laporan akuntabilitas kinerja puslitbang...

88
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSLITBANG TANAMAN PANGAN TAHUN 2012 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Upload: letruc

Post on 01-Sep-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSLITBANG TANAMAN PANGAN

TAHUN 2012

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 i

KATA PENGANTAR

Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Tanaman Pangan merupakan instansi pemerintah di bawah Badan

Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian. Tugas dan fungsinya adalah melaksanakan penelitian dan pengembangan

pada tanaman padi dan palawija untuk mendukung pembangunan pertanian, serta melaksanakan penyelenggaraan

pemerintahan yang mencakup sumber daya manusia, dana, dan sumber daya penelitian.

Sebagai salah satu unit kerja yang mandiri, Puslitbang Tanaman Pangan wajib membuat dan menyampaikan laporan

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) di bidang penelitian dan pengembangan pertanian khususnya tanaman

pangan. Penyusunan laporan kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2012 ini telah mengacu pada pedoman penyusunan

LAKIP yang disusun oleh Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia tahun 2003.

Laporan ini merupakan media komunikasi pencapaian tujuan dan sasaran stratejik organisasi kepada para pengguna

yang dibuat sebagai perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang dipercayakan kepada Puslitbang Tanaman

Pangan berdasarkan suatu sistem akuntabilitas yang memadai, sesuai dengan Inpres Nomor 7 tahun 1999.

Semoga laporan ini dapat memenuhi harapan masyarakat dan dalam rangka membangun kinerja khususnya dalam kegiatan penelitian dan

pengembangan pertanian sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pengembangan IPTEK tanaman pangan.

Bogor, 13 Januari 2013

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Dr. Hasil Sembiring

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 ii

IKHTISAR EKSEKUTIF

Kebutuhan bahan pangan makin meningkat seiring dengan

bertambahnya jumlah penduduk. Mengandalkan pangan impor

untuk memenuhi kebutuhan nasional dinilai kurang tepat karena

akan mempengaruhi aspek sosial, ekonomi, dan politik, sehingga

peningkatan produksi pangan di dalam negeri terus diupayakan.

Indonesia memiliki peluang besar meningkatkan produksi

pangan yang dapat ditempuh melalui peningkatan produktivitas dan

perluasan areal tanam ke lahan suboptimal, seperti lahan sawah

tadah hujan, lahan kering, dan lahan rawa pasang surut, serta

peningkatan indeks pertanaman. Ketersediaan inovasi teknologi

sangat diperlukan. Karena itu, perakitan dan perekayasaan inovasi

teknologi tanaman pangan perlu didukung oleh perencanaan yang

sistematis dan terarah, sinergi antar-institusi terkait, sumber daya

manusia (SDM) profesional, dan fasilitas penelitian yang memadai

dan manajemen operasional yang transparan, efektif, dan efisien.

Secara nasional, kontribusi inovasi teknologi tanaman pangan

terhadap peningkatan produksi dan pendapatan sangat nyata.

Penggunaan varietas unggul padi telah mendominasi 90% areal

panen dari seluas 12 juta ha. Dengan peningkatan produktivitas

0,75 t gabah/ha sementara harga gabah Rp. 2.800/kg, sumbangan

penggunaan varietas unggul baru padi mencapai Rp. 22,7 triliun.

Demikian pula hanya dengan komoditas pangan lainnya. Dominasi

varietas unggul baru jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau,

ubikayu, dan ubijalar masing-masing 45%, 80%, 80%, 35% dan

80% dari total areal panen berturut-turut seluas 4 juta ha, 0,7 juta

ha, 0,3 juta ha, 0,3 juta has, 1,2 juta ha dan 0,2 juta ha.

Peningkatan produktivitas palawija dengan penerapan varietas

unggul baru masing-masing 1,0 t/ha untuk jagung, 0,5 t/ha untuk

kedelai, 0,5 t/ha untuk kacang tanah, 0,5 t/ha untuk kacang hijau,

6,0 t/ha untuk ubikayu dan 1,0 t/ha ubijalar. Dengan harga jagung,

kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubikayu, dan ubijalar masing-

masing Rp. 2.150, Rp. 6.250, Rp. 8.000, Rp. 5000, Rp. 540, dan

Rp. 1.000/kg, maka kontribusi pengembangan varietas unggul baru

palawija masing-masing sebesar Rp. 3,9 triliun, Rp. 1,8 triliun, Rp.

960 miliar, Rp. 600 miliar, Rp. 1,4 triliun, dan Rp. 160 miliar.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor

61/Permentan/OT.140/10/2010 tahun 2010, Puslitbang Tanaman

Pangan bertugas melaksanakan kebijakan teknis, rencana dan

program, penelitian dan pengembangan tanaman pangan, serta

pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan. Dalam

melaksanakan tugasnya, Puslitbang Tanaman Pangan menyeleng-

garakan fungsi: a) penyusunan kebijakan teknis, rencana dan

program, serta pemantauan/evaluasi penelitian dan pengembangan

tanaman pangan, b) pelaksanaan kerja sama dan pendayagunaan

hasil penelitian dan pengembangan tanaman pangan, c) penelitian

dan pengembangan tanaman pangan, dan d) pengelolaan urusan

tata usaha Puslitbang Tanaman Pangan.

Tujuan

Tujuan Puslitbang Tanaman Pangan dalam renstra tahun

2010 – 2014 ditetapkan sebagai berikut: (1) Mengembangkan dan

memanfaatkan keragaman sumber daya genetik untuk perakitan

varietas unggul baru guna meningkatkan produktivitas, kandungan

mineral, dan vitamin sesuai preferensi konsumen, serta adaptif

terhadap cekaman faktor biotik dan abiotik dampak perubahan

iklim, (2) Menghasilkan teknologi optimasi pemanfaatan sumber

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 iii

daya tanah (lahan dan air), tanaman, dan organisme pengganggu

tanaman yang dapat merealisasikan potensi hasil dan mengurangi

emisi gas rumah kaca (methan) di lahan suboptimal dan antisipasi

dampak iklim ekstrim, (3) Mempercepat alih teknologi dan distribusi

benih sumber kepada pengguna mendukung program strategis

Kementerian Pertanian, (4) Menghasilkan rekomendasi kebijakan

pembangunan pertanian yang bersifat antisipatif dan responsif

dalam kerangka pembangunan sistem pertanian industrial, (5)

Mengembangkan jejaring dan kerja sama kemitraan dengan dunia

usaha, pemerintah daerah, lembaga penelitian di dalam dan luar

negeri, dan (6) Meningkatkan kualitas dan mengembangkan

sumber daya penelitian.

Sasaran

Untuk dapat menjadi lembaga rujukan iptek dan sumber

inovasi teknologi yang bermanfaat sesuai kebutuhan pengguna,

sasaran strategis tahunan Puslitbang Tanaman Pangan adalah: (1)

Tersedianya informasi sumber daya genetik tanaman pangan, (2)

Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan, (3) Tersedianya

benih sumber varietas unggul baru tanaman pangan untuk

penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO 9001-2008, (4)

Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer

tanaman pangan, dan (5) Tersedianya rumusan kebijakan

pengembangan tanaman pangan.

Kendala

Perubahan Iklim Global. Krisis pangan dunia akhir-akhir ini

berkaitan erat dengan perubahan iklim akibat pemanasan global.

Perubahan iklim akan berdampak luas terhadap berbagai aspek

kehidupan dan sektor pembangunan pertanian. Indonesia sebagai

negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa sangat

rentan terhadap perubahan iklim. Pertanian mengalami dampak

paling serius dan kompleks akibat perubahan iklim biofisik dan

teknis, serta sosial-ekonomi. Perubahan iklim berdampak terhadap

penurunan produksi pertanian dan ancaman perubahan keaneka-

ragaman hayati yang nantinya dapat menjadi penyebab eksplosi

hama dan penyakit tanaman. Dampak lainnya, bergesernya pola

dan kalender tanam karena rawan banjir dan kekeringan.

Status, Konversi, dan Degradasi Lahan. Jumlah rumah tangga

petani gurem (kepemilikan lahan <0,5 ha) meningkat dari 10,9 juta

rumah tangga tahun 2003 menjadi 13,7 juta rumah tangga saat ini.

Rata-rata pemilikan lahan petani di pedesaan di Jawa 0,41 ha dan

0,96 ha di Luar Jawa, dan cenderung menurun. Kondisi tersebut

disebabkan meningkatnya konversi lahan pertanian untuk keperluan

pemukiman dan fasilitas umum serta fragmentasi lahan.

Kelangkaan Energi Fosil. Kelangkaan sumber energi fosil

memicu kenaikan harga BBM di pasar internasional yang ber-

dampak terhadap kenaikan biaya produksi pada industri pertanian

maupun transportasi. Kenaikan harga BBM tentunya biaya sarana

produksi pertanian dan produk olahan pangan akan meningkat

pula. Oleh karena itu, perlu dikembangkan energi alternatif

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 iv

terbarukan berbasis nabati, biopestisida, pestisida nabati, dan

pemanfaatan limbah pertanian untuk pupuk maupun energi.

Sarana dan Kelembagaan Sarana Produksi. Hingga saat ini

masih dijumpai adanya senjang (gap) produktivitas dan mutu hasil

penelitian dengan di tingkat petani. Penyebab utamanya adalah (a)

perbedaan ketersediaan sarana produksi, yaitu benih/bibit unggul

bermutu, pupuk, pakan, pestisida/obat-obatan, alat dan mesin

pertanian dan (b) belum berkembangnya kelembagaan pelayanan

penyedia sarana produksi. Keterbatasan sarana seperti jalan

usahatani berpengaruh terhadap kelancaran arus input dan output

produksi pertanian yang mempengaruhi produktivitas pertanian.

Keterbatasan kelembagaan tani juga berpengaruh dalam akses

sumber pembiayaan dan pemasaran hasil pertanian. Dalam

pembangunan pertanian ke depan, senjang ini harus dipersempit

melalui pengembangan sarana dan kelembagaan yang memadai di

tingkat usahatani.

Sumber Daya Penelitian. Perbandingan jumlah peneliti dengan

tenaga nonpeneliti/administrasi 1 : 3,5 yang kurang ideal bagi

lembaga penelitian. Dalam 5 tahun ke depan jumlah tenaga yang

akan memasuki usia pensiun sekitar 30 orang/tahun, termasuk

peneliti yang memiliki bidang kepakaran spesifik seperti pemulia

tanaman. Hasil analisis TCM dan ECM menunjukkan bahwa untuk

mencapai Critical Mass Puslitbang Tanaman Pangan dalam 5

tahun ke depan memerlukan 74 peneliti (12 S3, 23 S2, dan 39 S1).

Sarana penelitian berupa 18 unit laboratorium di setiap Balai

Penelitian telah digunakan secara optimal. Dari 18 laboratorium, 2

laboratorium telah terakreditasi SNI 19-17025: 2005. Upaya yang

dilakukan yaitu terus meningkatkan kompetensi laboratorium yang

belum terakreditasi hingga diperoleh pengakuan internasional.

Kebun percobaan seluas 704,1 ha sebagian belum dimanfaat-

kan secara optimal baik untuk penelitian maupun sebagai sumber

PNBP. Keadaan ini di antaranya karena ketersediaan SDM yang

lemah dan dana pengelolaan kebun yang kurang memadai.

Implikasi bagi Puslitbang Tanaman Pangan

Implikasi penting bagi Puslitbang Tanaman Pangan adalah

perlunya: (1) meningkatkan akuntabilitas dan kredibilitas lembaga

dengan meningkatkan efektivitas dan efisiensi program, ouput, dan

kualitas SDM, (2) meningkatkan penguasaan Iptek mutakhir melalui

penelitian dan pengembangan tanaman pangan serta kemutakhiran

teknologi yang dihasilkan, dan (3) memperluas jaringan kerja sama

penelitian antar-lembaga penelitian nasional dalam rangka

pemanfaatan/diseminasi hasil penelitian. Litbang tanaman pangan

harus fokus pada penciptaan teknologi benih/bibit, dan teknologi

budi daya dan pascapanen primer untuk meningkatkan nilai tambah

berdaya saing. Kegiatan riset ditujukan untuk meningkatkan daya

saing komoditas dengan karakteristik sesuai keinginan konsumen.

Penelitian kebijakan tetap diperlukan dalam rangka evaluasi

kebijakan maupun penyusunan usulan rekomendasi kebijakan

pembangunan pertanian. Rekomendsai kebijakan mencakup aspek

teknologi, ekonomi, sosial (kelembagaan) dan lingkungan, serta

fokus pada upaya untuk mendukung terwujudnya pertanian

industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumber daya lokal.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 v

Orientasi litbang tanaman pangan adalah mendukung

pencapaian produktivitas dan produksi 4-F (Food, Feed, Fiber dan

Fuel). Berdasarkan potensi dan peluang pengembangan prioritas

tanaman pangan untuk food, feed, dan fibre adalah padi (hibrida

dan VUTB), jagung (hibrida dan komposit), dan kedelai. Untuk fuel

dikembangkan ubi kayu dan sorgum. Ketersediaan energi dari fosil

yang makin terbatas, maka perlu dicarikan sumber energi lain. Di

antaranya ubi kayu, sorgum dan limbah pertanian seperti jerami,

tongkol dan hijauan lainnya serta kotoran ternak dapat diolah

menjadi sumber energi alternatif terbarukan. Apabila energi sumber

nabati dan limbah ini dapat dikembangkan terutama di pedesaan,

akan tercipta masyarakat mandiri energi terutama untuk memenuhi

kebutuhan energi rumah tangga sehari-hari.

Dalam lima tahun ke depan, optimalisasi pemanfaatan lahan

kering yang banyak tersedia di luar Jawa menjadi sangat penting.

Karena itu, perlu dicari inovasi teknologi antara lain: (1) varietas

unggul baru umur genjah toleran cekaman biotik, abiotik, dan

produktivitas tinggi, (2) pola manajemen air irigasi yang efisien, (3)

teknologi penanggulangan kelelahan lahan (soil fatigue), (4) sistem

usahatani konservasi di DAS yang berwawasan lingkungan, dan (5)

pengembangan komoditas pertanian bernilai tinggi, khususnya

untuk lahan sawah di Jawa.

Puslitbang Tanaman Pangan bekerja sama dengan Lembaga

Riset lainnya akan melakukan: a) Perakitan varietas unggul (toleran

genangan, kekeringan, salinitas, umur genjah, organisme

pengganggu tanaman), teknologi pengelolaan lahan/tanah/

pemupukan dan air, dan b) Sosialisasi dan pengembangan

teknologi model adaptasi perubahan iklim, seperti Pengelolaan

Tanaman Terpadu (PTT), Sistem Integrasi Tanaman dan Ternak,

Teknologi hemat air, dan Carbon Efficient Farming (CEF).

Untuk penurunan emisi gas rumah kaca, Puslitbang Tanaman

Pangan bekerja sama dengan lembaga riset lainnya mendukung

Program Utama Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah

Kaca (RAN-PE-GRK) melalui penelitian dan pengembangan: a) budi

daya tanaman ramah lingkungan, b) biopestisida, c) pemanfaatan

kotoran/urine ternak dan limbah pertanian untuk energi dan pupuk

organik, dan d) teknologi rendah emisi, metodologi MRV

(measurable, reportable, verifiable) sektor pertanian.

Program pemuliaan untuk mendapatkan varietas unggul lebih

terarah dan dapat dipercepat melalui molecular breeding. Marka

molekuler dapat digunakan sebagai alat bantu dalam seleksi,

sehingga seleksi dilakukan lebih cepat dan efisien. Mikroba dapat

dimanfaatkan untuk menghasilkan pestisida hayati yang ramah

lingkungan dan senyawa bioaktif yang potensial untuk keperluan

industri, serta sumber gen-gen penting untuk rekayasa genetika.

Penerapan invensi hasil litbang pertanian dalam rangka

percepatan diseminasi inovasi teknologi, merupakan faktor penentu

bagi upaya percepatan pelaksanaan program pembangunan

pertanian dalam arti umum. Kegiatan kerja sama dan peningkatan

jejaring kerja dapat dikategorikan menjadi: (1) memperkuat dan

memperluas jejaring kerja dengan lembaga-lembaga penelitian

pemerintah dan perguruan tinggi untuk mengoptimalkan

penggunaan sumber daya, menghilangkan tumpang tindih

penelitian, konvergensi program litbang dan meningkatkan kualitas

penelitian, (2) memperkuat keterkaitan dengan swasta, lembaga

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 vi

penyuluhan dan pengambil kebijakan dengan melibatkan mereka

pada tahap penyusunan program dan perancangan penelitian

untuk mengefektifkan diseminasi hasil penelitian, dan (3)

meningkatkan keterlibatan dalam jejaring kerja internasional baik

bilateral, multilateral, maupun regional.

Ke depan, peneliti Puslitbang Tanaman Pangan harus

profesional, harus mampu menghasilkan jasa atau layanan sesuai

dengan protokol dan peraturan dalam bidangnya. Peneliti yang

telah ahli dalam suatu bidang disebut "profesional". Karakter yang

perlu dimiliki seorang peneliti adalah bertanggungjawab, jujur,

respek, integritas, bermartabat dan patriotik dalam arti mempunyai

kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.

Laboratorium dan kebun percobaan sangat potensial untuk

dimanfaatkan sebagai sumber PNBP. Adanya masalah SDM yang

lemah, dana pengelolaan kebun yang kurang memadai,

berimplikasi perlunya dilakukan revitalisasi SDM dan pendanaan.

Pelatihan dan magang di laboratorium atau kebun percobaan yang

telah berkembang perlu dilakukan, di samping mencoba melakukan

kerja sama dengan pihak ketiga jika dana APBN terbatas.

Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Kinerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Pangan pada tahun 2012 dapat dilihat pada analisis akuntabilitas

kinerja yang mencapai 132,90%. Pencapaian kinerja tersebut

digolongkan dalam kategori sangat berhasil. Beberapa varietas

unggul baru telah dilepas tahun 2012 dan disebarluaskan melalui

BPTP dan media publikasi lainnya antara lain: padi, jagung,

kedelai, kacang tanah, dan ubijalar. Secara rinci varietas padi

unggul baru yang telah dilepas yaitu 1) Varietas unggul baru padi,

antara lain Inpari 22, Inpari 23 Bantul, Inpari 24 Gabusan, Inpari 25

Opak Jaya, Inpari 26, Inpari 27, Inpari 28 Kerinci, Inpari 29

Rendaman, Inpari 30 Ciherang Sub-1, Inpara 7, Inpago 9 dan

Inpari 21 Batipuah, 2) Varietas unggul baru serealia, antara lain

jagung hibrida varietas Bima Putih 1, Bima Putih 2, Bima 16, Bima

17, Bima 18, sedangkan varietas gandum dan sorgum masih

menunggu SK Menteri Pertanian untuk secara resmi dilepas, 3)

Varietas unggul kacang-kacangan, yaitu 1 VUB kedelai dengan

nama Dering-1, dan 4 VUB kacang tanah (Takar-1, Takar-2,

HypoMa-1, dan HypoMa-2).

Perakitan teknologi tanaman pangan pada tahun 2012 telah

dirakit sebayak 16 paket teknologi budi daya panen dan

pascapanen tanaman pangan, antara lain:

Teknologi produksi padi di lahan pasang-surut dan di lahan

terdampak salinitas.

Budi daya padi gogo untuk panen dua kali dalam setahun.

Pengendalian penyakit hawar daun bakteri dengan pestisida

nabati.

Budi daya varietas unggul hibrida (HIPA – 8) pada sawah irigasi.

Konservasi musuh alami untuk pengendalian dini penyakit

tungro.

Teknologi validasi dan verifikasi metode analisis kandungan

amilosa beras dengan prinsip pengikatan iodin (I) kalium iodida

(KI).

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 vii

Peta Biopestisida hayati berbahan aktif HaNPV.

Peningkatan hasil jagung melalui pendekatan PTT dalam konsep

IP400 di lahan kering dan lahan sawah.

Penekanan kehilangan hasil pada proses perontokan gandum.

Penurunan kandungan tanin sorgum pada proses penyosohan.

VIR-GRA. Bioinsektisida efektif untuk mengendalikan hama

pemakan daun (Spodoptera litura) dan hama penggerek polong

kedelai (Etiella zinckenella).

BIO-LEC. Biopestisida efektif yang berbahan aktif konidia

cendawan entomopatogen Lecanicillium lecanii untuk

pengendalian hama pengisap polong kedelai (Riptortus linearis)

dan ramah lingkungan.

ILETRISOY: Formulasi pupuk hayati multi isolat cocok untuk budi

daya kedelai di lahan masam.

Pupuk organik “SANTAP-M”.

Alat pengering kedelai.

Penyimpanan benih kedelai.

Teknologi Berbagai inovasi teknologi yang telah dihasilkan

Puslitbang Tanaman Pangan diharapkan dapat mendukung 4

sukses Kementerian Pertanian. Selanjutnya tidak hanya

meningkatkan kesejahteraan petani dan pembangunan pertanian,

tetapi juga meningkatnya pembangunan ekonomi nasional dan

kesejahteraan penduduk Indonesia pada umumnya.

Capaian kinerja akuntabilitas bidang keuangan Puslitbang

Tanaman Pangan berdasarkan kelompok kegiatan dan sasaran pada

umumnya telah berhasil dalam mencapai sasaran dengan baik.

Realisasi anggaran lingkup puslitbang tanaman pangan sampai

dengan 31 Desember 2012 sebesar Rp.130.810.303.167,- atau

96,06% terdiri dari belanja pegawai Rp. 46.904.034.882,-

(95,98%), belanja barang Rp. 62.999.604.413,- (97,03), belanja

modal Rp. 20.906.663.872,- (93,43) dan sisa anggaran TA. 2012

sebesar Rp. 5.362.585.833,- atau (3,94%).

Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak lingkup Puslitbang

Tanaman Pangan sampai dengan akhir bulan Desember 2012

sebesar Rp. 4.085.082.692,- (129,86%) dari target PNBP sebesar

Rp. 3.145.724.724,- yang terdiri dari target penerimaan umum

sebesar Rp. 115.622.564,- dan penerimaan fungsional Rp.

3.030.102.160,- dengan realisasi penerimaan umum Rp.

228.400.192,- (197,54%) dan penerimaan fungsional Rp.

3.856.682.500,- (127,28%).

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 viii

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ................................................................. i

Ikhtisar Eksekutif ............................................................. ii

Daftar Isi .......................................................................... ix

Daftar Tabel ...................................................................... x

Daftar Gambar .................................................................. xi

Daftar Lampiran ................................................................ xiii

I. Pendahuluan ................................................................ 1

1.1. Tugas ………………………………………………………………. 1

1.2. Fungsi ………………………………………………………………. 1

1.3. Struktur Organisasi dan Jumlah Pegawai ……………… 1

II. Perencanaan dan Perjanjian Kinerja..………………….. 4

2.1. Rencana Stratejik ……………………………………………... 4

2.2. Rencanaan Kerja Tahunan ..…………………..………….. 12

2.3. Perjanjian Kinerja ................................................. 15

III. Akuntabilitas Kinerja …………………………………........... 21

3.1. Pengukuran Kinerja …………………………………………... 21

3.2. Analisis Capaian Kinerja ........................................ 23

3.3. Akuntabilitas Keuangan ……………………………........... 69

IV. Penutup ..................................................................... 74

4.1. Keberhasilan ......................................................... 74

4.2. Hambatan/Masalah ............................................... 75

4.3. Pemecahan Masalah .............................................. 76

Lampiran:

Rencana Stratejik

Rencana Kinerja Tahunan

Penetapan Kinerja

Pengukuran Kinerja

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 ix

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Distribusi SDM di Lingkup Puslitbang Tanaman Pangan Berdasarkan Pendidikan 31 Desember 2012.................. 2 2. Rencana Kerja Tahunan Puslitbang Tanaman Pangan

2012............................................................................ 14 3. Penetapan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

2012............................................................................ 15 4. Pengukuran Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2012.... 22 5. Varietas Unggul yang telah Dilisensikan ......................... 26 6. Varietas Unggul Baru Padi yang Dilepas Tahun 2012 ...... 28 7. Distribusi Benih Sumber di 32 Propinsi, Desember 2012.. 33 8. Makalah Ilmiah yang Diterbitkan Melalui Jurnal Penelitian

Tanaman Pangan 2012 ............................................... 68 9. Akuntabilitas Keuangan Puslitbang Tanaman Pangan Berdasarkan Indikator Sasaran Kegiatan Tahun 2012 .... 70 10. Rekapitulasi Capaian Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Tahun 2012 ................................................................. 72

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Struktur organisasi Puslitbang Tanaman Pangan 2012 ...... 3

2. Keragaan di lapang VUB padi Inpari 26, Inpari 28 Kerinci, Inpari 27, Inpari 24 Gabusan, Inpari 25 Opak Jaya, dan Inpago 9.......................................................................... 29

3. Keragaan di lapang VUB Kedelai Dering 1, Ubikayu Varietas Litbang UK2, Kacang Tanah Varietas Takar-1 dan Jagung Varietas Bima Putih-2 ....................................................... 30

4. Wakil Menteri Pertanian meninjau pameran yang ditampilkan pada pameran MDG’s Award 2012 di Balai Kartini, Jakarta Selatan............................................................................ 59

5. Hasil inovasi teknologi Puslitbangtan yang dipamerkan di stan Kementerian Pertanian pada Pameran Jakarta Food Security Summit pada 7-10 Februari 2012......................... 60

6. Stand Badan Litbang Pertanian selalu ramai pengunjung melihat hasil inovasi dampak perubahan iklim pada 2

nd

Indonesia Climate Change Education Forum & Expo di Assembly JCC ................................................................... 61

7. Menteri Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya memberikan sambutan pembukaan 2nd Indonesia Climate Change Education Forum & Expo di Assembly Jakarta Convention Center (JCC) 19 April 2012 ............................................. 61

8. Menteri Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya kagum atas upaya Badan Litbang Pertanian dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim dengan merakit varietas unggul tanaman pangan yang dapat beradaptasi dalam keadaan kekeringan maupun kebanjiran ......................................... 61

9. Menteri Negara Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta saat membuka RITech Expo 2012 dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional di Sabuga ITB Bandung ....................................................... 63

10. Kepala Badan Litbang Pertanian mengunjungi pameran dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional di Sabuga ITB Bandung ...................................... 63

11. Produk olahan dari umbi-umbian dan jagung hasil inovasi yang dipamerkan di stan Badan Litbang Pertanian pada RITech Expo 2012 di Sabuga ITB Bandung ........................ 63

12. Seminar International Maize Conference tanggal 22-24 November 2012 di Gorontalo............................................. 64

13. Kunjungan lapang dan diskusi interaktif antara pakar international CIMMYT dengan petani jagung di Gorontalo... 65

14. Kunjungan lapang Wakil Menteri Pertanian di lokasi gelar

teknologi tanaman jagung Badan Litbang Pertanian ......... 65

15. Kunjungan Wakil Presiden RI, Mensesneg, dan Menteri Pertanian pada acara Hari Pangan Sedunia ....................... 66

16. Publikasi hasil penelitian tanaman pangan 2012.................. 67

17. Tampilan website lingkup Puslitbangtan membantu menyebarkan inovasi melalui internet ................................ 67

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Formulir Rencana Strategik (RS), tahun 2012

2. Formulir Rencana Kinerja (RKT), tahun 2012

3. Formulir Penetapan Kinerja (PKT), tahun 2012

4. Formulir Pengukuran Kinerja (PK), tahun 2012

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 1

I. PENDAHULUAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.61/Permentan/

OT.140/10/2010 tentang organisasi dan tata kerja Kementerian

Pertanian, kedudukan, tugas, dan fungsi Puslitbang Tanaman

Pangan sebagai berikut:

1.1. TUGAS

Puslitbang Tanaman Pangan sebagai salah satu unit kerja di

bawah Badan Litbang Pertanian memperoleh mandat

melaksanakan penelitian dan pengembangan padi dan

palawija. Mandat tersebut dilaksanakan oleh: (a) Balai Besar

Penelitian Tanaman Padi di Sukamandi – Jawa Barat, (b) Balai

Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian di

Malang – Jawa Timur, (c) Balai Penelitian Tanaman Serealia di

Maros – Sulawesi Selatan, dan (d) Loka Penelitian Penyakit

Tungro di Lanrang, Sidrap, Sulawesi Selatan.

Tugas yang diemban adalah menyiapkan perumusan

kebijakan dan program serta melaksanakan penelitian dan

pengembangan tanaman pangan. Penelitian yang dilakukan

bersifat mendasar dan strategis untuk mendapatkan teknologi

tinggi dan inovatif yang berlaku bagi agroekologi dominan di

beberapa wilayah. Penelitian yang bersifat hulu (upstream)

ditujukan untuk mengembangkan teknologi dasar dan

teknologi generik yang akan diuji daya adaptasinya oleh BPTP

sebelum disebarluaskan kepada petani.

1.2. FUNGSI

Dalam melaksanakan tugasnya, Puslitbang Tanaman Pangan

menyelenggarakan fungsi yaitu: a) penyiapan rumusan dan

kebijakan penelitian dan pengembangan, b) perumusan

program penelitian dan pengembangan, c) pelaksanaan kerja

sama dan pendayagunaan hasil penelitian dan pengem-

bangan, d) pelaksanaan penelitian dan pengembangan, e)

evaluasi serta pelaporan pelaksanaan penelitian dan

pengembangan tanaman pangan, dan f) pelaksanaan urusan

tata usaha dan rumah tangga di tingkat pusat.

1.3. STRUKTUR ORGANISASI DAN JUMLAH PEGAWAI

Untuk melaksanakan mandat, tugas, dan fungsinya,

Puslitbang Tanaman Pangan didukung sejumlah tenaga

peneliti dan administrasi guna melaksanakan penelitian dan

pengembangan tanaman pangan. Jumlah pegawai di lingkup

Puslitbang Tanaman Pangan per 31 Desember 2012

berjumlah 841 orang. Berdasarkan tingkat pendidikan, 54

orang berpendidikan S3 (Doktor), 92 orang S2, 180 orang S1

(Tabel 1). Bahkan 11 di antaranya peneliti telah dikukuhkan

menjadi Profesor Riset dari berbagai disiplin ilmu. Rasio

tingkat pendidikan S3:S2:S1 hampir mendekati kondisi ideal

yaitu 1:2:4. Adapun struktur organisasi Puslitbang Tanaman

Pangan disajikan pada Gambar 1.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 2

Tabel 1. Distribusi SDM di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan pendidikan, 31 Desember 2012.

