bab i pendahuluan -...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Secara global, penyakit terkait dengan gaya hidup
dikenal sebagai penyakit tidak menular (PTM). Kelompok
penyakit ini merupakan kelompok penyakit yang terdiri
atas: penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes
melitus, dan penyakit paru-paru kronis (Beaglehole et
al., 2011). Sampai saat ini, telah diketahui PTM
mengakibatkan beban mortalitas dan morbiditas yang
sangat besar. Dilaporkan sekitar 36,1 juta kematian per
tahunnya atau 2 dari 3 kematian di dunia diakibatkan
oleh penyakit ini. Hal ini mungkin disebabkan oleh
perubahan pola kerja dan hidup masyarakat.
Diperkirakan, 400 dari 100.000 kematian prematur pada
usia 15-69 tahun diakibatkan oleh PTM (WHO, 2008).
Pada tahun 2000, WHO SEARO (South East Asia
Regional Office) melaporkan bahwa 52% kematian di
wilayah Asia Tenggara disebabkan oleh PTM, 9% akibat
kecelakaan dan 39% akibat penyakit menular, maternal
dan kondisi perinatal, serta kekurangan gizi. Dalam
waktu 5 tahun, dilaporkan kematian akibat PTM meningkat
2
menjadi 54%. Hal tersebut menunjukkan bahwa kesehatan
penduduk Asia Tenggara mengalami transisi epidemiologi.
Pola transisi epidemiologi diperkirakan akan terus
meningkat. Diperkirakan, mortalitas akibat PTM
meningkat hingga 60%, yang semula 7,6 juta akan
meningkat tajam menjadi 12,5 juta pada tahun 2030.
Mortalitas akibat penyakit menular, maternal dan
perinatal dan kekurangan gizi akan berkurang
sepertiganya pada tahun 2030 (WHO, 2011). Hal tersebut
didukung oleh hasil survei nasional Indonesia yang juga
mencatat hal serupa, semula kematian akibat penyakit
tidak menular mencapai 42% pada tahun 1995, meningkat
menjadi 60% pada tahun 2007 (RISKESDAS, 2008).
Transisi tersebut sering kali dikaitkan dengan
adanya perubahan modernisasi gaya hidup akibat
urbanisasi yang tidak terencana (WHO,2008). Hal ini
terbukti oleh pergeseran proporsi masyarakat urban yang
teramati meningkat secara signifikan setiap 5 tahun.
Pada tahun 1990, proporsi masyarakat urban Indonesia
sebesar 30,6%, meningkat pada tahun 1995 menjadi 35,6%,
dan terus meningkat pada tahun 2000 menjadi 42,0%,
diikuti pada tahun 2005 menjadi 48,1%, dan meningkat
perlahan-lahan pada 2010 menjadi 53,7% (WHO, 2011).
Perubahan proporsi ini seiring dengan peningkatan PTM
3
dari tahun ke tahun. Perubahan gaya hidup tidak
sehat, seperti perubahan diet, pengurangan aktivitas
fisik, jumlah perokok yang meningkat, serta perilaku
berbahaya lainnya, diyakini menjadi penyebab transisi
epidemiologi (Yang et al., 2008 dan Poel et al., 2012).
Terkait dengan hal tersebut, upaya pengendalian
PTM membutuhkan perubahan kembali gaya hidup sehat
masyarakat sebagai pilar utama. Gaya hidup sehat
didefinisikan sebagai segala tindakan proteksi diri
terhadap penyakit dan pencapaian hidup. Promosi
kesehatan dan proteksi diri dari serangan penyakit
merupakan tindakan yang terhindar dari kebiasaan
konsumsi rokok, kurangnya aktivitas fisik, dan
kurangnya konsumsi buah dan sayur (Wahqvist dan
Saviage, 2000, dan Godfrey dan Nelson, 2009), sehingga
dalam pencapaiannya dibutuhkan sebuah program promosi
kesehatan yang tepat sasaran.
