lakip 2011 puslitbang tanaman pangan
TRANSCRIPT
9
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSLITBANG TANAMAN PANGAN
TAHUN 2011
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 i
KATA PENGANTAR
Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Tanaman Pangan merupakan instansi pemerintah di bawah Badan
Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian. Tugas dan fungsinya adalah melaksanakan penelitian dan pengembangan
pada tanaman padi dan palawija untuk mendukung pembangunan pertanian, serta melaksanakan penyelenggaraan
pemerintahan yang mencakup sumber daya manusia, dana, dan sumber daya penelitian.
Sebagai salah satu unit kerja yang mandiri, Puslitbang Tanaman Pangan wajib membuat dan menyampaikan laporan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) di bidang penelitian dan pengembangan pertanian khususnya tanaman
pangan. Penyusunan laporan kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2011 ini telah mengacu pada pedoman penyusunan
LAKIP yang disusun oleh Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia tahun 2003.
Laporan ini merupakan media komunikasi pencapaian tujuan dan sasaran stratejik organisasi kepada para pengguna
yang dibuat sebagai perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang dipercayakan kepada Puslitbang Tanaman
Pangan berdasarkan suatu sistem akuntabilitas yang memadai, sesuai dengan Inpres Nomor 7 tahun 1999.
Semoga laporan ini dapat memenuhi harapan masyarakat dan dalam rangka membangun kinerja khususnya dalam kegiatan penelitian dan
pengembangan pertanian sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pengembangan IPTEK tanaman pangan.
Bogor, 13 Januari 2012
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Dr. Hasil Sembiring
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 ii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Kebutuhan bahan pangan makin meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk. Mengandalkan pangan impor
untuk memenuhi kebutuhan nasional dinilai kurang tepat karena
akan mempengaruhi aspek sosial, ekonomi, dan politik, sehingga
peningkatan produksi pangan di dalam negeri terus diupayakan.
Indonesia memiliki peluang besar meningkatkan produksi
pangan yang dapat ditempuh melalui peningkatan produktivitas dan
perluasan areal tanam ke lahan suboptimal, seperti lahan sawah
tadah hujan, lahan kering, dan lahan rawa pasang surut, serta
peningkatan indeks pertanaman. Ketersediaan inovasi teknologi
sangat diperlukan. Karena itu, perakitan dan perekayasaan inovasi
teknologi tanaman pangan perlu didukung oleh perencanaan yang
sistematis dan terarah, sinergi antar-institusi terkait, sumber daya
manusia (SDM) profesional, dan fasilitas penelitian yang memadai
dan manajemen operasional yang transparan, efektif, dan efisien.
Secara nasional, kontribusi pengembangan inovasi teknologi
tanaman pangan terhadap peningkatan produksi dan pendapatan
sangat menggembirakan. Penggunaan varietas unggul padi telah
mendominasi 90% areal panen dari total seluas 12 juta ha.
Dengan peningkatan produktivitas 0,75 t gabah/ha sementara
harga gabah Rp. 2.800/kg, sumbangan penggunaan varietas unggul
baru padi mencapai Rp. 22,7 triliun. Demikian pula hanya dengan
komoditas pangan lainnya. Dominasi varietas unggul baru jagung,
kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubikayu dan ubijalar masing-
masing 45%, 80%, 80%, 35% dan 80% dari total areal panen
berturut-turut seluas 4 juta ha, 0,7 juta ha, 0,3 juta ha, 0,3 juta
has, 1,2 juta ha dan 0,2 juta ha. Peningkatan produktivitas
komoditas palawija dengan penerapan vaietas unggul baru masing-
masing 1,0 t/ha untuk jagung, 0,5 t/ha untuk kedelai, 0,5 t/ha
untuk kacang tanah, 0,5 t/ha untuk kacang hijau, 6,0 t/ha untuk
ubikayu dan 1,0 t/ha ubijalar. Dengan harga jagung, kedelai,
kacang tanah, kacang hijau, ubikayu, dan ubijalar masing-masing
Rp. 2.150, Rp. 6.250, Rp. 8.000, Rp. 5000, Rp. 540, dan Rp.
1000/kg, maka kontribusi pengembangan varietas unggul baru
palawija masing-masing sebesar Rp. 3,9 triliun, Rp. 1,8 triliun, Rp.
960 miliar, Rp. 600 miliar, Rp. 1,4 triliun, dan Rp. 160 miliar.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor
61/Permentan/OT.140/10/2010 tahun 2010, Puslitbang Tanaman
Pangan bertugas melaksanakan kebijakan teknis, rencana dan
program, penelitian dan pengembangan tanaman pangan, serta
pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan. Dalam
melaksanakan tugasnya, Puslitbang Tanaman Pangan menyeleng-
garakan fungsi: a) penyusunan kebijakan teknis, rencana dan
program, serta pemantauan/evaluasi penelitian dan pengembangan
tanaman pangan, b) pelaksanaan kerja sama dan pendayagunaan
hasil penelitian dan pengembangan tanaman pangan, c) penelitian
dan pengembangan tanaman pangan, dan d) pengelolaan urusan
tata usaha Puslitbang Tanaman Pangan.
Adanya UU No. 18 tahun 2002 tentang Sistem Penelitian
Nasional, Pengembangan dan Penerapan IPTEK, telah mendorong
pertumbuhan dan pendayagunaan sumber daya IPTEK secara
lebih efektif, pembentukan jaringan penelitian yang mengikat
semua pihak, baik pemerintah pusat dan daerah maupun
masyarakat luas untuk berperan aktif dalam memajukan kegiatan
IPTEK.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 iii
Tujuan
Kegiatan di Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2010-2014
bertujuan: 1) Memanfaatkan keragaman sumber daya genetik
untuk pembentukan dan perakitan varietas unggul baru guna
peningkatan produktivitas, 2) Menghasilkan teknologi optimasi
pemanfaatan sumber daya tanah (lahan dan air), tanaman dan
organisme pengganggu tanaman yang dapat meningkatkan potensi
hasil dan mengurangi emisi gas rumah kaca, 3) Mempercepat alih
teknologi dan distribusi benih sumber tanaman pangan kepada
pengguna, 4) Menghasilkan rekomendasi opsi kebijakan pem-
bangunan pertanian bersifat antisipatif dan responsif mendukung
pembangunan sistem pertanian industrial, 5) Mengembangkan
jejaring dan kemitraan dengan dunia usaha, pemerintah daerah,
lembaga penelitian dalam dan luar negeri, dan 6) Meningkatkan
kualitas dan mengembangkan sumber daya penelitian.
Sasaran
Sasaran strategis yang ingin dicapai oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan adalah: 1) Diperolehnya fenotipe
sekitar 800 sumber daya genetik untuk bahan perakitan varietas
unggul baru yang sesuai preferensi konsumen, serta adaptif
terhadap cekaman faktor biotik dan abiotik dampak perubahan
iklim, 2) Dilepasnya 5-15 galur harapan sebagai varietas unggul
baru padi, serealia, kacang-kacangan dan umbi-umbian, 3)
Dihasilkannya 5-8 teknologi yang dapat merealisasikan potensi hasil
dan mengurangi emisi gas rumah kaca di lahan suboptimal dan
antisipasi dampak iklim ekstrim, 4) Terdistribusikannya 15 - 23 ton
benih BS dan 29 - 38 ton benih FS tanaman pangan kepada
pengguna mendukung program strategis Kementerian Pertanian
dan untuk mempercepat adopsi varietas unggul baru, 5)
Tersedianya lima opsi kebijakan pembangunan pertanian yang
bersifat antisipatif dan responsif dalam rangka pembangunan
sistem pertanian industrial, 6) Meningkatnya jejaring kerja sama
nasional dan internasional serta diterbitkannya 2 - 4 makalah hasil
penelitian yang diterbitkan di jurnal ilmiah nasional dan
internasional, dan 7) Berkembangnya kompetensi personil dan
kelembagaan penelitian serta sistem koordinasinya secara
horisontal dan vertikal melalui pengembangan Sistem Informasi
Manajemen (SIM) secara terintegrasi di semua bidang.
Kendala
Perubahan Iklim Global. Krisis pangan dunia akhir-akhir ini
berkaitan erat dengan perubahan iklim akibat pemanasan global.
Perubahan iklim akan berdampak luas terhadap berbagai aspek
kehidupan dan sektor pembangunan pertanian. Indonesia sebagai
negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa sangat
rentan terhadap perubahan iklim. Pertanian mengalami dampak
paling serius dan kompleks akibat perubahan iklim biofisik dan
teknis, serta sosial-ekonomi. Perubahan iklim berdampak terhadap
penurunan produksi pertanian dan ancaman perubahan keaneka-
ragaman hayati yang nantinya dapat menjadi penyebab eksplosi
hama dan penyakit tanaman. Dampak lainnya, bergesernya pola
dan kalender tanam karena rawan banjir dan kekeringan.
Status, Konversi, dan Degradasi Lahan. Jumlah rumah tangga
petani gurem (kepemilikan lahan <0,5 ha) meningkat dari 10,9 juta
rumah tangga tahun 2003 menjadi 13,7 juta rumah tangga saat ini.
Rata-rata pemilikan lahan petani di pedesaan di Jawa 0,41 ha dan
0,96 ha di Luar Jawa, dan cenderung menurun. Kondisi tersebut
disebabkan meningkatnya konversi lahan pertanian untuk keperluan
pemukiman dan fasilitas umum serta fragmentasi lahan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 iv
Kelangkaan Energi Fosil. Kelangkaan sumber energi fosil
memicu kenaikan harga BBM di pasar internasional yang ber-
dampak terhadap kenaikan biaya produksi pada industri pertanian
maupun transportasi. Kenaikan harga BBM tentunya biaya sarana
produksi pertanian dan produk olahan pangan akan meningkat
pula. Oleh karena itu, perlu dikembangkan energi alternatif
terbarukan berbasis nabati, biopestisida, pestisida nabati, dan
pemanfaatan limbah pertanian untuk pupuk maupun energi.
Sarana dan Kelembagaan Sarana Produksi. Hingga saat ini
masih dijumpai adanya senjang (gap) produktivitas dan mutu hasil
penelitian dengan di tingkat petani. Penyebab utamanya adalah (a)
perbedaan ketersediaan sarana produksi, yaitu benih/bibit unggul
bermutu, pupuk, pakan, pestisida/obat-obatan, alat dan mesin
pertanian dan (b) belum berkembangnya kelembagaan pelayanan
penyedia sarana produksi. Keterbatasan sarana seperti jalan
usahatani berpengaruh terhadap kelancaran arus input dan output
produksi pertanian yang mempengaruhi produktivitas pertanian.
Keterbatasan kelembagaan tani juga berpengaruh dalam akses
sumber pembiayaan dan pemasaran hasil pertanian. Dalam
pembangunan pertanian ke depan, senjang ini harus dipersempit
melalui pengembangan sarana dan kelembagaan yang memadai di
tingkat usahatani.
Sumber Daya Penelitian. Perbandingan jumlah peneliti dengan
tenaga nonpeneliti/administrasi 1 : 3,5 yang kurang ideal bagi
lembaga penelitian. Dalam 5 tahun ke depan jumlah tenaga yang
akan memasuki usia pensiun sekitar 30 orang/tahun, termasuk
peneliti yang memiliki bidang kepakaran spesifik seperti pemulia
tanaman. Hasil analisis TCM dan ECM menunjukkan bahwa untuk
mencapai Critical Mass Puslitbang Tanaman Pangan dalam 5
tahun ke depan memerlukan 74 peneliti (12 S3, 23 S2, dan 39 S1).
Sarana penelitian berupa 18 unit laboratorium di setiap Balai
Penelitian telah digunakan secara optimal. Dari 18 laboratorium, 2
laboratorium telah terakreditasi SNI 19-17025: 2005. Upaya yang
dilakukan yaitu terus meningkatkan kompetensi laboratorium yang
belum terakreditasi hingga diperoleh pengakuan internasional.
Kebun percobaan seluas 704,1 ha sebagian belum dimanfaat-
kan secara optimal baik untuk penelitian maupun sebagai sumber
PNBP. Keadaan ini di antaranya karena ketersediaan SDM yang
lemah dan dana pengelolaan kebun yang kurang memadai.
Implikasi bagi Puslitbang Tanaman Pangan
Implikasi penting bagi Puslitbang Tanaman Pangan adalah
perlunya: (1) meningkatkan akuntabilitas dan kredibilitas lembaga
dengan meningkatkan efektivitas dan efisiensi program, ouput, dan
kualitas SDM, (2) meningkatkan penguasaan Iptek mutakhir melalui
penelitian dan pengembangan tanaman pangan serta kemutakhiran
teknologi yang dihasilkan, dan (3) memperluas jaringan kerja sama
penelitian antar-lembaga penelitian nasional dalam rangka
pemanfaatan/diseminasi hasil penelitian. Litbang tanaman pangan
harus fokus pada penciptaan teknologi benih/bibit, dan teknologi
budi daya dan pascapanen primer untuk meningkatkan nilai tambah
berdaya saing. Kegiatan riset ditujukan untuk meningkatkan daya
saing komoditas dengan karakteristik sesuai keinginan konsumen.
Penelitian kebijakan tetap diperlukan dalam rangka evaluasi
kebijakan maupun penyusunan usulan rekomendasi kebijakan
pembangunan pertanian. Rekomendsai kebijakan mencakup aspek
teknologi, ekonomi, sosial (kelembagaan) dan lingkungan, serta
fokus pada upaya untuk mendukung terwujudnya pertanian
industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumber daya lokal.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 v
Orientasi litbang tanaman pangan adalah mendukung
pencapaian produktivitas dan produksi 4-F (Food, Feed, Fiber dan
Fuel). Berdasarkan potensi dan peluang pengembangan prioritas
tanaman pangan untuk food, feed, dan fibre adalah padi (hibrida
dan VUTB), jagung (hibrida dan komposit), dan kedelai. Untuk fuel
dikembangkan ubi kayu dan sorgum. Ketersediaan energi dari fosil
yang makin terbatas, maka perlu dicarikan sumber energi lain. Di
antaranya ubi kayu, sorgum dan limbah pertanian seperti jerami,
tongkol dan hijauan lainnya serta kotoran ternak dapat diolah
menjadi sumber energi alternatif terbarukan. Apabila energi sumber
nabati dan limbah ini dapat dikembangkan terutama di pedesaan,
akan tercipta masyarakat mandiri energi terutama untuk memenuhi
kebutuhan energi rumah tangga sehari-hari.
Dalam lima tahun ke depan, optimalisasi pemanfaatan lahan
kering yang banyak tersedia di luar Jawa menjadi sangat penting.
Karena itu, perlu dicari inovasi teknologi antara lain: (1) varietas
unggul baru umur genjah toleran cekaman biotik, abiotik, dan
produktivitas tinggi, (2) pola manajemen air irigasi yang efisien, (3)
teknologi penanggulangan kelelahan lahan (soil fatigue), (4) sistem
usahatani konservasi di DAS yang berwawasan lingkungan, dan (5)
pengembangan komoditas pertanian bernilai tinggi, khususnya
untuk lahan sawah di Jawa.
Puslitbang Tanaman Pangan bekerja sama dengan Lembaga
Riset lainnya akan melakukan: a) Perakitan varietas unggul (toleran
genangan, kekeringan, salinitas, umur genjah, organisme
pengganggu tanaman), teknologi pengelolaan lahan/tanah/
pemupukan dan air, dan b) Sosialisasi dan pengembangan
teknologi model adaptasi perubahan iklim, seperti Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT), Sistem Integrasi Tanaman dan Ternak,
Teknologi hemat air, dan Carbon Efficient Farming (CEF).
Untuk penurunan emisi gas rumah kaca, Puslitbang Tanaman
Pangan bekerja sama dengan lembaga riset lainnya mendukung
Program Utama Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah
Kaca (RAN-PE-GRK) melalui penelitian dan pengembangan: a) budi
daya tanaman ramah lingkungan, b) biopestisida, c) pemanfaatan
kotoran/urine ternak dan limbah pertanian untuk energi dan pupuk
organik, dan d) teknologi rendah emisi, metodologi MRV
(measurable, reportable, verifiable) sektor pertanian.
Program pemuliaan untuk mendapatkan varietas unggul lebih
terarah dan dapat dipercepat melalui molecular breeding. Marka
molekuler dapat digunakan sebagai alat bantu dalam seleksi,
sehingga seleksi dilakukan lebih cepat dan efisien. Mikroba dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan pestisida hayati yang ramah
lingkungan dan senyawa bioaktif yang potensial untuk keperluan
industri, serta sumber gen-gen penting untuk rekayasa genetika.
Penerapan invensi hasil litbang pertanian dalam rangka
percepatan diseminasi inovasi teknologi, merupakan faktor penentu
bagi upaya percepatan pelaksanaan program pembangunan
pertanian dalam arti umum. Kegiatan kerja sama dan peningkatan
jejaring kerja dapat dikategorikan menjadi: (1) memperkuat dan
memperluas jejaring kerja dengan lembaga-lembaga penelitian
pemerintah dan perguruan tinggi untuk mengoptimalkan
penggunaan sumber daya, menghilangkan tumpang tindih
penelitian, konvergensi program litbang dan meningkatkan kualitas
penelitian, (2) memperkuat keterkaitan dengan swasta, lembaga
penyuluhan dan pengambil kebijakan dengan melibatkan mereka
pada tahap penyusunan program dan perancangan penelitian
untuk mengefektifkan diseminasi hasil penelitian, dan (3)
meningkatkan keterlibatan dalam jejaring kerja internasional baik
bilateral, multilateral, maupun regional.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 vi
Ke depan, peneliti Puslitbang Tanaman Pangan harus
profesional, harus mampu menghasilkan jasa atau layanan sesuai
dengan protokol dan peraturan dalam bidangnya. Peneliti yang
telah ahli dalam suatu bidang disebut "profesional". Karakter yang
perlu dimiliki seorang peneliti adalah bertanggungjawab, jujur,
respek, integritas, bermartabat dan patriotik dalam arti mempunyai
kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.
Laboratorium dan kebun percobaan sangat potensial untuk
dimanfaatkan sebagai sumber PNBP. Adanya masalah SDM yang
lemah, dana pengelolaan kebun yang kurang memadai,
berimplikasi perlunya dilakukan revitalisasi SDM dan pendanaan.
Pelatihan dan magang di laboratorium atau kebun percobaan yang
telah berkembang perlu dilakukan, di samping mencoba melakukan
kerja sama dengan pihak ketiga (outsourcing) jika dana APBN
terbatas.
Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Kinerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan pada tahun 2011 dapat dilihat pada format PPS yang
mencapai 174,6%. Pencapaian kinerja tersebut digolongkan dalam
kategori sangat berhasil. Beberapa varietas unggul baru telah
dilepas tahun 2011 dan disebarluaskan melalui BPTP dan media
publikasi lainnya.
Beberapa varietas unggul baru telah dilepas tahun 2011 dan
disebarluaskan melalui BPTP dan media publikasi lainnya, antara
lain: padi, jagung, kedelai, kacang tanah, dan ubijalar. Secara rinci
varietas padi unggul baru yaitu varietas INPARI 14 (Pakuan)
potensi hasil 8,2 ton/ha, umur genjah, tahan HDB dan mutu baik,
INPARI 15 (Parahyangan) potensi hasil 7,5 ton/ha, tahan HDB, Blas
dan mutu baik (pulen), INPARI 16 (Pasundan) potensi hasil 7,6
ton/ha, tahan HDB, Blas dan mutu baik (pulen), INPARI 17 potensi
hasil 7,9 ton/ha, umur genjah, tahan wereng batang coklat, HDB
dan mutu baik (pulen), INPARI 18 potensi hasil 9,5 ton/ha, umur
genjah, tahan wereng batang coklat dan HDB, INPARI 19 potensi
hasil 9,5 ton/ha, umur genjah, tahan wereng coklat, HDB mutu baik
(pulen) INPARA 20 potensi hasil 8,8 ton/ha umur genjah, tahan
wereng batang coklat, HDB dan Blas, Inpari (Sidenuk) potensi hasil
7,58 ton/ha tahan HDB, Blas mutu baik (pulen), Inpago 8 potensi
hasil 8,1 ton/ha tahan Blas, toleran kekeringan dan Al mutu baik
(pulen), Inpago (Unsoed1) potensi hasil 7,2 ton/ha tahan wereng
batang coklat, toleran FE dan kekeringan mutu baik (pulen) dan
aromatik, Inpago Unram1 potensi hasil 7,6 ton/ha tahan Blas, Al
dan Fe mutu baik (pulen) merah, Hipa Jatim1 potensi hasil 10
ton/ha agak rentan WBC 1 dan 2 mutu baik (pulen), Hipa Jatim2
potensi hasil 10,9 ton/ha agak rentan WBC3, agak tahan HDB III
mutu baik (pulen), Hipa Jatim3 potensi hasil 10,7 ton/ha agak
tahan HDB III mutu baik (pulen) Hipa 12 (SBU) potensi hasil 10,5
ton/ha tahan wereng batang coklat3, tahan HDB3 mutu baik
(pulen), Hipa 13 potensi hasil 10,5 ton/ha tahan wereng batang
coklat 2, tahan HDB mutu baik (pulen), Hipa 14 (SBU) potensi hasil
12,1 ton/ha tahan WBC2, tahan HDB III mutu baik (pulen).
Varietas unggul baru jagung hibrida unggul baru, antara lain:
varietas Bima 12Q memiliki potensi hasilnya 9,3 t/ha, berumur 98
hst, memiliki kandungan asam amino lisin dan triptofan tinggi, stay
green yaitu warna batang dan daun di atas tongkol masih hijau,
saat biji sudah masak/waktu untuk panen. Sedangkan jagung
hibrida varietas Bima 13Q toleran bercak daun, agak toleran busuk
pelepah dan rentan hama gudang, potensi hasilnya 9,3 t/ha,
berumur ± 103 hst, selain itu juga memiliki kandungan asam amino
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 vii
lisin dan triptofan tinggi, juga stay green. Jagung hibrida varietas
Bima 14 BATARA potensi hasilnya 12,9 t/ha, berumur ± 95 hst,
juga stay green sehingga sangat baik diintegrasikan dengan usaha
ternak. Jagung hibrida varietas Bima 15 SAYANG potensi hasilnya
13,2 t/ha, berumur ± 100 hst, juga stay green dan Bima 15.
Program fortifikasi jagung kerja sama Badan Litbang
Pertanian dengan CIMMYT menghasilkan 2 varietas jagung
komposit yang mengalami proses pengayaan kandungan vitamin A.
Jagung hibrida varietas Provit A-1 kandungan vitamin A (beta
karotin tinggi 0,081 ppm), kandungan protein lebih tinggi dibanding
jagung biasa, potensi hasil 7,4 t/ha, umur 96 hst. Jagung ini sangat
sesuai untuk mengatasi permasalahan gizi buruk. Jagung hibrida
varietas Provit A-2 mempunyai kandungan vitamin A (beta karotin
tinggi 0,144 ppm), kandungan protein 8,64%, potensi hasil 8,8
t/ha, dan umur 98 hst.
Varietas unggul baru kedelai yaitu: varietas GEMA potensi
hasil 3,06 t/ha berumur genjah (73 hari), ukuran bijinya 11,90
g/100 biji, kandungan protein 39% lebih tinggi daripada kedelai
impor hanya 37%. Varietas GEMA prospektif dikembangkan pada
daerah bercurah hujan terbatas atau dibudidayakan pada MK2.
Varietas unggul baru ubijalar yaitu: dua klon harapan dengan
kandungan antosianin tinggi yaitu MSU 01022-12 dan MSU 01016-
19 telah disetujui untuk dilepas oleh TP2V Tanaman Pangan dengan
nama varietas Antin 1 dan Antin 2. Varietas Antin 1 memiliki potensi
hasil 33,2 t/ha, toleran kekeringan, mengandung zat antosianin
33,89 mg/100 g dan distribusi warna ungunya sangat menarik,
cocok untuk dibuat keripik. Sedangkan varietas Antin 2 memiliki
potensi hasil 27,3 t/ha dan kandungan antosianin tinggi (156
mg/100g umbi).
Varietas unggul baru kacang tanah yang diusulkan untuk
dilepas dengan nama Hypoma 1 dan Hypoma 2, saat ini sedang
menunggu terbitnya SK Menteri Pertanian. Hypoma 1 adaptif di
lingkungan optimal, dengan potensi hasil 3,70 t/ha polong kering.
Varietas tersebut cukup tahan terhadap penyakit bercak dan karat
daun sekaligus agak tahan terhadap penyakit layu bakteri. Varietas
Hypoma 2 mempunyai daya adaptasi umum yang baik terutama di
lingkungan dengan musim hujan yang terbatas yang sering
menyebabkan tanaman mengalami cekaman kekeringan pada fase
generatif. Potensi hasil varietas Hypoma2 mencapai 3,50 t/ha
polong kering, toleran kekeringan, serta agak tahan terhadap
penyakit bercak dan karat daun.
Berbagai inovasi teknologi yang telah dihasilkan Puslitbang
Tanaman Pangan diharapkan dapat mendukung 4 sukses
Kementerian Pertanian. Selanjutnya tidak hanya peningkatan
kesejahteraan petani dan pembangunan pertanian, tetapi juga
meningkatnya pembangunan ekonomi nasional dan kesejahteraan
penduduk Indonesia.
Capaian kinerja akuntabilitas bidang keuangan Puslitbang
Tanaman Pangan berdasarkan kelompok kegiatan dan sasaran pada
umumnya telah berhasil dalam mencapai sasaran dengan baik.
Realisasi anggaran lingkup puslitbang tanaman pangan sampai
dengan 31 Desember 2011 sebesar Rp.130.845.450.980,- atau
93,69% terdiri dari belanja pegawai Rp. 44.064.977.549,-
(96,03%), belanja barang Rp. 54.545.036.721,- (94,59), belanja
modal Rp. 32.235.436.710,- (89,28) dan sisa anggaran TA. 2011
sebesar Rp. 8.807.507.020,- atau (6,31%).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 viii
Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak lingkup Puslitbang
Tanaman Pangan sampai dengan akhir bulan Desember 2011
sebesar Rp. 3.280.721.870,- (190,65%) dari target PNBP sebesar
Rp. 1.720.815.132,- yang terdiri dari target penerimaan umum
sebesar Rp. 44.370.132,- dan penerimaan fungsional Rp.
1.676.445.000,- dengan realisasi penerimaan umum Rp.
152.927.549,- (344,66%) dan penerimaan fungsional Rp.