Unit Kerja S3 S2 S1 SM D3 D2 SLTA SLTP SD Total

Puslitbangtan 9 5 15 5 5 1 47 9 6 100

BB Padi 14 28 54 10 10 2 103 15 38 266

Balitkabi 17 30 59 5 5 1 69 19 24 226

Balitsereal 14 27 41 7 7 - 79 18 24 220

Lolit Tungro 1 2 11 1 1 - 10 - 3 29

Jumlah 54 92 180 28 28 4 308 61 95 841

Kontribusi nyata Puslitbang Tanaman Pangan adalah varietas

unggul baru padi dan palawija, teknologi budi daya, benih sumber,

serta kebijakan tanaman pangan, mewarnai keberhasilan capaian

swasembada beras dan jagung sejak tahun 2008. Padi varietas

INPARI 13 diminati di beberapa propinsi karena tahan wereng

coklat. Jagung hibrida BIMA 12Q dan 13Q yang mengandung

protein tinggi sesuai untuk diversifikasi pangan akan dikembangkan

oleh Pemda Sulawesi Selatan. Kedelai varietas Dering-1 yang

dilepas tahun 2012, berumur genjah 81 hari dengan potensi hasil

2,8 ton/ha diharapkan segera berkembang di masyarakat untuk

percepatan pencapaian swasembada kedelai 2014.

Berdasarkan angka tetap BPS tahun 2011 produksi padi 65,76

juta ton GKG dan pada tahun 2012 meningkat 68,96 juta ton

(105%). Produktivitas padi juga meningkat tahun 2012 menjadi

5,12 ton/ha dibanding 2011 produktivitasnya hanya 4,98 ton/ha.

Produksi jagung tahun 2011 sebesar 17,64 juta ton pipilan

kering, sedangkan tahun 2012 sebesar 18,97 juta ton atau naik

107% dibanding tahun 2011. Produktivitas tahun 2012 meningkat

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 102%, tahun 2011

produktivitas jagung rata-rata 4,6 ton/ha pipilan kering sedangkan

tahun 2012 rata-rata 4,7 ton/ha jagung pipilan kering. Produksi

kedelai tahun 2012 sebesar 0,78 juta ton biji kering, atau turun

92% dibandingkan tahun 2011. Hal tersebut disebabkan oleh

menurunnya jumlah luas panen dari 622.254 ha pada tahun 2011

menjadi 570.495 pada tahun 2012. Namun, produktivitasnya

meningkat dari 1,36 ton/ha tahun 2011 menjadi 1,37 ton/ha pada

tahun 2012.

Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan

akan terus dipacu untuk mencapai swasembada padi dan jagung

berkelanjutan serta pencapaian swasembada kedelai tahun 2014.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 3

Gambar 1. Struktur organisasi Puslitbang Tanaman Pangan, 2012.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 4

II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

2.1. RENCANA STRATEJIK

2.1.1. Visi

Visi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

merupakan bagian integral dari visi pembangunan

pertanian dan pedesaan Indonesia. Visi Badan Litbang

Pertanian adalah:

”Pada tahun 2014 menjadi lembaga penelitian dan

pengembangan pertanian berkelas dunia yang

menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi

pertanian untuk mewujudkan pertanian industrial

unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal”

Sejalan dengan visi Badan Litbang Pertanian, maka

Puslitbang Tanaman Pangan merumuskan visi yaitu:

”Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2014

menjadi lembaga rujukan Iptek dan sumber

inovasi teknologi yang bermanfaat sesuai

kebutuhan pengguna”.

2.1.2. Misi

Misi yang diemban Puslitbang Tanaman Pangan adalah:

1. Menghasilkan, mengembangkan, dan mendisemi-

nasikan inovasi teknologi dan rekomendasi kebijakan

tanaman pangan yang unggul, bernilai tambah,

efisien, dan kompetitif (scientific recognition).

2. Meningkatkan kualitas sumber daya penelitian

tanaman pangan serta efisiensi dan efektivitas

pemanfaatannya.

3. Mengembangkan jejaring kerja sama nasional dan

internasional dalam rangka penguasaan Iptek dan

peningkatan peran Puslitbang Tanaman Pangan

dalam pembangunan pertanian (impact recoqnition).

2.1.3. Tujuan, Sasaran, dan Target Utama Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

a. Tujuan

Tujuan Puslitbang Tanaman Pangan pada tahun

2010 – 2014 ditetapkan sebagai berikut:

1. Mengembangkan dan memanfaatkan keragaman

sumber daya genetik untuk bahan perakitan

varietas unggul baru guna meningkatkan

produktivitas, kandungan mineral, dan vitamin

sesuai preferensi konsumen, serta adaptif

terhadap cekaman faktor biotik dan abiotik

dampak perubahan iklim.

2. Menghasilkan teknologi optimasi pemanfaatan

sumber daya tanah (lahan dan air), tanaman,

dan organisme pengganggu tanaman yang

dapat merealisasikan potensi hasil dan

mengurangi emisi gas rumah kaca (methan) di

lahan suboptimal dan antisipasi dampak iklim

ekstrim.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 5

3. Mempercepat alih teknologi dan distribusi benih

sumber tanaman pangan kepada pengguna

mendukung program strategis Kementerian

Pertanian.

4. Menghasilkan rekomendasi opsi kebijakan

pembangunan pertanian yang bersifat antisipatif

dan responsif dalam rangka pembangunan sistem

pertanian industrial.

5. Mengembangkan jejaring dan kerja sama

kemitraan dengan dunia usaha, pemerintah daerah,

lembaga penelitian di dalam dan luar negeri.

6. Meningkatkan kualitas dan mengembangkan

sumber daya penelitian.

b. Sasaran Strategis

Untuk dapat menjadi lembaga rujukan iptek dan

sumber inovasi teknologi yang bermanfaat sesuai

kebutuhan pengguna, sasaran strategis tahunan

Puslitbang Tanaman Pangan adalah:

1. Tersedianya informasi sumber daya genetik

tanaman pangan.

2. Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan.

3. Tersedianya benih sumber varietas unggul baru

tanaman pangan untuk penyebaran varietas

berdasarkan SMM ISO 9001-2008.

4. Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan

pascapanen primer tanaman pangan.

5. Tersedianya rumusan kebijakan pengembangan

tanaman pangan.

c. Target Utama Puslitbang Tanaman Pangan

Dalam lima tahun ke depan (2010 – 2014),

Puslitbang Tanaman Pangan mempunyai beberapa

target utama yaitu :

1. Padi, jagung hibrida, dan kedelai tropika ultra

genjah, tahan hama penyakit, toleran

kekeringan, dan kelebihan air untuk mendukung

peningkatan indeks panen.

2. Gandum tropika adaptif pada ketinggian tempat

<400 m dpl, produksi tinggi.

3. Padi, jagung, ubijalar untuk pangan fungsional.

4. Sorgum dan ubikayu untuk pangan dan

bioenergi.

5. Kacang tanah dan kacang hijau untuk

pengembangan industri agro.

6. Pengembangan sistem perbenihan tanaman

pangan dengan menerapkan sistem manajemen

mutu ISO 9001-2008 dalam memproduksi benih

sumber.

7. Teknologi peningkatan produktivitas dan

teknologi pengelolaan hara, lahan dan air untuk

mendukung peningkatan indeks panen.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 6

2.1.4. Kendala

Ketahanan, Mutu, dan Keamanan Pangan

Revolusi hijau yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

pangan berhasil meningkatkan produksi padi secara meyakinkan.

Dengan pendekatan yang sama produksi jagung juga berhasil

ditingkatkan sehingga tercapai swasembada. Namun, revolusi hijau

memicu munculnya gejala kelelahan lahan. Ketahanan pangan

secara berkelanjutan melalui revolusi hijau lestari akan

mensinkronkan teknologi modern dengan kebijakan ekologi secara

tradisional untuk menciptakan teknologi yang berbasiskan

pengelolaan sumber daya alam terpadu dan bersifat spesifik lokasi.

Semakin ketatnya persaingan memperoleh pangsa pasar, para

pelaku usaha mengembangkan strategi pengelolaan rantai pasok

(Supply Chain Management, SCM) yang mengintegrasikan para

pelaku dari semua segmen rantai pasok secara vertikal ke dalam

usaha bersama berlandaskan kesepakatan dan standardisasi proses

dan produk. Kemampuan suatu rantai pasok merebut pasar,

bergantung pada kinerja pelaku dalam rantai itu menyikapi

permintaan konsumen menyangkut mutu, harga, dan pelayanan.

Pada perkembangannya, persaingan antarnegara akan

diterjemahkan menjadi persaingan antarrantai pasok plus berbagai

fasilitas yang dimungkinkan melalui infrastruktur dan kebijakan.

Standardisasi proses dan produk spesifik rantai pasok

menimbulkan konsekuensi diterapkannya standar lingkungan yang

dikaitkan dengan emisi karbon, perubahan iklim, biodiversitas,

kualitas lahan, air dan hutan untuk mengembangkan pertanian.

Keluaran yang dihasilkan dari pembangunan pertanian harus

mengandung citra ramah lingkungan sebagai branding. Branding ini

menjadi permasalahan ketika standar lingkungan yang ditetapkan

terlalu kaku dan tidak sesuai dengan kemampuan penerapannya

atau standar lingkungan yang ditetapkan berubah-ubah. Branding

ramah lingkungan ini menjadi hambatan teknis untuk berproduksi

dan melakukan perdagangan.

Demikian pula labelling diterapkan untuk memenuhi tuntutan

keamanan dan kesehatan pangan. Kandungan pangan ditetapkan

dan diberi atribut dapat membahayakan kesehatan. Labelling

menjadi permasalahan karena dapat menjadi hambatan teknis

untuk berproduksi dan melakukan perdagangan. Peningkatan daya

saing produk pangan Indonesia terhadap produk impor terkait

dengan peningkatan kualitas dan keamanan pangan.

Perubahan Iklim Global

Krisis pangan dunia akhir-akhir ini berkaitan erat dengan

perubahan iklim akibat pemanasan global. Perubahan iklim akan

berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan dan pembangunan

pertanian. Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa termasuk

wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim. Perubahan

pola curah hujan, kenaikan muka air laut, kenaikan suhu udara,

dan peningkatan frekuensi kejadian iklim ekstrim adalah dampak

serius perubahan iklim. Pertanian mengalami dampak paling serius

dan kompleks akibat perubahan iklim biofisik dan teknis maupun

sosial dan ekonomi. Oleh sebab itu, perubahan iklim dikawatirkan

akan mendatangkan masalah baru bagi keberlanjutan produksi

pertanian, terutama tanaman pangan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 7

Dampak lanjutan perubahan iklim adalah penurunan produksi

pertanian dan ancaman perubahan keaneka-ragaman hayati yang

dapat menjadi penyebab meningkatnya eksplosi hama dan penyakit

tanaman. Kondisi tersebut berdampak pula terhadap bergesernya

pola dan kalender tanam sehingga diperlukan upaya khusus untuk

pemetaan daerah rawan banjir dan kekeringan.

Tantangan terkait dampak perubahan iklim global adalah

meningkatkan kemampuan petani dan petugas lapang memahami

prakiraan iklim serta langkah antisipasi dan adaptasi yang

diperlukan. Di samping itu, perlu diciptakan teknologi tepat guna

dan varietas yang memiliki potensi Emisi Gas Rumah Kaca rendah,

toleran kenaikan suhu, kekeringan, banjir/genangan, dan salinitas.

Status, Konversi, dan Degradasi Lahan

Jumlah rumah tangga petani gurem yang kepemilikan

lahannya kurang dari 0,5 hektar meningkat dari 10,9 juta rumah

tangga pada tahun 2003 menjadi 13,7 juta rumah tangga saat ini.

Rata-rata pemilikan lahan petani di pedesaan sebesar 0,41 ha dan

0,96 ha masing-masing di Jawa dan Luar Jawa, dan cenderung

menurun. Hal ini antara lain disebabkan oleh meningkatnya

konversi lahan pertanian untuk keperluan pemukiman dan fasilitas

umum serta terjadinya fragmentasi lahan karena proses pewarisan.

Konversi sawah menjadi lahan nonpertanian dari tahun 1999-

2002 mencapai 563.159 ha atau 187.719,7 ha/tahun. Pada tahun

1998-1999, terdapat tambahan lahan sawah seluas 1,6 juta ha,

namun antara tahun 1999 – 2002 terjadi penciutan luas lahan

seluas 0,4 juta ha atau 141.285 ha/tahun. Data BPS tahun 2004

menunjukkan bahwa besaran laju alih fungsi lahan pertanian dari

lahan sawah ke nonsawah 187.720 ha/tahun, dengan rincian alih

fungsi ke nonpertanian sebesar 110.164 ha/tahun dan alih fungsi

ke pertanian lainnya 77.556 ha/tahun. Adapun alih fungsi lahan

kering pertanian ke nonpertanian sebesar 9.152 ha/tahun.

Permasalahan degradasi lahan, yaitu terjadinya penurunan

kemampuan lahan, aktual dan potensial untuk menghasilkan

barang dan jasa kuantitatif dan kualitatif akibat ketidaksesuaian

kemampuan lahan dengan penggunaan lahan. Degradasi lahan

juga akan menyebabkan kegagalan pencapaian pembangunan

pertanian berkelanjutan.

Kelangkaan Energi Fosil

Kelangkaan sumber energi fosil memicu kenaikan harga BBM

di pasar internasional dan menimbulkan kenaikan biaya produksi.

BBM digunakan oleh industri pupuk, pestisida, transportasi, dan

industri pangan. Kenaikan harga BBM akan meningkatkan kenaikan

biaya sarana produksi pertanian, selain meningkatkan biaya

produksi produk olahan pangan yang menggunakan BBM.

Karenanya perlu dikembangkan pemanfaatan energi alternatif

terbarukan berbasis nabati, biopestisida, dan pemanfaatan limbah

pertanian untuk pupuk dan energi. Penelitian dan pengembangan

energi alternatif tersebut diarahkan untuk dapat menekan ongkos

penggunaan energi secara signifikan.

Sarana dan Kelembagaan Sarana Produksi

Hingga saat ini masih ada senjang (gap) produktivitas dan

mutu antara hasil lembaga penelitian dengan di tingkat petani.

Penyebab utamanya adalah (a) perbedaan ketersediaan sarana

produksi benih/bibit unggul bermutu, pupuk, pakan, pestisida/obat-

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 8

obatan, alat dan mesin pertanian, dan (b) belum berkembangnya

kelembagaan pelayanan penyedia sarana produksi. Keterbatasan

sarana seperti jalan usahatani berpengaruh terhadap kelancaran

arus input dan output produksi pertanian yang tentunya akan

berpengaruh terhadap produktivitas pertanian. Keterbatasan

kelembagaan tani juga berpengaruh dalam mengakses sumber

pembiayaan dan pemasaran hasil pertanian.

Sumber Daya dan Pemanfaatan Hasil Penelitian

Perbandingan jumlah peneliti dengan tenaga nonpeneliti dan

administrasi adalah 1:3,5 kurang ideal bagi lembaga penelitian.

Dalam 5 tahun ke depan jumlah tenaga yang akan memasuki usia

pensiun sekitar 30-50 orang/tahun termasuk tenaga peneliti yang

memiliki bidang kepakaran spesifik seperti pemulia tanaman. Hasil

analisis TCM dan ECM menunjukkan bahwa untuk mencapai Critical

Mass Puslitbang Tanaman Pangan 5 tahun ke depan membutuhkan

74 peneliti dengan komposisi kekurangan 12 S3, 23 S2 dan 39 S1.

Sarana penelitian berupa 18 unit laboratorium di Balai

Penelitian telah digunakan secara optimal dan 2 laboratorium telah

terakreditasi SNI 19-17025: 2005. Tantangan ke depan adalah

meningkatkan kompetensi laboratorium yang belum terakreditasi

hingga diperoleh pengakuan internasional. Daya saing ilmiah dan

komersial harus dijadikan sasaran pengembangan laboratorium.

Sarana penelitian berupa kebun percobaan seluas 704,1 ha

sebagian belum dimanfaatkan secara optimal, karena ketersediaan

SDM serta dana pengelolaan kebun yang kurang memadai.

Hasil penelitian berupa paten, lisensi, serta penyaluran hasil

penelitian masih berskala nasional dan komersialisasinya rendah,

kecuali untuk benih padi. Permasalahan ini terkait dengan belum

kondusifnya sistem hukum komersialisasi hasil penelitian. Potensi

kerugian yang timbul sulit diprediksi secara kuantitatif mengingat

berbagai faktor yang mempengaruhi perolehan royalti, antara lain:

a) Kesepakatan persentase royalti antara Unit Kerja pemilik HKI

dengan industri penerima lisensi; b) Nilai ekonomis teknologi hasil

litbang yang dilisensikan; c) Kondisi lingkungan strategis seperti:

potensi pasar, iklim, geografis, dukungan kelembagaan dan

lembaga keuangan; dan d) Persaingan industri baik domestik

maupun internasional.

Implikasi bagi Puslitbang Tanaman Pangan

Kebijakan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Kondisi saat ini menghendaki peran masyarakat dominan dan

pemerintah hanya sebagai fasilitator. Reformasi total menuntut

perlunya melaksanakan rekonstruksi kelembagaan pemerintahan

publik berdasarkan prinsip good governance dengan tiga

karakteristik utama yaitu kredibilitas, akuntabilitas, dan

transparansi. Kebijakan pembangunan dirancang dan dilaksanakan

secara transparan, serta diawasi publik, sedangkan pelaksana

bertanggungjawab atas keberhasilan dari kebijakan tersebut.

Implikasi Puslitbang Tanaman Pangan adalah perlunya: (1)

meningkatkan akuntabilitas dan kredibilitas lembaga dengan

meningkatkan efektivitas dan efisiensi program, ouput serta

peningkatan kualitas SDM, (2) meningkatkan penguasaan Iptek

mutakhir dalam pelaksanaan litbang tanaman pangan serta

kemutakhiran teknologi yang dihasilkan, (3) memperluas jaringan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 9

kerja sama penelitian antarlembaga penelitian nasional dalam

rangka diseminasi hasil penelitian. Litbang tanaman pangan harus

fokus pada penciptaan teknologi benih/bibit, dan teknologi budi

daya dan pascapanen primer untuk meningkatkan nilai tambah

yang berdaya saing dengan karakteristik yang sesuai keinginan

konsumen domestik maupun internasional.

Penelitian kebijakan diperlukan untuk mengevaluasi kebijakan

dan penyusunan usulan rekomendasi kebijakan pembangunan

pertanian. Rekomendsai kebijakan mencakup aspek teknologi,

ekonomi, sosial (kelembagaan), dan lingkungan, serta fokus pada

upaya mendukung terwujudnya pertanian industrial unggul

berkelanjutan yang berbasis sumber daya lokal. Selain itu,

dibangun pula sistem inovasi pertanian yang utuh mulai dari hulu

sampai ke hilir yang bersifat inovasi spesifik lokasi.

Penelitian Food, Feed, Bio Fuel dan Bio Fibre (4-F)

Secara umum orientasi litbang tanaman pangan adalah

mendukung pencapaian produktivitas dan produksi 4-F (Food,

Feed, Fiber, dan Fuel). Peluang pengembangan tanaman pangan

untuk food, feed dan fibre adalah padi (hibrida dan VUTB), jagung

(hibrida dan komposit), dan kedelai. Untuk fuel dikembangkan ubi

kayu dan sorgum. Selain itu, masih dapat diusulkan komoditas

spesifik daerah yang memiliki keunggulan kompetitif yang tidak

dimiliki oleh daerah lain maupun negara lain.

Ubi kayu, sorgum, dan limbah pertanian seperti jerami,

tongkol, hijauan lainnya, dan kotoran ternak dapat diolah menjadi

sumber energi alternatif terbarukan. Apabila energi sumber nabati

dan limbah ini dapat dikembangkan terutama di pedesaan, maka

akan diciptakan masyarakat yang mandiri energi untuk memenuhi

kebutuhan energi rumah tangganya. Karena itu, litbang tanaman

pangan akan berorientasi pada pengembangan dan pemanfaatan

tanaman dan limbah tersebut secara efisien dengan sasaran ongkos

produksinya menjadi lebih rendah dibanding energi fosil.

Penelitian Antisipasi Konversi Lahan, Perubahan Iklim dan

Pemuliaan Molekuler (Molecular Breeding)

Dalam lima tahun ke depan, optimalisasi pemanfaatan lahan

kering yang banyak tersedia di luar Jawa menjadi sangat penting.

Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dicari inovasi teknologi antara

lain: (1) varietas unggul baru umur genjah toleran cekaman biotik

dan abiotik dan produktivitasnya tinggi, (2) pola manajemen air

irigasi yang efisien, (3) teknologi penanggulangan kelelahan lahan

(soil fatigue), (4) sistem usahatani konservasi di DAS yang ber-

wawasan lingkungan, dan (5) pengembangan komoditas pertanian

bernilai tinggi, khususnya untuk lahan sawah di Jawa.

Antisipasi ditempuh melalui peningkatan indeks panen dengan

memanfaatkan anomali iklim seperti saat terjadi La-Nina tidak

dapat tanam palawija diganti tanam padi umur genjah. Sebagai

konsekuensi dari strategi dan kebijakan penanggulangan dampak

perubahan iklim pada sektor pertanian seperti yang digariskan

Kementerian Pertanian, maka Puslitbang Tanaman Pangan

bekerjasama dengan Lembaga Riset lainnya akan melakukan 1)

Perakitan varietas unggul (toleran genangan, kekeringan, salinitas,

umur genjah, organisme pengganggu tanaman), teknologi

pengelolaan lahan/tanah/pemupukan dan air, dan 2) Sosialisasi dan

pengembangan teknologi model untuk adaptasi perubahan iklim,

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 10

seperti Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Sistem Integrasi

Tanaman dan Ternak (SITT), Teknologi hemat air, dan Carbon

Efficient Farming (CEF).

Penurunan emisi gas rumah kaca, Puslitbang Tanaman

Pangan bekerjasama dengan lembaga riset lainnya mendukung

Program Utama Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas

Rumah Kaca melalui: 1) Penelitian dan pengembangan (litbang)

teknologi budi daya tanaman ramah lingkungan, 2) Litbang

biopestisida, 3) Litbang pemanfaatan kotoran/urine ternak dan

limbah pertanian untuk energi dan pupuk organik, dan 4) Litbang

teknologi rendah emisi, metodologi MRV (measurable, reportable,

verifiable) sektor pertanian.

Program pemuliaan untuk mendapatkan varietas unggul

dapat dipercepat melalui molecular breeding. Teknik kultur in vitro

dapat dimanfaatkan untuk pembentukan populasi atau galur yang

diperlukan merakit varietas baru, selain untuk menghasilkan bibit

tanaman bebas penyakit dalam jumlah banyak dan seragam

dengan waktu lebih cepat dibandingkan dengan cara konvensional.

Pemanfaatan lain dari teknik kultur in vitro adalah perbaikan

tanaman melalui seleksi in vitro dan keragaman somaklonal.

Mikroba dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan pestisida

hayati yang ramah lingkungan dan senyawa bioaktif yang potensial

untuk industri, serta sumber gen penting untuk rekayasa genetika.

Aspek lain penggunaan bioteknologi adalah perakitan tanaman

transgenik atau dikenal dengan rekayasa genetik melalui integrasi

gen tertentu langsung ke dalam genom tanaman target.

Penggunaan tanaman transgenik yang secara global menunjukkan

peningkatan luas areal penanaman setiap tahunnya. Permasalahan

penting di Indonesia dan diharapkan dapat diatasi dengan

bioteknologi antara lain pembentukan varietas tanaman pangan

produktivitas tinggi, umur sangat genjah, tahan terhadap cekaman

biotik dan abiotik tertentu, efisien terhadap input seperti pupuk.

Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Jejaring Kerja

Penerapan invensi hasil litbang pertanian dalam rangka

percepatan diseminasi inovasi teknologi, merupakan faktor penentu

upaya percepatan pelaksanaan program pembangunan pertanian.

Puslitbang Tanaman Pangan sebagai sumber inovasi teknologi

pertanian harus menghasilkan invensi yang terencana, terfokus

dengan sasaran yang jelas dan dapat diterapkan pada skala

industri untuk memecahkan masalah aktual yang dihadapi

masyarakat dengan memanfaatkan iptek.

Kegiatan kerja sama dan peningkatan jejaring kerja dapat

dikategorikan menjadi (1) memperkuat dan memperluas jejaring

kerja dengan lembaga penelitian pemerintah dan perguruan tinggi

untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya, menghilangkan

tumpang tindih penelitian, konvergensi program litbang, dan

meningkatkan kualitas penelitian, (2) memperkuat keterkaitan

dengan swasta, lembaga penyuluhan, dan pengambil kebijakan

serta melibatkannya dari tahap penyusunan program dan

perancangan penelitian untuk mengefektifkan diseminasi hasil

penelitian, dan (3) meningkatkan keterlibatan dalam jejaring kerja

internasional baik bilateral, multilateral, maupun regional.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 11

Peningkatan Kompetensi Sumber Daya Manusia

Ke depan, peneliti Puslitbang Tanaman Pangan harus

profesional (ahli dalam suatu bidang) yang mampu menghasilkan

jasa sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidangnya.

Peneliti profesional harus berkarakter, di antaranya bertanggung-

jawab, jujur, respek, integritas, bermartabat dan patriotik dalam

arti memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.

Laboratorium dan kebun percobaan sangat potensial untuk

dimanfaatkan sebagai sumber penerimaan negara bukan pajak

(PNBP). SDM yang lemah, dana pengelolaan kebun yang kurang

memadai, dapat dilakukan dengan cara magang di laboratorium

atau kebun percobaan yang telah berkembang, atau melakukan

kerja sama dengan pihak ketiga.

2.1.5. Pencapaian Tujuan dan Sasaran

Pencapaian tujuan dan sasaran telah ditetapkan dalam

strategi operasional penelitian dan pengembangan

kemudian dijabarkan menjadi kebijakan, kegiatan penelitian

dan pengembangan. Kegiatan disusun atas dasar komoditas

serta bidang masalah atau wilayah agro-ekosistem yang

sesuai bagi pengembangan tanaman pangan.

Arah kebijakan dan strategi litbang tanaman pangan

merupakan bagian dari arah kebijakan dan strategi litbang

pertanian pada Renstra Badan Litbang Pertanian 2010-2014

khususnya yang terkait langsung dengan program Badan

Litbang Pertanian yaitu penciptaan teknologi dan varietas

unggul berdaya saing untuk bidang tanaman pangan.

Kebijakan

Kebijakan Puslitbang Tanaman Pangan dalam penelitian dan

pengembangan tanaman pangan merupakan bagian integral

dari kebijakan Badan Litbang Pertanian. Kebijakan dibangun

dengan menerapkan prosedur standar seperti analisis SWOT

dan logical framework. Pola pikir kemudian dielaborasi dari

lintas jalan (pathway) penelitian, adopsi, dampak litbang

pertanian dan evaluasi umpan balik.

1. Memfokuskan penciptaan inovasi teknologi benih/bibit

unggul dan rumusan kebijakan guna pemantapan

swasembada beras dan jagung serta pencapaian

swasembada kedelai untuk peningkatan produksi

produk komoditas pangan substitusi impor, diversifikasi

pangan, bioenergi dan bahan baku industri.

2. Memperluas jejaring kerja sama penelitian, promosi

dan diseminasi hasil penelitian kepada stakeholders

nasional maupun internasional untuk mempercepat

proses pencapaian sasaran pembangunan pertanian

(impact recoqnition) pengakuan ilmiah internasional

(scientific recognition) dan perolehan sumber-sumber

pendanaan penelitian lainnya di luar APBN.

3. Meningkatkan kuantitas, kualitas dan kapabilitas

sumber daya penelitian melalui perbaikan sistem

rekruitmen dan pelatihan SDM, penambahan sarana

dan prasarana, dan struktur penganggaran yang sesuai

dengan kebutuhan institusi.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 12

4. Mendorong inovasi teknologi yang mengarah pada

pengakuan dan perlindungan HaKI (Hak Kekayaan

Intelektual) secara nasional dan internasional.

5. Meningkatkan penerapan manajemen penelitian dan

pengembangan yang akuntabel dan good governance.

Strategi Litbang Tanaman Pangan

1. Menyusun cetak biru kebutuhan inovasi teknologi untuk

pencapaian sasaran pembangunan pertanian dan

benchmark hasil penelitian.

2. Mengoptimalkan kapasitas unit kerja untuk

meningkatkan produktivitas dan kualitas penelitian,

memperkuat inovasi teknologi tanaman pangan yang

berorientasi ke depan, memecahkan masalah,

berwawasan lingkungan, aman bagi kesehatan dan

menjamin keselamatan manusia serta dihasilkan dalam

waktu yang relatif cepat, efisien dan berdampak luas.

3. Menyusun dan meningkatkan pemanfaatan

rekomendasi kebijakan antisipatif dan responsif dalam

kerangka pembangunan pertanian untuk memecahkan

berbagai masalah dan isu-isu aktual dalam

pembangunan pertanian.

4. Meningkatkan intensitas komunikasi dan partisipasi

pada kegiatan ilmiah nasional dan internasional.

5. Meningkatkan intensitas pendampingan penerapan

teknologi kepada calon pengguna.

6. Meningkatkan intensitas promosi inovasi teknologi

kepada pelaku usaha industri agro.

7. Meningkatkan kerja sama penelitian dan pengem-

bangan dengan lembaga internasional/nasional

berkelas dunia dalam rangka memacu peningkatan

produktivitas dan kualitas penelitian untuk memenuhi

peningkatan kebutuhan pengguna dan pasar. Kerja

sama penelitian dan pengembangan ini juga diarahkan

untuk pencapaian pengakuan kompetensi sebagai

impact recoqnition yang mengarah pada peningkatan

perolehan pendanaan di luar APBN.

8. Mengembangkan sistem alih teknologi berbasis HaKI

hasil litbang ke dunia industri melalui lisensi.

9. Menerapkan kebijakan reformasi birokrasi secara

konsisten pada semua jajaran Badan Litbang Pertanian.

Dalam upaya mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran

disusunlah Rencana Kerja Tahunan dan Penetapan Kinerja 2012,

serta LAKIP terhadap pelaksanaan program melalui kegiatan yang

telah dilaksanakan selama tahun 2012.

2.2. RENCANA KERJA TAHUNAN

Sesuai dengan Pokok-pokok Reformasi Perencanaan dan

Penganggaran (SEB Meneg Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala BAPPENAS dan Menkeu, No.0412.M.PPN/06/

2009 19 Juni 2009) program di Eselon I dan kegiatan di

Eselon II. Program Badan Litbang Pertanian periode 2010-

2014 adalah Penciptaan teknologi dan varietas unggul

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 13

berdaya saing. Sejalan dengan hal tersebut, Puslitbang

Tanaman Pangan menetapkan kebijakan alokasi sumber daya

litbang menurut komoditas prioritas utama yang ditetapkan

oleh Kementerian Pertanian, yaitu 3 di antara 5 komoditas

prioritas tanaman pangan (padi, jagung, dan kedelai) serta

ubikayu dan kacang tanah yang termasuk dalam 30 fokus

komoditas lainnya.

