lakip 2011 puslitbang tanaman pangan

89
9 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSLITBANG TANAMAN PANGAN TAHUN 2011 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Upload: dangthuan

Post on 13-Jan-2017

230 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

9

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSLITBANG TANAMAN PANGAN

TAHUN 2011

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

Page 2: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 i

KATA PENGANTAR

Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Tanaman Pangan merupakan instansi pemerintah di bawah Badan

Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian. Tugas dan fungsinya adalah melaksanakan penelitian dan pengembangan

pada tanaman padi dan palawija untuk mendukung pembangunan pertanian, serta melaksanakan penyelenggaraan

pemerintahan yang mencakup sumber daya manusia, dana, dan sumber daya penelitian.

Sebagai salah satu unit kerja yang mandiri, Puslitbang Tanaman Pangan wajib membuat dan menyampaikan laporan

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) di bidang penelitian dan pengembangan pertanian khususnya tanaman

pangan. Penyusunan laporan kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2011 ini telah mengacu pada pedoman penyusunan

LAKIP yang disusun oleh Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia tahun 2003.

Laporan ini merupakan media komunikasi pencapaian tujuan dan sasaran stratejik organisasi kepada para pengguna

yang dibuat sebagai perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang dipercayakan kepada Puslitbang Tanaman

Pangan berdasarkan suatu sistem akuntabilitas yang memadai, sesuai dengan Inpres Nomor 7 tahun 1999.

Semoga laporan ini dapat memenuhi harapan masyarakat dan dalam rangka membangun kinerja khususnya dalam kegiatan penelitian dan

pengembangan pertanian sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pengembangan IPTEK tanaman pangan.

Bogor, 13 Januari 2012

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Dr. Hasil Sembiring

Page 3: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 ii

IKHTISAR EKSEKUTIF

Kebutuhan bahan pangan makin meningkat seiring dengan

bertambahnya jumlah penduduk. Mengandalkan pangan impor

untuk memenuhi kebutuhan nasional dinilai kurang tepat karena

akan mempengaruhi aspek sosial, ekonomi, dan politik, sehingga

peningkatan produksi pangan di dalam negeri terus diupayakan.

Indonesia memiliki peluang besar meningkatkan produksi

pangan yang dapat ditempuh melalui peningkatan produktivitas dan

perluasan areal tanam ke lahan suboptimal, seperti lahan sawah

tadah hujan, lahan kering, dan lahan rawa pasang surut, serta

peningkatan indeks pertanaman. Ketersediaan inovasi teknologi

sangat diperlukan. Karena itu, perakitan dan perekayasaan inovasi

teknologi tanaman pangan perlu didukung oleh perencanaan yang

sistematis dan terarah, sinergi antar-institusi terkait, sumber daya

manusia (SDM) profesional, dan fasilitas penelitian yang memadai

dan manajemen operasional yang transparan, efektif, dan efisien.

Secara nasional, kontribusi pengembangan inovasi teknologi

tanaman pangan terhadap peningkatan produksi dan pendapatan

sangat menggembirakan. Penggunaan varietas unggul padi telah

mendominasi 90% areal panen dari total seluas 12 juta ha.

Dengan peningkatan produktivitas 0,75 t gabah/ha sementara

harga gabah Rp. 2.800/kg, sumbangan penggunaan varietas unggul

baru padi mencapai Rp. 22,7 triliun. Demikian pula hanya dengan

komoditas pangan lainnya. Dominasi varietas unggul baru jagung,

kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubikayu dan ubijalar masing-

masing 45%, 80%, 80%, 35% dan 80% dari total areal panen

berturut-turut seluas 4 juta ha, 0,7 juta ha, 0,3 juta ha, 0,3 juta

has, 1,2 juta ha dan 0,2 juta ha. Peningkatan produktivitas

komoditas palawija dengan penerapan vaietas unggul baru masing-

masing 1,0 t/ha untuk jagung, 0,5 t/ha untuk kedelai, 0,5 t/ha

untuk kacang tanah, 0,5 t/ha untuk kacang hijau, 6,0 t/ha untuk

ubikayu dan 1,0 t/ha ubijalar. Dengan harga jagung, kedelai,

kacang tanah, kacang hijau, ubikayu, dan ubijalar masing-masing

Rp. 2.150, Rp. 6.250, Rp. 8.000, Rp. 5000, Rp. 540, dan Rp.

1000/kg, maka kontribusi pengembangan varietas unggul baru

palawija masing-masing sebesar Rp. 3,9 triliun, Rp. 1,8 triliun, Rp.

960 miliar, Rp. 600 miliar, Rp. 1,4 triliun, dan Rp. 160 miliar.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor

61/Permentan/OT.140/10/2010 tahun 2010, Puslitbang Tanaman

Pangan bertugas melaksanakan kebijakan teknis, rencana dan

program, penelitian dan pengembangan tanaman pangan, serta

pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan. Dalam

melaksanakan tugasnya, Puslitbang Tanaman Pangan menyeleng-

garakan fungsi: a) penyusunan kebijakan teknis, rencana dan

program, serta pemantauan/evaluasi penelitian dan pengembangan

tanaman pangan, b) pelaksanaan kerja sama dan pendayagunaan

hasil penelitian dan pengembangan tanaman pangan, c) penelitian

dan pengembangan tanaman pangan, dan d) pengelolaan urusan

tata usaha Puslitbang Tanaman Pangan.

Adanya UU No. 18 tahun 2002 tentang Sistem Penelitian

Nasional, Pengembangan dan Penerapan IPTEK, telah mendorong

pertumbuhan dan pendayagunaan sumber daya IPTEK secara

lebih efektif, pembentukan jaringan penelitian yang mengikat

semua pihak, baik pemerintah pusat dan daerah maupun

masyarakat luas untuk berperan aktif dalam memajukan kegiatan

IPTEK.

Page 4: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 iii

Tujuan

Kegiatan di Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2010-2014

bertujuan: 1) Memanfaatkan keragaman sumber daya genetik

untuk pembentukan dan perakitan varietas unggul baru guna

peningkatan produktivitas, 2) Menghasilkan teknologi optimasi

pemanfaatan sumber daya tanah (lahan dan air), tanaman dan

organisme pengganggu tanaman yang dapat meningkatkan potensi

hasil dan mengurangi emisi gas rumah kaca, 3) Mempercepat alih

teknologi dan distribusi benih sumber tanaman pangan kepada

pengguna, 4) Menghasilkan rekomendasi opsi kebijakan pem-

bangunan pertanian bersifat antisipatif dan responsif mendukung

pembangunan sistem pertanian industrial, 5) Mengembangkan

jejaring dan kemitraan dengan dunia usaha, pemerintah daerah,

lembaga penelitian dalam dan luar negeri, dan 6) Meningkatkan

kualitas dan mengembangkan sumber daya penelitian.

Sasaran

Sasaran strategis yang ingin dicapai oleh Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan adalah: 1) Diperolehnya fenotipe

sekitar 800 sumber daya genetik untuk bahan perakitan varietas

unggul baru yang sesuai preferensi konsumen, serta adaptif

terhadap cekaman faktor biotik dan abiotik dampak perubahan

iklim, 2) Dilepasnya 5-15 galur harapan sebagai varietas unggul

baru padi, serealia, kacang-kacangan dan umbi-umbian, 3)

Dihasilkannya 5-8 teknologi yang dapat merealisasikan potensi hasil

dan mengurangi emisi gas rumah kaca di lahan suboptimal dan

antisipasi dampak iklim ekstrim, 4) Terdistribusikannya 15 - 23 ton

benih BS dan 29 - 38 ton benih FS tanaman pangan kepada

pengguna mendukung program strategis Kementerian Pertanian

dan untuk mempercepat adopsi varietas unggul baru, 5)

Tersedianya lima opsi kebijakan pembangunan pertanian yang

bersifat antisipatif dan responsif dalam rangka pembangunan

sistem pertanian industrial, 6) Meningkatnya jejaring kerja sama

nasional dan internasional serta diterbitkannya 2 - 4 makalah hasil

penelitian yang diterbitkan di jurnal ilmiah nasional dan

internasional, dan 7) Berkembangnya kompetensi personil dan

kelembagaan penelitian serta sistem koordinasinya secara

horisontal dan vertikal melalui pengembangan Sistem Informasi

Manajemen (SIM) secara terintegrasi di semua bidang.

Kendala

Perubahan Iklim Global. Krisis pangan dunia akhir-akhir ini

berkaitan erat dengan perubahan iklim akibat pemanasan global.

Perubahan iklim akan berdampak luas terhadap berbagai aspek

kehidupan dan sektor pembangunan pertanian. Indonesia sebagai

negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa sangat

rentan terhadap perubahan iklim. Pertanian mengalami dampak

paling serius dan kompleks akibat perubahan iklim biofisik dan

teknis, serta sosial-ekonomi. Perubahan iklim berdampak terhadap

penurunan produksi pertanian dan ancaman perubahan keaneka-

ragaman hayati yang nantinya dapat menjadi penyebab eksplosi

hama dan penyakit tanaman. Dampak lainnya, bergesernya pola

dan kalender tanam karena rawan banjir dan kekeringan.

Status, Konversi, dan Degradasi Lahan. Jumlah rumah tangga

petani gurem (kepemilikan lahan <0,5 ha) meningkat dari 10,9 juta

rumah tangga tahun 2003 menjadi 13,7 juta rumah tangga saat ini.

Rata-rata pemilikan lahan petani di pedesaan di Jawa 0,41 ha dan

0,96 ha di Luar Jawa, dan cenderung menurun. Kondisi tersebut

disebabkan meningkatnya konversi lahan pertanian untuk keperluan

pemukiman dan fasilitas umum serta fragmentasi lahan.

Page 5: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 iv

Kelangkaan Energi Fosil. Kelangkaan sumber energi fosil

memicu kenaikan harga BBM di pasar internasional yang ber-

dampak terhadap kenaikan biaya produksi pada industri pertanian

maupun transportasi. Kenaikan harga BBM tentunya biaya sarana

produksi pertanian dan produk olahan pangan akan meningkat

pula. Oleh karena itu, perlu dikembangkan energi alternatif

terbarukan berbasis nabati, biopestisida, pestisida nabati, dan

pemanfaatan limbah pertanian untuk pupuk maupun energi.

Sarana dan Kelembagaan Sarana Produksi. Hingga saat ini

masih dijumpai adanya senjang (gap) produktivitas dan mutu hasil

penelitian dengan di tingkat petani. Penyebab utamanya adalah (a)

perbedaan ketersediaan sarana produksi, yaitu benih/bibit unggul

bermutu, pupuk, pakan, pestisida/obat-obatan, alat dan mesin

pertanian dan (b) belum berkembangnya kelembagaan pelayanan

penyedia sarana produksi. Keterbatasan sarana seperti jalan

usahatani berpengaruh terhadap kelancaran arus input dan output

produksi pertanian yang mempengaruhi produktivitas pertanian.

Keterbatasan kelembagaan tani juga berpengaruh dalam akses

sumber pembiayaan dan pemasaran hasil pertanian. Dalam

pembangunan pertanian ke depan, senjang ini harus dipersempit

melalui pengembangan sarana dan kelembagaan yang memadai di

tingkat usahatani.

Sumber Daya Penelitian. Perbandingan jumlah peneliti dengan

tenaga nonpeneliti/administrasi 1 : 3,5 yang kurang ideal bagi

lembaga penelitian. Dalam 5 tahun ke depan jumlah tenaga yang

akan memasuki usia pensiun sekitar 30 orang/tahun, termasuk

peneliti yang memiliki bidang kepakaran spesifik seperti pemulia

tanaman. Hasil analisis TCM dan ECM menunjukkan bahwa untuk

mencapai Critical Mass Puslitbang Tanaman Pangan dalam 5

tahun ke depan memerlukan 74 peneliti (12 S3, 23 S2, dan 39 S1).

Sarana penelitian berupa 18 unit laboratorium di setiap Balai

Penelitian telah digunakan secara optimal. Dari 18 laboratorium, 2

laboratorium telah terakreditasi SNI 19-17025: 2005. Upaya yang

dilakukan yaitu terus meningkatkan kompetensi laboratorium yang

belum terakreditasi hingga diperoleh pengakuan internasional.

Kebun percobaan seluas 704,1 ha sebagian belum dimanfaat-

kan secara optimal baik untuk penelitian maupun sebagai sumber

PNBP. Keadaan ini di antaranya karena ketersediaan SDM yang

lemah dan dana pengelolaan kebun yang kurang memadai.

Implikasi bagi Puslitbang Tanaman Pangan

Implikasi penting bagi Puslitbang Tanaman Pangan adalah

perlunya: (1) meningkatkan akuntabilitas dan kredibilitas lembaga

dengan meningkatkan efektivitas dan efisiensi program, ouput, dan

kualitas SDM, (2) meningkatkan penguasaan Iptek mutakhir melalui

penelitian dan pengembangan tanaman pangan serta kemutakhiran

teknologi yang dihasilkan, dan (3) memperluas jaringan kerja sama

penelitian antar-lembaga penelitian nasional dalam rangka

pemanfaatan/diseminasi hasil penelitian. Litbang tanaman pangan

harus fokus pada penciptaan teknologi benih/bibit, dan teknologi

budi daya dan pascapanen primer untuk meningkatkan nilai tambah

berdaya saing. Kegiatan riset ditujukan untuk meningkatkan daya

saing komoditas dengan karakteristik sesuai keinginan konsumen.

Penelitian kebijakan tetap diperlukan dalam rangka evaluasi

kebijakan maupun penyusunan usulan rekomendasi kebijakan

pembangunan pertanian. Rekomendsai kebijakan mencakup aspek

teknologi, ekonomi, sosial (kelembagaan) dan lingkungan, serta

fokus pada upaya untuk mendukung terwujudnya pertanian

industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumber daya lokal.

Page 6: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 v

Orientasi litbang tanaman pangan adalah mendukung

pencapaian produktivitas dan produksi 4-F (Food, Feed, Fiber dan

Fuel). Berdasarkan potensi dan peluang pengembangan prioritas

tanaman pangan untuk food, feed, dan fibre adalah padi (hibrida

dan VUTB), jagung (hibrida dan komposit), dan kedelai. Untuk fuel

dikembangkan ubi kayu dan sorgum. Ketersediaan energi dari fosil

yang makin terbatas, maka perlu dicarikan sumber energi lain. Di

antaranya ubi kayu, sorgum dan limbah pertanian seperti jerami,

tongkol dan hijauan lainnya serta kotoran ternak dapat diolah

menjadi sumber energi alternatif terbarukan. Apabila energi sumber

nabati dan limbah ini dapat dikembangkan terutama di pedesaan,

akan tercipta masyarakat mandiri energi terutama untuk memenuhi

kebutuhan energi rumah tangga sehari-hari.

Dalam lima tahun ke depan, optimalisasi pemanfaatan lahan

kering yang banyak tersedia di luar Jawa menjadi sangat penting.

Karena itu, perlu dicari inovasi teknologi antara lain: (1) varietas

unggul baru umur genjah toleran cekaman biotik, abiotik, dan

produktivitas tinggi, (2) pola manajemen air irigasi yang efisien, (3)

teknologi penanggulangan kelelahan lahan (soil fatigue), (4) sistem

usahatani konservasi di DAS yang berwawasan lingkungan, dan (5)

pengembangan komoditas pertanian bernilai tinggi, khususnya

untuk lahan sawah di Jawa.

Puslitbang Tanaman Pangan bekerja sama dengan Lembaga

Riset lainnya akan melakukan: a) Perakitan varietas unggul (toleran

genangan, kekeringan, salinitas, umur genjah, organisme

pengganggu tanaman), teknologi pengelolaan lahan/tanah/

pemupukan dan air, dan b) Sosialisasi dan pengembangan

teknologi model adaptasi perubahan iklim, seperti Pengelolaan

Tanaman Terpadu (PTT), Sistem Integrasi Tanaman dan Ternak,

Teknologi hemat air, dan Carbon Efficient Farming (CEF).

Untuk penurunan emisi gas rumah kaca, Puslitbang Tanaman

Pangan bekerja sama dengan lembaga riset lainnya mendukung

Program Utama Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah

Kaca (RAN-PE-GRK) melalui penelitian dan pengembangan: a) budi

daya tanaman ramah lingkungan, b) biopestisida, c) pemanfaatan

kotoran/urine ternak dan limbah pertanian untuk energi dan pupuk

organik, dan d) teknologi rendah emisi, metodologi MRV

(measurable, reportable, verifiable) sektor pertanian.

Program pemuliaan untuk mendapatkan varietas unggul lebih

terarah dan dapat dipercepat melalui molecular breeding. Marka

molekuler dapat digunakan sebagai alat bantu dalam seleksi,

sehingga seleksi dilakukan lebih cepat dan efisien. Mikroba dapat

dimanfaatkan untuk menghasilkan pestisida hayati yang ramah

lingkungan dan senyawa bioaktif yang potensial untuk keperluan

industri, serta sumber gen-gen penting untuk rekayasa genetika.

Penerapan invensi hasil litbang pertanian dalam rangka

percepatan diseminasi inovasi teknologi, merupakan faktor penentu

bagi upaya percepatan pelaksanaan program pembangunan

pertanian dalam arti umum. Kegiatan kerja sama dan peningkatan

jejaring kerja dapat dikategorikan menjadi: (1) memperkuat dan

memperluas jejaring kerja dengan lembaga-lembaga penelitian

pemerintah dan perguruan tinggi untuk mengoptimalkan

penggunaan sumber daya, menghilangkan tumpang tindih

penelitian, konvergensi program litbang dan meningkatkan kualitas

penelitian, (2) memperkuat keterkaitan dengan swasta, lembaga

penyuluhan dan pengambil kebijakan dengan melibatkan mereka

pada tahap penyusunan program dan perancangan penelitian

untuk mengefektifkan diseminasi hasil penelitian, dan (3)

meningkatkan keterlibatan dalam jejaring kerja internasional baik

bilateral, multilateral, maupun regional.

Page 7: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 vi

Ke depan, peneliti Puslitbang Tanaman Pangan harus

profesional, harus mampu menghasilkan jasa atau layanan sesuai

dengan protokol dan peraturan dalam bidangnya. Peneliti yang

telah ahli dalam suatu bidang disebut "profesional". Karakter yang

perlu dimiliki seorang peneliti adalah bertanggungjawab, jujur,

respek, integritas, bermartabat dan patriotik dalam arti mempunyai

kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.

Laboratorium dan kebun percobaan sangat potensial untuk

dimanfaatkan sebagai sumber PNBP. Adanya masalah SDM yang

lemah, dana pengelolaan kebun yang kurang memadai,

berimplikasi perlunya dilakukan revitalisasi SDM dan pendanaan.

Pelatihan dan magang di laboratorium atau kebun percobaan yang

telah berkembang perlu dilakukan, di samping mencoba melakukan

kerja sama dengan pihak ketiga (outsourcing) jika dana APBN

terbatas.

Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Kinerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Pangan pada tahun 2011 dapat dilihat pada format PPS yang

mencapai 174,6%. Pencapaian kinerja tersebut digolongkan dalam

kategori sangat berhasil. Beberapa varietas unggul baru telah

dilepas tahun 2011 dan disebarluaskan melalui BPTP dan media

publikasi lainnya.

Beberapa varietas unggul baru telah dilepas tahun 2011 dan

disebarluaskan melalui BPTP dan media publikasi lainnya, antara

lain: padi, jagung, kedelai, kacang tanah, dan ubijalar. Secara rinci

varietas padi unggul baru yaitu varietas INPARI 14 (Pakuan)

potensi hasil 8,2 ton/ha, umur genjah, tahan HDB dan mutu baik,

INPARI 15 (Parahyangan) potensi hasil 7,5 ton/ha, tahan HDB, Blas

dan mutu baik (pulen), INPARI 16 (Pasundan) potensi hasil 7,6

ton/ha, tahan HDB, Blas dan mutu baik (pulen), INPARI 17 potensi

hasil 7,9 ton/ha, umur genjah, tahan wereng batang coklat, HDB

dan mutu baik (pulen), INPARI 18 potensi hasil 9,5 ton/ha, umur

genjah, tahan wereng batang coklat dan HDB, INPARI 19 potensi

hasil 9,5 ton/ha, umur genjah, tahan wereng coklat, HDB mutu baik

(pulen) INPARA 20 potensi hasil 8,8 ton/ha umur genjah, tahan

wereng batang coklat, HDB dan Blas, Inpari (Sidenuk) potensi hasil

7,58 ton/ha tahan HDB, Blas mutu baik (pulen), Inpago 8 potensi

hasil 8,1 ton/ha tahan Blas, toleran kekeringan dan Al mutu baik

(pulen), Inpago (Unsoed1) potensi hasil 7,2 ton/ha tahan wereng

batang coklat, toleran FE dan kekeringan mutu baik (pulen) dan

aromatik, Inpago Unram1 potensi hasil 7,6 ton/ha tahan Blas, Al

dan Fe mutu baik (pulen) merah, Hipa Jatim1 potensi hasil 10

ton/ha agak rentan WBC 1 dan 2 mutu baik (pulen), Hipa Jatim2

potensi hasil 10,9 ton/ha agak rentan WBC3, agak tahan HDB III

mutu baik (pulen), Hipa Jatim3 potensi hasil 10,7 ton/ha agak

tahan HDB III mutu baik (pulen) Hipa 12 (SBU) potensi hasil 10,5

ton/ha tahan wereng batang coklat3, tahan HDB3 mutu baik

(pulen), Hipa 13 potensi hasil 10,5 ton/ha tahan wereng batang

coklat 2, tahan HDB mutu baik (pulen), Hipa 14 (SBU) potensi hasil

12,1 ton/ha tahan WBC2, tahan HDB III mutu baik (pulen).

Varietas unggul baru jagung hibrida unggul baru, antara lain:

varietas Bima 12Q memiliki potensi hasilnya 9,3 t/ha, berumur 98

hst, memiliki kandungan asam amino lisin dan triptofan tinggi, stay

green yaitu warna batang dan daun di atas tongkol masih hijau,

saat biji sudah masak/waktu untuk panen. Sedangkan jagung

hibrida varietas Bima 13Q toleran bercak daun, agak toleran busuk

pelepah dan rentan hama gudang, potensi hasilnya 9,3 t/ha,

berumur ± 103 hst, selain itu juga memiliki kandungan asam amino

Page 8: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 vii

lisin dan triptofan tinggi, juga stay green. Jagung hibrida varietas

Bima 14 BATARA potensi hasilnya 12,9 t/ha, berumur ± 95 hst,

juga stay green sehingga sangat baik diintegrasikan dengan usaha

ternak. Jagung hibrida varietas Bima 15 SAYANG potensi hasilnya

13,2 t/ha, berumur ± 100 hst, juga stay green dan Bima 15.

Program fortifikasi jagung kerja sama Badan Litbang

Pertanian dengan CIMMYT menghasilkan 2 varietas jagung

komposit yang mengalami proses pengayaan kandungan vitamin A.

Jagung hibrida varietas Provit A-1 kandungan vitamin A (beta

karotin tinggi 0,081 ppm), kandungan protein lebih tinggi dibanding

jagung biasa, potensi hasil 7,4 t/ha, umur 96 hst. Jagung ini sangat

sesuai untuk mengatasi permasalahan gizi buruk. Jagung hibrida

varietas Provit A-2 mempunyai kandungan vitamin A (beta karotin

tinggi 0,144 ppm), kandungan protein 8,64%, potensi hasil 8,8

t/ha, dan umur 98 hst.

Varietas unggul baru kedelai yaitu: varietas GEMA potensi

hasil 3,06 t/ha berumur genjah (73 hari), ukuran bijinya 11,90

g/100 biji, kandungan protein 39% lebih tinggi daripada kedelai

impor hanya 37%. Varietas GEMA prospektif dikembangkan pada

daerah bercurah hujan terbatas atau dibudidayakan pada MK2.

Varietas unggul baru ubijalar yaitu: dua klon harapan dengan

kandungan antosianin tinggi yaitu MSU 01022-12 dan MSU 01016-

19 telah disetujui untuk dilepas oleh TP2V Tanaman Pangan dengan

nama varietas Antin 1 dan Antin 2. Varietas Antin 1 memiliki potensi

hasil 33,2 t/ha, toleran kekeringan, mengandung zat antosianin

33,89 mg/100 g dan distribusi warna ungunya sangat menarik,

cocok untuk dibuat keripik. Sedangkan varietas Antin 2 memiliki

potensi hasil 27,3 t/ha dan kandungan antosianin tinggi (156

mg/100g umbi).

Varietas unggul baru kacang tanah yang diusulkan untuk

dilepas dengan nama Hypoma 1 dan Hypoma 2, saat ini sedang

menunggu terbitnya SK Menteri Pertanian. Hypoma 1 adaptif di

lingkungan optimal, dengan potensi hasil 3,70 t/ha polong kering.

Varietas tersebut cukup tahan terhadap penyakit bercak dan karat

daun sekaligus agak tahan terhadap penyakit layu bakteri. Varietas

Hypoma 2 mempunyai daya adaptasi umum yang baik terutama di

lingkungan dengan musim hujan yang terbatas yang sering

menyebabkan tanaman mengalami cekaman kekeringan pada fase

generatif. Potensi hasil varietas Hypoma2 mencapai 3,50 t/ha

polong kering, toleran kekeringan, serta agak tahan terhadap

penyakit bercak dan karat daun.

Berbagai inovasi teknologi yang telah dihasilkan Puslitbang

Tanaman Pangan diharapkan dapat mendukung 4 sukses

Kementerian Pertanian. Selanjutnya tidak hanya peningkatan

kesejahteraan petani dan pembangunan pertanian, tetapi juga

meningkatnya pembangunan ekonomi nasional dan kesejahteraan

penduduk Indonesia.

Capaian kinerja akuntabilitas bidang keuangan Puslitbang

Tanaman Pangan berdasarkan kelompok kegiatan dan sasaran pada

umumnya telah berhasil dalam mencapai sasaran dengan baik.

Realisasi anggaran lingkup puslitbang tanaman pangan sampai

dengan 31 Desember 2011 sebesar Rp.130.845.450.980,- atau

93,69% terdiri dari belanja pegawai Rp. 44.064.977.549,-

(96,03%), belanja barang Rp. 54.545.036.721,- (94,59), belanja

modal Rp. 32.235.436.710,- (89,28) dan sisa anggaran TA. 2011

sebesar Rp. 8.807.507.020,- atau (6,31%).

Page 9: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 viii

Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak lingkup Puslitbang

Tanaman Pangan sampai dengan akhir bulan Desember 2011

sebesar Rp. 3.280.721.870,- (190,65%) dari target PNBP sebesar

Rp. 1.720.815.132,- yang terdiri dari target penerimaan umum

sebesar Rp. 44.370.132,- dan penerimaan fungsional Rp.

1.676.445.000,- dengan realisasi penerimaan umum Rp.

152.927.549,- (344,66%) dan penerimaan fungsional Rp.

3.127.794.321,- (196,57%).

