikinesia
Kegagalan refleks postural
2. Probable
Bila terdapat kombinasi dua gejala utama (termasuk kegagalan refleks postural) atau satu
dari tiga gejala pertama yang tidak simetris (dua dari empat tanda motorik)
3. Definite
Bila terdapat kombinasi tiga dari empat gejala atau dua gejala dengan satu gejala lain
yang tidak simetris (tiga tanda kardinal).
Bila semua tanda tidak jelas sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulangan beberapa bulan
kemudian.
11
Tanda khusus
Meyerson’s sign:
Tidak dapat mencegah mata berkedip-kedip bila daerah glabela diketuk berulang
Ketukan berulang (2x/detik) pada glabela membangkitkan reaksi berkedip-kedip (terus-
menerus)
XI. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan21,22,23
Medikamentosa
Tujuan objektif terapi adalah mengupayakan agar pasien dapat menjalani kehidupannya
dan fungsinya menyamai keadaan yang “ normal”, tanpa mengalami efek-samping yang berarti.
Saat ini terapi obat terhadap PD merupakan terapi simptomatis. Belum ada bukti yang
menyakinkan bahwa ada obat atau zat yang dapat digunakan sebagai terapi neuroproteksi atau
yang dapat memperlambat atau menghentikan derap perburukan PD. Disamping itu, terapi obat
terhadap PD mempunyai cukup banyak efek samping, baik yang segera terlihat atau yang
muncul setelah beberapa lama penggunaan. Obat yang saat ini dianggap paling efektif terhadap
PD, yaitu levodopa, mempunyai efek samping, terutama bila digunakan setelah beberapa lama.
Karena efek samping ini sangat mengganggu, pakar menganjurkan agar penggunaan levodopa
bila mungkin ditangguhkan sampai betul-betul dibutuhkan oleh pasien.
Beberapa hal yang diperhatikan bila memulai terapi pada PD adalah sebagai berikut: usia
pasien; pekerjaan, tugas pasien, lingkungan pekerjaan, beratnya gejala yang sedang diderita;
biaya pengobatan, kualitas hidup penderita; jenis terapi lain, misalnya fisioterapi, pasien dengan
berbagai tingkat penyakit dan hambatan membutuhkan penanganan yang berbeda.
Beberapa golongan obat yang diberikan sebagai terapi pada PD adalah:
Dopaminergik: karbidopa dan levodopa, benzerazide dan levodopa. Golongan ini
merupakan obat yang paling banyak digunakan terhadap PD. Obat ini selalu dikombinasi
dengan inhibitor decarboxylase untuk mengurangi efek samping perifer dan
meningkatkan absorbsi. Timbulnya komplikasi motorik merupakan salah satu
penghambat dalam penggunaan obat ini.
12
Agonis dopamin: Bromokriptin mesilat, pergolide mesilat, pramipexole, Rupinirol,
lysuride. Golongan ini memiliki aksi yang langsung, telah beberapa tahun dikenal dan
obat dari jenis ini yang lebih baru, mempunyai sedikit efek samping motorik
COMT inhibitor: entacapone, tolcapone. Golongan ini meningkatkan availabilitas
levodopa di otak, dan aksinya komplementer terhadap inhibitor dopa decarboxylase.
Entacapone dianggap lebih aman karena tolcapone diduga menyebabkan
hepatotoksisitas.
MAO-B inhibitor: selegiline, lazabemide. Golongan ini menghambat pemecahan
dopamin neuronal serta menginduksi superoksida dismutase dan catalase yang
meningkatkan elaminasi radikal bebas serta telah ditunjukkan berkhasiat dalam
pengobatan PD baik tunggal maupun ditambahkan pada L-dopa.
Amantadin dan antikolinergik seperti Benztropin mesilat, biperidin, trihexyphenidil
merupakan alternatif terhadap obat golongan dopamin, namun penggunaannya biasanya
dibatasi oleh efek sampingnya.
