hubungan gaya kepemimpinan demokratis...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATISKEPALA RUANG DENGAN KEPUASAN KERJAPERAWAT DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
Dr. RM. SOEDJARWADI
SKRIPSIDiajukan untuk memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan
Oleh :
Afif Setiawan
NIM: ST13001
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATISKEPALA RUANG DENGAN KEPUASAN KERJAPERAWAT DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
Dr. RM. SOEDJARWADI
SKRIPSIDiajukan untuk memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan
Oleh :
Afif Setiawan
NIM: ST13001
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATISKEPALA RUANG DENGAN KEPUASAN KERJAPERAWAT DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
Dr. RM. SOEDJARWADI
SKRIPSIDiajukan untuk memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan
Oleh :
Afif Setiawan
NIM: ST13001
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat dan karuniaNYA kepada kita semua, Sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian Skripsi yang berjudul “ Hubungan Gaya Kepemimpinan
Demokratis Kepala Ruang dengan Kepuasan Kerja Perawat di RSJD Dr.RM.
Soedjarwadi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah”. Skripsi ini disusun sebagai syarat
yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar kesarjanaan srata satu (S-1) Program
Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Selanjutnya dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis
menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah
membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini yaitu kepada:
1. Dr. Tri Kuncoro, Selaku Direktur RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa
Tengah yang telah berkenan memberikan ijin untuk melakukan penelitian di
RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
2. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta
3. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi S-1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
4. Anita Istiningtyas, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku Pembimbing Utama yang
dengan sabar dan telaten membimbing, memberi saran Peneliti sehingga
akhirnya Peneliti dapat menyelesaikan tugas skripsi ini dengan lancar
5. Alfyana Nadya Rachmawati, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku Pembimbing
Pendamping yang telah berkenan meluangkan waktu diantara kesibukannya
untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam menyusun skripsi ini
6. Istriku Nuk dan my Princess “Salma” yang senantiasa menyemangati peneliti
7. Kepala Ruang dan Rekan-rekan perawat Ruang Geranium yang telah memberi
dukungan
vi
8. Teman-teman seperjuangan Program Transfer S-1 STIKes Kusuma Husada
Surakarta angkatan pertama serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan skripsi ini. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Surakarta, Januari 2015
Penulis
Afif Setiawan
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….... i
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………………. iii
SURAT PERNYATAAN ……………………………………..………………. iv
KATA PENGANTAR………………………………………….……………… v
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… vii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………… ix
DAFTAR SKEMA…………………………………………………………… x
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… xi
ABSTRAK …………………………………………………………………… xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………….. 6
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………… 6
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori………………………………………………… 9
2.2 Penelitian Terkait…………………………………………….. 24
2.3 Kerangka Teori……………………………………………… 26
2.4 Kerangka Konsep………………………………………….. 27
2.5 Hipotesis……………………………………………………. 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan rancangan Penelitian…………………………… 28
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian…………………………… 27
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian……………………………. 30
3.4 Variabel, Definisi Operasional, skala pengukuran……… 31
viii
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data…………… 31
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data………………..… 37
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Analisis Univariat………………………………………… 41
4.2 Analisis Bivariat …………………………………................. 45
BAB V PEMBAHASAN ……………………………………………… 46
BAB VI PENUTUP ……………………………………………….......... 55
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 58
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel
Halaman
2.1 Penelitian Terkait 24
3.1 Data Perawat rawat inap 29
3.2 Sampel Penelitian 30
3.3 Definisi Operasional 31
3.4 Kisi-kisi kuesioner 34
4.1 Distribusi Frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 41
4.2 Distribusi Frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur 42
4.3 Distribusi Frekuensi karakteristik responden berdasarkan pendidikan 42
4.4 Distribusi Frekuensi karakteristik responden berdasarkan masa kerja 43
4.5 Distribusi Frekuensi karakteristik responden berdasarkan gaya kepemimpinan 43
4.6 Distribusi Frekuensi karakteristik responden berdasarkan kepuasan kerja 44
4.7 Hubungan antara gaya kepemimpinan demokratis kepala ruang dengan
Kepuasan kerja perawat 45
x
DAFTAR SKEMA
Nomor Skema Judul Skema
Halaman
2.1 Kerangka Teori 26
2.2 Kerangka Konsep 27
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan
Lampiran
1. Surat Permohonan Studi Pendahuluan
2. Surat Permohonan uji Validitas dan Reliabilitas di RSJD Surakarta
3. Surat Permohonan Ijin Penelitian di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
4. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan dari RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
5. Surat Balasan Uji Validitas dan Reliabilitas dari RSJD Surakarta
6. Surat Balasan Ijin Penelitian dari RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
7. Surat Keterangan Telah melakukan Penelitian dari RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
8. Surat Permohonan Menjadi Responden
9. Surat Persetujuan Menjadi Responden
10. Kuesioner Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Ruang dan Kuesioner
Kepuasan Kerja Perawat
11. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
12. Hasil Uji Karakteristik Responden
13. Hasil Uji Normalitas Data
14. Hasil Tabulasi Data Penelitian
15. Analisa Data
16. Lembar Konsultasi Bimbingan
17. Jadwal Penelitian (POA)
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANSTIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Afif Setiawan
Hubungan Gaya Kepemimpinan DemokratisKepala Ruang Dengan Kepuasan KerjaPerawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Dr. RM. Soedjarwadi
Abstrak
Kepemimpinan adalah aktifitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agarbersedia diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Kepuasan adalah perasaan yangdirasakan oleh seseorang ketika apa yang diinginkan tercapai, kepuasan kerja yangdirasakan perawat diharapkan akan memberikan dampak terhadap kualitas pelayananmereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinandemokratis kepala ruang dengan kepuasan kerja perawat.
Penelitian ini menggunakan desain korelasional. Responden pada penelitian iniadalah 38 perawat yang bekerja di ruang rawat inap RSJD Dr. RM. Soedjarwadi.Pengumpulan data menggunakan instrumen yang terdiri dari kuesioner gayakepemimpinan demokratis 13 pernyataan dan kuesioner kepuasan kerja 9 penyataan.Data yang telah dikumpulkan dianalisis secara univariat dan bivariat. Analisis bivariatmenggunakan kendall’s tau.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa sebagian besar tingkat gaya kepemimpinandemokratis kepala ruang sebanyak 63,2% sedang. Kepuasan kerja perawat sebanyak68,4% cukup puas. Analisa data menggunakan rumus kendall’s tau dihasilkan nilaikoeficien korelasi (r) = 0,616 dan nilai signifikasi (p) = 0,000 < 0,05. Hasil inimenunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara gaya kepemimpinandemokratis kepala ruang dengan kepuasan kerja perawat.
Saran untuk peneliti lain yaitu melakukan penelitian yang lebih spesifik denganfaktor-faktor yang menyebabkan kepuasan kerja.
Kata kunci: kepemimpinan demokratis, kepuasan, perawat.Daftar Pustaka: 32 (2003 -2015)
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCEKUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
Afif Setiawan
Correlation between Democratic Leadership Styleof Head Nurse and Job Satisfaction of Nursesat Dr. RM. Soedjarwadi Psychiatric Hospital
ABSTRACT
Leadership is an activity to influence others’ behaviors so that they arewilling to be directed to reach a certain goal. Satisfaction is the feeling which is feltby someone when what her or his wishes is achieved. The job satisfaction which isfelt by nurses is expected to give impacts on their service quality. The objective of thisresearch is to investigate the correlation between the democratic leadership style ofhead nurse and the job satisfaction of nurses.
This research used the correlational research design. The respondents ofresearch consisted of 38 nurses employed at the inpatient ward of Dr. RM.Soedjarwadi Psychiatric Hospital. The data of research were collected throughquestionnaire of leadership style with 13 statements and that of job satisfaction with9 statements. They were analyzed by using the univariate and bivariate models ofanalyses. The latter was done by using the formula of Kendall’s Tau.
The result of research shows that 63.2% of the respondents said that thedemocratic leadership style of head nurse belonged to the moderate level. Inaddition, 68.4% of the respondents were moderate level for the job satisfaction. Theanalysis with the formula of Kendall’s tau shows that the value of the correlationcoefficient (r) = 0.616 and the significance value (p) = 0.000 which is less than 0.05.Thus, there was a significant correlation between the democratic leadership style ofhead nurse and the job satisfaction of nurses.
Other researchers therefore are suggested to conduct specific researches withthe factors influencing work satisfaction.
Keywords: Democratic leadership, satisfaction, nurses.References: 32 (2003 -2015)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu
lingkungan dimana orang-orang yang bekerja sama didalam suatu
kelompok dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
seefisien mungkin (H.Weihrich dan H. Koontz dalam Suarli dan
Bahtiar, 2009). Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja
melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara profesional (Nursalam, 2013). Fungsi
manajemen keperawatan sejalan dengan fungsi manajemen secara
umum yaitu pengorganisasian, perencanaan, kepemimpinan, dan
pengawasan (Suarli dan Bahtiar, 2009)
Kepemimpinan merupakan kemampuan memberi inspirasi kepada
orang lain untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok, agar dapat
mencapai suatu tujuan umum. Gaya kepemimpinan adalah pola
tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan
organisasi dengan tujuan individu, untuk mencapai suatu tujuan
(Suarli dan Bahtiar, 2009). Berdasarkan kekuasaan dan wewenang
gaya kepemimpinan menurut Gillies (1996) dibagi menjadi empat
yaitu otoriter, demokratis, partisipasif, bebas tindak
(Nursalam, 2013)
2
Hasil penelitian mengenai hubungan gaya kepemimpinan kepala
ruang dengan kepuasan kerja perawat di rumah sakit swasta di
Demak menyimpulkan bahwa mayoritas kepala ruang bergaya
demokratis dan ada hubungan gaya kepemimpinan kepala ruang
dengan kepuasan kerja perawat dengan p-value = 0,005
(Maryanto et all, 2013)
Berdasarkan penelitian tentang pengaruh gaya kepemimpinan
Demokratis terhadap kinerja Paramedis di Rumah Sakit Al-Rohmah
Malang didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh antara gaya
kepemimpinan demokratis terhadap kinerja paramedis Rumah Sakit
Al-Rohmah (Iqbal Ramadhani Fuadiputra, 2013). Gaya
kepemimpinan Demokratis menurut Gilles (1996) adalah
kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemauan setiap staf,
memotivasi kelompok untuk menentukan tujuan sendiri, membuat
rencana dan pengontrolan dalam penerapannya, informasi diberikan
seluas-luasnya (Nursalam, 2013). Kepemimpinan dalam
keperawatan merupakan penerapan pengaruh dan bimbingan yang
ditujukan kepada semua staf keperawatan untuk menciptakan
kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul kesediaan melaksanakan
tugas dalam rangka mencapai tujuan bersama secara efektif dan
efisien. Kepala ruang merupakan pemimpin keperawatan yang
menggunakan proses manajemen untuk mencapai tujuan organisasi /
institusi yang telah ditentukan melalui orang lain.
