bab 2 tinjauan pustaka -...

23
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Ameloblastoma Ameloblastoma ialah tumor yang berasal dari jaringan organ enamel yang tidak menjalani diferensiasi membentuk enamel. Hal ini telah dijelaskan sangat tepat oleh Robinson bahwa tumor ini biasanya unisentrik, nonfungsional, pertumbuhannya bersifat intermiten, secara anatomis jinak dan secara klinis bersifat persisten. 7 Ameloblastoma adalah tumor yang berasal dari epitelial odontogenik. Ameloblastoma biasanya pertumbuhannnya lambat, secara lokal invasif dan sebagian besar tumor ini bersifat jinak. 8 2.2 Etiologi dan Patogenesis Pada saat ini sebagian penulis mempertimbangkan bahwa tumor ini tumbuh dari berbagai asal, walaupun rangsangan awal dari proses pembentukan tumor ini belum diketahui. Tumor ini dapat berasal dari: Sisa sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur mikroskopis dari beberapa spesimen dijumpai pada area epitelial sel yang terlihat pada perifer berbentuk kolumnar dan berhubungan dengan ameloblast yang pada bagian tengah mengalami degenerasi serta menyerupai retikulum stelata. Universitas Sumatera Utara

Upload: voque

Post on 05-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Ameloblastoma

Ameloblastoma ialah tumor yang berasal dari jaringan organ enamel yang

tidak menjalani diferensiasi membentuk enamel. Hal ini telah dijelaskan sangat tepat

oleh Robinson bahwa tumor ini biasanya unisentrik, nonfungsional, pertumbuhannya

bersifat intermiten, secara anatomis jinak dan secara klinis bersifat persisten.7

Ameloblastoma adalah tumor yang berasal dari epitelial odontogenik. Ameloblastoma

biasanya pertumbuhannnya lambat, secara lokal invasif dan sebagian besar tumor ini

bersifat jinak.8

2.2 Etiologi dan Patogenesis

Pada saat ini sebagian penulis mempertimbangkan bahwa tumor ini tumbuh

dari berbagai asal, walaupun rangsangan awal dari proses pembentukan tumor ini

belum diketahui.

Tumor ini dapat berasal dari:

Sisa sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur mikroskopis

dari beberapa spesimen dijumpai pada area epitelial sel yang terlihat pada

perifer berbentuk kolumnar dan berhubungan dengan ameloblast yang pada

bagian tengah mengalami degenerasi serta menyerupai retikulum stelata.

Universitas Sumatera Utara

Sisa-sisa dari epitel Malassez. Terlihat sisa-sisa epitel yang biasanya terdapat

pada membran periodontal dan kadang-kadang dapat terlihat pada tulang

spongiosa yang mungkin menyebabkan pergeseran gigi dan menstimulasi

terbentuknya kista odontogenik

Epitelium dari kista odontogenik, terutama kista dentigerous dan odontoma.

Pada kasus yang dilaporkan oleh Cahn (1933), Ivy (1958), Hodson (1957)

mengenai ameloblastoma yang berkembang dari kista periodontal atau kista

dentigerous tapi hal ini sangat jarang terjadi. Setelah perawatan dari kista

odontogenik, terjadi perkembangan dan rekurensi menjadi ameloblastoma.

Basal sel dari epitelium permukaan dari tulang rahang. Siegmund dan Weber

(1926) pada beberapa kasus ameloblastoma menemukan adanya hubungan

dengan epiteluim oral. 7,9

Gambar 1. Kemungkinan sumber penyebab ameloblastoma (Sapp JP, Eversole LR, Wysocki GP. Contemporary Oral and Maxillofacial Pathology. 2nd ed. Missouri : Mosby, 1997: 136-143.)

