bab ii tinjauan pustaka a. demam berdarah...

23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Definisi Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Hadinegoro&Satari, 2005). Penyakit Demam Berdarah adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (arthropoborn virus) dan di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes Aegypti dan aedes albopictus) (Ngastiyah, 1997). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Vever (DHF) ialah penyakit akut yang di sebabkan infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus betina (Danendro, 2004). Yang umumnya menyerang pada musim panas dan musim hujan. Virus itu menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada system pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan. Menurut Suriviana (2006) Nyamuk aedes ini hidup dan berkembang biaknya pada tempat-tempat penampungan air bersih yang tidak berhubungan langsung dengan tanah seperti : Bak mandi/wc, minuman burung, air tempayan/gentong, kaleng dan ban 6

Upload: hakhuong

Post on 20-Aug-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam Berdarah Dengue

1. Definisi

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit

menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan di tularkan

melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Hadinegoro&Satari, 2005).

Penyakit Demam Berdarah adalah infeksi akut yang disebabkan

oleh arbovirus (arthropoborn virus) dan di tularkan melalui gigitan

nyamuk Aedes (Aedes Aegypti dan aedes albopictus) (Ngastiyah,

1997).

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue

Hemorrhagic Vever (DHF) ialah penyakit akut yang di sebabkan

infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti dan aedes

albopictus betina (Danendro, 2004). Yang umumnya menyerang pada

musim panas dan musim hujan. Virus itu menyebabkan gangguan

pada pembuluh darah kapiler dan pada system pembekuan darah,

sehingga mengakibatkan perdarahan.

Menurut Suriviana (2006) Nyamuk aedes ini hidup dan

berkembang biaknya pada tempat-tempat penampungan air bersih

yang tidak berhubungan langsung dengan tanah seperti : Bak

mandi/wc, minuman burung, air tempayan/gentong, kaleng dan ban

6

7

bekas, dll. Perkembangan hidup nyamuk ini dari telur hingga

dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk

betina yang menggigit dan menghisap darah serta memilih darah

manusia untuk mematangkan telurnya, nyamuk jantan hidup dari

sari bunga tumbuh- tumbuhan. Tempat istirahat yang di sukainya

adalah benda-benda yang tergantung yang ada didalam rumah,

seperti gordyn, kelambu, baju/ pakaian dikamar yang gelap dan

lembab.

Virus memasuki tubuh manusia lewat gigitan nyamuk yang

menembus kulit 4 hari kemudian virus akan mereplikasi dirinya

secara cepat. Apabila jumlahnya cukup, virus akan memasuki

sirkulasi darah dan saat itulah manusia yang terinfeksi akan

mengalami gejala panas.

2. Penyebab.

Virus Dengue termasuk famili flaviviride, yang berukuran kecil

sekali (34-45 nm). Virus ini dapat tetap hidup (survive) di alam

ini lewat dua mekanisme :

a. mekanisme pertama, tranmisi vertical dalam tubuh nyamuk.

Dimana virus dapat ditularkan oleh nyamuk betina pada

telurnya, yang nantinya akan menjadi nyamuk Virus juga dapat

ditularkan dari nyamuk jantan pada nyamuk betina melalui

kontak seksual.

8

b. Mekanisme kedua, tranmisi virus nyamuk kedalam tubuh

makhluk vertebrata dan sebaliknya. Yang dimaksud dengan

makhluk vertebrata disini adalah manusia dan kelompok kera

tertentu. Virus memasuki tubuh manusia lewat gigitan nyamuk

yang menembus kulit. 4 hari kemudian virus akan mereplikasi

dirinya secara cepat. Apabila jumlahnya cukup, virus akan

memasuki sirkulasi darah dan saat itulah manusia yang

terinfeksi akan mengalami gejala panas (Danendro, 2004).