Page 10: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 ix

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ................................................................. i

Ikhtisar Eksekutif ............................................................. ii

Daftar Isi .......................................................................... ix

Daftar Tabel ...................................................................... x

Daftar Gambar .................................................................. xi

Daftar Lampiran ................................................................ xiii

I. Pendahuluan ................................................................ 1

1.1. Tugas ………………………………………………………………. 1

1.2. Fungsi ………………………………………………………………. 1

1.3. Struktur Organisasi dan Jumlah Pegawai ……………… 1

II. Perencanaan dan Perjanjian Kinerja..………………….. 4

2.1. Rencana Strategik ……………………………………………... 4

2.2. Perencanaan Kinerja ……………………………..…………... 12

2.3. Perjanjian kinerja .................................................. 15

III. Akuntabilitas Kinerja …………………………………........... 22

A. Pengukuran Kinerja …………………………………………...... 22

B. Analisis Capaian Kinerja ........................................... 25

C. Akuntablitas Keuangan ……………………………............... 65

D. Analisis Akuntabilitas Kinerja.....……………………………... 69

IV. Penutup ..................................................................... 72

4.1. Keberhasilan ....................................................... 72

4.2. Hambatan/Masalah ............................................. 74

4.3. Pemecahan masalah ............................................ 75

Lampiran:

1. Formulir RS 2011

2. Formulir PKT 2011

3. Formulir PKK 2011

4. Formulir PPS 2011

Page 11: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 x

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Distribusi SDM di Lingkup Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan pendidikan dan jabatan fungsional 2011..... 2 2. Matriks kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman

pangan 20110 ............................................................. 14 3. Matriks tingkat capaian kinerja 2011 ............................. 23 4. Varietas unggul baru padi yang dilepas tahun 2011 ....... 28 5. Hasil analisis kimia/hara pupuk organik kaya hara ”SANTAP-M” .............................................................. 40 6. Pengaruh pemberian tiga jenis pupuk terhadap hasil biji kering kedelai pada lahan kering masam di Sukadana Lampung Timur, 2011 ................................................ 40 7. Judul makalah ilmiah yang diterbitkan melalui Jurnal

Penelitian Tanaman Pangan 2011 ................................ 42 8. Pengaruh pemberian tiga jenis pupuk terhadap hasil ubikayu pada lahan kering masam di Sukadana Lampung Timur, 2011 ................................................ 42 9. Akuntabilitas keuangan Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan indikator sasaran kegiatan tahun 2011 ...... 66 10. Persentase analisis akuntabilitas kinerja kegiatan Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Tahun 2011 ............................................................... 71

Page 12: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Struktur organisasi Puslitbang Tanaman Pangan, 2011 ....... 3

2. Keragaan di lapang VUB padi Inpari 14 .............................. 29

3. Keragaan di lapang VUB padi Inpago 8 .............................. 29

4. Keragaan di lapang VUB padi Inpari 17 .............................. 29

5. Keragaan di lapang VUB padi Inpari 19 .............................. 29

6. Keragaan di lapang kedelai varietas GEMA berumur genjah dan produksi tinggi 3,06 t/ha ............................................ 30

7. Antin2 ubijalar kaya anthosianin ........................................ 30

8. Polong dan biji kacang tanah varietas Hypoma 1 ................ 31

9. Polong dan biji kacang tanah varietas Hypoma 2 ................ 31

10. Keragaan di lapang jagung Bima 15 Batara ........................ 32

11. Keragaan di lapang jagung Bima 14 Sayang ....................... 32

12. Keragaan jagung Bima 13Q potensi hasil 9,8 t/ha ............... 32

13. Keragaan jagung Bima 15 Batara potensi hasil 12,9 t/ha .... 32

14. SlNPV yang telah dikemas dalam botol dan plastik ............. 37

15. Produk Bio-Lec yang berbahan aktif konidia cendawan entomopatogen L. Lecanii ................................................. 39

16. Alat pengering kedelai dengan sumber energi gas LPG........ 40

17. Pengaruh pemberian pupuk terhadap pertumbuhan tanaman kedelai (Wilis) pada lahan kering masam (Podsolik Merah-Kuning) di Lampung Timur, 2011 ...................................... 41

18. Pengaruh pemberian pupuk terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah (Jerapah) pada lahan kering masam (Podsolik Merah-Kuning) di Lampung Timur, 2011 ............................ 41

19. Pengaruh pupuk oganik SANTAP-M+ terhadap pertumbuhan ubikayu (UJ-3) umur 3 bulan pada lahan kering masam Podsolik Merah-Kuning di Sukadana (Lampung Timur), tahun 2011 ..................................................................... 42

20. Menteri Pertanian berdiskusi dengan pemulia jagung pada waktu kunjungan ke pameran indoor Penas XIII ................ 57

21. Keragaan tanaman ubi-ubian di Cluster Pangan Alternatif pada Penas XIII di Tenggarong, Kalimantan Timur ............ 57

22. Dr. Hasil Sembiring (Kepala Puslitbangtan) menjelaskan kemajuan penelitian kedelai kepada Wakil Presiden, Menteri Pertanian dan Gubernur Gorontalo ................................... 58

23. Menteri Pertanian didampingi Kepala Badan Litbang Pertanian dan Dirjen Tanaman Pangan pada acara open house di BB Padi memanen padi varietas INPARI 13 yang ditengarai tahan wereng coklat ........................................ 58

Page 13: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 xii

24. Menteri Pertanian, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan,

dan Kepala Badan Litbang Pertanian melakukan tanam

perdana jagung hibrida varietas Bima-14 dan Bima-15

dan wawancara pada acara Openhouse Balitsereal ............. 59

25. Kepala Badan Litbang Pertanian membuka Seminar

KABI 2011 dan penyerahan benih sumber kedelai FS

untuk di Jawa Timur dan Yogyakarta ............................... 60

26. Kepala Badan Litbang Pertanian mencicipi produk olahan

pangan karya ibu-ibu peserta pelatihan ........................... 60

27. Keragaan kedelai di sela-sela tanaman hutan jati mampu

berproduksi dan mengoptimalkan lahan .......................... 61

28. Keragaan tanaman kedelai, panen dan temu lapang di

Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara ......................... 62

29. Tanaman kedelai di tanah Vertisol di Pilangkenceng

(Madiun) yang menunjukkan gejala defisiensi K ............. 62

30. Pada tanah Vertisol di Kedunggalar (Ngawi) yang

mengandung K-dd 1,03 me/100 g, tanaman kedelai tidak

respon terhadap pemupukan K yang meningkat, setara

dengan 50 – 200 kg KCl/ha ........................................... 63

31. Publikasi hasil penelitian tanaman pangan 2011 .............. 64

Page 14: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Formulir Rencana Strategik (RS), tahun 2011

2. Formulir Rencana Kinerja (PKT), tahun 2011

3. Formulir Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK), tahun 2011

4. Formulir Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS), tahun 2011

Page 15: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 1

I. PENDAHULUAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.61/Permentan/

OT.140/10/2010 tentang organisasi dan tata kerja Kementerian

Pertanian, kedudukan, tugas, dan fungsi Puslitbang Tanaman

Pangan sebagai berikut:

1.1. TUGAS

Puslitbang Tanaman Pangan sebagai salah satu unit kerja di

bawah Badan Litbang Pertanian memperoleh mandat

melaksanakan penelitian dan pengembangan padi dan

palawija. Mandat tersebut dilaksanakan oleh: (a) Balai Besar

Penelitian Tanaman Padi di Sukamandi – Jawa Barat, (b) Balai

Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian di

Malang – Jawa Timur, (c) Balai Penelitian Tanaman Serealia di

Maros – Sulawesi Selatan, dan (d) Loka Penelitian Penyakit

Tungro di Lanrang, Sidrap, Sulawesi Selatan.

Tugas yang diemban adalah menyiapkan perumusan

kebijakan dan program serta melaksanakan penelitian dan

pengembangan tanaman pangan. Penelitian yang dilakukan

bersifat mendasar dan strategis untuk mendapatkan teknologi

tinggi dan inovatif yang berlaku bagi agroekologi dominan di

beberapa wilayah. Penelitian yang bersifat hulu (upstream)

ditujukan untuk mengembangkan teknologi dasar dan

teknologi generik yang akan diuji daya adaptasinya oleh BPTP

sebelum disebarluaskan kepada petani.

1.2. FUNGSI

Dalam melaksanakan tugasnya, Puslitbang Tanaman Pangan

menyelenggarakan fungsi yaitu: a) penyiapan rumusan dan

kebijakan penelitian dan pengembangan, b) perumusan

program penelitian dan pengembangan, c) pelaksanaan kerja

sama dan pendayagunaan hasil penelitian dan pengem-

bangan, d) pelaksanaan penelitian dan pengembangan, e)

evaluasi serta pelaporan pelaksanaan penelitian dan

pengembangan tanaman pangan, dan f) pelaksanaan urusan

tata usaha dan rumah tangga di tingkat pusat.

1.3. STRUKTUR ORGANISASI DAN JUMLAH PEGAWAI

Untuk melaksanakan mandat, tugas, dan fungsinya,

Puslitbang Tanaman Pangan didukung sejumlah tenaga

peneliti dan tenaga administratif untuk dapat melaksanakan

penelitian dan pengembangan tanaman pangan. Data per 31

Desember 2011, jumlah pegawai di lingkup Puslitbang

Tanaman Pangan berjumlah 895 orang. Berdasarkan tingkat

pendidikan, 54 orang berpendidikan S3 (Doktor), 96 orang

S2, 187 orang S1, 53 orang setingkat Sarjana Muda, 332

orang SLTA, dan 173 orang setingkat SLTP (Tabel 1). Di

samping itu, 11 tenaga peneliti telah dikukuhkan menjadi

Profesor Riset dari berbagai disiplin ilmu. Adapun struktur

organisasi Puslitbang Tanaman Pangan disajikan pada

Gambar 1.

Page 16: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 2

Tabel 1. Distribusi SDM di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan pendidikan, 31 Desember 2011.

Unit Kerja S3 S2 S1 SM D3 D2 SLTA SLTP SD Total

Puslitbangtan 8 7 15 3 7 1 51 9 9 110

BB Padi 15 25 58 2 10 2 112 15 43 282

Balitkabi 18 32 61 3 4 1 73 22 27 241

Balitsereal 13 28 43 11 7 - 84 11 34 231

Lolit Tungro - 4 10 1 1 - 12 - 3 31

Jumlah 54 96 187 20 29 4 332 57 116 895

Kontribusi nyata Puslitbang Tanaman Pangan adalah varietas

unggul baru padi dan palawija, teknologi budi daya panen dan

pascapanen, benih sumber, serta kebijakan tanaman pangan, turut

mewarnai keberhasilan pencapaian swasembada beras dan jagung

sejak tahun 2008. Padi varietas INPARI 13 banyak diminati di

beberapa propinsi karena produksi tinggi dan tahan wereng coklat.

Jagung hibrida BIMA 12Q dan 13Q yang mengandung protein

tinggi sesuai untuk diversifikasi pangan akan dikembangkan oleh

Pemda Sulawesi Selatan. Kedelai varietas GEMA yang dilepas tahun

2011, berumur genjah 73 hari dengan potensi hasil 3,06 ton/ha

diharapkan segera berkembang di masyarakat untuk menunjang

pencapaian swasembada kedelai 2014.

Berdasarkan ARAM I BPS tahun 2011, produksi padi sebesar

67,31 juta ton GKG meningkat sebanyak 895,86 ribu ton (1,35%)

dibandingkan tahun 2010. Produksi jagung tahun 2011 sebesar

17,93 juta ton pipilan kering, mengalami penurunan 438,96 ribu

ton (2,39%) dibanding tahun 2010. Penurunan produksi jagung

terjadi karena luas panen menurun 74,47 ribu hektar (1,80%).

Sedangkan produksi kedelai tahun 2011 sebesar 0,93 juta ton biji

kering, meningkat sebanyak 25,89 ribu ton (2,85%) dibandingkan

tahun 2010. Kenaikan produksi kedelai terjadi karena luas panen

meningkat 4,99 ribu hektar (0,75%) dan produktivitas sebesar 0,29

kuintal/ha (2,11%).

Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan

akan terus dipacu untuk mencapai swasembada padi dan jagung

berkelanjutan serta pencapaian swasembada kedelai tahun 2014.

Page 17: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 3

Gambar 1. Struktur organisasi Puslitbang Tanaman Pangan, 2011.

Page 18: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 4

II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

2.1. RENCANA STRATEGIK

2.1.1. Visi

Visi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

merupakan bagian integral dari visi pembangunan

pertanian dan pedesaan Indonesia. Visi Badan Litbang

Pertanian adalah:

”Pada tahun 2014 menjadi lembaga penelitian dan

pengembangan pertanian berkelas dunia yang

menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi

pertanian untuk mewujudkan pertanian industrial

unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal”

Sejalan dengan visi Badan Litbang Pertanian, maka

Puslitbang Tanaman Pangan merumuskan visi yaitu:

”Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2014

menjadi lembaga rujukan Iptek dan sumber

inovasi teknologi yang bermanfaat sesuai

kebutuhan pengguna”.

2.1.2. Misi

Misi yang diemban Puslitbang Tanaman Pangan adalah:

1. Menghasilkan, mengembangkan, dan mendisemi-

nasikan inovasi teknologi dan rekomendasi kebijakan

tanaman pangan yang unggul, bernilai tambah,

efisien, dan kompetitif (scientific recognition).

2. Meningkatkan kualitas sumber daya penelitian

tanaman pangan serta efisiensi dan efektivitas

pemanfaatannya.

3. Mengembangkan jejaring kerja sama nasional dan

internasional dalam rangka penguasaan Iptek dan

peningkatan peran Puslitbang Tanaman Pangan

dalam pembangunan pertanian (impact recoqnition).

2.1.3. Tujuan, Sasaran, dan Target Utama Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

a. Tujuan

Tujuan Puslitbang Tanaman Pangan pada tahun

2010 – 2014 ditetapkan sebagai berikut:

1. Mengembangkan dan memanfaatkan keragaman

sumber daya genetik untuk bahan perakitan

varietas unggul baru guna meningkatkan

produktivitas, kandungan mineral, dan vitamin

sesuai preferensi konsumen, serta adaptif

terhadap cekaman faktor biotik dan abiotik

dampak perubahan iklim.

2. Menghasilkan teknologi optimasi pemanfaatan

sumber daya tanah (lahan dan air), tanaman,

dan organisme pengganggu tanaman yang

dapat merealisasikan potensi hasil dan

mengurangi emisi gas rumah kaca (methan) di

lahan suboptimal dan antisipasi dampak iklim

ekstrim.

Page 19: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 5

3. Mempercepat alih teknologi dan distribusi benih

sumber tanaman pangan kepada pengguna

mendukung program strategis Kementerian

Pertanian.

4. Menghasilkan rekomendasi opsi kebijakan

pembangunan pertanian yang bersifat antisipatif

dan responsif dalam rangka pembangunan sistem

pertanian industrial.

5. Mengembangkan jejaring dan kerja sama

kemitraan dengan dunia usaha, pemerintah daerah,

lembaga penelitian di dalam dan luar negeri.

6. Meningkatkan kualitas dan mengembangkan

sumber daya penelitian.

b. Sasaran Strategis

Untuk dapat menjadi lembaga rujukan iptek dan

sumber inovasi teknologi yang bermanfaat sesuai

kebutuhan pengguna, sasaran strategis tahunan

Puslitbang Tanaman Pangan adalah:

1. Tersedianya informasi sumber daya genetik

tanaman pangan.

2. Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan.

3. Tersedianya benih sumber varietas unggul baru

tanaman pangan untuk penyebaran varietas

berdasarkan SMM ISO 9001-2008.

4. Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan

pascapanen primer tanaman pangan.

5. Tersedianya rumusan kebijakan pengembangan

tanaman pangan.

c. Target Utama Puslitbang Tanaman Pangan

Dalam lima tahun ke depan (2010 – 2014),

Puslitbang Tanaman Pangan mempunyai beberapa

target utama yaitu :

1. Padi, jagung hibrida, dan kedelai tropika ultra

genjah, tahan hama penyakit, toleran

kekeringan, dan kelebihan air untuk mendukung

peningkatan indeks panen.

2. Gandum tropika adaptif pada ketinggian tempat

<400 m dpl, produksi tinggi.

3. Padi, jagung, ubijalar untuk pangan fungsional.

4. Sorgum dan ubikayu untuk pangan dan

bioenergi.

5. Kacang tanah dan kacang hijau untuk

pengembangan industri agro.

6. Pengembangan sistem perbenihan tanaman

pangan dengan menerapkan sistem manajemen

mutu ISO 9001-2008 dalam produksi benih

sumber.

7. Teknologi peningkatan produktivitas dan

teknologi pengelolaan hara, lahan dan air untuk

mendukung peningkatan indeks panen.

Page 20: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 6

2.1.4. Kendala

Ketahanan, Mutu, dan Keamanan Pangan

Revolusi hijau yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

pangan berhasil meningkatkan produksi padi secara meyakinkan,

dan dengan pendekatan yang sama produksi jagung juga berhasil

ditingkatkan sehingga mencapai taraf swasembada. Di lain pihak,

revolusi hijau memicu munculnya gejala kelelahan lahan.

Ketahanan pangan secara berkelanjutan melalui revolusi hijau

lestari akan mensinkronkan teknologi modern dengan kebijakan

ekologi dari komunitas tradisional untuk menciptakan teknologi

yang berbasiskan pengelolaan sumber daya alam terpadu dan

bersifat spesifik lokasi.

Semakin ketatnya persaingan memperoleh pangsa pasar, para

pelaku usaha mengembangkan strategi pengelolaan rantai pasok

(Supply Chain Management, SCM) yang mengintegrasikan para

pelaku dari semua segmen rantai pasok secara vertikal ke dalam

usaha bersama berlandaskan kesepakatan dan standardisasi proses

dan produk. Kemampuan suatu rantai pasok merebut pasar,

bergantung pada kinerja pelaku dalam rantai itu menyikapi

permintaan konsumen menyangkut mutu, harga, dan pelayanan.

Pada perkembangannya, persaingan antarnegara akan

diterjemahkan menjadi persaingan antarrantai pasok plus berbagai

fasilitas yang dimungkinkan melalui infrastruktur dan kebijakan.

Standardisasi proses dan produk spesifik rantai pasok

menimbulkan konsekuensi diterapkannya standar lingkungan yang

dikaitkan dengan emisi karbon, perubahan iklim, biodiversitas,

kualitas lahan, air dan hutan untuk mengembangkan pertanian.

Keluaran yang dihasilkan dari pembangunan pertanian harus

mengandung citra ramah lingkungan sebagai branding. Branding ini

menjadi permasalahan ketika standar lingkungan yang ditetapkan

terlalu kaku dan tidak sesuai dengan kemampuan penerapannya

atau manakala standar lingkungan yang ditetapkan berubah-ubah.

Branding ramah lingkungan ini menjadi hambatan teknis untuk

berproduksi dan melakukan perdagangan.

Demikian pula labelling diterapkan untuk memenuhi tuntutan

keamanan dan kesehatan pangan. Kandungan pangan ditetapkan

dan diberi atribut dapat membahayakan kesehatan. Labelling

menjadi permasalahan karena dapat menjadi hambatan teknis

untuk berproduksi dan melakukan perdagangan. Peningkatan daya

saing produk pangan Indonesia terhadap produk impor terkait

dengan peningkatan kualitas dan keamanan pangan.

Perubahan Iklim Global

Krisis pangan dunia akhir-akhir ini berkaitan erat dengan

perubahan iklim akibat pemanasan global. Perubahan iklim akan

berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan dan pembangunan

pertanian. Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa termasuk

wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim. Perubahan

pola curah hujan, kenaikan muka air laut, kenaikan suhu udara,

dan peningkatan frekuensi kejadian iklim ekstrim adalah dampak

serius perubahan iklim. Pertanian mengalami dampak paling serius

dan kompleks akibat perubahan iklim biofisik dan teknis maupun

sosial dan ekonomi. Oleh sebab itu, perubahan iklim dikawatirkan

akan mendatangkan masalah baru bagi keberlanjutan produksi

pertanian, terutama tanaman pangan.

Page 21: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 7

Dampak lanjutan dari perubahan iklim adalah terjadinya

penurunan produksi pertanian dan ancaman perubahan keaneka-

ragaman hayati yang dapat menjadi penyebab meningkatnya

eksplosi hama dan penyakit tanaman. Kondisi tersebut berdampak

pula terhadap bergesernya pola dan kalender tanam sehingga

diperlukan upaya khusus untuk pemetaan daerah rawan banjir dan

kekeringan. Di pihak lain, kemampuan petugas lapang dan petani

memahami data dan informasi prakiraan iklim masih sangat

terbatas, sehingga kurang mampu menentukan awal musim tanam

dan melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim.

Tantangan terkait dampak perubahan iklim global adalah

meningkatkan kemampuan petani dan petugas lapang memahami

prakiraan iklim serta langkah antisipasi dan adaptasi yang

diperlukan. Di samping itu, perlu diciptakan teknologi tepat guna

dan varietas yang memiliki potensi Emisi Gas Rumah Kaca rendah,

toleran kenaikan suhu, kekeringan, banjir/genangan, dan salinitas.

Status, Konversi, dan Degradasi Lahan

Jumlah rumah tangga petani gurem yang kepemilikan

lahannya kurang dari 0,5 hektar meningkat dari 10,9 juta rumah

tangga pada tahun 2003 menjadi 13,7 juta rumah tangga saat ini.

Rata-rata pemilikan lahan petani di pedesaan sebesar 0,41 ha dan

0,96 ha masing-masing di Jawa dan Luar Jawa, dan cenderung

menurun. Hal ini antara lain disebabkan oleh meningkatnya

konversi lahan pertanian untuk keperluan pemukiman dan fasilitas

umum serta terjadinya fragmentasi lahan karena proses pewarisan.

Konversi sawah menjadi lahan nonpertanian dari tahun 1999-

2002 mencapai 563.159 ha atau 187.719,7 ha/tahun. Pada tahun

1998-1999, terdapat tambahan lahan sawah seluas 1,6 juta ha,

namun antara tahun 1999 – 2002 terjadi penciutan luas lahan

seluas 0,4 juta ha atau 141.285 ha/tahun. Data BPS tahun 2004

menunjukkan bahwa besaran laju alih fungsi lahan pertanian dari

lahan sawah ke nonsawah 187.720 ha/tahun, dengan rincian alih

fungsi ke nonpertanian sebesar 110.164 ha/tahun dan alih fungsi

ke pertanian lainnya 77.556 ha/tahun. Adapun alih fungsi lahan

kering pertanian ke nonpertanian sebesar 9.152 ha/tahun.

Permasalahan degradasi lahan, yaitu terjadinya penurunan

kemampuan lahan, aktual dan potensial untuk menghasilkan

barang dan jasa kuantitatif dan kualitatif akibat ketidaksesuaian

kemampuan lahan dengan penggunaan lahan. Degradasi lahan

juga akan menyebabkan kegagalan pencapaian pembangunan

pertanian berkelanjutan.

Kelangkaan Energi Fosil

Kelangkaan sumber energi fosil memicu kenaikan harga BBM

di pasar internasional dan menimbulkan kenaikan biaya produksi.

BBM digunakan oleh industri pupuk, pestisida, transportasi, dan

industri pangan. Oleh karena itu, kenaikan harga BBM akan

meningkatkan kenaikan biaya sarana produksi pertanian, selain

meningkatkan biaya produksi produk olahan pangan yang

menggunakan BBM. Karenanya perlu dikembangkan pemanfaatan

energi alternatif terbarukan berbasis nabati, biopestisida, dan

pemanfaatan limbah pertanian untuk pupuk maupun energi.

Penelitian dan pengembangan energi alternatif tersebut diarahkan

untuk dapat menekan ongkos penggunaan energi secara signifikan.

Page 22: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 8

Sarana dan Kelembagaan Sarana Produksi

Hingga saat ini masih ada senjang (gap) produktivitas dan

mutu antara hasil lembaga penelitian dengan di tingkat petani.

Penyebab utamanya adalah (a) perbedaan ketersediaan sarana

produksi benih/bibit unggul bermutu, pupuk, pakan, pestisida/obat-

obatan, alat dan mesin pertanian, dan (b) belum berkembangnya

kelembagaan pelayanan penyedia sarana produksi. Keterbatasan

sarana seperti jalan usahatani berpengaruh terhadap kelancaran

arus input dan output produksi pertanian yang tentunya akan

berpengaruh terhadap produktivitas pertanian. Keterbatasan

kelembagaan tani juga berpengaruh dalam mengakses sumber

pembiayaan dan pemasaran hasil pertanian.

Sumber Daya dan Pemanfaatan Hasil Penelitian

Perbandingan jumlah peneliti dengan tenaga nonpeneliti dan

administrasi adalah 1:3,5 kurang ideal bagi lembaga penelitian.

Dalam 5 tahun ke depan jumlah tenaga yang akan memasuki usia

pensiun sekitar 30-50 orang/tahun termasuk tenaga peneliti yang

memiliki bidang kepakaran spesifik seperti pemulia tanaman. Hasil

analisis TCM dan ECM menunjukkan bahwa untuk mencapai Critical

Mass Puslitbang Tanaman Pangan 5 tahun ke depan membutuhkan

74 peneliti dengan komposisi kekurangan 12 S3, 23 S2 dan 39 S1.

Sarana penelitian berupa 18 unit laboratorium di Balai

Penelitian telah digunakan secara optimal dan 2 laboratorium telah

terakreditasi SNI 19-17025: 2005. Tantangan ke depan adalah

meningkatkan kompetensi laboratorium yang belum terakreditasi

hingga diperoleh pengakuan internasional. Daya saing ilmiah dan

komersial harus dijadikan sasaran pengembangan laboratorium.

Sarana penelitian berupa kebun percobaan seluas 704,1 ha

sebagian belum dimanfaatkan secara optimal, karena ketersediaan

SDM serta dana pengelolaan kebun yang kurang memadai.

Hasil penelitian berupa paten, lisensi, serta penyaluran hasil

penelitian masih berskala nasional dan komersialisasinya rendah,

kecuali untuk benih padi. Permasalahan ini terkait dengan belum

kondusifnya sistem hukum komersialisasi hasil penelitian. Potensi

kerugian yang timbul sulit diprediksi secara kuantitatif mengingat

berbagai faktor yang mempengaruhi perolehan royalti, antara lain:

a) Kesepakatan persentase royalti antara Unit Kerja pemilik HKI

dengan industri penerima lisensi; b) Nilai ekonomis teknologi hasil

litbang yang dilisensikan; c) Kondisi lingkungan strategis seperti:

potensi pasar, iklim, geografis, dukungan kelembagaan dan

lembaga keuangan; dan d) Persaingan industri baik domestik

maupun internasional.

Implikasi bagi Puslitbang Tanaman Pangan

Kebijakan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Kondisi saat ini menghendaki peran masyarakat dominan dan

pemerintah hanya sebagai fasilitator. Reformasi total menuntut

perlunya melaksanakan rekonstruksi kelembagaan pemerintahan

publik berdasarkan prinsip good governance dengan tiga

karakteristik utama yaitu kredibilitas, akuntabilitas, dan

transparansi. Kebijakan pembangunan dirancang dan dilaksanakan

secara transparan, serta diawasi publik, sedangkan pelaksana

bertanggungjawab atas keberhasilan dari kebijakan tersebut.

Page 23: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 9

Implikasi Puslitbang Tanaman Pangan adalah perlunya: (1)

meningkatkan akuntabilitas dan kredibilitas lembaga dengan

meningkatkan efektivitas dan efisiensi program, ouput serta

peningkatan kualitas SDM, (2) meningkatkan penguasaan Iptek

mutakhir dalam pelaksanaan litbang tanaman pangan serta

kemutakhiran teknologi yang dihasilkan, (3) memperluas jaringan

kerja sama penelitian antarlembaga penelitian nasional dalam

rangka diseminasi hasil penelitian. Litbang tanaman pangan harus

fokus pada penciptaan teknologi benih/bibit, dan teknologi budi

daya dan pascapanen primer untuk meningkatkan nilai tambah

yang berdaya saing dengan karakteristik yang sesuai keinginan

konsumen domestik maupun internasional.

Penelitian kebijakan diperlukan untuk mengevaluasi kebijakan

dan penyusunan usulan rekomendasi kebijakan pembangunan

pertanian. Rekomendsai kebijakan mencakup aspek teknologi,

ekonomi, sosial (kelembagaan), dan lingkungan serta fokus pada

upaya mendukung terwujudnya pertanian industrial unggul

berkelanjutan yang berbasis sumber daya lokal. Selain itu,

dibangun pula sistem inovasi pertanian yang utuh mulai dari hulu

sampai ke hilir yang bersifat inovasi spesifik lokasi.

Penelitian Food, Feed, Bio Fuel dan Bio Fibre (4-F)

Secara umum orientasi litbang tanaman pangan adalah

mendukung pencapaian produktivitas dan produksi 4-F (Food,

Feed, Fiber, dan Fuel). Peluang pengembangan tanaman pangan

untuk food, feed dan fibre adalah padi (hibrida dan VUTB), jagung

(hibrida dan komposit), dan kedelai. Untuk fuel dikembangkan ubi

kayu dan sorgum. Selain itu, masih dapat diusulkan komoditas

spesifik daerah yang memiliki keunggulan kompetitif yang tidak

dimiliki oleh daerah lain maupun negara lain.

Terbatasnya ketersediaan energi dari fosil perlu dicari sumber

energi lain. Ubi kayu, sorgum, dan limbah pertanian seperti jerami,

tongkol, hijauan lainnya, dan kotoran ternak dapat diolah menjadi

sumber energi alternatif terbarukan. Apabila energi sumber nabati

dan limbah ini dapat dikembangkan terutama di pedesaan, maka

akan diciptakan masyarakat yang mandiri energi untuk memenuhi

kebutuhan energi rumah tangganya. Karena itu, litbang tanaman

pangan akan berorientasi pada pengembangan dan pemanfaatan

tanaman dan limbah tersebut secara efisien dengan sasaran ongkos

produksinya menjadi lebih rendah dibanding energi fosil.

Penelitian Antisipasi Konversi Lahan, Perubahan Iklim dan

Pemuliaan Molekuler (Molecular Breeding)

Dalam lima tahun ke depan, optimalisasi pemanfaatan lahan

kering yang banyak tersedia di luar Jawa menjadi sangat penting.

Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dicari inovasi teknologi antara

lain: (1) varietas unggul baru umur genjah toleran cekaman biotik

dan abiotik dan produktivitasnya tinggi, (2) pola manajemen air

irigasi yang efisien, (3) teknologi penanggulangan kelelahan lahan

(soil fatigue), (4) sistem usahatani konservasi di DAS yang ber-

wawasan lingkungan, dan (5) pengembangan komoditas pertanian

bernilai tinggi, khususnya untuk lahan sawah di Jawa.

Antisipasi ditempuh melalui peningkatan indeks panen dengan

memanfaatkan anomali iklim seperti saat terjadi La-Nina tidak

dapat tanam palawija diganti tanam padi umur genjah. Sebagai

konsekuensi dari strategi dan kebijakan penanggulangan dampak

Page 24: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 10

perubahan iklim pada sektor pertanian seperti yang digariskan

Kementerian Pertanian, maka Puslitbang Tanaman Pangan

bekerjasama dengan Lembaga Riset lainnya akan melakukan 1)

Perakitan varietas unggul (toleran genangan, kekeringan, salinitas,

umur genjah, organisme pengganggu tanaman), teknologi

pengelolaan lahan/ tanah/pemupukan dan air, dan 2) Sosialisasi

dan pengembangan teknologi model untuk adaptasi perubahan

iklim, seperti Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Sistem

Integrasi Tanaman dan Ternak (SITT), Teknologi hemat air, dan

Carbon Efficient Farming (CEF).

Penurunan emisi gas rumah kaca, Puslitbang Tanaman

Pangan bekerjasama dengan lembaga riset lainnya mendukung

Program Utama Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas

Rumah Kaca melalui: 1) Penelitian dan pengembangan (litbang)

teknologi budi daya tanaman ramah lingkungan, 2) Litbang

biopestisida, 3) Litbang pemanfaatan kotoran/urine ternak dan

limbah pertanian untuk energi dan pupuk organik, dan 4) Litbang

teknologi rendah emisi, metodologi MRV (measurable, reportable,

verifiable) sektor pertanian.

Program pemuliaan untuk mendapatkan varietas unggul

dapat dipercepat melalui molecular breeding. Teknik kultur in vitro

dapat dimanfaatkan untuk pembentukan populasi atau galur yang

diperlukan merakit varietas baru, selain untuk menghasilkan bibit

tanaman bebas penyakit dalam jumlah banyak dan seragam

dengan waktu lebih cepat dibandingkan dengan cara konvensional.

Pemanfaatan lain dari teknik kultur in vitro adalah perbaikan

tanaman melalui seleksi in vitro dan keragaman somaklonal.

Mikroba dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan pestisida

hayati yang ramah lingkungan dan senyawa bioaktif yang potensial

untuk industri, serta sumber gen penting untuk rekayasa genetika.

Aspek lain penggunaan bioteknologi adalah perakitan tanaman

transgenik atau dikenal dengan rekayasa genetik melalui integrasi

gen tertentu langsung ke dalam genom tanaman target.