Universitas Sumatera Utara

2.3 Tipe Ameloblastoma

Ada tiga tipe subtipe secara klinis untuk tujuan perawatan antara lain tipe

solid/multikistik, tipe unikistik, dan tipe ekstraosseus/periferal.1

Gambar 2. Ameloblastoma subtipe klinis A. Tipe multikistik B. Tipe Unikistik C. Tipe Periferal (Sapp JP, Eversole LR, Wysocki GP. Contemporary Oral and Maxillofacial Pathology. 2nd ed. Missouri : Mosby, 1997: 136-143.)

2.3.1. Tipe solid atau multikistik

Tumor ini menyerang pasien pada seluruh lapisan umur. Tumor ini jarang

terjadi pada anak yang usianya lebih kecil dari 10 tahun dan relatif jarang terjadi pada

usia 10 sampai 19 tahun. Tumor ini menunjukan angka prevalensi yang sama pada

usia dekade ketiga sampai dekade ketujuh. Tidak ada predileksi jenis kelamin yang

signifikan. Sekitar 85% tumor ini terjadi pada mandibula, paling sering pada daerah

molar di sekitar ramus asendens. Sekitar 15% tumor ini terjadi pada maksila biasanya

pada regio posterior.8

Tumor ini biasanya asimptomatik dan lesi yang kecil ditemukan pada saat

pemeriksaan radiografis. Gambaran klinis yang sering muncul adalah pembengkakan

atau ekspansi rahang yang tidak terasa sakit. Jika tidak dirawat, lesi akan tumbuh

Universitas Sumatera Utara

lambat membentuk massa yang masif. Rasa sakit dan parastesia jarang terjadi bahkan

pada tumor yang besar.8

Tumor ini muncul dengan berbagai macam gambaran histologis antara lain

variasi dalam bentuk folikular, pleksiform dan sel granular. Walaupun terdapat

bermacam tipe histologis tapi hal ini tidak memperngaruhi perawatan maupun

prognosis. 10

Tipe solid atau multikistik tumbuh invasif secara lokal memiliki angka

kejadian rekurensi yang tinggi bila tidak diangkat secara tepat tapi dari sisi lain tumor

ini memiliki kecenderungan yang rendah untuk bermetastasis.11

Ameloblastoma tipe solid/multikistik ini ditandai dengan angka terjadi

rekurensi sampai 50% selama 5 tahun pasca perawatan. Oleh karena itu,

ameloblastoma tipe solid atau multikistik harus dirawat secara radikal (reseksi

dengan margin jaringan normal disekeliling tumor). Pemeriksaan rutin jangka

panjang bahkan seumur hidup diindikasikan untuk tipe ini.10

2.3.2 Tipe unikistik

Ameloblastoma unikistik sering terjadi pada pasien muda, 50% dari tumor ini

ditemukan pada pasien yang berada pada dekade kedua. Lebih dari 90%

ameloblastoma unikisik ditemukan pada mandibula pada regio posterior.8

Ameloblastoma tipe unikistik umumnya membentuk kista dentigerous secara klinis

maupun secara radiografis walaupun beberapa diantaranya tidak berhubungan dengan

gigi yang tidak erupsi..11

Universitas Sumatera Utara

Tipe ini sulit didiagnosa karena kebanyakan ameloblastoma memiliki

komponen kista. Tipe ini umumnya menyerang bagian posterior mandibula diikuti

dengan regio parasimfisis dan anterior maksila. Sebuah variasi yang disebut sebagai

ameloblastoma unikistik pertama sekali disebut pada tahun 1977 oleh Robinson dan

Martinez. Mereka melaporkan bahwa tipe unikistik ini kurang agresif dan

menyarankan enukleasi simple sebagai perawatannya. Studi menunjukan secara

klinis enukleasi simple pada ameloblastoma tipe unikistik sebenarnya menunjukan

angka rekurensi yang tinggi yaitu sekitar 60%. Dengan demikian enukleasi simple

merupakan perawatan yang tidak sesuai untuk lesi ini dan perawatan yang lebih

radikal dengan osteotomi periferal atau terapi krio dengan cairan nitrogen atau

keduanya lebih sesuai untuk tumor ini.10

2.3.3 Tipe periferal/ekstraosseus

Periferal ameloblastoma juga dikenal dengan nama ekstraosseus

ameloblastoma atau ameloblastoma jaringan lunak. Biasanya terjadi pada gingiva

atau mukosa alveolar. Tipe ini menginfiltrasi jaringan di sekelilingnya yaitu jaringan

