bab ii
DESCRIPTION
bab 2TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Pengertian Hipertensi
Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding-
dinding arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke
jaringan. Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah pada
dinding pembuluh darah. Tekanan ini bervariasi sesuai pembuluh
darah terkait dan denyut jantung. Tekanan darah pada arteri besar
bervariasi menurut denyutan jantung. Tekanan ini paling tinggi
ketika ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah
ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik) (Gunawan, 2011)
Tekanan darah digolongkan normal jika tekanan darah
sistolik tidak melampaui 140 mmHg dan tekanan darah diastolik tidak
melampaui 90 mmHg dalam keadaan istirahat, sedangkan hipertensi
adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal. Tekanan darah
normal bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi
harus bersifat spesifik usia. Secara umum, seseorang dianggap
mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140
mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik (ditulis 140/90) (Brunner dan
Suddart, 2002)
Hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir
konstan pada arteri. Hipertensi juga disebut dengan tekanan darah
tinggi, dimana tekanan tersebut dihasilkan oleh kekuatan jantung
ketika memompa darah sehingga hipertensi inii berkaitan dengan
kenaikan tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Standar hipertensii
adalah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg (Muttakin Arif,
2009)
Tekanan darah tinggi adalah tekanan darah sistolik lebih atau
5
6
sama dengan 150-180 mmHg. Tekanan diastolik biasanya juga akan
meningkat dan tekanan diastolik yang tinggi misalnya 90-120 mmHg atau
lebih, akan berbahaya karena merupakan beban jantung.
Menurut WHO yang dikutip oleh Suyono (2006) batas tekanan
darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan
darah sama dengan atau lebih dari 160/95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi. Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika
tekanan darah sistolik/diastolic 140/90 mmHg (normalnya 120/80
mmHg).
Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan
tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ
tubuh sehingga timbul kerusakan lebih berat seperti Stroke (terjadi pada
otak dan berdampak pada kematian yang tinggi), Penyakit Jantung
Koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung) serta
penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada otot jantung). Selain
penyakit tersebut dapat pula menyebabkan Gagal Ginjal, Penyakit
Pembuluh lain, Diabetes Mellitus dan lain-lain.
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi
Tabel 2.1 Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 <85
Normal Tinggi / Pra Hipertensi
130-139 86-89
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
Hipertensi derajat II 160-179 100-109
Hipertensi derajat III ≥ 180 ≥ 110 Sumber: Brokes Linda Tahun 2004
Pra hipertensi, jika angka sistolik antara 130 sampai 139 mmHg atau
7
angka diastolik antara 85 sampai 89 mmHg. Jika orang menderita
prahipertensi maka risiko untuk terkena hipertensi lebih besar. Misalnya
orang yang masuk kategori prahipertensi dengan tekanan darah 130/85
mmHg – 139/89 mmHg mempunyai kemungkinan dua kali lipat untuk
mendapat hipertensi dibandingkan dengan yang mempunyai tekanan
darah lebih rendah. Jika tekanan darah Anda masuk dalam kategori
prahipertensi, maka dianjurkan melakukan penyesuaian pola hidup yang
dirancang untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal.
Hipertensi derajat I. Sebagian besar penderita hipertensi
termasuk dalam kelompok ini. Jika kita termasuk dalam kelompok ini
maka perubahan pola hidup merupakan pilihan pertama untuk
penanganannya. Selain itu juga dibutuhkan pengobatan untuk
mengendalikan tekanan darah.
Hipertensi derajat II dan derajat III. Mereka dalam kelompok ini
mempunyai risiko terbesar untuk terkena serangan jantung, stroke
atau masalah lain yang berhubungan dengan hipertensi. Pengobatan
untuk setiap orang dalam kelompok ini dianjurkan kombinasi dari dua
jenis obat tertentu dibarengi dengan perubahan pola hidup (Brookes,
2004).
2.1.3 Jenis-jenis Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan
yaitu hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, dijumpai lebih kurang 90% dan hipertensi sekunder yang
penyebabnya diketahui yaitu 10% dari seluruh hipertensi.