3.127.794.321,- (196,57%).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 ix
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ................................................................. i
Ikhtisar Eksekutif ............................................................. ii
Daftar Isi .......................................................................... ix
Daftar Tabel ...................................................................... x
Daftar Gambar .................................................................. xi
Daftar Lampiran ................................................................ xiii
I. Pendahuluan ................................................................ 1
1.1. Tugas ………………………………………………………………. 1
1.2. Fungsi ………………………………………………………………. 1
1.3. Struktur Organisasi dan Jumlah Pegawai ……………… 1
II. Perencanaan dan Perjanjian Kinerja..………………….. 4
2.1. Rencana Strategik ……………………………………………... 4
2.2. Perencanaan Kinerja ……………………………..…………... 12
2.3. Perjanjian kinerja .................................................. 15
III. Akuntabilitas Kinerja …………………………………........... 22
A. Pengukuran Kinerja …………………………………………...... 22
B. Analisis Capaian Kinerja ........................................... 25
C. Akuntablitas Keuangan ……………………………............... 65
D. Analisis Akuntabilitas Kinerja.....……………………………... 69
IV. Penutup ..................................................................... 72
4.1. Keberhasilan ....................................................... 72
4.2. Hambatan/Masalah ............................................. 74
4.3. Pemecahan masalah ............................................ 75
Lampiran:
1. Formulir RS 2011
2. Formulir PKT 2011
3. Formulir PKK 2011
4. Formulir PPS 2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 x
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Distribusi SDM di Lingkup Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan pendidikan dan jabatan fungsional 2011..... 2 2. Matriks kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman
pangan 20110 ............................................................. 14 3. Matriks tingkat capaian kinerja 2011 ............................. 23 4. Varietas unggul baru padi yang dilepas tahun 2011 ....... 28 5. Hasil analisis kimia/hara pupuk organik kaya hara ”SANTAP-M” .............................................................. 40 6. Pengaruh pemberian tiga jenis pupuk terhadap hasil biji kering kedelai pada lahan kering masam di Sukadana Lampung Timur, 2011 ................................................ 40 7. Judul makalah ilmiah yang diterbitkan melalui Jurnal
Penelitian Tanaman Pangan 2011 ................................ 42 8. Pengaruh pemberian tiga jenis pupuk terhadap hasil ubikayu pada lahan kering masam di Sukadana Lampung Timur, 2011 ................................................ 42 9. Akuntabilitas keuangan Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan indikator sasaran kegiatan tahun 2011 ...... 66 10. Persentase analisis akuntabilitas kinerja kegiatan Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Tahun 2011 ............................................................... 71
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Struktur organisasi Puslitbang Tanaman Pangan, 2011 ....... 3
2. Keragaan di lapang VUB padi Inpari 14 .............................. 29
3. Keragaan di lapang VUB padi Inpago 8 .............................. 29
4. Keragaan di lapang VUB padi Inpari 17 .............................. 29
5. Keragaan di lapang VUB padi Inpari 19 .............................. 29
6. Keragaan di lapang kedelai varietas GEMA berumur genjah dan produksi tinggi 3,06 t/ha ............................................ 30
7. Antin2 ubijalar kaya anthosianin ........................................ 30
8. Polong dan biji kacang tanah varietas Hypoma 1 ................ 31
9. Polong dan biji kacang tanah varietas Hypoma 2 ................ 31
10. Keragaan di lapang jagung Bima 15 Batara ........................ 32
11. Keragaan di lapang jagung Bima 14 Sayang ....................... 32
12. Keragaan jagung Bima 13Q potensi hasil 9,8 t/ha ............... 32
13. Keragaan jagung Bima 15 Batara potensi hasil 12,9 t/ha .... 32
14. SlNPV yang telah dikemas dalam botol dan plastik ............. 37
15. Produk Bio-Lec yang berbahan aktif konidia cendawan entomopatogen L. Lecanii ................................................. 39
16. Alat pengering kedelai dengan sumber energi gas LPG........ 40
17. Pengaruh pemberian pupuk terhadap pertumbuhan tanaman kedelai (Wilis) pada lahan kering masam (Podsolik Merah-Kuning) di Lampung Timur, 2011 ...................................... 41
18. Pengaruh pemberian pupuk terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah (Jerapah) pada lahan kering masam (Podsolik Merah-Kuning) di Lampung Timur, 2011 ............................ 41
19. Pengaruh pupuk oganik SANTAP-M+ terhadap pertumbuhan ubikayu (UJ-3) umur 3 bulan pada lahan kering masam Podsolik Merah-Kuning di Sukadana (Lampung Timur), tahun 2011 ..................................................................... 42
20. Menteri Pertanian berdiskusi dengan pemulia jagung pada waktu kunjungan ke pameran indoor Penas XIII ................ 57
21. Keragaan tanaman ubi-ubian di Cluster Pangan Alternatif pada Penas XIII di Tenggarong, Kalimantan Timur ............ 57
22. Dr. Hasil Sembiring (Kepala Puslitbangtan) menjelaskan kemajuan penelitian kedelai kepada Wakil Presiden, Menteri Pertanian dan Gubernur Gorontalo ................................... 58
23. Menteri Pertanian didampingi Kepala Badan Litbang Pertanian dan Dirjen Tanaman Pangan pada acara open house di BB Padi memanen padi varietas INPARI 13 yang ditengarai tahan wereng coklat ........................................ 58
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 xii
24. Menteri Pertanian, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan,
dan Kepala Badan Litbang Pertanian melakukan tanam
perdana jagung hibrida varietas Bima-14 dan Bima-15
dan wawancara pada acara Openhouse Balitsereal ............. 59
25. Kepala Badan Litbang Pertanian membuka Seminar
KABI 2011 dan penyerahan benih sumber kedelai FS
untuk di Jawa Timur dan Yogyakarta ............................... 60
26. Kepala Badan Litbang Pertanian mencicipi produk olahan
pangan karya ibu-ibu peserta pelatihan ........................... 60
27. Keragaan kedelai di sela-sela tanaman hutan jati mampu
berproduksi dan mengoptimalkan lahan .......................... 61
28. Keragaan tanaman kedelai, panen dan temu lapang di
Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara ......................... 62
29. Tanaman kedelai di tanah Vertisol di Pilangkenceng
(Madiun) yang menunjukkan gejala defisiensi K ............. 62
30. Pada tanah Vertisol di Kedunggalar (Ngawi) yang
mengandung K-dd 1,03 me/100 g, tanaman kedelai tidak
respon terhadap pemupukan K yang meningkat, setara
dengan 50 – 200 kg KCl/ha ........................................... 63
31. Publikasi hasil penelitian tanaman pangan 2011 .............. 64
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Formulir Rencana Strategik (RS), tahun 2011
2. Formulir Rencana Kinerja (PKT), tahun 2011
3. Formulir Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK), tahun 2011
4. Formulir Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS), tahun 2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 1
I. PENDAHULUAN
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.61/Permentan/
OT.140/10/2010 tentang organisasi dan tata kerja Kementerian
Pertanian, kedudukan, tugas, dan fungsi Puslitbang Tanaman
Pangan sebagai berikut:
1.1. TUGAS
Puslitbang Tanaman Pangan sebagai salah satu unit kerja di
bawah Badan Litbang Pertanian memperoleh mandat
melaksanakan penelitian dan pengembangan padi dan
palawija. Mandat tersebut dilaksanakan oleh: (a) Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi di Sukamandi – Jawa Barat, (b) Balai
Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian di
Malang – Jawa Timur, (c) Balai Penelitian Tanaman Serealia di
Maros – Sulawesi Selatan, dan (d) Loka Penelitian Penyakit
Tungro di Lanrang, Sidrap, Sulawesi Selatan.
Tugas yang diemban adalah menyiapkan perumusan
kebijakan dan program serta melaksanakan penelitian dan
pengembangan tanaman pangan. Penelitian yang dilakukan
bersifat mendasar dan strategis untuk mendapatkan teknologi
tinggi dan inovatif yang berlaku bagi agroekologi dominan di
beberapa wilayah. Penelitian yang bersifat hulu (upstream)
ditujukan untuk mengembangkan teknologi dasar dan
teknologi generik yang akan diuji daya adaptasinya oleh BPTP
sebelum disebarluaskan kepada petani.
1.2. FUNGSI
Dalam melaksanakan tugasnya, Puslitbang Tanaman Pangan
menyelenggarakan fungsi yaitu: a) penyiapan rumusan dan
kebijakan penelitian dan pengembangan, b) perumusan
program penelitian dan pengembangan, c) pelaksanaan kerja
sama dan pendayagunaan hasil penelitian dan pengem-
bangan, d) pelaksanaan penelitian dan pengembangan, e)
evaluasi serta pelaporan pelaksanaan penelitian dan
pengembangan tanaman pangan, dan f) pelaksanaan urusan
tata usaha dan rumah tangga di tingkat pusat.
1.3. STRUKTUR ORGANISASI DAN JUMLAH PEGAWAI
Untuk melaksanakan mandat, tugas, dan fungsinya,
Puslitbang Tanaman Pangan didukung sejumlah tenaga
peneliti dan tenaga administratif untuk dapat melaksanakan
penelitian dan pengembangan tanaman pangan. Data per 31
Desember 2011, jumlah pegawai di lingkup Puslitbang
Tanaman Pangan berjumlah 895 orang. Berdasarkan tingkat
pendidikan, 54 orang berpendidikan S3 (Doktor), 96 orang
S2, 187 orang S1, 53 orang setingkat Sarjana Muda, 332
orang SLTA, dan 173 orang setingkat SLTP (Tabel 1). Di
samping itu, 11 tenaga peneliti telah dikukuhkan menjadi
Profesor Riset dari berbagai disiplin ilmu. Adapun struktur
organisasi Puslitbang Tanaman Pangan disajikan pada
Gambar 1.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 2
Tabel 1. Distribusi SDM di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan pendidikan, 31 Desember 2011.
Unit Kerja S3 S2 S1 SM D3 D2 SLTA SLTP SD Total
Puslitbangtan 8 7 15 3 7 1 51 9 9 110
BB Padi 15 25 58 2 10 2 112 15 43 282
Balitkabi 18 32 61 3 4 1 73 22 27 241
Balitsereal 13 28 43 11 7 - 84 11 34 231
Lolit Tungro - 4 10 1 1 - 12 - 3 31
Jumlah 54 96 187 20 29 4 332 57 116 895
Kontribusi nyata Puslitbang Tanaman Pangan adalah varietas
unggul baru padi dan palawija, teknologi budi daya panen dan
pascapanen, benih sumber, serta kebijakan tanaman pangan, turut
mewarnai keberhasilan pencapaian swasembada beras dan jagung
sejak tahun 2008. Padi varietas INPARI 13 banyak diminati di
beberapa propinsi karena produksi tinggi dan tahan wereng coklat.
Jagung hibrida BIMA 12Q dan 13Q yang mengandung protein
tinggi sesuai untuk diversifikasi pangan akan dikembangkan oleh
Pemda Sulawesi Selatan. Kedelai varietas GEMA yang dilepas tahun
2011, berumur genjah 73 hari dengan potensi hasil 3,06 ton/ha
diharapkan segera berkembang di masyarakat untuk menunjang
pencapaian swasembada kedelai 2014.
Berdasarkan ARAM I BPS tahun 2011, produksi padi sebesar
67,31 juta ton GKG meningkat sebanyak 895,86 ribu ton (1,35%)
dibandingkan tahun 2010. Produksi jagung tahun 2011 sebesar
17,93 juta ton pipilan kering, mengalami penurunan 438,96 ribu
ton (2,39%) dibanding tahun 2010. Penurunan produksi jagung
terjadi karena luas panen menurun 74,47 ribu hektar (1,80%).
Sedangkan produksi kedelai tahun 2011 sebesar 0,93 juta ton biji
kering, meningkat sebanyak 25,89 ribu ton (2,85%) dibandingkan
tahun 2010. Kenaikan produksi kedelai terjadi karena luas panen
meningkat 4,99 ribu hektar (0,75%) dan produktivitas sebesar 0,29
kuintal/ha (2,11%).
Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan
akan terus dipacu untuk mencapai swasembada padi dan jagung
berkelanjutan serta pencapaian swasembada kedelai tahun 2014.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 3
Gambar 1. Struktur organisasi Puslitbang Tanaman Pangan, 2011.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 4
II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1. RENCANA STRATEGIK
2.1.1. Visi
Visi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
merupakan bagian integral dari visi pembangunan
pertanian dan pedesaan Indonesia. Visi Badan Litbang
Pertanian adalah:
”Pada tahun 2014 menjadi lembaga penelitian dan
pengembangan pertanian berkelas dunia yang
menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi
pertanian untuk mewujudkan pertanian industrial
unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal”
Sejalan dengan visi Badan Litbang Pertanian, maka
Puslitbang Tanaman Pangan merumuskan visi yaitu:
”Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2014
menjadi lembaga rujukan Iptek dan sumber
inovasi teknologi yang bermanfaat sesuai
kebutuhan pengguna”.
2.1.2. Misi
Misi yang diemban Puslitbang Tanaman Pangan adalah:
1. Menghasilkan, mengembangkan, dan mendisemi-
nasikan inovasi teknologi dan rekomendasi kebijakan
tanaman pangan yang unggul, bernilai tambah,
efisien, dan kompetitif (scientific recognition).
2. Meningkatkan kualitas sumber daya penelitian
tanaman pangan serta efisiensi dan efektivitas
pemanfaatannya.
3. Mengembangkan jejaring kerja sama nasional dan
internasional dalam rangka penguasaan Iptek dan
peningkatan peran Puslitbang Tanaman Pangan
dalam pembangunan pertanian (impact recoqnition).
2.1.3. Tujuan, Sasaran, dan Target Utama Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
a. Tujuan
Tujuan Puslitbang Tanaman Pangan pada tahun
2010 – 2014 ditetapkan sebagai berikut:
1. Mengembangkan dan memanfaatkan keragaman
sumber daya genetik untuk bahan perakitan
varietas unggul baru guna meningkatkan
produktivitas, kandungan mineral, dan vitamin
sesuai preferensi konsumen, serta adaptif
terhadap cekaman faktor biotik dan abiotik
dampak perubahan iklim.
2. Menghasilkan teknologi optimasi pemanfaatan
sumber daya tanah (lahan dan air), tanaman,
dan organisme pengganggu tanaman yang
dapat merealisasikan potensi hasil dan
mengurangi emisi gas rumah kaca (methan) di
lahan suboptimal dan antisipasi dampak iklim
ekstrim.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 5
3. Mempercepat alih teknologi dan distribusi benih
sumber tanaman pangan kepada pengguna
mendukung program strategis Kementerian
Pertanian.
4. Menghasilkan rekomendasi opsi kebijakan
pembangunan pertanian yang bersifat antisipatif
dan responsif dalam rangka pembangunan sistem
pertanian industrial.
5. Mengembangkan jejaring dan kerja sama
kemitraan dengan dunia usaha, pemerintah daerah,
lembaga penelitian di dalam dan luar negeri.
6. Meningkatkan kualitas dan mengembangkan
sumber daya penelitian.
b. Sasaran Strategis
Untuk dapat menjadi lembaga rujukan iptek dan
sumber inovasi teknologi yang bermanfaat sesuai
kebutuhan pengguna, sasaran strategis tahunan
Puslitbang Tanaman Pangan adalah:
1. Tersedianya informasi sumber daya genetik
tanaman pangan.
2. Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan.
3. Tersedianya benih sumber varietas unggul baru
tanaman pangan untuk penyebaran varietas
berdasarkan SMM ISO 9001-2008.
4. Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan
pascapanen primer tanaman pangan.
5. Tersedianya rumusan kebijakan pengembangan
tanaman pangan.
c. Target Utama Puslitbang Tanaman Pangan
Dalam lima tahun ke depan (2010 – 2014),
Puslitbang Tanaman Pangan mempunyai beberapa
target utama yaitu :
1. Padi, jagung hibrida, dan kedelai tropika ultra
genjah, tahan hama penyakit, toleran
kekeringan, dan kelebihan air untuk mendukung
peningkatan indeks panen.
2. Gandum tropika adaptif pada ketinggian tempat
<400 m dpl, produksi tinggi.
3. Padi, jagung, ubijalar untuk pangan fungsional.
4. Sorgum dan ubikayu untuk pangan dan
bioenergi.
5. Kacang tanah dan kacang hijau untuk
pengembangan industri agro.
6. Pengembangan sistem perbenihan tanaman
pangan dengan menerapkan sistem manajemen
mutu ISO 9001-2008 dalam produksi benih
sumber.
7. Teknologi peningkatan produktivitas dan
teknologi pengelolaan hara, lahan dan air untuk
mendukung peningkatan indeks panen.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 6
2.1.4. Kendala
Ketahanan, Mutu, dan Keamanan Pangan
Revolusi hijau yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
pangan berhasil meningkatkan produksi padi secara meyakinkan,
dan dengan pendekatan yang sama produksi jagung juga berhasil
ditingkatkan sehingga mencapai taraf swasembada. Di lain pihak,
revolusi hijau memicu munculnya gejala kelelahan lahan.
Ketahanan pangan secara berkelanjutan melalui revolusi hijau
lestari akan mensinkronkan teknologi modern dengan kebijakan
ekologi dari komunitas tradisional untuk menciptakan teknologi
yang berbasiskan pengelolaan sumber daya alam terpadu dan
bersifat spesifik lokasi.
Semakin ketatnya persaingan memperoleh pangsa pasar, para
pelaku usaha mengembangkan strategi pengelolaan rantai pasok
(Supply Chain Management, SCM) yang mengintegrasikan para
pelaku dari semua segmen rantai pasok secara vertikal ke dalam
usaha bersama berlandaskan kesepakatan dan standardisasi proses
dan produk. Kemampuan suatu rantai pasok merebut pasar,
bergantung pada kinerja pelaku dalam rantai itu menyikapi
permintaan konsumen menyangkut mutu, harga, dan pelayanan.
Pada perkembangannya, persaingan antarnegara akan
diterjemahkan menjadi persaingan antarrantai pasok plus berbagai
fasilitas yang dimungkinkan melalui infrastruktur dan kebijakan.
Standardisasi proses dan produk spesifik rantai pasok
menimbulkan konsekuensi diterapkannya standar lingkungan yang
dikaitkan dengan emisi karbon, perubahan iklim, biodiversitas,
kualitas lahan, air dan hutan untuk mengembangkan pertanian.
Keluaran yang dihasilkan dari pembangunan pertanian harus
mengandung citra ramah lingkungan sebagai branding. Branding ini
menjadi permasalahan ketika standar lingkungan yang ditetapkan
terlalu kaku dan tidak sesuai dengan kemampuan penerapannya
atau manakala standar lingkungan yang ditetapkan berubah-ubah.
Branding ramah lingkungan ini menjadi hambatan teknis untuk
berproduksi dan melakukan perdagangan.
Demikian pula labelling diterapkan untuk memenuhi tuntutan
keamanan dan kesehatan pangan. Kandungan pangan ditetapkan
dan diberi atribut dapat membahayakan kesehatan. Labelling
menjadi permasalahan karena dapat menjadi hambatan teknis
untuk berproduksi dan melakukan perdagangan. Peningkatan daya
saing produk pangan Indonesia terhadap produk impor terkait
dengan peningkatan kualitas dan keamanan pangan.
Perubahan Iklim Global
Krisis pangan dunia akhir-akhir ini berkaitan erat dengan
perubahan iklim akibat pemanasan global. Perubahan iklim akan
berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan dan pembangunan
pertanian. Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa termasuk
wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim. Perubahan
pola curah hujan, kenaikan muka air laut, kenaikan suhu udara,
dan peningkatan frekuensi kejadian iklim ekstrim adalah dampak
serius perubahan iklim. Pertanian mengalami dampak paling serius
dan kompleks akibat perubahan iklim biofisik dan teknis maupun
sosial dan ekonomi. Oleh sebab itu, perubahan iklim dikawatirkan
akan mendatangkan masalah baru bagi keberlanjutan produksi
pertanian, terutama tanaman pangan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 7
Dampak lanjutan dari perubahan iklim adalah terjadinya
penurunan produksi pertanian dan ancaman perubahan keaneka-
ragaman hayati yang dapat menjadi penyebab meningkatnya
eksplosi hama dan penyakit tanaman. Kondisi tersebut berdampak
pula terhadap bergesernya pola dan kalender tanam sehingga
diperlukan upaya khusus untuk pemetaan daerah rawan banjir dan
kekeringan. Di pihak lain, kemampuan petugas lapang dan petani
memahami data dan informasi prakiraan iklim masih sangat
terbatas, sehingga kurang mampu menentukan awal musim tanam
dan melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Tantangan terkait dampak perubahan iklim global adalah
meningkatkan kemampuan petani dan petugas lapang memahami
prakiraan iklim serta langkah antisipasi dan adaptasi yang
diperlukan. Di samping itu, perlu diciptakan teknologi tepat guna
dan varietas yang memiliki potensi Emisi Gas Rumah Kaca rendah,
toleran kenaikan suhu, kekeringan, banjir/genangan, dan salinitas.
Status, Konversi, dan Degradasi Lahan
Jumlah rumah tangga petani gurem yang kepemilikan
lahannya kurang dari 0,5 hektar meningkat dari 10,9 juta rumah
tangga pada tahun 2003 menjadi 13,7 juta rumah tangga saat ini.
Rata-rata pemilikan lahan petani di pedesaan sebesar 0,41 ha dan
0,96 ha masing-masing di Jawa dan Luar Jawa, dan cenderung
menurun. Hal ini antara lain disebabkan oleh meningkatnya
konversi lahan pertanian untuk keperluan pemukiman dan fasilitas
umum serta terjadinya fragmentasi lahan karena proses pewarisan.
Konversi sawah menjadi lahan nonpertanian dari tahun 1999-
2002 mencapai 563.159 ha atau 187.719,7 ha/tahun. Pada tahun
1998-1999, terdapat tambahan lahan sawah seluas 1,6 juta ha,
namun antara tahun 1999 – 2002 terjadi penciutan luas lahan
seluas 0,4 juta ha atau 141.285 ha/tahun. Data BPS tahun 2004
menunjukkan bahwa besaran laju alih fungsi lahan pertanian dari
lahan sawah ke nonsawah 187.720 ha/tahun, dengan rincian alih
fungsi ke nonpertanian sebesar 110.164 ha/tahun dan alih fungsi
ke pertanian lainnya 77.556 ha/tahun. Adapun alih fungsi lahan
kering pertanian ke nonpertanian sebesar 9.152 ha/tahun.
Permasalahan degradasi lahan, yaitu terjadinya penurunan
kemampuan lahan, aktual dan potensial untuk menghasilkan
barang dan jasa kuantitatif dan kualitatif akibat ketidaksesuaian
kemampuan lahan dengan penggunaan lahan. Degradasi lahan
juga akan menyebabkan kegagalan pencapaian pembangunan
pertanian berkelanjutan.
Kelangkaan Energi Fosil
Kelangkaan sumber energi fosil memicu kenaikan harga BBM
di pasar internasional dan menimbulkan kenaikan biaya produksi.
BBM digunakan oleh industri pupuk, pestisida, transportasi, dan
industri pangan. Oleh karena itu, kenaikan harga BBM akan
meningkatkan kenaikan biaya sarana produksi pertanian, selain
meningkatkan biaya produksi produk olahan pangan yang
menggunakan BBM. Karenanya perlu dikembangkan pemanfaatan
energi alternatif terbarukan berbasis nabati, biopestisida, dan
pemanfaatan limbah pertanian untuk pupuk maupun energi.
Penelitian dan pengembangan energi alternatif tersebut diarahkan
untuk dapat menekan ongkos penggunaan energi secara signifikan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 8
Sarana dan Kelembagaan Sarana Produksi
Hingga saat ini masih ada senjang (gap) produktivitas dan
mutu antara hasil lembaga penelitian dengan di tingkat petani.
Penyebab utamanya adalah (a) perbedaan ketersediaan sarana
produksi benih/bibit unggul bermutu, pupuk, pakan, pestisida/obat-
obatan, alat dan mesin pertanian, dan (b) belum berkembangnya
kelembagaan pelayanan penyedia sarana produksi. Keterbatasan
sarana seperti jalan usahatani berpengaruh terhadap kelancaran
arus input dan output produksi pertanian yang tentunya akan
berpengaruh terhadap produktivitas pertanian. Keterbatasan
kelembagaan tani juga berpengaruh dalam mengakses sumber
pembiayaan dan pemasaran hasil pertanian.
Sumber Daya dan Pemanfaatan Hasil Penelitian
Perbandingan jumlah peneliti dengan tenaga nonpeneliti dan
administrasi adalah 1:3,5 kurang ideal bagi lembaga penelitian.
Dalam 5 tahun ke depan jumlah tenaga yang akan memasuki usia
pensiun sekitar 30-50 orang/tahun termasuk tenaga peneliti yang
memiliki bidang kepakaran spesifik seperti pemulia tanaman. Hasil
analisis TCM dan ECM menunjukkan bahwa untuk mencapai Critical
Mass Puslitbang Tanaman Pangan 5 tahun ke depan membutuhkan
74 peneliti dengan komposisi kekurangan 12 S3, 23 S2 dan 39 S1.
Sarana penelitian berupa 18 unit laboratorium di Balai
Penelitian telah digunakan secara optimal dan 2 laboratorium telah
terakreditasi SNI 19-17025: 2005. Tantangan ke depan adalah
meningkatkan kompetensi laboratorium yang belum terakreditasi
hingga diperoleh pengakuan internasional. Daya saing ilmiah dan
komersial harus dijadikan sasaran pengembangan laboratorium.
Sarana penelitian berupa kebun percobaan seluas 704,1 ha
sebagian belum dimanfaatkan secara optimal, karena ketersediaan
SDM serta dana pengelolaan kebun yang kurang memadai.
Hasil penelitian berupa paten, lisensi, serta penyaluran hasil
penelitian masih berskala nasional dan komersialisasinya rendah,
kecuali untuk benih padi. Permasalahan ini terkait dengan belum
kondusifnya sistem hukum komersialisasi hasil penelitian. Potensi
kerugian yang timbul sulit diprediksi secara kuantitatif mengingat
berbagai faktor yang mempengaruhi perolehan royalti, antara lain:
a) Kesepakatan persentase royalti antara Unit Kerja pemilik HKI
dengan industri penerima lisensi; b) Nilai ekonomis teknologi hasil
litbang yang dilisensikan; c) Kondisi lingkungan strategis seperti:
potensi pasar, iklim, geografis, dukungan kelembagaan dan
lembaga keuangan; dan d) Persaingan industri baik domestik
maupun internasional.
Implikasi bagi Puslitbang Tanaman Pangan
Kebijakan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Kondisi saat ini menghendaki peran masyarakat dominan dan
pemerintah hanya sebagai fasilitator. Reformasi total menuntut
perlunya melaksanakan rekonstruksi kelembagaan pemerintahan
publik berdasarkan prinsip good governance dengan tiga
karakteristik utama yaitu kredibilitas, akuntabilitas, dan
transparansi. Kebijakan pembangunan dirancang dan dilaksanakan
secara transparan, serta diawasi publik, sedangkan pelaksana
bertanggungjawab atas keberhasilan dari kebijakan tersebut.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 9
Implikasi Puslitbang Tanaman Pangan adalah perlunya: (1)
meningkatkan akuntabilitas dan kredibilitas lembaga dengan
meningkatkan efektivitas dan efisiensi program, ouput serta
peningkatan kualitas SDM, (2) meningkatkan penguasaan Iptek
mutakhir dalam pelaksanaan litbang tanaman pangan serta
kemutakhiran teknologi yang dihasilkan, (3) memperluas jaringan
kerja sama penelitian antarlembaga penelitian nasional dalam
rangka diseminasi hasil penelitian. Litbang tanaman pangan harus
fokus pada penciptaan teknologi benih/bibit, dan teknologi budi
daya dan pascapanen primer untuk meningkatkan nilai tambah
yang berdaya saing dengan karakteristik yang sesuai keinginan
konsumen domestik maupun internasional.
Penelitian kebijakan diperlukan untuk mengevaluasi kebijakan
dan penyusunan usulan rekomendasi kebijakan pembangunan
pertanian. Rekomendsai kebijakan mencakup aspek teknologi,
ekonomi, sosial (kelembagaan), dan lingkungan serta fokus pada
upaya mendukung terwujudnya pertanian industrial unggul
berkelanjutan yang berbasis sumber daya lokal. Selain itu,
dibangun pula sistem inovasi pertanian yang utuh mulai dari hulu
sampai ke hilir yang bersifat inovasi spesifik lokasi.
Penelitian Food, Feed, Bio Fuel dan Bio Fibre (4-F)
Secara umum orientasi litbang tanaman pangan adalah
mendukung pencapaian produktivitas dan produksi 4-F (Food,
Feed, Fiber, dan Fuel). Peluang pengembangan tanaman pangan
untuk food, feed dan fibre adalah padi (hibrida dan VUTB), jagung
(hibrida dan komposit), dan kedelai. Untuk fuel dikembangkan ubi
kayu dan sorgum. Selain itu, masih dapat diusulkan komoditas
spesifik daerah yang memiliki keunggulan kompetitif yang tidak
dimiliki oleh daerah lain maupun negara lain.
Terbatasnya ketersediaan energi dari fosil perlu dicari sumber
energi lain. Ubi kayu, sorgum, dan limbah pertanian seperti jerami,
tongkol, hijauan lainnya, dan kotoran ternak dapat diolah menjadi
sumber energi alternatif terbarukan. Apabila energi sumber nabati
dan limbah ini dapat dikembangkan terutama di pedesaan, maka
akan diciptakan masyarakat yang mandiri energi untuk memenuhi
kebutuhan energi rumah tangganya. Karena itu, litbang tanaman
pangan akan berorientasi pada pengembangan dan pemanfaatan
tanaman dan limbah tersebut secara efisien dengan sasaran ongkos
produksinya menjadi lebih rendah dibanding energi fosil.
Penelitian Antisipasi Konversi Lahan, Perubahan Iklim dan
Pemuliaan Molekuler (Molecular Breeding)
Dalam lima tahun ke depan, optimalisasi pemanfaatan lahan
kering yang banyak tersedia di luar Jawa menjadi sangat penting.
Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dicari inovasi teknologi antara
lain: (1) varietas unggul baru umur genjah toleran cekaman biotik
dan abiotik dan produktivitasnya tinggi, (2) pola manajemen air
irigasi yang efisien, (3) teknologi penanggulangan kelelahan lahan
(soil fatigue), (4) sistem usahatani konservasi di DAS yang ber-
wawasan lingkungan, dan (5) pengembangan komoditas pertanian
bernilai tinggi, khususnya untuk lahan sawah di Jawa.
Antisipasi ditempuh melalui peningkatan indeks panen dengan
memanfaatkan anomali iklim seperti saat terjadi La-Nina tidak
dapat tanam palawija diganti tanam padi umur genjah. Sebagai
konsekuensi dari strategi dan kebijakan penanggulangan dampak
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 10
perubahan iklim pada sektor pertanian seperti yang digariskan
Kementerian Pertanian, maka Puslitbang Tanaman Pangan
bekerjasama dengan Lembaga Riset lainnya akan melakukan 1)
Perakitan varietas unggul (toleran genangan, kekeringan, salinitas,
umur genjah, organisme pengganggu tanaman), teknologi
pengelolaan lahan/ tanah/pemupukan dan air, dan 2) Sosialisasi
dan pengembangan teknologi model untuk adaptasi perubahan
iklim, seperti Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Sistem
Integrasi Tanaman dan Ternak (SITT), Teknologi hemat air, dan
Carbon Efficient Farming (CEF).
Penurunan emisi gas rumah kaca, Puslitbang Tanaman
Pangan bekerjasama dengan lembaga riset lainnya mendukung
Program Utama Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca melalui: 1) Penelitian dan pengembangan (litbang)
teknologi budi daya tanaman ramah lingkungan, 2) Litbang
biopestisida, 3) Litbang pemanfaatan kotoran/urine ternak dan
limbah pertanian untuk energi dan pupuk organik, dan 4) Litbang
teknologi rendah emisi, metodologi MRV (measurable, reportable,
verifiable) sektor pertanian.
Program pemuliaan untuk mendapatkan varietas unggul
dapat dipercepat melalui molecular breeding. Teknik kultur in vitro
dapat dimanfaatkan untuk pembentukan populasi atau galur yang
diperlukan merakit varietas baru, selain untuk menghasilkan bibit
tanaman bebas penyakit dalam jumlah banyak dan seragam
dengan waktu lebih cepat dibandingkan dengan cara konvensional.
Pemanfaatan lain dari teknik kultur in vitro adalah perbaikan
tanaman melalui seleksi in vitro dan keragaman somaklonal.
Mikroba dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan pestisida
hayati yang ramah lingkungan dan senyawa bioaktif yang potensial
untuk industri, serta sumber gen penting untuk rekayasa genetika.
Aspek lain penggunaan bioteknologi adalah perakitan tanaman
transgenik atau dikenal dengan rekayasa genetik melalui integrasi
gen tertentu langsung ke dalam genom tanaman target.
Penggunaan tanaman transgenik yang secara global menunjukkan
peningkatan luas areal penanaman setiap tahunnya. Permasalahan
penting di Indonesia dan diharapkan dapat diatasi dengan
bioteknologi antara lain pembentukan varietas tanaman pangan
produktivitas tinggi, umur sangat genjah, tahan terhadap cekaman
biotik dan abiotik tertentu, efisien terhadap input seperti pupuk.
Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Jejaring Kerja
Penerapan invensi hasil litbang pertanian dalam rangka
percepatan diseminasi inovasi teknologi, merupakan faktor penentu
upaya percepatan pelaksanaan program pembangunan pertanian.
Puslitbang Tanaman Pangan sebagai sumber inovasi teknologi
pertanian harus menghasilkan invensi yang terencana, terfokus
dengan sasaran yang jelas dan dapat diterapkan pada skala
industri untuk memecahkan masalah aktual yang dihadapi
masyarakat dengan memanfaatkan iptek.
Kegiatan kerja sama dan peningkatan jejaring kerja dapat
dikategorikan menjadi (1) memperkuat dan memperluas jejaring
kerja dengan lembaga penelitian pemerintah dan perguruan tinggi
untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya, menghilangkan
tumpang tindih penelitian, konvergensi program litbang, dan
meningkatkan kualitas penelitian, (2) memperkuat keterkaitan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 11
dengan swasta, lembaga penyuluhan, dan pengambil kebijakan
serta melibatkannya dari tahap penyusunan program dan
perancangan penelitian untuk mengefektifkan diseminasi hasil
penelitian, dan (3) meningkatkan keterlibatan dalam jejaring kerja
internasional baik bilateral, multilateral, maupun regional.
Peningkatan Kompetensi Sumber Daya Manusia
Ke depan, peneliti Puslitbang Tanaman Pangan harus
profesional (ahli dalam suatu bidang) yang mampu menghasilkan
jasa sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidangnya.
Peneliti profesional harus berkarakter, di antaranya bertanggung-
jawab, jujur, respek, integritas, bermartabat dan patriotik dalam
arti memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.
Laboratorium dan kebun percobaan sangat potensial untuk
dimanfaatkan sebagai sumber penerimaan negara bukan pajak
(PNBP). SDM yang lemah, dana pengelolaan kebun yang kurang
memadai, dapat dilakukan dengan cara magang di laboratorium
atau kebun percobaan yang telah berkembang, atau melakukan
kerja sama dengan pihak ketiga.
2.1.5. Pencapaian Tujuan dan Sasaran
Pencapaian tujuan dan sasaran telah ditetapkan dalam
strategi operasional penelitian dan pengembangan
kemudian dijabarkan menjadi kebijakan, kegiatan penelitian
dan pengembangan. Kegiatan disusun atas dasar komoditas
serta bidang masalah atau wilayah agro-ekosistem yang
sesuai bagi pengembangan tanaman pangan.
Arah kebijakan dan strategi litbang tanaman pangan
merupakan bagian dari arah kebijakan dan strategi litbang
pertanian pada Renstra Badan Litbang Pertanian 2010-2014
khususnya yang terkait langsung dengan program Badan
Litbang Pertanian yaitu penciptaan teknologi dan varietas
unggul berdaya saing untuk bidang tanaman pangan.
Kebijakan
Kebijakan Puslitbang Tanaman Pangan dalam penelitian dan
pengembangan tanaman pangan merupakan bagian integral
dari kebijakan Badan Litbang Pertanian. Kebijakan dibangun
dengan menerapkan prosedur standar seperti analisis SWOT
dan logical framework. Pola pikir kemudian dielaborasi dari
lintas jalan (pathway) penelitian, adopsi, dampak litbang
pertanian dan evaluasi umpan balik.
1. Memfokuskan penciptaan inovasi teknologi benih/bibit
unggul dan rumusan kebijakan guna pemantapan
swasembada beras dan jagung serta pencapaian
swasembada kedelai untuk peningkatan produksi
produk komoditas pangan substitusi impor, diversifikasi
pangan, bioenergi dan bahan baku industri.
2. Memperluas jejaring kerja sama penelitian, promosi
dan diseminasi hasil penelitian kepada stakeholders
nasional maupun internasional untuk mempercepat
proses pencapaian sasaran pembangunan pertanian
(impact recoqnition) pengakuan ilmiah internasional
(scientific recognition) dan perolehan sumber-sumber
pendanaan penelitian lainnya di luar APBN.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 12
3. Meningkatkan kuantitas, kualitas dan kapabilitas
sumber daya penelitian melalui perbaikan sistem
rekruitmen dan pelatihan SDM, penambahan sarana
dan prasarana, dan struktur penganggaran yang sesuai
dengan kebutuhan institusi.
4. Mendorong inovasi teknologi yang mengarah pada
pengakuan dan perlindungan HaKI (Hak Kekayaan
Intelektual) secara nasional dan internasional.
5. Meningkatkan penerapan manajemen penelitian dan
pengembangan yang akuntabel dan good governance.
Strategi Litbang Tanaman Pangan
1. Menyusun cetak biru kebutuhan inovasi teknologi untuk
pencapaian sasaran pembangunan pertanian dan
benchmark hasil penelitian.
2. Mengoptimalkan kapasitas unit kerja untuk
meningkatkan produktivitas dan kualitas penelitian,
memperkuat inovasi teknologi tanaman pangan yang
berorientasi ke depan, memecahkan masalah,
berwawasan lingkungan, aman bagi kesehatan dan
menjamin keselamatan manusia serta dihasilkan dalam
waktu yang relatif cepat, efisien dan berdampak luas.
3. Menyusun dan meningkatkan pemanfaatan
rekomendasi kebijakan antisipatif dan responsif dalam
kerangka pembangunan pertanian untuk memecahkan
berbagai masalah dan isu-isu aktual dalam
pembangunan pertanian.
4. Meningkatkan intensitas komunikasi dan partisipasi
pada kegiatan ilmiah nasional dan internasional.
5. Meningkatkan intensitas pendampingan penerapan
teknologi kepada calon pengguna.
6. Meningkatkan intensitas promosi inovasi teknologi
kepada pelaku usaha industri agro.
7. Meningkatkan kerja sama penelitian dan pengem-
bangan dengan lembaga internasional/nasional
berkelas dunia dalam rangka memacu peningkatan
produktivitas dan kualitas penelitian untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan pengguna dan pasar. Kerja
sama penelitian dan pengembangan ini juga diarahkan
untuk pencapaian pengakuan kompetensi sebagai
impact recoqnition yang mengarah pada peningkatan
perolehan pendanaan di luar APBN.
8. Mengembangkan sistem alih teknologi berbasis HaKI
hasil litbang ke dunia industri melalui lisensi.
9. Menerapkan kebijakan reformasi birokrasi secara
konsisten pada semua jajaran Badan Litbang Pertanian.
2.2. PERENCANAAN KINERJA
Sesuai dengan Pokok-pokok Reformasi Perencanaan dan
Penganggaran (SEB Meneg Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala BAPPENAS dan Menkeu, No.0412.M.PPN/06/
2009 19 Juni 2009) program di Eselon I dan kegiatan di
Eselon II. Program Badan Litbang Pertanian periode 2010-
2014 adalah Penciptaan teknologi dan varietas unggul
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 13
berdaya saing. Sejalan dengan hal tersebut, Puslitbang
Tanaman Pangan menetapkan kebijakan alokasi sumber daya
litbang menurut komoditas prioritas utama yang ditetapkan
oleh Kementerian Pertanian, yaitu 3 di antara 5 komoditas
prioritas tanaman pangan (padi, jagung, dan kedelai) serta
ubikayu dan kacang tanah yang termasuk dalam 30 fokus
komoditas lainnya.
Penyusunan rencana kinerja kegiatan penelitian diselaraskan
dengan sasaran Renstra Puslitbangtan 2010-2014. Sejalan
dengan hal tersebut Puslitbangtan telah menyusun Rencana
Kinerja Tahunan (RKT) 2011 yang berisi : 1) uraian kegiatan
yang akan dilaksanakan, 2) indikator kinerja input sumber
daya dan pembiayaan, dan 3) indikator output berupa hasil
yang akan dicapai secara terukur, efektif, efisien dan
akuntabel untuk mendorong pengembangan profesionalisme
institusi Puslitbangtan menuju good governance yang
ditetapkan melalui Penetapan Kinerja Tahunan (PKT) 2011.
Rencana kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman
pangan telah dituangkan dalam RKT tahun 2011 yang
dilakukan untuk mencapai sasaran organisasi sebagai berikut:
1. Tersedianya informasi sumber daya genetik tanaman
pangan.
2. Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan.
3. Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen
primer tanaman pangan.
4. Tersedianya benih sumber varietas unggul baru padi,
jagung, kedelai untuk penyebaran varietas berdasarkan
SMM ISO 9001-2008.
5. Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman pangan.
6. Terselenggaranya diseminasi teknologi tanaman pangan.
Jumlah anggaran yang diusulkan dalam RKT sebesar
Rp.104.720.000.000,-.
Adapun matriks kegiatan Litbang Tanaman Pangan disajikan
pada Tabel 2.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 14
Tabel 2. Matriks Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan 2011.
Program litbang pertanian Kegiatan litbang tanaman pangan Judul litbang tanaman pangan
I. Penciptaan teknologi dan varietas unggul berdaya saing
1. Pengkayaan, pengelolaan, pemanfaatan, dan pelestarian sumber daya genetik tanaman pangan
a. Peningkatan sumber genetik koleksi plasma nutfah padi karakterisasi, verifikasi,
dan rejuvinasi untuk perbaikan sifat varietas padi
b. Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah aneka kacang dan ubi secara
konvensional, serta memanfaatkan teknologi DNA
c. Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi sumber daya genetik jagung
genjah, sorgum manis, gandum tropis, dan jawawut
2. Penelitian pemuliaan dan perakitan
varietas unggul baru tanaman pangan
a. Perakitan varietas unggul baru padi
b. Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka kacang dan ubi
c. Perakitan varietas unggul baru jagung dan serealia lainnya
3. Perakitan teknologi budi daya, panen, dan
pascapanen primer tanaman pangan
a. Teknologi budi daya tanaman padi
b. Pengembangan teknik peringatan dini di pesemaian dan tanaman umur muda,
serta pengendalian penyakit tungro untuk menekan kehilangan hasil
c. Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi
d. Teknologi budi daya tanaman serealia
4. Perbenihan tanaman pangan sesuai SMM ISO 9001 : 2008
a. Penyediaan benih sumber varietas unggul padi
b. Penyediaan benih penjenis kedelai dan benih sumber aneka kacang dan ubi
c. Produksi benih sumber jagung
5. Analisis kebijakan pengembangan tanaman pangan
a. Analisis dan sintesis kebijakan pengembangan tanaman pangan
6. Diseminasi inovasi teknologi tanaman pangan
a. Pengembangan sistem informasi komunikasi, diseminasi, dan umpan balik
inovasi tanaman padi
b. Pengembangan diseminasi dan penjaringan umpan balik teknologi aneka kacang
dan ubi
c. Penyebarluasan dan alih teknologi inovasi produksi serealia
d. Pengembangan sumber daya informasi IPTEK, diseminasi dan jaringan umpan
balik tanaman pangan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 15
2.3. PERJANJIAN KINERJA
Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang
efektif, transparan, akuntabel, dan berorientasi kepada hasil,
Puslitbang Tanaman Pangan terus berupaya meningkatkan
akuntabilitas kinerja menggunakan indikator kinerja yang
meliputi efisiensi masukan (input), kualitas perencanaan dan
pelaksanaan (proses), keluaran (output) baik primer (varietas,
produk, komponen teknologi, prototipe, rumusan standar dan
norma, alternatif kebijakan) maupun sekunder (publikasi dan
fasilitas penelitian yang terakreditasi).
Setelah Rencana Kinerja Tahunan (RKT) disetujui dengan
terbitnya DIPA 2011, selanjutnya disusun Penetapan Kinerja
Tahunan (PKT) yang merupakan ikhtisar rencana kerja
tahunan yang akan dicapai tahun 2011. Penetapan kinerja ini
merupakan wujud komitmen perjanjian kinerja sebagai tolok
ukur keberhasilan dan dasar evaluasi akuntabilitas kinerja
Puslitbang Tanaman Pangan pada akhir tahun anggaran.
Kegiatan Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2011
memperoleh anggaran yang telah direvisi sebesar
Rp.139.652.958.000 dengan indikator kinerja yang ditetapkan
melalui PKT 2011 yaitu:
1. Jumlah aksesi sumber daya genetik tanaman pangan
yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan sifat varietas:
1.255 aksesi.
2. Jumlah varietas unggul baru tanaman pangan : 11
varietas.
3. Jumlah teknologi budi daya, panen, dan pascapanen
primer tanman pangan: 17 teknologi.
4. Jumlah produksi benih sumber padi, serealia, aneka
kacang dan ubi : 120 ton
5. Rumusan kebijakan tanaman pangan : 8 rekomendasi
6. Terselenggaranya diseminasi teknologi tanaman pangan
berupa jumlah publikasi ilmiah 10 judul dan jumlah
pertemuan ilmiah 4 kali.
Uraian kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Puslitbang
Tanaman Pangan sebagai berikut:
1. Pengkayaan, pengelolaan, pemanfaatan, dan
pelestarian sumber daya genetik tanaman pangan
1.a. Peningkatan sumber genetik koleksi plasma nutfah
padi karakterisasi, verifikasi, dan rejuvinasi untuk
perbaikan sifat varietas padi.
Input kegiatan ini sebesar Rp. 345.000.000,-
(dilaksanakan oleh BB Padi) melibatkan 10 orang peneliti.
Target output kegiatan adalah : a) Tersedianya diversitas
genetik koleksi plasma nutfah padi 500 aksesi untuk
dimanfaatkan kegiatan pemuliaan tanaman, b) Benih
koleksi plasma nutfah dalam jumlah cukup dan berdaya
tumbuh baik serta terkarakterisasi, dan c) Informasi hasil
verifikasi varietas yang muncul dan berkembang di lapang
serta potensi pengembangannya lebih lanjut.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 16
1.b. Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah
tanaman aneka kacang dan ubi secara
konvensional, serta memanfaatkan teknologi DNA.
Input kegiatan ini sebesar Rp. 172.178.000,-
(dilaksanakan oleh Balitkabi) melibatkan 8 orang peneliti.
Target output kegiatan adalah: a) Dipertahankannya
identitas 300 aksesi plasma nutfah aneka kacang dan
diremajakannya 250-325 aksesi plasma nutfah aneka
tanaman ubi, b) Terkarakterisasinya sifat kimia dan
keunggulan ubi potensial untuk pangan fungsional, c)
Diperolehnya informasi toleransi aksesi aneka kacang dan
ubi terhadap cekaman lingkungan biotik dan abiotik serta
kontribusinya dalam program diversifikasi pangan dan
perbaikan varietas, dan d) Diperbaharuinya katalog
plasma nutfah aneka kacang dan ubi sebagai penunjang
sistem bioinformatika.
1.c. Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi
sumber daya genetik jagung genjah, sorgum
manis, gandum tropis, dan jawawut.
Input kegiatan ini sebesar Rp. 220.252.000,-
(dilaksanakan oleh Balitsereal) melibatkan 8 orang
peneliti.
Target output kegiatan ini adalah: a) Terkoleksinya
minimal 4 varietas jagung lokal, b) Diperbaharui minimal
50 aksesi jagung, sorgum, dan jawawut dengan daya
tumbuh rendah hasil observasi tahun sebelumnya dan
tersimpan di cool storage, c) Tersedianya informasi 25
aksesi jagung dan 25 aksesi jawawut sifat agronomisnya,
d) Tersedianya informasi ketahanan terhadap cekaman
biotik minimal 30 aksesi jagung untuk kumbang bubuk
dan 40-60 aksesi jagung untuk penyakit bulai, e)
Tersedianya informasi ketahanan cekaman abiotik minimal
25 aksesi jagung terhadap kekeringan, genangan, dan
pemupukan N rendah, dan f) Tersedianya benih inti
jagung komposit minimal 300 tongkol per varietas
(Lamuru, Bisma, Lagaligo, Srikandi Kuning-1, Srikandi
Putih-1, dan Sukmaraga), serta benih penjenis (BS) tetua
jagung hibrida varietas Bima minimal 10 kg per tetua (MR-
14, MR-4, B-11209, Nei-9008, G-180, G-193, dan N-150).
2. Penelitian pemuliaan dan perakitan varietas unggul baru
tanaman pangan.
2.a. Perakitan varietas unggul baru padi.
Input untuk kegiatan penelitian ini sebesar Rp.
7.221.000.000,- (dilaksanakan oleh BB Padi) melibatkan 91
orang peneliti.
Target output kegiatan ini adalah: a) Dilepasnya 4 varietas
unggul baru serta diperolehnya 1 paket informasi potensi
hasil, daya adaptasi galur-galur harapan padi gogo dan
padi rawa di berbagai lingkungan tumbuh, 2 calon varietas
unggul padi gogo, dan 2 varietas unggul padi rawa, b)
Diperolehnya 10 galur harapan padi sawah ultra genjah,
dan 5 galur padi ultra genjah untuk bahan evaluasi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 17
lanjutan, c) Diperolehnya 2 galur calon GMJ baru, 2 galur
calon galur pelestari, 10 galur calon galur pemulih
kesuburan, d) Diperolehnya 6 galur harapan hasil mutasi
siap UML dan 6 galur harapan hasil mutasi untuk evaluasi
UDHL, e) Diperolehnya 3 CVUB padi gogo unggul, 9 galur
padi gogo yang beradaptasi baik, produksi tinggi, tahan
blas dan sesuai selera petani, dan 5 galur padi gogo
berpenampilan baik di lahan kering dataran tinggi, f)
Diperolehnya 5 galur harapan padi/beras fungsional tahan
hama dan penyakit utama, g) Diperolehnya 35 galur mutan
padi sawah varietas lokal dataran tinggi dan galur generasi
menegah toleran suhu rendah; 5 galur harapan padi sawah
dataran tinggi yang memiliki umur genjah, dan h)
Diperolehnya 2 galur harapan padi toleran rendaman, 1
informasi adaptabilitas dan stabilitas hasil galur-galur yang
diuji pada berbagai kondisi lingkungan pengujian.
2.b. Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka
kacang dan ubi
Input kegiatan penelitian ini sebesar Rp. 1.793.109.000,-
(kegiatan dilaksanakan oleh Balitkabi) melibatkan 99 orang
peneliti.
Target output kegiatan ini adalah: a) Diperoleh data/
informasi adaftasi galur-galur harapan kedelai toleran lahan
masam, kekeringan dan naungan, serta kadar lengas
rendah, b) Mendapatkan 2-3 calon VUB kacang tanah
berumur genjah dan tahan hama penyakit, c) Mendapatkan
sejumlah klon ubikayu berdaya hasil dan berkadar pati
tinggi adaptif lahan kering masam, mendapatkan 2-3 calon
varietas VUB ubijalar yang memiliki potensi hasil tinggi,
kadar antosianin dan beta karotin tinggi yang cocok
digunakan sebagai bahan pangan fungsional dan bahan
baku industri, d) mendapatkan 1-2 GH calon VUB kacang
hijau toleran cekaman biotik, penyakit embun tepung dan
thrips, dan e) mendapatkan galur homozigot kedelai tropis
umur genjah, ukuran biji sedang dan potensi hasil tinggi.
2.c. Perakitan varietas unggul baru jagung dan serealia
lainnya
Input kegiatan penelitian ini sebesar Rp. 1.490.424.000,-
(kegiatan dilaksanakan oleh Balisereal) melibatkan 67
orang peneliti.
Target output kegiatan ini adalah: a) Dilepasnya minimal
satu calon VUB jagung hibrida berumur genjah, berpotensi
hasil tinggi dan toleran kekeringan, b) Tersedianya galur
dan populasi dasar untuk pembentukan varietas jagung
hibrida dan bersari bebas berumur super dan ultra genjah,
dilepasnya satu calon VUB gandum yang toleran terhadap
suhu tinggi dapat ditanam di dataran tinggi dan dataran
rendah, c) Diperoleh hibrida hibrida F1 sorgum manis
produksi etanol dan biomas tinggi, dan 2 calon VUB jagung
hibrida QPM biji kuning dan putih dengan kandungan lisin
dan triptofan tinggi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 18
3. Perakitan teknologi budi daya, panen, dan pascapanen
primer tanaman pangan
3.a. Teknologi budi daya tanaman padi
Input penelitian ini sebesar Rp.4.120.000.000,-
(dilaksanakan oleh BB Padi) melibatkan 83 orang peneliti.
Target output kegiatan ini adalah : a) Diperolehnya 1
paket rekomendasi untuk pengendalian hama yang
menyerang tanaman padi di dalam dan sekitar kebun
Sukamandi, 1 informasi teknik pengendalian hama dengan
rekayasa ekologi, dan 1 paket informasi dosis VCD untuk
pengendalian tikus, b) Diperolehnya 1 paket informasi
sifat-sifat biologi virus padi yang berhasil diidentifikasi,
informasi varietas/galur padi yang tahan tungro dengan
bantuan marker, c) Diperolehnya 1 paket informasi cara
pengelolaan air dan populasi (sistem tanam) yang sesuai
untuk menghasilkan kanopi sehat, pertumbuhan dan hasil
yang tinggi untuk 3 tipe varietas padi (inbrida, hibrida,
dan PTB) dan 2 paket informasi status hara tanah dan
respon tanaman padi pada lahan sawah irigasi yang
menerima berbagai perlakuan pemupukan; 1 paket
informasi keseimbangan hara menurut waktu; dan 1 paket
hubungan antara input output (efisiensi) dalam kaitannya
dengan penggunaan pupuk; 1 paket saran pengelolaan
hara yang lebih baik berdasar gejala penurunan
produktivitas dan trend produksi dalam jangka panjang,
d) Diperolehnya 1 paket informasi komponen (senyawa)
penyusun flavor 20 varietas dan galur harapan padi
aromatik, 1 informasi sifat sensoris/organoleptik 20
varietas lokal/galur harapan serta 1 peta preferensi
konsumen beras berdasarkan kepulenan dan komposisi
aroma untuk menunjang perakitan varietas sesuai selera
konsumen, e) 1 paket teknologi budi daya peningkatan IP
Padi dalam satu tahun, serta teknologi peningkatan
Indeks Pertanaman dengan target >25 ton GKP/ha/tahun;
1 paket informasi stabilitas hama dan penyakit tanaman, 1
paket teknologi optimum bagi lahan rawa pasang surut
demi keberlanjutan usahatani dan peningkatan IP padi; 1
paket teknologi optimum bagi lahan terdampak salinitas,
dan f) Diperolehnya 1 peta pemanfaatan VUB padi di 3
propinsi sentra produksi padi, alasa petani menanam atau
tidak menanam UB padi, adopsi teknologi PTT, dan
deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi PTT.
3.b. Pengembangan teknik peringatan dini di
pesemaian dan tanaman umur muda, serta
pengendalian penyakit tungro untuk menekan
kehilangan hasil
Input penelitian ini Rp. 874.878.000,- (dilaksanakan oleh
Lolit Tungro) dan melibatkan 5 orang peneliti.
Target output penelitian ini yaitu: a) Diperoleh 100-200
galur generasi awal yang mempunyai gen ketahanan
terhadap virus tungro, b) Diperoleh 10-15 galur yang
mempunyai ketahanan terhadap berbagai sumber
inokulum di daerah spesifik endemik dan memperlihatkan
karakter fisiologi yang lebih baik, dan c) Diperoleh 5 – 10
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 19
galur harapan tahan tungro yang memiliki produktivitas
lebih baik dari sejumlah varietas unggul yang saat ini
umum ditanam petani, informasi teknik konservasi yang
tepat untuk meningkatkan populasi musuh alami pada
awal pertumbuhan vegetatif tanaman, dan informasi
keragaman ketahanan lebih dini galur padi terhadap
penyakit tungro berdasarkan marka molekuler.
3.c. Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi
Input penelitian ini Rp. 488.590.000,- (dilaksanakan oleh
Balitkabi) dan melibatkan 16 orang peneliti.
Target output kegiatan ini yaitu: a) Mendapatkan satu
formula pupuk hayati bakteri pelarut P yang mampu
meningkatkan produktivitas tanaman, menghemat pupuk
kimia, menentukan produktivitas dan efisiensi peng-
gunaan inokulum rhizobium asal tanah masam dan pupuk
organik kaya hara pada pola tanam berbasis ubikayu di
lahan masam, b) Mendapatkan formulasi pestisida nabati
dan agens hayati sederhana yang efektif untuk
pengendalian hama dan penyakit aneka kacang, dan c)
Diperolehnya satu unit prototipe alat pengering kedelai
biji/benih dan satu unit alat tanam kedelai.
3.d. Teknologi budi daya tanaman serealia
Input penelitian ini sebesar Rp. 225.342.000,-
(dilaksanakan oleh BB Balitsereal) dan sumber daya yang
terlibat 36 orang peneliti.
Target output penelitian ini, yaitu: a) Terkarakterisasi
secara genetik koleksi plasma nutfah jagung, gandum dan
sorgum berbasis marka SSR dan SNP, b) Diketahui
ketahanan varietas/galur jagung terhadap Aspergillus
flavus, penyakit bulai dan resistensinya terhadap
metalaksil, dan pembiakan masal MO patogen terhadap
hama penggerek tongkol dan ulat grayak, c) Dihasikannya
komponen teknologi dasar dengan pendekatan PTT
jagung yang sinergis yang dapat mendukung penerapan
IP400, dan d) Dihasilkannya prototipe mesin perontok
benih gandum dan mesin sosoh gandum termodifikasi.
4. Perbenihan tanaman pangan sesuai SMM ISO 9001-
2008
4.a. Penyediaan benih sumber varietas unggul padi
Input kegiatan ini Rp. 1.191.000.000,- (dilaksanakan oleh
BB Padi dan Lolit Tungro) dan sumber daya yang terlibat
20 orang peneliti.
Target output kegiatan ini, yaitu: a) Benih inti sekitar 15-
20 varietas inbrida b) Benih sumber padi inbrida sebanyak
20 ton benih BS, 60 ton benih FS dan 17 ton benih SS.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 20
4.b. Penyediaan benih penjenis kedelai dan benih
sumber aneka kacang dan ubi
Input penelitian ini Rp. 1.277.730.000,- (dilaksanakan oleh
Balitkabi) dan melibatkan 28 orang peneliti.
Target output kegiatan ini, yaitu: a) benih inti kedelai 700
kg untuk 10 varietas (Grobogan, Burangrang, Detam-1,
Detam-2, Kaba, Tanggamus, Anjasmoro, Argomulyo, Ijen,
dan Wilis) kacang tanah; 700 kg untuk 8 varietas (Tuban,
Bima, Domba, Jerapah, Gajah, Kelinci, dan Bison) dan
kacang hijau; 350 kg untuk 8 varietas (Kutilang, Murai,
Betet, Perkutut, Sriti, Kenari, Vima-1, dan Walet), b) benih
penjenis 15.000 kg untuk 10 varietas (Grobogan,
Burangrang, Detam-1, Detam-2, Kaba, Tanggamus,
Anjasmoro, Argomulyo, Ijen, dan Wilis) kacang tanah;
9.000 kg untuk 8 varietas (Tuban, Bima, Domba, Jerapah,
Gajah, Kelinci, dan Bison) dan kacang hijau; 4.500 kg
untuk 8 varietas (Kutilang, Murai, Betet, Perkutut, Sriti,
Kenari, Vima-1, dan Walet).
4.c. Produksi benih sumber jagung
Input penelitian ini Rp. 1.093.622.000,- (dilaksanakan oleh
Balitsereal) dan melibatkan 26 orang peneliti.
Target output kegiatan ini, yaitu: a) Dihasilkan 3000 kg
benih BS jagung bersari bebas yang berkualitas varietas
Lamuru, Sukmaraga, Srikandi Kuning-1, Bisma, dan
Anoman-1 dengan penerapan sistem manajemen mutu, b)
Dihasilkan 10.000 kg benih BD jagung bersari bebas yang
berkualitas varietas Lamuru, Sukmaraga, Srikandi Kuning-
1, Bisma, dan Anoman-1 dengan penerapan sistem
manajemen mutu, c) Dihasilkan 25.000 kg benih F1
hibrida jagung varietas Bima-1 s/d Bima-11, dan d)
tersurvelensinya UPBS Balitsereal berbasis SMM ISO 9001-
2001 dalam produksi benih sumber jagung.
5. Analisis kebijakan pengembangan tanaman pangan
Input penelitian ini Rp. 791.000.000,- (dilaksanakan oleh
Puslitbangtan) dan melibatkan 15 orang peneliti.
Target output penelitian ini, yaitu: a) Analisis kebijakan
peningkatan daya saing dan nilai tambah tanaman pangan
menghadapi persaingan global, b) Analisis kebijakan
tingkat adopsi teknologi produksi padi sawah mengacu
produktivitas optimal dan keberlanjutan, c) Analisis
kebijakan kesiapan sistem perbenihan kedelai dalam
mendukung swasembada, d) Analisis kebijakan kesiapan
tindakan adaptasi usahatani tanaman pangan menghadapi
banjir dan kekeringan akibat perubahan iklim global, e)
Analisis kebijakan efektivitas bantuan benih dan bantuan
pupuk pada program SL-PTT, f) Analisis kebijakan
permasalahan implementasi PHT di lapangan, g) Analisis
kebijakan permasalahan sistem produksi benih jagung
komposit, dan h) Analisis pupuk dan pemupukan padi
sawah spesifik lokasi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 21
6. Diseminasi teknologi tanaman pangan
6.a. Pengembangan sistem informasi komunikasi,
diseminasi dan umpan balik inovasi tanaman padi
Input penelitian ini Rp. 11.222.747.000,- (dilaksanakan
oleh BB Padi) dan melibatkan 56 orang peneliti.
