gambaran tujuh vektor perkembangan mahasiswa …
TRANSCRIPT
GAMBARAN TUJUH VEKTOR PERKEMBANGAN
MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI DITINJAU DARI
KEIKUTSERTAAN DALAM PROGRAM LEMBAGA
KEMAHASISWAAN
OLEH
NATASHA TRITAMA DEWI
802013041
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
GAMBARAN TUJUH VEKTOR PERKEMBANGAN
MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI DITINJAU DARI
KEIKUTSERTAAN DALAM PROGRAM LEMBAGA
KEMAHASISWAAN
Natasha Tritama Dewi
Rudangta Arianti Sembiring
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
i
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keikutsertaan
mahasiswa dalam program LK Fakultas Psikologi dan Perkembangan Mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana, serta perbandingan
perkembangan mahasiswa ditinjau dari keikutsertaan mereka di dalam program
LK Fakultas Psikologi. Teori perkembangan mahasiswa yang digunakan dalam
penelitian ini yakni yang dikemukakan oleh Chickering. Total sampel dalam
penelitian ini adalah 109 mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW. Jenis penelitian
ini adalah dekriptif korelasional dan komparasi, dengan menggunakan skala
Chickering’s Seven Vectors yang terdiri dari 7 domain perkembangan dan
kuesioner keikutsertaan dalam program LK, yang keduanya dibuat oleh peneliti
sendiri. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan Spearman’s rho untuk
korelasi dan uji Kruskal Wallis untuk komparasi. Berdasarkan hasil analisa data
menggunakan SPSS seri 16.00 for windows, diperoleh nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05 pada uji korelasi (p > 0,05) yang berarti tidak terdapat korelasi
antara keikutsertaan mahasiswa di dalam program LK dengan perkembangan
mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW ditinjau dari Chickering’s Seven Vectors.
Hasil pengujian juga menunjukkan nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05
pada uji komparasi (p > 0,05), dengan demikian tidak terdapat perbedaan
perkembangan mahasiswa yang dilihat dari keikutsertaan mereka di dalam
program LK.
Kata Kunci: Program LK, Chickering’s Seven Vectors, Perkembangan
Mahasiswa
ii
ABSTRACT
The purpose of this research is to investigate the relation between student
participation in Student Council program and Development of student in Faculty
Psychology of Satya Wacana Christian University, also comparison of student
development based on their participation in those programs. The student
development theory used in this research is proposed by Chickering. Total sample
in this study is 109 students of SWCU Psychology Faculty. Type of the research
are descriptive correlational and comparative, using Chickering's Seven Vectors
scale consisting of 7 developmental domains and a participant questionnaire of
student council program, both of which are made by the researcher. Data analysis
in this study using Spearman's rho for correlation and Kruskal Wallis test for
comparation. Based on the data analysis using SPSS 16.00 for windows series,
the significance value of correlation test is greater than 0.05 (p> 0.05) which
means there is no correlation between student participation in student council’s
program with the development of Psychology student in Chickering's Seven
Vectors frame. The test results also show a significance value of comparison test
is greater than 0.05 (p> 0.05), thus there is no difference on student development.
Keywords: Student Council’s Program, Chickering’s Seven Vectors,
Student Development
1
PENDAHULUAN
Perguruan tinggi adalah lembaga ilmiah yang mempunyai tugas
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di atas perguruan tingkat
menengah berdasarkan kebudayaan kebangsaan Indonesia dengan cara ilmiah
(UU RI No. 22 tahun 1961). Di Indonesia dari hasil rekapan data yang dilakukan
oleh Dikti per tanggal 29 September 2016 mencatat jumlah perguruan tinggi yaitu
sebanyak 4.410 dengan rincian 4.028 merupakan perguruan tinggi swasta dan
sejumlah 382 merupakan perguruan tinggi negeri. Individu yang sudah berada
pada jenjang pendidikan perguruan tinggi adalah mereka yang ada di tahapan
perkembangan masa dewasa awal dengan rentang usia 18-40 tahun. Status
mahasiswa pun melekat pada individu yang tengah berproses pada jenjang
pendidikan tinggi ini.
Di masa ini individu memiliki tugas perkembangan yang berkaitan dengan
pembentukan relasi intim dengan orang lain. Selain itu, Berk (dalam
Soetjiningsih, 2012) mendeskripsikan masa dewasa awal salah satunya adalah
menyelesaikan edukasi mereka serta memikirkan perencanaan karir ke depan yang
sekaligus menjadi tugas perkembangan bagi tahapan ini. Santrock (2007)
menambahkan bahwa mahasiswa yang merupakan transisi dari perkembangan
pada masa remaja ke masa dewasa memiliki tuntutan untuk meluangkan waktu
mereka pada pendidikan sarjana atau profesional guna mempersiapkan diri dalam
menghadapi dunia kerja.
Dalam psikologi perkembangan, manusia diperhadapkan pada
perkembangan hidup di sepanjang rentang kehidupan mereka, termasuk individu
yang menyandang status sebagai mahasiswa. Sebagaimana dijelaskan di dalam
2
teori perkembangan bahwa di dalam memasuki dunia pendidikan di taraf yang
lebih tinggi, mahasiswa akan mengalami masa-masa transisi. Johnson (dalam
Santrock, 2007) menerangkan bahwa transisi dari sekolah menengah atas ke
perguruan tinggi seringkali mengakibatkan perubahan dan stres. Transisi ini akan
melibatkan peralihan memasuki struktur sekolah yang lebih besar dan impersonal,
berinteraksi dengan kawan-kawan sebaya dengan latar belakang etnis serta
geografis yang berbeda, serta meningkatkan fokus pada pencapaian, performa,
dan pengukurannya.
