glaukoma 2

25
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tentang Glaukoma. Dalam laporan ini telah akan dibahas tentang penyakit yang berhubungan dengan glaukoma baik definisi, penyebab, mekanisme, gejala serta komplikasi dari diagnosis penyakit glaukoma tersebut, karenanya laporan ini sangat berguna untuk penulis maupun pembaca. Penulis berterima kasih kepada dr. Hj. Ratna Mahyudin Sp.M sebagai pembimbing dan rekan sejawat yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Dalam membuat laporan ini, kami mengambil sumber-sumber dari buku ajar, slide, atlas dan internet sehingga kami mendapatkan informasi-informasi yang kami butuhkan dalam laporan ini. Kami menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Wr.Wb Jakarta, Juli 2008 Penyusun

Upload: dian-mita

Post on 15-Jan-2016

251 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mata,glaukoma

TRANSCRIPT

Page 1: glaukoma 2

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat

menyelesaikan laporan tentang Glaukoma.

Dalam laporan ini telah akan dibahas tentang penyakit yang berhubungan dengan glaukoma

baik definisi, penyebab, mekanisme, gejala serta komplikasi dari diagnosis penyakit glaukoma

tersebut, karenanya laporan ini sangat berguna untuk penulis maupun pembaca.

Penulis berterima kasih kepada dr. Hj. Ratna Mahyudin Sp.M sebagai pembimbing dan rekan

sejawat yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Dalam membuat

laporan ini, kami mengambil sumber-sumber dari buku ajar, slide, atlas dan internet sehingga kami

mendapatkan informasi-informasi yang kami butuhkan dalam laporan ini.

Kami menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan

saran dari pembaca.

Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jakarta, Juli 2008

Penyusun

Page 2: glaukoma 2

BAB I

PENDAHULUAN

Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh tingginya tekanan bola

mata sehingga menyebabkan rusaknya papil saraf optik yang membentuk bagian-bagian retina

retina dibelakang bola mata. Saraf optik menyambung jaringan-jaringan penerima cahaya (retina)

dengan bagian dari otak yang memproses informasi pengelihatan.

Di Indonesia, glaukoma diderita oleh 3% dari total populasi penduduk. Umumnya

penderita glaukoma telah berusia lanjut. Pada usia diatas 50 tahun, tingkat resiko menderita

glaukoma meningkat sekitar 10%. Hampir separuh penderita glaukoma tidak menyadari bahwa

mereka menderita penyakit tersebut.

Glaukoma adalah salah satu penyebab utama kebutaan dan rusaknya penglihatan di seluruh

belahan dunia. 2 tipe glaukoma yang paling sering adalah Primary Open Angle Glaucoma

(POAG)/glaukoma sudut terbuka dan Acute/chronic closed angle glaucoma/ glaukoma  sudut

tertutup. Tipe lain termasuk diantaranya Normal Tension Glaucoma, congenital glaucoma,

pigmentary glaucoma dan secondary glaucoma.

Pada kebanyakan kasus, peningkatan tekanan di dalam bola mata menjadi faktor resiko

terpenting sebagai penyebab glaukoma. Bila tekanan tersebut melampaui batas toleransi ketahanan

sel-sel syaraf optik maka sel-sel tersebut akan mati dan berakibat hilangnya sebagian atau

keseluruhan penglihatan.

Kebutaan akibat glaukoma bersifat irreversibel/menetap tidak seperti kebutaan karena

katarak yang dapat diatasi setelah dilakukan operasi pengambilan lensa katarak. Jadi usaha

pencegahan kebutaan pada glaukoma bersifat prevensi/pencegahan kebutaan dengan jalan

menemukan dan mengobati/ menangani penderita sedini mungkin. Sayangnya tidak mudah untuk

menemukan glaukoma dalam stadium awal karena sebagian besar kasus glaukoma awal tidak

memberikan gejala yang berarti bahkan asimptomatik, kalaupun ada gejala biasanya hanya berupa

rasa tidak enak di mata, pegal-pegal di mata atau sakit kepala separuh yang ringan.  Gejala-gejala

tersebut tidak menyebabkan penderita memeriksakan ke dokter atau paramedis. Disamping

ketidaktahuan penderita tentang penyakitnya maka peranan tenaga medis dalam mendiagnosis

glaukoma awal juga perlu mendapat perhatian, sehingga dapat menemukan glaukoma dalam

stadium dini.