Promosi kesehatan didefinisikan sebagai sebuah
proses masyarakat dapat mempromosikan kesehatan mereka
sendiri dan mencapai kontrol kesehatan pribadi yang
lebih baik. Hal ini merupakan aspek penting dalam
pencapaian tujuan kesehatan global, yaitu ―sehat untuk
semua‖ (Kickbusch, 2003), sehingga pelayanan kesehatan
4
lebih ditekankan untuk aktif melakukan promosi
kesehatan.
Dalam pencapaian kesuksesan promosi kesehatan,
dimensi kepahaman medis pasien sangat berperan. secara
spesifik kepahaman medis pasien dapat diartikan sebagai
kemampuan pasien untuk membaca, mengerti dan persepsi
kepada informasi atau instruksi kesehatan. Tingginya
tingkat kepahaman medis telah dikaitkan dengan
kesuksesan upaya mengedukasi pasien (Schilinger et al.,
2002). Menurut Baker et al. (2002), pada pasien
diabetes, ditemukan bahwa kelompok yang memiliki
persepsi (keaksaraan) medis yang rendah memiliki
kecenderungan untuk masuk rumah sakit dan menerima
perawatan inap (odds ratio: 1,2), sehingga persepsi
dianggap sangat penting dalam pencapaian upaya
perlindungan diri dari penyakit terkait dengan pola
hidup melalui modifikasi gaya hidup sehat (Al et al.,
1999). Pengenalan persepsi dapat menentukan sasaran
edukasi yang tepat dan mengubah paradigma pelayanan
kesehatan yang saat ini hanya melakukan pelayanan untuk
masalah kesehatan akut menjadi pelayanan kesehatan
berkelanjutan.
5
I.1. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan
sebelumnya, dapat dirumuskan sebuah rumusan masalah
penelitian sebagai berikut:
―Bagaimana hubungan antara persepsi masyarakat tentang
faktor risiko penyakit terkait dengan gaya hidup dan
pola hidup sehat masyarakat di Yogyakarta?‖.
I.2. TUJUAN PENELITIAN
I.3.1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara persepsi masyarakat
tentang faktor risiko penyakit terkait gaya dengan
hidup dan gaya hidup sehat masyarakat di Yogyakarta.
I.3.2. Tujuan khusus
A. Mengetahui hubungan antara persepsi tentang
pengaruh kebiasaan merokok kesehatan pasien, dan
tindakan preventif penyakit tidak menular berupa
gaya hidup tidak merokok.
B. Mengetahui hubungan antara persepsi pasien tentang
kebiasaan kurangnya aktivitas atau olahraga yang
cukup terhadap kesehatan pasien, dan tindakan
preventif penyakit tidak menular berupa gaya hidup
sehat yakni beraktivitas fisik aktif dan
berolahraga.
6
C. Mengetahui hubungan antara persepsi pasien
tentang kurangnya konsumsi buah dan sayur terhadap
kesehatan pasien dan tindakan preventif penyakit
tidak menular berupa gaya hidup sehat yakni
konsumsi buah dan sayur.
I.3. KEASLIAN PENELITIAN
Sepengetahuan penulis, sudah ada penelitian
mengenai tingkat kesadaran faktor risiko terhadap PTM
yang telah dilakukan. Perbedaan penelitian yang telah
dilakukan dengan penelitian ini terdapat pada waktu
penelitian, tempat atau lokasi penelitian, subjek dan
karakteristik penelitian serta jumlah subjek. Adapun
penelitian yang telah dilakukan tersebut antara lain :
1. Divakaran et al. (2010) melakukan penelitian
berjudul ―Lifestyle risk factors of
noncommunicable diseases: awareness among school
children‖ di Kerala, India. Penelitian tersebut
membuktikan adanya tingkat kesadaran terhadap
faktor risiko PTM terkait dengan gaya hidup
semenjak usia sekolah. Penelitian tersebut
menjabarkan hubungan antara pengetahuan tersebut
7
dengan pola hidup anak-anak yang dalam penelitian
merupakan subjek. Penelitian yang dilakukan oleh
penulis berbeda dalam hal waktu dan populasi.
2. Mosca et al.(2006) Melakukan penelitian berjudul
―National Study of Women’s Awareness, Preventive
Action, and Barriers to Cardiovascular Health―
di Amerika Serikat. Penelitian tersebut
membuktikan bahwa kesadaran umum akan faktor
risiko kardiovaskuler mengasosiasikan tindakan
preventif wanita Amerika terhadap penyakit
jantung pembuluh darah, sehingga disimpulkan
intervensi edukasi sangat perlu dilakukan.