WHO cit Sunarta dkk. (2005), berdasarkan penyebab hipertensi
dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu:
a. Hipertensi Primer
Artinya hipertensi yang belum diketahui penyebabnya
dengan jelas. Berbagai faktor yang diduga turut berperan sebagai
8
penyebab hipertensi primer seperti bertambahnya umur, stress
psikologis, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90% pasien hipertensi
diperkirakan termasuk dalam kategori ini. Pengobatan hipertensi primer
sering dilakukan adalah membatasi konsumsi kalori bagi mereka yang
kegemukan (obesitas), membatasi konsumsi garam, dan olahraga.
Obat antihipertensi mungkin pula digunakan tetapi kadang-kadang
menimbulkan efek samping seperti meningkatnya kadar kolesterol,
menurunnya kadar natrium (Na) dan kalium (K) didalam tubuh dan
dehidrasi.
b. Hipertensi Sekunder
Artinya penyebab boleh dikatakan telah pasti yaitu hipertensi
yang diakibatkan oleh kerusakan suatu organ. Yang termasuk
hipertensi sekunder seperti : hipertensi jantung, hipertensi
penyakit ginjal, hipertensi penyakit jantung dan ginjal, hipertensi
diabetes melitus, dan hipertensi sekunder lain yang tidak
spesifik.
2.1.4 Gejala Klinis Hipertensi
Hipertensi dikenal sebagai “sillent killer” karena terjadi tanpa tanda
dan gejala, sementara tekanan darah yang terus menerus tinggi dalam
jangka waktu lama baru dapat menimbulkan gejala. Hipertensi mungkin
hadir dan tetap tidak diketahui untuk bertahun-tahun, bahkan sampai
puluhan tahun. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati,
bisa timbul gejala sebagai berikut: (Sustrani, dkk, 2006)
a) Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala
b) Sering gelisah
c) Wajah merah
d) Tengkuk terasa pegal
e) Mudah marah
f) Telinga berdengung
9
g) Sukar tidur
h) Sesak napas
i) Rasa berat ditengkuk
j) Mudah lelah
k) Mata berkunang-kunang
2.1.5 Faktor Resiko Hipertensi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang terkena
hipertensi, antara lain: (Brasher, 2001)
Faktor Genetik
a. Usia, dimana usia diatas 45 tahun akan lebih banyak mengalami
hipertensi.
b. Jenis Kelamin, pria maupun wanita memiliki resiko untuk menderita
hipertensi, pada umur < 45 tahun proporsi laki-laki lebih banyak untuk
hipertensi sedangkan diatas 55 tahun resiko pria dan wanita terhadap
hipertensi relatif sama.
c. Ras (Suku), berdasarkan riwayat awal orang yang banyak mengalami
hipertensi adalah orang-orang Amerika.
d. Keturunan, adanya riwayat penyakit hipertensi pada garis keluarga
(30-60% diturunkan secara genetik).
Faktor Lingkungan
a. Pola makan, diet, makan makanan kadar garam tinggi, makan kudapan
dalam jumlah banyak.
b. Merokok, sering minum-minuman yang beralkohol.
c. Inaktivitas fisik, olahraga tidak teratur, istirahat kurang, pekerja berat.
d. Obesitas.
Faktor Psikologis
a. Beban ekonomi, dimana yang telah mengalami hipertensi harus
memikirkan biaya pengobatan, biaya hidup.
b. Stress, adanya beban psikologis dalam diri, pekerjaan yang berat.