ikat gingiva dan tidak ada keterlibatan tulang di bawahnya. Periferal ameloblastoma

ini umumnya tidak sakit, sessile, kaku, pertumbuhan eksofitik yang biasanya halus

atau granular.

Tumor ini diyakini mewakili 2 % sampai 10% dari seluruh kasus

ameloblastoma yang didiagnosa. Tumor ini pernah dilaporkan terjadi pada semua

rentang umur dari 9 sampai 92 tahun. Kasus-kasus melaporkan bahwa tumor ini

terjadi kebanyakan pada pria daripada wanita dengan perbandingan 1,9 dengan 1.

Universitas Sumatera Utara

70% dari ameloblastoma tipe periferal ini terjadi pada mandibula, dari bagian ramus

dari anterior mandibula sampai foramen mandibula paling sering terkena. Beberapa

penulis lebih suka mengklasifikasikan mereka ke dalam hamartoma daripada

neoplasma dan tumor ini biasnya bersifat jinak, tidak mengalami rekurensi setelah

eksisi simpel komplit.10,11

Perawatan yang direkomendasikan untuk tumor ini berbeda dengan

perawatan tumor tipe lainnya karena tumor ini biasanya kecil dan bersifat lokal pada

jaringan lunak superfisial. Kebanyakan lesi berhasil dirawat dengan eksisi lokal

dengan mengikutsertakan sebagian kecil dari margin jaringan yang normal. Margin

inferior harus diikutkan periosteoum untuk menyakinkan penetrasi sel tumor ke

tulang tidak terjadi.1

Gambar 3. Periferal Ameloblastoma (Sapp JP, Eversole LR, Wysocki GP. Contemporary Oral and Maxillofacial Pathology. 2nd ed. Missouri : Mosby, 1997: 136-143)

Universitas Sumatera Utara

2.4. Gambaran Histopatologis

Ameloblastoma menunjukan berbagai macam variasi pola histologi bergantung

pada arah dan derajat differensiasi sel tumor. Klasifikasi WHO membagi

ameloblastoma secara histologis terdiri dari follikular, pleksiform, acanthomatous,

sel granular dan tipe sel basal.12

2.4.1 Tipe Folikular

Ameloblastoma tipe folikular menunjukan gambaran histologi yang tipikal

dengan adanya sarang-sarang folikular dari sel-sel tumor yang terdiri dari sebuah

lapisan periferal dari sel-sel kolumnar atau kuboidal dan sebuah massa sentral dari sel

yang tersusun jarang yang menyerupai retikulum stellata. Degenerasi dari jaringan

yang berbentuk seperti retikulum stellata itu akan menghasilkan pembentukan kista. 12

Gambar 4 : Ameloblastoma tipe follikular (www. pathologyOutlines.com)

2.4.2 Tipe Pleksiform

Ameloblastoma tipe pleksiform ditandai dengan kehadiran sel tumor yang

berbentuk seperti pita yang tidak teratur dan berhubungan satu sama lain. Stroma

Universitas Sumatera Utara

terbentuk dari jaringan ikat yang longar dan edematous fibrous yang mengalami

degenerasi kistik. 12

Gambar 5: Ameloblastoma tipe pleksiform (Shklar G.Oral Cancer.1st Ed. Philadelphia; W.B.SaundersCompany, 1984: 253)

2.4.3 Tipe Acanthomatous

Ameloblastoma tipe ini ditandai dengan karakteristik adannya squamous

metaplasia dari retikulum stelata yang berada diantara pulau-pulau tumor. Kista kecil

terbentuk di tengah sarang sellular. Stroma terdiri dari jaringan ikat yang fibrous dan

padat. 12

Gambar 6: Tipe acanthomatous (Sapp JP, Eversole LR, Wysocki GP. Contemporary Oral and Maxillofacial Pathology. 2nd ed. Missouri : Mosby, 1997: 140.)

