kti evi
TRANSCRIPT
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. W
DENGAN ABORTUS INKOMPLIT G1P0A1
DI RUANG NUSA INDAH RSUD dr. SOESELO SLAWI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk MenyelesaikanTugas Akhir Ahli Madya Keperawatan
Akademi Keperawatan Al Hikmah 2 Brebes
OLEH :
EVI MU’AFIYAH
NIM: 09.110
YAYASAN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AL HIKMAH 2
AKADEMI KEPERAWATAN AL HIKMAH 2 BREBES
BENDA SIRAMPOG BREBES
2012
1
HALAMAN PERSETUJUAN
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. W
DENGAN ABORTUS INKOMPLIT G1P0A1
DI RUANG NUSA INDAH RSUD dr. SOESELO SLAWI” :
Diterima dan Disetujui Untuk Dipertahankan
Kepada Penguji
Pembimbing I Pembimbing II
Arisnawati, S.Kep Hj. Iftikhatun Afifah, S.Kep
2
HALAMAN PENGESAHAN
Dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Akhir Program Karya Tulis Ilmiah
Akademi Keperawatan Al Hikmah 2 Brebes
Pada Tanggal 10 Juni 2012
PANITIA PENGUJI
Nama Tanda Tangan
Penguji I : Nur Umi Aminatus S, S.Kep., Ns ………………………………..
Penguji II : Arisnawati, S.Kep ………………………………..
Penguji III : Hj. Iftikhatun Afifah, S.Kep ………………………………..
Mengetahui,
Direktur Akademi Keperawatan Al Hikmah 2 Brebes
dr. H. Zunan Arif Budi Santoso, MM
3
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Evi Mu’afiyah
Tempat Tanggal Lahir : Cirebon, 8 November 1990
Agama : Islam
Alamat : Wargabinangun RT/RW 02/03 Kaliwedi Cirebon
Nama Ayah : H. Afif
Nama Ibu : Faizah
Pendidikan :
1. TK Raudhotul Athfal Wargabinangun,
Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon,
Lulus tahun 1997.
2. MI Al Wathaniyah Wargabinangun, Kecamatan
Kaliwedi, Kabupaten Cirebon, Lulus Tahun
2002.
3. MTs Al Wathaniyah Wargabinangun,
Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon,
Lulus Tahun 2005.
4. MA Al Hikmah 2 Benda, Kecamatan Sirampog,
Kabupaten Brebes, Lulus Tahun 2008.
5. AKPER AL HIKMAH 2 Benda, Kecamatan
Sirampog, Kabupaten Brebes, Lulus Tahun
2012.
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan dan
menyusun Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. W DENGAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUANG NUSA
INDAH RSUD dr. SOESELO SLAWI” tanpa halangan apapun.
Karya tulis ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Al Hikmah 2 Benda
Brebes. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dorongan, do’a serta kerja sama yang baik dari semua pihak, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Untuk itu, pada kesempatan
yang baik ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. KH. Sholahudin Masruri, S.Pd.I selaku pengasuh pondok pesantren Al
Hikmah 2 Brebes.
2. dr. H. Zunan Arif Budi Santoso, MM selaku direktur Akper Al Hikmah 2
Brebes.
3. dr. Widodo Joko Mulyono, MMR. M.Kes selaku kepala RSUD dr. Soeselo
Slawi.
4. Ismatum, S.Kep., Ns selaku kepala ruang Nusa Indah.
5. Arisnawati, S.Kep selaku dosen pembimbing akademik I.
6. Hj. Iftikhatun Afifah, S.Kep selaku dosen pembimbing akademik II.
5
7. Para dosen dan staff karyawan Akper Al Hikmah 2 yang telah memberikan
dan mengarahkan dalam segala hal yang belum kami ketahui.
8. Teman – teman sejawat yang telah memberi semangat kepada saya.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan para pembaca umumnya.
Benda, 10 Juni 2012
Penulis
6
MOTO DAN PERSEMBAHAN
“ Kejayaan adalah tujuan kita, walaupun sulit untuk meraihnya, sesungguhnya
masa muda yang diisi dengan kekosongan dan hanya mengejar sebuah materi
adalah perusak dari segala kerusakan seseorang”
Kupersembahkan karya yang sederhana ini kepada :
1. Untuk Bapak dan Ibu tersayang yang senantiasa memberikan do’a dan
dukungan material.
2. Adik - adik yang tercinta yang selalu memberikan motivasi.
3. Rekan - rekan seangkatan yang telah memberikan saran dan motivasi dalam
penyusunan karya tulis ini.
4. Seseorang yang selalu ada di hatiku yang telah memberikan do’a dan
dukungan.
7
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................. i
Halaman Persetujuan ................................................................................... ii
Lembar Pengesahan .................................................................................... iii
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................. iv
Halaman Persembahan ................................................................................ v
Halaman Kata Pengantar ............................................................................. vi
Moto dan Persembahan ............................................................................... vii
Daftar Isi ..................................................................................................... viii
Daftar Gambar ............................................................................................. x
Daftar Tabel ................................................................................................ xi
Daftar Lampiran .......................................................................................... xii
Daftar Singkatan ......................................................................................... xiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.............................................................................. 3
C. Metode Penulisan............................................................................. 4
D. Sistematika Penulisan...................................................................... 4
BAB II : TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian........................................................................................ 6
B. Diagnosa Keperawatan.................................................................... 16
C. Intervensi Keperawatan.................................................................... 16
8
D. Implementasi Keperawatan.............................................................. 19
E. Evaluasi ........................................................................................... 21
BAB III : PEMBAHASAN.......................................................................... 23
BAB IV : PENUTUP
A. Simpulan.......................................................................................... 37
B. Saran ................................................................................................ 38
Daftar Pustaka ............................................................................................. 40
Lampiran ................................................................................................ 42
9
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Spekulum vagina dipasang oleh asisten, sonde uterus dimasukkan
kedalam cavum uteri untuk menentukan arah dan kedalaman
uterus.
Gambar 2 : Dilatator hegar dijepit diantara ibu jari dan jari telunjuk tangan
kanan dan dimasukkan kedalam uterus secara hati - hati dan
sistematis (mulai dari ukuran diameter terkecil).
Gambar 3 : Sendok uterus dimasukkan secara mendatar dengan lengkungan
menghadap atas dan kuretase dikerjakan secara sistematis.
Gambar 4 : Pengeluaran sisa kehamilan yang relatif besar.
10
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Terapi ................................................................................ 12
Tabel 1.2 : Laboratorium ..................................................................... 13
Tabel 1.3 : Analisa Data ...................................................................... 14
Tabel 1.4 : Prioritas Masalah ............................................................... 16
Tabel 1.5 : Intervensi ........................................................................... 16
Tabel 1.6 : Implementasi ..................................................................... 19
Tabel 1.7 : Evaluasi ............................................................................. 21
11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Konsep Dasar
Lampiran 2 : Satuan Acara Pengajaran
Lampiran 3 : Daftar Istilah
Lampiran 4 : Bimbingan KTI
Lampiran 5 : Surat Izin Riset dari KESBANGPOL dan LINMAS
Lampiran 5 : Surat Izin Riset dari BAPEDA
12
DAFTAR SINGKATAN
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
USG : Ultrasonografi
WHO :Whold Health Organisation
G1P0A1 : Gravide 1, Partus 0, Abortus 1
KB : Keluarga berencana
HPHT : Hari pertama haid terahir
HPL : Hari perkiraan lahir
BAB : Buang air besar
BAK : Buang air kecil
WIB : Waktu indonesia bagian barat
GCS (E,M,V) : Glascow Coma Skale
DS : Data subjektive
DO : Data objektive
S, O, A, P : Subjective, Objective, Asesment, Plan.
Kg : Kilogram
13
Cm : Centimeter
RL : Ringer Laktat
TGL : Tanggal
TTD : Tanda tangan
TFU : Tinggi Fundus Uterus
DJJ : Denyut Jantung Janin
Hb : Hemoglobine
C : Derajat Celcius
mmHg : Milimeter Air Raksa
g/dl : Gram Perdaily
% : Persen
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abortus merupakan proses berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia
gestasi kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram.
Adapun klasifikasi abortus ada beberapa macam yaitu abortus iminens,
abortus insipiens, abortus inkompletus, abortus kompletus, abortus servikalis,
missed abortus, abortus habitualis, dan abortus septic (Mitayani,2009 : 22).
Abortus inkomplit didiagnosakan apabila sebagian dari hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal
dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis terbuka dan
jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang – kadang sudah
menonjol dari ostium uteri eksternum. Pada USG didapatkan endometrium
yang tipis dan irregular (Sujiyatini, 2009 : 22).
Faktor – faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus, yaitu faktor
janin yakni kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio,
atau kelainan kromosom (monosomi, triosomi, atau poliploidi), embrio
dengan kelainan local, abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi
trofoblas). Faktor maternal yakni infeksi (virus, bakteri, dan parasit), penyakit
vaskuler (hipertensi vaskuler), kelainan endokrin (pada abortus spontan
dapat terjadi bila produksi progesterone tidak mencukupi atau pada penyakit
15
disfungsi tiroid, defisiensi insulin), faktor imunologis, trauma khususnya
jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah trauma tersebut,
misalnya trauma akibat pembedahan. Kelainan uterus (hipoplasia uterus,
mioma, servik inkompeten atau retroflexio uteri gravid incarcerata), faktor
psikosomatik tetapi pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.Faktor
eksternal yakni radiasi dosis 1 – 10 rad bagi janin pada kehamilan 9 minggu
pertama dapat merusak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan
keguguran, obat – obatan seperti antagonis asam folat, antikoagulan, dan lain
– lain, sebaiknya tidak menggunakan obat – obatan sebelum kehamilan 16
minggu, kecuali telah dibuktikan bahwa obat tersebut tidak membahayakan
janin, atau untuk pengobatan penyakit ibu yang parah. Dan penyebab yang
terakhir yaitu bahan – bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung
arsen dan benzene (Obstetri Patologi, Edisi 2, 2003 : 7).