Penyusunan rencana kinerja kegiatan penelitian diselaraskan

dengan sasaran Renstra Puslitbangtan 2010-2014. Sejalan

dengan hal tersebut Puslitbangtan setiap tahun telah

menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2012 yang berisi :

1) Sasaran strategis kegiatan yang akan dilaksanakan, 2)

Indikator kinerja berupa hasil yang akan dicapai secara

terukur, efektif, efisien, dan akuntabel, dan 3) Target yang

akan dihasilkan. Selanjutnya RKT yang telah disusun,

ditetapkan menjadi Penetapan Kinerja (PK) 2012 sebagai

perjanjian kinerja guna mendorong pengembangan

profesionalisme institusi Puslitbangtan menuju good

governance.

Rencana kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman

pangan telah dituangkan dalam RKT tahun 2012 yang

dilakukan untuk mencapai sasaran organisasi dirinci sebagai

berikut:

1. Tersedianya informasi sumber daya genetik (SDG)

tanaman pangan yang dapat dimanfaatkan untuk

perbaikan sifat varietas.

2. Terciptanya varietas unggul baru (VUB) tanaman pangan.

3. Tersedianya benih sumber varietas unggul baru tanaman

pangan untuk penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO

9001-2008.

4. Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen

primer tanaman pangan.

5. Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman pangan.

6. Terselenggaranya diseminasi teknologi tanaman pangan.

Adapun matriks Rencana Kinerja Tahunan (RKT) kegiatan

penelitian dan pengembangan tanaman pangan disajikan

pada Tabel 2.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 14

Tabel 2. Rencana kinerja tahunan Puslitbang Tanaman Pangan 2012.

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

1. Tersedianya informasi sumber daya genetik

Jumlah aksesi sumber daya genetik tanaman pangan

yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan sifat

varietas

1.530 aksesi

2. Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan Jumlah varietas unggul baru tanaman pangan 16 varietas

3. Tersedianya benih sumber varietas unggul baru

tanaman pangan untuk penyebaran varietas

berdasarkan SMM ISO 9001-2008.

Jumlah produksi benih sumber padi, serealia, aneka

kacang dan ubi 384 ton

4. Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan

pascapanen primer tanaman pangan

Jumlah teknologi budi daya, panen, dan pascapanen

primer tanaman pangan 12 teknologi

5. Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman

pangan

Rumusan rekomendasi kebijakan pengembangan

tanaman pangan 10 rekomendasi

6. Terselenggaranya diseminasi teknologi tanaman

pangan

Jumlah publikasi ilmiah 15 judul

Jumlah pertemuan ilmiah 4 kali

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 15

2.3. PERJANJIAN KINERJA

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan

yang efektif, transparan, dan akuntabel, Puslitbang Tanaman

Pangan terus berupaya meningkatkan akuntabilitas kinerja

menggunakan indikator kinerja yang meliputi efisiensi

masukan (input), kualitas perencanaan dan pelaksanaan

(proses), keluaran (output), dan outcome.

Penetapan Kinerja 2012 disusun setelah disetujui dan

terbitnya DIPA 2012 (Tabel 3). Penetapan kinerja ini

merupakan wujud komitmen perjanjian kinerja sebagai tolok

ukur keberhasilan dan dasar evaluasi akuntabilitas kinerja

Puslitbang Tanaman Pangan pada akhir tahun anggaran.

Tabel 3. Penetapan kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2012.

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

1. Tersedianya informasi sumber daya genetik (SDG)

tanaman pangan yang dapat dimanfaatkan untuk

perbaikan sifat varietas.

Jumlah aksesi sumber daya genetik (SDG) tanaman

pangan yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan

sifat varietas.

1.530 aksesi

2. Terciptanya varietas unggul baru (VUB) tanaman

pangan Jumlah varietas unggul baru (VUB) tanaman pangan 17 varietas

3. Tersedianya benih sumber varietas unggul baru

tanaman pangan untuk penyebaran varietas

berdasarkan SMM ISO 9001-2008.

Jumlah produksi benih sumber varietas unggul baru

tanaman pangan untuk penyebaran varietas

berdasarkan SMM ISO 9001-2008.

529 ton

4. Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan

Spascapanen primer tanaman pangan

Jumlah teknologi budi daya, panen, dan pascapanen

primer tanaman pangan 12 teknologi

5. Tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan

tanaman pangan

Rumusan rekomendasi kebijakan pengembangan

tanaman pangan 11 Rekomendasi

Jumlah anggaran kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan sebesar Rp.136.172.889.000 (Seratus tiga puluh enam miliar

seratus tujuh puluh dua juta delapan ratus delapan puluh sembilan ribu rupiah).

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 16

Uraian rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh Puslitbang

Tanaman Pangan sebagai berikut:

1. Pengkayaan, Pengelolaan, Pemanfaatan, dan

Pelestarian Sumber Daya Genetik Tanaman Pangan

1.a. Peningkatan sumber genetik koleksi plasma nutfah

padi karakterisasi, verifikasi, dan rejuvinasi untuk

perbaikan sifat varietas padi.

Input kegiatan ini sebesar Rp. 600.000.000,-

(dilaksanakan oleh BB Padi) melibatkan 10 orang peneliti.

Target output kegiatan adalah : a) Tersedianya diversitas

genetik koleksi plasma nutfah padi 500 aksesi untuk

dimanfaatkan kegiatan pemuliaan tanaman, b) Benih

koleksi plasma nutfah dalam jumlah cukup dan berdaya

tumbuh baik, serta terkarakterisasi, dan c) Informasi hasil

verifikasi varietas yang muncul dan berkembang di lapang

serta potensi pengembangannya lebih lanjut.

1.b. Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah tanaman aneka kacang dan ubi secara konvensional, serta memanfaatkan teknologi DNA.

Input kegiatan ini sebesar Rp. 151.780.000,-

(dilaksanakan oleh Balitkabi) melibatkan 12 orang

peneliti.

Target output kegiatan adalah: a) Diperbaruinya benih

plasma nutfah aneka kacang (225 aksesi kedelai, 150

aksesi kacang tanah, 225 aksesi kacang hijau, 75 aksesi

kacang tunggak dan 71 aksesi gude) dan ubi (162 aksesi

ubijalar, 250 aksesi ubikayu, dan 10-10 aksesi ubi

potensial), dan b) Diperolehnya informasi resistensi atau

toleransi 50 aksesi kedelai terhadap kutu kebul dan

informasi kelayakan agronomi aksesi kacang tanah

toleran terhadap kutu kebul.

1.c. Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi

sumber daya genetik tanaman serealia.

Input kegiatan ini sebesar Rp. 362.978.000,-

(dilaksanakan oleh Balitsereal) melibatkan 8 orang

peneliti.

Target output kegiatan ini adalah: a) terkoleksinya paling

sedikit empat aksesi, b) Diperbaharui minimal 40 aksesi

plasmanutfah jagung dan masing-masing sebanyak 25

aksesi sorgum, dan jewawut, c) Tersedianya tambahan

informasi 50 aksesi jagung dan 25 aksesi jawawut

terkarakterisasi sifat agronomisnya, d) tersedianya

informasi ketahanan terhadap cekaman biotik minimal (40

aksesi jagung untuk kumbang bubuk dan 40-60 aksesi

jagung untuk penyakit bulai), e) Tersedianya informasi

ketahanan cekaman abiotik minimal 50 aksesi jagung

terhadap cekaman kekeringan, salinitas, dan kemasaman,

f) Tersedianya informasi kandungan nutrisi lima aksesi/

varietas jagung dan sorgum, dan g) Tersedianya benih inti

varietas jagung komposit minimal 300 tongkol per varietas

(Provit A, Pulut Harapan, Gumarang, Lagaligo, Palakka,

dan Kalinggga), serta benih inti/benih penjenis (BS) tetua

jagung hibrida Bima minimal 10 kg per tetua/inbrida (MR-

14, MR-4, B-11209, Nei-9008, G-180, G-193, dan N-150).

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 17

2. Penelitian Pemuliaan dan Perakitan Varietas Unggul

Baru Tanaman Pangan.

2.a. Perakitan varietas unggul baru padi.

Input untuk kegiatan penelitian ini sebesar Rp.

6.593.622.000,- (dilaksanakan oleh BB Padi) melibatkan 59

orang peneliti.

Target output kegiatan ini adalah: a) Diperoleh 3 galur

harapan calon varietas unggul, 2 galur harapan padi rawa,

2 galur harapan padi gogo melalui konsorsium padi

nasional, b) Diperoleh 4 Calon Varietas Ungggul Hibrida, c)

diperoleh 5 calon varietas unggul padi sawah ultra genjah,

d) Diperoleh 6 varietas padi fungsional unggul, e) Diperoleh

20 galur harapan padi tipe baru, f) Diperoleh 4 varietas

unggul padi gogo aromatik, g) Diperoleh 10 galur harapan

padi gogo, dan h) Diperoleh 12 galur harapan bahan UML

padi rawa lebak dan pasang surut.

2.b. Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka

kacang dan ubi.

Input kegiatan penelitian ini sebesar Rp. 2.133.337.000,-

(kegiatan dilaksanakan oleh Balitkabi) melibatkan 65 orang

peneliti.

Target output kegiatan ini adalah: a) Diperoleh proposal

pelepasan untuk set kedelai: toleran kekeringan pada fase

reproduktif, berumur genjah, toleran lahan masam, dan

toleran naungan, b) Mendapatkan 25-40 galur harapan

kacang tanah berumur genjah, toleran penyakit layu bakteri

R. Solanacearum, dan 2-3 calon varietas unggul kacang

tanah masing-masing untuk umur genjah dan toleran

penyakit karat dan bercak daun, c) Mendapatkan 20 galur

kedelai umur genjah, ukuran biji besar dengan potensi

hasil ≥3 t/ha bahan UDHL, dan informasi tingkat ketahanan

115 galur kedelai terhadap penyakit karat, d) Mendapatkan

6–8 galur harapan kedelai yang telah teridentifikasi toleran

hama pengisap polong dengan daya hasil > 2,30 t/ha, 6–8

galur harapan kedelai yang telah teridentifikasi toleran

hama ulat grayak dengan daya hasil >2,30 t/ha, dan e)

Mendapatkan 40-50 klon ubijalar kaya β-karotin (>12.000

μg/100g), 40-50 klon ubijalar kaya antosianin (>550

mg/100g) sebagai bahan uji daya hasil pendahuluan, 20-25

klon ubijalar kaya β-karotin (>12.000g/100g), 20-25 klon

ubijalar kaya antosianin (>550 mg/antosianin (>550 mg/

100g) sebagai bahan uji daya lanjutan.

2.c. Perakitan varietas unggul baru jagung dan serealia

lainnya.

Input kegiatan penelitian ini sebesar Rp. 3.352.627.000,-

(kegiatan dilaksanakan oleh Balitsereal) melibatkan 29

orang peneliti.

Target output kegiatan ini adalah: a) Dilepasnya 2-3

varietas jagung hibrida unggul baru umur sedang (91-100

hari), potensi hasil tinggi (>12 t/ha), toleran kekeringan,

serta 1-2 varietas jagung hibrida silang tiga jalur, dan

dihasilkan ≥ 1 calon varietas jagung hibrida unggul baru

hasil saling silang galur-galur CIMMYT, umur sedang (91-

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 18

100 hari), potensi hasil tinggi (>12 t/ha), toleran

kekeringan, b) Tersedia galur dan populasi dasar untuk

pembentukan varietas hibrida dan bersari bebas tahan

hama kumbang bubuk (Sitophillus zeamays), c) Dilepasnya

1-2 varietas gandum tropis dengan potensi hasil ≥ 1,0 t/ha

yang dapat ditanam pada dataran rendah (ketinggian ≤

400 m dpl), d) Diperoleh F1 sorgum manis produksi etanol

tinggi dan biomas tinggi berdasarkan nilai jarak genetik

yang tinggi (>0,7), dan e) Tersedianya dua varietas

unggulan nasional: Jagung Pulut jenis bersari bebas hasil

> 6,0 t/ha, umur genjah < 90 hari, serta kandungan

amilopektin > 80,0%.

3. Perbenihan Tanaman Pangan Sesuai SMM ISO 9001-

2008.

3.a. Penyediaan benih sumber varietas unggul padi.

Input kegiatan ini Rp. 6.480.000.000,- (dilaksanakan oleh

BB Padi dan Lolit Tungro) dan sumber daya yang terlibat

16 orang peneliti.

Target output kegiatan ini, yaitu dihasilkannya 430 ton

benih sumber padi (BS, FS, SS dan F1) dengan SMM ISO

9001-2008.

3.b. Penyediaan benih penjenis kedelai dan benih

sumber aneka kacang dan ubi.

Input penelitian ini Rp. 1.435.000.000,- (dilaksanakan oleh

Balitkabi) dan melibatkan 28 orang peneliti.

Target output kegiatan ini, yaitu: a) Benih inti kedelai 700

kg untuk 10 varietas (Grobogan, Burangrang, Detam-1,

Detam-2, Kaba, Tanggamus, Anjasmoro, Argomulyo, Ijen,

dan Wilis) kacang tanah; 700 kg untuk 8 varietas (Tuban,

Bima, Domba, Jerapah, Gajah, Kelinci, dan Bison) dan

kacang hijau; 350 kg untuk 8 varietas (Kutilang, Murai,

Betet, Perkutut, Sriti, Kenari, Vima-1, dan Walet), b)

Benih penjenis 15.000 kg untuk 10 varietas (Grobogan,

Burangrang, Detam-1, Detam-2, Kaba, Tanggamus,

Anjasmoro, Argomulyo, Ijen, dan Wilis) kacang tanah:

9.000 kg untuk 8 varietas (Tuban, Bima, Domba, Jerapah,

Gajah, Kelinci, dan Bison), dan kacang hijau; 4.500 kg

untuk 8 varietas (Kutilang, Murai, Betet, Perkutut, Sriti,

Kenari, Vima-1, dan Walet), dan c) benih dasar kedelai,

kacang tanah dan kacang hijau 34.750 kg.

3.c. Produksi benih sumber jagung.

Input penelitian ini Rp. 1.377.398.000,- (dilaksanakan oleh

Balitsereal) dan melibatkan 26 orang peneliti.

Target output kegiatan ini, yaitu: Tersedianya dan

terdistribusikannya benih sumber jagung klas Benih

Penjenis (BS) sebanyak = 8.000 kg, FS 20.000 kg dan F1

6.000 kg.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 19

4. Perakitan Teknologi Budi Daya, Panen, dan Pascapanen

Primer Tanaman Pangan.

4.a. Teknologi budi daya tanaman padi

Input penelitian ini sebesar Rp.6.137.700.000,-

(dilaksanakan oleh BB Padi) melibatkan 54 orang peneliti.

Target output kegiatan ini adalah : a) Teknologi produksi

padi di lahan pasang-surut dan di lahan terdampak

salinitas, b) Budi daya padi gogo untuk panen dua kali

dalam setahun, c) Pengendalian penyakit hawar daun

bakteri dengan pestisida nabati, d) Budi daya varietas

unggul hibrida (HIPA – 8) pada sawah irigasi, e) Teknologi

validasi dan verifikasi metode analisis kandungan amilosa

beras dengan prinsip pengikatan iodin (I) kalium iodida

(KI), dan f) Konservasi musuh alami untuk pengendalian

dini penyakit Tungro.

4.b. Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi

Input penelitian ini Rp. 1.098.500.000- (dilaksanakan oleh

Balitkabi) dan melibatkan 43 orang peneliti.

Target output kegiatan ini yaitu: a) Dihasilkannya paket

teknologi budi daya untuk meningkatkan hasil ubikayu 40-

75%, b) Dihasilkannya paket teknologi budi daya ubijalar

kaya antosianin di lahan sawah yang dapat meningkatkan

produksi 40-75%, c) Dihasilkan paket teknologi

pengendalian hama boleng (Cylas formicarius), penyakit

kudis (Sphaceloma batatas) dan tungau puru (Eriophyes

gastrotrichus) secara kimiawi dan nabati, d) Mendapatkan

paket teknologi budi daya kacang tanah di lahan kering

masam dengan teknologi pemupukan dan ameliorasi

lahan serta populasi tanaman untuk maksimasi produksi

calon VUB toleran kondisi lahan masam memberikan hasil

2,5 t/ha polong kering, e) Memperoleh paket teknologi

budi daya kacang tanah di lahan sawah Alfisol dengan

komponen teknologi pemupukan, pengendalian OPT dan

populasi tanaman yang mampu mendorong calon VUB

toleran Aspergillus flavus, calon VUB umur genjah dan

calon VUB toleran penyakit daun, memberikan hasil 3 t/ha

polong kering, f) Mendapatkan teknologi pengendalian

hama penggerek polong Etiella zinckenella dan hama

utama lainnya pada calon VUB kacang tanah, dan g)

Mendapatkan efikasi formulasi pestisida nabati dan agens

hayati yang efektif untuk mengendalikan hama dan

penyakit utama kedelai yang ramah lingkungan.

4.c. Teknologi budi daya tanaman serealia.

Input penelitian ini sebesar Rp. 996.031.000,-

(dilaksanakan oleh BB Balitsereal) dan sumber daya yang

terlibat 36 orang peneliti.

Target output penelitian ini, yaitu: a) Mendapatkan jenis

cendawan antagonis yang efektif terhadap pengendalian

penyakit busuk pelepah (Rhizoctonia solani), b)

Mendapatkan jenis cendawan antagonis yang efektif

terhadap pengendalian penyakit busuk batang (Fusarium

sp), c) Didapatnya strain Bacillus subtilis yang efektif

sebagai agen pengendali hayati, d) Diketahuinya takaran

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 20

hara N, P dan K yang sesuai untuk jagung dalam dua kali

tanam secara tanam sisip dengan tingkat produktivitas

>8,0 t/ha pada lahan sawah, e) Dihasilkannya komponen

teknologi terpilih untuk mendukung PTT jagung melalui

peningkatan IP di lahan kering dengan produktivitas > 8,0

t/ha tiap musim tanam, f) Dihasilkannya informasi

teknologi penekanan kehilangan biji dan kapasitasnya

pada peningkatan putaran silinder perontok dan cara

pengumpanan gandum termodifikasi lanjutan, dan g)

Dihasilkannya informasi teknologi penurunan kandungan

tanin biji sorgum pada taraf kadar air pada proses

penyosohan sorgum termodifikasi lanjutan.

5. Analisis Kebijakan Pengembangan Tanaman Pangan.

Input penelitian ini Rp. 1.030.000.000,- (dilaksanakan oleh

Puslitbangtan) dan melibatkan 9 orang peneliti.

Target output penelitian ini, yaitu: a) Sintesis Peningkatan

Produksi Padi melalui Sistem of Rice Intensification (SRI)

Mendukung Program Peningkatan Surplus Beras Nasional, b)

Sintesis Pengamanan Produksi Padi Melalui Penerapan PHT

Mendukung Program Peningkatan Surplus Beras, c) Analisis

ketersediaan benih padi mendukung program pencapaian

peningkatan surplus beras nasional, d) Peningkatan Daya

Saing dan Nilai Tambah Tanaman Pangan Menghadapi

Persaingan Global: Penanganan Pascapanen Padi untuk

Peningkatan Surplus Beras, e) Sintesis Peningkatan Produksi

Padi Melalui Program GP3K Mendukung Peningkatan Surplus

Beras Nasional, f) Analisis ketersediaan pupuk dan penggunaan

teknologi pemupukan spesifik lokasi berbasis hape mendukung

peningkatan produksi padi, g) Pencapaian Surplus 10 Juta ton

beras pada tahun 2014, h) Ketersediaan lahan untuk

pengembangan kedelai di lahan perhutani, i) Penyempurnaan

sistem perbenihan nasional, j) Dampak tanam padi serempak,

dan k) Ketersediaan teknologi dalam upaya peningkatan

produksi kedelai di Indonesia.

6. Diseminasi Inovasi Teknologi Tanaman Pangan.

Kegiatan penunjang penelitian dan pengembangan tanaman

pangan adalah menyebarluaskan inovasi teknologi tanaman

pangan. Adapun kegiatan yang dilaksanakan antara lain a)

Publikasi hasil-hasil penelitian, b) Seminar dan pertemuan

ilmiah lainnya, c) Ekspose/pameran skala nasional dan

regional, d) Gelar teknologi di lapang, dan e) Penyebarluasan

inovasi teknologi melalui internet (website).

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 21

III. AKUNTABILITAS KINERJA

Penelitian tanaman pangan telah memberikan kontribusi

mendukung 4 target sukses Kementerian Pertanian. Teknologi yang

telah dihasilkan melalui penelitian dan pengembangan meliputi

penciptaan varietas unggul baru, perakitan teknologi budi daya

seperti pemupukan, pengendalian OPT, pengairan, perbaikan

teknologi pascapanen, menunjang konsep pengelolaan tanaman

terpadu (PTT). Hasil-hasil penelitian dituangkan dan disebarluaskan

antara lain melalui berbagai pertemuan ilmiah, ekspose dan gelar

teknologi di berbagai even nasional maupun regional, serta

menerbitkan sejumlah publikasi ilmiah tercetak dalam bentuk

jurnal, prosiding, buletin, maupun berita, serta menyebarluaskan

informasi melalui internet (website) yang dibangun di setiap satker

lingkup Puslitbangtan.

Tahun anggaran 2012 Puslitbang Tanaman Pangan telah

menetapkan 5 (lima) sasaran strategis dalam rangka mendukung 4

Sukses Kementerian Pertanian. Realisasi kegiatan sampai akhir

tahun 2012 menunjukkan bahwa indikator sasaran seluruhnya telah

dapat dicapai dengan hasil baik.

Keberhasilan pencapaian sasaran kegiatan tidak terlepas dari

telah diterapkannya Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

di lingkup Puslitbangtan. Mekanisme monitoring dan evaluasi

penelitian dilakukan setiap semester melalui peninjauan ke lapang.

Sedangkan realisasi keuangan dipantau menggunakan program i-

Monev berbasis web yang dilakukan updating setiap hari Jumat

bagi setiap satker, serta penerapan Permenkeu No. 249 tahun 2011

setiap bulan.

3.1. PENGUKURAN KINERJA

Dalam rangka mengukur kinerja dan keberhasilan penelitian

dan pengembangan tanaman pangan secara umum dapat dilihat

pada tujuan, manfaat dan keluaran pogram penelitian dengan

menggunakan indikator tolok ukur kinerja, alat verifikasi, dan

asumsi/risiko yang tertuang dalam matriks kerangka logis.

Puslitbang Tanaman Pangan terus berupaya meningkatkan

akuntabilitas kinerja yang dilaksanakan dengan menggunakan

indikator kinerja yang meliputi efisiensi masukan (input), kualitas

perencanaan dan pelaksanaan (proses), keluaran (output) baik

primer (varietas, produk, komponen teknologi, prototipe, rumusan

standar dan norma, serta alternatif kebijakan) maupun sekunder

(publikasi dan fasilitas penelitian), manfaat yang diperoleh sebagai

rujukan standar nasional, swasta agribisnis agroindustri, kerja sama

kemitraan, rujukan kebijakan, serta penyebaran teknologi dan

pemanfaatan konsep kebijakan. Pengukuran tingkat capaian kinerja

Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2012 dilakukan dengan cara

membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan

realisasinya.

Capaian kinerja berdasarkan hasil pengukuran kinerja

disajikan pada Tabel 4.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 22

Tabel 4. Pengukuran kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2012.

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi %

1. Tersedianya informasi sumber daya

genetik (SDG) tanaman pangan yang

dapat dimanfaatkan untuk perbaikan

sifat varietas.

Jumlah aksesi sumber daya genetik

(SDG) tanaman pangan yang dapat

dimanfaatkan untuk perbaikan sifat

varietas.

1.530 aksesi 2.726 aksesi 178,8

2. Terciptanya varietas unggul baru (VUB)

tanaman pangan

Jumlah varietas unggul baru (VUB)

tanaman pangan 17 varietas 25 varietas 147,1

3. Tersedianya benih sumber varietas

unggul baru tanaman pangan untuk

penyebaran varietas berdasarkan SMM

ISO 9001-2008.

Jumlah produksi benih sumber varietas

unggul baru tanaman pangan untuk

penyebaran varietas berdasarkan SMM

ISO 9001-2008.

529.000 kg 557.417,5 kg 105,3

4. Terciptanya teknologi budi daya,

panen, dan pascapanen primer

tanaman pangan

Jumlah teknologi budi daya, panen, dan

pascapanen primer tanaman pangan 12 teknologi 16 teknologi 133,3

5. Tersedianya rekomendasi kebijakan

pengembangan tanaman pangan

Rumusan rekomendasi kebijakan

pengembangan tanaman pangan 11 Rekomendasi 11 Rekomendasi 100,0

Rata-rata 132,9

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 23

3.2. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2012 Pulitbang

Tanaman Pangan dapat dijelaskan sebagai berikut:

Sasaran 1 : Tersedianya informasi sumber daya genetik

tanaman pangan

Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian

indikator kinerja utama dengan target yang ditetapkan dalam PKT

yaitu tersedianya 1.530 aksesi sumber daya genetik tanaman

pangan untuk materi kegiatan perakitan calon varietas unggul baru.

Sasaran 1 tersebut telah dicapai melalui kegiatan

“Pengkayaan, pengelolaan, pemanfaatan, dan pelestarian

sumber daya genetik tanaman pangan”.

Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun

2012 telah tercapai dengan persentase rata-rata 185,17%. Target

yang disusun dalam PKT dilakukannya pengkayaan aksesi sumber

daya genetik tanaman padi, aneka kacang dan ubi (kabi), serta

serealia sebanyak 1.560 aksesi. Adapun realisasi tingkat capaian

telah diperoleh 2.726 aksesi (178,8%) antara lain sumber daya

genetik tanaman padi 874 aksesi, aneka kacang dan ubi 1.226

aksesi, dan serealia 626 aksesi. Sedangkan realisasi keuangan dari

kegiatan ini sebesar Rp. 1.103.887.775,- (99,02%).

Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator

kinerja disajikan sebagai berikut :

Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2012.

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Sumber daya genetik padi:

Terkarakterisasi sifat kegenjahan,

toleran kekeringan, salinitas, dan

rendaman (Aksesi)

500

874

174,8

Sumber daya genetik aneka

kacang dan ubi:

Terbarukan benih aneka kacang

dan ubi melalui konservasi/

rejuvenasi (Aksesi)

450

1.226

272,4

Sumber daya genetik serealia:

Tersedia materi genetik plasma

nutfah tanaman jagung dan

serealia lainnya (Aksesi)

580

626

107,9

Sebagai perbandingan jumlah koleksi sumber daya genetik

tanaman pangan tahun 2012 lebih sedikit daripada 2011. Hal ini

karena sebagian benih plasma nutfah tidak tumbuh karena adanya

perubahan iklim saat tanam.

Perbandingan capaian kinerja tahun 2011 dan 2012.

Indikator Kinerja 2011 2012

Sumber daya genetik padi: Terkarakterisasi sifat kegenjahan, toleran kekeringan, salinitas, dan rendaman

1.363

874

Terbarukan benih aneka kacang dan ubi melalui konservasi/rejuvenasi

1.154

1.226

Tersedia materi sumber daya genetik tanaman jagung dan serealia lainnya

1.052

626

Keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari

masing-masing subkegiatan diuraikan sebagai berikut:

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 24

Padi. Kegiatan pengelolaan sumber daya genetik padi dilakukan

melalui korespondensi dengan instansi pemerintah dan non-

pemerintah lingkup dalam negeri, INGER, dan karakterisasi koleksi

sumber daya genetik BB Padi. Dari kegiatan tersebut, diperoleh 874

aksesi baru dari lingkup dalam negeri sebanyak 383 aksesi,

introduksi dari luar negeri 480 aksesi, dan varietas unggul baru 11

aksesi. Hasil karakterisasi sumber daya genetik diperoleh bahwa

terdapat variasi pada karakter-karakter yang diamati. Namun,

sebagian besar menunjukkan karakter warna kaki hijau, warna

leher daun hijau muda, permukaan daun sedang, warna lidah daun

putih, bentuk lidah daun cleft, dan warna telinga daun putih.

Aneka Kacang dan Ubi. Jumlah aksesi yang dicapai merupakan

hasil dari konservasi plasma nutfah tanaman kacang dan ubi yang

meliputi; diperbaruinya benih plasma nutfah aneka kacang (225

aksesi kedelai, 150 aksesi kacang tanah, 225 aksesi kacang hijau,

75 aksesi kacang tunggak dan 71 aksesi gude) dan ubi (162 aksesi

ubijalar, 250 aksesi ubikayu, dan 10 aksesi ubi potensial) dan

diperolehnya informasi toleransi 50 aksesi kedelai terhadap kutu

kebul (Bemisia tabaci) dan informasi kelayakan agronomi aksesi

kacang tanah toleran terhadap kutu kebul.

Serealia. Telah terkoleksi dan teridentifikasi plasma nutfah

tanaman serealia sebanyak 34 aksesi dari target 12 aksesi.

Kemudian materi plasma nutfah serealia yang berhasil direjuvinasi,

dikarakterisasi, dan dievaluasi sebanyak 592 aksesi sehingga

jumlah capaian pada kegiatan ini sebanyak 626 aksesi melampaui

target IKU sebanyak 580 aksesi.

Outcome dari kegiatan ini adalah tersedianya dan telah

dimanfaatkannya informasi karakteristik sumber daya genetik untuk

bahan tetua perakitan calon varietas unggul baru padi, kabi, dan

serealia yang memiliki sifat keunggulan spesifik lokasi dan sesuai

dengan keinginan konsumen. Sebanyak 21 VUB yang dilepas tahun

2012 telah memanfaatkan sumber daya genetik yang terkoleksi.

Termasuk untuk merakit varietas unggul baru di masa mendatang.

Pengelolaan sumber daya genetik tanaman pangan

melibatkan pula lembaga riset internasional seperti IRRI Filipina

maupun CIMMYT di Mexico, serta beberapa lembaga riset lainnya.

Termasuk di antaranya disimpan di Bank Plasma Nutfah di

BBBiogen.

Sasaran 2 : Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan.

Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian

indikator kinerja utama dengan target yang ditetapkan dalam PKT

yaitu 17 varietas unggul baru yang dilepas tahun 2012.

Sasaran 2 tersebut telah dicapai melalui kegiatan “Penelitian

pemuliaan dan perakitan varietas unggul baru tanaman

pangan”.

Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun

2012 telah tercapai dengan persentase rata-rata 150,00%. Target

yang disusun dalam PKT yaitu 17 varietas unggul baru (VUB) yang

dilepas. Adapun realisasi tingkat capaiannya yaitu telah dilepas 25

varietas unggul baru padi dan palawija antara lain 12 varietas padi,

5 varietas jagung, 1 varietas gandum, 1 varietas sorgum, 1 varietas

kedelai, 4 varietas kacang tanah, dan 1 varietas ubikayu.

Realisasi keuangan pada kegiatan ini sebesar Rp.

12.005.390.824,- (99,75%).

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 25

Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator

kinerja disajikan sebagai berikut :

Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2012

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Varietas unggul baru padi (VUB) 6 12 200,0

Varietas unggul baru aneka kacang

dan ubi (VUB)

4 6 150,0

Varietas unggul baru serealia (VUB) 7 7 100,0

Sebagai perbandingan varietas yang dilepas tahun 2012 lebih

banyak daripada tahun 2011 seperti disajikan pada tabel di bawah

ini. Hal ini karena adanya kegiatan konsorsium yang telah

dilaksanakan dengan mengoptimalkan sumber daya penelitian baik

yang ada di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan, perguruan tinggi,

maupun lembaga riset lainnya di Indonesia.

Perbandingan capaian kinerja tahun 2011 dan 2012.

Indikator Kinerja 2011 2012

Varietas unggul baru padi (VUB) 17 12

Varietas unggul baru aneka kacang dan

ubi (VUB)

5 6

Varietas unggul baru serealia (VUB) 7 7

Keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari

masing-masing subkegiatan diuraikan sebagai berikut:

Padi. Selama tahun 2012 telah dilepas sebanyak 12 VUB padi

yang sesuai untuk lahan sawah, lahan rawa, dan lahan kering.

Telah dihasilkan VUB untuk antisipasi bencana banjir yang sering

merusak pertanaman padi. VUB yang dilepas 2012 antara lain:

varietas Inpari 22, Inpari 23 Bantul, Inpari 24 Gabusan, Inpari 25

Opak Jaya, Inpari 26, Inpari 27, Inpari 28 Kerinci, Inpari 29

Rendaman, Inpari 30 Ciherang Sub 1, Inpara 7, Inpago 9, dan

Inpari 21 Batipuah.

Kedelai. Varietas unggul baru kedelai “Dering 1”. Varietas

Dering 1 berasal dari persilangan tunggal antara varietas unggul

lama Davros dengan MLG 2984 (genotipe toleran kekeringan). Dari

hasil uji multilokasi di berbagai tempat, kedelai varietas Dering 1,

memiliki karakteristik umur tanaman 81 hari, merupakan varietas

kedelai genjah pertama. Warna biji kuning, potensi hasil 2,8

ton/ha, tahan penggerek polong dan karat daun, diharapkan dapat

memenuhi kebutuhan petani dan mendukung pencapaian

swasembada kedelai.

Jagung dan Serealia lain. Selama tahun 2012 telah

diusulkan untuk dilepas sebanyak 5 VUB jagung, 1 gandum, dan 1

sorgum. Varietas ungul yang telah dilepas, antara lain: Varietas

unggul jagung hibrida dengan nama varietas Bima Putih-1, Bima

Putih-2, Bima 16, Bima 17 dan Bima 18, serta 1 VUB sorgum, dan 1

VUB gandum. Namun, varietas Bima 17 dan Bima 18, serta 1 VUB

sorgum dan 1 VUB gandum, saat ini sedang dalam taraf proses

administrasi keluarnya SK Menteri Pertanian.

Varietas Bima Putih 1 memiliki potensi hasilnya 10,3 t/ha

pipilan kering, berumur sedang, memiliki kandungan asam amino

lisin dan triptofan tinggi, stay green yaitu warna batang dan daun

di atas tongkol masih hijau, saat biji sudah masak/waktu untuk

panen dan tahan rebah. Varietas Bima Putih 2 potensi hasil 10,4

t/ha pipilan kering, memiliki kandungan asam amino lisin dan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 26

triptofan tinggi, peka terhadap penyakit bulai sehingga VUB ini

akan lebih baik jika dikembangkan pada lokasi yang tidak terdapat

endemik penyakit bulai dan penyakit hawar daun, selain

keunggulan tersebut VUB ini juga stay green. Varietas Bima 16

dengan potensi hasil 10,9 ton/ha pipilan kering pada kadar air

15%, memiliki kandungan karbohidrat, protein dan lemak tinggi,

stay green dan tahan penyakit bulai, toleran penyakit karat daun

dan toleran penyakit bercak daun.

Kacang tanah. Varietas unggul baru kacang tanah yang

dilepas yaitu : HypoMa 1, HypoMa 2, Takar 1, dan Takar 2.

Hypoma 1 adaptatif di lingkungan optimal, dengan potensi

hasil 3,70 t/ha polong kering. Varietas tersebut cukup toleran

terhadap penyakit bercak daun (Cercospora arachidicola Hori) dan

karat daun (Puccinia arachidis) dan sekaligus agak toleran terhadap

penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum).

Varietas HypoMa 2 mempunyai daya adaptasi umum terutama

jika ditanam di wilayah yang sering mengalami kekeringan pada

fase generatif. Potensi hasil varietas HypoMa2 mencapai 3,50 t/ha

polong kering, toleran kekeringan, serta agak toleran terhadap

penyakit bercak dan karat daun. Varietas Takar 1 mempunyai

keunggulan hasil tinggi 4,3 t/ha, toleran karat, sementara Takar 2

mempunyai keunggulan hasil tinggi 3,8 t/ha dan toleran karat.

Ubikayu. Varietas unggul ubikayu yang dilepas dengan

nama Litbang UK-2 mempunyai keunggulan umur panen 9-10

bulan, potensi hasil 60,4 t/ha, sedangkan rata-rata hasil 42,2 t/ha,

potensi hasil bioetanol 96% sebanyak 14.472 liter/ha sehingga

sesuai untuk bahan baku bioetanol. Keunggulan lain agak tahan

terhadap tungau, agak tahan penyakit busuk akar/umbi.

Outcome. Varietas yang telah dilepas telah disebarluaskan

kepada pengguna melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

(BPTP) yang tersebar di 33 propinsi di Indonesia. Bahkan sebagian

telah dilisensikan kepada swasta nasional dan pemprov (Tabel 5).

Tabel 5. Varietas unggul yang telah dilisensikan.

Varietas Mitra kerja sama

1. Jagung Hibrida Bima 7 PT. Biogene Plantation

2. Jagung Hibrida Bima 9 PT. Tosa Agro

3. Jagung Hibrida Bima 10 PT. Tosa Agro

4. Jagung Hibrida Bima 11 PT. Tosa Agro

5. Jagung Bima 12Q PT. Berdikari (Persero)

6. Padi Hibrida Hipa 8 PT. Dupont Indonesia

7. Padi Hibrida Hipa 9 PT. Metahelik Life Science

8. Padi Hibrida Hipa 10 PT. Petrokimia Gresik

9. Padi Hibrida Hipa 11 PT. Petrokimia Gresik

10. Padi Hibrida HiPa 12 PT. Saprotan Benih Utama

11. Padi Hibrida HiPa 14 PT. Saprotan Benih Utama

12. Padi HiPa Jatim 1 Dinas pertanian Jatim

13. Padi HiPa Jatim 2 Dinas pertanian Jatim

14. Padi HiPa Jatim 3 Dinas pertanian Jatim

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 27

Display varietas 2013 di lokasi SL-PTT. Varietas unggul

baru yang dilepas tahun 2012 ini akan ditanam dalam program

diseminasi sebagai display varietas di lokasi Sekolah Lapang

Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) pada kegiatan tahun 2013

mendatang. Lokasi SL-PTT padi, jagung, dan kedelai hampir di

seluruh propinsi di Indonesia dalam upaya pencapaian swasembada

pangan 2014 dan mendukung 4 sukses Kementerian Pertanian.

Jagung putih Bima Putih 1 dan 2 untuk menggantikan

varietas lokal yang banyak ditanam petani. Bermanfaat untuk

ditanak sebagai nasi jagung dan subtitusi beras bagi penderita

diabetes. Di masa mendatang jagung putih diharapkan akan lebih

berkembang baik sebagai pangan maupun maupun bahan industri

tepung yang dapat mensubtitusi terigu.

Pemulia ubijalar Cina berkunjung ke Indonesia. Dalam

rangka menjalin kerja sama penelitian antara Indonesia dengan

Cina dalam bidang pemuliaan ubijalar berkunjung ke Indonesia

delegasi peneliti pemuliaan ubijalar Cina dari Cina Academic of

Agricultural Science (CAAS) dari 28 November - 8 Desember 2012.

Rombongan dipimpin oleh Dr. Qiang Li, Deputy Director Jiangsu

Xuzhou Sweetpotato Research Center/Sweetpotato Research

Institute, CAAS/National Sweetpotato Improvement Center. Selama

di Indonesia Tim Delegasi Cina berkunjung ke Puslitbangtan, BB

Biogen, CIP-ESEAP, Balitkabi Malang dan Kebun Percobaan.

Dibahas peluang kerja sama penelitian pemuliaan ubijalar yang

diarahkan pada kadar antosianin tinggi dan kadar beta karotin

dengan kadar bahan kering tinggi, ubijalar tahan hama lanas (Cylas

formicarius) melalui bioteknologi (GMO).

Padi varietas Inpari 7. Padi ini diminati petani non-irigasi

di Kab. Sidrap – Sulsel. Di areal tersebut menjadi binaan Dandim

1420 Kab. Sidrap diperoleh hasil 7,65 ton/ha yang benih

sumbernya dari UPBS Loka Penelitian Penyakit Tungro Lanrang.

Angka ini menurut Kadis Pertanian Kabupaten Sidrap yang cukup

besar, mengingat panen tersebut dilakukan di lahan non-irigasi.

Itu artinya pada lahan irigasi diyakini hasilnya lebih dari 7,65

ton/ha (Harian Tribun Timur Makassar, Kamis 19 April 2012).

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Propinsi Maluku

bersama Gapoktan melakukan kunjungan ke Loka

Penelitian Penyakit Tungro. Loka Penelitian Penyakit Tungro

dipilih sebagai salah satu tujuan kunjungan karena merupakan

Loka Penelitian yang representatif, mengingat Kab. Sidrap,

merupakan salah satu daerah yang telah menghasilkan surplus padi

2 juta ton pada tahun 2011. Maksud kunjungannya adalah untuk

sharing informasi mengenai inovasi dan teknologi baru dalam

pemanfaatan varietas unggul, pola tanam yang tepat dan

pemasaran serta penguatan kelembagaan di level desa. Di akhir

diskusi Ketua Rombongan KPBI dan Gapoktan Propinsi Maluku

berharap ke depan dapat menjalin kerja sama dengan Lolit Tungro

dalam hal sharing informasi tentang teknologi baru dan varietas-

varietas unggul yang nantinya dapat diterapkan di Propinsi Maluku.

Rombongan tamu berkenan mengunjungi kebun percobaan Lolit

Tungro untuk melihat contoh pengujian terhadap beberapa galur

harapan tahan tungro, penerapan teknologi, dan varietas-varietas

unggul yang tahan terhadap penyakit tungro (Inpari-7 Lanrang,

Inpari-8 dan Inpari-9 Elo).

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 28

Tabel 6. Varietas unggul baru padi yang dilepas tahun 2012.

Nama Umur (hari)

Potensi hasil (t/ha)

Keterangan

Inpari 22 118 7,9 Agak tahan WBC biotipe 1,2, dan 3, tahan HDB strain III, mutu beras pulen.

Inpari 23 Bantul 113 9,2 Tahan terhadap WBC biotipe 1, 2, dan 3, tahan HDB patotipe III, mutu beras pulen dan aromatik (wangi pandan).

Inpari 24 Gabusan 111 7,7 Agak rentan WBC biotipe 1, 2, 3, tahan HDB patotipe III, mutu beras pulen.

Inpari 25 Opak Jaya 115 9,4 Agak tahan WBC biotipe 1, 2, dan 3, tahan HDB patotipe III, beras ketan merah.

Inpari 26 124 7,9 Agak rentan WBC, biotipe 1, 2, 3, tahan HDB strain III, tahan blas ras 033, mutu beras pulen, cocok ditanam di lahan sawah dataran tinggi sampai 900 m dpl.

Inpari 27 125 7,6 Agak rentan WBC, biotipe 1, 2 dan 3, tahan HDB strain III dan blas, mutu beras pulen dan cocok ditanam di lahan sawah dataran tinggi sampai 900 m dpl.

Unpari 28 Kerinci 120 9,5 Agak rentan WBC, biotipe 1, 2 dan 3 tahan HDB strain III, mutu beras baik dan pulen dan cocok ditanam di lahan sawah sampai ketinggian 1100 m dpl.

Inpari 29 Rendaman 110 9,5 Agak rentan WBC biotipe 1, 2 dan 3 serta agak rentan HDB, mutu beras pulen baik ditanam di sawah irigasi dataran rendah sampai 400 m dpl terutama daerah rawan banjir dengan rendaman keseluruhan fase vegetatif selama >14 hari.

Ciherang Sub-1 111 9,6 Agak rentan WBC dan agak rentan HDB, mutu beras pulen cocok ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 400 m dpl di daerah luapan sungai, cekungan dan rawan banjir dengan rendaman keseluruhan fase vegetatif selama 15 hari.

Inpara 7 114 5,1 Tidak tahan terhadap WBC, agak tahan terhadap tungro, toleran terhadap keracunan Fe dan Al, mutu beras baik dan pulen warna merah, baik ditanam di daerah rawa pasang surut dan lebak.

Inpago 9 109 8,4 Agak tahan WBC biotipe 1, agak tahan penyakit blas dan agak tahan HDB patotipe III, agak tahan kekeringan dan keracunan Al pada tingat 60 ppm Al 3+ mutu beras baik cocok untuk lahan subur di Pulau Jawa dan PMK Lampung.

Inpari 21 Batipuah 120 8,2 Agak rentan WBC biotipe 1, 2 dan rentan biotipe 3 tahan terhadap HDB strain III, tahan penyakit blas ras 003, rentan virus tungro, mutu beras pera dan cocok ditanam di ekosistem sawah sampai ketinggian 600 m dpl.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 29

Padi Inpari 26 Inpari 28 Kerinci Inpari 27

Inpari 24 gabusan Inpari 25 Opak Jaya Inpago 9

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 30

<-- Ubikayu Varietas Litbang UK-2 Jagung varietas Bima Putih-2 Kedelai varietas Dering-1 Kacang tanah varietas Takar-1

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 31

Sasaran 3 : Tersedianya benih sumber varietas unggul

baru tanaman pangan untuk penyebaran

varietas berdasarkan SMM ISO 9001-2008.

Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian

indikator kinerja utama dengan target tersedianya benih sumber

tanama pangan 529 ton berdasarkan SMM ISO 9001-2008.

Sasaran 3 telah dicapai melalui kegiatan “Perbenihan

tanaman pangan sesuai SMM ISO 9001-2008”.

Indikator kinerja sasaran yang ditargetkan tahun 2012 telah

tercapai 116,28% dari target yang ditetapkan sebesar 474.000 kg

benih padi, serealia, aneka kacang dan ubi telah terealisasi

551.198. Realisasi keuangan ini sebesar Rp. 9.185.975.825,-

(99,34%).

Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2012

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Benih padi:

BS (kg)

FS (kg)

SS (kg

F1

430.000

39.300

48.214

366.218

1.156

105,78

Benih aneka kacang dan ubi

BS (kg)

FS (kg)

NS (kg)

30.000

35.000

-

26.448

37.217

1.864,5

100,81

Benih jagung dan serealia

BS (kg)

FS (kg)

F1

8.000

20.000

6.000

9.000

20.000

8.000

108,82

Sebagai perbandingan atas kemajuan yang telah diperoleh

dari tahun sebelumnya 2011 dapat dijelaskan sebagai berikut :

Perbandingan capaian kinerja tahun 2011 dan 2012.

Indikator Kinerja 2011 2012

Benih padi:

BS (kg)

FS (kg)

SS (kg)

F1 (kg)

20.000

60.000

17.000

-

39.300

48.214

366.218

1.156

Benih aneka kacang dan ubi

BS (kg)

FS (kg)

NS (kg)

30.000

35.000

-

26.448

37.217

1.864,5

Benih jagung

BS (kg)

FS (kg)

F1 (kg)

5.340

12.700

9.000

20.000

8.000

Adapun keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai

dari masing-masing subkegiatan diuraikan sebagai berikut:

Penyediaan benih sumber varietas unggul padi.

Sampai dengan 2012 telah diproduksi 400.888 kg benih

sumber padi (BS, FS, SS dan F1) untuk mendukung kegiatan SL-

PTT di 33 propinsi di seluruh Indonesia.

Selain itu, telah diproduksi benih FS tahan penyakit tungro

sebanyak 8.075 kg dan 46.725 SS dalam upaya penyediaan dan

penyebarluasan benih sumber padi tahan tungro untuk menjalin

kerja sama dengan berbagai instansi di daerah khususnya daerah-

daerah yang merupakan endemik tungro.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 32

Penyediaan benih sumber aneka kacang dan ubi.

Produksi benih inti kedelai 10 varietas: Grobogan, Burangrang,

Detam-1, Detam-2, Kaba, Tanggamus, Anjasmoro, Ijen,

Argomulyo, dan Wilis menghasilkan 821,5 kg benih. Kacang

tanah 9 varietas: Tuban, Bima, Hypoma-1, Jerapah, Gajah,

Kelinci, Hypoma-2, dan Bison menghasilkan 634,5 kg benih.

Kacang hijau 8 varietas: Kutilang, Murai, Betet, Perkutut, Sriti,

Kenari, Vima 1, dan Walet menghasilkan 408,5 kg benih.

Produksi benih penjenis Kedelai 12 varietas: Grobogan, Kaba,

Burangrang, Tanggamus, Anjasmoro, Argomulyo, Wilis, Gema,

Panderman, Detam-1, Detam-2, Sinabung diperoleh 17.444

kg. Kacang tanah 8 varietas: Tuban, Bima, Talam, Jerapah,

Hypoma-1, Kelinci, Kancil, hypoma-2 menghasilkan 7.676 kg

benih. Kacang hijau (Vima-1) telah menghasilkan 1.328 kg

benih. Ubikayu 6 varietas (Adira 1, Adira-4, Malang 1, Malang-

6, Uj-3, UJ-5), menghasilkan 55.000 stek. Ubijalar 8 varietas

(Beta 1, Beta 2, Antin 1, Kidal, Beniazuma, Papua Solossa,

Sawentar, dan Sari) telah menghasilkan 41.460 stek.

Produksi benih dasar kedelai 9 varietas (Grobogan,

Burangrang, Kaba, Tanggamus, Anjasmoro, Argomulyo,

Sinabung, Wilis, Panderman) menghasilkan 26.777 kg. Kacang

tanah 6 varietas (Bison, Kelinci, Jerapah, Kancil, Tuban,

Domba) menghasilkan 7.221. Kacang Hijau 1 varietas (Vima 1)

diperoleh hasil 1.340 kg.

Produksi benih jagung hibrida dan bersari bebas.

Pada tahun anggaran 2012 ini telah diperbanyak benih

sumber jagung bersari bebas klas penjenis (BS) sebanyak 6

varietas yaitu Lamuru, Sukmaraga, Bisma, Srikandi Kuning-1,

Srikandi Putih-1, dan Anoman-1. Total benih yang dihasilkan

sebanyak 37.000 kg.

Outcome. Benih varietas unggul baru selanjutnya

diperbanyak oleh UPBS (unit produksi benih sumber) yang ada di

BBPadi, Balitkabi, Balitsereal, dan Lolit Tungro. Hal ini dilakukan

untuk berbagai kegiatan, antara lain 1) Bahan penyebarluasan

melalui display dan demplot di lokasi SL-PTT, serta kegiatan

diseminasi lainnya, 2) Memenuhi permintaan para penangkar dan

produsen benih lokal dan swasta untuk diperbanyak menjadi benih

sebar (Extension seeds), dan 3) Sebagian digunakan untuk

kegiatan penelitian tahun berikutnya. Seperti pada jagung dapat

dimanfaatkan untuk merakit varietas unggul secara lebih cepat

dengan sistem silang tiga jalur. Sebagai contoh Calon varietas

Jagung Bima Uri-1 merupakan hasil silang tiga jalur antara varietas

Bima 5 sebagai tetua betina dengan galur Nei9008 sebagai tetua

jantannya.

Distribusi benih sumber yang disebarluaskan melalui BPTP di

seluruh Indonesia disajikan pada Tabel 7.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 33

Tabel 7. Distribusi benih sumber di 32 propinsi, Desember 2012.

No Propinsi Padi Jagung Kedelai

1 Aceh 178 10 134,5

2 Sumatera Utara 412 10 78,5

3 Kep. Riau 193 0 131

4 Sumatera Barat 123 0 25

5 Bengkulu 20 0 85

6 Jambi 123 0 110

7 Sumatera Selatan 155 0 242

8 Bangka Belitung 110 0 50

9 Lampung 557 0 177

10 Banten 383 70 170

11 DKI Jakarta 160 50 28

12 Jawa Barat 3.505 11 190.5

13 Jawa Tengah 2.885 95 342

14 DI Yogyakarta 145 15 162,2

15 Jawa Timur 2.275 45 2.004,45

16 Bali 100 20 40

17 Nusa Tenggara Barat 1.610 63 417

18 Nusa Tenggara Timur 70 0 40

19 Kalimantan Barat 88 25 90

20 Kalimantan Selatan 486 30 375

21 Kalimantan Tengah 255 0 134

22 Kalimantan Timur 27 15 98

23 Sulawesi Barat 40 2.065 0

24 Sulawesi Selatan 196 260 207

25 Sulawesi Tengah 241 0 80

26 Sulawesi Tenggara 145 50 200

27 Sulawesi Utara 65 20 41

28 Gorontalo 30 30 100

29 Maluku 210 41 0

30 Maluku Utara 225 0 38

31 Papua 231 17 95

32 Papua Barat 97 0 4

Sasaran 4 : Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan

pascapanen primer tanaman pangan

Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian

indikator kinerja utama dengan target yang telah ditetapkan dalam

PKT 2012, yaitu dihasilkannya 11 teknologi budi daya, panen, dan

pascapanen primer tanaman pangan dalam rangka mendukung

upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan.

Sasaran 4 tersebut telah dicapai melalui kegiatan

“Perakitan teknologi budi daya, panen, dan pascapanen

primer tanaman pangan.”

Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun

2012 telah tercapai seluruhnya dengan rata-rata 150,0%.

Perakitan teknologi Budi Daya Panen dan Pascapanen Tanaman

Pangan pada tahun 2012 telah dirakit sebayak 16 paket teknologi

budi daya panen dan pascapanen tanaman pangan.

Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2012.

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Teknologi budi daya padi 3 6 200,0

Teknologi budi daya aneka kacang dan ubi

4 6 150,0

Teknologi budi daya tanaman serealia

4 4 100,0

Sebagai perbandingan teknologi yang dihasilkan tahun 2012

sebanyak 16 paket lebih tinggi daripada tahun 2011 (11 paket).

Hal ini bergantung pada sifat teknologi dan waktu penelitiannya

yang memerlukan waktu pengujian dan pemantapan teknologi.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 34

Perbandingan capaian kinerja tahun 2011 dan 2012.

Indikator Kinerja 2011 2012

Teknologi budi daya padi 5 6

Teknologi budi daya aneka kacang dan ubi 8 6

Teknologi budi daya tanaman serealia 6 4

Keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari

masing-masing subkegiatan diuraikan sebagai berikut:

1. Teknologi produksi padi di lahan pasang-surut dan di

lahan terdampak salinitas: Produksi di lahan sawah

pasang surut dapat ditingkatkan dengan bantuan teknologi,

yaitu ameliorasi lahan, dimana pada lahan yang akan

ditanami dilakukan pencucian dan penambahan kapur

sebanyak 3 t/ha. Dengan ameliorasi ini tanaman akan

memberikan respon terhadap pupuk yang diberikan. Di

Sumatera Selatan dan Jambi, pencucian dan penambahan

kapur 3 t/ha dapat meningkatkan hasil gabah berturut-turut

sebesar 21% dan 15%. Peningkatan hasil gabah terutama

karena bertambahnya jumlah gabah total dan gabah isi serta

lebih tingginya bobot 1000 butir gabah isi. Untuk

memaksimalkan produski padi di lahan-lahan pasang surut,

disarankan penggunaan Varietas Inpara 1, Inpara 2 dan

Inpara 3. Selain di lahan pasang surut, teknologi ini dapat

juga diterapkan di lahan-lahan terdampak salinitas. Daerah

produksi padi yang terletak di bagian pesisir menghadapi

masalah salinitas, setiap tahun beberapa ratus ribu hektar

lahan irigasi ditinggalkan karena mengalami salinisasi

(peningkatan kadar garam dalam tanah). Di lahan terdampak

salinitas, EC (konduktifitas listrik) dalam tanah cenderung

meningkat sejak tanam sampai panen. Dalam kondisi salin

tersebut, peningkatan dosis pemupukan NPK sampai 125%

dari dosis rekomendasi tidak akan berpengaruh terhadap

produksi padi. Untuk mendapatkan respons tanaman padi

yang lebih tinggi pada pengelolaan padi sawah di lahan

terdampak salinitas, disarankan untuk menerapkan teknologi

ameriolasi, yaitu dengan pencucian dan pemberian kapur.

Tambahan pengapuran sebulan setelah tanam untuk lebih

menurunkan EC tanah (mengurangi salinitas) dan

meningkatkan efektifitas pemupukan NPK.

2. Budi daya padi gogo untuk panen dua kali dalam

setahun: Produksi padi gogo sangat potensial untuk

ditingkatkan baik melalui peningkatan hasil maupun perluasan

areal. Tanaman padi gogo membutuhkan curah hujan >200

mm/bulan minimal empat bulan secara berurutan. Pada

daerah yang mempunyai bulan basah >7 bulan berpotensi

untuk melaksanakan dua kali pertanaman padi gogo, satu kali

tanam pada musim hujan menjadi dua kali tanam pada

musim hujan I dan musim hujan II. Peluang keberhasilan

pertanaman padi gogo IP 200 akan lebih baik bila didukung

dengan varietas unggul baru padi gogo yang berumur sangat

genjah sampai genjah terutama untuk menghadapi

pertanaman padi gogo musim tanam kedua. Sistem tanam

joged juga dipertimbangkan untuk menjadi alternatif

pengembangan budi daya padi gogo IP 200 terutama pada

musim kemarau. Sistem tanam ini mengacu pada sistem

persemaian culikan pada padi sawah, sedangkan pada padi

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 35

gogo dilakukan persemaian kering di luar areal pertanaman

dan ditujukan untuk mempercepat waktu tanam seiring

dengan curah hujan yang semakin menurun intensitasnya.

3. Pengendalian Penyakit Hawar Daun Bakteri dengan

Pestisida Nabati: Penyakit HDB ditimbulkan oleh bakteri

Xanthomonas oryzae. Biasanya penyakit ini menyerang

tanaman pada kondisi kelembaban yang terlalu tinggi atau

karena pemupukan N yang berlebihan. Selama ini serangan

HDB pada padi ditangani dengan cara pemberian bakterisida

sintetik yang penggunaanya dalam jangka panjang dapat

membahayakan lingkungan. Perakitan teknologi telah

dilakukan oleh BB Padi dan menghasilkan teknologi

pengendalian penyakit HDB dengan pestisida nabati dari

ekstrak tanaman. Tanaman yang digunakan sebagai sumber

ekstrak adalah daun Azadirachta indica dan rimpang lengkuas

Alpinia galanga. Aplikasi dilakukan dengan cairan hasil

perasan dengan konsentrasi 10%, disemprotkan pada

tanaman padi yang terinfeksi hawar daun bakteri, baik pada

stadia vegetatif maupun stadia generatif. Teknologi ini

mampu menghambat perkembangan penyakit hawar daun

bakteri pada tanaman padi lebih baik dibandingkan dengan

aplikasi bakterisida sintetik berbahan aktif tembaga oksida

56%, tanpa berpengaruh terhadap hasil panen.

4. Budi daya varietas unggul hibrida (HIPA – 8) pada

sawah irigasi: Peningkatan produksi padi hibrida dilahan

sawah irigasi dapat dilakukan dengan teknologi budi daya,

yaitu melakukan kombinasi pemupukan dan sistim tanam.

Bahan organik diberikan 2 ton/ha dikombinasikan dengan

sistem tanam legowo 2:1. Pemupukan dilakukan berdasarkan

hasil analisis tanah atau analisis melalui PUTS. Dengan cara

ini tanaman akan memberikan respon terhadap pertumbuhan,

komponen hasil dan hasil tanaman padi. Dengan teknologi

ini menunjukkan pengaruh nyata terhadap hasil, dengan rata-

rata hasil gabah kering panen sebesar 8,865 t/ha di Subang,

10,248 t/ha, di Cianjur, dan 7,865 t/ha di Bogor. Hasil gabah

tertinggi dicapai pada varietas Hipa 8 sebesar 8,956 t/ha di

Subang, 10,530 t/ha di Cianjur, dan 8,250 t/ha di Bogor.

5. Konservasi Musuh Alami untuk Pengendalian Dini

Penyakit Tungro. Tungro disebabkan oleh virus yang

ditularkan oleh wereng hijau. Teknologi konservasi musuh

alami adalah salah satu inovasi teknologi pengelolaan musuh

alami dalam pengendalian dini penyakit tungro di lapang,

dengan pemanfaatan musuh alami, khususnya predator,

merupakan salah satu alternatif pengendalian yang dapat

digunakan untuk menekan populasi wereng hijau sebagai

vektor virus tungro. Konservasi predator pada saat bera dan

pengolahan tanah akan dapat meningkatkan populasinya pada

awal tanam saat wereng hijau imigran datang ke pertanaman

padi. Teknologi konservasinya adalah “Pengolahan tanah

dilakukan terlebih dahulu sebelum membuat pesemaian,

namun pematang baru dibersihkan setelah tanaman umur 2

MST, dan aplikasi Andrometa (campuran cendawan

entompatogen Metharizium anisopliae dengan konsentrasi

konidia 1,7 x 108 dan ekstrak sambilata dengan konsentrasi

40mg/l)“.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 36

6. Teknologi Validasi dan Verifikasi Metode Analisis

Kandungan Amilosa Beras dengan Prinsip Pengikatan

Iodin (I) Kalium Iodida (KI): Pengujian akurasi dilakukan

dengan mengukur nilai recovery hasil analisis amilosa certified

reference material (CRM) menggunakan metode yang akan

divalidasi. Pengujian presisi dilakukan dengan melakukan uji

antar laboratorium untuk mendapatkan nilai repeatibility dan

reproducibility. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah beras giling Varietas Lusi, Varietas Sinta Nur, Varietas

Ciherang, dan Varietas Inpari 12 yang telah ditepungkan.

