tonsilitis, faringitis, tumor faring

48
TONSILITIS, PHARINGITIS,TUMOR PHARING MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 Yang dikoordinatori oleh Sri Utami Dwiningsih, MNS Disusun Oleh : 1. Bekti Choirinnisa P.17420110002 2. Isti Maulia Mulyadi P.17420110014 3. Rizky Kurniawan P.17420110027

Upload: rizkykurniawan14

Post on 31-Oct-2014

203 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

TONSILITIS, PHARINGITIS,TUMOR PHARING

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1

Yang dikoordinatori oleh Sri Utami Dwiningsih, MNS

Disusun Oleh :

1. Bekti Choirinnisa P.17420110002

2. Isti Maulia Mulyadi P.17420110014

3. Rizky Kurniawan P.17420110027

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2011

Page 2: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT. sehingga dengan

rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul

“Tonsilitis, pharingitis, dan Tumor pharing” ini tanpa halangan suatu apa pun.

Penulis menyadari, penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak, antara lain:

1. Ibu Sri Utami Dwiningsih, MNS selaku Koordinator Mata Kuliah

KMB1

2. Bapak Dan ibu pengampu Mata Kuliah KMB1

3. Segenap tim penyusun makalah

4. Pihak-pihak lain yang telah mendukung terselesaikannya makalah

Penulis mengucapkan terimakasih atas dukungan dan bantuan dari pihak-

pihak tersebut.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan serta penyusunan makalah ini

masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mohon maaf atas

kekurangan tersebut dan besar harapan penyusun untuk mendapat kritik berikut

saran mengenai kekurangan tersebut.

Semarang, juli 2011

Penulis

Page 3: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Epidemologi penyakit pernafasan berupa tumor faring, faringitis dan tonsilitis

adalah hal yang penting dipelajari. Penyakit tersebut banyak menjangkiti

masyarakat. Terlebih di era globalisasi yang membuat angka mobilisasi dan

transportasi naik. Polusi dan segala hal yang penyebarannya melalui udara

tidak mudah dilawan begitu saja dengan sistem imun tubuh jika dihadapkan

dengan diri kita masing-masing.

Terbukti tingginya angka infeksi pada bagian tonsil dan faring sangatlah

tinggi, tentulah karena pola hidup yang utama dan penyebaran bakteri yang

tidak terkendali.

Proses preventif dikalangan masyarakat sungguh sangat minim, pada akhirnya

langkah medis berupa kuratif dan rehabilitatif-lah yang berperan dalam

menghadapi kasus tersebut. Meskipun pada akhirnya belum tentu hasil yang

diharapkan akan didapat, dikarenakan medis bukanlah kumpulan hitungan

matematis, melainkan banyak sekali probabilitas didalamnya. Menjaga diri

adalah hal yang paling baik, sebelum penyakit itu menggerogoti tubuh.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pembuatan makalah ini adalah :

a. Apakah yang disebut dengan Faringitis, Tonsilitis, dan Tumor Faring ?

b. Bagaimanakah identifikasi penyakit tersebut ?

c. Bagaimanakah pelaksanaan medis penyakit tersebut ?

d. Bagaimanakan asuhan keperawatan penyakit tersebut ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah :

a. Mengetahui tentang Faringitis, Tonsilitis, dan Tumor Faring

b. Mengidentifikasi Faringitis, Tonsilitis, dan Tumor Faring

c. Mengetahui Faringitis, Tonsilitis, dan Tumor Faring

d. Mengetahui Faringitis, Tonsilitis, dan Tumor Faring

Page 4: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tonsilitis2.1.1 Pengertian Tonsilitis

Tonsilitis merupakan peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri

atau kuman streptococcusi beta hemolyticus, streptococcus viridans dan

streptococcus pyogenes dapat juga disebabkan oleh virus, yang kadang-kadang

mengakibatkan sakit tenggorokan dan demam. Tonsil terdiri atas jaringan limfatik

dan terletak pada kedua sisi orofaring

Tonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri berlangsung

sekitar lima hari dengan disertai disfagia dan demam (Megantara, Imam, 2006).

Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A

streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain

atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004).

2.1.2 Klasifikasi

Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006):

1. Tonsillitis akut

Disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan

streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.

2. Tonsilitis falikularis

Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak

putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini terdapat leukosit,

epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa makanan yang tersangkut.

3. Tonsilitis Lakunaris

Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk) permukaan

tonsil.

4. Tonsilitis Membranosa (Septis sore Throat)

Page 5: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut

menyerupai membrane. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan

berwarna putih kekuning-kuningan.

5. Tonsilitis Kronik

Tonsillitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok,

makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan

hygiene mulut yang buruk.