Target output kegiatan ini, yaitu: a) Dilaksanakannya 1
kali kegiatan Temu Teknis dan Temu Bisnis, 1 kali kegiatan
Seminar Ilmiah Padi Nasional, 14 kali kegiatan diseminasi
dalam bentuk Ekpose, Gelar Teknologi, dan Open House,
b) Dilaksanakannya 18 kegiatan pendampingan SL-PTT,
penyediaan 415 ton benih VUB padi untuk seluruh lokasi
LL-PTT di Indonesia, 3 kali sertifikasi dan akreditasi, 3
paper kebijakan perpadian, dan 2 laporan workshop
konsorsium padi nasional.
6.b. Pengembangan diseminasi dan penjaringan umpan
balik teknologi aneka kacang dan ubi
Input penelitian ini Rp. 1.512.384.000,- (dilaksanakan oleh
Balitkabi) dan sumber daya yang terlibat 7 orang peneliti.
Target output kegiatan ini, yaitu: a) Pencetakan prosiding,
research highlight, buku pedoman PTT, teknik budi daya
leaflet, buletin, buku resep kabi, dan cetakan lainnya, b)
Menyelenggarakan visitor plot, sosialisasi, temu lapang,
open house, seminar, dan bentuk pertemuan lainnya, c)
Mengidentifikasi varietas yang sesuai keinginan petani dan
industri, dan d) Pendampingan SL-PTT dan atau kacang
tanah.
6.c. Penyebarluasan dan alih teknologi inovasi produksi
serealia
Input penelitian ini Rp. 1.272.643.000,- (dilaksanakan oleh
Balitsereal) dan melibatkan 45 orang peneliti.
Target output kegiatan ini, yaitu: a) Menyeberluaskan
informasi dan difahaminya teknologi inovatif produksi
serealia oleh pengguna, serta terjadi proses yang cepat
dalam penerapan teknologi inovatif tersebut, b)
Menyelenggarakan peragaan teknologi jagung komposit
dan hibrida produk litbang, pameran dan komunikasi tatap
muka, c) Menginformasikan hasil penelitian terbaru dalam
bentuk cetakan, dan d) Dilaksanakannya open house di
Balitsereal dengan berbagai kegiatan dalam rangka
penyebarluasan hasil teknologi penelitian.
6.d. Pengembangan sumber daya informasi IPTEK,
diseminasi dan jaringan umpan balik tanaman
pangan
Input penelitian ini Rp. 1.080.865.000,- (dilaksanakan oleh
Puslitbangtan) dan melibatkan 21 orang SDM.
Target output dari kegiatan ini adalah: a) Diterbitkannya
publikasi hasil penelitian tanaman pangan yang diperlukan
oleh pengguna, b) Tersedianya berbagai publikasi ilmiah,
populer dan semi populer hasil penelitian tanaman pangan,
dan c) Mengembangkan iptek hasil penelitian tanaman
pangan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 22
III. AKUNTABILITAS KINERJA
Penelitian tanaman pangan telah memberikan sumbangan
nyata bagi keberhasilan program peningkatan produksi pangan
melalui penyediaan teknologi optimasi produktivitas dan stabilitas
hasil. Teknologi yang telah dihasilkan melalui penelitian meliputi
varietas unggul, efisiensi pemupukan, pengendalian OPT, efisiensi
pengairan, perbaikan teknologi pascapanen dan budi daya. Hasil-
hasil penelitian dituangkan dan disebarluaskan antara lain melalui
berbagai seminar, simposium, pertemuan ilmiah lain, dan melalui
ekspose indoor dan outdoor di berbagai even seperti Penas XIII,
serta menerbitkan sejumlah publikasi tercetak dalam bentuk jurnal,
prosiding, buletin, berita penelitian, laporan tahunan, brosur, dan
booklet. Tahun anggaran 2011 Puslitbang Tanaman Pangan telah
menetapkan 30 (tiga puluh) sasaran yang akan dicapai. Ke 30
sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan 83 (delapan puluh tiga)
indikator kinerja. Realisasi sampai akhir tahun 2011 menunjukkan
bahwa indikator sasaran seluruhnya telah dapat dicapai dengan
hasil baik.
A. PENGUKURAN KINERJA
Dalam rangka mengukur kinerja dan keberhasilan penelitian
dan pengembangan tanaman pangan secara umum dapat dilihat
pada tujuan, manfaat dan keluaran pogram penelitian dengan
menggunakan indikator tolok ukur kinerja, alat verifikasi, dan
asumsi/risiko yang tertuang dalam matriks kerangka logis.
Puslitbang Tanaman Pangan terus berupaya meningkatkan
akuntabilitas kinerja yang dilaksanakan dengan menggunakan
indikator kinerja yang meliputi efisiensi masukan (input), kualitas
perencanaan dan pelaksanaan (proses), keluaran (output) baik
primer (varietas, produk, komponen teknologi, prototipe, rumusan
standar dan norma, alternatif kebijakan) maupun sekunder
(publikasi dan fasilitas penelitian terakreditasi), manfaat yang
diperoleh sebagai rujukan standar nasional, swasta agribisnis
agroindustri, kerja sama kemitraan, rujukan kebijakan, serta
penyebaran teknologi dan pemanfaatan konsep kebijakan.
Pengukuran tingkat capaian kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
tahun 2011 dilakukan dengan cara membandingkan antara target
indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Rincian tingkat
capaian kinerja masing-masing indikator sasaran tersebut dapat
diilustrasikan dalam Tabel 3 berikut :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 23
Tabel 3. Matriks tingkat capaian kinerja tahun 2011.
No Sasaran Indikator Kinerja
Uraian Target Capaian %
1. Tersedianya informasi sumber daya genetik tanaman pangan.
Peningkatan sumber genetik koleksi plasma nutfah padi karakterisasi, verifikasi, dan rejuvinasi untuk perbaikan sifat varietas padi.
500 aksesi
1.363 aksesi
272,6
Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah tanaman aneka kacang dan ubi secara konvensional, serta memanfaatkan teknologi DNA.
200 aksesi
1.154 aksesi
577,0
Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi sumber daya genetik jagung genjah, sorgum manis, gandum tropis, dan jawawut
555 aksesi
1.030 aksesi
185,6
2. Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan.
Perakitan varietas unggul baru padi 4 VUB 17 VUB 425,0
Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka kacang dan ubi
4 VUB 5 VUB 125,0
Perakitan varietas unggul baru jagung dan serealia lainnya
3 VUB 7 VUB 233,3
3. Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan.
Teknologi budi daya tanaman padi dan
Pengembangan teknik peringatan dini
di pesemaian dan tanaman umur
muda, serta pengendalian penyakit
tungro untuk menekan kehilangan hasil
5 paket
5 paket
100,0
Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi
7 paket 8 paket 114,3
Teknologi budi daya tanaman serealia 5 paket 6 paket 120,0
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 24
Tabel 3. (lanjutan)..............
No Sasaran Indikator Kinerja
Uraian Target Capaian %
4 Tersedianya benih sumber varietas unggul baru padi, jagung, kedelai untuk penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO 9001-2008.
Penyediaan benih sumber varietas unggul padi
20.000 kg (BS)
60.000 kg (FS)
17.000 kg (SS)
20.000 kg (BS)
60.000 kg (FS)
17.000 kg (SS)
100,0
100,0
100,0
Penyediaan benih penjenis kedelai dan benih sumber aneka kacang dan ubi
1.050 kg (NS)
10.000 kg (BS)
18.000 kg (FS)
2.182 kg (NS)
13.000 kg (BS)
21.500 kg (FS)
207,8
130,0
119,4
Produksi benih sumber jagung 3.000 kg (BS)
5.000 kg (FS)
5.340 kg (BS)
12.700 kg (FS)
178,0
254,0
5. Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman pangan
Analisis kebijakan tanaman pangan 8 Rekomendasi 8 Rekomendasi 100,0
6. Terselenggaranya diseminasi teknologi tanaman pangan
Pengembangan sistem informasi komunikasi, diseminasi dan umpan balik inovasi tanaman padi
Penyediaan benih SS
1 paket
420 ton
1 paket
420 ton
100,0
100,0
Pengembangan diseminasi dan penjaringan umpan balik teknologi aneka kacang dan ubi
1 paket 1 paket 100,0
Penyebarluasan dan alih teknologi inovasi produksi serealia
1 paket 1 paket 100,0
Pengembangan sumber daya informasi IPTEK, diseminasi, dan jaringan umpan balik tanaman pangan
1 paket 1 paket 100,0
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 25
B. ANALISIS CAPAIAN KINERJA
Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2011 Pulitbang
Tanaman Pangan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sasaran 1 : Tersedianya informasi sumber daya genetik
tanaman pangan
Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian
indikator kinerja utama dengan target yang ditetapkan dalam PKT
yaitu tersedianya 1.255 aksesi sumber daya genetik tanaman
pangan untuk materi kegiatan perakitan calon varietas unggul baru.
Sasaran 1 tersebut telah dicapai melalui kegiatan
“Pengkayaan, pengelolaan, pemanfaatan, dan pelestarian
sumber daya genetik tanaman pangan”.
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun
2011 telah tercapai dengan persentase rata-rata 345,1%. Target
yang disusun dalam PKT sebesar 1.255 aksesi sumber daya genetik
tanaman padi, aneka kacang dan ubi (kabi), serta serealia. Adapun
realisasi tingkat capaian telah diperoleh 3.547 aksesi (282,63%),
antara lain sumber daya genetik tanaman padi 1.363 aksesi, aneka
kacang dan ubi (kabi) 1.154 aksesi, dan serealia 1.030 aksesi.
Realisasi keuangan pada kegiatan ini sebesar Rp. 736.338.400,-
(99,85%).
Pencapaian indikator kinerja kegiatan untuk mencapai
sasaran dapat dilihat secara rinci pada formulir PKK.
Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator
kinerja disajikan sebagai berikut :
Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2011.
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Sumber daya genetik padi:
Terkarakterisasi sifat kegenjahan,
toleran kekeringan, salinitas, dan
rendaman
500
1.363
272,6
Sumber daya genetik kabi:
Terbarukan benih aneka kacang
dan ubi melalui konservasi/
rejuvenasi
200
1.154
577,0
Sumber daya genetik serealia:
Tersedia materi genetik plasma
nutfah tanaman jagung dan
serealia lainnya
555
1.030
185,6
Sebagai perbandingan jumlah koleksi sumber daya genetik
tanaman pangan tahun 2011 lebih sedikit daripada 2010 (lihat
Tabel), karena sebagian benih yang ditanam tidak tumbuh. Namun,
realisasinya tetap melebihi dari target IKU tahun 2010 dan 2011
masing-masing 800 aksesi.
Perbandingan capaian kinerja tahun 2010 dan 2011.
Indikator Kinerja 2010 2011
Sumber daya genetik padi: Terkarakterisasi sifat kegenjahan, toleran kekeringan, salinitas, dan rendaman
1.910
1.363
Terbarukan benih aneka kacang dan ubi melalui konservasi/rejuvenasi
2.308
1.154
Tersedia materi sumber daya genetik tanaman jagung dan serealia lainnya
475
1.052
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 26
Keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari
masing-masing subkegiatan diuraikan sebagai berikut:
Padi
Kegiatan pengelolaan sumber daya genetik padi dilakukan
melalui korespondensi dengan instansi pemerintah dan non-
pemerintah lingkup dalam negeri, INGER, dan karakterisasi koleksi
sumber daya genetik BB Padi. Dari kegiatan tersebut, diperoleh
1.363 aksesi baru dari lingkup dalam negeri, 8 kali importasi, dan 3
kali eksportasi materi genetik. Hasil karakterisasi sumber daya
genetik diperoleh hasil bahwa terdapat variasi pada karakter-
karakter yang diamati. Namun sebagian besar menunjukkan
karakter warna kaki hijau, warna leher daun hijau muda,
permukaan daun sedang, warna lidah daun putih, bentuk lidah
daun cleft, dan warna telinga daun putih.
Aneka Kacang dan Ubi
Jumlah aksesi yang dicapai merupakan hasil dari konservasi
sumber daya genetik tanaman kacang dan ubi yang meliputi 150
aksesi kedelai, 150 aksesi kacang tanah, 150 aksesi kacang hijau,
162 ubijalar, 250 ubi kayu dan kacang potensial (75 asesi kacang
tunggak, 4 aksesi kacang koro, 4 aksesi kecipir dan 4 aksesi
kacang beras), dan 201 aksesi ubi potensial (50 aksesi kimpul, 50
aksesi tales, 21 aksesi suweg, 64 aksesi Dioscorea, 8 aksesi
ganyong, dan 8 aksesi garut).
Serealia
Telah terkoleksi dan teridentifikasi sekitar 1.030 aksesi
sumber daya genetik tanaman serealia yaitu: 4 aksesi jagung lokal,
612 aksesi jagung, 114 aksesi sorgum, 90 aksesi jawawut, 51
aksesi tambahan informasi jagung, 13 aksesi jawawut, yang terdiri
atas 644 aksesi jagung, 191 aksesi sorgum, 2 aksesi hermada, 101
varietas gandum, 106 aksesi jawawut, dan 5 aksesi jali.
Outcome dari kegiatan ini adalah tersedianya dan telah
dimanfaatkannya informasi karakteristik sumber daya genetik untuk
bahan tetua perakitan calon varietas unggul baru padi, kabi,
serealia yang memiliki sifat keunggulan sesuai dengan keinginan
konsumen dan keunggulan lainnya. Di antaranya, telah dilepasnya
29 varietas unggul baru tanaman pangan tahun 2011 yang telah
memanfaatkan koleksi sumber daya genetik dan sifat-sifat yang
dimilikinya.
Pengelolaan sumber daya genetik tanaman pangan
melibatkan pula lembaga riset internasional seperti IRRI Filipina
maupun CIMMYT di Mexico, serta beberapa lembaga riset lainnya.
Sasaran 2 : Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan
Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian
indikator kinerja utama dengan target yang ditetapkan dalam PKT
yaitu 11 varietas unggul baru yang dilepas tahun 2011.
Sasaran 2 tersebut telah dicapai melalui kegiatan “Penelitian
pemuliaan dan perakitan varietas unggul baru tanaman
pangan”.
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun
2011 telah tercapai dengan persentase rata-rata 261%. Target
yang disusun dalam PKT yaitu 11 varietas unggul baru (VUB) yang
dilepas. Adapun realisasi tingkat capaian telah dilepas 29 varietas
unggul baru padi dan palawija antara lain 17 VUB padi, 7 VUB
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 27
jagung, dan 5 VUB aneka kabi. Realisasi keuangan pada kegiatan
ini sebesar Rp. 10.463.238.350 (99,61%).
Pencapaian indikator kinerja kegiatan untuk mencapai
sasaran dapat dilihat secara detail pada formulir PKK.
Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator
kinerja disajikan sebagai berikut :
Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2011
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Varietas unggul baru padi 4 VUB 17 425,0
Varietas unggul baru aneka kacang
dan ubi
4 VUB 5 125,0
Varietas unggul baru serealia 3 VUB 7 233,3
Sebagai perbandingan varietas yang dilepas tahun 2011
lebih banyak daripada tahun 2010 seperti disajikan pada tabel di
bawah ini. Hal ini karena adanya kegiatan konsorsium yang telah
dilaksanakan dengan mengoptimalkan sumber daya penelitian baik
yang ada di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan, perguruan tinggi,
maupun lembaga riset lainnya di Indonesia.
Perbandingan capaian kinerja tahun 2010 dan 2011.
Indikator Kinerja 2010 2011
Varietas unggul baru padi 10 VUB 17 VUB
Varietas unggul baru aneka kacang dan
ubi
- 5 VUB
Varietas unggul baru serealia 5 VUB 7 VUB
Keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari
masing-masing subkegiatan diuraikan sebagai berikut:
Padi.
Selama tahun 2011 telah dilepas sebanyak 17 VUB padi hibrida,
inbrida, dan padi gogo, antara lain:
Varietas unggul baru padi sawah inbrida sebanyak 8 VUB
yang dilepas dengan nama varietas INPARI 14 Pakuan,
INPARI 15 Parahyangan, INPARI 16 Pasundan, INPARI 17,
INPARI 18, INPARI 19, INPARI 20, dan INPARI Sidenuk.
Varietas unggul baru padi sawah hibrida sebanyak 6 VUB
yang dilepas dengan nama varietas HIPA Jatim 1, HIPA
Jatim 2, HIPA Jatim 3, HIPA 12 SBU, HIPA 13, dan HIPA 14
SBU.
Varietas unggul baru padi gogo sebanyak 3 VUB yang
dilepas dengan nama INPAGO 8, INPAGO Unsoed 1,
INPAGO Unram 1.
Varietas yang telah dilepas telah disebarluaskan kepada
pengguna melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian yang
tersebar di 33 propinsi di Indonesia.
Keunggulan masing-masing varietas unggul baru padi yang
dilepas tahun 2011 disajikan secara rinci pada Tabel 4.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 28
Tabel 4. Varietas unggul baru padi yang dilepas tahun 2011.
Nama Umur (hari)
Potensi hasil (t/ha)
Keterangan
Inpari 14 Pakuan 113 8,2 Agak tahan HDB III,IV, Blas, mutu lebih baik dari Ciherang, Pulen
Inpari 15 Parahyangan 117 7,5 Agak tahan HDB III,IV, Blas, mutu lebih baik dari Ciherang, Pulen
Inpari 16 Pasundan 118 7,6 Tahan HDB,agak tahan blas, mutu lebih baik dari Ciherang, Pulen
Inpari 17 111 7,9 Agak tahan WBC 1,2, tahan HDB III,IV,VIII, dan agak tahan blas, Pulen
Inpari 18 102 9,5 Tahan WBC 1,2 agak tahan HDB
Inpari 19 104 9,5 Tahan WBC 1,2 agak tahan WBC 3, tahan HDB III, Pulen
Inpari 20 102 8,8 Agak Tahan WBC 2,Tahan HDB III, agak than blas
Inpari Sidenuk 114 7,58 Agak tahan HDB III, Agak than blas,Pulen
Inpago 8 119 8,1 Tahan blas, toleran kekeringan, agak toleran Al,Pulen
Inpago Unsoed 1 110 7,2 Agak tahan WBC1, toleran Fe, Agak toleran kekeringan, Pulen, Aromatik
Inpago Unram 1 108 7,6 Tahan Blas, agak toleran Al dan Fe,Pulen, merah
Hipa Jatim 1 119 10,0 Agak rentan WBC 1,2, Pulen
Hipa Jatim 2 116 10,9 Agak rentan WBC 3, Agak tahan HDBIII, Pulen
Hipa Jatim 3 117 10,7 Agak tahan HDBIII, Pulen
Hipa 12 SBU 105 10,5 Agak tahan WBC 3, agak tahan HDB III, Pulen
Hipa 13 105 10,5 Agak tahan WBC2,agak tahan HDBIII, Pulen.
Hipa 14 SBU 112 12,1 Agak tahan WBC2,agak tahan HDBIII, Pulen.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 29
Gambar 2. Keragaan di lapang VUB padi Inpari 14
Gambar 3. Keragaan di lapang VUB padi Inpago 8
Gambar 4. Keragaan di lapang VUB padi Inpari 17
Gambar 5. Keragaan di lapang VUB padi Inpari 19
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 30
Kedelai
Kedelai unggul baru varietas GEMA. Hasil uji adaptasi sejumlah
galur harapan di 16 sentra produksi kedelai di Indonesia,
varietas GEMA memiliki potensi hasil 3,06 t/ha. Di samping itu,
varietas ini berumur genjah (73 hari), ukuran bijinya 11,90
g/100 biji, kandungan protein 39% lebih tinggi daripada kedelai
impor hanya 37%. Varietas GEMA prospektif dikembangkan
pada daerah bercurah hujan terbatas atau dibudidayakan pada
MK2.
Gambar 6. Keragaan di lapang kedelai varietas GEMA
berumur genjah dan produksi tinggi 3,06 t/ha.
Ubijalar
Dua klon harapan dengan kandungan antosianin tinggi yaitu
MSU 01022-12 dan MSU 01016-19 telah disetujui untuk dilepas
oleh TP2V Tanaman Pangan dengan nama varietas Antin 1 dan
Antin 2. Varietas Antin 1 memiliki potensi hasil 33,2 t/ha,
toleran kekeringan, mengandung zat antosianin 33,89 mg/100
g dan distribusi warna ungunya sangat menarik, cocok untuk
dibuat keripik. Sedangkan varietas Antin 2 memiliki potensi hasil
27,3 t/ha dan kandungan antosianin tinggi (156 mg/100g
umbi).
Gambar 7. Antin2 ubijalar kaya anthosianin
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 31
Kacang tanah
Varietas unggul baru kacang tanah yang diusulkan untuk
dilepas dengan nama Hypoma 1 dan Hypoma 2, saat ini
sedang menunggu terbitnya SK Menteri Pertanian. Hypoma 1
adaptif di lingkungan optimal, dengan potensi hasil 3,70 t/ha
polong kering. Varietas tersebut cukup tahan terhadap penyakit
bercak dan karat daun sekaligus agak tahan terhadap penyakit
layu bakteri. Varietas Hypoma 2 mempunyai daya adaptasi
umum yang baik terutama di lingkungan dengan musim hujan
yang terbatas yang sering menyebabkan tanaman mengalami
cekaman kekeringan pada fase generatif. Potensi hasil varietas
Hypoma 2 mencapai 3,50 t/ha polong kering, toleran
kekeringan, serta agak tahan terhadap penyakit bercak dan
karat daun.
Gambar 8. Polong dan biji kacang tanah varietas Hypoma 1
Gambar 9. Polong dan biji kacang tanah varietas Hypoma 2
Jagung
Selama tahun 2011 telah dilepas sebanyak 7 VUB jagung
hibrida dan komposit, antara lain: a) Varietas unggul jagung
hibrida yang dilepas dengan nama varietas BIMA 12 Q, BIMA
13Q, BIMA 14 Batara, BIMA 15 Sayang, dan BIMA 16, dan b)
Varietas unggul baru jagung komposit (bersari bebas) yang
dilepas dengan nama varietas PROVIT A1 dan PROVIT A2.
Deskripsi varietas unggul baru jagung yang telah dilepas
diuraikan pada halaman berikutnya.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 32
Gambar 10. Keragaan di lapang jagung Bima 15 Sayang
Gambar 11. Keragaan di lapang jagung Bima 14 Batara
Gambar 12. Keragaan jagung Bima 13Q potensi hasil 9,8 t/ha
Gambar 13. Keragaan jagung Bima 16
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 33
Jagung hibrida varietas Bima 12Q memiliki potensi hasilnya
9,3 t/ha, berumur 98 hst, memiliki kandungan asam amino
lisin dan triptofan tinggi, stay green yaitu warna batang dan
daun di atas tongkol masih hijau, saat biji sudah masak/
waktu untuk panen. Sedangkan jagung hibrida varietas
Bima 13Q toleran bercak daun, agak toleran busuk pelepah
dan rentan hama gudang, potensi hasilnya 9,3 t/ha,
berumur ± 103 hst, memiliki kandungan asam amino lisin
dan triptofan tinggi. Jagung hibrida varietas Bima 14
BATARA potensi hasilnya 12,9 t/ha, berumur ± 95 hst, juga
stay green sehingga sangat baik diintegrasikan dengan
usaha ternak. Jagung hibrida varietas Bima 15 SAYANG
potensi hasilnya 13,2 t/ha, berumur ± 100 hst, juga stay
green. Varietas jagung hibrida Bima 16 potensi hasil 12,4
t/ha, beradaptasi spesifik pada lingkungan yang suboptimal.
Varietas jagung hibrida Bima 16 ini tergolong tahan
terhadap penyakit bulai dan hawar daun.
Program fortifikasi jagung kerja sama Badan Litbang
Pertanian dengan CIMMYT menghasilkan 2 varietas jagung
komposit yang diperkaya vitamin A. Jagung varietas Provit
A-1 kandungan vitamin A (beta karotin tinggi 0,081 ppm),
kandungan protein lebih tinggi dibanding jagung biasa,
potensi hasil 7,4 t/ha, umur 96 hst. Sedangkan varietas
Provit A-2 mempunyai kandungan vitamin A (beta karotin
0,144 ppm), kandungan protein 8,64%, potensi hasil 8,8
t/ha, dan umur 98 hst. Jagung ini sangat sesuai untuk
mengatasi permasalahan gizi buruk di masyarakat.
Sasaran 3 : Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan
pascapanen primer tanaman pangan
Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian
indikator kinerja utama dengan target yang telah ditetapkan dalam
PKT 2011, yaitu dihasilkannya 17 teknologi budi daya, panen, dan
pascapanen primer tanaman pangan dalam rangka mendukung
upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan.
Sasaran 3 tersebut telah dicapai melalui kegiatan “Perakitan
teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer
tanaman pangan.”
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun
2011 telah tercapai seluruhnya dengan rata-rata 111,4%. Target
yang disusun dalam PKT yaitu dihasilkannya 17 teknologi budi daya
tanaman pangan. Adapun realisasi tingkat capaian yaitu telah
dihasilkannya 19 teknologi tanaman pangan seperti cara budi daya,
pemupukan, pestisida hayati, dan penggunaan biologi molekuler.
Sedangkan realisasi keuangan sebesar Rp. 5.609.650.938,-
(98,26%). Pencapaian indikator kinerja kegiatan untuk mencapai
sasaran dapat dilihat secara rinci pada formulir PKK. Sedangkan
uraian tingkat capaian kinerja disajikan pada tabel berikut ini.
Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2011.
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Teknologi budi daya padi 5 5 100,0
Teknologi budi daya aneka kacang dan ubi
7 8 114,3
Teknologi budi daya tanaman serealia
5 6 120,0
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 34
Sebagai perbandingan teknologi yang dihasilkan tahun 2011
sebanyak 19 paket lebih tinggi daripada tahun 2010 (10 paket). Hal
ini bergantung pada sifat teknologi dan waktu penelitiannya yang
memerlukan waktu pengujian dan pemantapan teknologi sehingga
kadangkala memerlukan waktu lebih dari satu tahun anggaran.
Perbandingan capaian kinerja tahun 2010 dan 2011.
Indikator Kinerja 2010 2011
Teknologi budi daya padi 4 5
Teknologi budi daya aneka kacang dan ubi 2 8
Teknologi budi daya tanaman serealia 4 6
Keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari
masing-masing subkegiatan diuraikan sebagai berikut:
1. Kesesuaian Varietas Tahan di Daerah Endemis
Penyakit Tungro
Tungro disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh wereng
hijau. Varietas tahan tungro dapat digolongkan menjadi
varietas tahan wereng hijau dan tahan virus tungro. Varietas
tahan virus digolongkan sebagai berikut: 1) Golongan V1
tetua Utri Merah: Tukad Petanu, Inpari 7 Lanrang, 2)
Golongan V2 tetua tahan TKM6: Tukad Balian, Kalimas, 3)
Golongan V3 tetua TKM6 + Gampai: Bondoyudo, Inpari 8,
Inpari 9 Elo, 4) Golongan V4 tetua tahan Balimau Putih:
Tukad Unda. Varietas tahan wereng hijau digolongkan
sebagai berikut: 1) Golongan T1 gen tahan tetua Glh1: IR
20, 30, 26, 46, Citarum, Serayu, 2) Golongan T2 gen tahan
tetua Glh6: IR 32, 38, IR 36, 47, Semeru, Asahan, Ciliwung,
K. Aceh, Bengawan Solo, 3) Golongan T3 gan tahan tetua
Glh3: IR 50, 48, 54, 52, 64, dan 4) Golongan T4 gen tetua
tahan glh 4: IR 66, 70, 72, 68, Klara, Barumun.
Kemampuan wereng hijau menularkan virus bervariasi, begitu
pula virulensi virus tungro, sehingga perlu dilakukan uji
kesesuaian varietas terhadap populasi wereng hijau dan virus
tungro dari berbagai daerah endemis tungro. Sampai 2011,
pengujian kesesuaian varietas telah dilakukan di 15 provinsi
daerah endemis tungro dengan uji efisiensi penularan virus
oleh wereng hijau pada varietas tahan wereng hijau dan uji
virulensi inokulum tungro terhadap varietas tahan tungro.
Varietas tahan wereng hijau Golongan T1 agak tahan di
Provinsi Jabar, Sulsel, Jatim, Lampung, Sulbar, Sulteng.
Golongan T2 agak tahan di Provinsi Yogyakarta, Jatim,
Papua. Golongan T3 telah peka di semua provinsi. Golongan
T4 agak tahan di Banten, Sulbar, Jabar, Jateng, Sulsel dan
tahan di Provinsi Jatim, Lampung, Sulteng, Papua, Sultra,
Sulut, Yogyakarta, Kalsel.
Varietas tahan virus Golongan V1 agak tahan di Provinsi
Sultra dan tahan di Provinsi Yogyakarta, Banten, Kalsel,
Jatim, Lampung, Sulbar, Sulteng, Papua, Jateng, Bali, NTB,
Jabar, Sulsel. Golongan V2 agak tahan di Provinsi Jabar,
Sulsel, Sultra, Yogyakarta, dan tahan di Provinsi Jatim,
Lampung, Sulbar, Sulteng, Papua, Jateng, NTB. Golongan V3
agak tahan di Provinsi Bali, NTB, Jabar, Sultra, Sulut, Kalsel
dan tahan di Provinsi Sulut, Jatim, Lampung, Sulbar, Sulteng,
Papua, Sulsel. Golongan V4 agak tahan di Provinsi Sultra,
Kalsel, dan tahan di Provinsi Sulut, Jatim, Lampung, Sulbar,
Sulteng, Papua, Jateng, Bali, NTB, Jabar, Sulsel.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 35
2. Pemetaan Patotipe Penyakit Hawar Daun Bakteri
Penelitian ini untuk mengetahui penyebaran dan komposisi
kelompok patotipe bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae
(Xoo) penyebab penyakit hawar daun bakteri (HDB) di daerah
sentra produksi padi di Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara.
Daun padi bergejala HDB dikoleksi dan disolasi untuk
memperoleh isolat bakteri Xoo dengan metode pencucian.