Perkembangan dalam aras perguruan tinggi dikemukakan oleh Chickering
(1993) dengan asumsi bahwa setiap mahasiswa semasa menjalani perkuliahan
memiliki langkah-langkah yang bergerak dari titik yang rendah kepada titik yang
lebih tinggi dengan membawa kesadaran, kemampuan, kepercayaan diri,
kompleksitas, stabilitas dan integrasi. Chickering lebih lanjut menjelaskan
langkah-langkah tersebut ke dalam 7 vektor antara lain developing competence,
managing emotions, moving through autonomy toward interdependence,
developing mature interpersonal relationships, establishing identity, developing
purpose, dan developing integrity.
Mahasiswa yang memiliki keberhasilan di dalam developing competence
memiliki perubahan dari kurangnya level kompetensi dan kepercayaan akan satu
kemampuan kepada meningkatnya level dan juga rasa kepercayaan akan
kompetensi dalam setiap area. Arah perubahan mahasiswa dalam vektor
managing emotion dari kurangnya atau tidak adanya kontrol atas emosi yang
mengganggu seperti emosi negatif, kurangnya kesadaran akan perasaan yang
dialami, dan ketidakmampuan untuk mengintegrasikan perasaan dengan tindakan
3
sampai kepada kontrol yang bersifat fleksibel dan mengekspresikannya secara
tepat, meningkatnya kesadaran untuk menerima emosi yang dirasakan, dan
kemampuan untuk mengintegrasikan perasaan dengan tindakan secara
bertanggung jawab.
Dalam vektor moving through autonomy toward interdependence
mahasiswa mengalami perubahan dari lemahnya manajemen diri atau kemampuan
untuk menyelesaikan masalah sendiri dan ketidakmandirian menjadi memiliki
kebebasan dari kebutuhan yang berkelanjutan dan jaminan akan rasa nyaman dari
orang lain. Arah perubahan yang dialami oleh mahasiswa yang berhasil di dalam
vektor developing mature interpersonal relationships bergerak dari mereka yang
kurang dalam kesadaran akan perbedaan, tidak memiliki toleransi akan perbedaan
tersebut, memiliki relasi yang hanya berlangsung jangka pendek dan tidak sehat
sampai ke titik mereka mampu toleransi dengan adanya perbedaan dan
menghargainya serta kapasitas untuk kelekatan yang bertahan dan terjaga.
Establishing identity bergerak dari ketidaknyamanan dengan tubuh,
penampilan, gender, dan orientasi seksual, kurangnya kejelasan akan sosio-
kultural sebagai akar dari identitas. Selanjutnya, kebingungan terkait “siapa saya”
dan percobaan dengan peran dan gaya hidup serta kurangnya kejelasan tentang
evaluasi dari orang lain ke arah perubahan akan rasa nyaman dengan kondisi fisik,
penampilan. Terakhir berkaitan dengan gender dan orientasi seksual yang dimiliki
oleh mahasiswa, merasa ada di dalam konteks sosial, sejarah, dan kultural,
mendapat klarifikasi mengenai konsep diri dengan peran dan gaya hidup, sadar
dalam menanggapi umpan balik dari orang lain, adanya penerimaan diri serta
harga diri, dan memiliki stabilitas personal.
4
Untuk tahap developing purpose perubahan mahasiswa terjadi dari tidak
jelasnya tujuan kejuruan yang diambil menjadi jelas, minat personal yang dangkal
dan menyebar menjadi memiliki aktivitas yang lebih fokus dan bermanfaat. Tahap
ini membutuhkan perencanaan untuk aksi dan seperangkat prioritas yang
mengintegrasikan 3 elemen utama yaitu rencana pekerjaan dan aspirasi,
ketertarikan personal, dan komitmen interpersonal serta keluarga. Vektor
developing integrity mengarah pada perubahan pemikiran dualistik dan keyakinan
yang kaku menjadi memiliki nilai kemanusiaan, ketidakjelasan nilai serta
keyakinan personal menjadi mewujudkan nilai-nilai sambil menghargai keyakinan
orang lain, berfokus hanya kepada minat pribadi menjadi memiliki tanggung
jawab sosial, adanya kesenjangan antara nilai dan tindakan menjadi memiliki
integrasi dalam kedua hal tersebut.
Chickering dan Leiser (1993) mengemukakan bahwa kunci yang dapat
memengaruhi perkembangan mahasiswa salah satunya adalah program-program
dan layanan kemahasiswaan yang dirancang oleh penyelenggara perguruan tinggi
yang bersangkutan. Penelitian yang berkaitan dengan topik ini antara lain
dilakukan oleh Alexis, Casco, Martin dan Zhang (2017) mengenai efektivitas
program Study Abroad di Clemson University, program ini bertujuan untuk
membukakan perspektif global mahasiswa terkait penelitian dan pembelajaran
mengenai teknologi sains, teknik dan matematika dengan hasil yang didapatkan
bahwa program tersebut membuat kemajuan yang signifikan dalam pemahaman,
kepercayaan diri dan kesadaran mengenai aspek globalisasi serta pentingnya
perkembangan cross-cultural dalam hubungannya dengan globalisasi.
5
Penelitian di area program yang berbeda seperti yang dilakukan oleh
Grimit (2014) menunjukkan bahwa mahasiswa yang terlibat di dalam program
atletik menunjukkan performa yang lebih baik di kelas, mampu mengembangkan
kemampuan manajemen waktu, termotivasi untuk lulus dan menghadiri kelas,
serta mengalami transisi yang baik untuk memasuki kehidupan perkuliahan.
Pascarella dan Terezini (dalam Chickering, 1993) mengungkapkan bahwa salah
satu faktor lingkungan yang membantu dalam meningkatkan ketekunan dan
pencapaian prestasi di dalam menjalani proses perkuliahan antara lain dengan
secara berkala mengikuti program kegiatan yang disediakan oleh lembaga
pendidikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin sering
mahasiswa mengikuti program kegiatan yang disediakan oleh lembaga pendidikan
dengan orientasi tujuan yang jelas, maka akan semakin memengaruhi
perkembangan yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut.
