Download - DocumentDM
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELITUS
I. LANDASAN TEORI MEDIS
A. PENGERTIAN (MEDIS)
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan
metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi
makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. (Barbara C. Long)
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem
dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja
insulin yang tidak adekuat. (Brunner dan Sudart)
Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor
lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia
kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat peningkatan
kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Suyono, 2002).
B. ETIOLOGI
Diabetes tipe I :
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel
pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
selbeta.
Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
Etiologi dari diabetes mellitus tipe II sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dari
studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa diabetes mellitus adalah
merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu
penyebab yang mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :
1. Faktor genetic
Riwayat keluarga dengan diabetes :
Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita diabetes mellitus
dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang menderita diabetes
mellitus mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang
memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.
2. Faktor non genetic
a. InfeksiVirus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi
genetic terhadap diabetes mellitus.
b. Nutrisi1. Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.2. Malnutrisi protein3. Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
c. StresStres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan
hyperglikemia sementara.
d. Hormonal Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi,
akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena konsentrasi
glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat
C. KLASIFIKASI Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :
1. Diabetes mellitus type insulin, Tipe I
Insulin Dependen diabetes mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama
Juvenil Onset diabetes (JOD), klien tergantung pada pemberian insulin untuk
mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-
anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.
2. Diabetes mellitus type II,
Non Insulin Dependen diabetes mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan
nama Maturity Onset diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :
a. Non obesitasb. Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi biasanya
resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.
3. Diabetes mellitus type lain
a. Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan hormonal, diabetes
karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.
b. Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
c. diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan,
tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat
sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS).
Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
D. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek
utama kekurangan insulin sebagai berikut :
1. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan
kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang
mengakibatkan aterosklerosis.
3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada diabetes mellitus yang
tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah
glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225
mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi
glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa
meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah
dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam
aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1
Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter.
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
a) Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya
serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak
menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
b) Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
c) Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak
makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
d) Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh
berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein,
karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan
makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga
klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus
e) Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa,
sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
F. KOMPLIKASI
1. Akut
1.) Hypoglikemia
2.) Ketoasidosis
3.) Diabetik
2. Kronik1.) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh
darah tepi, pembuluh darah otak.
2.) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati diabetic.
3.) Neuropati diabetic.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl).Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena :
<100>100 - 200 = belum pasti DM>200 = DM
Darah kapiler :
<80>80 - 100 = belum pasti DM> 200 = DM
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena :<110>110 - 120 = belum pasti DM> 120 = DM
Darah kapiler :
<90>90 - 110 = belum pasti DM> 110 = DM
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl).
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur
glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil
mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia.
Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik,
diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Pada penderita dengan diabetes mellitus harus rantang gula dan makanan yang manis
untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus
adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).
Diet pada penderitae diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain:
1. Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %,
protein 20 %.
2. Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
3. Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
4. Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.
Indikasi diet A :
Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.
Indikasi diet B :
Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :
1. Kurang tahan lapan dengan dietnya.2. Mempunyai hyperkolestonemia.3. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami cerobrovaskuler
acident (cva) penyakit jantung koroner.4. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati diabetik tetapi
belum ada nefropati yang nyata.5. Telah menderita diabetes dari 15 tahun
II. LANDASAN TEORI KEPERAWATAN/ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas dan Istirahat
Gejala : Lemah,letih sulit bergerak atau berjalan Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur dan istirahat
Tanda : Takikardia dan takipneu pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas Latergi atau disorientasi, koma
Penurunan kekuatan otot
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi; IM akut Klaudikasi, kebas dan ksemutan pada ekstremitas Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama
Tanda : Takhikardi Prubahan tekanan Darah Postural; hipertensi Nadi yang menurun atau tak ada Disritmia Krekels Kulit panas, kering dan kemerahan; bola mata cekung
3. Integritas Ego
Gejala: Stres;tergantung pada orang lain Masalah financial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas; peka rangsangan
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poli uria), nokturia Rasa nyeri atau terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang Nyeri tekan abdomen Diare
Tanda : Urine encer, pucat, kuning;poliuri Urine berkabut, bau busuk Abdomen keras, adanya acites Bising usus lemah dan menurun;hiperaktif(diare)
5. Makanan /Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan Mual atau muntah Haus Penggunaan diuretic
Tanda : Kulit kering/ bersisik, turgor jelek Kekakuan/distensi abdomen, muntah Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolic dengan peningkatan gula darah)
Bau halitosis/manis, bau buah(nafas aseton)
6. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening Sakit kepala Kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia Gangauan penglihatan
Tanda : Disorientasi; mengantuk, latergi, stupor/koma(tahap lanjut). Gangguan memori; kacau
mental Reflex tendon dalam(RTD) menurun (koma)
Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA)
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri(sedang/berat)
Tanda :Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati
8. Pernapasan
Gejala: Merasa kekurangan oksigen,batuk dengan/ tanpa sputum purulen (tergantung adanya
infeksi atau tidak Tanda :
Lapar udara Batuk, dengan atau tanpa sputum purylen Frekuensi perna
9. Keamanan
Gejala :
Kulit kering, gatal;ulkus kulit
Tanda : Demam,diaphoresis Kulit rusak, lesi/ulserasi Menurunnya kekuatan umum/ rentang gerak Parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernafasan jika kadar kalium menurun dengan
cukup tajam)B. Diagnosa dan rencana asuhan keperawatan
1. Nyeri (akut/kronik) b/d terputusnya kontinuitas jaringan
Intervensi Rasional1. Kaji skala nyeri dengan menggunakan
skala (0-10)
2. Jaga kestenlisasian selama perawatan
luka
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Rawat luka tiap hari
5. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian insulin
1. Skala nyeri menentukan tingkat kenyamanan
serta rencana tindakan selanjutnya
2. Teknik septic-aseptik mencegah terjadinya
infeksi yang berlanjutan
3. Teknik relaksasi diindikasikan untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Mempercepat proses penyembuhan
5. Membantu dalam menstabilkan gula darah
pasien.
2. Perubahan volume cairan b/d dierasis osmotic, kehilangan gastric berlebihan (diare, muntah) masukan dibatasi (mual).
No. Interveransi Rasional1
2.
3.
4.
Dapatkan riwayat penyakit b/d lamanya / intensitas, pengeluaran urine yang sangat berlebihan.
Pantauan TTV
Pola napas seperti adanya pernapasan kumaul / pernapasan yang berbau katon.
Ukur BB setiap hari
Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total.
Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardi
Paru-paru mengeluarkan asam karbonat yang menghasilkan kompensasi alkalosis respiratonk.
Memberikan hasil pengkapan yang terbuat dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam cairan pengganti.
5. Catat hala-hal seperti mual, nyeri, abdomen, muntah dan distensi lambung.
Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motalitas lambung yang sering kali akan menimbulkan muntah dan secara potensial akan menimbulkan kekurangan cairan.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak cukupan insulin, penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.
No. Interverensi Rasional1.
2.
3.
4.
Timbang BB setiap hari
Tentukan program diet dan pola makan pasien
Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransi melalui pemberian cairan
Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makana ini sesuai dengan indikasi.
Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.
Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan taraupetik.
Pemberian cairan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi gastroantastinal baik
Meningkatkan rasa ketelibatan memberikan informasi kepeda keluarga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
4. Kelebihan b/d penurunan produksi energy metabolic, perubahan kimia darah, peningkatan kebutuhan energy.
No. Interverensi Rasional1.
2.
Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas
Berikan aktivitas alternative dengan periode istirahat yang cukup
Tingkat partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat di toleransi
Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
Mencegah kelelahan yang berlebihan.
Meningkatkan kepercayaan diri / harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat di toleransi pasien.
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit b/d kurangnya informasi
No. Interverensi Rasional1. Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan
2.
3.
4.
belajar yang diharapkan
Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat dan cara untuk mengkomsumsi makanan diluar rumah.
Tekankan pentingnya mempertahankan pemeriksaan gula darah setiap hari.
Diskusikan factor-faktor yang memegang peranan penting dalam control DM tersebut seperti latihan, stress, pembedahan dan penyakit tertentu.
antusias dan kerja sama pasien dengan prinsip-prinsip yang di pelajari.
Kesadaran tentang pentingnya control diet akan membantu pasien dalam merencanakan waktu.
Membantu dalam menciptakan gambaran nyata dari keadaan pasien untuk melakukan control penyakit dengan lebih kuat.
