bab ii

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti organ-organ yang lain, telinga pun mengalami kemunduran pada usia lanjut. Kemunduran ini dirasakan sebagai kurangnya pendengaran, dari derajat yang ringan sampai dengan yang berat. Bila kekurang pendengaran ini berat, akan menimbulkan banyak masalah bagi penderita dengan orang-orang sekitarnya. Misalnya salah faham dalam komunikasi. Penderita sering membantah karena mengira orang lain-lain marah-marah kepadanya, tak perduli kepadanya, atau malah mentertawakannya, mengejeknya atau lain- lain lagi. Dalam perjalanan mencapai usia lanjut, alat pendengaran dapat mengalami berbagai gangguan, salah satunya presbikusis. Presbiakusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut akibat prose degenerasi organ pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang terjadi secara progresif lambat, dapat dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta tidak ada kelainan yang mendasari selain proses menua secara umum. Schuknecht membagi klasifikasi presbikusis menjadi 4 jenis : sensori (outer hair-cell), neural (ganglion-cell), metabolik (strial atrophy), dan koklea konduktif (stiffness of the basilar membrane). Schuknecht menambahkan dua kategori : mixed and indeterminate, terdapat 25% kasus, dimana terjadi akibat perubahan patologi yang bermacam-macam. Prevalensi terbanyak 1

Upload: hanry-jp

Post on 24-Oct-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Seperti organ-organ yang lain, telinga pun mengalami kemunduran pada usia lanjut.

Kemunduran ini dirasakan sebagai kurangnya pendengaran, dari derajat yang ringan sampai

dengan yang berat. Bila kekurang pendengaran ini berat, akan menimbulkan banyak masalah

bagi penderita dengan orang-orang sekitarnya. Misalnya salah faham dalam komunikasi.

Penderita sering membantah karena mengira orang lain-lain marah-marah kepadanya, tak perduli

kepadanya, atau malah mentertawakannya, mengejeknya atau lain-lain lagi. Dalam perjalanan

mencapai usia lanjut, alat pendengaran dapat mengalami berbagai gangguan, salah satunya

presbikusis.

Presbiakusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut akibat prose degenerasi organ

pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang terjadi secara progresif lambat, dapat

dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta tidak ada kelainan yang mendasari selain proses

menua secara umum.

Schuknecht membagi klasifikasi presbikusis menjadi 4 jenis : sensori (outer hair-cell),

neural (ganglion-cell), metabolik (strial atrophy), dan koklea konduktif (stiffness of the basilar

membrane). Schuknecht menambahkan dua kategori : mixed and indeterminate, terdapat 25%

kasus, dimana terjadi akibat perubahan patologi yang bermacam-macam. Prevalensi terbanyak

menurut penelitian adalah jenis metabolik 34,6%, jenis lainyan neural 30,7%, mekanik 22,8%

dan sensorik 11,9%.

Berdasarkan besarnya angka insiden terjadinya presbiakusis dan resiko insiden yang dapat

terjadi, maka pemakalah tertarik membahas masalah Asuhan keperawatan pada klien dengan

presbiakusis.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1. Anatomi dan fisiologi tentang presbikusis

2. Konsep Penyebab dan Proses Terjadinya Penyakit

3. Manajemen keperawatan pada pasien presbikusis

1

Page 2: BAB II

2

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum :

Untuk lebih memahami masalah pada presbiakusis usia lanjut

1.3.2 Tujuan Khusus :

a. Memahami pengertian dari presbiakusis

b. Mengetahui penyebab dari presbiakusis

c. Mengetahui tanda dan gejala

d. Memahami perjalanan dari penyebab presbiakusis

e. Mengetahui penatalaksaan dari presbiakusis

Page 3: BAB II

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 2.1 Anatomi dan Fisiologi

Telinga sebagai organ pendengaran dan ekuilibrium, berisi reseptor-reseptor yang

menghantarkan gelombang suara ke dalam impuls-impuls saraf dan reseptor yang berspon pada

gerakan kepala. Telinga terbagi dalam tiga bagian : telinga luar, tengah dan dalam.