Page 3: glaukoma 2

  BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI

A. Anatomi Sudut Filtrasi

Terdapat dalam limbus

Dibatasi oleh garis yang menghubungkan akhir membran Descemet (Schwalbe

line) dengan membran Bowman

Mengelilingi kanal schlemn dan Trabekula sampai BMD

Dalam stroma terdapat serabut saraf dan akhir A.Siliaris anterior

Trabekula terdiri atas :

a) Trabekula Korneoskleral

Serabutnya berasal dari stroma kornea ke belakang dan mengelilingi kanal

schlemn berinsersi di sklera

b) Trabekula Uveal

Berasal dari stroma kornea ke skleralspur (insersi m.siliaris) dan sebagian

ke m. siliaris meridional

c) Schwalbe line menuju ke jaringan pengikat m.siliaris radialis dan sirkularis

d) Ligamentum pektinatum rudimenter

Berasal dari permukaan anterior iris menuju kedapan trabekula

B. Fisiologi

Komposisi Humor Aqueus

Humor aqueus adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior dan

posterior mata. Volumenya adalah sekitar 250ul, dan kecepatan pembentukannya, yang

bervariasi diurnal, adalah 1,5-2 ul/menit. Tekanan osmotik sedikit lebih tinggi dari plasma.

Komposisi humor aqueus serupa dengan plasma kecuali bahwa cairan ini memiliki

konsentrasi askorbat, piruvat dan laktat yang lebih tinggi dari protein, urea dan glukosa

yang lebih rendah.

Pembentukan dan Aliran Humor Aqueus

Humor Aqueus diproduksi oleh corpus siliare. Ultrafiltrat plasma yang dihasilkan

di stroma prosesus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar dan prosesus sekretorius epitel

siliaris. Setelah masuk kekamera posterior Humor Aqueus mengalir melalui pupil ke

Page 4: glaukoma 2

kamera anterior lalu ke jalinan trabekular di sudut kamera anterior. Selama periode ini,

terjadi pertukaran diferensial komponen-komponen dengan darah di iris.

Peradangan atau trauma intraokular menyebabkan peningkatan konsentrasi protein.

Hal ini disebut Humor Aqueus Plasmoid dan sangat mirip dengan serup darah.

Aliran Keluar Humor Aqueus

Jalinan trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan elastik yang

dibungkus oleh sel-sel trabekula yang membentuk suatu saringan dengan ukuran pori-pori

semakin mengecil sewaktu mendekati kanalis Schlemm. Kontraksi otot siliaris melalui

indersinya ke dalam trabekula memperbesar ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga

kecepatan drainase Humor Aqueus juga meningkat. Aliran Humor Aqueus kedalam

kanalis Schlemm bergantung pada pembentukan saluran-saluran transeluler siklik di

lapisan sendotel. Humor Aqueus dari corpus siliaris BMB melalui pupil sudut

BMD melalui trabekula Kanal schlemm saluran kolektor pleksus vena

dijaringan sklera dan episklera juga ke V.siliaris anterior di Corpus siliaris.