Komplikasi yang timbul akibat aborsi yaitu pendarahan hebat, infeksi,
aborsi tidak sempurna, sepsis (keracunan darah), kerusakan leher rahim,
kerusakan organ lain, kematian, dan gangguan kesehatan mental
(http://www.beritamandiri.com/2012/01/dampak-bahaya-akibat-aborsi.html).
WHO memperkirakan di seluruh dunia, dari 46 juta kelahiran pertahun
terdapat 20 juta kejadian abortus, dan Abortus Inkomplit sekitar 13 % kasus,
800 wanita diantaranya meninggal karena komplikasi abortus dan
sekurangnya 95 %, 19 dari setiap 20 tindakan abortus diantaranya terjadi di
negara berkembang (http://yudiayutz.wordpress.com/2008/12/04/abortus/).
16
Di Indonesia pada periode Januari sampai Desember 2009 diperoleh
jumlah Abortus sebanyak 224 kasus, yaitu Abortus Inkomplit 167(74,55%)
kasus, Abortus Imminens 16 (7,14%) kasus, Missed Aborton 29 (12,94%)
kasus, Abortus Komplit 12 (5,36%) kasus (http://kebidanan-
kti.blogspot.com/2011/12/gambaran-kejadian-abortus-inkomplit-di.html).
Sedangkan di RSUD Soeselo Slawi dalam tahun 2011 jumlah seluruh
pasien yang dirawat di ruang Nusa Indah sebanyak 4592 orang, pasien
dengan kasus Abortus sejumlah 135 orang (3%), dan untuk kasus Abortus
Inkomplit sejumlah 2% dari seluruh kasus abortus.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk mengambil kasus tersebut dalam
suatu Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. W DENGAN ABORTUS INKOMPLIT G1P0A1DI RUANG
NUSA INDAH RSUD dr. SOESELO SLAWI.”
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif pada
klien dengan abortus inkomplit pada Ny. W.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan abortus
inkomplit penulis diharapkan :
a. Mampu melakukan pengkajianpada klien abortus inkomplit
b. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada klien dengan abortus
inkomplit.
17
c. Mampu menyusun rencana keperawatan sesuai dengan masalah yang
timbul pada klien dengan abortus inkomplit.
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan berdasarkan diagnosis
keperawatan dan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
dibuat.
e. Mampu mengevaluasi hasil akhir terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilakukan pada klien dengan abortus inkomplit.
f. Menganalisa ada atau tidaknya kesenjangan antara teori dengan kasus
beserta pemecahannya.
g. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan abortus
inkomplit.
C. Metode Penulisan
1. Studi Kasus
Dalam metode ini penulis mendapatkan data dengan tehnik observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
2. Studi Pustaka
Pengumpulan data dengan cara menggali sumber – sumber
pengetahuan melalui buku – buku perpustakaan yang relevan dengan
masalah pasien yaitu abortus inkomplit.
D. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan laporan karya tulis ini penulis menggunakan
sistematika yang terdiri dari :
18
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan penulisan
C. Metode penulisan
D. Sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
B. Diagnosa keperawatan
C. Intervensi
D. Implementasi
E. Evaluasi
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
19
BAB II
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. W
DENGAN ABORTUS INKOMPLIT G1P0A1
DI RUANG NUSA INDAHRSUD dr. SOESELO SLAWI
Nama mahasiswa : Evi Mu’afiyah
Hari / tanggal pengkajian : Selasa, 22 November 2011
Ruang : Nusa Indah
Tempat : RSUD dr. Soeselo Slawi
1. IDENTITAS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. W
Umur : 30 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh Cuci
Alamat : Kebandingan
No. Rekam Medik : 201131
20
B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. R
Umur : 25 Tahun
Alamat : Kebandingan
Pekerjaan : Kuli Bangunan
Hubungan Dg Klien : Suami
2. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan lemas, karena setiap klien buang air kecil banyak
mengeluarkan darah, berbentuk gumpalan – gumpalan.
3. RIWAYAT KEHAMILAN
Klien mengatakan ini kehamilan yang pertama dan direncanakan oleh
klien dengan matang, tetapi padatanggal 20 November 2011, jam 05.00 klien
mengalami pendarahan pervaginam ngeflek – ngeflek, dan jam 07.00
pendarahannya keluar lebih banyak tepatnya pada usia kehamilan 11 minggu .
4. RIWAYAT KB
Klien mengatakan tidak ikut KB, dan belum ada rencana untuk mengikuti
program KB.
5. SIKLUS MENSTRUASI
Klien mengatakan pertama kali menstruasi pada usia 12 tahun, dengan
siklus menstruasi 28 hari, dan lamanya menstruasi 5 – 6 hari, HPHT 7
September 2011, HPL 14 Juni 2012.
21
6. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
Klien mengatakan mempunyai riwayat penyakit gastritis, namun klien
tidak sampai dirawat dirumah sakit, klien hanya memeriksakannya ke
puskesmas.
7. RIWAYAT KELUARGA
Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mengalami keguguran
atau gangguan kehamilan lainnya, tetapi ibunya mempunyai riwayat penyakit
jantung dan sudah berkali – kali dirawat dirumah sakit.
8. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Klien mengatakan takut dan cemas, karena hari Rabu klien akan dicurret.
9. KEBIASAAN SEHARI – HARI
a. Nutrisi
Klien mengatakan sebelum sakit biasa makan 3 kali sehari dengan satu
porsi nasi, lauk – pauk, satu mangkok sayur, terkadang dengan telor atau
daging. Dan minum air putih 8 – 9 gelas sehari (kurang lebih 1800 cc) nilai
normal1800 -2000 cc.
Klien mengatakan saat sakit tidak mengalami gangguan pada pola
makan, walau kadang – kadang perutnya merasa mual, tetapi klien tetap
makan 3 kali sehari dengan satu porsi nasi, tempe atau tahu, dan satu
mangkok sayur. Dan klien minum air putih 7 – 8 gelas sehari (kurang lebih
1800 cc), nilai normal 1800 - 2000 cc, klien juga tidak memiliki alergi pada
makanan atau minuman.
22
b. Eliminasi
Klien mengatakan sebelum hamil terbiasa BAB 1 kali sehari dengan
konsistensi lembek, berwarna kuning, dan tidak ada darah dalam feces, dan
BAK 5 – 6 kali sehari berwarna kuning jernih, dan bau amoniak, klien tidak
mengalami gangguan pada pola eliminasi.
Klien mengatakan saat hamil tidak mengalami perubahan atau
gangguan pada pola eliminasi, klien terbiasa BAB 1 kali sehari dengan
konsistensi lembek, berwarna kuning, tidak terdapat darah pada feces, dan
BAK 5 – 6 kali sehari, namun selama klien dirawat dirumah sakit klien
belum BAB.
c. Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan sebelum hamil biasa tidur siang dari jam 13.00 –
15.00 WIB, dan tidur malam 21.30 –05.00 WIB.
Klien mengatakan saat hamil tidak mengalami gangguan pada pola
tidur, tidur siang dari jam 13.30 – 15.15 WIB dan malam dari jam 21.30 –
05.00 WIB.
d. Kebersihan diri
Klien mengatakan sebelum dirawat biasa mandi 2 – 3 kali dalam
sehari, menggunakan sabun, menggosok gigi setiap mandi, dan keramas
menggunakan sampho 2 hari sekali.
Klien mengatakan saat dirawat klien belum pernah mandi karena klien
merasa lemas.
23
10. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis dengan GCS 14
(E =3, M =5, V =6)
c. Tanda – Tanda Vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Denyut nadi : 80 kali permenit
Suhu : 36 C
Pernafasan : 24 kali permenit
d. Berat badan : 60 kg
e. Tinggi badan : 161 cm
11. PEMERIKSAAN HEAD TO TOE
a. Kepala
1) Wajah dan kulit
Bentuk kepala mesochepal, kulit kepala sedikit kotor, rambut hitam
dan lurus, tidak ada lesi atau nyeri tekan, ekspresi wajah gelisah.
2) Mata
Sklera anikterik, konjungtiva anemis, tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri tekan, dan fungsi penglihatan normal.
3) Hidung
Tidak ada polip, tidak ada secret, keadaan bersih, tidak ada benjolan
dan fungsi penghidu normal.
24
4) Telinga
Fungsi dan bentuk antara telinga kanan dan kiri normal, tidak
memakai alat bantu pendengaran, dan canalis bersih.