10
2.1.6 Pencegahan Hipertensi
a) Pencegahan primer dengan melakukan kegiatan untuk mengurangi
atau menghentikan faktor resiko hipertensi sebelum penyakit
hipertensi terjadi dengan peningkatan perilaku hidup sehat yaitu makan
cukup sayur-buah sedikitnya 5 porsi sehari, rendah garam dan lemak,
rajin kendalikan berat badan dengan melakukan aktifitas fisik secara
rutin, berhenti merokok dan hindari asap rokok, mengendalikan stress
dan menjaga gula darah
b) Pencegahan sekunder ditujukan pada kegiatan deteksi dini untuk
menemukan penyakit dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah
secara teratur bila ditemukan dapat dilakukan pengobatan dini
c) Pencegahan tertier difokuskan kepada mempertahankan kualitas hidup
penderita melalui tindak lanjut dini dan pengelolaan hipertensi yang
tepat serta minum obat teratur agar tekanan darah dapat terkontrol dan
tidak memberikan komplikasi seperti penyakit ginjal kronik, stroke
dan jantung.
Mengontrol tekanan darah secara rutin dan berkelanjutan akan menjadi
pencegahan yang paling baik untuk mengantisipasi komplikasi, seseorang
baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi
komplikasi. Hipertensi pada dasarnya dapat dicegah dan diobati melalui
perilaku hidup sehat dan perilaku CERDIK (Cek kesehatan secara berkala,
Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dan Kalori seimbang,
Istirahat yang cukup dan Kelola stres) sebagai gaya hidup kita sehari-hari.
(Gunawan, 2001)
2.1.7 Epidemiologi Hipertensi
Distribusi epidemiologi penyakit hipertensi terdiri dari :
1. Person (orang)
11
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit hipertensi
dilihat dari segi orang :
a) Umur
Penyakit Hipertensi pada kelompok umur paling dominant berumur
(31-55tahun). Hal ini dikarenakan seiring bertambahnya usia, tekanan
darah cenderung meningkat. Yang man penyakit hipertensi umumnya
berkembang pada saat umur seseorang mencapau paruh baya yakni
cenderung meningkat khususnya yang berusia lebih dari 40 tahun
bahkan pada usia lebih dari 60 tahun keatas.
b) Jenis kelamin
Penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin
perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan pada
perempuan meningkat seiring dengan bertambahnya usia yang mana
pada perempuan masa premenopause cenderung memiliki tekanan
darah lebih tinggi daripada laki-laki penyebabnya sebelum menopause,
wanita relatife terlindungi dari penyakit kardiovaskuler oleh hormone
estrogen yang dimana kadar estrogen menurun setelah menopause.
c) Status gizi
Keadaan Zat gizi seperti karbohidrat, protein dan lemak Kekurangan
atau kelebihan salah satu unsur zat gizi akan menyebabkan kelainan
atau penyakit. Oleh karena itu, perlu diterapkan kebiasaan makanan
yang seimbang sejak usia dini dengan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan masing-masing individu agar tercapai kondisi kesehatan
yang prima.Dimana ini merupakan faktor penting sebagai zat
pembangun atau protein ini penting untuk pertumbuhan dan mengganti
sel-sel rusak yang didapatkan dari bahan makanan hewani atau
tumbuh-tumbuhan (nabati). Sehingga ini sebagai penunjang untuk
membantu menyiapkan makanan khusus serta mengingatkan kepada
penderita, makanan yang harus dihindari/dibatasi.
12
d) Faktor psikokultural
Penyakit Hipertensi ada banyak hubungan antara psiko-kultural, tetapi
belum dapat diambil kesimpulan. Namun pada dasarnya dapat
berpengaruh apabaila terjadi stres, psikososial akut menaikkan tekanan
darah secara tiba-tiba yang mana ini merupakan penyebab utama
terjadinya penyakit hipertensi dan merupakan masalah kesehatan yang
layak untuk perlu diperhatikan. (Gunawan, 2001)
2. Place (tempat)
Tempat yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kasus
hipertensi adalah merupakan wilayah yang berdominan dipesisir dari
pada dipegunungan. Yang dimana penduduk yang berdomisil didaerah
pesisir lebih rentan terhadap penyakit hipertensi karena tingkat
mengkonsumsi garam lebih tinggi atau berlebihan dibanding daerah
pegunungan yang kemungkinan lebih banyak mengkonsumsi sayur-
sayuran dan buah-buahan.
