lp katarak

23
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH KATARAK A. Pengertian Katarak adalah suatu opasifikasi dari lensa yang normalnya transparan seperti Kristal, jernih. Kondisi ini biasanya sebagai akibat dari penuaan namun dapat saja terjadi saat lahir. Katarak juga dapat berkaitan dengan trauma tumpul atau penetrasi, penggunaan kortikostiroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti diabetes militus, hipoparatiroidisme, pemajanan terhadap radiasi, pemajanan terhadap cahaya yang terang atau cahaya matahari yang lama (cahaya ultraviolet), atau kelainan mata lainnya. ( Baughman, 2000, hal 319) Katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu abu, dan ketajaman penglihatan berkurang. Katarak terjadi apa bila protein pada lensa yang secara normal transparan terurai dan mengalami koagulasi pada lensa (Corwin, 2009. Hal 38) Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih, biasanya terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran yang disebut katarak kongenital dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikostiroid jangka panjang dan penyakit sistemis ( Smeltzer, 2002. Hal 1996). Dari beberapa pengertian diatas yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

Upload: ervina-fitrianingtias

Post on 16-Sep-2015

85 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Laporan Pendahuluan katarak lho

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUANKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAHKATARAK

A. Pengertian Katarak adalah suatu opasifikasi dari lensa yang normalnya transparan seperti Kristal, jernih. Kondisi ini biasanya sebagai akibat dari penuaan namun dapat saja terjadi saat lahir. Katarak juga dapat berkaitan dengan trauma tumpul atau penetrasi, penggunaan kortikostiroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti diabetes militus, hipoparatiroidisme, pemajanan terhadap radiasi, pemajanan terhadap cahaya yang terang atau cahaya matahari yang lama (cahaya ultraviolet), atau kelainan mata lainnya. ( Baughman, 2000, hal 319)Katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu abu, dan ketajaman penglihatan berkurang. Katarak terjadi apa bila protein pada lensa yang secara normal transparan terurai dan mengalami koagulasi pada lensa (Corwin, 2009. Hal 38)Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih, biasanya terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran yang disebut katarak kongenital dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikostiroid jangka panjang dan penyakit sistemis (Smeltzer, 2002. Hal 1996).Dari beberapa pengertian diatas yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa dan atau opasifikasi pada lensa yang pada normalnya lensa tersebut jernih.

B. Klasifikasi katarak1. Katarak KongenitalKatarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Katarak ini sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita rubella, diabetes mellitus, toksoplasmosis, hipoparatiroidisme, dan galaktosemia. 2. Katarak Senile.Katarak senile ini adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Katarak senile ini jenis katarak yang sering ditemukan dengan gejala pada umumnya berupa distorsi penglihatan yang semakin kabur pada stadium insipiens pembentukkan katarak, disertai penglihatan jauh makin kabur. Penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca lebih baik tanpa kaca mata (second sight).3. Katarak Juvenile. Kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft carahast. Mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital.4. Katarak Komplikata.Katarak jenis ini terjadi sekunder atau sebagai komplikasi dari penyakit lain. Penyebab katarak jenis ini adalah gangguan okuler, penyakit sistemik dan trauma (Sidarta, 2008, hal 107).Katarak primer dibagi menjadi 4 stadium:1. Stadium insipiena. katarak stadium dinib. visus belum tergangguc. kekeruhan terutama terdapat pd bagian perifer berupa bercak d. seperti jari jari roda2. Stadium immaturea. kekeruhan belum mengenai seluruh lap lensab. terjadi hidrasi kortek yang menyebabkan lensa konveks shg indeks refraksi berubah & mata menjadi myopia(intumesensi)c. konveksnya lensa mendorong iris kedepan,menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi sempit dan menimbulkan komplikasi glukoma3. Stadium matura. terjadi pengeluaran air shg lensa berukuran normal kembalib. lensa telah keruh seluruhnya shg semua sinar yang masuk pupil dipantulkan kembalic. dipupil tampak lensa seperti mutiara4. Stadium dismatura. korteks lensa yang seperti bubur mencair shg nucleus lensa turun karena daya beratnyab. melalui pupil nucleus kelihatan sebagai setengah lingkaran dibagian bawah dengan warna berbeda dari yang diatasnya yaitu kecoklatanc. terjadi kerrusakan kapsul lensaa yg lebih permeable shg isi korteks dapat keluuar dan lensa menjadi kempis

