bab ii tinjauan pustaka -...

22
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enuresis 1. Pengertian Enuresis adalah gangguan umum dan bermasalah yang didefinisikan sebagai keluarnya urine yang disengaja atau involunter ditempat tidur (biasanya dimalam hari) atau pada pakaian disiang hari dan terjadi pada anak-anak yang usianya secara normal telah memiliki kendali terhadap kandung kemih secara volunter (Wong, 2008). Enuresis didefinisikan sebagai berkemih berulang terjadi di pakaian pada siang hari atau ke tempat tidur pada malam hari pada anak- anak yang menurut perkembangan lebih tua dari 5 tahun. Kejadian itu harus terjadi setidaknya dua kali seminggu selama 3 bulan atau ketidakmampuan yang bermakna atau penurunan. Kategori enuresis dibagi menjadi primer tanpa komplikasi (monosymptomatic) nocturnal enuresis (periode tidak lebih dari 6 bulan kering di malam hari, tidak ada gejala siang hari). Sekunder atau rumit nocturnal enuresis (malam waktu basah setelah jangka waktu 6 bulan menjadi kering dan / atau adanya gejala siang hari), dan inkontinensia sepanjang waktu (Wolraich, 2008). Enuresis adalah inkontinensia urine pada usia dimana seharusnya seorang anak sudah mampu berkemih secara normal, merupakan salah satu masalah perkembangan yang sering dijumpai (Daulay, 2008).

Upload: nguyenthuy

Post on 31-Mar-2019

265 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-arifkurnia... · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enuresis 1. Pengertian Enuresis adalah

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Enuresis

1. Pengertian

Enuresis adalah gangguan umum dan bermasalah yang

didefinisikan sebagai keluarnya urine yang disengaja atau involunter

ditempat tidur (biasanya dimalam hari) atau pada pakaian disiang hari dan

terjadi pada anak-anak yang usianya secara normal telah memiliki kendali

terhadap kandung kemih secara volunter (Wong, 2008).

Enuresis didefinisikan sebagai berkemih berulang terjadi di

pakaian pada siang hari atau ke tempat tidur pada malam hari pada anak-

anak yang menurut perkembangan lebih tua dari 5 tahun. Kejadian itu

harus terjadi setidaknya dua kali seminggu selama 3 bulan atau

ketidakmampuan yang bermakna atau penurunan. Kategori enuresis

dibagi menjadi primer tanpa komplikasi (monosymptomatic) nocturnal

enuresis (periode tidak lebih dari 6 bulan kering di malam hari, tidak ada

gejala siang hari). Sekunder atau rumit nocturnal enuresis (malam waktu

basah setelah jangka waktu 6 bulan menjadi kering dan / atau adanya

gejala siang hari), dan inkontinensia sepanjang waktu (Wolraich, 2008).

Enuresis adalah inkontinensia urine pada usia dimana seharusnya seorang

anak sudah mampu berkemih secara normal, merupakan salah satu

masalah perkembangan yang sering dijumpai (Daulay, 2008).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-arifkurnia... · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enuresis 1. Pengertian Enuresis adalah

13

Mengompol merupakan persoalan yang sering didiskusikan dan

menimbulkan perbedaan pendapat mengenai kejadian dan perawatannya.

Mengompol adalah akibat dari pengeluaran air kemih normal tetapi pada

saat dan tempat yang tidak diinginkan. Enuresis umumnya terjadi pada

anak-anak namun kadang-kadang juga pada remaja dan orang dewasa

(Kurniawati, 2008).

Pada umumnya definisi enuresis ialah suatu kelainan fungsional

dalam mengendalikan pengosongan kandung kemih. Dari kelainan

fungsional tersebut di atas, muncul masalah yang diakui merupakan salah

satu faktor kesulitan untuk memberikan definisi enuresis. Masalah tersebut

ialah batasan umur anak yang dianggap telah dapat mengendalikan

engosongan kandung kemihnya. Pengertian lain menyebutkan bahwa

enuresis adalah pengeluaran urin yang tidak di sadari oleh anak berumur 5

tahun atau lebih baik siang maupun malam hari (Suwardi, 2000).

