katarak senilis

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi lensa, denaturasi protein lensa, ataupun keduanya. Katarak dapat terjadi akibat pengaruh kelainan kongenital atau penyulit mata lokal menahun, dan bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak, seperti glaucoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak tujuh belas juta populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh katarak dan dijangka menjelang tahun 2020, angka ini akan meningkat menjadi empat puluh juta. Katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling sering ditemukan dimana 90 % dari seluruh kasus katarak adalah katarak senilis. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Pengobatan pada katarak adalah tidakan pembedahan. Setelah pembedahan, lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraocular. Dengan peningkatan pengetahuan mengenai katarak, penatalaksanaan sebelum, selama, dan post operasi, diharapkan penganganan katarak dapat lebih

Upload: sudhir-kumar

Post on 27-Jun-2015

3.632 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: katarak senilis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi

lensa, denaturasi protein lensa, ataupun keduanya. Katarak dapat terjadi

akibat pengaruh kelainan kongenital atau penyulit mata lokal menahun, dan

bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak, seperti

glaucoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa.

Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak tujuh

belas juta populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh katarak

dan dijangka menjelang tahun 2020, angka ini akan meningkat menjadi empat

puluh juta. Katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling sering

ditemukan dimana 90 % dari seluruh kasus katarak adalah katarak senilis.

Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif

ataupun tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.

Pengobatan pada katarak adalah tidakan pembedahan. Setelah

pembedahan, lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa

tanam intraocular. Dengan peningkatan pengetahuan mengenai katarak,

penatalaksanaan sebelum, selama, dan post operasi, diharapkan penganganan

katarak dapat lebih diperluas sehingga prevalensi kebutaan di Indonesia dapat

diturunkan. 1

1.2 Batasan masalah

Clinical science session ini membahas mengenai definisi, epidemiologi,

etiologi, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi,

dan prognosis dari katarak Senilis.

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan Clinical science session ini bertujuan menambah

pengetahuan para dakter muda mengenai Katarak Senilis.

Page 2: katarak senilis

1.4 Metoda penulisan

Penulisann Clinical science session ini disusun berdasarkan tinjauan

kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literature.

Page 3: katarak senilis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa

2.1.1 Anatomi Lensa

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan

transparan. Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan pada

lensplate.1 Tebal sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris

lensa digantung oleh zonula (zonula Zinnii) yang menghubungkan

dengan korpus siliare. Disebelah anterior lensa terdapat humour aquos

dan disebelah posterior terdapat vitreus. Kapsul lensa adalah suatu

membran semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit.

Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa

lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia,

serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-

kelamaan menjadi kurang elastik.2

Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan

sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya.

Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan

jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk

teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah

atau pun saraf di lensa.2

2.1.2 Fisiologi Lensa

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.

Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris

relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter

anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi

lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina.

Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi

sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik

kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh

Page 4: katarak senilis

peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus

siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina

dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia,

kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga

terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata

untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0-

Dioptri.2

2.1.3 Metabolisme Lensa Normal

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation

(sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan

vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di

bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih

besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous

humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian

anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-

K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh

Ca-ATPase. Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan

HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk

biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation

reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang

merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi

fructose oleh enzim sorbitol dehidrogen

2.2 Katarak Senilis

Katarak Senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia

lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun2. Pada katarak senilis terjadi penurunan

penglihatan secara bertahap dan lensa mengalami penebalan secara progresif.

Katarak senilis menjadi salah satu penybeab kebutaan di dunia saat ini..16

2.2.1 Etiologi

Page 5: katarak senilis

Penyebab sebenarnya dari katarak senilis belum diketahuidan pada

kasus-kasus yang ditemukan biasanya bersifat familial, jadi sangat penting

untuk mengetahui riwayat keluarga pasien secara detil.pocket atlas

2.2.2 Epidemiolgi

Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak

tujuh belas juta populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh

katarak dan dijangka menjelang tahun 2020, angka ini akan meningkat

menjadi empat puluh juta.aao

Katarak senilis merupakan bentuk katarak yang paling sering ditemukan. 90%

dari seluruh kasus katarak adalah katarak senilis. Sekitar 5 % dari golongan usia

70 tahun dan 10% dari golongan usia 80 tahun harus menjalani operasi

katarak.pocket atlas

2.2.3 Patofisiologi

Patofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum sepenuhnya

diketahui. Diduga adanya interaksi antara berbagai proses fisiologis berperan

dalam terjadinya katarak senilis dan belum sepenuhnya diketahui.