5) Mulut
Gigi agak kuning, keadaan gigi kotor, terdapat karang gigi, tidak
memakai gigi palsu, gusi merah, berbau, keadaan lidah kotor, bibir
kering, dan tidak sianosis.
b. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan getah bening, tidak ada
nyeri tekan
c. Torak dan paru
Bentuk dada dan payudara antara kanan dan kiri simetris frekuensi
nafas 24 kali permenit, dengan irama regular, dan tidak ada nyeri tekan.
d. Jantung
Bunyi jantung I dan II normal, dengan irama regular, tidak terdapat
atau terdengar adanya mur – mur atau gallop.
e. Abdomen
Abdomen normal, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, bunyi
tympani, peristaltik 12 kali perhari dan TFU terabah 2 jari di bawah pusar.
f. Ginjal
Fungsi ginjal normal, dan tidak ada keluhan.
25
g. Genitalia
Klien mengatakan mengalami pendarahan pervaginam, ngeflek –
ngeflek, tetapi jika klien kencing darahnya keluar banyak, genital terpasang
pembalut.
h. Musculoskeletal
Ekstremitas atas dan bawah simetris, tidak ada oedem, tidak ada nyeri
tekan, tangan sebelah kanan terpasang infuse RL 30 kali tetes permenit,
tidak ada lesi atau tremor.
i. Integumen
Tugor kulitkurang, warna kulit sawo matang, tidak ada nyeri tekan, dan
tidak ada pengerasan pada kulit.
12. TERAPI
JENIS TERAPI DOSIS CARA PEMBERIAN
Infuse RL 30 kali tetes permenit Intravena
Ceftriaxon 3 kali 1 gram Intravena
Metergine 3 kali 2 ml Intramuscular
Table 2.1
13. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
No. Rekam Medik : 201131
Tanggal Order : 20 November 2011, Jam 21.58 WIB
26
Tanggal Terima : 20 November 2011
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
Leukosit 9.7 10^3/ UL 3.6 – 11.0
Eritrosit 3.8 10^3/ UL 3.80 – 5.20
Hemoglobin 9.5 g/ dl 11.7 – 15.5
Hematokrit L 34 % 35 – 47
MCV 89 FL 80 – 100
MCH 31 Pg 26 – 34
MCHC 34 g/dl 32 – 36
Trombosit 260 10^3/ UL 150 – 400
DIFF COUNT
Eosofil H 8.90 % 2.00 – 4.00
Basofil 0.00 % 0 – 1
Netrofil 58.50 % 50 – 70
Limfosit 27.40 % 25 – 40
Monosit 5.20 % 2 – 8
GOLONGAN DARAH AB
RESUS FAKTOR POSITIF
SERU IMONOLOGI
HBsAg Non reaktif Non reaktif
Table 2.2
27
ANALISA DATA
NO TANGGAL DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
1 Selasa, 22
November
2011, 07:00
Wib.
DS : Klien mengatakan
lemas dan
mengalami
pendarahan ngeflek
– ngeflek, tapi jika
buang air kecil
darahnya keluar
banyak berbentuk
gumpalan –
gumpalan.
DO : Tekanan darah
100/70 mmHg,
mukosa kering,
hemoglobin 9,5 g/dl,
hematokrit L 34%,
tugor kulit kurang,
dan konjungtiva
anemis.
Kehilangan
volume
cairan aktif
Ketidakseimbangan
volume cairan
kurang dari
kebutuhan tubuh
2 Selasa, 22
November
2011, 07:00
DS : Klien mengatakan
takut dan cemas
karena hari Rabu
Krisis
situasional
Ansietas
28
Wib. besok klien akan
dilakukan curet.
DO : Cemas, bingung,
nafas 24 kali
permenit, dan
ekspresi wajah
gelisah.
3 Selasa, 22
November2
011, 07:00
Wib.
DS : Klien mengatakan
saat dirawat klien
belum pernah
mandi karena klien
merasa lemas.
DO : Kulit kepala
kotor, gigi kuning,
keadaan gigi kotor,
berbau, dan
keadaan lidah
kotor.
Lemah atau
lelah
Kurang perawatan
diri mandi/ hygiene
Table 2.3
DAFTAR MASALAH
29
NO MASALAH KEPERAWATAN TGL TIMBUL TGL TERATASI TTD
1 Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan
volume cairan aktif
22 – 11 – 11 Evi
2 Ansietas berhubungan dengan krisis situasional 22 – 11 – 11 Evi
3 Kurang perawatan diri mandi berhubungan dengan
lemah atau lelah.
22 – 11 – 11 Evi
Table 2.4
RENCANA KEPARAWATAN
TANGGAL DX TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI TTD
Selasa, 22
November
2011, 09:00
Wib.
1 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 kali 24 jam,
diharapkan perdarahan berhenti
dengan kriteria hasil :
Perdarahan berhenti
Mukosa lembab
Hemoglobin normal 11,7 – 15,5
g/dL
Hematokrit normal 35 – 47%
Konjungtiva ananemis
Tugor kulit baik
Pantau perdarahan
Pertahankan keakuratan
catatan asupan dan
perdarahan.
Pantau status hidrasi
(missal, kelembaban
membrane mukosa, tugor
kulit, intake dan output)
Pantau hasil laborat yang
relevan dengan
keseimbangan cairan
Evi
30
Tekanan darah normal 110 – 120
mmHg (sistole), 60 – 90 mmHg
(diastole).
(hemoglobin dan
hematokrit).
Observasi tanda – tanda
vital
Kolaborasi dengan dokter
tentang pemberian obat
perangsang kontraksi
uterus, antibiotic dan
pemberian cairan
parenteral.
Kolaborasi dengan dokter
untuk melakukan program
lanjut dengan tindakan
curret.
Selasa, 22
November
2011, 09:00
Wib.
2 Setelah dilakukan tindakan selama 3
kali 24 jam, diharapkan klien tidak
takut lagi, dengan criteria hasil:
Cemas berkurang
Klien kooperative
Klien tenang
Berikan lingkungan yang
nyaman, tenang, damai, dan
minimalkan gangguan.
Dampingi klien untuk
meningkatkan keamanan
untuk mengurangi takut
Libatkan suami dan
keluarga dalam tindakan
keperawatan untuk
Evi
31
mengurangi cemas.
Beri pendidikan kesehatan
tentang tindakan curret.
Selasa, 22
November
2011, 09:00
Wib.
3 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 kali 24 jam,
diharapkan klien mandi minimal 2
kali sehari, dengan kriteria hasil :
Kulit kepala bersih
Gigi bersih putih
Lidah bersih
Mulut tidak berbau
Klien tampak segar
Kaji membrane mukosa oral
dan kebersihan tubuh setiap
hari.
Ajarkan klien atau keluarga
tentang penggunaan metode
alternative untuk mandi dan
higiene mulut.
Dukung kemandirian klien.
dalam melakukan mandi
dan hygiene mulut, bantu
klien hanya jika diperlukan.
Anjurkan kien untuk
keramas.
Evi
Table 2.5
IMPLEMENTASI
32
TANGGAL DX IMPLEMENTASI RESPON TTD
Selasa, 22
November
2011, 07:00
Jam 07:15
Jam 08:00
2
1
3
Memberikan lingkungan yang
nyaman dengan merapihkan
tempat tidur
Memantau perdarahan
Mengajarkan klien atau keluarga
cara seka untuk mandi dan
higiene mulut.
DS : Klien mengatakan
nyaman
DO : Tempat tidur rapih,
dan klien terlihat nyaman.
DS: Klien mengatakan
masih lemas dan
pendarahannya masih
ngeflek – ngeflek, dan
darah keluar lebih banyak
pada saat klien buang air
kecil.
DO : Darah yang keluar
ngeflek – ngeflek kurang
lebih 10 cc.
DS : Klien dibantu
keluarga untuk mandi
dengan cara seka
menggunakan air hangat.
DO : Gigi bersih putih,
lidah bersih, mulut tidak
berbau, tetapi kulit kepala
masih sedikit kotor, karena
Evi
33
Jam 08:45
Jam 09:00
Jam 09:00
Jam 10:05
Jam 10:15
1
1
1
1
2
Mengukur Tanda Tanda Vital
Memberikan injeksi antibiotic
(ceftriaxon) 1 gram melalui
intravena.
Memberikan injeksi obat
perangsang kontraksi uterus
(metergine) 2 ml melalui
intramuscular.
Kolaborasi tindakan curret
dengan dokter.
Memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasien tentang
tindakan curret.
klien belum mau keramas.
DS : -
DO : Tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 84 kali
permenit, nafas 24 kali
permenit, suhu 36 C.
DS : -
DO : Obat masuk melalui
intravena tanpa ada alergi
DS : -
DO : Obat masuk melalui
intramuscular
DS: Menjadwalkan
tindakan curret dengan
dokter.
DO : Hari Rabu tanggal 23
November 2011jam 11:00
WIB, klien akan dilakukan
tindakan curret.
DS : Klien mau menerima
motivasi dari perawat.
DO : Klien kooperative.
34
Jam 11:00
Wib.
2 Memberikan lingkungan yang
nyaman dengan membatasi
kunjungan kepada klien.
DS : Klien mengatakan
lebih tenang
DO : Klien merasa nyaman
Table 2.6
EVALUASI
TANGGAL /JAM DX CATATAN PERKEMBANGAN TTD
Selasa, 22
November 2011,
14:00 Wib
1 S : Klien mengatakan masih lemas dan pendarahannya
masih ngeflek – ngeflek, dan darah keluar lebih banyak
pada saat klien buang air kecil.
O : Perdarahan pervaginam darah yang keluar ngeflek –
ngeflek kurang lebih 10 cc, tekanan darah 110/70
mmHg, mukosa kering, Hb 9,5 g/dl, hematokrit L 34%,
dan konjungtiva anemis.