3. Perantara (Aedes Aegypti).

Penyakit DBD ditularkan oleh orang yang dalam darahnya

terdapat virus Dengue. Orang ini biasa menunjukkan gejala sakit,

tetapi biasa tidak sakit, yaitu jika mempunyai kekebalan yang cukup

terhadap virus dengue. Jika orang digigit nyamuk aedes aegypti maka

virus dengue masuk bersama darah yang diisapnya. Didalam tubuh

nyamuk itu, virus Dengue akan berkembangbiak dengan cara membelah

diri dan menyebar dibagian seluruh tubuh nyamuk. Sebagian besar virus

itu baerada dalam kelenjar liur nyamuk. Dalam tempo 1 minggu

jumlahnya dapat mencapai puluhan atau bahkan ratusan ribu sehingga

siap untuk ditularkan / dipindahkan kepada orang lain. Selanjutnya pada

waktu nyamuk itu menggigit orang lain, maka setelah alat tusuk

nyamuk (proboscis) menemukan kapiler darah, sebelum darah orang

itu dihisap, terlebih dahulu di keluarkan air liur dari kelenjar air

liurnya agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama denagan liur

9

nyamuk, virus Dengue dipindahkan keorang lain. Tidak semua orang

yang digigit nyamuk aedes aegypti yang membawa virus dengue itu,

akan terserang penyakit Demam berdarah. Orang yang mempunyai

kekebalan yang cukup terhadap virus Dengue, tidak akan terserang

penyakit ini, meskipun dalam darahnya terdapat virus itu. Sebaliknya

pada orang yang tidak mempunyai kekebalan yang cukup terhadap

virus Dengue, dia akan sakit demam ringan atau bahkan sakit berat, yaitu

demam tinggi sertai perdarahan bahkan syok, tergantung dari tingkat

kekebalan tubuh yang dimilikinya.(hadinegoro&safari, 2005).

Populasi nyamuk Aedes aegypti biasanya meningkat pada

waktu musim penghujan, Karena sarang – sarang nyamuk akan terisi

oleh air hujan. Peningkatan populasi ini berarti akan meningkatnya

kemungkinan bahaya penyakit DBD di daerah endemis. Daerah

endemis adalah daerah yang rawan bersarang nyamuk karena

penyebaran nyamuk di daerah endemis kemungkinan akan semakin

meningkat (Departemen kesehatan RI, 1992).

4. Perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegyphti:

a. Morfologi dan lingkungan hidup nyamuk.

Nyamuk Aedes aegipti mempunyai badan kecil, berwarna

hitam dengan bintik–bintik putih. Hidup didalam sekitar rumah,

nyamuk ini bersarang dan bertelur di genangan air jernih, bukan

digot atau diselokan kotor. Bahkan nyamuk ini sangat menyukai

bak mandi, tempayan, vas bunga, tempat minum burung, perangkat

10

burung dan lainnya. Kebiasaan lainnya adalah suka hinggap pada

pakaian yang bergantungan dikamar dan menggigit atau

menghisap darah, nyamuk betina memerlukan istirahat 2-3 hari

untuk mematangkan telur. Nyamuk betina dapat mengeluarkan

sekitar seratus butir telur denga ukuran 0,7 mm perbutir, telur

dapat bertahan sampai 6 bulan.

Stadium telur, jentik, pupa dan nyamuk dewasa hidup di

dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik

dalam waktu 2-3 hari setelah telur itu terendam air. Stadium

jentik berlangsung 6-8 hari, stadium pupa berlangsung antara 2-4

hari. Perkembangan dari telur menjadi nyamuk dewasa memerlukan

waktu 7-10 hari. Nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan

(Departemen Kesehatan RI, 1992).

b. Tempat perkembangan nyamuk Aedes aegypti.

Tempat perkembangan nyamuk Aedes aegypti adalah

tempat penampungan air dalam atau di sekitar rumah atau tempat

– tempat umum yang biasanya tidak melebihi jarak 500 meter

dari rumah. Tempat perkembangbiakan nyamuk berupa genangan

air yang tertampung disuatu tempat atau bejana. Nyamuk ini

tidak dapat brkembangbiak digenangan air yang langsung

berhubungan dengan tanah (Departemen Kesehatan RI, 1995).