Dalam beberapa kasus ditemukan 3 macam tonsillitis, yaitu tonsillitis akut,

tonsillitis membranosa, dan tonsillitis kronis.

1. TONSILITIS AKUT

ETIOLOGI

Tonsillitis akut ini lebih disebabkan oleh kuman grup A Streptokokus beta

hemolitikus, pneumokokus, Streptokokus viridian dan Streptokokus piogenes.

Virus terkadang juga menjadi penyebab penyakit ini. Tonsillitis ini seringkali

terjadi mendadak pada anak-anak dengan peningkatan suhu 1-4 derajat celcius.

PATOFISIOLOGI

Penularan penyakit ini terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan

epitel, kemudian bila kuman ini terkikis maka jaringan limfoid superficial

bereaksi, terjadi pembendunagn radang dengan infiltrasi leukosit

polimorfonuklear.

MANIFESTASI KLINIK

Tonsillitis Streotokokus grup A harus dibedakan dri difteri, faringitis non

bacterial, faringitis bakteri bentuk lain dan mononucleosis infeksiosa. Gejala dan

tanda-tanda yang ditemukan dalam tonsillitis akut ini meliputi suhu tubuh naik

hingga 40o celcius, nyeri tenggorok dan nyeri sewaktu menelan, nafas yang

berbau, suara akan menjadi serak, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa

lesu, rasa nyeri di persendian, tidak nafsu makan, dan rasa nyeri di telinga. Pada

Page 6: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

pemeriksaan juga akan nampak tonsil membengkak, hiperemis, dan terdapat

detritus berbentuk folikel, lacuna akan tertutup oleh membrane semu. Kelenjar

submandibula membengkak dan nyeri tekan.

KOMPLIKASI

Otitis media akut (pada anak-anak), abses peritonsil, abses parafaring,

toksemia, septicemia, bronchitis, nefritis akut, miokarditis, dan arthritis.

PEMERIKSAAN

1. Tes Laboratorium

Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam

tubuh pasien merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai dengan demam

renmatik, glomerulnefritis, dan demam jengkering.

2. Pemeriksaan penunjang

Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.

3. Terapi

Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik, dan

obat kumur yang mengandung desinfektan.

PERAWATAN

Perawatan yang dilakukan pada penderita tonsillitis biasanya dengan perawatan

sendiri dan dengan menggunakan antibiotic. Tindakan operasi hanya dilakukan

jika sudah mencapai tonsillitis yang tidak dapat ditangani sendiri.

1. Perawatan sendiri

Apabila penderita tonsillitis diserang karena virus sebaiknya biarkan virus itu

hilang dengan sendirinya. Selma satu atau dua minggu sebaiknya penderita

banyak istirahat, minum minuman hangat juga mengkonsumsi cairan

menyejukkan.

Page 7: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

2. Antibiotik

Jika tonsillitis disebabkan oleh bakteri maka antibiotic yang akan berperan

dalam proses penyembuhan. Antibiotic oral perlu dimakan selama setidaknya

10 hari.

3. Tindakan operasi

Tonsillectomy biasanya dilakukan pada anak-anak jika ank mengalami

tonsillitis.selama tujuh kali atau lebih dalam setahun, anak mengalami

tonsillitis lima kali atau lebih dalam dua tahun, amandel membengkak dan

berakibat sulit bernafas, adanya abses.

2. TONSILITIS MEMBRANOSA

Ada beberapa macam penyakit yang termasuk dalam tonsillitis membranosa

beberapa diantaranya yaitu Tonsilitis difteri, Tonsilitis septic, serta Angina Plaut

Vincent.

1.TONSILITIS DIFTERI

ETIOLOGI

Penyebab penyakit ini adalah Corynebacterium diphteriae yaitu suatu bakteri

gram positis pleomorfik5penghuni saluran pernapasan atas yang dapat

menimbulkan abnormalitas toksik yang dapat mematikan bila terinfeksi

bakteriofag.

PATOFISIOLOGI

Bakteri masuk melalui mukosa lalu melekat serta berkembang biak pada

permukaan mukosa saluran pernapasan atas dan mulai memproduksi toksin yang

merembes ke sekeliling lalu selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh melalu

pembuluh darah dan limfe. Toksin ini merupakan suatu protein yang mempunyai

2 fragmen yaitu aminoterminal sebagai fragmen A dan fragmen B,

carboxyterminal yang disatukan melalui ikatan disulfide.

Page 8: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

MANIFESTASI KLINIS

Tonsillitis difteri ini lebih sering terjadi pada anak-anak pada usia 2-5 tahun.

Penularan melalui udara, benda atau makanan uang terkontaminasai dengan masa

inkubasi 2-7 hari.

