kepemimpinan berdasarkan kecerdasan emosi

Upload: iwaninside

Post on 14-Jul-2015

434 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

KEPEMIMPINAN BERDASARKAN KECERDASAN EMOSIBAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Menurut kodrat serta irodatnya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Sejak Adam diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke Bumi, Ia ditugasi sebagai Khalifah fil ardhi. Sebagaimana termaktub dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat ; Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam

menjadi Khalifah di muka Bumi . Menurut Bachtiar Surin yang dikutif oleh Maman Ukas bahwa Perkataan Khalifah berarti penghubung atau pemimpin yang diserahi untuk menyampaikan atau memimpin sesuatu . Dari uraian tersebut jelaslah bahwa manusia telah dikaruniai sifat dan sekaligus tugas sebagai seorang pemimpin. Pada masa sekarang ini setiap individu sadar akan pentingnya ilmu sebagai petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia yang semakin besar jumlahnya serta komplek persoalannya. Atas dasar kesadaran itulah dan relevan dengan upaya proses pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya tersebut tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara optimal tanpa adanya manajemen atau pengelolaan pendidikan yang baik, yang selanjutnya dalam kegiatan manajemen pendidikan diperlukan adanya pemimpin yang memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin.

B. Rumusan Masalah 1. Hakikat pemimpin 2. Tipe-tipe Pemimpin

Iwan Kosasih

1

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

3. Gaya kepemimpinan 4. Faktor yang mempengaruhi efektivitas dan kesuksesan kepemimpinan

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui hakikat Pemimpin 2. Untuk Mengetahui gaya kepemimpinan 3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi efektivitas dan

kesuksesan kepemimpinan

Iwan Kosasih

2

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Pemimpin Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk

mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapakan memiliki kekuatan kecerdasan emosi dalam menjalankan kepemimpinannya, kareana apabila tidak ditunjang dengan kekuatan kecerdasan emosi, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan dapat tercapai secara maksimal.

B. Kekuatan Kecerdasan Emosi 1. Primal Leadership Para pemimpin besar menggerakan kita. Mereka membangkitkan semangat dan menginspirasi yang tarbaik dalam diri kita. Ketika kita berusaha menjelaskan mengapa mereka biasa begitu efektif, kita lajimnya berbicara tentang strategi, visi, atau ide-ide yang hebat. Para pemimpin besar bekerja dengan emosi. Apapun yang

Iwan Kosasih

3

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

mereka canangkan baik itu membuat strategi ataupun menggerakan kelompok untuk bertindak, keberhasilan mereka sangat bergantung pada bagaimana cara mereka melakukannya. Bahkan jika segala sesuatunya sudah disiapkan dengan benar tetapi pemimpin gagal dalam mengemban tugas mendasarnya yaitu menggerakan emosi ke arah yang benar, apa yang mereka lakukan tidak akan mendapatkan hasil sebagaimana mestinya. a. Dimensi Primal Tugas emosi pemimpin bersifat primal yang utama dalam dua artian : Tugas emosi ini merupakan tindakan yang orisinal sekaligus paling penting dari kepemimpinan. Pemimpin selalu memainkan peran emosi yang primodial. Tidak diragukan bahwa pemimpin yang orisinil entah ia sebagai menejer perusahaan, kepala sekolah, kepala suku atau kepala adat mendapatkan kedudukannya terutama karena kemampuan mereka dalam menggerakan emosi. Di dalam sejarah dan budaya manapun, pemimpin kelompok manusia adalah seorang yang menjadi tumpuan dalam mencari kepastian dan kejelasan ketika menghadapi

ketidakpastian, ancaman atau ketika ada suatu tugas yang harus dilaksanakan pemimpin bertindak sebagai pembingbing emosi kelompok. Dalam organisasi modern, tugas emosi yang primodial ini meskipun sekarang ini sebagian besar tadak kesat mata tetap merupakan tugas terdepan diantara banyak tugas kepemimpinan lainnya. Sebenarnya sederhana saja, di dalam setiap kelompok orang, pemimpin mempunyai daya maksimal untuk mempermainkan emosi setiap orang. Jika emosi seseorang didorong kearah antusiasme kinerja akan meningkat, jika seseorang didorong ke arah kebencian dan kecemasan, maka kinerja akan merosot. Ini menunjukan aspek penting lain primal leadership, pengaruhnya lebih luas ketimbang sekedar memastikan bahwa pekerjaan akan dilakukan dengan baik. Para pengikut juga mencari hubungan emosi yang mendukung dari seorang pemimpin mencari empati. Semua kepemimpinan melibatkan dimensi primal ini, terlepas dari apakah untuk menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk. Tentu saja kunci agar primar lidership ini bekerja demi kebaikan dan kekuatan semua orang terletak pada kompetensi kecerdasan emosi dan pemimpin; bagaimana pemimpin menangani dirinya sendiri dan relasi-

Iwan Kosasih

4

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

relasinya, pemimpin yang memaksimalkan manfaat primal leadership akan menggerakan emosi pengikutnya ke arah yang benar atau ke arah yang lebih baik. b. Loop Terbuka Para ilmuan menggambarkan Loop Terbuka pengaturan limbik pribadi , dimana seseorang dapat mengirim tanda yang dapat mengubah kadar hormon, fungsi jantung dan pembuluh darah, dan irama tidur... (Lewis and Amini, 200). Contoh : Itulah sebabnya sepasang kekasih bisa saling memicu otak masingmasing untuk memproduksi hormon oksitosin, yang menimbulkan perasaaan afeksi yang menyenangkan. Tetapi di dalam semua aspek kehidupan sosial, dan bukan hanya dalam hubungan cinta, fisiologi kita adalah saling mengait emosi kita otomatis bergeser ke emosi orang yang barada bersama kita. Rancangan loop terbuka sistem limbik berarti bahwa orang lain dapat mengubah fisiologi kita dan emosi kita. Alasan mengapa sikap seorang pemimpin itu sangat penting.? Bukan saja apa yang dilakukannnya tetapi bagaimana ia melakukannya terletak pada rancang bangun otak manusia, apa yang mulai disebut oleh para ilmuan sebagai sifat loop terbuka sistem limbik. Dengan kata lain untuk stabilitas emosi kita sendiri, tidak diragukan bahwa sistem loop terbuka sistem limbik adalah : Rancang bangun yang unggul dalam evolusi karena ini memungkinkan manusia untuk saling menyelamatkan, misalnya seorang ibu menenangkan bayinya yang menangis atau seorang guru menenangkan muridnya yang sedang ujian. Dibalik kulit peradaban modern, prinsip loop terbuka ini masih berlaku. Penelitian unutunit perawatan intensif telah menunjukan bahwa kehadiran yang menenangkan dari orang lain bukan hanya akan menurunkan tekanan darah pasien, tetapi juga menunjukan pembuangan asam-asam lemak yang menghambat pembuluh darah. c. Penyebaran Emosi dan Kepemimpinan Keterkaitan yang berkelanjutan dari loop terbuka sistem limbik, di antara suatu anggota kelompok akan menciptakan sup emosi, dimana setiap orang akan memberikan bumbunya sendiri kedalam campuran, tetapi pemimpinlah yang akan memberikan bumbu terkuat. Pengamatan yang cermat pada kelompok-kelompok kerja yang sedang bertindak mengungkapkan berbagai pola dimana pemimpin memainkan peran penting dalam menentukan emosi bersama, pemimpin biasanya