Nilai keberterimaan untuk uji presisi didapatkan dari hasil uji

antar laboratorium yang dilakukan oleh FOSS Analytical AB di

Swedia (ISO 2007). Berdasarkan uji beda nyata, seluruh

batch sampel yang digunakan untuk uji antar laboratorium

dinyatakan homogen. Penentuan nilai-nilai yang diterima

(accepted), diperingati (straggler), dan ditolak (outlier)

menggunakan teknik outlier numerikal (uji Grubbs/between

laboratory dan Uji Cochran’s/ within laboratory) berdasarkan

ISO 5725-2:1994 serta metode perhitungan statistika robust

Z-score. Hasil analisis yang tergolong diperingatkan antara

lain: hasil analisis amilosa Varietas Lusi oleh Laboratorium E

(Zwi) dan Laboratorium F (ZBi), serta hasil analisis amilosa

Varietas Sinta Nur oleh Laboratorium C (ZBi). Sedangkan hasil

analisis yang tergolong outlier antara lain: hasil analisis

amilosa Varietas Sinta Nur oleh Laboratorium A (Zwi), dan

hasil analisis analisis amilosa Varietas Ciherang oleh

Laboratorium C (ZBi dan Zwi). Data-data yang termasuk ke

dalam kategori diperingatkan tetap dipertahankan,

sedangkan data-data outlier tidak diikut sertakan dalam

perhitungan selanjutnya. Rata-rata kandungan amilosa

(%bk) sampel Lusi, Sinta Nur, Ciherang, Inpari 12 berturut-

turut adalah 5,71 (sr=0,36; sR= 1,55); 19,39 (sr=0,22; sR=

1,68); 23,52 (sr=0,50; sR= 1,12); 29,83 (sr=0.64; sR=0,68).

Dari hasil uji antar laboratorium dapat disimpulkan bahwa

metode analisis amilosa yang digunakan mempunyai tingkat

presisi yang cukup baik. Hasil uji stabilitas menunjukkan

bahwa seluruh sampel stabil selama masa uji antar

laboratorium. Metode analisis amilosa yang digunakan

mempunyai tingkat akurasi yang cukup baik berdasarkan

hasil pengujian menggunakan 3 jenis CRM.

7. Peta Biopestisida hayati berbahan aktif HaNPV.

Pestisida hayati formulasi virus HaNPV yang efektif dalam

menekan hama utama tanaman jagung seperti penggerek

tongkol jagung (H.armígera), penggerek batang (Ostrinia

furnacalis), Ulat Grayak (S. litura). Penggunaan biopestisida

hayati di samping efektif, juga ramah lingkungan, tidak

mematikan serangga predator.

8. Peningkatan Hasil Jagung Melalui Pendekatan PTT

Dalam Konsep IP400 di Lahan Kering dan Lahan

Sawah. Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) merupakan

suatu pendekatan untuk menyusun paket teknologi pada

usahatani jagung spesifik lokasi sesuai ketersediaan sumber

daya setempat. Komponen teknologi yang dirakit di lahan

sawah: varietas unggul, daya kecambah benih >90%,

penanaman dengan sistem legowo, jarak tanam (100-50) cm x

20 cm, pemupukan spesifik lokasi, dalam hal ini takaran pupuk

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 37

yang diberikan 300 kg/ha pupuk majemuk 300 kg urea, tanam

sisip untuk pertanaman berikutnya sebelum panen. Hasil yang

diperoleh dengan penerapan komponen teknologi tersebut

pada MK I = 10,5 t/ha (menggunakan varietas Bima-3), 12,1

t/ha (varietas Bisi-2), 12,2 t/ha (varietas P21), dan MKII = 8,0

– 9,0 t/ha untuk semua varietas.

9. Penekanan Kehilangan Hasil pada Proses Perontokan

Gandum. Telah dihasilkan 2 unit prototipe alat mesin

pertanian yang digunakan untuk merontok gandum. Hasilnya

berupa 1 (satu) unit prototipe mesin perontok benih gandum

PG-M1-Balitsereal dengan kapasitas minimal 300 Kg/Jam dan

dapat menekan kehilangan hasil/bji hingga 15%, dan 1 (satu)

unit prototipe mesin perontok benih gandum PG-M2-

Balitsereal dengan kapasitas hingga 200 Kg/jam dan dapat

menekan kehilangan hasil/biji hingga 15%. Pengembangan

alat ini dapat meningkatkan produksi gandum karena

menurunnya kehilangan hasil.

10. Penurunan Kandungan Tannin Sorgum pada Proses

Penyosohan. Tiga cara pengeringan biji sorgum yang akan

disosoh dengan prototipe mesin PSA-M4-Balitsereal yang

lebih produktif (kapasitas > 23 Kg/jam) dan dapat menurunkan

kandungan tanin mendekati 0%. Dengan cara ini pendapatan

petani sorgum dapat meningkat.

11. VIR-GRA. Bioinsektisida efektif untuk mengendalikan hama

pemakan daun (Spodoptera litura) dan hama penggerek

polong kedelai (Etiella zinckenella). Vir-Gra mengandung

bahan aktif polyhedral virus dari isolat JTM-97C yang sudah

dikembangbiakkan pada larva S. litura kemudian

diformulasikan dalam bentuk tepung untuk memudahkan bagi

pengguna khususnya petani.

12. BIO-LEC. Biopestisida efektif yang berbahan aktif konidia

cendawan entomopatogen Lecanicillium lecanii untuk

pengendalian hama pengisap polong kedelai (Riptortus

linearis) dan ramah lingkungan. Bio-Lec yang terformulasi

dalam bentuk tepung ini juga memiliki keunggulan lebih

banyak karena mampu membunuh berbagai jenis hama

utama kedelai maupun penyakit kedelai terutama karat daun

(Phakospora pachyrhizi), downy mildew (Peronospora

manshurica) dan powdery mildew (Microsphaera diffusa). dan

penghisap polong. Selain itu, Bio-Lec juga efektif untuk

membunuh kutu kebul (B. tabaci).

13. ILETRISOY: Formulasi pupuk hayati multi isolat cocok untuk

budi daya kedelai di lahan masam. Iletrisoy mampu

meningkatkan bintil akar tanpa menurunkan viabilitas benih

kedelai. Iletrisoy adalah pupuk hayati yang mampu

menggantikan peran pupuk Urea untuk kedelai di lahan

masam. Iletrisoy mengandung bakteri Rhizobium asal tanah

masam yang sudah dikembangkan di laboratorium dengan

formulasi sederhana efektif dapat memacu pembentukan

bintil akar pada tanaman kedelai.

14. Pupuk organik “SANTAP-M”. Pupuk ini merupakan pupuk

organik kaya hara yang terformulasi dari pupuk kandang dan

limbah tanaman yang bermanfaat bagi budi daya kedelai di

lahan masam. SANTAP-M terbuat dari bahan baku yang

berlimpah dan mudah diperoleh di setiap daerah, serta

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 38

diproduksi dalam bentuk curah-padat, tidak diperkaya

mikrobia. Bahan baku pupuk organik ini antara lain kotoran

sapi, kotoran ayam, batuan fosfat, dan abu ketel yang dapat

diperoleh dari pabrik gula.

15. Alat pengering kedelai. Alat pengering mendukung budi

daya kedelai di lahan kering untuk menghasilkan benih

berkualitas. Alat pengering tipe bak yang menggunakan gas

elpiji sebagai bahan bakar dan mempunyai efisiensi tinggi

untuk mengeringkan benih.

16. Penyimpanan benih kedelai. Teknologi memperpanjang

daya simpan benih dihasilkan dalam upaya untuk mencegah

menurunnya mutu benih. Pelleted soybean seeds (benih

kedelai tersalut) dirancang untuk dapat mempertahankan

agar benih kedelai dapat disimpan lebih lama. Bahan salut

terdiri dari dolomit + lempung + SP36 dengan berbagai

perbandingan 3:2:1 dan 2:2:0,5 dengan kadar air awal 12%

mampu mempertahankan kualitas benih kedelai yang disalut

sampai dengan 1 tahun.

Outcome. Upaya peningkatan produksi tanaman pangan

sangat bergantung pada ketersediaan teknologi dan adopsi

teknologi oleh petani di lapang. Teknologi yang telah dihasilkan

akan diterapkan melalui display/demplot dalam SL-PTT tahun 2013

di seluruh BPTP sebagai komponen teknologi PTT yang spesifik

lokasi.

Sasaran 5: Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman

pangan

Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur melalui pencapaian

indikator kinerja utama dengan target yang ditetapkan dalam PKT

2012 yaitu tersedianya 8 rekomendasi kebijakan tanaman pangan.

Sasaran 5 tersebut dicapai melalui kegiatan “Analisis

kebijakan pengembangan tanaman pangan.”

Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun

2012 telah tercapai 100%. Target yang ditetapkan dalam PK 2012

yaitu tersedianya 11 rekomendasi dan telah terealisasi 11

rekomendasi kebijakan tanaman pangan.

Sebagai perbandingan atas kemajuan yang telah diperoleh

dari tahun sebelumnya 2012 dapat dijelaskan sebagai berikut :

Perbandingan capaian Kinerja tahun 2011 dan 2012.

Indikator Kinerja 2011 2012

Rumusan kebijakan tanaman

pangan

11 11

Adapun keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai

dari masing-masing sub kegiatan diuraikan sebagai berikut:

1. Sintesis Peningkatan Produksi Padi melalui Sistem of Rice Intensification (SRI) Mendukung Program Peningkatan Surplus Beras Nasional

Berdasarkan penilaian terhadap besarnya peluang

peningkatan produktivitas tanaman padi dengan cara SRI dalam

kurun waktu 1-3 tahun ke depan (hingga tahun 2014) sangat kecil

atau sama dengan cara petani sebab: (1) Efektivitas input produksi

yang dianjurkan dalam cara SRI bersifat lambat, seperti efek

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 39

kompos/bahan organik, pestisida hayati, mikroorganisme lokal

yang perlu diberikan berkali-kali dan dampaknya baru akan terlihat

setelah beberapa musim tanam; (2) Efektivitas SRI (apabila

menggunakan paket tetap) dalam peningkatan produktivitas padi

bersifat spesifik lokasi, yaitu dapat menaikkan hasil, tidak

berpengaruh atau bahkan dapat menurunkan hasil bergantung

pada karakteristik lingkungan pertanian. Berdasarkan hasil survei

kegiatan pengembangan SRI pada tahun 2012 seluas 60.300 ha

dan tersebar di 20 provinsi, 109 kabupatan atau kota dengan

melibatkan kelompok tani pada lahan sawah beririgasi, dan

diharapkan dapat berkontribusi dalam mensukseskan program

surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014, untuk mencapai

program tersebut tidak mudah mengingat target luasan yang harus

dicapai pada tahun 2014 adalah + 360.000 ha dan target hasil

rata-rata di atas 6,5 ton GKP/ha dengan mengutamakan

penggunaan internal input. Oleh sebab itu disarankan dalam

penerapan SRI secara luas perlu mempertimbangkan karakteristik

lokasi untuk menerapkan semua komponen teknologinya.

Saran alternatif kebijakan, yaitu: 1) Karakterisasi lahan

pengembangan untuk menerapkan rekomendasi budi daya SRI

spesifik lokasi, 2) Bantuan prasarana (air irigasi, unit pengeolahan

pupuk organik), 3) APPO dan ternak menyediakan pupuk organik

untuk tiap unit SRI (20 ha lahan kelompok tani), 4) Pelatihan

pembuatan MOL pestisida nabati kompos dan sebagainya dengan

dibekali buku petunjuk untuk penyuluh, pendamping dan kelompok

tani, 5) Pembersihan air sungai dari pencemar terutama untuk

pengairan dan serta perbaikan jaringan irigasi, 6) Pengembangan

pasar bagi produksi SRI organik bersertifikat dengan harga yang

lebih baik sehingga menarik produsen, 7) Penyediaan alat bantu

untuk mengevaluasi capaian produktivitas, luasan, produksi, biaya

dan keuntungan dari pertanian cara SRI, dan 8) Cara SRI

sebaiknya dikembangkan dengan mengintegrasikan padi dan

ternak untuk memproduksi beras, daging dan biogas

Outcome dari kegiatan penelitian ini adalah tersedianya

informasi metode SRI yang spesifik lokasi, optimal, yang dapat

meningkatkan produktivitas dan produksi padi, serta pendapatan

petani di suatu wilayah.

2. Sintesis Pengamanan Produksi Padi Melalui

Penerapan PHT Mendukung Program Peningkatan

Surplus Beras.

Organisme pengganggu tanaman (OPT) padi utama yang

dilaporkan petani di daerah DIY dan Jawa Tengah ialah tikus,

penggerek batang, wereng batang coklat dan kresek. Di lapangan

masih banyak petani yang menggunakan hanya pestisida (cara

tunggal) dalam mengendalikan OPT tersebut. Padahal masih

banyak cara pengendalian lain yang ramah lingkungan. Untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani maka materi

penyuluhan harus baik dan selalu diperbaharui. Seringkali

pertimbangan harga jual gabah yang baik menyebabkan petani

mengesampingkan faktor perlindungan tanaman yang ramah

lingkungan. Sebagai akibatnya petani akan melakukan aplikasi

pestisida dengan tujuan OPT tertentu mati. Pengendalian OPT

padi di tingkat petani di berbagai daerah agak bervariasi, karena

tingkat dominasi OPT utama berbeda. Memperhatikan dominansi

wereng batang coklat pada dua setengah tahun terakhir, petani

menggunakan teknik pengendalian dengan pestisida sintetis.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 40

Saran alternatif kebijakan yaitu 1) Teknik pengendalian OPT yang

bervariasi akan dapat menekan populasi OPT lebih baik dan

bersifat lebih berkelanjutan, sehingga pengawalan produksi padi

dapat lebih terjamin, dan 2) Dampak yang ditimbulkan dari

penggunaan pestisida dalam pengendalian OPT oleh petani secara

berlebihan tanpa mempertimbangkan kaidah-kaidah dalam PHT

sangat serius yaitu efek negatif terhadap kualitas air kehidupan,

seperti sungai danau dan air sumur dapat tercemar polutan

pestisida. Oleh sebab itu perlu sosialisasi kepada petani dan

stakeholder lainnya dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan

lapangan tentang PHT dan juga tentang rekayasa ekologi

(ecological engineering) yang efektif untuk menanggulangi OPT

yang lebih ramah lingkungan.

Outcome dari kegiatan penelitian ini adalah teknologi yang

digunakan petani yang baik dan berguna dapat dimunculkan

sebagai ide dasar ke arah perbaikan cara penerapan PHT di tingkat

petani.

3. Analisis Ketersediaan Benih Padi Mendukung Program

Pencapaian Peningkatan Surplus Beras Nasional

Surplus Beras Nasional Sarana dan prasarana UPBS BPTP

Jawa Tengah cukup memadai, namun masih memerlukan banyak

penyempurnaan untuk dapat meningkatkan kapasitas produksi

benihnya. Untuk semester pertama tahun 2012 UPBS BPTP Jawa

Tengah telah menghasilkan lebih kurang 38 ton benih padi kelas

SS, dimana 28 ton diantaranya dipanen dalam bentuk gabah kering

panen dan dialihkan kepada produsen benih swasta karena

keterbatasan sarana dan prasarana.

Saran alternatif kebijakannya yaitu Diperlukan dukungan

Pemerintah untuk memperkuat UPBS BPTP Jawa Tengah, baik dari

segi material maupun sumber daya manusia, sehingga mampu

berproduksi lebih optimal. Koordinasi dan sinkronisasi kegiatan

antara UPBS BPTP Jawa Tengah dengan Balai Besar Penelitian Padi

dan lembaga perbenihan daerah berjalan baik dan perlu terus

ditingkatkan

Outcome dari kegiatan penelitian ini adalah: 1) terjadinya

percepatan penyebaran dan adopsi varietas unggulan padi, benih

sumber dan benih sebar dengan penerapan sistem mutu, 2)

terjadinya perbaikan sistem dan peningkatan produksi, distribusi

dan peredaran benih bermutu secara berkelanjutan, 3) terjaminnya

suplai dan harga benih bermutu bagi petani sepanjang musim dan

tempat serta varietas yang sesuai dengan preferensi petani, dan 4)

tersedianya saran kebijakan dan langkah operasional dalam upaya

mendukung program pencapaian peningkatan surplus beras

nasional, terutama dalam kaitannya dengan aspek ketersediaan

benih.

4. Peningkatan Daya Saing dan Nilai Tambah Tanaman Pangan Menghadapi Persaingan Global: Penanganan Pascapanen Padi untuk Peningkatan Surplus Beras

Berdasarkan hasil kajian lapang yang dilakukan di Jawa

Tengah dan Jawa Timur melalui diskusi kelompok bersama dengan

beberapa pakar dan pengambil kebijakan untuk menetapkan

kondisi di lapangan. Saran-saran tindak lanjut yang perlu dilakukan

dan program strategis adalah sebagai berikut :

Rekomendasi program dalam peningkatan nilai tambah dan

daya saing

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 41

Untuk membantu pemerintah daerah dalam menentukan

gapoktan yang layak menerima bantuan, dan efektifnya

bantuan yang diberikan, maka program yang mendesak dan

perlu untuk dilakukan pada masa yang akan datang adalah:

1. Kajian sosioekonomi terhadap berbagai peralatan dan

mesin pertanian yang berkembang di masyarakat tani.

Kajian ini untuk memotret berbagai paket teknologi yang

terkait dengan pasca panen yang berkembang dan

digunakan oleh masyarakat saat ini. Dengan adanya kajian

ini, maka pemerintah akan mengetahui teknologi apa yang

diperlukan oleh masyarakat sesuai dengan kebudayaan

lokal yang ada saat ini.

2. Revitalisasi bantuan alat dan mesin pertanian, khususnya

untuk RMU, pengeringan dan silo. Program ini bertujuan

untuk mengoptimalkan berbagai macam bantuan yang

tidak berjalan saat ini. Jangan sampai bantuan yang

bernilai menjadi besi tua yang tidak ada manfaatnya bagi

petani. Revitalisasi terdiri dari tiga tahap yaitu: tahap

perencanaan arah, revitalisasi tahap pelaksanaan

revitalisasi dan tahap evaluasi revitalisasi. Dengan demikian

paling sedikit pelaksanaan program ini memerlukan waktu

tiga tahun.

3. Pendampingan kualitas dan pemasaran produk pertanian.

Program ini ditujukan untuk mendampingi gapoktan dalam

memasarkan produk pertanian yang berkualitas. Tujuan

program ini adalah untuk merekayasa jalur tataniaga

sehingga lebih adil bagi petani dan untuk menciptakan tata

rantai mutu yang didasarkan pada kebutuhan pasar.

4. Berdasarkan gambaran kondisi lapangan yang diamati

maka salah satu rekomendasi tindak lanjut yang perlu

dilakukan adalah menetapkan suatu model sistem

pengembangan agribisnis padi yang dapat mengungkit

usaha-usaha peningkatan nilai tambah dan daya saing

dalam usaha agribisnis beras. Hasil kajian yang mendalam

ditetapkan untuk pengembangan “model pengembangan

agrbisnis beras berlabel jaminan varietas” sebagai model

unggulan.

Focus Group Discussion (FGD) dalam pemilihan model

pengembangan agribisnis beras

Dalam rangka pemilihan dan menetapkan model agribisnis

yang akan dikembangkan sebagai langkah awal pembangunan

sisitem agribisnis beras, maka telah dilakukan beberapa kali

pertemuan FGD dari berbagai unsur terkait untuk melakukan

melakukan identifikasi dan pemilihan model yang terbaik dan

tepat untuk dikembangkan dalam implementasi di lapangan.

Landasan pola pikir dalam pemilihan dan penetapan dari model

agribisnis beras ini dapat diindentifikasi seperti secara holistik

faktor-faktor yang dapat memberikan prospektif yang besar

dalam keberhasilan pengembangan model. Baberapa

pertimbangan dan analisis kebutuhan dapat dirangkum dalam

butir-butir berikut ini

1. Untuk mengembangkan dan menggerakan agroindustri

diperlukan syarat keharusan (necessary condition), yakni

efesiensi usaha, baik di tingkat produksi maupun

pemasaran. Selain itu perlu diperhatikan pula, bahwa dalam

pengembangan agroindustri harus diperhatikan : (1)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 42

bagaimana menggeser pasar utama produk agroindustri

dari domestik market menuju pasar ekspor (export

oriented), (2) pengembangan agroindustri harus berbasis

pada lokal resources based dan mengurangi

ketergantungan terhadap komponen impor agar dapat

bersaing dalam pasar dunia dan (3) pengembangan

agroindustri harus berdasarkan kaidah keuntungan

komparatif, yakni (a) meningkatkan efisiensi produksi dan

pemasaran dan (b) keterpaduan usaha, baik keterpaduan

komodoti, usaha tani, dan wilayah.

2. Azas keterpaduan komoditi berarti kesepakatan dari semua

bisnis dan pengambil keputusan untuk memberikan

prioritas utama pada komoditi yang akan dikembangkan di

suatu wilayah. Penentuan dan pengembangan komoditi

yang memperhatikan wilayah sebagai suatu kesatuan

ekonomi yang didasarkan pada keterpaduan wilayah (desa,

kecamatan, atau kabupaten). Keterpaduan itu bermuara

pada sistem usaha tani yang memadukan pola usaha dan

organisasi produksi yang efisien dan azas keterpaduan

usaha tani. Dengan demikian, pada tingkat usahatani

diharapkan terjadi keterpaduan antara teknik berproduksi

dan aktivitas kelembagaan sosial yang pada gilirannya akan

meningkatkan produktivitas usahatani pada lahan

pertanian. Pola keterpaduan tersebut akan mendorong

pengembangan agroindustri, karena: (1) kontinuitas

pasokan input agroindustri dapat terjamin, (2) kualitas dan

kuantitas input agroindustri dapat tercapai, (3) zonasi

pengembangan agroindustri dapat ditata secara tepat, baik

berkaitan dengan input yang digunakan maupun pasar

yang hendak dijangkau, baik dalam negeri maupun ekspor.

3. Kondisi tersebut dapat menjamin tercapainya efisiensi

agroindustri, baik dari sisi pengolahn produksi hasil

pertanian maupun efisiensi pemasaran. Integrasi sistem

agribisnis dan pewilayahan komoditas pertanian menurut

kaidah efesiensi diperlukan agar menjaga pengembangan

agribisnis yang berkelanjutan.

4. Agar alur pikir tersebut dapat mem’bumi” maka perlu

dibuatkan model riilnya di lapangan sehingga apa yang

diinginkan dapat dicapai walaupun dalam skala yang

terbatas. Pengembangan model tersebut melibatkan

perguruan tinggi yang memiliki pengalaman pengembangan

masyarakat dan adanya tenaga ahli yang sangat

berkompeten dibidangnya.

5. Meningkat pelaku industri pertanian kita yang mempunyai

karakteristik jumlah petani/pelaku usaha dengan skala

usaha kecil, dengan modal serta tingkat pengetahuan dan

penguasaan teknologi yang terbatas, maka untuk

pengembangan industri penghasil nilai tambah, peran

“kelembagaan” memegang kunci pokok guna

menjembatani kelemahan-kelemahan tersebut. Dengan

kelembagaan yang kuat diharapkan dapat membuka

peluang petani untuk memiliki akses terhadap permodalan

dan pemasaran dengan baik. Untuk itu pembangunan

pertanian ke depan akan diarahkan pada pemberdayaan

Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) dengan penyediaan

uang muka (down payment) untuk pembangunan sarana

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 43

fisik/peralatan, menyediakan dana penjaminan kredit

usaha, dan memberikan subsidi bunga modal investasi.

Dengan penguatan kelembagaan petani ini diharapkan akan

meningkatkan posisi tawar dan daya saing produk

pertanian petani kita.

6. Kondisi pelaku pertanian kita tersebut tentunya juga sangat

dipengaruhi oleh keberhasilan diseminasi dan penerapan

teknologi. Rendahnya keberhasilan dalam masukan

teknologi lebih dikarenakan faktor SDM dan permodalan. Ke

depan, introduksi teknologi melalui pelatihan dan magang

serta upaya peningkatan akses permodalan harus

ditingkatkan. Dengan memperhatikan pertimbangan dan

kajian lapangan sejak dari budi daya hingga pemasaran,

maka dapat ditetapkan model yang diajukan untuk

dikembangkan pada tahun 2013 adalah Model

Pengembangan Agribisnis Perberasan Berbasis Label

Jaminan Varietas.

Focus Discussion Group (FGD) dalam membangun model

agribisnis berbasis jaminan varietas.

FGD yang dihadiri oleh berbagai pihak terkait dalam sistem

agribisnis beras, antara lain, pejabat pusat dan dinas pertanian

daerah, perwakilan petani, pengusaha penggilingan padi,

pengusaha distribusi beras, super market dan retail beras.

Dalam pertemuan tersebut dibahas secara mendalam strategi

dan langkah implementasi dalam pengembangan agribisnis

beras berbasis pelabelan jaminan varietas. Butir-butir hasil

diskusi dapat disampaikan sebagai berikut :

a) Varietas dan mutu beras yang diperdagangkan umumnya

tidak mencerminkan kondisi riilnya (varietas hanya menjadi

merk dagang). Persepsi konsumen menjadi rancu dengan

mencampur adukan merk dagang dengan varietas

b) Banyaknya pemalsuan beras dengan cara

mencampur/mengoplos 1) antar bentuk beras, 2) beras

aromatik dan non aromatik, 3) nama asal beras (Cianjur,

Delanggu, Solok, Dll)

c) Tidak ada jaminan mutu sesuai dengan informasi yang

diberikan oleh konsumen (informasi pada kemasan/label),

akibatnya konsumen mengalami kerugian

d) Konsumen belum sepenuhnya sadar mutu, oleh karena itu

kesadaran pentingnya arti label masih rendah seperti

praktek pencampuran berbagai jenis beras (varietas dan

mutu) menjadi hal “wajar”

e) Kemurnian sifat beberapa varietas padi unggul lokal tidak

bisa dipertahankan, diakibatkan adanya permainan

pemalsuan dan pencampuran tentang varietas. Sehingga

beras/padi varietas mutu tinggi (seperti Pandan Wangi dan

Rojo Lele) seiring tidak diberikan harga yang memadai.

Sehingga menurunkan gairah petani untuk menanam

varietas lokal tersebut dan beralih pada varietas unggul

baru (Ciherang, Cisadane).

f) Kalau demikian diidentifikasi bahwa sebagian konsumen

(jumlahnya relatif besar). Masih tetap menginginkan

tersedia “beras bermutu “ yang terjamin, sehingga dipasar

juga diperdagangkan beras dengan label varietas.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 44

g) Beras berlabel varietas yang dijual dipasaran, terutama di

super market dengan berbagai merk tidak dapat dijamin

keaslian varietasnya, karena belum mengikuti kaidah

prosedur seritifikasi varietas beras.

h) Ada indikasi pertumbuhan pasar beras berlabel. Penerapan

sertifikasi beras berlabel jaminan varietas perlu dilakukan

untuk menanggulangi praktik tidak jujur dan berdampak

positif bagi petani padi yang memproduksi varietas

tertentu.

i) Ada peluang ekspor beras “bermutu” yang memiliki serifikat

jaminan varietas. Dilaporkan bahwa permintaan konsumen

Malaysia terhadap beras wangi Indonesia (Rojo Lele,

Pandan Wangi) cukup tinggi. Dengan demikian beras-beras

jenis tertentu yang bermutu tinggi dan berlabel varietas

akan mudah untuk menembus pasar ekspor di luar negeri.

Langkah-langkah strategis implementasi pengembangan model

agribisnis beras berlabel jaminan varietas

a) Dalam rangka memberikan perlindungan kepada produsen

dan konsumen terhadap pemalsuan produk beras dalam

kemasan di pasaran yang isinya tidak sesuai dengan

keterangan pada labelnya, maka diperlukan sistem

sertifikasi jaminan beras berlabel.

b) Banyak beredar di pasar, beras dengan menggunakan

nama varietas hal ini tidak dibenarkan dan perlu

ditertibkan.

c) Sasaran pemasaran beras berlabel jaminan varietas bagi

konsumen menengah ke atas (pasar modern).

d) Dalam memproduksi beras jaminan varietas, perlu

dibangun kemitraan antara petani, penggilingan padi,

penyuluh lapang, petugas dinas pertanian Kabupaten/

Provinsi dan Pusat dalam hal penyediaan benih bersertifikat

hingga proses labelisasi/sertifikasi.

e) Diperlukan adanya akses pendanaan yang memadai di

tingkat produsen dalam pengembangan beras berlabel

jaminan varietas.

f) Perlu dirumuskan harga jual petani ke penggilingan padi

dan harga jual penggilingan padi ke pedagang serta harga

jual ditingkat konsumen agar terdapat nilai tambah dari

kegiatan labelisasi beras sehingga terjadi perdagangan adil

dan merata.

g) Diperlukan adanya kepastian pasar yang jelas dalam

pemasaran beras berlabel yang diproduksi oleh Poktan/

Gapoktan.

h) Perlunya dilakukan edukasi dan sosialisasi kepada

konsumen tentang beras berlabel melalui upaya promosi

(fair), iklan di media masa, dll.

i) Pemberdayaan OKKP/D dalam menumbuhkan lembaga

sertifikasi produk beras berlabel berbasis jaminan varietas

j) Tindak lanjut pada tahun 2013, direncanakan beberapa

program yang akan dilakukan yaitu : 1) kegiatan pelatihan

dan pendampingan kepada pelaku usaha beras berlabel

berbasis jaminan varietas di loaksi sentra produksi (Jabar,

Jateng dan DIY), 2) penumbuhan lembaga serifikasi

jaminan varietas beras berlabel, 3) penyusunan pedoman

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 45

sistem sertifikasi pengembangan beras berlabel melalui

jaminan varietas, 4) sosialisasi kepada pelaku usaha

pemasaran beras berlabel, dan 5) monitoring dan evaluasi.

Saran alternatif kebijakan :

Aspek Kebijakan Pemerintah. Kebijakan pemerintah dalam

peningkatan mutu dan nilai tambah tanaman pangan didukung

oleh aspek legal yang antara lain Keputusan Presiden No. 47

Tahun 1986 tentang “Peningkatan Penanganan Pascapanen

Hasil Pertanian”. Kekuatan hukum yang lain dalam penanganan

pascapanen tertuang pada Undang-Undang No. 12 Tahun 1992

tentang “Sistem Budi daya Tanaman”.