Gejala umum dari penyaki ini adalah terjadi kenaikan suhu subfebril, nyeri

tnggorok, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, dan nadi lambat.

Gejala local berupa nyeri tenggorok, tonsil membengkak ditutupi bercak

putih kotor makin lama makin meluas dan menyatu membentuk membran semu.

Membran ini melekat erat pada dasar dan bila diangkat akan timbul pendarahan.

Jika menutupi laring akan menimbulkan serak dan stridor inspirasi, bila

menghebat akan terjadi sesak nafas. Bila infeksi tidak terbendung kelenjar limfa

leher akan membengkak menyerupai leher sapi. Gejala eksotoksin akan

menimbulkan kerusakan pada jantung berupa miokarditis sampai decompensation

cordis .

KOMPLIKASI

Laryngitis difteri, miokarditis, kelumpuhan otot palatum mole, kelumpuhan

otot mata, otot faring laring sehingga suara parau, kelumpuhan otot pernapasan,

dan albuminuria.

DIAGNOSIS

Diagnosis tonsillitis difteri harus dibuat berdasarkan pemeriksaan klinis

karenapenundaan pengobatan akan membahayakan jiwa penderita. Pemeriksaan

preparatlangsung diidentifikasi secara fluorescent antibody technique yang

memerlukanseorang ahli. Diagnosis pasti dengan isolasi C, diphteriae dengan

pembiakan padamedia Loffler dilanjutkan tes toksinogenesitas secara vivo dan

vitro. Cara PCR(Polymerase Chain Reaction) dapat membantu menegakkan

diagnosis tapipemeriksaan ini mahal dan masih memerlukan penjagn lebih lanjut

untuk menggunakan secara luas.

Page 9: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

2.TONSILITIS SEPTIK

Penyebab dari tonsillitis ini adalah Streptokokus hemolitiku yang terdapat dalam

susu sapi sehingga dapat timbul epidemic. Oleh karena itu perlu adanya

pasteurisasi sebelum mengkonsumsi susu sapi tersebut.

3. ANGINA PLAUT VINCENT

ETIOLOGI

Penyakit ini disebabkan karena kurangnya hygiene mulut, defisiensi vitamin C

serta kuman spirilum dan basil fusi form.

MANIFESTASI KLINIS

Penyakit ini biasanya ditandai dengan demam sampai 39o celcius, nuyeri kepala,

badan lemah, dan terkadang terdapat gangguan pencernaan. Rasa nyeri di mulut,

hipersalivasi, gigi, dan gusi berdarah.

PEMERIKSAAN

Mukosa mulut dan faring hiperemis, tampak membrane putih keabuan di atas

tonsil, uvula, dinding faring, gusi serta prosesus alveolaris, mulut berbau dan

kelenjar submanibula membesar.

PENGOBATAN

Memperbaiki hygiene mulut, antibiotika spectrum lebar selama 1 minggu, juga

pemberian vitamin C dan B kompleks.

3.TONSILITIS KRONIS

ETIOLOGI

bakteri penyebab tonsillitis kronis sama halnya dengan tonsillitis akut , namun

terkadang bakteri berubah menjadi bakteri golongan Gram negatif.

Page 10: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

FAKTOR PREDISPOSISI

Mulut yang tidak hygiene, pengobatan rdang akut yang tidak adekuat, rangsangan

kronik karena rokok maupun makanan.

PATOFISIOLOGI

Karena proses rang berulang maka epitel mukosa dan jarinagn limfoid terkikis,

sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti dengan jaringan

parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga ruang antara kelompok melebar yang

akan diisi oleh detritus, proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya

timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris.

MANIFESTASI KLINIS

Adanya keluhan pasien di tenggookan seperti ada penghalang, tenggorokan terasa

kering, pernapasan berbau. Saat pemeriksaan ditemukan tonsil membesar dengan

permukaan tidak rata, kriptus membesar dan terisi detritus.

KOMPLIKASI

Timbul rhinitis kronis, sinusitis atau optitis media secara perkontinuitatum,

endokarditis, arthritis, miositis, nefritis, uveitis, iridosiklitus, dermatitis, pruritus,

urtikaria, dan furunkulosis.

PEMERIKSAAN

1. Terapi

Terapi mulut (terapi lokal) ditujukan kepada hygiene mulut dengan berkumur atau

obat isap. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa tidak

berhasil.

2. Faktor penunjang

Kultur dan uji resistensi kuman dari sedian apus tonsil.

Page 11: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

PENGOBATAN

Tonsilitis kronis dapat diatasi dengan menjaga higiene mulut, obat kumur, obat

hisap, dan tonsilektomi.

