katarak

34
KATARAK SENILIS KOMPLIKATA B7 Melinda Ruslim 102008099 Agung Haryanto 102010207 Kevin Pinarto 102011040 Threesia Yuliana Damayanti 102011086 Stephanie Angelina Utomo 102011180 Devy Anggi Stompul 102011241 Maria Sunvratys 102011313 Karinna Pratiwi 102011397 Mohd Nur Haziq Bin Noor Hamizam Shah 102011431 Abstrak Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi atau penambahan cairan lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-duanya . Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik seperti diabetes, merokok dan herediter . Prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun. Kata kunci: katarak, keruh, usia, diabetes Abstract

Upload: haziq-mars

Post on 15-Dec-2015

223 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

cataract

TRANSCRIPT

Page 1: KATARAK

KATARAK SENILIS

KOMPLIKATA

B7Melinda Ruslim 102008099Agung Haryanto 102010207Kevin Pinarto 102011040Threesia Yuliana Damayanti 102011086Stephanie Angelina Utomo 102011180Devy Anggi Stompul 102011241Maria Sunvratys 102011313Karinna Pratiwi 102011397Mohd Nur Haziq Bin Noor Hamizam Shah 102011431

Abstrak

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi

atau penambahan cairan lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-

duanya . Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa

sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama

katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin,

penyakit sistemik seperti diabetes, merokok dan herediter . Prevalensi katarak pada

usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih

dari 75 tahun.

Kata kunci: katarak, keruh, usia, diabetes

Abstract

A cataract is a cloudiness in the lens that may occur due to hydration or adding liquid

lens, lens protein denaturation, or occurs as a result of both. Turbidity can interfere

with the course of light passing through the lens so that the view can be blurred to

disappear altogether. The main cause of cataracts is age, but a lot of other things that

can be involved such as trauma, toxins, systemic diseases such as diabetes, smoking

and hereditary. Prevalence of cataract at the age of 65 years is 50% and this

prevalence increases to 70% at the age of 75 years.

Keywords: cataract, cloudy, age, diabetes

Page 2: KATARAK

PENDAHULUAN

Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat

mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan

penyebab kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di

dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita kebutaan

akibat katarak. Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil survey kesehatan indera 1993-

1996, katarak juga penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%.1

Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia. Akan

tetapi, ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak. Faktor-

faktor ini antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan terutama pada

negara tropis, paparan dengan radikal bebas, merokok, defesiensi vitamin (A, C, E,

niasin, tiamin, riboflavin, dan beta karoten), dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan

obat kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti diabetes mellitus,

genetik dan myopia.2,3

Skenario 4

Pria usia 70 tahun datang ke poli umum RS FMC Sentul, dengan keluhan kabur pada

kedua mata, tidak disertai mata merah. Pasien melihat ada asap yang menutupi kedua

mata. Pada pemeriksaan didapatkan mata kanan visus 6/60 pinhole tidak maju, pada

mata kiri visus 6/30 dikoreksi 6/6. Adanya riwayat diabetes dan hipertensi yang tidak

terkontrol.

Katarak Senilis Komplikata 2

Page 3: KATARAK

Anamnesis

Anamnesis adalah wawancara antara dokter, penderita atau keluarga penderita yang

mempunyai hubungan dekat dengan pasien atau warga yang menjadi saksi terhadap

apa yang berlaku, mengenai semua data tentang penyakit. Dalam anamnesis, harus

diketahui adalah identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan dulu,

riwayat kesihatan keluarga, riwayat peribadi dan riwayat ekonomi.

Anamnesis dapat dibagikan kepada 2 jenis yaitu:4

a. Alloanamnesis : riwayat penyakit didapat dari orang tua atau sumber lain.

b. Autoanamnesis: riwayat penyakit yang langsung didapatkan dari pasien.

Pasien sendiri yang menemui dokter dan memberitahu sendiri riwayat

penyakit dan keluhan yang mereka hadapi.

Berdasarkan kasus, anamnesis dilakukan berdasarkan tahap kesadaran pasien.