Iwan Kosasih

5

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

belih banyak berbicara ketimbang bawahannya, dan apa yang dikatakannya didengarkan lebih cermat oleh bawahannya. Selain itu, pemimpinlah yang biasanya berbicara telebih dahulu tentang suatu subjek, dan ketika orang lain berkomentar, seringkali komentar mereka hanya mengacu pada apa yang telah dikatakan oleh pemimpinnya dan bukan pada komentar orang lain. Karena cara pandang pemimpin terhadap berbagai hal mempunyai bobot khusus, maka dalam menghadapi situasi tertentu pemimpinlah yang mengelola arti bagi kelompoknya, menawarkan cara untuk menginterpretasikannya, dan bereaksi secara emosi terhadap situasi tertentu. 2. Kepemimpinan Yang Resonan Akar kata resonansi (resonance) ini sudah cukup mengungkapkan, kata latinnya adalah resonance, atau menggemakan. Menurut Oxford English Dictionary, resonansi adalah : pengaturan atau pemanjangan suara melalui pemantulan. Analogi getaran yang selaras untuk manusia terjadi bila dua orang secara emosional berada dipanjang gelombang yang sama ketika mereka merasa selaras dan sejalan dengan arti kata resonansi, keselarasan itu memantulkan bunyi dan memperpanjang nada emosi yang positif. Salah satu tanda pemimpin yang resonan adalah adanya sekelompok pengikut yang bervibrasi dengan energi semangat dan antusiasme pemimpin. Ciri Primal Leadership adalah bahwa resonansi itu menguatkan dan memperpanjang nada dampak emosi kepemimpinan. Semakin tinggi tingkat resonansi orang semakin sedikit suara derak statis didalam interaksi mereka. Seberapa baik seorang pemimpin mengelola dan mengarahkan perasaan-perasaan itu untuk membantu kelompok dalam mencapai tujuannya akan sangat tergantung pada tingkat kecerdasan emosinya. Bagi pemimpin yang cerdas secara emosi resonansi terjadi secara alamiah. Pemimipin seperti ini terkadang bisa memproyeksikan susunan suasana hati yang serius, menggunakan empati untuk mendengarkan dan menyelaraskan dengan suasana emosi yang dirasakan oleh orang-orang yang dipimpinnya, misalnya telah terjadi sesuatu yang membuat marah semua orang, contoh : hancurnya sebuah perusahaan/mengalami penurunan daya jual yang mengakibatkan kerugian, utau penyakit serius yang diderita oleh rekan kerja dan

Iwan Kosasih

6

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

lain sebagainya, pemimpin yang cerdas secara emosi bukan hanya akan berempati dengan emosi-emosi, tetapi ia juga mengungkapkannya kepada kelompoknya dan bawahannya. Resonansi seperti ini akan menguatkan keselarasan sama seperti yang dilakukan oleh antusiasme, karena membuat orang merasa dimengerti dan dipedulikan. Dibawah bimbingan pemimpin yang cerdas secara emosi, orangorang merasakan tingkat kenyamanan yang saling menguntungkan. Mereka saling membagi ide dan saling belajar satu sama lain, membuat keputusan bersama, dan menyelesaikan tugas bersama. Mereka membetuk satu ikatan emosi yang membatu mereka untuk tetap fokus bahkan ditengah-tengah perubahan besar dan ketidakpastian, dan yang terpenting keterikatan ditingkat emosi membuat pekerjaan terasa lebih bermakna. Kita semua tau bagaimana rasanya ikut gembira, ikut bahagia di saat-saat ketika suatu tugas berhasil diselesaikan dengan baik. Perasaan ini menggerakan orang untuk melakukan sesuatu bersama-sama, sesuatu yang tidak akan bisa dilakukan secara perorangan. Dan pemimpin yang cerdas secara emosilah yang tau bagaimana caranya membentuk ikatan seperti itu. 3. Pemimpin Yang Diskordan/Disonansi Menurut makna asli dalam bidang musik, disonansi menggambarkan suara yang tidak menyenangkan, suara yang sumbang, dalam makna musikal dan manusiawi, disonansi mengacu pada kurangnya harmoni dan keselarasan. Kepemimpinan yang disonan menghasilkan kelompok yang secara emosi merasa sumbang, yang orang-orangnya merasa selalu tidak selaras atau tidak seimbang. Jonh Gottman, seorang psikolog di University of Washington, menggunakan istilah flodding untuk menggambarkan intensitas reaksi berkelahi atau berlari yang bisa dipicu oleh pesan celaan. Denyut jantung dapat melonjak 20 sampai 30 denyut per menit pada denyut jantung perorangan, disertai dengan perasaan tertekan yang meluap-luap. Ketika seseorang mengalami flodding apa yang didengarnya selalu terdistorsi ia pun tidak dapat merespon secara jernih. Singkatnya disonasi melemahkan semangat orang atau membuat orang prustasi. Ada kerugian lain yang bersifat pribadi akibat terjadinya disonansi, orang-orang yang bekerja pada lingkungan beracun membawa racun tersebut pulang kerumah.

Iwan Kosasih

7

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

Hormon stres yang dilepaskan selama hari kerja yang beracun masih mengalir diseluruh tubuh selama berjam-jam kemudian (Zillman et al., 1993). 4. Kepemimpinan dan Rancang Bangun Otak Tidak ada satu mahluk yang bisa terbang dengan satu sayap. Kepemimpinan terjadi jika hati dan kepala, perasaan dan pikiran saling bertemu. Inilah kedua sayap yang memungkinkan seseorang pemimpin mampu terbang tinggi. Semua pemimpin membutuhkan kecerdasan intelektual yang memadai untuk memahami hal-hal spesifik mengenai tugas dan tantangannya. Tentu saja pemimpin yang berbakat dalam pemikiran analitis dan konseptual akan mempunyai nilai tambah, intelek dan pemikiran yang jelas sebagai karakteristik yang membawa seseorang ke posisi kepemimpinan. Tanpa kemampuan dasar ini, pintu kepemimpinan seharusnya tertutup bagaimana pun intelek saja tidak akan menjadikan seseorang sebagai pemimpin. Pemimpin melaksanakan suatu visi dengan motivasi, membimbing, menginspirasi, mendengarkan, membujuk, dan yang terpenting melalui penciptaan resonansi. Seperti yang di ingatkan oleh Albert Einstein, kita harus hati-hati agar kita tidak mendewakan intelek, tentu saja intelek memiliki kekuatan tetapi tidak memiliki kepribadian. Intelek tidak bisa memimpin, intelek hanya bisa melayani. Ada alasan mengapa emosi dianggap memiliki potensi khusus. Emosi sangat penting bagi kelangsungan hidup, emosi adalah gelombang otak yang menyadarkan kita akan kehadiran sesuatu yang urgen dan menawarkan rencana tindakan segera : melawan, lari atau diam dan kaku. Otak pemikir (Thinkin Brain) berevolusi dari otak limbik dan tetap menerima perintah darinya ketika kita melihat adanya ancaman atau berada dibawah tekanan. Titik pemicu bagi emosi yang menggerakan ini adalah Amidgala, sebuah struktur otak limbik yang memantau apa yang sedang terjadi pada kita dari waktu ke waktu, selalu siaga untuk keadaan darurat (Simon and Schuster, 1996). Jika emosi telah