1.  Telinga luar

Terdiri dari aurikula (pinna) dan kanal auditorius eksternal. Fungsinya untuk

menerima suara. Aurikel tersusun atas sebagian besar kartilago yang tertutup dengan

kulit. Lobus satu-satunya bagian yang tidak disokong oleh kartilago. Sesuai pertambahan

usia kartilago terus dibentuk dalam telinga dan kulit telinga berkurang elastisitasnya;

kemudian aurikel tampak lebih besar dari lobulus. Perubahan-perubahan yang menyertai

proses penuaan ini adalah pengeriputan lobulus dalam suatu pola oblique linier.

Saluran auditorius berbentuk S panjangnya 2,5 cm dari aurikel sampai membran

timpani. Serumen disekresi oleh kelenjar yang menangkap benda asing dan melindungi

epitelium kanalis. Pada proses penuaan, saluran menjadi dangkal sebagai akibat lipatan

ke dalam, pada dinding kanalis silia menjadi lebih kasar dan lebih kaku dan produksi

serumen agak berkurang dan lebih kering.

2. Telinga tengah

Ruangan berisi udara terletak dalam tulang temporal. Fungsinya memperkuat bunyi

yang ditangkap. Terdiri dari 3 tulang artikulasi : maleus, inkus dan stapes yang

dihubungkan ke dinding ruang timpanik oleh ligamen. Membran timpani memisahkan

telinga tengah dari kanalis auditorius eksternal. Vibrasi membran menyebabkan tulang-

tulang bergerak dan mentransmisikan gelombang bunyi melewati ruang ke jendela

lonjong. Vibrasi kemudian bergerak melalui cairan dalam telinga tengah dan merangsang

reseptor pendengaran. Bagian membran yang tegang yaitu pars tensa sedangkan sedikit

tegang adalah pars flaksida. Perubahan atrofik pada membran karena proses penuaan

mengakibatkan penampilan dangkal, teregang, putih atau abu-abu. Perubahan ini tidak

mempunyai pengaruh jelas pada pendengaran.

Page 4: BAB II

4

3.  Telinga dalam ( labirin )

Labirin tulang dibagi dalam tiga area : vestibula, kanalis semisirkularis dan koklea.

Koklea adalah struktur yang menggulung berisis organ Corti, unit fungsional

pendengaran. Sel-sel rambut organ Corti dibengkokkan dan diubah oleh vibrasi kemudian

diubah menjadi impuls-impuls elektrokimia. Perubahan-perubahan degeneratif pada

koklea dan neuron jaras auditorius mengakibatkan presbikusis, bilateral, penurunan

pendengaran sensorineural yang dimulai pada usia pertengahan. (Lueckenotte,1997)

2.2 Pengertian

Presbikusis berkurangnya pendengaran adalah penurunan fungsi pendengaran pada salah

satu ataupun kedua telinga. Tuli adalah penurunan fungsi pendengaran yang sangat berat.

Presbikusis merupakan akibat dari proses degeneratif pada satu atau beberapa bagian koklea

(striae vaskularis, sel rambut, dan membran basilaris) maupun serabut saraf auditori. Presbikusis

ini juga merupakan hasil interaksi antara faktor genetik individu dengan faktor eksternal, seperti

pajanan suara berisik terus-menerus, obat ototoksik, dan penyakit sistemik.

Presbikusis terbagi dua menjadi prebiskus perifer dan prebiskus sentral. Presbikusis perifer,

di mana para lansia hanya mampu untuk mengidentifikasi kata. Alat Bantu dengar masih cukup

bermanfaat, tetapi harus diperhatikan untuk menghindari berteriak/berbicara terlalu keras karena

dapat membuat ketidaknyamanan di telinga. Presbikusis sentral, di mana lansia mengalami

gangguan untuk mengidentifikasi kalimat, sehingga manfaat alat bantu dengar sangat kurang.

Oleh karena itu, percakapan dengan para lansia harus sedikit lebih lambat tanpa mengabaikan

irama dan intonasi.Presbikusis ditambah dengan situasi ketika percakapan yang berlangsung

kurang mendukung dapat menyebabkan lansia mengalami gangguan komunikasi.

2.3 Etiologi

1. Penurunan fungsi pendengaran bisa disebabkan oleh:

1) Suatu masalah mekanis di dalam saluran telinga atau di dalam telinga tengah yang

menghalangi penghantaran suara (penurunan fungsi pendengaran konduktif)

2) Kerusakan pada telinga dalam, saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak

(penurunan fungsi pendengaran sensorineural).