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi
Pantau perdarahan.
Pantau status hidrasi (missal, kelembaban membrane
mukosa, tugor kulit, intake dan output).
Pantau hasil laborat yang relevan dengan
keseimbangan cairan (hemoglobin dan hematokrit)
Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat
perangsang kontraksi uterus dan antibiotic.
Evi
Selasa, 22 2 S : Klien mengatakan cemas sedikit berkurang. Evi
35
November 2011,
14:00 Wib O : Klien cooperative, dan klien masih tampak gelisah,
tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84 kali permenit,
nafas 24 kali permenit, dan suhu 36 C.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Pertahankan intervensi
Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, damai,
dan minimalkan gangguan.
Dampingi klien untuk meningkatkan keamanan
untuk mengurangi takut.
Libatkan suami dan keluarga dalam tindakan
keperawatan untuk mengurangi cemas.
Selasa, 22
November 2011,
14:00 Wib
3 S : Klien mengatakan sudah mandi 2 kali sehari.
O : Gigi bersih putih, lidah bersih, mulut tidak berbau,
tetapi kulit kepala masih sedikit kotor, karena klien
belum mau keramas.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
Anjurkan klien untuk keramas.
Evi
Table 2.7
BAB III
36
PEMBAHASAN
Pada BAB ini penulis akan menggambarkan lebih detail asuhan keperawatan
dengan abortus inkomplit kepada Ny. W di ruang Nusa Indah RSUD dr. Soeselo
Slawi. Pembahasan yang dipaparkan oleh penulis yaitu pengelolaan selama satu
hari pada tanggal 22 November 2011. Dimana dalam memberikan asuhan
keperawatan penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Hasil pengkajian yang sudah didapat berdasarkan pemeriksaan yang
dilakukan penulis dan keluhan pasien yang ditemukan pada Ny. W dengan
Abortus Inkomplit. Pengkajian yang dilakukanpada Ny. W diperoleh data : klien
berusia 30 tahun, jenis kelamin perempuan, beragama Islam, dan alamat
Kebandingan Slawi Tegal didapatkan data subyektif sebagai berikut : klien
mengatakan lemas dan mengalami pendarahan ngeflek – ngeflek, tapi jika buang
air kecil darahnya keluar banyak berbentuk gumpalan – gumpalan, klien
mengatakan takut dan cemas karena hari Rabu jam 11:00 WIB klien akan
dilakukan curet, klien mengatakan saat dirawat klien belum pernah mandi karena
klien merasa lemas. Data objective : klien mengalami perdarahan pervaginam,
darah yang keluar ngeflek – ngeflek kurang lebih 10 cc, dan darah keluar lebih
banyak pada saat klien buang air kecil, lemas, mukosa kering, konjungtiva
anemis, tekanan darah 100/70 mmHg, tugor kulit kurang baik, pada pemeriksaan
laborat ditemukan hemoglobin 9,5 g/dl, hematokrit L 34%, klien merasa cemas
37
karena dirinya akan dilakukan tindakan curret, kulit kepala kotor, gigi kuning,
keadaan gigi kotor, berbau, keadaan lidah kotor.
Dari hasil pengkajian tersebut didapatkan tiga diagnosa yang muncul yaitu :
1. Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh
Menurut Nanda, (2006) kekurangan volume cairan adalah penurunan
cairan intravascular, interstisial, dan intraselular, mengarah kepada dehidrasi,
kehilangan cairan tanpa perubahan sodium. Dengan batasan karakteristik :
kelemahan, haus, penurunan tugor kulit/ lidah, membrane mucus/ kulit kering,
nadi meningkat, tekanan darah menurun, penurunan pengisian kapiler,
perubahan status mental, penurunan urin output, penurunan konsentrasi urin,
peningkatan suhu tubuh, hematocrit meningkat, dan kehilangan berat badan
mendadak.
Berdasarkan batasan karakteristik yang ada, pada saat
melakukan pengkajian pada Ny. W penulis mendapatkan data
subjektif yaitu : klien mengatakan lemas dan mengalami pendarahan
ngeflek – ngeflek, tapi jika buang air kecil darahnya keluar banyak berbentuk
gumpalan – gumpalan. Data objektif yaitu : pendarahan
pervaginam darah yang keluar ngeflek - ngeflek, tugor kulit
kurang baik, membrane mukosa kering, tekanan darah 100/70
mmHg, hemoglobin 9,5 g/dl, hematokrit L 34%, dan
konjungtiva anemis. Dengan melihat batasan karakteristik secara teori dan
pada kenyataan langsung pada Ny. W penulis mengangkat diagnosa
38
ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kehilangan volume cairan aktif.
Menurut Hierarki Maslow kebutuhan pemenuhan
keseimbangan cairan merupakan kebutuhan fisiologis yang
harus segera ditangani sehingga penulis memprioritaskan
diagnosa ketidakseimbangan volume cairan kurang dari
kebutuhan tubuh sebagai prioritas utama (A. Aziz Alimul H,
2006 : 7).
Tujuan keperawatan pada diagnosa keperawatan ketidakseimbangan
volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan
volume cairan aktif yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali
24 jam diharapkan pendarahan berhenti dengan kriteria hasil : Perdarahan
berhenti, mukosa lembab, hemoglobin normal 11,7 – 15,5 g/dL, hematokrit
normal 35 – 47%, konjungtiva ananemis, dan tugor kulit baik, tekanan darah
normal 110 – 120 mmHg (sistole), 60 – 90 mmHg (diastole).
Berikut ini adalah beberapa rencana keperawatan yang ditentukan penulis
untuk diagnosa ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan
tubuh:
a) Pantau perdarahan
Rasional : menentukan banyaknya kehilangan cairan atau perdarahan
b) Pertahankan keakuratan catatan asupan dan perdarahan.
Rasional : meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala –
gejala syok.
39
c) Pantau status hidrasi (missal, kelembaban membrane mukosa, tugor kulit,
intake dan output)
Rasional : membantu menentukan beratnya kehilangan darah, dan
perubahan tekanan darah, nadi adalah tanda – tanda lanjut dari syok.
d) Pantau hasil laborat yang relevan dengan keseimbangan cairan
(hemoglobin dan hematokrit).
Rasional : menentukan jumlah darah yang hilang dan dapat memberikan
informasi mengenai penyebab. Hematokrit harus dipertahankan diatas 30%
untuk mendukung transport oksigen dan nutrient.
e) Observasi tanda – tanda vital
Rasional : membantu menentukan perubahan tanda – tanda vital (misalnya
peningkatan suhu, nadi, penurunan tekanan) dapat mengidentifikasi infeksi
atau syok.
f) Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat anti koagulan dan
antibiotik.
Rasional : pemberian antibiotik pada rentang waktu yang tepat dapat
membantu mempertahkan kadar terapeutik obat dan pemberian obat anti
koagulan utuk mengurang perdarahan.
g) Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan program lanjut dengan
tindakan curret.
Rasional : curretase perlu dilakukan bila terjadi perdarahan berlebihan
seperti pada kasus abortus dimana curretase mungkin diindikasikan untuk
menyelamatkan ibu.
40
Adapun implementasi yang dapat penulis lakukan pada diagnosa ini adalah
sebagai berikut :
a) Memantau perdarahan
Dalam melakukan tindakan ini penulis tidak mengalami kendala yang
berarti. Respon klien mengatakan masih lemas dan perdarahanya masih
ngeflek – ngeflek, dan darah keluar lebih banyak pada saat klien buang air
kecil. Data objektif : darah yang keluar ngeflek – ngeflek kurang lebih 10
cc. Implementasi ini dilakukan pada tanggal 22 November 2011 pukul 10.00
WIB.
b) Mengukur Tanda - Tanda Vital
Penulis melakukan mengukuran tanda - tanda vital klien. Hasil dari
pengukuran tanda - tanda vital : tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 80 kali
permenit, nafas 24 kali permenit, dan suhu 36 C. Implementasi ini
dilakukan pada tanggal 22 November 2011 pukul 07.00 WIB, danhasil
pengukuran pada pukul 10.00 WIB, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84
kali permenit, nafas 24 kali permenit, suhu 36 C.
c) Memberikan injeksi antibiotic (ceftriaxon)
Penulis melakukan pemberian injeksi ceftriaxon 1 gram pada klien.
Data objektif : obat masuk melalui intravena tanpa ada alergi. Implementasi
ini dilakukan pada tanggal 22 November 2011 pukul 10.00 WIB.
d) Memberikan injeksi obat perangsang kontraksi uterus (metergine)
41
Penulis melakukan pemberian injeksi metergine 2 ml pada klien. Data
objektif : obat masuk melalui intramuscular tanpa ada alergi. Implementasi
ini dilakukan pada tanggal 22 November 2011 pukul 10.00 WIB.
e) Kolaborasi tindakan curret dengan dokter.
Penulis melakukan kolaborasi dengan dokter. Menjadwalkan tindakan
curret. Data objektif : hari Rabu tanggal 23 November 2011 jam 11:00 WIB
klien akan dilakukan tindakan curret. Implementasi ini dilakukan pada
tanggal 22 November 2011 pukul 10.00 WIB.