Menurut Departemen Kesehatan RI (1995), jenis tempat

perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan

11

dalam beberapa tempat yaitu dalam tempat penampungan air

untuk kepentingan sehari – hari, seperti bak mandi, drum, tempayan,

ember, gentong, dan lain-lain. Kemudian tempat penampungan air

bukan untuk keperluan sehari-hari, seperti tempat air minum

burung, vas bunga, kaleng, botol, ban bekas, dan plastik bekas.

Serta tempat penampungan alamiah, seperti lubang pohon, lubang

batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pohon bambu, dan lain-lain.

5. Tanda dan gejala DBD

Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya secara tiba-tiba,

disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgias dan

arthralgias) dan ruam. Ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri

merah terang, petekial dan biasanya muncul dulu pada bagian bawah

badan pada beberapa pasien, ia menyebar hingga menyelimuti hampir

seluruh tubuh. Selain itu, radang perut juga bisa muncul dengan

kombinasi sakit perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare

(Ngastiyah, 1997).

Demam Berdarah pada DBD umumnya lamanya sekitar 6

atau 7 hari dengan puncak demam yang lebih kecil pada akhir masa

demam. Secara klinis, jumlah platelet akan jatuh hingga pasien

dianggap afebril. Sesudah masa tunas atau inkubasi selama 3-15 hari

(Ngastiyah, 1997). Orang yang tertular dapat mengalami atau

menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 (empat) bentuk yang

meliputi bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala

12

apapun. Kedua bentuk Dengue klasik, penderita mengalami demam

tinggi selama 4-7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan

munculnya bintik-bintik atau bercak-barcak perdarahan pada kulit.

Ketiga bentuk Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) gejalanya sama

dengan Dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung

(epistaksis atau mimisan), mulut, dubur dan sebagainya. Bentuk yang

terakhir adalah Dengue syok sindrom, gejalanya sama dengan DBD

ditambah dengan syok atau persyok pada bentuk ini sering terjadi

kematian.

Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada

penyakit ini angka kematiannya sangat tinggi, oleh karena itu setiap

penderita yantg diduga menderita penyakit DBD dalam tingkat yang

manapun harus segera dibawa ke Dokter atau rumah sakit terdekat,

mengingat sewaktu-waktu bisa mengalami syok dan kematian.

6. Penularan

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti

atau Aedes albopictus betina yang sebelumnya telah membawa virus

dalam tubuhnya dari penderita Demam Berdarah lain. Nyamuk

Aedes aegypti berasal dari brazil dan ethiopia dan sering menggigit

manusia pada waktu pagi dan siang (Kristina, dkk).

Orang yang beresiko terkena Demam Berdarah adalah anak-

anak yang berada di bawah usia 15 tahun, dan sebagian besar

tinggal dilingkungan lembab, serta daerah pinggiran kumuh, namun

13

demikian penyakit DBD ini juga dapat menyerang orang dewasa,

dengan perbandinga 70% pada anak-anak dan 30% pada orang

dewasa. Penyakit DBD ini sering terjadi didaerah tropis, dan muncul

pada musim penghujan. Virus ini muncul kemungkinan akibat pengaruh

musim atau alam serta perilaku manusia (Kristina dkk, 2004).

7. Menurut Notoatmodjo (2003), Faktor-Faktor Pencetus Demam

Berdarah Dengue adalah sebagai berikut:

a. Kesehatan Lingkungan

kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan

lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap

terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Usaha

kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau

mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan

media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum

bagi manusia yang hidup didalamnya. Masalah kesehatan adalah

suatu masalah yang kompleks, yang saling berkaitan dengan

masalah-masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Demikian pula

pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari

segi kesehatanya sendiri, tapi harus dilihat dari seluruh segi yang

ada pengaruhnya terhadap masalah ”Sehat-sakit” atau kesehatan

tersebut.

14

Ruang lingkup Kesehatan Lingkungan Menurut Notoatmodjo

(2003). Antara lain :

1) Perumahan.

Rumah yang sehat adalah rumah yang lantainya terbuat dari

ubin atau semen, tidak berdebu pada musim kemarau dan

tidak basah pada musim hujan, dapat membaca tanpa bantuan

cahaya lampu pada siang hari, adanya ventilasi untuk sirkulasi

udara yang masuk dan keluar, genteng tidak bocor pada saat hujan

dll.