Komponen terbanyak dalam lensa adalah air dan protein. Dengan menjadi

tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat.

Lensa akan menjadi padat di bagian tengahnya, sehingga kemampuan fokus untuk

melihat benda dekat berkurang. Pada usia tua akan terjadi pembentukan lapisan

kortikal yang baru pada lensa’ yang mengakibatkan nukleus lensa terdesak dan

mengeras (sklerosis nuklear). Pada saat ini terjadi perubahan protein lensa yaitu

terbentukanya protein dengan berat molekul yang tinggi dan mengakibatkan

perubahan indeks refraksi lensa sehingga memantulkan sinar masuk dan

mengurangi transparansi lensa. Perubahan kimia ini juga diikut dengan

pembentukan pigmen pada nuklear lensa. pdf+vougan

Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan

pertambahan usia lensa mata dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning

keruh atau coklat keruh. Proses ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan

(pandangan kabur/buram) pada seseorang. pdf

Page 6: katarak senilis

Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil

berwarna putih dan abu-abu./ Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada berbagai

lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus. Fundus okuli menjadi semakin sulit

dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa bahkan reaksi fundus

bisa hilang sama sekali. 17

Miopia tinggi, merokok, konsumsi alkohol dan paparan sinar UV yang

tinggi menjadi faktor risiko perembangan katarak sinilis.pocket atlas op

2.2.3 Klasifikasi katarak senilis

Berdasarkan morfologinya katarak senilis dapat diklasifikasikan

menjadi:

1. Katarak Nuklear

2. Katarak Kortikal

3. Katarak Subkapsular Posterior

Katarak Nuklear

Pada katarak Nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan menjadikan

nukleus lensa menjadi berwarna kuning dan opak. Katarak yang lokasinya terletak

pada bagian tengah lensa atau nukleus. Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras

(sklerosis), berubah dari jernih menjadi kuning sampai coklat. Progresivitasnya

lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling banyak terjadi. Pandangan jauh

lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan

baca dapat menjadi lebih baik.

Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks lensa

serta komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa. Katarak menyerang

lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai timbul

sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat, tetapi lebih cepat

dibandingkan katarak nuklear. Terdapat wedge-shape opacities/cortical

spokes atau gambaran seperti ruji. Keluhan yang biasa terjadi yaitu

penglihatan jauh dan dekat terganggu, penglihatan merasa silau.

Page 7: katarak senilis

Katarak Subkapsular Posterior atau Kupuliformis

Pada katarak subkapsular posterior terjadi peningkatan opasitas pada bagian lensa

belakang secara perlahan. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan

progresivitasnya lebih cepat. Bentuk ini lebih sering menyerang orang dengan

diabetes, obesitas atau pemakaian steroid jangka panjang. Katarak ini

menyebabkan kesulitan membaca, silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya

terang.

2.2.4 Stadium katarak senilis

Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur,

matur, dan hipermatur.

Perbedaan stadium katarak senile. 2,3

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan Lensa Normal Bertambah (air

masuk)

Normal Berkurang (air+masa

lensa keluar)

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik Mata Depan Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut Bilik Mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopos

Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaukoma

1. Katarak Insipien

Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak yang

membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya.

Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini pada

awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan

poliopia yang disebabkan oleh indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian

lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk waktu yang lama.

Page 8: katarak senilis

2. Katarak Imatur

Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum mengenai

seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada

lensa. Terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik

bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung akan dapat

menimbulkan hambatan pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik

mata dangkal sehingga terjadi glaukoma sekunder.

Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau sahadaw test, maka akan terlihat bayangn

iris pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+).