Penggunaan tanaman transgenik yang secara global menunjukkan

peningkatan luas areal penanaman setiap tahunnya. Permasalahan

penting di Indonesia dan diharapkan dapat diatasi dengan

bioteknologi antara lain pembentukan varietas tanaman pangan

produktivitas tinggi, umur sangat genjah, tahan terhadap cekaman

biotik dan abiotik tertentu, efisien terhadap input seperti pupuk.

Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Jejaring Kerja

Penerapan invensi hasil litbang pertanian dalam rangka

percepatan diseminasi inovasi teknologi, merupakan faktor penentu

upaya percepatan pelaksanaan program pembangunan pertanian.

Puslitbang Tanaman Pangan sebagai sumber inovasi teknologi

pertanian harus menghasilkan invensi yang terencana, terfokus

dengan sasaran yang jelas dan dapat diterapkan pada skala

industri untuk memecahkan masalah aktual yang dihadapi

masyarakat dengan memanfaatkan iptek.

Kegiatan kerja sama dan peningkatan jejaring kerja dapat

dikategorikan menjadi (1) memperkuat dan memperluas jejaring

kerja dengan lembaga penelitian pemerintah dan perguruan tinggi

untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya, menghilangkan

tumpang tindih penelitian, konvergensi program litbang, dan

meningkatkan kualitas penelitian, (2) memperkuat keterkaitan

Page 25: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 11

dengan swasta, lembaga penyuluhan, dan pengambil kebijakan

serta melibatkannya dari tahap penyusunan program dan

perancangan penelitian untuk mengefektifkan diseminasi hasil

penelitian, dan (3) meningkatkan keterlibatan dalam jejaring kerja

internasional baik bilateral, multilateral, maupun regional.

Peningkatan Kompetensi Sumber Daya Manusia

Ke depan, peneliti Puslitbang Tanaman Pangan harus

profesional (ahli dalam suatu bidang) yang mampu menghasilkan

jasa sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidangnya.

Peneliti profesional harus berkarakter, di antaranya bertanggung-

jawab, jujur, respek, integritas, bermartabat dan patriotik dalam

arti memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.

Laboratorium dan kebun percobaan sangat potensial untuk

dimanfaatkan sebagai sumber penerimaan negara bukan pajak

(PNBP). SDM yang lemah, dana pengelolaan kebun yang kurang

memadai, dapat dilakukan dengan cara magang di laboratorium

atau kebun percobaan yang telah berkembang, atau melakukan

kerja sama dengan pihak ketiga.

2.1.5. Pencapaian Tujuan dan Sasaran

Pencapaian tujuan dan sasaran telah ditetapkan dalam

strategi operasional penelitian dan pengembangan

kemudian dijabarkan menjadi kebijakan, kegiatan penelitian

dan pengembangan. Kegiatan disusun atas dasar komoditas

serta bidang masalah atau wilayah agro-ekosistem yang

sesuai bagi pengembangan tanaman pangan.

Arah kebijakan dan strategi litbang tanaman pangan

merupakan bagian dari arah kebijakan dan strategi litbang

pertanian pada Renstra Badan Litbang Pertanian 2010-2014

khususnya yang terkait langsung dengan program Badan

Litbang Pertanian yaitu penciptaan teknologi dan varietas

unggul berdaya saing untuk bidang tanaman pangan.

Kebijakan

Kebijakan Puslitbang Tanaman Pangan dalam penelitian dan

pengembangan tanaman pangan merupakan bagian integral

dari kebijakan Badan Litbang Pertanian. Kebijakan dibangun

dengan menerapkan prosedur standar seperti analisis SWOT

dan logical framework. Pola pikir kemudian dielaborasi dari

lintas jalan (pathway) penelitian, adopsi, dampak litbang

pertanian dan evaluasi umpan balik.

1. Memfokuskan penciptaan inovasi teknologi benih/bibit

unggul dan rumusan kebijakan guna pemantapan

swasembada beras dan jagung serta pencapaian

swasembada kedelai untuk peningkatan produksi

produk komoditas pangan substitusi impor, diversifikasi

pangan, bioenergi dan bahan baku industri.

2. Memperluas jejaring kerja sama penelitian, promosi

dan diseminasi hasil penelitian kepada stakeholders

nasional maupun internasional untuk mempercepat

proses pencapaian sasaran pembangunan pertanian

(impact recoqnition) pengakuan ilmiah internasional

(scientific recognition) dan perolehan sumber-sumber

pendanaan penelitian lainnya di luar APBN.

Page 26: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 12

3. Meningkatkan kuantitas, kualitas dan kapabilitas

sumber daya penelitian melalui perbaikan sistem

rekruitmen dan pelatihan SDM, penambahan sarana

dan prasarana, dan struktur penganggaran yang sesuai

dengan kebutuhan institusi.

4. Mendorong inovasi teknologi yang mengarah pada

pengakuan dan perlindungan HaKI (Hak Kekayaan

Intelektual) secara nasional dan internasional.

5. Meningkatkan penerapan manajemen penelitian dan

pengembangan yang akuntabel dan good governance.

Strategi Litbang Tanaman Pangan

1. Menyusun cetak biru kebutuhan inovasi teknologi untuk

pencapaian sasaran pembangunan pertanian dan

benchmark hasil penelitian.

2. Mengoptimalkan kapasitas unit kerja untuk

meningkatkan produktivitas dan kualitas penelitian,

memperkuat inovasi teknologi tanaman pangan yang

berorientasi ke depan, memecahkan masalah,

berwawasan lingkungan, aman bagi kesehatan dan

menjamin keselamatan manusia serta dihasilkan dalam

waktu yang relatif cepat, efisien dan berdampak luas.

3. Menyusun dan meningkatkan pemanfaatan

rekomendasi kebijakan antisipatif dan responsif dalam

kerangka pembangunan pertanian untuk memecahkan

berbagai masalah dan isu-isu aktual dalam

pembangunan pertanian.

4. Meningkatkan intensitas komunikasi dan partisipasi

pada kegiatan ilmiah nasional dan internasional.

5. Meningkatkan intensitas pendampingan penerapan

teknologi kepada calon pengguna.

6. Meningkatkan intensitas promosi inovasi teknologi

kepada pelaku usaha industri agro.

7. Meningkatkan kerja sama penelitian dan pengem-

bangan dengan lembaga internasional/nasional

berkelas dunia dalam rangka memacu peningkatan

produktivitas dan kualitas penelitian untuk memenuhi

peningkatan kebutuhan pengguna dan pasar. Kerja

sama penelitian dan pengembangan ini juga diarahkan

untuk pencapaian pengakuan kompetensi sebagai

impact recoqnition yang mengarah pada peningkatan

perolehan pendanaan di luar APBN.

8. Mengembangkan sistem alih teknologi berbasis HaKI

hasil litbang ke dunia industri melalui lisensi.

9. Menerapkan kebijakan reformasi birokrasi secara

konsisten pada semua jajaran Badan Litbang Pertanian.

2.2. PERENCANAAN KINERJA

Sesuai dengan Pokok-pokok Reformasi Perencanaan dan

Penganggaran (SEB Meneg Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala BAPPENAS dan Menkeu, No.0412.M.PPN/06/

2009 19 Juni 2009) program di Eselon I dan kegiatan di

Eselon II. Program Badan Litbang Pertanian periode 2010-

2014 adalah Penciptaan teknologi dan varietas unggul

Page 27: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 13

berdaya saing. Sejalan dengan hal tersebut, Puslitbang

Tanaman Pangan menetapkan kebijakan alokasi sumber daya

litbang menurut komoditas prioritas utama yang ditetapkan

oleh Kementerian Pertanian, yaitu 3 di antara 5 komoditas

prioritas tanaman pangan (padi, jagung, dan kedelai) serta

ubikayu dan kacang tanah yang termasuk dalam 30 fokus

komoditas lainnya.

Penyusunan rencana kinerja kegiatan penelitian diselaraskan

dengan sasaran Renstra Puslitbangtan 2010-2014. Sejalan

dengan hal tersebut Puslitbangtan telah menyusun Rencana

Kinerja Tahunan (RKT) 2011 yang berisi : 1) uraian kegiatan

yang akan dilaksanakan, 2) indikator kinerja input sumber

daya dan pembiayaan, dan 3) indikator output berupa hasil

yang akan dicapai secara terukur, efektif, efisien dan

akuntabel untuk mendorong pengembangan profesionalisme

institusi Puslitbangtan menuju good governance yang

ditetapkan melalui Penetapan Kinerja Tahunan (PKT) 2011.

Rencana kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman

pangan telah dituangkan dalam RKT tahun 2011 yang

dilakukan untuk mencapai sasaran organisasi sebagai berikut:

1. Tersedianya informasi sumber daya genetik tanaman

pangan.

2. Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan.

3. Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen

primer tanaman pangan.

4. Tersedianya benih sumber varietas unggul baru padi,

jagung, kedelai untuk penyebaran varietas berdasarkan

SMM ISO 9001-2008.

5. Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman pangan.

6. Terselenggaranya diseminasi teknologi tanaman pangan.

Jumlah anggaran yang diusulkan dalam RKT sebesar

Rp.104.720.000.000,-.

Adapun matriks kegiatan Litbang Tanaman Pangan disajikan

pada Tabel 2.

Page 28: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 14

Tabel 2. Matriks Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan 2011.

Program litbang pertanian Kegiatan litbang tanaman pangan Judul litbang tanaman pangan

I. Penciptaan teknologi dan varietas unggul berdaya saing

1. Pengkayaan, pengelolaan, pemanfaatan, dan pelestarian sumber daya genetik tanaman pangan

a. Peningkatan sumber genetik koleksi plasma nutfah padi karakterisasi, verifikasi,

dan rejuvinasi untuk perbaikan sifat varietas padi

b. Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah aneka kacang dan ubi secara

konvensional, serta memanfaatkan teknologi DNA

c. Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi sumber daya genetik jagung

genjah, sorgum manis, gandum tropis, dan jawawut

2. Penelitian pemuliaan dan perakitan

varietas unggul baru tanaman pangan

a. Perakitan varietas unggul baru padi

b. Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka kacang dan ubi

c. Perakitan varietas unggul baru jagung dan serealia lainnya

3. Perakitan teknologi budi daya, panen, dan

pascapanen primer tanaman pangan

a. Teknologi budi daya tanaman padi

b. Pengembangan teknik peringatan dini di pesemaian dan tanaman umur muda,

serta pengendalian penyakit tungro untuk menekan kehilangan hasil

c. Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi

d. Teknologi budi daya tanaman serealia

4. Perbenihan tanaman pangan sesuai SMM ISO 9001 : 2008

a. Penyediaan benih sumber varietas unggul padi

b. Penyediaan benih penjenis kedelai dan benih sumber aneka kacang dan ubi

c. Produksi benih sumber jagung

5. Analisis kebijakan pengembangan tanaman pangan

a. Analisis dan sintesis kebijakan pengembangan tanaman pangan

6. Diseminasi inovasi teknologi tanaman pangan

a. Pengembangan sistem informasi komunikasi, diseminasi, dan umpan balik

inovasi tanaman padi

b. Pengembangan diseminasi dan penjaringan umpan balik teknologi aneka kacang

dan ubi

c. Penyebarluasan dan alih teknologi inovasi produksi serealia

d. Pengembangan sumber daya informasi IPTEK, diseminasi dan jaringan umpan

balik tanaman pangan

Page 29: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 15

2.3. PERJANJIAN KINERJA

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang

efektif, transparan, akuntabel, dan berorientasi kepada hasil,

Puslitbang Tanaman Pangan terus berupaya meningkatkan

akuntabilitas kinerja menggunakan indikator kinerja yang

meliputi efisiensi masukan (input), kualitas perencanaan dan

pelaksanaan (proses), keluaran (output) baik primer (varietas,

produk, komponen teknologi, prototipe, rumusan standar dan

norma, alternatif kebijakan) maupun sekunder (publikasi dan

fasilitas penelitian yang terakreditasi).

Setelah Rencana Kinerja Tahunan (RKT) disetujui dengan

terbitnya DIPA 2011, selanjutnya disusun Penetapan Kinerja

Tahunan (PKT) yang merupakan ikhtisar rencana kerja

tahunan yang akan dicapai tahun 2011. Penetapan kinerja ini

merupakan wujud komitmen perjanjian kinerja sebagai tolok

ukur keberhasilan dan dasar evaluasi akuntabilitas kinerja

Puslitbang Tanaman Pangan pada akhir tahun anggaran.

Kegiatan Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2011

memperoleh anggaran yang telah direvisi sebesar

Rp.139.652.958.000 dengan indikator kinerja yang ditetapkan

melalui PKT 2011 yaitu:

1. Jumlah aksesi sumber daya genetik tanaman pangan

yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan sifat varietas:

1.255 aksesi.

2. Jumlah varietas unggul baru tanaman pangan : 11

varietas.

3. Jumlah teknologi budi daya, panen, dan pascapanen

primer tanman pangan: 17 teknologi.

4. Jumlah produksi benih sumber padi, serealia, aneka

kacang dan ubi : 120 ton

5. Rumusan kebijakan tanaman pangan : 8 rekomendasi

6. Terselenggaranya diseminasi teknologi tanaman pangan

berupa jumlah publikasi ilmiah 10 judul dan jumlah

pertemuan ilmiah 4 kali.

Uraian kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Puslitbang

Tanaman Pangan sebagai berikut:

1. Pengkayaan, pengelolaan, pemanfaatan, dan

pelestarian sumber daya genetik tanaman pangan

1.a. Peningkatan sumber genetik koleksi plasma nutfah

padi karakterisasi, verifikasi, dan rejuvinasi untuk

perbaikan sifat varietas padi.

Input kegiatan ini sebesar Rp. 345.000.000,-

(dilaksanakan oleh BB Padi) melibatkan 10 orang peneliti.

Target output kegiatan adalah : a) Tersedianya diversitas

genetik koleksi plasma nutfah padi 500 aksesi untuk

dimanfaatkan kegiatan pemuliaan tanaman, b) Benih

koleksi plasma nutfah dalam jumlah cukup dan berdaya

tumbuh baik serta terkarakterisasi, dan c) Informasi hasil

verifikasi varietas yang muncul dan berkembang di lapang

serta potensi pengembangannya lebih lanjut.

Page 30: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 16

1.b. Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah

tanaman aneka kacang dan ubi secara

konvensional, serta memanfaatkan teknologi DNA.

Input kegiatan ini sebesar Rp. 172.178.000,-

(dilaksanakan oleh Balitkabi) melibatkan 8 orang peneliti.

Target output kegiatan adalah: a) Dipertahankannya

identitas 300 aksesi plasma nutfah aneka kacang dan

diremajakannya 250-325 aksesi plasma nutfah aneka

tanaman ubi, b) Terkarakterisasinya sifat kimia dan

keunggulan ubi potensial untuk pangan fungsional, c)

Diperolehnya informasi toleransi aksesi aneka kacang dan

ubi terhadap cekaman lingkungan biotik dan abiotik serta

kontribusinya dalam program diversifikasi pangan dan

perbaikan varietas, dan d) Diperbaharuinya katalog

plasma nutfah aneka kacang dan ubi sebagai penunjang

sistem bioinformatika.

1.c. Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi

sumber daya genetik jagung genjah, sorgum

manis, gandum tropis, dan jawawut.

Input kegiatan ini sebesar Rp. 220.252.000,-

(dilaksanakan oleh Balitsereal) melibatkan 8 orang

peneliti.

Target output kegiatan ini adalah: a) Terkoleksinya

minimal 4 varietas jagung lokal, b) Diperbaharui minimal

50 aksesi jagung, sorgum, dan jawawut dengan daya

tumbuh rendah hasil observasi tahun sebelumnya dan

tersimpan di cool storage, c) Tersedianya informasi 25

aksesi jagung dan 25 aksesi jawawut sifat agronomisnya,

d) Tersedianya informasi ketahanan terhadap cekaman

biotik minimal 30 aksesi jagung untuk kumbang bubuk

dan 40-60 aksesi jagung untuk penyakit bulai, e)

Tersedianya informasi ketahanan cekaman abiotik minimal

25 aksesi jagung terhadap kekeringan, genangan, dan

pemupukan N rendah, dan f) Tersedianya benih inti

jagung komposit minimal 300 tongkol per varietas

(Lamuru, Bisma, Lagaligo, Srikandi Kuning-1, Srikandi

Putih-1, dan Sukmaraga), serta benih penjenis (BS) tetua

jagung hibrida varietas Bima minimal 10 kg per tetua (MR-

14, MR-4, B-11209, Nei-9008, G-180, G-193, dan N-150).

2. Penelitian pemuliaan dan perakitan varietas unggul baru

tanaman pangan.

2.a. Perakitan varietas unggul baru padi.

Input untuk kegiatan penelitian ini sebesar Rp.

7.221.000.000,- (dilaksanakan oleh BB Padi) melibatkan 91

orang peneliti.

Target output kegiatan ini adalah: a) Dilepasnya 4 varietas

unggul baru serta diperolehnya 1 paket informasi potensi

hasil, daya adaptasi galur-galur harapan padi gogo dan

padi rawa di berbagai lingkungan tumbuh, 2 calon varietas

unggul padi gogo, dan 2 varietas unggul padi rawa, b)

Diperolehnya 10 galur harapan padi sawah ultra genjah,

dan 5 galur padi ultra genjah untuk bahan evaluasi

Page 31: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 17

lanjutan, c) Diperolehnya 2 galur calon GMJ baru, 2 galur

calon galur pelestari, 10 galur calon galur pemulih

kesuburan, d) Diperolehnya 6 galur harapan hasil mutasi

siap UML dan 6 galur harapan hasil mutasi untuk evaluasi

UDHL, e) Diperolehnya 3 CVUB padi gogo unggul, 9 galur

padi gogo yang beradaptasi baik, produksi tinggi, tahan

blas dan sesuai selera petani, dan 5 galur padi gogo

berpenampilan baik di lahan kering dataran tinggi, f)

Diperolehnya 5 galur harapan padi/beras fungsional tahan

hama dan penyakit utama, g) Diperolehnya 35 galur mutan

padi sawah varietas lokal dataran tinggi dan galur generasi

menegah toleran suhu rendah; 5 galur harapan padi sawah

dataran tinggi yang memiliki umur genjah, dan h)

Diperolehnya 2 galur harapan padi toleran rendaman, 1

informasi adaptabilitas dan stabilitas hasil galur-galur yang

diuji pada berbagai kondisi lingkungan pengujian.

2.b. Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka

kacang dan ubi

Input kegiatan penelitian ini sebesar Rp. 1.793.109.000,-

(kegiatan dilaksanakan oleh Balitkabi) melibatkan 99 orang

peneliti.

Target output kegiatan ini adalah: a) Diperoleh data/

informasi adaftasi galur-galur harapan kedelai toleran lahan

masam, kekeringan dan naungan, serta kadar lengas

rendah, b) Mendapatkan 2-3 calon VUB kacang tanah

berumur genjah dan tahan hama penyakit, c) Mendapatkan

sejumlah klon ubikayu berdaya hasil dan berkadar pati

tinggi adaptif lahan kering masam, mendapatkan 2-3 calon

varietas VUB ubijalar yang memiliki potensi hasil tinggi,

kadar antosianin dan beta karotin tinggi yang cocok

digunakan sebagai bahan pangan fungsional dan bahan

baku industri, d) mendapatkan 1-2 GH calon VUB kacang

hijau toleran cekaman biotik, penyakit embun tepung dan

thrips, dan e) mendapatkan galur homozigot kedelai tropis

umur genjah, ukuran biji sedang dan potensi hasil tinggi.

2.c. Perakitan varietas unggul baru jagung dan serealia

lainnya

Input kegiatan penelitian ini sebesar Rp. 1.490.424.000,-

(kegiatan dilaksanakan oleh Balisereal) melibatkan 67

orang peneliti.

Target output kegiatan ini adalah: a) Dilepasnya minimal

satu calon VUB jagung hibrida berumur genjah, berpotensi

hasil tinggi dan toleran kekeringan, b) Tersedianya galur

dan populasi dasar untuk pembentukan varietas jagung

hibrida dan bersari bebas berumur super dan ultra genjah,

dilepasnya satu calon VUB gandum yang toleran terhadap

suhu tinggi dapat ditanam di dataran tinggi dan dataran

rendah, c) Diperoleh hibrida hibrida F1 sorgum manis

produksi etanol dan biomas tinggi, dan 2 calon VUB jagung

hibrida QPM biji kuning dan putih dengan kandungan lisin

dan triptofan tinggi.

Page 32: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 18

3. Perakitan teknologi budi daya, panen, dan pascapanen

primer tanaman pangan

3.a. Teknologi budi daya tanaman padi

Input penelitian ini sebesar Rp.4.120.000.000,-

(dilaksanakan oleh BB Padi) melibatkan 83 orang peneliti.

Target output kegiatan ini adalah : a) Diperolehnya 1

paket rekomendasi untuk pengendalian hama yang

menyerang tanaman padi di dalam dan sekitar kebun

Sukamandi, 1 informasi teknik pengendalian hama dengan

rekayasa ekologi, dan 1 paket informasi dosis VCD untuk

pengendalian tikus, b) Diperolehnya 1 paket informasi

sifat-sifat biologi virus padi yang berhasil diidentifikasi,

informasi varietas/galur padi yang tahan tungro dengan

bantuan marker, c) Diperolehnya 1 paket informasi cara

pengelolaan air dan populasi (sistem tanam) yang sesuai

untuk menghasilkan kanopi sehat, pertumbuhan dan hasil

yang tinggi untuk 3 tipe varietas padi (inbrida, hibrida,

dan PTB) dan 2 paket informasi status hara tanah dan

respon tanaman padi pada lahan sawah irigasi yang

menerima berbagai perlakuan pemupukan; 1 paket

informasi keseimbangan hara menurut waktu; dan 1 paket

hubungan antara input output (efisiensi) dalam kaitannya

dengan penggunaan pupuk; 1 paket saran pengelolaan

hara yang lebih baik berdasar gejala penurunan

produktivitas dan trend produksi dalam jangka panjang,

d) Diperolehnya 1 paket informasi komponen (senyawa)

penyusun flavor 20 varietas dan galur harapan padi

aromatik, 1 informasi sifat sensoris/organoleptik 20

varietas lokal/galur harapan serta 1 peta preferensi

konsumen beras berdasarkan kepulenan dan komposisi

aroma untuk menunjang perakitan varietas sesuai selera

konsumen, e) 1 paket teknologi budi daya peningkatan IP

Padi dalam satu tahun, serta teknologi peningkatan

Indeks Pertanaman dengan target >25 ton GKP/ha/tahun;

1 paket informasi stabilitas hama dan penyakit tanaman, 1

paket teknologi optimum bagi lahan rawa pasang surut

demi keberlanjutan usahatani dan peningkatan IP padi; 1

paket teknologi optimum bagi lahan terdampak salinitas,

dan f) Diperolehnya 1 peta pemanfaatan VUB padi di 3

propinsi sentra produksi padi, alasa petani menanam atau

tidak menanam UB padi, adopsi teknologi PTT, dan

deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi PTT.

3.b. Pengembangan teknik peringatan dini di

pesemaian dan tanaman umur muda, serta

pengendalian penyakit tungro untuk menekan

kehilangan hasil

Input penelitian ini Rp. 874.878.000,- (dilaksanakan oleh

Lolit Tungro) dan melibatkan 5 orang peneliti.

Target output penelitian ini yaitu: a) Diperoleh 100-200

galur generasi awal yang mempunyai gen ketahanan

terhadap virus tungro, b) Diperoleh 10-15 galur yang

mempunyai ketahanan terhadap berbagai sumber

inokulum di daerah spesifik endemik dan memperlihatkan

karakter fisiologi yang lebih baik, dan c) Diperoleh 5 – 10

Page 33: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 19

galur harapan tahan tungro yang memiliki produktivitas

lebih baik dari sejumlah varietas unggul yang saat ini

umum ditanam petani, informasi teknik konservasi yang

tepat untuk meningkatkan populasi musuh alami pada

awal pertumbuhan vegetatif tanaman, dan informasi

keragaman ketahanan lebih dini galur padi terhadap

penyakit tungro berdasarkan marka molekuler.

3.c. Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi

Input penelitian ini Rp. 488.590.000,- (dilaksanakan oleh

Balitkabi) dan melibatkan 16 orang peneliti.

Target output kegiatan ini yaitu: a) Mendapatkan satu

formula pupuk hayati bakteri pelarut P yang mampu

meningkatkan produktivitas tanaman, menghemat pupuk

kimia, menentukan produktivitas dan efisiensi peng-

gunaan inokulum rhizobium asal tanah masam dan pupuk

organik kaya hara pada pola tanam berbasis ubikayu di

lahan masam, b) Mendapatkan formulasi pestisida nabati

dan agens hayati sederhana yang efektif untuk

pengendalian hama dan penyakit aneka kacang, dan c)

Diperolehnya satu unit prototipe alat pengering kedelai

biji/benih dan satu unit alat tanam kedelai.

3.d. Teknologi budi daya tanaman serealia

Input penelitian ini sebesar Rp. 225.342.000,-

(dilaksanakan oleh BB Balitsereal) dan sumber daya yang

terlibat 36 orang peneliti.

Target output penelitian ini, yaitu: a) Terkarakterisasi

secara genetik koleksi plasma nutfah jagung, gandum dan

sorgum berbasis marka SSR dan SNP, b) Diketahui

ketahanan varietas/galur jagung terhadap Aspergillus

flavus, penyakit bulai dan resistensinya terhadap

metalaksil, dan pembiakan masal MO patogen terhadap

hama penggerek tongkol dan ulat grayak, c) Dihasikannya

komponen teknologi dasar dengan pendekatan PTT

jagung yang sinergis yang dapat mendukung penerapan

IP400, dan d) Dihasilkannya prototipe mesin perontok

benih gandum dan mesin sosoh gandum termodifikasi.

4. Perbenihan tanaman pangan sesuai SMM ISO 9001-

2008

4.a. Penyediaan benih sumber varietas unggul padi

Input kegiatan ini Rp. 1.191.000.000,- (dilaksanakan oleh

BB Padi dan Lolit Tungro) dan sumber daya yang terlibat

20 orang peneliti.

Target output kegiatan ini, yaitu: a) Benih inti sekitar 15-

20 varietas inbrida b) Benih sumber padi inbrida sebanyak

20 ton benih BS, 60 ton benih FS dan 17 ton benih SS.

Page 34: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 20

4.b. Penyediaan benih penjenis kedelai dan benih

sumber aneka kacang dan ubi

Input penelitian ini Rp. 1.277.730.000,- (dilaksanakan oleh

Balitkabi) dan melibatkan 28 orang peneliti.

Target output kegiatan ini, yaitu: a) benih inti kedelai 700

kg untuk 10 varietas (Grobogan, Burangrang, Detam-1,

Detam-2, Kaba, Tanggamus, Anjasmoro, Argomulyo, Ijen,

dan Wilis) kacang tanah; 700 kg untuk 8 varietas (Tuban,

Bima, Domba, Jerapah, Gajah, Kelinci, dan Bison) dan

kacang hijau; 350 kg untuk 8 varietas (Kutilang, Murai,

Betet, Perkutut, Sriti, Kenari, Vima-1, dan Walet), b) benih

penjenis 15.000 kg untuk 10 varietas (Grobogan,

Burangrang, Detam-1, Detam-2, Kaba, Tanggamus,

Anjasmoro, Argomulyo, Ijen, dan Wilis) kacang tanah;

9.000 kg untuk 8 varietas (Tuban, Bima, Domba, Jerapah,

Gajah, Kelinci, dan Bison) dan kacang hijau; 4.500 kg

untuk 8 varietas (Kutilang, Murai, Betet, Perkutut, Sriti,

Kenari, Vima-1, dan Walet).

4.c. Produksi benih sumber jagung

Input penelitian ini Rp. 1.093.622.000,- (dilaksanakan oleh

Balitsereal) dan melibatkan 26 orang peneliti.

Target output kegiatan ini, yaitu: a) Dihasilkan 3000 kg

benih BS jagung bersari bebas yang berkualitas varietas

Lamuru, Sukmaraga, Srikandi Kuning-1, Bisma, dan

Anoman-1 dengan penerapan sistem manajemen mutu, b)

Dihasilkan 10.000 kg benih BD jagung bersari bebas yang

berkualitas varietas Lamuru, Sukmaraga, Srikandi Kuning-

1, Bisma, dan Anoman-1 dengan penerapan sistem

manajemen mutu, c) Dihasilkan 25.000 kg benih F1

hibrida jagung varietas Bima-1 s/d Bima-11, dan d)

tersurvelensinya UPBS Balitsereal berbasis SMM ISO 9001-

2001 dalam produksi benih sumber jagung.

5. Analisis kebijakan pengembangan tanaman pangan

Input penelitian ini Rp. 791.000.000,- (dilaksanakan oleh

Puslitbangtan) dan melibatkan 15 orang peneliti.

Target output penelitian ini, yaitu: a) Analisis kebijakan

peningkatan daya saing dan nilai tambah tanaman pangan

menghadapi persaingan global, b) Analisis kebijakan

tingkat adopsi teknologi produksi padi sawah mengacu

produktivitas optimal dan keberlanjutan, c) Analisis

kebijakan kesiapan sistem perbenihan kedelai dalam

mendukung swasembada, d) Analisis kebijakan kesiapan

tindakan adaptasi usahatani tanaman pangan menghadapi

banjir dan kekeringan akibat perubahan iklim global, e)

Analisis kebijakan efektivitas bantuan benih dan bantuan

pupuk pada program SL-PTT, f) Analisis kebijakan

permasalahan implementasi PHT di lapangan, g) Analisis

kebijakan permasalahan sistem produksi benih jagung

komposit, dan h) Analisis pupuk dan pemupukan padi

sawah spesifik lokasi.

Page 35: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 21

6. Diseminasi teknologi tanaman pangan

6.a. Pengembangan sistem informasi komunikasi,

diseminasi dan umpan balik inovasi tanaman padi

Input penelitian ini Rp. 11.222.747.000,- (dilaksanakan

oleh BB Padi) dan melibatkan 56 orang peneliti.