2) Penyediaan air basah.

Syarat-syarat air minum yang sehat adalah syarat fisik :

Bening (tak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara

diluarnya. syarat bacteriologis : Air kebutuhan minum yang

sehat harus terbebas dari segala bakteri, terutama bacteri

patogen.

3) Pembuangan Kotoran Manusia.

Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau

yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus

dikeluarkan dari dalam tubuh, kotoran manusia harus memiliki

tempat tersendiri untuk mengurangi kontiminasi tinja terhadap

lingkungan dengan dibuatnya septi tank.

4) Sampah dan pengelolaanya.

Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah

15

tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang yang

sudah digunakan dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang,

sampah erat kaitanya dengan kesehatan masyarakat, karena

dari sampah-sampah tersebut akan hidup berbagai

mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri patogen). Dan

juga binatang serangga sebagai pemindah/penyebar penyakit

(vektor). Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik

sampai sekecil mungkin tidak menggangggu atau mengancam

kesehatan masyarakat.

5) Air limbah dan pengelolaanya.

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang

yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-

tempat umum lainnya dan pada umumnya mengandung

bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi

kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup.

Biasanya DBD akan menyerang orang-orang yang

tinggal didaerah pinggiran, kumuh dan lembab serta anak-anak

yang berusia dibawah 15 tahun. Untuk mencegah serangan,

tentunya adalah dengan membasmi nyamuk Aedes yang

menjadi media virus, dengan tidak menyediakan tempat

perkembangbiakannya ditempat lembab dan berair. Oleh karena

itu masyarakat harus berupaya menjaga kesehatan lingkungan

baik dari dalam diri maupun lingkungan sekitar.

16

B. Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain baik individu , kelompok atau masyarakat

sehingga mereka melekukan apa yang diharapkan oleh pelaku

pendidikan.(Notoatmojdo, 2003).

Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri

seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan

individu, dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan

kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang

harus dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi

sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yang berubah

secara dinamis, yang didalamnya seseorang menerima atau menolak

informasi, sikap, maupun praktek baru, yang berhubungan dengan

tujuan hidup sehat (Suliha, 2002).

2. Tujuan pendidikan Kesehatan

Secara umum, tujuan dari pendidikan kesehatan ialah

mengubah prilaku individu/masyrakat dibidang kesehatan (WHO,

1954) yang dikutip Notoatmodjo (1997) Tujuan ini dapat diperinci

lebih lanjut menjadi :

a. Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai dimasyarakat

b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

17

c. Mendorong perkembangan dan penggunaan secara tepat sarana

pelayanan kesehatan yang ada.

Secara operasional, tujuan kesehatan diperinci oleh Wong

(1974) yang dikutip tafal (1984) sebagai berikut :

1) Agar penderita memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada

kesehatannya, keselamatan lingkungan, dan masyarakat

2) Agar melakukan langkah-langkah positip dalam mencegah

terjadinya sakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi lebih

parah dan mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitasi

cacat yang disebabkan oleh penyakit

3) Agar memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensinya

dan perubahan-perubahan sistem dan cara memanfaatkannya dengan

efisien dan efektif

4) Agar mempelajari apa yang dapat dilakukan sendiri dan

bagaimana caranya, tanpa selalu meminta pertolongan kepada

sistem pelayanan kesehatan yang formal (Suliha, 2002).

3. Proses pendidikan kesehatan

Didalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok, yaitu

persoalan masukan (input), proses, dan persoalan keluaran (output).

