bab ii tinjauan pustaka a. telur -...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telur Telur ayam mempunyai struktur yang sangat khusus yang mengandung zat gizi
yang cukup untuk mengembangkan sel yang telah dibuahi menjadi seekor anak ayam.
Ketiga komponen pokok telur yaitu : kulit telur atau cangkang (11% dari berat total
telur), putih telur (57% dari berat total telur), dan albumin atau kuning telur (32%
dari berat total telur)6. Secara struktur bagian-bagian telur dapat dilihat pada gambar
sebagai berikut :
16
15
14
13
12
11 10
9
8
7
6
5 4
3
2 1
Sumber : K.A. Buckle (1987)
Gambar 2.1 Struktur Bagian-bagian Telur
Secara terperinci struktur telur dapat dibagi menjadi 9 bagian yaitu: 1) Kulit
telur dengan permukaan yang agak berbintik-bintik; 2) Membran kulit luar yang tipis
elur gelap; 13) Lapisan viteline kuning telur; 14) Ruang cell; 15) Membran kulit luar; 16) Membran kulit dalam
1) Bagian tipis luar/outer thin; 2) Bagian kokoh; 3) Bagian tipis dalam/inner thin; 4) Khalaziferus; 5) Khalaza; 6) Kutikula/cuticle; 7) Lapisan kapur busa; 8) Lapisan Mammilari; 9) Cakram benih Blastoderm; 10) Latebra; 11) Lapisan kuning telur terang; 12) Lapisan kuning tudara/air
berpisah pada ujung yang tumpul; 3) Putih telur bagian luar yang tipis dan berupa
cairan; 4) Putih telur yang kental dan kokoh berbentuk kantum albumin; 5) Putih telur
bagian dalam yang tipis dan berupa cairan; 6) Struktur keruh berserat yang terlihat
pada kedua ujung kuning telur.; 7) Lapisan tipis yang mengelilingi kuning telur
disebut membrani fetelin; 8) Benih atau bastodic yang terlihat sebagai bintik kecil
pada permukaan kuning telur; 9) Kuning telur yang terbagi menjadi kuning telur
berwarna putih berbentuk vas, bermula dari benih kepusat kuning telur dan kuning
telur yang berlapis yang merupakan bagian terbesar dari telur7.
B. Mutu dan Jenis Telur 1. Mutu telur
Mutu telur utuh dinilai secara candling yaitu dengan meletakkan telur
dalam jalur sorotan sinar yang kuat sehingga memungkinkan pemeriksaan bagian
dalam dengan candling. Ini memungkinkan penemuan keretakan pada kulit telur,
ukuran dan gerakan kuning telur, ukuran kantong udara, bintik-bintik darah,
bintik-bintik daging kerusakan oleh mikroba dan pertumbuhan benih. Walaupun
begitu, hanya kerusakan yang menonjol saja yang dapat diketahui dengan cara
candling. Mutu telur tanpa kulit dapat dinilai dengan cara yang lebih pasti karena
banyak kerusakan oleh mikoba dan lain-lainnya. Dapat diamati dengan lebih jelas,
lagipula bertambah besar kuning telur yang dapat diamati dan indeks kuning telur
dapat diukur. Perubahan-perubahan yang terjadi selama penyimpanan telur: 7
a. Berkurangnya berat, terutama disebabkan karena hilangnya CO2, NH3, N2,
dan H2S.
b. Pertambahan ukuran ruang udara karena air hilang volume ruang udara
bertambah.
c. Penurunan berat jenis karena bertambah besarnya ruang udara.
d. Bercak-bercak pada permukaan kulit telur karena penyebaran air yang tidak
merata.
e. Penurunan jumlah putih telur tebal karena serat glikoprotein ovomucin
pecah.
f. Perubahan cita rasa dan kehilangan karbondioksida.
2. Jenis telur
Banyak jenis telur unggas yang dapat kita jumpai di sekitar kita. Ada 5
macam telur unggas yang paling sering dimanfaatkan oleh masyarakat, yaitu 6:
a. Telur ayam kampung, umumnya berwarna putih atau putih kecoklatan,
dengan berat berkisar antara 25-35 gr per butir.
b. Telur ayam ras, umumnya berwarna cokelat merah, dengan berat berkisar
antara 50-70 gr per butir.
c. Telur itik, umumnya berwarna biru hijau, dengan berat berkisar 70-80 gr per
butir.
d. Telur entok, umumnya berwarna putih, dengan berat berkisar antara 70-80 gr
per butir.
e. Telur puyuh, umumnya berwarna putih berbintik-bintik cokelat kehitaman,
dengan berat kurang lebih 10 gr per butir.