Universitas Sumatera Utara

2.4.4 Tipe Sel Granular

Pada ameloblatoma tipe sel granular ditandai dengan adanya transformasi dari

sitoplasma biasanya berbentuk seperti sel retikulum stelata, sehingga memberikan

gambaran yang sangat kasar, granular dan eosinofilik. Tipe ini sering melibatkan

periferal sel kolumnar dan kuboidal. Hartman melaporkan 20 kasus dari

ameloblastoma tipe sel granular dan menekankan bahwa tipe sel granular ini

cenderung merupakan lesi agresif ditandai dengan kecenderungan untuk rekurensi

bila tidak dilakukan tindakan bedah yang tepat pada saat operasi pertama. Sebagai

tambahan, beberapa kasus dari tumor ini dilaporkan pernah terjadi metastasis.13

Gambar 7: Tipe sel granular (Sapp JP, Eversole LR, Wysocki GP. Contemporary Oral and Maxillofacial Pathology. 2nd ed. Missouri : Mosby, 1997: 140.)

2.4.5 Tipe Sel Basal

Ameloblastoma tipe sel basal ini mirip karsinoma sel basal pada kulit. Sel

epithelial tumor lebih primitif dan kurang kolumnar dan biasanya tersusun dalam

lembaran-lembaran, lebih banyak dari tumor jenis lainnya. Tumor ini merupakan tipe

yang paling jarang dijumpai.13

Universitas Sumatera Utara

Gambar 8: Tipe sel basal (Sapp JP, Eversole LR, Wysocki GP. Contemporary Oral and Maxillofacial Pathology. 2nd

ed. Missouri : Mosby, 1997: 140.)

2.5. Gambaran Radiologis

Secara radiologis, gambaran ameloblastoma muncul sebagai gambaran

radiolusensi yang multiokular atau uniokular. 12

2.5.1 Multiokular

Pada tipe ini, tumor menunjukkan gambaran bagian-bagian yang terpisah oleh

septa tulang yang memperluas membentuk masa tumor.7 Gambaran multiokular

ditandai dengan lesi yang besar dan memberikan gambaran seperti soap bubble.

Ukuran lesi yang sebenarnya tidak dapat ditentukan karena lesi tidak menunjukkan

garis batasan yang jelas dengan tulang yang normal. Resopsi akar jarang terjadi tapi

kadang-kadang dapat dilihat pada beberapa lesi yang tumbuh dengan cepat.1

Universitas Sumatera Utara

Gambar 9: Multiokular ameloblastoma (http://www.radpod.org/2007/08/01/ ameloblastoma/)

2.5.2 Uniokular

Pada tipe lesi uniokular biasanya tidak tampak adanya karakteristik atau

gambaran yang patologis. Bagian periferal dari lesi biasanya licin walaupun

keteraturan ini tidak dijumpai pada waktu operasi. Pada lesi lanjut akan

mengakibatkan pembesaran rahang dan penebalan tulang kortikal dapat dilihat dari

gambaran roentgen.7

Gambar 10: Ameloblastoma tipe uniokular (Sapp JP, Eversole LR, Wysocki GP. Contemporary Oral and Maxillofacial Pathology. 2nd ed. Missouri : Mosby,1997: 136-143.)