Pengujian patotipe dilaksanakan dengan menginokulasikan
isolat Xoo pada 5 varietas diferensial yang telah diketahui gen
ketahanannya terhadap bakteri Xoo. Pengujian dilakukan di
screen field KP Sukamandi pada MT 2011. Pengamatan
keparahan penyakit dilakukan dengan mengukur gejala
penyakit yang muncul pada 2 minggu setelah inokulasi.
Keparahan < 11% digolongkan tahan (R) dan >11% tergolong
peka (S). Pengelompokan patotipe Xoo didasarkan tingkat
virulensinya terhadap varietas diferensial. Hasil koleksi daun
sakit HDB di Sulawesi Selatan yang dilakukan di Kabupaten
Maros, Bone, Sopeng, Wajo, Sidrap, Barru, Pangkep, Pinrang,
Luwu, dan Palopo diperoleh sebanyak 210 sampel daun sakit
HDB. Hasil isolasi bakteri dari 210 sampel diperoleh 176 isolat
bakteri Xoo. Hasil pengujian patotipe terhadap 176 isolat
bakteri Xoo tersebut ditemukan 3 jenis patotipe Xoo yaitu
patotipe III, IV dan VIII yang terdiri dari 102 isolat bakteri Xoo
(58%) patotipe III, 41 (23%) isolat Xoo patotipe IV dan 33
isolat (19%) patotipe VIII. Koleksi daun sakit HDB di wilayah
propinsi Sumatera Utara dilakukan di 10 kabupaten yaitu Deli
Serdang, Binjai, Langkat, Serdang Bedagi, Simalungun,
Batubara, Asahan, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Toba
Samosir. Hasil koleksi diperoleh sebanyak 255 sampel daun
sakit HDB dan hasil isolasi bakteri Xoo sementara dari 255
sampel diperoleh 188 isolat bakteri Xoo. Hasil identifikasi
patotipe dari 188 isolat bakteri Xoo tersebut diperoleh 3
kelompok patotipe Xoo yaitu kelompok patotipe III, IV dan VIII
dengan komposisi 61 isolat (32%) patotipe III, 110 isolat
(59%) patotipe IV dan 17 isolat (9%) patotipe VIII. Dengan
dasar kesesuaian ini pengendalian penyakit HDB dengan
varietas tahan akan lebih efektif dan efisien. Penggunaan
varietas tahan merupakan cara pengendalian yang sampai saat
ini dianggap paling efektif dan ramah lingkungan.
3. Karakterisasi Sifat Fisik, Fisikokimia, Gizi dan Indeks
Glikemik Beras Beberapa Varietas/Galur Harapan Padi
Sejumlah varietas dan galur padi sebagai bahan penelitian
diperoleh langsung dari petani di Sumatera Utara, Sumatera
Selatan, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, dan Jawa Timur,
serta koleksi galur harapan padi penelitian Kelti Pemuliaan,
Plasma Nutfah dan Perbenihan BB Padi, terdiri dari 22 varietas
dan 10 galur harapan. Sampel GKG diproses menjadi beras
giling. Selanjutnya beras giling diamati karakter fisik meliputi:
rendemen beras giling, persentase beras kepala, beras patah,
ukuran dan bentuk, chalkiness serta translusensi beras.
Pengamatan sifat fisikokimia dan gizi beras, meliputi kadar
amilosa, sifat konsistensi gel, suhu gelatinisasi, serta kadar
protein. Identifikasi nilai indeks glikemik dilakukan hanya untuk
lima varietas. Pengamatan karakter fisik dan fisikokimia beras
dilakukan dengan metode IRRI, penentuan indeks glikemik
dengan metode FAO.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 36
Hasil penelitian menunjukkan, seluruh varietas dan galur padi
yang diuji memiliki rendemen beras giling relatif tinggi (62,4-
71,5%), dengan beras kepala >70%, memiliki ukuran panjang
butiran sedang (medium grain) (5,51-6,60 mm) sampai dengan
panjang (long grain) (6,61-7,50 mm), serta memiliki bentuk
beras medium (rasio P/L 2,1-3,0) dan ramping (slender) (rasio
P/L >3,0). Hampir semua varietas dan galur memiliki tingkat
kebeningan beras yang baik dengan nilai pengukuran >1,3%,
serta memiliki karakter chalkiness rendah/ kecil (0-10%).
Tingkat kepulenan nasi seluruh varietas dan galur padi yang
diuji termasuk klasifikasi sedang sampai tinggi dengan kadar
amilosa 20,7-24,9%, serta memiliki tekstur nasi yang beragam
dari keras sampai lunak, suhu gel rendah sampai tinggi (skor
1-7) serta kadar protein beras dengan kisaran 7,3-9,6%.
Karakter fisik, kimia, dan gizi beras galur-galur padi yang diuji
secara deskriptif memiliki kesesuaian karakter dengan varietas
pembandingnya. Nilai indeks glikemik beras varietas Hipa 7,
Inpari 12, Inpari 13 termasuk dalam klasifikasi indeks glikemik
rendah, sedangkan varietas Hipa 6 dan Inpara 5 termasuk
indeks glikemik sedang. Beras dengan nilai indeks glikemik
rendah disarankan untuk dikonsumsi penderita diabetes.
4. Identifikasi Tingkat Adopsi Varietas Unggul Baru,
Teknologi PTT dan Pengembangan Padi
Penelitian ini dilaksanakan di Kalimantan Barat, Kalimantan
Timur, dan Nanggroe Aceh Darusalam. Hasil survei di Kalbar
menunjukkan bahwa Ciherang masih ditanam hampir 50%
petani responden. VUB lain yang cukup teradopsi adalah
Inpara 1 dan 3 yang ditanam hampir 20% petani responden,
yang sesuai dengan kondisi lahan berupa rawa gambut. Di
Kaltim, proporsi Ciherang lebih kecil, berkisar 25%, disusul IR
64 (16%). VUB lain cukup bervariasi, dan yang paling
menonjol adalah Cibogo, Mekongga, Cigeulis, dan Inpari 13
dengan proporsi 10%. NAD mengalami program rehabilitasi
pasca-tsunami, sehingga pilihan benih belum bervariasi. Benih
program adalah Ciherang yang telah ditanam selama tiga
tahun terakhir, dengan proporsi 70%. Beberapa VUB yang
sedang dalam tahap perkenalan adalah Inpari. Hibrida masuk
lewat BLBU dan promosi dan perusahaan. Beberapa varietas
lokal masih ditanam petani yang lokasinya di pegunungan.
Untuk penerapan teknologi PTT, menyesuaikan kondisi lahan,
adat istiadat dan kebiasaan lokal. Komponen yang sudah
diterapkan adalah VUB bersertifikat, perlakuan benih dan bibit
muda (1-3 bibit), dan panen menggunakan thresher. Adapun
komponen yang belum dapat diterapkan adalah BWD, PHT,
dan pengendalian gulma dengan gasrok. Di Kalbar 80%
responden telah menanam VUB yang dilepas dalam kurun
waktu sepuluh tahun terakhir, dan 71% menggunakan benih
yang bersertifikat. Petani responden di Kaltim hanya 61% yang
menanam VUB dan 37% di antaranya benih bersertifikat. Di
NAD, 95% petani responden menanam VUB dan 60% di
antaranya menggunakan benih bersertifikat.
Masalah yang dihadapi petani dalam penerapan PTT adalah
keterbatasan tenaga kerja yang tidak berimbang dengan luas
lahan yang diolah, ketersediaan benih yang tidak tepat waktu
dan kurangnya penyuluh. Namun secara umum VUB telah
diterima oleh petani.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 37
5. Pengembangan Teknik Peringatan Dini di Pesemaian
dan Tanaman Umur Muda, serta Pengendalian Penyakit
Tungro untuk Menekan Kehilangan Hasil
Selama tahun 2011 telah dihasilkan 111 galur padi yang
tahan tungro serta 14 galur tahan terhadap berbagai sumber
inokulum tungro, 6 galur hasil UDHP yang memperlihatkan
ketahanan terhadap penyakit tungro dan memperlihatkan
produktivitas tinggi yang siap diuji multilokasi untuk diusulkan
sebagai calon varietas tahan tungro dengan potensi hasil
tinggi, didukung 2 paket teknologi dan ketersediaan benih
sebanyak 17 ton. Produksi yang dihasilkan sangat membantu
tidak hanya mempertahankan ketahanan pangan nasional,
tetapi juga mendukung industri agro, yang pada gilirannya
mampu memberi nilai tambah komoditas tanaman pangan.
6. VIR-GRA,WP Bioinsektisida Pengendali Hama Daun dan
Penggerek Polong Kedelai
VIR-GRA merupakan biopestisida berbahan aktif isolat JTM 97
C yang berasal dari agens hayati Spodoptera litura Nuclear
Polyhedrosis Virus (SlNPV), virus ini berasal dari ulat grayak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SlNPV potensial untuk
mengendalikan ulat grayak. SlNPV sebagai salah satu agens
hayati yang efektif yang dapat diformulasikan dan diproduksi
secara in vivo (dengan menginfeksi ulat grayak) maka SlNPV
layak dikembangkan sebagai bioinsektisida. Salah satu isolat
SlNPV yang ditemukan dari Kabupaten Banyuwangi (SlNPV-
JTM 97C) memiliki potensi yang tinggi sebagai biopestisida
untuk mengendalikan ulat grayak pada tanaman kedelai.
Dengan takaran 1,5 x 1011 PIBs/ha atau setara 500 g/ha
kematian S. litura setelah aplikasi SlNPV-JTM 97C mencapai
80-100%. Virus pada umumnya bersifat spesifik, pada tingkat
genus saja, namun strain JTM 97C selain dapat mematikan ulat
grayak juga dapat mematikan ulat hama penggulung daun,
ulat jengkal, penggerek polong perusak polong kedelai, dan
Maruca testulalis Geyer perusak polong pada kacang hijau. Ini
membuktikan bahwa SlNPV JTM 97C mampu membunuh
serangga sampai ke tingkat ordo Lepidoptera. Keuntungan
SlNPV sebagai bioinsektisida untuk ulat grayak adalah: a)
Bersifat spesifik dan selektif terhadap hama sasaran dan tidak
berbahaya bagi manusia, hewan, dan aman bagi musuh alami,
b) Persisten di alam tidak menimbulkan residu beracun, c)
Efektif terhadap inang yang sudah resisten terhadap insektisida
kimia, dan d) Kompatibel dengan teknik pengendalian lain.
Gambar 14. SlNPV yang telah dikemas dalam botol dan
plastik
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 38
7. BIO-LEC: Biopestisida Efektif untuk Pengendalian
Hama Utama Kedelai yang Ramah Lingkungan
Bio-Lec, merupakan biopestisida yang terformulasi kedalam
bentuk tepung (powder), mengandung bahan aktif konidia
cendawan entomopatogen Lecanicillium lecanii (Zare &
Gams). Produk Bio-Lec mampu membunuh berbagai jenis
hama utama kedelai terutama pengisap polong (kepik coklat)
Riptortus linearis. Kelebihan produk Bio-Lec ini adalah mampu
membunuh semua stadia kepik coklat, mulai telur, nimfa
maupun imago. Efikasi Bio-Lec terhadap stadia telur kepik
coklat karena mampu menggagalkan penetasan telur
(ovicidal) hingga mencapai 80%. Produk Bio-Lec (Gambar 13)
juga toksik terhadap seluruh stadia nimfa maupun imago
kepik coklat (Gambar 2 & 3). Bio-Lec menghasilkan toksin
yaitu dipicolinic acid, hydroxycarboxylic acid, bassionalide,
beauvericin, maupun cyclosporin.
Produk Bio-Lec juga efektif untuk mengendalikan kutu kebul
(Bemisia tabaci) yang menjadi hama sangat penting pada
kedelai selama lima tahun terakhir. B. tabaci merupakan
vektor berbagai macam virus cowpea motle mozaic virus
(CMMV). Aplikasi insektisida kimia sering terjadinya resistensi,
resurjensi dan terbunuhnya serangga berguna sebagai
pemangsa terhadap B. tabaci baik pada stadia telur, nimfa
maupun imago. Selain itu, bahan aktif dari senyawa
insektisida dapat memicu hormon reproduksi serangga lebih
aktif sehingga serangga dapat memproduksi jumlah telur
lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat. Produk Bio-Lec
yang mengandung kumpulan konidia jika dicampur dengan
air dan berkecambah akan memproduksi berbagai jenis toksin
yang dapat menolak proses peletakan telur serangga. Dengan
demikian, B, tabaci tidak menyukai tanaman tersebut untuk
dihinggapi maupun dijadikan sebagai tempat tinggal untuk
perkembangbiakannya.
Kelebihan lain dari cendawan L. lecanii yaitu mampu
memparasitasi spora cendawan penyebab penyakit karat
Phakopsora pachyrhizi, downy mildew Peronospora
manshurica dan powdery mildew Microsphaera diffusa.
Cendawan P. pachyrhizi, P. manshurica, dan M. diffusa
merupakan mikroorganisme yang bersifat obligat dan
merupakan penyakit utama pada kedelai. Kemampuan L.
lecanii dalam menekan perkecambahan spora ketiga penyakit
tersebut masing-masing 29,55%, 36,35%, dan 21,44%.
Bio-Lec dapat dikombinasikan dengan cara pengendalian lain
yaitu predator. Aplikasi cendawan L. lecanii pada kerapatan
konidia hingga 1011/ml tidak menyebabkan kematian predator
hingga 30 hari setelah aplikasi (HSA). Oxyopes javanus
Thorell merupakan predator generalis yang banyak
ditemukan di pertanaman kedelai di Indonesia dengan
kemampuan pemangsaan 3-13 ekor mangsa.
Produk Bio-Lec juga dapat dikombinasikan dengan pestisida
nabati terutama serbuk biji srikaya (SBS) dan serbuk biji jarak
(SBJ) untuk meningkatkan efikasi pengendalian telur kepik
coklat di lapangan. Efikasi kombinasi antara cendawan L.
lecanii dengan pestisida SBS maupun SBJ dinilai dari
persentase telur kepik coklat yang tidak menetas. Bio-Lec
berpeluang besar dapat diaplikasikan sehubungan dengan
pertanian ramah lingkungan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 39
Gambar 15. Produk Bio-Lec yang berbahan aktif konidia
cendawan entomopatogen L. lecanii.
8. ILLETRISOY Pupuk Hayati untuk Kedelai di Lahan
Masam
Iletrisoy adalah pupuk hayati yang dapat menggantikan peran
pupuk urea untuk kedelai di lahan masam, karena terkandung
bakteri Rhizobium asal tanah masam efektif memacu
pembentukan bintil akar pada tanaman kedelai. Di tanah
masam, populasi bakteri Rhizobium dalam tanah umumnya
sangat rendah sehingga tanaman tidak mampu membentuk
bintil akar. Tanaman yang mampu membentuk bintil akar
dengan baik, bintilnya dapat berfungsi sebagai pabrik pupuk
nitrogen alami yang mampu mencukupi kebutuhan pupuk
nitrogen lebih dari 75%. Oleh karena itu, bertanam kedelai di
lahan masam, benihnya perlu di inokulasi dengan Rhizobium
toleran masam agar tanaman mampu membentuk bintil akar
dengan baik dan memenuhi kebutuhan hara nitrogen.
Iletrisoy, berisi verisi 3 (tiga) jenis bakteri Rhizobium yang
dikemas dalam bahan pembawa berkualitas dengan populasi
bakteri Rhizobium mencapai 108 -109 sel/g bahan. Bakteri
yang digunakan berasal dari tanah masam dan telah diuji
toleran terhadap pH tanah hingga 4,5 dan toleran terhadap
Fe dan Mn tinggi, serta telah teruji keefektifannya di lahan
masam pada kejenuhan Al tanah di atas 20%.
Cara penggunaannya benih dimasukkan dalam ember,
dibasahi air secukupnya. Inokulan ditaburkan ke dalam benih
(0,5 kg/50 kg benih/ha), diaduk sampai rata. Benih ditanam
secara tunggal dan ditutup dengan tanah/pupuk organik.
9. Alat Pengering Mendukung Budi Daya Kedelai Lahan
Kering untuk Menghasilkan Benih Berkualitas
Alat pengering lebih memberikan prospek untuk
dikembangkan lebih lanjut. Hal ini terbukti dari adanya minat
salah satu kelompok tani binaan Yayasan PT. Unilever di
Dusun Gambirejo, Desa Warujayeng, Kec. Tanjunganom,
Kab. Nganjuk; untuk mengoperasikan dua alat pengering tipe
bak agar diperoleh mutu biji yang memenuhi standar mutu
bahan baku pembuatan kecap. Kedua alat pengering tersebut
sudah mulai dioperasikan oleh kelompok tani sejak
September 2010 hingga sekarang. Kelompok tani tersebut
cukup inovatif dalam mengoperasikan alat pengering dengan
mendayagunakan sumber energi kayu bakar yang tersedia
sebagai pengganti sumber energi LPG, khususnya pada saat
pengeringan kedelai brangkasan. Dengan demikian, alat
pengering ini tidak hanya untuk tujuan benih tetapi juga
dibutuhkan untuk pengeringan kedelai untuk tujuan
konsumsi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 40
Gambar 16. Alat pengering kedelai dengan sumber energi gas LPG
10. Pupuk Organik Kaya Hara SANTAP-M
Pupuk “SANTAP-M” adalah pupuk organik kaya hara yang
sesuai untuk lahan masam. Pupuk ini dibuat dari bahan baku
yang banyak dan mudah diperoleh di setiap daerah, serta
diproduksi dalam bentuk curah-padat, tidak diperkaya
mikrobia. Bahan baku pupuk organik ini antara lain kotoran
sapi, kotoran ayam, batuan fosfat, dan abu ketel pabrik gula.
Hasil analisis kimia/kandungan unsur hara pupuk “SANTAP-M”
bervariasi, tentunya sangat dipengaruhi oleh bahan bakunya
(kandungan hara). Hasil analisis kimia pupuk organik kaya
hara “SANTAP-M” disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil analisis kimia/hara pupuk organik kaya hara “SANTAP-M”
Macam analisis Data analisis Standar SNI
pupuk organik*)
pH-H2O 6,7 – 8,1 4,0 – 8,0
C-Organik (%) 15,0 – 21,0 >12
N-tota (%) 1,26 -1,79 < 6,0
C/N-ratio 12,0 – 25,0 15 – 18
P2O5-total (%) 4,0 - 5,5 <6,0
K2O-total (%) 1,0 – 1,6 < 6,0
CaO-total (%) 5,8 – 13,8 -
MgO-total (%) 0,6 - 0,9 -
S-total (%) 0,50 – 1,3 -
Zn (ppm) 300 – 555 0 – 5.000
*Peraturan Menteri Pertanian No. 28/Permentan/OT.140/2/2009 (bentuk curah)
Hasil evaluasi di lahan kering Podsolik Merah-Kuning di
Sukadana (Lampung Timur) pada tahun 2011, menunjukkan
bahwa pupuk organik kaya hara “SANTAP-M” mampu
meningkatkan pertumbuhan dan hasil biji kering kedelai, kacang
tanah, dan ubikayu (Tabel 6).
Tabel 6. Pengaruh pemberian tiga jenis pupuk terhadap hasil biji kering kedelai pada lahan kering masam di Sukadana, Lampung Timur. 2011
Perlakuan Hasil biji kering (t/ha)
Hasil biji relatif (%)
Tanpa pupuk 0,51 100
45 kg N+45 kg P2O5+45 kg K2O/ha 0,86 167
Pupuk organik kaya hara SANTAP-M 1,5 t/ha
1,02 200
Pupuk organik kaya hara SANTAP-M+ 1,5 t/ha*
1,23 241
*SANTAP-M+: SANTAP-M ditambah urea 2,0%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 41
Gambar 17. Pengaruh pemberian pupuk terhadap pertumbuhan
tanaman kedelai (Wilis) pada lahan kering masam
(Podsolik Merah-Kuning) di Lampung Timur, 2011.
Gambar 18. Pengaruh pemberian pupuk terhadap pertumbuhan tanaman
kacang tanah (Jerapah) pada lahan kering masam (Podsolik
Merah-Kuning) di Lampung Timur, 2011
Gambar 19. Pengaruh pupuk oganik SANTAP-M+ terhadap
pertumbuhan ubikayu (UJ-3) umur 3 bulan pada
lahan kering masam Podsolik Merah-Kuning di
Sukadana (Lampung Timur), tahun 2011.
11. Teknologi Penyimpanan Benih Kedelai
Teknologi memperpanjang daya simpan benih telah
dihasilkan dalam upaya untuk mencegah menurunnya mutu
benih. Pelleted soybean seeds (benih kedelai tersalut)
dirancang untuk dapat mempertahankan agar benih kedelai
dapat disimpan lebih lama. Bahan salut terdiri dari dolomit +
lempung + SP36 dengan berbagai perbandingan 3:2:1 dan
2:2:0,5 dengan kadar air awal 12%. benih kedelai yang
disalut mampu mempertahankan kualitas sampai dengan 1
tahun masa penyimpanan.
Tanpa pupuk SANTAP M
SANTAP M Tanpa Pupuk
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 42
12. Komponen Teknologi Pengendalian Tungau Merah.
Telah dihasilkan teknologi pestisida nabati berasal dari
ekstrak minyak mimba untuk pengendalian tungau merah
yang seringkali menyerang tanaman ubikayu. Penggunaan
minyak mimba merupakan cara yang efektif dalam
pengendalian tungau merah dengan takaran 5 ml/l, yang
setara dengan penggunaan pestisida kimia progargit/omit
70EC dengan konsentrasi 2 ml/l.
13. Teknik Pengendalian Hama Dan Penyakit Utama Yang
Efektif, Efisien, Ramah Lingkungan Dan Menekan
Kehilangan Hasil 25 – 30%.
Teknik pengendalian hama dan penyakit utama yang efektif,
efisien, ramah lingkungan dan menekan kehilangan hasil 25 –
30% dicapai menggunakan Bt dan NVP dengan dosis 2 g/l
mampu menekan serangan penggerek polong dan aman bagi
musuh alaminya. Terhadap penyakit yang muncul pada
kacang hijau, penyemprotan ekstrak bawang merah enam
kali mempunyai nilai intensitas bercak daun terkecil 3,9%.
14. Formulasi Biopestisida untuk Pengendalian
Aspergillus flavus dan OPT Utama Lainnya Pada
Jagung Untuk Menekan Kehilangan Hasil.
Telah dihasilkan 1 paket formulasi pestida dengan hasil yang
dicapai 32 varietas/galur tahan terhadap Aspergilus flavus
dan mengidentifikasi 11 isolat cendawan, 3 isolat bakteri
antagonis, patogen dan 1 isolat spodoptera litura, dari hasil
uji antagonis ini akan dipilih yang kemampuan antagonisnya
paling baik untuk dikembangkan guna pengujian selanjutnya.
15. Peningkatan Hasil Jagung Melalui Pendekatan PTT
Dalam Konsep IP400 Dengan Tingkat Hasil >32
T/Ha/Tahun Pada Lahan Kering Dan Lahan Sawah.
Penerapan paket teknologi dasar PTT jagung hibrida dan
komposit dalam mendukung penerapan IP400, kegiatan yang
telah dicapai tahun ini yaitu: dengan menggunakan metode
nutrient manager hasil yang dihasilkan 10,74 t/ha,
peningkatan populasi dengan cara legowo dari 66.666
tanaman/ha menjadi 71.428 tanaman/ha, penggunaan pupuk
dengan metode BWD menghasilkan 7,9 t/ha dan pemberian
pupuk N untuk hibrida dengan hasil 8,7 t/ha.
16. Peningkatan Hasil Jagung Hibrida dan Komposit
Melalui Perbaikan Cara Tanam Legowo dengan
Penerapan IP400 di Lahan Kering.
Jagung komposit (Sukmaraga dan Bisma) dan hibrida (Bima-3
dan Bisi-2) ditanam secara legowo dan jarak tanam normal
pada populasi 66.666 tanaman/ha dan 71.428 tanaman/ha.
Pada pertanaman I dan II, varietas Bisma yang ditanam
secara legowo hasilnya meningkat 7,6% pada populasi
71.428 tanaman/ha dibanding dengan jarak tanam normal
dengan hasil 10,63 t/ha pada pertanaman I. Sedangkan
varietas Sukmaraga hasilnya 10,69 t/ha pada populasi 71.428
tanaman/ha dengan peningkatan hasil 4,2% dibanding jika
ditanam secara normal. Pada pertanaman II, hasil kedua
varietas tersebut secara umum menurun dibanding
pertanaman I. Hasil varietas Bisma yang ditanam secara
legowo dengan populasi 71.428 tanaman/ha mencapai 9,19
t/ha dan Sukmaraga mencapai 9,50 t/ha. Pada pertanaman I,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 43
varietas Bima-3 jika ditanam secara legowo pada populasi
71.428 tanaman/ha hasil yang dicapai tertinggi 8,68 t/ha,
sedangkan Bisi-2 hasilnya 8,39 t/ha. Pada pertanaman II,
dengan cara tanam dan populasi seperti pertanaman I, hasil
yang dicapai Bima-3 (8,81 t/ha), sedangkan hasil Bisi-2 (8,49
t/ha). Nilai ILD varietas Bisma ditanam secara legowo dengan
populasi 66.666 tanaman/ha mencapai 4,75, sedangkan pada
populasi dan cara tanam yang sama varietas Sukmaraga nilai
ILD-nya 4,73. Jika populasi ditingkatkan menjadi 71.428
tan/ha dengan cara tanam legow, nilai ILD menurun 3,0%
untuk varietas Sukmaraga dan 10,5% untuk varietas Bisma.
17. Cara Pengelolaan Air untuk Jagung Hibrida dan
Komposit dalam Sistem Tanam Legowo dengan
Penerapan IP400 di Lahan Kering.
Pemberian air secara terjadwal 10 hari sekali sebanyak 6 kali
pengairan tidak berbeda nyata dengan cara pemberian air
berdasarkan titik layu (4 kali pemberian air). Terindikasi
bahwa pemberian air yang dilakukan pada setiap alur
memberikan hasil lebih tinggi dibanding pemberian setiap 2
alur, baik yang ditanam secara normal maupun legowo.
Pemberian air terjadwal 6 kali pemberian melalui setiap alur
untuk pertanaman secara legowo hasilnya 7,26 t/ha dan yang
ditanam secara normal mencapai 7,36 t/ha. Pemberian air
berdasar titik layu melalui setiap alur, hasil pertanaman
secara legowo 7,40 t/ha dan yang ditanam secara normal
mencapai 7,54 t/ha. Karena itu, untuk menghemat air pada
musim kemarau, pemberian air pada tanaman jagung
sebaiknya dilakukan berdasarkan titik layu.
18. Penekanan Kehilangan Hasil pada Proses Perontokan
Gandum dan Penurunan Kandungan Tanin Sorgum
pada Proses Penyosohan.
Telah dihasilkan 1 unit prototipe TH-6-M2 sebagai alat
perontok gandum dan 1 unit prototipe PSA-M3 sebagai alat
penyosoh sorgum. Alat perontok TH-6-M2 dapat menekan
kehilangan hasil gandum (susut bobot) sebesar 15% akibat
proses pada tahapan perontokan. Alat penyosoh PSA-M3
untuk sorgum dapat menurunkan kandungan tanin sorgum
pada tahapan penyosoh.
19. Rintisan Penelitian Serealia Berbasis Marka Molekuler
Telah dihasilkan beberapa koleksi plasma nutfah serealia
potensial untuk persiapan karakterisasi molekuler berbasis
marka SSR dan SNP (549 jagung, 43 gandum,115 sorgum,
106 millet, 8 jali, dan mendapatkan 10 galur/aksesi jagung
yang tahan cekaman abiotik (kekeringan, N rendah,
kemasaman, dan umur genjah) melalui skrining lapangan
untuk persiapan pembuatan populasi segregasi berbasis
MARS (Marker Assisted Recurrent Selectiondan yang tahan
cekaman biotik (bulai, penggerek batang, dan hama gudang
pada tanaman jagung, penyakit bercak daun pada gandum,
dan hama aphis pada sorgum) untuk persiapan pembuatan
populasi segregasi berbasis MARS (Marker Assisted
Recurrent Selection) berbasis marka SSR dan SNP dan
mengetahui marka SSR dan SNP yang terpaut dengan
karakter target tersebut.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 44
Sasaran 4 : Tersedianya benih sumber varietas unggul baru
padi, jagung, dan kedelai untuk penyebaran
varietas berdasarkan SMM ISO 9001-2008.
Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian
indikator kinerja utama dengan target yang telah ditetapkan dalam
PKT, yaitu tersedianya benih sumber padi, jagung, kedelai
sebanyak 120 ton berdasarkan SMM ISO 9001-2008.
Sasaran 4 tersebut telah dicapai melalui kegiatan
“Perbenihan tanaman pangan sesuai SMM ISO 9001-
2008”.
Indikator kinerja sasaran yang ditargetkan pada tahun 2011
telah tercapai dengan persentase rata-rata 148,7%. Target yang
ditetapkan dalam PKT 2011 sebesar 120 ton benih padi, jagung,
dan kedelai, sedangkan tingkat capaiannya sebesar 151,72 ton.
Realisasi keuangan pada kegiatan ini sebesar Rp. 3.469.495.260,-
(97,39%).
Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2011
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Benih padi:
BS (kg)
FS (kg)
SS (kg
20.000
60.000
17.000
20.000
60.000
17.000
100,0
100,0
100,0
Benih aneka kacang dan ubi
NS (kg)
BS (kg)
FS (kg)
1.050
10.000
18.000
2.182
13.000
21.500
207,8
130,0
119,4
Benih jagung
BS (kg)
FS (kg)
3.000
5.000
5.340
12.700
178,00
254,00
Pencapaian indikator kinerja kegiatan untuk mencapai
sasaran dapat dilihat secara detail pada formulir PKK.