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) sebagai institusi penyedia
pendidikan dalam aras perguruan tinggi juga berperan dalam memberikan wadah
program-program pengembangan kemahasiswaan yang dalam hal ini dikelola oleh
Lembaga Kemahasiswaan. Lembaga kemahasiswaan (LK) berperan dalam
merancang, melaksanakan, mengontrol, serta mengevaluasi program tahunan
kemahasiswaan baik di aras Universitas maupun Fakultas. Program-program LK
meliputi pengembangan hard skills maupun soft skills pada diri mahasiswa.
Perbedaan utama pada perancangan dan pelaksanaan program kemahasiswaan
oleh LK di kedua aras tersebut terletak pada fokus utama pengembangan soft
skills atau sering dikenal dengan istilah humanistic skills di aras universitas,
6
sedangkan untuk pengembangan hard skills atau professional skills menjadi fokus
utama di aras fakultas.
Di LK Fakultas Psikologi sendiri, program-program bermuatan soft skills
yang dirancang LK terdiri dari 11 Kelompok Bakat Minat (KBM), Persekutuan
Fakultas, dan juga Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa (LDKM).
Sedangkan program kegiatan yang menjadi fokus utama LK di aras fakultas yaitu
hard skills di Fakultas Psikologi meliputi seminar-seminar terkait bidang
keilmuan, program keilmuan yang dikemas dalam kegiatan-kegiatan
pengembangan bakat minat yang menarik di luar jam perkuliahan serta terdapat
juga perlombaan yang membantu dalam pengembangan keilmuan yang dimiliki
oleh mahasiswa.
Kegiatan KBM yang dinaungi oleh LK Fakultas Psikologi pada umumnya
memiliki tujuan yang sama yakni mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki
setiap mahasiswa baik KBM yang memuat kegiatan olahraga, seni ataupun
kegiatan soft skills lainnya. Tujuan setiap program tersebut dimuat di dalam tujuan
umum dan tujuan khusus dari setiap proposal pengajuan maupun laporan
pertanggungjawaban (LPJ) kegiatan yang dikumpulkan pada akhir periode.
Tujuan program LK Fakultas Psikologi memiliki kemiripan dengan beberapa
muatan dalam vektor yang dicetuskan oleh Chickering yakni pengembangan
kompetensi fisik seperti yang terlihat di beberapa KBM olahraga dan
pengembangan komptensi intelektual yang dapat di lihat dari kegiatan keilmuan di
luar kelas.
Vektor lainnya dalam teori Chickering yang memiliki kemiripan ialah
developing purpose yang bisa dilihat pada salah satu KBM yang bernaung di
7
program kegiatan hard (professional) skills yaitu KBM Trainer’s Club (TC)
dimana pematangan konsep karir sebagai seorang trainer menjadi sasaran KBM
tersebut. Selain itu, sasaran dari program kegiatan seperti Latihan Dasar
Kepemimpinan Mahasiswa (LDKM) yang diselenggarakan LK Fakultas dalam
ranah soft (humanistic) skills juga memiliki hal yang serupa dengan salah satu
vektor Chickering yakni pembinaan diri mahasiswa untuk menyadari tugas dan
tanggung jawab mereka serta menjadi pribadi yang memiliki integritas.
LK sebagaimana dijelaskan sebelumnya sebagai wadah untuk
mengembangkan soft dan hard skills melalui program yang dirancang dalam
memberikan kontribusi guna pengembangan profil lulusan UKSW tentunya ikut
serta dalam memberikan sumbangsih terhadap perkembangan mahasiswa yang
dirumuskan oleh Chickering (1993). Lembaga Kemahasiswaan Fakultas di
Fakultas Psikologi sendiri mengambil porsi dalam membantu perkembangan
mahasiswa ke arah tujuan akademis maupun dalam mencapai self-improvement.
Hal ini sejalan dengan asumsi dasar dari teori perkembangan mahasiswa dimana
layanan kemahasiswaan merupakan salah satu faktor kunci yang memengaruhi
perkembangan mahasiswa (Chickering & Leiser, 1993).
Berangkat dari asumsi bahwa keaktifan mahasiswa dalam mengikuti
program kegiatan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan dengan
orientasi pengembangan yang jelas memiliki pengaruh dalam perkembangan
mahasiswa, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian deskriptif korelasional
dan komparasi berkaitan dengan perkembangan mahasiswa Fakultas Psikologi
dan keikutsertaan mahasiswa di dalam program LK. Ketertarikan peneliti
8
kemudian diperkuat dengan minimnya penelitian dengan topik terkait yang telah
dilakukan, terutama di Indonesia.
METODE PENELITIAN
Partisipan
Dalam penelitian ini partisipan dipilih dengan menggunakan teknik
incidental purpossive sampling, yang memiliki kriteria sebagai mahasiswa aktif
Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana angkatan tahun akademik
2013, 2014, 2015, dan 2016 serta telah mengikuti minimal satu program kegiatan
di LK Fakultas Psikologi. Total partisipan adalah 109 mahasiswa, dengan
penjabaran sejumlah 42 mahasiswa angkatan 2013, 24 mahasiswa angkatan 2014,
23 mahasiswa angkatan 2015, dan 20 mahasiswa angkatan 2016. Pengambilan
data pada penelitian ini dilaksanakan selama 5 hari yaitu dari tanggal 3 sampai 7
Mei 2017.
Sebelum pengambilan data, peneliti melakukan tryout lebih dulu pada
salah satu instrumen penelitian yakni skala Perkembangan Mahasiswa kepada 300
mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana yang bukan merupakan partisipan
di dalam penelitian (mahasiswa non-psikologi). Tryout tersebut dilaksanakan pada
bulan Oktober dan November 2016, kemudian dilanjutkan pada bulan April 2017.
Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan 2 instrumen penelitian berupa kuesioner dan
skala psikologi. Kuesioner digunakan untuk mengukur frekuensi keikutsertaan
mahasiswa di dalam program LK Fakultas Psikologi. Kuesioner tersebut dibuat
9
sendiri oleh peneliti berdasarkan jumlah program kegiatan yang terdapat di dalam
rancangan LK Fakultas Psikologi selama satu periode berjalan. Di dalam
kuesioner, terdapat nama-nama program kegiatan yang dapat diisi sesuai dengan
keikutsertaan mahasiswa di dalamnya.
Instrumen lainnya ialah skala psikologi yang bertujuan untuk mengukur
Perkembangan Mahasiswa. Skala psikologi ini juga dibuat oleh peneliti sendiri
yang terdiri dari 45 item untuk mengukur ketujuh vektor yakni developing
competence, managing emotions, moving through autonomy toward
interdependence, developing mature interpersonal relationships, establishing
identity, developing purpose, dan developing integrity. Skala psikologi
Perkembangan Mahasiswa terdiri atas empat pilihan jawaban yaitu Sangat Sesuai
(SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Reliabilitas
masing-masing vektor pada skala psikologi ini antara lain adalah Developing
competence = 0,600, Managing Emotions = 0,493, Moving Through Autonomy
Toward Interdependence = 0,510, Developing Mature Interpersonal Relationship
= 0,181, Establishing Identity = 0,653, Developing Purpose = 0,451, dan
Developing Integrity = 0,483.
HASIL ANALISIS DATA
Analisis Deskriptif
Untuk keperluan analisis deskriptif variabel keikutsertaan dalam program
LKF dan Perkembangan Mahasiswa, maka total skor jawaban partisipan
dikategorikan berdasarkan nilai mean dan standar deviasi (SD) sebagai berikut:
10
Tabel 1
Norma Statistika Deskriptif
Tinggi (X) > Mean + 0,75SD
Sedang Mean - 0,75SD ≤ X ≤ Mean + 0,75SD
Rendah (X) < Mean - 0,75SD
Menurut Riwidikdo (dalam Ritonga, 1997), aturan normatif yang
menggunakan mean dan standar deviasi di atas hanya berlaku untuk kategorisasi
tiga kelas norma. Di bawah ini adalah penjabaran analisa deskriptif untuk masing-
masing variabel yang digunakan di dalam penelitian :
1. Keikutsertaan dalam Program LKF
Dari hasil penelitian diperoleh kategorisasi data untuk mengukur frekuensi
keikutsertaan mahasiswa dalam program LKF sebagai berikut:
Tabel 2
Frekuensi Keikutsertaan dalam Program LKF
Interval Kategori N Persentase Mean SD
X > 5,37 Sering 25 22,93%
3,94
1,91 2,5 ≤ X ≤ 5,37 Kadang-
kadang
56 51,38%
X < 2,5 Jarang 28 25,69%
Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas partisipan memiliki keikutsertaan
dalam program LKF pada kategori sedang yaitu sejumlah 56 orang (51,38%).
Sementara partisipan yang memiliki keikutsertaan dalam program LKF rendah
sebanyak 28 (25,69%) dan sebanyak 25 orang (22,93%) pada kategori tinggi.
11
Ketiga kategori tersebut selanjutnya dijadikan sebagai acuan kategorisasi data
yang akan digunakan untuk uji komparasi.
2. Perkembangan Mahasiswa
Dari hasil penelitian, kategorisasi data untuk variabel Perkembangan
Mahasiswa dijabarkan menurut ketujuh vektor menurut Chickering. Hal ini
dimaksudkan untuk melihat penyebaran kategorisasi data partisipan pada setiap
vektor.
Berdasarkan kategorisasi yang dilakukan diperoleh mayoritas partisipan
berada pada kategori sedang untuk setiap domain variabel Perkembangan
Mahasiswa, dengan rincian yang dapat dilihat pada digaram di bawah ini :
Diagram 1
Kategorisasi Perkembangan Mahasiswa Per Domain
12
Tabel 3
Kategorisasi Pengukuran Variabel Chickering’s Seven Vectors
Domain Interval Kategori N Presentase Mean SD
Developing
Competence
X > 25,72 Tinggi 15 13,76%
23,87
2,47
22,02 ≤ X≤ 25,72 Sedang 79 72,48%
X < 22,02 Rendah 15 13,76%
Managing
Emotion
X > 9,14 Tinggi 15 13,76%
7,95
1,59 6,76 ≤ X ≤ 9,14 Sedang 73 66,97%
X < 6,76 Rendah 21 19,27%
Moving Trough
Autonomy
Toward
Interdependence
X > 20,95 Tinggi 15 13,76%
19,34
2,15 17,73≤ X ≤20,95 Sedang 77 70,64%
X < 17,73 Rendah 17 15,60%
Developing
Mature
Interpersonal
Relationship
X > 14,90 Tinggi 16 14,68%
13,83
1,43 112,76 ≤ X ≤ 14,90 Sedang 71 65,14%
X < 12,76 Rendah 22 20,18%
Establishing
Identity
X > 46,27 Tinggi 20 18,35%
43,28
3,99 40,29 ≤ X ≤46,27 Sedang 71 65,14%
X < 40,29 Rendah 18 16,51%
Developing
Purpose
X > 13,47 Tinggi 10 9,18%
12,13
1,79 110,79 ≤ X ≤ 13,47 Sedang 85 77,98%
X < 10,79 Rendah 14 12,84%
Developing
Integrity
X > 20,39 Tinggi 14 12,84%
18,92
1,97 117,44 ≤ X ≤ 20,39 Sedang 89 81,65%
X < 17,44 Rendah 6 5,51%
13
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas pada ketujuh domain dalam skala Perkembangan
Mahasiswa menghasilkan reliabilitas yang masing-masing dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4
Reliabilitas Skala Perkembangan Mahasiswa
Domain Alpha Cronbach Item
Developing Competence 0,600 7 butir
Managing Emotion 0,493 2 butir
Moving Trough Autonomy Toward
Interdependence
0,510 6 butir
Developing Mature Interpersonal
Relationships
0,181 1 butir
Establishing Identity 0,653 10 butir
Developing Purpose 0,451 3 butir
Developing Integrity 0,483 3 butir
Pengujian reliabilitas pada skala perkembangan mahasiswa dalam
Chickering’s Seven Vectors menyisakan 32 item dengan menggunakan kategori
daya beda item tabel r 0,146 ( df =178). Dari 45 item, sejumlah 13 item gugur,
sehingga tersisa 32 item yang memenuhi kategori daya beda item.