Gambar 1. Aliran humor aqueus

Fungsi humor akuous :

1. Sebagai media refrakta

2. Integritas struktur

3. Sumber nutrisi

4. Memelihara regularitas tekanan intraokuler

Page 5: glaukoma 2

Di dalam bola mata terdapat cairan humor aqueos yang diproduksi oleh badan

siliar dan dialirkan ke bilik mata depan melewati kanal- kanal didalam sudut bilik mata

(antara kornea dan iris). Cairan tersebut kemudian diserapoleh system venosa melalui

sudut bilik mata depan. Bila pengaliran dan penyerapan humor aqueos ini tidak lancar,

karena hambatan/penyempitan salurannya, maka terjadi akumulasi cairan didalam bola

mata, tekanan bola mata meninggi dan menekan syaraf optik. Kerusakan lapang pandang

terjadi sesuai dengan tinggi dan lamanya penekanan.

Page 6: glaukoma 2

BAB III

PEMBAHASAN

DEFINISI

   Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang

memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata glaukoma

ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil saraf optik, dan menciutnya lapang

pandang.

Peningkatan tekanan di dalam mata (intraocular pressure) adalah salah satu penyebab

terjadinya kerusakan syaraf mata (nervus opticus) dan menunjukkan adanya gangguan dengan

cairan di dalam mata yang terlalu berlebih. Ini bisa disebabkan oleh mata yang memproduksi

cairan terlalu berlebih, cairan tidak mengalir sebagaimana mestinya melalui fasilitas yang ada

untuk keluar dari mata (jaringan trabecular meshwork) atau sudut yang terbentuk antara kornea

dan iris dangkal atau tertutup sehingga menyumbat/ memblok pengaliran daripada cairan mata. 

Sebagian orang yang menderita glaukoma namun masih memiliki tekanan di dalam bola

matanya normal, penyebab dari tipe glaukoma semacam ini diperkirakan adanya hubungan dengan

kekurangan sirkulasi darah di daerah syaraf/nervus opticus mata. Meski glaukoma lebih sering

terjadi seiring dengan bertambahnya usia, glaukoma dapat terjadi pada usia berapa saja. Risiko

untuk menderita glaukoma diantaranya adalah riwayat penyakit glaukoma di dalam keluarga

(faktor keturunan), suku bangsa, diabetes, migraine, tidak bisa melihat jauh (penderita myopia),

luka mata, tekanan darah, penggunaan obat-obat golongan cortisone (steroids). 

    Tekanan bola mata pada glaukoma tidak berhubungan dengan tekanan darah. Tekanan

bola mata yang tinggi akan mengakibatkan gangguan pembuluh darah retina sehingga

mengganggu metabolisme retina, yang kemudian di susul dengan kematian saraf mata. Pada

kerusakan serat saraf retina akan mengakibatkan gangguan pada fungsi retina. Bila proses berjalan

terus, maka lama-kelamaan penderita akan buta total.

ETIOLOGI

Page 7: glaukoma 2

Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intra okular ini, disebabkan:

1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar.

2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil

(glaukoma hambatan pupil).

3. Penyakit keturunan.

4. Glaukoma dapat timbul akibat penyakit atau kelainan dalam mata (glaukoma sekunder).

5. Glaukoma dapat diakibatkan penyakit lain di tubuh.

6. Glaukoma dapat disebabkan efek samping obat.

      Glaukoma merupakan penyakit yang tidak dapat dicegah, akan tetapi bila diketahui dini dan

diobati maka glaukoma dapat diatasi untuk mencegah kerusakan lanjutnya.

Klasifikasi Vaughen untuk glaukoma adalah sebagai berikut:

1. Glaukoma primer.

Glaukoma dengan etiologi tidak pasti, dimana tidak didapatkan kelainan yang

merupakan penyebab glaukoma. Glaukoma ini didapatkan pada orang yang telah memiliki

bakat bawaan glaukoma seperti:

Bakat dapat berupa gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau susunan

anatomis bilik mata yang menyempit.

Mungkin disebabkan kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata depan

(goniodisgenesis), berupa trabekulodisgenesis, irisdogenesis dan korneodisgenesis

dan yang paling sering berupa trabekulodisgenesis dan goniodisgenesis.

Glaukoma bersifat bilateral, yang tidak selalu simetris dengan sudut bilik mata terbuka

ataupun tertutup, pengelompokan ini berguna untuk pelaksanaan dan penelitian.