3
Kondisi kepemimpinan keperawatan berdasarkan hasil penelitian
tentang hubungan kepemimpinan kepala ruang menurut persepsi
perawat terhadap motivasi kerja perawat pelaksana diruang instalasi
rawat inap F BLU RSUP Prof. Dr.R.D. Kandau, Manado didapatkan
hasil bahwa 16,7% adalah kepemimpinan yang tidak baik
(Hana. Y.M, et all, 2013)
Efek dari kepemimpinan kepala ruang yang baik akan
meningkatkan kepuasan kerja perawat, sehingga kalau
kepemimpinan tersebut tidak baik maka akan menurunkan tingkat
kepuasan kerja perawat (Carol. K, 2004). Hal ini sesuai dengan teori
Hasibuan yang menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja salah satunya adalah sikap pemimpin
dalam kepemimpinannya (Malayu.S.P. Hasibuan, 2014)
Peran perawat di dalam ruang inap sebuah rumah sakit sangat
penting karena sebagai ujung tombak dan merupakan tenaga yang
paling lama memberikan pelayananan, sehingga baik buruknya
pelayanan suatu ruang rawat inap rumah sakit akan ditentukan oleh
baik buruknya kerja dari perawat. Ketidakpuasan perawat dapat
berpengaruh negatif terhadap pelayanan yang diberikan kepasien,
tingkat komplain pasien dan mungkin memperpanjang lama hari
rawat pasien (Shui Hui Wang et all, 2003).
Pada bulan Maret 2007 telah dilakukan penelitian pada 1.783
perawat di Amerika Serikat dan Kanada yang rata-rata adalah
4
perawat yang sudah bekerja di rumah sakit selama lebih dari 15
tahun hasilnya menyatakan bahwa 23% cukup tidak puas, dan 9%
sangat tidak puas. Aspek kepemimpinan perawat menempati
ketidakpuasan yang paling besar yaitu 57% perawat tidak puas
dengan gaya kepemimpinan yang ada (Sean P. Clarke, 2007).
Berdasarkan penelitian di Tailand tentang kepuasan kerja perawat
dan persepsi mereka terhadap kepemimpinan kepala ruang di Rumah
Sakit Provinsi Sakaeo, ditemukan bahwa kepuasan kerja perawat
13,79% yang masih rendah (Shui Hui wang. Et all, 2003)
Berdasarkan penelitian tentang kepuasan kerja perawat disuatu
rumah sakit swasta di Jakarta didapatkan hasil bahwa 10,1%
perawat yang tidak puas (Lenny Rosbi Rimbun, 2010). Hasil
penelitian tentang beberapa faktor yang berhubungan dengan
kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa,
Jawa Tengah menunjukan bahwa tingkat kekurang puasan perawat
masih tinggi yaitu 24% merasa tidak puas (Yudi Nur Hidayanto,
2009)
Hasil wawancara dengan perawat pada studi pendahuluan yang
dilakukan peneliti pada tanggal 13 dan 14 September 2014 di Rumah
Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Dr. RM. Soedjarwadi Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah didapatkan data bahwa empat dari sepuluh
perawat merasa tidak puas dengan gaya kepemimpinan yang
diterapkan kepala ruang. Dua staff mengatakan kurang puas dengan
5
sikap kepala ruang yang cenderung suka memerintah, satu staff
kurang puas dengan kesempatan mendapatkan pelatihan, satu staff
kurang puas karena kepala ruang yang tidak mau menerima
pendapat dari orang lain. Masalah tersebut sering terjadi yang
membuat perawat merasa tidak betah sehingga bisa menurunkan
kepuasan kerja yang akan berakibat pada penurunan pelayanan yang
diberikan perawat, dari tujuh kepala ruang yang ada di ruang rawat
inap RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
tiga menganut tipe kepemimpinan demokratis. Pengalaman penulis
selama bekerja di RSJD Dr.RM. Soedjarwadi bahwa ada beberapa
rekan kerja penulis yang kurang puas dengan gaya kebijaksanaan
yang diterapkan kepala ruang, baik masalah cuti, kesempatan untuk
mendapatkan pelatihan, jadwal, tidak mau menerima ide / kritik yang
membangun, cenderung acuh terhadap permasalahan anak buah. Hal
ini menimbulkan rasa malas untuk bekerja dan keinginan untuk
pindah ruang.
Menelaah hal tersebut diatas mendorong penulis untuk meneliti
tentang hubungan gaya kepemimpinan demokratis kepala ruang
dengan kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Dr. RM. Soedjarwadi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
6
1.2 Rumusan Masalah
Kepala Ruang merupakan pemimpin dalam keperawatan,
pemimpin yang demokratis akan menghargai sifat dan kemampuan
stafnya, mendorong ide dari stafnya serta menggunakan seluruh
kemampuannya untuk memotivasi agar stafnya bisa menentukan
tujuan sendiri dan memberikan kesempatan kepada staf untuk
melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Hal ini akan
meningkatkan kepuasan kerja diantara para perawat. Mengingat
peran pentingnya seorang kepala ruang dalam meningkatkan
kepuasan kerja perawat maka penulis dapat merumuskan masalah
penelitian adalah “ apakah ada hubungan antara gaya kepemimpinan
demokratis kepala ruang dengan kepuasan kerja perawat di RSJD
Dr. RM. Soedjarwadi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan gaya kepemimpinan demokratis kepala ruang dengan
kepuasan kerja perawat di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
7
1.3.2 Tujuan Khusus :
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden
2. Untuk mengidentifikasi gambaran gaya kepemimpinan
demokratis kepala ruang di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
3. Untuk mengidentifikasi tingkat kepuasan kerja perawat
4. Untuk menganalisis hubungan gaya kepemimpinan
demokratis kepala ruang dengan kepuasan kerja perawat di
RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Penelitian Bagi RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
Memberikan masukan dalam upaya peningkatan dan
pengembangan keperawatan, sebagai bahan untuk mengambil
kebijakan mengenai cara meningkatkan kepuasan kerja perawat.
2. Bagi perawat RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
Memberikan gambaran seberapa kuat hubungan gaya
kepemimpinan seorang kepala ruang terhadap kepuasan kerja
perawat.
8
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai masukan dalam proses belajar mengajar, terutama
mengenai pentingnya gaya kepemimpinan untuk kemajuan institusi
pendidikan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai dasar / acuan dalam pelaksanaan penelitian selanjutnya
5. Bagi Peneliti
Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman tentang pelaksanaan
penelitian.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori
2.1.1. Manajemen
2.1.1.1. Definisi
Menurut Gilles (1996), diterjemahkan oleh Dika Sukmana dan Rika Widya
Sukmana (1996) manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan menurut Grant dan
Massey (1999), manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan
proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan diorganisasi. Manajemen tersebut
mencakup kegiatan planning, organizing, actualing, controlling (POAC)
terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi
(Nursalam, 2013).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai
satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga
diharapkan keduanya dapat saling mendukung. Proses keperawatan
sebagaimana manajemen keperawatan terdiri atas pengumpulan data,
identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil
(Nursalam, 2013).
10
2.1.1.2. Fungsi Manajemen
Ada empat fungsi manajemen yang utama yaitu :
1. Perencanaan adalah suatu keputusan untuk masa yang akan datang.
Merupakan apa, siapa, kapan, dimana, berapa, dan bagaimana yang akan dan
harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Organisasi merupakan suatu aktifitas dari tata hubungan kerja yang teratur dan
sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Penggerakan adalah melakukan kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar
mau dan suka bekerja dalam rangka menyelesaikan tugas, demi tercapainya
tujuan bersama.
4. Pengawasan adalah suatu proses untuk mengetahui apakah pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan rencana, pedoman, ketentuan, kebijakan, tujuan dan
sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya (Suarli dan Bahtiar, 2009).
Manajemen keperawatan mempunyai fungsi yang sejalan dengan fungsi
manajemen secara umum yaitu pengorganisasian, perencanaan,
kepemimpinan dan pengawasan (Nursalam, 2013).
2.1.2. Kepemimpinan
2.1.2.1 Definisi
Pemimpin memiliki arti pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan
disuatu bidang sehingga ia mampu memengaruhi orang lain untuk bersama-
sama melakukan aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan,
11
sedangkan kepemimpinan dipahami sebagai daya upaya bersama untuk
menggerakan semua sumber dan alat yang tersedia dalam suatu organisasi.
Menurut Thoha (1983), kepemimpinan adalah aktifitas untuk memengaruhi
perilaku orang lain agar bersedia diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.
Kepemimpinan menurut Ngalim Purwanto (1991) merupakan sekumpulan
dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya
kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang
dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan hati,
serta tidak merasa terpaksa. Sukses tidaknya suatu organisasi dalam mencapai
tujuan sangat bergantung pada kemampuan pemimpinnya untuk
menumbuhkan iklim kerja sama dalam menggerakan sumber daya yang ada
sehingga dapat mendayagunakannya dan berjalan secara efektif dan efesien
(Hamdan Dimyati, 2014).
Seorang manajer (pemimpin) keperawatan dituntut untuk merencanakan,
mengorganisasi, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang
tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan
seefisien mungkin bagi individu, keluarga dan masyarakat (Nursalam, 2013).
12
2.1.2.2. Gaya kepemimpinan
Kemampuan sesorang dalam menyelenggarakan berbagai fungsi
manajerial merupakan bukti dari efektivitasnya sebagai seorang pemimpin
sehingga banyak gaya kepemimpinan yang digunakan untuk mengidentifikasi
tipe-tipe kepemimpinan. Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang
dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu,
untuk mencapai suatu tujuan. Dasar yang sering digunakan untuk
mengelompokan gaya kepemimpinan adalah tugas yang harus dilakukan,
kewajiban pemimpin dan falsafah yang dianut oleh pemimpin.
Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan
kekuasaan dibedakan menjadi empat:
1. Gaya kepemimpinan otoriter / diktator / otokratis
Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya pemimpin yang memusatkan
segala keputusan dan kebijakan pada diri pemimpin secara penuh,
berorientasi pada tugas atau pekerjaan. Informasi diberikan hanya pada
kepentingan tugas, motivasi dilakukan dengan imbalan dan hukuman.
Ciri-ciri gaya kepemimpinan otoriter:
a. Wewenang mutlak terpusat pada pimpinan
b. Keputusan dan kebijakan dibuat oleh pemimpin
c. Komunikasi berlangsung satu arah
d. Pengawasan dilakukan sangat ketat
e. Prakarsa dari atas dan tanpa kesempatan kepada bawahan
13
f. Lebih banyak kritik daripada pujian
g. Pimpinan menuntut kesetiaan dan prestasi sempurna
h. Tanggung jawab keberhasilan dipikul oleh pimpinan
(Hamdan Sayuti, 2014).
2. Gaya kepemimpinan Demokratis
Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan
setiap staf, menggunakan kekuasaan posisi dan pribadinya untuk
mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk menentukan tujuan
sendiri. Informasi diberikan seluas-luasnya. Pengimplementasian nilai-nilai
demokratis dalam kepemimpinan dilakukan dengan memberikan
kesempatan yang luas pada anggota organisasi untuk berpartisipasi dalam
setiap kegiatan sesuai posisi dan wewenang masing-masing. Seseorang
pemimpin yang demokratis dihormati, disegani akan tetapi bukan ditakuti.
Ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis
a. Wewenang pimpinan tidak mutlak;
b. Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada
bawahannya;
c. Keputusan dibuat bersama anatara pimpinan dan bawahan;
d. Pengawasan dilakukan secara wajar;
e. Prakarsa dapat datang dari bawahan
f. Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan
pertimbangan;
14
g. Tugas-tugas yang kepada bawahan lebih bersifat permintaan daripada
instruktif;
h. Pujian dan kritik seimbang;
i. Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas
masing-masing;
j. Pimpinan meminta kesetiaan bawahan secara wajar;
k. Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak;
l. Terdapat suasana saling percaya, saling menghormati, dan saling
menghargai;
m. Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung bersama-sama
(Nursalam, 2013).
n. Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan
diambil dengan dorongan dan bantuan dari pimpinan;
o. Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan
kelompok dibuat, dan jika dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis,
pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatip prosedur yang
dipilih;
p. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan
pembagian tugas ditentukan oleh kelompok (Hamdan Dimyati, 2014).
Ada beberapa Kelebihan dan Kekurangan dari tipe kepemimpinan
demokratis:
15
1. Kelebihan :
a. Memberikan kebebasan yang besar kepada kelompok untuk
mengadakan kontrol terhadap supervisor
b. Merasa lebih bertanggung jawab dalam menjalankan pekerjaan
c. Produktifitas lebih tinggi dari apa yang diinginkan dengan catatan bila
situasi memungkinkan
d. Pemimpin dan bawahan dapat saling mengenal lebih dalam tentang
hubungan kemanusiaan, bisa saling mengisi kekurangan
e. Menumbuhkan rasa memiliki karena semua keinginan dan aspirasi
ditampung
f. Pemimpin adalah obyektif atau fact-minded dalam pujian dan
kecamannya dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa
dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan.
2. Kekurangan:
a. Banyak membutuhkan waktu dan koordinasi
b. Membutuhkan waktu yang lama dalam pengambilan keputusan
c. Memberikan persyaratan tingkat kepandaian yang tinggi bagi
pemimpin
d. Diperlukan adanya toleransi yang besar kepada kedua belah pihak
karena jika tidak, dapat menimbulkan kesalah pahaman.
e. Keputusan kadang bukan yang terbaik, akan tetapi yang disukai.
16
3. Gaya kepemimpinan partisipatif
Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin
yang menyampaikan hasil analisa masalah dan kemudian mengusulkan
tindakan tersebut pada bawahannya. Pemimpin meminta saran dan kritik
staf serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulannnya. Keputusan
akhir yang diambil tergantung pada kelompok (Hamdan Dimyati, 2014)
1. Gaya kepemimpinan bebas tindak (Laizes-Faire)
Merupakan gaya kepemimpinan dimana pemimpin memberikan
kebebasan pada keryawan atau kelompok dalam pembuatan
keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut
karyawan paling sesuai, pimpinan hanya merupakan sumber
informasi dan pengendalian secara minimal.
Ciri-ciri gaya kepemimpinan bebas tindak:
a. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu
dengan partisipasi minimal dari pemimpin
b. Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam
penentuan tugas
c. Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pimpinan
yang membuat setiap anggota selalu siap apabila dia akan
memberikan informasi pada saat ditanya.
17
d. Kadang-kadang memberikan komentar spontan terhadap
kegiatan anggota atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai
atau mengatur suatu kejadian (Hamdan Dimyati, 2014).
2.1.2. Kepuasan kerja
2.1.2.1. Definisi
Kepuasan menurut Weihrich dan Koontz (1994) merujuk pada pengalaman
kesenangan atau kesukaan yang dirasakan oleh seseorang ketika apa yang
diinginkan tercapai. Kepuasan kerja pegawai adalah suatu fenomena yang
perlu dicermati oleh pimpinan organisasi. Kepuasan kerja berhubungan erat
dengan dengan kinerja pegawai, seseorang yang puas dalam pekerjaannya
akan memiliki motivasi, komitmen pada organisasi dan partisipasi kerja yang
tinggi, yang pada akhirnya akan terus memperbaiki kinerja mereka. Jika
kepuasan kerja tidak terjaga besar kemungkinan berakibat pada tingginya
keluar masuk (turn over) pegawai, rendahnya produktifitas pegawai, tingginya
kemangkiran dalam pekerjaan, dan rendahnya komitmen pada organisasi
(Lijan Poltak Sinambela, 2012). Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang
menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Kepuasan kerja dalam pekerjaan
merupakan kepuasan kerja yang dinikmati dalam pekerjaan dengan
memperoleh pujian hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan, dan suasana
lingkungan kerja yang baik (Malayu.S.P.Hasibuan, 2014). Menurut Tiffin
(1958) kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap
18
pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerja sama antara pimpinan dengan sesama
karyawan (Edi Sutrisno, 2014).
Berdasarkan berbagai definisi yang dikemukkaan diatas, dapat disimpulkan
secara sederhana bahwa kepuasan kerja adalah perasaan seseorang terhadap
pekerjaannya. Ini berarti bahwa perasaan seseorang terhadap pekerjaan
tentulah sekaligus merupakan refleksi dari sikapnya terhadap pekerjaan. Pada
dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual, setiap
individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan
sistim nilai-nilai yang berlaku dalam dirinya. Ini disebabkan karena perbedaan
pada masing-masing individu. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan
yang sesuai dengan keinginan individu, maka akan semakin tinggi tingkat
kepuasan yang dirasakan, dan sebaliknya.
2.1.2.2. Teori Kepuasan Kerja
Beberapa teori-teori tentang kepuasan kerja (Lijan Poltak Sinambela, 2012):
1. Teori Dua faktor (Two Factor Theory)
Mendeskripsikan bahwa kepuasan dan ketidak puasan merupakan bagian
dari kelompok variabel yang berbeda, yaitu motivator dan hygiene factors.
Umumnya pegawai mengharapkan bahwa faktor tertentu akan memberikan
kepuasan kerja apabila tersedia dan dapat menimbulkan ketidakpuasan apabila
tidak tersedia. Teori ini menghubungkan kondisi disekitar pekerjaan
dilaksanakan seperti kondisi kerja, pengupahan, keamanan, kualitas
19
pengawasan, dan hubungan dengan orang lain, dan bukannya dengan
pekerjaan itu sendiri.
2. Teori Nilai (Value Theory)
Konsep ini terjadi pada tingkatan dimana hasil pekerjaan diterima individu
seperti diharapkan. Semakin banyak orang menerima hasil, maka akan
semakin puas, dan sebaliknya.
3. Teori Keseimbangan (Equity theory)
Teori ini dikemukakan oleh Adam, yang intinya berpendapat bahwa dalam
organisasi harus ada keseimbangan. Adapun komponen dari teori ini adalah
input, outcome, comparison person, equity in equity. Wexley dan Yulk (1977)
mengemukakan bahwa input adalah semua nilai yang diterima pegawai yang
dapat menunjang pelaksanaan kerja. Misalnya pendidikan, pengalaman,
keahlian, usaha dan lain-lain. Outcome adalah semua nilai yang diperoleh dan
dirasakan pegawai misalnya upah, keuntungan tambahan, status symbol,
pengenalan kembali dan lain-lain. Comparison person adalah seorang
pegawai dalam organisasi yang sama, sesorang pegawai dalam organisasi
yang berbeda atau dirinya sendiri dalam pekerjaan sebelumnya. Menurut teori
ini, puas atau tidaknya pegawai merupakan hasil dari perbandingan yang
mereka lakukan antara input-outcome dirinya sendiri dengan perbandingan
inpu-outcome pegawai lain. Jadi, apabila perbandingan tersebut dirasakan
seimbang maka pegawai tersebut akan merasa puas, dan sebaliknya.
20
4. Teori perbedaan (Discrepancy theory)
Teori ini dikemukakan oleh Porter, yang intinya berpendapat bahwa
mengukur kepuasan dapat dilakukan dengan cara menghitung selisih antara
apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan oleh pegawai. Locke
(1960), mengemukakan bahwa kepuasan kerja pegawai bergantung pada
perbedaan antara apa yang didapat dengan apa yang diharapkan oleh pegawai.
Apabila yang didapat lebih besar daripada apa yang diharapkan maka mereka
akan puas, dan sebaliknya.
5. Teori Pemenuhan Kebutuhan (Need Fulfillment Theory)
Menurut Teori ini, kepuasan kerja pegawai bergantung pada terpenuhi atau
tidaknya kebutuhan pegawai. Pegawai akan merasa puas jika mereka
mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Semakin besar kebutuhan pegawai
terpenuhi maka semakin puas pula mereka.