C. Etiologi Menurut Gruendemann, (2005, hal 44) ada beberapa penyebab terajadinya katarak yaitu : Infeksi, Kelainan perkembangan, Herediter, Cedera mata traumatic, Ketidak seimbagan kimiawi misalnya galaktosemia dan diabetes, Terpajan sinar ultraviolet berkepanjangan, Beberapa obat (misalnya obat-obatan yang digunakan untuk glaukoma), Bagian dari proses penuaan normal.Penyebab utamma katarak adalah proses penuaan.anak dapatt menderita katarak yang biasanya merupakkan penyakit yang diturunkan,peradangan didalam kehamilan.keadaan ini disebut sebagai katarak kongengital.Penyebab katarak lainnya adalah: 1. Faktor keturunan2. Cacat bawaan sejak lahir3. Masalah kesehatan,missal diabetes4. Penggunaan obat tertentu,khususnya steroid5. Gangguan metabolisme seperti DM6. Gangguan pertumbuhan7. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam jangka waktu lama8. Rokok dan alcohol9. Operasi mata sebelumnya10. Trauma pada mata11. Dan factor factor lain yang belum diketahui

D. PatofisiologiLensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak (Smeltzer, 2001. Hal 1996).

E. Tanda dan gejalaTajam penglihatan berkurang. Pada beberapa pasien tajam penglihatan yang diukur diruangan gelap mungkin tampak memuaskan, semetara bila tes tersebut dilakukan dalam keadaan terang maka tajam penglihatan akan menurun sebagai akibat dari rasa silau dan hilangnya kontras.Katarak terlihat hitam terhadap reflek fundus ketika mata diperiksa mungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan indentifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasnya terletak didaerah neukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak disubkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab ocular katarak dapat ditemukan. Sebagai contoh deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya.Suatu opasitas pada lensa mata menyebabkan hilangnya penglihatan tapa adanya rasa nyeri, menyebabkan rasa silau, dapat mengubah kelainan refraksi. Pada bayi katarak dapat mengakibatkan ambliopia (kekgagalan perkembangan penglihatan normal) karena pembentukan bayangan pada retina buruk. Bayi dengan dugaan katarak atau dengan riwayat keluarga katarak kongenital harus dianggap sebagai masalah yang penting oleh spesialis mata. (James, 2006, hal 77).

F. PenatalaksanaanTersedia dua teknik terapi pada katarak melalui pembedahan yaitu ekstraksi katarak intra kapsular (EKIK) dan ekstraksi katarak ekstrakapsular (EKEK). Indikasi dari pembedahan adalah kehilangan penglihatan yang menggangu aktivitas normal atau katarak yang menyebabkan glaukoma. Katarak diangkat dibahwah anestesi local dengan rawat jalan. Kehilangan penglihatan berat dan akhirnya kebutaan akan terjadi kecuali dilakukan pembedahan (Baughman, 2000, hal 320).1. Secara MedisSolusi untuk menyembuhkan penyakit katarak secara medis umumnya dengan jalan operasi.penilaian bedah didasarkan pada lokasi,ukuran dan kepadatan katarak.Katarak akan dibedah bila sudah terlalu luas mengenai bagian dari lensa mata atau katarak total.Lapisan mata diangkat dan diganti lensa buatan(lensa intraokuler).pembedahan katarak bertujuan untuk mengeluarkan lensa yang keruh.Lensa dapat dikeluarkan dengan pinset atau batang kecil yang dibekukan.kadang kadang dilakukan dengan menghancurkan lensa dan mengisap keluar.Adapun tekhnik yang digunakan pada operasi katarak adalah :a. FakoemulsifikasiMerupakan teknologi terkini,hanya dengan melakukan sayatan (3mm) pada kornea. Getaran ultrasonic pada alat fakoemulsifikasi dipergunakan untuk mengambil lensa yang mengalami katarak,lalu kemudian diganti dengan lensa tanam permanent yang dapat dilipat. Luka hasil sayatan pada kornea kadang tidak memerlukan penjahitan, shg pemulihan penglihatan segera dapat dirasakan. Teknik fakoemulsifikasi memakan waktu 20-30 menit dan hanya memerlukan pembiusan topical atau tetes mata selama operasi.b. Ekstra kapsulerDengan teknik ini diperlukan sayatan kornea lebih panjang, agar dapat mengeluarkan inti lensa sec utuh, kemudian sisa lensa dilakukan aspirasi. Lensa mata yang telah diambil digantikan dengan lensa tanam permanent. Diakhiri dengan menutup luka dengan beberapa jahitan.1) Ekstra Capsular Catarak Ekstraktie(ECCE)Korteks dan nucleus diangkat, kapsul posterior ditinggalkan untuk mencegah prolaps vitreus, melindungi retina dari sinar ultraviolet dan memberikan sokongan untuk implantasi lensa intra okuler.2) Intra Capsular Catarak Ekstraktie(ICCE) Lensa diangkat seluruhnya Keuntungannya prosedur mudah dilakukan Kerugiannya mata berisiko mengalami retinal detachment (lepasnya retina )