Sebagai perbandingan atas kemajuan yang telah diperoleh
dari tahun sebelumnya 2010 dapat dijelaskan sebagai berikut :
Perbandingan capaian kinerja tahun 2010 dan 2011.
Indikator Kinerja 2010 2011
Benih padi:
BS (kg)
FS (kg)
SS (kg)
7.690
23.970
-
20.000
60.000
17.000
Benih aneka kacang dan ubi
NS (kg)
BS (kg)
FS (kg)
0,77
9,38
-
2.182
13.000
21.500
Benih jagung
BS (kg)
FS (kg)
2.160
-
5.340
12.700
Adapun keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai
dari masing-masing subkegiatan diuraikan sebagai berikut:
Penyediaan benih sumber varietas unggul padi
Sampai dengan 2011 telah diproduksi 97.000 kg benih
sumber terdiri dari 20.000 kg benih BS dan 60.000 kg Benih FS.
Di samping itu, juga telah diproduksi 420.000 kg benih SS untuk
mendukung kegiatan SL-PTT di 18 propinsi di seluruh Indonesia.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 45
Selain itu, telah diproduksi benih SS tahan penyakit tungro
sebanyak 17.000 kg dalam upaya penyediaan dan penyebarluasan
benih sumber padi tahan tungro untuk menjalin kerja sama dengan
berbagai instansi di daerah khususnya daerah-daerah yang
merupakan endemik tungro.
Penyediaan benih penjenis kedelai dan benih sumber
aneka kacang dan ubi
Produksi benih inti (NS) 27 varietas yaitu, kedelai (10 varietas),
kacang tanah (9 varietas), kacang hijau (8 varietas) telah
menghasilkan 2.182 kg benih.
Produksi benih BS kedelai 11 varietas (Grobogan, Burangrang,
Kaba, Tanggamus, Anjasmoro, Argomulyo, Wilis, Ijen,
Panderman, Detam 1, Detam 2, dan Wilis) diperoleh hasil
sebanyak 13.000 kg.
Produksi benih FS kedelai 9 varietas (Grobogan, Burangrang,
Kaba, Tanggamus, Anjasmoro, Argomulyo, Sinabung, Wilis
dan Panderman) menghasilkan benih 21.500 kg.
Produksi benih sumber kacang tanah 8 varietas (Tuban, Bima,
Domba, Jerapah, Gajah, Kelinci, Kancil, dan Bison), diperoleh
hasil benih sebanyak 8.900 kg.
Produksi benih BS kacang hijau 8 varietas (Kutilang, Murai,
Betet, Perkutut, Sriti, Kenari, Vima 1, dan Walet) diperoleh
hasil benih sebanyak 4.700 kg.
Produksi benih BS ubikayu 8 varietas (Darul Hidayah, Adira 1,
Adira-4, Malang 1, Malang-6, Malang-4, Uj-3, dan UJ-5)
sebanyak 55.000 stek.
Produksi benih BS ubijalar 8 varietas (Beta 1, Beta2, Sukuh,
Kidal, Papua Patippi, Papua Salossa, Sawentar dan Sari)
sebanyak 13.000 stek.
Produksi benih jagung hibrida dan bersari bebas dengan
penerapan manajemen mutu
Pada tahun anggaran 2011 ini telah diperbanyak benih
sumber jagung bersari bebas klas penjenis (BS) sebanyak 6
varietas yaitu Lamuru, Sukmaraga, Bisma, Srikandi Kuning-1,
Srikandi Putih-1, dan Anoman-1. Total hasil yang dicapai adalah
5.340 kg dengan rincian masing-masing varietas sebagai berikut:
Lamuru 890 kg, Sukamaraga 730 kg, Bisma 1.125 kg, Srikandi
Kuning-1 865 kg, Srikandi Putih-1 830 kg, dan Anoman-1 900 kg.
Jika hasil benih sumber klas BS tersebut diperbanyak oleh
penangkar menjadi benih sumber klas BP, maka diperkirakan akan
diperoleh hasil sebanyak 80.100 ton benih klas BP (Benih Pokok)
yang dapat untuk memenuhi kebutuhan areal pertanaman jagung
bersari bebas seluas 4.005.000 ha.
Kegiatan perbanyakan benih sumber klas BD/FS untuk 6
varietas yaitu Lamuru, Sukmaraga, Bisma, Srikandi Kuning, Srikandi
Putih, dan Anoman. Masing-masing varietas ditanam pada luasan
1,0 ha, dan ke enam varietas tersebut telah ditanam, dan 4
varietas telah selesai diproses dengan total hasil 12.700 kg.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 46
Sasaran 5: Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman
pangan
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur melalui pencapaian
indikator kinerja utama dengan target yang ditetapkan dalam PKT
2011 yaitu tersedianya 8 rekomendasi kebijakan tanaman pangan.
Sasaran 5 tersebut dicapai melalui kegiatan “Analisis
kebijakan pengembangan tanaman pangan.”
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun
2011 telah tercapai 100%. Target yang ditetapkan dalam PKT 2011
yaitu tersedianya 8 rekomendasi dan telah terealisasi 8
rekomendasi kebijakan tanaman pangan.
Sedangkan realisasi keuangan sebesar Rp. 768.314.800,-
(97,13%). Pencapaian indikator kinerja kegiatan untuk mencapai
sasaran tersebut dapat dilihat secara rinci pada formulir PKK.
Adapun topik rekomendasi kebijakan tanaman pangan antara
lain:
1. Analisis peningkatan daya saing dan nilai tambah tanaman
pangan menghadapi persaingan global.
2. Analisis tingkat adopsi teknologi produksi padi sawah
mengacu produktivitas optimal dan keberlanjutan.
3. Analisis kesiapan tindakan adaptasi usahatani tanaman
pangan menghadapi banjir dan kekeringan akibat perubahan
iklim global.
4. Analisis efektivitas bantuan benih dan bantuan pupuk pada
program SL-PTT.
5. Analisis kesiapan sistem perbenihan kedelai dalam
mendukung swasembada kedelai.
6. Analisis peningkatan kualitas implementasi PHT di lapangan.
7. Analisis permasalahan sistem produksi benih jagung
komposit.
8. Pupuk dan pemupukan padi sawah spesifik lokasi
Sebagai perbandingan atas kemajuan yang telah diperoleh
dari tahun sebelumnya 2010 dapat dijelaskan sebagai berikut :
Perbandingan capaian Kinerja tahun 2010 dan 2011.
Indikator Kinerja 2010 2011
Rumusan kebijakan tanaman
pangan
8 8
Adapun keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai
dari masing-masing subkegiatan diuraikan sebagai berikut:
Analisis peningkatan daya saing dan nilai tambah tanaman
pangan menghadapi persaingan global.
Kebijakan peningkatan daya saing dan nilai tambah tanaman
pangan di Jawa Tengah dan Jawa Timur masih didominasi
program pemerintah pusat berupa bantuan alat dan mesin pasca-
panen dan pengolahan hasil pertanian. Terlihat kecenderungan
bahwa hanya beberapa kabupaten saja yang perkembangannya
meningkat karena mendapatkan bantuan dan dapat memanfaatkan
bantuan tersebut secara optimal, sedangkan kabupaten lainnya
tidak berhasil atau tidak dapat memanfaatkan bantuan tersebut
guna meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk tanaman
pangan yang dihasilkan di daerah tersebut. Oleh karena itu, perlu
dirancang suatu kebijakan peningkatan daya saing dan nilai
tambah tanaman pangan yang sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi spesifik lokasi agar bantuan alat dan mesin pertanian
benar-benar efektif dan produktif.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 47
Saran alternatif kebijakan :
Aspek legalitas kebijakan pemerintah.
Peningkatan mutu dan nilai tambah tanaman pangan serta
penanganan pasca panen harus didukung oleh aspek legal
yang memadai, di antaranya keputusan Presiden No. 47
tahun 1986 tentang “peningkatan penanganan pascapanen
hasil pertanian” dan Undang-Undang No. 12 tahun 1992
tentang “sistem budi daya tanaman”.
Aspek koordinasi lintas sektoral
Koordinasi lintas sektoral mutlak diperlukan untuk
mengkoordinasikan serta mensinkronisasikan program dan
kegiatan penanganan pascapanen atau pengolahan untuk
meningkatkan nilai tambah dan daya saing tanaman pangan.
Aspek sarana dan teknologi
Aspek ini berperan penting karena menggambarkan (a)
peningkatan peran sarana dan teknologi pascapanen atau
pengolahan dengan cara penambahan jumlah sarana alat
dan mesin pascapanen, termasuk penyediaan fasilitas kredit
dengan tingkat suku bunga rendah dan persyaratan lunak,
(b) usaha-usaha kaji terap dan sosialisasi dari inovasi sarana
alat dan mesin pascapanen tanaman pangan, (c) kebutuhan
riil sarana alat dan mesin pascapanen atau pengolahan
secara spesifik, (d) pemasyarakatan penggunaan sarana alat
dan mesin pasca panen atau pengolahan melalui kampanye,
demonstrasi atau gelar teknologi tanaman pangan, (e)
langkah-langkah nyata untuk mendorong UPJA, LDM,
penggilingan padi, pabrikan alat dan mesin pascapanen,
distributor, perbengkelan dan petani/kelompok tani untuk
bekerjasama kemitraan, dan (f) penerapan sistem jaminan
mutu dalam proses penanganan hasil tanaman pangan,
terutama penerapan Good Handling Practices (GHP), Good
Manufacturing Practices (GMP), dan Good Distribution
Practices (GDP).
Aspek kelembagaan
Dalam aspek kelembagaan perlu difokuskan pada usaha
pembentukan, pengorganisasian, pengelolaan, dan
operasionalisasi kelembagaan petani atau kelompok tani,
UPJA, LDM, penggilingan padi, dan pemangku kepentingan
lainnya untuk dihimpun dalam organisasi yang disebut
“kecamatan pascapanen” dengan mempertimbangkan
kemampuan kelemba-gaan tersebut dalam usaha
peningkatan nilai tambah dan daya saing usaha.
Aspek Sumber Daya Manusia (SDM)
Peningkatan mutu SDM harus diarahkan untuk meningkatkan
sikap dan prilaku, pengetahuan, kemampuan, keterampilan,
dan pengembangan kewirausahaan (enterpreuneurship),
serta kemampuan pengelola usaha dibidang agribisnis
tanaman pangan.
Aspek permodalan
Kelembagaan petani yang menangani penanganan pasca
panen atau pengelolahan gabah atau beras harus diberi
pemahaman dan keberanian untuk memperoleh akses
tentang skim kredit dengan persyaratan mudah, suku bunga
rendah, dan dapat dijangkau oleh skala usaha kelembagaan
petani.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 48
Outcome untuk kegiatan penelitian ini adalah: a) peningkatan
nilai tambah dan pendapatan petani serta pelaku usaha, b)
peningkatan daya saing produk tanaman pangan di pasar global, c)
terbukanya kesempatan kerja di pedesaan sejalan dengan
berkembangnya industri pengolahan hasil pertanian pada skala
kecil dan menengah, dan d) meningkatnya kepercayaan terhadap
kualitas produk dalam negeri.
Analisis tingkat adopsi teknologi produksi padi sawah
mengacu produktivitas optimal dan keberlanjutan.
Proses alih teknologi dari sumber teknologi kepada pengguna
belum terjadi secara proaktif-partisipatif, masih bersifat “top down”
dan “project driven”. Alih teknologi menjadi semata-mata
keinginan pemerintah, belum menjadi keinginan dan kebutuhan
petani. Akibat, alih teknologi selalu harus memerlukan pembiayaan
bagi calon pengadopsi (petani) dan petugas penyuluhnya.
Teknologi budi daya padi yang tidak didukung oleh
pendanaan proyek nampaknya tidak akan menjadi bahan
(program) penyuluhan dan tidak akan disampaikan kepada petani.
Dinas Pertanian dan Instansi penyuluhan dalam fungsinya membina
petani padi, baru melaksanakan proyek sesuai dengan persyaratan
administratif, belum menggunakan terjadi proses pembelajaran
pemilihan teknologi yang paling sesuai bagi lahan petani.
Pengelolaan Tanaman dan Sumber daya Terpadu yang
dialihkan melalui proyek SLPTT/LLPTT, di lokasi studi ternyata
belum dipahami sepenuhnya oleh petani. Petani baru mengadopsi
sebagian dari komponen sebagian dari komponen teknologi PTT,
dan proses partisipatif dalam memilih teknologi belum terjadi.
Bantuan sarana benih dan pupuk pada LLPTT/SLPTT sedikit banyak
justru “membelenggu petani” dalam menentukan pilihan komponen
teknologi yang paling sesuai terutama dari segi pilihan varietas
unggul baru adaptif.
Konsep “pelestarian sumber daya lahan pertanian menuju
keberlanjutan sistem produksi pertanian“ belum sepenuhnya
dipahami oleh pejabat Dinas Pertanian dan Penyuluh Pertanian,
dan bahkan sama sekali belum dimengerti oleh petani. Terdapat
gejala terjadinya penurunan mutu sumber daya lahan sawah di
Banten, yang perlu mendapat perhatian pemerintah.
Saran alternatif kebijakan :
Program operasional pembangunan tanaman pangan
hendaknya memberikan keleluasaan pilihan berbagai
kemasan teknologi yang paling sesuai dengan kondisi petani
dan agroekologi setempat. Pemerintah otonomi kabupaten
seyogianya dapat memfasilitasi terjadinya pilihan tersebut
melalui petugas penyuluhan di BPP.
Program pembangunan yang bersifat top-down perlu diubah
menjadi bersifat proaktif bottom-up, atas dasar kebutuhan
petani sehingga alih teknologi tidak selalu harus memerlukan
pembiayaan.
Rendahnya tingkat pemahaman petani terhadap PTT perlu
difasilitasi dengan penyediaan sarana penyuluhan berupa
buku pedoman, leaflet, dan brosur untuk petani atau ketua
kelompok tani yang mudah diakses semua petani. Pemberian
bantuan sarana hanya kepada sebagian kelompok petani
peserta LL/SLPTT kemungkinan kurang baik/kurang kondusif
bagi adopsi PTT oleh semua petani.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 49
Perlu memasukkan upaya pelestarian sumber daya lahan
pertanian sawah kedalam program pembangunan pertanian.
Perlu diterbitkan buku pedoman sebagai bahan penyuluh dan
pencerahan bagi petani. Masih rendahnya pemahaman
pejabat pertanian tentang Pelestarian Mutu Sumber daya
Lahan Pertanian, menunjukkan perlunya diadakan pelatihan,
lokakarya, dan diskusi tentang hal tersebut, agar
keberlanjutan sistem produksi tanaman pangan dapat dijamin
bagi keberlanjutan kecukupan pangan bangsa Indonesia.
Outcome penelitian ini adalah: a) penanganan faktor terkait
dengan senjang hasil dapat meningkatkan produksi padi petani,
meningkatnya produktivitas daerah, wilayah dan produksi padi
secara nasional yang pada gilirannya akan berdampak pada
peningkatan ketahanan pangan nasional, b) peningkatan kesadaran
petani dan tindakan pelestarian sumber daya lahan pertanian
menjadikan sistem produksi padi sawah dapat berkelanjutan.
Analisis kesiapan tindakan adaptasi usahatani tanaman
pangan menghadapi banjir dan kekeringan akibat
perubahan iklim global.
Iklim di wilayah nusantara sangat dipengaruhi oleh letak
geografis, di antara dua samudra hindia dan pasifik dan dua benua
Asia dan Australia. Kondisi ini menyebabkan wilayah Indonesia
memiliki dua musim yang sangat berbeda karakteristiknya yaitu
musim kemarau dan musim hujan. Iklim dengan dua kondisi ini
dikenal sebagai muson (moonsoon). Selama musim kemarau pada
beberapa kondisi tertentu yang ekstrim, dapat terjadi peristiwa
kekeringan, sedangkan musim hujan, dapat memicu banjir.
Secara umum kekeringan disebabkan adanya anomali iklim
dan aktifitas manusia. Kemarau panjang yang menyebabkan
kekeringan sering terjadi karena anomali iklim seperti El nino.
Kegiatan studi dilaksanakan di Propinsi Jawa Tengah khususnya
Kabupaten Rembang untuk masalah kekeringan dan banjir.
Saran alternatif kebijakan menanggulangi dampak banjir
Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai
fungsi lahan.
Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini
pada bagian sungai yang sering menimbulkan banjir
Tidak membuang sampah ke sungai
Mengadakan program pengerukan sungai
Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari
permukaan laut
Saran alternatif kebijakan menanggulangi dampak kekeringan
Konservasi daerah aliran sungai, agar hujan dapat
meresap ke dalam tanah sebanyak mungkin
Pemeliharaan dam parit, embung, waduk secara reguler
agar daya tampungnya dapat ditingkatkan
Mengatur komposisi luas tanam komoditas yang akan
diusahakan dihamparan pertanian
Penyiapan varietas-varietas padi toleran kekeringan,
berumur genjah, dan tahan OPT musim kemarau
Pengembangan early warning system untuk mengetahui
akan terjadinya kekeringan secara lebih awal
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 50
Penyiapan sarana dan prasaran produksi untuk daerah-
daerah yang mulai terancam kekeringan.
Dapat memanfaatkan biomas yang sudah terlanda
kekeringan/puso untuk pakan ternak.
Bantuan pengadaan/penyiapan sumber-sumber air
cadangan di lahan-lahan pertanian.
Outcome penelitian ini adalah: a) terjadinya penurunan
tingkat kerusakan tanaman pangan yang terkenan banjir dan
kekeringan akibat perubahan iklim global, dan b) stabilitas produksi
padi dan palawija di daerah sentra produksi padi masa kini dan
masa mendatang, meskipun perubahan iklim telah terjadi.
Analisis efektivitas bantuan benih dan bantuan pupuk pada
program SL-PTT
Kegiatan survei telah dilakukan di Jawa Tengah yang secara
ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bantuan langsung benih unggul (BLBU) padi varietas
Ciherang, Inpari-1, Cibogo, dan IR 64 yang diterima petani
SL-PTT di Kabupaten Grobogan, Sragen, dan Pati Jawa
Tengah umumnya mempunyai mutu benih (kemurnian dan
daya tumbuh) baik, sedangkan padi hibrida Intani-1 dan
Sembada mutunya ada yang baik, cukup, dan kurang baik.
2. Bantuan benih padi pada umumnya diterima tepat waktu
sesuai musim tanam, kecuali varietas Intani-1 yang diterima
petani di Kabupaten Sragen mengalami keterlambatan sampai
30 hari, sehingga pelaksanaan SL-PTT varietas Intani-1
dilakukan pada musim berikutnya (MT-II, 2010/2011).
3. Jumlah bantuan benih padi nonhibrida (inbrida) pada
umumnya cukup untuk luas sawah yang dimiliki petani,
sedangkan bantuan benih padi hibrida jumlahnya 15 kg/ha
menurut petani tidak cukup, apabila terjadi banyak serangan
keong mas tidak tersedia untuk menyulam.
4. Bantuan benih varietas padi unggul padi non hibrida
(Ciherang, Inpari-1, Cibogo) pada program SLPTT di
Kabupaten Grobogan, Sragen dan Pati, cukup efektif. Hal ini
ditandai dengan terdapatnya peningkatan produktivitas di
tiga kabupaten tersebut, yaitu antara 0,85-1,3 t/ha GKP
5. Dari 3 kabupaten yang diteliti rata-rata produktivitas yang
dapat dicapai petani di lokasi SL adalah 8,3 t, 7,4 t dan 8,0
t/ha GKP. Sedangkan pada laboratorium lapang LL rata-rata
8,65 t, 8,0 t dan 8,4 t/ha, atau di lokasi LL produktivitasnya
350-550 kg lebih tinggi daripada petani SL.
6. Di Grobogan, bantuan benih unggul padi hibrida varietas
Intani-1 dan Sembada yang diterima petani SL-PTT kurang
efektif, karena kedua varietas tersebut produktivitasnya
hampir sama dengan varietas Ciherang, Cibogo, dan Inpari-1,
bahkan di Pati produktivitasnya lebih rendah daripada
Ciherang. Rendahnya produksi padi hibrida di Sragen dan Pati
karena ketidaksesuaian lahan, musim, dosis pupuk, dan daya
adaptasi varietas.
7. Bantuan pupuk untuk laboratorium lapang (LL) pada SL-PTT
padi non hibrida cukup efektif, sedangkan untuk padi hibrida
kurang efektif karena dosis pupuk kurang sesuai. Padi
hibrida memerlukan dosis pupuk lebih tinggi dari pada padi
inbrida (nonhibrida).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 51
Saran alternatif kebijakan :
Mutu benih (kemurnian dan daya tumbuh) bantuan benih
padi hibrida perlu terus ditingkatkan agar dapat diperoleh
hasil yang maksimal.
Jumlah bantuan benih padi hibrida perlu ditingkatkan (>15
kg/ha), agar apabila terdapat serangan hama keong mas atau
hama lain tersedia benih untuk menyulam
Agar program SLPTT padi hibrida dapat berhasil lebih baik,
dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan faktor-faktor
kesesuaian lahan, musim, dosis pupuk, daya adaptasi varietas
dan mutu benih yang tinggi
Outcome penelitian ini adalah: diketahuinya efektivitas
bantuan benih unggul padi dan bantuan pupuk pada program SL-
PTT untuk peningkatan produktivitas padi secara nasional.
Analisis kesiapan sistem perbenihan kedelai dalam
mendukung swasembada.
Kegiatan survei telah dilakukan di Provinsi Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Output yang telah dicapai secara ringkas dapat
digambarkan sebagai berikut :
1. Penggunaan benih bermutu dari varietas-varietas unggul
nasional di Jawa Tengah dan Jawa Timur umumnya belum
begitu berkembang. Vub kedelai yang dikembangkan di
daerah cenderung tidak berjalan atau putus ditengah jalan.
2. Alur kelas benih belum berjalan sebagaimana mestinya,
cenderung terputus ditengah jalan yang mengakibatkan tidak
terjaminnya komoditas ketersediaan benih sumber.
3. Produsen benih di Jawa Tengah belum berkembang, ada
kecenderungan bahwa keberadaan produsen benih
dikarenakan adanya proyek pengadaan benih kedelai dari
pemerintah. Jarang ada produsen benih kedelai yang
konsisten dan bersifat mandiri. Sedangkan di Jawa Timur,
ada beberapa produsen/penangkar benih yang masih
konsisten dan bwerisifat mandiri dalam memproduksi benih
kedelai, namun terbatas hanya 2-3 varietas kedelai sesuai
dengan permintaan masyarakat tani setempat.
4. Sistem jabalsim (jalinan arus benih antar lapang dan musim)
saat ini tidak dapat dipertahankan sejalan dengan
menurunnya minat petani untuk menanam kedelai.
5. Minat petani untuk menanam kedelai menurun, karena
berusahatani kedelai saat ini kurang menguntungkan dan
tidak menarik bagi petani. Sebagai imbasnya akses terhadap
benih kedelaipun menurun, dan akibatnya sistem perbenihan
kedelai tidak berjalan.
Saran alternatif kebijakan :
Menetapkan pengembangan kawasan industri benih kedelai,
agar ketersediaan benih menjadi lebih dekat dengan petani
sehingga lebih efisien.
Meningkatkan sosialisasi tentang manfaat penggunaan benih
bermutu dari varietas unggul kedelai.
Menumbuh kembangkan produsen/penangkar benih
khususnya pada wilayah/daerah sentra produksi kedelai.
Meningkatkan kemampuan SDM perbenihan dalam
penanganan perbenihan kedelai.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 52
Mengembangkan jaringan suistem informasi perbenihan
kedelai, melalui penggunaan teknologi informasi yang dapat
memudahkan terjadinya titik temu antara produsen dan
konsumen benih serta instansi terkait lainnya, guna
terciptanya agribisnis perbenihan kedelai.
Outcome penelitian ini adalah: a) percepatan penyebaran dan
adopsi varietas unggul baru, b) terhasilkannya produk berupa benih
sumber dan benih sebar kedelai dengan penerapan sistem mutu, c)
terpecahkannya permasalahan ketidakseimbangan penyediaan
benih sumber dan benih sebar, kedelai bermutu sepanjang waktu,
musim dan lokasi, dan d) terimplementasikannya sistem
perbenihan serta terwujudnya industri benih kedelai yang stabil dan
mantap.
Analisis peningkatan kualitas implementasi PHT di lapang
1. Organisme pengganggu tanaman (OPT) padi utama yang
dilaporkan petani di daerah DIY dan Jawa Tengah adalah
tikus, penggerek batang, wereng batang coklat, dan kresek.
Walaupun menurut hitungan statistik nasional akibat
serangan OPT ini belum mengurangi produksi nasional secara
nyata, akan tetapi di tingkat individu petani atau tingkat
daerah kabupaten akibatnya sangat nyata. Oleh karena itu,
petani sangat membutuhkan perhatian dan bantuan yang
nyata dari berbagai pihak terkait.
2. Ledakan wereng batang coklat di berbagai daerah di Pulau
Jawa masih berlanjut hingga pertengahan 2011 karena
banyak faktor, seperti pertanaman yang tumpang tindih dan
petani masih menanam varietas yang rentan seperti varietas
Ciherang, IR64, IR42, dan Ketan yang berperan dalam
peningkatan populasi wereng batang coklat.
3. Seringkali pertimbangan harga jual gabah yang baik
menyebabkan petani mengesampingkan faktor perlindungan
tanaman yang ramah lingkungan. Sebagai akibatnya petani
akan melakukan aplikasi pestisida dengan tujuan OPT
tertentu mati.
4. Pengendalian OPT padi di tingkat petani di berbagai daerah
bervariasi, karena tingkat dominasi OPT utama berbeda.
Memperhatikan dominasi wereng batang coklat pada dua
setengah tahun terakhir, petani menggunakan teknik
pengendalian dengan pestisida sintetis, dan bahan nabati
(bawang putih, akar alang-alang, dan lain-lain) jarang
dimanfaatkan padahal ramah lingkungan.
Saran alternatif kebijakan :
Penyakit yang ditularkan wereng batang coklat, yaitu virus
kerdil hampa dan virus kerdil rumput tidak dapat dikendalikan
dengan pestisida, tetapi dengan sanitasi dan pengendalian
vektornya. Mengingat gejala penyakit virus kerdil hampa dan
virus kerdil rumput mungkin sangat membingungkan petani,
maka materi penyuluhan harus di up date dan para penyuluh
pertanianpun perlu di training dalam masalah ini.
Menyiasati faktor iklim hampir tidak mungkin, tetapi dengan
menanam varietas yang lebih genjah dan dengan arsitektur
tanaman yang tegak akan dapat mengurangi kelembaban dan
suhu pada iklim mikro di pertanaman padi. Yang terjadi pada
saat ini, pada musim hujan yang sangat panjang, dengan
pemupukan N yang tinggi, banyak petani yang memanen
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 53
tanaman yang rebah, padahal banyak gabah yang masih
hijau, sehingga dapat diduga hasil gabah atau berasnya
berkualitas rendah, terutama dengan tumbuhnya jamur atau
bakteri pembusuk biji. Inilah salah satu permasalahan mutu
gabah/beras di tingkat petani saat ini.
Menghadapi banyak kenyataan bahwa petani telah
menggunakan pestisida kurang tepat tetapi berkaitan erat
dengan permasalahan yang ada di lapangan, seperti
kurangnya air pada saat aplikasi, sehingga volume semprot
juga berkurang. Permasalahan lainnya adalah pencampuran
beberapa jenis pestisida dalam satu tangki sprayer
menimbulkan in-efisiensi dan in-efektivitas aplikasi pestisida.
Oleh karena itu kepada para peneliti entomologi perlu
didalami kembali untuk menciptakan teknologi yang mudah
digunakan petani, tetapi tetap efektif.
Outcome untuk kegiatan penelitian ini adalah: hasil analisis
tingkat adopsi PHT di lapang oleh petani dapat digunakan
untuk meletakan permasalahan PHT pada tempatnya yang
jelas, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar perbaikan
program PHT pada masa yang akan datang.
Analisis sistem produksi benih jagung komposit
Penelitian dilaksanakan di Propinsi Jawa Barat (Bandung,
Garut, Cirebon, Majalengka). Responden penelitian meliputi
Kepala dan aparat instansi atau lembaga yang terkait dalam
sistem perbenihan jagung, yaitu BPSB Provinsi Jawa Barat di
Bandung, BPB Palawija di Plumbon, Cirebon, UPT BPSB
Wilayah di Garut dan Majalengka, Dinas Pertanian Kabupaten
Garut, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten
Majalengka, penangkar benih, pengusaha/pedagang/pemilik
kios benih, dan petani.
1. Faktor-faktor penyebab kurang berkembangnya varietas
unggul jagung komposit (bersari bebas) hasil riset litbang
pertanian serta isu-isu permasalahan dalam sistem
perbenihan jagung komposit di antaranya adalah: (1)
lemahnya diseminasi dan promosi varietas unggul hasil
riset litbang pertanian, (2) kurang terjalinnya komunikasi
dan pertukaran informasi secara optimal antara
produsen/penyedia benih yaitu BPB/UPT BPSB dan
penangkar benih, pendistribusi/pemasar/penjual benih,
dan petani pengguna benih, (3) kurangnya unit demplot
untuk menunjukkan keragaan varietas unggul jagung
komposit hasil riset litbang pertanian, (4) gencarnya
promosi yang dilakukan oleh produsen/distributor/
pengusaha/pedagang benih jagung hibrida melalui media
massa (cetak dan elektronik), demplot, display,
pertemuan dengan kelompok tani, komunikasi tatap-
muka, dan sering juga melibatkan penyuluh lapangan, (5)
kurangnya insentif terhadap penyuluh untuk
mendiseminasikan dan mempromosikan varietas unggul
jagung komposit hasil riset litbang pertanian, (6) tidak
terdatanya jenis atau varietas jagung yang ditanam petani
di suatu daerah, apakah terkategori jagung komposit atau
hibrida, (7) tidak adanya data atau ”peta” wilayah yang
menanam jagung komposit di suatu daerah, dan (8) tidak
adanya keharusan bagi pemulia untuk mengawal atau
menelusur lebih lanjut pasca pelepasan varietas mulai
fase produksi sampai pendistribusian benih sumber, benih
pokok, dan benih sebar.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 54
2. Pengembangan produksi benih jagung komposit perlu
dilakukan secara in situ disesuaikan dengan lokasi BPB
Palawija, UPT BPSB Wilayah, atau cakupan
pendistribusiannya. Permintaan benih sumber kepada
Balitsereal perlu disampaikan beberapa bulan atau satu
musim sebelum jadwal tanam, sehingga Balitsereal dapat
memproduksi benih sumber sesuai dengan prinsip enam
tepat (varietas, mutu, jumlah, waktu, lokasi/tempat, harga).
