hubungan antara kecerdasan emosi dengan tingkat

96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA KELAS 3 MU’ALLIMIN PONDOK PESANTREN AL-MUKMIN SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi Oleh : Firman Ridlo Mursyidi G 0104023 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: truongduong

Post on 13-Jan-2017

228 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN

TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA KELAS 3 MU’ALLIMIN

PONDOK PESANTREN AL-MUKMIN SUKOHARJO

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi

Oleh :

Firman Ridlo Mursyidi

G 0104023

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2010

Page 2: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul : Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan

Tingkat Kecemasan Pada Remaja Kelas 3 Mu’allimin Pondok Pesantren Al-Mukmin Sukoharjo

Nama Peneliti : Firman Ridlo Mursyidi NIM : G0104023 Tahun : 2004 Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Pembimbing dan Penguji Skripsi

Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari : ...............................................

Pembimbing Utama

Drs. Makmuroh, MS NIP 195306181980032002

Pembimbing Pendamping

Nugraha Arif Karyanta, S.Psi NIP 197603232005011002

Koordinator Skripsi

Rin Widya Agustin, M.Psi. NIP 197608172005012002

Page 3: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:

Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Tingkat Kecemasan Pada Remaja Kelas 3 Mu’allimin Pondok Pesantren Al-Mukmin Sukoharjo

Firman Ridlo Mursyidi, G0104023, Tahun 2004

Telah diuji dan disahkan oleh Pembimbing dan Penguji Skripsi Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Hari :

Tanggal :

1. Pembimbing Utama Dra. Makmuroch, MS. . ( __________________ )

2. Pembimbing Pendamping Nugraha Arif Karyanta, S.Psi.. ( __________________ )

3. Penguji I

Dra. Emi Dasiemi, MS. ( __________________ )

4. Penguji II H. Arista Adi Nugroho, S.Psi., MM. ( __________________ )

Surakarta, __________________

Koordinator Skripsi

Rin Widya Agustin, M.Psi. NIP 197608172005012002

Ketua Program Studi Psikologi

Drs. Hardjono, M.Si. NIP 195901191989031002

Page 4: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

Perguruan Tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya

atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika

terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia

derajat kesarjanaan saya dicabut.

Surakarta, Mei 2010

Firman Ridlo Mursyidi

Page 5: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan (QS. Al Insyirah: 5-6)

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”

(QS.Al Baqoroh 286)

The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams (Eleanor Roosevelt)

There are many people who have big plans but their big plans never come true. The reason is, too many people have big plans but fail to

keep their small agreements (Robert Kiyosaki)

Page 6: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Allah SWT Dzat Maha Agung yang berkuasa di seluruh alam semesata

Muhammad SAW

Pemimpin dan Teladan Umat

Ibunda, ayahanda, dan kakek-kakakku tercinta Mbak Selly, Mbak Atik dan Mas Oki atas kesabaran dan kasih sayang dalam mendidik ananda

Adik-adikku Lina, Dik Bibi dan Dik Devan serta keponakanku Zia

atas kasih sayang dan doa kalian

P’ de, Bu dhe, Om, Tante atas kasih sayang dan doa kalian

Page 7: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Allhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT

tidak lupa penulis panjatkan, hanya dengan rahmat dan hidayahNya-lah

penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa penulis

sampaikan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW beserta keluarga,

sahabat dan pengikutnya yang setia.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat guna memperoleh

derajat sarjana S-1 pada Bidang Studi Psikologi Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tanpa bantuan berbagai pihak,

kiranya penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Untuk itu

penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, penghargaan yang

setinggi-tingginya dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah

penulis lakukan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian

skripsi ini, terutama kepada:

1. Drs. Hardjono, M.Si. Selalu Ketua Program Studi Psikologi yang telah

memberi kesempatan kepada penulis untuk dapat menuntut ilmu di Prodi

Psikologi serta memberi bimbingan dan arahan kepada penulis.

2. Dra. Makmuroch, MS. selaku dosen pembimbing utama, atas bimbingan,

waktu dan masukan yang berarti bagi penulis.

3. Nugraha Arif Karyanta, S.Psi. selaku dosen pembimbing pendamping, atas

bimbingan, waktu dan masukan yang sangat berarti bagi penulis.

4. Dra. Emi Dasiemi, MS. dan H. Arista Adi Nugroho, S.Psi., MM. selaku dosen

penguji yang memberikan bantuan dan saran yang berarti bagi penulis.

5. KH Wahyuddin selaku Direktur Pondok Pesantren Islam Al Mukmin

Sukoharjo, Jawa Tengah yang telah memberi ijin penelitian dan memberikan

bantuan dalam pengambilan data pada penelitian ini.

6. Prof. DR. Dr. H Mohammad Fanani, SpKj (K) selaku ustad pengajar Pondok

Pesantren Al Mukmin yang telah memberi kesempatan dan meluangkan waktu

Page 8: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

kepada penulis untuk menjalankan aktivitas penelitian ini dengan segala

bimbingan dan arahan ketika jalannya penelitian.

7. Seluruh remaja kelas 3 Mu’allimin Pondok Pesantren Al Mukmin Sukoharjo

yang telah bersedia menjadi subjek penelitian penulis.

8. Seluruh Staf Psikologi, Mas Dimas, Mas Rian, dan Mbak Ana yang penuh

kesabaran, dan segala bantuan serta kemudahan dalam pelayanananya yang

telah diberikan.

9. Papa dan Mama tercinta atas semua pengorbanannya, kasih sayang, doa,

perhatian dan dukungannya selama ini tanpa mengenal lelah yang terus

membimbingku menjadi orang yang dewasa, bermanfaat, dan berguna.

10. Kakak-kakakku Mbak Selly, Mbak Atik dan Mas Oki, atas cinta, doa,

bantuan, perhatian, kasih sayang, pengertian, dan kebersamaanya selama ini,

semoga kita semua selalu kompak dan dapat menjadi anak-anak yang baik dan

berguna bagi kedua orangtua kita.

11. Adikku Bibie dan Devan yang selalu memberikan semangat serta

Keponakanku yang pertama Zia yang sangat lucu yang selalu menghiburku

tatkala suka maupun duka.

12. Mbak Lilis yang memberikan semangat dalam menyelesaikan studi serta

dukunganya dalam pencapaian cita-cita kedepan.

13. Lina dan keluarga yang telah banyak memberi inspirasi, semangat terus maju

dan telah memberi arti dalam hidupku.

14. Seluruh rekan mahasiswa Program studi Psikologi khususnya angkatan 2004,

yang senantiasa saling mendukung penulis, serta semua pihak yang telah

membantu penulis yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Semoga Allah

membalas jasa-jasa dan kebaikan dengan pahala yang berlimpah amien.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

siapapun yang membacanya.

Surakarta, Mei 2010

Penulis

Page 9: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. .... i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ... ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................. .. iii

PERNYATAAN...................................................................................... .. iv

HALAMAN MOTTO ............................................................................. ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. .. vi

KATA PENGANTAR ............................................................................ . vii

DAFTAR ISI .......................................................................................... .. ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. . xii

DAFTAR TABEL ................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiv

ABSTRAK .............................................................................................. . xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ......................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kecemasan ...................................................................... 8

1. Pengertian kecemasan .............................................. 8

2. Gejala-gejala kecemasan ........................................... 10

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan ......... 11

Page 10: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

4. Aspek-aspek kecemasan ........................................... 14

5. Klasifikasi tingkat kecemasan ................................... 16

6. Manajemen kecemasan ............................................. 19

7. Respon kecemasan .................................................... 21

B. Kecerdasan Emosi. ........................................................ 23

1. Pengertian kecerdasan emosi ..................................... 23

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi 28

3. Aspek-aspek kecerdasan emosi .................................. 31

C. Remaja ........................................................................... 37

D. Hubungan antara kecerdasan emosi dengan tingkat

kecemasan pada remaja kelas 3 mu’allimin Pondok

Pesantren Al-Mukmin Sukoharjo ................................... 40

E. Kerangka pikir ............................................................... .... 44

F. Hipotesis ............................................................................ 44

BAB III METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian ....................................... 46

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................ 46

C. Populasi dan Sampel ....................................................... 48

D. Metode dan Alat Pengumpul Data .................................. 49

E. Validitas dan Reliabilitas ............................................... 51

F. Teknik Analisis.............................................................. 52

Page 11: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Persiapan Penelitian ...................................................... 54

1. Orientasi kancah penelitian…………………………. 54

2. Persiapan alat ukur .......... …………………………... 60

3. Pelaksanaan uji coba ........ …………………………... 62

4. Uji validitas dan reliabilitas ………………………… 62

5. Penyusunan alat ukur untuk penelitian……………… 64

B. Pelaksanaan Penelitian .................................................. 64

1. Penentuan sampel penelitian ....................................... 64

2. Pengumpulan data penelitian ...................................... 65

3. Pelaksanaan skoring .................................................... 65

C. Analisis data penelitian ................................................. 66

1. Uji normalitas .................………………………….... 66

2. Uji linieritas .................………………………….... ... 68

3. Analisis deskriptif ………………………………..... 68

4. Uji hipotesis ……………………….. ……………..... 71

D. Pembahasan …………………………………………… 73

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................... 78

B. Saran............................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 81

LAMPIRAN ............................................................................................ 86

Page 12: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram kognitif perilaku .......................................................................... 21

2. Kerangka pikir............................................................................................ 44

Page 13: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Analisis gangguan fungsional kecemasan dari Blackburn dan Davidson . 23

2. Susunan aitem skala kecerdasan emosi ................................................... 61

3. Distribusi aitem shahih dan aitem gugur skala kecerdasan emosi ............ 63

4. Distribusi aitem skala kecerdasan emosi untuk penelitian ......................... 64

5. Hasil uji normalitas skala kecerdasan emosi dengan skor kecemasan ....... 67

6. Hasil uji linieritas skala kecerdasan emosi dengan skor kecemasan ......... 68

7. Analisis deskriptif kecerdasan emosi dan kecemasan ................................ 69

8. Norma kategori skor subyek ...................................................................... 69

9. Kategori subyek berdasar skor skala penelitian kecerdasan emosi ........... 70

10. Kategori subyek berdasar skor kecemasan ............................................... 71

11. Hasil teknik analisis korelasi Product Moment Pearson ........................... 72

12. Sumbangan efektif kecerdasan emosi terhadap tingkat kecemasan .......... 73

Page 14: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

A. Alat ukur skala kecerdasan emosi sebelum uji coba .............................. 87

B. Sebaran nilai uji coba alat ukur skala kecerdasan emosi ...................... 92

C. Validitas dan reliabilitas alat ukur skala kecerdasan emosi ................... 97

D. Alat ukur untuk penelitian skala kecerdasan emosi dan TMAS (Taylor

Manifest Anxiety Scale) ........................................................................... 100

E. Sebaran nilai data penelitian kecerdasan emosi dan kecemasan............. 108

F. Analisis data penelitian .......................................................................... 115

G. Dokumentasi denelitian........................................................................... 118

H. Surat Ijin Penelitian ................................................................................. 120

Page 15: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA KELAS 3 MU’ALLIMIN PONDOK

PESANTREN AL-MUKMIN SUKOHARJO

Firman Ridlo Mursyidi

Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang dapat mendukung majunya suatu bangsa. Pendidikan tidak lepas dari proses pembelajaran dimana tidak hanya bergantung pada aspek intelegensi atau kemampuan yang didasari oleh fungsi kognitif saja, tetapi juga dipengaruhi oleh aspek lain seperti emosi dan sosial. Kecemasan merupakan gangguan emosi yang menjadi salah satu permasalahan paling sering dialami remaja. Kecemasan sangat berpengaruh pada kepribadian dan prestasi belajar. Remaja yang berada pada masa menuju kematangan mempunyai kemungkinan yang besar untuk mengalami kecemasan, orang yang mengalami kecemasan ini biasanya mempunyai penilaian kurang baik terhadap dirinya yaitu mempunyai kecerdasan emosi yang rendah. Kecemasan dapat diatasi bila seseorang mampu mengelola kecerdasan emosinya dengan baik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan tingkat kecemasan pada remaja kelas 3 mu’allimin Pondok Pesantren Al-Mukmin Sukoharjo.

Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional analitik deskriptif, dengan variabel bebas kecerdasan emosi dan variabel tergantung tingkat kecemasan. Penelitian ini menggunakan populasi seluruh remaja kelas 3 mu’allimin Pondok Pesantren Al-Mukmin Sukoharjo. Sampel berjumlah 95 remaja. Karena sedikitnya populasi maka penelitian ini menggunakan semua populasi untuk penelitian atau studi populasi. Teknik pengambilan data pada variabel kecerdasan emosi menggunakan skala kecerdasan emosi sedangkan variabel kecemasan menggunakan Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS). Metode analisis data yang digunakan adalah korelasi Product Moment Pearson dengan bantuan komputer program SPSS for MS windows versi 16.

Berdasarkan perhitungan analisis data diperoleh hasil nilai koefisien korelasi antara variabel kecerdasan emosi dengan variabel tingkat kecemasan (rxy) sebesar -0,329, nilai p-value 0,001<0,05, arah hubungan antara dua variabel adalah negatif artinya semakin tinggi kecerdasan emosi maka semakin rendah kecemasan begitu pula sebaliknya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima yaitu terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan tingkat kecemasan pada remaja mu’alimin kelas 3 Pondok Pesantren Al Mukmin Sukoharjo. Adapun sumbangan efektif kecerdasan emosi dengan tingkat kecemasan sebesar 10,8%. Kata kunci : kecerdasan emosi, tingkat kecemasan.

Page 16: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang dapat mendukung

majunya suatu bangsa. Dunia pendidikan diperlukan untuk mempersiapkan

sumber daya manusia yang saling berkompetisi dalam lingkup pekerjaan atau

studi. Salah satu usaha yang paling umum dan paling sering ditempuh oleh

seseorang dalam mengembangkan dirinya adalah dengan menempuh sistem

pendidikan formal. Hal ini disebabkan karena cukup banyak orang yang

beranggapan bahwa untuk menjadi seseorang yang berhasil dalam hidupnya,

orang itu harus berpendidikan, khususnya pendidikan formal (Tjundjing, 2001).

Pendidikan formal tidak lepas dari proses pembelajaran. Proses

pembelajaran tidak hanya bergantung pada aspek intelegensi atau kemampuan

yang didasari oleh fungsi kognitif saja, tetapi juga dipengaruhi oleh aspek lain

seperti emosi dan sosial. Seringkali tujuan proses pembelajaran tidak tercapai

bukan karena ketidakmampuan pelajar dalam berpikir, namun karena ia

mengalami masalah dalam aspek emosi atau aspek sosial yang mengakibatkan

terhambatnya proses pembelajaran tersebut (Rostiana, 1997).

Setiap orang pernah mengalami kecemasan yang normal oleh karena suatu

sebab, misalnya menghadapi ujian, sidang di pengadilan, promosi, atau penurunan

jabatan. Kecemasan dirasakan sebagai akibat dari sesuatu yang jelas penyebabnya

dan akan kembali normal setelah objek yang menjadi kecemasan berlalu.

1

Page 17: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Kecemasan dapat merupakan manifestasi gangguan kepribadian menghindar atau

gangguan fobik. Sebagai gangguan yang berdiri sendiri, kecemasan dapat berupa

gangguan cemas umum (menyeluruh), disini cemas dirasakan mengambang (free

floating), tidak menentu dan tidak jelas penyebabnya (Kaplan dan Sadock, 1994).