membimbing kelangsungan manusia dalam perjalanan evolusi, suatu dilema persyarafan kepemimpinan telah muncul selama sekitar 10.000 tahun terakhir ini. Dalam peradaban modern sekarang ini kita menghadapi realita-realita sosial yang kompleks misalnya seseorang memperlakukan kita secara tidak adil, dengan bersenjatakan otak yang dirancang untuk mempertahankan kelangsungan hidup

Iwan Kosasih

8

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

ketika menghadapi keadaan darurat yang bersifat fisik. Dengan demikian kemungkinan kita akan mendapati diri kita dibajak tersapu oleh gelombang kecemasan atau kemarahan yang sebenarnya lebih cocok untuk menghadapi ancaman fisik ketimbang untuk menghadapi intrik-intrik politik yang lebih samar. Jadi secara biologis dapat dikatakan bahwa seni kepemimpinan yang resonan adalah kemampuan merajut intelek dengan emosi. Tentu saja pemimpin mensyaratkan kemampuan dan keterampilan berpikir untuk mengambil

keputusan. Tetapi jika mereka berusaha memimpin dengan hanya mengandalakan intelek,maka mereka akan melewatkan kepingan yang penting untuk mencapai keberhasilan.

C. Interaksi Empat inti Kecerdasan Emosi Tugas utama seorang pemimpin adalah membangkitkan kegembiraan, optimisme, dan gairah dalam melaksanakan pekerjaan, serta menumbuhkan atmosfer kerjasama dan kepercayaan (River, 1998). Masing-masing inti dari kecerdasan emosi yaitu, kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, dan pengolahan relasi menambahkan satu set keterampilan penting bagi

kepemimpinan yang resonan. Tentu saja keempat inti ini saling terkait erat dalam suatu relasi yang dinamis misalnya seseorang pemimpin tidak dapat mengelola emosinya dengan baik jika ia tidak memiliki kesadaran akan emosinya. Dan jika emosinya tidak terkendali, kemampuannya untuk menangani relasi akan memburuk. Kesadaran diri akan memungkinkan empati dan pengelolaan diri dan gabungan dua hal ini akan memungkinkan pengelolaan relasi yang efektif jadi, kepemimpinan yang cerdas secara emosi dibangun dari kesadaran diri. 1. Kesadaran Diri Kesadaran diri berarti memiliki pengertian yang mendalam akan emosi diri, juga kekuatan dan keterbatasan diri, serta nilai-nilai,dan motif-motif diri. Orang memiliki kesadaran diri yang kuat adalah orang realitas ia tidak terlalu mengkritik atau penuh harapan yang naif terhadap dirinya sendiri. Dan mereka jujur dengan dirinya sendiri. Pemimpin yang sadar diri juga mengerti akan nilai, tujuan, dan impiannya. Mereka tau kemana arah mereka dan mengapa. Misalnya, mereka bisa

Iwan Kosasih

9

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

tegas menolak tawaran kerja yang menggoda dari segi keuangannya tetapi tidak cocok dengan prinsip dan tujuan jangka panjang mereka. Sebaliknya orang kurang memiliki kesadaran diri akan cenderung membuat keputusan yang memicu kekacoan dalam dirinya dengan menginjak-injak nilai yang ada dalam dirinya. Tanda yang paling menyuarakan kesadaran diri adalah kecendrungan untuk melakukan refleksi diri dan penuh pemikiran. Orang-orang yang sadar diri secara tipikal akan mencari waktu untuk merenung dalam keheningan. Semua sifat pemimpin yang sadar diri ini membuat mereka mampu bertindak dengan keyakinan dan keotentikan yang diperlukan untuk terciptanya resonansi. (a). Kepekaan akan hal-hal yang berarti Dalam artian teknis, nilai-nilai yang menentukan kita di wakili di dalam otak sebagai hirarki yang bersifat emosi, dimana apa yang kita suka berada dipuncak dan apa yang tidak kita sukai berada dibawah. Kekuatan dan arah emosi-emosi akan menentukan apakah sebuah tujuan merasa menarik bagi kita atau membuat kita menjauh. Dari sudut pandang neorologi, apa yang membuat kita terus bergerak ke arah tujuan hidup adalah kemampuan akal untuk meningkatkan tentang betapa puasnya perasaan kita ketika berhasil mencapai tujuan. Terlepas dari apapun yang mendorong gairah kita untuk melakukan yang terbaik apakah itu kegembiraan yang akan ditimbulkan, kepuasan belajar melakukan sesuatu dengan lebih baik, atau kegembiraan belajar dengan reka-rekan. (b). Tebakan yang cerdas Intuisi, yaitu kemampuan yang esensial bagi kepemimpinan bukan bukan hanya untuk menerapkan keterampilan teknis tetapi juga untuk kebijaksanaan hidup dalam membuat keputusan, akan muncul secara alami pada pemimpin yang sadar diri. Mengapa intuisi harus mempunyai tempat dalam bisnis modern ditengah-tengah banyaknya data keras yang tersedia bagi pemimpin.? Karena menurut penelitian dalam bidang neorologi mendengar dan menyelaraskan diri dengan perasaan-perasaan kita akan membantu kita menemukan apa yang ada dibalik data, artinya membimbing pada keputusan yang lebih baik. Bank emosi kita akan membantu kita mampu menilai informasi secara efisien (Damasio, 1994). Kini tebakan yang cerdas jadi semakin penting bagi para pemimpin karena