C. Penentuan Mutu Telur Penentuan mutu telur bertujuan untuk mengetahui apakah telur masih baik
atau jelek. Ciri-ciri telur yang baik adalah: 1). Kulit telur mulus; 2). Kuning
telur berada di tengah-tengah dan tidak bergerak bebas; 3). Rongga udara kecil;
4).Tidak ada bintik-bintik darah; 5). Tidak ada bintik daging karena kerusakan oleh
mikro organisme.
Mutu telur dapat dinilai dari dua bagian, antara lain kualitas telur bagian dalam
dan kualitas telur bagian luar. Faktor kualitas telur bagian dalam meliputi kekentalan
putih telur dan warna kuning telur, posisi kuning telur bulat serta ada tidaknya noda
berupa bintik–bintik darah pada kuning telur atau pada putih telur. Sedang faktor
kualitas bagian luar meliputi: bentuk luar, warna kulit telur, tekstur (permukaan telur),
dan keutuhan serta kebersihan kulit telur7.
D. Macam-macam mikroba dalam telur
Masuknya pencemar ke dalam bagian dalam membran membantu ketahanan
serta dapat masuknya mikroba terutama bakteri. Pseudomonas adalah bakteri yang
motil dan dapat menembus lapisan-lapisan telur. Pseudomonas mengandung pigmen
fluoresensi, fenon (logam) tersebut akan di lepaskan oleh sel pada bakteri
Pseudomonas dan akan mengikat albumin telur.
Selain Psedomonas, bakteri yang berperan sebagai pencemar telur adalah
Alkaligenes, Proteus, Flafobacterium. Jenis yang tumbuh pada telur tetapi sebagai
pencemar sekunder adalah Achrobacter, Alkaligenes, Escherechia, dan Enterobacter.
Bentuk kerusakan tergantung pada jenis bakteri yang tumbuh dalam telur.
Contohnya Psedomonas fluorescence dapat merusak jaringan kuning telur sehingga
putih telur menjadi kemerahan, Sedangkan Psedomonas malthopilla menyebabkan
telur berbau apek, putih telur bergaris-garis. Sedangkan yang memecah putih telur
dan menghitamkan kuning telur adalah bakteri Proteus vulgaris dan Aeromonas 8.
E. Faktor-faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Kerusakan Telur
Lingkungan sangat potensial terhadap peranan penyakit menular. Faktor
lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap kualitas bahan pangan adalah sebagai
berikut 9 :
1. Lingkungan Fisik
kerusakan terhadap telur dapat dibedakan tiga macam berdasarkan penyebab
kerusakan: telur bernoda darah, kerusakan warna kuning telur dan kulit telur
lunak.
2. Lingkungan Kimia
Kerusakan akibat adanya perubahan kimia dapat disebabkan adanya
perubahan suhu, pori-pori telur menjadi besar, penurunan berat, dan kehilangan
CO2.
3. Lingkungan Biologis
Telur yang mengalami kerusakan sehingga menjadi rusak dan berbau busuk
biasanya disebabkan oleh bakteri. Tipe kerusakan telur karena bakteri dibedakan
menjadi tiga yaitu: telur busuk, telur asam, green white egg.
F. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba
Mikroba termasuk ke dalam kelompok jasad hidup yang sangat peka terhadap
perubahan di lingkungannya. Dengan adanya perubahan terperatur atau cahaya yang
kecil, akan cepat mempengaruhi kehidupan dan aktifitasnya. Tetapi mikroba juga
termasuk kelompok jasad hidup yang dengan cepat dapat menyesuaikan diri dengan
lingkunganny 10.
Menurut Nurwantoro faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba
adalah 11 :
1. Suplai zat gizi
Seperti halnya makhluk lain, mikroorganisme juga membutuhkan suplai
makanan yang akan menjadi sumber energi dan menyediakan unsur-unsur kimia
dasar untuk pertumbuhan sel.
2. Waktu
Bila suatu sel mikroorganisme diinokulasi pada media nutrien segar
pertumbuhan yang terlihat mula-mula adalah suatu pembesaran ukuran, volume,
dan berat sel. Ketika ukuranya telah mencapai kira-kira dua kali dari besar sel
normal sel tersebut. Membelah dan menghasilkan dua kali dari besar sel normal.
Waktu antara masing-masing pembelahan sel berbeda-beda.
