bab ii tinjauan pustaka a. demam berdarah...

22
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian Beberapa pengertian DHF (Dengue Haemoragic Fever) menurut beberapa ahli : DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang disertai leucopenia, dengan atau tanpa ruam (rash) dan limfadenopati, trombositopenia ringan dan bintik-bintik perdarahahan (petekie) spontan (Noer Sjaefullah, 2000). Demam berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (Arthropodhomvirus) dan Aedes Albopictus (Ngastiyah, 2005). Demam berdarah dengue adalah penyakit akut dengan ciri- ciri demam manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arif Mansjoer, 2000). Jadi demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam disertai gejala perdarahan dan bila timbul renjatan dapat menyebabkan kematian. 2. Ciri-ciri Nyamuk Demam Berdarah Nyamuk pembawa atau penyebab penyakit demam berdarah adalah Aedes aegypti atau yang disebut nyamuk Dengue (Ngastiyah, 1997). Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti adalah badan dan tungkainya bergaris-garis hitam putih, juga sayapnya terdapat bintik putih, gemar hidup ditempat-tempat yang gelap, jarak terbangnya kurang dari 100 meter, bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan disekitar rumah bukan di got atau comberan. Bahkan nyamuk ini sangat menyukai bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat minum burung dan yang lainnya. Kebiasaan lainnya adalah suka hinggap

Upload: duonghuong

Post on 06-Feb-2018

242 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Denguedigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-nurdiyanto... · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam Berdarah Dengue

1. Pengertian

Beberapa pengertian DHF (Dengue Haemoragic Fever) menurut

beberapa ahli : DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan

dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang

disertai leucopenia, dengan atau tanpa ruam (rash) dan

limfadenopati, trombositopenia ringan dan bintik-bintik

perdarahahan (petekie) spontan (Noer Sjaefullah, 2000).

Demam berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh

arbovirus (Arthropodhomvirus) dan Aedes Albopictus (Ngastiyah,

2005). Demam berdarah dengue adalah penyakit akut dengan ciri-

ciri demam manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan

renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arif Mansjoer, 2000).

Jadi demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam

disertai gejala perdarahan dan bila timbul renjatan dapat

menyebabkan kematian.

2. Ciri-ciri Nyamuk Demam Berdarah

Nyamuk pembawa atau penyebab penyakit demam berdarah adalah

Aedes aegypti atau yang disebut nyamuk Dengue (Ngastiyah, 1997).

Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti adalah badan dan tungkainya

bergaris-garis hitam putih, juga sayapnya terdapat bintik putih,

gemar hidup ditempat-tempat yang gelap, jarak terbangnya kurang

dari 100 meter, bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam

dan disekitar rumah bukan di got atau comberan. Bahkan nyamuk ini

sangat menyukai bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat minum

burung dan yang lainnya. Kebiasaan lainnya adalah suka hinggap

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Denguedigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-nurdiyanto... · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian

10

pada pakaian yang bergantungan dikamaran dan menggigit atau

menghisap darah pada pagi dan sore hari. Dalam hidupnya, nyamuk

ini mempunyai perilaku : mencari darah, istirahat dan berkembang

biak. Disaat setelah kawin, nyamuk betina memerlukan darah untuk

bertelur. Untuk itu nyamuk betina akan menghisap darah manusia

setiap 2-3 hari sekali, selama pagi dan sore hari pada waktu-waktu

tertentu (pukul 08.00-12.00 dan 15.00-17.00). Untuk mendapatkan

cukup darah, nyamuk betina sering menggigit lebih dari satu orang

dan mempunyai jarak terbang sekitar 100 meter (Indrawan, 2001).

Setelah keyang menghisap darah, nyamuk betina memerlukan

istirahat 2-3 hari untuk mematangkan telur. Tempat istirahat yang

disukai adalah tempat-tempat lembab dan kurang terang (tertutup

sinar matahari) seperti kamar mandi, dapur, WC, baju yang

digantung didalam rumah, kelambu,tirai, dan tanaman hias diluar

rumah.

