documentdm

30
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS I. LANDASAN TEORI MEDIS A. PENGERTIAN (MEDIS) Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. (Barbara C. Long) Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. (Brunner dan Sudart) Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO). Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002). B. ETIOLOGI Diabetes tipe I :

Upload: nur-djana-setiarini-henaulu

Post on 07-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Askep DM

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

I. LANDASAN TEORI MEDIS

A. PENGERTIAN (MEDIS)

Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan

metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi

makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. (Barbara C. Long)

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem

dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja

insulin yang tidak adekuat. (Brunner dan Sudart)

Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor

lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia

kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).

Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat peningkatan

kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif

(Suyono, 2002).

B. ETIOLOGI

Diabetes tipe I :

a. Faktor genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu

predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.

Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen

HLA.

b. Faktor-faktor imunologi

Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah

pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang

dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel

pulau Langerhans dan insulin endogen.

c. Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi

selbeta.

Diabetes Tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin

pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi insulin.

Faktor-faktor resiko :

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)

b. Obesitas

c. Riwayat keluarga

Etiologi dari diabetes mellitus tipe II sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dari

studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa diabetes mellitus adalah

merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu

penyebab yang mendasarinya.

Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :

1. Faktor genetic

Riwayat keluarga dengan diabetes :

Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita diabetes mellitus

dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang menderita diabetes

mellitus mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang

memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.

2. Faktor non genetic

a. InfeksiVirus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi

genetic terhadap diabetes mellitus.

b. Nutrisi1. Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.2. Malnutrisi protein3. Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.

c. StresStres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan

hyperglikemia sementara.

d. Hormonal Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi,

akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena konsentrasi

glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat

C. KLASIFIKASI Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :

1. Diabetes mellitus type insulin, Tipe I

Insulin Dependen diabetes mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama

Juvenil Onset diabetes (JOD), klien tergantung pada pemberian insulin untuk

mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-

anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.

2. Diabetes mellitus type II,

Non Insulin Dependen diabetes mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan

nama Maturity Onset diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :

a. Non obesitasb. Obesitas

Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi biasanya

resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.

Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.

3. Diabetes mellitus type lain

a. Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan hormonal, diabetes

karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.

b. Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :

Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik

c. diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan,

tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat

sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS).

Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.

D. PATOFISIOLOGI

Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek

utama kekurangan insulin sebagai berikut :

1. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan

konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml.

2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan

kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang

mengakibatkan aterosklerosis.

3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.

Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada diabetes mellitus yang

tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah

glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225

mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi

glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa

meningkat melebihi 180 mg%.

Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah

dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam

aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1

Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter.

E. MANIFESTASI KLINIS

Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :

Pada tahap awal sering ditemukan :

a) Poliuri (banyak kencing)

Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya

serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak

menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.

b) Polidipsi (banyak minum)

Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena

poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.

c) Polipagi (banyak makan)

Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).

Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak

makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.

d) Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.

Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh

berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein,

karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan

makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga

klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus

e) Mata kabur

Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang

disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa,

sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

F. KOMPLIKASI

1. Akut

1.) Hypoglikemia

2.) Ketoasidosis

3.) Diabetik

2. Kronik1.) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh

darah tepi, pembuluh darah otak.

2.) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati diabetic.

3.) Neuropati diabetic.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Glukosa darah sewaktu

2. Kadar glukosa darah puasa

3. Tes toleransi glukosa

Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl).Kadar glukosa darah sewaktu

Plasma vena :

<100>100 - 200 = belum pasti DM>200 = DM

Darah kapiler :

<80>80 - 100 = belum pasti DM> 200 = DM

Kadar glukosa darah puasa

Plasma vena :<110>110 - 120 = belum pasti DM> 120 = DM

Darah kapiler :

<90>90 - 110 = belum pasti DM> 110 = DM

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :

1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr

karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl).

H. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur

glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil

mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia.

Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik,

diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.

Pada penderita dengan diabetes mellitus harus rantang gula dan makanan yang manis

untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus

adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :

J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.

J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.

J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).

Diet pada penderitae diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain:

1. Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %,

protein 20 %.

2. Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.

3. Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.

4. Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.

Indikasi diet A :

Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.