Kecemasan merupakan gangguan emosi yang menjadi salah satu

permasalahan paling sering dialami remaja. Kecemasan sangat berpengaruh pada

kepribadian dan prestasi belajar. Mahasiswa yang mempunyai kecemasan yang

tinggi lebih berhasil dalam kondisi ujian yang kurang menekan, sedangkan

mahasiswa yang mempunyai kecemasan yang rendah lebih berhasil dalam kondisi

yang menekan (Martaniah dalam Kusningsih, 1994).

Siswa berinisial AA meraih juara IV olimpiade fisika Jawa Tengah tetapi

tidak lulus ujian nasional. Di kalangan teman-temannya, AA dikenal sebagai anak

pintar. Hampir tiap tahun ia meraih ranking I atau setidaknya ranking II di kelas.

Setelah menjuarai olimpiade fisika se-Jawa Tengah, Universitas Semarang siap

menerima AA menjadi mahasiswa di jurusan fisika melalui jalur penerimaan

siswa berprestasi. Kesempatan ini pupus karena ia tidak lulus ujian nasional

(Kompas, 2006). Melihat dari kasus tersebut, menurut analisa penulis sesuai yang

diutarakan oleh Toepra (dalam Nasution, 2007) bahwa remaja SMA yang akan

menghadapi ujian akhir dan UMPTN sering mengalami ketegangan dan

kecemasan, Selanjutnya menurut Davidof (dalam Syahraini dan Rohmatun, 2007)

orang yang mengalami kecemasan biasanya mempunyai penilaian yang kurang

baik terhadap dirinya, mempunyai kecerdasan emosi yang rendah dan kurang

percaya diri. Sedangkan Collins (dalam Syahraini dan Rohmatun, 2007)

Page 18: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

berpendapat bahwa kecemasan dapat diatasi bila seseorang mempunyai

kecerdasan emosional yang baik dengan cara berfikir realistis dan bersikap secara

tepat. Tetapi dalam kasus diatas, AA tidak dapat mengelola emosi, berpikir

realistis sehingga ia gagal dalam ujian.

Stroufe (dalam Amir, 2004) mengemukakan bahwa remaja yang berada

pada masa menuju kematangan mempunyai kemungkinan yang besar untuk

mengalami kecemasan. Pada masa ini, remaja digambarkan aktif menjelajahi

berbagai pilihan untuk menentukan identitas diri. Mereka masih bingung untuk

menentukan identitas yang sesuai dengan dirinya sehingga emosi mereka sangat

labil. Usia remaja merupakan masa stress dan storm dimana remaja mengalami

guncangan yang dapat menyebabkan timbulnys stress dan kecemasan. Arnett

(dalam Leonni dan Hadi, 2007) mengemukakan bahwa remaja juga mempunyai

reputasi berani mengambil resiko paling tinggi dibandingkan periode lainnya. Hal

ini pula yang mendorong remaja berpotensi mudah meningkat kecemasanya

karena kenekatannya sering mengiring pada suatu perilaku atau tindakan dengan

hasil yang tidak pasti. Keinginan yang besar untuk mencoba banyak hal menjadi

salah satu pemicu utama timbulnya perilaku nekat dan hasil yang tidak selalu jelas

yang dapat menyebabkan meningkatnya kecemasan pada remaja. Menurut

Danusio (dalam Syahraini dan Rohmatun, 2007) emosi berperan besar dalam

suatu tindakan bahkan dalam pengambilan keputusan yang paling rasional.

Kecerdasan emosional yang tinggi akan membantu remaja dalam mengatasi

konflik secara tepat dan menciptakan kondisi lingkungan yang menyenangkan.

Page 19: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Steinberg (dalam Nasution, 2007) mengungkapkan bahwa remaja pada

usia 15-18 tahun mengalami banyak perubahan secara kognitif, emosional dan

sosial, mereka berpikir lebih kompleks, secara emosional lebih sensitif dan lebih

sering menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Menurut Lestari dan

Purwanto (2003) kecerdasan emosi mencakup kemampuan untuk memotivasi diri

dan bertahan terhadap frustasi, kemampuan untuk mengontrol impuls dan

menunda pemuasannya, kemampuan untuk mengatur mood dan mencegah

keadaan yang berbahaya yang mempengaruhi kemampuan berpikir, serta

kemampuan untuk empati dan menolong.

Penelitian dari Hill (dalam Hasan, 2009) yang melibatkan 10.000 siswa

Sekolah Dasar dan Menengah di Amerika menunjukkan bahwa sebagian besar

siswa yang mengikuti tes, gagal menunjukkan kemampuan mereka yang

sebenarnya disebabkan oleh situasi dan suasana tes yang membuat mereka cemas.

Sebaliknya, para siswa ini memperlihatkan hasil yang lebih baik jika berada pada

kondisi yang lebih optimal, dalam arti unsur-unsur yang membuat siswa berada

dibawah tekanan dikurangi atau dihilangkan sama sekali. Ini menunjukkan bahwa

sebenarnya para siswa tersebut menguasai materi yang diujikan tapi gagal

memperlihatkan kemampuan mereka yang sebenarnya karena kecemasan yang

melanda mereka saat menghadapi tes.

Goleman (2007) melakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui tingkat kesuksesan mahasiswa di masa yang akan datang. Hasil

penelitianya membuktikan bahwa para mahasiswa di Harvard University yang

berprestasi tinggi, ternyata banyak yang tidak mempunyai keberhasilan yang lebih

Page 20: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

tinggi daripada mahasiswa yang berprestasi biasa-biasa saja. Sebaliknya

mahasiswa yang mempunyai prestasi yang biasa-biasa saja justru mempunyai

tingkat keberhasilan yang tinggi dibandingkan dengan yang berprestasi akademik

tinggi di kemudian hari. Hal itu dikarenakan mahasiswa yang berprestasi tinggi

kebanyakan memiliki emosi yang terlampau ditekan, terlampau ekstrim dan bila

berlangsung secara terus menerus akan menjadi sumber penyakit. Selain itu,

emosi dengan intensitas yang tinggi akan melampaui titik wajar akan beralih

menjadi kecemasan kronis, amarah yang tidak terkendali dan depresi, begitu pula

dengan remaja santri yang belajar, menuntut ilmu di pondok pesantren dan

terbiasa hidup jauh dari keluarga. Kalangan remaja santri di domunasi oleh remaja

yang memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi di masa remaja.

Menurut uraian hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

emosi yang tinggi akan berpengaruh terhadap keberhasilan seseorang karena

seseorang yang mempunyai kecerdasan emosi yang tinggi tidak akan mudah

cemas.

Ohman dan Soares (dalam Adrian, 2009) melakukan penelitian yang

menghasilkan kesimpulan bahwa sistem emosi mempercepat sistem kognitif

untuk mengantisipasi hal buruk yang mungkin akan terjadi. Stimuli yang relevan

dengan rasa takut menimbulkan reaksi bahwa hal buruk akan terjadi. Terlihat

bahwa rasa takut mempersiapkan individu untuk antisipasi datangnya hal tidak

menyenangkan yang mungkin akan terjadi. Secara otomatis individu akan bersiap

menghadapi hal-hal buruk yang mungkin terjadi bila muncul kecemasan dan rasa

takut.

Page 21: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Kecerdasan Emosi

Dengan Tingkat Kecemasan Pada Remaja Kelas 3 Mu’allimin Pondok Pesantren

Al-Mukmin Sukoharjo”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah penelitian

ini adalah: Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan tingkat

kecemasan pada remaja kelas 3 mu’allimin Pondok Pesantren Al-Mukmin

Sukoharjo ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara kecerdasan

emosi dengan tingkat kecemasan pada remaja kelas 3 mu’allimin Pondok

Pesantren Al-Mukmin Sukoharjo

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Bagi orang tua, dapat memberikan wawasan tentang kecerdasan emosi dan

kecemasan sehingga dapat memberikan perlakuan yang sesuai pada anaknya

yang menempuh pendidikan di Pondok Pesantren.

2) Bagi pendidik, dapat memberikan masukan dalam rangka menerapkan

pendidikan yang sesuai pada remaja kelas 3 mu’allimin Pondok Pesantren Al-

Page 22: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Mukmin Sukoharjo, dimana kondisi emosional pada remaja di lingkungan

pondok berbeda dengan kondisi emosional remaja diluar lingkungan pondok.

3) Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk peneliti

selanjutnya, khususnya mengenai tingkat kecemasan pada santri pondok

pesantren, dan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam penelitian

selanjutnya.

Page 23: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tingkat Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Iskandar (1992) menjelaskan istilah anxietas atau kecemasan sudah ada

sejak zaman Yunani dan Romawi. Orang Romawi menyebutnya anxietas yang

berarti troubled in mind. Dalam bahasa inggris perkataan itu menjadi anxiety.

Istilah ini dipakai mulai dari keadaan takut yang normal, ketegangan jiwa yang

normal, gejala dari berbagai gangguan psikiatri, atau dari penyakit. Menurut

Abidin (1992) istilah kecemasan berasal dari kata anxietas yang secara linguistik

adalah dari bahasa latin “anxietas” berasal dari kata “ango” (sempit), yang

mengingatkan pada sesak nafas. Kecemasan merupakan gejala penting serangan

cemas atau perasaan tercekik.

Kecemasan adalah keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram dan

sebagainya disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan ini dapat terjadi atau

menyertai berbagai kondisi atau situasi kehidupan, berbagai gangguan fisik

ataupun mental (Wibisono dalam Kusningsih, 1994).

Sitanggang (1994) mengartikan kecemasan sebagai ketakutan yang samar-

samar dan yang tidak jelas terarah pada suatu realisasi obyektif yang didapat

karena pengalaman atau melalui generalisasi rangsangan, seringkali terjadi

sebagai akibat frustasi/kekecewaan. Hal ini merupakan ciri dari berbagai

gangguan syaraf dan mental. Sedangkan Daradjat (dalam Nugraheni, 2005)

8

Page 24: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

mengungkapkan kecemasan merupakan adanya perasaan tidak menentu, rasa

panik, adanya perasaan takut dan ketidakmampuan individu untuk memahami

sumber ketakutannya.

Menurut Speilberger (dalam Purboningsih, 2004), kecemasan adalah suatu

reaksi emosional yang tidak menyenangkan terhadap bahaya yang tidak nyata atau

imaginer dimana reaksi ini muncul bersama pengalaman otonom dan subyektif

yang dirasakan sebagai ketegangan, ketakutan dan kegelisahan.

Nuhriawangsa (2004) menjelaskan kecemasan merupakan perasaan cemas

atau takut yang disebabkan oleh dugaan adanya bahaya yang akan mengancam

yang datangnya bisa dari dalam maupun luar dirinya. Selanjutnya Wibisono

(dalam Kusningsih dkk, 1994) mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan

khawatir, gelisah, takut, tidak tentram dan sebagainya disertai berbagai keluhan

fisik. Keadaan ini dapat terjadi atau menyertai berbagai kondisi atau situasi

kehidupan, berbgai gangguan fisik ataupun mental.

Prawirohusodo mengidentifikasikan kecemasan sebagai pengalaman emosi

yang tidak menyenangkan dalam kadar yang bervariasi mulai perasaan cemas

yang ringan sampai ketakutan yang intensif, yang berhubungan dengan ancaman

bahaya, yang umumnya tidak atau kecil sekali kaitanya dengan kausa eksternal.

Hal ini biasanya diiringi oleh perubahan-perubahan somatik, fisiologik,

autonomik, biokimiawi, hormonal dan perilaku yang spesifik. (Kusningsih dkk,

1994).

Kecemasan menurut Syamsulhadi (1996) adalah perasaan cemas yang

sangat kurang menyenangkan yang bersifat difus, kadang-kadang samar-samar

Page 25: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

yang disertai satu atau lebih perasaan-perasaan di tubuh misalnya perasaan kosong

di ulu hati, tertekan dada, jantung berdebar keras, berkeringat banyak, sakit kepala

dan tiba-tiba terasa ingin buang air kecil, rasa tidak bisa istirahat dan keinginan

untuk berpindah-pindah.

Dari pengertian diatas kecemasan merupakan pengalaman emosi yang

tidak menyenangkan dalam kadar bervariasi, mulai perasaan cemas ringan sampai

hebat, berhubungan dengan ancaman bahaya. Keadaan ini biasanya diiringi oleh

perubahan somatik, fisiologik, autonomik, biokimiawi, hormonal dan berilaku

spesifik.

2. Gejala-Gejala Kecemasan

Simtom-simtom somatis yang dapat menunjukkan ciri-ciri kecemasan

menurut Stern (dalam Trismiati, 2004) adalah muntah-muntah, diare, denyut

jantung yang bertambah keras, seringkali buang air, nafas sesak disertai tremor

pada otot. Kartono (dalam Trismiati, 2004) menyebutkan bahwa kecemasan

ditandai dengan emosi yang tidak stabil, sangat mudah tersinggung dan marah,

sering dalam keadaan excited atau gelisah.

Daradjat (dalam Nugraheni, 2005) mengklasifikasikan gejala kecemasan

sebagai berikut:

a. Gejala fisik (fisiologis)

Kecemasan yang sudah mempengaruhi atau terwujud pada gejala-gejala

fisik, terutama pada fungsi sistem syaraf. Ciri-cirinya: ujung jari terasa

dingin, pencernaan tidak teratur, detak jantung cepat, keringat bercucuran,

Page 26: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

tekanan darah meningkat, tidur tidak nyenyak, nafsu makan menghilang,

kepala pusing, nafas sesak.

b. Gejala mental (psikologis)

Kecemasan sebagai gejala-gejala kejiwaan. Ciri-cirinya: takut, tegang,

bingung, khawatir, tidak dapat memusatkan perhatian, tidak berdaya,

rendah diri, tidak tentram, ingin lari dari kenyataan hidup, perubahan

emosi, turunya kepercayaan diri, tidak ada motivasi.

Dari uraian diatas gejala kecemasan merupakan hal-hal yang nampak

sebagai tanda-tanda orang yang mengalami kecemasan baik dari dalam maupun

dari luar, baik gejala fisik maupun gejala psikis.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Ancok (dalam Nugraheni, 2005), kecemasan timbul karena

adanya pikiran yang keliru tentang suatu hal dan bereaksi yang berlebihan

terhadap hal-hal tersebut. Kecemasan muncul karena terdapat beberapa situasi

yang mengancam manusia sebagai makhluk sosial. Ancaman ini berasal dari

adanya konflik, ancaman terhadap harga diri dan adanya tekanan untuk

melaksanakan sesuatu diluar kemampuanya.

Page (dalam Nugraheni, 2005) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan adalah sebagai berikut:

a. Faktor fisik,

b. Trauma dan konflik, pengalaman emosional atau konflik mental yang

terjadi pada individu akan memudahkan timbulnya gejala-gejala

kecemasan,

Page 27: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

c. Conditioning, emosi-emosi, impuls-impuls yang dialami dalam suatu

kondisi tertentu dapat menjadi kuat apabila berhubungan dengan kejadian-

kejadian yang hampir sama yang pernah dialami individu sebelumnya,

d. Konstitusi, hereditas, lingkungan awal dan latihan adalah faktor-faktor

utama yang dapat mempengaruhi kecemasan individu,

Berbagai faktor predisposisi yang dapat menimbulkan kecemasan menurut

Roan (dalam Sudiyanto, 2005) yaitu faktor genetik, faktor organik dan faktor

psikologi. Pada pasien yang akan menjalani operasi, faktor predisposisi

kecemasan yang sangat berpengaruh adalah faktor psikologis, terutama

ketidakpastian tentang prosedur dan operasi yang akan dijalani.