Page 5: BAB II

5

2. Penurunan fungsi pendengaran sensorineural dikelompokkan lagi menjadi: (telinga dalam)

1) Penurunan fungsi pendengaran sensorik (jika kelainannya terletak pada saraf

pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak).

2) Penurunan fungsi pendengaran neural (jika kelainannya terletak pada Penurunan fungsi

pendengaran sensorik bisa merupakan penyakit keturunan, tetapi mungkin juga disebabkan

oleh:

a. Trauma akustik (suara yang sangat keras)

b. Infeksi virus pada telinga dalam

c. Obat-obatan tertentu

d. Penyakit Meniere.

Penurunan fungsi pendengaran neural bisa disebabkan oleh: sekitarnya dan batang otak

a. Tumor otak yang juga menyebabkan kerusakan pada saraf-saraf di

b. Infeksi

c. keturunan (misalnya penyakit Refsum).

d. Berbagai penyakit otak dan saraf (misalnya stroke)

Faktor resiko yang dapat memperberat penurunan pendengaran pada presbikusis antara lain :

(Boedhi & Hadi, 1999)

a)        Usia dan jenis kelamin

b)        Hipertensi

c)        Diabetes Melitus

d)       Merokok

e)        Hiperkolesterol

f)         Riwayat Bising

2.4 Tanda dan Gejala

Penderita penurunan fungsi pendengaran bisa mengalami beberapa atau seluruh gejala

berikut:

a. Sekelilingnya berisik

b. Kesulitan dalam mendengarkan percakapan

c. Terdengar gemuruh atau suara berdenging di telinga (tinnitus)

d. Tidak dapat mendengarkan suara televisi atau radio dengan volume yang normal

e. Kelelahan dan iritasi karena penderita berusaha keras untuk bisa mendengar

Page 6: BAB II

6

f. Pusing atau gangguan keseimbangan.

2.5 Patofisiologi

Dengan makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti berupa hilangnya sel

epitel saraf yang dimulai pada usia pertengahan. juga dilaporkan bahwa keadaan yang sama

terjadi pula pada serabut aferen dan eferen sel sensorik dari koklea. Terjadi pula perubahan pada

sel ganglion siralis di basal koklea. Di samping itu juga terdapat penurunan elastisitas membran

basalais di koklea dan membrana timpani.

Di samping berbagai penurunan yang terjadi pada organ pendengaran, pasokan darah dari

reseptor neurosensorik mungkin mengalami gangguan, sehingga baik jalur audotorik dan lobus

temporalis otak sering terganggu akibat lanjutnya usia. Dari penjelasan diatas terlihat bahwa

vaskularis gangguan pendengaran pada usia lanjut dapat disebabkan oleh berbagai sebab, di

samping kenyataan bahwa jenis kelainan pendengran itu sendiri yang bisa berbagai jenis.

Presbiakusis sensori, pada bentuk ini mula-mula hilang adalah patologi sel-sel rambut. Hal

ini kemudian akan menyebabkan gangguan neuron-neuron kokhlea. Biasanya melibatkan

hilangnya sel-sel rambut pada gelang basal kokhlea dan menyebabkan ketulian nada tinggi.

- Neuro presbiakusis yang terganggu yaitu neuron-neuron kokhlea. Pada kasus ini yang

mengalami gangguan adalah pengertian terhadap kata-kata.

- Presbiakusis ceria: proses degenerasi yang dapat menyebabkan tuli sedang hingga berat,

dalam hal ini stria vaskularis tampak berdegenerasi dan menciut.

- Kokhlea konduktif: populasi sel-sel rambut dan neuron yang normal tanpa adanya kerusakan

stria, namun ketulian diduga berkaitan dengan keterbatasan gerak membrana basilaris.

2.6 Klasifikasi

1. Presbikusis Sensori

Patologinya berdasarkan erat dengan hilangnya sel rambut di membrana basalis koklea

dan karena itu khas berupa hilangnya pendengaran nada tinggi.