Persoalan masukan berupa sasaran belajar (sasaran didik) yaitu

individu, Kelompok atau masyrakat yang sedang belajar itu sendiri

dengan berbagai latar belakang, persoalan proses berupa mekanisme

dan interaksi yang terjadinya perubahan perilaku atau kemampuan

18

pada diri subyek belajar dan dalam proses terjadi pengaruh timbal

balik antar berbagai faktor antara lain subyek belajar, pengajar

(pendidik atau fasilitator) metode, dan tehnik belajar, alat bantu dan

materi atau bahan yang dipelajari. Sedangkan keluaran berupa hasil

belajar itu sendiri, yaitu berupa kemampuan atau perubahan perilaku

dari subyek belajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dikelompokan

menjadi 4 kelompok besar yaitu faktor materi (bahan belajar),

lingkungan, instrumental dan subyek belajar

4. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap upaya pencegahan DBD

Salah satu kelompok terbesar yang membutuhkan pendidkan

kesehatan dewasa ini adalah mereka yang pernah menderita DBD

dan yang belum pernah menderita DBD. Banyak ahli kesehatan

berkeyakinan bahwa orang-orang yang menderita penyakit tersebut

berhak atas informasi pelayanan kesehatan untuk memampukan

mereka berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab terhadap

perawatan mereka sendiri. Pendidikan kesehatan dapat membantu

individu-individu tersebut untuk beradaptasi dengan lingkungan,

mencegah DBD dan menjalankan program yang sudah diberikan dan

belajar untuk memecahkan masalah ketika menghadapi situasi baru.

Disamping itu dari manfaat pendidikan kesehatan dipandang sebagai

strategi untuk penurunan biaya melalui pencegahan penyakit DBD

dan menghindari pengobatan medis yang mahal dan dengan

19

menurunkan kasus terjadinya wabah DBD mulai dari kesehatan diri

sendiri dan kesehatan linkungan masyarakat untuk meningkatkan

kepuasan masyarakat (Brunner & Sundarth, 2002)

Pendidikan kesehatan terutama untuk masyarakat endemis

DBD harus direncanakan dan diimplementasikan pada waktu yang

tepat, serta mempertimbangkan masyarakat sebagai seorang individu,

dengan mempertimbangkan keunikan ansietas, kebutuhan dan harapan-

harapannya. Apabila pendidikan kesehatan dilakukan dengan tanpa

adanya observasi dan dari peneliti, masyarakat mungkin tidak ingat

dengan apa yang telah diberikan dan jika diberikan dengan tanpa

adanya tindakan lanjut dari peneliti mungkin masyarakat akan banyak

yang tidak melakukan tindakan dari apa yang sudah diberikan oleh

peneliti. Idealnya pendidikan kesehatan dibagi dalam berbagai periode

waktu untuk memungkinkan masyarakat mengasimilasi infomasi dan

mengajukan pertanyaan ketika timbul pertanyaan. Seringkali, pendidikan

kesehatan ini bersamaan dengan bebagai persiapan prosedur untuk

memudahkan aliran informasi. Syarat-syarat pendidikan kesehatan

harus melebihi deskripsi tentang berbagai langkah-langkah prosedur

dan harus mencakup penjelasan tentang kebutuhan masyarakat.

C. Upaya pencegahan DBD

1. Pencegahan DBD

Iqbal Wahit (2006) , pencegahan berarti menghindari suatu

kejadian sebelum terjadi. Upaya pencegahan DBD yang paling tepat

20

dengan 3M+, upaya pencegahan ini merupakan upaya pencegahan

prevensi primer yaitu usaha sungguh-sungguh untuk menghindari suatu

penyakit atau tindakan kondisi kesehatan yang merugikan melalui kegiatan

promosi kesehatan dan tindakan perlindungan penelitian tentang pengaruh

merupakan dasar dari upaya pencegahan primer. Upaya pencegahan 3M+

itu sendiri yaitu:

a. Menguras tempat penampungan air secara teratur sekurang-

kurangnya seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate

kedalamnya.

b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, setelah mengambil

airnya, agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak.

c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat

menampung air hujan; seperti kaleng bekas, plastik, bambu-bambu

yang terbuka, drum-drum bekas, dll.

Apabila tempat tandon air/ penampung air tidak dikuras, maka bisa

ditaburi abate dengan dosisi 1 gram untuk 10 liter air dan diulangi 2-3

bulan sekali (1 sendok makan kira – kira sama dengan 10 gram). Selain

dengan cara tersebut diatas diharapkan masyarakat juga memberi cahaya

yang cukup pada rumah supaya rumah tidak gelap agar nyamuk tidak

tinggal, membuang/membakar langsung sampah yang sudah tidak

terpakai, tidak menggelantungkan pakaian di sembarang tempat yang

akan dihinggapi oleh nyamuk, kalau perlu anak-anak atau orang tua

memakai lotion anti nyamuk dan juga pemakaian kelambu.