Sebab-sebab munculnya kecemasan, menurut Freud (dalam Trismiati,

2004) mengemukakan bahwa lemahnya ego akan menyebabkan ancaman yang

memicu munculnya kecemasan. Freud berpendapat bahwa sumber ancaman

terhadap ego tersebut berasal dari dorongan yang bersifat insting dari id dan

tuntutan-tuntutan dari superego. Ego disebut sebagai eksekutif kepribadian,

karena ego mengontrol pintu-pintu ke arah tindakan, memilih segi-segi

lingkungan kemana ia akan memberikan respon, dan memutuskan insting-insting

manakah yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya. Dalam melaksanakan

fungsi-fungsi eksekutif ini, ego harus berusaha mengintegrasikan tuntutan id,

superego, dan dunia luar yang sering bertentangan. Hal ini sering menimbulkan

tegangan berat pada ego dan menyebabkan timbulnya kecemasan

Faktor penyebab timbulnya kecemasan menurut Carnegie (2007) dapat

digolongkan menjadi 3, yaitu:

Page 28: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

a. Faktor Kognitif.

Kecemasan dapat timbul sebagai akibat dari antisipasi harapan akan situasi

yang menakutkan dan pernah menimbulkan situasi yang menimbulkan

rasa sakit, maka apabila ia dihadapkan pada peristiwa yang sama ia akan

merasakan kecemasan sebagai reaksi atas adanya bahaya.

b. Faktor Lingkungan.

Salah satu penyebab munculnya kecemasan adalah dari hubungan-

hubungan dan ditentukan langsung oleh kondisi-kondisi, adat-istiadat, dan

nilai-nilai dalam masyarakat. Kecemasan dalam kadar terberat dirasakan

sebagai akibat dari perubahan sosial yang amat cepat, dimana tanpa

persiapan yang cukup, seseorang tiba-tiba saja sudah dilanda perubahan

dan terbenam dalam situasi-situasi baru yang terus menerus berubah,

dimana perubahan ini merupakan peristiwa yang mengenai seluruh

lingkungan kehidupan, sehingga seseorang akan sulit membebaskan

dirinya dari pengalaman yang mencemaskan ini.

c. Faktor Proses Belajar

Kecemasan timbul sebagai akibat dari proses belajar. Manusia

mempelajari respon terhadap stimulus yang memperingatkan adanya

peristiwa berbahaya dan menyakitkan yang akan segera terjadi.

Speilberger (dalam Purboningsih, 2004) mengemukakan bahwa

kecemasan dasar terbentuk dari pengalaman-pengalama di masa lalu dan dari hasil

pemikiran individu tentang kecemasan tersebut. Setiap orang akan memiliki

pengalaman dan pemikiran akan kecemasan yang berbeda-beda tergantung

Page 29: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

bagaimana kecenderungan persepsinya mengenai situasi disekitarnya, apakah

situasi di sekitar dipersepsi sebagai situasi mengancazm atau tidak. Pengalaman-

pengalaman tersebut berisi stimulus-stimulus yang dapat mengancam bagi dirinya

dan menempatkan individu pada kecenderungan untuk bereaksi cemas, sehingga

setiap orang memiliki rentang kecemasan yang berbeda-beda.

Dari uraian diatas kecemasan timbul dikarenakan beberapa hal yang

mempengaruhinya, baik dari dalam maupun dari luar. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan membentuk perilaku terhadap tingkat kecemasan yang

berbdea-beda

4. Aspek-Aspek Kecemasan

Kecemasan selalu melibatkan komponen psikis (afektif, kognitif, perilaku)

dan biologis (somatik dan neurofisiologik). Gejala somatik sangat bervariasi pada

masing-masing individu, tetapi pada dasarnya merupakan manifestasi keterlibatan

saraf otonom dan sistem viseral, sistem kardiovaskular, sistem gastrointestinal,

sistem respiratorik, sistem muskuloskeletal. Selain komponen motorik dan visera,

kecemasan juga menimbulkan gangguan pada proses pikir, konsentrasi belajar,

persepsi sehingga dapat menimbulkan hendaya dalam kehidupan seseorang yang

masih belajar (Kusningsih, 1994).

Greenberger & Padesky (dalam Carnegie, 2007) menyatakan bahwa

kecemasan berasal dari dua aspek, yakni aspek kognitif dan aspek kepanikan yang

terjadi pada seseorang. diantaranya adalah :

Page 30: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

a. Aspek kognitif

1) Kecemasan disertai dengan persepsi bahwa seseorang sedang berada

dalam bahaya atau terancam atau rentan dalam hal tertentu, sehingga

gejala fisik kecemasan membuat seseorang siap merespon bahaya atau

ancaman yang menurutnya akan terjadi,

2) Ancaman tersebut bersifat fisik, mental atau sosial, diantaranya adalah:

a) Ancaman fisik terjadi ketika seseorang percaya bahwa ia akan

terluka secara fisik,

b) Ancaman mental terjadi ketika sesuatu membuat khawatir bahwa dia

akan menjadi gila atau hilang ingatan,

c) Ancaman sosial terjadi ketika seseorang percaya bahwa ia akan

ditolak, dipermalukan, merasa malu atau dikecewakan.

3) Persepsi ancaman berbeda-beda untuk setiap orang,

4) Sebagian orang, karena pengalaman mereka bisa terancam dengan begitu

mudahnya dan akan lebih sering cemas. Orang lain mungkin akan

memiliki rasa aman dan keselamatan yang lebih besar. Tumbuh di

lingkungan yang kacau dan tidak sabil bisa membuat seseorang

menyimpulkan bahwa dunia dan orang lain selalu berbahaya,

5) Pemikiran tentang kecemasan berorientasi pada masa depan dan sering

kali memprediksi malapetaka. Pemikiran tentang kecemasan sering

dimulai dengan keragu-raguan dan berakhir dengan hal yang kacau.

Pemikiran tentang kecemasan juga sering meliputi citra tentang bahaya.

Page 31: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Pemikiran-pemikiran ini semua adalah masa depan dan semuanya

memprediksi hasil yang buruk,

b. Aspek kepanikan

Panik merupakan perasaan cemas atau takut yang ekstrem. Rasa panik

terdiri atas kombinasi emosi dan gejala fisik yang berbeda. Seringkali rasa

panik ditandai dengan adanya perubahan sensasi fisik atau mental, dalam

diri seseorang yang menderita gangguan panik, terjadi lingkaran setan saat

gejala-gejala fisik, emosi, dan pemikiran saling berinteraksi dan meningkat

dengan cepat. Pemikiran ini menimbulkan ketakutan dan kecemasan serta

merangsang keluarnya adrenalin. Pemikiran yang katastrofik dan reaksi fisik

serta emosional yang lebih intens yang terjadi bisa menimbulkan

dihindarinya aktivitas atau situasi saat kepanikan telah terjadi sebelumnya.

Menurut Haber dan Runyon (dalam Halim dan Atmoko, 2005) kecemasan

termanifestasi melalui 4 dimensi, yaitu kogitif, motorik, somatis dan afektif.

Dari uraian diatas kecemasan timbul dikarenakan atas hal-hal dasar yang

membentuk perilaku kecemasan, aspek-aspek yang membentuk kecemasan

beberapa diantaranya adalah aspek fisik dan psikis.

5. Klasifikasi Tingkat Kecemasan

Menurut Setyonegoro dan Iskandar (dalam Sudiyanto, 2005) kecemasan

dapat bersifat positif dan negatif.

a. Kecemasan bersifat positif terjadi apabila disalurkan secara sehat melalui

mekanisme koping (coping mechanism), yaitu usaha mengatasi perasaan

cemas yang tidak menyenangkan tersebut dengan melakukan secara sadar

Page 32: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

hal-hal konstruktif, misalnya giat belajar agar lulus ujian, latihan intensif

agar menang pertandingan dan sebagainya.

b. Kecemasan yang bersifat negatif terjadi apabila perasaan cemas yang ada

sampai menganggu keseimbangan emosi, konsentrasi, dan aktifitas harian

yang bersangkutan. Dalam hal ini kecemasan dapat berderajat ringan,

sedang, sampai berat yang selanjutnya disebut gangguan kecemasan.

Townsend (dalam Sudiyanto, 2005) mengemukakan ada empat tingkat

kecemasan yaitu kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat dan

panik.

a. Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan

meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi

belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang

muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi

meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat

dan tingkah laku sesuai situasi,

b. Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada

masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga

seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan

sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu

kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan

meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi,

lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal,

Page 33: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada

rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak

sabar, mudah lupa, marah dan menangis,

c. Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang

dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang

terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang

tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada

suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah

mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering

kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar

secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk

menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung,

disorientasi,

d. Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena

mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu

melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang

terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi,

pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap

perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan

delusi.

Menurut Atwater (dalam Halim dan atmoko, 2005), bahwa kecemasan

pada tingkat rendah sampai menengah akan membuat individu waspada dan

Page 34: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

responsif terhadap situasi, tetapi pada tingkat tinggi akan menyita kesadaran dan

menganggu kemampuannya.

Dari uraian klasifikasi tingkat kecemasan diatas kecemasan bisa bersifat

positif ataupun negatif yang dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu rendah, sedang,

dan tinggi, dimana di setiap tingkatan mengidentifikasikan perilaku yang berbeda-

beda.

6. Manajemen Kecemasan

a. Manajemen kecemasan dengan penggunaan obat

Papp melakukan percobaan pengontrolan terhadap placebo yang

mengalami gangguan kecemasan meninggalkan beberapa keraguan, bahwa

anti-depressan yang paling baru efektif untuk gangguan kecemasan. Karena

bekerja lebih cepat dan memiliki efek samping yang lebih kecil daripada

obat-obatan tricyclic dan inhibitors monoamine oxidase, sebagai permulaan,

penulisan resep obat kepada pasien-pasien kecemasan harus terus

dilanjutkan. Akan tetapi, kebanyakan ahli klinis percaya bahwa hasil terbaik

untuk gangguan kecemasan berasal dari kombinasi obat-obatan dengan satu

atau lebih tipe psikoterapi.

b. Manajemen kecemasan melalui psikoterapi

Salah satu metode yang efektif untuk mengatasi gangguan

kecemasan adalah pemberian psikoterapi untuk kognitif dan tingkah laku.

Walaupun terdapat banyak klaim yang menyatakan bahwa sulit untuk

mengganti perawatan psikologis dengan percobaan penyelidikan, ilmuwan

telah mengembangkan kapasitas untuk menerapkan rancangan penelitian

Page 35: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

yang tepat termasuk randomisasi dan penilaian buta untuk terapi tingkah

laku-kognitif. Sebagaimana penjelasan yang disampaikan oleh Lawrence

welkowitz, hasilnya telah didokumentasikan bahwa terapi tingkah laku-

kognitif itu efektif untuk mayoritas gangguan kecemasan (Kaplan dan

Sadock, 1994).

Psikoterapi yang paling efektif untuk mengatasi kecemasan adalah

terapi kognitif perilaku (Cognitive Behavior Therapy), yaitu

mengembangkan cara berpikir yang lebih adaptif. Asumsi dasar Terapi

Kognitif Perilaku (TKP) adalah adanya hubungan timbal balik antara proses

berpikir (apa yang dipikirkan) dengan afeksi (pengalaman emosional), fisik

dan perilaku. TKP menekankan pentingnya perubahan kognitif dan perilaku

untuk mengurangi simtom dan meningkatkan fungsi afek seseorang. TKP

tidak hanya memperbaiki kognitif, namun juga mengubah perilaku, karena

perubahan perilaku dapat berpengaruh kuat pada pola pikir. Tujuan TKP

adalah memperbaiki pikiran yang salah, dimana pikiran tersebut sering

berubah dan hal tersebut akan berpengaruh pada suasana hati, fisik dan

perilaku. Proses tersebut berpengaruh terhadap pembelajaran untuk

mengevaluasi pemikiran serta mengubah seseorang menjadi rasional dan

adaptif dengan cara mengubah pola pikir yang berpengaruh pada perasaan

dan perilakunya. Stallard berpendapat bahwa TKP menghubungkan antara

apa yang dipikirka, apa yang dirasakan, dan apa yang akan dilakukan

(Mawandha dan Ekowarni, 2009). Hal tersebut dapat digambarkan pada

diagram berikut ini :

Page 36: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Gambar 1. Diagram Kognitif Perilaku

(Mawandha dan Ekowarni, 2009)

7. Respon Kecemasan

Menurut Carnegie (2007) ada 2 respon kecemasan yaitu respon fisiologis

dan respon psikologis terhadap kecemasan :

a. Respon fisiologis terhadap kecemasan

1) Kardio vaskuler

Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi

meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain,

2) Respirasi

Napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik,

3) Kulit

perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh

tubuh, rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-

gatal,

Pemikiran

Perasaan tidak menyenangkan

Apa yang akan dilakukan

Perasaan tidak menyenangkan

Page 37: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

4) Gastro intestinal

Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium,

nausea, diare,

5) Neuromuskuler

Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia,

tremor, kejang, wajah tegang, gerakan lambat.

b. Respon psikologis terhadap kecemasan

1) Perilaku

Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik

diri, menghindar,

2) Kognitif

Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir,

bloking, bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang

berlebihan, kawatir yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut

kecelakaan, takut mati dan lain-lain,

3) Afektif

Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa, sangat

gelisah dan lain-lain.

Blackburn dan Davidson (dalam Dwita dan Natalia, 2002) membuat

analisis fungsional gangguan kecemasan yang menjelaskan reaksi terhadap

kecemasan. Analisis tersebut digambarkan dalam Tabel 1 berikut ini:

Page 38: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Tabel 1. Analisis Gangguan Fungsional Kecemasan dari Blackburn dan Davidson

Simtom-simtom psikologis Keterangan Suasana hati Kecemasan, mudah marah, perasaan sangat tegang Motivasi Khawatir, sukar berkonsentrasi, pikiran kosong,

membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, tidak berdaya

Perilaku Gelisah, gugup, kewaspadaan berlebihan Gejala biologis Gerakan otomatis meningkat: berkeringat, gemetar,

pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering

B. Kecerdasan Emosi

1. Pengertian Kecerdasan Emosi

Dari segi etimologi, emosi berasal dari akar bahasa latin “movere” yang

berarti “menggerakkan, bergerak”. Kemudian awalan “e-“ untuk memberi arti

“bergerak menjauh”. Makna ini menyiratkan kesan bahwa kecenderungan

bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Emosi dalam makna paling harfiah

menurut Oxford, English Dictionary yang mendefinisikan sebagai setiap kegiatan

atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu dan setiap keadaan mental yang hebat

atau meluap-luap. Emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran

khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan

untuk bertindak (Goleman, 2007).

Kata emosi bisa secara sederhana didefinisikan sebagai “gerakan” baik

secara metafora maupun harfiah untuk mengeluarkan perasaan. Sedangkan dalam

bahasa latin emosi dapat dijelaskan sebagai motus anima yang arti harfiahnya

“jiwa yang menggerakkan kita” (Cooper dan Sowaf, 2002). Selanjutnya menurut

Suryabrata (2004), emosi didefinisikan sebagai gejala psikis yang bersifat

Page 39: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

subjektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal, dan

dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf.

Goleman dan Steiner (dalam Suryanti dkk, 2002), mendefinisikan emosi

sebagai kekuatan pribadi (personal power) yang memungkinkan manusia untuk

berpikir secara keseluruhan, mampu mengenali emosi diri sendiri dan orang lain

serta tahu bagaimana mengekspresikannya secara tepat.

Menurut Albin (dalam Fauziah dan Hery, 2006), emosi adalah perasaan

yang kita alami. Kemampuan untuk memikirkan emosi kita juga membantu

meningkatkan kemampuan untuk menguasainya. Mengetahui latar belakang

mengapa terjadi emosi hingga pada cara untuk menanggapi emosi tersebut.