Glaukoma sudut primer dibagi menjadi dua, yaitu :

A. Glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronis)

Glaukoma sudut terbuka primer adalah glaukoma yang penyebabnya tidak

ditemukan dan ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka.

    Gambaran klinik:

Berjalan perlahan dan lambat

Sering tidak disadari oleh penderitanya

Page 8: glaukoma 2

Gambar 2. Sumbatan pada trabekular meshwork memperlambat aliran aqueos, sehingga meningkatkan TIO.

B. Glaukoma primer sudut tertutup (sempit)

Glaukoma sudut tertutup adalah glaukoma primer yang ditandai dengan sudut bilik

mata depan yang tertutup, bersifat bilateral dan herediter.

Sudut sempit dengan hipermetropia dan bilik mata dangkal berbahaya memakai obat

antihistamin dan antispasme .

Pembagian Glaukoma sudut tertutup: 

a. Akut 

Glaukoma ini terjadi apabila terbentuk iris bombe yang menyebabkan sumbatan

sudut kamera anterior oleh iris perifer dan akibat pergeseran diafragma lensa-iris ke

anterior disertai perubahan volume di segmen posterior mata. 

b. Subakut 

Ciri-ciri klinis: 

- Nyeri unilateral berulang 

- Kemerahan 

c. Kronik

Ciri-ciri klinis: 

- Peningkatan tekanan intraokular 

- Sinakia anterior perifer meluas 

d. Iris plateau 

Iris plateau adalah suatu kelainan yang jarang dijumpai kedalaman kamera

anterior sentral normal tetapi sudut kamera anterior sangat sempit karena insersi iris

secara kongenital terlalu tinggi.

Page 9: glaukoma 2

Gambar 3. Glaukoma sudut tertutup

2. Glaukoma sekunder

Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang diketahui penyebab yang

menimbulkannya. Kelainan mata lain dapat menimbulkan meningkatnya tekanan bola

mata. Glaukoma timbul akibat kelainan di dalam bola mata, yang dapat disebabkan:

Kelainan lensa, katarak imatur, hipermatur dan dislokasi lensa.

Kelainan uvea, uveitis anterior.

Trauma, hifema dan inkarserasi iris.

Pascabedah,blokade pupil, goniosinekia.

3. Glaukoma kongenital

Glaukoma kongenital, khususnya sebagai glaukoma infantil (buftalmos), adalah

glaukoma akibat penyumbatan pengaliran keluar cairan mata oleh jaringan sudut bilik mata

yang terjadi oleh adanya kelainan kongenital. Kelainan ini akibat terdapatnya membran

kongenital yang menutupi sudut bilik mata pada saat perkembangan bola mata, kelainan

pembentukan kanal schlemm dan saluran keluar cairan mata yang tidak sempurna

terbentuk.

Page 10: glaukoma 2

Gambar 4. Glaukoma kongenital (Buftalmos)

4. Glaukoma Absolute

Glaukoma absolute merupakan stadium akhir glaukoma, dimana sudah terjadi

kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada

glaukoma absolute,kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvakasi

glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Sering mata dengan buta ini

mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa

neovaskularisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya

glaukoma hemoragik.

PATOFISIOLOGI

    Studi terbaru mendeteksi terhadap antibody seorang pasien dengan tekanan normal dan

unsur pokok glaucoma. Terlihat juga perbedaan yang sangat signifikan antara riwayat antibody

terhadap tekanan normal penderita glaucoma dan subjek control cairan mata.

   Pada glaukoma simpleks ditemukan perjalanan penyakit yang lama akan tetapi berjalan

terus sampai berakhir dengan kebutaan yang disebut sebagai glaukoma absolute. Karena

perjalanan penyakit demikian maka glaukoma simpleks disebut sebagai maling penglihatan.