Anti oksidan: glutamat antagonis, alfa tocoferol, asam askorbat
Beta carotene, Botilinium toksin dan Propanolol
Nonmedikamentosa:
Operasi: Talatomi, palidotomi, transplantasi substansia nigra, ablasi dan stimulasi otak.
Rehabilitasi medik :untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan menghambat
bertambah beratnya gejala penyakit serta mengatasi masalah-masalah seperti:
abnormalitas gerakan, kecenderungan postur tubuh yang salah, gejala otonom serta
gangguan perawatan diri (Activity of Daily Living-ADL)
Psikoterapi: untuk mengatasi perubahan psikologik yang bisa terjadi.
Prognosis
13
Perjalanan penyakit PD sangat bervariasi antara pasien satu dengan yang lain. Hal ini
menyebabkan banyak studi terhadap factor predictor sangat bervariasi pula.Menurut Connie dkk,
beratnya impairment motorik, gangguan kognitif yang muncul lebih awal, usia yang lebih tua
serta tidak terdapatnya tremor pada awal sakit (tipe bradikinesia/rigiditas) merupakan factor
prognostic yang kurang baik. Demensia berhubungan dengan cepatnya penurunan fungsi motorik
pada penderita PD.24
Perkembangan terkini pada strategi terapi seperti deep brain stimulation (DBS) dan
continuous dopaminergic stimulation (CDS) tidak hanya meningkatkan kualitas hidup tetapi juga
kekuatan penderita PD. Penyakit ini tidak lagi dianggap fatal, meskipun harapan hidup masih
dibawah normal karena komplikasi seperti tersedak, pneumonia, dan terjatuh bisa terjadi dan
memicu komorbiditas signifikan atau bahkan kematian.25
Progresi gejala pada PD bisa berlangsung hingga 20 tahun, tetapi pada beberapa orang
bisa terjadi lebih cepat. Dengan tatalaksana yang tepat, banyak orang dengan PD bisa hidup
produktif bertahun-tahun setelah diagnosis. 25
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Martono H., Soetedjo. Gangguan Neurologik Pada Usia Lanjut. Dalam: Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).
Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI;. 1999: 419-23.
2. Umphred D.A. Parkinson’s Disease. In: Neurological Rehabilitation. 3th Ed. Boston: Mosby; 1995: 615-25.
3. Waters C.H. Diagnosis and Management of Parkinson’s Disease, 2nd Ed. New York: Professional
Communications; 1999.
4. Francisco GE, Kothari S, Schiess MC, Kaldis T. Rehabilitation of Persons with Parkinson’s Disease and Other
Movement Disorders. In : DeLisa. Physical Medicine & Rehabilitation Principles and Practice 4 th Edition; 2005:
809-19.
5. Sullivan SB. Parkinson’s Disease. In : Physical Rehabilitation 4th Ed, Philadelphia: F. A. Davis Company;
2001 : 747-71.
6. Lazar RB. Principles of Neurologic Rehabilitation. 1998. McGraw Hill : 187-8.
7. Dombovy ML, Pippin BA. Rehabilitation Concern in Degenerative Movement Disorders of the Central
Nervous System. In : Braddom RL. Physical Medicine and Rehabilitation 2nd Edition; 1996 : 1164-5.
8. Tan L. Exercise and Movement . In: Moving On with Parkinson’s Disease, Singapore: The Parkinson’s Disease
Society; 2005: 24-32.
9. Joesoef AA dkk. Konsensus Tatalaksana Penyakit Parkinson, Kelompok Studi Gangguan Gerak PERDOSSI,
Edisi Revisi, 2003.
10. Sujawan. Rehabilitasi untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Penderita Parkinson, Dalam: Naskah Lengkap
Simposium Dimensi Baru Penatalaksanaan Penyakit Parkinson.
11. Joesoef AA. Parkinson’s Disease: Basic Science. Dalam: Parkinson’s Disease and Other Movement Disorder.
Medan: Pustaka Cendekia bekerjasama dengan Panitia “The National Symposium of Parkinsons Disease &
Other Movement Disorders” dan Departemen Neurologi FK USU Medan; 2007: 4-20.