2. Terapi Obat tetes mata dapat digunakan sebagai terapi pengobatan. Ini dapat diberikan pada pasien dengan katarak yang belum begitu keparahan. Senyawa aktif dalam obat tetes mata dari keben yang bertanggung jawab terhadap penyembuhan penyakit katarak adalah saponin. Saponin ini memiliki efek meningkatkan aktifitas proteasome yaitu protein yang mampu mendegradasi berbagai jenis protein menjadi polipeptida pendek dan asam amino. Karena aktivitas inilah lapisan protein yang menutupi lensa mata penderita katarak secara bertahap diicuci shg lepas dari lensa dan keluar dari mata berupa cairan kental berwarna putih kekuningan.SARANUntuk pencegahan penyakit katarak dianjurkan untuk banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vit.C,vit.A,dan vit E

G. Pemeriksaan DiagnostikKartu mata snellen/mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan); mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, lensa akueus atau vitreus humor, kesalahan refrkasasi, atau penyakit saraf atau penyakit sistem sararaf atau penglihatan keretina atau jalan optik.Lapang penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh CSV, masa tumor padahipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaucoma.Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.Tes Provokatif : digunakan dalam menentukan adanya/ tipe gllukoma bila TIO normal atau hanya meningkat ringan.Pemeriksaan Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina dan mikroaneurisme. Dilatasi dan pemeriksaan belahan lampu memastikan diagnose katarak.EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: dilakukan untuk memastikan aterosklerosis, PAK.Tes toleransi glikosa/FBS : menentukan adanya/control diabetes.

H. Pemeriksaan penunjangPemeriksaan penujang pada klien katarak yang dikemukakan oleh Doengoes (2000. Hal 412) antara lain ialah sebagai berikut:1. Tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan; mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, lensa akueus atau vitreus humor, kesalahan refrkasasi, atau penyakit saraf atau penyakit sistem sararaf atau penglihatan keretina atau jalan optik.2. Lapang penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh CSV, masa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaucoma.3. Pengukuran tonografi : mengkaji intraokuler ( TIO ) (normal 12 25 mmHg) 4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.5. Tes Provokatif : digunakan dalam menentukan adanya/ tipe gllukoma bila TIO normal atau hanya meningkat ringan.6. Pemeriksaan Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina dan mikroaneurisme.7. Dilatasi dan pemeriksaan belahan lampu memastikan diagnose katarak.8. Darah lengkap,laju sendimentasi (LED) : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.9. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: dilakukan untuk memastikan aterosklerosis, PAK.10. Tes toleransi glikosa/FBS : menentukan adanya/control diabetes.

I. KomplikasiKomplikasi tersering adalah dislokasi lensa selama pembedahan katarak, yang sering menyebabkan uveitis berat, glaucoma, dan kondensasi vitreosa. Apa bila dibiarkan, penglihatan dapat hilang selamanya. Terapi untuk dislokasi lensa dan fragmen lensa telah semakin baik akibat kemajuan dalam teknik vitrektomi. Lensa yang lunak sampai agak keras dapat dengan aman diterapi dengan pemeriksaan vitrektomi. Pemeriksaan mikrofragmentasi, dan fosep mikrovitrektomi. Bagaimanapun, pengeluaran lensa yang keras tetap merupakan tindakan yang berbahaya.( Barbara, 2005. hal, 46).

Asuhan Keperawatan Asuhan keperawatan pada klien dengan post op katarak dilaksanakan melalui pendekatan proses perawatan terdiri dari : pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi. (Doengoes, 2000, hal 412)

A. Dasar data pengkajian pasien1. Aktivitas/istirahat : Gejala : perubahan aktivitas biasanya hoby sehubungan dengan gangguan penglihatan.2. Makanan/cairanGejala : mual/muntah (glaukoma akut)3. NeurosensoriGejala : gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan menfokuskan kerja dengan dekat/merasa diruang gelap (katarak).Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer.Tanda: tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak). Pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan. Peningkatan air mata.4. Nyeri/kenyamananGejala : ketidaknyamanan ringan/mata berair.Nyeri/tiba tiba berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala.5. Penyuluhan/pembelajaranGejala : riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler. Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh peningkatan tekanan vena), ketidak seimbangan endokrin, diabetes (glaukoma). 6. Pertimbangan rencana pemulanngan : menunjukkan rerata lama dirawat 4,2 hari (biasanya dilakukan sebagai prosedur rawat jalan ). Memerlukan bantuan dengan transportasi, penydiayaan makanan, perawatan diri, perawatan/pemeliharaan rumah.

