kecerdasan emosi

8
Kecerdasan Emosi C. Kecerdasan Emosi 1. Pengertian Kecerdasan Emosi Memahami dan mengatur emosi diri sendiri membantu kompetensi social anak, kemampuan mereka untuk akur dengan orang lain. Hal ini membantu mereka dalam mengatur perilaku dan membicarakan tentang perasan-perasan mereka (Garner & Power, dalam Papalia, 2001). Anak dapat membicarakan mengenai perasaan- perasaan mereka dan sering kali dapat melihat perasaan orang lain, mereka juga memahami bahwa emosi berkaitan dengan pengalaman dan keinginan (Saarni, dalam Papalia, 2001). Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif dalam mengelola diri sendiri dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain secara positif. Istilah kecerdasan emosional pertama kali dicetuskan pada tahun 1990 oleh Psikolog Salovery dan John Mayer untuk menerapkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan seseorang. Kualitas-kualitas tersebut antara lain empati, mengungkap dan memahami perasaan orang lain, mengendalikan amarah diri, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi atau pribadi, ketekunan, kesetiakawanan dan sikap hormat (dalam Shapiro, 1997).

Upload: ardian-syah

Post on 07-Jul-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hhhjhbj

TRANSCRIPT

Page 1: Kecerdasan Emosi

Kecerdasan Emosi

C. Kecerdasan Emosi

1. Pengertian Kecerdasan Emosi

            Memahami dan mengatur emosi diri sendiri membantu kompetensi

social anak, kemampuan mereka untuk akur dengan orang lain. Hal ini

membantu mereka dalam mengatur perilaku dan membicarakan tentang

perasan-perasan mereka (Garner & Power, dalam Papalia, 2001). Anak dapat

membicarakan mengenai perasaan-perasaan mereka dan sering kali dapat

melihat perasaan orang lain, mereka juga memahami bahwa emosi

berkaitan dengan pengalaman dan keinginan (Saarni, dalam Papalia, 2001).

Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi

secara efektif dalam mengelola diri sendiri dan mempengaruhi hubungan

dengan orang lain secara positif.  Istilah kecerdasan emosional pertama kali

dicetuskan pada tahun 1990 oleh Psikolog Salovery dan John Mayer untuk

menerapkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi

keberhasilan seseorang. Kualitas-kualitas tersebut antara lain empati,

mengungkap dan memahami perasaan orang lain, mengendalikan amarah

diri, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan

memecahkan masalah yang dihadapi atau pribadi, ketekunan,

kesetiakawanan dan sikap hormat (dalam Shapiro, 1997).

Menurut Stanberg & Salovery (dalam Shapiro, 1997) kecerdasan

emosional adalah kemampuan mengenali emosi diri yang merupakan

kemampuan seseorang dalam mengenali perasaannnya sendiri sewaktu

perasaan atau emosi itu muncul dan ia mampu mengenali emosinya sendiri

apabila ia memiliki kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka yang

sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan-keputusan secara

Page 2: Kecerdasan Emosi

mantap. Salovey dan Mayer (dalam Melandy dan Aziza ; 2006)

mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk mengenali

perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran,

memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara

mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.

Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat

menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan

terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam

pembentukan kecerdasan emosional.

            Selanjutnya, menurut Cooper dan Sawaf (1999) kecerdasan emosi

adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan

daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koreksi dan

pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan

untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta

menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi

dalam kehidupan sehari-hari. Dimana kecerdasan emosi juga merupakan

kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai

tujuan untuk membangun produktif dan meraih keberhasilan. (Setyawan,

2005)

Patton (2002) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah

kekuatan dibalik singasana kemampuan intelektual. Shapiro (1997)

berpendapat bahwa kecerdasan emosional tidak begitu dipengaruhi oleh

faktor keturunan sehingga membuka kesempatan bagi orang tua untuk

mendidik lebih besar meraih keberhasilan. Selanjutnya Dameria (dalam

Shapiro, 1997) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah

kemampuan untuk mengenali, mengekspresikan, mengolah emosi baik

emosi dirinya sendiri maupun emosi orang lain dengan tindakan konstruktif

yang mempromosikan kerjasama sebagai tim yang mengacu pada

Page 3: Kecerdasan Emosi

produktifitas dan bukan pada konflik. Reuven Bar-On (dalam Stein dan Book,

2002) mengemukakan bahwa kecerdasan emosi adalah serangkaian

kemampuan, kompetensi, dan kecakapan kognitif yang mempengaruhi

kemampuan seseorang untuk dapat berhasil mengatasi tuntutan dan

tekanan lingkungan. Kecerdasan emosi juga ditandai oleh kemampuan

dalam membina hubungan dengan orang lain.

Menurut Davies dkk dalam Casmini (2007:17) menjelaskan bahwa

kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan

emosi dirinya sendiri dan orang lain, membedakan satu emosi dengan

lainnya, dan menggunakan emosi tersebut untuk menuntun proses berfikir

serta perilaku seseorang. Kemampuan ini merupakan kemampuan yang unik

yang terdapat dalam diri seseorang, sehingga hal ini merupakan suatu yang

amat penting dalam kemampuan psikologis seseorang.