3. Tanda dan Gejala DBD

Tanda dan gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan :

a. Mendadak panas tinggi selama 2-7 hari, tampak lemah dan lesu,

suhu badan antara 380C-40

0C.

b. Terjadi perdarahan pada hidung dan gusi

c. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah

pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

d. Kadang-kadang disertai syok karena tekanan nadi menurun

menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80

mmHg atau lebih rendah.

e. Manifestasi perdarahan, dengan bentuk : uji tourniquet positif

puspura perdarahan, konjungtifa, epitaksis melena, dan

sebagainya.

f. Gejala klinis lainnya yang dapat menyertai : anoreksia, lemah,

mual, muntah, sakit perut, diare, kejang dan sakit kepala.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Denguedigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-nurdiyanto... · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian

11

4. Patofisiologi

Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan

nyamuk terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak

tanpa penyebab yang jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala,

mual, muntah, nyeri otot, pegal di seluruh tubuh, nafsu makan

berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu

kelainan dapat terjadi pada sistem retikulo endotel atau seperti

pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa.

Pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas

dari sistem kalikrein menyebabkan peningkatan permeabilitas

dinding kapiler/vaskuler sehingga cairan dari intravaskuler keluar ke

ekstravaskuler atau terjadinya perembesaran plasma akibatnya

terjadi pengurangan volume plasma yang terjadi hipovolemia,

penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi

dan renjatan. Selain itu sistem reikulo endotel bisa terganggu

sehingga menyebabkan reaksi antigen anti body yang akhirnya bisa

menyebabkan anaphylaxia.

Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan

menyebabkan depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi

trombositopenia yang berlanjut akan menyebabkan perdarahan

karena gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan akhirnya

sampai pada perdarahan kelenjar adrenalin.

Plasma merembas sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya

saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma

dapat berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik

yang terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera

diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan

kematian. Terjadinya renjatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke-7.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Denguedigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-nurdiyanto... · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian

12

Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya

gangguan pada hemostasis yang mencakup perubahan vaskuler,

trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3), menurunnya fungsi

trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V,

IX, X dan fibrinogen). Pembekuan yang meluas pada intravaskuler

(DIC) juga bisa terjadi saat renjatan. Perdarahan yang terjadi seperti

petekie, ekimosis, purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai

perdarahan hebat pada traktus gastrointestinal.

5. Klasifikasi Demam Beradah Dengue (DBD)

Berdasarkan patokan dari WHO (1999) DBD dibagi menjadi 4

derajat:

1. Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain tanpa perdarahan spontan, uji

tourniquet (+) thrombocytopenia hemokonsentrasi.

2. Derajat II

Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau

perdarahan lain.

3. Derajat III

Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah

tekanan darah rendah, gelisah, sianosis mulut, hidung dan ujung

jari.

4. Derajat IV

Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.

(Ngastiyah, 1997).

Dengue Syok Syndrome (DSS)

Suluruh krtiteria diatas untuk DBD disertai dengan kegagalan

sirkulasi dengan manifetasi nadi yang cepat dan halus, tekanan nadi

turun (20≤ mmHg), hipotensi dibandingkan standart sesuai umur,

kulit dingin dan lembab serta gelisah. Penderita seringkali

mengeluhkan nyeri didaerah perut sesaat sebelum renjatan timbul.

Nyeri tersebut seringkali mendahului perdarahan gastrointestinal.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Denguedigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-nurdiyanto... · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian

13

6. Epidemiologi Demam Beradah Dengue (DBD)

Istilah epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata

“epi” yang berarti atas, pada, “demos” yang berarti rakyat dan

“logos” yang berarti ilmu. Maka epidemiologi sebenarnya berarti:

”ilmu mengenai hal-hal yang terjadi pada rakyat”. Ruang lingkup

epidemiologi yang semula mempelajari penyakit menular lambat

laun diperluas, sehingga epidemiologi menjadi ilmu yang

mempelajari faktor-faktor yang menentukan frekuensi dan distribusi

penyakit pada rakyat. Definisi epidemiologi lainnya ialah ilmu yang

mempelajari tentang sifat, penyebab, pengendalian dan faktor-faktor

yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, kecacatan dan

kematian dalam populasi manusia. Epidemiologi juga meliputi

pemberian ciri pada distribusi status kesehatan, penyakit atau

kesehatan masyarakat lainnya berdasarkan usia, jenis kelamin, ras,

geografi, agama, pendidikan, pekerjaan, perilaku, waktu, tempat,

orang dan sebagainya (Soemirat, 2005).

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari pola kesehatan dan

penyakit serta faktor yang terkait di tingkat populasi. Ini adalah

model corestone penelitian kesehatan masyarakat, dan membantu

menginformasikan kedokteran berbasis bukti (eveidence based

medicine) untuk mengidentifikasikan faktor risiko penyakit serta

menentukan pendekatan penanganan yang optimal untuk praktik

klinik dan untuk kedokteran preventif (Yusuf, 2011). Soegijanto

(2006) menyatakan bahwa epidemiologi DBD dapat dijelaskan

sebagai berikut :

a. Agent

Virus Dengue merupakan bagian dari famili Flafiridae dan

termasuk dalam group B Arthropod born viruses (arboviruses).