2. Penyebab

Enuresis sekunder biasanya terjadi ketika anak tiba-tiba

mengalami stres kejiwaan, seperti pelecehan seksual, kematian dalam

keluarga, kepindahan, mendapat adik baru, perceraian orang tua atau

masalah psikis lainnya. Selain itu, kondisi fisik yang terganggu seperti

adanya infeksi salura kencing, kencing manis, susah buang air besar, dan

alergi juga dapat menyebabkan enuresis sekunder. Anak yang sulit

menahan kencing sewaktu tidur malam (enuresis nokturnal), berhubungan

erat dengan faktor gangguan psikologis. Namun ahli lain menyatakan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-arifkurnia... · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enuresis 1. Pengertian Enuresis adalah

14

bahwa faktor lain seperti keturunan atau adanya kelainan pada kandung

kencing bisa juga menjadi penyebab (kurniawati, 2008). Enuresis pada

seorang anak disebabkan tidak hanya oleh satu faktor saja. Misalnya,

enuresis yang dianggap sebagai akibat hambatan perkembangan

fungsional kandung kemih dapat diprovokasi oleh kelainan lokal atau

masalah psikologik. Namun sering pula etiologi enuresis tidak diketahui

(Suwardi, 2000).

Beberapa faktor penyebab yang mempengaruhi enuresis pada

anak adalah sebagai berikut :

a. Faktor Genetik

Penelitian akhir-akhir ini mengidentifikasikan bahwa pada

penderita enuresis terdapat gen yang dominan pada kromosom 13.

Adanya penemuan baru dan identifikasi dari produksi gen tersebut

cukup dapat memberikan pemahaman baru tentang enuresis (Daulay,

2008).

Hallgren dalam Suwardi (2000) menemukan sekitar 70%

keluarga dengan anak enuresis , salah satu atau lebih anggota keluarga

lainnya juga menderita enuresis , dan sekitar 40% sekurang-kurangnya

satu diantara orang tuanya mempunyai riwayat enuresis . Penelitian

pada anak kembar menunjukkan bahwa anak kembar monozigot 68%

akan mengalami enuresis dan kembar dizigot sebesar 36%.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-arifkurnia... · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enuresis 1. Pengertian Enuresis adalah

15

b. Faktor Sosial dan Psikologis

Frued dalam Kurniawati (2008) menyatakan bahwa anak yang

sulit menahan kencing sewaktu tidur malam berhubungan erat dengan

gangguan psikologis anak. Enuresis sekunder bisa terjadi akibat faktor

psikologis, biasanya terjadi ketika anak tiba-tiba mengalami stres

kejiwaan seperti pelecehan seksual, kematian dalam keluarga,

kepindahan, mendapat adik baru, perceraian orang tua atau masalah

psikis lainnya. Langkah awal yang harus diambil dalam mengatasi

enuresis sekunder adalah mengenali perubahan-perubahan mendadak

yang terjadi dalam kehidupan anak. Bila anak mengalami stres

kejiwaan, penanganan secara psikologis lebih dibutuhkan. Penanganan

anak yang mengalami enuresis memang tidak mudah. Tapi setidaknya

kasih sayang, kesabaran serta pengertian orang tua untuk tidak

memarahi atau menghukum ketika anak mengompol akan membantu

membangun kepercayaan dirinya. Pengaruh buruk secara psikologis

dan sosial yang menetap akibat ngompol akan mempengaruhi kualitas

hidup anak sebagai seorang manusia dewasa kelak.

c. Faktor tidur

Pola tidur nyenyak pada anak berperan penting untuk

terjadinya enuresis , pola tidur yang nyenyak, umumnya ditemukan

pada anak enuresis primer dan kebanyakan laki-laki, penelitian

menunjukkan bahwa anak dengan enuresis cenderung tidur lebih

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-arifkurnia... · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enuresis 1. Pengertian Enuresis adalah

16

nyenyak secara bermakna dibandingka dengan saudaranya yang tidak

enuresis.