Target output kegiatan ini, yaitu: a) Dilaksanakannya 1

kali kegiatan Temu Teknis dan Temu Bisnis, 1 kali kegiatan

Seminar Ilmiah Padi Nasional, 14 kali kegiatan diseminasi

dalam bentuk Ekpose, Gelar Teknologi, dan Open House,

b) Dilaksanakannya 18 kegiatan pendampingan SL-PTT,

penyediaan 415 ton benih VUB padi untuk seluruh lokasi

LL-PTT di Indonesia, 3 kali sertifikasi dan akreditasi, 3

paper kebijakan perpadian, dan 2 laporan workshop

konsorsium padi nasional.

6.b. Pengembangan diseminasi dan penjaringan umpan

balik teknologi aneka kacang dan ubi

Input penelitian ini Rp. 1.512.384.000,- (dilaksanakan oleh

Balitkabi) dan sumber daya yang terlibat 7 orang peneliti.

Target output kegiatan ini, yaitu: a) Pencetakan prosiding,

research highlight, buku pedoman PTT, teknik budi daya

leaflet, buletin, buku resep kabi, dan cetakan lainnya, b)

Menyelenggarakan visitor plot, sosialisasi, temu lapang,

open house, seminar, dan bentuk pertemuan lainnya, c)

Mengidentifikasi varietas yang sesuai keinginan petani dan

industri, dan d) Pendampingan SL-PTT dan atau kacang

tanah.

6.c. Penyebarluasan dan alih teknologi inovasi produksi

serealia

Input penelitian ini Rp. 1.272.643.000,- (dilaksanakan oleh

Balitsereal) dan melibatkan 45 orang peneliti.

Target output kegiatan ini, yaitu: a) Menyeberluaskan

informasi dan difahaminya teknologi inovatif produksi

serealia oleh pengguna, serta terjadi proses yang cepat

dalam penerapan teknologi inovatif tersebut, b)

Menyelenggarakan peragaan teknologi jagung komposit

dan hibrida produk litbang, pameran dan komunikasi tatap

muka, c) Menginformasikan hasil penelitian terbaru dalam

bentuk cetakan, dan d) Dilaksanakannya open house di

Balitsereal dengan berbagai kegiatan dalam rangka

penyebarluasan hasil teknologi penelitian.

6.d. Pengembangan sumber daya informasi IPTEK,

diseminasi dan jaringan umpan balik tanaman

pangan

Input penelitian ini Rp. 1.080.865.000,- (dilaksanakan oleh

Puslitbangtan) dan melibatkan 21 orang SDM.

Target output dari kegiatan ini adalah: a) Diterbitkannya

publikasi hasil penelitian tanaman pangan yang diperlukan

oleh pengguna, b) Tersedianya berbagai publikasi ilmiah,

populer dan semi populer hasil penelitian tanaman pangan,

dan c) Mengembangkan iptek hasil penelitian tanaman

pangan.

Page 36: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 22

III. AKUNTABILITAS KINERJA

Penelitian tanaman pangan telah memberikan sumbangan

nyata bagi keberhasilan program peningkatan produksi pangan

melalui penyediaan teknologi optimasi produktivitas dan stabilitas

hasil. Teknologi yang telah dihasilkan melalui penelitian meliputi

varietas unggul, efisiensi pemupukan, pengendalian OPT, efisiensi

pengairan, perbaikan teknologi pascapanen dan budi daya. Hasil-

hasil penelitian dituangkan dan disebarluaskan antara lain melalui

berbagai seminar, simposium, pertemuan ilmiah lain, dan melalui

ekspose indoor dan outdoor di berbagai even seperti Penas XIII,

serta menerbitkan sejumlah publikasi tercetak dalam bentuk jurnal,

prosiding, buletin, berita penelitian, laporan tahunan, brosur, dan

booklet. Tahun anggaran 2011 Puslitbang Tanaman Pangan telah

menetapkan 30 (tiga puluh) sasaran yang akan dicapai. Ke 30

sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan 83 (delapan puluh tiga)

indikator kinerja. Realisasi sampai akhir tahun 2011 menunjukkan

bahwa indikator sasaran seluruhnya telah dapat dicapai dengan

hasil baik.

A. PENGUKURAN KINERJA

Dalam rangka mengukur kinerja dan keberhasilan penelitian

dan pengembangan tanaman pangan secara umum dapat dilihat

pada tujuan, manfaat dan keluaran pogram penelitian dengan

menggunakan indikator tolok ukur kinerja, alat verifikasi, dan

asumsi/risiko yang tertuang dalam matriks kerangka logis.

Puslitbang Tanaman Pangan terus berupaya meningkatkan

akuntabilitas kinerja yang dilaksanakan dengan menggunakan

indikator kinerja yang meliputi efisiensi masukan (input), kualitas

perencanaan dan pelaksanaan (proses), keluaran (output) baik

primer (varietas, produk, komponen teknologi, prototipe, rumusan

standar dan norma, alternatif kebijakan) maupun sekunder

(publikasi dan fasilitas penelitian terakreditasi), manfaat yang

diperoleh sebagai rujukan standar nasional, swasta agribisnis

agroindustri, kerja sama kemitraan, rujukan kebijakan, serta

penyebaran teknologi dan pemanfaatan konsep kebijakan.

Pengukuran tingkat capaian kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

tahun 2011 dilakukan dengan cara membandingkan antara target

indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Rincian tingkat

capaian kinerja masing-masing indikator sasaran tersebut dapat

diilustrasikan dalam Tabel 3 berikut :

Page 37: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 23

Tabel 3. Matriks tingkat capaian kinerja tahun 2011.

No Sasaran Indikator Kinerja

Uraian Target Capaian %

1. Tersedianya informasi sumber daya genetik tanaman pangan.

Peningkatan sumber genetik koleksi plasma nutfah padi karakterisasi, verifikasi, dan rejuvinasi untuk perbaikan sifat varietas padi.

500 aksesi

1.363 aksesi

272,6

Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah tanaman aneka kacang dan ubi secara konvensional, serta memanfaatkan teknologi DNA.

200 aksesi

1.154 aksesi

577,0

Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi sumber daya genetik jagung genjah, sorgum manis, gandum tropis, dan jawawut

555 aksesi

1.030 aksesi

185,6

2. Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan.

Perakitan varietas unggul baru padi 4 VUB 17 VUB 425,0

Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka kacang dan ubi

4 VUB 5 VUB 125,0

Perakitan varietas unggul baru jagung dan serealia lainnya

3 VUB 7 VUB 233,3

3. Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan.

Teknologi budi daya tanaman padi dan

Pengembangan teknik peringatan dini

di pesemaian dan tanaman umur

muda, serta pengendalian penyakit

tungro untuk menekan kehilangan hasil

5 paket

5 paket

100,0

Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi

7 paket 8 paket 114,3

Teknologi budi daya tanaman serealia 5 paket 6 paket 120,0

Page 38: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 24

Tabel 3. (lanjutan)..............

No Sasaran Indikator Kinerja

Uraian Target Capaian %

4 Tersedianya benih sumber varietas unggul baru padi, jagung, kedelai untuk penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO 9001-2008.

Penyediaan benih sumber varietas unggul padi

20.000 kg (BS)

60.000 kg (FS)

17.000 kg (SS)

20.000 kg (BS)

60.000 kg (FS)

17.000 kg (SS)

100,0

100,0

100,0

Penyediaan benih penjenis kedelai dan benih sumber aneka kacang dan ubi

1.050 kg (NS)

10.000 kg (BS)

18.000 kg (FS)

2.182 kg (NS)

13.000 kg (BS)

21.500 kg (FS)

207,8

130,0

119,4

Produksi benih sumber jagung 3.000 kg (BS)

5.000 kg (FS)

5.340 kg (BS)

12.700 kg (FS)

178,0

254,0

5. Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman pangan

Analisis kebijakan tanaman pangan 8 Rekomendasi 8 Rekomendasi 100,0

6. Terselenggaranya diseminasi teknologi tanaman pangan

Pengembangan sistem informasi komunikasi, diseminasi dan umpan balik inovasi tanaman padi

Penyediaan benih SS

1 paket

420 ton

1 paket

420 ton

100,0

100,0

Pengembangan diseminasi dan penjaringan umpan balik teknologi aneka kacang dan ubi

1 paket 1 paket 100,0

Penyebarluasan dan alih teknologi inovasi produksi serealia

1 paket 1 paket 100,0

Pengembangan sumber daya informasi IPTEK, diseminasi, dan jaringan umpan balik tanaman pangan

1 paket 1 paket 100,0

Page 39: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 25

B. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2011 Pulitbang

Tanaman Pangan dapat dijelaskan sebagai berikut:

Sasaran 1 : Tersedianya informasi sumber daya genetik

tanaman pangan

Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian

indikator kinerja utama dengan target yang ditetapkan dalam PKT

yaitu tersedianya 1.255 aksesi sumber daya genetik tanaman

pangan untuk materi kegiatan perakitan calon varietas unggul baru.

Sasaran 1 tersebut telah dicapai melalui kegiatan

“Pengkayaan, pengelolaan, pemanfaatan, dan pelestarian

sumber daya genetik tanaman pangan”.

Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun

2011 telah tercapai dengan persentase rata-rata 345,1%. Target

yang disusun dalam PKT sebesar 1.255 aksesi sumber daya genetik

tanaman padi, aneka kacang dan ubi (kabi), serta serealia. Adapun

realisasi tingkat capaian telah diperoleh 3.547 aksesi (282,63%),

antara lain sumber daya genetik tanaman padi 1.363 aksesi, aneka

kacang dan ubi (kabi) 1.154 aksesi, dan serealia 1.030 aksesi.

Realisasi keuangan pada kegiatan ini sebesar Rp. 736.338.400,-

(99,85%).

Pencapaian indikator kinerja kegiatan untuk mencapai

sasaran dapat dilihat secara rinci pada formulir PKK.

Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator

kinerja disajikan sebagai berikut :

Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2011.

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Sumber daya genetik padi:

Terkarakterisasi sifat kegenjahan,

toleran kekeringan, salinitas, dan

rendaman

500

1.363

272,6

Sumber daya genetik kabi:

Terbarukan benih aneka kacang

dan ubi melalui konservasi/

rejuvenasi

200

1.154

577,0

Sumber daya genetik serealia:

Tersedia materi genetik plasma

nutfah tanaman jagung dan

serealia lainnya

555

1.030

185,6

Sebagai perbandingan jumlah koleksi sumber daya genetik

tanaman pangan tahun 2011 lebih sedikit daripada 2010 (lihat

Tabel), karena sebagian benih yang ditanam tidak tumbuh. Namun,

realisasinya tetap melebihi dari target IKU tahun 2010 dan 2011

masing-masing 800 aksesi.

Perbandingan capaian kinerja tahun 2010 dan 2011.

Indikator Kinerja 2010 2011

Sumber daya genetik padi: Terkarakterisasi sifat kegenjahan, toleran kekeringan, salinitas, dan rendaman

1.910

1.363

Terbarukan benih aneka kacang dan ubi melalui konservasi/rejuvenasi

2.308

1.154

Tersedia materi sumber daya genetik tanaman jagung dan serealia lainnya

475

1.052

Page 40: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 26

Keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari

masing-masing subkegiatan diuraikan sebagai berikut:

Padi

Kegiatan pengelolaan sumber daya genetik padi dilakukan

melalui korespondensi dengan instansi pemerintah dan non-

pemerintah lingkup dalam negeri, INGER, dan karakterisasi koleksi

sumber daya genetik BB Padi. Dari kegiatan tersebut, diperoleh

1.363 aksesi baru dari lingkup dalam negeri, 8 kali importasi, dan 3

kali eksportasi materi genetik. Hasil karakterisasi sumber daya

genetik diperoleh hasil bahwa terdapat variasi pada karakter-

karakter yang diamati. Namun sebagian besar menunjukkan

karakter warna kaki hijau, warna leher daun hijau muda,

permukaan daun sedang, warna lidah daun putih, bentuk lidah

daun cleft, dan warna telinga daun putih.

Aneka Kacang dan Ubi

Jumlah aksesi yang dicapai merupakan hasil dari konservasi

sumber daya genetik tanaman kacang dan ubi yang meliputi 150

aksesi kedelai, 150 aksesi kacang tanah, 150 aksesi kacang hijau,

162 ubijalar, 250 ubi kayu dan kacang potensial (75 asesi kacang

tunggak, 4 aksesi kacang koro, 4 aksesi kecipir dan 4 aksesi

kacang beras), dan 201 aksesi ubi potensial (50 aksesi kimpul, 50

aksesi tales, 21 aksesi suweg, 64 aksesi Dioscorea, 8 aksesi

ganyong, dan 8 aksesi garut).

Serealia

Telah terkoleksi dan teridentifikasi sekitar 1.030 aksesi

sumber daya genetik tanaman serealia yaitu: 4 aksesi jagung lokal,

612 aksesi jagung, 114 aksesi sorgum, 90 aksesi jawawut, 51

aksesi tambahan informasi jagung, 13 aksesi jawawut, yang terdiri

atas 644 aksesi jagung, 191 aksesi sorgum, 2 aksesi hermada, 101

varietas gandum, 106 aksesi jawawut, dan 5 aksesi jali.

Outcome dari kegiatan ini adalah tersedianya dan telah

dimanfaatkannya informasi karakteristik sumber daya genetik untuk

bahan tetua perakitan calon varietas unggul baru padi, kabi,

serealia yang memiliki sifat keunggulan sesuai dengan keinginan

konsumen dan keunggulan lainnya. Di antaranya, telah dilepasnya

29 varietas unggul baru tanaman pangan tahun 2011 yang telah

memanfaatkan koleksi sumber daya genetik dan sifat-sifat yang

dimilikinya.

Pengelolaan sumber daya genetik tanaman pangan

melibatkan pula lembaga riset internasional seperti IRRI Filipina

maupun CIMMYT di Mexico, serta beberapa lembaga riset lainnya.

Sasaran 2 : Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan

Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian

indikator kinerja utama dengan target yang ditetapkan dalam PKT

yaitu 11 varietas unggul baru yang dilepas tahun 2011.

Sasaran 2 tersebut telah dicapai melalui kegiatan “Penelitian

pemuliaan dan perakitan varietas unggul baru tanaman

pangan”.

Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun

2011 telah tercapai dengan persentase rata-rata 261%. Target

yang disusun dalam PKT yaitu 11 varietas unggul baru (VUB) yang

dilepas. Adapun realisasi tingkat capaian telah dilepas 29 varietas

unggul baru padi dan palawija antara lain 17 VUB padi, 7 VUB

Page 41: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 27

jagung, dan 5 VUB aneka kabi. Realisasi keuangan pada kegiatan

ini sebesar Rp. 10.463.238.350 (99,61%).

Pencapaian indikator kinerja kegiatan untuk mencapai

sasaran dapat dilihat secara detail pada formulir PKK.

Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator

kinerja disajikan sebagai berikut :

Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2011

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Varietas unggul baru padi 4 VUB 17 425,0

Varietas unggul baru aneka kacang

dan ubi

4 VUB 5 125,0

Varietas unggul baru serealia 3 VUB 7 233,3

Sebagai perbandingan varietas yang dilepas tahun 2011

lebih banyak daripada tahun 2010 seperti disajikan pada tabel di

bawah ini. Hal ini karena adanya kegiatan konsorsium yang telah

dilaksanakan dengan mengoptimalkan sumber daya penelitian baik

yang ada di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan, perguruan tinggi,

maupun lembaga riset lainnya di Indonesia.

Perbandingan capaian kinerja tahun 2010 dan 2011.

Indikator Kinerja 2010 2011

Varietas unggul baru padi 10 VUB 17 VUB

Varietas unggul baru aneka kacang dan

ubi

- 5 VUB

Varietas unggul baru serealia 5 VUB 7 VUB

Keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari

masing-masing subkegiatan diuraikan sebagai berikut:

Padi.

Selama tahun 2011 telah dilepas sebanyak 17 VUB padi hibrida,

inbrida, dan padi gogo, antara lain:

Varietas unggul baru padi sawah inbrida sebanyak 8 VUB

yang dilepas dengan nama varietas INPARI 14 Pakuan,

INPARI 15 Parahyangan, INPARI 16 Pasundan, INPARI 17,

INPARI 18, INPARI 19, INPARI 20, dan INPARI Sidenuk.

Varietas unggul baru padi sawah hibrida sebanyak 6 VUB

yang dilepas dengan nama varietas HIPA Jatim 1, HIPA

Jatim 2, HIPA Jatim 3, HIPA 12 SBU, HIPA 13, dan HIPA 14

SBU.

Varietas unggul baru padi gogo sebanyak 3 VUB yang

dilepas dengan nama INPAGO 8, INPAGO Unsoed 1,

INPAGO Unram 1.

Varietas yang telah dilepas telah disebarluaskan kepada

pengguna melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian yang

tersebar di 33 propinsi di Indonesia.

Keunggulan masing-masing varietas unggul baru padi yang

dilepas tahun 2011 disajikan secara rinci pada Tabel 4.

Page 42: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 28

Tabel 4. Varietas unggul baru padi yang dilepas tahun 2011.

Nama Umur (hari)

Potensi hasil (t/ha)

Keterangan

Inpari 14 Pakuan 113 8,2 Agak tahan HDB III,IV, Blas, mutu lebih baik dari Ciherang, Pulen

Inpari 15 Parahyangan 117 7,5 Agak tahan HDB III,IV, Blas, mutu lebih baik dari Ciherang, Pulen

Inpari 16 Pasundan 118 7,6 Tahan HDB,agak tahan blas, mutu lebih baik dari Ciherang, Pulen

Inpari 17 111 7,9 Agak tahan WBC 1,2, tahan HDB III,IV,VIII, dan agak tahan blas, Pulen

Inpari 18 102 9,5 Tahan WBC 1,2 agak tahan HDB

Inpari 19 104 9,5 Tahan WBC 1,2 agak tahan WBC 3, tahan HDB III, Pulen

Inpari 20 102 8,8 Agak Tahan WBC 2,Tahan HDB III, agak than blas

Inpari Sidenuk 114 7,58 Agak tahan HDB III, Agak than blas,Pulen

Inpago 8 119 8,1 Tahan blas, toleran kekeringan, agak toleran Al,Pulen

Inpago Unsoed 1 110 7,2 Agak tahan WBC1, toleran Fe, Agak toleran kekeringan, Pulen, Aromatik

Inpago Unram 1 108 7,6 Tahan Blas, agak toleran Al dan Fe,Pulen, merah

Hipa Jatim 1 119 10,0 Agak rentan WBC 1,2, Pulen

Hipa Jatim 2 116 10,9 Agak rentan WBC 3, Agak tahan HDBIII, Pulen

Hipa Jatim 3 117 10,7 Agak tahan HDBIII, Pulen

Hipa 12 SBU 105 10,5 Agak tahan WBC 3, agak tahan HDB III, Pulen

Hipa 13 105 10,5 Agak tahan WBC2,agak tahan HDBIII, Pulen.

Hipa 14 SBU 112 12,1 Agak tahan WBC2,agak tahan HDBIII, Pulen.

Page 43: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 29

Gambar 2. Keragaan di lapang VUB padi Inpari 14

Gambar 3. Keragaan di lapang VUB padi Inpago 8

Gambar 4. Keragaan di lapang VUB padi Inpari 17

Gambar 5. Keragaan di lapang VUB padi Inpari 19

Page 44: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 30

Kedelai

Kedelai unggul baru varietas GEMA. Hasil uji adaptasi sejumlah

galur harapan di 16 sentra produksi kedelai di Indonesia,

varietas GEMA memiliki potensi hasil 3,06 t/ha. Di samping itu,

varietas ini berumur genjah (73 hari), ukuran bijinya 11,90

g/100 biji, kandungan protein 39% lebih tinggi daripada kedelai

impor hanya 37%. Varietas GEMA prospektif dikembangkan

pada daerah bercurah hujan terbatas atau dibudidayakan pada

MK2.

Gambar 6. Keragaan di lapang kedelai varietas GEMA

berumur genjah dan produksi tinggi 3,06 t/ha.

Ubijalar

Dua klon harapan dengan kandungan antosianin tinggi yaitu

MSU 01022-12 dan MSU 01016-19 telah disetujui untuk dilepas

oleh TP2V Tanaman Pangan dengan nama varietas Antin 1 dan

Antin 2. Varietas Antin 1 memiliki potensi hasil 33,2 t/ha,

toleran kekeringan, mengandung zat antosianin 33,89 mg/100

g dan distribusi warna ungunya sangat menarik, cocok untuk

dibuat keripik. Sedangkan varietas Antin 2 memiliki potensi hasil

27,3 t/ha dan kandungan antosianin tinggi (156 mg/100g

umbi).

Gambar 7. Antin2 ubijalar kaya anthosianin

Page 45: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 31

Kacang tanah

Varietas unggul baru kacang tanah yang diusulkan untuk

dilepas dengan nama Hypoma 1 dan Hypoma 2, saat ini

sedang menunggu terbitnya SK Menteri Pertanian. Hypoma 1

adaptif di lingkungan optimal, dengan potensi hasil 3,70 t/ha

polong kering. Varietas tersebut cukup tahan terhadap penyakit

bercak dan karat daun sekaligus agak tahan terhadap penyakit

layu bakteri. Varietas Hypoma 2 mempunyai daya adaptasi

umum yang baik terutama di lingkungan dengan musim hujan

yang terbatas yang sering menyebabkan tanaman mengalami

cekaman kekeringan pada fase generatif. Potensi hasil varietas

Hypoma 2 mencapai 3,50 t/ha polong kering, toleran

kekeringan, serta agak tahan terhadap penyakit bercak dan

karat daun.

Gambar 8. Polong dan biji kacang tanah varietas Hypoma 1

Gambar 9. Polong dan biji kacang tanah varietas Hypoma 2

Jagung

Selama tahun 2011 telah dilepas sebanyak 7 VUB jagung

hibrida dan komposit, antara lain: a) Varietas unggul jagung

hibrida yang dilepas dengan nama varietas BIMA 12 Q, BIMA

13Q, BIMA 14 Batara, BIMA 15 Sayang, dan BIMA 16, dan b)

Varietas unggul baru jagung komposit (bersari bebas) yang

dilepas dengan nama varietas PROVIT A1 dan PROVIT A2.

Deskripsi varietas unggul baru jagung yang telah dilepas

diuraikan pada halaman berikutnya.

Page 46: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 32

Gambar 10. Keragaan di lapang jagung Bima 15 Sayang

Gambar 11. Keragaan di lapang jagung Bima 14 Batara

Gambar 12. Keragaan jagung Bima 13Q potensi hasil 9,8 t/ha

Gambar 13. Keragaan jagung Bima 16

Page 47: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 33

Jagung hibrida varietas Bima 12Q memiliki potensi hasilnya

9,3 t/ha, berumur 98 hst, memiliki kandungan asam amino

lisin dan triptofan tinggi, stay green yaitu warna batang dan

daun di atas tongkol masih hijau, saat biji sudah masak/

waktu untuk panen. Sedangkan jagung hibrida varietas

Bima 13Q toleran bercak daun, agak toleran busuk pelepah

dan rentan hama gudang, potensi hasilnya 9,3 t/ha,

berumur ± 103 hst, memiliki kandungan asam amino lisin

dan triptofan tinggi. Jagung hibrida varietas Bima 14

BATARA potensi hasilnya 12,9 t/ha, berumur ± 95 hst, juga

stay green sehingga sangat baik diintegrasikan dengan

usaha ternak. Jagung hibrida varietas Bima 15 SAYANG

potensi hasilnya 13,2 t/ha, berumur ± 100 hst, juga stay

green. Varietas jagung hibrida Bima 16 potensi hasil 12,4

t/ha, beradaptasi spesifik pada lingkungan yang suboptimal.

Varietas jagung hibrida Bima 16 ini tergolong tahan

terhadap penyakit bulai dan hawar daun.

Program fortifikasi jagung kerja sama Badan Litbang

Pertanian dengan CIMMYT menghasilkan 2 varietas jagung

komposit yang diperkaya vitamin A. Jagung varietas Provit

A-1 kandungan vitamin A (beta karotin tinggi 0,081 ppm),

kandungan protein lebih tinggi dibanding jagung biasa,

potensi hasil 7,4 t/ha, umur 96 hst. Sedangkan varietas

Provit A-2 mempunyai kandungan vitamin A (beta karotin

0,144 ppm), kandungan protein 8,64%, potensi hasil 8,8

t/ha, dan umur 98 hst. Jagung ini sangat sesuai untuk

mengatasi permasalahan gizi buruk di masyarakat.

Sasaran 3 : Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan

pascapanen primer tanaman pangan

Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian

indikator kinerja utama dengan target yang telah ditetapkan dalam

PKT 2011, yaitu dihasilkannya 17 teknologi budi daya, panen, dan

pascapanen primer tanaman pangan dalam rangka mendukung

upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan.

Sasaran 3 tersebut telah dicapai melalui kegiatan “Perakitan

teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer

tanaman pangan.”

Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun

2011 telah tercapai seluruhnya dengan rata-rata 111,4%. Target

yang disusun dalam PKT yaitu dihasilkannya 17 teknologi budi daya

tanaman pangan. Adapun realisasi tingkat capaian yaitu telah

dihasilkannya 19 teknologi tanaman pangan seperti cara budi daya,

pemupukan, pestisida hayati, dan penggunaan biologi molekuler.

Sedangkan realisasi keuangan sebesar Rp. 5.609.650.938,-

(98,26%). Pencapaian indikator kinerja kegiatan untuk mencapai

sasaran dapat dilihat secara rinci pada formulir PKK. Sedangkan

uraian tingkat capaian kinerja disajikan pada tabel berikut ini.

Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2011.

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Teknologi budi daya padi 5 5 100,0

Teknologi budi daya aneka kacang dan ubi

7 8 114,3

Teknologi budi daya tanaman serealia

5 6 120,0

Page 48: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 34

Sebagai perbandingan teknologi yang dihasilkan tahun 2011

sebanyak 19 paket lebih tinggi daripada tahun 2010 (10 paket). Hal

ini bergantung pada sifat teknologi dan waktu penelitiannya yang

memerlukan waktu pengujian dan pemantapan teknologi sehingga

kadangkala memerlukan waktu lebih dari satu tahun anggaran.

Perbandingan capaian kinerja tahun 2010 dan 2011.

Indikator Kinerja 2010 2011

Teknologi budi daya padi 4 5

Teknologi budi daya aneka kacang dan ubi 2 8

Teknologi budi daya tanaman serealia 4 6

Keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari

masing-masing subkegiatan diuraikan sebagai berikut:

1. Kesesuaian Varietas Tahan di Daerah Endemis

Penyakit Tungro

Tungro disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh wereng

hijau. Varietas tahan tungro dapat digolongkan menjadi

varietas tahan wereng hijau dan tahan virus tungro. Varietas

tahan virus digolongkan sebagai berikut: 1) Golongan V1

tetua Utri Merah: Tukad Petanu, Inpari 7 Lanrang, 2)

Golongan V2 tetua tahan TKM6: Tukad Balian, Kalimas, 3)

Golongan V3 tetua TKM6 + Gampai: Bondoyudo, Inpari 8,

Inpari 9 Elo, 4) Golongan V4 tetua tahan Balimau Putih:

Tukad Unda. Varietas tahan wereng hijau digolongkan

sebagai berikut: 1) Golongan T1 gen tahan tetua Glh1: IR

20, 30, 26, 46, Citarum, Serayu, 2) Golongan T2 gen tahan

tetua Glh6: IR 32, 38, IR 36, 47, Semeru, Asahan, Ciliwung,

K. Aceh, Bengawan Solo, 3) Golongan T3 gan tahan tetua

Glh3: IR 50, 48, 54, 52, 64, dan 4) Golongan T4 gen tetua

tahan glh 4: IR 66, 70, 72, 68, Klara, Barumun.

Kemampuan wereng hijau menularkan virus bervariasi, begitu

pula virulensi virus tungro, sehingga perlu dilakukan uji

kesesuaian varietas terhadap populasi wereng hijau dan virus

tungro dari berbagai daerah endemis tungro. Sampai 2011,

pengujian kesesuaian varietas telah dilakukan di 15 provinsi

daerah endemis tungro dengan uji efisiensi penularan virus

oleh wereng hijau pada varietas tahan wereng hijau dan uji

virulensi inokulum tungro terhadap varietas tahan tungro.

Varietas tahan wereng hijau Golongan T1 agak tahan di

Provinsi Jabar, Sulsel, Jatim, Lampung, Sulbar, Sulteng.

Golongan T2 agak tahan di Provinsi Yogyakarta, Jatim,

Papua. Golongan T3 telah peka di semua provinsi. Golongan

T4 agak tahan di Banten, Sulbar, Jabar, Jateng, Sulsel dan

tahan di Provinsi Jatim, Lampung, Sulteng, Papua, Sultra,

Sulut, Yogyakarta, Kalsel.

Varietas tahan virus Golongan V1 agak tahan di Provinsi

Sultra dan tahan di Provinsi Yogyakarta, Banten, Kalsel,

Jatim, Lampung, Sulbar, Sulteng, Papua, Jateng, Bali, NTB,

Jabar, Sulsel. Golongan V2 agak tahan di Provinsi Jabar,

Sulsel, Sultra, Yogyakarta, dan tahan di Provinsi Jatim,

Lampung, Sulbar, Sulteng, Papua, Jateng, NTB. Golongan V3

agak tahan di Provinsi Bali, NTB, Jabar, Sultra, Sulut, Kalsel

dan tahan di Provinsi Sulut, Jatim, Lampung, Sulbar, Sulteng,

Papua, Sulsel. Golongan V4 agak tahan di Provinsi Sultra,

Kalsel, dan tahan di Provinsi Sulut, Jatim, Lampung, Sulbar,

Sulteng, Papua, Jateng, Bali, NTB, Jabar, Sulsel.

Page 49: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 35

2. Pemetaan Patotipe Penyakit Hawar Daun Bakteri

Penelitian ini untuk mengetahui penyebaran dan komposisi

kelompok patotipe bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae

(Xoo) penyebab penyakit hawar daun bakteri (HDB) di daerah

sentra produksi padi di Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara.