Universitas Sumatera Utara

2.6 Perawatan

Perawatan tumor ini beragam mulai dari kuretase sampai reseksi tulang

yang luas, dengan atau tanpa rekonstruksi. Radioterapi tidak diindikasikan karena lesi

ini radioresisten. Pada beberapa literatur juga ditemukan indikasi untuk

dielektrokauterisasi, bedah krio dan penggunaan agen sklorosan sebagai pilihan

perawatan. Pemeriksaan kembali (follow up pasca operasi) penting karena hampir

50% kasus rekurensi terjadi pada lima tahun pertama pasca operasi.3

Perawatan untuk tumor ini harus dieksisi dan harus meliputi neoplasma

sampai jaringan sehat yang berada di bawah tumor. Setelah itu, harus dilanjutkan

dengan elektrodesikasi atau dengan dirawat lukanya dengan larutan Karnoy.

Kemungkinan untuk terjadi rekurensi ada dan pasien harus diinstruksikan untuk

mengikuti pemeriksaan secara berkala sampai bertahun-tahun setelah operasi. Iradiasi

paska operasi ditujukan untuk mengurangi insidensi rekurensi dan harus dilakukan

secara rutin.14 Kebanyakan ahli bedah melakukan reseksi komplit pada daerah tulang

yang terlibat tumor dan kemudian dilakukan bone graft. Tumor ini tidak bersifat

radiosensitif tapi Andra (1949) melaporkan bahwa terapi dengan X-ray dan Radium

mempunyai efek dalam menghambat pertumbuhan lesi ini 9

Waldron dan Worman (1931) melakukan enukleasi pada ameloblastoma

yang kecil, sementara sebagian penulis merekomendasikan reseksi total maupun

reseksi sebagian untuk kasus yang lebih besar. Bagaimanapun, ahli bedah yang

pertama kali melakukan operasi kasus ameloblastoma memiliki kesempatan terbaik

untuk mengobati pasien. Byars dan Sarnat (1945) menyimpulkan bahwa

Universitas Sumatera Utara

ameloblastoma harus dienukleasi bila uniokular, dikauterisasi dengan panas atau

bahan kimia dan jika multiokular direseksi dengan mengikutkan sedikit tulang yang

normal jika ekstensif. Rankow dan Hickey (1954) meninjau ulang 29 kasus

ameloblastoma dan menemukan bahwa insidensi terjadi rekurensi sebanyak 91% jika

dilakukan kuretase lokal, sementara tidak terjadi rekurensi jika dilakukan reseksi (18

kasus). 5

Beberapa prosedur operasi yang mungkin digunakan untuk mengobati

ameloblastoma antara lain:

2.6.1 Enukleasi

Enukleasi merupakan prosedur yang kurang aman untuk dilakukan. Weder

(1950) pada suatu diskusi menyatakan walaupun popular, kuretase merupakan

prosedur yang paling tidak efisien untuk dilakukan. Enukleasi menyebabkan kasus

rekurensi hampir tidak dapat dielakkan, walaupun sebuah periode laten dari

pengobatan yang berbeda mungkin memberikan hasil yang salah. Kuretase tumor

dapat meninggalkan tulang yang sudah diinvasi oleh sel tumor.5

Teknik enukleasi diawali dengan insisi, flap mukoperiostal dibuka. Kadang-

kadang tulang yang mengelilingi lesi tipis. Jika dinding lesi melekat pada periosteum,

maka harus dipisahkan. Dengan pembukaan yang cukup, lesi biasanya dapat diangkat

dari tulang. Gunakan sisi yang konveks dari kuret dengan tarikan yang lembut. Saraf

dan pembuluh darah biasanya digeser ke samping dan tidak berada pada daerah

operasi. Ujung tulang yang tajam dihaluskan dan daerah ini harus diirigasi dan

diperiksa. Gigi-gigi yang berada di daerah tumor jinak biasanya tidak diperlukan

Universitas Sumatera Utara

perawatan khusus. Jika devitalisasi diperlukan, perawatan endodontik sebelum

operasi dapat dilakukan.15

2.6.2 Eksisi Blok

Kebanyakan ameloblastoma harus dieksisi daripada dienukleasi. Eksisi

sebuah bagian tulang dengan adanya kontinuitas tulang mungkin direkomendasikan

apabila ameloblastomanya kecil. Insisi dibuat pada mukosa dengan ukuran yang

meliputi semua bagian yang terlibat tumor. Insisi dibuat menjadi flap supaya tulang