Iwan Kosasih

10

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

mereka banyak menghadapi banjir data/segudang permasalahan yang seringkali tanpa disertai dengan peta yang jelas tentang apa yang akan terjadi dimasa depan. Sekarang ini ketika para pemimpin dituntut untuk membangun sebuah perusahaan dengan menciptakan masa depan dan bukan bermodal masa lalu, maka visi menjadi sangat penting dibandingkan zaman dulu. Visi dibutuhkan apa yang dilihat oleh orang lain sebagai sebuah lompatan keyakinan kemampuan lebih jauh untuk melihat lebih jauh dari pada apa yang terpendam dalam data dan membuat tebakan yang cerdas. Di sisi lain, kadang-kadang intuisi semata bisa menjerumuskan orang bisa membaut keputusan yang buruk. Sepertinya, intuisi akan bekerja dengan sangat baik jika perasaan naluriah dapat digunakan untuk membangun data jenis lain. Bahkan perusahaan-perusahaan tersukses masa kini pun bisa gagal dimasa depan jika pemimpinnya salah taruhan, tantangannya mirip meramalkan cuaca. Bahkan, Pada suatu simulasi pengambilan keputusan yang komplek seperti itu, para ilmuan menguji para sukarelawan untuk mencoba meramalkan cuaca berdasarkan tanda-tanda berdasrkan data dari badan meteorologi, relasi antara tanda-tanda itu dengan pengaruh-pengaruhnya pada cuaca ternyata terkubur dalam fungsi probabilitas yang sangat kompleks sampai-sampai analisis sebab akibat pun tidak ada gunanya. (Knowlton and Mangls and Squier, 1996: 1399-1402). Ketika setiap orang membuat tebakan berdasarkan tanda-tanda ini, ai akan diberitahu apakah tebakannya benar atau salah. Dengan kata lain, mereka diberi kesempatan untuk mempelajari apa mana yang salah dan mana yang benar, sama seperti apa yang dialami oleh setiap pemimpin di dalam perjalanan karirnya. Otak selalu mencatat aturan-aturan keputusan tentang apa yang berhasil dan apa yang tidak dengan semangat kemauan untuk terus belajar, maka otak akan menyerap semua pelajaran hidup untuk lebih menyiapkan kita dalam menghadapi tantangan, ketidakpastian, atau pengambilan keputusan serupa dimasa depan. Pada setiap hari yang dijalani oleh seorang pemimpin didalam karirnya secara otomatis otaknya akan mencatat aturan-aturan pengambilan keputusan yang melatarbelakangi suatu perestiwa, atau menggerakan urutan sebab akibat. Manakala kita menghadapi saat dimana aturan-aturan pengambilan keputusan ini dibutuhkan, secara diam-diam otak akan menerapkannya tetapi otak tidak memberi informasi penilaian melalui

Iwan Kosasih

11

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

kata-kata, otak emosilah yang akan mengaktifkan sirkuit yang berjalan dari pusat limbik menuju intuisi memberikan perasaan yang mendesak bahwa ini terasa benar, kemudian amigdala memberitahu kesimpulannya terutama melalui sirkuit yang meluas keseluruh pencernaan sehingga secara harfiah menciptkan suatu perasaan diperut (gut feeling) (Damasio, tanpa tahun). Singkatnya intuisi

menawarkan sebuah saluran langsung menuju kumpulan kebijaksanaan hidup tentang topik tertentu bagi pemimpin yang cerdas secara emosi dan untuk memiliki kepekaan tersebut diperlukan penyelarasan batin untuk meningkatkan kesadaran diri. 2. Pengelolaan Diri Dari kesadaran diri memahami emosi diri dan mengetahui dengan pasti apa tujuan diri mengalirlah pengelolaan diri, yaitu sebuah dorongan yang terfokus yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk mencapai tujuannya. Tanpa mengetahui apa yang kita rasakan tentu kita bisa mengelola perasaan itu jadi emosilah yang mengendalikan kita. Hal ini akan baik-baik saja jika emosinya positaif, misalnya antusiasme dan kegembiraan menghadapi tantangan, tetapi pemimpin tidak boleh dikendalikan oleh emosi negatif seperti frustasi dan kemarahan besar atau kecemasan dan panik. Para peneliti yakin bahwa sisi kiri area prefrontal adalah bagian dari sirkuit utama yang menghambat sel-sel di amigdala, dan dengan demikian mencegah seseorang terperangkap stres berkepanjangan (Davidson). Jadi pengelolaan diri yang mirip dengan percakapan yang terjadi didalam diri, ini adalah komponen kecerdasan emosi yang membebaskan kita dari penjara perasaan kita sendiri. Pengelolaan dirilah yang memungkinkan kejelasan mental dan pemusatan energi yang dituntut oleh posisi pemimpin dan yang mencegah gejolak emosi melemparkan kita dari jalan yang semestinya, para pemimpin yang memiliki penguasaan diri seperti ini akan memiliki kegembiraan, optimisme dan antusiasme yang membawa resonansi ke kisaran yang positif. Semua ini sangat penting bagi kecerdasan emosi karena emosi bisa menular terutama dari pemimpin ke orang lain didalam kelompoknya atau lingkungan dimana dia berada dan bekerja, maka tugas pertama pemimpin adalah seperti halnya kesehatan diri namun dalam hal emosi : yaitu

Iwan Kosasih

12

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

mengendalikan emosinya sendiri. Jadi perasaan pemimpin lebih dari sekedar soal pribadi karena realita mengatakan bahwa emosi itu bocor dan menular keluar, maka emosi pemimpin memiliki konsekwensi terhadap publik. Tentu saja hal ini tidak berarti seorang pemimpin tidak pernah merasakan duka kehidupan. Pengelolaan diri juga memungkinkan transparansi, yang bukan saja merupakan kebijakan seseorang pemimpin tetapi juga sebuah kekuatan organisasional. Transparansi adalah keterbukaan yang otentik tentang perasaan, keyakinan dan tindakan seseorang kepada orang lain memungkinkan integritas, atau perasaan bahwa pemimpin bisa dipercaya. Ditingkat dasar integritas terkait pada kendali dorongan yang mencegah kita melakukan tindakan yang mungkin kelak akan kita sesali. Integritas juga berarti bahwa seseorang pemimpin menghidupi nilainilainya. 3. Kesadaran Sosial/Empati Sesudah kesadaran diri pengelolaan diri, seorang pemimpin membutuhkan kesadaran sosial atau dengan kata lain empati. Kemampuan untuk berempati, dalam bentuk yang paling mendasar berakar pada sel-sel saraf yang berhubungan dengan amigdala yang membaca emosi pada wajah dan suara orang lain dan terus mendengarkan apa yang dirasakan orang lain ketika berbicara dengan orang lain. Sebuah istilah yang digunakan para ilmuan untuk menyelaraskan persarafan ini adalah resonansi limbik, suatu simfoni pertukaran dan penyesuaian internal yang bersifat mutual (Lewis and Amini and Lannon, 2000a, 2000b). Setiap kali kita mengalami kontak yang murni dengan seseorang dimana kita merasa seperti berada dipanjang gelombang yang sama, terlepas dari apakah itu saat yang menyenangkan atau saat yang tidak menyenangkan. Sementara empati mewakili unsur penting kepemimpinan yang cerdas secara emosi. Pemimpin yang cerdas secara emosi menyebarkan emosi pada gelombang yang positif, mereka menggerakan orang dengan mengartikulasikan impiannya yang memancarkan rasa optimisme, belas kasih dan aspirasi-aspirasi yang mengarahkan pada masa depan yang lebih cerah dan penuh harapan. Kesadaran sosial terutama empati sangat penting untuk menggerakan resonansi yang merupakan tugas primal pemimpin. Dengan mendengarkan perasaan orang lain seorang pemimpin dengan berkata

