penegakan diagnosa glaukoma

7
PENEGAKAN DIAGNOSA 1. Glaukoma a. Anamnesa Pada pasien dengan glaukoma didapatkan keluhan berupa munculnya kekaburan penglihatan mendadak yang disertai nyeri hebat, halo, serta mual dan muntah. Temuan lainya adalah peningkatan tekanan intraokuler yang mencolok, bilik mata depan dangkal, kornea berkabut, pupil berdilatasi sedang yang terfiksasi. Hal ini muncul karena peningkatan tekanan intra okuler yang menekan nervus optikus, yang bila terjadi lama akan menyebabkan kebutaan. Pada pasien glaukoma sudut tertutup akut terjadi penutupan sudut pada mata hiperopia yang sudag mengalami penyempitan anatomikbilik mata depan, biasanya dieksaserbasi oleh pembesaran lensa kristalina yang brkaitan dengan penuaan. Serangan akut tersebut sering dipresipitasi oleh dilatasi pupil, yang terjadi secara spontan dimalam hari, atau saat pencahayaan berkurang. b. Pemeriksaan fisik Pada pasien dengan glaukoma dilakukan palpasi pada mata dengan menggunakan Posisi kedua tangan pemeriksa pada dahi dan pipi penderita, sedangkan jari tengah di dahi dan ibu jari di pipi dan penderita disuruh melirik ke bawah kemudian pemeriksa menekan bola mata pada sklera di belakang kornea menggunakan telunjuk satu tangan sedangkan

Upload: nanda-citra-hafina

Post on 07-Dec-2014

155 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENEGAKAN DIAGNOSA glaukoma

PENEGAKAN DIAGNOSA

1. Glaukoma

a. Anamnesa

Pada pasien dengan glaukoma didapatkan keluhan berupa munculnya

kekaburan penglihatan mendadak yang disertai nyeri hebat, halo, serta mual

dan muntah. Temuan lainya adalah peningkatan tekanan intraokuler yang

mencolok, bilik mata depan dangkal, kornea berkabut, pupil berdilatasi sedang

yang terfiksasi. Hal ini muncul karena peningkatan tekanan intra okuler yang

menekan nervus optikus, yang bila terjadi lama akan menyebabkan kebutaan.

Pada pasien glaukoma sudut tertutup akut terjadi penutupan sudut pada

mata hiperopia yang sudag mengalami penyempitan anatomikbilik mata

depan, biasanya dieksaserbasi oleh pembesaran lensa kristalina yang brkaitan

dengan penuaan. Serangan akut tersebut sering dipresipitasi oleh dilatasi pupil,

yang terjadi secara spontan dimalam hari, atau saat pencahayaan berkurang.

b. Pemeriksaan fisik

Pada pasien dengan glaukoma dilakukan palpasi pada mata dengan

menggunakan Posisi kedua tangan pemeriksa pada dahi dan pipi penderita,

sedangkan jari tengah di dahi dan ibu jari di pipi dan penderita disuruh melirik

ke bawah kemudian pemeriksa menekan bola mata pada sklera di belakang

kornea menggunakan telunjuk satu tangan sedangkan telunjuk yang lain

merasakan. Hal ini seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini:

Page 2: PENEGAKAN DIAGNOSA glaukoma

Pemeriksaan palpasi ini diinterpretasikan dengan normal, meningkat atau

menurun.

c. Pemeriksaan penunjang

i. Tonometri

Adalah pengukuran intraokular. Instrumen yang paling luas digunakan adalah

Tonometer Aplanasi Goldmann, yang dilekatkan ke slitlamp dan mengukur gaya yang

diperlukan untuk daerah kornea tertentu. Ketebalan kornea berpengaruh terhadap

keakuratan pengukuran.

Page 3: PENEGAKAN DIAGNOSA glaukoma

Rentan tekanan intra okular normal adalah 10-21 mmHg. Pada usia lanjut,

tekanan intra okular lebih tinggi sehingga batas atasnya adalah 24 mmHg. Pada

glaukoma sudut terbuka primer, 32-50% individu yang terkena akan memperlihatkan

tekanan intraokular yang normal saat pertama kali diperiksa, namun pada individu

dengan glaukoma sudut tertutup akut terjadi peningkatan tekanan intra okular dengan

cepat.

Untuk penegakan diagnosa lebih lanjut perlu dilakukan pemeriksaan untuk

melihat ada atu tidaknya discus optikus glaukomatosa atau kelainan lapang pandang.

ii. Penilaian diskus optikus

Discus optikus normal mempunyai cekungan dibagian tengahnya (depresi

sentral) –cawan fisiologis- yang ukurannya tergantung pada jumlah relatif serat

penyusun nervus optikus terhadap ukuran lubang sklera yang harus dilewati oleh

serat-serat tersebut.

Pada glaukoma, mungkin terdapat pembesaran konsentrik cawan optik atau

pencekungan (cupping) superior dan inferior dan disertai pembentukan takik

(notching) fokal ditepi diskus optikus.

“Rasio cawan-diskus” adalah cara yang berguna untuk mencatat ukuran diskus

optikus pada pasien glaukoma. Besaran tersebut adalah perbandingan antara ukuran

cawan optik terhadap diameter diskus.

Berikut ini adalah gambaran diskus optikus pada individu normal.

Page 4: PENEGAKAN DIAGNOSA glaukoma

Terlihat rasio diskus oprikusnya normal yaitu kurang dari 0,5. Sedangkan

dibawah ini adalah rasio diskus optikus pada pasien glaukoma.

Pada pasien dengan glaukoma terlihat adanya perbesaran rasio diskus optikus,

yaitu lebih dari 0,5 dan terdapat tanda khas pada glaukoma yaitu adanya pergeseran

pembuluh darah ke nasal dan tampilan diskus optikus yang bergaung (hallowed-out),

mengecualikan sebuah tepi tipis.

iii. Pemeriksaan lapang pandang

Page 5: PENEGAKAN DIAGNOSA glaukoma

Pemeriksaan lapang pandang secara teratur berperan penting dalam diagnosis dan

tindak lanjut glaukoma. Penurunan lapang pandang akibat glaukoma itu sendiri tidak

spesifik karena gangguan ini akibat defek berkas serat saraf yang dijumpai pada semua

penyakit nervus optikus; namun pola pola kelainan lapang pandang, sifat progresivitas,

dan hubungannya dengan kelainan diskus optikus merupakan ciri khas penyakit ini.

Gangguan lapang pandang akibat glaukoma terutama mengenai 30 derajat lapang

pandang bagian sentral. Perubahan paling dini adalah semakin nyatanya titik buta.

Pada gambar diatas menunjukkan gembaran penglihatan pada individu normal

Pada gambar diatas menunjukkan gambaran penglihatan pada pasien dengan

glaukoma, yang menunjukkan adanya penyempitan lapang pandang.