Emosi-emosi dapat merangsang pikiran baru, khayalan baru, dan tingkah laku

baru.

Albin (dalam Rostiana, 1997) mengartikan emosi sebagai perasaan yang

kita alami, misalnya: rasa senang, sedih, marah, cemas, cinta dan sebagainya.

Goleman (2007) mengelompokkan emosi dalam golongan-golongan besar, yaitu:

a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, marah, jengkel, kesal hati, terganggu,

rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan barangkali yang paling

hebat, tindak kekerasan dan kebencian patologis,

b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri sendiri,

kesepian, ditolak, putus asa, dan kalau menjadi patologis, depresi berat,

c. Rasa takut : cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali,

kecut; sebagai patologi, fobia dan panik,

Page 40: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

d. Kenikmatan : bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga,

kenikmatan inderawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi,

kegirangan luar biasa, senang, senang sekali dan, batas ujungnya manja,

e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat,

bakti, hormat, kasmaran, kasih,

f. Terkejut : terkejut, terkesiap, takjub, terpana,

g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah,

h. Malu rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib dan hati hancur lebur.

Menurut Ahmadi dan Umar (1982), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi emosi, yaitu:

a. Keadaan jasmani, misalnya badan kita dalam keadaan sakit, perasaan kita

lebih mudah tersinggung daripada kalau badan kita dalam keadaan sehat dan

segar,

b. Pembawaan, ada orang yang mempunyai pembawaan berperasaan halus,

sebaliknya ada pula yang kebal perasaanya,

c. Perasaan seseorang berkembang sejak ia mengalami sesuatu, karena itu mudah

dimengerti bahwa keadaan yang pernah mempengaruhinya dapat memberikan

corak dalam perkembangan perasaanya. Selain itu ada faktor lain misalnya

keadaan keluarga, suasana rumah tangga, lingkungan sosial, pendidikan,

jabatan, pergaulan sehari-hari, cita-cita hidup dan sebagainya.

Berdasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa emosi adalah perasaan

yang muncul baik dari dalam maupun dari luar, senang ataupun tidak senang pada

Page 41: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

diri individu yang mendorong individu tersebut untuk meresepon atau bertingkah

laku karena dipengaruhi oleh suatu stimulus.

Akar kecerdasan emosional berawal dari bidang psikologi ketika pada

tahun 1928, E. L Thorndike mengidentifikasi aspek kecerdasan emosional yang

disebutnya dengan kecerdasan sosial (sosial intelligence). Pada tahun 1952

Weschler meneruskan penelitian yang dilakukan oleh E. L Thorndike dan

menyatakan bahwa kemampuan non-kognitif, yang disebutnya sebagai hal yang

bersifat nonintelektual, juga merupakan hal yang esensial dalam memprediksi

kemampuan individu untuk sukses dalam organisasi. Penelitian selanjutnya

tentang peran emosi dalam kesuksesan individu pada tahun 1983 ketika Gardner

menyebutkan faktor yang disebutnya sebagai intelegensi ganda (multiple

intelligence) sebagai kunci sukses individu dalam organisasi. Gardner berargumen

bahwa kemampuan intrapribadi (intrapersonal) dan antarpribadi (interpersonal)

juga diklasifikasikan sebagai kecerdasan yang sama pentingnya dalam intelegensi

yang diukur dengan tes IQ. Secara khusus penelitian tentang faktor non-kognitif

dalam kesuksesan individu dalam dunia kerja baru berkembang sejak awal 1990-

an setelah Bar-On mampu mengembangkan tes baku untuk mengukur kemampuan

non kognitif individu. Kemudian tahun 1990, Salovey dan Mayer menerbitkan

artikel dan menggunakan kata ”kecerdasan emosional” yang kemudian dipakai

sebagai istilah yang baku dalam bidang psikologi dan perilaku. (Susilawati, 2002)

Kecerdasan emosi diciptakan dan secara resmi didefinisikan oleh Jack

Mayer dari Universitas New Hampshire dan Peter Salovey dari Universitas Yale

pada tahun 1990. Mereka mengembangkan konsep Profesor Gardner yang

Page 42: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

menetapkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali

perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran,

memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara

mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual (Stein dan

Book, 2002).

Cooper dan Sawaf (2002) menyatakan bahwa kecerdasan emosional

adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya

dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh

yang manusiawi. Kecerdasan emosional menuntut pemilikan perasaan untuk

belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta

menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam

kehidupan sehari-hari. Sementara itu Steiner (dalam Riani dan Farida, 2006)

memberikan pengertian bahwa kecerdasan emosional sebagai suatu kemampuan

untuk mengerti emosi diri sendiri dan orang lain serta mengetahui bagaimana

emosi diri sendiri terekspresikan untuk peningkatan maksimal secara etis sebagai

kekuatan pribadi.

Menurut Goleman (2007) kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk

mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi

diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan

hubungan dengan orang lain.

Wang dan Ahmed (dalam Riani dan Farida, 2006) menyatakan bahwa

untuk mengatur kondisi emosi manusia dibutuhkan kecerdasan emosional.

Salovey dan Mayer (dalam Yen dan Atmadji, 2003) mengartikan kecerdasan

Page 43: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

emosi sebagai himpunan dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan

memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain,

memilah-milahnya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran

dan tindakan. Sedangkan kecerdasan emosi menurut Mayer (dalam Goleman,

2007) adalah kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan

orang lain serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan

tindakan.

Dari pengertian diatas kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk

membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, tempramen, motivasi

dan hasrat orang lain, yang merupakan kunci pengetahuan diri dan akan menuntun

pada tingkah laku yang tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam

kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Tiga unsur penting kecerdasan emosional

terdiri dari : kecakapan pribadi (mengelola diri sendiri), kecakapan sosial

(menangani suatu hubungan) dan keterampilan sosial (kepandaian menggugah

tanggapan yang dikehendaki pada orang lain).

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi

Menurut Solovey dan Meyer (dalam Goleman, 2007) ada beberapa faktor

yang mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang antara lain :

a. Fisik

Secara fisik menurut Le Doux bagian yang paling menentukan atau

berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan emosi seseorang adalah anatomi

syaraf emosinya atau bagian otaknya. Bagian otak yang berpikir adalah

korteksnya.

Page 44: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

1. Korteks.

Secara harfiah berarti tudung berpikir otak yang membuat seseorang

berada di puncak tangga evolusi. Memahami korteks dan perkembangan

membantu individu menghayati mengapa sebagian individu sangat cerdas

sedangkan yang lain sulit belajar. Korteks berperan penting dalam

memahami kecerdasan emosi, korteks berperan penting dalam memahami

sesuatu secara mendalam, menganalisis mengapa seseorang mengalami

perasaan tertentu, selanjutnya berbuat sesuatu untuk mengatasinya.

Korteks khususnya lobus prefrontalis dapat bertindak sebagai saklar

peredam yang memberi arti terhadap situasi emosi sebelum berbuat

sesuatu.

2. Sistem Limbik.

Bagian ini sering disebut sebagai bagian emosi yang letaknya jauh dalam

hemisfer otak besar terutama bertanggung jawab atas peraturan emosi dan

impuls. Sistem limbik meliputi hippocampus, tempat berlangsungnya

proses pembelajaran emosi, selain itu ada amigdala yang dipandang

sebagai pusat pengendalian emosi pada otak.

b. Psikis

Faktor psikis kecerdasan emosi berupa pengalaman, perasaan, kemampuan

berfikir dan motivasi. Kecerdasan emosi selalu berpengaruh pada kepribadian

individu dan dapat diperkuat dalam diri individu baik dalam lingkungan keluarga

maupun non-keluarga.

Page 45: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

1. Lingkungan Keluarga.

Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama dalam mempelajari

emosi. Disini peran orang tua sangatlah dibutuhkan. Orang tua adalah

subjek pertama yang perilakunya diidentifikasi oleh anak kemudian

diinternalisasi akhirnya akan menjadi bagian dari kepribadian yang sangat

menguntungkan bagi anak. Orang tua yang mempunyai kecerdasan emosi

yang tinggi akan sangat menguntungkan bagi anak, orangtua yang

demikian dapat menyesuaikan dan mengerti perasaan anak yang baik.

Kehidupan emosi yang dipupuk dalam keluarga sangat berguna bagi anak

kelak di kemudian hari. Sebagai contoh : kebiasaan dan mendapatkan

disiplin dan bertanggung jawab, kemampuan berempati, kepedulian dan

kehangatan sikap dan sebagainya. Anak yang secara emosi cakap akan

mempunyai pergaulan yang lebih baik, lebih hangat, dan mempunyai

sedikit kontra dengan orang lain, mempunyai kadar stres yang rendah, dan

tidak mempunyai banyak masalah.

2. Lingkungan Non-keluarga.

Hal ini berkaitan dengan lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah.

Kecerdasan emosi ini berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan

mental anak. Pembelajaran ini ditunjukkan dalam aktivitas bermain anak

misalnya dengan bermain peran sebagai orang lain di luar dirinya dengan

emosi yang menyertai, dengan anak akan belajar mengerti keadaan orang

lain. Selain itu juga dapat meningkatkan sikap asertivitas, empati, dan lain-

lain.

Page 46: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Dari uraian faktor diatas kecerdasan emosi timbul dikarenakan beberapa

hal yang mempengaruhinya, baik faktor fisik maupun psikis. Faktor-faktor

tersebut membentuk perilaku yang timbul akibat kecerdasan emosi yang berbdea-

beda.

3. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosi

Menurut Bar-On (dalam Stein dan Book, 2002) kecerdasan emosi

merupakan sekumpulan kecakapan dan sikap yang jelas perbedaanya namun

saling tumpang tindih. Kumpulan tersebut dikelompokkan ke dalam lima ranah,

yaitu:

a. Intra pribadi

Terkait dengan kemampuan untuk mengenal dan mengendalikan diri

sendiri yaitu melingkupi:

1) Kesadaran diri

Kemampuan untuk mengenali perasaan dan mengapa individu

merasakanya seperti itu dan pengaruh individu tersebut terhadap orang

lain,

2) Sikap asertif

Kemampuan menyampaikan secara jelas pikiran dan perasaan individu,

membela diri dan mempertahankan pendapat,

3) Kemandirian

Kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan diri, berdiri dengan

kaki sendiri,

Page 47: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

4) Aktualisasi diri

Kemampuan mewujudkan potensi yang individu miliki dan merasa

senang dengan prestasi yang di raih di tempat kerja maupun dalam

kehidupan pribadi,

b. Antar pribadi

Ranah antar pribadi berkaitan dengan ketrampilan bergaul yang dimiliki

individu yaitu kemampuan untuk berinteraksi dan bergaul baik dengan

orang lain. Wilayah ini dibagi menjadi tiga skala, yaitu:

1) Empati

Kemampuan untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain,

kemampuan untuk melihat dunia dari sudut pandang orang lain,

2) Tanggung jawab

Kemampuan untuk menjadi anggota masyarakat yang dapat bekerja

sama dan bermanfaat bagi kelompok masyarakatnya,

3) Hubungan antar pribadi

Kemampuan untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan yang

saling menguntungkan, dan ditandai oleh saling memberi dan menerima

serta rasa kedekatan emosional,

c. Penyesuaian diri

Kemampuan untuk bersikap lentur dan realistis, dan untuk memecahkan

aneka masalah yang muncul. Wilayah ini dibagi menjadi tiga skala, yaitu:

Page 48: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

1) Uji realitas

Kemampuan untuk melihat sesuatu sesuai dengan kenyataanya, bukan

seperti yang individu inginkan atau takuti,

2) Sikap fleksibel

Kemampuan untuk menyesuaikan perasaan, pikiran dan tindakan

individu dengan keadaan yang berubah-ubah,

3) Pemecahan masalah

Kemampuan untuk mendefinisikan permasalahan, kemudian bertindak

untuk mencari dan menerapkan permasalahan yang jitu dan tepat,

d. Pengendalian stres

Ranah pengendalian stres berkaitan dengan kemampuan individu untuk

menghadapi stress dan mengendalikan impuls. Wilayah ini dibagi menjadi

dua skala, yaitu:

1) Ketahanan menanggung stres

Kemampuan untuk tetap tenang dan berkonsentrasi, dan secara

konstruktif bertahan menghadapi kejadian yang gawat dan tetap tegar

menghadapi konflik emosi,

2) Pengendalian impuls

Kemampuan untuk menahan atau menunda keinginan untuk bertindak,

e. Suasana hati

Ranah suasana hati memiliki dua skala, yaitu:

1) Optimisme

Kemampuan untuk mempertahankan sikap positif yang realistis,

terutama dalam menghadapi masa-masa sulit,

Page 49: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

2) Kebahagiaan

Kemampuan untuk mensyukuri kehidupan, menyukai diri sendiri dan

orang lain, dan untuk bersemangat serta bergairah dalam melakukan

setiap kegiatan.

Goleman (2007) mengemukakan aspek-aspek kecerdasan emosional

sebagai berikut:

a. Mengenali emosi sendiri

Kemampuan individu untuk mengenali perasaan sesuai dengan apa yang

terjadi, mampu memantau perasaan dari waktu ke waktu dan merasa

selaras terhadap apa yang dirasakan,

b. Mengelola emosi

Kemampuan untuk menangani perasaan sehingga perasaan dapat diungkap

dengan tepat, kemampuan untuk menenangkan diri, melepaskan diri dari

kemarahan yang menjadi-jadi,

c. Memotivasi diri sendiri

Kemampuan untuk mengatur emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan,

menunda kepuasan dan merenggangkan dorongan hati, mampu berada

dalam tahap flow,

d. Mengenali emosi orang lain

Kemampuan mengetahui perasaan orang lain (kesadaran empatik),

menyesuaikan diri terhadap apa yang diinginkan orang lain,

Page 50: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

e. Membina hubungan

Kemampuan mengelola emosi orang lain dan berinteraksi secara mulus

dengan orang lain.

Menurut Mayer dan Salovey (2000), kecerdasan emosional dibagi menjadi

empat cabang, yaitu: (1) penerimaan emosi, (2) penggunaan emosi untuk

memfasilitasi pemikiran/gagasan, (3) pemahaman emosi dan (4) pengaturan emosi

di dalam mempertinggi perkembangan pribadi dan hubungan sosial. Bentuk

keempat cabang tersebut dengan mengidentifikasi emosi dalam diri dan orang lain

sebagai sesuatu yang sangat fundamental dan memanage emosi; kemampuan

untuk meregulasi emosi dalam diri dan orang lain. Cabang-cabang tersebut lebih

jelasnya, yaitu:

a. Kemampuan menerima emosi

1) Kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi emosi secara fisik dan

psikologis,

2) Kemampuan untuk mengidentifikasi emosi orang lain,

3) Kemampuan untuk mengekspresikan emosi secara akurat untuk

mengekspresikan kebutuhan mereka,

4) Kemampuan untuk mendeskriminasikan kejujuran dan ketidakjujuran

perasaan,

b. Kemampuan menggunakan emosi untuk memfasilitasi pemikiran

1) Kemampuan mengarahkan pemikiran prioritas pada bagian dasar

perasaan yang diasosiasikan,

Page 51: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

2) Kemampuan menggeneralisasikan emosi untuk membenarkan dan

memori,

3) Kemampuan memberikan pemilihan mood yang baik untuk

mengapresiasikan berbagai sudut pandang,

4) Kemampuan menggunakan emosi untuk problem solving dan berfikir

kreatif,

c. Kemampuan untuk memahami emosi

1) Kemampuan memahami hubungan macam-macam emosi,

2) Kemampuan menerima konsekuensi emosi,

3) Kemampuan memahami perasaan kompleks, dan status yang

berlawanan,

4) Kemampuan untuk memahami perpindahan emosi,

d. Kemampuan untuk mengatur emosi

1) Kemampuan untuk membuka perasaan, yakni antara senang dan tidak

senang,

2) Kemampuan untuk memonitor dan merefleksikan emosi,

3) Kemampauan menggunakan emosi,

4) Kemampuan mengatur emosi seseorang dan mengatur emosi orang

lain,

Bradberrry dan Graves (2009) mengemukakan bahwa terdapat empat

komponen yang secara bersama-sama membentuk kecerdasan emosi, yaitu

kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, dan manajemen hubungan

sosial. Kesadaran diri dan manajemen diri lebih mengenai diri seseorang, dua skill

Page 52: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

ini membentuk kompetensi seseorang dalam menyadari keberadaan emosi serta

mengelola perilaku kecenderungan dirinya. Sedangkan kesadaran sosial dan

manajemen hubungan sosial adalah lebih mengenai bagaimana seseorang

berinteraksi dengan orang lain dalam memahami perilaku dan alasan orang lain,

keduanya akan membentuk kompetensi seseorang dalam memahami perilaku dan

alasan orang lain serta kemampuanya dalam mengelola konflik antarpersonal.