GEJALA KLINIS

Gejala glaukoma umumnya agak sulit diketahui, karena sering tidak disadari oleh

penderitanya atau dianggap sebagai tanda dari penyakit lain sehingga kebanyakan penderita

datang ke dokter mata dalam keadaan yang lanjut dan bahkan sudah buta. Selain itu, hal ini

diperparah oleh minimnya pengetahuan penderita dan keluarganya terhadap penyakit glaukoma.

.

Page 11: glaukoma 2

1.  Pada jenis glaukoma akut, penderita akan mengalami nyeri yang sangat hebat pada mata,

sakit kepala, hingga mual muntah. Penglihatan dirasakan menurun drastis dan mata terlihat

merah. Keadaan ini disebut glaukoma akut yang terjadi akibat peningkatan TIO yang

mendadak.

2. Pada jenis glaukoma kronik penderita jarang mengeluhkan mata, karena umumnya

peningkatan tekanan yang terjadi telah berlangsung lama dan mata penderita telah

beradaptasi. Keadaan ini sangat berbahaya, penyakit berjalan terus sedangkan penderita

tidak menyadarinya.

Sakit kepala ringan

Hilang penglihatan berangsur-angsur, yamg diawali dengan penyempitan lapang

pandang tepi, Pada akhirnya akan terjadi penyempitan lapang pandang yang

menyebabkan penderita sulit melihat benda-benda yang terletak di sisi lain ketika

penderita melihat lurus ke depan (disebut penglihatan terowongan).

Gambar 5. Pandangan pada penderita glaukoma.

Gambar 6. Penglihatan berkabut seperti terowongan

Penglihatan menjadi kabur atau berkabut

Page 12: glaukoma 2

halo

3. Pada Glaukoma Kongenital :

Bola mata membesar

Edema atau kornea keruh akibat endotel kornea sobek

Bayi tidak tahan sinar matahari

Mata berair

Silau

Menjauhi sinar dengan menyembunyikan mata.

DIAGNOSIS

Pada penderita glaukoma ditentukan beberapa gejala tergantung pada jenis glaukoma

tersebut. Penderita sering ditemukan mengalami mual, muntah, sakit hebat di mata dan di kepala,

perasaan mual dengan muntah, dan bradikardia.

Gambaran klinis yang sering ditemui antara lain:

1. Bradikardia akibat refleks okulo kardiak

2. Mual dan muntah yang kadang-kadang akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala

gastrointestinal

3. Sakit hebat di mata dan di kepala karena iris bengkak dan meradang, papil saraf optik

hiperemis

4. Bilik mata depan di dalamnya normal akibat terjadinya pengecilan lensa pada katarak

hipermatur

5. Kelopak mata edem dengan blefarospasme, terlihat injeksi siliar yang berat, kornea juga

terlihat keruh dan pada dataran belakangnya menempel lensa yang luksasi.

TES DIAGNOSTIK GLAUKOMA

Page 13: glaukoma 2

    Sebelum melakukan penanganan lanjut hendaknya dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu

sesuai  dengan gejala yang ada pada penderita:

1. Tonometri Palpasi

Adalah pemeriksaan umtuk menentukan tekanan bola mata dengan cepat, yaitu dengan

memakai ujung jari pemeriksa tanpa alat khusus (tonometer). Dengan menekan bola mata

dengan jari pemeriksa diperkirakan besarnya tekanan didalam bola mata.

Penilaian dilakukan dengan pengalaman sebelumnya yang dapat menyatakan tekanan mata

N+1, N+2, N+3 atau N-1, N-2, N-3 yang menyatakan tekanan mata lebih tinggi atau lebih

rendah daripada normal.

2. Tonometer Schiotz

Tonometer Schiotz merupakan tonometer indentasi atau menekan permukaan kornea

dengan beban yang dapat bergerak bebas pada sumbunya. Pada tonometer Schiotz bila

tekanan rendah atau bolamata empuk maka beban akan dapat mengidentasi lebih dalam

dibanding bila tekanan bola mata tinggi atau bola mata keras.