Aspek Koordinasi Lintas Sektoral. Penelitian ini akan

menganalisis pendekatan koordinasi antar kelembagaan di

tingkat pusat dan daerah hingga tingkat petani/kelompok tani

dan pelaku usaha. Koordinasi tersebut antara lain untuk

mengoordinasikan dan menyinkronisasikan program dan

kegiatan perbaikan penanganan pascapanen (pengolahan) agar

dapat memberikan hasil, manfaat, dan dampak yang maksimal

dalam meningkatkan nilai tambah dan daya saing tanaman

pangan.

Aspek Sarana dan Teknologi. Dalam penelitian aspek ini, akan

dikaji dan dianalisis terhadap (a) peningkatan peran sarana dan

teknologi pascapanen (pengolahan) melalui penambahan

jumlah sarana alat mesin pascapanen, termasuk menyediakan

fasilitas kredit dengan tingkat suku bunga rendah dan

persyaratan lunak, (b) usaha-usaha Analisis terhadap

rekomendasi, kaji terap dan sosialisasi dari inovasi sarana alat

mesin pascapanen tanaman pangan, (c) Analisis kebutuhan riil

sarana alat mesin pascapanen (pengolahan) secara spesifik di

masing-masing lokasi/daerah, (d) pemasyarakatan penggunaan

sarana alat mesin pascapanen (pengolahan) melalui kampanye

dan demonstrasi serta gelar teknologi tanaman pangan, (e)

langkah-langkah upaya mendorong UPJA, LDM, penggilingan

padi, pabrikan alat mesin pascapanen, distributor,

perbengkelan dan petani/kelompok tani untuk dapat

bekerjasama dan melakukan kemitraan yang saling

menguntungkan, dan (f) penerapan sistem jaminan mutu

dalam proses pananganan hasil tanaman pangan, meliputi

penerapan Good Handling Practices (GHP), Good

Manufacturing Practices (GMP), Good Distribution Practices

(GDP), d) Aspek Kelembagaan. Analisis aspek kelembagaan

difokuskan pada usaha pembentukan, pengorganisasian,

pengelolaan dan operasionalisasi kelembagaan petani atau

kelompok tani, UPJA, LDM, penggilingan padi dan stakeholder

dihimpun dalam organisasi yang disebut kecamatan

pascapanen. Diukur pula kemampuan kelembagaan tersebut

dalam usaha peningkatan nilai tambah dan daya saing usaha,

Aspek Sumber Daya Manusia. Peningkatan mutu sumber daya

manusia (SDM) diarahkan untuk meningkatkan sikap dan

perilaku, pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan

pengembangan kewirausahaan, manajemen, serta kemampuan

perencanaan usaha di bidang agribisnis tanaman pangan, dan

Aspek Permodalan. Analisis dilakukan dalam mengukur

kelembagaan petani yang menangani penanganan pascapanen

(pengolahan) gabah atau beras dalam memperoleh akses

adanya skim kredit dengan persyaratan yang mudah, suku

bunga rendah dan dapat dijangkau oleh petani/kelompok tani

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 46

Outcome penelitian ini adalah: a) peningkatan nilai tambah

dan pendapatan petani serta pelaku usaha, b) peningkatan daya

saing tanaman pangan di pasar lokal, c) terbukanya kesempatan

kerja di perdesaan dan sejalan dengan berkembangnya industri

pengolahan hasil pertanian pada skala kecil dan menengah, d)

meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap produk dalam

negeri, dan e) terciptanya hubungan fungsional dan harmonis

antar sektor, subsektor institusi pusat dan daerah dalam sistem

agribisnis.

5. Sintesis Peningkatan Produksi Padi Melalui Program GP3K Mendukung Peningkatan Surplus Beras Nasional

Program GP3K yang ada di Provinsi Jawa Tengah yang

dilaksanakan oleh PT. Petro Kimia dan PT. Pertani sebagai operator

dapat meningkatkan produktivitas gabah petani sebanyak 300-

1250 kg/ha GKP atau 4,2 – 16,4% lebih tinggi daripada

produktivitas sebelum petani mengikuti program GP3K. Kecuali di

Kabupaten Kudus, para petani pserta program GP3K di Kabupaten

Sragen dan Karang Anyar belum sepenuhnya menerapkan

teknologi budi daya padi seperti yang dianjurkan dalam SLPTT padi

dari tiga lokasi atau kabupaten yang diteliti terdapat beberapa

kelemahan yang dijumpai dalam program GP3K, yaitu pemilihan

varietas padi yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan

agroekosistem setempat, kombinasi penggunaan jenis pupuk dan

waktu pemberian pupuk yang kurang tepat, sehingga hasil yang

dicapai tidak optimal. Petani GP3K di Kabupaten Sragen dan

Karang Anyar memberikan dosis pupk N berlebihan sedangkan

dosis pupuk P sangat kurang sehingga hasil gabah yang diperoleh

rendah dan tanaman terserang penyakit kresek cukup parah. Para

petani program GP3K pada umumnya belum menguasai teknologi

pengendalian hama atau penyakit secara terpadu. Penggunaan

pestisida cukup tinggi dan penyemprotan tidak berdasarkan

ambang batas populasi tingkat serangan hama atau penyakit.

Sistem kemitraan yang diterapkan dalam program GP3K oleh

operator adalah berbeda satu dengan yang lain, tetapi pada

umumnya memberikan penguatan modal usaha untuk para petani

dengan tingkat bunga yang sangat ringan agar dapat

meningkatkan produktivitas yang lebih tinggi.

Saran alternatif kebijakan yaitu: 1) Penggunaan varietas padi

sebaiknya dipilih varietas yang mempunyai daya adaptasi baik dan

sesuai untuk agroekosistem setempat, 2) Dalam pemilihan varietas

juga perlu dipertimbangkan kualitas gabah dan mutu beras yang

sesuai dengan permintaan pasar agar mempunyai harga jual yang

baik, 3) Perlu dipertimbangkan penggunaan kombinasi jenis pupuk

dan dosis pupuk yang seimbang antara pupuk Nitrogen dan pupuk

phosfat untuk memperoleh hasil yang optimal, dan 4) Dalam

pengendalian hama/penyakit, para petani perlu dibekali

pengetahuan tentang pengendalian OPT secara terpadu,

penggunaan pestisida secara rasional dan tidak berlebihan

Outcome dari penelitian ini adalah a) Terjadi peningkatan

produktivitas padi yang dapat dicapai oleh petani melalui program

GP3K, dan b) diketahui model kemitraan BUMN dengan petani dan

peran GP3K dalam mendukung P2BN dan surplus beras nasional.

Sehingga harapan swasembada beras dapat tercapai, bahkan

terjadi surplus beras 10 juta ton tahun 2014.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 47

6. Analisis ketersediaan pupuk dan penggunaan teknologi pemupukan spesifik lokasi berbasis hape mendukung peningkatan produksi padi.

Hasil evaluasi ketersediaan pupuk di Provinsi Jawa Barat

dalam kaitannya dengan pengurangan subsidi pupuk,

ketersediaan, harga ditingkat petani dan peningkatan produksi

padi sawah adalah sebagai berikut : 1) Secara teoritis, alokasi

pupuk urea dan pupuk majemuk NPK untuk Provinsi Jawa Barat

masih mencukupi dan kekurangan pupuk majemuk dapat sebagian

dipenuhi oleh SP-36. Adanya opsi kebijakan pengembangan pupuk

organik bukan semata-mata diarahkan untuk mensubtitusi pupuk

anorganik, akan tetapi untuk mendukung penggunaan pupuk

secara berimbang dan peningkatan efisiensi penggunaan pupuk, 2)

Walaupun alokasi pupuk secara teoritis mencukupi, tetapi

dilapangan masih terjadi kelangkaan ketersediaan pupuk yang

lebih disebabkan karena banyaknya distributor pupuk dan

pengecer spekulan yang tidak dikenal oleh penyuluh pertanian

tetapi menjual pupuk bersubsidi dengan harga yang lebih tinggi

dari Harga Eceran Tertinggi (HET), 3) Penyusunan RDKK belum

berdasarkan kebutuhan pupuk oleh petani. Rencana Definitif

Kebutuhan Kelompok disusun oleh PPL, kemudian digabung pada

tingkat kecamatan oleh GAPOKTAN. Dokumen RDKK digunakan

sebagai penyusun kebutuhan pupuk bersubsidi mulai dari

kecamatan, kabupaten dan provinsi kemudian diteruskan ke

Kementerian Pertanian. Penelitian lapangan menunjukkan RDKK

tidak disusun oleh petani sesuai luas lahan dan kebutuhan

pupuknya. Penyusunan RDKK yang tidak akurat menjadi salah satu

permasalahan sering tidak sesuainya kebutuhan dengan

ketersediaan pupuk, baik jenis, jumlah dan waktu ketersediaan

pupuk, dan 4) Evaluasi kinerja teknologi pemupukan padi spesifik

lokasi menggunakan teknologi Interactive Voice Response (IVR)

berbasis hand phone (HAPE) oleh petani menunjukkan Nilai akhir

319,47 termasuk Kategori 3 (tinggi). Hal ini mengindikasikan

teknologi ini akan mudah untuk diterapkan dan berpeluang tinggi

untuk dapat diadopsi di lapangan.

Saran alternatif kebijakan yaitu: 1) Dalam jangka pendek dan

jangka menengah, perlu tetap dipertimbangkan alternatifnya

pemberian subsidi pupuk sebagai berikut: subsidi pupuk tetap

diprioritaskan untukk pupuk urea dan pupuk majemuk NPK yang

diberikan kepada petani padi, 2) Selama ini petani tidak terlibat

dalam pembuatan peraturan-peraturan yang menyangkut distribusi

pupuk. Ke depan agar dipertimbangkan untuk melibatkan secara

langsung organisasi petani. Melalui badan usaha milik petani,

diharapkan petani dapat membantu pemerintah mendistribusikan

pupuk bersubsidi bagi petani, 3) Badan Litbang Pertanian telah

mengembangkan teknologi pemupukan hara spesifik lokasi (PHSL)

untuk tanaman padi. Teknologi PHSL dapat diakses oleh PPL

melalui Website (internet). Teknologi ini bermanfaat memperbaiki:

a) teknik pengelolaan hara/pupuk ditingkat petani, b) menentukan

target hasil berdasarkan rata-rata hasil yang pernah dicapai, c)

memberikan acuan rekomendasi takaran pupuk N, P, dan K untuk

mencapai target hasil yang ditetapkan dan dari berbagai alternatif

sumber pupuk yang cukup yang tersedia di lokasi, d) memberikan

saran strategi pemupukan yang efisien (tepat takaran, tepat

sumber dan tepat waktu aplikasinya), dan e) informasi keuntungan

usahatani bila menerapkan rekomendasi tersebut. Dengan

menggunakan PHSL berbasis web, penyusunan RDKK dan PPL

dapat akurat sehingga kebutuhan pupuk menurut jenis, jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 48

dan waktu ketersediannya dapat dengan mudah direkap pada

tingkat kecamatan, kabupaten, dan provinsi.

Outcome penelitian ini adalah: alternatif rekomendasi

kebijakan dan langkah operasional untuk Eselon I Kementerian

Pertanian dalam upaya percepatan diseminasi dan adopsi teknologi

padi mendukung peningkatan produksi padi nasional. Diseminasi

teknologi dengan sistem multi channel mampu mempercepat

adopsi teknologi di tingkat petani.

7. Pencapaian Surplus 10 Juta ton beras pada tahun

2014.

Dalam rangka penyempurnaan kebijakan dan perencanaan

pembangunan pertanian yang lebih rasional, komprehensif,

integratif, sistemik dan bersifat kuantitatif, Kementerian Pertanian

melalui Badan Litbang Pertanian bekerjasama dengan Institut

Teknologi Bandung (ITB) telah membangun aplikasi sistem

modeling di lingkup Kementerian Pertanian untuk menyusun

rekomendasi kebijakan pertanian dan perencanaan. Kerja sama

tersebut dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan mulai dari

pelatihan pemahaman sistem modeling dan bimbingan analisis

aplikasi dalam penyusunan rekomendasi kebijakan untuk

mendukung pencapaian target sukses komoditas utama

Kementerian Pertanian 2014.

Hasil analisis penyusunan kebijakan dan perencanaan

tersebut menunjukkan bahwa untuk mencapai target surplus

produksi beras 10 juta ton pada tahun 2014 diperlukan intervensi

yang integratif beberapa komponen dalam sistem produksi padi.

Komponen yang perlu diintervensi secara integratif tersebut adalah

perbaikan jaringan irigasi, penggunaan pupuk, penanganan OPT,

efektivitas penyuluhan, penanganan losses baik panen, pasca

panen, maupun distribusi, serta pencetakan sawah baru dan

kampanye penurunan konsumsi beras. Untuk menangani hal

tersebut telah dilakukan beberapa kali pertemuan yang diikuti oleh

para pejabat lingkup Kementerian Pertanian untuk membahas dan

menganalisis sistem penyediaan beras nasional dimasa datang dan

sekaligus memberikan alternatif kebijakan strategis pencapaian

surplus beras 10 juta ton tahun 2014. Analisis ini diharapkan

dapat membantu para pengambil kebijakan dalam menentukan

arah perencanaan dan operasional pelaksanaan pencapaian

ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

Outcome penelitian ini adalah: rekomendasi dan opsi

kebijakan yang dihasilkan dapat memberi manfaat kepada para

pengambil kebijakan dalam menentukan arah kebijakan

pembangunan pertanian khususnya yang terkait dengan isu-isu

penting produksi tanaman pangan. Calon penerima manfaat

adalah pembuat kebijakan baik tingkat pusat maupun tingkat

daerah serta petani sebagai pengguna akhir inovasi teknologi

khususnya tanaman pangan.

Saran kebijakan untuk memperkuat ketahanan pangan mengingat

kompleksitas permasalahan di lapang, maka diperlukan beberapa

hal yaitu:

Perluasan areal padi sawah minimal 100.000 hektar per

tahun untuk mensubstitusi alih fungsi lahan yang

jumlahnya mencapai 65.000 ha/tahun dengan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 49

mengoptimalkan pemanfaatan lahan suboptimal, seperti

lahan rawa dan lahan kering

Peningkatan produktivitas dari 5,12 t/ha menjadi 5,7 t/ha

dan indeks pertanaman dari IP 1,52 menjadi 1,68 dapat

dilakukan melalui:

a. Kebijakan pengembangan dan perbaikan infrastruktur

irigasi minimal 18,8%/tahun di wilayah sentra produksi

padi

b. Kebijakan subsidi sarana produksi yang meliputi

penggunaan pupuk berimbang, benih VU dan

pengendalian OPT (pestisida dan light trap) masing-

masing sekitar 70%, 60%, dan 70%/tahun di wilayah

sentra produksi padi

c. Kebijakan pengembangan alat dan mesin pertanian

melalui penambahan: 1) alsin prapanen dan panen,

meliputi 21.723 unit traktor tangan, 35 unit reaper

dalam upaya mempercepat waktu olah tanah dan

tanam, dan 2) alsin pascapanen meliputi 52.248 unit

thresher, 3.258 unit dryer dan 37.248 unit penggilingan

padi kecil (PPK) dalam upaya menurunkan losses pasca-

panen hingga 1%.

Kebijakan penumbuhan industri perbenihan, melalui

peningkatan kerjasama antara industri perbenihan nasional,

penangkar benih dan lembaga sertifikasi. Perbaikan

produksi melalui pengelolaan benih sumber dan penguatan

kapasitas UPBS, perbaikan tata niaga dan promosi benih

Kebijakan pengembangan kelembagaan penyuluh melalui

peningkatan pelayanan kepada petani, peningkatan

kompetensi dan profesionalisme penyuluh, penyempurnaan

metode dan materi penyuluhan dengan mengoptimalkan

peran penyuluh PNS, penyuluh swadaya/swasta dan THL.

Kebijakan penurunan tingkat konsumsi dari 139,15

kg/kapita/th menjadi 132,39 kg/kapita/th (1,5%/th) pada

tahun 2014 melalui akselerasi pelaksanaan program

diversifikasi konsumsi berbasis pangan lokal.

8. Ketersediaan lahan untuk pengembangan kedelai di

lahan perhutani.

Kedelai merupakan komoditas pangan yang perlu dipercepat

upaya peningkatan produksinya karena hingga saat ini produksi

kedelai nasional baru memenuhi 35-40% kebutuhan dalam negeri.

Masalah utama yang dihadapi adalah tidak tersedianya lahan yang

secara khusus dialokasikan untuk produksi kedelai. Salah satu

saran kebijakan untuk mendukung peningkatan produksi kedelai

adalah memanfatkan lahan perhutani yang potensial tersedia

seluas 292.000 hektar seperti di bawah tegakan tanaman jati

muda, sengon, mahoni, pinus, dan kayu putih. Pola tanam yang

dianjurkan adalah padi gogo – kedelai atau jagung – kedelai.

Varietas yang ditanam adalah kedelai yang berumur genjah seperti

Anjasmoro, Argomulyo, Gema, dan Grobogan (75 hari) dengan

potensi hasil tinggi. Diperlukan bimbingan pada pera petani LMDH

agar mampu menguasai teknologi budi daya kedelai.

Saran alternatif kebijakan yaitu 1) Di lahan Perhutani terdapat

sekitar 292.00 ha yang potensial dan sesuai untuk pengembangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 50

kedelai dibawah tegakan pohon jati muda, sengon, mahoni, pinus

dan kayu putih, 2) Pola tanam yang dianjurkan adalah : Padi gogo

(Nopember-awal Pebruari)-kedelai (akhir Pebruari-April), atau

jagung (Nopember-awal Pebruari)-kedelai (akhir Pebruari-April), 3)

Varietas kedelai yang sesuai untuk agroekosistem lahan kering

Perhutani adalah : Anjasmoro, Agromulyo, Gema, Grobogan

berumur genjah (75 hari) dan potensi hasil tinggi, dan 4)

Petani/kelompok tani LMDH pada umumnya belum menguasai

teknologi budi daya kedelai di lahan kering, oleh karena itu perlu

pendampingan dari para peneliti.

Outcome dari penelitian ini adalah: 1) rekomendasi luas

lahan Perhutani yang dapat ditanami kedelai, 2) Teridentifikasi

produksi dan produktivitas yang dapat dicapai petani di lahan

Perhutani dan 3) diketahui kendala/hambatan yang dihadapi dalam

usahatani kedelai di lahan Perhutani.

9. Penyempurnaan Sistem Perbenihan Nasional.

Benih berperan penting mewujudkan keunggulan potensi

genetik tanaman dan menjadi pintu masuk penerapan teknologi

lainnya. Ketersediaan benih bermutu mutlak diperlukan, dan itu

berkaitan dengan varietas unggul. Hal ini dapat diwujudkan

dengan adanya sistem perbenihan nasional yang baik serta iklim

yang kondusif bagi tumbuh-kembangnya industri benih nasional

Sistem perbenihan nasional terdiri dari 4 subsistem yaitu: 1)

Litbang (SDG dan Pemuliaan), 2) Produksi dan Distribusi Benih, 3)

Pengendalian Mutu, dan 4) Informasi.

Subsistem Litbang (SDG, dan Pemuliaan). Pemerintah

memfasilitasi pengelolaan plasmanutfah, pemuliaan,

penerapan perlindungan varietas tanaman, pendaftaran dan

pelepasan varietas. Peran swasta dalam pemuliaan masih

terbatas pada beberapa tanaman komersial (terutama

hibrida). Varietas unggul tanaman pangan utama sesuai

target sukses pembangunan pertanian yang dilepas sampai

tahun 2012 adalah: 1) padi inbrida 274 varietas, 2) padi

hibrida 78 varietas, 3) jagung komposit 51 varietas, 4)

jagung hibrida 163 varietas, dan 5) kedelai 75 varietas.

Subsistem Produksi dan Peredaran Benih. Sesuai

dengan Surat Dirjentan dalam rangka pembinaan BBI/BBU,

memberi kewenangan kepada penyelenggara pemuliaan,

BBI, BBU memproduksi benih penjenis (BS), benih dasar

(FS), dan benih pokok (SS). Produsen benih memproduksi

benih sebar (ES).

Subsistem Pengendalian Mutu. Mekanisme pengendalian

mutu berdasarkan: 1) sertifikasi dan pengujian benih

berdasarkan OECD Scheme dan International Seed Testing

Association (ISTA) Rules (UU 12/1992, PP 44/1995), dan 2)

sistem standardisasi pertanian mencakup standardisasi

produk, sertifikasi sistem mutu, sertifikasi produk, akreditasi

laboratorium, akreditasi LSSM, dan sertifikasi LSPro (PP

102/2000).

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 51

Subsistem Informasi, memperkuat koordinasi, efektivitas

pembinaan, serta kesaling-fahaman antar-para pihak yang

berkepentingan, secara langsung maupun tidak langsung.

Alur Subsistem produksi dan distribusi benih saat ini belum

mendukung adopsi varietas spesifik lokasi dan pengenalan varietas

unggul yang baru dilepas. Badan Litbang Pertanian berencana

untuk memperbaiki sistem perbenihan nasional agar benih varietas

baru hasil pemuliaan yang belum komersial dapat segera tersedia

pada saat petani menginginkan. Unit Pengelola Benih Sumber di

Balai penelitian komoditas akan direplikasi di BPTP agar

pengenalan dan penyediaan benih sumber lebih cepat melalui

mitra-mitra UPBS BPTP yang ada di daerah.

Kondisi UPBS BPTP dan Mitra di Daerah. Sesuai dengan

Subsistem Produksi dan Distribusi Benih, BPTP harus bermitra

dengan Dinas Pertanian, BPSB, BBI, BBU dan Penangkar, adapun

kondisi UPBS BPTP dan mitranya di daerah sebagai berikut:

UPBS BPTP. Menggunakan kriteria ketersediaan lahan,

gudang, dan sarana prasarana lainnya UPBS BPTP dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu: (1) Kelompok A yang memiliki

lahan, Gudang dan sarpras ada 10 BPTP (31%) yaitu BPTP Sumut,

Sumbar, Sumsel, Banten, Jateng, Jatim, Kalbar, Kalsel, Sulsel,

Sultra, (2) Kelompok B yang memiliki Gudang dan sarpras ada 15

BPTP (47%) yaitu BPTP Aceh, Jambi, Bengkulu, Lampung, Jabar,

NTB, NTT, Kalteng, Kaltim, Sulut, Gorontalo, Sulteng, Maluku

Utara, Papua Barat, Papua, dan (3) Kelompok C yang tidak

memiliki lahan, Gudang dan sarpras ada 7 BPTP (22%) yaitu BPTP

Kepri, Riau, Babel, DKI, DIY, Bali, Sulbar, Maluku.

Peta profil UPBS BPTP perlu disempurnakan dengan kriteria

berdasarkan kapasitas produksi benihnya, misalnya: (1) Kelompok

A: Kapasitas produksi benih > 350 ton/th, (2) Kelompok B:

kapasitas produksi benih 150 – 350 ton/th, dan (3) Kelompok C:

kapasitas produksi benih <150 ton/th. Setiap kelas UPBS harus

menuju High Profile (dengan dukungan gudang, sarana prosesing,

SDM, dan manajemen mutu yg terstandar).

UPBS BPTP harus meningkatkan koordinasi dengan pihak

mitra kerja di daerah seperti Dinas, BPSB, BBI, BBU, dan

Penangkar binaan terutama dalam perencanaan produksi benih.

Sistem informasi kebutuhan dan rencana produksi benih setiap

UPBS BPTP sudah dibangun di BBP2TP dan akan dikembangkan

lebih lanjut secara terintegrasi dengan UPT lainnya

Kondisi Mitra UPBS BPTP. Menggunakan kriteria mitra

yang ada di daerah berdasar kondisi mitra dapat dikelompokkan

menjadi 4 sebagai berikut: (1) Kelompok Kondisi Mitra A: Semua

mitra masih aktif (Dinas, BPSP, BBI, BBU, Penangkar) ada di 25

provinsi (72%) yaitu Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Bengkulu,

Lampung, DKI, Jabar, DIY, Jatim, Bali, NTB, NTT, Kalbar, Kalteng,

Kalsel, Sulut, Gorontalo, Sulteng, Sulbar, Sultra, Maluku Utara,

Papua Barat, dan Papua, (2) Kelompok Kondisi Mitra B: Dinas,

BPSP, BBI atau BBU, Penangkar yang masih aktif ada 7 provinsi

(22%) yaitu Aceh, Sumbar, Banten, Jateng, Kaltim, Sulsel, dan

Maluku, (3) Kelompok Kondisi Mitra C: Dinas, BPSP dan Penangkar

yang masih aktif ada 1 provinsi (3%) yaitu Babel, dan (4)

Kelompok Kondisi Mitra D: hanya Dinas yang aktif ada 1 provinsi

(3%) yaitu Kepri.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 52

Kondisi BBI. Menggunakan kondisi BBI yang masih aktif

dapat dikelompokkan menjadi: (1) Kelompok A yaitu lebih dari

75% BBI aktif ada di 22 provinsi (68%): Aceh, Sumut, Jambi,

Sumsel, Bengkulu, Lampung, Jabar, DIY, NTB, Kalbar, Kaltim,

Kalsel, Sulut, Gorontalo, Sulbar, Sultra, Maluku, Papua, Barat,

Papua, (2) Kelompok B yaitu lebih dari 25%-75% BBI aktif ada di 6

provinsi (19%): Riau, Jateng, Jatim, NTT, Sulteng), dan (3)

Kelompok C yaitu kurang dari 25% BBI aktif ada di 4 provinsi

(13%) .

Kondisi BBI. Menggunakan kondisi BBI yang masih aktif

dapat dikelompokkan menjadi: (1) Kelompok A yaitu lebih dari

75% BBI aktif ada di 22 provinsi (68%): Aceh, Sumut, Jambi,

Sumsel, Bengkulu, Lampung, Jabar, DIY, NTB, Kalbar, Kaltim,

Kalsel, Sulut, Gorontalo, Sulbar, Sultra, Maluku, Papua, Barat,

Papua, (2) Kelompok B yaitu lebih dari 25%-75% BBI aktif ada di 6

provinsi (19%): Riau, Jateng, Jatim, NTT, Sulteng), dan (3)

Kelompok C yaitu kurang dari 25% BBI aktif ada di 4 provinsi

(13%): Sumbar, Babel, Kepri, Maluku Utara.

Kondisi BBU. Menggunakan kondisi BBU yang masih aktif

dapat dikelompokkan menjadi: (1) Kelompok A yaitu lebih dari

75% BBU aktif ada di 12 provinsi (41%): Aceh, Jambi, Sumsel,

Bengkulu, Lampung, Jabar, DIY, Kalbar, Kalsel, Sulteng, Papua

Barat, Papua, (2) Kelompok B yaitu lebih dari 25%-75% BBU aktif

ada di 9 provinsi (31%): Sumut, Riau, Jatim,Bali, NTB, Kaltim,

Sulut, Sulbar, Sultra, Maluku Utara, dan (3) Kelompok C yaitu

kurang dari 25% BBI aktif ada di 6 provinsi (28%): Sumbar, Babel,

Jateng, NTT, Gorontalo, Maluku.

Kondisi Penangkar. Menggunakan kondisi BBU yang masih

aktif dapat dikelompokkan menjadi: (1) Kelompok A yaitu lebih

dari 75% BBU aktif ada di 23 provinsi (69%): Aceh, Sumut,

Sumbar, Jambi, Bengkulu, Babel, Lampung, Jabar, DIY, Bali, NTB,

Kalbar, Kaltim, Kalsel, Sulut, Gorontalo, Sulteng, Maluku Utara,

Papua Barat, Papua, (2) Kelompok B yaitu lebih dari 25%-75%

BBU aktif ada di 8 provinsi (28%): Riau, Kepri, Sumsel, Jateng,

Jatim, Sulbar, Sultra, Maluku, dan (3) Kelompok C yaitu kurang

dari 25% Penangkar aktif hanya ada di 1 provinsi (3%): NTT.

Sistem Produksi dan Distribusi Benih di Daerah dan Arah

Perbaikan. BBI, BUMN dan Penangkar binaan BPTP Bali dapat

memperoleh benih sumber (BS) dari BB Padi melalui pesanan

langsung. BBI juga bisa memperoleh benih BS melalui perantaraan

pesanan oleh Direktorat Perbenihan yang disalurkan melalui Dinas

Pertanian. Benih FS dan SS diproduksi oleh BBI, BBU, BUMN, dan

Penangkar Binaan digunakan untuk produksi benis sebar (ES) oleh

penangkar yang telah memenuhi sebagian besar benih yang

dibutuhkan oleh petani.

Pemilahan operasionalisasi UPBS BB/Balit memproduksi benih

klas BS dan FS, sedangkan BPTP memproduksi benih klas FS dan

SS. UPBS BPTP harus meningkatkan koordinasi dengan pihak mitra

kerja di daerah seperti Dinas, BPSB, BBI, BBU, dan Penangkar

binaan terutama dalam perencanaan produksi benih

Pengembangan UPBS BPTP ke depan adalah dalam bentuk

kerja sama publik dan private (public and private patnership)

dalam bentuk quarter helix partnership antara Lembaga Penelitian

Kementerian/Non-Kementerian-Perguruan Tinggi, Penangkar, dan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 53

petani/kelompok tani melalui sharing fasilitas dan keuntungan.

BPTP memberikan benih, teknologi produksi dan pendampingan,

peralatan kepada penangkar.

Arah perbaikan sistem produksi dan distribusi benih ke depan

usulan Badan Litbang Pertanian adalah dengan melihat kondisi

penangkar yang sebagian besar masih aktif dan arah Dinas

Pertanian untuk lebih memberi peran pada penangkar, agar adopsi

varietas spesifik lokasi terlaksana.

10. Dampak Tanam Padi Serempak.

Konsep Model Tindak Lanjut Pengendalian hama (MRTL)

dimulai saat ledakan wereng coklat pada MK 2009/2010. Landasan

dasar MRTL adalah tanam padi serempak dalam areal luas harus

terselesaikan selama 15 hari. MRLT telah diterapkan di Propinsi

Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Tanam padi

serempak dalam MRTL harus melaksanakan Triangle strategies

yaitu teknologi, Sosial, dan kebijakan pemerintah.

Tanam padi serempak telah dirancang dan dilaksanakan

sejak digelarnya MRTL setelah ada ledakan wereng cokat tahun

2009. Pendekatan ini dapat berdampak sosial, membangkitkan

sifat gotong royong yang dirasakan sudah hilang. Bangkitnya sifat

gotong royong kini mulai tampak dengan seringnya para petani

berkomunikasi baik antar-individu, poktan, maupun gapoktan.