2.1.8 Komplikasi
a.Kerusakan pembuluh darah
b.Stroke
c.Pembesaran dan kegagalan jantung
d.Retinopati hipertensi
e.Gagal ginjal
2.1.9 Penatalaksanaan
1. Nonfarmakologis :
a. Pengaturan makanan/ diit
1) Makanan rendah garam atau mengurangi makanan yang
bergaram tinggi seperti ikan asin.
2) Mengurangi makanan dengan kadar kolesterol tinggi seperti:
jeroan, hati, jantung, otak serta makanan yang bersantan
13
b. Kendalikan berat badan
c. Hindari rokok, alkohol dan stres
d. Pemakaian obat-obatan hormonal, kortikosteroid sesuai dosis
e. Kendalikan gula darah
f. Ubah gaya hidup mengkonsumsi makanan fastfood dan berlemak
g. Olahraga yang teratur
h. Meningkatkan aktifitas fisik
i. Istirahat cukup
j. Berdoa, meningkatkan keimanan
2. Farmakologis :
Obat-obatan seperti:
a. diuretik,
b. penyekat Beta,
c. Kalsium antagonis,
d. ACE Inhibitor
2.1 Teori Manajemen
2.2.1 Pengertian Manajemen
Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan,
seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengendalian/pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan dan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya
manusia dan sumberdaya lainnya (Usman, 2011).
2.2.2 Teori manajemen menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
a. Menurut Horold Koontz dan Cyril O'donnel
Manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu
melalui kegiatan orang lain.
b. Menurut R. Terry
Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-
tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
14
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya
manusia dan sumberdaya lainnya.
c. Menurut James A.F. Stoner
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian dan
penggunakan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.
d. Menurut Lawrence A. Appley
Manajemen adalah seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui
usaha orang lain.
e. Menurut Drs. Oey Liang Lee
Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian,
penyusunan, pengarahan dan pengawasan daripada sumberdaya
manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.2.3 Prinsip - Prinsip Manajemen
a. Kepemimpinan
Dalam sebuah manajemen, kepemimpinan memegang peranan
dalam menentukan kesatuan organisasi dan kesatuan arah dan tujuan
organisasi.
b. Pemaksimalan SDM (Sumber Daya Manusia)
Pemaksimalan SDM merupakan prinsip manajemen yang
mendorong penempatan seseorang sesuai dengan bidang
keilmuannya.
c. Sistem Manajemen
Sistem manajemen merupakan sistem yang disusun untuk mencapai
tujuan dan arah organisasi secara efektif dan efisien.
d. Pendekatan Proses
Pendekatan proses merupakan kegiatan manajemen yang melihat
aktifitas yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
15
e. Perbaikan yang Berkelanjutan
Perbaikan yang berkelanjutan merupakan rangkaian dari kegiatan
manjemen yang dilakukan untuk meningkatkan atau
mempertahankan prestasi yang diraih.
f. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan disesuaikan dengan data dan informasi yang
akurat sehingga keputusan yang diambil tidak merugikan organisasi.
g. Fokus pada Konsumen
Fokus pada konsumen merupakan kegiatan manajemen yang
mempelajari tingkah laku dan atau perubahan tingkah laku
konsumen.
h. Hubungan Kerjasama yang Baik dengan Pihak Diluar Organisasi
(Usman, 2011).
2.2.4 Fungsi Utama dalam Manajemen
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan
pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana
dan oleh siapa. Perencanaan adalah proses dasar dimana manajemen
memutuskan tujuan dan cara mencapainya. Perencanaan adalah
suatu proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah
ditetapkan, rencana harus diimplementasikan. Setiap saat selama
poses implementasi dan pengawasan, rencana-rencana mungkin
memerlukan modifikasi agar tetap berguna. Perencaan kembali dapat
menjadi faktor kunci pencapaian sukses akhir. Perencanaan harus
mempertimbangkan kebutuhan fleksibilitas, agar mampu
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi baru secepat mungkin
(Usman, 2011).