2. Presbikusis Neural

Patologinya berupa hilangnya sel neuronal di ganglion spiralis. Letak dan jumlah

kehilangan sel neuronal akan menentukan apakah gangguan pendengaran yang timbul

berupa gangguan atas frekuensi pembicaraan atau pengertian kata-kata.

3. Presbikusis Strial

Page 7: BAB II

7

Patologi yang terjadi adalah abnormalitas vaskularis strial berupa atropi daerah apikal dan

tengah dari koklea.Presbiakisis jenis ini biasanya terjadi pada usia lebih muda dibanding

jenis lain.

4. Presbikusis Koondusif Koklea

Pada Presbiakusis jenis ini diduga diakibatkan oleh terjadinya perubahan mekanikal pada

membrana basalis koklea sebagai akibat proses menua. Secara audiogram ditandai

dengan penurunan progresif dari sensitifitas di seluruh daerah tes.

2.7 Gambaran Klinis

- Mengalami gangguan pendengaran pada saat berkomunikasi

- Pusing yang disebabkan oleh gangguan vestibular ditandai oleh mual, sensasi berputar dan

penglihatan kabur.

2.8 Penatalaksanaan

Terdapat beberapa pilihan terapi untuk penderita presbikusis, diantaranya:

1. Kurangi paparan terhadap bising

2. Gunakan pelindung telinga (ear plegs atau ear muffs) untuk mencegah kerusakan lebih

lanjut

3. Gunakan alat bantu dengar 

4. Lakukan latihan untuk meningkatkan keterampilan membaca gerak bibir dan latihan

mendengar

5. Berbicaralah kepada penderita presbikusis dengan nada rendah dan jelas. Dengan

memahami kondisi yang dialami oleh para lansia dan memberikan terapi yang tepat

bagimereka, diharapkan kita dapat membatu mengatasi masalah sosial yang mungkin

mereka alami akibatadanya keterbatasan fungsi pendengaran mereka.

2.9 Derajat Presbikusis

Derajat kurang pendengaran dihitung dengan menggunakan indeks Fletcher yaitu :

Ambang Dengar = AD 500 HZ (Hertz) + AD 1000 Hz +AD 2000 Hz

Menetukan derajat kurang pendengaran yang dihitung hanya ambang dengar hantaran

udaranya (AC/Air Conduction) saja.

Page 8: BAB II

8

Derajat menurut Jerger :

a.       0 – 20 dB (desibel)          : Normal

b.      >20 – 40 dB                     : Tuli ringan

c.       >40 – 55 dB                     : Tuli sedang

d.      >55 – 70 dB                     : Tuli sedang berat

e.       >70 – 90 dB                     : Tuli berat

f.       >90 dB                             : Tuli sangat berat

Page 9: BAB II

9

BAB III

MANAJEMEN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

a. Identitas Klien

Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan, alamat, tanggal

masuk rumah sakit, golongan darah dan lain sebagainya.

b.  Riwayat Kesehatan

a)   Keluhan utama

Klien susah mendengar pesan atau rangsangan suara

b)  Riwayat kesehatan sekarang

- Saat sekarang keluarga klien mengatakan susah mendengar pesan atau rangsangan

berupa suara.

- Ketika berbicara dengan orang lain klien tidak mengerti terhadap pembicaraan.

- Untuk lebih mengerti, klien sering meminta untuk mengulangi pembicaraan.

- Keluarga klien mengatakan lebih senang menyendiri dan dengan kesendiriannya itu

klien mengekspresikan kesepian dan keluarga klien mengatakan bahwa klien sering

menarik diri dari lingkungan dan tidak mau tampil bersama anggota keluarga.

- Untuk mengisi kebosanannya, keluarga klien mengatakan bahwa klien  lebih banyak

tidur dan tidak mau melakukan aktivitas apapun.

- Komunikasi dengan klien sebagian besar berjalan melalui pesan-pesan  tertulis. 

c)   Riwayat penyakit dahulu

- Dikaji dari keluarga klien, apakah klien mengalami penyakit akut maupun kronis.

- Sejak kapan gangguan pendengaran mulai dirasakan klien ? biasanya prebikusis sering

muncul pada umur 60 tahun keatas ,tapi hal tersebut belum terlalu mengganggu bagi

klien.

- Apakah klien pernah mengalami cedera kepala dan mengalami alergi

terhadap berbagai makanan dan minuman.