Iwan Kosasih

13

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

atau melakukan apa yang tepat, apakah itu menenangkan rasa ketakutan, meredakan kemarahan, atau bergabung dengan kegembiraan. Dari semua kecerdasan emosi kesadaran sosialah yang paling mudah dikenali, kita semua pernah merasakan empati. Tetapi empati kompetensi fundamental dalam kehidupan sosial bukanlah jenis Aku Oke Kamu Oke yang sentimental. Empati bukan berarti pemimpin harus mengadopsi emosi orang lain sebagai emosinya sendiri dan berusaha nenyenangkan setiap orang. Empati adalah

mempertimbangkan persaan orang orang lain dan kemudian membuat keputusan yang cerdik dan mengarahkan atau menggeser perasaan-perasaan itu menjadi respon yang belih baik dan paling penting empati memungkinkan resonansi jika tidak ada empati pemimpin bertindak dengan cara disonansi. Empati memanfaatkan pengelolaan diri, tetapi dalam artian bagaimana mengungkapkan emosi dengan tepat, bukan menghambatnya. Bila pemimpin mampu menangkap perasaan dari sudut pandang orang-orang, artinya ia mengakses sistem petunjuk emosi yang sungguh luar biasa, yang mengarahkan apa yang mereka katakan dan lakukan agar tetap berada pada jalur yang benar. Dengan demikian empati adalah syarat penting dalam kehidupan kerja terdapat efektivitas sosial. Orang yang empatik akan pandai mengenali dan memenuhi kebutuhan orang lain. 4. Pengelolaan Relasi Dalam pengelolaan relasi ini terdapat perangkat kepemimpinan yang kasat mata diantaranya adalah persuasi, pengelolaan konflik, dan kolaborasi. Kepiawaian dalam pengelolaan relasi bermuara pada bagaiman menangani emosi orang lain. Pada gilirannya ini mensyaratkan pemimpin untuk mampu mengenali emosi dirinya sendiri dan dengan bantuan empati dapat menyelaraskan diri dengan orang-orang disekitarnya atau orang-orang yang dipimpinnya.

Keterampilan pengelolaan relasi akan memungkinkan mereka berinteraksi dalam cara-cara yang mempercepat terjadi resonansi. Tetapi menangani relasi tidaklah sesederhana kedengarannya ini bukan hanya soal ramah atau tidak, meskipun orang berkerampilan sosial kuat jarang besikap buruk. Pengelolaan relasi adalah keramahan bertujuan menggerakan orang ke arah yang benar, itu sebabnya mengapa pemimpin yang keterampilan sosialnya tinggi cenderung beresonansi

Iwan Kosasih

14

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

dengan banyak kalangan dan menjalin kemitraan dengan baik. Ini tidak berarti mereka terus menerus bersosialisasi dengan kata lain berarti mereka bekerja dengan asumsi bahwa tidak ada hal penting yang dilakukan seorang diri. Mengingat tugas primal kepemimpinan, maka semakin tinggi tuntutan untuk membangkitkan inspirasi dan menggerakan orang dengan visi yang menggugah. Pemimpin yang mampu membangkitkan inspirasi membuat orang bergairah terhadap misi bersama, mereka berusaha agar orang-orang yang dipimpinnya tetap vokus pada tujuan dibalik tugas sehari-hari atau sasaran jangka pendek yang kerap mengaburkan visi sesungguhnya. Pemimpin seperti ini mengetahui nilai-nilai yang di junjung tinggi oleh orang-orang dan merupakan nilai-nilai yang akan dengan mudah menggerakan mereka untuk mencapai hasil terbaik dalam pekerjaannya. Keterampilan berelasi memungkinkan pemimpin untuk

mengefektifkan kecerdasan emosi mereka, dan lebih jauh lagi dari itu didalam memberikan hasil, kompetensi-kompetensi yang mencirikan pemimpin terbaik yang beroprasi di dalam kesatuan yang selaras telah menjadi gaya kepemimpinan yang menonjol. Pemimpin yang sadar diri akan bisa mendengarkan tanda-tanda dari dalam dirinya sendiri, misalnya mereka mengenali bagaimana perasaan mereka mempengaruhi diri dan kinerjanya daripada membiarkan kemarahan memuncak menjadi amukan. Di sisi lain pemimpin yang kesadaran diri emosinya rendah bisa kehilangan kendali dan mengamuk tetapi tidak memahami mengapa emosi menguasai mereka. Kesadaran sosial terutama empati mendukung langkah selanjutnya dari tugas utama seorang pemimpin yaitu mendorong terjadinya resonasi. Dengan mengenali dan menyelaraskan diri dengan perasaan orang lain saat diperlukan, seorang pemimpin dapat mengatakan atau melakukan apa yang tepat, apakah itu memenangkan rasa takut, meredakan kemarahan, atau bergabung dengan semangat yang sedang tinggi. Pemimpin yang memahami visi dan nilai mereka sendiri dan dapat mengenali kelompok, maka keterampilan manajemen mereka dapat menjadi katalisator dan mempercepat timbulnya resonasi.

D. Gaya Kepemimpinan

Iwan Kosasih

15

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

Resonansi bukan hanya berakar pada suasana hati yang baik atau kemampuan pemimpin untuk mengatakan suatu hal dengan benar tetapi juga pada sekumpulan kegiatan terkoordinasi yang tercakup dalam gaya kepemimpinan tertentu. Secara tipikal pemimpin terbaik dan terefektif bertindak berdasarkan salah satu dari enam pendekatan kepemimpinan, empat dari ke enam gaya ini yaitu visioner, pembimbing, afiliatif, dan demokratis mampu menciptakan sejenis resonansi yang menunjukan peningkatan kinerja. Berdasarkan hasil penelitian pemimpin yang mempunyai hasil terbaik ternyata tidak menggunakan satu gaya saja, meskipun semua gaya kepemimpinan sudah dikenal tetapi hal baru dari model kepemimpinan adalah pemahaman tentang latar belakang kemampuan kecerdasan emosi yang diperlukan untuk setiap gaya dan yang paling menarik hubungan sebab akibat dari setiap gaya dengan hasil akhir. Dengan kata lain penelitian ini memungkinkan kita melihat pengaruh setiap gaya terhadap iklim emosi. Pertama kita akan melihat keempat gaya kepemimpinan yang mendukung terjadinya resonansi yang pertama adalah : 1. Gaya Visioner Gaya pemimpin visioner yang mengangkat ilkim emosi dan mengubah semangat organisasi di berbagai tingkatan. Sebagai contoh pemimipin visioner mengartikulasikan kemana kelompok berjalan, tetapi bukan bagaimana cara mencapai tujuan, membebaskan orang untuk berinovasi, bereksperimen, dan menghadapi resiko yang sudah diperhitungkan. Pemimpin yang visioner akan membantu orang-orangnya untuk melihat posisi tugasnya dalam dan