Pada akhir evaluasi pukul 14.00 WIB penulis menemukan data
subjective pada diagnosa ketidakseimbangan volume cairan kurang dari
kebutuhan tubuh yaitu: klien mengatakan klien mengatakan lemas dan
mengalami pendarahan ngeflek – ngeflek, tapi jika buang air kecil darahnya
keluar banyak berbentuk gumpalan – gumpalan. Data objective :
perdarahan pervaginam darah yang keluar ngeflek - ngeflek, tekanan darah
110/70 mmHg, mukosa kering, hemoglobin 9,5 g/dl, hematokrit L 34%, dan
konjungtiva anemis.
Berdasarkan tujuan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya,
implementasi keperawatan dianggap berhasil jika masalah dapat teratasi
yang ditandai dengan adanya beberapa kriteria hasil. Dalam masalah
ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh ada
beberapa kriteria hasil yang menjadi indikator keberhasilannya tindakan
yaitu : perdarahan berhenti, mukosa lembab, hemoglobin normal 11,7 – 15,5
42
g/dL, hematokrit normal 35 – 47%, konjungtiva ananemis, tugor kulit baik,
tekanan darah normal 110 – 120 mmHg (sistole), 60 – 90 mmHg (diastole).
Dengan melihat kriteria hasil tersebut dengan data evaluasi yang ada
maka dapat disimpulkan masalah ketidakseimbangan volume cairan kurang
dari kebutuhan tubuh belum teratasi karena belum sesuai dengan kriteria
hasil yang sudah ditetapkan. Maka penulis menetapkan bahwa intervensi
dilanjtukan pada planning berikutnya karena masalah belum teratasi.
2. Ansietas
Menurut Nanda (2006), ansietas merupakan perasaan tidak nyaman atau
tidak jelas dan gelisah disertai dengan respon otonom (sumber terkadang tidak
spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan yang was – was untuk
mengatasi bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan adanya bahaya dan
memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menghadapinya.
Dengan batasan karakteristik : penurunan produktivitas, kewaspadaan dan
menatap, kontak mata buruk, gelisah, pandangan sekilas, pergerakan yang
tidak bermakna, ekspresi yang mendalam terhadap perubahan hidup, insomnia,
dan resah.
Pada saat mengkaji Ny. W penulis mendapatkan data
subjektif yaitu : klien merasa takut dan cemas karena hari Rabu besok akan
dilakukan tindakan curret. Data objektif yaitu : cemas, nafas 24 kali permenit,
bingung dan ekspresi wajah gelisah. Dengan melihat batasan karakteristik
43
secara teori dan pada kenyataan langsung pada Ny. W penulis mengangkat
diagnosa ansietas berhubungan dengan krisis situasional.
Kecemasan dalam Hierarki Maslow termasuk dalam kebutuhan
keselamatan dan rasa aman dan merupakan prioritas diagnosa kedua setelah
berdasarkan tingkat kegawatan termasuk dalam prioritas rendah karena
menggambarkan situasi yang tidak berhubungan langsung dengan prognosis
dari suatu penyakit yang secara spesifik (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008 : 118).
Tujuan keperawatan pada diagnosa ansietas berhubungan dengan krisis
situasional yaitu : Setelah dilakukan tindakan selama 3 kali 24 jam, diharapkan
klien tidak takut lagi, dengan kriteria hasil : cemas berkurang, klien
kooperative, dan klien tenang.
Berikut ini adalah beberapa rencana keperawatan yang ditentukan penulis
untuk diagnosa ansietas berhubungan dengan krisis situasional :
a) Beri pendidikan kesehatan tentang tindakan curret.
Rasional : dapat mengurangi ansietas.
b) Libatkan suami atau keluarga dalam tindakan keperawatan untuk
mengurangi cemas.
Rasional : membantu mengatasi transmisi ansietas interpersonal dan
mendemontrasikan perhatian terhadap klien/ pasangan.
c) Dampingi klien untuk meningkatkan keamanan untuk mengurangi takut
Rasional : makin klien merasakan ancaman, makin besar tingkat ansietas.
d) Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, damai, dan minimalkan
gangguan.
44
Rasional : lingkungan yang tenang dapat memberikan kenyamanan saat
tidur.
Pada masalah keperawatan ansietas, penulis telah melakukan beberapa
tindakan keperawatan pada tanggal 22 November 2011 diantaranya sebagai
berikut:
a) Memberikan lingkungan yang nyaman dengan merapikan tempat tidur
Dalam melakukan tindakan ini penulis tidak mengalami kendala yang
berarti. Tetapi pada saat tindakan tersebut harus hati-hati supaya tidak
menganggu kenyamanan klien, respon yang didapat klien mengatakan
nyaman, data obyektifnya tempat tidur rapih, klien terlihat nyaman.
Implementasi ini dilakukan pada tanggal 22 November 2011 pukul 10.00
WIB.
b) Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang tindakan curret.
Penulis memberikan pendidikan kesehatan kepada klien. Respon klien
mau menerima motivasi dari perawat, data objektif : klien kooperative,
klien masih tampak gelisah, tekanan darah 110/70 mmHg, denyut nadi 84
kali permenit, nafas 24 kali permenit, dan suhu 36 C. Implementasi ini
dilakukan pada tanggal 22 November 2011 pukul 10.00 WIB.
c) Memberikan lingkungan yang nyaman dengan membatasi kunjungan
kepada klien.
Penulis melakukan pembatasan kunjungan kepada klien. Respon klien
mengatakan lebih tenang, data objective : klien merasa nyaman.
45
Implementasi ini dilakukan pada tanggal 22 November 2011 pukul 10.00
WIB.
Pada akhir evaluasi pukul 14.00 WIB penulis menemukan data
subyektif : klien mengatakan cemas sedikit berkurang, data objective :
klien kooperative, klien masih tampak gelisah, tekanan darah 110/70
mmHg, denyut nadi 84 kali permenit, nafas 24 kali permenit, dan suhu 36
C.
Berdasarkan tujuan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya,
implementasi keperawatan dianggap berhasil jika masalah dapat teratasi
yang ditandai dengan adanya beberapa kriteria hasil. Dalam masalah
ansietas ini ada beberapa kriteria hasil yang menjadi indikator
keberhasilannya tindakan yaitu: cemas berkurang, klien kooperative, dan
klien tenang.
Dengan melihat kriteria hasil tersebut dengan data evaluasi yang ada
maka dapat disimpulkan masalah ansietas teratasi sebagian karena masih
belum sesuai dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan yaitu cemas
hilang, klien kooperative, dan klien tenang. Maka penulis menetapkan
bahwa intervensi dilanjutkan karena masalah baru teratasi sebagian.
3. Kurang perawatan diri mandi/ hygiene
Menurut Nanda (2006), kurang perawatan diri mandi merupakan
kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas mandi/ kebersihan diri
46
secara mandiri. Dengan batasan karakteristik klien tidak mampu membasuh
bagian atau seluruh tubuh, menyediakan sumber air mandi, suhu air mandi
regular, mendapatkan peralatan mandi, mengeringkan tubuh, masuk/ keluar
kamar mandi.
Pada saat mengkaji penulis mendapatkan data subjektif
yaitu :klien mengatakan saat dirawat klien belum pernah mandi karena klien
merasa sangat cemas dengan keadaan dirinya saat ini. Data objektif yaitu : kulit
kepala kotor, gigi kuning, keadaan gigi kotor, berbau, dan keadaan lidah kotor.
Dengan melihat batasan karakteristik secara teori dan pada kenyataan
langsung pada Ny. W penulis mengangkat diagnosa kurang perawatan diri
mandi/ hygiene berhubungan dengan lemah atau lelah.
Penulis mengangkat kurang perawatan diri mandi/ hygiene sebagai
diagnosa ketiga karena pada diagnosa ini berkaitan dengan diagnosa kedua,
yaitu salah satu faktor presipitasi kurangnya perawatan diri adalah saat klien
mengalami cemas berat, dengan alasan itu penulis harus mengatasi kecemasan
yang dialami kliensehingga memperkuat keputusan pengambilan diagnosa
kekurangan perawatan diri sebagai prioritas diagnosa kedua.
Tujuan keperawatan diagnosa kurang perawatan diri mandi/ hygiene
berhubungan dengan cemas berat yaitu : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 kali 24 jam, diharapkan klien mandi minimal 2 kali
sehari, dengan kriteria hasil : kulit kepala bersih, gigi bersih putih, lidah bersih,
dan mulut tidak berbau.
47
Berikut ini adalah beberapa rencana keperawatan yang ditentukan penulis
untuk diagnosa kurang perawatan diri mandi/ hygiene berhubungan dengan
lemah atau lelah :
a) Kaji membrane mukosa oral dan kebersihan tubuh setiap hari.
Rasional : untuk mengetahui tingkat kelembaban mukosa dan kebersihan
diri.
b) Ajarkan klien atau keluarga tentang penggunaan metode alternative untuk
mandi dan higiene mulut.
Rasional : untuk memudahkan klien dalam menjaga kebersihan diri.
c) Dukung kemandirian klien dalam melakukan mandi dan hygiene mulut,
bantu klien hanya jika diperlukan.
Rasional : untuk mengetahui tingkat kemandirian klien.
d) Anjurkan klien untuk keramas.
Rasional : untuk menjaga kebersihan rambut.
Pada masalah keperawatan kurang perawatan diri mandi/ hygiene, penulis
telah melakukan beberapa tindakan keperawatan pada tanggal 22 November
2011 diantaranya sebagai berikut:
a) Mengajarkan klien atau keluarga cara seka untuk mandi dan higiene mulut.