Anamnesis harus dilakukan secara teliti, teratur, dan lengkap karena sebagian besar

data yang diperlukan diperoleh dari anamnesis untuk menegakkan diagnosis.

Untuk mengendalikan suatu wawancara hal-hal yang perlu diperhatikan :4

- Pakailah pernyataan-pertanyaan peralihan untuk mengendalikan pasien yang

berbicara bertele-tele

- Mintalah ijin untuk menyelidiki persoalan-persoalan yang sensitif

- Berikanlah respons singkat kalau pasien mengungkapkan emosinya

- Hindarilah memberikan pertanyaan yang bertubi-tubi

- Selidikilah semua petunjuk

- Bila perlu, lontarkan emosi

Hal-hal yang perlu dipertanyakan dalam anamnesis :4

Identitas pasien; nama, umur, tanggal lahir, tempat tinggal dan pekerjaan

Sejak kapan mulai sadar akan penglihatannya mulai kabur dan berasap?

Keluhan sakit lain?

Riwayat penyakit dahulu dan sekarang

Jenis – jenis Katarak

Katarak Senilis Komplikata 3

Page 4: KATARAK

Jenis- jenis katarak terbagi atas :

1. Katarak terkait usia (katarak senilis)

Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satu- satunya

gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur.

2. Katarak anak- anak

Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya.

Banyak katarak kongenital yang tidak diketahui penyebabnya

walaupun mungkin terdapat faktor genetik, yang lain disebabkan oleh

penyakit infeksi atau metabolik, atau beerkaitan dengan berbagai

sindrom.

b. Katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan

sebab-sebab spesifik. Katarak didapat terutama disebabkan oleh

trauma, baik tumpul maupun tembus. Penyyebab lain adalah uveitis,

infeksi mata didapat, diabetes dan obat.

3. Katarak traumatik

Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di

lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera

setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa

menyebabkan humor aqueus dan kadang- kadang korpus vitreum masuk

kedalam struktur lensa.

4. Katarak komplikata

Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraokular

pada fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul

posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit- penyakit

intraokular yang sering berkaitan dengan pembentukan katarak adalah

uveitis kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis pigmentosa dan pelepasan

retina.

5. Katarak akibat penyakit sistemik

Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik

berikut: diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis

atropik, galaktosemia, dan syndrome Lowe, Werner atau Down.

6. Katarak toksik

Katarak Senilis Komplikata 4

Page 5: KATARAK

Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai

akibat penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan

nafsu makan). Kortokosteroid yang diberikan dalam waktu lama, baik

secara sistemik maupun dalam bentuk tetes yang dapat menyebabkan

kekeruhan lensa.

7. Katarak ikutan

Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak

traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak

ekstrakapsular.

Katarak Diabetes2

Katarak diabetik merupakan katarak yang disebabkan oleh penyakit diabetes melitus.

Katarak dalam diabetes melitus dapat terjadi dalam 3 bentuk, yaitu:

- Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata pada lensa

akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila

dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bila

terjadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali.

- Pasien diabetes juvenil dan tua tidak terkontrol, di mana terjadi katarak

serentak pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snowflake atau piring

subskapular.

- Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histologik dan

biokimia sama dengan katarak pasien non diabetik.

Pada mata terlihat meningkatkan insidens maturasi katarak yang lebih pada pasien

diabetes. True diabetik katarak jarang ditemukan. Pada lensa akan terlihat tebaran

salju subskapular yang sebagian jernih dengan pengobatan.

Beberapa stadium katarak:

1. Katarak insipien

Pada stadium ini akan terlihat hal – hal berikut: kekeruhan mulai dari tepi

ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini

dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada

semua bagian lensa.

2. Katarak Intumesen

Katarak Senilis Komplikata 5

Page 6: KATARAK

Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif

menyerap air. Pada keadaan ini lensa mencembung sehingga daya biasnya

bertambah sehingga menyebabkan miopisasi.

3. Katarak Imatur

Sebagian lensa mengalami kekeruhan. Katarak belum mengenai seluruh lapis

lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat

meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan

lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga dapat

terjadi glaukoma sekunder.