Keempat serotipe virus dengue (disebut DEN 1, DEN 2, DEN 3

dan DEN4) dapat dibedakan dengan metode serologi. Keempat

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Denguedigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-nurdiyanto... · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian

14

tipe virus tersebut telah ditemukan diberbagai daerah di

Indonesia antara lain Jakarta danYogyakarta. Virus yang banyak

berkembang dimasyarakat adalah virus dengue tipe satu dan tipe

tiga. Infeksi pada manusia oleh salah satu serotipe menghasilkan

imunitas sepanjang hidup terhadap infeksi ulang oleh serotipe

yang sama, tetapi hanya menjadi perlindungan sementara dan parsial

terhadap serotipe yang lain (WHO. 2002).

b. Vektor

Aedes aegypti adalah spesies nyamuk tropis dan subtropis yang

ditemukan di bumi, biasanya antara garis lintang 350 LU dan

350 LS, kira-kira berhubungan dengan musim dingin isoterm

100C. Meski Aedes aegypti telah ditemukan sejauh 450 LU,

invasi ini telah terjadi selama musim hangat dan nyamuk tidak

hidup pada musim dingin. Distribusi Aedes aegypti juga dibatasi

oleh ketinggian. Ini biasanya tidak ditemukan diatas ketinggian

1.000 m tetapi telah dilaporkan pada ketinggian 2.121 m di India,

pada 2.200 m di Kolombia, dimana suhu rerata tahunan adalah

170C, dan pada ketinggian 2.400 m di Eritrea. Aedes aegypti

adalah salah satu vektor nyamuk yang paling efisien untuk

arbovirus, karena nyamuk ini sangat antropofilik dan hidup

dekat dengan manusia dan sering hidup di dalam rumah. Wabah

dengue juga telah disertai dengan Aedes albopictus, Aedes poly

nesiensis dan banyak spesies kompleks Aedes scutellaris. Setiap

spesies ini mempunyai distribusi geografisnya masing-masing,

namun mereka adalah vektor epidemik yang kurang efisien

dibanding Aedes aegypti. Faktor penyulit pemusnahan vektor

adalah bahwa telur-telur Aedes aegypti dapat bertahan dalam

waktu lama terhadap desikasi (pengawetan dengan pengeringan),

kadang selama lebih dari satu tahun (WHO, 2002). Nyamuk

Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan

dengan rata-rata nyamuk lain. Nyamuk ini mempunyai warna

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Denguedigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-nurdiyanto... · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian

15

dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan, kaki

dan sayapnya. Nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorfosis

sempurna yaitu : telur – jentik – kepompong – nyamuk. Stadium

telur, jentik dan kepompong hidup di dalam air. Telur

nyamuk Aedes aegypti berwarna hitam dengan ukuran + 0,80

mm. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam

waktu + 2 hari setelah telur terendam air. Stadium jentik

biasanya berlangsung 6-8 hari, stadium pupa (kepompong)

berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi

nyamuk dewasa mencapai 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat

mencapai 2-3 bulan. Kemampuan terbang nyamuk betina rata-

rata 40 meter, maksimal 100 m. Namun secara pasif, misalnya

karena angin atau terbawa kendaraan nyamuk ini dapat

berpindah lebih jauh. Aedes aegypti tersebar luas di daerah tropis

dan sub tropis. Di Indonesia, nyamuk ini tersebar luas baik di

rumah-rumah maupun di tempat umum (TTU). Nyamuk ini

dapat hidup dan berkembang biak sampai ketinggian daerah +

1000 m dari permukaan air laut. Diatas ketinggian 1000 m tidak

dapat berkembang biak, karena pada ketinggian tersebut suhu

udara terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan bagi

kehidupan nyamuk tersebut.

c. Host

Manusia adalah penjamu (host) pertama yang dikenai virus,

meskipun studi telah menunjukkan bahwa monyet pada beberapa

bagian dunia dapat terinfeksi dan mungkin bertindak sebagai

sumber virus untuk nyamuk penggigit. Virus bersirkulasi dalam

darah manusia terinfeksi pada kurang lebih saat dimana mereka

mengalami demam, dan nyamuk tak terinfeksi mendapatkan

virus bila mereka menggigit individu saat dia dalam keadaan

viramia. Virus kemudian berkembang di dalam tubuh nyamuk

selama periode 8-10 hari sebelum ini dapat ditularkan ke

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Denguedigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-nurdiyanto... · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian

16

manusia lain selama menggigit atau menghisap darah berikutnya.