6. Teori Pandangan Kelompok (Social reference Group Theory)
Menurut teori ini kepuasan kerja pegawai bukanlah bergantung pada
pemenuhan kebutuhan saja, akan tetapi sangat bergantung pada pendapat
kelompok yang oleh para pegawai dianggap sebagai kelompok rujukan.
Kelompok rujukan tersebut oleh pegawai dijadikan tolak ukur untuk menilai
dirinya maupun lingkungannya. Para pegawai akan merasa puas jika hasil
kerjanya sesuai dengan minat dan kebutuhan yang diharapkan oleh kelompok
rujukan.
21
7. Teori Dua Faktor
Dikembangkan oleh Frederick Hezberg, ia menggunakan teori Abraham
Maslow sebagai acuannya. Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai
bukanlah bergantung pada pemenuhan kebutuhan saja, akan tetapi sangat
beruntung pada pendapat kelompok yang oleh kepuasan kerja dan
ketidakpuasan kerja adalah dimensi yang terpisah berdasarkan teori Hezberg,
oleh sebab itu pegawai dalam pekerjaannya dapat masuk kedalam berbagai
kombinasi hasil yang positif yang akan membayangi kepuasan kerja yang
tinggi atau ketidakpuasan yang rendah. Kepuasan kerja seseorang
berhubungan timbal balik dengan kepuasan hidup, dimana kepuasan hidup
diperoleh dari faktor kerja sedangkan kepuasan hidup diperoleh dari faktor
non kerja misalnya penghargaan diri, kepuasan keluarga, kedua kepuasan
tersebut akan mempengaruhi kepuasan hidup, yang terlihat dari kesehatan
fisik, kesehatan rohani dan lain-lain (Lijan Poltak Sinambela, 2012).
2.1.2.3. Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah (Gilmer, 1996) :
1. Kesempatan untuk maju.
Merupakan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan
peningkatan kemampuan selama bekerja.
22
2. Kemampuan kerja.
Faktor ini disebut sebagai penunjang kepuasan kerja baik bagi karyawan.
Keadaan yang aman sangat mempengaruhi perasaan karyawan selama
bekerja.
3. Gaji.
Gaji lebih banyak menyebabkan ketidak puasan, dan jarang orang
mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang dia
terima.
4. Perusahaan dan manajemen.
Perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang mampu memberikan
situasi dan kondisi kerja yang stabil. Faktor ini yang menentukan
kepuasan kerja karyawan.
5. Pengawasan.
Sekaligus atasannya, supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dan
turn over.
6. Faktor instrinsik dari pekerjaan.
Atribut yang ada dalam pekerjaan mensyaratkan keterampilan tertentu.
Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas dapat meningkatkan
atau mengurangi kepuasan.
7. Kondisi kerja.
Termasuk di sini kondisi tempat, ventilasi, penyiaran, kantin
23
8. Aspek sosial dalam pekerjaan.
Merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi dipandang
sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak puas dalam kerja.
9. Komunikasi.
Komunikasi yang lancar antar karyawan dengan pihak manajemen banyak
dipakai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya
kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar, memahami, dan mengakui
pendapat ataupun prestasi karyawannya sangat berperan dalam
menimbulkan rasa puas terhadap kerja.
10. Fasilitas.
Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan merupakan
standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa
puas.
Kepuasan kerja dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut (Malayu.S.P. Hasibuan
2014)
1. Balas jasa yang adil dan layak
2. Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian
3. Berat-ringannya pekerjaan
4. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan
5. Sifat pekerjaan monoton atau tidak
6. Sikap pimpinan dalam kepemimpinannya.
24
2.2. Penelitian Terkait
Tabel 2.2.1. Keaslian Penelitian
No Judul NamaPeneliti
Metode Hasil
1.
2.
Hubungan GayakepemimpinanKepala ruangdengan kepuasankerja perawat dirumah sakitswasta di demak
Pengaruh gayakepemimpinanDemokratisterhadap kinerjaparamedis diRumah Sakit Al-Rohmah
Maryanto,et all(2013)
IqbalRamadhan (2013)
Analitikkorelasionaldengan desainCrosssectional
Quantitatifdenganmenggunakansurvey
97% (mayoritas)reponden memilihgayakepemimpinandemokratisdibanding dengangayakepemimpinanyang lain
Bahwa gayakepemimpinandemokratismemiliki pengaruhterhadap kinerjaparamedis.
3HubunganKepemimpinanKepala Ruangmenurut persepsiperawat terhadapmotivasi kerjaperawat pelaksanadiRuang IRNA FBLU RSUPManado
Hana, Met all
(2013)
Deskriptif Bahwa tingkatkepuasan perawat:13% sangat puas,23% cukup puas,32% ragu-ragupuas/tidak, 23%cukup tidak puas,9% sangat tidakpuas
25
No
4.
5
6
Judul
Kepuasan KerjaPerawat dirumahsakit “X” diJakarta
Beberapafaktor yangberhubungandengan dengankepuasan kerjaperawat di RSUDAmbarawa
Job Satisfaction(Survey Report)
NamaPeneliti
LeniRosbiRimbun(2010)
Yudi Nur,H (2009)
Sean P.Clarke(2007)
Metode
Deskriptif
Quantitatifdenganpendekatancross sectional
Survey analitikdenganpendekatancross sectional
Hasil
Bahwa perawatyang beradakategori puasberjumlah 89,9%dan 10,1% yangtidak puas.
Bahwa tingkatkekurangpuasanperawat masihtinggi yaitu 24%,sedangkan 52 %menyatakan cukuppuas dan 24%puas.
Bahwa tingkatkepuasan perawat:13% sangat puas,23% cukup puas,32% ragu-ragupuas/tidak, 23%cukup tidak puas,9% sangat tidakpuas
7 The relationshipbetweenManagerialLeadershipbehaviors andStaff NurseRetension
CarolKleinman
(2004)
Prospective,korelasi
Ada pengaruhantar aktifkepemimpinandengan kepindahanperawat dari rumahsakit satu ke rumahsakit lain
8 Job SatisfactionOff Staff Nurseand TheirPerception onHead NursesLeadership
Shu HuiWang etall (2003)
Deskriptifdenganpendekatancross sectional
Bahwa kepuasankerja perawat:13,11% tinggi,73% sedang dan13,79% rendah
26
Keterangan: : Diteliti
: Tidak diteliti
Skema 2.1 Kerangka Teori
(Nursalam 2013, Suarli & Bahtiar 2009, Gillies 1996, Malayu.S.P. Hasibuan 2014)
Manajemen
Keperawatan
Perencanaan
Pengawasan
Pengorganisasian
Penggerakan
FAKTOR FAKTOR YANGMEMPENGARUHI KEPUASANKERJA :
1. Balas jasa yang adil (Gaji)
2. Penempatan sesuai keahlian
3. Berat-ringannya pekerjaan
4. Kepemimpinan
5. Sifat pekerjaan
6 .Sifat pekerjaan (monoton, social,
kondisi )
7. Kemampuan kerja
8. Kesempatan untuk maju
9. Perusahaan dan manajemen
10. Pengawasan
11. Komunikasi
12. Fasilitas
Kepuasan
kerja
Tipe Gaya Kepemimpinan
1.Demokratis 2.Partisipasif 3. Laizes-Faire 4. Demokratis4. Demokratis
4. Kepemimpinan
27
2.4. Kerangka Konsep
Skema 2.2 Kerangka konsep
2.5. Hipotesis
HA: Ada hubungan antara gaya kepemimpinan demokratis kepala ruang
dengan kepuasan kerja perawat di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
HO: Tidak ada hubungan antara gaya kepemimpinan demokratis kepala ruang
dengan kepuasan kerja perawat di RSJD Dr. RM. Sodjarwadi
Gaya Kepemimpinan
Demokratis Kepala ruang
Kepuasan kerja
Perawat
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional, yang bertujuan
untuk mencari gambaran hubungan antara dua atau lebih variabel penelitian
(Sitiatava. R. 2012). Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan gaya
kepemimpinan demokratis kepala ruang dengan kepuasan kerja perawat di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soejarwadi Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah di Klaten.
3.2 Populasi dan sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah setiap subjek (misalnya manusia) yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perawat yang bekerja di ruang rawat inap dengan kepala ruang
demokratis RSJD Dr. RM. Soedjarwadi.
29
Tabel 3.1 Data Perawat rawat inap
No Nama Ruang Jumlah Perawat1 Dewandaru 122 Edelweis 163 Ivy 104 Flamboyan 135 Geranium 136 Heliconia 137 Camelia 228 ICU 4
Total 103
3.2.2 Sampel
Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling. Teknik sampling adalah proses
menyeleksi populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam,
2005). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di
ruang rawat inap RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan
dalam penelitian ini. Pada penelitian ini menggunakan Purposive Sampling .
Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2010).
30
Kriteria inklusi untuk sampel ini :
1) Perawat yang bekerja di ruangan dengan kepala ruang menganut tipe
demokratis
2) Bersedia untuk menjadi responden
Kriteria eksklusi untuk sampel ini:
1) Perawat yang sedang cuti
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat dan hasil kueisioner
tentang kepemimpinan dari delapan ruang rawat inap di RSJD Dr. RM
Soedjarwadi yang memiliki kepala ruang tipe demokratis ada tiga yaitu dari
ruang Dewandaru, ruang Edelweis dan ruang Ivy.
Tabel 3.2. Sampel penelitian
No Nama Ruang Jumlah Perawat1 Dewandaru 122 Edelweis 163 Ivy 13
Total 38
3.3 Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah di Klaten dari bulan februari sampai bulan juli 2015.
31
3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
Tabel 3.3. Definisi operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Kategori Skala
GayaKepemimpinanDemokratisKepala Ruang(VariabelIndependent)
Kepuasan KerjaPerawat(Variabeldependent)
Adalah: Sikap seorangKepala ruang di RSJD Dr.RM. Soedjarwadi yangmemberikan kesempatankepada stafnya untukberperan aktif dalammencapai tujuan yang telahditetapkan.
Perasaan positif perawatRSJD Dr. RM.Soedjarwadi terhadap hasilatas pekerjaannya
Kuesioner
Kuesioner
1.Baik2. Sedang3. Buruk
1. Puas2. Cukup Puas3. Tidak puas
Ordinal
Ordinal
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1 Alat Penelitian
Alat Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan: Bolpen,
kertas, kuesioner. Kuesioner yang akan digunakan pada penelitian ini terdiri
dari dua buah kuesioner yaitu kuesioner untuk menilai gaya kepemimpinan
demokratis kepala ruang dan kuesioner untuk menilai tingkat kepuasan kerja
perawat.