4. Katarak Matur

Kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan ini dapat terjadi akibat

deposisi ion Ca yang menyeluruh.

5. Katarak Hipermatur

Katarak yag mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau

lembek dan mencair. Bila katarak berlanjut disertai dengan kapsul yang tebal

maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks

akan memperlihatkan gambaran seperti sekantong susu disertai dengan

nukleus yang terbenam.

C. Anatomi dan Fisiologi

1. Anatomi mata4-10

a. Struktur Mata Eksternal

Katarak Senilis Komplikata 6

Page 7: KATARAK

Gambar 1.

Struktur mata eksternal

1) Alis

Alis adalah dua potong kulit tebal melengkung yang ditumbuhi bulu. Alis dikaitkan

pada otot-otot sebelah bawahnya serta berfungsi melindungi mata dari sinar matahari.

2) Kelopak mata

Kelopak mata merupakan dua buah lipatan muskulofibrosa yang dapat digerakkan,

dapat dibuka dan ditutup untuk melindungi dan meratakan air mata ke permukaan

bola mata dan mengontrol banyaknya sinar yang masuk. Kelopak tersusun oleh kulit

tanpa lemak subkutis. Batas kelopak mata berakhir pada plat tarsal, terletak pada batas

kelopak. Sisi bawah kelopak mata dilapisi oleh konjungtiva.

3) Bulu mata

Bulu mata melindungi mata dari debu dan cahaya.

b. Struktur Mata Internal

Gambar 2.

Struktur mata internal

1) Sklera

Lapisan paling luar dan kuat ( bagian “putih” mata). Bila sclera mengalami penipisan

maka warnanya akan berubah menjadi kebiruan. Dibagian posterior, sclera

mempunyai lubang yang dilalui saraf optikus dan pembuluh darah retina sentralis.

Dibagian anterior berlanjut menjadi kornea. Permukaan anterior sklera diselubungi

Katarak Senilis Komplikata 7

Page 8: KATARAK

secara longgar dengan konjungtiva. Sklera melindungi struktur mata yang sangat

halus serta membantu mempertahankan bentuk biji mata.

2) Khoroid

Lapisan tengah yang berisi pembuluh darah. Merupakan ranting-ranting arteria

oftalmika, cabang dari arteria karotis interna. Lapisan vaskuler ini membentuk iris

yang berlubang ditengahnya, atau yang disebut pupil (manik) mata. Selaput

berpigmen sebelah belakang iris memancarkan warnanya dan dengan demikian

menentukan apakah sebuah mata itu berwarna biru, coklat, kelabu, dan seterusnya.

Koroid bersambung pada bagian depannya dengan iris, dan tepat dibelakang iris.

Selaput ini menebal guna membentuk korpus siliare sehingga terletak antara khoroid

dan iris. Korpus siliare itu berisi serabut otot sirkulerndan serabut-serabut yang

letaknya seperti jari-jari sebuah lingkaran. Kontraksi otot sirkuler menyebabkan pupil

mata juga berkontraksi. Semuanya ini bersama-sama membentuk traktus uvea yang

terdiri dari iris, korpus siliare, dan khoroid. Peradangan pada masing-masing bagian

berturut-turut disebut iritis, siklitis, dan khoroiditis, atau pun yang secara bersama-

sama disebut uveitis. Bila salah satu bagian dari traktus ini mengalami peradangan,

maka penyakitnya akan segera menjalar kebagian traktus lain disekitarnya.

3) Retina

Lapisan saraf pada mata yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut, yaitu sel-sel saraf

batang dan kerucut. Semuanya termasuk dalam konstruksi retina yang merupakan

jaringan saraf halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar menuju jaringan saraf

halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar menuju diskus optikus, yang

merupakan titik dimana saraf optik meninggalkan biji mata. Titik ini disebut titik

buta, oleh karena tidak mempunyai retina. Bagian yang paling peka pada retina adalah

makula, yang terletak tepat eksternal terhadap diskus optikus, persis berhadapan

dengan pusat pupil.

4) Kornea

Merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan sklera yang putih

dan tidak tembus cahaya. Kornea terdiri atas beberapa lapisan. Lapisan tepi adalah

epithelium berlapis yang tersambung dengan konjungtiva.