3. Suhu
Suhu menurunkan faktor fisika yang sangat penting pengaruhnya terhadap
pertumbuhannya dan kegiatan mikroba. Berdasarkan pada kisaran suhu
pertumbuhannya, mikroba dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
a) .Psikrofil, yaitu mikroba yang mempunyai suhu pertumbuhan minimum –5-
00C pertumbuhan optimum 5-150C, suhu maksimum 15-200C.
b) Mesofil yaitu mikroba yang mempunyai suhu pertumbuhan minimum 10-
200c, suhu pertumbuhan optimum 20-400C, suhu maksimum 40-450C.
c) Termofil yaitu mikroba yang mempunyai suhu pertumbuhan minimum 25-
450C, pertumbuhan optimum 45-600C, suhu pertumbuhan maksimumnya 60-
800C.
4. Nilai pH
Nilai pH medium sangat mempengaruhi janis jasat renik yang dapat tumbuh
pada kisaran 3-6 unit. Kebanyakan bakteri mempunyai pH optimum, yaitu pH
dimana pertumbuhan maksimum sekitar pH 6,5-7,5. pada pH dibawah 5,0 dan
diatas 8,5 bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik. Nilai pH dapat dibedakan
menjadi 3 golongan yaitu :
a. Mikroba asidofilik, yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH antara 2,0-5,0.
b. Mikroba mesofilik (neutrofilik), yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH
diantara 5,5-8,0.
c. Mikroba alkalifilik, yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH 8,4-9,5.
5. Aktivitas Air
Semua mikroba membutuhkan air untuk kehidupan. Air berperan dalam
reaksi metabolik dalam sel dan merupakan alat pengangkut zat-zat gizi atau bahan
limbah ke dalam atau luar sel.
6. Ketersediaan oksigen
Konsentrasi oksigen di dalam bahan pangan dan lingkungan mempengaruhi
jenis mikroba yang dapat tumbuh pada makanan tersebut.
G. Penanganan Telur
Penanganan telur bertujuan untuk memperlambat penurunan mutu dan
kerusakan telur. Penurunan mutu telur dapat disebabkan oleh penguapan air,
karbondioksida dan aktivitas mikroba. Sedangkan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi penyebab kerusakan tersebut antara lain waktu penyimpanan, suhu
dan kelembaban ruang penyimpanan, kotoran yang ada pada kulit telur dan teknik
penanganan serta peralatan yang digunakan dalam penanganan.
Penanganan terhadap telur tersebut dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut:
1. Pembersihan
Perlakuan pembersihan bertujuan untuk menghilangkan kotoran dari permukaan
kulit telur. Perlu diperhatikan dalam pembersihan ini adalah sifat berpori kulit
telur, sifat mengembang dan kontraksi isi telur.
2. Pendinginan
Pendinginan ditujukan untuk menyimpan telur dalam waktu yang lebih lama.
Dalam penyimpanan ini perlu diperhatikan faktor suhu dan kelembaban. Pada
suhu yang rendah atau suhu lemari es, mikroba dan peristiwa fisik maupun kimia
berjalan lebih lambat.
3. Pelapisan Kulit Telur dengan Minyak
Tujuan perlakuan ini adalah untuk menutup pori-pori kulit sehingga penguapan
air dan karbondioksida terhambat3.
H. Pencemaran Bahan Makanan Pencemaran bahan makanan bisa berasal dari sumbernya, misalkan telur yang
terkena kotoran ayam. Proses pencemaran makanan dimulai dari12:
1. Sumber Bahan Makanan
Sumber bahan makanan bermacam-macam, tergantung jenis bahan makanan
itu sendiri, misalnya pada daerah pertanian yaitu pemakaian insektisida yang
dapat meracuni bahan makanan atau pemakaian yang tidak memenuhi syarat.
2. Pengangkutan Bahan Makanan
Ketika bahan makanan diangkut dari sumber ke pasar, maka akan tercemar
oleh zat-zat yang membahayakan, misalnya keranjang buah yang diletakkan di
lantai atau dalam kamar kecil kereta barang. Keadaan ini tidak sehat karena buah
tesebut kemungkinan telah tercemar oleh berbagai zat yang berbahaya.
3. Penyimpanan Bahan Makanan
Dalam penyimpanan bahan makanan kadang kala bahan makanan
diletakkan begitu saja, padahal bahan makanan tersebut mudah rusak dan
memerlukan tempat khusus atau lemari pendingin.
I. Faktor-faktor Penyakit yang Ditularkan Melalui Makanan Penyakit yang ditimbulkan bila seseorang mengkonsumsi makanan atau yang
berasal dari bahan makanan, antara lain:13
1. Keracunan makanan
Keracunan pada bahan makanan yang terkontaminasi adanya bakteri yang
menghasilkan toksit dan terkontaminasi bahan lainnya yang bersifat racun. Gejala
yang timbul ditandai pusing, mual dan kejang, berak-berak atau diare.