12. Widjajalaksmi dkk. Buku Panduan Latihan Senam Parkinson. Jakarta: Kelompok Studi Terpadu
Penanggulangan Parkinson Perjan RS. Dr. Cipto Mangunkusumo, Instalasi Rehabilitasi Medik Perjan Dr.Cipto
Mangunkusumo; 2003.
13. Kendall FP, McCreary EK. Muscles Testing and Function. 3 rd Edition. Baltimore: Williams & Wilkins,
Baltimore; 1983.
14. Kisner C, Colby LA. Therapeutic Exercise Foundation and Techniques. 4 th Edition. Philadelphia: F.A Davis
Company; 2002.
15. Mardjono M. Susunan Neuromuskuler dan Patofisiologi Susunan Neuromuskuler. Dalam: Neurologi Klinis
Dasar, Sidharta P, cetakan ke delapan. Jakarta: PT. Dian Rakyat; 2000: 1-12.
16. Ilyas E. Program Rehabilitasi pada Parkinson. Dalam: Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Tahunan II
PERDOSRI. Bandung; 2003:69-76.
17. Watts RL, Koller WC. Clinical Manifestations of Parkinson’s Disease, In: Movement Disorders Neurologic
Principles and Practice, McGraw-Hill; 1997: 183-97.
15
18. Gamble GL. Parkinsonism. In : Sinaki M. Basic Clinical Rehabilitation Medicine, Mosby; 1993 : 164-74.
19. Husni A. Gangguan ekstrapiramidal, patologi ganglia basalis. Dalam: Sine Motu, Vita est Sine Laetitia, Pidato
Pangukuhan Amin Husni, 2007.
20. Basmajian J.,Wolf S. Morphological and Functional Considerations for Therapeutic exercise. In: Therapeutic
Exercise 5thEdition, Williams & Wilkins, 1990: 1-38.
21. Kelompok Studi Gangguan Gerak PERDOSSI. Konsensus Tata Laksana Penyakit Parkinson.
Edisi Revisi. 2003
22. Adam RD, Victor M, Ropper AH. Principles of Neurology. 9th ed. New York: McGraw Hill, 2009. p1033-1045.
23. Lumbantobing SM. Gangguan Gerak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2005.p 47, 87-91
24. Kolegium Neurologi Indonesia. Modul Gangguan Gerak, Bagian II: Penyakit Parkinson
25. Wolters EC, Laar VT, Berendse HW. Parkinsonism and Related Disorders. 2nd ed. Amsterdam:VU University
Press, 2008. p143-239
16
LAPORAN KASUS
SINDROMA PARKINSON
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. S
Umur : 72 tahun
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat : Sri Rejeki Utara, Kali Banteng Kidul. Semarang
No CM : C 183685
II. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
(Anamnesis tgl 17-1-2012)
Keluhan utama : Sulit berjalan
Onset : 2 tahun, semakin memberat
Kronologis :
+ 2 tahun pasien mengeluh jari telunjuk dan jempol kanan sering bergetar tiba-tiba,saat
tidak sedang beraktifitas, disertai bicara menjadi pelan.
+1,5 tahun pasien mengeluh gemetar semakin sering, dan menjadi sampai seluruh
tangan kanan dan frekuensi menjadi semakin sering. Pasien juga mengeluh anggota
gerak kaku dan lamban bila berjalan. Pasien juga mulai sulit berpikir dan sering lupa.
Pasien juga tidak dapat melakukan kegiatan di lingkungan rumah. Pasien lalu
memeriksakan diri ke poli penyakit saraf RSDK dan dikatakan menderita penyakit
Parkinson, pasien diberi obat Levodopa (® Leparson) 2x100 mg dan Pramipexol
3x0,125 mg.
+ 1 tahun pasien mengeluh keluhan semakin bertambah berat, pasien mulai terganggu
melakukan pekerjaan sehari-hari seperti makan, memakai baju, sikat gigi atau mandi.