- Bagaimana gaya hidup klien, apakah klien seorang perokok berat atau tidak.

- Apakah Klien sering terpajan dengan suara bising ?

Page 10: BAB II

10

d) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada keluarga yang menderita penyakit pada sistem pendengaran, apakah ada

kelurga yang menderita DM.

c. Pemeriksaan Fisik

Pengkajian Daun telinga

a) Inspeksi: 

1) Kesimetrisan daun telinga (simetris kiri dan kanan)

2) Posisi telinga normal yaitu sebanding dengan titik puncak

3) Penempatan pada lipatan luar mata ( masih terdapat/tampak atau tidak)

4) Terdapat pembengkakan pada Auditorius eksternal atau tidak.

b) Palpasi: 

1)  Apakah terdapat nyeri raba

2)  Apakah ada pembengkakan 

d. Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan otoskopik

Menggunakan alat otoskop untuk memeriksa meatus akustikus eksternus dan membran

timpani dengan cara inspeksi: 

Hasil: 

1) Serumen berwarna kuning, konsistensi kental. 

2) Dinding liang telinga berwarna merah muda 

b) Tes ketajaman pendengaran

1) Tes penyaringan sederhana 

Hasil:

-  Biasanya klien tidak mendengar secara jelas angka-angka yang disebutkan

-  Klien tidak mendengar secara jelas detak jarum jam pada jarak 1–2 inchi. 

2) Uji rinne 

Hasil:

-  Biasanya klien tidak mendengarkan adanya getaran garpu tala dan tidak jelas

mendengar adanya bunyi dan saat bunyi menghilang.

Page 11: BAB II

11

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan degenerasi tulang pendengaran bagian

dalam.

2. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi pendengaran.

3. Kurang aktivitas berhubungan dengan menarik diri dengan lingkungan.

3.3 Intervensi Keperawatan

1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan degenerasi tulang pendengaran bagian

dalam.

a)  Tujuan : komunikasi verbal klien berjalan dengan baik

b)  Kriteria Hasil

Dalam 1 hari klien dapat :

1)  Menerima pesan melalui metode alternatif

2)  Mengerti apa yang diungkapkan

3)  Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan untuk berkomunikasi

4)  Menggunakan alat bantu dengar dengan cara yang tepat

c) Intervensi :

1)  Observasi tingkat kemampuan klien dalam penerimaan pesan

2)  Periksa apakah ada serumen yang mengganggu pendengaran

3)  Bicara dengan pelan dan jelas

4)  Gunakan alat tulis pada waktu menyampaikan pesan

5)  Beri dan ajarkan klien pada penggunaan alat bantu dengar

6)  Pastikan alat bantu dengar dapat berfungsi dengan baik

7)  Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan telinga

2. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi pendengaran.

a)  Tujuan : klien dapat menerima keadaan dirinya

b)  Kriteria Hasil

Secara bertahap klien dapat :

1) Mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri

2) Berhubungan sosial dengan orang lain

Page 12: BAB II

12

3)  Mendapat dukungan keluarga mengembangkan kemampuan klien untuk

berhubungan dengan orang lain

4)  Membina hubungan saling percaya dengan perawat

c) Intervensi :

1) Observasi pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.

2) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab klien tidak

mau bergaul atau menarik diri

3) Diskusi bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang

mungkin

4)  Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan

5)  Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan dan kerugian dari perilaku

menarik diri

6)  Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain

7)  Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai klien

8)  Bina hubungan saling percaya dengan klien

9)   Anjurkan anggota keluarga untuk secar rutin dan bergantian mengunjungi klien

10)  Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

11)  Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip hubungan terpeutik

3. Kurang aktivitas berhubungan dengan menarik diri dengan lingkungan.

a)  Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas tanpa kesulitan

b)  Kriteria Hasil

Secara bertahap klien dapat :

1)  Menceritakan perasaan-perasaan bosan

2)  Melaporkan adanya peningkatan dalam aktivitas yang menyenangkan.