3. Stadium Intumesen

Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif

menyerap air. Masuknya air ke dalam lensa menyebabkan lensa menjadi bengkak

dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal

dibandingkan dalam keadaan normal. Katarak intumesen biasanya terjadi pada

katarak yang berjalan cepat dan menyebabkan myopia lentikular

4. Katarak Matur

Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses degenerasi

yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil disintegrasi

melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata depan akan

berukuran kedalaman normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada lensa

yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.

5. Katarak Hipermatur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang mengalami

degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa menjadi mengecil

dan berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang

tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks

Page 9: katarak senilis

akan memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di korteks

lensa. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni. Uji bayangan iris

memberikan gambaran pseudopositif. Cairan / protein lensa yang keluar dari lensa

tersebut menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena di anggap sebagai

benda asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma karena

aliran melalui COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan

cairan / protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata.

2.2.5 Tanda dan gejala

Katarak didiagnosa melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang yang lengkap.

Keluhan yang membawa pasien datang antara lain:

1. Pandangan kabur

Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang progresif atau

berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami kemajuan dengan pin-

hole.

2. Penglihatan silau

Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau, dimana

tigkat kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontras yang menurun

dengan latar belakang yang terang hingga merasa silau di siang hari atau merasa

silau terhadap lampu mobil yang berlawanan arah atau sumber cahaya lain yang

mirip pada malam hari. Keluhan ini sering kali muncul pada penderita katarak

kortikal.

3. Sensitifitas terhadap kontras

Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam mengetahui

perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbeda warna, penerangan

dan tempat. Cara ini akan lebih menjelaskan fungsi mata sebagai optik dan uji ini

diketahui lebih bagus daripada menggunakan bagan Snellen untuk mengetahui

kepastuian fungsi penglihatan; namun uji ini bukanlah indikator spesifik

hilangnya penglihatan yang disebabkan oleh adanya katarak.

Page 10: katarak senilis

4. Miopisasi

Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa,

biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang.

Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena

pasien ini mengalami penglihatan kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan

dengan memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman ini berangsur menghilang dan

diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang

asimetris pada kedua mata bisa menyebabkan anisometropia yang tidak dapat

dikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.

5. Variasi Diurnal Penglihatan

Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan penglihatan

menurun pada siang hari atau keadaan terang dan membaik pada senja hari,

sebaliknya paenderita katarak kortikal perifer kadang-kadang mengeluhkan

pengelihatan lebih baik pada sinar terang dibanding pada sinar redup.

6. Distorsi

Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi tampak

tumpul atau bergelombang.

7. Halo

Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang terlihat

disekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan halo pada

penderita glaucoma.

8. Diplopia monokuler

Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari lensa

yang keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan dengan

diplopia binocular dengan cover test dan pin hole.

9. Perubahan persepsi warna

Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan perubahan

persepsi warna, yang akan digambarkan menjadi lebih kekuningan atau

kecoklatan dibanding warna sebenarnya.

10. Bintik hitam

Page 11: katarak senilis

Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak bergerak-

gerak pada lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada retina atau

badan vitreous yang sering bergerak-gerak.3,16,17,18

Pemeriksaan Fisik

- Penurunan ketajaman penglihatan

Katarak sering kali berkaitan dengan terjadinya penurunan ketajaman

penglihatan, baik untuk melihat jauh maupun dekat. Ketajaman penglihatan dekat

lebih sering menurun jika dibandingkan dengan ketajaman pengihatan jauh, hal

ini mungkin disebabkan adanya daya konstriksi pupil yang kuat. 16,17,18

Peneglihatan menurun tergantung pada derajat katarak. Katarak imatur

dari sekitar 6/9-1/60; pada katarak matur hanya 1/300-1/~.3

- Miopisasi

Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa,

biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang.

Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena

pasien ini mengalami penglihatan kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan

Page 12: katarak senilis

dengan memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman ini berangsur menghilang dan

diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang

asimetris pada kedua mata bisa menyebabkan anisometropia yang tidak dapat

dikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.

2.2.6 Manajemen Katarak

Indikasi operasi katarak dibagi dalam 3 kelompok:

1. Indikasi Optik

Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan tajam

penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-hari, maka

operasi katarak bisa dilakukan.