Jack Block menemukan bahwa tanda-tanda kecerdasan emosi adalah

keyakinan diri, optimisme, dan keseimbangan sosial. Kecerdasan emosi memiliki

kontrol diri yang lebih unggul dan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri.

Mereka mengatur dan mengekspresikan emosi dengan wajar, bersikap terbuka

tapi simpatik dan peduli dalam suatu hubungan. Kehidupan emosional menjadi

kaya tetapi seimbang; nyaman terhadap diri sendiri, orang lain, dan kehidupan

sosial. Dapat mengatur stress tidak ada perasaan khawatir yang berlebihan,

cenderung mudah berteman, spontan, suka bermain, dan terbuka dengan

pengalaman sensual (Kaplan dan Sadock, 1994).

Dari uraian aspek-aspek diatas kecerdasan emosi timbul dikarenakan atas

hal-hal dasar yang membentuknya, aspek-aspek yang membentuk kecerdasan

emosi beberapa diantaranya adalah aspek dari dalam maupun dari luar.

C. Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata

belanda, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh

menjadi dewasa. Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini

Page 53: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

mempunyai arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, spasial dan

fisik (Hurlock, 1990).

Piaget (dalam Hurlock, 1990) mengatakan bahwa secara psikologis masa

remaja adalah usia dimana individu berintregrasi dengan masyarakat dewasa, usia

dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang kebih tua

melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam

masalah hak.

Hurlock (1990) menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa

peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dimulai saat anak secara

seksual matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum.

Monks (dalam Nasution, 2007) mengungkapkan bahwa remaja adalah

individu yang berusia antara 12-21 tahun yang sedang mengalami masa peralihan

dari masa anak-anak ke masa dewasa, dengan pembagian 12-15 tahun untuk

remaja awal, 15-18 tahun untuk remaja pertengahan dan 18-21 tahun untuk remaja

akhir.

Masa remaja mempunyai ciri tertentu yang membedakan dengan periode

sebelumnya. Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1990), antara lain:

a. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang

dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang

bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya,

b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa

kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status

remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya

Page 54: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling

sesuai dengan dirinya,

c. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi

perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan

pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan,

d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa

usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat,

e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian

karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang

membuat banyak orang tua menjadi takut,

f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang

kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan

orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya

terlebih dalam cita-cita,

g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau

kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan

didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu

dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan

terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan

memberikan citra yang mereka inginkan.

Dari pengertian diatas remaja adalah individu yang berusia 12-21 tahun

yang sedang mengalami masa peralihan dari kanak-kanak ke masa dewasa. Santri

adalah sebutan bagi murid yang mengikuti pendidikan di pondok pesantren.

Page 55: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Pondok Pesantren adalah sekolah pendidikan umum yang persentasi ajarannya

lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam. Kebanyakan muridnya tinggal di

asrama yang disediakan di sekolah itu. Pondok Pesantren banyak berkembang di

pulau Jawa. Remaja santri kelas 3 mu’allimin di pondok pesantren Al-Mukmin

Sukoharjo rata-rata berusia antara 17 sampai 19 tahun.

D. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Tingkat Kecemasan Pada

Remaja Kelas 3 Mu’allimin Pondok Pesantren Al-Mukmin Sukoharjo.

Goleman (2007), mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti

dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri

dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan

memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan

diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya.

Menurut Goleman (dalam Bastian, 2005) kecerdasan emosi mencakup

susunan kualitas yang sangat banyak, seperti: kontrol diri, semangat, ketekunan,

keterbukaan, motivasi, pengaturan mood, empati, optimisme, harapan,

kepercayaan diri, kontrol impuls, menunda kepuasan, mengatasi kecemasan dan

stress untuk membangun hubungan interpersonal yang sukses.

Salovey (dalam Bastian, 2005) menyatakan bahwa kecerdasan emosi

terhubung dengan coping melalui gabungan 3 proses (ruminasi, dukungan sosial

dan penyikapan trauma) yang terhubung dengan kemampuan koping. Ruminasi

adalah pemikiran berulang-ulang yang fokus terhadap pemikiran negatif

seseorang tentang gejala-gejala penderitaan yang dirincikan dengan kecemasan

Page 56: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

dan depresi. Individu yang mengalami ruminasi cenderung memiliki fokus yang

berlebihan terhadap persepsi dan penilaian mood mereka tanpa benar-benar

berusaha untuk mengaturnya supaya dapat meringankan konflik.

Menurut penelitian LeDoux (dalam Goleman, 2007) disebutkan bahwa di

dalam otak manusia terdapat amigadala yang berfungsi sebagai penjaga emosi,

penjaga yang mampu mengambil alih kendali apa yang kita kerjakan bahkan

sewaktu otak berpikir, neokorteks, masih menyusun keputusan. Fungsi-fungsi

amigadala dan pengaruhnya pada neokorteks merupakan inti kecerdasan

emosional.

Kecemasan adalah keadaan fisiologis yang memiliki komponen

kecerdasan, emosi, dan sikap. Komponen-komponen tadi berkombinasi

membentuk perasaan yang dikenal dengan ketakutan atau khawatir. Kecemasan

selalu disertai oleh sensasi fisik seperti jantung berdebar-debar, perasaan ingin

mnuntah, sakit dada, nafas pendek, sakit perut dan sakit kepala. Jaras syaraf

melibatkan amigadala dan hippocampus yang diduga terlibat dapat memicu

kecemasan. Ketika berhadapan dengan keadaan tidak menyenangkan dan stimulus

berbahaya seperti salah membau, akan terjadi kenaikan aliran darah pada

amigadala. Hal ini menunjukkan ada hubungan antara kecerdasan emosi, dimana

sedikit banyak emosi dikontrol oleh amigadala, dengan terjadinya kecemasan

pada seseorang (Kaplan dan Sadock, 1994).

Kecemasan menyebabkan seseorang merasa bingung dan tidak tahu apa

yang akan diperbuatnya, mereka yang mengalami kecemasan ini biasanya

mempunyai penilaian yang kurang baik terhadap dirinya, mempunyai kecerdasan

Page 57: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

emosi yang rendah dan kurang percaya diri. Kecemasan itu terasa menyakitkan

karena sifatnya menyerang, mengancam dan menghancurkan keadaan dirinya,

namun kecemasan dapat diatasi bila seseorang mempunyai kecerdasan emosional

yang baik dengan cara berfikir realistis dan bersikap secara tepat (Davidoff dan

Collings, dalam Syahraini dan Rohmatun, 2007).

Ohman dan Soares (dalam Adrian, 2009) melakukan penelitian yang

menghasilkan kesimpulan bahwa sistem emosi mempercepat sistem kognitif

untuk mengantisipasi hal buruk yang mungkin akan terjadi. Stimuli yang relevan

dengan rasa takut menimbulkan reaksi bahwa hal buruk akan terjadi. Terlihat

bahwa rasa takut mempersiapkan individu untuk antisipasi datangnya hal tidak

menyenangkan yang mungkin akan terjadi. Secara otomatis individu akan bersiap

menghadapi hal-hal buruk yang mungkin terjadi bila muncul kecemasan dan rasa

takut.

Goleman (2007) menyatakan bahwa emosi yang terlampau ditekan,

terlampau ekstrim dan terus menerus akan menjadi sumber penyakit. Selain itu,

emosi dengan intensitas yang tinggi akan melampaui titik wajar akan beralih

menjadi kecemasan kronis, amarah yang tidak terkendali dan depresi.

Menurut Rooprai (2009) kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk

mencegah timbulnya perasaan negatif seperti marah, kurang percaya diri,

kecemasan dan sebaliknya fokus pada perasaan positif salah satunya percaya diri,

empati dan keserasian. Pengembangan kecerdasan emosi harus lebih ditekankan

untuk mengatasi stress dan kecemasan.

Page 58: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Salovey (dalam Berrocal, 2006) berpendapat bahwa hasil penelitian kaitan

antara kecerdasan emosi dengan depresi, kecemasan dan keseluruhan psikis serta

kesehatan mental telah menunjukkan hasil pada subyek orang dewasa. Sebagai

contoh seseorang yang lebih banyak memperhatikan emosinya, seseorang yang

memiliki nilai lebih rendah kejernihan emosinya dan seseorang yang

menunjukkan ketidakmampuan untuk mengatur keadaan emosi menunjukkan

rendahnya penyesuaian emosi.

Penelitian Gottman dan De Claire (dalam Syahraini dan Rohmatun, 2007)

menemukan bahwa individu yang belajar mengenali dan menguasai emosinya

menjadi lebih percaya diri, sekaligus lebih sehat secara fisik. Mereka juga lebih

baik prestasinya atau di dunia kerja dan cenderung akan menjadi orang dewasa

yang sehat secara emosional. Individu yang memiliki kecerdasan emosi akan lebih

terampil dalam menenangkan diri mereka sendiri bila mereka marah,

dibandingkan dengan individu yang tidak dilatih emosinya.

Menurut Spielberger dan Rickman kecemasan adalah reaksi normal pada

situasi sosial yang merupakan sikap mengancam harga diri atau mental yang

sehat. Kecerdasan emosi menurut Bar-On, merupakan pengukuran mental yang

sehat pada seseorang dimana kecemasan yang tidak dapat di kontrol tidak akan

memiliki mental yang sehat. Pengukuran kecerdasan emosi menurut Emmerling

dan Goleman bahwa kecerdasan emosional bisa di kembangkan begitu juga

dengan mental yang sehat dan kontrol kecemasan (Rensburg, 2005).

Mereka yang gagal menguasai kompetensi kecerdasan emosi menghadapi

bermacam-macam resiko gangguan jiwa yang semakin tinggi, seperti gangguan

Page 59: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

mood dan kecemasan, gangguan makan, dan penyalahgunaan zat kimia. Karena

kemampuan kecerdasan emosi ini dapat diajarkan, menawarkan anak-anak dan

orang dewasa kesempatan untuk memperkuat kompetensi-kompetensi ini dapat

bertindak sebagai suntikan melawan aspek-aspek resiko sosial dan resiko

kejiwaan (Kaplan dan Sadock. 1994).

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa terdapat kaitan negatif antara

kecemasan dengan kecerdasan emosi dimana individu dengan kecerdasan

emosional yang rendah menunjukkan tingkat kecemasan yang tinggi dan

sebaliknya individu dengan kecerdasan emosional yang tinggi mempunyai tingkat

kecemasan yang rendah.

E. Kerangka Pikir

Gambar 2. Kerangka Pikir

Dari gambar diatas dapat diketahui kecemasan merupakan gangguan

emosi yang menjadi salah satu permasalahan paling sering dialami remaja.

Kecemasan dapat diatasi bila seseorang mempunyai kecerdasan emosional yang

baik dengan cara berfikir realistis dan bersikap secara tepat.

Kecerdasan Emosi

Kecemasan

Page 60: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

F. Hipotesis

Berdasarkan teori diatas, maka hipotesis yang dapat diajukan dalam

penelitian ini adalah “Terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan tingkat

kecemasan pada remaja kelas 3 mu’allimin Pondok Pesantren Al-Mukmin

Sukoharjo”.

Page 61: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

pendekatan cross sectional analitik deskriptif yaitu jenis penelitian yang

pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali, pada satu saat

(Sastroasmoro, dan Ismael, 1995).

A. Identifikasi Variabel

Adapun variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut :

1. Variabel tergantung : Kecemasan

2. Variabel bebas : Kecerdasan Emosi

B. Definisi Operasional

Pada penelitian ini variabel penelitian yang digunakan adalah sebagai

berikut:

1. Kecemasan

Kecemasan selalu melibatkan komponen psikis (afektif, kognitif, perilaku)

dan biologis (somatik, neurofisiologik) yang nantinya menimbulkan gangguan

pada proses pikir, konsentrasi, belajar, persepsi sehingga menimbulkan hendaya

dalam kehidupan mereka yang masih belajar (Kusningsih, 1994).

Spielberger (dalam Nugraheni, 2005) mengutarakan bahwa ada dua

komponen utama dari tes kecemasan adalah kecemasan, yaitu efek kognitif

46

Page 62: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

tentang konsekuensi dari kegagalan dan emosional, yaitu reaksi dari kegugupan

yang muncul secara otomatis dan menimbulkan stress tertentu.

Pengukuran tingkat kecemasan dengan menggunakan instrumen TMAS

(Taylor Manifest Anxiety Scale) yang disusun dan dikembangkan oleh Taylor

(1951, 1953). Dalam penelitian sebelumnya oleh Sudiyanto (dalam Osman, 2008)

mempunyai validitas dan reliabilitas yang tinggi dengan nilai batas pemisah skor

22/23, sensitivitas TMAS cukup tinggi yaitu 90%, spesivitasnya 95%, nilai ramal

positif 94,7%, nilai ramal negatif 90,4%, dengan reliabilitas r=0,86.

Pengukuran ini terdiri dari jawaban “ya” dan “tidak”, dimana penilaian

untuk setiap jawaban “ya” dinilai dengan skor 1 dan untuk jawaban tidak dinilai

dengan skor 0. Penilaian kecemasan dinilai dengan menjumlahkan jawaban “ya”.

Skor total adalah 50.

2. Kecerdasan Emosi

Kecerdasan emosi adalah kemampuan yang mencakup memantau perasaan

diri sendiri atau orang lain, pengendalian diri, mampu membaca dan menghadapi

perasaan orang lain dengan efektif, menguasai kebiasaan pikiran yang dapat

mendorong produktifitas dan mampu mengelola emosi yang dapat digunakan

untuk membimbing pikiran dan tindakan yang terarah. Kecerdasan emosi dalam

penelitian ini diungkap menggunakan skala kecerdasan emosi yang disusun

berdasarkan aspek-aspek menurut Goleman (2007) yang meliputi: mengenali

emosi diri (sadar diri), mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali

emosi orang lain (empati), membina hubungan dengan orang lain.

Page 63: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Pengukuran skala kecerdasan emosi yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan skala kecerdasan emosi dimodifikasi dari Mumtahani (2008) yang

pernah diujikan oleh Lestari (dalam Mumtahani, 2008) dengan hasil koefisien

validitas (rbt) bergerak dari 0,237 sampai 0,666; p < 0,05 dan koefisien reliabilitas

(rtt) = 0,923.

Skor kecerdasan emosi ditunjukkan oleh skor yang diperoleh subjek

melalui model alat ukur skala Likert. Range skor untuk pernyataan yang bersifat

favorable adalah 4 (SS), 3 (S), 2 (TS), dan 1 (STS). Sedangkan skor untuk

pernyataan unfavorabel adalah 1 (SS), 2 (S), 3 (TS), dan 4 (STS).