Dalam melakukan tindakan ini penulis tidak mengalami kendala yang
berarti. Respon klien dibantu oleh keluarga untuk mandi dengan cara seka
menggunakan air hangat. Data objective : gigi bersih, lidah bersih, dan mulut
48
tidak berbau, tetapi kulit kepala sedikit kotor, karena klien belum mau keramas.
Implementasi ini dilakukan pada tanggal 22 November 2011 pukul 10.00 WIB.
Pada akhir evaluasi pukul 14.00 WIB penulis menemukandata subyektif:
klien mengatakan sudah mandi 2 kali sehari, data objective : gigi bersih, lidah
bersih, dan mulut tidak berbau, tetapi kulit kepala sedikit kotor, karena klien
belum mau keramas.
Berdasarkan tujuan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya,
implementasi keperawatan dianggap berhasil jika masalah dapat teratasi yang
ditandai dengan adanya beberapa kriteria hasil. Dalam masalah kurang
perawatan diri ini ada beberapa kriteria hasil yang menjadi indikator
keberhasilannya tindakan yaitu: kulit kepala bersih, gigi bersih, lidah bersih,
dan mulut tidak berbau.
Dengan melihat kriteria hasil tersebut dengan data evaluasi yang ada maka
dapat disimpulkan masalah kurang perawatan diri teratasi sebagian karena
belum sesuai dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan. Maka penulis
menetapkan bahwa intervensi dipertahankan karena masalah telah teratasi.
Menurut Mitayani 2009, diagnose keperawatan yang muncul pada kasus
abortus adalah sebagai berikut :
1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan vascular dalam
jumlah berlebih.
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia.
49
3. Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri dan
janin.
4. Nyeri berhubungan dengan dilatasi servik, trauma jaringan, dan kontraksi
uterus.
5. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan penahanan hasil konsepsi.
Tetapi pada saat pengkajian penulis tidak menemukan batasan
karakteristik yang sesuai dengan masalah keperawatan secara teori, sehingga
penulis tidak memunculkan diagnosa tersebut, penulis hanya menemukan tiga
diagnosa, yaitu ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif, ansietas berhubungan
dengan krisis situasional, dan kurang perawatan diri mandi/ hygiene
berhubungan dengan lemah atau lelah.
50
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny.W DENGAN
ABORTUS INKOMPLIT DI RUANG NUSA INDAH RSUD dr. SOESELO
SLAWI pada tanggal 22 November 2011, maka dengan ini penulis dapat
mengambil kesimpulan, yaitu :
1. Pengkajian asuhan keperawatan Pada Ny. W ditemukan tanda – tanda
perdarahan pervaginam dan pendarahan semakin banyak saat klien buang
air kecil, lemas, tekanan darah 100/70 mmHg, mukosa kering, konjungtiva
anemis, hematokrit L 34%, hemoglobin 9,5 g/dl, cemas, nafas 24 kali
permenit, kulit kepala kotor, gigi kuning, keadaan gigi kotor, berbau, dan
keadaan lidah kotor.
2. Diagnosa keperawatan Pada Ny. W ditemukan tiga diagnosa yang muncul
yaitu gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan kehilangan volume
51
cairan aktif, ansietas berhubungan dengan krisis situasional, kurang
perawatan diri mandi berhubungan dengan cemas berat.
3. Implementasi yang dilakukan oleh penulis hanya sebagian, hal itu
dikarenakan dengan keterbatasan waktu.
4. Evaluasi dari tindakan kasus yang kelola penulis belum ada yang dapat
teratasi, hanya beberapa saja yang dapat teratasi sebagian.
B. Saran
Dalam upaya meningkatkan pelayanan keperawatan, pengetahuan dan
pemahaman tentang asuhan keperawatan pada klien dengan abotus inkomplit,
penulis menekankan pentingnya penyuluhan kesehatan, karena dengan
pengetahuan dan pemahaman tentang penyakitnya diharapkan klien dapat
menghindari atau membatasi komplikasi lebih lanjut.
1. Bagi Rumah Sakit
Rumah Sakit melalui petugas yang ada di ruangan lebih aktif dalam
meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada klien dengan abortus
inkomplit dan penanganan awal pada klien dengan abortus inkomplit agar
tidak terjadi infeksi sehingga pemahaman masyarakat tentang cara
penanganan terhadap abortus inkomplit akan lebih baik dan resiko infeksi
bisa dicegah.
2. Bagi Institusi Pendidikan
52
Institusi pendidikan telah banyak memberikan informasi tentang
kesehatan khususnya tentang abortus inkomplit. Tuntutan zaman yang
terus berkembang menyebabkan kebutuhan masyarakat akan informasi
kesehatan harus terus ditingkatkan yaitu dengan memberikan lebih banyak
materi pada para mahasiswanya, selain itu sebagai bahan bacaan di
perpustakaan.
3. Bagi Keluarga
Keluarga adalah orang terdekat dari klien, diharapkan berperilaku
hidup bersih dan sehat serta mengetahui penyebab dan pencegahan agar
tidak terjadi infeksi pada kasus abortus inkomplit.
4. Bagi Masyarakat
Pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat perlu untuk
dipertahankan dan berperan aktif dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan abortus inkomplit, bagi masyarakat yang belum dapat
berperilaku hidup sehat diharapkan supaya berperilaku lebih positif dengan
melakukan pola hidup sehat.
5. Bagi Penulis
Perlu untuk menambah dan meningkatkan kemampuan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami abortus
inkomplit serta perlu memperbaiki agar karya tulis ini lebih sempurna.
53
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal atau Bayi : Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan klien. Jakarta : EGC.
Fajar, Bambang. http://bibilung.wordpress.com/2007/12/08/serba-serbi-kuret/. 6 juni 2012
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung. 2003, Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi, Edisi 2.Jakarta : EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Kumala, Poppy. 1996. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.
No name. www.beritamandiri.com/2012/01/Dampak-Bahaya-Akibat-Aborsi. 12 mei 2012.
No name. yudiayutz.wordpress.com/2008/12/04/Abortus. 12 Mei 2012.
No name. kebidanan-kti.blogspot.com/2011/12/Gambaran-Kejadian-Abortus-Inkomplit. 12 Mei 2012.
54
Sujiyatini, M.Keb. dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jogjakarta : Nuha Medika.
Santosa, Budi. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta : Prima Medika.
Wilkinson, Judith M. 2002. Diagnosis Keperawatan, Edisi 7. Jakarta : EGC.
KONSEP DASAR
1. Definisi
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20
minggu dan berat janin kurang dari 500 gram.
2. Etiologi
Etiologi yang menyebabkan terjadinya abortus adalah sebagai berikut :
a) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi : kelainan kromosom, lingkungan
nidasi kurang sempurna, dan pengaruh luar.
b) Infeksi akut, pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis, dan HIV.
c) Abnormalitas traktus genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks
berlebihan, robekan serviks, dan retroversion uterus.
d) Kelainan plasenta.
3. Klasifikasi
55
Klasifikasi abortus adalah sebagai berikut :
a) Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, saat hasil konsepsi masih dalam uterus
tanpa adanya dilatasi serviks.
b) Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks yang meningkat tetapi
hasil konsepsi masih dalam uterus.
c) Abortus inkompletus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih adanya sisa yang tertinggal dalam
uterus.
d) Abortus kompletus adalah abortus yang hasil konsepsinya sudah
dikeluarkan.
e) Abortus servikalis adalah keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi
oleh ostium uterus eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya
terkumpul dalam kanalis servikalis uterus menjadi besar, kurang lebih
bundar dengan dinding menipis.
f) Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi
janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
g) Abortus habitualis adalah abortus yang berulang dengan frekuensi lebih
dari 3 kali.
h) Abortus septic adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman
atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
4. Manifestasi klinis
56
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh
tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga
sering terdapat rasa mulas dan keluhan nyeri pada perut bagian bawah.
5. Penetalaksanaan
Ibu hamil sebaiknya segera menemui dokter apabila perdarahan terjadi
selama kehamilan. Ibu harus istirahat total dan dianjurkan untuk relaksasi.
Terapi intravena atau tranfusi darah dapat dilakukan bila diperlukan.Pada kasus
aborsi inkomplet diusahakan untuk mengosongkan uterus melalui pembedahan.
Begitu juga dengan kasus missed abortus jika janin tidak keluar spontan. Jika
penyebabnya adalah infeksi, evakuasi isi uterus sebaiknya ditunda sampai
mendapat penyebab yang pasti untuk memulai terapi antibiotic.
6. Asuhan keperawatan
a) Pengkajian
Jika selama kehamilan ditemukan perdarahan, identifikasi :
1) Lama kehamilan.
2) Kapan terjadi perdarahan, berapa lama, banyaknya, dan aktivitas yang
mempengaruhi.
3) Karakteristik darah : merah terang, kecoklatan, adanya gumpalan darah,
dan lender.
4) Sifat dan lokasi ketidaknyamanan seperti kejang, nyeri tumpul atau
tajam, mulas, serta pusing.
5) Gejala – gejala hipovolemia seperti sinkop.
b) Diagnosa keperawatan
57
Kemungkinan diagnosa yang muncul adalah sebagai berikut :
1) Kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan
vaskuler dalam jumlah berlebih.
2) Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan hipovolemia.
3) Ketakutan yang berhubungan dengan ancaman kematian pada diri
sendiri dan janin.