Lama waktu yang diperlukan untuk inkubasi ekstrinsik ini

tergantung pada kondisi lingkungan khususnya suhu sekitar

(WHO, 2002).

d. Lingkungan

1) Suhu dan Kelembaban Udara.

Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi

proses metabolismenya menurun atau bahkan terhenti bila

suhu turun sampai dibawah suhu kritis. Rata-rata suhu

optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25ºC - 27ºC,

pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali bila suhu

kurang dari 10ºC. Kelembaban optimum dalam

kehidupannya adalah 70% - 80%. Kelembaban dapat

memperpanjang umur nyamuk. Umumnya nyamuk akan

meletakkan telurnya pada temperatur udara sekitar 20ºC –

30ºC (Depkes RI, 2003).

2) Musim dan Curah Hujan

Peningkatan curah hujan mempengaruhi perkembangbiakan

nyamuk Aedes aegypti, demikian pula pada musim

penghujan. Dikarenakan akan semakin banyak jumlah tempat

penampungan air yang dapat digunakan sebagai tempat

perindukan. Perubahan musim akan berpengaruh pada

frekuensi gigitan nyamuk atau panjang umur nyamuk dan

berpengaruh pula pada kebiasaan hidup manusia untuk lebih

lama tinggal didalam rumah pada waktu musim hujan.

3) Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan mempengaruhi tempat perkembang

biakan nyamuk Aedes aegypti terutama tempat-tempat

penampungan air sebagai media breeding place nyamuk.

Seperti bak mandi/WC, gentong, tempayan, vas bunga,

tempat minum burung, kaleng bekas, ban bekas dan lain-lain.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Denguedigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-nurdiyanto... · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian

17

Tempat penampungan air yang berisi air jernih dan ada

didalam rumah serta tidak terkena sinar matahari langsung

adalah tempat yang disukai nyamuk.

4) Kepadatan dan Mobilitas Penduduk

Kepadatan dan mobilitas penduduk ikut menunjang

penularan DBD, semakin padat penduduk maka semakin

mudah penularan DBD. Jarak antara rumah mempengaruhi

penyebaran nyamuk dari suatu rumah ke rumah lain, semakin

dekat jarak antara makin mudah nyamuk menyebar kerumah

sebelah. Mobilitas memudahkan penularan dari satu tempat

ke tempat lain dan biasanya penyakit menjalar dimulai dari

suatu pusat sumber penularan kemudian mengikuti lalu lintas

penduduk. Makin ramai lalu lintas itu, makin besar

kemungkinan penyebaran.

B. Perilaku Pencegahan

1. Pengertian

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan

atau aktifitas organisme yang berkelanjutan. Jadi perilaku manusia

pada hakekatnya adalah suatu aktifitas manusia itu sendiri. Perilaku

adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat

diamati secara langsung atau tidak langsung (Notoatmodjo, 2005).

Perilaku atau aktivitas yang ada pada individu itu tidak timbul

dengan sendirinya tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima

oleh individu yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun

internal. Menutut Tridayakisni dan Hudaniah (2001) membatasi

perilaku proposial secara lebih rinci sebagai perilaku yang memiliki

intensi untuk mengubah keadaan fisik atau psikologis penerima

bantuan dari kurang baik menjadi lebih baik, dalam arti secara

material maupun psikologis.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Denguedigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-nurdiyanto... · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian

18

Pencegahan penyakit menular didefinisikan sebagai usaha

pemutusan rantai penularan penyakit. Pada penyakti DBD yang

merupakan komponen epidemiologi adalah terdiri dari virus dengue,

nyamuk Aedes aegypti dan manusia. Belum adanya vaksin untuk

pencegahan penyakit DBD dan belum ada obat-obatan khusus untuk

penyembuhannya maka pengendalian DBD tergantung pada

pemberantasan nyamuk Aedes aegypti. Perilaku pencegahan adalah

rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh individu untuk memutuskan

rantai penularan penyakit.

Perilaku proporsial dapat dimengerti sebagai perilaku yang

menguntungkan penerima, tetapi tidak memiliki keuntungan yang

jelas bagi pelakunya (Tridayakisni dan Hudaniah, 2001).

Sebagaimana diketahui bahwa perilaku yang ada pada individu tidak

timbul dengan sendirinya melainkan sebagai akibat dari stimulus

atau rangsang yang diterima oleh individu yang bersangkutan, baik

stimulus eksternal maupun internal (Walgito, 2001).