Dari kedua instrumen penelitian diatas, pengukuranya yang dilakukan

menghasilkan data interval yang menurut Suryabrata (2003), data interval yaitu

data dimana terdapat jarak yang sama diantara hal-hal yang diselidiki atau

dipersoalkan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja kelas 3 mu’allimin

Pondok Pesantren Al-Mukmin Sukoharjo.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari

populasi yaitu kelas 3A, 3B, dan 3C, dimana kelas 3A terdiri dari remaja putra,

kelas 3B terdiri dari remaja putri dan kelas 3C terdiri dari remaja putri.

Page 64: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

D. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dipakai peneliti untuk

memperoleh data yang diselidiki. Kualitas data yang ditentukan oleh kualitas alat

pengambilan data atau alat ukur pengukurannya (Suryabrata, 2003) antara lain :

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari subjek

penelitian dan data utama dalam penelitian. Data penelitian tersebut

diperoleh dari skala psikologi. Adapun skala yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi skala kecerdasan emosi, dan TMAS.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari tempat

penelitian dilakukan, yakni berupa dokumantasi yang berupa pengumpulan

data dan informasi tentang profil sekolah, jumlah pelajaran, dan daftar absen

siswa.

2. Alat pengumpulan data

Azwar (2008) berpendapat bahwa ada beberapa diantara karakteristik

skala sebagai alat ukur psikologi, yaitu:

a. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung

mengungkap atribut yang hendak diukur dan mengungkap indikator

perilaku dari atribut yang bersangkutan.

Page 65: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

b. Dikarenakan atribut psikologi yang diungkap secara tidak langsung lewat

indikator-indikator perilaku sedangkan indikator perilaku terjemahan

dalam bentuk aitem-aitem, maka skala psikologi selalu berisi banyak

aitem.

c. Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah.

Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan

sungguh-sungguh.

Adapun dalam penelitian ini terdiri dari TMAS dan skala sikap tentang

kecerdasan emosi. Skala kecerdasan emosi yang digunakan dalam penelitian

ini dibuat dan berpedoman pada skala Likert yang telah dimodifikasi yaitu

menghilangkan pilihan ragu-ragu sehingga subjek akan memilih jawaban yang

pasti ke arah yang sesuai atau tidak sesuai dengan dirinya. Menurut Hadi

(1995) modifikasi skala Likert meniadakan kategori jawaban yang ditengah,

berdasarkan tiga alasan yaitu yang menurut:

a. Kategori undecided itu mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum

mempunyai jawaban atau belum memberikan keputusan (menurut konse

aslinya) bisa juga diartikan netral, setuju, tidak setuju atau bahkan ragu-

ragu. Kategori jawaban ganda (multi interpretable) ini tentu saja tidak

diharapkan dalam suatu instrument.

b. Tersedianya yang ditengah dapat menimbulkan kecenderungan jawaban ke

tengah (cental tendency effect) terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas

arah kecenderungan jawaban, ke arah setuju ataukah ke arah tidak setuju.

Page 66: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

c. Maksud kategori jawaban SS-S-TS-STS adalah terutama untuk melihat

kecenderungan pendapat responden, ke arah setuju atau ke arah tidak

setuju. Jika disediakan kategori jawaban itu, akan menghilangkan banyak

data penelitian sehingga akan mengurangi banyaknya informasi yang

dapat dijaring dari responden

E. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas didasarkan pada validitas isi, yakni telaah dan revisi butir

pernyataan berdasarkan pendapat professional (professional judgment) dan

mencari korelasi antara masing-masing aitem skor total aitemnya yang disebut

dengan model uji validitas internal (Suryabrata, 2003). Pengujian validitas internal

skala kecerdasan emosi dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi product

moment dari Pearson (Hadi, 1995) dengan rumus;

( )( )

( ) ( )÷÷ø

öççè

æ-÷

÷ø

öççè

æ-

=

å åå åå åå

N

yy

N

xx

N

yxxy

rxy2

22

2

Keterangan: rxy = indeks korelasi aitem skor aitem dengan skor total aitem N = jumlah subjek SX = jumlah skor tiap-tiap aitem SY = jumlah skor total aitem SX2 = jumlah kuadrat nilai tiap-tiap aitem SY2 = jumlah kuadrat total aitem

Page 67: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk menguji tingkat sejauh mana kestabilan

hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, hasil pengukuran dapat dipercaya apabila

dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang

sama diperoleh hasil yang relatif sama selama aspek yang diukur dalam diri

subjek belum berubah (Azwar, 1998). Teknik Alpha yang dikembangkan

Cornbach dipilih untuk mengukur reliabilitas antar aitem yang paling populer dan

menunjukkan indeks konsistensi yang cukup sempurna.

Rumus formula Alpha adalah sebagai berikut:

÷÷ø

öççè

æ-

-= å

2

2

11 .

.1

1 t

b

KK

rd

d

Keterangan: r11 : Reliabilitas instrumen K : banyaknya butir pertanyaan ∑δ.b2 : Jumlah varians butir δ.t2 : Varians total

Reliabilitas suatu alat dapat dilihat dari hasil out put SPSS dengan

menggunakan uji statistik Alpha Cronbach. Suatu konstruk atau variabel

dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach > dari 0,60.

F. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi

product moment dari Pearson yaitu mendasarkan pada angka-angka kasar seperti

apa adanya dengan alasan, peneliti melakukan pengambilan datanya

Page 68: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

menggunakan skala interval, yaitu skala numerik yang tidak memiliki nilai 0 dan

skala rasio yang mempunyai nilai 0 alami. (Sastroasmoro dkk, 1995).

Korelasi product moment Pearson digunakan untuk mengukur kekuatan

hubungan linier antara dua variabel kontinu yaitu memiliki skala interval atau

skala ratio (Uyanto, 2006)

Adapun rumus korelasi Product Moment Pearson adalah:

( )( )

( ) ( )÷÷ø

öççè

æ-÷

÷ø

öççè

æ-

=

å åå åå åå

N

yy

N

xx

N

yxxy

rxy2

22

2

Keterangan: rxy = indeks korelasi aitem skor aitem dengan skor total aitem N = jumlah subjek SX = jumlah skor tiap-tiap aitem SY = jumlah skor total aitem SX2 = jumlah kuadrat nilai tiap-tiap aitem SY2 = jumlah kuadrat total aitem

Page 69: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

1. Orientasi kancah penelitian

Penelitian ini di lakukan di Pondok Pesantren Islam Al-Mukmin

Kelurahan Ngruki, Kabupaten Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah. Pondok

Pesantren Islam Al-Mukmin Ngruki adalah lembaga pendidikan Islam. Sistem

pendidikan dan pengajaran yang dikembangkan di lembaga ini adalah perpaduan

antara sistem pesantren tradisional dengan pendidikan moderen yang berkembang

saat ini.

Sejak awal berdirinya, para pendiri pesantren telah menegaskan bahwa

pondok pesantren Al-Mukmin Ngruki sebagai pondok milik umat atau milik

seluruh lapisan masyarakat Islam. Hal ini didasarkan pada keikutsertaan dan andil

dari seluruh lapisan umat Islam dalam membangun dan mengembangkan

keberadaan pesantren tersebut sejak awal proses berdirinya sampai saat ini.

Pondok Pesantren Islam Al-Mukmin Ngruki merupakan pondok yang

mandiri, tidak berada dibawah (underbouw) organisasi atau kelompok tertentu,

tidak berafiliasi pada golongan atau jam'iyah tertentu, dan tidak berdiri pada satu

sekte tertentu. Ia berdiri ditengah-tengah serta bersikap mengambil jarak yang

sama dengan berbagai golongan maupun organisasi yang ada dan berkembang di

masyarakat. Dengan demikian subtansi ajaran Islam yang menjadi basic sistem

pendidikan dan pengajaran di pesantren Islam Al-Mukmin Ngruki senantiasa

54

Page 70: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

bertumpu pada Al-Qur'an dan Sunah Shohihah yang difahami secara kaffah

(universal), syumuu l (komprehenship) dan mutakaamil (integratif). Dengan cara

pandang ini diharapkan para alumnus pondok pesantren Islam Al-Mukmin Ngruki

menjadi generasi yang kritis dan taktis sehingga tidak mudah terjebak dalam sikap

fanatisme golongan dan tidak taqlid buta (mengekor atau mengikuti pendapat

orang lain yang tidak dilandasi kebenaran).

Berdirinya pondok pesantren Islam Al-Mukmin Ngruki bermula dari

adanya kegiatan pengajian selepas dhuhur di masjid Agung Surakarta. Selanjutnya

para da'i dan mubaligh mengembangkan bentuk pengajian tersebut dengan

mendirikan Madrasah Diniyah dijalan Gading Kidul 72 A Solo. Perkembangan

Madrasah ini cukup pesat karena didukung oleh media massa yaitu RADIS (

Radio Dakwah Islam). Dinamika madrsah yang menggembirakan tersebut

selanjutnya mengilhami gagasan para mubaligh yang ada untuk mengasramakan

para siswa dalam bentuk lembaga pendidikan pondok pesantren.

Realitas sosial masyarakat Solo pasca tahun 1965 dan timbulnya berbagai

ancaman yang dianggap membahayakan eksistensi Islam serta umatnya pada

waktu itu, semakin memotivasi semangat para mubaligh se-Surakarta untuk

segera mewujudkan pendidikan pondok pesantren. Hal ini juga didasarkan pada

perspektif dan pertimbangan sejarah bahwa pesantren pada zaman dulu telah

memiliki andil dan peran yang sangat besar dalam membela, memperjuangkan

dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia .

Akhirnya, pada tanggal 10 Maret 1972 berdirilah Lembaga Pendidikan

Pondok Pesantren Islam Al-Mukmin di jalan Gading Kidul No 72 A Solo, di

Page 71: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam dan Asuhan Yatim Al-Mukmin

(YPIA) dengan akte Notaris No. 130 b 1967.

Pada waktu itu jumlah santri yang diasramakan sebanyak 30 siswa

termasuk didalamnya 10 siswa dari Asuhan YPIA. Adapun para perintis dan

pendirinya pada waktu itu adalah Ustadz Abdullah Sungkar , Ustadz Abu Bakar

Ba'asyir , Ustadz Abdullah Baraja' , Ustadz Yoyok Rosywadi , Ustadz H. Abdul

Qohar Daeng Matase dan Ustadz Hasan Basri, BA serta para pendukung yang

lain.

Mengingat perkembangan santri yang sangat pesat dengan sarana dan

prasarana yang masih terbatas pada waktu itu, maka dua tahun berikutnya yaitu

tahun 1974 pengurus Yayasan Pendidikan dan Asuhan Yatim/Miskin Al-Mukmin

(YPIA) memindahkan lokasi madrasah ke Dukuh Ngruki Kelurahan Cemani

Kecamatan Grogol kabupaten Sukoharjo dengan menempati tanah KH. Abu

Amar. Sejak saat itulah pondok pesantren ini terkenal dengan pondok pesantren

Islam Al-Mukmin Ngruki.

a. Visi

Terbentuknya generasi muslim yang siap menerima dan mengamalkan Islam

secara secara kaffah,

b. Misi

1. Mencetak kader Ulama dan cendekia yang amilin fi sabilillah,

2. Melaksanakan kegiatan pendidikan dan da'wah secara "Independen" dan

bertanggung jawab kepada umat melalui YPIA,

Page 72: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

3. Melaksanakan proses pembelajaran secara integral dalam satu

kepemimpinan mudirul Ma'had,

c. Tujuan

1. Lahirnya kader ulama dan cendekia yang amilin fi sabilillah,

2. Lahirnya generasi yang siap menerima dan mengamalkan Islam secara

kaffah.

Dalam rangka mewujudkan sasaran dan tujuan di atas serta sebagai upaya

untuk menyalurkan siswa sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan yang

dimilikinya, maka pondok pesantren Islam Al-Mukmin Ngruki membuka

berbagai unit pendidikan sebagai berikut :

a. Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Merupakan unit pendidikan setingkat SLTP yang memadukan

pendidikan nasional dan pendidikan pesantren. Masa pendidikan 3 tahun

sebagai kelanjutan dari jenjang SD/MI. Program unggulan pada Unit ini

antara lain:

1. Kelas Al Qur'an (kelas ini dititik beratkan pada aspek quroatul Qur'an

dan tahfidz)

2. Kelas Olimpiade (kelas ini dititik beratkan pada aspek pengembangan

materi Matematika dan IPA)

3. Kelas Internasional (kelas ini dititik beratkan pada pengembangan

bahasa internasional yaitu bahasa Arab dan Inggris)

Pada unit MTs ini telah terakreditasi dan dapat mengikuti Ujian Akhir

Nasional (UAN). Materi pelajaran Aqidah, Syari'ah, bahasa Arab dan

Page 73: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Inggris sebagai materi dasar yang diajarkan di setiap kelas. Mendidik

santri agar memiliki dasar-dasar keimanan, berwawasan IPTEK,

berakhlakul karimah, memiliki kemampuan berbahasa Arab dan Inggris

serta siap melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTA (KMI atau MA).

Unit ini menerima putra dan putri dari lulusan SD dan MI

b. Takhasus (Pra SLTA)

Unit ini merupakan unit persiapan selama satu tahun. Diperuntukkan

siswa putra dan putri dari jenjang SLTP maupun MTS (non pondok

pesantren). Dalam unit ini diperdalam pelajaran bahasa Arab dan Inggris

serta materi khusus kepesantrenan sehingga selama satu tahun diharapkan

memiliki kemampuan untuk menguasai ilmu yang seimbang dengan lulusan

MTs / SLTP Pondok Pesantren Islam Al Mukmin. Dari unit ini santri dapat

melanjutkan ke jenjang pendidikan Madrsah Aliyah kelas satu atau ke

jenjang Kuliyyatul Mu'alimin kelas I. Hasil evaluasi dari ujian akhir di unit

takhasus ini hanya berupa keterangan untuk bisa melanjutkan ke unit MA

atau KMI Pondok Pesantren Islam Al Mukmin.

c. Kulliyyatul Mu'allimin Al Islamiyyah (KMI)

Dibukanya unit ini bertujuan untuk mendidik kader dakwah dan guru

agama yang siap pakai. Unit ini merupakan jenjang pendidikan yang setara

dengan SLTA. Menerima siswa putra dan putri dari lulusan SLTP Pondok

Pesantren Islam Al-Mukmin atau pondok pesantren lain yang memiliki

kemiripan kurikulum dengan SLTP Pon Pes Al Mukmin. Lama pendidikan

tiga tahun dengan materi pelajaran terdiri dari 70 persen program

Page 74: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

kepesantrenan dan 30 persen program non kepesantrenan (Materi SLTA

yang telah disesuaikan).

d. Madrasah Aliyah (MA)

Madrsah Aliyah Al-Mukmin (MAAM) mendidik kader dakwah dan

intelektual muslim yang beraqidah lurus. Lama pendidikan 3 tahun.

Menerima santri (siswa) dari lulusan SLTP pondok pesantren Al-Mukmin

serta pondok pesantren lain yang sederajat. Dari SLTP atau MTS non

pesantren Al-Mukmin harus lulus seleksi lisan Bahasa Arab, Bahasa Inggris

dan psikotest. Unit ini telah terakreditasi A.

e. Ma'had Aly (Sekolah Tinggi)

Pesantren Tinggi (Ma'had Aly) Al-Mukmin sebagai kelanjutan dari

jenjang pendidikan setingkat SLTA pondok pesantren Al-Mukmin

(KMI/KMT/MAAM) dan SLTA pondok pesantren yang lain. Unit ini

menyelenggarakan pendidikan strata 1 (S1) dengan kurikulum perpaduan

antara kurikulum Ma'had Aly Al-Islam yang berkembang di Indonesia,

STAIN, Al-Jami'ah Al-Islamiyah Umul Quro di Mekah dan Universitas

Islam Timur Tengah yang lain.