Anak dengan enuresis tidak bangun dalam menanggapi sensasi

kandung kemih penuh. Orangtua telah lama mengklaim bahwa anak-

anak mereka dengan mengompol senang tidur, temuan yang sering

dikaitkan dengan bias seleksi karena anak enuresis wilth mereka adalah

satu-satunya anak mereka terbangun untuk buang air kecil. Namun,

penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak dengan mengompol

memiliki batas yang lebih tinggi untuk gairah: misalnya, stimulus yang

terbangun 40% dari kontrol terbangun hanya 9% dari pasien enuresis

dalam satu sampel dari 33 anak laki-laki. Tidur studi anak-anak dengan

mengompol tidak seragam yang berbeda dari orang-orang dari kontrol,

dan tidak ada waktu spesifik dari malam atau tahap tidur ketika enuresis

lebih mungkin terjadi (Wolraich, 2008)

d. Kapasitas kandung kemih

Sebuah missmatch antara produksi urin dan jumlah urin yang

terkandung dalam kandung kemih pada malam hari tampaknya

menyebabkan mengompol juga. Dalam irama cicardian normal, tubuh

memproduksi urin kurang per jam pada malam hari dibandingkan siang

hari, dalam beberapa unrine anak nokturnal out put mungkin gagal

untuk mengurangi dan karenanya menguasai kemampuan kandung

kemih untuk mencegah arus keluar. Anak-anak lain bisa mengeluarkan

jumlah yang cukup hormon antidiuretik diproduksi. Populasi ini dapat

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-arifkurnia... · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enuresis 1. Pengertian Enuresis adalah

17

dibantu dengan desmopresin (DDAVP), yang mengalami penurunan

produksi urin dan selanjutnya dijelaskan untuk ketidakcocokan

menurun kapasitas kandung kemih fungsional, yang berarti

mengosongkan kandung kemih sebelum diisi, meskipun temuan studi

dicampur (Wolraich, 2008).

e. Prematuritas (keterlambatan perkembangan neurologis)

Mufattahah (2006) menyatakan bahwa toilet training

merupakan cara untuk melatih anak agar bisa mengontrol buang air

kecil (BAK) dan buang air besar (BAB). Dengan toilet training

diharapkan dapat melatih anak untuk mampu buang air kecil (BAK)

dan buang air besar (BAB) pada tempat yang telah ditentukan. Dasar

keadaan ini adalah kesulitan mekanisme hambatan yang mengatur

pengosongan kandung kemih. Pengendalian kandung kemih merupakan

keterampilan yang dipelajari sendiri, anak akan belajar mengkoordinasi

penggunaan otot-otot levator ani, diafragma dan otot-otot abdomen

yang menghasilkan voluntary mechanism berkemih. Melalui

mekanisme ini anak dapat menggandakan kapasitas kandung kemihnya

4,5 tahun dibandingkan dengan kapasitas kandung kemihnya pada umur

2 tahun. Anak yang gagal menggandakan kapasitas kadung kemihnya

akan menjadi anak enuretik (Suwardi, 2000).

f. Kontipasi

Sering dijumpai anak yang mempunyai masalah pencernaan

juga mengalami enuresis. Enkopresis biasanya menyebabkan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-arifkurnia... · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enuresis 1. Pengertian Enuresis adalah

18

konstipasi, yang menyebabkan dilatasi rektum yang menekan kandung

kemih dan menyebabkan pengendalian kandung kemih yang sulit.

Menurut Robson dkk konstipasi lebih sering berhubungan dengan

enuresis nocturnal primer (Daulay, 2008).