B. Diagnosa keperawatanAdapun diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada klien pre dan post op katarak adalah sebagai berikut :1. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan perdarahan intra okuler, kehilangan vitreous.2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur infansi bedah pengangkatan katarak.3. Gangguan persepstual sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera lingkungan secara teurapeutik dibatasi. Ditandai dengan menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respon biasanya terhadap rangsang.4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, salah interpretasi informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif. Ditandai dengan pertanyan atau peryataan salah konsepsi, takakurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.

C. Perencanaan keperawatan1. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan perdarahan intraokuler, kehilangan vitreous. Tujuan : cedera dapat dicegah. Kriteria hasil : mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.Intervensi/Rasional a. Diskusikan apa yang terjadi pada pasca operasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas, penampilan,balutan mata. Rasional : membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerja sama dalam pembatasan yang diperlukan.b. Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring keposisi yang tak sakit sesuai keinginan. Rasional : istirahat hanya beberapa menit sampai beberapa jam pada bedah rawat jalan atau menginap semalam bila terjadi komplikasi. Menurunkan tekanan pada mata yang sakit, meminimalkan resiko perdahan atau stres pada jahitan terbuka.c. Batasi aktivitas seperti menggerkkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok. Rasional : menurunkan stres pada area operasi.d. Ambulasi dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anastesi. Rasional : memerlukan sedikit regangan daripada penggunaan pispot.e. Dorong napas dalam, batuk untuk bersihan paru. Rasional : batuk meningkatkan tio.f. Anjurkan menggunakan teknik manajemen stres contoh, bimbingan imajinasi, visualisasi, napas dalam dan latihan relaksasi. Rasional : meningkatkan relaksasi dan koping.g. Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi. Rasional : digunakan untuk melindugi dari cedera kecelakaan dan menurunkan gerakan mata.h. Minta pasien untuk membedakan antara ketidak nyamanan dan nyeri mata tajam tiba-tiba. Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan. Observasi hifema (perdarahan pada mata) pada mata dengan senter sesuai indikasi. Rasional : ketidaknyamanan mungkin karena prosedur pembedahan; nyeri akut menunjukkan perdarahan, terjadi karena regangan atau tak diketahui penyebabnya (jaringan sembuh banyak vaskularisasi, dan kapiler sangan rentan).i. Observasi pembekakan luka, bilik anterior kemps, pupil bebentuk buah pir. Rasional : menunjukkan prolaps iris atau rupture luka disebabkan oleh kerusakan jahitan atau tekanan mata.j. Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi. Amoxilin, Asam Mefenamat, Methylprednison, cloramfenikol salam. Rasional : mual/muntah dapat meningkatkan resiko cedera okuler, memerlukan tindakan segera untuk mencegah cedera okuler.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur infansi bedah pengangkatan katarak. Tujuan : infeksi tidak terjadi. Kriteria hasil : Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema dandemam dan Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksiIntervensi/Rasional a. Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh / mengobati mata Rasional : Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi areaoperasi. b. Gunakan teknik yang tepat untuk embersihkan mata dari dalam keluar dengan tisu basah/bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan, dan masukan lensa kontak bila menggunakan. Rasional : tehnik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.c. Tekankan untuk tidak menyentuh/ menggaruk mata yang dioperasi. Rasional : mancegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.d. Observasi tanda terjadinya infeksi. Rasional : Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya intervensi.e. Berikan obat sesuai indikasi. Rasional : Sediaan topikal digunakan secara profilaksis, dimana terapi lebih diperlukan bila terjadi infeksi.f. Kolaborasi ; Berikan obat sesuai indikasi, anti biotik (topical, paranteral, atau subkonjungtival). Rasional : ssediaan topical digunakan secaraprofilaksis.