Informasi ini akan meningkatkan pengendalian terhadap DM dan dapat menurunkan berulangnya kejadian kotoasidosis.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. I. N
DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN “DM”
PADA RUANGAN CENDERAWASIH DI RSUD
HAULUSSY AMBON
A. Identitas pasienNama : Tn. I. NUmur : 49 tahunJenis kelamin : Laki-lakiPekerjaan : PNSPendidikan : SMAAgama : Kristen ProtestanAlamat : Negeri LamaTgl masuk RS/ jam : 06-10-2010 jam 16:00 WITTgl pengkajian : 07-10-2010 jam 08:30 WITDX Medis : Diabetes MellitusNama penanggung jawab : ny. K. NHubungan dengan klien : IstriUmur : 45 tahunPekerjaan : Ibu rumah tanggaAlamat : Negeri Lama.
B. Riwayat kesehatan sekarang 1. Keluhan utama masuk RS : Luka pada kedua tungkai2. Keluhan yang menyertai : nyeri pada daerah luka, lemas3. Keluhan utama pada saat pengkajian : Nyeri pada daerah luka
P : Kena air panas Q : Seperti tertusuk-tusukR : Daerah luka menyebar ke lututS : Sedang (4)T : Hilang timbul
4. Keluhan yang menyertai : lemas, perut kembung, belum BAB selama 3 Hari.
Catatan Kronologis
Pada akhir bulan September waktu pasien jalan pagi, setelah tiba di rumah pasien merasa kram pada kedua kaki seperti terbakar api. Pasien belum pernah meraskan hal yang sama sebelum selama ia jalan pagi , dengan kondisi kaki yang demikian pasien dan keluarga menganggap bahwa itu adalah kekuatan gaib, sehingga keluarga pasien memanggil dukun kampong untuk berobat. Namun dengan air biasa yang digunakan oleh dukun kampung ketika pasien mencoba menaruh kedua tangan air masih dalam keadaan dingin, setelah bergantiaan dengan air hangat yang dicelupkan kedua kaki, malah membuat kedua kaki pasien luka. Pasien sudah mendapat pengobatan dari tim kas (mantri) selama satu minggu, namun KU pasien makin lemas sehingga keluarga mengambil keputusan untuk dibawa ke RSUD Haulussy Ambon, tiba di UGD pada pukul 16:00 WIT dan mendapat therapy :
Nacl 0,9% 20 tt/m Cefo 2 X 1 gr/IV Metrodinasol 3 X 0,5 gr/drips Neurosanbe 1 am Inje ranitidine 2 X 1 / IV
C. Riwayat kesehatan masa lalu1. Riwayat tumbuh kembang : Normal2. BB yang sesuai dengan usia : 57 kg/ 160 cm3. Gangguan psikologis : Tidak4. Hospitalisasi : Pasien pernah dirawat di RS 1X dengan penyakit yang
sama, pada bulan februari 2010
2. Keluarga yang mempunyai penyakit yang sama : Nenek pasien
3. Penyakit yang diderita keluarga :
Gangguan pertumbuhan : Tidak ada Obesitas : Tidak Kelainan hiroid : Tidak
Pasien bertanya-tanya tentang penyakitnya : Ya
4. Latihan / olahraga
- Jenis latihan / olahraga : Jalan pagi- Frekuensi : 3X / minggu- Keluhan : tidak ada
D. Pemeriksaan Fisik1. Pemeriksaan umum
- Kesadaran : Compos mentis
- KU : Lemah
- BB / TB : 57 / 160
- TD : 150 / 90 mmHg, N : 86 x / m, S : 37 c, R : 22 x /m2. Wajah
- Abnormalitas struktur : Tidak
- Ekspresi wajah : Tampak Meringis3. Mata
- Bola mata : Normal
- Kelopak mata : Normal
- Pupil : Normal
- Sclera : Normal
- Konjungtiva : Normal
- Ketajaman penglihatan : Normal4. Hidung
- Struktur : Normal
- Pernapasan cuping hidung : Tadak
- Penciuman : Baik5. Telinga