Menurut Skinner (1938) dalam (Notoatmodjo, 2003) merumuskan

bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar).

2. Bentuk perilaku

Bila dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku

dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003), yaitu :

a. Perilaku tertutup (convert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung

atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini

masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau

kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima

stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh

orang lain.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Denguedigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-nurdiyanto... · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian

19

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan

nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah

jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang demikian mudah

diamati atau dilihat oleh orang lain.

Selanjutnya Bringham dalam Tridayakisni dan Hudaniah (2001) juga

mengatakan bahwa perilaku proporsial mempunyai maksud untuk

menyokong kesejahterahan orang lain. Untuk terwujudnya suatu

sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau

kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas

(Notoatmodjo, 2003). Tingkat-tingkat praktek tersebut adalah :

1. Persepsi (Perception), mengenal dan memilih objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil.

2. Respon terpimpin (Guided respons), dapat melakukan sesuatu

sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.

3. Mekanisme (Mecanism), apabila seseorang telah dapat

melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis.

4. Adaptasi (Adaptation), suatu praktek atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik.

3. Faktor yang mempengaruhi perilaku

Perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau ditentukan oleh

faktor-faktor baik dari dalam maupun luar subjek. Dalam perilaku

kesehatan menurut Green dalam Notoatmodjo (2003), terdapat 3

teori sebagai penyebab masalah kesehatan yaitu :

a. Faktor Pendahulu (Predisposing factor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, pendidikan, lingkungan dan umur masyarakat

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai

yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial

ekonomi. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Denguedigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-nurdiyanto... · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian

20

terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.

b. Faktor pemungkin (Enabling factor)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air bersih, tempat

pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja. Termasuk

fasilitas pelayanan kesehatan seperti : Puskesmas, Rumah Sakit,

Poliklinik, Posyandu, Polides, Pos Obat Desa, Dokter atau Bidan

praktik swasta. Faktor ini pada hakikatnya mendukung atau

memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-

faktor ini disebut faktor pendukung atau pemungkin.

c. Faktor Penguat (Reinforcing factor)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,

tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas kesehatan.

Termasuk juga undang-undang, peraturan-peraturan baik pusat

maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.

Untuk berperilaku sehat masyarakat kadang-kadang bukan haya

memerlukan pengetahuan dan sikap positif dan dengan dorongan

fasilitas saja, melainkan tokoh agama, para petugas, lebih-lebih

para petugas kesehatan. Di samping itu undang-undang juga

memperkuat perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2007), domain perilaku dibagi menjadi dua

yaitu :

a. Determinan faktor internal, yakni karakteristik orang yang

bersangkutan, yang bersifat “given” atau bawaan, misalnya

tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan

sebagainya.

b. Determinan faktor eksternal, yakni lingkungan baik fisik,

sosial,budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor

lingkungan ini sering merupakan faktor dominan dalam

mewarnai perilaku seseorang.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Denguedigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-nurdiyanto... · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian

21

4. Perilaku pencegahan Penyakit DBD

Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD seperti juga penyakit

menular lainnya didasarkan pada usaha pemutusan rantai

penularannya. Pada penyakti DBD yang merupakan komponen

epidemiologi adalah terdiri dari virus dengue, nyamuk Aedes aegypti

dan manusia. Belum adanya vaksin untuk pencegahan penyakit DBD

dan belum ada obat-obatan khusus untuk penyembuhannya maka

pengendalian DBD tergantung pada pemberantasan nyamuk Aedes

aegypti. Penderita penyakit DBD diusahakan sembuh guna

menurunkan angka kematian, sedangkan yang sehat terutama pada

kelompok yang paling tinggi resiko terkena, diusahakan agar jangan

mendapatkan infeksi virus dengan cara memberantas vektornya

(Depkes RI, 2000).

Sampai saat ini pemberantasan vektor masih merupakan pilihan

yang terbaik untuk mengurangi jumlah penderita DBD. Strategi

pemberantasan vektor ini pada prinsipnya sama dengan strategi

umum yang telah dianjurkan oleh WHO dengan mengadakan

penyesuaian tentang ekologi vektor penyakit di Indonesia. Strategi

tersebut terdiri atas perlindungan perseorangan, pemberantasan

vektor dalam wabah dan pemberantasan vektor untuk pencegahan

wabah, dan pencegahan penyebaran penyakit DBD.

a. Pengelolaan Lingkungan dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN) Pengelolaan lingkungan meliputi berbagai kegiatan untuk

mengkondisikan lingkungan menyangkut upaya pencegahan

dengan mengurangi perkembang biakan vektor sehingga

mengurangi kontak antar vektor dengan manusia. Metode

pengelolaan lingkungan mengendalikan Aedes aegypti dan Aedes

albopictus serta mengurangi kontak vektor dengan manusia

adalah dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk.

Pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembang

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Denguedigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-nurdiyanto... · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian

22

biakan buatan manusia dan perbaikan desain rumah (Depkes RI,

2002). Upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD adalah

upaya untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti, dilakukan

dengan cara: (Depkes, 2002)

1) Menguras dengan menggosok tempat-tempat penampungan

air sekurang-kurangnya seminggu sekali yang bertujuan

untuk merusak telur nyamuk, sehingga jentik-jentik tidak

bisa menjadi nyamuk atau menutupnya rapat-rapat agar

nyamuk tidak bisa bertelur di tempat penampungan air

tersebut.

2) Mengganti air vas bunga, perangkap semut, air tempat

minum burung seminggu sekali dengan tujuan untuk merusak

telur maupun jentik nyamuk.

3) Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas dan

sampah-sampah lainnya yang dapat menampung air hujan

sehingga tidak menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.

4) Mencegah barang-barang / pakaian-pakaian yang

bergelantungan di kamar ruang yang remang-remang atau

gelap.

Dengan melakukan kegiatan PSN DBD secara rutin oleh semua

masyarakat maka perkembang biakan penyakit di suatu wilayah

tertentu dapat di cegah atau dibatasi.

b. Perlindungan Diri

Upaya yang dapat dilakukan untuk melindungi diri dari gigitan

nyamuk antar lain dengan menggunakan pakaian pelindung,

menggunakan anti nyamuk bakar, anti nyamuk lotion (repellent),

menggunakan kelambu baik yang dicelup larutan insektisida

maupun tidak.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Denguedigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-nurdiyanto... · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian

23

c. Pengendalian Biologis

Penerapan pengendalian biologis ditujukan langsung terhadap

jentik Aedes dengan menggunakan predator, contohnya dengan

memlihara ikan pemakan jentik seperti ikan kepala timah, dan

ikan gupi. Selain menggunakan ikan pemakan jentik, predator

lain yang digunakan yaitu bakteri dan cyclopoids (sejenis ketam

laut). Ada dua spesies bakteri endotoksin yakni Bacillus

thuringiensis serotype H-14 (Bt.H-14) dan Bacillus sphaericus

(BS) yang dinilai efektif untuk mengendalikan nyamuk dan

bakteri tersebut tidak mempengaruhi spesies lain. (Depkes, 2000)

d. Pengendalian dengan Bahan Kimia.

Bahan kimia telah banyak digunakan untuk mengendalikan

Aedes aegypti sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Metode

yang digunakan dalam pemakaian insektisida adalah dengan

larvasida untuk membasmi jentik-jentik (abatisasi) dan

pengasapan untuk membasmi nyamuk dewasa (fogging).

Pemberantasan jentik dengan bahan kimia biasanya

menggunakan temephos. Formulasi temephos (abate 1%) yang

digunakan yaitu granules (sand granules). Dosis yang digunakan

1 ppm atau 10 gram temephos (kurang lebih 1 sendok makan

rata) untuk setiap 100 liter air. Abatisasi dengan temephos ini

mempunyai efek residu 3 bulan, khususnya di dalam gentong

tanah liat dengan pola pemakaian air normal. Pengendalian

nyamuk dewasa dengan insektisida dilakukan dengan sistem

pengasapan. Hal ini merupakan metode utama yang digunakan

untuk pemberantasan DBD selama 25 tahun di berbagai Negara.

Tetapi metode ini dinilai tidak efektif karena menurut penelitian

hanya berpengaruh kecil terhadap populasi nyamuk dan

penularan dengue. Pada umumnya ada 2 jenis penyemprotan

yang digunakan utuk pembasmian Aedes aegypti yaitu thermal

fogs (pengasapan panas) dan Cold fogs (pengasapan dingin).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Denguedigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-nurdiyanto... · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian

24

Keduanya dapat disemprotkan dengan mesin tangan atau mesin

dipasang pada kendaraan. (Depkes, 2002)

e. Pendekatan Pemberantasan Terpadu

Pendekatan pemberantasan terpadu adalah suatu strategi

pemberantasan vektor penyakit yang dilakukan dengan

menggunakan beberapa metode yaitu dengan pengendalian

biologi, pengendalian secara kimiawi, perlindungan diri,

pengelolaan lingkungan, dan penyuluhan kesehatan secara

terpadu. Pemberantasan sarang nyamuk DBD merupakan upaya

pemberantasan vektor dengan metode pendekatan terpadu karena

menggunakan beberapa cara yaitu secara kimia dengan

menggunakan larvasida, secara biologi dengan mengguanakan

predator, dan secara fisik yang dikenal dengan kegiatan 3 M

(Menguras, Menutup, dan Mengubur). Pengurasan tempat

penampungan air perlu dilakukan secara teratur sekurang-

kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak berkembang biak

ditempat itu. Apabila PSN-DBD dilakukan oleh seluruh

masyarakat maka diharapkan nyamuk Aedes aegypti dapat

dibasmi. Untuk itu diperlukan upaya penyuluhan dan motivasi

kepada masyarakat secara terus-menerus dalam jangka waktu

yang lama, karena keberadaan Aedes aegypti berkaitan erat

dengan perilaku masyarakat.

C. Lingkungan

1. Pengertian

Kesehatan lingkungan menurut WHO (World Health Organization)

adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia

dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.

Ruang lingkup kesehatan lingkungan meliputi : penyediaan air

minum, pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran,

pembuangan sampah padat, pengendalian vektor, pencegahan /

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Denguedigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-nurdiyanto... · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian

25

pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia, hygiene

makanan termasuk hygiene susu, pengendalian pencemaran udara,

pengendalian radiasi, kesehatan kerja, pengendalian kebisingan,

perumahan dan pemukiman, aspek kesehatan lingkungan dan

transportasi udara, perencanaaan daerah perkotaan, pencegahan

kecelakaan, rekreasi umum dan pariwisata, tindakan – tindakan

sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi / wabah,

bencana alam dan perpindahan penduduk, tindakan pencegahan yang

diperlukan untuk menjamin lingkungan (Ghandi, 2010).

2. Faktor lingkungan yang berhubungan dengan DBD

Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue.

Beberapa faktor yang mempengaruhi manusia adalah lingkungan

yang mempengaruhi timbulnya penyakit DBD adalah:

a. Letak geografis

Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di

berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik yang

terletak antara 30º Lintang Utara dan 40º Lintang Selatan seperti

Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat

kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya (Djunaedi,

2006). Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-

18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter

berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan

penyakit yang disebut penyakit demam lima hari (vijfdaagse

koorts) kadang-kadang disebut demam sendi (knokkel koorts).

Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam

lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala.

Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan

problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik

maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Denguedigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-nurdiyanto... · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian

26

lain atau dari suatu negara ke negara lain (Hadinegoro dan Satari,

2002).

b. Musim

Negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim

panas, meskipun ditemukan kasus DBD sporadis pada musim

dingin. Di Asia Tenggara epidemi DBD terjadi pada musim

hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines

epidemi DBD terjadi beberapa minggu setelah musim hujan.

Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim hujan

dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal

tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam

menggigit karena didukung oleh lingkungan yang baik untuk

masa inkubasi.

Faktor eksternal merupakan faktor DBD yang datang dari luar tubuh

manusia. Faktor ini tidak mudah dikontrol karena berhubungan

dengan pengetahuan, lingkungan dan perilaku manusia baik di

tempat tinggal, lingkungan sekolah, atau tempat bekerja. Faktor yang

memudahkan seseorang menderita DBD dapat dilihat dari kondisi

berbagai tempat berkembangbiaknya nyamuk seperti di tempat

penampungan air, karena kondisi ini memberikan kesempatan pada

nyamuk untuk hidup dan berkembang biak. Hal ini dikarenakan

tempat penampungan air masyarakat Indonesia umumnya lembab,

kurang sinar matahai dan sanitasi atau kebersihannya (Satari dan

Meiliasari, 2004). Nyamuk lebih menyukai benda-benda yang

tergantung di dalam rumah seperti gorden, kelambu dan

baju/pakaian. Maka dari itu pakaian yang tergantung di balik pintu

sebaiknya dilipat dan disimpan dalam almari, karena nyamuk Aedes

aegypti senang hinggap dan beristirahat di tempat-tempat gelap dan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Denguedigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-nurdiyanto... · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian

27

kain yang tergantung untuk berkembang biak, sehingga nyamuk

berpotensi untuk bisa mengigit manusia (Yatim 2007). Menurut

Hadinegoro et al (2001), semakin mudah nyamuk Aedes menularkan

virusnya dari satu orang ke orang lainnya karena pertumbuhan

penduduk yang tinggi dapat meningkatkan kesempatan penyakit

DBD menyebar, urbanisasi yang tidak terencana dan tidak

terkendali, tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di

daerah endemis, peningkatan sarana transportasi.