1) Instrumen untuk gaya kepemimpinan demokratis kepala ruang
Instrumen untuk mengukur gaya kepemimpinan demokratis kepala ruang
memodifikasi dari kuesioner yang dipakai Iqbal Ramadhani (2013) pada
penelitiannya yang berjudul pengaruh gaya kepemimpinan kepala ruang
32
demokratis terhadap kinerja paramedis di Rumah Sakit Al-Rohmah Malang.
Terdiri dari 13 pernyataan favourable dan unfavourable, 9 favourable
(pernyataan mendukung) dan 4 unfavourable (pernyataan tidak mendukung)
dengan alternatif jawabannya menggunakan skala likert yaitu SP (Sangat
Puas), P (Puas), CP (Cukup Puas), TP (Tidak Puas), STP (Sangat Tidak
Puas). Ketentuan untuk pernyataan favourable interpretasi penilaiannya
SP=5, P=4, CP=3, TP=2, STP=1 dan sebaliknya untuk pernyataan
unfavourable SP=1, P=2, CP=3, SP=4, STP=5. Data terlebih dahulu diolah
dengan komputerisasi untuk dicari normalitas datanya, data dikatakan
normal apabila p value ≥ 0,05 atau dengan melihat besarnya nilai signifikasi
(Asym.sig) apabila nilai signifikasi > 0,05 ( : 5%) maka data dalam
distribusi normal. Hasil normalitas data dengan menggunakan Shapiro Wilk
untuk pengkategorian dihasilkan bahwa nilai signifikasi (sig) untuk variabel
gaya kepemimpinan demokratis kepala ruang mempunyai nilai 0,055 yang
berarti memiliki distribusi normal. Pengkategorian gaya kepemimpinan baik,
sedang ataupun buruk menggunakan menggunakan parameter:
a. Kategori baik : bila nilai responden yang diperoleh (X) > mean + SD
b. Kategori sedang : bila nilai mean – SD < X <+ SD
c. Kategori buruk : bila nilai responden yang diperoleh (X) < mean – SD
hasilnya adalah :
33
a. Baik : X > 49,03 + 8,433 atau X > 57,463 = > 57
b. Sedang : 49,03 – 8,433 < X < 49,03 + 8,433 atau 40,597 < X < 57,463 =
41 - 57
c. Buruk : X< 49,03 – 8,433; atau X < 40,597 = < 41
2) Instrumen untuk kepuasan kerja perawat
Peneliti menggunakan kuesioner hasil modifikasi dari berbagai kuesioner
kepuasan kerja berjumlah 9 pernyataan yang berbentuk favourable dan
unfavourable, 6 favourable (pernyataan mendukung) dan 3 unfavourable
(pernyataan tidak mendukung). Ketentuan untuk pernyataan favourable
interpretasi penilaiannya SP=5, P=4, CP=3, TP=2, STP=1 dan sebaliknya
untuk pernyataan unfavourable SP=1, P=2, CP=3, TP=4, STP=5. Data
terlebih dahulu diolah dengan komputerisasi untuk dicari normalitas datanya,
data dikatakan normal apabila p value ≥ 0,05. Hasil normalitas data dengan
menggunakan Shapiro Wilk untuk pengkategorian dihasilkan bahwa nilai
signifikasi (sig) untuk variabel kepuasan kerja perawat mempunyai nilai
0,099 yang berarti memiliki distribusi normal. Pengkategorian gaya
kepemimpinan baik, sedang ataupun buruk menggunakan menggunakan
parameter:
34
a. Kategori baik : bila nilai responden yang diperoleh (X) > mean + SD
b. Kategori sedang : bila nilai mean – SD < X <+ SD
c. Kategori buruk : bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean < – SD
hasilnya adalah :
a. Baik : X > 33,39 + 6,101; atau X > 39,49 = > 40
b. Sedang : 33,39 - 6,101 < X < 33,39 + 6,101; atau 27,289 < X< 39,49
= 27 - 40
c. Buruk : X < 33,39 – 6,101; atau X < 27,289 = < 27
Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner
Komponen ObjekNomor Item
JumlahFavourable Unfavourable
1. Gaya kepemimpinandemokratis kepalaruang
2. Kepuasan kerja perawat
2, 3, 5, 6, 7, 8,9, 11, 12
1, 3, 5, 6, 8 ,9
1, 4, 10, 13
2, 4, 7
13
9Jumlah 17 5 22
3.5.2.1 Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang yang diukur (Notoatmojo, 2010). Untuk mengetahui
35
apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur yang kita ukur,
maka perlu diuji korelasi antara tiap-tiap pertanyaan dengan nilai total
kuisioner tersebut.
Uji validitas menggunakan rumus Pearson product moment : ( )
Keterangan :
= Validitas
N = Jumlah responden
X = Skor rata-rata dari X
Y = Skor rata-rata dari Y
Suatu kuesioner dikatakan valid apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a). Hasil r hitung > r tabel
b). Nilai signifikansi p < 0,005
c). Terdapat tanda bintang(**) (Handoko. R, 2013)
Hasil uji validitas yang dilakukan pada tanggal 26 Januari sampai tanggal
2 Februari 2015 di ruang Samba dan ruang Puntadewa RSJD Surakarta
didapatkan bahwa untuk soal gaya kepemimpinan demokratis kepala ruang
dari 20 pernyataan, valid 17 pernyataan dengan nilai r hitung antara 0,498
35
apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur yang kita ukur,
maka perlu diuji korelasi antara tiap-tiap pertanyaan dengan nilai total
kuisioner tersebut.
Uji validitas menggunakan rumus Pearson product moment : ( )
Keterangan :
= Validitas
N = Jumlah responden
X = Skor rata-rata dari X
Y = Skor rata-rata dari Y
Suatu kuesioner dikatakan valid apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a). Hasil r hitung > r tabel
b). Nilai signifikansi p < 0,005
c). Terdapat tanda bintang(**) (Handoko. R, 2013)
Hasil uji validitas yang dilakukan pada tanggal 26 Januari sampai tanggal
2 Februari 2015 di ruang Samba dan ruang Puntadewa RSJD Surakarta
didapatkan bahwa untuk soal gaya kepemimpinan demokratis kepala ruang
dari 20 pernyataan, valid 17 pernyataan dengan nilai r hitung antara 0,498
35
apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur yang kita ukur,
maka perlu diuji korelasi antara tiap-tiap pertanyaan dengan nilai total
kuisioner tersebut.
Uji validitas menggunakan rumus Pearson product moment : ( )
Keterangan :
= Validitas
N = Jumlah responden
X = Skor rata-rata dari X
Y = Skor rata-rata dari Y
Suatu kuesioner dikatakan valid apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a). Hasil r hitung > r tabel
b). Nilai signifikansi p < 0,005
c). Terdapat tanda bintang(**) (Handoko. R, 2013)
Hasil uji validitas yang dilakukan pada tanggal 26 Januari sampai tanggal
2 Februari 2015 di ruang Samba dan ruang Puntadewa RSJD Surakarta
didapatkan bahwa untuk soal gaya kepemimpinan demokratis kepala ruang
dari 20 pernyataan, valid 17 pernyataan dengan nilai r hitung antara 0,498
36
sampai 0,767 dan r tabel 0,468 untuk 20 responden, sedangkan uji validitas
untuk kepuasan kerja perawat didapatkan bahwa dari 20 pernyataan, valid 15
pernyataan dengan r hitung antara 0,476 sampai 0,823 dan r tabel 0,468
untuk responden 20 orang.
4.5.2.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukan sejauh mana suatu
alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmojo, 2010).
Kuesioner dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data harus dilakukan uji
reliabilitas dengan menggunakan rumus alpha cronbach:
2
2
11
11 t
b
KKr
Keterangan:
r11 = Reliabilitas instrument
K = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal.
2b = Jumlah varians butir
2t = Varians total
Pada penelitian ini hasil uji reliabilitas didapatkan hasil untuk
variabel gaya kepemimpinan demokratis kepala ruang dari 17
pernyataan reliabil 13 pernyataan dengan Alpha Cronbach’s adalah :
37
0,899, sedangkan untuk variabel kepuasan kerja perawat dari 15
pernyataan reliabil 9 pernyataan dengan Alpha Cronbach’s adalah :
0,862. Hal ini yang berarti reliabil atau handal, sehingga kuesionernya
bisa dipakai untuk penelitian.
3.5.5 Cara pengumpulan data
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara
melakukan wawancara dengan beberapa staf dan membagikan kuesioner.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang langsung diambil
dari responden dan data tidak langsung misal jumlah perawat pelaksana
didapatkan dari bagian kepegawaian.
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.6.1 Teknik Pengolahan
Pengolahan data yang telah dikumpulkan dengan cara komputerisasi .
Langkah-langkah data:
a. Editing (Edit data)
Adalah pemeriksaan seluruh pertanyaan yang sudah dijawab wawancara
b. Coding (pengkodean)
Adalah memberi tanda atau simbol untuk memudahkan pengolahan data,
misalkan kategori dalam kuesioner gaya kepemimpinan demokratis Kepala
38
ruang: baik dengan kode (3), sedang ( 2), buruk (1), juga pada kuesioner
kepuasan kerja perawat kategori puas dengan kode (3), cukup puas ( 2),
tidak puas (1). Pada jenis kelamin: laki-laki dengan kode (1),
perempuan (2). Pendidikan : SPK dengan kode (1), DIII (2), S-1
Keperawatan (3), D- IV (4)
c. Tabulating (Tabulasi data)
Adalah memasukan data yang telah diperoleh kedalam bentuk tabel agar
mudah dibaca.
3.6.2 Analisis Data
3.6.2.1 Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk menjelaskan
atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel hasil penelitian, Yaitu
gaya kepemimpinan demokratis kepala ruang, kepuasan kerja perawat
termasuk karakteriktik responden.