Saran alternatif kebijakan :
Perlu dijalin komunikasi dan koordinasi yang lebih intensif
antara Dinas Pertanian Propinsi dan Kabupaten, instansi atau
lembaga perbenihan di tingkat Pusat dan Daerah, Penyuluh,
Penangkar, dan Kelompok Tani dalam memecahkan masalah
yang dihadapi dan merencanakan kebutuhan benih untuk
musim tanam yang akan datang dengan tepat,
Dinas Pertanian Kabupaten bersama-sama kantor BPP dan
Penyuluh di Kecamatan perlu menginformasikan data
prediksi kebutuhan benih sebar dan varietas jagung komposit
yang perlu disediakan oleh produsen atau penangkar benih,
Atas dasar informasi tentang prediksi kebutuhan benih sebar
tersebut, BPB atau UPT BPSB Wilayah perlu menyampaikan
permintaan benih pokok dan varietasnya untuk diproduksi di
BPB atau UPT BPSB Wilayah kepada Dinas Pertanian
Provinsi c.q. BPSB Provinsi, dan untuk selanjutnya BPSB
Provinsi menyampaikan permintaan benih sumber kepada
Balitsereal dengan tembusan kepada Puslitbang Tanaman
Pangan dan Direktorat Perbenihan Serealia,
Dinas Pertanian Kabupaten bersama-sama BPB atau UPT
BPSB Wilayah perlu menyampaikan laporan/informasi
kepada Dinas Pertanian Provinsi c.q. BPSB Provinsi tentang
benih pokok dan/atau benih sebar dan varietas jagung
komposit yang didistribusikan kepada penangkar dan/atau
petani, disertai keterangan tentang mutu benih (daya
tumbuh), jumlah, waktu pendistribusian, dan lokasi/tempat
penyebaran atau penanamannya,
Dinas Pertanian Provinsi c.q. BPSB Provinsi perlu
menyampaikan informasi kepada Balitsereal dengan
tembusan kepada Puslitbang Tanaman Pangan dan
Direktorat Perbenihan Serealia tentang benih pokok dan
varietas jagung komposit yang didistribusikan kepada BPB
atau UPT BPSB Wilayah, disertai keterangan tentang mutu
benih (daya tumbuh), jumlah, waktu pendistribusian, dan
lokasi/tempat penyebaran atau penanamannya,
Penyuluh dan pihak terkait yang terlibat dalam rantai produksi
dan distribusi benih, termasuk penangkar dan petani
pengguna benih, perlu diberikan insentif yang wajar karena
telah membantu dalam produksi, pendistribusian, dan
peningkatan adopsi benih dan varietas unggul jagung
komposit, serta peningkatan produksi jagung mendukung
program swasembada jagung.
Outcome untuk kegiatan penelitian ini adalah: a) diketahui
faktor-faktor yang menjadi penyebab kurang berkembangnya
varetas unggul jagung komposit hasil riset Litbang Pertanian, b)
saran kebijakan operasional untuk pengembangan produksi benih
jagung bersari bebas/komposit dan c) langkah-langkah operasional
untuk pemecahan masalah terkait isu-isu perbenihan jagung
komposit yang terjadi saat berlangsungnya penelitian.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 55
Pupuk dan Pemupukan Padi Sawah Spesifik Lokasi
Pemerintah telah mengurangi subsidi pupuk mulai 1 April
2010 yang menyebabkan harga pupuk meningkat 25-40%, dan
diperkirakan harga pupuk akan terus meningkat. Oleh karena itu,
petani harus lebih efisien dalam pengelolaan pemupukan padi
sawah. Usahatani lahan sawah di Indonesia yang dicirikan oleh
kondisi kepemilikan lahan sawah yang kecil, menyebabkan
manajemen pengelolaan lahan beragam baik antarpetani maupun
antarhamparan sawah. Kondisi ini memerlukan suatu teknologi
pemupukan tepat guna untuk usahatani lahan sawah.
Badan Litbang Pertanian bekerjasama dengan IRRI telah
mengembangkan perangkat lunak berjudul “Nutrient Manager for
Rice” atau Pemupukan Hara Spesifik Lokasi. Salah satu manfaatnya
adalah memberikan saran strategi pemupukan yang efisien (tepat
takaran, tepat sumber, tepat cara, dan tepat waktu applikasinya).
Menteri Pertanian telah meluncurkan PHSL berbasis web berjudul
“Pemupukan Hara Spesifik Lokasi” yang dapat diakses melalui
http://webapps.irri.org/nm. Teknologi PHSL dalam bentuk website
bertujuan untuk memudahkan diseminasi dalam skala luas guna
perbaikan manajemen pemupukan padi sawah di Indonesia dengan
target pengguna adalah (a) teknisi BPTP dan (b) penyuluh
pertanian lapangan (PPL).
Saran alternatif kebijakan :
Bagi pabrik pupuk, baik BUMN maupun pengusaha lokal,
disarankan dapat membuat paling tidak dua komposisi pupuk
majemuk lagi yaitu (a) dengan kandungan hara N seperti pada
Ponska tetapi kandungan P-nya relatif rendah dan kandungan
K- nya relatif tinggi dan (b) formula pupuk dengan kandungan
hara N seperti juga pada Ponska tapi kandungan P-nya relatif
tinggi dan kandungan K-nya relatif rendah (sebagai
pemeliharaan), sehingga tidak terjadi penambangan hara P
dan K secara berlebihan di tanah.
Petani memerlukan penyuluhan dan pemahaman bahwa
penggunaan pupuk yang efisien sangat menentukan jumlah
pupuk yang harus diberikan serta target hasil gabah yang
dapat dicapai. Dengan teknologi pemupukan hara spesifik
lokasi (PHSL) diharapkan penggunaan pupuk oleh petani dapat
lebih rasional sesuai kebutuhan tanaman sekaligus
meningkatkan produksi dan pendapatan petani
Sasaran 6: Terselenggaranya diseminasi teknologi
tanaman pangan
Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian
indikator kinerja utama dengan target yang telah ditetapkan dalam
PKT 2011 yaitu diterbitkannya 10 judul publikasi ilmiah dan 4 kali
pertemuan ilmiah.
Sasaran 6 tersebut dicapai melalui kegiatan “Diseminasi
teknologi tanaman pangan”, yang terdiri dari 4 subkegiatan
yaitu 1) Pengembangan sistem informasi komunikasi, diseminasi,
dan umpan balik inovasi tanaman padi, 2) Pengembangan
diseminasi dan penjaringan umpan balik teknologi aneka kacang
dan ubi, 3) Penyebarluasan dan alih teknologi inovasi produksi
serealia, dan 4) Pengembangan sumber daya informasi iptek,
diseminasi, dan jaringan umpan balik tanaman pangan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 56
Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator
kinerja disajikan sebagai berikut :
Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2011
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Pengembangan sistem informasi
komunikasi, diseminasi dan
umpan balik inovasi tanaman padi
(paket kegiatan)
Penyediaan benih kelas SS
1
420 ton
1
420 ton
100,0
100,0
Pengembangan diseminasi dan
penjaringan umpan balik teknologi
aneka kacang dan ubi (paket
kegiatan)
1 1 100,0
Penyebarluasan dan alih teknologi
inovasi produksi serealia (paket
kegiatan)
1 1 100,0
Pengembangan sumber daya
iptek dan diseminasi tanaman
pangan (paket kegiatan)
1 1 100,0
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun
2011 berdasarkan target yang direncanakan telah tercapai dengan
persentase pada masing-masing kegiatan rata-rata 100%,
sedangkan realisasi keuangan sebesar Rp. 14.451.629.274,-
(95,78%). Pencapaian indikator kinerja kegiatan untuk mencapai
sasaran dapat dilihat secara rinci pada formulir PKK.
Sebagai perbandingan atas kemajuan yang telah diperoleh
dari tahun sebelumnya 2010 dapat dijelaskan sebagai berikut :
Capaian Kinerja 2010
Indikator Kinerja 2010 2011
Diseminasi inovasi teknologi padi
mendukung kemandirian pangan
(paket kegiatan)
1 1
Diseminasi inovasi teknologi
aneka kacang dan ubi (paket)
1 1
Diseminasi inovasi teknologi
tanaman serealia (paket kegiatan)
1 1
Pengembangan sumber daya
iptek dan diseminasi tanaman
pangan (paket kegiatan)
1 1
Dari perbandingan capaian kinerja tahun sebelumnya dengan
capaian kinerja tahun 2011 terlihat sama tetapi ada penambahan
beberapa kegiatan di antaranya PPN XIII di Tenggarong
Kalimantan Timur, gelar teknologi, workshop, seminar open house,
dan Hari Pangan Sedunia.
Tahun 2011 merupakan tahun implementasi Sistem
Diseminasi Multi Channel di lingkup Badan Litbang Pertanian.
Artinya bahwa hasil penelitian yang menonjol harus segera
disebarluaskan kepada para penggunanya melalui berbagai channel
komunikasi seperti pembuat kebijakan baik pusat dan daerah,
penyuluh, petani dan swasta serta melalui kegiatan temu lapang,
open house, seminar, pameran, maupun publikasi. Kegiatan
diseminasi yang menonjol tahun 2011 lingkup Puslitbangtan adalah
partisipasi dalam kegiatan Penas XIII di Tenggarong Kalimantan
Timur, Hari Pangan Sedunia di Gorontalo, Openhouse Balitsereal
dengan Tanam Perdana Jagung Hibrida, KRPL Pacitan, Seminar,
dan berbagai pameran lainnya.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 57
Pekan Nasional (Penas) XIII
PENAS Petani Nelayan XIII tahun 2011 yang berlangsung
tanggal 18-23 Juni 2011 dilaksanakan di Desa Perjiwa, Kecamatan
Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan
Timur. Penas XIII dibuka oleh Wakil Presiden RI dihadiri sekitar 30
ribu petani, nelayan, penyuluh, dan pejabat pemerintah seluruh
Indonesia. Puslitbangtan bersama seluruh Satker Kementerian
Pertanian, menyajikan gelar teknologi varietas unggul padi, jagung,
aneka kacang dan ubi yang beradaptasi pada perubahan iklim.
Kegiatan ini juga sebagai upaya Puslitbangtan untuk
mengoptimalkan keterlibatan masyarakat petani secara langsung
dalam proses pembelajaran pemahaman aplikasi inovasi teknologi
di lapang. Varietas unggul tanaman pangan ditampilkan di lapang
pada Cluster Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan dan
Cluster Pangan Alternatif, serta Pameran Indoor.
Gambar 20. Menteri Pertanian berdiskusi dengan pemulia jagung
saat kunjungan ke pameran indoor Penas XIII
Gambar 18. Keragaan tanaman pangan di Cluster Swasembada dan
Swasembada Berkelanjutan pada Penas XIII di
Tenggarong, Kalimantan Timur
Gambar 21. Keragaan tanaman ubi-ubian di Cluster Pangan
Alternatif pada Penas XIII di Tenggarong, Kalimantan
Timur.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 58
Hari Pangan Sedunia
Saat ini penduduk dunia hampir mencapai 7 miliar orang dan
tahun 2050 diprakirakan mencapai 9 miliar orang. Dalam hal
penyediaan pangan dirasakan belum aman akibat penambahan
jumlah penduduk, ke depan kerawanan pangan perlu diantisipasi.
Oleh karena itu, Wapres mengatakan bahwa untuk mengatasi
kerawanan pangan diperlukan pemanfaatan teknologi yang tepat
dan pengelolaan sumber daya yang baik untuk menghasilkan
pangan yang cukup bagi bangsa Indonesia.
Kunjungan Wapres pada acara HPS tersebut disertai Menteri
Pertanian, Perwakilan FAO James Mc Grane, perwakilan 21 negara
sahabat, dan gubernur di Indonesia. Pada Acara HPS tersebut
Badan Litbang Pertanian menampilkan berbagai inovasi teknologi
yang dikelompokkan pada empat cluster yaitu 1) Rumah Pangan
Lestari (RPL), 2) Pangan Fungsional, 3) Swasembada Pangan, dan
4) Tanaman Obat dan Aromatik. Dalam kunjungan Wapres ke lahan
Gelar Teknologi Badan Litbang Pertanian, beliau sangat tertarik
dengan penampilan berbagai tanaman sayuran dan biofarmaka
yang ada di hamparan RPL. Selain itu, Wapres berkesempatan
mendengarkan penjelasan tentang kemajuan penelitian kedelai,
padi, dan jagung. Pada kesempatan ini Wapres sempat memetik
polong kedelai muda dan memakannya. Pada tanaman jagung,
Wapres sempat memegang tanaman jagung yang memiliki tongkol
dua dan berdiskusi dengan peneliti jagung. Hal yang menarik dari
acara HPS tersebut, Wapres sangat memperhatikan kemajuan riset
di bidang pertanian dan bagaimana hasil riset tersebut segera
disebarkan kepada petani serta sampai di lahan petani.
Gambar 22. Dr. Hasil Sembiring (Kepala Puslitbangtan) menjelaskan kemajuan penelitian kedelai kepada Wakil Presiden, Menteri Pertanian dan Gubernur Gorontalo.
Open house di Balai Penelitian Tanaman Padi
Gambar 23. Menteri Pertanian didampingi Kepala Badan Litbang
Pertanian dan Dirjen Tanaman Pangan pada acara
open house di BBPadi memanen padi varietas INPARI
13 yang ditengarai tahan wereng coklat
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 59
Openhouse dan Seminar Nasional Jagung
Openhouse Balitsereal berlangsung tanggal 3-4 Oktober
2011 dengan tema Inovasi Teknologi Mendukung Swasembada
Jagung dan Diversifikasi Pangan yang dibuka secara resmi oleh
Menteri Pertanian Dr. Ir. Suswono, MMA. Open House tersebut
dihadiri oleh Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, 11
Bupati Daerah dan 1 Wali Kota dari wilayah Sulawesi Selatan.
Dalam acara tersebut Menteri Pertanian berkesempatan
melakukan penanda-tanganan peresmian pengoperasian
Laboratorium Biologi Molekuler Badan Litbang Pertanian yang
menggunakan teknologi molekuler seperti genotyping dan
sequencing berteknologi tinggi. Seusai melakukan penanda-
tanganan peresmian laboratorium, Menteri Pertanian bersama-
sama dengan sejumlah pejabat pusat dan daerah melakukan tanam
perdana jagung hibrida unggul Bima 14 Batara dan Bima 15
Sayang, yang merupakan varietas hasil Badan Litbang Pertanian.
Selanjutnya, Menteri Pertanian berkesempatan mengunjungi
visitor plot Badan Litbang Pertanian yang menggelar varietas
unggul jagung hasil penelitian Badan Litbang Pertanian. Teknologi
tersebut antara lain jagung hibrida BiomasTinggi (varietas Bima 1 –
6), jagung hibrida berumur genjah (varietas Bima 7 – 8) dengan
umur 88 hari, dan jagung hibrida kaya protein (varietas Bima 12Q
dan 13Q) dengan potensi hasil sampai 13 t/ha. Selain jagung
hibrida, Badan Litbang Pertanian juga memamerkan calon varietas
unggu baru jagung hibrida bertongkol 2 serta jagung QPM biji putih
yang sesuai guna mendukung diversifikasi pangan dan mengatasi
masalah gizi buruk.
Gambar 24. Menteri Pertanian, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, dan Kepala Badan Litbang Pertanian melakukan tanam perdana jagung hibrida varietas Bima-14 dan Bima-15 dan wawancara pada acara Openhouse Balitsereal.
Seminar Nasional Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
Badan litbang yang perannya telah dinilai baik oleh
Kementerian Pertanian tidak boleh kehilangan momen, stagnan,
dan berhenti berinovasi. Untuk itu seluruh peneliti di Badan Litbang
Pertanian harus kuasai pertanian holistik, pahami aspek yang lebih
luas mencakup teknis, sosial-ekonomi, bahkan budaya, serta
perubahan lingkungan termasuk dinamika politik. Ada dua indikator
keberhasilan penelitian yang harus dipenuhi peneliti lingkup Badan
Litbang Pertanian yakni science recoqnition dan impact recoqnition.
Demikian inti arahan Dr Haryono, Kepala Badan Litbang Pertanian
pada pembukaan Seminar Nasional Hasil Penelitian Tanaman Aneka
Kacang dan Umbi, di Balitkabi, Malang, 15 November 2011.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 60
Gambar 25. Kepala Badan Litbang Pertanian membuka Seminar
KABI 2011 dan penyerahan benih sumber kedelai FS
untuk di Jawa Timur dan Yogyakarta
Produk olahan pangan bahan baku dari kebun KRPL
Untuk lebih meningkatkan nilai tambah produk pertanian
dan kegiatan ekonomi di Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di
Desa Kayen, Kabupaten Pacitan, Balitkabi melatih para pengrajin,
Kelompok Kerja (Pokja) PKK, staf Ketahanan Pangan, dan
Penyuluh Pertanian. Materi pelatihan mencakup pengolahan ubi
jalar, ubi kayu, dan kedelai menjadi produk pangan olahan yang
nilai ekonominya lebih tinggi ketimbang bahan segarnya. Pelatihan
diikuti oleh 28 orang terdiri dari ibu-ibu pengrajin pangan, Pokja
PKK Desa Kayen, staf Kantor Ketahanan Pangan, dan Penyuluh
Pertanian. Hadir Dr. Haryono, Kepala Badan Litbang Pertanian,
Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian (Kemtan), dan Gubernur
Jawa Timur. Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur bersama Bupati
Pacitan dan rombongan meninjau ke kampung KRPL.
Pelatihan ini diharapkan hasil usahatani tidak langsung dijual
segar, namun diproses terlebih dulu menjadi pangan olahan
sehingga meningkat nilai ekonominya. Pemrosesan ini secara
langsung akan menambah kegiatan ekonomis bagi warga Desa
Kayen. Itulah salah satu daya katrol pelatihan ini terhadap
pengembangan KRPL di Pacitan. Perlu dikemukakan bahwa dengan
konsep KRPL ini, lahan yang tidak diusahakan, baik tegalan,
pekarangan, maupun sawah, diusahakan tanaman yang cocok
untuk kondisi lahannya. Tanaman yang diusahakan antara lain
umbi-umbian (ubi jalar, suweg, mbote, dan sejenisnya), aneka
tanaman obat, serta tanaman tahunan. Balitkabi di wilayah KRPL
mengembangkan ubijalar MSU 03028-10, Antin-1, dan Beta-1, serta
umbi-umbian potensial mbote, ganyong, talas, garut dan suweg.
Gambar 26. Kepala Badan Litbang Pertanian mencicipi produk
olahan pangan karya ibu-ibu peserta pelatihan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 61
Budi Daya Kedelai di Kawasan Hutan Jati
Budi daya kedelai di kawasan hutan jati dilaksanakan sebagai
sarana untuk mendiseminasikan hasil penelitian kedelai kepada
pengguna, DEMFARM untuk mendukung suksesnya Gerakan
Peningkatan Produksi Pangan berbasis Kemitraan (GP3K). Gelar
teknologi budi daya kedelai di kawasan hutan ini dapat menjawab
keraguan semua pihak bahwa apakah lahan hutan dapat
dimanfaatkan untuk produksi tanaman pangan?. Pertumbuhan
kedelai di antara tegakan pohon jati dapat tumbuh dengan baik.
Keuntungan bertanam kedelai yang di tumpangsarikan dengan
pohon jati antara lain : (a) Pemanfaatan lahan lebih optimal, (b)
Produk panen beragam, (c) Lebih cepat memperoleh penghasilan
(kedelai panen umur 85-90 hari), (d) Memperoleh tambahan hasil,
(e) Memperbaiki kesuburan tanah karena tambahan N dari
rhzobium dan bahan organik dari serasah tanaman kacang-
kacangan, (f) Mencegah erosi, dan (g) Menyediakan pakan ternak.
Gambar 27. Keragaan kedelai di sela-sela tanaman hutan jati
mampu berproduksi dan mengoptimalkan lahan
Menyongsong Kebangkitan Kedelai di Sulawesi Tenggara
Sepuluh tahun terahir (2000 – 2010) luas pertanaman kedelai
di Sulawesi Tenggara (Sultra) berfluktuasi dari 1.600 ha hingga
6.700 ha. Luas pertanaman kedelai tertinggi terjadi tahun 2009
yaitu 6.700 ha dan kemudian turun menjadi 2.650 ha pada tahun
2010, dengan tingkat produktivitas sekitar 0,9 t/ha. Sentra
pertanaman kedelai yaitu di Kabupaten Konawe Selatan yaitu
hampir 90% dari total luas di Propinsi Sultra.
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
(Balitkabi) bekerjasama dengan BPTPertanian Sulawesi Tenggara
melaksanakan Gelar Teknologi Budi Daya Kedelai di lahan sawah di
Desa Pangan Jaya, Kecamatan Lainea, Kabupaten Konawe Selatan,
Sulawesi Tenggara seluas 1,5 ha, melibatkan tiga petani koperator,
menggunakan varietas Argomulyo dan Burangrang. Kedua varietas
selain berbiji besar juga berumur genjah (76-80 hari). Tanah di
lokasi tersebut adalah Ultisol, dan berdasarkan uji tanah yang
dilakukan oleh BPTP Sultra pH tanah sekitar 5, kandungan P dan
bahan organik sangat rendah, kandungan N rendah, dan K sedang.
Hasil panen menunjukkan potensi varietas unggul Argomulyo
dapat mencapai hasil 2,1 t/ha. Varietas Burangrang menunjukkan
keragaan yang lebih baik daripada varietas Argomulyo, namun
belum panen. Petani lebih menyukai varietas Burangrang
dibandingkan Argomulyo. Petani sangat senang dengan adanya
kegiatan ini karena baru pertama kali menanam kedelai dengan
sistim tanpa olah tanah (TOT). Adanya gelar teknologi tersebut
petani semakin yakin bahwa menanam kedelai di lahan sawah
setelah padi dapat dilakukan dengan sistim TOT. Dalam
sambutannya mengahiri acara temu lapang, ketua Gapoktan Desa
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 62
Pangan Jaya (Bapak Mashari) menyatakan bahwa tanam kedelai
dengan sistim TOT adalah sesuatu yang baru bagi petani setempat.
Berdasarkan pengakuan petani koperator, banyak petani yang
membeli hasil panennya untuk dijadikan benih pada musim tanam
bulan Nopember 2011.
Hasil analisis usahatani kedelai, apabila dapat mencapai hasil
2,1 t/ha maka akan diperoleh keuntungan Rp 6.332.000/ha atau
nisbah B/C 1,21. Secara umum, petani sangat tertarik dan antusias
untuk menanam kedelai yang sudah ditinggalkannya selama 15
tahun. Demplot kedelai dan temu lapang ini merupakan awal
kebangkitan kembali kedelai di Sulawesi Tenggara pada umumnya
dan di Kabupaten Konawe Selatan pada khususnya.
Gambar 28. Keragaan tanaman kedelai, panen dan temu lapang
di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara
Lokakarya pengelolaan hara kalium untuk tanaman kedelai
pada lahan sawah dengan pola tanam padi – padi – kedelai
Balitkabi bekerja sama dengan Internasional Potash
Institute (IPI) melakukan penelitian tentang pemupukan/
pengelolaan K pada kedelai di lahan sawah yang berpola tanam
”Padi – Pad – Kedelai”. Penelitian ini direncanakan berjalan tiga
tahun, dimulai tahun 2011. Tahun ini kegiatan dilakukan di Madiun
(Desa Pulerejo, kec. Pilangkenceng) dan Ngawi (Desa Wonokerto,
kec. Kedunggalar). Sebagai rangkaian kegiatan penelitian tersebut,
dilakukan: ”Pelatihan dan Lokakarya untuk Penyuluh dan Petani”,
dengan topik: ”Pengelolaan Hara Kalium untuk Tanaman Kedelai
pada Lahan Sawah dengan Polatanam ”Padi – Padi – Kedelai”
Gambar 29. Tanaman kedelai di tanah Vertisol di Pilangkenceng
(Madiun) yang menunjukkan gejala defisiensi K
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 63
Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultura Daerah Tingkat II
Ponorogo, menyampaikan beberapa hal, yaitu: (a) bahwa Madiun,
Ponorogo, dan Ngawi adalah sebagian dari wilayah Provinsi Jawa
Timur yang cukup banyak memproduksi kedelai, namun hasilnya
belum optimal, karena berbagai sebab seperti kualitas benih yang
kurang baik, gangguan hama/penyakit, dan kekurangan hara, serta
(b) pada tahun ini (2011) hasil kedelai di tiga kabupaten tersebut
dipastikan akan naik, karena luas tanamannya meningkat, hal ini
disebabkan oleh kondisi curah hujan yang kurang dan sebagian
petani takut menanam padi karena hama wereng.
Beberapa hal penting yang dapat diperoleh, terkait dengan
pengelolaan hara K untuk kedelai pada lahan sawah adalah sebagai
berikut: Status hara K pada lahan sawah, khususnya di Madiun,
Ponorogo, dan Ngawi adalah beragam, mulai dari sangat rendah
(<0,1 me/100 g) sampai sangat tinggi (>1,0 me/100 g). Sebagian
besar lahan sawah di tiga kabupaten tersebut adalah tergolong
rendah sampai sangat rendah, berturut-turut: (a) Madiun 66,3%,
(b) Ponorogo 65,7%, dan (c) Ngawi 58,1% dari areal sawah, yang
disurvei pada tahun 2001. Kalium sangat berperanan penting dalam
proses fisiologi tanaman, karena terlibat dalam 60 reaksi enzimatis,
diantaranya dalam proses fotosintesis dan sistesis protein.
Kecukupan kalium selain akan menentukan tingkat hasil juga
kualitas hasil. Tanaman yang kurang hara K akan mudah rebah dan
rentan terhadap serangan hama dan penyakit, serta cekaman
kekeringan. Hara K dalam jerami akan cepat tersedia bagi tanaman
setelah dibenamkan ke dalam tanah yang cukup air karena cepat
terdekomposisi dan melepaskan K (30 hari 100% K dalam jerami
telah terlepas/tersedia), atau jerami dibakar
Gambar 30. Pada tanah Vertisol di Kedunggalar (Ngawi) yang
mengandung K-dd 1,03 me/100 g, tanaman
kedelai tidak respon terhadap pemupukan K yang
meningkat, setara dengan 50 – 200 kg KCl/ha
Publikasi Hasil Penelitian
Diseminasi teknologi tanaman pangan untuk
menyebarluaskan teknologi baru kepada pengguna baik melalui
ekspose maupun penerbitan berbagai publikasi ilmiah, antara lain:
Jurnal penelitian tanaman pangan No. 1, 2, dan 3.
Buletin Iptek tanaman pangan No. 1 dan 2 tahun 2011
Laporan tahunan 2010 penelitian padi dan palawija
Buku saku musuh alami hama padi
Berita Puslitbangtan
SOP pengendalian wereng coklat
Profile of Indonesia Centre for Rice Research
Buku musuh alami hama padi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 64
Pengendalian hama tikus terpadu
Pengendalian penyakit kresek dan hawar daun bakteri
SOP pengendalian penggerek batang
Padi toleran rendaman
Jagung, sorgum, dan gandum
Diskripsi varietas unggul Jagung, Sorgum dan Gandum
Leaflet Panduan Praktis
Leaflet Budi daya Tanaman Jagung Tanaman Sisip
Lefleat Sekilas Balai (Bahasa Indonesia, Inggris)
Gambar 31. Publikasi hasil penelitian tanaman pangan 2011
Outcome hasil penelitian tersebar dan diketahui dengan cepat
oleh pengguna petani, pemerintah (pusat dan daerah), swasta,
LSM, dan khalayak umum lainnya.
Tabel 7. Judul makalah ilmiah yang diterbitkan melalui
Jurnal Penelitian Tanaman Pangan 2011.
No Judul Tulisan Penulis
1 Karakter Agronomi dan Hasil Galur Padi Toleran Rendaman
Aris Hairmansis, dkk
2 Pembentukan Galur Mandul Jantan Baru Padi Hibrida Tahan HDB dan WBC
Yudhistira Nugraha, dkk
3 Pengaruh Derajat Sosoh dan Pengemas pada Mutu Beras Aromatik selama Penyimpanan
Elsera B Tarigan, dkk
4 Efektivitas Kombinasi Amelioran dan Pupuk Kandang dalam Meningkatkan Hasil Kedelai pada Tanah Ultisol
Sudaryono, dkk
5 Pengaruh Takaran Pupuk NPKS, Dolomit, dan Pupuk Kandang terhadap Hasil Kedelai di Lahan Pasang Surut
A. Taufiq, dkk
6 Peningkatan Efikasi Cendawan Lecanicillium lecanii untuk Mengendalikan Telur Hama Kepik Coklat pada Kedelai
Yusmani P, dkk
7 Galur Harapan Padi Rawa Toleran Rendaman Rini Hermanasari, dkk
8 Pengelolaan Hara pada Varietas Padi Toleran Rendaman
Ikhwani, dkk
9 Peningkatan daya Berkecambah dan Vigor Benih Padi Hibrida Melalui Invigorasi
Sri Wahyuni
10 Reaksi Padi Hibrida Introduksi terhadap Penyakit HDB dan Hasil Gabah
Sudir
11 Mutu Beras Padi Aromatik dari Pertanaman di Lokasi dengan Ketinggian Berbeda
Suhartini, dkk
12 Kandungan Mineral Beberapa Galur Harapan Padi Sawah
Cucu Gunarsih, dkk
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 65
Tabel 7. (lanjutan) .........