Bila tekanan lebih tinggi 20 mmHg dicurigai adanya glaukoma, bila tekanan lebih dari

pada 25 mmHg pasien menserita glaukoma

Tonometer Schiotz T. Non Kontak T. Aplanasi Goldmann

3. Oftalmoskopi

Page 14: glaukoma 2

Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina. Dengan oftalmoskop dapat dilihat

saraf optik didalam mata dan akan dapat ditentukan apakah tekanan bola mata telah

mengganggu saraf optik.

4. Tonografi

Tonografi bertujuan untuk mengukur daya kemampuan pengaliran aquous humor atau daya

pengosongan cairan mata pada sudut bilik mata.

Dengan mempergunakan tonometer Schiotz elektrik dihubungkan dengan alat pencatat

untuk mengetahui hasil tekanan yang menurunkan tekanan bola mata bila diberi tekanan

berkesinambungan. Pencatatan pada kertas yang berkesinambunganm akan memberikan

gambaran tonogram.

5. Gonioskopi

Pemeriksaan gonioskopi adalah tindakan untuk melihat sudut bilik mata dengan goniolens.

Gonioskopi adalah suatu cara untuk melihat langsung keadaan patologik sudut mata, juga

untuk melihat hal-hal yang terdapat pada susut bilik mata seperti benda asing. Dengan

gonioskopi dapat ditentukan klasifikasi glaukoma penderita dan malahan dapat

menerangkan penyebab suatu glaukoma sekunder.

6. Pemeriksaan Lapangan Pandang (Perimetri)

Perimetri dilakukan untuk mencari batas luar persepsi sinar perifer dan melihat

kemampuan penglihatan daerah yang sama dan dengan demikian dapat dilakukan

pemeriksaan defek lapangan pandang.

Page 15: glaukoma 2

7. Pachymetry

Adalah suatu tes yang relatif baru digunakan untuk managemen glaucoma. Pachymetry

menentukan ketebalan dari kornea. Setelah mata dibuat mati rasa dengan obat-obat tetes

bius, ujung dari pachymeter disentuhkan dengan ringan pada permukaan depan mata

(kornea). Studi-studi terakhir menunjukkan bahwa ketebalan kornea pusat dapat

mempengaruhi pengukuran tekanan intraocular. Kornea yang lebih tebal dapat

memberikan pembacaan tekanan mata yang tinggi secara salah dan kornea yang lebih tipis

dapat memberikan pembacaan tekanan yang rendah secara salah. Lebih jauh, kornea-

kornea tipis mungkin adalah suatu faktor risiko tambahan untuk glaucoma.8,11

 

PENATALAKSANAAN

Macam terapi yang dapat diberikan kepada pasien glaukoma :

1. Medication / Obat-obatan:

Pemberian obat-obatan baik berupa tetes mata maupun tablet sebagai tindakan

pengobatan awal bertujuan untuk segera menciptakan keadaan tekanan bola mata yang

normal atau cukup rendah untuk memelihara agar saraf optik tidak tertekan dan dengan

demikian akan mencegah semakin meluasnya kerusakan lapang pandang.

2. Laser treatment / Tindakan laser

Laser Trabekuloplasty dan Laser Iridotomi adalah suatu cara untuk membuat agar

pengaliran aqueous humor selalu dalam keadaan lancar sehingga tekanan bola mata

selalu dalam batas yang diinginkan.

3. Surgery / Tindakan pembedahan.

Trabekulectomi atau iridektomi, membuat saluran kecil dari bilik mata belakang

tembus ke bilik mata depan dan kesaluran di sudut bilik mata agar cairan bola mata

dapat mengalir secara lancar.

Pemberian terapi menurut jenis glaukoma yang diderita :

1. Glaukoma Sudut Terbuka

Obat tetes mata biasanya bisa mengendalikan glaukoma sudut terbuka.