Katarak Senilis Komplikata 8

Page 9: KATARAK

5) Bilik anterior (kamera okuli anterior)

Terletak antara kornea dan iris.

6) Iris

Tirai berwarna didepan lensa yang bersambung dengan selaput khoroid. Iris berisi dua

kelompok serabut otot tak sadar (otot polos). Kelompok yang satu mengecilkan

ukuran pupil, sementara kelompok yang lain melebarkan ukuran pupil itu

sendiri.

7) Pupil

Bintik tengah yang berwarna hitam yang merupakan celah dalam iris, dimana cahaya

dapat masuk untuk mencapai retina.

8) Bilik posterior (kamera okuli posterior)

Terletak diantara iris dan lensa. Baik bilik anterior maupun bilik posterior yang diisi

dengan aqueus humor.

9) Aqueus humor

Cairan ini berasal dari badan siliaris dan diserap kembali ke dalam aliran darah pada

sudut iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai Saluran Schlemm.

10) Lensa

Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan transparan. Tebalnya ±4 mm

dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris, lensa digantung oleh zonula (zonula zinni)

yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat

humor aqueus dan disebelah posterior terdapat vitreus humor. Kapsul lensa adalah

membrane semi-permiabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan

terdapat selapis epitel subkapular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteks nya.

Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar sub epitel terus diproduksi

sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang elastik. Lensa terdiri dari 65%

air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa ada dalam jaringan tubuh

lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di jaringan lainnya. Asam

askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada

serat nyeri, pembuluh darah, maupun saraf dalam lensa.

Katarak Senilis Komplikata 9

Page 10: KATARAK

11)Vitreus humor

Daerah sebelah belakang biji mata, mulai dari lensa hingga retina yang diisi dengan

cairan penuh albumen berwarna keputih-putihan seperti agar-agar. Berfungsi untuk

memberi bentuk dan kekokohan pada mata, serta mempertahankan hubungan antara

retina dengan selaput khoroid dan sklerotik.

2. Fisiologi mata

Saraf optikus atau urat saraf cranial kedua adalah saraf sensorik untuk penglihatan.

Saraf ini timbul dari sel-sel ganglion dalam retina yang bergabung untuk membentuk

saraf optikus. Saraf ini bergerak ke belakang secara medial dan melintasi kanalis

optikus, memasuki rongga cranium lantas kemudian menuju khiasma optikum. Saraf

penglihatan memiliki 3 pembungkus yang serupa dengan yang ada pada meningen

otak. Lapisan luarnya kuat dan fibrus serta bergabung dengan sclera, lapisan tengah

halus seperti arakhnoid, sementara lapisan dalam adalah vakuler (mengandung banyak

pembuluh darah). Pada saat serabut-serabut itu mencapai khiasma optikum, maka

separuh dari serabut-serabut itu akan menuju ke traktus optikus sisi seberangnya,

sementara separuhnya lagi menuju traktus optikus sisi yang sama. Dengan perantara

serabut-serabut ini, maka setiap serabut nervus optikus dihubungkan dengan kedua

sisi otak sehingga indera penglihatan menerima rangsangan berkas-berkas cahay pada

retina. Pusat visual terletak pada kortex lobus oksipitalis otak.

Indera penglihatan menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina

dengan perantaraan serabut nervus optikus, menghantarkan rangsangan ini ke pusat

penglihatan pada otak untuk ditafsirkan. Cahaya yang jatuh ke mata menimbulkan

bayangan yang difokuskan pada retina. Bayangan itu akan menembus dan diubah oleh

kornea, lensa badan aqueus dan vitreus. Lensa membiaskan cahaya dan memfokuskan

bayangan pada retina, bersatu menangkap sebuah titik bayangan yang difokuskan.

Gangguan lensa adalah kekeruhan, distorsi, dislokasi, dan anomaly geometric. Pasien

yang mengalami gangguan- gangguan tersebut mengalami kekaburan penglihatan

tanpa rasa nyeri.

a. Pembentukan bayangan

Cahaya dari objek membentuk ketajaman tertentu dari bayangan objek di retina.