3. Gangguan persepstual sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera lingkungan secara teurapeutik dibatasi. Ditandai dengan menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respon biasanya terhadap rangsang. Tujuan : tidak terjadi perubahan visual Kriteria hasil : meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.Intervensi/Rasional a. Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah salah satu atau kedua mata terlibat Rasional : Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan terjadi lambat dan progresif.b. Oreintasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain di areanya Rasional : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi pasca operasi.c. Observasikan tanda-tanda dan gejala-gejala disorientasi; pertahankan pagar tempat tidur sampai benar-benar sampai benar-benar sembuh dari anastesia. Rasional : terbangun dalam lingkungan yang tak dikenal dan mengalami keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan bingung pada orang tua.d. Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi. Bicara dan menyentuh sering; dorong orang orang terdekat tinggal dengan pasien. Rasional : memberikan rangsang sensoritepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung. e. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kaburdan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata. Rasional : gangguan penglihatan/iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata tetapi secara bertahap menurun dengan penggunaan.f. Ingatkan pasien menggunakan kacamata katarak dengan tujuannya memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan perifer dan buta titik mungkin ada. Rasional : perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung penglihatan/menigkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.g. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil pada sisi yang tak dioperasi. Rasional : memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk petolongan bila diperlukan.

4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, salah interpretasi informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif. Ditandai dengan pertanyan atau peryataan salah konsepsi, takakurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah Tujuan : pasien mengerti tentang kondisi, prognosis dan pengobatan. Kriteria hasil : menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan, melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan. Intervensi/Rasional a. Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur/ lensa. Rasional : meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dengan program pasca operasi.b. Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin. Beri tahu untuk melaporkan penglihatan berawan. Rasional : pengawasan periodik menurunkan resiko komplikasi serius.c. Informasikan pasien untuk menghindari obat tetes mata yang dijual bebas. Rasional : dapat bereaksi silang/campur dengan obat yang diberikan.d. Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antara obat mata dan masalah medis pasien, contoh peningkatan hipertensi, PPOM, diabetes. Ajarkan metode yang tepat memasukkan obat tetes untuk meminimalkan efek sistemik. Rasional : penggunaan obat mata topical, contoh agen simpatomimetik. Penyekat beta, dan agen antikolinergik dapat menyebabkan TD meningkat pada pasien hipertensi; pencetus dispnea pada pasien PPOM; hipo glikemik pada diabetes tergantung pada insulin.e. Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan dan defekasi. Membongkok pada panggul, meniup hidung; penggunaan sprei, bedak bubuk, merokok (sendiri/orang lain). Rasional: Aktivitas yang menyebabkan mata lelah/regang, manuver Valsalva atau meningkatkan TIO dapat mempengaruhi hasil bedah dan mencetuskan pendarahan. Catatan : iritasi pernapasna yang menyebabkan batuk/bersin dapat meningkatkan TIO.f. Dorong aktivitas pengalih seperti mendengar radio, berbincang-bincang dan menonton televisi. Rasional : memberikan masukan sensori, mempertahankan rasa normalitas. Melalui waktu lebih mudah bila tak mampu menggunakan penglihatan secara penuh.g. Anjurkan pasien memeriksa kedokter tetang aktivitas seksual. Rasional: dapat meningkatkan TIO, menyebakan cedera kecelakaan pada mata.h. Tekankan kebutuhan untuk menggunakan kaca pelindung selama hari pembedahan/penutup pada mala. Rasional :mencegah cedera kecelakaan pada mata dan menurunkan resiko peningkatan TIO sehubungan dengan berkedip atau posisi kepala.i. Anjurkan pasien tidur terlentang, mengatur intensitas lampu dan menggunkan kacamata gelap bila keluar/dalam ruangan terang. Rasional :mencegah cedera kecelakaan pada mata.j. Anjurkan mengatur posisi pintu sehingga mereka terbuka atau tertutup penuh; pindahkan perabot dari lulu lalang jalan. Rasional :menurunkan penglihatan perifer atau gangguan kedalaman persepsi dapat menyebabkan pasien jalan kedalam pintu yang terbuka sebagian atau menabrak perabot.k. Dorong pemasukan cairan adekuat, makan berserat/kasar; gunakan pelunak feses yang dijual bebas bila di indikasikan. Rasional :mempertahkan konsistensi feses untuk menghindari mengejan.l. Identifikasi tanda/gejala memelukan upaya evaluasi medis, contoh nyeri tajam tiba-tiba, penurunan penglihatan, kelopak bengkak, drainase purulen, kemerahan, mata berair, fotofobia. Rasional :intervensi dini dapat mencegah terjadinya komplikasi serius, kemungkinan kehilangan penglihatan.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2001.KMB.EGC:JakartaDoengoes. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan.EGC:JakartaIlyas, Sidarta,dkk.2002.Ilmu Penyakit Mata.Jakarta:agung setoIlyas,Sidarta.1997.Katarak(lensa mata keruh).FKUI:JakartaPotter& Perry.2005.Fundamental Keperawatan.EGC:JakartaVaughan,Daniel g,dkk.2000.Oftalmologi Umum.Jakarta:Widya Medika