Salah satu aspek penting perencanaan adalah pembuatan
keputusan (decision making), proses pengembangan dan
penyeleksian sekumpulan kegiatan untuk memecahkan suatu
16
masalah tertentu. Keputusan-keputusan harus dibuat pada berbagai
tahap dalam proses perencanaan. Proses yang menyangkut upaya
yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang
akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk
mewujudkan target dan tujuan organisasi.
Kegiatan dalam Fungsi Perencanaan :
1. Menetapkan tujuan dan target dalam program kerja
2. Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis
tersebut
3. Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan
4. Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian
tujuan dan target bisnis
Ada beberapa faktor yang harus di pertimbangkan dalam
perencanaan yaitu memenuhi SMART yaitu:
1. Specific artinya perencanaan harus jelas maksud maupun ruang
lingkupnya.
2. Measurable artinya program kerja atau rencana harus dapat di
ukur tingkat keberhasilannya
3. Achievable artinya dapat di capai
4. Realistic artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya
yang ada
5. Time artinya ada batas waktu yang jelas (Terry, G. R, 2006).
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang
struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi
tugas-tugas atau pekerjaan di antara para anggota organisasi, agar
tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien. Pengorganisasian
merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai
dengan tujuan organisasi, sumber daya-sumber daya yang
17
dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya (Terry, G. R,
2006).
Pengertian pengorganisasian dapat digunakan untuk
menunjukkan hal-hal berikut:
1. Cara manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan
yang paling efektif sumber daya-sumber daya keuangan, fisik,
bahan baku dan tenaga kerja organisasi
2. Bagaimana organisasi mengelompokkan kegiatan-kegiatannya,
dimana setiap pengelompokkan diikuti dengan penugasan
seorang manajer yang diberi wewenang untuk mengawasi
anggota-anggota kelompok
3. Hubungan-hubungan antara fungsi-fungsi, jabatan-jabatan,
tugas-tugas dan para karyawan
4. Cara para manajer membagi lebih lanjut tugas-tugas yang harus
dilaksanakan dalam departemen mereka dan mendelegasikan
wewenang yang diperlukan untuk mengerjakan tugas tersebut
5. Proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang
telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah
struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan
lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan
bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif
dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi (Terry, G. R,
2006).
Kegiatan dalam Fungsi Pengorganisasian :
1. Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan
tugas, dan menetapkan prosedur yang diperlukan
2. Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis
kewenangan dan tanggungjawab
3. Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan
sumber daya manusia/tenaga kerja
18
4. Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang
paling tepat
c. Pelaksanaan
Perencanaan dan pengorganisasian tidak akan berarti bila tidak
di ikuti dengan pelaksanaan kerja. Untuk itu maka dibutuhkan kerja
keras dan kerja sama. Semua sumber daya manusia yang ada harus
di optimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja
organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja
yang telah di susun. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas,
fungsi, dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing SDM
untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah di
tetapkan (Terry, G. R, 2006).
Proses pelaksanaan program agar dapat dijalankan oleh seluruh
pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak
tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh
kesadaran dan produktifitas yang tinggi.
Kegiatan dalam Fungsi Pelaksanaan :
1. Melaksanakan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan
pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja
secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
2. Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan
3. Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan
d. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring adalah upaya sistematis yang bersifat periodik dan
berkesinambungan untuk mengetahui sedini mungkin apakah
pelaksanaan program sesuai atau menyimpang dari rencana semula.
Sedangkan evaluasi adalah proses periodik dan sistematik untuk
menilai seluruh fungsi organisasi dengan menilai hasil yang di capai
di bandingkan dengan tujuan untuk melihat hasil dari seluruh proses
kegiatan.
19
Agar pekerjaan berjalan sesuai dengan visi, misi, tujuan dan
program kerja maka dibutuhkan pengontrolan. Monitoring dilakukan
agar sejak dini dapat di ketahui penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi. Baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, pelaksanaan
maupun pengorganisasian. Sehingga dengan hal tersebut dapat
segera dilakukan koreksi, antisifasi, penyesuai-penyesuaian sesuai
dengan situasi, kondisi, dan perkembangan zaman (Terry, G. R,
2006).