3)  Menceritakan metode koping terhadap perasaan marah atau depresi yang disebabkan

oleh kebosanan.

c) Intervensi :

1)  Beri motivasi untuk dapat saling berbagi perasaan dan pengalaman

2)  Bantu klien untuk mengatasi perasaan marah dari berduka

3)  Variasikan rutinitas sehari-hari

Page 13: BAB II

13

4)  Libatkkan individu dalam merencanakan rutinitas sehari-hari

5)  Rencanakan suatu aktivitas sehari-hari

6)  Beri alat bantu dengar dalam melakukan aktivitas

3.4 Implementasi

1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan degenerasi tulang pendengaran bagian

dalam

1)  Mengobservasi tingkat kemampuan klien dalam penerimaan pesan

2)  Memeriksa apakah ada serumen yang mengganggu pendengaran

3)  Berbicara dengan pelan dan jelas

4)  Menggunakan alat tulis pada waktu menyampaikan pesan

5)  Memberi dan mengajarkan klien pada penggunaan alat bantu dengar

6)  Memastikan alat bantu dengar dapat berfungsi dengan baik

7)  Menganjurkan klien untuk menjaga kebersihan telinga

2. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi pendengaran.

1) Mengobservasi pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.

2) Memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab klien tidak

mau bergaul atau menarik diri

3)  Mendiskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab

yang mungkin

4)  Memberikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan

5)  Mendiskusikan tentang keuntungan dari berhubungan dan kerugian dari perilaku

menarik diri

6)  Mendorong dan membantu klien untuk berhubungan dengan orang lain

7)  Memberikan pujian atas keberhasilan yang telah dicapai klien

8)  Membina hubungan saling percaya dengan klien

9)   Menganjurkan anggota keluarga untuk secar rutin dan bergantian mengunjungi klien

10)  Memberi reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

11)  Membina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip hubungan terpeutik

Page 14: BAB II

14

3.  Kurang aktivitas berhubungan dengan menarik diri dengan lingkungan.

1)  Memberikan motivasi untuk dapat saling berbagi perasaan dan pengalaman

2)  Membantu klien untuk mengatasi perasaan marah dari berduka

3)  Memvariasikan rutinitas sehari-hari

4)  Melibatkkan individu dalam merencanakan rutinitas sehari-hari

5)  Merencanakan suatu aktivitas sehari-hari

6)  Memberikan alat bantu dengar dalam melakukan aktivitas

3.5 EVALUASI

1. Komunikasi verbal klien berjalan dengan baik

2. Klien dapat menerima keadaan dirinya

3. Klien dapat melakukan aktivitas tanpa kesulitan

Page 15: BAB II

15

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Presbikusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut akibat prose degenerasi organ

pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang terjadi secara progresif lambat, dapat

dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta tidak ada kelainan yang mendasari selain proses

menua secara umum.

Beberapa dari tanda dan gejala yang paling umum dari penurunan pendengaran yaitu

Kesulitan mengerti pembicaraan, Ketidakmampuan untuk mendengarkan bunyi-bunyi dengan

nada tinggi, Kesulitan membedakan pembicaraan; bunyi bicara lain yang parau atau bergumam,

Masalah pendengaran pada kumpulan yang besar, terutama dengan latar belakang yang bising,

Latar belakang bunyi berdering atau berdesis yang konstan, Perubahan kemampuan mendengar

konsonan seperti s, z, t, f dan g, Suara vokal yang frekuensinya rendah seperti a, e, i, o, u

umumnya relatif diterima dengan lengkap

4.2 Saran

Untuk  sesama profesi / perawat

a.    Perawat selalu melakukan pengawasan pada klien usia lanjut presbiakusis

b.   Perawat harus mengetahui sejauh mana perkembangan kesehatan klien usia lanjut

presbiakusis

c.    Perawat harus memberikan asuhan keperawatan dengan benar dan bertanggung jawab

Page 16: BAB II

16

KESIMPULAN PRESBIAKUSIS

Presbikusis berkurangnya pendengaran adalah penurunan fungsi pendengaran pada salah

satu ataupun kedua telinga. Tuli adalah penurunan fungsi pendengaran yang sangat berat.

Presbikusis merupakan akibat dari proses degeneratif pada satu atau beberapa bagian koklea

(striae vaskularis, sel rambut, dan membran basilaris) maupun serabut saraf auditori,

Presbikusis terbagi dua menjadi prebiskus perifer dan prebiskus sentral.