Daun padi bergejala HDB dikoleksi dan disolasi untuk

memperoleh isolat bakteri Xoo dengan metode pencucian.

Pengujian patotipe dilaksanakan dengan menginokulasikan

isolat Xoo pada 5 varietas diferensial yang telah diketahui gen

ketahanannya terhadap bakteri Xoo. Pengujian dilakukan di

screen field KP Sukamandi pada MT 2011. Pengamatan

keparahan penyakit dilakukan dengan mengukur gejala

penyakit yang muncul pada 2 minggu setelah inokulasi.

Keparahan < 11% digolongkan tahan (R) dan >11% tergolong

peka (S). Pengelompokan patotipe Xoo didasarkan tingkat

virulensinya terhadap varietas diferensial. Hasil koleksi daun

sakit HDB di Sulawesi Selatan yang dilakukan di Kabupaten

Maros, Bone, Sopeng, Wajo, Sidrap, Barru, Pangkep, Pinrang,

Luwu, dan Palopo diperoleh sebanyak 210 sampel daun sakit

HDB. Hasil isolasi bakteri dari 210 sampel diperoleh 176 isolat

bakteri Xoo. Hasil pengujian patotipe terhadap 176 isolat

bakteri Xoo tersebut ditemukan 3 jenis patotipe Xoo yaitu

patotipe III, IV dan VIII yang terdiri dari 102 isolat bakteri Xoo

(58%) patotipe III, 41 (23%) isolat Xoo patotipe IV dan 33

isolat (19%) patotipe VIII. Koleksi daun sakit HDB di wilayah

propinsi Sumatera Utara dilakukan di 10 kabupaten yaitu Deli

Serdang, Binjai, Langkat, Serdang Bedagi, Simalungun,

Batubara, Asahan, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Toba

Samosir. Hasil koleksi diperoleh sebanyak 255 sampel daun

sakit HDB dan hasil isolasi bakteri Xoo sementara dari 255

sampel diperoleh 188 isolat bakteri Xoo. Hasil identifikasi

patotipe dari 188 isolat bakteri Xoo tersebut diperoleh 3

kelompok patotipe Xoo yaitu kelompok patotipe III, IV dan VIII

dengan komposisi 61 isolat (32%) patotipe III, 110 isolat

(59%) patotipe IV dan 17 isolat (9%) patotipe VIII. Dengan

dasar kesesuaian ini pengendalian penyakit HDB dengan

varietas tahan akan lebih efektif dan efisien. Penggunaan

varietas tahan merupakan cara pengendalian yang sampai saat

ini dianggap paling efektif dan ramah lingkungan.

3. Karakterisasi Sifat Fisik, Fisikokimia, Gizi dan Indeks

Glikemik Beras Beberapa Varietas/Galur Harapan Padi

Sejumlah varietas dan galur padi sebagai bahan penelitian

diperoleh langsung dari petani di Sumatera Utara, Sumatera

Selatan, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, dan Jawa Timur,

serta koleksi galur harapan padi penelitian Kelti Pemuliaan,

Plasma Nutfah dan Perbenihan BB Padi, terdiri dari 22 varietas

dan 10 galur harapan. Sampel GKG diproses menjadi beras

giling. Selanjutnya beras giling diamati karakter fisik meliputi:

rendemen beras giling, persentase beras kepala, beras patah,

ukuran dan bentuk, chalkiness serta translusensi beras.

Pengamatan sifat fisikokimia dan gizi beras, meliputi kadar

amilosa, sifat konsistensi gel, suhu gelatinisasi, serta kadar

protein. Identifikasi nilai indeks glikemik dilakukan hanya untuk

lima varietas. Pengamatan karakter fisik dan fisikokimia beras

dilakukan dengan metode IRRI, penentuan indeks glikemik

dengan metode FAO.

Page 50: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 36

Hasil penelitian menunjukkan, seluruh varietas dan galur padi

yang diuji memiliki rendemen beras giling relatif tinggi (62,4-

71,5%), dengan beras kepala >70%, memiliki ukuran panjang

butiran sedang (medium grain) (5,51-6,60 mm) sampai dengan

panjang (long grain) (6,61-7,50 mm), serta memiliki bentuk

beras medium (rasio P/L 2,1-3,0) dan ramping (slender) (rasio

P/L >3,0). Hampir semua varietas dan galur memiliki tingkat

kebeningan beras yang baik dengan nilai pengukuran >1,3%,

serta memiliki karakter chalkiness rendah/ kecil (0-10%).

Tingkat kepulenan nasi seluruh varietas dan galur padi yang

diuji termasuk klasifikasi sedang sampai tinggi dengan kadar

amilosa 20,7-24,9%, serta memiliki tekstur nasi yang beragam

dari keras sampai lunak, suhu gel rendah sampai tinggi (skor

1-7) serta kadar protein beras dengan kisaran 7,3-9,6%.

Karakter fisik, kimia, dan gizi beras galur-galur padi yang diuji

secara deskriptif memiliki kesesuaian karakter dengan varietas

pembandingnya. Nilai indeks glikemik beras varietas Hipa 7,

Inpari 12, Inpari 13 termasuk dalam klasifikasi indeks glikemik

rendah, sedangkan varietas Hipa 6 dan Inpara 5 termasuk

indeks glikemik sedang. Beras dengan nilai indeks glikemik

rendah disarankan untuk dikonsumsi penderita diabetes.

4. Identifikasi Tingkat Adopsi Varietas Unggul Baru,

Teknologi PTT dan Pengembangan Padi

Penelitian ini dilaksanakan di Kalimantan Barat, Kalimantan

Timur, dan Nanggroe Aceh Darusalam. Hasil survei di Kalbar

menunjukkan bahwa Ciherang masih ditanam hampir 50%

petani responden. VUB lain yang cukup teradopsi adalah

Inpara 1 dan 3 yang ditanam hampir 20% petani responden,

yang sesuai dengan kondisi lahan berupa rawa gambut. Di

Kaltim, proporsi Ciherang lebih kecil, berkisar 25%, disusul IR

64 (16%). VUB lain cukup bervariasi, dan yang paling

menonjol adalah Cibogo, Mekongga, Cigeulis, dan Inpari 13

dengan proporsi 10%. NAD mengalami program rehabilitasi

pasca-tsunami, sehingga pilihan benih belum bervariasi. Benih

program adalah Ciherang yang telah ditanam selama tiga

tahun terakhir, dengan proporsi 70%. Beberapa VUB yang

sedang dalam tahap perkenalan adalah Inpari. Hibrida masuk

lewat BLBU dan promosi dan perusahaan. Beberapa varietas

lokal masih ditanam petani yang lokasinya di pegunungan.

Untuk penerapan teknologi PTT, menyesuaikan kondisi lahan,

adat istiadat dan kebiasaan lokal. Komponen yang sudah

diterapkan adalah VUB bersertifikat, perlakuan benih dan bibit

muda (1-3 bibit), dan panen menggunakan thresher. Adapun

komponen yang belum dapat diterapkan adalah BWD, PHT,

dan pengendalian gulma dengan gasrok. Di Kalbar 80%

responden telah menanam VUB yang dilepas dalam kurun

waktu sepuluh tahun terakhir, dan 71% menggunakan benih

yang bersertifikat. Petani responden di Kaltim hanya 61% yang

menanam VUB dan 37% di antaranya benih bersertifikat. Di

NAD, 95% petani responden menanam VUB dan 60% di

antaranya menggunakan benih bersertifikat.

Masalah yang dihadapi petani dalam penerapan PTT adalah

keterbatasan tenaga kerja yang tidak berimbang dengan luas

lahan yang diolah, ketersediaan benih yang tidak tepat waktu

dan kurangnya penyuluh. Namun secara umum VUB telah

diterima oleh petani.

Page 51: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 37

5. Pengembangan Teknik Peringatan Dini di Pesemaian

dan Tanaman Umur Muda, serta Pengendalian Penyakit

Tungro untuk Menekan Kehilangan Hasil

Selama tahun 2011 telah dihasilkan 111 galur padi yang

tahan tungro serta 14 galur tahan terhadap berbagai sumber

inokulum tungro, 6 galur hasil UDHP yang memperlihatkan

ketahanan terhadap penyakit tungro dan memperlihatkan

produktivitas tinggi yang siap diuji multilokasi untuk diusulkan

sebagai calon varietas tahan tungro dengan potensi hasil

tinggi, didukung 2 paket teknologi dan ketersediaan benih

sebanyak 17 ton. Produksi yang dihasilkan sangat membantu

tidak hanya mempertahankan ketahanan pangan nasional,

tetapi juga mendukung industri agro, yang pada gilirannya

mampu memberi nilai tambah komoditas tanaman pangan.

6. VIR-GRA,WP Bioinsektisida Pengendali Hama Daun dan

Penggerek Polong Kedelai

VIR-GRA merupakan biopestisida berbahan aktif isolat JTM 97

C yang berasal dari agens hayati Spodoptera litura Nuclear

Polyhedrosis Virus (SlNPV), virus ini berasal dari ulat grayak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa SlNPV potensial untuk

mengendalikan ulat grayak. SlNPV sebagai salah satu agens

hayati yang efektif yang dapat diformulasikan dan diproduksi

secara in vivo (dengan menginfeksi ulat grayak) maka SlNPV

layak dikembangkan sebagai bioinsektisida. Salah satu isolat

SlNPV yang ditemukan dari Kabupaten Banyuwangi (SlNPV-

JTM 97C) memiliki potensi yang tinggi sebagai biopestisida

untuk mengendalikan ulat grayak pada tanaman kedelai.

Dengan takaran 1,5 x 1011 PIBs/ha atau setara 500 g/ha

kematian S. litura setelah aplikasi SlNPV-JTM 97C mencapai

80-100%. Virus pada umumnya bersifat spesifik, pada tingkat

genus saja, namun strain JTM 97C selain dapat mematikan ulat

grayak juga dapat mematikan ulat hama penggulung daun,

ulat jengkal, penggerek polong perusak polong kedelai, dan

Maruca testulalis Geyer perusak polong pada kacang hijau. Ini

membuktikan bahwa SlNPV JTM 97C mampu membunuh

serangga sampai ke tingkat ordo Lepidoptera. Keuntungan

SlNPV sebagai bioinsektisida untuk ulat grayak adalah: a)

Bersifat spesifik dan selektif terhadap hama sasaran dan tidak

berbahaya bagi manusia, hewan, dan aman bagi musuh alami,

b) Persisten di alam tidak menimbulkan residu beracun, c)

Efektif terhadap inang yang sudah resisten terhadap insektisida

kimia, dan d) Kompatibel dengan teknik pengendalian lain.

Gambar 14. SlNPV yang telah dikemas dalam botol dan

plastik

Page 52: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 38

7. BIO-LEC: Biopestisida Efektif untuk Pengendalian

Hama Utama Kedelai yang Ramah Lingkungan

Bio-Lec, merupakan biopestisida yang terformulasi kedalam

bentuk tepung (powder), mengandung bahan aktif konidia

cendawan entomopatogen Lecanicillium lecanii (Zare &

Gams). Produk Bio-Lec mampu membunuh berbagai jenis

hama utama kedelai terutama pengisap polong (kepik coklat)

Riptortus linearis. Kelebihan produk Bio-Lec ini adalah mampu

membunuh semua stadia kepik coklat, mulai telur, nimfa

maupun imago. Efikasi Bio-Lec terhadap stadia telur kepik

coklat karena mampu menggagalkan penetasan telur

(ovicidal) hingga mencapai 80%. Produk Bio-Lec (Gambar 13)

juga toksik terhadap seluruh stadia nimfa maupun imago

kepik coklat (Gambar 2 & 3). Bio-Lec menghasilkan toksin

yaitu dipicolinic acid, hydroxycarboxylic acid, bassionalide,

beauvericin, maupun cyclosporin.

Produk Bio-Lec juga efektif untuk mengendalikan kutu kebul

(Bemisia tabaci) yang menjadi hama sangat penting pada

kedelai selama lima tahun terakhir. B. tabaci merupakan

vektor berbagai macam virus cowpea motle mozaic virus

(CMMV). Aplikasi insektisida kimia sering terjadinya resistensi,

resurjensi dan terbunuhnya serangga berguna sebagai

pemangsa terhadap B. tabaci baik pada stadia telur, nimfa

maupun imago. Selain itu, bahan aktif dari senyawa

insektisida dapat memicu hormon reproduksi serangga lebih

aktif sehingga serangga dapat memproduksi jumlah telur

lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat. Produk Bio-Lec

yang mengandung kumpulan konidia jika dicampur dengan

air dan berkecambah akan memproduksi berbagai jenis toksin

yang dapat menolak proses peletakan telur serangga. Dengan

demikian, B, tabaci tidak menyukai tanaman tersebut untuk

dihinggapi maupun dijadikan sebagai tempat tinggal untuk

perkembangbiakannya.

Kelebihan lain dari cendawan L. lecanii yaitu mampu

memparasitasi spora cendawan penyebab penyakit karat

Phakopsora pachyrhizi, downy mildew Peronospora

manshurica dan powdery mildew Microsphaera diffusa.

Cendawan P. pachyrhizi, P. manshurica, dan M. diffusa

merupakan mikroorganisme yang bersifat obligat dan

merupakan penyakit utama pada kedelai. Kemampuan L.

lecanii dalam menekan perkecambahan spora ketiga penyakit

tersebut masing-masing 29,55%, 36,35%, dan 21,44%.

Bio-Lec dapat dikombinasikan dengan cara pengendalian lain

yaitu predator. Aplikasi cendawan L. lecanii pada kerapatan

konidia hingga 1011/ml tidak menyebabkan kematian predator

hingga 30 hari setelah aplikasi (HSA). Oxyopes javanus

Thorell merupakan predator generalis yang banyak

ditemukan di pertanaman kedelai di Indonesia dengan

kemampuan pemangsaan 3-13 ekor mangsa.

Produk Bio-Lec juga dapat dikombinasikan dengan pestisida

nabati terutama serbuk biji srikaya (SBS) dan serbuk biji jarak

(SBJ) untuk meningkatkan efikasi pengendalian telur kepik

coklat di lapangan. Efikasi kombinasi antara cendawan L.

lecanii dengan pestisida SBS maupun SBJ dinilai dari

persentase telur kepik coklat yang tidak menetas. Bio-Lec

berpeluang besar dapat diaplikasikan sehubungan dengan

pertanian ramah lingkungan.

Page 53: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 39

Gambar 15. Produk Bio-Lec yang berbahan aktif konidia

cendawan entomopatogen L. lecanii.

8. ILLETRISOY Pupuk Hayati untuk Kedelai di Lahan

Masam

Iletrisoy adalah pupuk hayati yang dapat menggantikan peran

pupuk urea untuk kedelai di lahan masam, karena terkandung

bakteri Rhizobium asal tanah masam efektif memacu

pembentukan bintil akar pada tanaman kedelai. Di tanah

masam, populasi bakteri Rhizobium dalam tanah umumnya

sangat rendah sehingga tanaman tidak mampu membentuk

bintil akar. Tanaman yang mampu membentuk bintil akar

dengan baik, bintilnya dapat berfungsi sebagai pabrik pupuk

nitrogen alami yang mampu mencukupi kebutuhan pupuk

nitrogen lebih dari 75%. Oleh karena itu, bertanam kedelai di

lahan masam, benihnya perlu di inokulasi dengan Rhizobium

toleran masam agar tanaman mampu membentuk bintil akar

dengan baik dan memenuhi kebutuhan hara nitrogen.

Iletrisoy, berisi verisi 3 (tiga) jenis bakteri Rhizobium yang

dikemas dalam bahan pembawa berkualitas dengan populasi

bakteri Rhizobium mencapai 108 -109 sel/g bahan. Bakteri

yang digunakan berasal dari tanah masam dan telah diuji

toleran terhadap pH tanah hingga 4,5 dan toleran terhadap

Fe dan Mn tinggi, serta telah teruji keefektifannya di lahan

masam pada kejenuhan Al tanah di atas 20%.

Cara penggunaannya benih dimasukkan dalam ember,

dibasahi air secukupnya. Inokulan ditaburkan ke dalam benih

(0,5 kg/50 kg benih/ha), diaduk sampai rata. Benih ditanam

secara tunggal dan ditutup dengan tanah/pupuk organik.

9. Alat Pengering Mendukung Budi Daya Kedelai Lahan

Kering untuk Menghasilkan Benih Berkualitas

Alat pengering lebih memberikan prospek untuk

dikembangkan lebih lanjut. Hal ini terbukti dari adanya minat

salah satu kelompok tani binaan Yayasan PT. Unilever di

Dusun Gambirejo, Desa Warujayeng, Kec. Tanjunganom,

Kab. Nganjuk; untuk mengoperasikan dua alat pengering tipe

bak agar diperoleh mutu biji yang memenuhi standar mutu

bahan baku pembuatan kecap. Kedua alat pengering tersebut

sudah mulai dioperasikan oleh kelompok tani sejak

September 2010 hingga sekarang. Kelompok tani tersebut

cukup inovatif dalam mengoperasikan alat pengering dengan

mendayagunakan sumber energi kayu bakar yang tersedia

sebagai pengganti sumber energi LPG, khususnya pada saat

pengeringan kedelai brangkasan. Dengan demikian, alat

pengering ini tidak hanya untuk tujuan benih tetapi juga

dibutuhkan untuk pengeringan kedelai untuk tujuan

konsumsi.

Page 54: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 40

Gambar 16. Alat pengering kedelai dengan sumber energi gas LPG

10. Pupuk Organik Kaya Hara SANTAP-M

Pupuk “SANTAP-M” adalah pupuk organik kaya hara yang

sesuai untuk lahan masam. Pupuk ini dibuat dari bahan baku

yang banyak dan mudah diperoleh di setiap daerah, serta

diproduksi dalam bentuk curah-padat, tidak diperkaya

mikrobia. Bahan baku pupuk organik ini antara lain kotoran

sapi, kotoran ayam, batuan fosfat, dan abu ketel pabrik gula.

Hasil analisis kimia/kandungan unsur hara pupuk “SANTAP-M”

bervariasi, tentunya sangat dipengaruhi oleh bahan bakunya

(kandungan hara). Hasil analisis kimia pupuk organik kaya

hara “SANTAP-M” disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil analisis kimia/hara pupuk organik kaya hara “SANTAP-M”

Macam analisis Data analisis Standar SNI

pupuk organik*)

pH-H2O 6,7 – 8,1 4,0 – 8,0

C-Organik (%) 15,0 – 21,0 >12

N-tota (%) 1,26 -1,79 < 6,0

C/N-ratio 12,0 – 25,0 15 – 18

P2O5-total (%) 4,0 - 5,5 <6,0

K2O-total (%) 1,0 – 1,6 < 6,0

CaO-total (%) 5,8 – 13,8 -

MgO-total (%) 0,6 - 0,9 -

S-total (%) 0,50 – 1,3 -

Zn (ppm) 300 – 555 0 – 5.000

*Peraturan Menteri Pertanian No. 28/Permentan/OT.140/2/2009 (bentuk curah)

Hasil evaluasi di lahan kering Podsolik Merah-Kuning di

Sukadana (Lampung Timur) pada tahun 2011, menunjukkan

bahwa pupuk organik kaya hara “SANTAP-M” mampu

meningkatkan pertumbuhan dan hasil biji kering kedelai, kacang

tanah, dan ubikayu (Tabel 6).

Tabel 6. Pengaruh pemberian tiga jenis pupuk terhadap hasil biji kering kedelai pada lahan kering masam di Sukadana, Lampung Timur. 2011

Perlakuan Hasil biji kering (t/ha)

Hasil biji relatif (%)

Tanpa pupuk 0,51 100

45 kg N+45 kg P2O5+45 kg K2O/ha 0,86 167

Pupuk organik kaya hara SANTAP-M 1,5 t/ha

1,02 200

Pupuk organik kaya hara SANTAP-M+ 1,5 t/ha*

1,23 241

*SANTAP-M+: SANTAP-M ditambah urea 2,0%

Page 55: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 41

Gambar 17. Pengaruh pemberian pupuk terhadap pertumbuhan

tanaman kedelai (Wilis) pada lahan kering masam

(Podsolik Merah-Kuning) di Lampung Timur, 2011.

Gambar 18. Pengaruh pemberian pupuk terhadap pertumbuhan tanaman

kacang tanah (Jerapah) pada lahan kering masam (Podsolik

Merah-Kuning) di Lampung Timur, 2011

Gambar 19. Pengaruh pupuk oganik SANTAP-M+ terhadap

pertumbuhan ubikayu (UJ-3) umur 3 bulan pada

lahan kering masam Podsolik Merah-Kuning di

Sukadana (Lampung Timur), tahun 2011.

11. Teknologi Penyimpanan Benih Kedelai

Teknologi memperpanjang daya simpan benih telah

dihasilkan dalam upaya untuk mencegah menurunnya mutu

benih. Pelleted soybean seeds (benih kedelai tersalut)

dirancang untuk dapat mempertahankan agar benih kedelai

dapat disimpan lebih lama. Bahan salut terdiri dari dolomit +

lempung + SP36 dengan berbagai perbandingan 3:2:1 dan

2:2:0,5 dengan kadar air awal 12%. benih kedelai yang

disalut mampu mempertahankan kualitas sampai dengan 1

tahun masa penyimpanan.

Tanpa pupuk SANTAP M

SANTAP M Tanpa Pupuk

Page 56: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 42

12. Komponen Teknologi Pengendalian Tungau Merah.

Telah dihasilkan teknologi pestisida nabati berasal dari

ekstrak minyak mimba untuk pengendalian tungau merah

yang seringkali menyerang tanaman ubikayu. Penggunaan

minyak mimba merupakan cara yang efektif dalam

pengendalian tungau merah dengan takaran 5 ml/l, yang

setara dengan penggunaan pestisida kimia progargit/omit

70EC dengan konsentrasi 2 ml/l.

13. Teknik Pengendalian Hama Dan Penyakit Utama Yang

Efektif, Efisien, Ramah Lingkungan Dan Menekan

Kehilangan Hasil 25 – 30%.

Teknik pengendalian hama dan penyakit utama yang efektif,

efisien, ramah lingkungan dan menekan kehilangan hasil 25 –

30% dicapai menggunakan Bt dan NVP dengan dosis 2 g/l

mampu menekan serangan penggerek polong dan aman bagi

musuh alaminya. Terhadap penyakit yang muncul pada

kacang hijau, penyemprotan ekstrak bawang merah enam

kali mempunyai nilai intensitas bercak daun terkecil 3,9%.

14. Formulasi Biopestisida untuk Pengendalian

Aspergillus flavus dan OPT Utama Lainnya Pada

Jagung Untuk Menekan Kehilangan Hasil.

Telah dihasilkan 1 paket formulasi pestida dengan hasil yang

dicapai 32 varietas/galur tahan terhadap Aspergilus flavus

dan mengidentifikasi 11 isolat cendawan, 3 isolat bakteri

antagonis, patogen dan 1 isolat spodoptera litura, dari hasil

uji antagonis ini akan dipilih yang kemampuan antagonisnya

paling baik untuk dikembangkan guna pengujian selanjutnya.

15. Peningkatan Hasil Jagung Melalui Pendekatan PTT

Dalam Konsep IP400 Dengan Tingkat Hasil >32

T/Ha/Tahun Pada Lahan Kering Dan Lahan Sawah.

Penerapan paket teknologi dasar PTT jagung hibrida dan

komposit dalam mendukung penerapan IP400, kegiatan yang

telah dicapai tahun ini yaitu: dengan menggunakan metode

nutrient manager hasil yang dihasilkan 10,74 t/ha,

peningkatan populasi dengan cara legowo dari 66.666

tanaman/ha menjadi 71.428 tanaman/ha, penggunaan pupuk

dengan metode BWD menghasilkan 7,9 t/ha dan pemberian

pupuk N untuk hibrida dengan hasil 8,7 t/ha.

16. Peningkatan Hasil Jagung Hibrida dan Komposit

Melalui Perbaikan Cara Tanam Legowo dengan

Penerapan IP400 di Lahan Kering.

Jagung komposit (Sukmaraga dan Bisma) dan hibrida (Bima-3

dan Bisi-2) ditanam secara legowo dan jarak tanam normal

pada populasi 66.666 tanaman/ha dan 71.428 tanaman/ha.

Pada pertanaman I dan II, varietas Bisma yang ditanam

secara legowo hasilnya meningkat 7,6% pada populasi

71.428 tanaman/ha dibanding dengan jarak tanam normal

dengan hasil 10,63 t/ha pada pertanaman I. Sedangkan

varietas Sukmaraga hasilnya 10,69 t/ha pada populasi 71.428

tanaman/ha dengan peningkatan hasil 4,2% dibanding jika

ditanam secara normal. Pada pertanaman II, hasil kedua

varietas tersebut secara umum menurun dibanding

pertanaman I. Hasil varietas Bisma yang ditanam secara

legowo dengan populasi 71.428 tanaman/ha mencapai 9,19

t/ha dan Sukmaraga mencapai 9,50 t/ha. Pada pertanaman I,

Page 57: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 43

varietas Bima-3 jika ditanam secara legowo pada populasi

71.428 tanaman/ha hasil yang dicapai tertinggi 8,68 t/ha,

sedangkan Bisi-2 hasilnya 8,39 t/ha. Pada pertanaman II,

dengan cara tanam dan populasi seperti pertanaman I, hasil

yang dicapai Bima-3 (8,81 t/ha), sedangkan hasil Bisi-2 (8,49

t/ha). Nilai ILD varietas Bisma ditanam secara legowo dengan

populasi 66.666 tanaman/ha mencapai 4,75, sedangkan pada

populasi dan cara tanam yang sama varietas Sukmaraga nilai

ILD-nya 4,73. Jika populasi ditingkatkan menjadi 71.428

tan/ha dengan cara tanam legow, nilai ILD menurun 3,0%

untuk varietas Sukmaraga dan 10,5% untuk varietas Bisma.

17. Cara Pengelolaan Air untuk Jagung Hibrida dan

Komposit dalam Sistem Tanam Legowo dengan

Penerapan IP400 di Lahan Kering.

Pemberian air secara terjadwal 10 hari sekali sebanyak 6 kali

pengairan tidak berbeda nyata dengan cara pemberian air

berdasarkan titik layu (4 kali pemberian air). Terindikasi

bahwa pemberian air yang dilakukan pada setiap alur

memberikan hasil lebih tinggi dibanding pemberian setiap 2

alur, baik yang ditanam secara normal maupun legowo.

Pemberian air terjadwal 6 kali pemberian melalui setiap alur

untuk pertanaman secara legowo hasilnya 7,26 t/ha dan yang

ditanam secara normal mencapai 7,36 t/ha. Pemberian air

berdasar titik layu melalui setiap alur, hasil pertanaman

secara legowo 7,40 t/ha dan yang ditanam secara normal

mencapai 7,54 t/ha. Karena itu, untuk menghemat air pada

musim kemarau, pemberian air pada tanaman jagung

sebaiknya dilakukan berdasarkan titik layu.

18. Penekanan Kehilangan Hasil pada Proses Perontokan

Gandum dan Penurunan Kandungan Tanin Sorgum

pada Proses Penyosohan.

Telah dihasilkan 1 unit prototipe TH-6-M2 sebagai alat

perontok gandum dan 1 unit prototipe PSA-M3 sebagai alat

penyosoh sorgum. Alat perontok TH-6-M2 dapat menekan

kehilangan hasil gandum (susut bobot) sebesar 15% akibat

proses pada tahapan perontokan. Alat penyosoh PSA-M3

untuk sorgum dapat menurunkan kandungan tanin sorgum

pada tahapan penyosoh.

19. Rintisan Penelitian Serealia Berbasis Marka Molekuler

Telah dihasilkan beberapa koleksi plasma nutfah serealia

potensial untuk persiapan karakterisasi molekuler berbasis

marka SSR dan SNP (549 jagung, 43 gandum,115 sorgum,

106 millet, 8 jali, dan mendapatkan 10 galur/aksesi jagung

yang tahan cekaman abiotik (kekeringan, N rendah,

kemasaman, dan umur genjah) melalui skrining lapangan

untuk persiapan pembuatan populasi segregasi berbasis

MARS (Marker Assisted Recurrent Selectiondan yang tahan

cekaman biotik (bulai, penggerek batang, dan hama gudang

pada tanaman jagung, penyakit bercak daun pada gandum,

dan hama aphis pada sorgum) untuk persiapan pembuatan

populasi segregasi berbasis MARS (Marker Assisted

Recurrent Selection) berbasis marka SSR dan SNP dan

mengetahui marka SSR dan SNP yang terpaut dengan

karakter target tersebut.

Page 58: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 44

Sasaran 4 : Tersedianya benih sumber varietas unggul baru

padi, jagung, dan kedelai untuk penyebaran

varietas berdasarkan SMM ISO 9001-2008.

Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian

indikator kinerja utama dengan target yang telah ditetapkan dalam

PKT, yaitu tersedianya benih sumber padi, jagung, kedelai

sebanyak 120 ton berdasarkan SMM ISO 9001-2008.

Sasaran 4 tersebut telah dicapai melalui kegiatan

“Perbenihan tanaman pangan sesuai SMM ISO 9001-

2008”.

Indikator kinerja sasaran yang ditargetkan pada tahun 2011

telah tercapai dengan persentase rata-rata 148,7%. Target yang

ditetapkan dalam PKT 2011 sebesar 120 ton benih padi, jagung,

dan kedelai, sedangkan tingkat capaiannya sebesar 151,72 ton.

Realisasi keuangan pada kegiatan ini sebesar Rp. 3.469.495.260,-

(97,39%).

Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2011

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Benih padi:

BS (kg)

FS (kg)

SS (kg

20.000

60.000

17.000

20.000

60.000

17.000

100,0

100,0

100,0

Benih aneka kacang dan ubi

NS (kg)

BS (kg)

FS (kg)

1.050

10.000

18.000

2.182

13.000

21.500

207,8

130,0

119,4

Benih jagung

BS (kg)

FS (kg)

3.000

5.000

5.340

12.700

178,00

254,00

Pencapaian indikator kinerja kegiatan untuk mencapai

sasaran dapat dilihat secara detail pada formulir PKK.