Page 16: glaukoma 2

Obat yang pertama diberikan adalah beta bloker (misalnya timolol, betaxolol, carteolol,

levobunolol atau metipranolol), yang kemungkinan akan mengurangi pembentukan cairan

di dalam mata. Juga diberikan pilocarpine untuk memperkecil pupil dan meningkatkan

pengaliran cairan dari bilik anterior. Obat lainnya yang juga diberikan adalah epinephrine,

dipivephrine dan carbacol (untuk memperbaiki pengaliran cairan atau mengurangi

pembentukan cairan).

Jika glaukoma tidak dapat dikontrol dengan obat-obatan atau efek sampingnya tidak dapat

ditolerir oleh penderita, maka dilakukan pembedahan untuk meningkatkan pengaliran

cairan dari bilik anterior.

Digunakan sinar laser untuk membuat lubang di dalam iris atau dilakukan pembedahan

untuk memotong sebagian iris (iridotomi).

2. Glaukoma Sudut Tertutup

Minum larutan gliserin dan air bisa mengurangi tekanan dan menghentikan serangan

glaukoma. Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase (misalnya acetazolamide).

Tetes mata pilocarpine menyebabkan pupil mengecil sehingga iris tertarik dan membuka

saluran yang tersumbat.

Untuk mengontrol tekanan intraokuler bisa diberikan tetes mata beta blocker.

Setelah suatu serangan, pemberian pilocarpine dan beta blocker serta inhibitor karbonik

anhidrase biasanya terus dilanjutkan.

Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan biasanya diberikan manitol intravena

(melalui pembuluh darah). Terapi laser untuk membuat lubang pada iris akan membantu

mencegah serangan berikutnya dan seringkali bisa menyembuhkan penyakit secara

permanen. Jika glaukoma tidak dapat diatasi dengan terapi laser, dilakukan pembedahan

untuk membuat lubang pada iris. Jika kedua mata memiliki saluran yang sempit, maka

kedua mata diobati meskipun serangan hanya terjadi pada salah satu mata.

3. Glaukoma Sekunder.

Pengobatan glaukoma sekunder tergantung kepada penyebabnya.

Jika penyebabnya adala peradangan, diberikan corticosteroid dan obat untuk melebarkan

pupil. Kadang dilakukan pembedahan.

Page 17: glaukoma 2

4. Glaukoma Kongenitalis

Untuk mengatasi glaukoma kongenitalis perlu dilakukan pembedahan.

PENCEGAHAN

Pencegahan kebutaan akibat glaukoma:

1. Pada orang yang telah berusia 20 tahun sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan bola

mata berkala secara teratur setiap 3 tahun.

2. Bila terdapat riwayat adanya glaukoma pada keluarga maka lakukan pemeriksaan ini setiap

tahun.

3. Secara teratur perlu dilakukan pemeriksaan lapang pandangan dan tekanan mata pada

orang yang dicurigai akan timbulnya glaukoma.

4. Sebaiknya diperiksakan tekanan mata, bila mata menjadi merah dengan sakit kepala yang

berat.

 

DAFTAR PUSTAKA

(1) Ilyas,Sidharta, Ilmu Penyakit Mata, cetakan III, balai penerbitan FKUI,2006,Jakarta

(2) Ilyas,Sidharta,dkk. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran,edisi II,sagung seto,2002,Jakarta

(3) Ilyas,Sidharta,dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata, FK UI, 2003. Jakarta

Page 18: glaukoma 2

(4) James, Bruce. Et al. Lectures Notes Oftalmology, edisi 9. Erlangga Medical Series, 2005, Jakarta.

(5) Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, 2002, Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter

Umum dan Mahasiswa Kedokteran, Jakarta : Sagung Seto

(6) Vaughan, Daniel; Asbury, Taylor; Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum. Edisi 14. KDT. 2000,Jakarta

(7) Oktariana Virna D, Lebih jauh Tentang Glaukoma, PERDAMI, Jakarta, 2008