3. Faktor lingkungan dan perilaku kesehatan yang berhubungan dengan

penularan DBD

Menurut penelitian Fathi, et al (2005) ada peranan faktor lingkungan

dan perilaku terhadap penularan DBD, antara lain:

a. Keberadaan jentik pada kontainer

Keberadaan jentik pada container dapat dilihat dari letak,

macam, bahan, warna, bentuk volume dan penutup kontainer

serta asal air yang tersimpan dalam kontainer sangat

mempengaruhi nyamuk Aedes betina untuk menentukan pilihan

tempat bertelurnya. Keberadaan kontainer sangat berperan dalam

kepadatan vektor nyamuk Aedes, karena semakin banyak

kontainer akan semakin banyak tempat perindukan dan akan

semakin padat populasi nyamuk Aedes. Semakin padat populasi

nyamuk Aedes, maka semakin tinggi pula risiko terinfeksi virus

DBD dengan waktu penyebaran lebih cepat sehingga jumlah

kasus penyakit DBD cepat meningkat yang pada akhirnya

mengakibatkan terjadinya KLB. Dengan demikian program

pemerintah berupa penyuluhan kesehatan masyarakat dalam

penanggulangan penyakit DBD antara lain dengan cara

menguras, menutup, dan mengubur (3M) sangat tepat dan perlu

dukungan luas dari masyarakat dalam pelaksanaannya.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Denguedigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-nurdiyanto... · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian

28

b. Kepadatan vektor

Kepadatan vektor nyamuk Aedes yang diukur dengan

menggunakan parameter ABJ yang di peroleh dari Dinas

Kesehatan Kota. Hal ini nampak peran kepadatan vektor nyamuk

Aedes terhadap daerah yang terjadi kasus KLB. Sesuai dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya

yang menyatakan bahwa semakin tinggi angka kepadatan vektor

akan meningkatkan risiko penularan.

c. Tingkat pengetahuan DBD

Pengetahuan merupakan hasil proses keinginan untuk mengerti,

dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan

terutama indera pendengaran dan pengelihatan terhadap obyek

tertentu yang menarik perhatian terhadap suatu objek. Menurut

Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan respons seseorang

terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat

terselubung, sedangkan tindakan nyata seseorang yang belum

terwujud (overt behavior). Pengetahuan itu sendiri di pengaruhi

oleh tingkat pendidikan, dimana pengetahuan kesehatan akan

berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah

(intermediate impact) dari pendidikan kesehatan, selanjutnya

perilaku kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya

indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran dari

pendidikan.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Denguedigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-nurdiyanto... · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian

29

D. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Notoatmodjo (2003),

Soegijanto (2006)

E. Kerangka Konsep

Gambar 2.2

Kerangka Konsep

F. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah

perilaku pencegahan dan lingkungan fisik.

2. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah

kejadian DBD di RW.XII Kelurahan Sendangmulyo Tembalang

Semarang.

Faktor Penguat (Reinforcing) :

a. Pengaruh teman

b. Pengaruh media masa

c. Pembinaan tenaga kesehatan

d. Keyakinan/ Kepercayaan nilai-nilai

tradisi

Perilaku

Pencegahan

Penyakit DBD

Kejadian DBD

Perilaku Pencegahan

Lingkungan Fisik

Faktor Pendahulu (Predisposing) :

a. Pengetahuan

b. Sikap

c. Tindakan atau Praktek

d. Karakteristik (umur, jenis kelamin)

Faktor Pendukung atau Pemungkin

(enabling) :

a. fasilitas kesehatan,

b. pelayanan kesehatan

c. pendapatan keluarga

d. orang tua, guru dan petugas kesehatan

e. lingkungan

Kejadian

DBD

Epidemiologi

DBD :

a. Agent

b. Vektor

c. Host

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Denguedigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-nurdiyanto... · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian

30

G. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan yang bermakna antara perilaku pencegahan dengan

kejadian DBD di RW.XII Kelurahan Sendangmulyo Tembalang

Semarang.

2. Ada hubungan yang bermakna antara lingkungan fisik dengan

kejadian DBD di RW.XII Kelurahan Sendangmulyo Tembalang

Semarang.