Tujuan diselenggarakan Ma'had Aly sebagai upaya untuk

menghadirkan lahirnya ulama' dengan dibekali kemampuan untuk dapat

memanfaatkan IPTEK, profesional pada bidangnya, trasnparansi,

bertanggung-jawab, berdedikasi tinggi serta peka terhadap situasi dan

perkembangan zaman.

Page 75: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kulliyyatul

Mu'allimin Al Islamiyyah (KMI) kelas 3 secara keseluruhan, dimana merupakan

populasi penelitian. Sehingga dapat dikatakan penelitian ini adalah penelitian

populasi.

2. Persiapan Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini

adalah skala kecerdasan emosi, dan TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale).

a. Skala kecerdasan emosi.

Skala kecerdasan emosi digunakan untuk mengungkap sejauh mana

tingkat kecerdasan emosi subjek dalam penelitian ini. Penyusunan skala

kecerdasan emosi mengacu berdasarkan aspek-aspek menurut Goleman (2007)

yang meliputi: mengenali emosi diri (sadar diri), mengelola emosi,

memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati), membina

hubungan dengan orang lain.

Jumlah aitem dalam skala ini sebanyak 50 aitem, yang terdiri dari 25

aitem favorable dan 25 aitem unfavorable. Skala kecerdasan emosi ini terdiri

dari 4 pilihan jawaban yaitu : sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS)

dan sangat tidak setuju (STS). Penilaian aitem favorable bergerak dari skor 4

(sangat setuju), 3 (setuju), 2 (tidak setuju), 1 (sangat tidak setuju). Sedangkan

penilaian aitem unfavorable bergerak dari skor 1 (sangat setuju), 2 (setuju), 3

(tidak setuju), 4 (sangat tidak setuju). Distribusi aitem skala kecerdasan emosi

sebelum uji coba dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 76: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Tabel 2. Susunan Aitem Skala Kecerdasan Emosi

No Aspek Nomor Aitem

Total Favourable Unfavourable

1 Mengenali emosi diri 10,20,30,40,50 5,15,25,35,45 10 2 Mengelola emosi 4,19,24,29,44 9,14,34,39,49 10 3 Memotivasi diri sendiri 13,18,38,43,48 3,8,23,28,33 10 4 Mengenali emosi orang

lain 2,12,22,27,47 7,17,32,37,42 10

5 Membina hubungan dengan orang lain

1,16,21,31,36 6,11,26,41,46 10

Jumlah 25 25 50

b. TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale)

Skala kecerdasan emosi digunakan untuk mengungkap sejaumana

tingkat kecemasan subjek dalam penelitian ini.

TMAS merupakan kuesioner yang terdiri dari 50 butir pernyataan yang

kesemuanya menunjukkan skor kecemasan yang muncul. Banyak butir-butir

ini menunjukkan gejala kecemasan yang mencolok seperti berkeringat, muka

merah, keguncangan, gemetaran dan lain-lain. Sebagian mengandung keluhan-

keluhan somatik seperti mual, pusing, diare, gangguan lambung dan lain-lain.

Butir-butir lainya menunjukkan konsentrasi, perasaan eksitasi atau tidak bisa

istirahat, menurunya kepercayaan diri, sensitifitas ekstra terhadap orang lain,

perasaan akan bahaya dan tidak berguna.

Pengukuran ini terdiri dari jawaban “ya” dan “tidak”, dimana penilaian

untuk setiap jawaban “ya” dinilai dengan skor 1 dan untuk jawaban tidak dinilai

dengan skor 0. Penilaian kecemasan dinilai dengan menjumlahkan jawaban “ya”.

Skor minimal adalah 0 dan skor maksimal adalah 50.

Page 77: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

3. Pelaksanaan uji coba

Skala yang akan digunakan dalam penelitian harus di uji cobakan terlebih

dahulu agar memenuhi syarat-syarat sebagai alat ukur yang baik, yakni valid dan

reliabel. Pengambilan subjek untuk uji coba diberikan kepada kelas 3 remaja

pondok pesantren mu’alimin Sukoharjo. Adapun alat ukur yang di uji cobakan

adalah skala kecerdasan emosi sedang TMAS tidak di uji cobakan karena sudah

baku. Skala kecerdasan emosi yang diberikan bersifat universal.

Pelaksanaan uji coba dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2009 yang

dikenakan pada keseluruhan remaja kelas 3 Mu’allimin Pondok Pesantren Al-

Mukmin Sukoharjo yang berjumlah 95 orang. Dari 95 eksemplar yang dibagikan,

kesemuanya dapat terkumpul kembali dan memenuhi syarat untuk diskor dan

dianalisis. Data inilah yang dipergunakan untuk menghitung validitas dan

reliabilitas dari alat ukur tersebut.

4. Uji validitas dan reliabilitas

Perhitungan validitas aitem untuk skala kecerdasan emosi dan kecemasan

dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson,

yaitu mencari korelasi antara skor aitem dengan skor total aitem. Sedangkan

perhitungan reliabilitasnya dihitung dengan teknik analisis reliabilitas Cronbach’s

Alpha. Perhitungan validitas dan reliabilitas skala pada pendekatan ini

menggunakan program analisis validitas dan reliabilitas butir program statistik

SPSS 16.0 for Windows. Uji validitas akan menentukan aitem yang gugur atau

sahih.

Page 78: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

a. Uji validitas skala kecerdasan emosi

Hasil uji validitas skala kecerdasan emosi dapat diketahui bahwa

dari 50 aitem yang diujicobakan, diperoleh indeks korelasi aitem berkisar

antara -0,305 sampai dengan 0,632. Ada 10 aitem dinyatakan gugur, yaitu

3, 5, 11, 12, 14, 20 , 24, 29, 30, 34 dikarenakan rhitung < rtabel, nilai rtabel

sebesar 0,202 dimana taraf signifikansi 5% dan N = 95 dengan nilai kritis

0,209. Selanjutnya dari analisis korelasi aitem total yang telah dikoreksi,

diperoleh 40 aitem sahih dengan indeks korelasi aitem berkisar antara

0,209 sampai dengan 0,632.

b. Uji reliabilitas skala kecerdasan emosi

Sedangkan reliabilitas skala yang ditunjukkan dengan koefisien

Alpha sebesar 0,825. Dengan demikian, skala kecerdasan emosi ini

dianggap cukup andal sebagai alat ukur penelitian. Adapun perincian

aitem yang sahih dan gugur dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Distribusi Aitem Sahih dan Aitem Gugur Skala Kecerdasan Emosi

No Aspek Nomor Aitem

Total Favourable Unfavourable Valid Gugur Valid Gugur

1 Mengenali emosi diri

10,40,50 20,30 15,25,35,45 5 10

2 Mengelola emosi 4,19,44 24,29 9,39,49 14,34 10 3 Memotivasi diri

sendiri 13,18,38,43,48 8,23,28,33 3 10

4 Mengenali emosi orang lain

2,22,27,47 12 7,17,32,37,42 10

5 Membina hubungan dengan orang lain

1,16,21,31,36 6,26,41,46 11 10

Jumlah 20 5 20 5

50 25 25

Page 79: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

5. Penyusunan alat ukur untuk penelitian

Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas, langkah selanjutnya adalah

menyusun alat ukur yang dipakai untuk penelitian. Dalam penyusunan alat ukur

ini hanya aitem yang sahih saja yang diambil, dengan nomor urut yang baru.

Sedangkan yang gugur tidak diikutsertakan. Adapun distribusi aitem skala

kecerdasan emosi yang digunakan sebagai penelitian dapat dilihat pada tabel 3.

berikut ini:

Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Kecerdasan Emosi untuk Penelitian

No Aspek Nomor Aitem

Total Favourable Unfavourable

1 Mengenali emosi diri 10(8),40(30),50(40) 15(10),25(18),35(25),45(35) 7 2 Mengelola emosi 4(3),19(14),44(34) 9{7),39(29),49(39) 6 3 Memotivasi diri sendiri 13(9),18(13),38(28),

43(33),48(38) 8(6),23(17),28(21),33(24) 9

4 Mengenali emosi orang lain

2(2),22(16),27(20),47(37) 7(5),17(12),32(23), 37(27),42(32)

9

5 Membina hubungan dengan orang lain

1(1),16(11),21(15), 31(22),36(26)

6(4),26(19),41(31),46(36) 9

Jumlah 20 20 40 Keterangan : nomor dalam tanda kurung ( ) adalah nomor aitem baru untuk

penelitian.

B. Pelaksanaan Penelitian

Penentuan sampel penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja mu’alimin kelas 3 Pondok

Pesantren Al-Mukmin Sukoharjo sebanyak 104 siswa yang tidak masuk sebanyak

9 orang sehingga subyek yang digunakan dalam penelitian sebanyak 95 orang.

Page 80: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Subjek yang digunakan sebagai penelitian adalah semua populasi, sehingga

disebut studi populasi.

Pengumpulan data penelitian

Proses pengambilan sampel penelitian dilaksanakan Pondok Al-Mukmin

Sukoharjo. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10

Desember 2009. Pengumpulan data dilakukan secara klasikal dengan memberikan

skala kecerdasan emosi dan TMAS secara langsung kepada masing-masing subjek

dan pengambilan skala dilakukan pada saat itu juga setelah skala selesai diisi.

Karena terdapat 9 siswa mu’alimin yang tidak masuk sekolah, maka data

penelitian yang di peroleh sebanyak 95 eksemplar.

Pelaksanaan skoring

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah memberikan

skor untuk keperluan analisis data. Skor untuk skala kecerdasan emosi bergerak

dari 1-4 dengan memperhatikan sifat aitem favorable dan unfavorable. Skor dari

aitem favorabel adalah 4 untuk pilihan jawaban sangat setuju (SS), 3 untuk pilihan

jawaban setuju (S), 2 untuk tidak setuju (TS), dan 1 untuk sangat tidak setuju

(STS). Sedangkan skor aitem unfvorabel adalah 1 untuk pilihan jawaban sangat

setuju (SS), 2 untuk setuju (S), 3 untuk jawaban tidak setuju (TS), dan 4 untuk

jawaban sangat tidak setuju (STS). Kemudian skor yang diperoleh dari subjek

penelitian dijumlahkan untuk masing-masing skala. Total skor skala yang

diperoleh dari subjek penelitian ini dipakai dalam analis data.

Page 81: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Pengukuran tingkat kecemasan dengan menggunakan instrumen TMAS

(Taylor Manifest Anxiety Scale) yang disusun dan dikembangkan oleh Taylor

(1951, 1953). Dalam penelitian sebelumnya oleh Sudiyanto (dalam Osman, 2008)

mempunyai validitas dan reliabilitas yang tinggi dengan nilai batas pemisah skor

22/23, sensitivitas TMAS cukup tinggi yaitu 90%, spesivitasnya 95%, nilai ramal

positif 94,7%, nilai ramal negatif 90,4%, dengan reliabilitas r=0,86.

Pengukuran ini terdiri dari jawaban “ya” dan “tidak”, dimana penilaian

untuk setiap jawaban “ya” dinilai dengan skor 1 dan untuk jawaban tidak dinilai

dengan skor 0. Penilaian kecemasan dinilai dengan menjumlahkan jawaban “ya”.

Skor total adalah 50.

C. Analisis Data Penelitian

Perhitungan analisis data dilakukan sebelum uji asumsi yang meliputi uji

normalitas sebaran dan analisis diskriptif, dan perhitungan data dilakukan setelah

uji asumsi yaitu sumbangan efektif. Perhitungan dalam analisis ini dilakukan

dengan bantuan komputer menggunakan program statistik SPSS for MS Windows

release versi 16.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam

variabel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Hal ini berarti bahwa uji

normalitas diperlukan untuk menjawab pertanyaan apakah syarat sampel yang

representatif terpenuhi atau tidak, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi

pada populasi (Hadi, 2004).

Page 82: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Uji normalitas sebaran ini menggunakan teknik one sample Kolmogorov-

Smirnov test (ks-z) yang dikatakan normal jika p (asym sig (2-tailed)) > 0,05.

Hasil uji normalitas sebaran terhadap kedua variabel akan dijelaskan sebagai

berikut:

1) Hasil uji normalitas sebaran variabel kecerdasan emosi, nilai ks-z adalah

1,017 dengan asym sig (2-tailed) 0,252 > 0,05 termasuk kategori normal.

2) Hasil uji normalitas sebaran variabel kecemasan, nilai ks-z adalah 0,62

dengan asym sig (2-tailed) 0,837 > 0,05 termasuk kategori normal.

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Skala Kecerdasan Emosi dengan Skor Kecemasan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kecemasan

Kecerdasan emosi

N 95 95 Normal Parametersa

Mean 23.9474 1.1905E2 Std. Deviation 4.37685 1.05944E1

Most Extreme Differences

Absolute .064 .104 Positive .064 .104 Negative -.063 -.050

Kolmogorov-Smirnov Z .620 1.017 Asymp. Sig. (2-tailed) .837 .252

a. Test distribution is Normal.

Hal ini berarti bahwa data pada variabel kecerdasan emosi dan kecemasan

memiliki sebaran yang normal dan sampel dalam penelitian ini dapat mewakili

populasi.

Page 83: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

2. Uji Linieritas

Pengujian linieritas dimaksudkan untuk mngetahui linieritas hubungan

antara variabel bebas dengan variabel tergantung, selain itu uji linieritas ini juga

diharapkan dapat mengetahui taraf signifikansi penyimpangan dari linieritas

hubungan tersebut. Apabila penyimpangan yang ditemukan tidak signifikan, maka

hubungan variabel bebas dan variabel tergantung adalah linier (Hadi, 2004).

Uji linieritas hubungan ini menggunakan teknik compare means test for

linierity. Berdasarkan hasil pengujian linieritas variabel kecerdasan emosi dengan

kecemasan diperoleh nilai Fbeda sebesar 1,261 dengan probabilitas sebesar 0,213

(>0,05) adalah linier. Berdasarkan uji linieritas yang dilakukan dapat disimpulkan

bahwa asumsi linier dalam penelitian ini terpenuhi. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 6 dibawah ini :

Tabel 6. Hasil Uji Linieritas Skala Kecerdasan Emosi dengan Skor Kecemasan

Sum of Squares

df Mean Square

F Sig.

Kecemasan* Kecerdasan emosi

Between Groups

(Combined) 924.648 38 24.333 1.555 .065 Linearity 194.8301 1 194.830 12.454 .001 Deviation from Linearity 729.8178 37 19.725 1.261 .213

Within Groups 876.0889 56 15.644 Total 1800.737 94

3. Analisis deskriptif

Dari skor kasar kecerdasan emosi dan kecemasan diperoleh hasil statistik

diskriptif subjek penelitian. Hasil statistik deskrptif dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Page 84: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Tabel 7. Analisis Deskriptif Kecerdasan Emosi dan Kecemasan

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Kecemasan 95 15.00 34.00 23.9474 4.37685 Kecerdasan emosi

95 94.00 143.00 1.1905E2 10.59443

Valid N (listwise) 95

Berdasarkan tabel statistik diatas, kemudian dilakukan kategorisasi subjek

secara normatif guna memberikan intepretasi terhadap skor skala. Kategorisasi

yang digunakan adalah kategorisasi jenjang yang berdasarkan pada model

distribusi normal. Tujuan dari kategorisasi ini adalah menempatkan subjek ke

dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu

kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2008). Kontinum jenjang ini

akan dibagi menjadi 3 kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Norma

kategorisasi yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Norma Kategori Skor Subjek

Kategorisasi Norma Rendah Χ < (μ −1,0σ ) Sedang (µ −1,0σ) ≤ Χ < (μ +1,0σ ) Tinggi (μ + 1,0σ) ≤ Χ

Keterangan : X : raw score skala µ : mean atau nilai rata-rata σ : standart deviasi

Berdasarkan norma kategorisasi diatas maka kategori skor skala penelitian

Kecerdasan emosi dan TMAS dijelaskan lebih lanjut pada urian dibawah ini :.