dapat direseksi di bawah tepi yang terlibat tumor. Lubang bur ditempatkan pada

outline osteotomi, dengan bur leher panjang Henahan. Osteotom digunakan untuk

melengkapi pemotongan. Sesudah itu, segmen tulang yang terlibat tumor dibuang

dengan tepi yang aman dari tulang yang normal dan tanpa merusak border tulang.

Setelah meletakkan flap untuk menutup tulang, dilakukan penjahitan untuk

mempertahankan posisinya. Dengan demikian eksisi tidak hanya mengikutkan tumor

saja tetapi juga sebagian tulang normal yang mengelilinginya. Gigi yang terlibat

tumor dibuang bersamaan dengan tumor. Gigi yang terlibat tidak diekstraksi secara

terpisah.5

Universitas Sumatera Utara

Gambar 11: Eksisi Blok (Thoma KH, Vanderveen JL. Oral Surgery. 5th Ed.Saint Louis;The C.V. Mosby Company,1969: 993)

2.6.3 Hemimandibulektomi

Merupakan pola yang sama dengan eksisi blok yang diperluas yang mungkin

saja melibatkan pembuangan angulus, ramus atau bahkan pada beberapa kasus

dilakukan pembuangan kondilus. Pembuangan bagian anterior mandibula sampai ke

regio simfisis tanpa menyisakan border bawah mandibula akan mengakibatkan

perubahan bentuk wajah yang dinamakan ” Andy Gump Deformity”.16

Reseksi mandibula dilakukan setelah trakeostomi dan diseksi leher radikal

(bila diperlukan) telah dilakukan. Akses biasanya diperoleh dengan insisi splitting

bibir bawah. 17 Bibir bawah dipisahkan dan sebuah insisi vertikal dibuat sampai ke

dagu. Insisi itu kemudian dibelokkan secara horizontal sekitar ½ inchi dibawah

border bawah mandibula. Kemudian insisi diperluas mengikuti angulus mandibula

sampai mastoid. Setelah akses diperoleh, di dekat foramen mentale mungkin saja

dapat terjadi pendarahan karena adanya neurovascular.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 12: Pola Insisi pada Hemimandibulektomi (Keith DA. Atlas of Oral and Maxillofacial Surgery.Philadelphia;W.B.Saunder Company, 1992: 243).

Permukaan dalam mandibula secara perlahan-lahan dibuka dengan

mendiseksi mukosa oral. Dengan menggunakan gigli saw pemotongan dilakukan

secara vertikal di daerah mentum. Hal ini akan memisahkan mandibula secara

vertikal. Mandibula terbebas dari otot yang melekat antara lain muskulus depressor

labii inferior, depressor anguli oris dan platysma. Bagian mandibula yang akan

direseksi dibebaskan dari perlekatannya dari mukosa oral dengan hati-hati. Setelah

itu, komponen rahang yang mengandung massa tumor dieksisi dengan margin yang

cukup.18 Bagian margin dari defek bedah harus dibiopsi untuk pemeriksaan untuk

menentukan apakah reseksi yang dilakukan cukup atau tidak. Jika bagian itu bebas

dari tumor, bagian ramus dan kondilus mandibula harus dipertahankan untuk

digunakan pada rekonstruksi yang akan datang. Ramus paling baik dipotong secara

vertikal. Ketika mandibula disartikulasi, maka ada resiko pendarahan karena insersi

Universitas Sumatera Utara

temporalis dan otot pterygoid lateral dipisahkan. Hal ini dapat dihindari dengan

membiarkan kondilus dan prosessus koronoid berada tetap in situ. Setelah

hemimandibulektomi, penutupan luka intraoral biasanya dilakukan dengan penjahitan

langsung. 17

Gambar 13: Tipe umum dari reseksi mandibula A. Dengan keterlibatan kondilus B.Tanpa pembuangan kondilus (Keith DA. Atlas of Oral and Maxillofacial Surgery. Philadelphia; W.B. Saunders Company, 1992: 244)

2.6.4. Hemimaksilektomi

Akses ke maksila biasnya diperoleh dengan insisi Weber Fergusson.