2. Indikasi Medis

Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi segera, bahkan

jika prognosis kembalinya penglihatan kurang baik:

- Katarak hipermatur

- Glaukoma sekunder

- Uveitis sekunder

- Dislokasi/Subluksasio lensa

- Benda asing intra-lentikuler

- Retinopati diabetika

- Ablasio retina

3. Indikasi Kosmetik

Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau nervus optikus,

namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat diterima, misalnya pada

pasien muda, maka operasi katarak dapat dilakukan hanya untuk membuat pupil

tampak hitam meskipun pengelihatan tidak akan kembali.3,22

Teknik-teknik pembedahan katarak

Page 13: katarak senilis

Penatalaksanaan utama katarak adalah dengan ekstraksi lensa melalui

tindakan bedah. Dua tipe utama teknik bedah adalah Intra Capsular Cataract

Extraction/Ekstraksi katarak Intra Kapsular (ICCE) dan Extra Capsular Cataract

Extraction/Ekstraksi katarak Ekstra Kapsular (ECCE). Di bawah ini adalah

metode yang umum digunakan pada operasi katarak, yaitu ICCE, ECCE dan

phacoemulsifikasi.16

Operasi katarak intrakapsular/ Ekstraksi katarak intrakapsular

Metode yang mengangkat seluruh lensa bersama kapsulnya melalui insisi

limbus superior 140-160 derajat. Metode ini sekarang sudah jarang digunakan.

Masih dapat dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi atau

mudah putus. Keuntungannya adalah tidak akan terjadi katarak sekunder. 2,4,16,17

Meskipun demikian, terdapat beberapa kerugian dan komplikasi post

operasi yang mengancam dengan teknik ICCE. Insisi limbus superior yang lebih

besar 160-180º dihubungkan dengan penyembuhan yang lebih lambat, rehabilitasi

tajam penglihatan yang lebih lambat, angka kejadian astigmatisma yang lebih

tinggi, inkarserata iris, dan lepasnya luka operasi. Edema kornea juga dapat terjadi

sebagai komplikasi intraoperatif dan komplikasi dini.16

Operasi katarak ekstrakapsular

Metode ini mengangkat isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul

lensa anterior, sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui

robekan tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien

dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa okuler

posterior. Keuntungan dari metode ini adalah karena kapsul posterior untuh maka

dapat dimasukan lensa intraokuler ke dalam kamera posterior serta insiden

komplikasi paska operasi (ablasi retina dan edema makula sistoid) lebih kecil jika

dibandingkan metode intrakapsular. Penyulit yang dapat terjadi yaitu dapat timbul

katarak sekunder.2,3,16

Page 14: katarak senilis

Fakoemulsifikasi

Merupakan modifikasi dari metode ekstrakapsular karena sama-sama

menyisakan kapsul bagian posterior. Insisi yang diperlukan sangat kecil yaitu 5

mm yang berguna untuk mempercepat kesembuhan paska operasi. Kemudian

kapsul anterior lensa dibuka. Dari lubang insisi yang kecil tersebut dimasukan alat

yang mampu mengeluarkan getaran ultrasonik yang mampu memecah lensa

menjadi kepingan-kepingan kecil, kemudian dilakukan aspirasi. Teknik ini

bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik dan kebanyakan katarak senilis.

Namun kurang efektif untuk katarak senilis yang padat.

Keuntungan dari metode ini antara lain:

(Insisi yang dilakukan kecil, dan tidak diperlukan benang untuk menjadhit

karena akan menutup sendiri. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya

astigmatisma, dan rasa adanya benda asing yang menempel setelah

operasi. Hal ini juga akan mencegah peningkatan tekanan intraokuli

selama pembedahan, yang juga mengurangi resiko perdarahan.

Cepat menyembuh.

Struktur mata tetap intak, karena insisi yang kecil tidak mempengaruhi

struktur mata. 16,20

Page 15: katarak senilis

2.2.7 Intraokular Lens (IOL)

Setelah pembedahan, pasien akan mengalami hipermetropi karena

kahilangan kemampuan akomodasi. Maka dari itu dilakukan penggantian dengan

lensa buatan (berupa lensa yang ditanam dalam mata, lensa kontak maupun

kacamata). IOL dapat terbuat dari bahan plastik, silikon maupun akrilik.