nengembangkan visi bersama, bukan hanya memberikan sense yang jelas bahwa apa yang mereka lakukan sungguh berharga tetapi juga mengapa mereka melakukannya. Pemimpin yang visioner akan mengartikulasikan suatu tujuan yang baginya merukan tujuan sejati dan selaraas dengan nilai bersama orangorang yang dipimpinnya, dan karena menyakini visi itu maka mereka dapat membimbing orang-orang menuju visi tersebut dengan tegas. 2. Gaya Pembimbing Gaya pembimbing akan terfokus pada perkembangan perorangan bukan pada pencapain tujuan, tetapi pada umumnya gaya ini memprediksi adanya respon

Iwan Kosasih

16

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

emosi yang positif dan hasil yang lebih baik. Dengan memastikan bahwa ia melakukan pembimbing perbincangan akan pribadi dengan ikatan para dan pegawainya, kepercayaan pemimpin mereka

membangun

mengkomunikasikan minat dengan tulus dan bukan cuma memandang mereka sebagai alat untuk menyelesaikan pekerjaan. Oleh karena itu gaya pembimbing akan menciptakan kercakapan yang berkelanjutan yang memungkinkan pegawai untuk mendengarkan dan memberikan umpan balik kinerja mereka dengan terbuka. Pembimbimg akan mendorong pegawai untuk menetapkan tujauan jangka panjang dan membantu mereka membuat konsep rencana untuk mencapai tujuan tersebut. Pembimbing membuat orang tetap termotifasi, hanya dengan mengenal pegawai di tingkat pribadi yang lebih dalam seorang pemimpin bisa mewujudkan tujuan tersebut. Pembimbing juga pandai mendeklarasikan, memberi pegawainya tugas yang menantang yang membuat mereka akan terus berusaha meningkatkan diri, lebih jauh lagi pembimbing biasanya bertolerasi pada kegagalan jangka pendek dan memahami bahwa kegagalan itu dapat memperluas impian pegawai. Seorang pembimbing yang baik akan mengkomunikasikan keyakinannya akan potensi seseorang dan ekspektasinya bahwa seseorang tersebut bisa melakukan yang terbaik, pesan tersembunyinya adalah saya percaya pada

anda, saya yakin anda mampu, dan saya mengharapkan anda melakukan yang terbaik . Hasilnya orang-orang merasa bahwa pemimpinnya perduli sehinggga mereka merasa termotivasi untuk memiliki standar kinerja yang tinggi dan merasa bertanggung jawab atas keberhasilan mereka. 3. Gaya Afiliatif Banyak budaya yang sangat menghargai ikatan pribadi yang kuat menjadikan pembangunan sebagai syarat mutlak hubungan bisnis. Pada sebagian besar budaya asia, budaya amerika latin, dan beberapa negara eropa. Langkah ini akan muncul secara alami pada pemimpin yang menunjukan gaya afiliatif, gaya afiliatif ini memiliki dampak positif yang luar biasa pada iklim emosi kelompok, dalam hal ini mendorong perbaikan dalam segala hal. Gaya afiliatif mewakili tindakan kompetensi kolaborasi atau kerjasama, pemimpin seperti ini terutama ini ingin memajukan harmoni dan dorongan interaksi yang ramah menumbuhkan

Iwan Kosasih

17

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

relasi pribadi yang mengembangkan jaringan relasi dengan orang-orang yang di pimpinnya. Oleh karena itu pemimpin yang afilaitif akan menghargai masa-masa santai dalam siklus organisasi karena masa ini memungkinkan lebih banyak waktu untuk membangun modal emosional yang dapat digunakan pada masa yang sibuk. 4. Gaya Demokratis Gaya demokratis dibangun berdasarkan tritunggal kemampuan kecerdasan emosi. Kerja kelompok dan kolaborasi, pengelolaan konflik, dan pengaruh, komunikator terbaik adalah pendengar yang baik dan mendengarkan adalah kunci pemimpin demokratis. Pemimpin seperti ini menciptakan perasaan bahwa mereka sungguh-sungguh ingin mendengarkan pikiran dan kepedulian pegawai dan mereka bersedia mendengarkan. Mereka juga kolaborator sejati, bekerja sebagai anggota kelompok dan bukan sebagai pemimpin yang berposisi di atas, dan mereka tau cara meredakan konflik dan menciptkan harmoni misalnya memperbaiki keretakan dalam kelompok. Dari keempat gaya kepemimpinan pertama : visioner, pembimbing, afiliatif, dan demokratis adalah gaya kepemimpinan yang mampu membangun resonansi. Masing-masing memiliki dampak positif yang kuat pada iklim emosi suatu organisasi.

TABEL GAYA KEPEMIMPINANNo GAYA KEPEMIMPINAN MEMBANGUN RESONANSI DAMPAK TERHADAP IKLIM EMOSI KAPAN PENGGUNAAN YANG TEPAT

1

VISIONER

Menggerakan orangorang kearah impian bersama

Paling positif

Ketika perubahan membutuhkan visi baru, atau ketika dibutuhkan arah yang jelas

2

PEMBIMBING

Menghubungkan apa yang diinginkan seseorang dengan sasaran organisasi

Sangat positif

Ketika membantu karyawan memperbaiki kinerja dengan membangun kemampuan

Iwan Kosasih

18

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

jangka panjang

3

AFILIATIF

Menciptakan harmoni dengan saling menghubungkan orangorang

Positif

Ketika menengahi benturan dalam tim, memotifasi disaat yang menekan, atau menguatkan hubungan

4

DEMOKRATIS

Menghargai masukan orang dan mendapatkan komitmen melalui partisipasi

Positif Ketika membangun persetujuan, kesepakatan, atau mendapat masukan yang berharga dari pegawai

5

PENENTU KECEPATAN

Menghadapi tantangan dan tujuan yang menarik

Negatif Karena seringkali dilaksanakan secara buruk.