Tidak ada gangguan menelan. Malam hari sering terbangun sendiri dan sulit
melanjutkan tidur. Pasien juga mengeluh badan semakin bertambah kaku dan bila
berjalan menjadi semakin sulit untuk menggerakkan kakinya . Bila mau ke kamar mandi
17
pasien harus merambat tembok selama ± 30 menit hingga sampai ke kamar mandi. Bila
tidak dibantu kadang pasien sampai BAB di celana. Pasien sekarang lebih banyak
beraktifitas di kamar saja.
Bicara semakin pelan dan terputus-putus serta tidak jelas, kadang orang lain sulit
mengerti apa yang diucapkan pasien. Akitifitas seperti membaca koran dan menulis dan
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar sudah tidak dilakukan lagi.
Pasien menjalani fisioterapi di Bagian Rehabilitasi Medik RSDK selama 2 kali/minggu.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Baru pertama kali sakit seperti ini
• Riwayat jatuh / trauma kepala disangkal.
• Riwayat stroke disangkal
• Riwayat penyakit kencing manis disangkal
• Riwayat sakit jantung disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien seorang pensiunan PNS di Rumah Sakit dr Kariadi, sehari- hari tinggal di
rumah dengan anaknya yang bungsu yang belum menikah. Di sebelah bagian rumah pasien
dikontrak oleh keluarga dengan 2 orang anak yang biasa membantu pasien sehari-hari saat
anaknya bekerja. Pasien mempunyai 8 orang anak yang sudah mandiri , 2 orang sudah
meninggal terakhir anak yang sulung meninggal Desember 2011. Pasien mempunyai 10
orang cucu. Uang pensiun kira2 1,7 juta /bulan dan penghasilan dari kontrakan rumah 2
juta/tahun. Istri pasien meninggal tahun 1980, pasien menikah lagi th 2008 dengan istri
berusia 55 tahun, namun karena ada konflik keluarga dengan anak-anak pasien sudah
kembali ke rumah orang tuanya di Gunung Pati sejak 1 tahun yang lalu. Tipe kepribadian
Phlegmatis.
Rumah pasien berukuran kira-kira 12 x 15 meter, dengan ruang tamu, ruang makan,
dapur dan 4 kamar tidur. Dinding rumah dari tembok sebagian belum diplester, atap genting
18
dan lantai rumah dari semen. Terdapat 2 kamar mandi dengan WC jongkok, air dari sumur.
Listrik rumah 900 watt. Biaya pengobatan ditanggung Askes.
Kesan : Sosial ekonomi cukup.
III. PEMERIKSAAN FISIK
( tanggal 17-1-2012 )
I. Status Presens
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Tanda vital : Tekanan Darah : 120/70 mmHg ; Nadi : 80x/mnt ;
RR : 20x/mnt ; Suhu : 36,5°C (aksiler)
II. Status Internus : Dalam batas normal
III. Status Neurologis
Kesadaran : GCS : E4 M6 V5 = 15
Kepala : Mesosefal, simetris
Muka ; Masked face (+)
Mata : Pupil bulat, isokor, Ø 2,5 mm/2,5 mm, Reflek cahaya (+/+)
Leher : Sikap lurus, kaku kuduk (-)
Nn. Craniales : Dalam batas normal
Motorik superior inferior
Gerakan +/+ +/ +
Kekuatan 5 / 5 5 / 5
Tonus ↑/↑ ↑/ ↑
Trofi E/E DA/ DA
Reflek fisiologis +/+ +/+
Reflek patologis -/- -/-
Klonus -/-
Sensibilitas : Dalam batas normal
Vegetatif : Bab dan bak normal
19
Pemeriksaan tambahan:
• Tremor (resting tremor) : +/+ -/-
• Rigiditas +/+ +/+
• Bradikinesia : +
• Postural instability : +
Koordinasi, gait dan keseimbangan
• Cara berjalan : Langkah pendek-pendek, festination (+), freezing (+)
• Tes Romberg : (+)