Untuk metode fakoemulsifikasi digunakan bahan yang elastis sehingga

dapat dilipat ketika akan dimasukan melalui lubang insisi yang kecil.3,22

2.6.5 Komplikasi Katarak

Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena

proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik. 9,16

Fakolitik

- Pada lensa yang keruh terdapat lerusakan maka substansi lensa

akan keluar yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior

terutama bagian kapsul lensa.

- Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior

akan bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang

berfungsi merabsorbsi substansi lensa tersebut.

- Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga

timbul glaukoma.

Page 16: katarak senilis

Fakotopik

- Berdasarkan posisi lensa

- Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut

kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor

aqueaous tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya

tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul glaukoma

Fakotoksik

- Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi

mata sendiri (auto toksik)

- Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang

kemudian akan menjadi glaukoma.

DAFTAR PUSTAKA

1. Setiohadji, B., Community Opthalmology., Cicendo Eye Hospital/Dept of

Ophthalmology Medical Faculty of,Padjadjaran University. 2006.

2. Ilyas, Prof. Sidarta, dr., Sp.M. 2005. Ilmu Penyakit Mata.Jakarta: FKUI

3. Dhawan, Shanjay. Lens and Cataract. Diakses dari internet

http://sdhawan.com/ophthalmology/lens.html tanggal 21 Mei 2006.

4. insight.med.utah.edu. diakses 19 Mei 2006

5. www.onjoph.com diakses 19 Mei 2006

6. www.austenoptometrists.co.uk/images/starcat.j diakses 19 Mei 2006

7. www.opt.indiana.edu/NewHorizons/Graphics/Zonu diakses 19 Mei 2006

8. Bashour, M et al. Cataract, Congenital. Diakses dari internet

http://www.emedicine.com. 21 Mei 2006

9. Wijana, Nana, dr., Ilmu Penyakit Mata. Bandung.

10. dro.hs.columbia.edu/lc1/antpolarb.jpg diakses 19 Mei 2006

11. www.opt.indiana.edu/NewHorizons/Graphics/AntP diakses 19 Mei 2006

12. www.journals.uchicago.edu/AJHG/Journal/issues diakses 19 Mei 2006

13. www.mrcophth.com/cataract/lamellarcataract.jp diakses 19 Mei 2006

14. www.opt.indiana.edu/NewHorizons/Graphics/Sutu diakses 19 Mei 2006

Page 17: katarak senilis

15. www.opt.indiana.edu/riley/HomePage/Congenital diakses 19 Mei 2006

16. Victor V. Cataract Senile (Diambil tanggal 19 mei 2006). Tersedia di :

http://www.emedicine.com

17. Vaughan DG, Asbury T, riordan-Eva P. Oftalmology Umum Edisi 14.

Penerbit Widya medika. Jakarta: 2000.

18. Bradford C. Basic Ophtalmology. 8th Edition. San Fransisco-American

Academy of opthalmology. 2004.

19. AAO. Cataract surgery in special situation. In Basic and clinical science

course : lens and cataract. United State of America. Lifelong Education for

The Ophthalmology (LEO). 2003. p-72-80,187-213.

20. Cataracts. Diambil tanggal 19 Mei 2006). Tersedia di

http://www.nortwesteyeclinic.com

21. www.nei.nih.gov diakses 19 Mei 2006

22. Cataract Surgery (Diambil tanggal 19 mei 2006). Tersedia di

http://en.wikipedia.org/wiki/cataractsurgery

23. Kanski, J. Jack. Lens. InL Clinical Ophthalmology : a systematic

approach, 5th ed. Toronto. Butterworth heinemann. 2003. p 168.

24. Boyd Benjamin, prof, MD, F.A.C.S. Indication for surgery-preoperative

evaluation. Dalam : The Art and The Science of Cataract Surgery.

Colombia. Highlight of Ophthalmology.2001.p11-33

25. Ratnaningsih. N., Penetlaksanaan Katarak Komplikata. Bagian Ilmu

Penyakit Mata FKUP/RS Mata Cicendo.2005