Petani berkumpul lagi di saung atau rumah local leader untuk tidak

tanam saling mendahului. Petani menyadari bahwa teknologi yang

diterapkan dengan tanam serempak di jamin berhasil, akurat, dan

refresentatif tampak dengan menurunnya populasi hama sehingga

tanaman padi terhindar serangan hama dan penyakit. Turunnya

populasi hama menyebabkan turunnya input pestisida, terbukti

pemakaian pestisida dapat ditekan sampai lebih dari 50% dengan

produksi yang luar biasa.

Tanam padi serempak memudahkan pemerintah membina

para petani, memudahkan pengawasan dan monitoring terhadap

situasi pertanaman. Hal ini ditenggarai dengan makin efisiennya

waktu yang dibutuhkan oleh petugas lapang untuk membina dan

menaksir target produki secara jelas, tepat, dan riil. Kegiatan

agribisnis meningkat dan pendapatan petani dengan efisiensi input

seperti pengurangan pestisida dan pengaturan air saling berbagi.

Gropyokan hama tikus bergotong royong tidak perlu mengeluarkan

upah berlebihan. Hal ini terlihat dengan tanam serempak pada

areal yang luas (1.000 ha) dalam waktu hanya 15 hari. Dalam

waktu yang singkat ini tentu diperlukan tenaga yang banyak baik

itu tenaga pengolahan tanah, tanam, pemeliharaan, dan panen.

Tenaga tersebut tidak dapat dipenuhi hanya dengan tenaga

manusia. Untuk itu perlu didukung dengan alat pengolah tanah

(traktor), alat tanam, alat panen. Penyediaan alat-alat tersebut

dapat membangkitkan perekonomian pedesaan dengan pengusaha

jasa dan membangkitkan industri alat mesin pertanian (alsintan).

11. Ketersediaan Teknologi dalam Upaya Peningkatan

Produksi Kedelai di Indonesia.

Kedelai memiliki posisi strategis dalam ketahanan pangan

sebagai sumber protein nabati, dan bahan makanan fungsional

bermutu tinggi bagi kesehatan manusia dan harga terjangkau.

Untuk mencukupi kebutuhan industri olahan tersebut, Indonesia

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 54

membutuhkan kedelai sekitar 2,2 juta ton/tahun. Sementara,

produksi kedelai dalam negeri hanya mampu memenuhi sekitar 30-

40% dari kebutuhan nasional. Kurangnya insentif bagi petani

untuk menanam kedelai itulah yang menjadi salah satu penyebab

berkurangnya areal tanam kedelai, yang bermuara pada rendahnya

produksi kedelai dalam negeri.

Upaya peningkatan produksi kedelai dalam negeri dapat

ditempuh melalui upaya perluasan areal tanam/panen dan

perbaikan tingkat produktivitas pertanaman yang masih terbuka.

Adanya senjang hasil antara rata-rata nasional sekitar 1,3 t/ha

dibandingkan terhadap hasil penelitian yang rata-rata 2,0 t/ha. Hal

ini bergantung pada kondisi lahan dan penerapan teknologi.

Teknologi produksi. Kini telah tersedia komponen teknologi

meliputi varietas unggul berdaya hasil tinggi (pontesi hasil 2,5 –

3,2 ton/ha) untuk agroekosistem sawah, lahan kering, dan pasang-

surut/lebak; teknologi budi daya (penyiapan lahan, penanaman,

pengelolaan hara dan air, pengendalian OPT); serta penanganan

pascapanennya telah tersedia.

Varietas unggul sangat menentukan tingkat produktivitas

pertanaman dan relatif mudah diadopsi petani. Kini telah tersedia

varietas unggul kedelai dengan karakter yang beragam, sehingga

dapat memberikan alternatif pilihan, yaitu: (a) Umur genjah (< 80

hari), sedang (80-90 hari), dan dalam (>90 hari); (b) Ukuran biji

kecil (<10 g/100 biji), sedang (10-12 g/100 biji), dan besar (>12

g/100 biji); (c) Warna kulit biji, mulai dari kuning sampai kuning

kehijauan dan hitam; serta (d) yang sesuai untuk lahan tidak

bermasalah maupun lahan bermasalah seperti lahan kering masam

dan lahan pasang surut.

Penggunaan benih berkualitas merupakan prasyarat utama

dalam budi daya kedelai, karena akan menjamin diperolehnya

populasi tanaman sesuai yang dikehendaki (optimal), berkecambah

menjadi bibit sehat dan vigor sehingga akan diperoleh tanaman

yang tumbuh seragam. Benih yang berkualitas harus memenuhi

syarat sebagai berikut: (a) asal benih atau nama varietasnya jelas,

(b) bernas atau tidak keriput, (c) bersih dari kotoran dan tidak

bercampur dengan biji tanaman maupun varietas lain, (d) tidak

membawa bibit penyakit, dan (e) berdaya kecambah minimal 85%.

Jika benih berdaya kecambah rendah (kurang dari 85%) potensi

hasilnya tidak optimal dan atau biaya produksi meningkat, sebab:

(a) Vigor tanaman/bibit rendah, (b) populasi tanaman di bawah

optimal, dan (c) akibat butir a dan b tersebut gulma akan

berpotensi kuat untuk bersaing dengan tanaman kedelai dalam

memanfaatkan sinar matahari, unsur hara dan air, serta gulma

akan menjadi sarang atau sumber hama dan penyakit.

Populasi tanaman akan berpengaruh terhadap produktivitas

kedelai. Pengaturan jarak tanam, daya kecambah benih, cekaman

kekeringan atau kelebihan lengas tanah, serta serangan hama dan

penyakit, berpengaruh terhadap populasi tanaman. Populasi

optimal antara 400.000 – 500.000 tanaman per hektar. Taksiran

hasil pada kisaran populasi tersebut antara 1,60-2,50 ton/ha.

Pada lahan kering suboptimal, seperti di lahan kering masam

bertanah Podsolik Merah-Kuning yang banyak dijumpai di

Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, pemupukan N, P, dan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 55

K sangat nyata meningkatkan hasil kedelai, tanpa ameliorasi dan

pemupukan pertanaman kedelai akan merana.

Pemberian bahan ameliorasi kunci utama meningkatkan

produktivitas kedelai di lahan kering masam. Bahan ameliorasi

seperti kapur dan bahan organik diperlukan untuk meningkatkan

pH tanah, kandungan bahan organik tanah, serta kandungan hara

Ca dan/atau Mg.

Kedelai merupakan tanaman yang peka terhadap cekaman

air, khususnya kelebihan air. Pengelolaan lengas tanah atau air

harus mendapat perhatian besar untuk mengatasi kelebihan

maupun kekurangan air. Kelebihan air yang dihadapi pada musim

hujan dan MK1 dilakukan dengan membuat saluran drainase.

Pertanaman MK2 di lahan sawah, saluran drainase disiapkan untuk

antisipasi kelebihan air akibat hujan susulan, juga diperlukan untuk

melancarkan penyaluran air irigasi ke seluruh bidang petakan.

Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kedelai

berlandaskan strategi penerapan Pengendalian Hama Terpadu

(PHT). PHT merupakan suatu pendekatan atau cara pengendalian

hama dan penyakit yang didasarkan pada pertimbangan ekologi

dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan ekosistem yang

berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Strategi PHT adalah

mensinergikan beberapa teknik atau metode pengendalian hama

dan penyakit didasarkan pada asas ekologi dan ekonomi.

Panen dilakukan setelah 95% polong berwarna coklat atau

kehitaman dan sebagian besar daunnya sudah rontok. Panen

dilakukan dengan cara memotong pangkal batang. Brangkasan

hasil panen langsung dikeringkan/dihamparkan di bawah sinar

matahari dengan ketebalan sekitar 25 cm selama 2-3 hari

(bergantung pada cuaca) menggunakan alas terpal plastik, tikar

atau anyaman bambu. Pengeringan dilakukan hingga kadar air

mencapai sekitar 14%. Seyogianya tidak menumpuk brangkasan

basah lebih dari dua hari, sebab akan menjadikan biji berjamur

dan mutunya rendah.

Penerapan PTT kedelai di berbagai ekosistem. Untuk

mengoptimalkan pendapatan usahatani kedelai diperlukan proses

pendekatan produksi melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu atau

PTT- kedelai. Prinsip dasar pendekatan PTT adalah: (a) bersifat

spesifik lokasi, (b) melalui pendekatan partisipatif, dan (c)

mengintegrasikan komponen teknologi yang memberikan pengaruh

secara sinergis, bersifat dinamis, dan dapat berubah sesuai dengan

kebutuhan. Pendekatan PTT kedelai di lahan sawah telah

diterapkan di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur dapat mencapai hasil

kedelai > 2 t/ha. Varietas yang ditanam Kaba, Baluran, dan

Sinabung. Dengan tingkat harga kedelai waktu itu Rp 3.250/kg,

maka keuntungan yang diperoleh antara Rp 3.012.500 - Rp

3.825.000. Bila harga kedelai meningkat, maka keuntungan juga

meningkat dan petani bergairah menanam kedelai.

Pertanaman PTT kedelai di kering masam di Lampung tengah

tumbuh baik dan dapat menghasilkan 1,76 – 2,02 t/ha lebih tinggi

daripada hasil rata-rata kedelai di Lampung yang hanya 1,10 t/ha.

Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa dengan tingkat harga

kedelai Rp 3.500/kg pertanaman PTT dengan menggunakan ketiga

varietas unggul tersebut mampu memperoleh keuntungan Rp

2.153.240,- sampai Rp. 3.063.240,- per hektar.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 56

Pertanaman kedelai PTT di Sumatera Utara tumbuh baik dan

mampu menghasilkan biji kering 1,92 – 2,03 t/ha dan lebih tinggi

daripada rata-rata hasil kedelai di Sumatera Utara 1,06 t/ha. Hasil

analisis usahatani menunjukkan bahwa dengan tingkat harga

kedelai Rp 3.500/kg. PTT kedelai dengan menanam ketiga varietas

unggul tersebut mampu memberikan keuntungan Rp 3.399.000,-

sampai Rp. 3.781.000,-

Arah pengembangan. Walaupun pengembangan areal kedelai ke

lahan suboptimal (lahan kering) menghadapi kendala biofisik dan

kimia tanah, namun dapat diatasi dengan teknologi yang sesuai.

Kondisi lahan yang kurang subur dapat diatasi dengan teknologi

ameliorisasi, pemupukan, dan konservasi lahan. Varietas unggul

yang sesuai dan teknologi pendukung lainnya juga sudah tersedia

bagi pengembangan tanaman kedelai.

Sasaran pengembangan areal kedelai dalam upaya

peningkatan produksi sebaiknya diarahkan ke lahan kering di Pulau

Sumatera, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Sumatera memiliki lahan

kering dan lahan terlantar seluas 6,6 juta ha, Sulawesi 3,0 juta ha,

Nusa Tenggara 1,8 juta ha. Wilayah lahan kering yang dinilai

potensial bagi pengembangan kedelai dikembangkan menjadi

wilayah produksi kedelai secara “permanen” (soybean belt) atau

usaha pertanian berbasis kedelai seperti di negara lain.

Pencapaian swasembada kedelai dibutuhkan peningkatan

produksi dalam negeri sekitar 1,5 juta ton/tahun yang dapat

dipenuhi dengan penambahan luas areal baru seluas 1,5 juta ha.

Pengembangan areal baru tersebut dapat diarahkan ke Pulau

Sumatera, Sulawesi, dan Nusa Tenggara dengan sasaran masing-

masing 0,8 juta; 0,5 juta dan 0,2 juta ha selama 5–6 tahun.

Areal baru tersebut harus diprioritaskan bagi pertanaman

kedelai dan juga memungkinkan dirotasikan dengan tanaman

palawija lainnya. Kedelai dapat ditanam 1–2 kali setahun pada

areal lahan yang sama sesuai dengan pola distribusi curah hujan di

wilayah tersebut. Hal ini berarti akan memberi peluang total areal

tanam (panen) kedelai sekitar 1,5–2,0 juta ha selama 3–5 tahun.

Pembukaan lahan baru yang dilengkapi dengan infrastruktur

harus difasilitasi oleh pemerintah bekerjasama dengan swasta

(pemegang HPH, perkebunan swasta nasional, PTPN). Penggunaan

lahan tersebut dapat berupa HGU (Hak Guna Usaha) atau berupa

kepemilikan melalui KPL (Kredit Pemilikan Lahan) yang diberikan

kepada calon petani generasi muda (lulusan S1/D3/SLTA) dengan

luasan 4–5 ha/unit. Dengan luas usaha/garapan tersebut akan

dapat memberikan penghidupan yang layak bagi keluarga mereka.

Di samping itu, program ini sekaligus juga memberikan lapangan

kerja bagi generasi muda kita.

Pengembangan areal kedelai dapat mengikuti model PIP

(Pola Inti-Plasma) dengan satuan unit pengembangan sekitar

2.500–3.000 ha, dan 100–200 ha di antaranya sebagai inti. Inti

berperan sebagai sumber informasi dan teknologi, penyedia

saprodi serta menampung hasil produksi.

IMPLIKASI KEBIJAKAN. Kebijakan yang diperlukan dalam

upaya pengembangan areal kedelai meliputi kebijakan di subsektor

hulu, subsektor usahatani (on-farm), dan subsektor hilir. Pada

subsektor hulu diperlukan kebijakan pemerintah dalam pembinaan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 57

dan mendorong berkembangnya industri perbenihan, industri

bahan amelioran, alsintan, serta permodalan.

1. Pada subsektor usahatani diperlukan kebijakan pemerintah

antara lain mendorong pengembangan teknologi spesifik

lokasi, penguatan diseminasi, serta pelatihan dan

pemberdayaan kelompok tani. Sedangkan pada subsektor

hilir diperlukan kebijakan pemasaran (tataniaga) yang efisien,

serta penguatan kelembagaan dan daya tawar petani.

2. Agar program ini dapat diimplementasikan diperlukan

dukungan tidak hanya oleh pengambil kebijakan, tetapi juga

diperlukan dukungan dari pihak legislatif, terutama dalam

pengalokasian dana/anggaran yang cukup bagi kegiatan-

kegiatan pembinaan SDM dan upaya membawa teknologi

maju ke lahan petani seperti sekolah lapang.

3. Melakukan pengaturan harga eceran kedelai agar tercapai

keseimbangan harga yang tidak memberatkan konsumen

namun masih menguntungkan petani, sehingga petani

bergairah untuk memperluas areal tanam kedelai.

Sasaran 6: Terselenggaranya diseminasi teknologi

tanaman pangan

Kegiatan penunjang penelitian dan pengembangan tanaman

pangan adalah menyebarluaskan inovasi teknologi tanaman

pangan. Adapun kegiatan yang dilaksanakan antara lain a)

Publikasi hasil-hasil penelitian, b) Seminar dan pertemuan ilmiah

lainnya, c) Ekspose/pameran skala nasional dan regional, d) Gelar

teknologi di lapang, dan e) Penyebarluasan inovasi teknologi

melalui pengembangan website.

Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator

kinerja disajikan sebagai berikut :

Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2012

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Pengembangan sistem informasi

komunikasi, diseminasi dan

umpan balik inovasi tanaman padi

(paket kegiatan)

1 1 100,0

Pengembangan diseminasi dan

penjaringan umpan balik teknologi

aneka kacang dan ubi (paket

kegiatan)

1 1 100,0

Penyebarluasan dan alih teknologi

inovasi produksi serealia (paket

kegiatan)

1 1 100,0

Pengembangan sumber daya

iptek dan diseminasi tanaman

pangan (paket kegiatan)

1 1 100,0

Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun 2012

berdasarkan target yang direncanakan telah tercapai dengan

persentase pada masing-masing kegiatan rata-rata 100%,

sedangkan realisasi keuangan sebesar Rp. 9.487.314.160.

Pencapaian indikator kinerja kegiatan untuk mencapai sasaran

dapat dilihat secara rinci pada formulir PK.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 58

Sebagai perbandingan atas kemajuan yang telah diperoleh

dari tahun sebelumnya 2011 dapat dijelaskan sebagai berikut :

Capaian Kinerja 2012

Indikator Kinerja 2011 2012

Diseminasi inovasi teknologi padi

mendukung kemandirian pangan

(paket kegiatan)

1 1

Diseminasi inovasi teknologi

aneka kacang dan ubi (paket)

1 1

Diseminasi inovasi teknologi

tanaman serealia (paket kegiatan)

1 1

Pengembangan sumber daya

iptek dan diseminasi tanaman

pangan (paket kegiatan)

1 1

Tahun 2012 merupakan lanjutan tahun implementasi Sistem

Diseminasi Multi Channel di lingkup Badan Litbang Pertanian.

Artinya bahwa hasil penelitian yang menonjol harus segera

disebarluaskan kepada para penggunanya melalui berbagai

channel komunikasi seperti pembuat kebijakan baik pusat dan

daerah, penyuluh, petani dan swasta serta melalui kegiatan temu

lapang, open house, seminar, pameran, maupun publikasi.

Kegiatan diseminasi yang menonjol tahun 2012 lingkup

Puslitbangtan adalah International Maize Conference di Gorontalo,

gelar teknologi, seminar, hari pangan sedunia, dan berbagai

pameran lainnya.

Pameran MDG’S Indonesia 2012 dan Pameran Pangan Bidang Agribisnis dan Peternakan Jakarta Food Security Summit

Pada bulan Februari 2012 Puslitbangtan mengikuti dua

kegiatan pameran yaitu pertama, pameran MDG’s Indonesia 2012,

yang diselenggarakan pada tanggal 31 Januari s/d 1 Februari

2012, bertempat di Kartika Expo Center – Balai Kartini, Jakarta,

merupakan side event yang dilaksanakan dalam rangka Indonesia

MDG’s Awards 2011 yang diberikan kepada lembaga pemerintah

pusat dan daerah, sektor swasta, organisasi masyarakat madani

dan pemuda, serta media massa/jurnalis. Keikutsertaan

Kementerian Pertanian di Pameran MDG’s Indonesia 2012, selain

untuk memvisualisasikan kinerja Kementerian Pertanian dalam

mendukung upaya-upaya percepatan pencapaian MDG’s, juga

sebagai media sosialisasi, kampanye publik dan edukasi. Pameran

ini merupakan Implementasi dari karya-karya pencapaian inovatif,

hasil-hasil kemajuan iptek yang berperan dalam mendukung

upaya-upaya percepatan pencapaian MDG’s.

Kedua, pameran Pangan Bidang Agribisnis dan Peternakan

Jakarta Food Security Summit diselenggarakan oleh Kamar Dagang

dan Industri (KADIN) bertemakan ”Menuju Swasembada yang

Kompetitif dan Berkelanjutan serta Mendorong Produk-Produk

Unggulan Menjadi Primadona Dunia” di Assembly Hall, Jakarta

Convention Center (JCC) pada 7-10 Februari 2012. Kegiatan

tersebut berupa pameran, diskusi pakar, simposium, roundtable

meeting, dan seminar diikuti oleh 165 peserta dari berbagai

kementerian, produsen pangan, petani, lembaga riset, UKM, dan

lain-lain. Pameran Nasional ini bertujuan untuk mendukung

keberhasilan pembangunan ekonomi yang tidak hanya bergantung

pada pemerintah saja, melainkan merupakan kolaborasi serta

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 59

sinergi bersama dunia usaha, pemerintah dan swasta, serta

memfokuskan prioritas pembangunan dalam mewujudkan

ketahanan pangan nasional sekaligus menjadi negara pemasok

kebutuhan pangan dunia.

Puslitbangtan memamerkan produk hasil penelitian terbaru

yang sesuai dengan tema pameran, sebagai berikut:

Poster Jagung Provit A

Poster Pangan Fungsional

Benih jagung Bima 14 Batara, Bima 15 Sayang, Provit A2

Benih varietas unggul baru kedelai toleran genangan

Ubijalar varietas Beta 1, Beta 2, Sukuh, dan galur MSU

Kecap Balitkabi dari kedelai hitam varietas Detam 1

Selai dari ubijalar rasa nenas, anggur, dan mangga

Leaflet dan booklet inovasi teknologi

Leaflet varietas unggul baru tanaman pangan

Teknologi Tanaman Pangan Menghadapi Perubahan Iklim

Buku Produk Inggulan Tanaman Pangan

Pameran dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,

yang didampingi oleh Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono,

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Mensesneg Sudi

Silalahi, Menteri Pertanian Suswono, Menteri Kelautan dan

Perikanan Cicip Sutardjo, dan Menteri UKM Syarifuddin Hassan.

Hadir pula Asisten Dirjen dan Perwakilan FAO untuk Kawasan Asia

Pasifik Hiroyuki Konuma, dan para duta besar negara sahabat.

Dalam sambutannya Presiden RI mengatakan masalah ketahanan

pangan merupakan masalah yang penting karena pangan adalah

unsur penting bagi kehidupan manusia. Pada kesempatan ini,

Kepala Negara mengajak Kadin untuk memahami beberapa aspek

yang termasuk dalam masalah ketahanan pangan. Di antaranya

masih adanya kekurangan pangan di beberapa wilayah, kecilnya

penghasilan dan insentif para petani yang nantinya akan berimbas

pada supply dan demand pangan di tanah air, dan juga masalah

perubahan iklim global. "Kalau penghasilan petani kecil, insentifnya

kecil, hampir pasti tidak mau tanam, maka akan berakibat pada

supply dan mengganggu ketahanan pangan,". Presiden

menambahkan, inovasi teknologi juga diperlukan untuk

diversifikasi bahan pangan misalnya membuat diversifikasi mie

instan berbahan sagu. Kepala Negara juga meminta agar tidak

lengah untuk mengembangkan kebijakan yang lebih efektif untuk

masalah itu. "Orang cerdas adalah orang yang mampu mengubah

krisis menjadi peluang," ujar SBY. Usai sambutan, Presiden

kemudian menekan tombol sebagai tanda diresmikannya Jakarta

Food Security Summit 2012, dilanjutkan dengan meninjau pameran

pangan nasional.

Wakil Menteri Pertanian meninjau pameran yang ditampilkan pada

pameran MDG’s Award 2012 di Balai Kartini, Jakarta.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 60

Hasil inovasi teknologi Puslitbangtan yang dipamerkan di stan

Kementerian Pertanian pada Pameran Jakarta Food Security

Summit pada 7-10 Februari 2012

Pameran 2nd Indonesia Climate Change Education Forum and Expo Assembly, Jakarta Covention Center (JCC)

Dewan Nasional Perubahan Iklim bekerja sama dengan The

Climate Reality Project Indonesia dan Cendekia Communications,

serta didukung oleh Kementerian Lingkungan Hidup

menyelenggarakan 2nd Indonesia Climate Change Education

Forum and Expo di Assembly Jakarta Convention Center (JCC),

pada tanggal 19-22 April 2012 dengan tema ”Response to Climate

Change” yang merupakan sarana perluasan informasi sekaligus

forum yang mengedepankan isu strategis perubahan iklim global

beserta dampaknya terhadap kepentingan pembangunan nasional.

Selain kegiatan pameran, juga diisi dengan acara Seminar Nasional

Perubahan Iklim, Dialog Interaktif, Talk Show, lomba kreativitas

solusi perubahan iklim, parade film pendek dan bedah buku.

Pameran 2nd Indonesia Climate Change Education Forum and Expo

diikuti 175 stand terdiri atas instansi pemerintah, badan PBB,

perusahaan swasta, aktivis, lembaga donor, dan lembaga

pendidikan bertujuan untuk memperlihatkan hasil kinerja para

peserta terhadap upaya mengurangi dampak perubahan iklim.

Pameran dan forum pendidikan seperti ini perlu didukung dan

diberikan ruang yang seluas-luasnya untuk penyebaran informasi

dampak dan solusi perubahan iklim. Untuk itu, berbagai kalangan

diharapkan turut mengambil peran dalam mengupayakan solusi

perubahan iklim. Tidak hanya para pengambil keputusan yang

memiliki tanggungjawab terhadap dampak perubahan iklim, namun

pelaku bisnis dan industri yang banyak berperan di sektor ekonomi

hendaknya dapat berjalan selaras demi mencapai solusi tersebut.

Kementerian Pertanian dihadapkan kepada tantangan

bagaimana memantapkan ketahanan pangan nasional yang

berkelanjutan dan meningkatkan melestarikan sumber daya alam

serta meningkatkan kepedulian terhadap ancaman pemanasan

global. Oleh sebab itu, strategi dan penyiapan teknologi menjadi

agenda penting dalam upaya pengembangan pertanian dalam

menghadapi keadaan itu. Puslitbang Tanaman Pangan

memamerkan inovasi teknologi berupa varietas unggul padi,

jagung dan kedelai yang mampu beradaptasi dengan perubahan

cuaca yang ekstrim seperti kekeringan dan kebanjiran, yaitu:

Poster Varietas Jagung Antisipasi Perubahan Iklim.

Benih unggul kedelai toleran kekeringan dan jenuh Air.

Benih unggul jagung toleran kekeringan, dan genangan.

Publikasi terbaru dan leaflet varietas unggul terbaru.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 61

Hasil inovasi Puslitbang Tanaman Pangan ini dipamerkan di

stan Kementerian Pertanian bersama Puslitbang Perkebunan,

Puslitbang Hortikultura, BBSDLP, BB Mektan, BB Pascapanen, dan

BB Padi. Pameran dibuka oleh Menteri Lingkungan Hidup,

Balthasar Kambuaya, yang diawali sambutan Amanda Katilionode,

panitia pelaksana, dan Rachmat Witoelar, Ketua Harian Dewan

Nasional Perubahan Iklim, dilanjutkan dengan peninjauan ke

beberapa stan peserta. Dalam sambutannya Menteri Balthazar

mengemukakan perubahan iklim merupakan akibat fenomena alam

dan perbuatan manusia. Untuk itu, setiap orang di seluruh dunia

pasti merasakan perubahan iklim ini dan berakibat begitu besar

terhadap kehidupan sehari-hari. Dengan keikutsertaan Puslitbang

Tanaman Pangan dalam pameran ini masyarakat pengguna dapat

memilih varietas apa yang dapat digunakan jika terjadi kekeringan

atau hujan yang terus-menerus.

Menteri Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya mengemukakan perubahan iklim merupakan akibat fenomena alam dan perbuatan manusia saat memberikan sambutan pembukaan 2

nd Indonesia

Climate Change Education Forum & Expo di Assembly Jakarta Convention Center (JCC) Kamis, 19 April 2012

Stand Badan Litbang Pertanian selalu ramai oleh pengunjung melihat hasil inovasi dampak perubahan iklim pada 2

nd Indonesia

Climate Change Education Forum & Expo di Assembly JCC.

Menteri Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya kagum atas upaya Badan Litbang Pertanian dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim dengan merakit varietas unggul tanaman pangan yang dapat

beradaptasi dalam keadaan kekeringan maupun kebanjiran

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 62

Pameran RITECH EXPO 2012

RITech Expo merupakan pameran tahunan yang

menampilkan berbagai hasil riset dan inovasi teknologi di

Indonesia. Inovasi Iptek dalam rangka memperingati hari

kebangkitan teknologi nasional ke-17 tahun 2012, yang

diselenggarakan oleh Kementerian Riset dan Teknologi

bertemakan ”Inovasi untuk Kemandirian Bangsa” di Sasana

Budaya Ganesha Institut Teknologi Bandung, Jl. Tamansari No. 8

Bandung, pada tanggal 8-11 Agustus 2012. Kegiatan peringatan

sebagai bagian dari upaya untuk mendorong peningkatan

pemanfaatan hasil-hasil inovasi untuk peningkatan daya saing

industri. Selain itu, pameran ini juga diharapkan dapat membantu

menyelesaikan berbagai permasalahan masyarakat dan

membangkitkan budaya inovasi dikalangan masyarakat.

Peserta pameran dari berbagai lembaga litbang kementerian/

lembaga, litbang pemerintah daerah, litbang universitas dan

penggiat IPTEK Indonesia memamerkan hasil-hasil riset dan

inovasi baik indoor maupun outdoor. Dalam hal ini Puslitbangtan

beserta jajarannya diminta untuk memamerkan produk hasil

penelitian terbaru sebagai berikut:

Poster Bima 10 Hibrida Biomas Tinggi

Benih Jagung varietas Bima 15 Sayang dan Benih gandum

Varietas Dewata

Tongkol jagung varietas Bima 10, Bima 11, Bima 12Q,

Bima 13Q, Bima 14 Batara, dan Bima 15 Sayang

Benih ubijalar varietas Sari dan galur ubijalar ungu MSU

03028-10

Produk olahan dari tepung ubijalar berupa kue Sweet

Potato Choco Chips, Kastangel, DS Dress, Stick Mocaf,

Lidah Kucing, Sweet Potato Stick, kue semprit

Produk olahan tepung ubikayu berupa bola-bola Casava

Produk olahan dari bahan jagung berupa kue jagung rasa

coklat kenari, kue jagung rasa krispi, Creacker jagung rasa

kelapa. Creacker jagung rasa emping, jipang jagung gula

merah, marning jagung rasa asin dan pedas

Leaflet varietas unggul kedelai, kacang tanah, kacang

hijau, ubijalar dan ubikayu

Booklet Resep Produk Olahan dari Umbni-umbian dan

Kacang-kacangan

Leaflet jagung Bima 1- Bima 11, Anoman I, Gumarang

Hasil inovasi Puslitbangtan ini dipamerkan di stan Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian bersama-sama instansi

lainnya lingkup Badan Litbang Pertanian. Pameran dibuka oleh

Bapak Menteri Negara Riset dan Teknologi Gusti Muhammad

Hatta. Dalam sambutannya, Menristek mengatakan bahwa RiTech

Expo merupakan momentum yang tepat untuk meningkatkan

kontribusi IPTEK bagi kesejahteraan rakyat. Tema "Inovasi untuk

Kemandirian Bangsa" pun diusung sebagai tema utama pada

tahun ini. Menurut Muhammad Hatta, tema ini dipilih agar

penelitian dan pengembangan IPTEK lebih bertumpu pada

kebutuhan riil masyarakat, sehingga dapat dicari solusi untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat serta mendorong pemenuhan

kebutuhan riset yang aplikatif.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 63

Menteri Negara Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta saat

membuka RITech Expo 2012 dalam rangka memperingati hari

kebangkitan teknologi nasional di Sabuga ITB Bandung

Kepala Badan Litbang Pertanian, Dr. Haryono mengunjungi stan

pameran dalam rangka memperingati hari kebangkitan teknologi

nasional di Sabuga ITB Bandung.