3. Cara Mengukur Enuresis

Kurniawati (2008) melakukan penelitian tentang kejadian

enuresis berdasarkan faktor psikologis dan keturunan pada anak usia

prasekolah 4 – 5 tahun di TK Sekar Ratih Krembangan Jaya Selatan

Surabaya melakukan observasi untuk mengukur variabel kejadian enuresis

selama 1 minggu hasil observasi di kategorikan menjadi enuresis jarang

sekali, jarang, sering, sering sekali

B. Toilet training

1. Pengertian

Toilet training merupakan suatu proses yang paling utama bagi

anak yang telah mencapai kesiapan untuk toilet training. Mufattahah

(2006) menyatakan bahwa toilet training merupakan cara untuk melatih

anak agar bisa mengontrol buang air kecil (BAK) dan buang air besar

(BAB). Dengan toilet training diharapkan dapat melatih anak untuk

mampu buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) pada tempat

yang telah ditentukan.

Supartini (2004) mengemukakan toilet training adalah latihan

untuk berkemih dan defekasi. Sedangkan menurut Wong , dalam

Supartini, 2004 mengemukakan sejalan dengan anak mampu berjalan,

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-arifkurnia... · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enuresis 1. Pengertian Enuresis adalah

19

kedua sfingter yaitu sfingter ani dan uretra semakin mampu menggontrol

rasa ingin berkemih dan defekasi. Toilet training merupakan suatu usaha

untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air

kecil dan buang air besar (Hidayat, 2005).

Toilet training selain melatih anak dalam mengontrol buang air

besar dan kecil juga dapat bermanfaat dalam pendidikan seks sebab saat

anak melakukan kegiatan tersebut anak akan mempelajari anatomi

tubuhnya sendiri serta fungsinya. Secara umum toilet training dapat

dilaksanakan oleh setiap anak yang sudah memasuki fase kemandirian

pada anak. Suksesnya toilet training tergantung pada kesiapan yang ada

pada diri anak dan keluarga, seperti kebiasaan fisik, dimana kemampuan

anak secara fisik sudah kuat dan mampu. Kesiapan psikologis di mana

anak membutuhkan suasana yang nyaman agar mampu mengontrol dan

konsentrasi dalam merangsang untuk buang air kecil dan besar. Persiapan

intelektual pada anak juga membantu dalam proses buang besar dan kecil,

gunakan kata-kata yang khas bila anak ingin buang besar atau kecil seperti

pup, pis, eek, berak (Hidayat, 2005).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-arifkurnia... · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enuresis 1. Pengertian Enuresis adalah

20

2. Faktor- faktor yang mempengaruhi toilet training

Menurut Wong (2001) faktor yang berhubungan dengan toilet

training meliputi :

a. Usia

Pada umumnya anak akan mencapai kesiapan toilet training

pada usia 18-24 bulan tetapi tidak semua anak dapat mencapai usia

toilet training yang sama.

b. Jenis kelamin

Anak perempuan biasanya lebih cepat dalam melakukan

toilet training bila dibandingkan dengan anak laki-laki. Karena anak

laki-laki lamban dalam penguasaan kontrol kandung kemih bila

dibandingkan dengan anak perempuan.

c. Psikologis

Anak dalam melakukan toilet training membutuhkan

kenyamanan dan rasa aman untuk dapat mengontrol dan konsentrasi

dalam merangsang buang air kecil dan besar.

d. Fisik

Anak sudah mampu dan kuat untuk melakukan toilet training.

Mampu dalam arti anak dapat berdiri dan jongkok.

3. Metode atau tehnik latihan toilet training

Hidayat (2005) menjelaskan bahwa metode toilet training

merupakan suatu hal yang harus dilakukan orang tua kepada anaknya,

diharapkan dengan metode toilet training anak mempunyai kemampuan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-arifkurnia... · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enuresis 1. Pengertian Enuresis adalah

21

sendiri dalam melaksanakan buang air kecil maupun buang air besar tanpa

merasa takut atau cemas.

Metode ini dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu lisan

ataupun dengan alat peraga yaitu:

a. Teknik lisan

Cara untuk melatih anak dengan memberikan instruksi pada

anak dengan kata-kata sebelum atau sesudah buang air kecil dan besar.