Bayangan dalam fovea di retina selalu lebih kecil dan terbalik dari objek nyata.

Katarak Senilis Komplikata 10

Page 11: KATARAK

Bayangan yang jatuh pada retina akan menghasilkan sinyal saraf dalam mosaik

reseptor, selanjutnya mengirim bayangan dua dimensi ke otak untuk

direkonstruksikan menjadi bayangan tiga dimensi. Pembentukan bayangan abnormal

terjadi jika bola mata terlalu panjang dan berbentuk elips, titik focus jatuh didepan

retina sehingga bayangan menjadi kabur. Untuk melihat lebih jelas harus

mendekatkan mata pada objek yang dilihat, dibantu dengan lensa bikonkaf yang

memberi cahaya divergen sebelum masuk mata. Pada hipermetropia, titik fokus jatuh

dibelakang retina. Kelainan dikoreksi dengan lensa bikonveks. Sedangkan pada

presbiopia, bentuk abnormal karena lanjut usia yang kehilangan kekenyalan lensa.

b. Respon bola mata terhadap benda

Relaksasi muskulus siliaris membuat ligamentum tegang, lensa tertarik sehingga

bentuknya lebih pipih. Keadaan ini akan memperpanjang jarak fokus. Bila benda

dekat dengan mata maka otot akan berkontraksi agar lengkung lensa meningkat. Jika

benda jauh, maka m. siliaris berkontraksi agar pipih supaya bayangan benda pada

retina menjadi tajam. Akomodasi mengubah ukuran pupil, kontraksi iris membuat

pupil mengecil dan melebar. Jika sinar terlalu banyak maka pupil menyempit agar

sinar tidak seluruhnya masuk ke dalam mata. Dalam keadaan gelap pupil melebar

agar sinar banyak yang ditangkap. Dalam hal melihat benda, jika mata melihat jauh

kemudian melihat dekat maka pupil berkontraksi agar terjadi peningkatan ke dalam

lapang penglihatan. Akomodasi lensa diatur oleh mekanisme umpan balik negatif

secara otomatis.

c. Lintasan penglihatan

Setelah impuls meninggalkan retina, impuls ini berjalan ke belakang melalui nervus

optikus. Pada persilangan optikus, serabut menyilang ke sisi lain bersatu dengan

serabut yang berasal dari retina. Otak menggunakan visual sebagai informasi untuk

dikirim ke korteks serebri dan visual pada bagian korteks visual ini membentuk

gambar tiga dimensi. Gambar yang ada pada retina di traktus optikus disampaikan

secara tepat ke korteks jika seseorang kehilangan lapang pandang sebagian besar

dapat dilacak lokasi kerusakan di otak yang bertanggung jawab atas lapang pandang.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan mata yang dapat dilakukan:2

Katarak Senilis Komplikata 11

Page 12: KATARAK

- Pemeriksaan Visus Satu Mata

Setiap mata diperiksa terpisah. Dengan menggunakan Snellen’s Chart pasien

akan membaca huruf yang tertera pada Snellen’s Chart pada jarak 5 – 6 meter.

Pasien akan membaca dari huruf yang terbesar hingga ke huruf pada baris

yang menunjukkan angka 6/6. Apabila pasien tidak dapat membaca hingga

6/6, maka akan dilanjutkan dengan uji pinhole. Bila dengan uji pinhole,

penglihatan menjadi lebih baik, maka terdapat kelainan refraksi yang masih

dapat dikoreksi dengan kaca mata. Bila dengan uji pinhole penglihatan justru

berkurang atau tidak ada kemajuan, maka ada kelainan organik atau kekeruhan

media penglihatan yang menyebabkan penglihatan menurun.

- Shadow Test

Diketahui bahwa semakin sedikit lensa keruh, semakin besar bayangan iris

pada lensa yang keruh. Senter disinarkan pada pupil dengan membuat sudut 45

derajat dengan dataran dan dilihat bayangan iris pada lensa keruh. Bila letak

bayangan jauh dan besar berarti katarak imatur, sedangkan bila bayangan kecil

dan dekat pupil berarti lensa katarak matur.