Indikasi diet B :

Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :

1. Kurang tahan lapan dengan dietnya.2. Mempunyai hyperkolestonemia.3. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami cerobrovaskuler

acident (cva) penyakit jantung koroner.4. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati diabetik tetapi

belum ada nefropati yang nyata.5. Telah menderita diabetes dari 15 tahun

II. LANDASAN TEORI KEPERAWATAN/ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Aktivitas dan Istirahat

Gejala : Lemah,letih sulit bergerak atau berjalan Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur dan istirahat

Tanda : Takikardia dan takipneu pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas Latergi atau disorientasi, koma

Penurunan kekuatan otot

2. Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat hipertensi; IM akut Klaudikasi, kebas dan ksemutan pada ekstremitas Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama

Tanda : Takhikardi Prubahan tekanan Darah Postural; hipertensi Nadi yang menurun atau tak ada Disritmia Krekels Kulit panas, kering dan kemerahan; bola mata cekung

3. Integritas Ego

Gejala: Stres;tergantung pada orang lain Masalah financial yang berhubungan dengan kondisi

Tanda : Ansietas; peka rangsangan

4. Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih (poli uria), nokturia Rasa nyeri atau terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang Nyeri tekan abdomen Diare

Tanda : Urine encer, pucat, kuning;poliuri Urine berkabut, bau busuk Abdomen keras, adanya acites Bising usus lemah dan menurun;hiperaktif(diare)

5. Makanan /Cairan

Gejala : Hilang nafsu makan Mual atau muntah Haus Penggunaan diuretic

Tanda : Kulit kering/ bersisik, turgor jelek Kekakuan/distensi abdomen, muntah Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolic dengan peningkatan gula darah)

Bau halitosis/manis, bau buah(nafas aseton)

6. Neurosensori

Gejala : Pusing/pening Sakit kepala Kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia Gangauan penglihatan

Tanda : Disorientasi; mengantuk, latergi, stupor/koma(tahap lanjut). Gangguan memori; kacau

mental Reflex tendon dalam(RTD) menurun (koma)

Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA)

7. Nyeri/Kenyamanan

Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri(sedang/berat)

Tanda :Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati

8. Pernapasan

Gejala: Merasa kekurangan oksigen,batuk dengan/ tanpa sputum purulen (tergantung adanya

infeksi atau tidak Tanda :

Lapar udara Batuk, dengan atau tanpa sputum purylen Frekuensi perna

9. Keamanan

Gejala :

Kulit kering, gatal;ulkus kulit

Tanda : Demam,diaphoresis Kulit rusak, lesi/ulserasi Menurunnya kekuatan umum/ rentang gerak Parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernafasan jika kadar kalium menurun dengan

cukup tajam)B. Diagnosa dan rencana asuhan keperawatan

1. Nyeri (akut/kronik) b/d terputusnya kontinuitas jaringan

Intervensi Rasional1. Kaji skala nyeri dengan menggunakan

skala (0-10)

2. Jaga kestenlisasian selama perawatan

luka

3. Ajarkan teknik relaksasi

4. Rawat luka tiap hari

5. Kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian insulin

1. Skala nyeri menentukan tingkat kenyamanan

serta rencana tindakan selanjutnya

2. Teknik septic-aseptik mencegah terjadinya

infeksi yang berlanjutan

3. Teknik relaksasi diindikasikan untuk

mengurangi rasa nyeri

4. Mempercepat proses penyembuhan

5. Membantu dalam menstabilkan gula darah

pasien.

2. Perubahan volume cairan b/d dierasis osmotic, kehilangan gastric berlebihan (diare, muntah) masukan dibatasi (mual).

No. Interveransi Rasional1

2.

3.

4.

Dapatkan riwayat penyakit b/d lamanya / intensitas, pengeluaran urine yang sangat berlebihan.

Pantauan TTV

Pola napas seperti adanya pernapasan kumaul / pernapasan yang berbau katon.

Ukur BB setiap hari

Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total.

Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardi

Paru-paru mengeluarkan asam karbonat yang menghasilkan kompensasi alkalosis respiratonk.

Memberikan hasil pengkapan yang terbuat dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam cairan pengganti.

5. Catat hala-hal seperti mual, nyeri, abdomen, muntah dan distensi lambung.

Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motalitas lambung yang sering kali akan menimbulkan muntah dan secara potensial akan menimbulkan kekurangan cairan.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak cukupan insulin, penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.

No. Interverensi Rasional1.

2.

3.

4.

Timbang BB setiap hari

Tentukan program diet dan pola makan pasien

Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransi melalui pemberian cairan

Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makana ini sesuai dengan indikasi.

Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.

Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan taraupetik.

Pemberian cairan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi gastroantastinal baik

Meningkatkan rasa ketelibatan memberikan informasi kepeda keluarga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.

4. Kelebihan b/d penurunan produksi energy metabolic, perubahan kimia darah, peningkatan kebutuhan energy.

No. Interverensi Rasional1.

2.

Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas

Berikan aktivitas alternative dengan periode istirahat yang cukup

Tingkat partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat di toleransi

Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.

Mencegah kelelahan yang berlebihan.

Meningkatkan kepercayaan diri / harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat di toleransi pasien.