3.6.2.2 Analisis Bivariat
Analisis Bivariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan atau korelasi (Notoatmojo, 2010). Pada penelitian
ini analisis bivariat antara gaya kepemimpinan demokratis kepala ruang
dengan kepuasan kerja perawat menggunakan rumus Kendal’s Tau ( )
38
ruang: baik dengan kode (3), sedang ( 2), buruk (1), juga pada kuesioner
kepuasan kerja perawat kategori puas dengan kode (3), cukup puas ( 2),
tidak puas (1). Pada jenis kelamin: laki-laki dengan kode (1),
perempuan (2). Pendidikan : SPK dengan kode (1), DIII (2), S-1
Keperawatan (3), D- IV (4)
c. Tabulating (Tabulasi data)
Adalah memasukan data yang telah diperoleh kedalam bentuk tabel agar
mudah dibaca.
3.6.2 Analisis Data
3.6.2.1 Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk menjelaskan
atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel hasil penelitian, Yaitu
gaya kepemimpinan demokratis kepala ruang, kepuasan kerja perawat
termasuk karakteriktik responden.
3.6.2.2 Analisis Bivariat
Analisis Bivariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan atau korelasi (Notoatmojo, 2010). Pada penelitian
ini analisis bivariat antara gaya kepemimpinan demokratis kepala ruang
dengan kepuasan kerja perawat menggunakan rumus Kendal’s Tau ( )
38
ruang: baik dengan kode (3), sedang ( 2), buruk (1), juga pada kuesioner
kepuasan kerja perawat kategori puas dengan kode (3), cukup puas ( 2),
tidak puas (1). Pada jenis kelamin: laki-laki dengan kode (1),
perempuan (2). Pendidikan : SPK dengan kode (1), DIII (2), S-1
Keperawatan (3), D- IV (4)
c. Tabulating (Tabulasi data)
Adalah memasukan data yang telah diperoleh kedalam bentuk tabel agar
mudah dibaca.
3.6.2 Analisis Data
3.6.2.1 Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk menjelaskan
atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel hasil penelitian, Yaitu
gaya kepemimpinan demokratis kepala ruang, kepuasan kerja perawat
termasuk karakteriktik responden.
3.6.2.2 Analisis Bivariat
Analisis Bivariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan atau korelasi (Notoatmojo, 2010). Pada penelitian
ini analisis bivariat antara gaya kepemimpinan demokratis kepala ruang
dengan kepuasan kerja perawat menggunakan rumus Kendal’s Tau ( )
39
Keterangan :
= Koefisien korelasi Kendal’s Tau yang besarnya (-1 < 0 < 1)
ΣA = Jumlah rangking atas
ΣB = Jumlah rangking bawah
N = Jumlah anggota sampel
Penulis menggunakan rumus Kendal’s Tau karena pada penelitian ini
menggunakan desain korelasi, kemudian pada skala pengukuran kuesioner
keduannya menggunakan skala ordinal, pada subjek yang menilai hanya 1
subjek yaitu perawat (Sugiyono, 2010).
3.6.3 Etika Penelitian
Notoatmojo (2010) menjelaskan bahwa etika penelitian meliputi:
1. Informed consent ( lembar persetujuan ).
Lembar persetujuan disampaikan kepada responden dan dijelaskan maksud
dan tujuan penelitian, setelah responden menyetujui untuk menjadi
responden kemudian diminta untuk menandatangani lembar persetujuan
yang telah disiapkan.
2. Anonimity ( Tanpa nama )
Peneliti menjamin kerahasiaan subjek penelitian, maka dalam lembar
persetujuan maupun lembar kuisioner tidak mencantumkan nama
39
Keterangan :
= Koefisien korelasi Kendal’s Tau yang besarnya (-1 < 0 < 1)
ΣA = Jumlah rangking atas
ΣB = Jumlah rangking bawah
N = Jumlah anggota sampel
Penulis menggunakan rumus Kendal’s Tau karena pada penelitian ini
menggunakan desain korelasi, kemudian pada skala pengukuran kuesioner
keduannya menggunakan skala ordinal, pada subjek yang menilai hanya 1
subjek yaitu perawat (Sugiyono, 2010).
3.6.3 Etika Penelitian
Notoatmojo (2010) menjelaskan bahwa etika penelitian meliputi:
1. Informed consent ( lembar persetujuan ).
Lembar persetujuan disampaikan kepada responden dan dijelaskan maksud
dan tujuan penelitian, setelah responden menyetujui untuk menjadi
responden kemudian diminta untuk menandatangani lembar persetujuan
yang telah disiapkan.
2. Anonimity ( Tanpa nama )
Peneliti menjamin kerahasiaan subjek penelitian, maka dalam lembar
persetujuan maupun lembar kuisioner tidak mencantumkan nama
39
Keterangan :
= Koefisien korelasi Kendal’s Tau yang besarnya (-1 < 0 < 1)
ΣA = Jumlah rangking atas
ΣB = Jumlah rangking bawah
N = Jumlah anggota sampel
Penulis menggunakan rumus Kendal’s Tau karena pada penelitian ini
menggunakan desain korelasi, kemudian pada skala pengukuran kuesioner
keduannya menggunakan skala ordinal, pada subjek yang menilai hanya 1
subjek yaitu perawat (Sugiyono, 2010).
3.6.3 Etika Penelitian
Notoatmojo (2010) menjelaskan bahwa etika penelitian meliputi:
1. Informed consent ( lembar persetujuan ).
Lembar persetujuan disampaikan kepada responden dan dijelaskan maksud
dan tujuan penelitian, setelah responden menyetujui untuk menjadi
responden kemudian diminta untuk menandatangani lembar persetujuan
yang telah disiapkan.
2. Anonimity ( Tanpa nama )
Peneliti menjamin kerahasiaan subjek penelitian, maka dalam lembar
persetujuan maupun lembar kuisioner tidak mencantumkan nama
40
responden. Peneliti hanya mencantumkan jenis kelamin, umur, tingkat
pendidikan dan masa kerja serta menggunakan kode tertentu untuk masing-
masing responden yang berupa nomor urut responden pada waktu
pengambilan data dilakukan.
3. Confidentiality ( Kerahasiaan)
Informasi ataupun masalah-masalah lain yang telah diperoleh dari
responden disimpan dan dijamin kerahasiaannya.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 Februari 2015 sampai tanggal 1 Maret
2015 di ruang Edelweis, ruang Dewandaru dan ruang Ivy RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
Provinsi Jawa Tengah. Didapatkan 38 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.
4.1. Analisis Univariat
4.1.1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan, masa kerja.
a. Jenis Kelamin
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkanjenis kelamin di RSJD. Dr. RM. Soedjarwadi Tahun 2015 ( N=38 ).
No Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase (%)1. Laki-laki 23 60,52. Perempuan 15 39,5
Jumlah 38 100
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar responden
berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 23 orang (60,5%).
42
b. Umur
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkanumur di RSJD. Dr. RM. Soedjarwadi Tahun 2015 ( N=38 ).
No Umur (tahun) Frekuensi Prosentase (%)
1. 21-30 10 26,32. 31-40 18 47,43. 41-50 9 23,74. 51-60 1 2,6
Jumlah 38 100
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar responden
berumur 31-40 tahun yaitu sebanyak 18 orang ( 47,4%). Umur 51-60
tahun sebanyak 1 orang (2,6%).
c. Pendidikan
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkanpendidikan di RSJD. Dr. RM. Soedjarwadi Tahun 2015 (N=38).
No Pendidikan frekuensi Prosentase (%)1. SPK 2 5,32. DIII Keperawatan 26 68,43. S1 Keperawatan (Ners) 8 21,14. D-IV 2 5,3
Jumlah 38 100
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar responden
berpendidikan Diploma III keperawatan sebanyak 26 orang ( 68,4%).
43
d. Masa Kerja
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkanmasa kerja di RSJD. Dr. RM. Soedjarwadi Tahun 2015 (N=38).
No Masa kerja (tahun) frekuensi Prosentase (%)1. 1-10 23 60,72. 11-20 9 23,73. 21-30 5 13,24. 31-40 1 2,6
Jumlah 38 100
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa sebagian besar responden
mempunyai masa kerja 1-10 tahun sebanyak 23 orang (60,7%).
e. Gaya kepemimpinan demokratis kepala ruang
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkangaya kepemimpinan demokratis kepala ruang di RSJD. Dr. RM.
Soedjarwadi Tahun 2015 (N=38).No Kategori frekuensi Prosentase (%)1. Baik 6 15,82. Sedang 24 63,23. Buruk 8 21,1
Jumlah 38 100
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian besar responden
mempunyai kategori gaya kepemimpinan demokratis sedang yaitu
sebanyak 24 orang (63,2%).
44
f. Kepuasan kerja perawat
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkankepuasan kerja perawat di RSJD. Dr. RM. Soedjarwadi
Tahun 2015 (N=38).
No Kategori frekuensi Prosentase (%)1. Puas 6 15,82. Cukup puas 26 68,43. Tidak Puas 6 15,8
Jumlah 38 100
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa sebagian besar responden
mempunyai kategori kepuasan kerja cukup puas yaitu sebanyak 26
orang (68,4%).
45
4.2 Analisis bivariat
4.2.1 Hubungan antara gaya kepemimpinan demokratis kepala ruang dengan
kepuasan kerja perawat
Tabel 4.7 Hubungan antara gaya kepemimpinan demokratis kepala ruangdengan kepuasan kerja perawat di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
Tahun 2015 (N=38).
Variabel N r hitung p
Gaya kepemimpinan * kepuasan kerja 38 0,616 0,000
Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan bahwa nilai signifikasi (p) value yaitu
0,000 yang berarti bahwa p < 0,05 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak
yang berarti ada korelasi atau hubungan yang signifikan antara gaya
kepemimpinan demokratis kepala ruang dengan kepuasan kerja perawat di
RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan
nilai koefisien korelasi sebesar 0,616. Berdasarkan nilai korelasi, 0,616
berada pada korelasi tingkat kuat. ( Sugiyono, 2010).
46
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini mendapatkan beberapa karakteristik responden diantaranya yaitu
jenis kelamin, umur, pendidikan dan masa kerja. Semua responden mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda, dari 38 responden mempunyai karakteristik jenis
kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan yaitu 23 orang (60,5%), sebagian
besar responden berumur 31- 40 tahun yaitu 18 orang (47,4%), berpendidikan
Diploma III yaitu 26 orang (68,4%), mempunyai masa kerja 1-10 tahun yaitu 23
orang (60,7%), mayoritas gambaran pemimpin sedang yaitu 24 orang (63,2%) dan
kepuasan kerja cukup puas yaitu 26 orang (68,4%). Terdapat hubungan yang
signifikan antara gaya kepemimpinan demokratis kepala ruang dengan kepuasan kerja
perawat dengan nilai koefisien korelasi 0,616 dan signifikasi 0,000.