- Tonometri

Suatu tindakan untuk melakukan pemeriksaan tekanan intraokular dengan

tonometer. Pengukuran tekanan bola mata sebaiknya dilakuka rutin pada orag

berusia di atas 20 tahun. Beberapa macam cara: Tonometer digital, tonometer

Schiotz, tonometer aplanasi, dan tonometer Mackay-Marg.

- Oftalmoskopi

Oftalmoskopi langsung memberikan gambaran normal atau tidak terbalik pada

fundus okuli. Oftalmoskopi tidak langsung memberikan bayang terbalik, dan

kecil serta lapangan pandang yang luas pada fundus okuli pasien. Oftalmoskop

digunakan untuk melihat bagian dalam mata atau fundus okuli.

- Elektroretinografi

ERG berguna untuk menilai kerusakan luas pada retina.

Pemeriksaan Penunjang

- HbA1c5

Katarak Senilis Komplikata 12

Page 13: KATARAK

Kadar HbA1c merupakan kontrol glukosa jangka panjang, menggambarkan

kondisi glukosa 8-12 minggu sebelumnya sesuai dengan paruh waktu eritrosit.

Peningkatan kadar HbA1c >8% menunjukkan diabetes yang tidak terkontrol.

- Gula Darah Puasa5

Konsentrasi gula darah puasa ≥126 mg/dL merupakan penanda seseorang

menderita diabetes.

- USG

Dilakukan apabila bagian mata bagian dalam tidak dapat terlihat seperti pada

katarak hipermatur.

Working Diagnosis

Pasien diduga menderita katarak imatur karena pandangan pasien yang

berkabut atau menjadi buram tanpa disertai adanya tanda radang pada mata.

Differential Diagnosis

Glaukoma2

Glaukoma merupakan kelainan mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan

intraokular, atrofi papil saraf optik, dan menciutnya lapang pandang. Penyakit ini

ditandai peningkatan tekanan intraokular yang disebabkan:

- Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar

- Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau celah

pupil.

Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat

lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi (penggaungan) serta

degenerasi papil saraf optik.

Retinopati2

Merupakan kelainan pada retina yang tidak disebabkan oleh radang. Terdapat

gambaran Cotton Wool Patches yang merupakan eksudat pada retina akibat

penyumbatan arteri prepapil sehingga terjadi daerah non perfusi di dalam retina.

D. Etiologi

Katarak Senilis Komplikata 13

Page 14: KATARAK

Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisa mengalami katarak yang

biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan di dalam kehamilan,

keadaan ini disebut sebagai katarak kongenital. Lensa mata mempunyai bagian yang

disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks lensa yang terletak antara

nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa. Pada anak dan remaja nukleus

bersifat lembek sedang pada orang tua nukleus ini menjadi keras. Katarak dapat mulai

dari nukleus, korteks, dan subkapsularis lensa.

Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan

menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya,

sehingga kemampuannya memfokuskan benda dekat berkurang. Hal ini mulai

terlihat pada usia 45 tahun dimana mulai timbul kesukaran melihat dekat (presbiopia).

Pada usia 60 tahun hampir 60% mulai mengalami katarak atau lensa keruh. Katarak

biasanya berkembang pada kedua mata akan tetapi progresivitasnya berbeda. Kadang-

kadang penglihatan pada satu mata nyata berbeda dengan mata yang sebelahnya.

Perkembangan katarak untuk menjadi berat memakan waktu dalam bulan hingga

tahun.

Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih cepat. Faktor

lain dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa sepertidiabetes

melitus, obat tertentu, sinar ultra violet B dari cahay matahari, efek racun dari

merokok, dan alkohol, gizi kurang vitamin E, dan radang menahun di dalam bola

mata. Obat tertentu dapat mempercepat timbulnya katarak seperti betametason,

klorokuin, klorpromazin, kortison, ergotamin, indometasin, medrison, neostigmin,

pilokarpin dan beberapa obat lainnya. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti

diabetes melitus dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan lensa yang akan

menimbulkan katarak komplikata.

Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang berbeda.

Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti diabetes. Namun

kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan

katarak berkembang secara kronik ketika seseorang memasuki dekade ketujuh.

Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak

terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen.

Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar

ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin

antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.

Katarak Senilis Komplikata 14

Page 15: KATARAK

E. Patofisiologi

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk

seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa

mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer

ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.

Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat

kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior

nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling

bermakna, Nampak seperti kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam

lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel

(zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya

dapat menyebabkan penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein

lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan

menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya

protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan

serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan

bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.

Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada

kebanyakan pasien yang menderita katarak.11-14

Katarak Senilis Komplikata 15

Page 16: KATARAK

F. Manifestasi Klinik

Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien melaporkan

penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan fungsional sampai

derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi, temuan objektif

biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina

tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan

dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus

pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang

menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang

normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya

terjadi bertahap selama bertahun-tahun , dan ketika katarak sudah sangat memburuk,

lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan.

Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk menghindari

silau yang menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya, ada

yang mengatur ulang perabotan rumahnya sehingga sinar tidak akan langsung

Katarak Senilis Komplikata 16

Page 17: KATARAK

menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak lebar atau kaca mata

hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari.15-17

Pada katarak senil, dikenal 4 stadium yaitu: insipiens, matur, imatur, dan

hipermatur.

G. Penatalaksanaan

Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat mencegah katarak. Beberapa

penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat proses bertambah keruhnya lensa

untuk menjadi katarak. Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk

memperlambat progresifitas atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih

dengan pembedahan. Untuk menentukan waktu katarak dapat dibedah ditentukan oleh

keadaan tajam penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan. Tajam penglihatan

dikaitkan dengan tugas sehari-hari penderita. Digunakan nama insipien, imatur,

matur, dan hipermatur didasarkan atas kemungkinan terjadinya penyulit yang dapat

terjadi. Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan

penggantian lensa dengan implant plastik. Saat ini pembedahan semakin banyak

dilakukan dengan anestesi lokal daripada anestesi umum. Anestesi local

Katarak Senilis Komplikata 17

Page 18: KATARAK

diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak mata atau diberikan secara topikal.

Operasi dilakukan dengan insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior, diikuti

oleh ekstraksi (lensa diangkat dari mata) katarak ekatrakapsular. Insisi harus dijahit.

Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkan melalui insisi

yang lebih kecil dari kornea atau sklera anterior (fakoemulsifikasi).5-7

Operasi Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular/ ECCE

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa

dengan merobek kapsul anterior sehingga massa lensa dan korteks dapat keluar

melalui robekan tersebut. Kapsula posterior disisakan untuk memasang lensa baru.

Komplikasi, yaitu dapat terjadi katarak sekunder.

Operasi Ekstraksi Katarak Intrakapsular / ICCE

Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat dilakukan

pada Zonula Zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus. Pada katarak

ekstraksi intrakapsular tidak akan terjadi katarak sekunder. Proses ini

dikontraindikasikan pada pasien yang berusia di bawah 40 tahun karena masih

memiliki ligamen hialoidea kapsular.

H. Komplikasi

1. Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi

maka gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang merupakan resiko

terjadinya glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan

dengan satu instrument yang mengaspirasi dan mengeksisi gel (virektomi).

Pemasanagan lensa intraocular sesegera mungkin tidak bisa dilakukan pada kondisi

ini.

2. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca

operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil

mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan pembedahan.

3. Endoftalmitis. Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius, namun jarang

terjadi.

I. Pengkajian Fokus

Pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien

pertama kali masuk rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.

Katarak Senilis Komplikata 18

Page 19: KATARAK

1. Biodata

Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/ bangsa,

pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan masalah primer

pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan ganda, atau

hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat harus menemukan apakah masalahnya

hanya mengenai satu mata atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita

kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting. Apakah pasien pernah

mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa yang terakhir diderita pasien.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia mengenakan kacamata

atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan melihat (fokus) pada jarak

dekat atau jauh?, apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton televisi?,

bagaimana dengan masalah membedakan warna atau masalah dengan penglihatan

lateral atau perifer?

d. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-nenek.