Sebagai perbandingan atas kemajuan yang telah diperoleh

dari tahun sebelumnya 2010 dapat dijelaskan sebagai berikut :

Perbandingan capaian kinerja tahun 2010 dan 2011.

Indikator Kinerja 2010 2011

Benih padi:

BS (kg)

FS (kg)

SS (kg)

7.690

23.970

-

20.000

60.000

17.000

Benih aneka kacang dan ubi

NS (kg)

BS (kg)

FS (kg)

0,77

9,38

-

2.182

13.000

21.500

Benih jagung

BS (kg)

FS (kg)

2.160

-

5.340

12.700

Adapun keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai

dari masing-masing subkegiatan diuraikan sebagai berikut:

Penyediaan benih sumber varietas unggul padi

Sampai dengan 2011 telah diproduksi 97.000 kg benih

sumber terdiri dari 20.000 kg benih BS dan 60.000 kg Benih FS.

Di samping itu, juga telah diproduksi 420.000 kg benih SS untuk

mendukung kegiatan SL-PTT di 18 propinsi di seluruh Indonesia.

Page 59: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 45

Selain itu, telah diproduksi benih SS tahan penyakit tungro

sebanyak 17.000 kg dalam upaya penyediaan dan penyebarluasan

benih sumber padi tahan tungro untuk menjalin kerja sama dengan

berbagai instansi di daerah khususnya daerah-daerah yang

merupakan endemik tungro.

Penyediaan benih penjenis kedelai dan benih sumber

aneka kacang dan ubi

Produksi benih inti (NS) 27 varietas yaitu, kedelai (10 varietas),

kacang tanah (9 varietas), kacang hijau (8 varietas) telah

menghasilkan 2.182 kg benih.

Produksi benih BS kedelai 11 varietas (Grobogan, Burangrang,

Kaba, Tanggamus, Anjasmoro, Argomulyo, Wilis, Ijen,

Panderman, Detam 1, Detam 2, dan Wilis) diperoleh hasil

sebanyak 13.000 kg.

Produksi benih FS kedelai 9 varietas (Grobogan, Burangrang,

Kaba, Tanggamus, Anjasmoro, Argomulyo, Sinabung, Wilis

dan Panderman) menghasilkan benih 21.500 kg.

Produksi benih sumber kacang tanah 8 varietas (Tuban, Bima,

Domba, Jerapah, Gajah, Kelinci, Kancil, dan Bison), diperoleh

hasil benih sebanyak 8.900 kg.

Produksi benih BS kacang hijau 8 varietas (Kutilang, Murai,

Betet, Perkutut, Sriti, Kenari, Vima 1, dan Walet) diperoleh

hasil benih sebanyak 4.700 kg.

Produksi benih BS ubikayu 8 varietas (Darul Hidayah, Adira 1,

Adira-4, Malang 1, Malang-6, Malang-4, Uj-3, dan UJ-5)

sebanyak 55.000 stek.

Produksi benih BS ubijalar 8 varietas (Beta 1, Beta2, Sukuh,

Kidal, Papua Patippi, Papua Salossa, Sawentar dan Sari)

sebanyak 13.000 stek.

Produksi benih jagung hibrida dan bersari bebas dengan

penerapan manajemen mutu

Pada tahun anggaran 2011 ini telah diperbanyak benih

sumber jagung bersari bebas klas penjenis (BS) sebanyak 6

varietas yaitu Lamuru, Sukmaraga, Bisma, Srikandi Kuning-1,

Srikandi Putih-1, dan Anoman-1. Total hasil yang dicapai adalah

5.340 kg dengan rincian masing-masing varietas sebagai berikut:

Lamuru 890 kg, Sukamaraga 730 kg, Bisma 1.125 kg, Srikandi

Kuning-1 865 kg, Srikandi Putih-1 830 kg, dan Anoman-1 900 kg.

Jika hasil benih sumber klas BS tersebut diperbanyak oleh

penangkar menjadi benih sumber klas BP, maka diperkirakan akan

diperoleh hasil sebanyak 80.100 ton benih klas BP (Benih Pokok)

yang dapat untuk memenuhi kebutuhan areal pertanaman jagung

bersari bebas seluas 4.005.000 ha.

Kegiatan perbanyakan benih sumber klas BD/FS untuk 6

varietas yaitu Lamuru, Sukmaraga, Bisma, Srikandi Kuning, Srikandi

Putih, dan Anoman. Masing-masing varietas ditanam pada luasan

1,0 ha, dan ke enam varietas tersebut telah ditanam, dan 4

varietas telah selesai diproses dengan total hasil 12.700 kg.

Page 60: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 46

Sasaran 5: Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman

pangan

Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur melalui pencapaian

indikator kinerja utama dengan target yang ditetapkan dalam PKT

2011 yaitu tersedianya 8 rekomendasi kebijakan tanaman pangan.

Sasaran 5 tersebut dicapai melalui kegiatan “Analisis

kebijakan pengembangan tanaman pangan.”

Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun

2011 telah tercapai 100%. Target yang ditetapkan dalam PKT 2011

yaitu tersedianya 8 rekomendasi dan telah terealisasi 8

rekomendasi kebijakan tanaman pangan.

Sedangkan realisasi keuangan sebesar Rp. 768.314.800,-

(97,13%). Pencapaian indikator kinerja kegiatan untuk mencapai

sasaran tersebut dapat dilihat secara rinci pada formulir PKK.

Adapun topik rekomendasi kebijakan tanaman pangan antara

lain:

1. Analisis peningkatan daya saing dan nilai tambah tanaman

pangan menghadapi persaingan global.

2. Analisis tingkat adopsi teknologi produksi padi sawah

mengacu produktivitas optimal dan keberlanjutan.

3. Analisis kesiapan tindakan adaptasi usahatani tanaman

pangan menghadapi banjir dan kekeringan akibat perubahan

iklim global.

4. Analisis efektivitas bantuan benih dan bantuan pupuk pada

program SL-PTT.

5. Analisis kesiapan sistem perbenihan kedelai dalam

mendukung swasembada kedelai.

6. Analisis peningkatan kualitas implementasi PHT di lapangan.

7. Analisis permasalahan sistem produksi benih jagung

komposit.

8. Pupuk dan pemupukan padi sawah spesifik lokasi

Sebagai perbandingan atas kemajuan yang telah diperoleh

dari tahun sebelumnya 2010 dapat dijelaskan sebagai berikut :

Perbandingan capaian Kinerja tahun 2010 dan 2011.

Indikator Kinerja 2010 2011

Rumusan kebijakan tanaman

pangan

8 8

Adapun keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai

dari masing-masing subkegiatan diuraikan sebagai berikut:

Analisis peningkatan daya saing dan nilai tambah tanaman

pangan menghadapi persaingan global.

Kebijakan peningkatan daya saing dan nilai tambah tanaman

pangan di Jawa Tengah dan Jawa Timur masih didominasi

program pemerintah pusat berupa bantuan alat dan mesin pasca-

panen dan pengolahan hasil pertanian. Terlihat kecenderungan

bahwa hanya beberapa kabupaten saja yang perkembangannya

meningkat karena mendapatkan bantuan dan dapat memanfaatkan

bantuan tersebut secara optimal, sedangkan kabupaten lainnya

tidak berhasil atau tidak dapat memanfaatkan bantuan tersebut

guna meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk tanaman

pangan yang dihasilkan di daerah tersebut. Oleh karena itu, perlu

dirancang suatu kebijakan peningkatan daya saing dan nilai

tambah tanaman pangan yang sesuai dengan kebutuhan dan

kondisi spesifik lokasi agar bantuan alat dan mesin pertanian

benar-benar efektif dan produktif.

Page 61: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 47

Saran alternatif kebijakan :

Aspek legalitas kebijakan pemerintah.

Peningkatan mutu dan nilai tambah tanaman pangan serta

penanganan pasca panen harus didukung oleh aspek legal

yang memadai, di antaranya keputusan Presiden No. 47

tahun 1986 tentang “peningkatan penanganan pascapanen

hasil pertanian” dan Undang-Undang No. 12 tahun 1992

tentang “sistem budi daya tanaman”.

Aspek koordinasi lintas sektoral

Koordinasi lintas sektoral mutlak diperlukan untuk

mengkoordinasikan serta mensinkronisasikan program dan

kegiatan penanganan pascapanen atau pengolahan untuk

meningkatkan nilai tambah dan daya saing tanaman pangan.

Aspek sarana dan teknologi

Aspek ini berperan penting karena menggambarkan (a)

peningkatan peran sarana dan teknologi pascapanen atau

pengolahan dengan cara penambahan jumlah sarana alat

dan mesin pascapanen, termasuk penyediaan fasilitas kredit

dengan tingkat suku bunga rendah dan persyaratan lunak,

(b) usaha-usaha kaji terap dan sosialisasi dari inovasi sarana

alat dan mesin pascapanen tanaman pangan, (c) kebutuhan

riil sarana alat dan mesin pascapanen atau pengolahan

secara spesifik, (d) pemasyarakatan penggunaan sarana alat

dan mesin pasca panen atau pengolahan melalui kampanye,

demonstrasi atau gelar teknologi tanaman pangan, (e)

langkah-langkah nyata untuk mendorong UPJA, LDM,

penggilingan padi, pabrikan alat dan mesin pascapanen,

distributor, perbengkelan dan petani/kelompok tani untuk

bekerjasama kemitraan, dan (f) penerapan sistem jaminan

mutu dalam proses penanganan hasil tanaman pangan,

terutama penerapan Good Handling Practices (GHP), Good

Manufacturing Practices (GMP), dan Good Distribution

Practices (GDP).

Aspek kelembagaan

Dalam aspek kelembagaan perlu difokuskan pada usaha

pembentukan, pengorganisasian, pengelolaan, dan

operasionalisasi kelembagaan petani atau kelompok tani,

UPJA, LDM, penggilingan padi, dan pemangku kepentingan

lainnya untuk dihimpun dalam organisasi yang disebut

“kecamatan pascapanen” dengan mempertimbangkan

kemampuan kelemba-gaan tersebut dalam usaha

peningkatan nilai tambah dan daya saing usaha.

Aspek Sumber Daya Manusia (SDM)

Peningkatan mutu SDM harus diarahkan untuk meningkatkan

sikap dan prilaku, pengetahuan, kemampuan, keterampilan,

dan pengembangan kewirausahaan (enterpreuneurship),

serta kemampuan pengelola usaha dibidang agribisnis

tanaman pangan.

Aspek permodalan

Kelembagaan petani yang menangani penanganan pasca

panen atau pengelolahan gabah atau beras harus diberi

pemahaman dan keberanian untuk memperoleh akses

tentang skim kredit dengan persyaratan mudah, suku bunga

rendah, dan dapat dijangkau oleh skala usaha kelembagaan

petani.

Page 62: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 48

Outcome untuk kegiatan penelitian ini adalah: a) peningkatan

nilai tambah dan pendapatan petani serta pelaku usaha, b)

peningkatan daya saing produk tanaman pangan di pasar global, c)

terbukanya kesempatan kerja di pedesaan sejalan dengan

berkembangnya industri pengolahan hasil pertanian pada skala

kecil dan menengah, dan d) meningkatnya kepercayaan terhadap

kualitas produk dalam negeri.

Analisis tingkat adopsi teknologi produksi padi sawah

mengacu produktivitas optimal dan keberlanjutan.

Proses alih teknologi dari sumber teknologi kepada pengguna

belum terjadi secara proaktif-partisipatif, masih bersifat “top down”

dan “project driven”. Alih teknologi menjadi semata-mata

keinginan pemerintah, belum menjadi keinginan dan kebutuhan

petani. Akibat, alih teknologi selalu harus memerlukan pembiayaan

bagi calon pengadopsi (petani) dan petugas penyuluhnya.

Teknologi budi daya padi yang tidak didukung oleh

pendanaan proyek nampaknya tidak akan menjadi bahan

(program) penyuluhan dan tidak akan disampaikan kepada petani.

Dinas Pertanian dan Instansi penyuluhan dalam fungsinya membina

petani padi, baru melaksanakan proyek sesuai dengan persyaratan

administratif, belum menggunakan terjadi proses pembelajaran

pemilihan teknologi yang paling sesuai bagi lahan petani.

Pengelolaan Tanaman dan Sumber daya Terpadu yang

dialihkan melalui proyek SLPTT/LLPTT, di lokasi studi ternyata

belum dipahami sepenuhnya oleh petani. Petani baru mengadopsi

sebagian dari komponen sebagian dari komponen teknologi PTT,

dan proses partisipatif dalam memilih teknologi belum terjadi.

Bantuan sarana benih dan pupuk pada LLPTT/SLPTT sedikit banyak

justru “membelenggu petani” dalam menentukan pilihan komponen

teknologi yang paling sesuai terutama dari segi pilihan varietas

unggul baru adaptif.

Konsep “pelestarian sumber daya lahan pertanian menuju

keberlanjutan sistem produksi pertanian“ belum sepenuhnya

dipahami oleh pejabat Dinas Pertanian dan Penyuluh Pertanian,

dan bahkan sama sekali belum dimengerti oleh petani. Terdapat

gejala terjadinya penurunan mutu sumber daya lahan sawah di

Banten, yang perlu mendapat perhatian pemerintah.

Saran alternatif kebijakan :

Program operasional pembangunan tanaman pangan

hendaknya memberikan keleluasaan pilihan berbagai

kemasan teknologi yang paling sesuai dengan kondisi petani

dan agroekologi setempat. Pemerintah otonomi kabupaten

seyogianya dapat memfasilitasi terjadinya pilihan tersebut

melalui petugas penyuluhan di BPP.

Program pembangunan yang bersifat top-down perlu diubah

menjadi bersifat proaktif bottom-up, atas dasar kebutuhan

petani sehingga alih teknologi tidak selalu harus memerlukan

pembiayaan.

Rendahnya tingkat pemahaman petani terhadap PTT perlu

difasilitasi dengan penyediaan sarana penyuluhan berupa

buku pedoman, leaflet, dan brosur untuk petani atau ketua

kelompok tani yang mudah diakses semua petani. Pemberian

bantuan sarana hanya kepada sebagian kelompok petani

peserta LL/SLPTT kemungkinan kurang baik/kurang kondusif

bagi adopsi PTT oleh semua petani.

Page 63: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 49

Perlu memasukkan upaya pelestarian sumber daya lahan

pertanian sawah kedalam program pembangunan pertanian.

Perlu diterbitkan buku pedoman sebagai bahan penyuluh dan

pencerahan bagi petani. Masih rendahnya pemahaman

pejabat pertanian tentang Pelestarian Mutu Sumber daya

Lahan Pertanian, menunjukkan perlunya diadakan pelatihan,

lokakarya, dan diskusi tentang hal tersebut, agar

keberlanjutan sistem produksi tanaman pangan dapat dijamin

bagi keberlanjutan kecukupan pangan bangsa Indonesia.

Outcome penelitian ini adalah: a) penanganan faktor terkait

dengan senjang hasil dapat meningkatkan produksi padi petani,

meningkatnya produktivitas daerah, wilayah dan produksi padi

secara nasional yang pada gilirannya akan berdampak pada

peningkatan ketahanan pangan nasional, b) peningkatan kesadaran

petani dan tindakan pelestarian sumber daya lahan pertanian

menjadikan sistem produksi padi sawah dapat berkelanjutan.

Analisis kesiapan tindakan adaptasi usahatani tanaman

pangan menghadapi banjir dan kekeringan akibat

perubahan iklim global.

Iklim di wilayah nusantara sangat dipengaruhi oleh letak

geografis, di antara dua samudra hindia dan pasifik dan dua benua

Asia dan Australia. Kondisi ini menyebabkan wilayah Indonesia

memiliki dua musim yang sangat berbeda karakteristiknya yaitu

musim kemarau dan musim hujan. Iklim dengan dua kondisi ini

dikenal sebagai muson (moonsoon). Selama musim kemarau pada

beberapa kondisi tertentu yang ekstrim, dapat terjadi peristiwa

kekeringan, sedangkan musim hujan, dapat memicu banjir.

Secara umum kekeringan disebabkan adanya anomali iklim

dan aktifitas manusia. Kemarau panjang yang menyebabkan

kekeringan sering terjadi karena anomali iklim seperti El nino.

Kegiatan studi dilaksanakan di Propinsi Jawa Tengah khususnya

Kabupaten Rembang untuk masalah kekeringan dan banjir.

Saran alternatif kebijakan menanggulangi dampak banjir

Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai

fungsi lahan.

Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini

pada bagian sungai yang sering menimbulkan banjir

Tidak membuang sampah ke sungai

Mengadakan program pengerukan sungai

Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari

permukaan laut

Saran alternatif kebijakan menanggulangi dampak kekeringan

Konservasi daerah aliran sungai, agar hujan dapat

meresap ke dalam tanah sebanyak mungkin

Pemeliharaan dam parit, embung, waduk secara reguler

agar daya tampungnya dapat ditingkatkan

Mengatur komposisi luas tanam komoditas yang akan

diusahakan dihamparan pertanian

Penyiapan varietas-varietas padi toleran kekeringan,

berumur genjah, dan tahan OPT musim kemarau

Pengembangan early warning system untuk mengetahui

akan terjadinya kekeringan secara lebih awal

Page 64: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 50

Penyiapan sarana dan prasaran produksi untuk daerah-

daerah yang mulai terancam kekeringan.

Dapat memanfaatkan biomas yang sudah terlanda

kekeringan/puso untuk pakan ternak.

Bantuan pengadaan/penyiapan sumber-sumber air

cadangan di lahan-lahan pertanian.

Outcome penelitian ini adalah: a) terjadinya penurunan

tingkat kerusakan tanaman pangan yang terkenan banjir dan

kekeringan akibat perubahan iklim global, dan b) stabilitas produksi

padi dan palawija di daerah sentra produksi padi masa kini dan

masa mendatang, meskipun perubahan iklim telah terjadi.

Analisis efektivitas bantuan benih dan bantuan pupuk pada

program SL-PTT

Kegiatan survei telah dilakukan di Jawa Tengah yang secara

ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Bantuan langsung benih unggul (BLBU) padi varietas

Ciherang, Inpari-1, Cibogo, dan IR 64 yang diterima petani

SL-PTT di Kabupaten Grobogan, Sragen, dan Pati Jawa

Tengah umumnya mempunyai mutu benih (kemurnian dan

daya tumbuh) baik, sedangkan padi hibrida Intani-1 dan

Sembada mutunya ada yang baik, cukup, dan kurang baik.

2. Bantuan benih padi pada umumnya diterima tepat waktu

sesuai musim tanam, kecuali varietas Intani-1 yang diterima

petani di Kabupaten Sragen mengalami keterlambatan sampai

30 hari, sehingga pelaksanaan SL-PTT varietas Intani-1

dilakukan pada musim berikutnya (MT-II, 2010/2011).

3. Jumlah bantuan benih padi nonhibrida (inbrida) pada

umumnya cukup untuk luas sawah yang dimiliki petani,

sedangkan bantuan benih padi hibrida jumlahnya 15 kg/ha

menurut petani tidak cukup, apabila terjadi banyak serangan

keong mas tidak tersedia untuk menyulam.

4. Bantuan benih varietas padi unggul padi non hibrida

(Ciherang, Inpari-1, Cibogo) pada program SLPTT di

Kabupaten Grobogan, Sragen dan Pati, cukup efektif. Hal ini

ditandai dengan terdapatnya peningkatan produktivitas di

tiga kabupaten tersebut, yaitu antara 0,85-1,3 t/ha GKP

5. Dari 3 kabupaten yang diteliti rata-rata produktivitas yang

dapat dicapai petani di lokasi SL adalah 8,3 t, 7,4 t dan 8,0

t/ha GKP. Sedangkan pada laboratorium lapang LL rata-rata

8,65 t, 8,0 t dan 8,4 t/ha, atau di lokasi LL produktivitasnya

350-550 kg lebih tinggi daripada petani SL.

6. Di Grobogan, bantuan benih unggul padi hibrida varietas

Intani-1 dan Sembada yang diterima petani SL-PTT kurang

efektif, karena kedua varietas tersebut produktivitasnya

hampir sama dengan varietas Ciherang, Cibogo, dan Inpari-1,

bahkan di Pati produktivitasnya lebih rendah daripada

Ciherang. Rendahnya produksi padi hibrida di Sragen dan Pati

karena ketidaksesuaian lahan, musim, dosis pupuk, dan daya

adaptasi varietas.

7. Bantuan pupuk untuk laboratorium lapang (LL) pada SL-PTT

padi non hibrida cukup efektif, sedangkan untuk padi hibrida

kurang efektif karena dosis pupuk kurang sesuai. Padi

hibrida memerlukan dosis pupuk lebih tinggi dari pada padi

inbrida (nonhibrida).

Page 65: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 51

Saran alternatif kebijakan :

Mutu benih (kemurnian dan daya tumbuh) bantuan benih

padi hibrida perlu terus ditingkatkan agar dapat diperoleh

hasil yang maksimal.

Jumlah bantuan benih padi hibrida perlu ditingkatkan (>15

kg/ha), agar apabila terdapat serangan hama keong mas atau

hama lain tersedia benih untuk menyulam

Agar program SLPTT padi hibrida dapat berhasil lebih baik,

dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan faktor-faktor

kesesuaian lahan, musim, dosis pupuk, daya adaptasi varietas

dan mutu benih yang tinggi

Outcome penelitian ini adalah: diketahuinya efektivitas

bantuan benih unggul padi dan bantuan pupuk pada program SL-

PTT untuk peningkatan produktivitas padi secara nasional.

Analisis kesiapan sistem perbenihan kedelai dalam

mendukung swasembada.

Kegiatan survei telah dilakukan di Provinsi Jawa Tengah dan

Jawa Timur. Output yang telah dicapai secara ringkas dapat

digambarkan sebagai berikut :

1. Penggunaan benih bermutu dari varietas-varietas unggul

nasional di Jawa Tengah dan Jawa Timur umumnya belum

begitu berkembang. Vub kedelai yang dikembangkan di

daerah cenderung tidak berjalan atau putus ditengah jalan.

2. Alur kelas benih belum berjalan sebagaimana mestinya,

cenderung terputus ditengah jalan yang mengakibatkan tidak

terjaminnya komoditas ketersediaan benih sumber.

3. Produsen benih di Jawa Tengah belum berkembang, ada

kecenderungan bahwa keberadaan produsen benih

dikarenakan adanya proyek pengadaan benih kedelai dari

pemerintah. Jarang ada produsen benih kedelai yang

konsisten dan bersifat mandiri. Sedangkan di Jawa Timur,

ada beberapa produsen/penangkar benih yang masih

konsisten dan bwerisifat mandiri dalam memproduksi benih

kedelai, namun terbatas hanya 2-3 varietas kedelai sesuai

dengan permintaan masyarakat tani setempat.

4. Sistem jabalsim (jalinan arus benih antar lapang dan musim)

saat ini tidak dapat dipertahankan sejalan dengan

menurunnya minat petani untuk menanam kedelai.

5. Minat petani untuk menanam kedelai menurun, karena

berusahatani kedelai saat ini kurang menguntungkan dan

tidak menarik bagi petani. Sebagai imbasnya akses terhadap

benih kedelaipun menurun, dan akibatnya sistem perbenihan

kedelai tidak berjalan.

Saran alternatif kebijakan :

Menetapkan pengembangan kawasan industri benih kedelai,

agar ketersediaan benih menjadi lebih dekat dengan petani

sehingga lebih efisien.

Meningkatkan sosialisasi tentang manfaat penggunaan benih

bermutu dari varietas unggul kedelai.

Menumbuh kembangkan produsen/penangkar benih

khususnya pada wilayah/daerah sentra produksi kedelai.

Meningkatkan kemampuan SDM perbenihan dalam

penanganan perbenihan kedelai.

Page 66: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 52

Mengembangkan jaringan suistem informasi perbenihan

kedelai, melalui penggunaan teknologi informasi yang dapat

memudahkan terjadinya titik temu antara produsen dan

konsumen benih serta instansi terkait lainnya, guna

terciptanya agribisnis perbenihan kedelai.

Outcome penelitian ini adalah: a) percepatan penyebaran dan

adopsi varietas unggul baru, b) terhasilkannya produk berupa benih

sumber dan benih sebar kedelai dengan penerapan sistem mutu, c)

terpecahkannya permasalahan ketidakseimbangan penyediaan

benih sumber dan benih sebar, kedelai bermutu sepanjang waktu,

musim dan lokasi, dan d) terimplementasikannya sistem

perbenihan serta terwujudnya industri benih kedelai yang stabil dan

mantap.

Analisis peningkatan kualitas implementasi PHT di lapang

1. Organisme pengganggu tanaman (OPT) padi utama yang

dilaporkan petani di daerah DIY dan Jawa Tengah adalah

tikus, penggerek batang, wereng batang coklat, dan kresek.

Walaupun menurut hitungan statistik nasional akibat

serangan OPT ini belum mengurangi produksi nasional secara

nyata, akan tetapi di tingkat individu petani atau tingkat

daerah kabupaten akibatnya sangat nyata. Oleh karena itu,

petani sangat membutuhkan perhatian dan bantuan yang

nyata dari berbagai pihak terkait.

2. Ledakan wereng batang coklat di berbagai daerah di Pulau

Jawa masih berlanjut hingga pertengahan 2011 karena

banyak faktor, seperti pertanaman yang tumpang tindih dan

petani masih menanam varietas yang rentan seperti varietas

Ciherang, IR64, IR42, dan Ketan yang berperan dalam

peningkatan populasi wereng batang coklat.

3. Seringkali pertimbangan harga jual gabah yang baik

menyebabkan petani mengesampingkan faktor perlindungan

tanaman yang ramah lingkungan. Sebagai akibatnya petani

akan melakukan aplikasi pestisida dengan tujuan OPT

tertentu mati.

4. Pengendalian OPT padi di tingkat petani di berbagai daerah

bervariasi, karena tingkat dominasi OPT utama berbeda.

Memperhatikan dominasi wereng batang coklat pada dua

setengah tahun terakhir, petani menggunakan teknik

pengendalian dengan pestisida sintetis, dan bahan nabati

(bawang putih, akar alang-alang, dan lain-lain) jarang

dimanfaatkan padahal ramah lingkungan.

Saran alternatif kebijakan :

Penyakit yang ditularkan wereng batang coklat, yaitu virus

kerdil hampa dan virus kerdil rumput tidak dapat dikendalikan

dengan pestisida, tetapi dengan sanitasi dan pengendalian

vektornya. Mengingat gejala penyakit virus kerdil hampa dan

virus kerdil rumput mungkin sangat membingungkan petani,

maka materi penyuluhan harus di up date dan para penyuluh

pertanianpun perlu di training dalam masalah ini.

Menyiasati faktor iklim hampir tidak mungkin, tetapi dengan

menanam varietas yang lebih genjah dan dengan arsitektur

tanaman yang tegak akan dapat mengurangi kelembaban dan

suhu pada iklim mikro di pertanaman padi. Yang terjadi pada

saat ini, pada musim hujan yang sangat panjang, dengan

pemupukan N yang tinggi, banyak petani yang memanen

Page 67: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 53

tanaman yang rebah, padahal banyak gabah yang masih

hijau, sehingga dapat diduga hasil gabah atau berasnya

berkualitas rendah, terutama dengan tumbuhnya jamur atau

bakteri pembusuk biji. Inilah salah satu permasalahan mutu

gabah/beras di tingkat petani saat ini.

Menghadapi banyak kenyataan bahwa petani telah

menggunakan pestisida kurang tepat tetapi berkaitan erat

dengan permasalahan yang ada di lapangan, seperti

kurangnya air pada saat aplikasi, sehingga volume semprot

juga berkurang. Permasalahan lainnya adalah pencampuran

beberapa jenis pestisida dalam satu tangki sprayer

menimbulkan in-efisiensi dan in-efektivitas aplikasi pestisida.

Oleh karena itu kepada para peneliti entomologi perlu

didalami kembali untuk menciptakan teknologi yang mudah

digunakan petani, tetapi tetap efektif.

Outcome untuk kegiatan penelitian ini adalah: hasil analisis

tingkat adopsi PHT di lapang oleh petani dapat digunakan

untuk meletakan permasalahan PHT pada tempatnya yang

jelas, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar perbaikan

program PHT pada masa yang akan datang.

Analisis sistem produksi benih jagung komposit

Penelitian dilaksanakan di Propinsi Jawa Barat (Bandung,

Garut, Cirebon, Majalengka). Responden penelitian meliputi

Kepala dan aparat instansi atau lembaga yang terkait dalam

sistem perbenihan jagung, yaitu BPSB Provinsi Jawa Barat di

Bandung, BPB Palawija di Plumbon, Cirebon, UPT BPSB

Wilayah di Garut dan Majalengka, Dinas Pertanian Kabupaten

Garut, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten

Majalengka, penangkar benih, pengusaha/pedagang/pemilik

kios benih, dan petani.

1. Faktor-faktor penyebab kurang berkembangnya varietas

unggul jagung komposit (bersari bebas) hasil riset litbang

pertanian serta isu-isu permasalahan dalam sistem

perbenihan jagung komposit di antaranya adalah: (1)

lemahnya diseminasi dan promosi varietas unggul hasil

riset litbang pertanian, (2) kurang terjalinnya komunikasi

dan pertukaran informasi secara optimal antara

produsen/penyedia benih yaitu BPB/UPT BPSB dan

penangkar benih, pendistribusi/pemasar/penjual benih,

dan petani pengguna benih, (3) kurangnya unit demplot

untuk menunjukkan keragaan varietas unggul jagung

komposit hasil riset litbang pertanian, (4) gencarnya

promosi yang dilakukan oleh produsen/distributor/

pengusaha/pedagang benih jagung hibrida melalui media

massa (cetak dan elektronik), demplot, display,

pertemuan dengan kelompok tani, komunikasi tatap-

muka, dan sering juga melibatkan penyuluh lapangan, (5)

kurangnya insentif terhadap penyuluh untuk

mendiseminasikan dan mempromosikan varietas unggul

jagung komposit hasil riset litbang pertanian, (6) tidak

terdatanya jenis atau varietas jagung yang ditanam petani

di suatu daerah, apakah terkategori jagung komposit atau

hibrida, (7) tidak adanya data atau ”peta” wilayah yang

menanam jagung komposit di suatu daerah, dan (8) tidak

adanya keharusan bagi pemulia untuk mengawal atau

menelusur lebih lanjut pasca pelepasan varietas mulai

fase produksi sampai pendistribusian benih sumber, benih

pokok, dan benih sebar.