• Disdiadokinesis : (-)
• Ataksia : (-)
• Rebound phenomen : (-)
• Dismetri : (-)
• Pull test : (+)
Meyerson’s sign : (+)
Skor UPDRS : 41 (Moderate)
Hoehn and Yahr Staging : Stage 4
Skor MMSE : 17
Skoring Klinis Demensia (CDR) : 8 (demensia berat)
Skala Depresi Geriatrik 15 (Yesavage) : 5 (probabale depresi)
20
IV. ASSESSMENT :
1. DK : - Tremor
- Rigiditas
- Bradikinesia
- Postural instability
- Gangguan kognitif
DT : Ganglia basalis ( suspek substansia nigra pars kompakta )
DE : Idiopatik
2. Depresi
Problem Rehabilitasi Medik :
- Ambulasi : gangguan gait (shuffle gait dan festination gait), freezing
- Gangguan motorik: Bradikinesia (gerakan volunter lambat), rigiditas, resting tremor,
- Gangguan keseimbangan : postural instability
- Masked face
- Kesulitan dalam AKS : gangguan makan, minum, berpakaian, hygiene, mikrografia
- Demensia
- Komunikasi: hipofonia
- Psikologis : Depresi dengan gangguan tidur, kurang motivasi, hubungan keluarga kurang
baik
- Sosial: interaksi dengan lingkungan sulit, kondisi rumah tidak mendukung
Goal jangka pendek:
- Perbaikan dalam ambulasi
- Berkurangnya gangguan motorik
- Peningkatan ADL personal
21
- Peningkatan keseimbangan tubuh
- Peningkatan kemampuan bicara
- Perbaikan dari depresi
Goal jangka panjang:
- Dapat berinteraksi dengan lingkungan
- Meningkatkan kualitas hidup
VI. TERAPI
1. Medikamentosa :
- Levodopa 3x100 mg po
- Pramipexol 3x0,125 mg po
2. Rehabilitasi medik
VII. PROGRAM REHABILITASI MEDIK
1. Fisioterapi :
Assesmen :
- Bradikinesia
- Rigiditas
- Gangguan gait
- Gangguan keseimbangan
- Masked face
Program :
- Breathing exercise
- Latihan ekspansi dinding thorak
- Facial massage dan exercise otot-otot
- Infra red untuk ke-4 ekstremitas
- General stretching
22
- Pool therapy : latihan LGS aktif, latihan berjalan dengan pararel bar, latihan
keseimbangan dengan gerakan bergeser ke kiri dan kanan, latihan penguatan dan
ketahanan otot.
- Latihan koordinasi : Frenkel exercise
- Latihan jalan : dengan irama teratur
2. Terapi Okupasi :
Assesmen :
- Bradikinesia,
- Rigiditas
- Resting tremor
- Gangguan kognitif
- Kesulitan dalam ADL: gangguan makan, minum, berpakaian, hygiene, mikrografia
Program :
- Latihan LGS dengan ketrampilan kedua sisi tubuh
- Latihan koordinasi halus dan kasar memakai pinch tool dan kerucut
- Latihan memakai adaptional tools
- Latihan kognitif dengan LOTCA
- Proper body mechanic
3. Ortotik Prostetik.
Assesmen :
- Instabilitas postural
- Gangguan koordinasi
- Gangguan keseimbangan
Program : Pemakaian alat bantu jalan : walker
23
4. Psikologi
Assesmen :
pasien merasa sedih ditinggal oleh anaknya yang sulung yang selama ini menemani
pasien menjalani fisioterapi dan kontrol pengobatan, istri kedua pasien kembali ke
rumah orang tua sejak 1 tahun lalu dikarenakan konflik dengan anak-anak pasien.
Program :
- Memberikan dukungan mental.
- Memotivasi pasien agar tetap latihan dan kontrol teratur.
- Memotivasi keluarga untuk memberikan dukungan kepada penderita.
- Memotivasi keluarga untuk rukum antara anak-anak dengan istri penderita
5. Sosial medik
Assesmen :
Penderita pensiunan PNS RSDK bagian umum, aktifitas sehari-hari dirumah.