Teknik lisan memiliki nilai yang sangat besar dalam memberikan

rangsangan untuk buang air kecil atau buang air besar dimana dengan

lisan persiapan psikologis pada anak akan semakin matang dan

akhirnya anak mampu dengan baik dalam melaksanakan buang air

kecil atau buang air besar.

b. Teknik modeling/alat peraga

Cara untuk melatih anak dengan cara meniru untuk buang air

besar maupun buang air kecil atau dengan memberikan contoh. Tetapi

cara ini mempunyai dampak yang jelek pada cara ini apabila contoh

yang diberikan salah akan dapat diperlihatkan pada anak akhirnya anak

mempunyai kebiasaan yang salah.

4. Langkah-langkah dalam melakukan toilet training

Menurut Gardner (2003), langkah-langkah dalam melakukan

toilet training antara lain:

a. Jaga anak untuk tidak berlari ketika ingin buang air besar atau buang air

kecil, untuk mengidentifikasi pola eliminasi anak.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-arifkurnia... · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enuresis 1. Pengertian Enuresis adalah

22

b. Perkenalkan anak dengan pot portabel atau toilet, letakkan pot portabel

di dalam kamar mandi dan tunggu anak menggunakannya.

c. Anjurkan anak untuk jongkok di pot portabel atau toilet beberapa lama

setiap hari dengan menggunakan pakaian yang mudah dilepas, hal ini

akan membuat anak merasa nyaman pada waktu jongkok di toilet dan

tidak menjadi stress.

d. Anjurkan anak untuk jongkok di toilet beberapa saat setiap harinya

dengan celana dicopot, tujuannya agar anak merasa nyaman jongkok di

toilet. Saat yang tepat adalah saat anak ingin buang air besar atau kecil.

e. Tentukan waktu setiap hari untuk membuka celana anak, tujuannya

agar anak belajar mengenal dorongan untuk buang air besar atau kecil.

Masalah yang sering terjadi adalah karena orang tua merasa khawatir

apakah anak mampu melakukannya atau tidak. Saat membuka celana

anjurkan untuk buang air besar atau kecil dengan cara tunjukkan

dimana toilet dan anjurkan anak untuk jongkok di toilet, bantu anak bila

mengalami kesulitan dan ajak anak untuk sambil bermain, jika anak

berhasil melakukan toilet training berikan pujian agar anak merasa

bangga atas keberhasilannya, bila anak gagal dalam toilet training

jangan memarahi anak dan tetap dukung anak untuk mencoba

melakukanya lagi.

f. Usahakan anak untuk berlatih membuka rok atau celana bagian luar

kemudian celana bagian dalam.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-arifkurnia... · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enuresis 1. Pengertian Enuresis adalah

23

g. Jelaskan langkah-langkah toilet training pada anak sesuai pemahaman

anak, mulai dari melepas pakaian dan celana dalam, kemudian pergi ke

toilet untuk buang besar atau buang air kecil. Bila telah selesai

membersihkan daerah anus dari depan kebelakang gunakan kemabali

celana dan pakaiannya, yang terakhir mencuci tangan dan

mengeringkan tangan dengan handuk.

5. Kesiapan Toilet traininng anak

Menurut (Wong, 2008) kesiapan toilet training pada anak adalah :

a. Kesiapan fisik

1) Kontrol volunter sfingter anal dan uretral, biasanya pada usia 18-24

bulan.

2) Mampu tidak menompol selama 2 jam, jumlah popok yang basah

berkurang; tidak mengompol selama tidur siang

3) Defekasi teratur

4) Ketrampilan motorik kasar yaitu duduk, berjalan dan berjongkok

5) Ketrampilan motorik halus yaitu membuka pakaian

b. Kesiapan mental

1) Mengenali urgensi defekasi atau berkemih

2) Ketrampilan komunikasi verbal atau nonverbal untuk menunjukkan

saat basah atau memiliki urgensi defekasi atau berkemih.