21

2. Partisipasi masyarakat dalam pemberantasan DBD

Untuk mencegah nyamuk Aedes aegypti , peranan masyarakat

sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembersihan sarang nyamuk.

Untuk itu diperlukan usaha pendidikan kesehatan dan motivasi

kepada masyrakat secara terus menerus dalam jangka waktu yang

semaksimal mungkin, karena keberadaan jentik nyamuk tersebut

berkaitan erat dengan prilaku mayarakat.

Partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan melaksanakan

gerakan kebersihan dan kesehatan lingkungan secara serentak dan

gotong royong . semakin besar komitmen pemerintah dan partisipasi

masyarakat, maka semakin besar pula kebersihan program pencegahan

DBD (Departemen kesehatan, 1992).

Gerakan kebersihan dan kesehatan lingkungan tersebut

meliputi kebersihan rumah dan lingkungannya agar tidak terdapat

sampah yang akan menjadi sarang tikus, kecoa, cacaing, lalat dan

nyamuk penular penyakit, perbaikan dan pemeliharaan saluran air

limbah, sehingga tidak terjadi genangan dihalaman rumah dan

sekitarnya, kemudian pembuatan, perbaikan, penggunaan dan

pemeliharaan jamban keluarga, penempatan kandang diluar rumah dan

pemeliharaan kebersihannya serta pembuatan dan pemeliharaan sarana

persediaan air bersih.

22

D. Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk

hidup) yang bersangkutan oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai

dengan manusia itu berprilaku, karena mempunyai aktifitas masing-masing.

Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakekatnya adalah

kegiatan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan

yang sangat luas antara lain berjalan ,berbicara menangis dan sebagainya.

Kadang-kadang kegiatan manusia itu tidak teramati dari luar manusia itu

sendiri, misalnya berfikir persepsi , emosi dan lain sebagainya. Dari urian

ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah

semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati langsung

maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 1993).

Menurut Notoatmodjo secara operasional , perilaku dapat diartikan

suatu respons organisme terhadap lingkungannya. Perilaku adalah tindakan

suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari (Sunaryo,

2004)

Ahli psikologi (skiner, 1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan

respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Maka teori skiner ini disebut teori S-O-R atau stimulus→

Organisme→Respon .

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku

dapat dibedakan menjadi dua, yakni:

23

1. Perilaku tertutup

Adalah respons seseorang terhadap stimuli dalam bentuk

terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimuli

ini masih terbatas pada perhatian persepsi, pengetahuan/kesadaran dan

belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu

disebut ”covert behavior” atau ”unobsevable behavior”.

2. Perilaku terbuka.

Adalah respon seseorang terhadap stimuli dalam bentuk

tindakan nyata atau terbuka. Respon seseorang terhadap stimuli

tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (praktice),

yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain. Oleh

sebab itu disebut ”Overt behavior”, tindakan nyata atau praktek

(praktice) (Notoatmodjo, 1993).

Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan

oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun luar subyek. Dalam perilaku

kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) yang mengutip dari Lawrence

Green ada 3 teori sebagai penyebab masalah kesehatan yaitu :

1. Fakctor Predisposisi (predisposing factor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap kesehatan, pendidikan, lingkungan dan umur masyarakat

terhadap hal – hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai

yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi.

Faktor – faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya

24

perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.

2. Faktor Pemungkin (Enabling factor)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana prasarana atau

fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air bersih, tempat

pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja. Termasuk fasilitas

pelayanan kesehatan seperti : Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik,

Posyandu, Polides, Pos Obat Desa, Dokter atau Bidan praktik swasta.

Faktor ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan

terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor – faktor ini disebut faktor

pendukung atau faktor pemungkin.

3. Faktor penguat (Reinforcing factor)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh

masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas kesehatan.