3. Pemeriksaan fisik

Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil

sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop . Katarak terlihat tampak hitam

terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan

slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi lokasi

opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah nukleus,

korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular

posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan,

antara lain deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau

kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya.10

Katarak Senilis Komplikata 19

Page 20: KATARAK

4. Pemeriksaan Diagnostik

Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu

snellen, keratometri, pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka Ascan

ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat

diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan

hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk

dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi IOL. Pasien yang mempunyai riwayat

diabetes dan hipertensi perlu dilakukan pemeriksaan gula darah puasa dan

pemeriksaan tekanan darah.

Daftar Pustaka

1. Dr.Saptoyo Argo Morosidi dan Dr. Margrette Franciscus Paliyama. Ilmu

Penyakit Mata. Katarak Senile, 2011; Fakultas Kedokteran Ukrida: 59

2. Prof.dr.H.Sidarta Ilyas. Ilmu Penyakit Mata. Katarak, 2009; Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia: 200

3. Paul Riordan-Eva and John P.Whitcher. Vaughan and Asbury’s General

Ophthalmology. Ophthalmologic Examination, 2007; McGraw Hill: 70

4. Lynn S. Bickley. Bates Guide to Physical Examination and History Taking.

Eye examination, 2008; Lippincott: 134

5. Vicente Victor D Ocompo Jr et al. Senile Cataract Workup. Imaging Studies.

Medscape Reference. 2012. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/1210914-workup#a0720. Diunduh

pada 18 Maret 2014.

6. Prof.dr.H.Sidarta Ilyas. Ilmu Penyakit Mata. Katarak, 2009; Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia: 207-219

7. F Ryan Prall et al. Exudative ARMD. Presentation. Medscape Reference.

2012. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1226030-overview.

Diunduh pada 18 Maret 2014.

8. Vicente Victor D Ocompo Jr et al. Senile Cataract Clinical Presentation.

Causes. Medscape Reference. 2012. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/1210914-clinical#a0218. Diunduh pada

18 Maret 2014.

9. Murthy GV, Vashist P, John N, Pokharel G, Ellwein LB. Prevelence and

causes of visual impairment and blindness in older adults in an area of India

Katarak Senilis Komplikata 20

Page 21: KATARAK

with a high cataract surgical rate. Ophthalmic Epidemiol. Aug

2010;17(4):185-95

10. Dr.Saptoyo Argo Morosidi dan Dr. Margrette Franciscus Paliyama. Ilmu

Penyakit Mata. Anatomi Mata, 2011; Fakultas Kedokteran Ukrida: 3-16

11. Vicente Victor D Ocompo Jr et al. Senile Cataract Overview.

Pathophysiology. Medscape Reference. 2012. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview#a0104. Diunduh

pada 18 Maret 2014.

12. Prof.dr.H.Sidarta Ilyas. Ilmu Penyakit Mata. Katarak, 2009; Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia: 206-207

13. Ronald Pitts Crick et al. A Textbook of Clinical Ophthalmology. Painless

Impairment of Vision (in the White Eye). Cataract, 2003; Crick and Shaw: 94

14. Hirneiss C, Neubauer AS, Kampik A, Schönfeld CL. Comparison of

prednisolone 1%, rimexolone 1% and ketorolac tromethamine 0.5% after

cataract extraction: a prospective, randomized, double-masked study.Graefes

Arch Clin Exp Ophthalmol. Aug 2005;243(8):768-73.

15. Ronald Pitts Crick et al. A Textbook of Clinical Ophthalmology. Lens.

Principles and complications of cataract surgery, 2003; Crick and Shaw: 495

16. Robertson JM, Donner AP, Trevithick JR. A possible role for vitamins C and

E in cataract prevention. Am J Clin Nutr. Jan 1991;53(1 Suppl):346S-351S.

17. Vicente Victor D Ocompo Jr et al. Senile Cataract Follow-Up. Prognosis.

Medscape Reference. 2012. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/1210914-followup#a2650. Diunduh

pada 18 Maret 2014.

Katarak Senilis Komplikata 21