Penurunan fungsi pendengaran sensorik bisa merupakan penyakit keturunan, tetapi

mungkin juga disebabkan oleh:

a. Trauma akustik (suara yang sangat keras)

b. Infeksi virus pada telinga dalam

c. Obat-obatan tertentu

d. Penyakit Meniere.

Penurunan fungsi pendengaran neural bisa disebabkan oleh: sekitarnya dan batang otak

a. Tumor otak yang juga menyebabkan kerusakan pada saraf-saraf di

b. Infeksi

c. keturunan (misalnya penyakit Refsum).

d. Berbagai penyakit otak dan saraf (misalnya stroke)

Klasifikasi Dari Presbiakusis : Presbiakusis Sensori, Presbiakusis Neural, Presbiakusi

Strial & Presbiakusis Koondusif Koklea

Faktor resiko yang dapat memperberat penurunan pendengaran pada presbikusis antara

lain: (Boedhi & Hadi, 1999)

a. Usia dan jenis kelamin

b. Hipertensi

c. Diabetes Melitus

d. Merokok

e. Hiperkolesterol

f. Riwayat Bising

Penderita penurunan fungsi pendengaran bisa mengalami beberapa atau seluruh gejala

berikut:

a. Sekelilingnya berisik

Page 17: BAB II

17

b. Kesulitan dalam mendengarkan percakapan

c. Terdengar gemuruh atau suara berdenging di telinga (tinnitus)

d. Tidak dapat mendengarkan suara televisi atau radio dengan volume yang normal

e. Kelelahan dan iritasi karena penderita berusaha keras untuk bisa mendengar

f. Pusing atau gangguan keseimbangan.

Presbiakusis sensori, pada bentuk ini mula-mula hilang adalah patologi sel-sel

rambut. Hal ini kemudian akan menyebabkan gangguan neuron-neuron kokhlea. Biasanya

melibatkan hilangnya sel-sel rambut pada gelang basal kokhlea dan menyebabkan ketulian

nada tinggi.

- Neuro presbiakusis yang terganggu yaitu neuron-neuron kokhlea. Pada kasus ini yang

mengalami gangguan adalah pengertian terhadap kata-kata.

- Presbiakusis ceria: proses degenerasi yang dapat menyebabkan tuli sedang hingga berat,

dalam hal ini stria vaskularis tampak berdegenerasi dan menciut.

- Kokhlea konduktif: populasi sel-sel rambut dan neuron yang normal tanpa adanya

kerusakan stria, namun ketulian diduga berkaitan dengan keterbatasan gerak membrana

basilaris.

Klasifikasi Presbiakusis :

1. Presbiakusis Sensori

2. Presbiakusis Neural

3. Presbiakusi Strial

4. Presbiakusis Koondusif Koklea

Gambaran Klinis :

- Mengalami gangguan pendengaran pada saat berkomunikasi

- Pusing yang disebabkan oleh gangguan vestibular ditandai oleh mual, sensasi

berputar dan penglihatan kabur.

Terdapat beberapa pilihan terapi untuk penderita presbikusis, diantaranya:

1. kurangi paparan terhadap bising

2. Gunakan pelindung telinga (ear plegs atau ear muffs) untuk mencegah kerusakan lebih

lanjut

Page 18: BAB II

18

3. Gunakan alat bantu dengar 

4. Lakukan latihan untuk meningkatkan keterampilan membaca gerak bibir dan latihan

mendengar

5. Berbicaralah kepada penderita presbikusis dengan nada rendah dan jelas.

Derajat kurang pendengaran dihitung dengan menggunakan indeks Fletcher yaitu :

Ambang Dengar = AD 500 HZ (Hertz) + AD 1000 Hz +AD 2000 Hz Menetukan

derajat kurang pendengaran yang dihitung hanya ambang dengar hantaran udaranya (AC/Air

Conduction) saja.

Derajat menurut Jerger :

a.       0 – 20 dB (desibel)          : Normal

b.      >20 – 40 dB                     : Tuli ringan

c.       >40 – 55 dB                     : Tuli sedang

d.      >55 – 70 dB                     : Tuli sedang berat

e.       >70 – 90 dB                     : Tuli berat

f.       >90 dB                             : Tuli sangat berat