Penderita menikah 2 kali, istri pertama sudah meninggal. Istri kedua sudah tidak
tinggal dengan penderita selama satu tahun terakhir. Istri tinggal dengan orang
tuanya. Penderita mempunyai anak 8 orang, dan sudah mandiri. 2 anak sudah
meninggal. Penderita tinggal dirumah dengan anak paling bungsu. Biaya sehari-hari
dari pensiunan dan mengkontrakan rumah. Rumah 1 lantai, kamar 4 buah, kamar
mandi dalam rumah, WC jongkok. Biaya pengobatan ditanggung Askes.
Program :
- Melakukan kunjungan rumah
- Mengusulkan untuk modifikasi WC dan pegangan didinding.
- Memberikan bimbingan dan motivasi berobat dan latihan di tumah secara teratur
- Mengusahakan penderita agar dapat mengikuti program terapi melalui suatu
kelompok penderita parkinson
6. Terapi Wicara
Assesmen :
- Kontak dan pengertian baik
- Gangguan bicara
24
Program :
- Latihan bicara: meningkatkan pernafasan, kontrol kecepatan, latihan artikulasi,
latihan peningkatan volume.
25
GOAL SETTING
Ambulasi ADL Postural instability Bicara Psikologis Sosial
+2 Dapat berjalan tanpa alat bantu, kecepatan jalan mendekati normal, langkah lebih lebar, tidak ada festination gait, freezing (-)
Makan dan minum mandiri, memakai baju mandiri , BAB dan BAK mandiri
Jalan dengan postur normal, keseimbangan baik
Suara normal, pelan,tidak terputus-putus, dapat dimengerti
Motivasi diri baik, masalah keluarga dapat diatasi, tidak ada depresi
Bergaul dengan tetangga, aktif di lingkungan, WC duduk/ modifikasi,
+1 Dapat berjalan tanpa alat bantu, kecepatan jalan sedikit lambat, langkah lebih lebar, sedikit festination gait, freezing (-)
Makan dan minum mandiri, memakai baju mandiri , BAB dan BAK dibantu
Jalan dengan postur sedikit tegak, keseimbangan sedikit terganggu
Suara normal, pelan, terputus-putus, dapat dimengerti
Motivasi diri kurang , masalah keluarga dapat diatasi, tidak ada depresi
Bergaul dengan tetangga, WC duduk/ modifikasi, undakan dirumah diperbaiki
0 Dapat berjalan tidak merambat dengan alat bantu jalan, kecepatan jalan agak lambat, ada sedikit festination gait, freezing (-)
Makan dan minum mandiri, memakai baju masih dibantu , BAB dan BAK dibantu
Jalan dengan postur sedikit membungkuk, keseimbangan sedikit terganggu
Suara kecil, pelan, terputus-putus, masih dapat dimengerti
Tidak ada motivasi diri, masalah keluarga, tidak ada depresi
Tidak bergaul dengan tetangga, WC jongkok, undakan dirumah diperbaiki
-1 Dapat berjalan merambat tanpa alat bantu, kecepatan jalan lambat, festination gait, freezing (+)
Makan dan minum sulit, memakai baju dibantu, BAB dan BAK dibantu
Jalan dengan postur membungkuk, keseimbangan terganggu
Suara kecil, pelan, terputus-putus, sulit dimengerti
Tidak ada motivasi diri, masalah keluarga, depresi
Tidak bergaul dengan tetangga, WC jongkok, banyak undakan dirumah
-2 Tidak dapat berjalan, freezing (+), ada fase off
Makan dan minum dibantu, memakai baju dibantu, BAB dan BAK dibantu
Tidak mampu berdiri, mudah jatuh
Suara makin kecil, pelan, terputus-putus, sangat sulit dimengerti
Depresi berat, masalah keluarga menjadi lebih berat, menarik diri
Tidak bergaul dengan tetangga, WC jongkok, banyak undakan dirumah
26
27