Menurut Wibowo (dalam Melandy dan Aziza ; 2006) kecerdasan

emosional adalah kecerdasan untuk menggunakan emosi sesuai dengan

keinginan, kemampuan untuk mengendalikan emosi sehingga memberikan

dampak yang positif. Sedangkan menurut Goleman (dalam Melandy dan

Aziza ; 2006) kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan,

memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi

sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi.

Goleman mendefinisikan bahwa kecerdasan emosi adalah suatu kemampuan

seseorang yang didalamnya terdiri dari berbagai kemampuan untuk dapat

memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan

impulsive needs atau dorongan hati, tidak melebih-lebihkan kesenangan

maupun kesusahan, mampu mengatur reactive needs, menjaga agar bebas

stress, tidak melumpuhkan kemampuan berfikir dan kemampuan untuk

berempati pada orang lain, serta adanya prinsip berusaha sambil berdoa.

Page 4: Kecerdasan Emosi

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

emosi merupakan kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif

menerapkan daya dan kepekaan emosi, kemampuan mengenali emosi diri

dalam mengenali perasaan, dan untuk menggunakan emosi secara efektif

dalam mengelola diri sendiri dan mempengaruhi hubungan dengan orang

lain secara positif.

2. Ciri-ciri Individu dengan Kecerdasan Emosi Tinggi dan Rendah

            Steven Hein (Goleman, 2002) membedakan individu dengan

kecerdasan emosional tinggi dan rendah. Ia juga mengkarakteristikkan orang

yang memiliki Emotional Intelligence tinggi dan rendah atas ciri yang khas,

yaitu :

a.       Ciri-ciri individu dengan tingkat Emotional Intelligence yang tinggi :

1)      Mampu untuk melabelkan perasaannya daripada melabelkan perasaan

orang lain ataupun situasi.

2)      Mampu membedakan mana yang pikiran dan mana yang merupakan rasa.

3)      Bertanggung jawab terhadap rasa.

4)      Menggunakan rasa mereka untuk membantu dalam membuat suatu

keputusan.

5)      Respek terhadap apa yang dirasakan oleh orang lain.

6)      Berupaya untuk memperoleh nilai-nilai positif dari emosi yang negatif.

7)      Tidak bertindak otoriter, menggurui ataupun memerintah.

b.      Ciri-ciri individu dengan tingkat Emotional Intelligence yang rendah :

1)      Tidak berani bertanggung jawab terhadap rasa yang dimiliki, tetapi lebih

menyalahkan orang lain terhadap hal yang terjadi pada dirinya.

Page 5: Kecerdasan Emosi

2)      Cenderung menyerang, menyalahkan, dan menilai orang lain.

3)      Merasa tidak nyaman berada disekitar orang lain dan kurang memiliki

rasa empati.

4)      Cenderung kaku, kurang fleksibel, cenderung menyatakan tidak ada

pilihan lain.

5)      Pesimistis dan cenderung menganggap dirinya ini adil.

6)      Sering merasa kurang dihargai, kecewa, hambar atau merasa jadi korban.

Uraian di atas menunjukkan bahwa adanya perbedaan tingkat

emotional intelligence dalam diri seseorang. Masing-masing individu

mempunyai emotional intelligence yang berbeda-beda, ada yang memiliki

tingkat emotional intelligence yang tinggi dan tingkat emotional intelligence

yang rendah. Individu tertentu menunjukkan perbedaan emotional

intelligence dengan sikap mereka dalam masalah yang mereka hadapi.

3. Aspek-aspek Kecerdasan Emosi

Kecerdasan Emosi dapat diukur dari beberapa aspek-aspek. Goleman

(2001) mengemukakan lima kecakapan dasar dalam kecerdasan Emosi,

yaitu:

a.       Kesadaran diri (Self-Awareness) : yaitu mengetahui apa yang kita rasakan

pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan

keputusan sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri

dan kepercayaan diri yang kuat.

b.      Pengaturan diri (Self-Regulation) : yaitu menangani emosi kita sedemikian

rupa sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap

kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu

sasaran, mampu segera pulih kembali dari tekanan emosi.

c.       Motivasi (Motivation) : yaitu menggunakan hasrat kita yang paling dalam

untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, membantu kita

Page 6: Kecerdasan Emosi

mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, serta untuk bertahan

menghadapi kegagalan dan frustasi.

d.      Empati (Emphaty) : yaitu merasakan yang dirasakan orang lain, mampu

memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan

menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.

e.       Keterampilan Sosial (Social Skill) : yaitu menangani emosi dengan baik

ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi

dan jaringan sosial; berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan

– keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan

menyelesaikan perselisihan, serta untuk bekerja sama dalam tim.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai aspek-

aspek kecerdasan emosi yaitu adanya kesadaran diri (Self-Awareness),

pengaturan diri (Self-Regulation), motivasi (Motivation), empati (Emphaty),

dan keterampilan Sosial (Social Skill).