4) Nyeri yang berhubungan dengan dilatasi serviks, trauma jaringan, dan
kontraksi uterus.
5) Resiko tinggi terjadi infeksi yang berhubungan dengan penahanan hasil
konsepsi.
c) Intervensi keperawatn
A. Diagnosa kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan
vaskuler dalam jumlah berlebih.
Kriteria hasil : mendemontrasikan kestabilan/ perbaikan keseimbangan
cairan yang dibuktikan oleh tanda – tanda vital stabil,
pengisian kapiler cepat, sensorium tepat, serta pengeluaran
dan berat jenis urine adekuat secara individual.
1) Evaluasi, laporkan serta catat jumlah dan sifat kehilangan darah, lakukan
perhitungan pembalut, kemudian timbang pembalut.
Rasional : perkirakan kehilangan darah membantu membedakan
diagnosis. Setiap gram peningkatan berat pembalut sama
dengan kehilangan kira – kira 1 ml darah.
58
2) Lakukan tirah baring, instruksikan ibu untuk menghindari valsalva
menuver dan koitus.
Rasional : perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas.
Peningkatan tekanan abdomen atau orgasme dapat
merangsang perdarahan.
3) Posisikan ibu dengan tepat, terlentang dengan panggul ditinggikan atau
posisi semifowler
Rasional : menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak,
peninggian panggul menghindari kompresi vena kaya. Posisi
semifowler memungkinkan janin bertindak sebagai tampon.
4) Catat tanda – tanda vital, pengisian kapiler pada dasar kuku, warna
membrane mukosa atau kulit dan suhu. Ukur tekanan vena sentral bila ada.
Rasional : membantu menentukan beratnya kehilangan darah, meskipun
sianosis dan perubahan pada tekanan darah dan nadi adalah
tanda – tanda lanjut dari kehilangan volume sirkulasi.
5) Pantau aktivitas uterus, status janin, dan adanya nyeri tekan pada abdomen.
Rasional : membantu menentukan sifat hemoragi dan kemungkinan akibat
dari peristiwa hemoragi.
6) Hindari pemeriksaan rectal atau vagina
Rasional : dapat meningkatkan hemoragi.
7) Pantau masukan/ keluaran cairan. Dapatkan sempel urine setiap jam, ukur
berat jenis.
59
Rasional : menentukan luasnya kehilangan cairan dan menunjukan perfusi
ginjal.
8) Auskultasi bunyi nafas
Rasional : bunyi nafas adventitus menunjukan ketidaktepatan/ kelebihan
pergantian.
9) Simpan jaringan atau hasil konsepsi yang keluar.
Rasional : dokter perlu mengevaluasi kemungkinan retensi jaringan,
pemeriksaan histology mungkin diperlukan.
10) Pasang kateter
Rasional : haluaran kurang dari 30 ml/ jam menandakan penurunan perfusi
ginjal dan kemungkinan terjadinya nekrosis tubuler. Keluaran
yang tepat ditentukan oleh derajat deficit individual dan
kecepatan penggantian.
11) Berikan larutan intravena, ekspander plasma, darah lengkap, atau sel – sel
kemasan sesuai indikasi.
Rasional : meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala –
gejala syok.
B. Diagnosa perubahan perfusi jaringan yang behubungan dengan hipovolemia.
Kriteria hasil : perfusi jaringan adekuat dibuktikan dengan denyut jantung janin
dalam batas normal.
1) Perhatikan status fisiologi ibu, status sirkulasi, dan volume darah.
60
Rasional : kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan.
Kemungkinan menyebabkan hipovolemia atau hipoksia
uteroplasenta.
2) Auskultasi dan laporkan DJJ. Catat bradikaardi atau takikardi. Catat
perubahan pada aktivitas janin.
Rasional : mengkaji berlanjutnya hipoksia janin, pada awalnya janin
berespons pada penurunan kadar oksigen dengan takikardi dan
peningkatan gerakan. Bila tetap deficit, bradikardi dan
penurunan aktivitas terjadi.
3) Catat kehilangan darah ibu karena adanya kontraksi uterus.
Rasional : bila kontraksi uterus disertai dilatasi serviks, tirah baring dan
medikasi mungkin tidak efektif dalam mempertahankan
kehamilan.
4) Anjurkan tirah baring pada posisi miring.
Rasional : meningkatkan ketersediaan oksigen untuk janin. Janin
mempunyai kepastian perlengkapan yang mengatasi hipoksia,
dimana disosiasi Hb janin lebih cepat dari pada Hb dewasa dan
jumlah eritrosit janin lebih besar dari dewasa, sehingga
kepastian oksigen yang dibawa janin meningkat.
5) Berikan suplemen oksigen kepada ibu. Lakukan sesuai indikasi.
Rasional : mengevaluasi dengan menggunakan doppler respon DJJ terhadap
gerakan janin, bermanfaat dalam menentukan janin apakah janin
dalam keadaan asfiksia.
61
6) Bantu dengan ultrasonografi dan amniosentesis.
Rasional : menentukan maturitas janin dan usia gestasi. Membantu
menentukan viabilitas dan perkiraan hasil secara realistis.
7) Dapatkan tes darah ibu untuk mengevaluasi serum ibu, darah Hb atau
produk lavase lambung.
Rasional : membedakan darah ibu dari darah janin dalam cairan amnion
menunjukan implikasi terhadap pemberian oksigen serta
kebutuhan ibu terhadap injeksi immunoglobulin Rh (RhlgG) bila
kelahiran terjadi.
8) Siapkan ibu untuk intervensi bedah dengan tepat.
Rasional : pembedahan perlu dilakukan bila terjadi pelepasan plasenta yang
berat atau perdarahan berlebihan, terjadi penyimpanan oksigen
janin, dan kelahiran melalui vagina tidak mungkin seperti pada
kasus plasenta previa total, di mana pembedahan mungkin perlu
diindikasikan untuk menyelamatkan hidup janin.
C. Diagnosa ketakutan yang berhubungan dengan ancaman kematian pada diri
sendiri dan janin.
Kriteria hasil : ibu mendiskusikan ketakutan mengenai diri janin dan masa
depan kehamilan, juga mengenai ketakutan yang sehat dan tidak
sehat.
1) Diskusikan tentang situasi dan pemahaman tentang situasi dengan ibu dan
pasangan.
62
Rasional : memberi informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang
terjadi.
2) Pantau respon verbal dan nonverbal ibu dan pasangan.
Rasional : menandai tingkat rasa takut yang sedang dialami ibu/ pasangan.
3) Dengarkan masalah ibu dengan seksama.
Rasional : meningkatkan rasa control terhadap situasi dan memberikan
kesempatan pada ibu untuk mengembangkan solusi sendiri.
4) Berikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis serta beri kesempatan
klien untuk mengajukan pertanyaan.
Rasional : pengetahuan akan membantu ibu untuk mengatasi apa yang
sedang terjadi dengan lebih efektif, agar nantinya
memungkinkan ibu untuk mengulang informasi akibat tingkat
stress, ibu mungkin tidak dapat mengasimilasi informasi.
Jawaban yang jujur dapat meningkatkan pemahaman dengan
lebih baik serta menurunkan rasa takut.
5) Libatkan ibu dalam perancanaan dan berpartisipasi dalam perawatan
sebanyak mungkin.
Rasional : menjadi mampu melakukan sesuatu untuk membantu mengontrol
situasi sehingga dapat menurunkan rasa takut.
6) Jelaskan prosedur dan arti gejala.
Rasional : pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa takut dan
meningkatkan rasa control terhadap situasi.
d) Implementasi keperawatan
63
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh
hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
e) Evaluasi keperawatan
Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan
dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.
64
7. Pathway
Kalainan pertumbuhan kelainan infeksi akut kelainan traktus
hasil konsepsi plasenta genitalis
Oksigenasi plasenta toksin, bakteri,
terganggu virus
perdarahan dalam desidua basalis
nekrosos jaringan sekitar
hasil konsepsi lepas (aborsi)
villi korialis menembus lebih villi korialis belum menembus
dalam (8 – 14 minggu) desidua (< 8 minggu)
65
lepas sebagian lepas seluruhnya
tindakan kuretase perdarahan
MK : Nyeri resti infeksi MK : kurang volume cairan,
Perubahan perfusi jaringan,
dan ketakutan
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok bahasan : Tindakan Curret
Sub pokok bahasan : Tujuan dan prosedur tindakan curret
Sasaran : Ny. W beserta keluarganya
Tempat : Ruang Nusa Indah RSUD dr. Soeselo Slawi
Waktu : 20 menit
Metode : Ceramah dan Tanya jawab
Media : Leaflet dan lembar balik
Materi :
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Prosedur tindakan
TIU : Ny. W dan keluarga dapat mengetahui prosedur tindakan
curret.
66
TIK : Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 20 menit
diharapkan Ny. W :
1. Dapat menjelaskan pengertian
2. Dapat menyebutkan tujuan
3. Dapat menyebutkan prosedur tindakan
4. Dan Ny. W tidak cemas lagi
KEGIATAN PEMBELAJARAN
N
OTAHAP/WAKTU
KEGIATAN
PENYAJI RESPON KLIEN
1 Pembukaan 5
menit
1. Mengucapkan salam
2. Mengulang kontrak
waktu.
3. Menjelaskan tujuan
1. Menjawab salam
2. Mendengarkan penyaji
3. Mendengarkan tujuan
penyuluhan.