3) Ketrampilan kognitif untuk menirukan perilaku yang tepat dan

mengikuti perintah

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-arifkurnia... · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enuresis 1. Pengertian Enuresis adalah

24

c. Kesiapan psikologis

1) Mengekspresikan keinginan untuk menyenagkan orang tua

2) Mampu duduk di toilet selama 5- 10 menit tanpa bergoyang atau

terjatuh

3) Keingin tahuan mengenai kebiasaan orang dewasa atau kakak

4) Ketidaksabaran akibat popok yang kotor oleh feses atau basah;

ingin untuk segera diganti

d. Kesiapan parental

1) Mengenali tingkat kesiapan anak

2) Berkeinginan untuk meluangkan waktu untuk toilet training

3) Ketiadaan stres atau perubahan keluarga, seperti perceraian, pindah

rumah, sibling baru atau akan bepergian

C. Faktor Psikologis

1. Pengertian

Stres menurut Selye (1950) dalam (Hidayat, 2008) merupakan

respon tubuh yang tidak bersifat spesifik terhadap setiap tuntutan atau

beban atasnya. Dapat dikatakan stres apabila seseorang mengalami

beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi

tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespons dengan tidak

mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut mengalami

stres (Hidayat, 2008).

Stres diartikan sebagai kondisi kebutuhan tidak terpenuhi

secara adekuat, sehingga menimbulkan adanya ketidak seimbangan.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-arifkurnia... · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enuresis 1. Pengertian Enuresis adalah

25

Taylor (1995) mendeskripsikan stres sebagai pengalaman emosional

negative disertai perubahan reaksi biokimiawi, fisiologi, kognitif dan

perilaku yang bertujuan untuk mengubah atau menyesuaikan diri

terhadap situasi yang menyebabkan stres. Stres adalah suatu kekuatan

yang memaksa seseorang untuk berubah, bertumbuh, berjuang,

beradaptasi atau mendapat keuntungan semua kejadian dalam

kehidupan., bahkan yang bersifat positif juga menyebabkan stres

(Murwani, 2008).

Stres pada anak dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana

terjadi ketidak seimbangan antara tuntutan lingkungan dan sumber

koping individu yang mengganggu ekuiliribrium individu tersebut.

Meskipun semua anak mengalami stres, beberapa anak muda tampak

lebih rentan dibandingkan yang lain (Wong, 2008).

2. Penyebab Stres

Menurut (Murwani, 2008) stres dapat disebabkan oleh karena

beberapa faktor meliputi :

a. Faktor biologis : Kehilangan atau kekurangan air, oksigen, makanan,

cacat, nyeri, dll.

b. Faktor psikologis : Kehilangan orang yang dicintai, perpisahan.

c. Faktor sosial : Perubahan tempay tinggal, masalah ekonomi,

dikucilkan.

d. Faktor mikrobiologis : Kuman penyakit

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-arifkurnia... · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enuresis 1. Pengertian Enuresis adalah

26

Menurut Noviekayati (2010) penyebab stres pada anak dibagi

menjadi 2 hal yaitu :

a. Faktor normatif

Penyebab stres anak dari faktor normatif terjadi pada saat

anak mengalami fase perkembangan fisiologis. Pada dasarnya faktor

normatif ini merupakan bentuk produktif dari kecemasan yang

nantinya membantu mereka untuk berkembang menjadi mandiri.

b. Faktor lingkungan

Penyebab stres anak dari faktor lingkungan terjadi karena

adanya perubahan-perubahan hidup yang tidak dimengerti dan

membingungkan anak. Kejadian-kejadian yag dapat menjadi

pencetus adalah :

1) Perceraian orang tua. Ketika orang tua bercerai atau bertengkar,

anakanak merasa keamanan mereka terganggu sehingga

membuat mereka merasa sendiri dan ketakutan,

2) Pindah. Anak-anak yang pindah dari tempat yang sudah familier

bagi mereka seringkali membuat mereka merasa tidak aman,

bingung dan cemas. Pindah yang dimaksudkan adalah pindah

rumah, sekolah, maupun lingkungan bermain. Selain itu juga

ada beberapa hal yang bisa menjadi pencetus, yaitu :

a) Kematian orang tua atau orang yang disayangi. Kematian

ini sangat menimbulkan peristiwa traumatik bagi anak

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-arifkurnia... · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enuresis 1. Pengertian Enuresis adalah