Pemisahan bibir melalui philtrum rim dan pengangkatan pipi dengan insisi paranasal

dan infraorbital menyediakan eksposure yang luas dari wajah dan aspek lateral dari

maksila dan dari ethmoid.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 14: Pola Insisi Weber Fergusson (Booth PW, Schendel SA, Hausamen JE. Maxillofacial Surgery. 2nd Ed.Missouri;Churhill Livingstone Elsevier, 2007:431)

Setelah diperoleh eksposure yang cukup, dilakukan pemotongan jaringan

lunak dan ekstraksi gigi yang diperlukan. Kemudian dilakukan pemotongan dengan

oscillating saw dari lateral dinding maksila ke infraorbital rim kemudian menuju

kavitas nasal melalui fossa lakrimalis. Dari kavitas nasal dipotong menuju alveolar

ridge. Setelah itu, dilakukan pemotongan pada palatum keras. Kemudian pemotongan

lateral dinding nasal yang menghubungkan lakrimal dipotong ke nasofaring dengan

mengunakan chisel dan gunting Mayo dan kemudian dilakukan pemotongan

posterior. Pembuangan spesimen dan packing kavitas maksilektomi yang tepat

diperlukan untuk mengkontrol pendarahan.10

Universitas Sumatera Utara

Gambar 15: Pemotongan tulang pada subtotal maksilektomi (Booth PW, Schendel SA, Hausamen JE. Maxillofacial Surgery. 2nd Ed Missouri; Churhill Livingstone Elsevier, 2007 :432)

Setelah hemostasis terjadi, manajemen maksilektomi yang tepat dapat

membantu ahli prostodonsia untuk merehabilitasi pasien. Semua bagian tulang yang

tajam dihaluskan. Prosesus koronoid harus diangkat, karena dekat dengan margin

lateral defek yang akan menyebabkan penutup protesa lepas ketika mulut dibuka.

Flap yang ada pada mukosa dikembalikan menutupi margin medial tulang. Skin graft

kemudian dijahit ke tepi luka, lebih baik hanya lembaran tunggal. Permukaan

dibawah flap pipi, tulang, otot periorbita dan bahkan dura semuanya ditutup. Graft

dipertahankan dengan packing iodoform gauze yang diisi benzoin tincture. Packing

yang cukup digunakan untuk mengisi kembali kontur pipi. Obturator bedah yang

sudah dibuat oleh ahli prostodonsi direline dengan soft denture reliner sehingga dapat

mendukung packing dan menutup defek. Obturator dapat dipasangkan ke gigi-gigi

secara fixed atau tidak, tergantung kondisi individual pasien. Flap pipi kemudian

dikembalikan dan menutup lapisan. 17

Universitas Sumatera Utara

2.7 Rekontruksi pasca bedah

2.7.1 Pemakaian protesa obturator

Pemasangan protesa palatal secara imidiate telah menjadi perawatan standard

setelah dilakukan maksilektomi atau palatektomi, kecuali digunakan rekonstruksi free

flap. Cacat bedah dapat memberikan efek samping terhadap kesehatan fungsional dan

psikologis pasien. Tujuan dari rekonstruksi adalah untuk mengembalikan fungsi

bicara, fungsi pencernaan, menyediakan dukungan terhadap bibir dan pipi dan

membangun kembali proyeksi midfacial. 19

Pasien yang menjalani reseksi maksila akan direhabilitasi dalam tiga fase

masng-masing fase memerlukan protesa obturator yang akan mendukung

kesembuhan pasien. Ketiga obturator protesa ini adalah obturator bedah, obturator