2 Kegiatan inti 10
menit
1. Menjelaskan
pengertian.
2. Menjelaskan tujuan.
3. Menjelaskan langkah
– langkah tindakan
1. Mendengarkan penyaji.
2. Mendengarkan penyaji.
3. Mendengarkan penyaji.
67
curret.
3 Penutup 5 menit 1. Memberikan
kesempatan kepada
Ny. W dan keluarga
untuk bertanya.
2. Evaluasi
3. Salam penutup
1. Klien dan keluarga
bertanya.
2. Klien menjawab
3. Menjawab salam
Evaluasi :
a) Jelaskan pengertian tindakan curret
b) Jelaskan tujuan tindakan curret
c) Jelaskan prosedur tindakan curret
68
PROSEDUR TINDAKAN KURETASE
1. Pengertian
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase
(sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan
pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan
besarnya uterus. Gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan
misalnya perforasi.
Kuret adalah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan dari dalam
rahim. Jaringan itu sendiri bisa berupa tumor, selaput rahim, atau janin yang
dinyatakan tidak berkembang maupun sudah meninggal. Dengan alasan medis,
tidak ada cara lain jaringan semacam itu harus dikeluarkan. ( Dr. H. Taufik
Jaman, Sp.OG )
69
2. Tujuan Kuretase
Menurut ginekolog dari Morula Fertility Clinic, RS Bunda, Jakarta, tujuan
kuret ada dua yaitu:
1. Sebagai terapi pada kasus-kasus abortus. Intinya, kuret ditempuh oleh
dokter untuk membersihkan rahim dan dinding rahim dari benda-benda
atau jaringan yang tidak diharapkan.
2. Penegakan diagnosis. Semisal mencari tahu gangguan yang terdapat pada
rahim, apakah sejenis tumor atau gangguan lain. Meski tujuannya berbeda,
tindakan yang dilakukan pada dasarnya sama saja. Begitu juga persiapan
yang harus dilakukan pasien sebelum menjalani kuret.
3. Prosedur kuretase
Prosedurnya sama antara kuret karena keguguran maupun nonkeguguran.
1. Persiapan sebelum kuretase
a) Puasa
Saat akan menjalani kuretase, biasanya ibu harus mempersiapkan
dirinya. Misal, berpuasa 4-6 jam sebelumnya. Tujuannya supaya perut
dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal.
b) Cek adanya Perdarahan
Dokter akan melakukan cek darah untuk mengetahui apakah pasien
mengalami gangguan perdarahan atau tidak. Jika ada indikasi gangguan
70
perdarahan, kuret akan ditunda sampai masalah perdarahan teratasi.
Namun tak menutup kemungkinan kuret segera dilakukan untuk kebaikan
pasien. Biasanya akan dibentuk tim dokter sesuai dengan keahlian masing-
masing, dokter kandungan, dokter bedah, dokter hematologi, yang saling
berkoordinasi. Koordinasi ini akan dilakukan saat pelaksanaan kuret,
pascakuret, dan sampai pasien sembuh.
c) Persiapan Psikologis
Setiap ibu memiliki pengalaman berbeda dalam menjalani kuret. Ada
yang bilang kuret sangat menyakitkan sehingga ia kapok untuk
mengalaminya lagi. Tetapi ada pula yang biasa-biasa saja.Sebenarnya,
seperti halnya persalinan normal, sakit tidaknya kuret sangat individual.
Sebab, segi psikis sangat berperan dalam menentukan hal ini.Bila ibu
sudah ketakutan bahkan syok lebih dulu sebelum kuret, maka munculnya
rasa sakit sangat mungkin terjadi. Sebab rasa takut akan menambah kuat
rasa sakit. Bila ketakutannya begitu luar biasa, maka obat bius yang
diberikan bisa tidak mempan karena secara psikis rasa takutnya sudah
bekerja lebih dahulu. Walhasil, dokter akan menambah dosisnya.
Sebaliknya, bila saat akan dilakukan kuret ibu bisa tenang dan bisa
mengatasi rasa takut, biasanya rasa sakit bisa teratasi dengan baik.
71
Meskipun obat bius yang diberikan kecil sudah bisa bekerja dengan baik.
Untuk itu sebaiknya sebelum menjalani kuret ibu harus mempersiapkan
psikisnya dahulu supaya kuret dapat berjalan dengan baik. Persiapan psikis
bisa dengan berusaha menenangkan diri untuk mengatasi rasa takut,
pahami bahwa kuret adalah jalan yang terbaik untuk mengatasi masalah
yang ada.Sangat baik bila ibu meminta bantuan kepada orang terdekat
seperti suami, orangtua, sahabat, dan lainnya. Bila diperlukan, gunakan
jasa psikolog apabila ibu tak yakin dapat mengatasi masalah ini sendirian.
d) Minta Penjelasan Dokter
Hal lain yang perlu dilakukan adalah meminta penjelasan kepada
dokter secara lengkap, mulai apa itu kuret, alasan kenapa harus dikuret,
persiapan yang harus dilakukan, hingga masalah atau risiko yang mungkin
timbul. Jangan takut memintanya karena dokter wajib menjelaskan segala
sesuatu tentang kuret. Dengan penjelasan lengkap diharapkan dapat
membuat ibu lebih memahami dan bisa lebih tenang dalam pelaksanaan
kuret.
2. Saat kuretase
Sebelum dilakukan kuretase, biasanya pasien akan diberikan obat anestesi
(dibius) secara total dengan jangka waktu singkat, sekitar 2-3 jam. Setelah
pasien terbius, barulah proses kuretase dilakukan.
72
Ketika melakukan kuret, ada 2 pilihan alat bantu bagi dokter. Pertama,
sendok kuret dan kanula/ selang. Sendok kuret biasanya dipilih oleh dokter
untuk mengeluarkan janin yang usianya lebih dari 8 minggu karena
pembersihannya bisa lebih maksimal. Sedangkan sendok kanula lebih dipilih
untuk mengeluarkan janin yang berusia di bawah 8 minggu, sisa plasenta, atau
kasus endometrium.
Alat kuretasebaik sendok maupun selang dimasukkan ke dalam rahim
lewat vagina. Bila menggunakan sendok, dinding rahim akan dikerok dengan
cara melingkar searah jarum jam sampai bersih. Langkah ini harus dilakukan
dengan saksama supaya tak ada sisa jaringan yang tertinggal.Bila sudah
berbunyi “krok-krok” (beradunya sendok kuret dengan otot rahim)
menunjukkan kuret hampir selesai.Sedikit berbeda dengan selang, bukan
dikerok melainkan disedot secara melingkar searah jarum jam. Umumnya kuret
memakan waktu sekitar 10-15 menit.
3. Tehnik dilatasi dan kuretase
Gambar : Spekulum vagina dipasang dan dipegang oleh asisten, sonde uterus
dimasukkan kedalam cavum uteri untuk menentukan arah dan kedalaman
uterus.
73
Gambar : Dilatator hegar dijepit diantara ibu jari dan jari telunjuk tangan
kanan dan dimasukkan kedalam uterus secara hati-hati dan sistematis (mulai
dari ukuran diameter terkecil.
Gambar : Sendok uterus dimasukkan secara mendatar dengan lengkungan
menghadap atas dan kuretase dikerjakan secara sistematis.
Gambar :Pengeluaran sisa kehamilan yang relatif besar
74
DAFTAR ISTILAH
Abortus iminens : Suatu abortus yang dicurigai bila terdapat pengeluaran vagina
yang mengandung darah, atau perdarahan pervaginam pada trimester pertama
kehamilan.
Abortus insipiens : Merupakan suatu abortus yang tidak dapat dipertahankan lagi
ditandai dengan pecahnya selaput janin dan adanya pembukaan servik.
Abortus inkompletus : Suatu pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam uterus.
Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Abortus servikalis : Keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium
uterus eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam
kanalis servikalis uterus menjadi besar, kurang lebih bundar dengan dinding.
75
Missed abortus : Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu
tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
Abortus habitualis : Abortus spontan yang terjadi berturut – turut tiga kali atau
lebih.
Abortus septic : Infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam
peredaran darah atau peritoneum.
Corpus alienum : Benda asing yang masuk dalam tubuh manusia
Blighted ovum : Keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak ada
bayi dalam kandungan, kehamilan kosong atau janin tidak berkembang.
Monosomi : Kromosom tertentu yang hanya ada satu di dalam sel, padahal
seharusnya terdapat secara berpasangan.
Triosomi : Kelainan kromosom yang ada tiga di dalam satu sel.
Poliploidi : Mempunyai lebih dari dua sel kromosom yang homolog.
Hipoplasi trofoblas : Perkembangan yang tidak sempurna dari suatu organ.
Hipertensi vaskuler : Tekanan darah tinggi yang di sebabkan adanya gangguan
pada pembuluh darah.
Hipoplasia uterus : Perkembangan rahim yang tidak sempurna atau kurang.
Mioma : Tumor jinak yang dibentuk dari unsur – unsur otot.
Servik inkompeten : Mulut rahim yang tidak berfungsi secara tepat.
76
Retroflexio uteri gravid incarcerate : Kelainan bentuk uterus yang melengkung ke
bawah.
Arsen : Unsure obat dan racun.
Benzene : Cairan hidrokarbon dari tar atau batu bara yang digunakan sebagai
pelarut, uapnya dapat menyebabkan keracunan yang fatal.
77