27

terlebih jika merasa penyebab kematian tersebut adalah

mereka.

b) Kegiatan yang berlebihan (baik itu kegiatan sekolah, di luar

sekolah atau rumah dan di dalam rumah).

c) Tekanan-tekanan dari teman sebayanya. Tekanan ini

termasuk pelecehan, penyiksaan baik fisik maupun mental

dan pengucilan.

3. Tanda dan Gejala Stres pada Anak

Wong (2008) menyatakan bahwa tanda gejala stres pada anak

meliputi perilaku, keadaan internal dan fisiologi.

a. Perilaku anak stres tercermin dengan keadaan dominasi ekspresi

wajah yang sedih dengan tidak ada atau berkurangnya rentang

respon afektif, permainan atau pekerjaan soliter, cenderung

menyendiri, tidak tertarik dalam permainan, menarik diri dari

aktivitas menyenangkan dan hubungan yang sebelumnya telah

dilakukan, nilai sekolah lebih rendah, kurang tertarik dalam

mengerjakan pekerjaan rumah (PR), aktivitas motorik hilang,

kelelahan, keadaan sedih atau menangis, tergantung dan tidak

mandiri atau agresif dan diskriptif.

b. Tanda gejala stres pada keadaan internal yakni ungkapan pernyataan

merefleksikan harga diri rendah, rasa tidak berdaya atau perasaan

bersalah dan ide untuk bunuh diri.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-arifkurnia... · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enuresis 1. Pengertian Enuresis adalah

28

c. Pada faktor fisiologi anak menjadi sering mengeluh merasa tidak

sehat yang tidak spesifik, perubahan nafsu makan menyebabkan

penurunan atau penambahan berat badan dan perubahan pola tidur,

anak menjadi tidak dapat tidur atau hipersomnia.

D. Konstipasi

1. Pengertian

Konstipasi merupakan gejala bukan penyakit. Gangguan

diet, menurunnya asupan cairan, kurangnya latihan dan obat-obatan

tertentu dapat menyebabkan konstipasi (Perry, 2009).

Konstipasi adalah evakuasi feses yang jarang atau sulit

(Dorland, 2002). Konstipasi atau sering disebut sembelit adalah

kelainan pada sistem pencernaan di mana seorang manusia (atau

mungkin juga pada hewan) mengalami pengerasan tinja yang

berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat

menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya. Konstipasi yang

cukup hebat disebut juga dengan obstipasi. Dan obstipasi yang cukup

parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi

penderitanya,

Konstipasi didefinisikan bervariasi berdasarkan frekuensi

defekasi, rasa tidak nyaman saat mengeluarkan tinja, perlambatan

transit diusus dan berat tinja. Konstipasi adalah keluhan utama pada 3

% pasien rawat jalan pediatrik dan sampai 25 % dari anak yang dirujuk

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-arifkurnia... · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enuresis 1. Pengertian Enuresis adalah

29

ke ahli gastroenterologi anak mengalami gangguan defekasi (Rudolph,

2006).

Konstipasi adalah ketidak mampuan melakukan evakuasi

tinja secara sempurna yang tercermin dalam dari 3 aspek yaitu:

berkurangnya frekuensi berhajat dari biasanya, tinja yang lebih keras

dari sebelumnya dan pada palpasi abdomen teraba massa tinja (skibala)

dengan atau tidak disertai enkopresis (“kecepirit”) (Yusri D.J, 2013).

2. Tanda dan Gejala

Pada anamnesis, didapatkan riwayat berkurangmya frekuensi

defekasi. Dengan terjadinya retensi feses, gejala dan tanda lain

konstipasi berangsur muncul seperti nyeri dan distensi abdomen, yang

sering hilang setelah defekasi. Riwayat feses yang keras dan/ feses yang

sangat besar yang mungkin menyumbat saluran toilet. “Kecepirit”

(enkopresis) di antara feses yang keras sering salah didiagnosis sebagai

diare. Anak yang mengalami konstipasi biasanya mengalami anoreksia

dan kurangnya kenaikan berat badan, yang akan membaik jika

konstipasinya diobati (Yusri D.J, 2013).