Guilford (dalam Sugiyono, 2007) juga mengklasifikasikan koefisien
reliabilitas sebagai berikut :
14
Tabel 5
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Kriteria Koefisien Reliabilitas α
Sangat Reliabel > 0,900
Reliabel 0,700-0,900
Cukup Reliabel 0,400-0,700
Kurang Reliabel 0,200-0,400
Tidak Reliabel < 0,200
Di antara ketujuh domain yang ada, terdapat satu domain yang termasuk
ke dalam klasifikasi tidak reliabel yaitu domain Developing mature interpersonal
relationships dengan nilai reliabilitas 0,181. Tidak reliabelnya domain tersebut
menjadi alasan peneliti untuk tidak melakukan pengujian komparasi maupun
korelasi pada domain terkait.
Koefisien reliabilitas yang hanya ada di taraf cukup ini dirasa oleh peneliti
berkaitan dengan ambiguitas pernyataan-pernyataan yang terdapat di dalam skala
dan minimnya pendampingan pada saat pengisian skala di proses tryout awal guna
memfasilitasi partisipan untuk bertanya secara langsung sebelum mengisi skala.
Uji Korelasi
Pemilihan subjek pada penelitian ini menggunakan teknik incidental
purposive sampling (non-random), sehingga uji korelasi yang digunakan adalah
non-parametric test. Siegel (dalam Purwanto, 2011) mengungkapkan beberapa
cara yang dapat digunakan pada statistika nonparametrik dalam penelitan korelasi
salah satunya adalah Spearman-rho dengan hasil sebagai berikut:
15
Tabel 6
Hasil Uji Korelasi Keikutsertaan dalam Program LKF dan per domain Chickering’s
Seven Vectors
Variabel
r
Signifikansi
N X Y
Keikutsertaan
dalam
Program
LKF
Developing Competence 0,033 0,730
109
Managing Emotion 0,064 0,507
Moving Trough Autonomy
Toward Interdependence
0,135 0,162
Establishing Identity -0,036 0,711
Developing Purpose 0,000 0,999
Developing Integrity -0,089 0,357
Berdasarkan rangkuman hasil data di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat korelasi antara keikutsertaan mahasiswa dalam program LKF dengan
perkembangan mahasiswa.
Uji Komparasi
Uji komparasi dalam penelitian ini dilakukan pada data yang sudah
dikategorisasikan berdasarkan frekuensi keikutsertaan mahasiswa dalam program
LKF, acuannya adalah kategorisasi data variabel keikutsertaan mahasiswa dalam
program LKF. Adapun frekuensi tersebut dibahasakan dengan tingkatan kategori
sering, kadang-kadang, dan jarang. Dalam penelitian ini, partisipan yang masuk
ke dalam kategori sering sejumlah 25 orang (22,93%). Sementara partisipan yang
memiliki keikutsertaan dalam program LKF dengan kategori kadang-kadang
16
sebanyak 56 orang (51,38%) dan sebanyak 28 (25,69%) masuk ke dalam kategori
jarang.
Uji komparasi dalam penelitian ini menggunakan Kruskal Wallis yang
dilakukan untuk melihat perbedaan perkembangan mahasiswa Fakultas Psikologi
yang ditinjau dari keikutsertaannya dalam program LKF pada tiap vektornya.
Penggunaan uji Kruskal Wallis didasari pada teknik pengambilan data non-
random dalam penelitian ini sehingga uji statistika yang digunakan adalah uji non
parametrik (Purwanto, 2011). Adapun hasil dari pengujian komparasi terangkum
pada tabel di bawah ini :
Tabel 7:
Rangkuman Hasil Kruskal Wallis Variabel Perkembangan Mahasiswa dan Keikutsertaan
dalam Program LKF
Berdasarkan rangkuman hasil data yang diuji menggunakan Kruskal
Wallis di atas, tidak ditemukan adanya perbedaan perkembangan mahasiswa
ditinjau dari keikutsertaan dalam program LKF.
Variabel
N = 109
H
Signifikansi Tinggi Sedang Rendah
Developing
Competence
25 56 28 0,688 0,709
Managing Emotion 25 56 28 0,884 0,643
Moving Trough
Autonomy Toward
Interdependence
25 56 28 2,032 0,362
Establishing Identity 25 56 28 0,693 0,707
Developing Purpose 25 56 28 1,102 0,576
Developing Integrity 25 56 28 1,644 0,440
17
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian mengenai korelasi antara keikutsertaan dalam
program LKF dengan perkembangan mahasiswa menunjukkan hasil tidak adanya
korelasi antara keikutsertaan dalam program LKF dengan perkembangan
mahasiswa di setiap domainnya. Hal ini dapat diartikan bahwa keikutsertaan
mahasiswa dalam program kegiatan yang disediakan oleh LKF Psikologi tidak
memberikan sumbangsih pada perkembangan mahasiswa yang ditinjau dari teori
perkembangan Chickering. Hipotesa lainnya pada penelitan ini terkait perbedaan
perkembangan mahasiswa ditinjau dari frekuensi keikutsertaan dalam program
LKF, dinyatakan tidak terbukti yang berarti tidak ada perbedaan pada
perkembangan mahasiswa. Dengan kata lain bahwa perkembangan mahasiswa di
Fakultas Psikologi setara, sekalipun terdapat perbedaan frekuensi keterlibatan
mereka di dalam program LKF.