2. Penyakit Infeksi
Merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya bakteri pathogen yang
masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan. Hal ini bisa dipengaruhi oleh
pemasakan yang kurang sempurna, pengawetan dan cara pengawetan yang kurang
baik, penyimpanan. Makanan yang dikonsumsi apabila mengandung
mikroorganisme pathogen akan mengalami perkembangbiakan dalam pencernaan,
bila kondisi lingkungan memungkinkan.
3. Infeksi Parasit
Terjadinya infeksi parasit disebabkan oleh bahan makanan yang dikonsumsi telah
terkontaminasi parasit. Penyakit yang ditimbulkan antara lain anemia, gejala
syaraf akibat Tenia saginata, gangguan mata dan otak oleh Taenia solium.
J. Total Mikroba Metode hitungan cawan, bahan pangan yang diperkirakan mengandung lebih
dari 300 sel jasad renik per ml atau per gr atau per cm permukaan memerlukan
perlakuan pengenceran sebelum ditumbuhkan pada medium agar di dalam cawan
petri. Setelah diinkubasikan akan terbentuk koloni pada cawan tersebut, dalam jumlah
yang dapat dihitung, di mana jumlah yang terbaik adalah di antara 30-300 koloni.
Total Plate Count merupakan salah satu cara pemeriksaan total mikroba dalam
bahan makanan. Total Plant Count suatu prodak yang dapat mencerminkan teknik
penanganan tingkat dekomposisi, kesegaran dan kualitas sanitasi makanan.
Prinsip metode hitungan cawan antara lain, jika sel mikroba yang masih hidup
ditumbuhkan pada agar maka sel mikroba tersebut akan berkembang biak dan
membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan
mikroskup. Metode hitungan cawan merrupakan cara yang paling sensitif untuk
menghitung jumlah mikroba, sebab14 :
a. Hanya sel yang masih hidup yang dihitung.
b. Beberapa jenis jasad renik dapat dihitung sekaligus.
c. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi jasad renik.
Sedangkan kelemahan dari metode Total Plant Count adalah:
a. Hasil hitungan tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya, karena beberapa
sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni.
b. Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai yang
berbeda.
c. Jasad renik yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan
membentuk koloni yang kompak dan jelas tidak menyebar.
d. Memerlukan persiapan dan inkubasi relatif lama sehingga pertumbuhan koloni
dapat dihitung.
Prinsip hitungan cawan dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba di
dalam sampel yaitu dengan menggunakan media PCA (plate count agar). PCA adalah
suatu medium yang mengandung 0,5% tripton, 0,25% ekstrak khamir, dan 0,1%
glukosa sehingga semua mikroba termasuk bakteri, kapang, dan khamir dapat tumbuh
dengan baik pada medium tersebut.
K. Perhitungan Total Mikroba Perhitungan jumlah koloni akan lebih mudah dan cepat jika pengenceran
dilakukan secara desimal. Pengenceran awal 1:10 (10-1) dibuat dengan cara
mengencerkan 1ml telur ke dalam 9 larutan pengencer, dilanjutkan dengan
pengenceran yang lebih tinggi. Semakin tinggi jumlah mikroba yang terdapat dalam
telur semakin tinggi pengenceran yang harus dilakukan15.
Faktor pengencer = pengenceran x jumlah yang ditumbuhkan
Jumlah koloni dapat dihitung sebagai berikut:
Koloni per ml atau per gr = jumlah koloni per cawan x 1 /faktor pengenceran
Untuk hasil analisis mikrobiologi digunakan suatu standar yang disebut “standard
plate counts”(SPC) sebagai berikut:
1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara
30 sampai 300.
2. Baberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan satuan kumpulan
koloni yang besar di mana jumlah koloninya diragukan dapat dihitung sebagai
satu koloni.
3. Satu deretan rantai koloni yang terlihat sebagai satu garis tebal dihitung sebagai
satu koloni.
L. Kerangka Teori
Total mikroba
- Suplay zat gizi - Waktu - Nilai pH - Suhu - Aktifitas air - Ketersediaan oksigen
Kontaminasi bahan makanan
- Sumber bahan makanan - Pengangkutan bahan
makanan - Penyimpanan bahan
makanan - Pengolahan bahan
makanan
Bahan Makanan
Sumber: Modifikasi: Azrul Azwar (1996), K.A. Buckle (1997).
M. Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Lama dan suhu penyimpanan
Total mikroba
- pH - Jarak waktu ditelurkan - Pencucian telur
Variabel Pengganggu
Variabel Tarikat
: Variabel tidak ikut diteliti
N. Hipotesa Ada perbedaan variasi lama simpan telur ayam pada penyimpanan suhu almari
es dengan suhu kamar terhadap total mikroba.