No Judul Tulisan Penulis
13 Potensi Cendawan Entomopatogen Verticillium lecanii dan Beauveria bassiana dalam Mengendalikan Wereng Hijau dan menekan Intensitas Penyakit Tungro
Fausiah T. Ladja, dkk
14 Pewarisan Ketahanan Penyakit Tungro pada galur Padi OBSTG02-28
Ahmad Muliadi, dkk
15 Identifikasi Varietas/Klon Ubikayu Unggul untuk Bahan Baku Bioetanol
Erliana Ginting, dkk
16 Peran Varietas Tahan dalam Menurunkan Populasi Wereng Coklat Biotipe 4 pada Tanaman Padi
Baehaki S.E, dkk
17 Pengaruh Bahan Pengemas terhadap Mutu Beras Padi Aromatik selama Penyimpanan
Jumali, dkk
18 Seleksi dan Identifikasi Bakteri Antagonis sebagai Agens Pengendali Hayati Penyakit Hawar Pelepah Padi
Rustam, dkk
19 Laju Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Genotipe Kedelai Berumur Genjah
A. Ghozi Manshuri
20 Pengaruh Penyosohan dan Pemasakan terhadap Kandungan Vitamin B Beras Merah
Siti D. Indrasari
21 Keragaan Padi Hibrida pada Sistem Pengairan intermittent dan Tergenang
Yuniati Pieter
22 Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L) pada Berbagai Jarak Tanam
Yuslima
23 Karakteristik Agronomis dan Fisikokimia Umbi Klon Ubikayu Genjah
Titik Sundari, dkk
C. AKUNTABILITAS KEUANGAN
Alokasi Anggaran Lingkup Puslitbang Tanaman Pangan
Pagu anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan tahun
anggaran 2011 Rp. 139.652.958.000, terdiri dari belanja pegawai
Rp.45.887.163.000, belanja barang Rp.57.661.776.000,- dan
belanja modal Rp.36.104.019.000,-. Anggaran tersebut dibagi
untuk Puslitbangtan dan tiga balai komoditas serta satu loka
penelitian penyakit tungro dengan rincian sebagai berikut: a)
Puslitbangtan Rp. 12.384.295.000,- b) Balai Besar Padi Rp.
80.348.074.000,- c) Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-
Umbian Rp. 20.830.939.000,- d) Balai Penelitian Tanaman Serealia
Rp. 23.090.208.000,- dan e) Loka Penelitian Penyakit Tungro Rp.
2.999.442.000,-.
Realisasi Anggaran
Total anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan TA 2011
sebesar Rp.139.652.958.000, sedangkan realisasi anggaran lingkup
Puslitbang Tanaman Pangan sampai dengan 31 Desember 2011
sebesar Rp.130.845.450.980,- atau 93,69% terdiri dari belanja
pegawai Rp. 44.064.977.549,- (96,03%), belanja barang Rp.
54.545.036.721,- (94,59%), dan belanja modal Rp.
32.235.436.710,- (89,28%).
Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan peraturan yang
berlaku juga diwajibkan untuk mengumpulkan dan menyetorkan
penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Secara umum target yang
ditetapkan dapat tercapai bahkan terlampaui (tercapai 190,65%
dari target tahun 2011).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 66
Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak lingkup Puslitbang
Tanaman Pangan sampai dengan akhir bulan Desember 2011
sebesar Rp. 3.280.721.870,- (190,65%) dari target PNBP sebesar
Rp. 1.720.815.132,- yang terdiri dari target penerimaan umum
sebesar Rp. 44.370.132,- dan penerimaan fungsional Rp.
1.676.445.000,- dengan realisasi penerimaan umum Rp.
152.927.549,- (344,66%) dan penerimaan fungsional Rp.
3.127.794.321,- (196,57%).
Analisis Akuntabilitas Keuangan Penelitian
Capaian kinerja akuntabilitas bidang keuangan Puslitbang
Tanaman Pangan berdasarkan kelompok kegiatan dan sasaran
penelitian pada umumnya telah berhasil dalam mencapai sasaran
dengan baik. Tahun anggaran 2011 untuk pagu biaya operasional
berdasarkan kelompok kegiatan dan sasaran sebesar Rp.
36.392.864.000, sedangkan realisasinya sebesar Rp.
35.498.667.022 atau 97,54% dengan perincian seperti terlihat pada
Tabel 8 di bawah ini :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 67
Tabel 8. Akuntabilitas keuangan Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan indikator sasaran kegiatan TA. 2011.
No. Indikator Sasaran Kegiatan Anggaran Realisasi %
1. Tersedianya informasi sumber daya
genetik tanaman pangan
a. Peningkatan sumber genetik koleksi plasma nutfah
padi karakterisasi, verifikasi, dan rejuvinasi untuk
perbaikan sifat varietas padi
b. Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah
tanaman aneka kacang dan ubi secara
konvensional, serta memanfaatkan teknologi DNA
c. Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi
sumber daya genetik jagung genjah, sorgum
manis, gandum tropis, dan jawawut
345.000.000
172.178.000
220.252.000
344.372.000
171.948.300
220.018.100
99,8
99,9
99,9
2. Terciptanya varietas unggul baru tanaman
pangan
a. Perakitan varietas unggul baru padi
b. Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka
kacang dan ubi
c. Perakitan varietas unggul baru jagung dan
serealia lainnya
7.221.000.000
1.793.109.000
1.490.424.000
7.191.200.820
1.785.635.703
1.486.401.827
99,6
99,6
99,7
3. Tersedianya teknologi budi daya, panen,
dan pascapanen primer tanaman pangan
a. Teknologi budi daya tanaman padi
b. Pengembangan Teknik Peringatan Dini di Pesema-
ian dan Tanaman Umur Muda serta Pengendalian
Penyakit Tungro untuk menekan Kehilangan Hasil
c. Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan
ubi
d. Teknologi budi daya tanaman serealia
4.120.000.000
874.878.000
488.590.000
225.342.000
4.024.010.008
874.878.000
488.167.780
222.595.150
97,7
100,0
99,9
98,8
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 68
Tabel 8. (lanjutan)....................
No. Indikator Sasaran Kegiatan Anggaran Realisasi %
4. Tersedianya benih sumber varietas unggul
baru padi, jagung, kedelai untuk
penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO
9001-2008
a. Penyediaan benih sumber varietas unggul padi
b. Penyediaan benih penjenis kedelai dan benih
sumber aneka kacang dan ubi
c. Produksi benih sumber jagung
1.191.000.000
1.277.730.000
1.093.622.000
1.154.990.500
1.227.243.810
1.087.260.950
97,0
96,0
99,4
5. Tersedianya kebijakan pengembangan
tanaman pangan
a. Analisis kebijakan pengembangan tanaman
pangan
791.000.000 768.314.800 97,1
6. Terselenggaranya diseminasi teknologi
tanaman pangan
1. Pengembangan sistem informasi komunikasi,
diseminasi dan umpan balik inovasi tanaman padi
2. Pengembangan diseminasi dan penjaringan
umpan balik teknologi aneka kacang dan ubi
3. Penyebarluasan dan alih teknologi inovasi
produksi serealia
4. Pengembangan sumber daya informasi
IPTEK, diseminasi dan jaringan umpan balik
tanaman pangan
11.222.747.000
1.512.384.000
1.272.643.000
1.080.865.000
10.648.485.600
1.474.856.753
1.270.442.585
1.057.844.336
94,9
97,5
99,8
97,9
TOTAL 36.392.764.000 35.498.667.022 97,5
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 69
D. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA
Kinerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
pada tahun 2011 dapat dilihat pada format PPS yang mencapai
rata-rata 174,6%. Pencapaian kinerja tersebut digolongkan dalam
kategori sangat berhasil.
Beberapa varietas unggul baru telah dilepas tahun 2011 dan
telah disebarluaskan melalui BPTP dan media publikasi lainnya,
antara lain: padi, jagung, kedelai, kacang tanah, dan ubijalar.
Secara rinci varietas padi unggul baru yaitu varietas INPARI 14
(Pakuan) potensi hasil 8,2 ton/ha, umur genjah, tahan HDB dan
mutu baik, INPARI 15 (Parahyangan) potensi hasil 7,5 ton/ha,
tahan HDB, Blas dan mutu baik (pulen), INPARI 16 (Pasundan)
potensi hasil 7,6 ton/ha, tahan HDB, Blas dan mutu baik (pulen),
INPARI 17 potensi hasil 7,9 ton/ha, umur genjah, tahan wereng
batang coklat, HDB dan mutu baik (pulen), INPARI 18 potensi hasil
9,5 ton/ha, umur genjah, tahan wereng batang coklat dan HDB,
INPARI 19 potensi hasil 9,5 ton/ha, umur genjah, tahan wereng
coklat, HDB mutu baik (pulen) INPARA 20 potensi hasil 8,8 ton/ha
umur genjah, tahan wereng batang coklat, HDB dan Blas, Inpari
(Sidenuk) potensi hasil 7,58 ton/ha tahan HDB, Blas mutu baik
(pulen), Inpago 8 potensi hasil 8,1 ton/ha tahan Blas, toleran
kekeringan dan Al mutu baik (pulen), Inpago (Unsoed1) potensi
hasil 7,2 ton/ha tahan wereng batang coklat, toleran FE dan
kekeringan mutu baik (pulen) dan aromatik, Inpago Unram1
potensi hasil 7,6 ton/ha tahan Blas, Al dan Fe mutu baik (pulen)
merah, Hipa Jatim1 potensi hasil 10 ton/ha agak rentan WBC 1 dan
2 mutu baik (pulen), Hipa Jatim2 potensi hasil 10,9 ton/ha agak
rentan WBC3, agak tahan HDB III mutu baik (pulen), Hipa Jatim3
potensi hasil 10,7 ton/ha agak tahan HDB III mutu baik (pulen)
Hipa 12 (SBU) potensi hasil 10,5 ton/ha tahan wereng batang
coklat3, tahan HDB3 mutu baik (pulen), Hipa 13 potensi hasil 10,5
ton/ha tahan wereng batang coklat 2, tahan HDB mutu baik
(pulen), Hipa 14 (SBU) potensi hasil 12,1 ton/ha tahan WBC2,
tahan HDB III mutu baik (pulen).
Varietas unggul baru jagung hibrida unggul baru, antara lain:
varietas Bima 12Q memiliki potensi hasilnya 9,3 t/ha, berumur 98
hst, memiliki kandungan asam amino lisin dan triptofan tinggi, stay
green yaitu warna batang dan daun di atas tongkol masih hijau,
saat biji sudah masak/waktu untuk panen. Sedangkan jagung
hibrida varietas Bima 13Q toleran bercak daun, agak toleran busuk
pelepah dan rentan hama gudang, potensi hasilnya 9,3 t/ha,
berumur ± 103 hst, selain itu juga memiliki kandungan asam amino
lisin dan triptofan tinggi, juga stay green. Jagung hibrida varietas
Bima 14 BATARA potensi hasilnya 12,9 t/ha, berumur ± 95 hst,
juga stay green sehingga sangat baik diintegrasikan dengan usaha
ternak. Jagung hibrida varietas Bima 15 SAYANG potensi hasilnya
13,2 t/ha, berumur ± 100 hst, juga stay green.
Program fortifikasi jagung kerja sama Badan Litbang
Pertanian dengan CIMMYT menghasilkan 2 varietas jagung
komposit yang mengalami proses pengayaan kandungan vitamin A.
Jagung hibrida varietas Provit A-1 kandungan vitamin A (beta
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 70
karotin tinggi 0,081 ppm), kandungan protein lebih tinggi dibanding
jagung biasa, potensi hasil 7,4 t/ha, umur 96 hst. Jagung ini sangat
sesuai untuk mengatasi permasalahan gizi buruk. Jagung hibrida
varietas Provit A-2 mempunyai kandungan vitamin A (beta karotin
tinggi 0,144 ppm), kandungan protein 8,64%, potensi hasil 8,8
t/ha, dan umur 98 hst.
Varietas unggul baru kedelai yaitu: varietas GEMA potensi
hasil 3,06 t/ha berumur genjah (73 hari), ukuran bijinya 11,90
g/100 biji, kandungan protein 39% lebih tinggi daripada kedelai
impor hanya 37%. Varietas GEMA prospektif dikembangkan pada
daerah bercurah hujan terbatas atau dibudi dayakan pada MK2
Varietas unggul baru ubijalar yaitu: dua klon harapan dengan
kandungan antosianin tinggi yaitu MSU 01022-12 dan MSU 01016-
19 telah disetujui untuk dilepas oleh TP2V Tanaman Pangan
dengan nama varietas Antin 1 dan Antin 2. Varietas Antin 1
memiliki potensi hasil 33,2 t/ha, toleran kekeringan, mengandung
zat antosianin 33,89 mg/100 g dan distribusi warna ungunya
sangat menarik, cocok untuk dibuat keripik. Sedangkan varietas
Antin 2 memiliki potensi hasil 27,3 t/ha dan kandungan antosianin
tinggi (156 mg/100g umbi).
Varietas unggul baru kacang tanah yang diusulkan untuk
dilepas dengan nama Hypoma 1 dan Hypoma 2. Varietas Hypoma
1 adaptif di lingkungan optimal dengan potensi hasil 3,70 t/ha
polong kering. Varietas tersebut cukup tahan terhadap penyakit
bercak dan karat daun sekaligus agak tahan terhadap penyakit layu
bakteri. Varietas Hypoma 2 mempunyai daya adaptasi umum yang
baik terutama di lingkungan dengan musim hujan yang terbatas
yang sering menyebabkan tanaman mengalami cekaman
kekeringan pada fase generatif. Potensi hasil varietas Hypoma2
mencapai 3,50 t/ha polong kering, toleran kekeringan, serta agak
tahan terhadap penyakit bercak dan karat daun.
Berbagai inovasi teknologi yang telah dihasilkan Puslitbang
Tanaman Pangan diharapkan dapat mendukung 4 sukses
Kementerian Pertanian. Selanjutnya tidak hanya peningkatan
kesejahteraan petani dan pembangunan pertanian, tetapi juga
meningkatnya pembangunan ekonomi nasional dan kesejahteraan
penduduk Indonesia.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 71
Tabel 9. Persentase analisis akuntabilitas kinerja Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2011.
Sasaran Kegiatan Judul Kegiatan Persentase Kegiatan
Tersedianya informasi sumber daya genetik tanaman
pangan
a. Peningkatan sumber genetik koleksi plasma nutfah padi karakterisasi, verifikasi, dan
rejuvinasi untuk perbaikan sifat varietas padi
b. Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah tanaman aneka kacang dan ubi secara
konvensional, serta memanfaatkan teknologi DNA
c. Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi sumber daya genetik jagung genjah,
sorgum manis, gandum tropis dan jawawut
272,6
577,0
185,6
Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan a. Perakitan varietas unggul baru padi
b. Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka kacang dan ubi
c. Perakitan varietas unggul baru jagung dan serealia lainnya
425,0
125,0
233,3
Tersedianya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen
primer tanaman pangan
a. Teknologi budi daya tanaman padi dan Pengembangan teknik peringatan dini di
pesemaian dan tanaman umur muda, serta pengendalian penyakit tungro untuk
menekan kehilangan hasil
b. Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi
c. Teknologi budi daya tanaman serealia
100,0
114,3
120,0
Tersedianya benih sumber varietas unggul baru padi,
jagung, kedelai untuk penyebaran varietas berdasarkan
SMM ISO 9001-2008
a. Penyediaan benih sumber varietas unggul padi
1. BS
2. FS
3. SS
b. Penyediaan benih penjenis kedelai dan benih sumber aneka kacang dan ubi
1. NS
2. BS
3. FS
c. Produksi benih sumber jagung
1. BS
2. FS
100,0
100,0
100,0
207,8
130,0
119,4
178,0
254,0
Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman pangan Analisis kebijakan pengembangan tanaman 100,0
Terselenggaranya diseminasi teknologi tanaman pangan a. Pengembangan sistem informasi komunikasi, diseminasi dan umpan balik inovasi
tanaman padi
b. Pengembangan diseminasi dan penjaringan umpan balik teknologi aneka kacang dan
ubi
c. Penyebarluasan dan alih teknologi inovasi produksi serealia
d. Pengembangan sumber daya informasi IPTEK, diseminasi, dan jaringan umpan
balik tanaman pangan
100,0
100,0
100,0
100,0
Rata-rata 174,6
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 72
IV. PENUTUP
4.1. KEBERHASILAN
Kontribusi nyata Puslitbang Tanaman Pangan adalah varietas
unggul baru padi dan palawija, teknologi budi daya panen dan
pascapanen, benih sumber, serta kebijakan tanaman pangan, turut
mewarnai keberhasilan pencapaian swasembada beras dan jagung
sejak tahun 2008. Puslitbang Tanaman Pangan terus berupaya
memacu kinerja melalui penyusunan program secara komprehensif
sesuai dengan keinginan pengguna dan pembangunan nasional.
Produksi dan produktivitas tanaman pangan akan terus dipacu
untuk mencapai swasembada padi dan jagung berkelanjutan serta
pencapaian swasembada kedelai tahun 2014
Selama tahun 2011 telah dilepas 29 varietas unggul tanaman
pangan terdiri dari 17 VUB padi, 7 VUB jagung, 1 VUB kedelai, 2
VUB kacang tanah, dan 2 VUB ubijalar. Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT) menjadi kunci Program Peningkatan Produksi Beras
Nasional (P2BN) yang dikembangkan melalui sekolah lapang
pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT). Terbukti padi varietas
INPARI 13 banyak diminati petani di beberapa propinsi karena
produksi tinggi dan tahan wereng coklat. Jagung hibrida BIMA 12Q
dan 13Q yang mengandung protein tinggi dan sesuai untuk
mendukung program diversifikasi pangan. Varietas jagung tersebut
diminati Pemda Sulawesi Selatan untuk dikembangkan. Kedelai
varietas GEMA yang dilepas tahun 2011, berumur genjah 73 hari
dengan potensi hasil 3,06 ton/ha diharapkan segera berkembang di
masyarakat untuk mewujudkan swasembada kedelai.
Berdasarkan ARAM I BPS tahun 2011, produksi padi sebesar
67,31 juta ton GKG meningkat sebanyak 895,86 ribu ton (1,35%)
dibandingkan tahun 2010. Produksi jagung tahun 2011 sebesar
17,93 juta ton pipilan kering, mengalami penurunan 438,96 ribu
ton (2,39%) dibanding tahun 2010. Penurunan produksi jagung
terjadi karena penurunan luas panen seluas 74,47 ribu hektar
(1,80%). Sedangkan produksi kedelai tahun 2011 sebesar 0,93 juta
ton biji kering, meningkat sebanyak 25,89 ribu ton (2,85%)
dibandingkan tahun 2010. Kenaikan produksi kedelai terjadi karena
peningkatan luas panen seluas 4,99 ribu hektar (0,75%) dan
produktivitas sebesar 0,29 kuintal/ha (2,11%).
Kajian Mahbub Hossain dan Narciso dari International Rice
Research Institute (2002) menunjukkan rata-rata produktivitas
usahatani padi di lahan irigasi di Indonesia sudah mencapai 6,4
ton/hektar, kedua tertinggi di Asia Timur dan Asia Tenggara setelah
China (7,6 ton/hektar). Potensi peningkatan produktivitas hanya
sekitar 0,5–1,0 ton/hektar dengan input yang kian mahal.
Keberhasilan peningkatan produksi padi nasional tahun 2011
terus diupayakan untuk tercapai surplus beras sebesar 10 juta ton
sampai dengan tahun 2014. Beberapa peluang dapat dicapai
melalui optimalisasi lahan suboptimal seperti lahan kering dan
lahan pasang surut, serta memanfaatkan lahan dibawah tegakan
tanaman hutan yang masih muda.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 73
Demikian halnya dengan komoditas jagung diharapkan petani
akan terpacu untuk lebih mengintensifkan usahataninya.
International Grains Council (ICG) memperkirakan produksi jagung
dunia pada periode 2010/2011 naik 1,85% menjadi 822 juta ton.
Angka itu lebih tinggi dibanding proyeksi sebelumnya yaitu sekitar
809 juta ton. Produksi jagung internasional itu menggemuk
lantaran negara-negara penghasil jagung memanen jagung dalam
jumlah yang lebih besar daripada biasanya, yaitu AS, China,
Mexico, India, Rusia, Uni Eropa, Ukraina, Kanada, dan
Indonesia. Berdasarkan data Departemen Pertanian AS (USDA/
United States Department of Agriculture), produksi jagung di negeri
Paman Sam pada periode 2010/2011 meningkat sekitar 2% dari
periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 13,4 miliar bushel
atau 335 juta ton.
Harga kedelai yang sempat melandai, kini kembali
melambung. Sementara, produksi kedelai nasional masih belum
mencukupi kebutuhan di dalam negeri. Alhasil, ketergantungan
akan kedelai impor semakin besar. Berdasarkan data Bloomberg,
harga kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) untuk pengiriman
Mei 2011 akhir pekan lalu ada di level US$ 13,71 per bushel.
Padahal, pada pertengahan Maret lalu harga kedelai ini sudah
sempat melandai ke level US$ 12,7 per bushel. Sebagai catatan,
harga kedelai sempat menyentuh level tertingginya US$ 14,63 per
bushel.
Menipisnya stok kedelai dunia menjadi salah satu pemicu
kenaikan harga kedelai ini. Departemen Pertanian Amerika Serikat
(USDA) seperti dikutip Bloomberg pekan lalu menyatakan,
kemungkinan luas areal tanam kedelai di AS pada tahun ini akan
berkurang sekitar 1% ketimbang tahun lalu. Penurunan lahan
tanam kedelai ini disebabkan karena petani lebih banyak menanam
jagung dan gandum sehingga luas panen untuk kedua komoditas
ini lebih besar.
Akibat penurunan luas tanam kedelai di AS ini, para analis
yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan cadangan kedelai AS
akan melorot menjadi sebesar 136 juta bushel. Jumlah ini turun
2,9% ketimbang perkiraan dari USDA. "Luas areal tanam kedelai
tidak akan meningkat banyak," ujar Jerry Gidel, analis pasar North
American Risk Management Service Inc seperti yang dikutip
Bloomberg pekan lalu.
Ketua Dewan Kedelai Nasional Benny Kusbini
mengungkapkan, menurunnya cadangan kedelai dunia ini memang
tidak bisa dihindari. Akibat perubahan iklim, produksi kedelai
internasional menurun. Sementara itu penggunaan kedelai semakin
meningkat baik untuk bahan pangan maupun energi. "Pasokan
stagnan, sementara permintaan naik. Sehingga kenaikan harga
tidak bisa dihindari," ungkapnya kepada KONTAN akhir pekan lalu.
Menurutnya, tren harga kedelai nasional trennya akan terus
meningkat meski diselingi dengan berbagai koreksi. "Harga kedelai
masih mungkin naik sekitar 20% – 30% lagi," ujarnya. Bahkan,
Benny mengatakan bisa jadi, tahun ini harga kedelai masih akan
menembus rekor barunya. Sebelumnya, Ketua Gabungan Koperasi
Produsen Tahu tempe Indonesia (Kopti) Sutaryo menjelaskan
kenaikan harga kedelai otomatis akan memukul para pengrajin
tempe. Menurutnya, para pengrajin tempe saat ini sudah
menyiasati kenaikan harga bahan baku tempe dengan memperkecil
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 74
ukuran produk atau menaikkan harga jual. Tetapi, jika kenaikan
harga kedelai di tingkat pengrajin kembali naik melebihi Rp.6.500
per kg, ia mengatakan langkah alternatif yang akan diambil oleh
produsen tempe adalah dengan mengurangi volume produksinya.
Ini dilakukan agar produksi tetap berjalan. "Kalau harga bahan
baku kembali naik ke level diatas Rp 6.500 per kg, kemungkinan
para produsen akan mengurangi produksinya hingga 20%," jelas
Sutaryo beberapa waktu lalu.
Benny menyampaikan bahwa, ketergantungan Indonesia
terhadap impor kedelai masih cukup tinggi. Produksi kedelai
nasional tahun 2010 lalu hanya sebesar 908.110 ton. Tahun ini,
Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi kedelai
nasional sebesar 934.000 ton. Padahal, "Kebutuhan kedelai
nasional saat ini sekitar 2,4 juta ton dengan pertumbuhan
kebutuhan kedelai sekitar 6% per tahun," jelasnya.
Alhasil, jika produksi nasional tidak meningkat, maka impor
akan terus terdongkrak. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2010
lalu Indonesia mengimpor kedelai sebanyak 1,739 juta ton dengan
nilai US$ 840,037 juta. Sementara itu, sepanjang Januari –
Februari 2011 Indonesia telah mengimpor kedelai sebanyak
425.060 ton dengan nilai US$ 236,879 juta.
Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah tahun 2011
ini merupakan salah satu bukti partisipasi aktif dari Puslitbang
Tanaman Pangan dalam Pembangunan Pertanian Nasional sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi institusi. Keseluruhan kegiatan
yang dilaksanakan oleh Puslitbang Tanaman Pangan direncanakan
dan dilaksanakan serta dievaluasi sesuai dengan arahan yang
tertuang dalam Rencana Strategis Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan tahun 2010 – 2014. Masukan
dan saran atas kekurang sempurnaan dari laporan ini sangat
diharapkan untuk perbaikan.
4.2. HAMBATAN/MASALAH
Puslitbang Tanaman Pangan merupakan lembaga penelitian
pada tanaman semusim seperti padi, jagung, kedelai, kacang-
kacangan, dan umbi-umbian lainnya. Dalam melaksanakan kegiatan
penelitian ini sangat bergantung pada kondisi lingkungan seperti
temperatur, iklim, dan musim. Kondisi lapang yang tak terduga
terkadang menyebabkan munculnya serangan hama dan penyakit
yang meski sudah diantisipasi tetap tidak dapat terkendali. Seperti
halnya hama tikus atau jenis hama dan penyakit lainnya yang
mempengaruhi hasil penelitian di lapang.
Pengaruh pemanasan global juga terasa di lapang seperti
penentuan saat musim hujan tiba atau awal musim kemarau sangat
sulit diprediksi. Hal ini mempengaruhi saat penentuan musim
tanam dan pelaksanaan penelitian di lapang.
Benih unggul dan ketersediaannya sangat diperlukan dalam
upaya meningkatkan produksi tanaman pangan. Selama tahun
2011, distribusi benih BS terkendala oleh ketersediaan dana yang
ada di BBI dan BBU, sehingga penyebaran varietas unggul di
kalangan petani belum cepat. Petani masih banyak yang belum
mengetahui berbagai varietas unggul baru yang sesuai dengan
agroekosistem setempat serta tahan terhadap berbagai serangan
hama dan penyakit di daerah tersebut.
Untuk meningkatkan produksi aneka kacang dan umbi
menghadapi berbagai kendala dan permasalahan yang terkait
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 75
dengan perubahan lingkungan stategis, di antaranya adalah: (a)
perubahan iklim global akan berdampak meningkatnya frekuensi
dan intensitas cekaman biotik dan abiotik, (b) menyusutnya lahan
pertanian subur dan kompetisi dengan komoditas non-pangan,
memaksa perluasan areal tanaman pangan akan banyak
menggunakan lahan suboptimal yang kurang subur (umumnya di
luar Jawa), (c) meningkatnya harga bahan bakar minyak yang akan
berantai meningkatkan harga sarana produksi, dan (d) globalisasi
dan pasar bebas yang akan berkonsekuensi pada persaingan
produk yang ketat antar negara, sehingga menuntut perbaikan
efisiensi produksi, serta kualitas dan ketepatan pasokan (waktu dan
kontinyuitas) produk.
Di samping hal-hal tersebut, dalam meningkatkan produksi
komoditas, kendala dan permasalahan lain yang ditemui adalah:
(a) degradasi lahan karena tekanan penggunaannya yang semakin
intensif dan/atau dengan praktek bertani yang kurang sesuai, (b)
minat generasi muda yang rendah untuk bekerja sebagai petani,
serta (c) petani kekurangan modal karena tingkat kemiskinan yang
meningkat, pada saat ini penduduk miskin sekitar 37 juta dan
beberapa pihak memprediksi akan meningkat menjadi sekitar 41
juta jiwa akibat dampak dari hal-hal tersebut di atas.
4.3. PEMECAHAN MASALAH
Solusi untuk menghadapi berbagai kendala di lapang terus
dilakukan baik dengan memanfaatkan inovasi teknologi yang telah
dihasilkan melalui penelitian, maupun meningkatkan kerja sama
dengan berbagai pihak, terutama penyuluh lapang dan pemerintah
daerah.
Penyebarluasan inovasi teknologi baik melalui media cetak,
ekspose lapang, dan media elektronik sangat bermanfaat dengan
meningkatnya adopsi teknologi yang telah dihasilkan. Termasuk
pula pengembangan melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman
Terpadu di seluruh propinsi di Indonesia. Memperbanyak jumlah
Demplot di berbagai daerah ditengarai mampu meningkatkan
adopsi varietas unggul baru dan teknologi produksi lainnya.
Puslitbang Tanaman Pangan telah berupaya untuk
mengarahkan dan mengefektifkan kinerja dalam melaksanakan
penelitian dan diseminasi inovasi teknologi aneka kacang dan ubi
yaitu dengan melakukan koordinasi dalam bentuk : pembahasan
matriks penelitian, recana kerja penelitian maupun manajemen
pelaksanaan penelitian.