5. Kurang pengetahuan tentang penyakit b/d kurangnya informasi

No. Interverensi Rasional1. Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan

2.

3.

4.

belajar yang diharapkan

Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat dan cara untuk mengkomsumsi makanan diluar rumah.

Tekankan pentingnya mempertahankan pemeriksaan gula darah setiap hari.

Diskusikan factor-faktor yang memegang peranan penting dalam control DM tersebut seperti latihan, stress, pembedahan dan penyakit tertentu.

antusias dan kerja sama pasien dengan prinsip-prinsip yang di pelajari.

Kesadaran tentang pentingnya control diet akan membantu pasien dalam merencanakan waktu.

Membantu dalam menciptakan gambaran nyata dari keadaan pasien untuk melakukan control penyakit dengan lebih kuat.

Informasi ini akan meningkatkan pengendalian terhadap DM dan dapat menurunkan berulangnya kejadian kotoasidosis.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. I. N

DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN “DM”

PADA RUANGAN CENDERAWASIH DI RSUD

HAULUSSY AMBON

A. Identitas pasienNama : Tn. I. NUmur : 49 tahunJenis kelamin : Laki-lakiPekerjaan : PNSPendidikan : SMAAgama : Kristen ProtestanAlamat : Negeri LamaTgl masuk RS/ jam : 06-10-2010 jam 16:00 WITTgl pengkajian : 07-10-2010 jam 08:30 WITDX Medis : Diabetes MellitusNama penanggung jawab : ny. K. NHubungan dengan klien : IstriUmur : 45 tahunPekerjaan : Ibu rumah tanggaAlamat : Negeri Lama.

B. Riwayat kesehatan sekarang 1. Keluhan utama masuk RS : Luka pada kedua tungkai2. Keluhan yang menyertai : nyeri pada daerah luka, lemas3. Keluhan utama pada saat pengkajian : Nyeri pada daerah luka

P : Kena air panas Q : Seperti tertusuk-tusukR : Daerah luka menyebar ke lututS : Sedang (4)T : Hilang timbul

4. Keluhan yang menyertai : lemas, perut kembung, belum BAB selama 3 Hari.

Catatan Kronologis

Pada akhir bulan September waktu pasien jalan pagi, setelah tiba di rumah pasien merasa kram pada kedua kaki seperti terbakar api. Pasien belum pernah meraskan hal yang sama sebelum selama ia jalan pagi , dengan kondisi kaki yang demikian pasien dan keluarga menganggap bahwa itu adalah kekuatan gaib, sehingga keluarga pasien memanggil dukun kampong untuk berobat. Namun dengan air biasa yang digunakan oleh dukun kampung ketika pasien mencoba menaruh kedua tangan air masih dalam keadaan dingin, setelah bergantiaan dengan air hangat yang dicelupkan kedua kaki, malah membuat kedua kaki pasien luka. Pasien sudah mendapat pengobatan dari tim kas (mantri) selama satu minggu, namun KU pasien makin lemas sehingga keluarga mengambil keputusan untuk dibawa ke RSUD Haulussy Ambon, tiba di UGD pada pukul 16:00 WIT dan mendapat therapy :

Nacl 0,9% 20 tt/m Cefo 2 X 1 gr/IV Metrodinasol 3 X 0,5 gr/drips Neurosanbe 1 am Inje ranitidine 2 X 1 / IV

C. Riwayat kesehatan masa lalu1. Riwayat tumbuh kembang : Normal2. BB yang sesuai dengan usia : 57 kg/ 160 cm3. Gangguan psikologis : Tidak4. Hospitalisasi : Pasien pernah dirawat di RS 1X dengan penyakit yang

sama, pada bulan februari 2010

2. Keluarga yang mempunyai penyakit yang sama : Nenek pasien

3. Penyakit yang diderita keluarga :

Gangguan pertumbuhan : Tidak ada Obesitas : Tidak Kelainan hiroid : Tidak

Pasien bertanya-tanya tentang penyakitnya : Ya

4. Latihan / olahraga

- Jenis latihan / olahraga : Jalan pagi- Frekuensi : 3X / minggu- Keluhan : tidak ada