interim, dan obturator definitif.20

2.7.1.1 Obturator Bedah

Rehabilitasi prostodontik dimulai dengan obturator bedah yang mana

dimasukkan pada waktu bedah untuk membantu mempertahankan packing, mencegah

kontaminasi oral dari luka bedah dan skin graft dan memungkinkan pasien untuk

berbicara dan menelan selama periode postoperasi inisial.21 Protesa ini akan

digunakan kira-kira 5 sampai 10 hari. 20

2.7.1.2 Obturator Interim

Obturator bedah akan dikonversi menjadi obturator interim dengan

penambahan bahan-bahan lining untuk adaptasi terhadap defek. Protesa interim ini

secara periodik akan direadaptasi dan direline kembali untuk menyesuaikan terhadap

perubahan dimensional selama proses penyembuhan jaringan defek. Proses ini akan

Universitas Sumatera Utara

meningkatkan kenyamanan dan fungsional pasien.21 Tujuan dari obturator ini adalah

mengembalikan fungsi bicara dengan mengembalikan kontur palatal. Protesa ini akan

digunakan sekitar dua sampai enam bulan. 20

2.7.1.3 Obturator Defenitif

Obturator defenitif akan dibuat ketika penyembuhan jaringan dan kontraksi

telah selesai. Pembuatan protesa defenitif sebelum kontur jaringan stabil memerlukan

penyesuaian termasuk perubahan posisi gigi atau penyesuaian terhadap bagian perifer

protesa. 20

Gambar 16: Obturator A. Defek palatal, B. Obturator bedah, C. Obturator interim, D.Obturator defenitif (Shklar G. Oral Cancer.1st Ed. Philadelphia; W.B.Saunders Company, 1984: 219)

Universitas Sumatera Utara

2.7.2 Pengunaan plat

Tujuan dari rekonstruksi mandibula adalah membangun kontinuitas

mandibula, membangun osseus alvelolar bases dan koreksi terhadap defek jaringan

lunak. Pada umumnya kehilangan mandibula yang diakibatkan karena proses

patologis akan meninggalkan jaringan lunak yang akan sembuh. Bila dilakukan

mandibulektomi akan menghasilkan defek tulang yang besar dan jaringan lunak.

Defek pada mandibula bagian lateral lebih dapat ditoleransi dan tidak membutuhkan

rekonstruksi. Kebalikannya defek pada anterior mandibula akan menimbulkan

kecacatan fungsional dan kosmetik yang parah. Waktu yang tepat untuk melakukan

rekonstruksi masih diperdebatkan.22

Pada literatur disebutkan ada berbagai macam metode yang digunakan untuk

mengembalikan defek pada mandibula. Metode ini dapat diklasifikasikan dalam 3

kategori dasar yaitu bahan alloplastik, bahan alloplastik dengan tulang dan tulang

autogenous. Bahan alloplastik telah digunakan secara luas pada rekonstruksi

mandibula dalam bentuk kawat atau plat, material organik (kalsium aluminat, kalsium

apatit, kalsium sulfat) dan bahan sintetik (metilmetakrilat, proplas dan teflon). Dari

semuanya, plat rekonstruksi biasanya dibuat dari stainless steel, AO Plates

(Arbeitsgemeinschaft fur Ostheosynthefragen Plate) , vitallium dan titanium (titorp

plates). Komplikasi yang umum terjadi meliputi ekstrusi/ekspose plat, kehilangan

sekrup, dan fraktur plat.22

Plat rekonstruksi mandibula memiliki keuntungan dari segi:

Tidak membutuhkan donor

Pengeluaran

Universitas Sumatera Utara

Kontur yang baik

Kemampuan untuk membentuk kondilus.22

Gambar 17. Plat AO (www.emedicine.com\mandibular reconstruction,plating)

Universitas Sumatera Utara