Berbagai posisi tubuh, menyilangkan kedua kaki, menarik kaki

kanan dan kiri secara bergantian ke depan dan belakang (seperti

berdansa) merupakan manuver menahan feses dan kadang kala perilaku

tersebut menyerupai kejang. Inkontinensia urin dan infeksi saluran

kemih seringkali berkaitan dengan konstipasi pada anak. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan distensi abdomen dengan bising usus

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-arifkurnia... · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enuresis 1. Pengertian Enuresis adalah

30

normal, meningkat atau berkurang. Massa abdomen teraba pada palpasi

abdomen kiri dan kanan bawah dan daerah suprapubis (Yusri D.J,

2013).

Tanda-tanda konstipasi biasanya meliputi gerakan usus yang

tidak teratur (biasanya kurang dari 3 setiap hari), kesulitan

mengeluarkan feses mengejan berlebihan, ketidak mampuan

mengeluarkan feses, feses keras (Perry, 2009).

Gejala dan tanda akan berbeda antara seseorang dengan

seseorang yang lain, karena pola makan, hormon,gaya hidup dan bentuk

usus besar setiap orang berbeda-beda, tetapi biasanya gejala dan tanda

yang umum ditemukan pada sebagian besar atau kadang-kadang

beberapa penderitanya adalah sebagai berikut:

a. Perut terasa begah, penuh, dan bahkan terasa kaku karena

tumpukan tinja (jika tinja sudah tertumpuk sekitar 1 minggu atau

lebih, perut penderita dapat terlihat seperti sedang hamil).

b. Tinja menjadi lebih keras, panas, berwarna lebih gelap, jumlahnya

lebih sedikit daripada biasanya (kurang dari 30 gram), dan bahkan

dapat berbentuk bulat-bulat kecil bila sudah parah.

c. Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan atau dibuang,

kadang-kadang harus mengejan ataupun menekan-nekan perut

terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan tinja (bahkan sampai

mengalami ambeien dan berkeringat dingin).

d. Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-arifkurnia... · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enuresis 1. Pengertian Enuresis adalah

31

e. Bagian anus terasa penuh, dan seperti terganjal sesuatu disertai

sakit akibat bergesekan dengan tinja yang panas dan keras.

f. Frekuensi buang angin meningkat disertai bau yang lebih busuk

daripada biasanya (bahkan terkadang penderita akan kesulitan atau

sama sekali tidak bisa buang angin).

g. Menurunnya frekuensi buang air besar, dan meningkatnya waktu

transit buang air besar (biasanya buang air besar menjadi 3 hari

sekali atau lebih).

h. Terkadang mengalami mual bahkan muntah jika sudah parah.

i. Sakit punggung bila tinja yang tertumpuk cukup banyak.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-arifkurnia... · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enuresis 1. Pengertian Enuresis adalah

32

Faktor Genetik

E. Kerangka Teori

Faktor-Faktor Penyebab :

Skema 2.1

Kerangka Teori (Daulay, 2008), (Wong, 2008) dan (Wolraich, 2008)

Kondisi fisik :

Adanya infeksi

Adanya alergi

Enuresis

Prematuritas ( keterlambatan

perkembagan neurologis )

Toilet Training

Faktor Sosial Psikologis

Stres

Konstipasi

Kapasitas Kandung Kemih

Faktor Tidur

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-arifkurnia... · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enuresis 1. Pengertian Enuresis adalah

33

F. Variabel Penelitian

1. Variabel dependen pada penelitian ini adalah kejadian enuresis pada anak

usia 4-5 tahun.

2. Variabel independen pada penelitian ini adalah toilet training, faktor

psikologis dan konstipasi.