D. Pemeriksaan Fisik1. Pemeriksaan umum

- Kesadaran : Compos mentis

- KU : Lemah

- BB / TB : 57 / 160

- TD : 150 / 90 mmHg, N : 86 x / m, S : 37 c, R : 22 x /m2. Wajah

- Abnormalitas struktur : Tidak

- Ekspresi wajah : Tampak Meringis3. Mata

- Bola mata : Normal

- Kelopak mata : Normal

- Pupil : Normal

- Sclera : Normal

- Konjungtiva : Normal

- Ketajaman penglihatan : Normal4. Hidung

- Struktur : Normal

- Pernapasan cuping hidung : Tadak

- Penciuman : Baik5. Telinga

- Struktur : Norml

- Fungsi Pendengaran : Baik6. Mulut

- Kebersihan mulut : Bersih

- Bau : Tidak

- Fungsi bicara : Baik

- Menelan : Baik7. Leher

- Vena jugularis : Tidak ada peningkatan

- Pembesaran Kel tiroid : Tidak8. Dada

- Bentuk : Simetris

- Gerakan Dada : Mengikuti irama pernapasan

- Bulu dada/ketiak : Ada

9. Abdomen- Bentuk : Simetris

- Hipertimpani : Ya

- Kembung : ya10. Ektermitas

- Ekstermitas atas : Terpasang Nacl 12 tt/m

- Ektermitas bawah : Luka pada ke dua telapak kaki

- Komentar : Pasien mengatakan lemas

E. Pola aktivitas sehari-hari

Pola Aktivitas Sebelum sakit Sesudah sakit1. Makan

a. Frekuensi makanb. Jenis makananc. Jumlah porsi makand. Keluhan saat makan

2. Minuma. Frekuensi minumb. Jenis minumanc. Jumlah minumd. Keluhan saat minum

3. Eliminasia. BAB

- Fekuensi BAB- Konsistensi- Warna- Keluhan saat BAB

b. BAK- Frekuensi BAK- Bau- Warna- Keluhan saat BAK

4. Personal HYegine- Frekuensi mandi- Sikat gigi

3x / hrNasi, ikan, sayur1 porsiTidak

3-4x / hr / gelasAir putih6-7 gls/ hr Tidak ada

1 – 2 x / hrLembekKuningTidak ada

1 -2 x / hrPesingKuningTidak ada

3 x / hr3 x / hr

3 x / hrBubur, sayur1 porsiTidak ada

1-2 x / hr / gelasAir putih1-2 gls / hr / Tidak ada

Belum BAB selama 3 hari

1 -3 x / hrpesingKuningTidak ada

1 x / hr3 x / hr

F. Pemeriksaan penunjang- Darah

1. Lenco : 13.2002. BB : 165 – 1683. Tromb : 175.0004. Bul T/D/I : 0,4/0,2/0,25. SOGT / PT : 16 / 196. Ureum : 477. Creat : 4,08. Cholest : 1559. GDP : 36110. HB : 12,7 gr/dl11. USG : Acites

KLASIFIKASI DATA

DS : Pasien mengatakan

Nyeri pada daerah luka Nyeri seperti tertusuk-tusuk Nyeri menyebar sampai ke lutut Skala nyeri sedang (4) Nyeri hilang timbul Perut kembung Pasien pernah mengalami penyakit yang sama Ada keluarga yang mengalami penyakit DM Belum BAB selama 3 hari Lemas

DO :

KU Lemah Ekspresi wajah tampak meringis TD : 150 / 90 mmHg Pasien bertanya-tanya tentang penyakitnya Hipertimpani USG hasilnya acites Luka pada kedua telapak kaki Terpasang IVFD Nacl 12 tts/m Aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat Leuco :13.200 SGOT/PT : 16/19 ul Ureum : 47 mg/dl Creat : 4,0 GDP : 361

ANALISA DATA

Data Etiologi MasalahDS : Pasien mengatakan

- Nyeri pada daerah Luka- Nyeri seperti tertusuk-tusuk- Nyeri menyebar samapai ke lutut- Skala nyeri sedang (4)- Nyeri hilang timbul

DO :- KU Lemah- Ekspresi wajah tampak meringis- Luka pada kedua telapak kaki- TD : 150/90 UL- Leuco : 13.200- SGOT/PT : 16/19 UL- Ureum : 47 mg/dl- Creat : 4,0- GDP : 361

Luka pada kedua kaki Nyeri Akut

Data Etiologi MasalahDS : Pasien mengatakan

- Perut kembung - Belum BAB selama 3 hari

DO :- KU Lemah- Hipertimpani- Hasil USG acites

DS : Pasien mengatakan- Lemas

DO :- KU Lemah- Terpasang IVFD Nacl 12 H/m- Aktivitas dibantu oleh perawat

dan keluarga

Hipoperistalik usus

Kelemahan Fisik

Gangguan eliminasi bowel

Intoleransi aktivitas

DS : Pasien mengatakan - Pernah mengalami penyakit yang

sama- Ada keluarga yang mengalami

penyakit DMDO :

- Pasien bertanya-tanya tentang penyakitnya

Kurang informasi tentang penyakit

Kurang pengetahuan

PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri akut b/d Terputusnya kontinustas jaringan2. Gangguan eliminasi bowel b/d hipoperistaltik usus3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik4. Kurang pengetahuan tentang penyakit b/d kurang informasi tentang penyakit