Penelitian ini pun memiliki perbedaan sampel
penelitian dengan penulis.
3. El et al. (2012) melakukan penelitian berjudul ―A
study of the relationship between health
awareness, lifestyle behavior and food label
usage in Gauteg” di Afrika Selatan. Penelitian
tersebut membuktikan adanya hubungan antara
kesadaran masyarakat, kemampuan masyarakat
membaca label makanan, dan gaya hidup sehat
masyarakat di Afrika Selatan. Peneliti menemukan
bahwa ada keterkaitan antara tingkat kesadaran
8
masyarakat terhadap aplikasi gaya hidup sehat dan
kemampuan masyarakat dalam membaca label makanan.
Penelitian tersebut memiliki perbedaan sampel
penelitian, metode, dan waktu penelitian dengan
penulis.
4. Zindah et al. (2004) melakukan penelitian
berjudul ―Obesity and Diabetes in Jordan: finding
from the behavioral risk factor surveillance
system, 2004” di Jordania. Penelitian tersebut
membuktikan faktor risiko penyebab peningkatan
prevalensi diabetes dan hipertensi di Jordania,
dan menemukan bahwa peningkatan prevalensi
diabetes melitus dan hipertensi di Jordania
diakibatkan oleh tingginya asupan kalori yang
disertai aktivitas fisik yang rendah, serta
meningkatnya kasus obesitas masyarakat Jordania.
Penelitian tersebut memiliki perbedaan metode,
waktu pelaksaan, dan sampel penelitian dengan
penulis.
I.4. MANFAAT PENELITIAN.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat untuk tenaga kesehatan dan peneliti lainnya
yang ingin menindaklanjuti dalam pengkajian masalah
9
serupa. Bagi para tenaga kesehatan, dengan mengetahui
pengaruh perubahan persepsi masyarakat dan
kecenderungan melakukan tindakan preventif terhadap
PTM, tenaga kesehatan, khususnya dokter, dapat
melakukan intervensi persepsi masyarakat, dan berefek
kepada perbaikan kesehatan masyarakat. Selain itu,
dengan implementasi sistem pembayaran kesehatan primer
kapitasi pada tahun 2014, sistem kesehatan primer yang
berfungsi sebagai gate keeper dapat meningkatkan
kesejahteraan tenaga kesehatan yang bekerja di instansi
tersebut, serta mengurangi angka kejadian peningkatan
prevalensi dan kejadian stop loss, sehingga mengurangi
beban ekonomi dalam bidang kesehatan.
Bagi pemerintah, hasil penelitian ini bermanfaat
dalam penyusunan kebijakan strategis pengendalian PTM,
melalui pengenalan yang baik tentang persepsi
masyarakat, dan mengetahui pengaruhnya terhadap
modifikasi gaya hidup sehat. Pemerintah dapat menyusun
prioritas program intervensi dalam kegiatan
pengendalian PTM.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit tidak menular (PTM) didefinisikan sebagai
penyakit yang tidak menular, memiliki progres lambat
dan bersifat kronis, namun kadang-kadang didefinisikan
sebagai penyakit degeneratif (WHO, 2005). Ada empat
penyakit utama yang dianggap sebagai penyebab
mortalitas dan morbiditas dominan dalam kelompok PTM,
yaitu; penyakit kardiovaskuler (termasuk penyakit
jantung dan stroke), diabetes, kanker, dan penyakit
pernafasan kronis (termasuk penyakit paru obstruktif
kronik dan asma).
Meningkatnya prevalensi PTM diperkirakan akibat
terjadinya perubahan gaya hidup tidak sehat pada
masyarakat. Gaya hidup sehat yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
A. Aktivitas fisik
Studi epidemiolgi telah membuktikan bahwa
aktivitas fisik yang tinggi dapat mengurangi faktor
risiko PTM, seperti diabetes melitus (Cooper, 2008),
penyakit jantung dan pembuluh darah, dan kematian dari