Program pengembangan mahasiswa (student service) merupakan salah
satu kunci untuk membantu mahasiswa agar dapat berkembang secara maksimal
sesuai arah yang perlu dicapai dalam konsep Chickering (Chickering, 1993).
Dengan demikian, jika berdasarkan hasil penelitian ini tidak ada kaitan antara
keikutsertaan mahasiswa dalam program kemahasiswaan, dan tidak terdapat
perbedaan perkembangan ditinjau dari frekuensi keikutsertaan, maka peneliti
memiliki dugaan kuat berkaitan dengan hasil tersebut. Dugaan yang dimaksud
bahwa muatan program kemahasiswaan yang dibuat dan dijalankan oleh Lembaga
Kemahasiswaan Fakultas Psikologi turut memengaruhi hasil penelitian, di
samping adanya poin lain yaitu keterbatasan instrumen penelitian yang akan
dibahas selanjutnya.
18
Konsep program kemahasiswaan yang searah dengan peta pengembangan
ketujuh vektor Chickering adalah landasan pemikiran bahwa kehidupan
mahasiswa pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama yaitu
moving in yang merupakan masa ketika seseorang sedang mempertimbangkan
untuk masuk ke perguruan tinggi dan juga ketika mahasiswa baru berusaha
beradaptasi dengan lingkungan baru. Selanjutnya yaitu moving through yaitu saat
mahasiswa berusaha untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Tahap
terakhir yakni moving on yang mengharuskan individu untuk mulai beradaptasi
dengan kehidupan setelah perguruan tinggi (Chickering dalam Arianti, 2004).
Chickering (1993) menjelaskan bahwa terdapat 3 program layanan bagi
mahasiswa yang terdiri dari entering services yang diperuntukkan bagi mahasiswa
baru dengan tujuan membantu perkembangan mahasiswa di masa-masa transisi
mereka (moving in), inti program dapat berupa pemberian wawasan mengenai
institusi yang dimasuki di masa depan ketika mereka lulus dan asesmen mengenai
gambaran komprehensif diri. Yang kedua adalah supporting services yang
menjadi program penunjang mahasiswa selama menjalani proses perkuliahan,
seperti program yang mampu memberikan keterampilan tentang cara belajar yang
paling tepat bagi dirinya, cara mengelola waktu, dan kemampuan integrasi teori di
kelas dengan pengalaman sehari-hari, serta relasi sosial. Program layanan terakhir
ialah culminating services dimana mahasiswa difasilitasi oleh universitas maupun
fakultas untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia setelah perkuliahan yaitu
dunia kerja.
Berkaitan dengan konsep dan bentuk program yang didasarkan pada
landasan teori Chickering di atas, fakta di lapangan LK Fakultas Psikologi sendiri
19
menyediakan program kegiatan bagi mahasiswa dengan memuat konten-konten
yang setara untuk seluruh angkatan. Tidak ada pembedaan atau spesifikasi
program bagi mahasiswa di ketiga tahap seperti yang sudah dijelaskan. Di sisi
lain, program kemahasiswaan di lingkungan LKF memiliki landasan yang berbeda
dengan apa yang disampaikan oleh Chickering dalam ketujuh vektornya. Program
LK baik di aras Fakultas maupun Universitas dirancang berdasarkan kompetensi
Skenario Pola Pengembangan Mahasiswa (SPPM), yang merupakan landasan dan
gambaran berbagai kompetensi serta cara-cara untuk mencapainya dalam rangka
menciptakan lulusan yang berciri khas UKSW. Di dalam SPPM (2012) sendiri
dijabarkan sepuluh kompetensi yang dibentuk dan diupayakan sehingga dapat
dimiliki oleh setiap mahasiswa sebagai calon lulusan.
Kesepuluh kompetensi tersebut tidak sepenuhnya dapat terlihat di dalam
ketujuh vektor Chickering seperti contohnya kompetensi civic literacy yang
berkaitan dengan kesadaran serta upaya dalam memperjuangkan hak dan
kewajiban konstitusional dan environmental consciousness yang dibutuhkan
untuk menyadari arti penting lingkungan hidup serta kritisnya fungsi manusia
dalam proses konservasi dan preservasi lingkungan. Di lain sisi, dari ketujuh
domain yang ada, terdapat 2 domain yang nampak memiliki kesamaan arah
pengembangan dengan beberapa kompetensi SPPM yakni cross-cultural
understanding berkaitan dengan komunikasi lintas budaya dan penerimaan serta
penghargaan pada perbedaan dan juga kompetensi international awareness yang
penting untuk penyesuaian diri dalam globalisasi dunia, keduanya memiliki
keserupaan dengan domain developing mature relationship.
20
Selain itu, kompetensi critical thinking yang berfokus pada gagasan kreatif
realistis, academic expertise yang diperlukan untuk pemanfaatan pengetahuan dan
keterampilan di dalam pelaksanaan tugas, dan media, information, and technology
(MIT) literacy, dimana ketiganya memiliki kesesuaian dengan domain developing
competence. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa landasan pengembangan
program kemahasiswaan di LK Fakultas Psikologi tidak sepenuhnya dapat
menjawab arah pengembangan kompetensi-kompetensi dalam kerangka
pemikiran vektor perkembangan sebagaimana diungkapkan oleh Chickering.