Ketika ingin mendapatkan hasil yang berkualitas tinggi dari tim yang bermotivasi dan kompeten

6

MEMERINTAH

Memenagkan rasa takut dengan memberi arah yang jelas dalam keadaan darurat

Negatif Karena seringkali disalah gunakan

Ketika saat kritis, untuk membangkitkan perubahan arah, atau pada pegawai yangbermasalah

E. Tipe-Tipe Kepemimpinan Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya terjadi adanya suatu permbedaan antara pemimpin yang satu

Iwan Kosasih

19

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

dengan yang lainnya, hal sebagaimana menurut G. R. Terry yang dikutip Maman Ukas, bahwa pendapatnya membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi 6, yaitu : 1. Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam system

kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan. 2. Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership). Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan. 3. TIpe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati. 4. Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian tujuan. 5. Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya. 6. Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya timbul dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikur berkecimpung.

Iwan Kosasih

20

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

F. Faktor yang mempengaruhi efektivitas dan kesuksesan kepemimpinan Dalam melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Berikut ini adalah kompetensi-kompetensi kecerdasan emosi yang harus dimiliki oleh para pemimpin adalah : kesadaran dri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, dan pengelolaan relasi. 1. Kesadaran Diri (a). Kecerdasan Diri Emosi Pemimpin yang memiliki kesadaran emosi yang tinggi bisa mendengarkan tanda-tanda didalam diri mereka sendiri, mengenali bagaimana perasaan mereka mempengaruhi diri dan kinerja meraka. Mereka mendengarkan dan menyelaraskan diri dengan nilai-nilai yang membimbingnya dan seringkali secara naluriah bisa menentukan tindakan yang terbaik, melihat gambaran besarnya dalam situasi yang komplek. Pemimpin yang sadar diri secara emosional bisa tegas dan otentik, mampu berbicara terbuka tentang emosinya atau dengan keyakinan tentang visi yang membimbing mereka. (b). Penilaian Diri Yang Akurat Pemaimpin dengan kesadaran diri yang tinggi secara khas akan tau keterbatasan dan kekuatannya, dan menunjukan citarasa humor tentang diri mereka sendiri. Mereka menunjukan pembelajaran yang cerdas tentang apa yang perlu mereka perbaiki serta menerima kritik dan umpan balik yang membangun, penilaian diri yang akurat membuat seseorang pemimpin tau kapan harus meminta bantuan dan dimana ia harus memutuskan dari untuk menumbuhkan kekuatan kepemimpinan yang baru. (c). Kepercayaan Diri Mengetahui kemampuan dengan akurat memungkinkan pemimpin untuk bermain dengan kekuatannya. Pemimpin yang percaya diri dapat menerima tugas yang sulit, pemimpin seperti ini seringkali memiliki kepekaan akan kehadiran dirinya, suatu keyakinan diri yang membuat mereka menonjol di dalam kelompoknya. 2. Pengelolaan Diri (a). Pengendalian Diri

Iwan Kosasih

21

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

Pemimpin yang memiliki kendali diri emosi akan menemukan cara-cara untuk mengelola emosi mereka yang sedang terganggu dan dorongan-dorongan diri, bahkan menyalurkannya dengan cara-cara yang bermanfaat. Ciri kendali diri adalah pemimpin yang tetap tenang dan berpikiran jernih dibawah tekanan yang cukup tinggi. (b). Transparansi Pemimpin yang transparan menghidupi nilai-nilai mereka. Transparansi adalah Suatu keterbukaan yang otentik kepada orang lain tentang perasaan, keyakinan, dan tindakan. Pemimpin seperti ini secara terbuka mengakui kesalahannya, ia mengkonfrontasi perilaku yang tidak etis pada orang lain dan bukannya pura-pura tidak melihatnya. (c). Kemampuan Menyesuaikan Diri Pemimpin yang bisa menyesuaikan dir bisa menghadapi berbagai tuntutan tanpa kehilangan fokus dan energi mereka, dan tetap nyaman dengan situasisituasi mendua yang tidak terhindarkan dalam kehidupan organisasi. Pemimpin ini fleksibel dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan baru, cekatan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan yang cepat, dan berpikiran gesit ketika menghadapi relaita yang baru. (d). Prestasi Pemimpin yang memiliki kekuatan prestasi memiliki standar pribadi yang tinggi yang mendorong mereka terus untuk mencari perbaikan kinerja, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang-orang yang dipimpinnya. Mereka pragmatis, menetapkan tujuan-tujuan yang terukur tetapi menantang, dan mampu memperhitungkan resiko sehingga tujuan mereka layak dicapai. Ciri prestasi adalah terus belajar dan mengajar untuk mencapai tujuan yang lebih baik. (e). Inisiatif Pemimpin yang memiliki kepekaan akan keberhasilan, bahwa mereka mempunyai apa yang mereka perlukan untuk mengendalikan masib mereka sendiri unggul dalam inisiatif. Pemimpin seperti ini tidak ragu untuk

Iwan Kosasih

22

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

menerobos halangan, jika diperlukan untuk menciptakan kemungkinan yang lebih baik bagi masa depan. (f). Optimisme Seseorang pemimpin yang optimis bisa tetap bertahan ditengah kepungan, dan desakan, melihat kesempatan bukan ancaman didalam kesulitan. Pemimpin seperti ini melihat orang lain secara positif mengharapkan apa yang terbaik, dan mengharapkan perubahan dimasa depan adalah demi sesuatu yang lebih baik. 3. Kesadaran Sosial (a). Empati Pemimpin yang memiliki empati mampu mendengarkan berbagai tanda emosi, membiarkan diri merasakan emosi yang dirasakan tetapi tidak dikatakan oleh seseorang atau kelompok. Pemimpin seperti ini mendengarkan secara cermat dan bisa menangkap sudut pandang orang lain. Empati bisa membuat pemimpin berelasi baik dengan orang-orang dari berbagai latar belakang dan kebudayaan yang berbeda. (b). Kesadaran Berorganisasi Seorang pemimpin yang memiliki kesadaran sosial yang tinggi bisa cerdas secara politis, mampu mendeteksi jaringan kerja sosial dan membaca relasirelasi yang penting. Pemimpin seperti ini bisa mengerti daya politik yang sedang bekerja didalam sebuah organisasi, juga nilai-nilai yang membimbing dan aturan-aturan nonverbal yang beroprasi diantara orang-orangnya. (c). Pelayanan Pemimpin yang memiliki pelayanan kompetensi tinggi menumbuhkan iklim emosi yang membuat orang-orangnya terkontrol langsung dengan pelanggan atau klien. Pemimpin seperti ini memantau kepuasan pelanggan dengan teliti untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan apa yang seharusnya mereka butuhkan. Mereka juga membuka dan menyediakan diri ketika mereka dibutuhkan. 4. Pengelolaan Relasi (a). Inspirasi