- Struktur : Norml
- Fungsi Pendengaran : Baik6. Mulut
- Kebersihan mulut : Bersih
- Bau : Tidak
- Fungsi bicara : Baik
- Menelan : Baik7. Leher
- Vena jugularis : Tidak ada peningkatan
- Pembesaran Kel tiroid : Tidak8. Dada
- Bentuk : Simetris
- Gerakan Dada : Mengikuti irama pernapasan
- Bulu dada/ketiak : Ada
9. Abdomen- Bentuk : Simetris
- Hipertimpani : Ya
- Kembung : ya10. Ektermitas
- Ekstermitas atas : Terpasang Nacl 12 tt/m
- Ektermitas bawah : Luka pada ke dua telapak kaki
- Komentar : Pasien mengatakan lemas
E. Pola aktivitas sehari-hari
Pola Aktivitas Sebelum sakit Sesudah sakit1. Makan
a. Frekuensi makanb. Jenis makananc. Jumlah porsi makand. Keluhan saat makan
2. Minuma. Frekuensi minumb. Jenis minumanc. Jumlah minumd. Keluhan saat minum
3. Eliminasia. BAB
- Fekuensi BAB- Konsistensi- Warna- Keluhan saat BAB
b. BAK- Frekuensi BAK- Bau- Warna- Keluhan saat BAK
4. Personal HYegine- Frekuensi mandi- Sikat gigi
3x / hrNasi, ikan, sayur1 porsiTidak
3-4x / hr / gelasAir putih6-7 gls/ hr Tidak ada
1 – 2 x / hrLembekKuningTidak ada
1 -2 x / hrPesingKuningTidak ada
3 x / hr3 x / hr
3 x / hrBubur, sayur1 porsiTidak ada
1-2 x / hr / gelasAir putih1-2 gls / hr / Tidak ada
Belum BAB selama 3 hari
1 -3 x / hrpesingKuningTidak ada
1 x / hr3 x / hr
F. Pemeriksaan penunjang- Darah
1. Lenco : 13.2002. BB : 165 – 1683. Tromb : 175.0004. Bul T/D/I : 0,4/0,2/0,25. SOGT / PT : 16 / 196. Ureum : 477. Creat : 4,08. Cholest : 1559. GDP : 36110. HB : 12,7 gr/dl11. USG : Acites
KLASIFIKASI DATA
DS : Pasien mengatakan
Nyeri pada daerah luka Nyeri seperti tertusuk-tusuk Nyeri menyebar sampai ke lutut Skala nyeri sedang (4) Nyeri hilang timbul Perut kembung Pasien pernah mengalami penyakit yang sama Ada keluarga yang mengalami penyakit DM Belum BAB selama 3 hari Lemas
DO :
KU Lemah Ekspresi wajah tampak meringis TD : 150 / 90 mmHg Pasien bertanya-tanya tentang penyakitnya Hipertimpani USG hasilnya acites Luka pada kedua telapak kaki Terpasang IVFD Nacl 12 tts/m Aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat Leuco :13.200 SGOT/PT : 16/19 ul Ureum : 47 mg/dl Creat : 4,0 GDP : 361
ANALISA DATA
Data Etiologi MasalahDS : Pasien mengatakan
- Nyeri pada daerah Luka- Nyeri seperti tertusuk-tusuk- Nyeri menyebar samapai ke lutut- Skala nyeri sedang (4)- Nyeri hilang timbul
DO :- KU Lemah- Ekspresi wajah tampak meringis- Luka pada kedua telapak kaki- TD : 150/90 UL- Leuco : 13.200- SGOT/PT : 16/19 UL- Ureum : 47 mg/dl- Creat : 4,0- GDP : 361
Luka pada kedua kaki Nyeri Akut
Data Etiologi MasalahDS : Pasien mengatakan
- Perut kembung - Belum BAB selama 3 hari
DO :- KU Lemah- Hipertimpani- Hasil USG acites
DS : Pasien mengatakan- Lemas
DO :- KU Lemah- Terpasang IVFD Nacl 12 H/m- Aktivitas dibantu oleh perawat
dan keluarga
Hipoperistalik usus
Kelemahan Fisik
Gangguan eliminasi bowel
Intoleransi aktivitas
DS : Pasien mengatakan - Pernah mengalami penyakit yang
sama- Ada keluarga yang mengalami
penyakit DMDO :
- Pasien bertanya-tanya tentang penyakitnya
Kurang informasi tentang penyakit
Kurang pengetahuan