Produk olahan dari umbi-umbian dan jagung hasil inovasi

Puslitbangtan dipamerkan di stan Badan Litbang Pertanian pada

RITech Expo 2012 di Sabuga ITB Bandung

International Maize Conference

International Maize Conference (IMC) yang diadakan pada 22

- 24 November 2012 di Gorontalo ini dihadiri oleh berbagai negara

dan pengusaha yang terkait dengan jagung dunia. Kegiatan ini

merupakan wahana komunikasi bagi para pengambil kebijakan,

pertukaran penelitian dan pemaparan informasi hasil-hasil

penelitian mutakhir yang dilakukan para peneliti, praktisi dan

digunakan oleh para pengusaha yang berkaitan erat dengan

komoditas jagung. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk

membangun jejaring kerjasama internasional untuk

pengembangan jagung bagi para peneliti, pengusaha, dan

pemerintah, percepatan proses alih teknologi dan inovasi tanaman

jagung kepada pengguna, serta meningkatkan apresiasi para

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 64

peserta IMC dan masyarakat pelaku agribisnis terhadap inovasi

tanaman jagung dan produk olahan berbahan baku jagung untuk

memacu pembangunan pertanian.

Berbagai agenda kegiatan diadakan dalam IMC 2012 seperti

seminar internasional yang membahas Agribusiness of Maize –

Livestock Intergration, yang diikuti 16 pembicara dari berbagai

Negara, selain itu juga dilakukan pameran untuk memperkenalkan

berbagai produk olahan pangan yang berbahan baku jagung,

maupun produk industri limbah jagung seperti tongkol jagung

yang dapat diolah menjadi biofuel, pengganti sterofoem, dan

sebagainya.

Temu bisnis dan temu investasi juga tidak dilupakan dalam

kegiatan ini untuk mempertemukan antara pengusaha jagung

dengan gubernur sentra produksi jagung yang diwakili oleh Wakil

Gubernur Lampung, Gorontalo dan Sumatera Barat. Targetnya

adalah untuk membangun kemitraan antara industri pakan ternak

nasional, industri pangan nasional, indstri benih dengan produsen

jagung. Seluruh peserta juga diajak ke gelar teknologi di Desa

Tenilo, Kabupaten Limboto, Gorontalo untuk melihat berbagai

varietas jagung terbaru hasil para peneliti dari Badan Litbang

Pertanian maupun perusahaan swasta serta memperkenalkan

sistem integrasi tanaman jagung dengan ternak sapi. Khusus

untuk integrasi tanaman jagung dengan ternak sapi ini paket

teknologinya meliputi model gudang, bank pakan ternak, persiapan

pakan ternak dengan pemanfaatan limbah dan produk sampingan

dari jagung, sistem pengolahan kotoran sapi menjadi biogas dan

pemanfaatannya, teknologi pemeliharaan ternak termasuk

pembibitan, pakan dan manajemen pengendalian penyakit.

Seminar International Maize Conference tanggal 22-24

November 2012 di Gorontalo

Gelar Teknologi

Salah satu agenda penting dalam acara International Maize

Conference, IMC di Gorontalo 22-24 November 2012 adalah gelar

teknologi jagung dan ternak berbasis zero waste. UK/UPT lingkup

Badan Litbang Pertanian yang terkait dengan kegiatan gelar

teknologi seperti Balai Penelitian Tanaman Serealia, Loka Penelitian

Sapi Potong, Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-Umbian

pun terus bekerja tanpa kenal lelah untuk mempersiapkan gelar

tekologi yang akan dihadiri oleh Bapak Wakil Menteri Pertanian

serta Ka Badan Litbang Pertanian, Dr Haryono. Acara yang

ditunggu-tunggu oleh masyarakat pun tiba, rombongan wakli

menteri pertanian yang didampingi oleh Gubernur Gorontalo Rusli

Habibie serta Kepala Badan Litbang Pertanian berkenan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 65

mengunjungi lapangan pada tanggal 22 November, sore harinya.

Kunjungan wamentan dan rombongan disambut dengan antusias

oleh masyarakat setempat. Wamentan berkesempatan

mengunjungi lokasi gelar varietas jagung yang memeragakan

varietas-varietas unggul baru hasil Badan Litbang Pertanian seperti

jagung hibrida varietas Bima 3, Bima 7, Bima 9, dan Bima 10,

untuk jenis jagung pangan fungsional akan di tanam varietas Bima

12-Q dan Provit-A, sedang untuk jagung Komposit di tanam

varietas Lamuru dan Sukmaraga.

Selain melihat performance tanaman jagung yang

mengundang decak kagum wakil menteri, juga dilakukan

kunjungan pada saung agro inovasi, lokasi demplot kacang-

kacangan dan umbi-umbian serta kunjungan ke kandang sapi

komunal yang mana penyediaan pakannya menggunakan metode

pakan konsentrat. Wakil menteri dalam sambutannya pada acara

ramah tamah dengan warga menyatakan bahwa badan litbang

telah menyulap lokasi Desa Tenilo menjadi daerah percontohan

sistem integrasi ternak-tanaman berbasis zero waste. Wamentan

berharap peninggalan litbang tersebut dipelihara dan terus

dilanjutkan sehingga dapat menjadi pilot projek percontohan sistem

integrasi ternak-tanaman khususnya di wilayah Gorontalo.

Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie menyampaikan keinginan untuk

mengmbangkan salah satu varietas litbang yang mempunyai

potensi biomas tinggi untuk dijadikan hijaun ternak. Mudah-

mudahan IMC dapat menjadi jembatan bagi penyebarluasan

teknologi litbang kepada masyarakat.

Kunjungan lapang dan diskusi interaktif antara pakar international

CIMMYT dengan petani jagung di Gorontalo

Kunjungan lapang Wakil Menteri Pertanian di lokasi gelar

teknologi tanaman jagung Badan Litbang Pertanian.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 66

Hari Pangan Sedunia

Puncak peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) yang ke 31

tahun ini dipusatkan di Propinsi Gorontalo yang jatuh pada tanggal

20-23 Oktober 2012. Peringatan hari pangan sedunia ini di hadiri

oleh Wakil Presiden Boediono, Perwakilan Organisasi Pangan dan

Pertanian (FAO), James Mc Grane, perwakilan negara sahabat,

serta peserta dari instansi terkait. Balitsereal bersama-sama

dengan Balit/puslit lingkup Badan Litbang Pertanian telah

melakukan demplot hasil-hasil penelitian Balitsereal seperti Jagung

Hibrida Bima 13Q, Bima 12Q, Bima 11, Bima 10, Bima 9, Bima 6,

Bima 4, Bima 3, Bima 2 dan Jagung Pulut. Disela-sela kunjungan

lapang, Wapres Boediono menyempatkan mengunjungi demplot

jagung varietas Bima 10 dan berdialog dengan Kepala Balitsereal

seputar keunggulan komparatif jagung varietas Bima 10

dibandingkan jagung swasta multinasional.

Varietas Bima 10 merupakan hasil persilangan galur elit

Balitsereal dengan tingkat adaptasi yang tinggi pada lingkungan

tercekam, seperti kekeringan. Potensi hasil jagung Bima 10

mencapai >13 t/ha. Selain melakukan demplot pertanaman,

Puslitbangtan melalui Balitsereal juga berpartisipasi aktif pada

pameran dalam rangka HPS. Sejumlah materi pameran ditampilkan

diantaranya pameran hasil-hasil penelitian, produk olahan

berbahan dasar jagung menunjang program diversifikasi pangan,

demo cara membuat aneka olahan (sirup jagung, jus jagung, kue

jagung, jagung rebus dan lainnya). Selain itu juga disediakan

cetakan-cetakan seperti leaflet varietas, poster inovasi teknologi,

dan alsintan.

Kunjungan Wakil Presiden RI, Mensesneg, dan Menteri

Pertanian pada acara Hari Pangan Sedunia

Publikasi Hasil Penelitian

Diseminasi teknologi tanaman pangan untuk

menyebarluaskan teknologi baru kepada pengguna baik melalui

ekspose maupun penerbitan berbagai publikasi ilmiah, antara lain:

Inovasi teknologi berbasis ketahanan pangan berkelanjutan

buku 3

Perubahan iklim dan inovasi teknologi produksi tanaman

pangan

Teknik ubinan panduan produktivitas padi menurut jarak tanam

Pedoman umum PTT ubi jalar

Pedoman umum PTT ubi kayu

Iptek tanaman pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 67

Jurnal penelitian tanaman pangan volume 31 nomor 1 tahun

2012

Jurnal penelitian tanaman pangan volume 31 nomor 2 tahun

2012

Berita Puslitbangtan No. 50

Berita Puslitbangtan No. 51

Laporan tahunan penelitian padi dan palawija 2011

Outcome hasil penelitian tersebar dan diketahui dengan cepat

oleh pengguna petani, pemerintah (pusat dan daerah), swasta,

LSM, dan khalayak umum lainnya.

Publikasi hasil penelitian tanaman pangan 2012

Tampilan website lingkup Puslitbangtan membantu menyebarkan

inovasi melalui internet.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 68

Tabel 8. Makalah ilmiah yang diterbitkan melalui Jurnal

Penelitian Tanaman Pangan 2012.

No Judul Tulisan Penulis

1 Genetic parameter of new plant type rice Lestari

2 Daya saing kedelai di lahan sawah Kristiana

3 Pengendalian kutu kebul pada kedelai Inayati dkk

4 Heritabilitas dan kemajuan genetik kedelai Hakim dkk

5 Pupuk Nitrogen pada jagung hibrida Efendi

6 Karakter kacang hijau di lingkungan naungan Sundari

7 Pengairan dan dolomit pada kacang tanah Rahmianna

8 Varietas klon ubikayu genjah tahan tungau Indiati

9 Sorgum untuk bahan baku ethanol Pabendon

10 Genotipe padi umur pendek Yamin

11 Stabilitas hasil beberapa galur padi Sitaresmi

12 Stabilitas hasil padi hibrida Widyastuti dkk

13 Perendaman dan pemupukan pada padi Ikhwani dkk

14 Komponen volatil tanaman padi sebagai pakan alami tikus sawah

Mardiah dkk

15 Ketahanan genotipe padi terhadap Xo Susanto dkk

16 Biologi wereng batang coklat Rahmini

17 Varietas kedelai toleran naungan Sundari dkk

18 Karakteristik fisik edible film umbi-umbian Yulianti dkk

19 Pemupukan pada padi sawah Zulkifli Zaini

20 Perkembangan biotipe hama wereng coklat Baehaki

21 Varietas unggul padi tahan tungro Ladja dkk

22 Jagung bersari bebas dalam usahatani Zubachtirodin dkk

23 Pembentukan varietas jagung kaya vitamin A Yasin

24 Optimasi pemupukan NPK kedelai di sawah Manshuri

25 Menuju swasembada kedelai Tastra

26 Sorgum sebagai bahan pangan fungsional Suwarni

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 69

3.3. AKUNTABILITAS KINERJA KEUANGAN

3.3.1. Alokasi Anggaran Lingkup Puslitbangtan

Pagu anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan tahun

anggaran 2012 Rp. 136.172.889.000, terdiri dari belanja pegawai

Rp.48.868.597.000, belanja barang Rp.64.927.310.000,- dan

belanja modal Rp.22.376.982.000,-. Anggaran tersebut tersebar di

lingkup Puslitbangtan, dengan rincian sebagai berikut: a)

Puslitbangtan Rp. 19.979.383.000, b) Balai Besar Padi Rp.

53.740.294.000,- c) Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-

Umbian Rp. 29.478.734.000,- d) Balai Penelitian Tanaman Serealia

Rp. 28.597.796.000,- dan e) Loka Penelitian Penyakit Tungro Rp.

4.376.682.000,-.

3.3.2. Realisasi Anggaran

Total anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan TA 2012

sebesar Rp.136.172.889.000, sedangkan realisasi anggaran lingkup

Puslitbang Tanaman Pangan sampai dengan 31 Desember 2012

sebesar Rp.130.816.000.738,- atau 96,07% terdiri dari belanja

pegawai Rp. 46.898.639.198,- (95,97%), belanja barang Rp.

63.010.697.668,- (97,05%), dan belanja modal Rp.

20.906.663.872,- (93,43%).

3.3.3. Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan peraturan yang

berlaku juga diwajibkan untuk mengumpulkan dan menyetorkan

penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Secara umum target yang

ditetapkan dapat tercapai bahkan terlampaui (tercapai 190,65%

dari target tahun 2012).

Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak lingkup Puslitbang

Tanaman Pangan sampai dengan akhir bulan Desember 2012

sebesar Rp. 4.085.082.692,- (129,86%) dari target PNBP sebesar

Rp. 3.145.724.724,- yang terdiri dari target penerimaan umum Rp.

115.622.564,- dan penerimaan fungsional Rp. 3.030.102.160,-

dengan realisasi penerimaan umum Rp. 228.400.192,- (197,54%)

dan penerimaan fungsional Rp. 3.856.682.500,- (127,28%).

3.3.4. Analisis Akuntabilitas Keuangan

Capaian kinerja akuntabilitas keuangan Puslitbang Tanaman

Pangan berdasarkan kelompok kegiatan dan sasaran penelitian

pada umumnya telah berhasil dalam mencapai sasaran dengan

baik. Tahun anggaran 2012 untuk pagu biaya operasional

berdasarkan kelompok kegiatan dan sasaran sebesar Rp.

41.449.349.000,- sedangkan realisasinya sebesar Rp.

40.926.342.474 atau 98,74% dengan perincian seperti terlihat

pada Tabel 9.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 70

Tabel 9. Akuntabilitas keuangan Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan indikator sasaran kegiatan TA. 2012.

No Indikator Sasaran Kegiatan Anggaran Realisasi %

1. Tersedianya informasi sumber

daya genetik tanaman pangan

a. Peningkatan sumber genetik koleksi plasma nutfah

padi karakterisasi, verifikasi, dan rejuvinasi untuk

perbaikan sifat varietas padi

b. Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah

tanaman aneka kacang dan ubi secara

konvensional, serta memanfaatkan teknologi DNA

c. Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi

sumber daya genetik jagung genjah, sorgum manis,

gandum tropis, dan jawawut

600.000.000

151.780.000

362.978.000

597.868.000

151.342.555

354.677.200

99,64

99,71

97,71

2. Terciptanya varietas unggul baru

tanaman pangan

a. Perakitan varietas unggul baru padi

b. Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka

kacang dan ubi

c. Perakitan varietas unggul baru jagung dan serealia

lainnya

6.550.000.000

2.133.337.000

3.352.627.000

6.543.642.000

2.117.952.262

3.343.796.562

99,90

99,28

99,46

3. Tersedianya teknologi budi daya,

panen, dan pascapanen primer

tanaman pangan

a. Teknologi budi daya tanaman padi

b. Pengembangan Teknik Peringatan Dini di Pesema-

ian dan Tanaman Umur Muda serta Pengendalian

Penyakit Tungro untuk menekan Kehilangan Hasil

c. Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi

d. Teknologi budi daya tanaman serealia

4.850.000.000

1.287.700.000

1.098.500.000

996.031.000

4.785.066.200

1.272.633.000

1.079.094.005

990.680.005

98,66

98,83

98,23

99,46

4. Tersedianya benih sumber

varietas unggul baru padi,

jagung, kedelai untuk penyebaran

varietas berdasarkan SMM ISO

9001-2008

a. Penyediaan benih sumber varietas unggul padi

b. Penyediaan benih penjenis kedelai dan benih

sumber aneka kacang dan ubi

c. Produksi benih sumber jagung

6.480.000.000

1.389.800.000

1.377.398.000

6.431.357.000

1.388.024.800

1.366.593.725

99,25

99,87

99,22

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 71

Tabel 9. (lanjutan)....................

No Indikator Sasaran Kegiatan Anggaran Realisasi %

5. Tersedianya kebijakan pengembangan

tanaman pangan

a. Analisis kebijakan pengembangan tanaman

pangan

1.030.000.000 1.016.301.000 98,67

6. Terselenggaranya diseminasi teknologi

tanaman pangan

1. Pengembangan sistem informasi komunikasi,

diseminasi dan umpan balik inovasi padi

2. Pengembangan diseminasi dan penjaringan

umpan balik teknologi aneka kacang dan ubi

3. Penyebarluasan dan alih teknologi inovasi

produksi serealia

4. Pengembangan sumber daya informasi

IPTEK, diseminasi dan jaringan umpan balik

tanaman pangan

3.200.000.000

1.389.800.000

1.377.398.000

3.822.000.000

3.167.272.750

1.388.024.800

1.366.593.725

3.565.422.885

98,98

99,87

99,22

99,35

TOTAL 41.449.349.000 40.926.342.474 98,74

Kinerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

pada tahun 2012 dapat dilihat pada rekapitulasi capaian kinerja

dengan rata-rata 132,90%. Pencapaian kinerja tersebut dapat

digolongkan dalam kategori sangat berhasil. Hal ini berdasarkan

capaian indikator kinerja dari setiap sasaran kegiatan yang telah

ditetapkan.

Beberapa varietas unggul baru padi, jagung, kedelai, kacang

tanah, dan ubikayu telah dilepas tahun 2012 dan telah

disebarluaskan melalui BPTP dan disosialisasikan kepada pengguna

melalui berbagai kegiatan diseminasi. Varietas unggul yang telah

dilepas telah tersedia benihnya untuk bahan perbanyakan benih di

UPBS dan disebarluaskan kepada petani penangkar maupun swasta

yang telah memiliki lisensi.

Berbagai inovasi teknologi yang telah dihasilkan Puslitbang

Tanaman Pangan diharapkan dapat mendukung 4 sukses

Kementerian Pertanian. Selanjutnya tidak hanya peningkatan

kesejahteraan petani dan pembangunan pertanian, tetapi juga

meningkatnya pembangunan ekonomi nasional dan kesejahteraan

penduduk Indonesia pada umumnya.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 72

Tabel 10. Rekapitulasi capaian kinerja Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2012.

Sasaran Kegiatan Judul Kegiatan Persentase Kegiatan

Tersedianya informasi sumber daya genetik

tanaman pangan

a. Peningkatan sumber genetik koleksi plasma nutfah padi karakterisasi,

verifikasi, dan rejuvinasi untuk perbaikan sifat varietas padi

b. Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah tanaman aneka kacang

dan ubi secara konvensional, serta memanfaatkan teknologi DNA

c. Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi sumber daya genetik

jagung genjah, sorgum manis, gandum tropis dan jawawut

174,8

272,4

107,9

Terciptanya varietas unggul baru tanaman

pangan

a. Perakitan varietas unggul baru padi

b. Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka kacang dan ubi

c. Perakitan varietas unggul baru jagung dan serealia lainnya

200,0

150,0

100,0

Tersedianya benih sumber varietas unggul

baru padi, jagung, kedelai untuk penyebaran

varietas berdasarkan SMM ISO 9001-2008

a. Penyediaan benih sumber varietas unggul padi

1. BS

2. FS

3. SS

b. Penyediaan benih sumber kedelai dan aneka kacang dan ubi

1. BS

2. FS

3. NS

c. Produksi benih sumber jagung

1. BS

2. FS

3. F1

105,7

100,8

108,8

Tersedianya teknologi budi daya, panen, dan

pascapanen primer tanaman pangan

a. Teknologi budi daya tanaman padi dan Pengembangan teknik

peringatan dini di pesemaian dan tanaman umur muda, serta

pengendalian penyakit tungro untuk menekan kehilangan hasil

b. Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi

c. Teknologi budi daya tanaman serealia

200,0

150,0

100,0

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 73

Tabel 10. Lanjutan .........

Tersedianya kebijakan pengembangan

tanaman pangan

Analisis kebijakan pengembangan tanaman 100,0

Terselenggaranya diseminasi teknologi

tanaman pangan

a. Pengembangan sistem informasi komunikasi, diseminasi dan umpan

balik inovasi tanaman padi

b. Pengembangan diseminasi dan penjaringan umpan balik teknologi

aneka kacang dan ubi

c. Penyebarluasan dan alih teknologi inovasi produksi serealia

d. Pengembangan sumber daya informasi IPTEK, diseminasi, dan

jaringan umpan balik tanaman pangan

100,0

100,0

100,0

100,0

Rata-rata 133,5

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 74

IV. PENUTUP

4.1. KEBERHASILAN

Kontribusi nyata Puslitbang Tanaman Pangan adalah varietas

unggul baru padi dan palawija, teknologi budi daya panen dan

pascapanen, benih sumber, serta kebijakan tanaman pangan, turut

mewarnai keberhasilan pencapaian swasembada beras dan jagung

sejak tahun 2008. Puslitbang Tanaman Pangan terus berupaya

memacu kinerja melalui penyusunan program secara komprehensif

sesuai dengan keinginan pengguna dan program pembangunan

pertanian dari Kementerian Pertanian. Produksi dan produktivitas

tanaman pangan akan terus dipacu untuk mencapai swasembada

padi dan jagung berkelanjutan, serta pencapaian swasembada

kedelai tahun 2014.

Produksi padi dan jagung masing-masing naik 4,87% dan

7,47% bila dibandingkan dengan tahun lalu. Demikian disampaikan

Menteri Pertanian, Suswono saat ditemui di Jakarta, Jumat

28/12/2012, yang dimuat di situs INILAH.COM. Tahun 2012

produksi padi mencapai 68,9 juta ton atau naik 3,20 juta ton

(4,87%), sementara produksi jagung 18,9 juta ton atau naik 1,32

juta ton (7,47%). Hanya kedelai saja yang turun 68 ribu ton atau

8% dari capaian produksi 783 ribu ton," kata Suswono.

Dibandingkan tahun 2011, produksi padi mencapai 65,7 juta ton,

aementara jagung dan kedelai masing-masing 17,6 juta ton dan

851 ribu ton. Menteri Pertanian mengatakan bahwa peningkatan

produksi padi dan jagung tahun ini didorong oleh peningkatan

penerapan budi daya teknologi anjuran, penurunan luas serangan

organisasi penganggu tanaman (OPT) dan dampak perubahan iklim

(DPI), serta penurunaan susut hasil panen. Di samping itu juga

didukung dengan meningkatnya integrasi dan sinergitas program

dan kegiatan antar-sektor, subsektor, dan stakeholder sesuai

dengan Inpres No 5 Tahun 2011, tentang pengamanan produksi

beras nasional dalam mengantisipasi kondisi iklim ekstrim.

Bila dibandingkan dengan kebutuhan produksi padi tahun

2012 (ARAM) II mencapai swasembada dengan indeks 116,6% dan

surplus beras sebanyak 5,73 juta ton. Jagung surplus 4,25 juta ton

atau dengan indeks swasembada 131,5%. Sementara kedelai

masih defisit 1,50 juta ton atau indeks swasembada baru mencapai

34,3%. "Dibandingkan dengan target produksi 2012, produksi padi

mencapai 101,6%, jagung 100,5% dan kedelai 78,3%," tambah

Menteri Pertanian.

Keberhasilan ini didukung oleh Menteri Koordinator

Perekonomian, Dr. Ir. Hatta Rajasa yang memberikan apresiasi atas

kinerja Kementerian Pertanian sepanjang tahun 2012. Apalagi,

selama tahun tersebut, inflasi Indonesa di bawah 4 persen. “Saya

apresiasi kinerja Kementan sepanjang tahun lalu, apalagi melihat

inflasi kita yang di bawah 4 persen. Karena salah satu hal yang

mempengaruhi inflasi adalah ketersediaan pangan. Yang

menggembirakan lagi, ketersediaan pangan ini dibarengi dengan

kondisi petani yang membaik sehingga mereka bisa bekerja dengan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 75

gembira,” jelasnya pada acara Rapat Kerja Nasional Pembangunan

Pertanian (Rakernas Kementan) 2013, di Kementan, Jakarta, Rabu

(16/1/2013). Lebih lanjut dikatakan Hatta Rajasa bahwa sekitar 60

hingga 70 persen penghasilan masyarakat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan pangan karena itu ketersediaan beras di

pasaran dan harga yang stabil sangat berpengaruh. “Kalau harga

beras melonjak maka kemiskinan akan semakin banyak,” katanya.

Terkait dengan pelaksanaan diversifikasi pangan, Hatta

berkomitmen untuk mendukung program tersebut. “Saya dukung

1000 persen program diversifikasi pangan Kementerian Pertanian.

Bahkan sudah lama, setiap rapat di Kementerian Perekonomian

selalu disajikan produk pangan lokal seperti ubi dan jagung,”

jelasnya. Lebih lanjut, Hatta optimis produksi beras yang

ditargetkan Kementan pada 2012 untuk surplus 5 persen beras bisa

berhasil sesuai perkiraan Kementan meskipun BPS belum

mengumumkan hal tersebut. “Saya yakin angka (surplus beras) 5

persen bisa dicapai. Bila Kementan berhasil mencapai target-

targetnya dan terus meningkatkan kinerja, hal tersebut akan

berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Kesuksesan

kita akan bermuara pada kesejahteraan petani, dan kesejahteraan

bangsa Indonesia," katanya.

Produksi padi di Indonesia cukup tinggi dibandingkan dengan

produksi di Filipina seperti dilaporkan dari Provinsi Eastern Samar.

Pada tahun 2012, propinsi ini mencatat 59.412 metrik ton (MT)

produksi berasnya daripada tahun 2011 produksinya hanya 53.632

MT. Ini kinerja produksi dipicu oleh hasil rata-rata per hektar

meroket sebesar 2,82 MT per hektar atau naik 7,20 persen dari

hasil rata-rata 2.011 2,6 MT per hektar.

Kajian Mahbub Hossain dan Narciso dari International Rice

Research Institute (2002) menunjukkan rata-rata produktivitas

usahatani padi di lahan irigasi di Indonesia sudah mencapai 6,4

ton/hektar, kedua tertinggi di Asia Timur dan Asia Tenggara setelah

China (7,6 ton/hektar). Potensi peningkatan produktivitas hanya

sekitar 0,5–1,0 ton/hektar dengan input yang kian mahal.

4.2. HAMBATAN/MASALAH

Puslitbang Tanaman Pangan merupakan lembaga penelitian

pada tanaman semusim seperti padi, jagung, kedelai, kacang-

kacangan, dan umbi-umbian lainnya. Dalam melaksanakan kegiatan

penelitian ini sangat bergantung pada kondisi lingkungan seperti

temperatur, iklim, dan musim. Kondisi lapang yang tak terduga

terkadang menyebabkan munculnya serangan hama dan penyakit

yang meski sudah diantisipasi tetap tidak dapat terkendali. Seperti

halnya hama tikus atau jenis hama dan penyakit lainnya yang

mempengaruhi hasil penelitian di lapang.

Seperti kedelai misalnya, tahun 2012 belum mencapai

produksi yang menggembirakan. Peningkatan produksi kedelai

dihadapkan pada beberapa kendala antara lain persaingan dengan

komoditas lain yang lebih menguntungkan, seperti padi, jagung

dan komoditas lainnya. "Belum adanya jaminan pemasaran hasil,

harga kedelai impor yang lebih murah dan risiko kegagalan usaha

tani kedelai. Serta rentannya kedelai terhadap serangan OPT dan

DPI dan tidak tersedianya tambahan lahan untuk perluasan areal

juga menjadi faktor utama," kata Menteri Pertanian beberapa

waktu lalu.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 76

Pengaruh pemanasan global juga terasa di lapang seperti

penentuan saat musim hujan tiba atau awal musim kemarau sangat

sulit diprediksi. Hal ini mempengaruhi saat penentuan musim

tanam dan pelaksanaan penelitian di lapang.

4.3. PEMECAHAN MASALAH

Solusi untuk menghadapi berbagai kendala di lapang terus

dilakukan baik dengan memanfaatkan inovasi teknologi yang telah

dihasilkan melalui penelitian, maupun meningkatkan kerja sama

dengan berbagai pihak, terutama penyuluh lapang dan pemerintah

daerah. Penyebarluasan inovasi teknologi baik melalui media cetak,

ekspose lapang, dan media elektronik sangat bermanfaat dengan

meningkatnya adopsi teknologi yang telah dihasilkan. Termasuk

pula pengembangan melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman

Terpadu (SL-PTT) di seluruh Indonesia. Memperbanyak jumlah

Demplot di berbagai daerah ditengarai mampu meningkatkan

adopsi varietas unggul baru dan teknologi produksi lainnya.

Terbukti, Kabupaten Aceh Timur siap untuk mendukung

program pemerintah pusat untuk pencapaian swasembada kedelai

2014. Selanjutnya Bupati mengatakan tekad mengembalikan

Kabupaten Aceh Timur sebagai sentra produksi di NAD telah

menyiapkan lahan untuk kedelai seluas 35.000 ha, di kawasan

lahan sawah tadah hujan, lahan kering, dan perkebunan dengan

sasaran produktivitas di atas 1,7 t/ha. Kepala Badan Litbang

Pertanian, Dr. Haryono mengatakan bahwa Badan Litbang

Pertanian telah mempunyai teknologi budi daya kedelai spesifik

lokasi, yang dirakit dari komponen teknologi yakni varietas unggul,

benih berkualitas, teknologi budi daya spesifik lokasi (untuk lahan

sawah, sawah tadah hujan, lahan kering, kering masam dan

tumpangsari dengan tanaman karet dan sawit muda) melalui

pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Penerapan

teknologi budi daya kedelai spesifik lokasi melalui pendekatan PTT

telah diteliti di berbagai lokasi mampu meningkatkan produksi 1,3

t/ha dari rata-rata nasional menjadi 1,7 – 2,77 t/ha. Badan Litbang

Pertanian siap membantu Kabupaten Aceh Timur untuk

mengembalikan menjadi daerah sentra produksi kedelai.

Wakil Menteri Pertanian beberapa waktu lalu berkesempatan

mengunjungi kelompok tani yang sedang belajar di Laboratorium

Lapang SL-PTT kedelai dipandu oleh THL di Kabupaten Jember,

Jawa Timur. Wamentan di tengah-tengah petani SLPTT kedelai

mengemukakan bahwa produksi kedelai nasional untuk semester

dua 2012 ini baru mencapai sekitar 750 ton, sementara kebutuhan

tahun 2012 adalah 1,9 juta ton. Oleh karena itu, kekurangan

kedelai dalam negeri hingga kini mencapai 66% yang harus

dipenuhi dari impor terutama dari Amerika. Musibah kekeringan

yang terjadi Amerika menyebabkan pasokan kedelai di Indonesia

menjadi berkurang dan harga kedelai pada bulan lalu mencapai Rp

8.000/kg. Kejadian ini merupakan moment terbaik bagi petani

untuk menanam kedelai dan meningkatkan produksi kedelai. Untuk

memperbaiki stabilitas harga kedelai pada tahun mendatang,

pemerintah akan menentukan harga dasar (HPP) seperti pada

komoditas padi, merevitalisasi kelembagaan sistem perbenihan di

negeri ini dan memberikan bantuan benih kedelai dalam bentuk

PSO (Public Supplier Obligation) dan menghapus BLBU.