5.1. Karakteristik responden
5.1.1. Jenis kelamin
Distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan jenis kelamin diperoleh
bahwa laki-laki lebih banyak dari perempuan sebanyak 23 orang atau 60,5%.
Rumah sajit jiwa daerah Dr. RM. Soedjarwadi memiliki tiga bangsal khusus
untuk penderita sakit jiwa, dua diantaranya untuk pasien laki-laki. Hal ini
dikarenakan penderita laki-laki lebih banyak dari yang perempuan. Menurut
data dari bagian catatan medik pada tahun 2014, jumlah pasien dengan
47
gangguan jiwa sebanyak 720 orang, sebanyak 240 orang adalah perempuan,
sedangkan 480 orang adalah laki-laki. Kondisi pasien laki-laki yang lebih
banyak dari pasien perempuan, tugas perawat dengan pasien gangguan jiwa
lebih beresiko cidera fisik sehingga diperlukan perawat yang ketahanan
fisiknya lebih bagus, dalam pengertian disini adalah keumuman bahwa laki-
laki memiliki ketahanan fisik lebih bagus daripada perempuan, ini menuntut
dibutuhkannya tenaga perawat laki-laki yang lebih banyak pula.
Laki-laki lebih menerima keadaan dan tidak menuntut sesuatu diluar
kemampuannya sehingga menjadikan laki-laki lebih puas dengan apa yang
diterimanya. Hasil penelitian berjudul tingkat kepuasan kerja perawat di
Instalasi rawat inap RSUD Pasaman Barat menunjukan bahwa kepuasan kerja
responden laki-laki lebih tinggi sebesar 59,64% dibanding responden
perempuan ( Mipratul Muslim, 2010).
5.1.2. Umur
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur didapatkan
bahwa sebagian besar responden berumur 31- 40 tahun yaitu 18 orang
(47,4%), sedangkan satu orang (2,6%) berumur 51-60 tahun. Rsjd Dr. Rm.
Soedjarwadi merupakan rumah sakit milik pemerintah provinsi Jawa Tengah,
dimana mayoritas pegawainya adalah Pegawai Negeri Sipil. Umur maksimal
bisa bekerja sebagai PNS adalah 58 tahun, sehingga rata-rata umur
pegawainya dibawah 40 tahun. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa umur
responden mayoritas masih muda dan usia produktif. Individu di usia
48
produktif mampu mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki untuk
menghasilkan suatu hasil pekerjaan atau kegiatan. Individu akan menunjukan
jati dirinya untuk mendapatkan pengakuan di lingkungan kerjanya bahwa usia
muda juga mempunyai kemampuan berkarya, sebab diusia produktif individu
tidak mudah puas dengan apa yang telah diperoleh melalui pekerjaanya. Salah
satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah umur. Karyawan yang
masih muda akan menuntut kepuasan kerja yang tinggi, sedangkan karyawan
tua tuntutan kepuasan kerjanya relatif rendah. Karyawan tua cenderung
mencari aman dan mudahnya di dalam menjalankan tugas, demikian juga
dengan tingkat kepuasan biasanya seseorang akan merasa puas dengan apa
yang sudah didapat saat itu ( Malahayu Hasibuan, 2014).
5.1.3. Tingkat pendidikan
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat
pendidikan diperoleh bahwa sebanyak 26 orang (68,4%) adalah Diploma III
keperawatan, Sarjana Keperawatan sebanyak delapan orang (21,1%) dan
Sekolah Perawat Kesehatan sebanyak dua orang (5,3%). Hal ini
menggambarkan bahwa kebutuhan RSJD Dr. RM. Soedjarwadi dalam hal
kepegawaian lebih banyak menggunakan tenaga perawat lulusan Diploma III
Keperawatan, karena sesuai dengan kebijakan pimpinan untuk meningkatkan
profesionalisme kerja pegawai dan sejalan dengan misi dari RSJD yaitu
meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia sehingga sebagian besar
perawat yang ada adalah lulusan diploma III keperawatan.
49
Semakin tinggi pendidikan akan semakin tinggi keinginan untuk
memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilan, juga akan memiliki
kecenderungan untuk melakukan tuntutan, juga harapan yang lebih tinggi
(Nawawi, 2011). Orang dengan pendidikan rendah jarang memikirkan sesuatu
diluar daya nalarnya, sedangkan orang dengan pendidikan lebih tinggi
cenderung memenuhi kebutuhannya sesuai dengan daya nalarnya yang tinggi
akibat pengaruh tingkat pendidikannya yang tinggi. Sehingga orang dengan
tingkat pendidikan lebih tinggi maka kepuasan kerjanya akan lebih rendah
dari orang dengan pendidikan lebih rendah (Barata, 2006). Hal ini sesuai
dengan penelitian tentang hubungan karakteristik perawat, isi pekerjaan dan
lingkungan pekerjaan terhadap kepuasan kerja perawat di IRNA RSUD
Gunung Agung Cirebon yang mendapatkan hasil bahwa karyawan dengan
pendidikan lebih rendah mendapatkan kepuasan kerja lebih tinggi dari yang
berpendidikan tinggi (Dewi Basamala Gatot, 2005)
5.1.4. Masa kerja
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan masa kerja
diperoleh bahwa sebagian besar mepunyai masa kerja 1-10 tahun yaitu 23
orang (60,7%). Rumah sakit jiwa daerah Dr. RM. Soedjarwadi dalam
beberapa tahun ini mengalami perkembangan yang lumayan pesat, hal ini
dibuktikan dengan bertambahnya ruang rawat inap. Bertambahnya ruang
rawat inap tersebut berarti membutuhkan banyak perawat baru. RSJD Dr. RM.
Soedjarwadi telah beberapa kali mengadakan tes seleksi penerimaan pegawai
50
baru untuk ditempatkan di ruang rawat inap tersebut, sehingga kebanyakan
perawat memiliki masa kerja dibawah 10 tahun.
Masa kerja erat hubungannya dengan pengalaman, kepercayaan diri yang
tinggi, pemahaman job description yang lebih baik. Sikap tersebut sangat
diperlukan untuk menjadi pemimpin yang baik, yang bisa memotivasi,
membimbing, mengarahkan pegawainya. Karyawan dengan masa kerja yang
sudah lama, disamping mempunyai pengalaman, kepercayaan diri yang tinggi,
pemahaman job descrpsion lebih baik, mereka juga menerima imbalan yang
sesuai dengan harapan mereka. Ini akan meningkatkan kepuasan kerja
karyawan dengan masa kerja lebih banyak. Hal ini sesuai dengan penelitian
dengan judul pengaruh iklim organisasi dan pengembangan karir terhadap
kepuasan kerja, didapatkan hasil bahwa karyawan dengan masa kerja lebih
banyak mendapatkan kepuasan kerja lebih tinggi (Natasya Ayurdini, 2007).
5.2. Gambaran gaya kepemimpinan demokratis kepala ruang
Penelitian ini memperoleh data bahwa mayoritas gaya kepemimpinannya
adalah sedang yaitu 24 orang (63,2%), artinya bahwa gaya kepemimpinan
yang ada di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi cukup baik. Gaya kepemimpinan
demokratis merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan
staf, menggunakan kekuasaan posisi untuk mendorong ide dari staf,
memberikan informasi seluas-luasnya. Diantara ciri-ciri gaya kepemimpinan
demokratis yang sudah terlihat pada kepala ruang di RSJD
51
Dr. RM. Soedjarwadi adalah adanya pelimpahan sebagian wewenang kepada
bawahan, keputusan dibuat secara musyawarah, prakarsa dapat datang dari
bawahan, pengawasan tidak ketat. Namun ada beberapa yang belum dilakukan
oleh kepala ruang diantaranya belum meratanya kesempatan untuk
mendapatkan pelatihan, kritik yang lebih banyak diberikan daripada pujian,
ketidak bebasan memilih kelompok bekerja yang merupakan bukti yang
nampak pada gaya kepemimpinan di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi, sehingga
menyebabkan gaya kepemimpinan hanya pada kategori sedang.
Pemimpin dalam melaksanakan tugas tersebut seorang dipengaruhi oleh
banyak faktor diantaranya: kematangan, kecerdasan, motivasi dan hubungan
manusiawi. Faktor kematangan diantaranya adalah jenis kelamin dan usia
yang tidak terlalu muda juga tidak terlalu tua, yang memiliki kematangan dan
kestabilan emosi, sedangkan faktor kecerdasan diantaranya adalah kecerdasan
berfikir yang biasanya berhubungan dengan tingkat pendidikan (Erlangga
Bahtera, 2013).
5.3. Tingkat kepuasan kerja perawat
Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa kepuasan kerja perawat adalah
cukup puas yaitu 26 orang (68,4%). Berdasarkan data-data yang ada bahwa
mayoritas responden adalah laki-laki yang menerima keadaannya, tidak
menuntut sesuatu melebihi kemampuannya, berusia 30-40 tahun dimana
mereka cukup merasa puas dengan apa yang didapatkannya, mempunyai
52
pendidikan Diploma III dimana mereka menerima apa yang sudah
didapatkan, memperoleh upah sesuai pekerjaannya, suasana lingkungan
kerja yang baik, dan perlakuan yang baik. Perawat RSJD Dr. RM.
Soedjarwadi masih kurang mendapatkan pujian atas hasil kerja mereka,
penempatan yang tidak sesuai dengan keahlian, kurangnya kesempatan
untuk maju, belum meratanya kesempatan untuk memperoleh pelatihan
sehingga menyebabkan kepuasan perawat di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
cukup puas atau sedang. Sejalan dengan penelitian ini didapatkan pada hasil
penelitian dengan judul hubungan beberapa karakteristik individu dengan
kepuasan kerja pada perawat RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang
dimana dihasilkan kepuasan kerja sebagian besar sedang sebesar 37,3%
(Wijanarko, 2005)
5.4. Hubungan gaya kepemimpinan demokratis kepala ruang dengan kepuasan kerja
perawat.