Berdasarkan data penelitian dari kuesioner program, diperoleh adanya
penyebaran jumlah jawaban subjek yang tidak merata, yakni banyak berfokus
hanya kepada kegiatan-kegiatan yang berada dalam kategori kompetensi seperti
cross-cultural understanding dan academic expertise. Jika dilihat dari skor item
pada skala psikologi untuk mengukur perkembangan, terdapat skor tinggi pada
domain developing integrity dimana menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas
Psikologi memiliki pemahaman terkait nilai-nilai kemanusiaan dan tanggung
jawab sosial serta toleransi akan adanya perbedaan di sekitar mereka dengan
cukup baik. Berkebalikan dengan domain tersebut, mahasiswa Fakultas Psikologi
kurang mampu mengendalikan emosi negatif dalam segala aspek kehidupan
mereka, ditunjukkan dengan domain managing emotions yang memiliki skor
terendah pada data penelitian.
Dalam tulisan Chickering (2003) mengenai pemahaman tentang jiwa
institusi perguruan tinggi, ia mengatakan bahwa dalam upaya menegaskan
kembali tentang jiwa institusi pendidikan perguruan tinggi, kegiatan di luar
kurikulum formal harus diupayakan memiliki integrasi dengan capaian akademik
21
dalam kelas. Integrasi pembelajaran akademik dengan program kemahasiswaan
selanjutnya menurut Chickering dan Kytle (1999) merupakan salah satu langkah
yang dapat diambil untuk menjawab tantangan terkini yang dihadapi oleh institusi
pendidikan berkaitan dengan kebutuhan di masyarakat atau dunia real yang makin
kompleks. Penelitian yang dilakukan oleh Wong dan Buckner (2008)
merumuskan hasil yang mengarah kepada pentingnya program layanan
kemahasiswaan yang mencakup pemahaman dan eksplorasi multikultural
sehingga mahasiswa mampu mengembangkan keterampilan dalam hubungan
interpersonal.
Semua aktivitas di luar kelas tidak boleh terlepas dari dorongan dan
keterlibatan staf profesional dari institusi untuk memperlihatkan dukungan pada
perkembangan mahasiswa. Tidak lupa selain dukungan, harus ada evaluasi untuk
melihat efektivitas kegiatan-kegiatan tersebut dalam menjawab tujuan yang
hendak dicapai. Jika hasil evaluasi menunjukkan belum adanya hasil yang
signifikan dalam waktu singkat, institusi harus kembali mengupayakan integrasi
bagi mahasiswa antara pembelajaran akademik dan pengalaman lapangannya.
Dalam poin ini pun, pada proses perencanaan dan pelaksanaannya sejauh ini di
dalam program kemahasiswaan LK Fakultas Psikologi, keikutsertaan staf
pengajar dan institusi dalam hal ini fakultas masih dinilai minim, sehingga belum
terlihat integrasi antara kegiatan akademik yang disiapkan dan dijalankan oleh
fakultas dalam konteks kurikulum pendidikan dan kegiatan pengembangan
mahasiswa (student service).
Sekalipun dapat diduga bahwa salah satu faktor yang memengaruhi hasil
di dalam penelitian ini adalah kesesuaian program LK Fakultas Psikologi dengan
22
teori perkembangan Chickering, namun berdasarkan penilaian peneliti sendiri
sebagai bentuk kekurangan penelitian yang juga berkontribusi besar pada hasil
yang sudah ditampilkan adalah sumbangsih keterbatasan instrumen penelitian
yang digunakan. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner program
LK yang menyediakan sejumlah nama program yang harus dipilih oleh partisipan
sesuai keikutsertaannya, serta skala perkembangan mahasiswa yang disusun
berdasarkan ketujuh domain dalam teori perkembangan menurut Chickering.
Kedua instrumen ini disusun dan dikembangkan oleh peneliti sendiri.
Dalam kuesioner program, pilihan hanya terbatas pada sejumlah program
yang dijalankan oleh LK. Walaupun peneliti menyediakan kolom bagi partisipan
untuk menuliskan kegiatan lain yang diikuti oleh partisipan, baik itu di tingkat
universitas maupun di luar perkuliahan, seperti kegiatan kelompok etnis,
keikutsertaan dalam pelayanan di tempat ibadah dan lainnya, namun hal tersebut
dinilai kurang memadai dalam menambah kelengkapan data yang dibutuhkan.
Poin lainnya yang patut menjadi fokus pada butir kuesioner antara lain durasi dan
jabatan yang dimiliki dalam keikusertaan partisipan pada kegiatan yang dimaksud.
Durasi atau lama waktu yang dihabiskan untuk berpartisipasi dalam kegiatan,
dapat memengaruhi pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman individu
berkenaan dengan kompetensi spesifik sebagai hasil dari kegiatan. Posisi atau
jabatan individu dalam kegiatan yang diikuti berkenaan dengan beban kerja atau
tanggung jawab yang dikerjakannya, sehingga dapat berkontribusi pada besarnya
hasil yang didapatkan secara individual.
Skala yang dipakai untuk mengukur variabel perkembangan mahasiswa,
sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya mengenai proses tryout menunjukkan
23
hasil berupa reliabilitas keenam domain yang masuk dalam kategori cukup
reliabel dan sebuah domain yang tidak reliabel. Berkaitan dengan hal tersebut,
maka konsistensi instrumen terkait yang dipakai di penelitian mendatang masih
dinilai kurang mengingat bahwa rata-rata domain yang diukur masih berada pada
kategori cukup malah ada domain yang tidak reliabel. Jika hasil sebuah penelitian
kurang reliabel, maka konsistensinya di penelitian-penelitian selanjutnya belum
dapat dipastikan.