Page 68: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 54

2. Pengembangan produksi benih jagung komposit perlu

dilakukan secara in situ disesuaikan dengan lokasi BPB

Palawija, UPT BPSB Wilayah, atau cakupan

pendistribusiannya. Permintaan benih sumber kepada

Balitsereal perlu disampaikan beberapa bulan atau satu

musim sebelum jadwal tanam, sehingga Balitsereal dapat

memproduksi benih sumber sesuai dengan prinsip enam

tepat (varietas, mutu, jumlah, waktu, lokasi/tempat, harga).

Saran alternatif kebijakan :

Perlu dijalin komunikasi dan koordinasi yang lebih intensif

antara Dinas Pertanian Propinsi dan Kabupaten, instansi atau

lembaga perbenihan di tingkat Pusat dan Daerah, Penyuluh,

Penangkar, dan Kelompok Tani dalam memecahkan masalah

yang dihadapi dan merencanakan kebutuhan benih untuk

musim tanam yang akan datang dengan tepat,

Dinas Pertanian Kabupaten bersama-sama kantor BPP dan

Penyuluh di Kecamatan perlu menginformasikan data

prediksi kebutuhan benih sebar dan varietas jagung komposit

yang perlu disediakan oleh produsen atau penangkar benih,

Atas dasar informasi tentang prediksi kebutuhan benih sebar

tersebut, BPB atau UPT BPSB Wilayah perlu menyampaikan

permintaan benih pokok dan varietasnya untuk diproduksi di

BPB atau UPT BPSB Wilayah kepada Dinas Pertanian

Provinsi c.q. BPSB Provinsi, dan untuk selanjutnya BPSB

Provinsi menyampaikan permintaan benih sumber kepada

Balitsereal dengan tembusan kepada Puslitbang Tanaman

Pangan dan Direktorat Perbenihan Serealia,

Dinas Pertanian Kabupaten bersama-sama BPB atau UPT

BPSB Wilayah perlu menyampaikan laporan/informasi

kepada Dinas Pertanian Provinsi c.q. BPSB Provinsi tentang

benih pokok dan/atau benih sebar dan varietas jagung

komposit yang didistribusikan kepada penangkar dan/atau

petani, disertai keterangan tentang mutu benih (daya

tumbuh), jumlah, waktu pendistribusian, dan lokasi/tempat

penyebaran atau penanamannya,

Dinas Pertanian Provinsi c.q. BPSB Provinsi perlu

menyampaikan informasi kepada Balitsereal dengan

tembusan kepada Puslitbang Tanaman Pangan dan

Direktorat Perbenihan Serealia tentang benih pokok dan

varietas jagung komposit yang didistribusikan kepada BPB

atau UPT BPSB Wilayah, disertai keterangan tentang mutu

benih (daya tumbuh), jumlah, waktu pendistribusian, dan

lokasi/tempat penyebaran atau penanamannya,

Penyuluh dan pihak terkait yang terlibat dalam rantai produksi

dan distribusi benih, termasuk penangkar dan petani

pengguna benih, perlu diberikan insentif yang wajar karena

telah membantu dalam produksi, pendistribusian, dan

peningkatan adopsi benih dan varietas unggul jagung

komposit, serta peningkatan produksi jagung mendukung

program swasembada jagung.

Outcome untuk kegiatan penelitian ini adalah: a) diketahui

faktor-faktor yang menjadi penyebab kurang berkembangnya

varetas unggul jagung komposit hasil riset Litbang Pertanian, b)

saran kebijakan operasional untuk pengembangan produksi benih

jagung bersari bebas/komposit dan c) langkah-langkah operasional

untuk pemecahan masalah terkait isu-isu perbenihan jagung

komposit yang terjadi saat berlangsungnya penelitian.

Page 69: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 55

Pupuk dan Pemupukan Padi Sawah Spesifik Lokasi

Pemerintah telah mengurangi subsidi pupuk mulai 1 April

2010 yang menyebabkan harga pupuk meningkat 25-40%, dan

diperkirakan harga pupuk akan terus meningkat. Oleh karena itu,

petani harus lebih efisien dalam pengelolaan pemupukan padi

sawah. Usahatani lahan sawah di Indonesia yang dicirikan oleh

kondisi kepemilikan lahan sawah yang kecil, menyebabkan

manajemen pengelolaan lahan beragam baik antarpetani maupun

antarhamparan sawah. Kondisi ini memerlukan suatu teknologi

pemupukan tepat guna untuk usahatani lahan sawah.

Badan Litbang Pertanian bekerjasama dengan IRRI telah

mengembangkan perangkat lunak berjudul “Nutrient Manager for

Rice” atau Pemupukan Hara Spesifik Lokasi. Salah satu manfaatnya

adalah memberikan saran strategi pemupukan yang efisien (tepat

takaran, tepat sumber, tepat cara, dan tepat waktu applikasinya).

Menteri Pertanian telah meluncurkan PHSL berbasis web berjudul

“Pemupukan Hara Spesifik Lokasi” yang dapat diakses melalui

http://webapps.irri.org/nm. Teknologi PHSL dalam bentuk website

bertujuan untuk memudahkan diseminasi dalam skala luas guna

perbaikan manajemen pemupukan padi sawah di Indonesia dengan

target pengguna adalah (a) teknisi BPTP dan (b) penyuluh

pertanian lapangan (PPL).

Saran alternatif kebijakan :

Bagi pabrik pupuk, baik BUMN maupun pengusaha lokal,

disarankan dapat membuat paling tidak dua komposisi pupuk

majemuk lagi yaitu (a) dengan kandungan hara N seperti pada

Ponska tetapi kandungan P-nya relatif rendah dan kandungan

K- nya relatif tinggi dan (b) formula pupuk dengan kandungan

hara N seperti juga pada Ponska tapi kandungan P-nya relatif

tinggi dan kandungan K-nya relatif rendah (sebagai

pemeliharaan), sehingga tidak terjadi penambangan hara P

dan K secara berlebihan di tanah.

Petani memerlukan penyuluhan dan pemahaman bahwa

penggunaan pupuk yang efisien sangat menentukan jumlah

pupuk yang harus diberikan serta target hasil gabah yang

dapat dicapai. Dengan teknologi pemupukan hara spesifik

lokasi (PHSL) diharapkan penggunaan pupuk oleh petani dapat

lebih rasional sesuai kebutuhan tanaman sekaligus

meningkatkan produksi dan pendapatan petani

Sasaran 6: Terselenggaranya diseminasi teknologi

tanaman pangan

Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian

indikator kinerja utama dengan target yang telah ditetapkan dalam

PKT 2011 yaitu diterbitkannya 10 judul publikasi ilmiah dan 4 kali

pertemuan ilmiah.

Sasaran 6 tersebut dicapai melalui kegiatan “Diseminasi

teknologi tanaman pangan”, yang terdiri dari 4 subkegiatan

yaitu 1) Pengembangan sistem informasi komunikasi, diseminasi,

dan umpan balik inovasi tanaman padi, 2) Pengembangan

diseminasi dan penjaringan umpan balik teknologi aneka kacang

dan ubi, 3) Penyebarluasan dan alih teknologi inovasi produksi

serealia, dan 4) Pengembangan sumber daya informasi iptek,

diseminasi, dan jaringan umpan balik tanaman pangan.

Page 70: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 56

Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator

kinerja disajikan sebagai berikut :

Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2011

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Pengembangan sistem informasi

komunikasi, diseminasi dan

umpan balik inovasi tanaman padi

(paket kegiatan)

Penyediaan benih kelas SS

1

420 ton

1

420 ton

100,0

100,0

Pengembangan diseminasi dan

penjaringan umpan balik teknologi

aneka kacang dan ubi (paket

kegiatan)

1 1 100,0

Penyebarluasan dan alih teknologi

inovasi produksi serealia (paket

kegiatan)

1 1 100,0

Pengembangan sumber daya

iptek dan diseminasi tanaman

pangan (paket kegiatan)

1 1 100,0

Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun

2011 berdasarkan target yang direncanakan telah tercapai dengan

persentase pada masing-masing kegiatan rata-rata 100%,

sedangkan realisasi keuangan sebesar Rp. 14.451.629.274,-

(95,78%). Pencapaian indikator kinerja kegiatan untuk mencapai

sasaran dapat dilihat secara rinci pada formulir PKK.

Sebagai perbandingan atas kemajuan yang telah diperoleh

dari tahun sebelumnya 2010 dapat dijelaskan sebagai berikut :

Capaian Kinerja 2010

Indikator Kinerja 2010 2011

Diseminasi inovasi teknologi padi

mendukung kemandirian pangan

(paket kegiatan)

1 1

Diseminasi inovasi teknologi

aneka kacang dan ubi (paket)

1 1

Diseminasi inovasi teknologi

tanaman serealia (paket kegiatan)

1 1

Pengembangan sumber daya

iptek dan diseminasi tanaman

pangan (paket kegiatan)

1 1

Dari perbandingan capaian kinerja tahun sebelumnya dengan

capaian kinerja tahun 2011 terlihat sama tetapi ada penambahan

beberapa kegiatan di antaranya PPN XIII di Tenggarong

Kalimantan Timur, gelar teknologi, workshop, seminar open house,

dan Hari Pangan Sedunia.

Tahun 2011 merupakan tahun implementasi Sistem

Diseminasi Multi Channel di lingkup Badan Litbang Pertanian.

Artinya bahwa hasil penelitian yang menonjol harus segera

disebarluaskan kepada para penggunanya melalui berbagai channel

komunikasi seperti pembuat kebijakan baik pusat dan daerah,

penyuluh, petani dan swasta serta melalui kegiatan temu lapang,

open house, seminar, pameran, maupun publikasi. Kegiatan

diseminasi yang menonjol tahun 2011 lingkup Puslitbangtan adalah

partisipasi dalam kegiatan Penas XIII di Tenggarong Kalimantan

Timur, Hari Pangan Sedunia di Gorontalo, Openhouse Balitsereal

dengan Tanam Perdana Jagung Hibrida, KRPL Pacitan, Seminar,

dan berbagai pameran lainnya.

Page 71: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 57

Pekan Nasional (Penas) XIII

PENAS Petani Nelayan XIII tahun 2011 yang berlangsung

tanggal 18-23 Juni 2011 dilaksanakan di Desa Perjiwa, Kecamatan

Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan

Timur. Penas XIII dibuka oleh Wakil Presiden RI dihadiri sekitar 30

ribu petani, nelayan, penyuluh, dan pejabat pemerintah seluruh

Indonesia. Puslitbangtan bersama seluruh Satker Kementerian

Pertanian, menyajikan gelar teknologi varietas unggul padi, jagung,

aneka kacang dan ubi yang beradaptasi pada perubahan iklim.

Kegiatan ini juga sebagai upaya Puslitbangtan untuk

mengoptimalkan keterlibatan masyarakat petani secara langsung

dalam proses pembelajaran pemahaman aplikasi inovasi teknologi

di lapang. Varietas unggul tanaman pangan ditampilkan di lapang

pada Cluster Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan dan

Cluster Pangan Alternatif, serta Pameran Indoor.

Gambar 20. Menteri Pertanian berdiskusi dengan pemulia jagung

saat kunjungan ke pameran indoor Penas XIII

Gambar 18. Keragaan tanaman pangan di Cluster Swasembada dan

Swasembada Berkelanjutan pada Penas XIII di

Tenggarong, Kalimantan Timur

Gambar 21. Keragaan tanaman ubi-ubian di Cluster Pangan

Alternatif pada Penas XIII di Tenggarong, Kalimantan

Timur.

Page 72: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 58

Hari Pangan Sedunia

Saat ini penduduk dunia hampir mencapai 7 miliar orang dan

tahun 2050 diprakirakan mencapai 9 miliar orang. Dalam hal

penyediaan pangan dirasakan belum aman akibat penambahan

jumlah penduduk, ke depan kerawanan pangan perlu diantisipasi.

Oleh karena itu, Wapres mengatakan bahwa untuk mengatasi

kerawanan pangan diperlukan pemanfaatan teknologi yang tepat

dan pengelolaan sumber daya yang baik untuk menghasilkan

pangan yang cukup bagi bangsa Indonesia.

Kunjungan Wapres pada acara HPS tersebut disertai Menteri

Pertanian, Perwakilan FAO James Mc Grane, perwakilan 21 negara

sahabat, dan gubernur di Indonesia. Pada Acara HPS tersebut

Badan Litbang Pertanian menampilkan berbagai inovasi teknologi

yang dikelompokkan pada empat cluster yaitu 1) Rumah Pangan

Lestari (RPL), 2) Pangan Fungsional, 3) Swasembada Pangan, dan

4) Tanaman Obat dan Aromatik. Dalam kunjungan Wapres ke lahan

Gelar Teknologi Badan Litbang Pertanian, beliau sangat tertarik

dengan penampilan berbagai tanaman sayuran dan biofarmaka

yang ada di hamparan RPL. Selain itu, Wapres berkesempatan

mendengarkan penjelasan tentang kemajuan penelitian kedelai,

padi, dan jagung. Pada kesempatan ini Wapres sempat memetik

polong kedelai muda dan memakannya. Pada tanaman jagung,

Wapres sempat memegang tanaman jagung yang memiliki tongkol

dua dan berdiskusi dengan peneliti jagung. Hal yang menarik dari

acara HPS tersebut, Wapres sangat memperhatikan kemajuan riset

di bidang pertanian dan bagaimana hasil riset tersebut segera

disebarkan kepada petani serta sampai di lahan petani.

Gambar 22. Dr. Hasil Sembiring (Kepala Puslitbangtan) menjelaskan kemajuan penelitian kedelai kepada Wakil Presiden, Menteri Pertanian dan Gubernur Gorontalo.

Open house di Balai Penelitian Tanaman Padi

Gambar 23. Menteri Pertanian didampingi Kepala Badan Litbang

Pertanian dan Dirjen Tanaman Pangan pada acara

open house di BBPadi memanen padi varietas INPARI

13 yang ditengarai tahan wereng coklat

Page 73: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 59

Openhouse dan Seminar Nasional Jagung

Openhouse Balitsereal berlangsung tanggal 3-4 Oktober

2011 dengan tema Inovasi Teknologi Mendukung Swasembada

Jagung dan Diversifikasi Pangan yang dibuka secara resmi oleh

Menteri Pertanian Dr. Ir. Suswono, MMA. Open House tersebut

dihadiri oleh Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, 11

Bupati Daerah dan 1 Wali Kota dari wilayah Sulawesi Selatan.

Dalam acara tersebut Menteri Pertanian berkesempatan

melakukan penanda-tanganan peresmian pengoperasian

Laboratorium Biologi Molekuler Badan Litbang Pertanian yang

menggunakan teknologi molekuler seperti genotyping dan

sequencing berteknologi tinggi. Seusai melakukan penanda-

tanganan peresmian laboratorium, Menteri Pertanian bersama-

sama dengan sejumlah pejabat pusat dan daerah melakukan tanam

perdana jagung hibrida unggul Bima 14 Batara dan Bima 15

Sayang, yang merupakan varietas hasil Badan Litbang Pertanian.

Selanjutnya, Menteri Pertanian berkesempatan mengunjungi

visitor plot Badan Litbang Pertanian yang menggelar varietas

unggul jagung hasil penelitian Badan Litbang Pertanian. Teknologi

tersebut antara lain jagung hibrida BiomasTinggi (varietas Bima 1 –

6), jagung hibrida berumur genjah (varietas Bima 7 – 8) dengan

umur 88 hari, dan jagung hibrida kaya protein (varietas Bima 12Q

dan 13Q) dengan potensi hasil sampai 13 t/ha. Selain jagung

hibrida, Badan Litbang Pertanian juga memamerkan calon varietas

unggu baru jagung hibrida bertongkol 2 serta jagung QPM biji putih

yang sesuai guna mendukung diversifikasi pangan dan mengatasi

masalah gizi buruk.

Gambar 24. Menteri Pertanian, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, dan Kepala Badan Litbang Pertanian melakukan tanam perdana jagung hibrida varietas Bima-14 dan Bima-15 dan wawancara pada acara Openhouse Balitsereal.

Seminar Nasional Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

Badan litbang yang perannya telah dinilai baik oleh

Kementerian Pertanian tidak boleh kehilangan momen, stagnan,

dan berhenti berinovasi. Untuk itu seluruh peneliti di Badan Litbang

Pertanian harus kuasai pertanian holistik, pahami aspek yang lebih

luas mencakup teknis, sosial-ekonomi, bahkan budaya, serta

perubahan lingkungan termasuk dinamika politik. Ada dua indikator

keberhasilan penelitian yang harus dipenuhi peneliti lingkup Badan

Litbang Pertanian yakni science recoqnition dan impact recoqnition.

Demikian inti arahan Dr Haryono, Kepala Badan Litbang Pertanian

pada pembukaan Seminar Nasional Hasil Penelitian Tanaman Aneka

Kacang dan Umbi, di Balitkabi, Malang, 15 November 2011.

Page 74: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 60

Gambar 25. Kepala Badan Litbang Pertanian membuka Seminar

KABI 2011 dan penyerahan benih sumber kedelai FS

untuk di Jawa Timur dan Yogyakarta

Produk olahan pangan bahan baku dari kebun KRPL

Untuk lebih meningkatkan nilai tambah produk pertanian

dan kegiatan ekonomi di Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di

Desa Kayen, Kabupaten Pacitan, Balitkabi melatih para pengrajin,

Kelompok Kerja (Pokja) PKK, staf Ketahanan Pangan, dan

Penyuluh Pertanian. Materi pelatihan mencakup pengolahan ubi

jalar, ubi kayu, dan kedelai menjadi produk pangan olahan yang

nilai ekonominya lebih tinggi ketimbang bahan segarnya. Pelatihan

diikuti oleh 28 orang terdiri dari ibu-ibu pengrajin pangan, Pokja

PKK Desa Kayen, staf Kantor Ketahanan Pangan, dan Penyuluh

Pertanian. Hadir Dr. Haryono, Kepala Badan Litbang Pertanian,

Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian (Kemtan), dan Gubernur

Jawa Timur. Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur bersama Bupati

Pacitan dan rombongan meninjau ke kampung KRPL.

Pelatihan ini diharapkan hasil usahatani tidak langsung dijual

segar, namun diproses terlebih dulu menjadi pangan olahan

sehingga meningkat nilai ekonominya. Pemrosesan ini secara

langsung akan menambah kegiatan ekonomis bagi warga Desa

Kayen. Itulah salah satu daya katrol pelatihan ini terhadap

pengembangan KRPL di Pacitan. Perlu dikemukakan bahwa dengan

konsep KRPL ini, lahan yang tidak diusahakan, baik tegalan,

pekarangan, maupun sawah, diusahakan tanaman yang cocok

untuk kondisi lahannya. Tanaman yang diusahakan antara lain

umbi-umbian (ubi jalar, suweg, mbote, dan sejenisnya), aneka

tanaman obat, serta tanaman tahunan. Balitkabi di wilayah KRPL

mengembangkan ubijalar MSU 03028-10, Antin-1, dan Beta-1, serta

umbi-umbian potensial mbote, ganyong, talas, garut dan suweg.

Gambar 26. Kepala Badan Litbang Pertanian mencicipi produk

olahan pangan karya ibu-ibu peserta pelatihan

Page 75: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 61

Budi Daya Kedelai di Kawasan Hutan Jati

Budi daya kedelai di kawasan hutan jati dilaksanakan sebagai

sarana untuk mendiseminasikan hasil penelitian kedelai kepada

pengguna, DEMFARM untuk mendukung suksesnya Gerakan

Peningkatan Produksi Pangan berbasis Kemitraan (GP3K). Gelar

teknologi budi daya kedelai di kawasan hutan ini dapat menjawab

keraguan semua pihak bahwa apakah lahan hutan dapat

dimanfaatkan untuk produksi tanaman pangan?. Pertumbuhan

kedelai di antara tegakan pohon jati dapat tumbuh dengan baik.

Keuntungan bertanam kedelai yang di tumpangsarikan dengan

pohon jati antara lain : (a) Pemanfaatan lahan lebih optimal, (b)

Produk panen beragam, (c) Lebih cepat memperoleh penghasilan

(kedelai panen umur 85-90 hari), (d) Memperoleh tambahan hasil,

(e) Memperbaiki kesuburan tanah karena tambahan N dari

rhzobium dan bahan organik dari serasah tanaman kacang-

kacangan, (f) Mencegah erosi, dan (g) Menyediakan pakan ternak.

Gambar 27. Keragaan kedelai di sela-sela tanaman hutan jati

mampu berproduksi dan mengoptimalkan lahan

Menyongsong Kebangkitan Kedelai di Sulawesi Tenggara

Sepuluh tahun terahir (2000 – 2010) luas pertanaman kedelai

di Sulawesi Tenggara (Sultra) berfluktuasi dari 1.600 ha hingga

6.700 ha. Luas pertanaman kedelai tertinggi terjadi tahun 2009

yaitu 6.700 ha dan kemudian turun menjadi 2.650 ha pada tahun

2010, dengan tingkat produktivitas sekitar 0,9 t/ha. Sentra

pertanaman kedelai yaitu di Kabupaten Konawe Selatan yaitu

hampir 90% dari total luas di Propinsi Sultra.

Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

(Balitkabi) bekerjasama dengan BPTPertanian Sulawesi Tenggara

melaksanakan Gelar Teknologi Budi Daya Kedelai di lahan sawah di

Desa Pangan Jaya, Kecamatan Lainea, Kabupaten Konawe Selatan,

Sulawesi Tenggara seluas 1,5 ha, melibatkan tiga petani koperator,

menggunakan varietas Argomulyo dan Burangrang. Kedua varietas

selain berbiji besar juga berumur genjah (76-80 hari). Tanah di

lokasi tersebut adalah Ultisol, dan berdasarkan uji tanah yang

dilakukan oleh BPTP Sultra pH tanah sekitar 5, kandungan P dan

bahan organik sangat rendah, kandungan N rendah, dan K sedang.

Hasil panen menunjukkan potensi varietas unggul Argomulyo

dapat mencapai hasil 2,1 t/ha. Varietas Burangrang menunjukkan

keragaan yang lebih baik daripada varietas Argomulyo, namun

belum panen. Petani lebih menyukai varietas Burangrang

dibandingkan Argomulyo. Petani sangat senang dengan adanya

kegiatan ini karena baru pertama kali menanam kedelai dengan

sistim tanpa olah tanah (TOT). Adanya gelar teknologi tersebut

petani semakin yakin bahwa menanam kedelai di lahan sawah

setelah padi dapat dilakukan dengan sistim TOT. Dalam

sambutannya mengahiri acara temu lapang, ketua Gapoktan Desa

Page 76: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 62

Pangan Jaya (Bapak Mashari) menyatakan bahwa tanam kedelai

dengan sistim TOT adalah sesuatu yang baru bagi petani setempat.

Berdasarkan pengakuan petani koperator, banyak petani yang

membeli hasil panennya untuk dijadikan benih pada musim tanam

bulan Nopember 2011.

Hasil analisis usahatani kedelai, apabila dapat mencapai hasil

2,1 t/ha maka akan diperoleh keuntungan Rp 6.332.000/ha atau

nisbah B/C 1,21. Secara umum, petani sangat tertarik dan antusias

untuk menanam kedelai yang sudah ditinggalkannya selama 15

tahun. Demplot kedelai dan temu lapang ini merupakan awal

kebangkitan kembali kedelai di Sulawesi Tenggara pada umumnya

dan di Kabupaten Konawe Selatan pada khususnya.

Gambar 28. Keragaan tanaman kedelai, panen dan temu lapang

di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara

Lokakarya pengelolaan hara kalium untuk tanaman kedelai

pada lahan sawah dengan pola tanam padi – padi – kedelai

Balitkabi bekerja sama dengan Internasional Potash

Institute (IPI) melakukan penelitian tentang pemupukan/

pengelolaan K pada kedelai di lahan sawah yang berpola tanam

”Padi – Pad – Kedelai”. Penelitian ini direncanakan berjalan tiga

tahun, dimulai tahun 2011. Tahun ini kegiatan dilakukan di Madiun

(Desa Pulerejo, kec. Pilangkenceng) dan Ngawi (Desa Wonokerto,

kec. Kedunggalar). Sebagai rangkaian kegiatan penelitian tersebut,

dilakukan: ”Pelatihan dan Lokakarya untuk Penyuluh dan Petani”,

dengan topik: ”Pengelolaan Hara Kalium untuk Tanaman Kedelai

pada Lahan Sawah dengan Polatanam ”Padi – Padi – Kedelai”

Gambar 29. Tanaman kedelai di tanah Vertisol di Pilangkenceng

(Madiun) yang menunjukkan gejala defisiensi K

Page 77: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 63

Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultura Daerah Tingkat II

Ponorogo, menyampaikan beberapa hal, yaitu: (a) bahwa Madiun,

Ponorogo, dan Ngawi adalah sebagian dari wilayah Provinsi Jawa

Timur yang cukup banyak memproduksi kedelai, namun hasilnya

belum optimal, karena berbagai sebab seperti kualitas benih yang

kurang baik, gangguan hama/penyakit, dan kekurangan hara, serta

(b) pada tahun ini (2011) hasil kedelai di tiga kabupaten tersebut

dipastikan akan naik, karena luas tanamannya meningkat, hal ini

disebabkan oleh kondisi curah hujan yang kurang dan sebagian

petani takut menanam padi karena hama wereng.

Beberapa hal penting yang dapat diperoleh, terkait dengan

pengelolaan hara K untuk kedelai pada lahan sawah adalah sebagai

berikut: Status hara K pada lahan sawah, khususnya di Madiun,

Ponorogo, dan Ngawi adalah beragam, mulai dari sangat rendah

(<0,1 me/100 g) sampai sangat tinggi (>1,0 me/100 g). Sebagian

besar lahan sawah di tiga kabupaten tersebut adalah tergolong

rendah sampai sangat rendah, berturut-turut: (a) Madiun 66,3%,

(b) Ponorogo 65,7%, dan (c) Ngawi 58,1% dari areal sawah, yang

disurvei pada tahun 2001. Kalium sangat berperanan penting dalam

proses fisiologi tanaman, karena terlibat dalam 60 reaksi enzimatis,

diantaranya dalam proses fotosintesis dan sistesis protein.

Kecukupan kalium selain akan menentukan tingkat hasil juga

kualitas hasil. Tanaman yang kurang hara K akan mudah rebah dan

rentan terhadap serangan hama dan penyakit, serta cekaman

kekeringan. Hara K dalam jerami akan cepat tersedia bagi tanaman

setelah dibenamkan ke dalam tanah yang cukup air karena cepat

terdekomposisi dan melepaskan K (30 hari 100% K dalam jerami

telah terlepas/tersedia), atau jerami dibakar

Gambar 30. Pada tanah Vertisol di Kedunggalar (Ngawi) yang

mengandung K-dd 1,03 me/100 g, tanaman

kedelai tidak respon terhadap pemupukan K yang

meningkat, setara dengan 50 – 200 kg KCl/ha

Publikasi Hasil Penelitian

Diseminasi teknologi tanaman pangan untuk

menyebarluaskan teknologi baru kepada pengguna baik melalui

ekspose maupun penerbitan berbagai publikasi ilmiah, antara lain:

Jurnal penelitian tanaman pangan No. 1, 2, dan 3.

Buletin Iptek tanaman pangan No. 1 dan 2 tahun 2011

Laporan tahunan 2010 penelitian padi dan palawija

Buku saku musuh alami hama padi

Berita Puslitbangtan

SOP pengendalian wereng coklat

Profile of Indonesia Centre for Rice Research

Buku musuh alami hama padi

Page 78: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 64

Pengendalian hama tikus terpadu

Pengendalian penyakit kresek dan hawar daun bakteri

SOP pengendalian penggerek batang

Padi toleran rendaman

Jagung, sorgum, dan gandum

Diskripsi varietas unggul Jagung, Sorgum dan Gandum

Leaflet Panduan Praktis

Leaflet Budi daya Tanaman Jagung Tanaman Sisip

Lefleat Sekilas Balai (Bahasa Indonesia, Inggris)

Gambar 31. Publikasi hasil penelitian tanaman pangan 2011

Outcome hasil penelitian tersebar dan diketahui dengan cepat

oleh pengguna petani, pemerintah (pusat dan daerah), swasta,

LSM, dan khalayak umum lainnya.

Tabel 7. Judul makalah ilmiah yang diterbitkan melalui

Jurnal Penelitian Tanaman Pangan 2011.

No Judul Tulisan Penulis

1 Karakter Agronomi dan Hasil Galur Padi Toleran Rendaman

Aris Hairmansis, dkk

2 Pembentukan Galur Mandul Jantan Baru Padi Hibrida Tahan HDB dan WBC

Yudhistira Nugraha, dkk

3 Pengaruh Derajat Sosoh dan Pengemas pada Mutu Beras Aromatik selama Penyimpanan

Elsera B Tarigan, dkk

4 Efektivitas Kombinasi Amelioran dan Pupuk Kandang dalam Meningkatkan Hasil Kedelai pada Tanah Ultisol

Sudaryono, dkk

5 Pengaruh Takaran Pupuk NPKS, Dolomit, dan Pupuk Kandang terhadap Hasil Kedelai di Lahan Pasang Surut

A. Taufiq, dkk

6 Peningkatan Efikasi Cendawan Lecanicillium lecanii untuk Mengendalikan Telur Hama Kepik Coklat pada Kedelai

Yusmani P, dkk

7 Galur Harapan Padi Rawa Toleran Rendaman Rini Hermanasari, dkk

8 Pengelolaan Hara pada Varietas Padi Toleran Rendaman

Ikhwani, dkk

9 Peningkatan daya Berkecambah dan Vigor Benih Padi Hibrida Melalui Invigorasi

Sri Wahyuni

10 Reaksi Padi Hibrida Introduksi terhadap Penyakit HDB dan Hasil Gabah

Sudir

11 Mutu Beras Padi Aromatik dari Pertanaman di Lokasi dengan Ketinggian Berbeda

Suhartini, dkk

12 Kandungan Mineral Beberapa Galur Harapan Padi Sawah

Cucu Gunarsih, dkk

Page 79: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 65

Tabel 7. (lanjutan) .........