Berdasarkan uji analisis variabel bebas dan variabel terikat dengan
menggunakan korelasi kendall’s tau diperoleh nilai koefisien korelasi
(r) = 0, 616 dan nilai signifikasi = 0,000 yaitu lebih kecil dari nilai yang
dipakai 0,05 sehingga HA diterima dan HO ditolak atau ada korelasi atau
hubungan yang bermakna antara variabel gaya kepemimpinan demokratis
kepala ruang dengan variabel kepuasan kerja perawat. Arah korelasi ini yaitu
positif yang berarti bahwa gaya kepemimpinan demokratis kepala ruang yang
53
semakin baik akan meningkatkan kepuasan kerja perawat. Berdasarkan nilai
korelasi menurut Sugiyono bahwa nilai koefisien korelasi 0,616 berada pada
korelasi tingkat kuat (Sugiyono, 2010). Menurut Tifin bahwa kepuasan kerja
berhubungan erat dengan kerja sama antara anak buah dengan pimpinan,
semakin baik kerja sama yang dilakukan oleh pimpinan maka akan semakin
baik kepuasan kerja anak buahnya (Edi Sutrisno, 2014). Hal ini juga
didukung oleh Hasibuan yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja adalah sikap pemimpin dalam
kepemimpinannya, artinya bahwa sikap dari pemimpin yang ramah, mengerti
akan pegawainya, adil akan dapat meningkatkan kepuasan kerja pegawainya
(Malahayu Hasibuan, 2014).
Adanya korelasi yang signifikan tersebut didukung oleh penelitian yang
berjudul hubungan gaya kepemimpinan demokratis dengan kinerja perawat,
yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gaya
kepemimpinan demokratis dengan kinerja perawat. Dalam penelitian tersebut
sejalan dengan penelitian ini bahwa semakin baik gaya kepemimpinan
demokratis semakin tinggi pula kepuasan kerja perawat (Iqbal Ramadhani,
2013). Penelitian lain yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang
berjudul hubungan gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja,
menyimpulkan bahwa ada hubungan positif yang bermakna antara gaya
kepemimpinan dengan kepuasan kerja (Yudi Nurhidayanto, 2009). Senada
dengan penelitian ini, penelitian dengan judul pengaruh gaya kepemimpinan
54
terhadap kepuasan kerja membuktikan bahwa ada pengaruh positif dan
signifikan antara gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja
(Lina Nur Hidayati, 2006).
55
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Hasil penelitian tentang hubungan gaya kepemimpinan demokratis kepala
ruang dengan kepuasan kerja perawat di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi
Jawa Tengah dan pembahasannya telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti
dapat menarik kesimpulan :
6.1.1. Didapatkan beberapa karakteristik responden di RSJD Dr. RM.
Soedjarwadi yaitu jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan
yaitu 23 orang (60,5%), sebagian besar responden berumur 31- 40 tahun
yaitu 18 orang (47,4%), berpendidikan DIII Keperawatan yaitu 26 orang
(68,4%) dan mempunyai masa kerja 1-10 tahun yaitu 23 orang (60,7%).
6.1.2. Tingkat gaya kepemimpinan demokratis di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
Provinsi Jawa Tengah mempunyai kategori sedang sebesar 63,2%
6.1.3. Kepuasan kerja perawat di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa
Tengah mempunyai kategori cukup puas sebesar 68,4%
6.1.4. Ada hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan demokratis
kepala ruang dengan kepuasan kerja perawat di RSJD Dr. RM.
Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
56
6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka disarankan beberapa hal
seperti di bawah ini :
5.2.1. Bagi Institusi Rumah Sakit Jiwa dr. RM. Soedjarwadi
Diharapkan dapat memberikan pelatihan tentang kepemimpinan terutama
kepada kepala ruang dan calon kepala ruang sehingga mampu
meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang gaya kepemimpinan
yang baik sehingga kebijakan yang dibuat mampu meningkatkan
kepuasan kerja perawat, yang merupakan ujung tombak pelayanan kepada
pasien.
5.2.2. Bagi perawat
Diharapkan perawat mendukung kepemimpinan demokratis dengan cara
berusaha menerapkan semua ciri kepemimpinan demokratis sehingga
mampu meningkatkan gaya kepemimpinannya.
5.2. 3. Bagi peneliti lain
Peneliti lain diharapkan untuk dapat melakukan penelitian yang lebih
spesifik, dengan faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan kepuasan
kerja perawat seperti faktor jenis kelamin, gaji yang diterima, kesempatan
mendapatkan pendidkan dan pelatihan serta membandingkan antara
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan non PNS.
57
5.2.4. Bagi ilmu keperawatan
Diharapkan penelitian ini bisa menjadikan dasar ditemukannya faktor-
faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja perawat yang baru,
menjadikan ilmu keperawatan semakin kaya akan hasil penelitian
sehingga bisa menjadikan profesi keperawatan lebih maju.
58
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek(edisi revisi). Jakarta : Rineka Cipta
Bactiar, Y. & Suarli,S. (2009). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Erlangga.
Barata, A. A (2006). Dasar-dasar pelayanan Prima. Jakarta: PT. Elek MediaKomputindo.
Bayu, Lendra. (2013). Kenapa Pemimpin Harus laki-laki.Http://politik.kompasiana.com/2013/10/7. Tanggal akses 29 mei 2015.
Basamala, Dewi. (2009). Hubungan Karakteristik Perawat, isi pekerjaan danLingkungan Pekerjaan terhadap Kepuasan Kerja Perawat di IRNA RSUDGunung Jati Cirebon. http://staf.blog.ui.ac.id.wika.a/files/2009. Tanggal akses1 juni 2015
Clarke, Sean, P. (2007). Job satisfaction (Survey Report),http:www.nursing2007.com. Tanggal akses 20 September 2014.
Dahlan, Sopiyudin. M. (2014). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan.Jakarta: Salemba Medika.
Dimyati, Hamdan. (2014) Model Kepemimpinan dan Sistem PengambilanKeputusan. Bandung: Pustaka Setia.
Endarerawati, Susi. (2009). Kepuasan kerja pada guru ditinjau dari jenis kelaminkepala sekolah. Http:ejurnal.gunadarma.ac.id/index.php/psiko/article/download/Diakses tanggal 30 mei 2015.
Fahrial, Ari (2012). Berapa Usia Ideal Untuk Menjadi Pemimpin Bangsa.https://staff.blog.ui.ac.id/ari.fahrial/2012/04/18/berapa-usia-ideal-untuk-pemimpin-bangsa-dokterari/. Diakses tanggal 13 Juni 2015.
Fatmawati, Anita. (2013). Cara Menguji Normalitas Data dengan SPSS.Http:freyadunk.wordpress.com/2013/03/24/cara-menguji-normalitas-datadengan-spss/. Tanggal akses 7 januari 2015.
Fuadiputra, Iqbal.P. (2013) Pengaruh Gaya kepemimpinan Demokratis terhadapKinerja Paramedis di Rumah Sakit Al-Rohmah.http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/1292.Tanggal akses 20September 2014.
59
Hasibuan, Malayu.S.P. (2014). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: BumiAksara.
Hidayanto, N. (2005). Skripsi: Beberapa faktor yang berhubungan dengankepuasan kerja perawat di RSUD Ambarawa, Yogyakarta: Program Studi IlmuKeperawatan UGM.
Kleinman, Carol. (2004) The Relationship between Managerial LeadershipBehaviors and Staff Nurse Retension.JournalProquestNursing and Allied HealthSource,82:4.
Maryanto, Et all. (2013) Hubungan Gaya kepemimpinan Kepala ruang dengankepuasan kerja perawat di rumah sakit swasta di demak. Journal ManajemenKeperawatan,1:2.http://brilian.unimus.ac.id/ojsunimus/index.php/jmk/article/view/0111/1060. Tanggal akses 20 September 2014.
Muhammad, Hanna.Y. (2013). Hubungan Kepemimpinan Kepala Ruang menurutpersepsi perawat terhadap motivasi kerja perawat pelaksana diRuang IRNA FBLU RSUP Prof. dr. R.D. Kandau Manado.ejournalkeperawatan,1:1. Tanggalakses 7 Oktober 2014
Muslim, Mipratul. (2010). Tingkat Kepuasan Kerja Perawat di Instalasi RawatInap RSUD Pasaman Barat. http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/JURNAL-TESIS-MIPRATUL-MUSLIM.pdf. Diaksestanggal 24 juni 2015.
Narsim. (2008). Pengaruh Motivasi, Kemampuan Kerja dan Pendidikan Formalterhadap Kinerja Pegawai.https://www.academia.edu/4083100/Pengaruh_Motivasi_Kerja_Kemampuan_Kerja_Dan_Tingkat_Pendidikan_Formal_Terhadap_Kinerja_Pegawai_Di_Dinas_Pariwisata_Kabupaten_Cilacap. Tanggal akses 13 Juni 2015.
Nawawi. (2011). Manajemen Sumber Daya manusia untuk Bisnis yangKompetitif. Yogyakarta: Gajahmada University Press.
Notoatmojo, Soekijo. (2010).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta.
Nurhidayati, Nur. (2006). Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap KepuasanKerja Karyawan. http:staff.uny.ac.id/sites/penelitian/arum/damayanti. Tanggalakses 29 mei 2015.
Nursalam. (2005). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian IlmuKeperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. (2013). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
60
Putra, Sitiatava, R. (2012). Panduan Riset Keperawatan dan Penulisan Ilmiah.Jogyakarta: D-Medika.
Rimbun, Lenny, R. (2013). Kepuasan Kerja Perawat di rumah sakit “X” diJakarta. http://edukasi.kompasiana.com/2013/08/22/kepuasan kerja perawat.Tanggal akses 10 Oktober 2014
Riwidikdo, Handoko. (2013). Statistik Kesehatan dengan Aplikasi Spss dalamProsedur Pelatihan. Yogyakarta: Rohima Press.
Sinambela, Lijan, P. (2012). Kinerja Pegawai: Teori Pengukuran dan Implikasi.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta.
Sutrisno, Edi. (2014) Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Prenada MediaGrup
Suyanto. (2011). Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta:Nuha Medika
Wang, Shu,H, et all. (2003). Job Satisfaction off staff nurse and their perceptionon head hurses leadership. Journal of PublicHealth and Development,11:1
Wijanarko (2005). Hubungan Beberapa Karakteristik Individu Dengan KepuasanKerja Pada Perawat Di Rsjd Dr. Amino Gondohutomo Semarang.Http:/eprints.undip.ac.id/7160/ . Tanggal akses 3 Juli 2015.