Iwan Kosasih

23

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

Pemimpin yang menginspirasi akan menciptkan resonansi serta menggerakan orang dengan visi yang menyemangati atau visi bersama. Pemimpin seperti ini menjalankan sendiri apa yang diminatinya dari orang lain dan mampu mengartikulasikan suatu bersama dengan cara yang membangkitkan inspirasi orang untuk mengikutinya. Mereka menawarkan tujuan dibalik tugas seharihari membuat pekerjaan menjadi lebih menggembirakan. (b). Pengaruh Tanda kekuatan pengaruh pemimpin berkisar dari kecerdasannya dalam menemukan daya tarik yang tepat bagi pendengar tertentu sampai mengetahui cara mendapatkan persetujuan dari orang-orang penting dan jaringan pendukung untuk suatu inisiatif. Pemimpin yang mahir mempengaruhi akan memiliki kemampuan membujuk dan melibatkan diri ketika menghadapi kelompok. (c). Mengembangkan Orang Lain Pemimpin yang mahir mampu menumbuhkan kemampuan orang menunjukan minat yang murni pada mereka yang dibantunya, memahami tujuan-tujuan, kekuatan serta kelemahan mereka. Pemimpin seperti ini mampu memberikan umpan balik dan membangun pada waktu yang tepat. (d). Katalisator Perubahan Pemimpin ini mampu mengenali akan perubahan, menantang status quo, dan memenangkan aturan baru. Mereka bisa menjadi penasehat yang kuat dalam menghadapi perubahan bahkan dihadapan oposisi, dan membuat argumentasi yang menyemangati dan mereka juga menemukan cara yang praktis untuk menghadapi hambatan dan perubahan yang begitu cepat. (e). Pengelolaan Konflik Pemimpin yang pandai mengelola konflik akan mampu mengumpulkan semua pihak, mengerti sudut pandang yang berbeda, dan kemudian menemukan citacita bersama yang dapat disepakati oleh setiap orang. Mereka mengangkat konflik ke permukaan, mengakui perasaan dan pandangan dari semua pihak dan kemudian mengarahkan energi ke arah cita-cita bersama. (f). Kerja Tim Dan Kolaborasi

Iwan Kosasih

24

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

Pemimpin yang mampu bermain dalam tim akan membutuhkan suasana kekerabatan yang ramah dan mereka sendiri mencontohkan penghargaan, sikap bersedia membantu, dan kerjasama. Mereka menarik orang-orang ke dalam komitmen yang aktif dan antusias bagi usaha bersama, membangun semangat. Dalam melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikemukakan oleh H. Jodeph Reitz (1981) yang dikutip Nanang Fattah, sebagai berikut : 1. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan

mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan. 2. Harapan dan perilaku atasan. 3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan. 4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin. 5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan. 6. Harapan dan perilaku rekan. Berdasarkan dari peran pemimpin tersebut, jelaslah bahwa dalam suatu kepemimpinan harus memiliki peranan yang dimaksud, disamping itu juga pemimpin memiliki tugas sebagaimana yang di ungkapkan oleh M. Ngalim Purwanto, sebagai berikut : 1. Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompoknya. 2. Dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai. 3. Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan. Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanaknya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam proses di mana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-

Iwan Kosasih

25

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

perasaan atau tingkah laku orang lain. Untuk keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan diperlukan seorang pemimpian yang profesional, di mana ia memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin. Di samping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebsan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.

Iwan Kosasih

26

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

BAB III KESIMPULAN

Tidak ada satu mahluk yang bisa terbang dengan satu sayap. Kepemimpinan terjadi jika hati dan kepala, perasaan dan pikiran saling bertemu. Inilah kedua sayap yang memungkinkan seseorang pemimpin mampu terbang tinggi. Semua pemimpin membutuhkan kecerdasan intelektual yang memadai untuk memahami hal-hal spesifik mengenai tugas dan tantangannya. Tentu saja pemimpin yang berbakat dalam pemikiran analitis dan konseptual akan mempunyai nilai tambah, intelek dan pemikiran yang jelas sebagai karakteristik yang membawa seseorang ke posisi kepemimpinan. Ada alasan mengapa emosi dianggap memiliki potensi khusus. Emosi sangat penting bagi kelangsungan hidup, emosi adalah gelombang otak yang menyadarkan kita akan kehadiran sesuatu yang urgen dan menawarkan rencana tindakan segera. Apapun metode yang digunakan proses ini menghasilkan daftar unsur-unsur yang menjadikan seorang pemimpin sangat efektif, dari sekian banyak kompetensi yang digunakan seperti inisiatif, kolaborasi, dan empati. Analisis dari samua data dari ratusan kompetensi menghasilkan hasil yang dramatis. Untuk pastinya sampai batas tertentu intelek mendorong kinerja yang menonjol keterampilan-keterampilan yang kognitif misalnya kemampuan melihat gambaran besar dan visi jangka panjang sangat penting. Tetapi perhitungan perbandingan keterampilan teknis dan kemampuan kognitif murni beberapa diantaranya adalah pengganti aspek-aspek IQ ternyata dengan kecerdasan emosi dan unsur-unsur yang membedakan pemimpin yang menonjol, ternyata mengungkapkan bahwa kompetensi-kompetensi yang yang berbasis kecerdasan emosi memainkan peran yang sangat penting ditingkat organisasi yang lebih tinggi. Dengan kata lain semakin tinggi jenjang seseorang yang dianggap memiliki kinerja menonjol semakin banyak kompetensi yang muncul sebagai penyebab dari efektifitas mereka, ketika dilakukan perbandingan antara mereka yang berkinerja menonjol dengan mereka yang berkinerja rata-rata pada posisi

Iwan Kosasih

27

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

kepemimpinan senior sekitar 85 persen perbedaan didalam profil mereka berkaitan dengan faktor-faktor kecerdasan emosi daripada kemampuan kognitif murni seperti keterampilan teknis.

Iwan Kosasih

28

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

DAFTAR PUSTAKA

Damison, A. (1994). Descartes Error. New York : Putnam. Davidson, R. (2000). Komunikasi Pribadi. Universitry of Wisconsin Kartono, T. (2008). Kepemimpinan dalam Mamajemen Pendidikan. (online).tersedia : http://kawakib06.multiply.com/journal/item/6/Makalah_Kepemimpinan_d alam_Manajemen_Pendidikan (27 Februari 2009) Knowlton, B. And Mangeles, J. And Squire, L.Y. (1996). A Neostriatal Habit Learning Systen and Humand. Science. Lewis, T. And Amini, F. And Lannon, R.D. (2000). A General Theory of Love, New York : Random House. M. Ngalim Purwanto. (1981). Administrasi Pendidikan, Jakarta : mutiara Sumbersumber Benih Kecerdasan. Maman Ukas. (1999). Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, Bandung, Ossa Promo. Nanang Fattah. (1996). Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : Rosda Karya. River, S. (1998). Leadership in Organization. NJ: Prentice Hall. Simon. And Schuster. (1996). The Emotional Brain, New York Wagner, D. And Pennebaker, S. Ja. (1993). Handbook of Mental Control. Engliwood Cilffs: NJ: Prentice Hall.

Iwan Kosasih

29

This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.