No Judul Tulisan Penulis

13 Potensi Cendawan Entomopatogen Verticillium lecanii dan Beauveria bassiana dalam Mengendalikan Wereng Hijau dan menekan Intensitas Penyakit Tungro

Fausiah T. Ladja, dkk

14 Pewarisan Ketahanan Penyakit Tungro pada galur Padi OBSTG02-28

Ahmad Muliadi, dkk

15 Identifikasi Varietas/Klon Ubikayu Unggul untuk Bahan Baku Bioetanol

Erliana Ginting, dkk

16 Peran Varietas Tahan dalam Menurunkan Populasi Wereng Coklat Biotipe 4 pada Tanaman Padi

Baehaki S.E, dkk

17 Pengaruh Bahan Pengemas terhadap Mutu Beras Padi Aromatik selama Penyimpanan

Jumali, dkk

18 Seleksi dan Identifikasi Bakteri Antagonis sebagai Agens Pengendali Hayati Penyakit Hawar Pelepah Padi

Rustam, dkk

19 Laju Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Genotipe Kedelai Berumur Genjah

A. Ghozi Manshuri

20 Pengaruh Penyosohan dan Pemasakan terhadap Kandungan Vitamin B Beras Merah

Siti D. Indrasari

21 Keragaan Padi Hibrida pada Sistem Pengairan intermittent dan Tergenang

Yuniati Pieter

22 Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L) pada Berbagai Jarak Tanam

Yuslima

23 Karakteristik Agronomis dan Fisikokimia Umbi Klon Ubikayu Genjah

Titik Sundari, dkk

C. AKUNTABILITAS KEUANGAN

Alokasi Anggaran Lingkup Puslitbang Tanaman Pangan

Pagu anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan tahun

anggaran 2011 Rp. 139.652.958.000, terdiri dari belanja pegawai

Rp.45.887.163.000, belanja barang Rp.57.661.776.000,- dan

belanja modal Rp.36.104.019.000,-. Anggaran tersebut dibagi

untuk Puslitbangtan dan tiga balai komoditas serta satu loka

penelitian penyakit tungro dengan rincian sebagai berikut: a)

Puslitbangtan Rp. 12.384.295.000,- b) Balai Besar Padi Rp.

80.348.074.000,- c) Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-

Umbian Rp. 20.830.939.000,- d) Balai Penelitian Tanaman Serealia

Rp. 23.090.208.000,- dan e) Loka Penelitian Penyakit Tungro Rp.

2.999.442.000,-.

Realisasi Anggaran

Total anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan TA 2011

sebesar Rp.139.652.958.000, sedangkan realisasi anggaran lingkup

Puslitbang Tanaman Pangan sampai dengan 31 Desember 2011

sebesar Rp.130.845.450.980,- atau 93,69% terdiri dari belanja

pegawai Rp. 44.064.977.549,- (96,03%), belanja barang Rp.

54.545.036.721,- (94,59%), dan belanja modal Rp.

32.235.436.710,- (89,28%).

Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan peraturan yang

berlaku juga diwajibkan untuk mengumpulkan dan menyetorkan

penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Secara umum target yang

ditetapkan dapat tercapai bahkan terlampaui (tercapai 190,65%

dari target tahun 2011).

Page 80: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 66

Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak lingkup Puslitbang

Tanaman Pangan sampai dengan akhir bulan Desember 2011

sebesar Rp. 3.280.721.870,- (190,65%) dari target PNBP sebesar

Rp. 1.720.815.132,- yang terdiri dari target penerimaan umum

sebesar Rp. 44.370.132,- dan penerimaan fungsional Rp.

1.676.445.000,- dengan realisasi penerimaan umum Rp.

152.927.549,- (344,66%) dan penerimaan fungsional Rp.

3.127.794.321,- (196,57%).

Analisis Akuntabilitas Keuangan Penelitian

Capaian kinerja akuntabilitas bidang keuangan Puslitbang

Tanaman Pangan berdasarkan kelompok kegiatan dan sasaran

penelitian pada umumnya telah berhasil dalam mencapai sasaran

dengan baik. Tahun anggaran 2011 untuk pagu biaya operasional

berdasarkan kelompok kegiatan dan sasaran sebesar Rp.

36.392.864.000, sedangkan realisasinya sebesar Rp.

35.498.667.022 atau 97,54% dengan perincian seperti terlihat pada

Tabel 8 di bawah ini :

Page 81: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 67

Tabel 8. Akuntabilitas keuangan Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan indikator sasaran kegiatan TA. 2011.

No. Indikator Sasaran Kegiatan Anggaran Realisasi %

1. Tersedianya informasi sumber daya

genetik tanaman pangan

a. Peningkatan sumber genetik koleksi plasma nutfah

padi karakterisasi, verifikasi, dan rejuvinasi untuk

perbaikan sifat varietas padi

b. Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah

tanaman aneka kacang dan ubi secara

konvensional, serta memanfaatkan teknologi DNA

c. Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi

sumber daya genetik jagung genjah, sorgum

manis, gandum tropis, dan jawawut

345.000.000

172.178.000

220.252.000

344.372.000

171.948.300

220.018.100

99,8

99,9

99,9

2. Terciptanya varietas unggul baru tanaman

pangan

a. Perakitan varietas unggul baru padi

b. Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka

kacang dan ubi

c. Perakitan varietas unggul baru jagung dan

serealia lainnya

7.221.000.000

1.793.109.000

1.490.424.000

7.191.200.820

1.785.635.703

1.486.401.827

99,6

99,6

99,7

3. Tersedianya teknologi budi daya, panen,

dan pascapanen primer tanaman pangan

a. Teknologi budi daya tanaman padi

b. Pengembangan Teknik Peringatan Dini di Pesema-

ian dan Tanaman Umur Muda serta Pengendalian

Penyakit Tungro untuk menekan Kehilangan Hasil

c. Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan

ubi

d. Teknologi budi daya tanaman serealia

4.120.000.000

874.878.000

488.590.000

225.342.000

4.024.010.008

874.878.000

488.167.780

222.595.150

97,7

100,0

99,9

98,8

Page 82: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 68

Tabel 8. (lanjutan)....................

No. Indikator Sasaran Kegiatan Anggaran Realisasi %

4. Tersedianya benih sumber varietas unggul

baru padi, jagung, kedelai untuk

penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO

9001-2008

a. Penyediaan benih sumber varietas unggul padi

b. Penyediaan benih penjenis kedelai dan benih

sumber aneka kacang dan ubi

c. Produksi benih sumber jagung

1.191.000.000

1.277.730.000

1.093.622.000

1.154.990.500

1.227.243.810

1.087.260.950

97,0

96,0

99,4

5. Tersedianya kebijakan pengembangan

tanaman pangan

a. Analisis kebijakan pengembangan tanaman

pangan

791.000.000 768.314.800 97,1

6. Terselenggaranya diseminasi teknologi

tanaman pangan

1. Pengembangan sistem informasi komunikasi,

diseminasi dan umpan balik inovasi tanaman padi

2. Pengembangan diseminasi dan penjaringan

umpan balik teknologi aneka kacang dan ubi

3. Penyebarluasan dan alih teknologi inovasi

produksi serealia

4. Pengembangan sumber daya informasi

IPTEK, diseminasi dan jaringan umpan balik

tanaman pangan

11.222.747.000

1.512.384.000

1.272.643.000

1.080.865.000

10.648.485.600

1.474.856.753

1.270.442.585

1.057.844.336

94,9

97,5

99,8

97,9

TOTAL 36.392.764.000 35.498.667.022 97,5

Page 83: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 69

D. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA

Kinerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

pada tahun 2011 dapat dilihat pada format PPS yang mencapai

rata-rata 174,6%. Pencapaian kinerja tersebut digolongkan dalam

kategori sangat berhasil.

Beberapa varietas unggul baru telah dilepas tahun 2011 dan

telah disebarluaskan melalui BPTP dan media publikasi lainnya,

antara lain: padi, jagung, kedelai, kacang tanah, dan ubijalar.

Secara rinci varietas padi unggul baru yaitu varietas INPARI 14

(Pakuan) potensi hasil 8,2 ton/ha, umur genjah, tahan HDB dan

mutu baik, INPARI 15 (Parahyangan) potensi hasil 7,5 ton/ha,

tahan HDB, Blas dan mutu baik (pulen), INPARI 16 (Pasundan)

potensi hasil 7,6 ton/ha, tahan HDB, Blas dan mutu baik (pulen),

INPARI 17 potensi hasil 7,9 ton/ha, umur genjah, tahan wereng

batang coklat, HDB dan mutu baik (pulen), INPARI 18 potensi hasil

9,5 ton/ha, umur genjah, tahan wereng batang coklat dan HDB,

INPARI 19 potensi hasil 9,5 ton/ha, umur genjah, tahan wereng

coklat, HDB mutu baik (pulen) INPARA 20 potensi hasil 8,8 ton/ha

umur genjah, tahan wereng batang coklat, HDB dan Blas, Inpari

(Sidenuk) potensi hasil 7,58 ton/ha tahan HDB, Blas mutu baik

(pulen), Inpago 8 potensi hasil 8,1 ton/ha tahan Blas, toleran

kekeringan dan Al mutu baik (pulen), Inpago (Unsoed1) potensi

hasil 7,2 ton/ha tahan wereng batang coklat, toleran FE dan

kekeringan mutu baik (pulen) dan aromatik, Inpago Unram1

potensi hasil 7,6 ton/ha tahan Blas, Al dan Fe mutu baik (pulen)

merah, Hipa Jatim1 potensi hasil 10 ton/ha agak rentan WBC 1 dan

2 mutu baik (pulen), Hipa Jatim2 potensi hasil 10,9 ton/ha agak

rentan WBC3, agak tahan HDB III mutu baik (pulen), Hipa Jatim3

potensi hasil 10,7 ton/ha agak tahan HDB III mutu baik (pulen)

Hipa 12 (SBU) potensi hasil 10,5 ton/ha tahan wereng batang

coklat3, tahan HDB3 mutu baik (pulen), Hipa 13 potensi hasil 10,5

ton/ha tahan wereng batang coklat 2, tahan HDB mutu baik

(pulen), Hipa 14 (SBU) potensi hasil 12,1 ton/ha tahan WBC2,

tahan HDB III mutu baik (pulen).

Varietas unggul baru jagung hibrida unggul baru, antara lain:

varietas Bima 12Q memiliki potensi hasilnya 9,3 t/ha, berumur 98

hst, memiliki kandungan asam amino lisin dan triptofan tinggi, stay

green yaitu warna batang dan daun di atas tongkol masih hijau,

saat biji sudah masak/waktu untuk panen. Sedangkan jagung

hibrida varietas Bima 13Q toleran bercak daun, agak toleran busuk

pelepah dan rentan hama gudang, potensi hasilnya 9,3 t/ha,

berumur ± 103 hst, selain itu juga memiliki kandungan asam amino

lisin dan triptofan tinggi, juga stay green. Jagung hibrida varietas

Bima 14 BATARA potensi hasilnya 12,9 t/ha, berumur ± 95 hst,

juga stay green sehingga sangat baik diintegrasikan dengan usaha

ternak. Jagung hibrida varietas Bima 15 SAYANG potensi hasilnya

13,2 t/ha, berumur ± 100 hst, juga stay green.

Program fortifikasi jagung kerja sama Badan Litbang

Pertanian dengan CIMMYT menghasilkan 2 varietas jagung

komposit yang mengalami proses pengayaan kandungan vitamin A.

Jagung hibrida varietas Provit A-1 kandungan vitamin A (beta

Page 84: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 70

karotin tinggi 0,081 ppm), kandungan protein lebih tinggi dibanding

jagung biasa, potensi hasil 7,4 t/ha, umur 96 hst. Jagung ini sangat

sesuai untuk mengatasi permasalahan gizi buruk. Jagung hibrida

varietas Provit A-2 mempunyai kandungan vitamin A (beta karotin

tinggi 0,144 ppm), kandungan protein 8,64%, potensi hasil 8,8

t/ha, dan umur 98 hst.

Varietas unggul baru kedelai yaitu: varietas GEMA potensi

hasil 3,06 t/ha berumur genjah (73 hari), ukuran bijinya 11,90

g/100 biji, kandungan protein 39% lebih tinggi daripada kedelai

impor hanya 37%. Varietas GEMA prospektif dikembangkan pada

daerah bercurah hujan terbatas atau dibudi dayakan pada MK2

Varietas unggul baru ubijalar yaitu: dua klon harapan dengan

kandungan antosianin tinggi yaitu MSU 01022-12 dan MSU 01016-

19 telah disetujui untuk dilepas oleh TP2V Tanaman Pangan

dengan nama varietas Antin 1 dan Antin 2. Varietas Antin 1

memiliki potensi hasil 33,2 t/ha, toleran kekeringan, mengandung

zat antosianin 33,89 mg/100 g dan distribusi warna ungunya

sangat menarik, cocok untuk dibuat keripik. Sedangkan varietas

Antin 2 memiliki potensi hasil 27,3 t/ha dan kandungan antosianin

tinggi (156 mg/100g umbi).

Varietas unggul baru kacang tanah yang diusulkan untuk

dilepas dengan nama Hypoma 1 dan Hypoma 2. Varietas Hypoma

1 adaptif di lingkungan optimal dengan potensi hasil 3,70 t/ha

polong kering. Varietas tersebut cukup tahan terhadap penyakit

bercak dan karat daun sekaligus agak tahan terhadap penyakit layu

bakteri. Varietas Hypoma 2 mempunyai daya adaptasi umum yang

baik terutama di lingkungan dengan musim hujan yang terbatas

yang sering menyebabkan tanaman mengalami cekaman

kekeringan pada fase generatif. Potensi hasil varietas Hypoma2

mencapai 3,50 t/ha polong kering, toleran kekeringan, serta agak

tahan terhadap penyakit bercak dan karat daun.

Berbagai inovasi teknologi yang telah dihasilkan Puslitbang

Tanaman Pangan diharapkan dapat mendukung 4 sukses

Kementerian Pertanian. Selanjutnya tidak hanya peningkatan

kesejahteraan petani dan pembangunan pertanian, tetapi juga

meningkatnya pembangunan ekonomi nasional dan kesejahteraan

penduduk Indonesia.

Page 85: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 71

Tabel 9. Persentase analisis akuntabilitas kinerja Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2011.

Sasaran Kegiatan Judul Kegiatan Persentase Kegiatan

Tersedianya informasi sumber daya genetik tanaman

pangan

a. Peningkatan sumber genetik koleksi plasma nutfah padi karakterisasi, verifikasi, dan

rejuvinasi untuk perbaikan sifat varietas padi

b. Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah tanaman aneka kacang dan ubi secara

konvensional, serta memanfaatkan teknologi DNA

c. Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi sumber daya genetik jagung genjah,

sorgum manis, gandum tropis dan jawawut

272,6

577,0

185,6

Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan a. Perakitan varietas unggul baru padi

b. Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka kacang dan ubi

c. Perakitan varietas unggul baru jagung dan serealia lainnya

425,0

125,0

233,3

Tersedianya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen

primer tanaman pangan

a. Teknologi budi daya tanaman padi dan Pengembangan teknik peringatan dini di

pesemaian dan tanaman umur muda, serta pengendalian penyakit tungro untuk

menekan kehilangan hasil

b. Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi

c. Teknologi budi daya tanaman serealia

100,0

114,3

120,0

Tersedianya benih sumber varietas unggul baru padi,

jagung, kedelai untuk penyebaran varietas berdasarkan

SMM ISO 9001-2008

a. Penyediaan benih sumber varietas unggul padi

1. BS

2. FS

3. SS

b. Penyediaan benih penjenis kedelai dan benih sumber aneka kacang dan ubi

1. NS

2. BS

3. FS

c. Produksi benih sumber jagung

1. BS

2. FS

100,0

100,0

100,0

207,8

130,0

119,4

178,0

254,0

Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman pangan Analisis kebijakan pengembangan tanaman 100,0

Terselenggaranya diseminasi teknologi tanaman pangan a. Pengembangan sistem informasi komunikasi, diseminasi dan umpan balik inovasi

tanaman padi

b. Pengembangan diseminasi dan penjaringan umpan balik teknologi aneka kacang dan

ubi

c. Penyebarluasan dan alih teknologi inovasi produksi serealia

d. Pengembangan sumber daya informasi IPTEK, diseminasi, dan jaringan umpan

balik tanaman pangan

100,0

100,0

100,0

100,0

Rata-rata 174,6

Page 86: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 72

IV. PENUTUP

4.1. KEBERHASILAN

Kontribusi nyata Puslitbang Tanaman Pangan adalah varietas

unggul baru padi dan palawija, teknologi budi daya panen dan

pascapanen, benih sumber, serta kebijakan tanaman pangan, turut

mewarnai keberhasilan pencapaian swasembada beras dan jagung

sejak tahun 2008. Puslitbang Tanaman Pangan terus berupaya

memacu kinerja melalui penyusunan program secara komprehensif

sesuai dengan keinginan pengguna dan pembangunan nasional.

Produksi dan produktivitas tanaman pangan akan terus dipacu

untuk mencapai swasembada padi dan jagung berkelanjutan serta

pencapaian swasembada kedelai tahun 2014

Selama tahun 2011 telah dilepas 29 varietas unggul tanaman

pangan terdiri dari 17 VUB padi, 7 VUB jagung, 1 VUB kedelai, 2

VUB kacang tanah, dan 2 VUB ubijalar. Pengelolaan Tanaman

Terpadu (PTT) menjadi kunci Program Peningkatan Produksi Beras

Nasional (P2BN) yang dikembangkan melalui sekolah lapang

pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT). Terbukti padi varietas

INPARI 13 banyak diminati petani di beberapa propinsi karena

produksi tinggi dan tahan wereng coklat. Jagung hibrida BIMA 12Q

dan 13Q yang mengandung protein tinggi dan sesuai untuk

mendukung program diversifikasi pangan. Varietas jagung tersebut

diminati Pemda Sulawesi Selatan untuk dikembangkan. Kedelai

varietas GEMA yang dilepas tahun 2011, berumur genjah 73 hari

dengan potensi hasil 3,06 ton/ha diharapkan segera berkembang di

masyarakat untuk mewujudkan swasembada kedelai.

Berdasarkan ARAM I BPS tahun 2011, produksi padi sebesar

67,31 juta ton GKG meningkat sebanyak 895,86 ribu ton (1,35%)

dibandingkan tahun 2010. Produksi jagung tahun 2011 sebesar

17,93 juta ton pipilan kering, mengalami penurunan 438,96 ribu

ton (2,39%) dibanding tahun 2010. Penurunan produksi jagung

terjadi karena penurunan luas panen seluas 74,47 ribu hektar

(1,80%). Sedangkan produksi kedelai tahun 2011 sebesar 0,93 juta

ton biji kering, meningkat sebanyak 25,89 ribu ton (2,85%)

dibandingkan tahun 2010. Kenaikan produksi kedelai terjadi karena

peningkatan luas panen seluas 4,99 ribu hektar (0,75%) dan

produktivitas sebesar 0,29 kuintal/ha (2,11%).

Kajian Mahbub Hossain dan Narciso dari International Rice

Research Institute (2002) menunjukkan rata-rata produktivitas

usahatani padi di lahan irigasi di Indonesia sudah mencapai 6,4

ton/hektar, kedua tertinggi di Asia Timur dan Asia Tenggara setelah

China (7,6 ton/hektar). Potensi peningkatan produktivitas hanya

sekitar 0,5–1,0 ton/hektar dengan input yang kian mahal.

Keberhasilan peningkatan produksi padi nasional tahun 2011

terus diupayakan untuk tercapai surplus beras sebesar 10 juta ton

sampai dengan tahun 2014. Beberapa peluang dapat dicapai

melalui optimalisasi lahan suboptimal seperti lahan kering dan

lahan pasang surut, serta memanfaatkan lahan dibawah tegakan

tanaman hutan yang masih muda.

Page 87: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 73

Demikian halnya dengan komoditas jagung diharapkan petani

akan terpacu untuk lebih mengintensifkan usahataninya.

International Grains Council (ICG) memperkirakan produksi jagung

dunia pada periode 2010/2011 naik 1,85% menjadi 822 juta ton.

Angka itu lebih tinggi dibanding proyeksi sebelumnya yaitu sekitar

809 juta ton. Produksi jagung internasional itu menggemuk

lantaran negara-negara penghasil jagung memanen jagung dalam

jumlah yang lebih besar daripada biasanya, yaitu AS, China,

Mexico, India, Rusia, Uni Eropa, Ukraina, Kanada, dan

Indonesia. Berdasarkan data Departemen Pertanian AS (USDA/

United States Department of Agriculture), produksi jagung di negeri

Paman Sam pada periode 2010/2011 meningkat sekitar 2% dari

periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 13,4 miliar bushel

atau 335 juta ton.

Harga kedelai yang sempat melandai, kini kembali

melambung. Sementara, produksi kedelai nasional masih belum

mencukupi kebutuhan di dalam negeri. Alhasil, ketergantungan

akan kedelai impor semakin besar. Berdasarkan data Bloomberg,

harga kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) untuk pengiriman

Mei 2011 akhir pekan lalu ada di level US$ 13,71 per bushel.

Padahal, pada pertengahan Maret lalu harga kedelai ini sudah

sempat melandai ke level US$ 12,7 per bushel. Sebagai catatan,

harga kedelai sempat menyentuh level tertingginya US$ 14,63 per

bushel.

Menipisnya stok kedelai dunia menjadi salah satu pemicu

kenaikan harga kedelai ini. Departemen Pertanian Amerika Serikat

(USDA) seperti dikutip Bloomberg pekan lalu menyatakan,

kemungkinan luas areal tanam kedelai di AS pada tahun ini akan

berkurang sekitar 1% ketimbang tahun lalu. Penurunan lahan

tanam kedelai ini disebabkan karena petani lebih banyak menanam

jagung dan gandum sehingga luas panen untuk kedua komoditas

ini lebih besar.

Akibat penurunan luas tanam kedelai di AS ini, para analis

yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan cadangan kedelai AS

akan melorot menjadi sebesar 136 juta bushel. Jumlah ini turun

2,9% ketimbang perkiraan dari USDA. "Luas areal tanam kedelai

tidak akan meningkat banyak," ujar Jerry Gidel, analis pasar North

American Risk Management Service Inc seperti yang dikutip

Bloomberg pekan lalu.

Ketua Dewan Kedelai Nasional Benny Kusbini

mengungkapkan, menurunnya cadangan kedelai dunia ini memang

tidak bisa dihindari. Akibat perubahan iklim, produksi kedelai

internasional menurun. Sementara itu penggunaan kedelai semakin

meningkat baik untuk bahan pangan maupun energi. "Pasokan

stagnan, sementara permintaan naik. Sehingga kenaikan harga

tidak bisa dihindari," ungkapnya kepada KONTAN akhir pekan lalu.

Menurutnya, tren harga kedelai nasional trennya akan terus

meningkat meski diselingi dengan berbagai koreksi. "Harga kedelai

masih mungkin naik sekitar 20% – 30% lagi," ujarnya. Bahkan,

Benny mengatakan bisa jadi, tahun ini harga kedelai masih akan

menembus rekor barunya. Sebelumnya, Ketua Gabungan Koperasi

Produsen Tahu tempe Indonesia (Kopti) Sutaryo menjelaskan

kenaikan harga kedelai otomatis akan memukul para pengrajin

tempe. Menurutnya, para pengrajin tempe saat ini sudah

menyiasati kenaikan harga bahan baku tempe dengan memperkecil

Page 88: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 74

ukuran produk atau menaikkan harga jual. Tetapi, jika kenaikan

harga kedelai di tingkat pengrajin kembali naik melebihi Rp.6.500

per kg, ia mengatakan langkah alternatif yang akan diambil oleh

produsen tempe adalah dengan mengurangi volume produksinya.

Ini dilakukan agar produksi tetap berjalan. "Kalau harga bahan

baku kembali naik ke level diatas Rp 6.500 per kg, kemungkinan

para produsen akan mengurangi produksinya hingga 20%," jelas

Sutaryo beberapa waktu lalu.

Benny menyampaikan bahwa, ketergantungan Indonesia

terhadap impor kedelai masih cukup tinggi. Produksi kedelai

nasional tahun 2010 lalu hanya sebesar 908.110 ton. Tahun ini,

Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi kedelai

nasional sebesar 934.000 ton. Padahal, "Kebutuhan kedelai

nasional saat ini sekitar 2,4 juta ton dengan pertumbuhan

kebutuhan kedelai sekitar 6% per tahun," jelasnya.

Alhasil, jika produksi nasional tidak meningkat, maka impor

akan terus terdongkrak. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2010

lalu Indonesia mengimpor kedelai sebanyak 1,739 juta ton dengan

nilai US$ 840,037 juta. Sementara itu, sepanjang Januari –

Februari 2011 Indonesia telah mengimpor kedelai sebanyak

425.060 ton dengan nilai US$ 236,879 juta.

Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah tahun 2011

ini merupakan salah satu bukti partisipasi aktif dari Puslitbang

Tanaman Pangan dalam Pembangunan Pertanian Nasional sesuai

dengan tugas pokok dan fungsi institusi. Keseluruhan kegiatan

yang dilaksanakan oleh Puslitbang Tanaman Pangan direncanakan

dan dilaksanakan serta dievaluasi sesuai dengan arahan yang

tertuang dalam Rencana Strategis Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan tahun 2010 – 2014. Masukan

dan saran atas kekurang sempurnaan dari laporan ini sangat

diharapkan untuk perbaikan.

4.2. HAMBATAN/MASALAH

Puslitbang Tanaman Pangan merupakan lembaga penelitian

pada tanaman semusim seperti padi, jagung, kedelai, kacang-

kacangan, dan umbi-umbian lainnya. Dalam melaksanakan kegiatan

penelitian ini sangat bergantung pada kondisi lingkungan seperti

temperatur, iklim, dan musim. Kondisi lapang yang tak terduga

terkadang menyebabkan munculnya serangan hama dan penyakit

yang meski sudah diantisipasi tetap tidak dapat terkendali. Seperti

halnya hama tikus atau jenis hama dan penyakit lainnya yang

mempengaruhi hasil penelitian di lapang.

Pengaruh pemanasan global juga terasa di lapang seperti

penentuan saat musim hujan tiba atau awal musim kemarau sangat

sulit diprediksi. Hal ini mempengaruhi saat penentuan musim

tanam dan pelaksanaan penelitian di lapang.

Benih unggul dan ketersediaannya sangat diperlukan dalam

upaya meningkatkan produksi tanaman pangan. Selama tahun

2011, distribusi benih BS terkendala oleh ketersediaan dana yang

ada di BBI dan BBU, sehingga penyebaran varietas unggul di

kalangan petani belum cepat. Petani masih banyak yang belum

mengetahui berbagai varietas unggul baru yang sesuai dengan

agroekosistem setempat serta tahan terhadap berbagai serangan

hama dan penyakit di daerah tersebut.

Untuk meningkatkan produksi aneka kacang dan umbi

menghadapi berbagai kendala dan permasalahan yang terkait

Page 89: LAKIP 2011 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 75

dengan perubahan lingkungan stategis, di antaranya adalah: (a)

perubahan iklim global akan berdampak meningkatnya frekuensi

dan intensitas cekaman biotik dan abiotik, (b) menyusutnya lahan

pertanian subur dan kompetisi dengan komoditas non-pangan,

memaksa perluasan areal tanaman pangan akan banyak

menggunakan lahan suboptimal yang kurang subur (umumnya di

luar Jawa), (c) meningkatnya harga bahan bakar minyak yang akan

berantai meningkatkan harga sarana produksi, dan (d) globalisasi

dan pasar bebas yang akan berkonsekuensi pada persaingan

produk yang ketat antar negara, sehingga menuntut perbaikan

efisiensi produksi, serta kualitas dan ketepatan pasokan (waktu dan

kontinyuitas) produk.

Di samping hal-hal tersebut, dalam meningkatkan produksi

komoditas, kendala dan permasalahan lain yang ditemui adalah:

(a) degradasi lahan karena tekanan penggunaannya yang semakin

intensif dan/atau dengan praktek bertani yang kurang sesuai, (b)

minat generasi muda yang rendah untuk bekerja sebagai petani,

serta (c) petani kekurangan modal karena tingkat kemiskinan yang

meningkat, pada saat ini penduduk miskin sekitar 37 juta dan

beberapa pihak memprediksi akan meningkat menjadi sekitar 41

juta jiwa akibat dampak dari hal-hal tersebut di atas.

4.3. PEMECAHAN MASALAH

Solusi untuk menghadapi berbagai kendala di lapang terus

dilakukan baik dengan memanfaatkan inovasi teknologi yang telah

dihasilkan melalui penelitian, maupun meningkatkan kerja sama

dengan berbagai pihak, terutama penyuluh lapang dan pemerintah

daerah.

Penyebarluasan inovasi teknologi baik melalui media cetak,

ekspose lapang, dan media elektronik sangat bermanfaat dengan

meningkatnya adopsi teknologi yang telah dihasilkan. Termasuk

pula pengembangan melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman

Terpadu di seluruh propinsi di Indonesia. Memperbanyak jumlah

Demplot di berbagai daerah ditengarai mampu meningkatkan

adopsi varietas unggul baru dan teknologi produksi lainnya.

Puslitbang Tanaman Pangan telah berupaya untuk

mengarahkan dan mengefektifkan kinerja dalam melaksanakan

penelitian dan diseminasi inovasi teknologi aneka kacang dan ubi

yaitu dengan melakukan koordinasi dalam bentuk : pembahasan

matriks penelitian, recana kerja penelitian maupun manajemen

pelaksanaan penelitian.