Kekurangan lainnya dari instrumen penelitian ini yang memengaruhi hasil
berkenaan dengan daya diskriminasi item. Daya diskriminasi item merupakan
ukuran penting yang memperlihatkan indikator keselerasan atau konsistensi fungsi
item dengan fungsi skala secara keseluruhan, yang dikenal dengan istilah
konsistensi item-total (Azwar, 2012). Sebagai kriteria pemilihan item berdasar
korelasi item-total, biasanya digunakan batasan rx ≥ 0,30. Semua item yang
mencapai koefisien tersebut dianggap memiliki daya beda yang memuaskan, dan
sebaliknya jika kurang dari koefisien yang ditetapkan, dapat diinterpretasikan
bahwa item tersebut memiliki daya beda rendah. Namun di dalam penelitian ini,
daya beda item yang dipakai berasal dari tabel r dengan alasan rendahnya angka
daya beda yang ada pada item-item di skala terkait. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa fungsi item untuk menunjukkan pengukuran terkait
perkembangan mahasiswa sebagaimana fungsi skala juga berada di dalam
kategori rendah.
24
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan
antara keikutsertaan mahasiswa di dalam program LK dengan perkembangan
mahasiswa, didapatkan kesimpulan bahwa tidak ada korelasi antara keikutsertaan
mahasiswa di dalam program LK dengan perkembangan mahasiswa yang ditinjau
dari teori Chickering’s seven vectors yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi
lebih besar dari 0,05 (p >0,05). Selain itu, hasil pengujian komparasi
keikutsertaan mahasiswa di dalam program LK pada perkembangan mahasiswa
juga diperoleh kesimpulan tidak adanya perbedaan dengan nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05 (p >0,05).
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dibuat, peneliti
mengajukan beberapa saran terkait penelitian mendatang, sebagai berikut :
1. Berkaitan dengan keterbatasan peneliti dalam hal instrumen penelitian
yang digunakan yaitu reliabilitas, validitas, dan daya beda item, peneliti
menyarankan adanya perbaikan terlebih dahulu pada kedua instrumen
penelitian baik untuk skala psikologi maupun kuesioner bagi penelitian
mendatang.
2. Lembaga Kemahasiswaan (LK) sebagai perpanjangan tangan dari
Universitas selaku penyelenggara pendidikan memiliki peran penting di
dalam membantu perkembangan mahasiswa selama menjalani masa
perkuliahannya. Sebagaimana sudah dijelaskan pada pembahasan
penelitian ini, LK dirasa perlu untuk merancang dan mengembangkan
25
program layanan kemahasiswaan yang dapat membantu pengembangan
kompetensi-kompetensi yang spesifik pada diri mahasiswa di dalam setiap
tahap perkembangannya sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Chickering ataupun teori perkembangan lainnya. Selain itu, hubungan
kerja sama dengan pihak fakultas juga dirasa penting guna
mengintegrasikan usaha keduanya dalam perkembangan mahasiswa.
3. Sebagaimana diketahui bahwa acuan utama dalam penelitian ini yaitu teori
Chickering, merupakan teori perkembangan yang sudah cukup lama,
sehingga peneliti memberikan saran untuk penelitian selanjutnya dapat
mencari teori perkembangan yang lebih update agar referensi pendukung
terkait teori dapat dijumpai dengan lebih mudah dan bervariasi.
4. Keikutsertaan mahasiswa di dalam program LK bukanlah satu-satunya
faktor yang dapat memengaruhi perkembangan mereka. Peneliti
selanjutnya diharapkan dapat mengeksplorasi faktor lainnya dalam
kerangka Chikering seperti faktor institusional, hubungan lingkup fakultas
dan mahasiswa, kurikulum, dan pengajaran secara lebih dalam dengan
populasi subjek yang lebih bervariasi guna memperkaya penelitian
mendatang.
26
DAFTAR PUSTAKA
Alexis, F, M. Casco, J. Martin & G. Zhang. (2017) “Cross-cultural and global
interdependency development in STEM undergraduate students: results
from Singapore study abroad program.”Education, 137(3), 249-256(8).
Arianti, R. (2004). “Meningkatkan daya saing lulusan perguruan tinggi dengan
mengembangkan mahasiswa berdasarkan tujuh vektor dari Chickering.”
Jurnal Psiko Wacana, 3(2), 120-132. ISSN: 14129167.
Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. (Cetakan Kedua). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Chickering, A. W. (2003). “Reclaiming our soul : democracy and higher
education”. Article of Change, 39-44.
Chickering, A. W. & J. Kytle. (1999). New directions for higher education.
California: Jossey-Bass Publishers.
Chickering, A. W. & L. Reisser. (1993). (ed.). Education and identity. California:
Jossey-Bass Inc,.
Grimmit, N. (2014) “Effects of student athletics on academic performance.”The
Journal of Undergraduate Research, 12(5).
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. (2016, September 29).
Pangkalan data pendidikan tinggi. Retrieved September 29, 2016 from
http://forlap.ristekdikti.go.id/\
Ritonga, R. (1997). Statistika untuk penelitian psikologi dan penelitian. Jakarta:
Lembaga.
Purwanto. (2011). Statistika untuk penelitian. (Cetakan Pertama). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Santrock, J. W. (2012). Life-span development, perkembangan masa-hidup. (Terj.
B. Widyasinta; Ed.Novita J.Sallama). (Cetakan Ketigabelas). Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Scholl, M. B. & D. M. Schmitt. (2009). “Using motivational interviewing to
address college client alcohol abuse.” Journal of College Counceling, 12.
27
Schuh, J. H. (1989). “A student development theory to practice workshop.”
Journal of Counceling and Development, 67.
Soetjiningsih, C.H. (2012). Perkembangan Anak : Sejak Pembuahan sampai
dengan Kanak-kanak Akhir. Jakarta: Prenada.
Sugiyono. (2007). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif
dan R & D. Bandung: ALFABETA.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1961. Perguruan Tinggi. 4
Desember 1961. Jakarta.
Universitas Kristen Satya Wacana. (2012). Skenario Pola Pembinaan Mahasiswa.
Salatiga: UKSW. ISBN: 978-979-1098-23-7.
Wong, M. P. A. & J. Buckner. (2008). Multiracial student services come of age:
the state of multiracial student services in higher education in the united
states. California: John Willey & Sons, Inc. Doi: 10.1002/ss