Page 85: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

a. Kecerdasan Emosi

Skala kecerdasan emosi dikategorikan untuk mengetahui tinggi

rendahnya nilai subjek. Skor minimal yang diperoleh subjek adalah 40 X 1 =

40 dan skor maksimal yang dapat diperoleh subjek adalah 40 X 4= 160, maka

jarak sebarannya adalah 160 - 40 = 120 dan setiap satuan deviasi standarnya

bernilai 120:6 = 20 sedangkan rerata hipotetiknya adalah (40 + 160) : 2 = 100.

Apabila subjek digolongkan dalam 3 kategori, maka didapat kategorisasi serta

distribusi skor subjek seperti pada tabel berikut:

Tabel 9. Kategori Subjek Berdasarkan Skor Skala Penelitiaan Kecerdasan Emosi

Variabel Kategorisasi Komposisi Rerata

Empirik Kategorisasi Skor Jumlah Prosentase

Kecerdasan Emosi

Rendah X < 80 0 0% - Sedang 80 ≤ X 120 51 53,68% 119 Tinggi 120 ≤ X 44 46,32% -

b. Kecemasan

TMAS dikategorikan untuk mengetahui tinggi rendahnya nilai

kecemasan subjek. Skor minimal yang diperoleh subjek adalah 0 X 1 = 0 dan

skor maksimal yang dapat diperoleh subjek adalah 50 X 1= 50, maka jarak

sebarannya adalah 50 - 0 = 50 dan setiap satuan deviasi standarnya bernilai

50:6 = 8,33 sedangkan rerata hipotetiknya adalah (50 + 0) : 2 = 25. Apabila

subjek digolongkan dalam 3 kategori, maka didapat kategorisasi serta

distribusi skor subjek seperti pada tabel berikut:

Page 86: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Tabel 10. Kategori Subjek Berdasarkan Skor Kecemasan

Variabel Kategorisasi Komposisi Rerata

Empirik Kategorisasi Skor Jumlah Prosentase

Kecemasan Rendah X < 16,67 5 5,26% - Sedang 16,67 ≤ X 33,33 88 92,63% 23,94 Tinggi 33,33 ≤ X 2 2,11% -

Dari tabel statistik deskriptif, dapat dilihat bahwa rerata empirik

kecerdasan emosi adalah 119, berarti rata-rata subjek penelitian termasuk

dalam kategori sedang. Rerata empirik kecemasan adalah 23,94 yang berarti

termasuk dalam kategori sedang.

4. Uji hipotesis

a. Korelasi Product Moment Pearson

Setelah dilakukan uji asumsi, langkah selanjutnya adalah melakukan

perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik analisis

korelasi product moment dari Pearson yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan pengaruh antar variabel bebas (kecerdasan emosi) dan variabel

tergantung (kecemasan) dapat dilihat dalam tabel berikut

Page 87: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Tabel 11. Hasil Teknik Analisis Korelasi Product Moment Pearson

Correlations

Kecemasan Kecerdasan emosi

Kecemasan Pearson Correlation

1 -.329**

Sig. (1-tailed) .001 N 95 95

Kecerdasan emosi

Pearson Correlation

-.329** 1

Sig. (1-tailed) .001 N 95 95

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Uji korelasi menunjukkan hubungan kecerdasan emosi dengan

kecemasan (rxy) sebesar - 0,329, hal ini berarti terdapat korelasi negatif antara

kecerdasan emosi dengan kecemasan. Menurut Nugroho (2005) koefisien

korelasi yang dihasilkan menunjukan bahwa korelasi antara keduanya

tergolong lemah. Sedangkan arah hubungan antara dua variabel adalah negatif

karena nilai r negatif (-). Tingkat signifikansi atau probabilitas sebesar p =

0,001 (p < 0,05) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara kecerdasan emosi dan kecemasan, sehingga hipotesis yang menyatakan

bahwa ada hubungan negatif antara kecerdasan emosi dengan tingkat

kecemasan dapat diterima.

b. Sumbangan efektif

Sumbangan efektif kecerdasan emosi dengan tingkat kecemasan pada

remaja kelas 3 Mu’allimin Pondok Pesantren Al-Mukmin Sukoharjo dapat

dilihat pada tabel 10 berikut:

Page 88: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Tabel 12. Sumbangan Efektif Kecerdasan Emosi Terhadap Tingkat Kecemasan

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared Kecemasan * Kecerdasan emosi

-.329 .108 .717 .513

Angka dalam tabel tersebut mengandung pengertian bahwa dalam

penelitian ini peranan atau sumbangan efektif kecerdasan emosi dengan

kecemasan 10,8% ditunjukkan oleh nilai RSquared 0,108. Hal ini berarti masih

terdapat 89,2% faktor lain yang mempengaruhi kecemasan remaja Mu’alimin

Pondok Pesantren Al-Mukmin selain variabel kecerdasan emosi.

D. Pembahasan

Analisis uji asumsi variabel kecerdasan emosi dan kecemasan yaitu berupa

uji normalitas. Uji normalitas dalam penelitian ini berupa variabel kecerdasan

emosi yang menghasilkan nilai ks-z sebesar 1,017 dengan asym sig (2-tailed)

0,837 > 0,05 termasuk kategori normal sedangkan variabel kecemasan

menghasilkan nilai ks-z sebesar 0,62 dengan asym sig (2-tailed) 0,837 > 0,05 juga

termasuk kategori normal. Ini berarti bahwa variabel kecerdasan emosi dan

kecemasan memenuhi syarat sampel yang representatif, sehingga hasil penelitian

dapat di generalisasikan pada populasi.

Hasil analisis deskriptif kategorisasi menunjukkan kecerdasan emosi

remaja kelas 3 mu’allimin Pondok Pesantren Al-Mukmin Sukoharjo secara umum

termasuk dalam kategori sedang sebesar 53,68%, yakni rerata empirik sebesar 119

dan rerata hipotetik sebesar 100 dengan jumlah 51 remaja sedangkan yang

Page 89: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

memiliki kecerdasan emosi rendah sebanyak 0% atau tidak ada dan yang memiliki

kecerdasan emosi tinggi sebanyak 44 remaja atau 46,32%. Selanjutnya tingkat

kecemasanya secara umum termasuk dalam kategori sedang sebesar 92,63%,

yakni rerata empirik sebesar 23,94 dan rerata hipotetiknya sebesar 25 dengan

jumlah 88 remaja, sedangkan yang memiliki kecemasan rendah sebanyak 5 remaja

atau sebesar 5,26% dan yang memiliki kecemasan tinggi sebanyak 2 remaja atau

sebesar 2,11%.

Hasil dari analisis data hubungan antara kecerdasan emosi dengan tingkat

kecemasan pada remaja mu’alimin kelas 3 Pondok Pesantren Al Mukmin

Sukoharjo dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson

diperoleh nilai koefisien korelasi antara variabel kecerdasan emosi dengan

variabel tingkat kecemasan (rxy) sebesar -0,329 dan p < 0,05. arah hubungan

antara dua variabel adalah negatif karena nilai r negatif (-) menunjukkan bahwa

terdapat hubungan negatif antara kecerdasan emosi dan kecemasan, artinya

semakin tinggi kecerdasan emosi maka semakin rendah kecemasan begitu pula

sebaliknya maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima yaitu

terdapat hubungan yang negatif antara kecerdasan emosi dengan tingkat

kecemasan pada remaja mu’alimin kelas 3 Pondok Pesantren Al Mukmin

Sukoharjo. Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan Davidoff dan

Collings (dalam Syahraini dan Rohmatun, 2007) dimana orang yang mengalami

kecemasan ini biasanya mempunyai penilaian yang kurang baik terhadap dirinya,

mempunyai kecerdasan emosi yang rendah dan kurang percaya diri. Namun

kecemasan dapat diatasi bila seseorang mempunyai kecerdasan emosional yang

Page 90: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

baik dengan cara berfikir realistis dan bersikap secara tepet. Temuan dalam

penelitian yang penulis lakukan ini juga sejalan dengan yang diungkapkan oleh

Coopersmith (dalam Syahraini dan Rohmatun, 2007) yang menyatakan bahwa

individu dengan kecerdasan emosional yang rendah menunjukkan tingkat

kecemasan tinggi. Tidak jauh beda seperti yangi di utarakan Salovey (dalam

Berrocal, 2006) berpendapat bahwa hasil penelitian kaitan antara kecerdasan

emosi dengan depresi, kecemasan dan keseluruhan psikis serta kesehatan mental

menunjukkan bahwa seseorang yang lebih banyak memperhatikan emosinya,

seseorang yang memiliki nilai lebih rendah kejernihan emosinya dan seseorang

yang menunjukkan ketidakmampuan untuk mengatur keadaan emosi

menunjukkan rendahnya penyesuaian emosi. Begitupula penelitian yang

dilakukan Rooprai (2009) bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk

mencegah timbulnya perasaan negatif seperti marah, kurang percaya diri,

kecemasan dan sebaliknya fokus pada perasaan positif salah satunya percaya diri,

empati dan keserasian. Pengembangan kecerdasan emosi harus lebih ditekankan

untuk mengatasi stress dan kecemasan. Selanjutnya menurut Spielberger dan

Rickman kecemasan adalah reaksi normal pada situasi sosial yang merupakan

sikap mengancam harga diri atau mental yang sehat. Kecerdasan emosi menurut

Bar-On, merupakan pengukuran mental yang sehat pada seseorang dimana

kecemasan yang tidak dapat di kontrol tidak akan memiliki mental yang sehat.

Pengukuran kecerdasan emosi menurut Emmerling dan Goleman bahwa

kecerdasan emosional bisa di kembangkan begitu juga dengan mental yang sehat

dan kontrol kecemasan (Rensburg, 2005). Hal tersebut diperkuat dengan

Page 91: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

penelitian yang dilakukan oleh Sulistyana (2009) dimana penelitian tersebut

menunjukkan adanya hubungan negatif antara kecerdasan emosional dengan

kecemasan. Semakin tinggi kecerdasan emosional maka semakin rendah

kecemasan, sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosional maka semakin

tinggi kecemasan seorang.

b. Sumbangan efektif dalam penelitian ini ditunjukkan melalui Rsquare

atau disebut juga sebagai koefisien determinan yaitu sebesar 0,108 (nilai Rsquare

0.adalah pengkuadratan dari koefisien korelasi (R)). Artinya 10,8% kecemasan

pada remaja mu’allimin kelas 3 Pondok Pesantren Al-Mukmin Sukoharjo dapat

dijelaskan oleh variabel kecerdasan emosi. Variabel kecerdasan emosi

memberikan sumbangan efektif sebesar 10,8%. Sedangkan sisanya (100% -

10,8% = 89,2%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain. Faktor-faktor lain di luar

variabel kecerdasan emosi mungkin mempunyai hubungan terhadap kecemasan

yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Faktor-faktor lain itu di antaranya

faktor fisik, trauma dan konflik, conditioning, konstitusi, hereditas, lingkungan

awal dan latihan dan lain lain.

Secara umum hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang sangat

signifikan antara kecerdasan emosi dengan tingkat kecemasan remaja kelas 3

mu’allimin Pondok Pesantren Al-Mukmin Sukoharjo, namun hasil penelitian ini

belum dapat digeneralisasikan pada remaja di Pondok Pesantren lain. Penerapan

populasi yang lebih luas dengan karakteristik yang berbeda perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut dengan menggunakan atau menambah variabel-variabel lain

Page 92: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

yang belum disertakan dalam penelitian ini, ataupun dengan menambah dan

memperluas ruang lingkupnya.

Page 93: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Ada hubungan yang sangat signifikan antara kecerdasan emosi dan tingkat

kecemasan pada remaja kelas 3 mu’allimin Pondok Pesantren Al-Mukmin

Sukoharjo. Hal ini telah dibuktikan dengan hasil analisis menggunakan teknik

korelasi Product Moment Pearson (rxy) sebesar -0,329 dan taraf signifikansi

sebesar 5 %. Arah hubungan antara dua variabel adalah negatif karena nilai r

negatif (-) menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara kecerdasan

emosi dan kecemasan, dimana semakin tinggi kecerdasan emosi maka

semakin rendah kecemasan begitu pula sebaliknya.

2. Sumbangan efektif yang diberikan variabel kecerdasan emosi terhadap tingkat

kecemasan sebanyak 10,8. Hal ini berarti masih terdapat 89,2 % faktor lain

yang mempengaruhi kecemasan pada remaja kelas 3 mu’allimin Pondok

Pesantren Al-Mukmin Sukoharjo

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah

diuraikan, maka terdapat beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi orang tua

Orang tua diharapkan mengetahui lebih dalam perkembangan emosi anak.

Akibat dari pendidikan yang diberikan orang tua kepada anak menimbulkan

78

Page 94: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

perkembangan emosi yang salah sebagai contoh selalu memarahi anak ketika

melakukan kesalahan bahkan sampai tindak kekerasan yang menyebabkan

emosi anak tidak stabil, mengakibatkan perasaan cemas dan tertekan yang

pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan kepribadian. Oleh karena itu,

hendaknya orang tua selalu memberikan pendampingan dan arahan yang

positif dalam menyikapi hal tersebut. Peran orangtua yang berkualitas dalam

mengembangkan kecerdasan dan perkembangan emosi anak secara bertahap,

akan mendorong potensi anak untuk tumbuh menjadi pribadi yang memiliki

kemampuan kecerdasan yang yang tinggi dan pengendalian emosi yang baik

2. Bagi pendidik

Hendaknya setiap pendidik terutama guru yang mengajar remaja mu’allimin

pada pondok pesantren dapat memahami anak didiknya, mengetahui

karakteristik perkembangan emosi anak, sehingga akan membantu dalam

memberikan perlakuan yang sesuai dengan tingkat kemampuannya, agar

perkembangan emosi anak dapat berkembang dengan baik.

3. Bagi peneliti lain

a. Penelitian ini hanya meninjau sebagian hubungan saja sehingga bagi

peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengadakan penelitian yang

sejenis diharapkan agar memperhatikan faktor-faktor lain yang turut

mempengaruhi kecemasan.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas populasi dan

memperbanyak sampel, agar ruang lingkup dan generalisasi penelitian

Page 95: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

menjadi lebih luas dan mencapai proporsi yang seimbang sehingga

kesimpulan yang diperoleh lebih komprehensif.

4. Rata-rata tingkat kecemasan pada remaja kelas 3 mu’allimin Pondok

Pesantren Al-Mukmin Sukoharjo menunjukkan sedang yang artinya masih

dibutuhkanyya perhatian yang lebih baik dari orang tua maupun pendidik

sehingga tingkat kecemasan diharapkan rendah dimana tingkat kecemasan

yang tinggi berpengaruh negatif pada proses pembelajaran, sebaliknya rata-

rata kecerdasan emosi menunjukkan sedang dimana peran orang tua dan

pendidik sangat berpengaruh dalam upaya peningkatan kecerdasan emosi pada

remaja khususnya remaja kelas 3 mu’allimin Pondok Pesantren Al-Mukmin

Sukoharjo.

Page 96: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user