Termasuk juga undang – undang, peraturan – peraturan baik pusat

maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk

berperilaku sehat masyarakat kadang – kadang bukan hanya

memerlukan pengetahuan dan sikap positif dan dengan dorongan

fasilitas saja, melainkan tokoh agama, para petugas, lebih – lebih para

petugas kesehatan. Di samping itu undang – undang juga memperkuat

perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2002), domain perilaku dibagi

menjadi dua yaitu:

1. Determinan faktor internal, yakni karakteristik orang yang

25

bersangkutan, yang bersifat ”given” atau bawaan, misalnya tingkat

kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan faktor eksternal, yakni lingkungan baik fisik, sosial,

budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini

sering merupakan faktor dominan dalam mewarnai perilaku

seseorang.

Menurut Benyamin Bloom (1908) seorang psikolog

pendidikan membagi perilaku manusia kedalam tiga dominan

yakni:

1. Pengetahuan adalah hasil dari penginderaan manusia terhadap

obyek diluarnya melalui indera-indera yang dimilikinya

(pendengaran, penglihatan, penciuman dan sebagainya)

2. Sikap adalah merupakan reaksi atau respon emosional

(emosional feelings) seseorang terhadap stimulus atau obyek

diluarnya atau penilaian dapat dilanjutkan dengan kecenderungan

untuk melakukan atau tidak melakukan terhadap obyek.

3. Tindakan atau praktek adalah respons atau reaksi konkrit

seseorang terhadap stimulus atau objek. Respon ini sudah

dalam bentuk tindakan (action) yang melibatkan aspek

psikomotor, atau seseorang yang telah mempraktekan (praktice)

apa yang telah diketahui atau disikapi (Notoatmodjo, 1993).

Menurut Solita (1993), perilaku adalah segala bentuk

pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungan, khususnya

26

yang menyangkut pengetahuan dan sikap (S.Sarwono,1993).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku berawal

dari adanya pengalaman seseorang serta faktor – faktor dari luar

(lingkungan), baik fisik maupun non fisik, kemudian pengalaman dan

lingkungan tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini, sehingga

menimbulkan suatu motivasi, niat untuk bertindak yang akhirnya

terjadilah perwujudan niat yang berupa perilaku.

27

E. Kerangka Teori

Skema 1 : Upaya perilaku melakukan pecegahan DBD,

Sumber: Notoatmodjo(2003), Lawrence Green(1989).

Faktor pemudah(predisposingfaktor):- Pendidikan- Pengetahuan- Lingkungan- Ekonomi- Sikap

Faktor pemungkin(enabling factor):- fasilitas

pelayanankesehatan

- lingkungan fisik

Faktor pendorong- perilaku petugas

kesehatan dantokoh masyarakat

- Sikap danperilaku tokohmasyarakat

Perilaku melakukanupaya pencegahan

DBD

Melaksanakan upayapencegahan DBD

Tidak melaksanakan upayapencegaha DBD

28

F. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Skema 2 : Kerangka Konsep pengaruh pendidikan kesehatan terhadap upaya

prilaku pencegahan DBD, Sumber:Notoatmodjo,S(2003)

G. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini dikemukakan dua variabel yaitu :

1. Variabel bebas (independent) : Variabel yang menjadi sebab timbulnya

atau berubahnya variabel dependent (terikat) jadi variabel independent

adalah variabel yang mempengaruhi. Dalam penelitian ini yang termasuk

variabel independent adalah pendidikan kesehatan

2. Variabel terikat (dependent) : Variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Dalam penelitian ini yang termasuk variabel terikat adalah upaya

masyarakat terhadap pencegahan penyakit DBD.

H. Hipotesis Penelitian

Sebagai pedoman penelitian dan berdasar pada kerangka konsep yang

ada, maka hipotesis penelitiannya adalah : Ada pengaruh antara pemberian

pendidikan kesehatan tentang penyakit DBD terhadap upaya pencegahan

DBD pada Ibu Pengajian di Desa Mangunrekso Kecamatan Tambakromo,

Kabupaten Pati.

Pendidikankesehatan

Upaya prilakupencegahan DBD