PENATALAKSANAAN MEDIS

Sebaiknya pasien tirah baring. Cairan harus diberikan dalam jumlah yang cukup,

serta makan – makanan yang berisi namun tidak terlalu padat dan merangsang

tenggorokan. Analgetik diberikan untuk menurunkan demam dan mengurangi

sakit kepala. Di pasaran banyak beredar analgetik (parasetamol) yang sudah

dikombinasikan dengan kofein, yang berfungsi untuk menyegarkan badan.

Jika penyebab tonsilitis adalah bakteri maka antibiotik harus diberikan. Obat

pilihan adalah penisilin. Kadang – kadang juga digunakan eritromisin. Idealnya,

jenis antibiotik yang diberikan sesuai dengan hasil biakan. Antibiotik diberikan

antara 5 sampai 10 hari.

Jika melalui biakan diketahui bahwa sumber infeksi adalah Streptokokus beta

hemolitkus grup A, terapi antibiotik harus digenapkan 10 hari untuk mencegah

kemungkinan komplikasi nefritis dan penyakit jantung rematik. Kadang – kadang

dibutuhkan suntikan benzatin penisilin 1,2 juta unit intramuskuler jika

diperkirakan pengobatan orang tidak adekuat.

• Terapi obat lokal untuk hegiene mulut dengan obat kumur atau obat isap.

• Antibiotik golongan penisilin atau sulfonamida selama 5 hari.

• Antipiretik.

• Obat kumur atau obat isap dengan desinfektan.

• Bila alergi pada penisilin dapat diberikan eritromisin atau klindamigin.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada tonsilitis akut adalah :

1. hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil

2. nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil

Page 12: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

3. resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan adanya anoreksia

4. intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan

5. gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan adanya obstruksi

pada tuba eustakii

FOKUS INTERVENSI

1. DP : hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada tonsil

Intervensi :

• Pantau suhu tubuh anak ( derajat dan pola ), perhatikan menggigil atau tidak

• Pantau suhu lingkungan

• Batasi penggunaan linen, pakaian yang dikenakan klien

• Berikan kompres hangat

• Berikan cairan yang banyak ( 1500 – 2000 cc/hari )

• Kolaborasi pemberian antipiretik

2. DP : nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil

Intervensi :

• Pantau nyeri klien(skala, intensitas, kedalaman, frekuensi )

• Kaji TTV

• Berikan posisi yang nyaman

• Berikan tehnik relaksasi dengan tarik nafas panjang melalui hidung dan

mengeluarkannya pelan – pelan melalui mulut

• Berikan tehnik distraksi untuk mengalihkan perhatian anak

• Kolaborasi pemberian analgetik

3.DP : resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan adanya anoreksia

Intervensi :

• Kaji conjungtiva, sclera, turgor kulit

• Timbang BB tiap hari

• Berikan makanan dalam keadaan hangat

Page 13: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

• Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi seringsajikan makanan dalam bentuk

yang menarik

• Tingkatkan kenyamanan lingkungan saat makan

• Kolaborasi pemberian vitamin penambah nafsu makan

4. DP : intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan

Intervensi :

• Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas

• Observasi adanya kelelahan dalam melakukan aktifitas

• Monitor TTV sebelum, selama dan sesudah melakukan aktifitas

• Berikan lingkungan yang tenang

• Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi klien

5. DP : gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan adanya

obstruksi pada tuba eustakii

Intervensi :

• Kaji ulang gangguan pendengaran yang dialami klien

• Lakukan irigasi telinga

• Berbicaralah dengan jelas dan pelan

• Gunakan papan tulis / kertas untuk berkomunikasi jika terdapat kesulitan dalam

berkomunikasi

• Kolaborasi pemeriksaan audiometri

• Kolaborasi pemberian tetes telinga

2.2 Faringitis

2.2.1 Pengertian Faringitis

(dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan

yangmenyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh

bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.

(Wikipedia.com)

2.2.2 Epidemiologi

Faringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin,

tetapi frekuensi yang paling tinggi terjadi pada anak-anak. Faringitis akut jarang

Page 14: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

ditemukan pada usia di bawah 1 tahun. Insidensinya meningkat dan mencapai

puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa anak-

anak dan kehidupan dewasa. Kematian yang diakibatkan faringitis jarang

terjadi,tetapi dapat terjadi sebagai hasil dari komplikasi penyakit ini.

2.2.3 Etiologi

Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan

disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab common cold, flu, adenovirus,

mononukleosis atau HIV. Bakteri yang menyebabkan faringitis adalah

streptokokus grup A, korinebakterium, arkanobakterium, Neisseria gonorrhoeae

atau Chlamydia pneumoniae.

2.2.4 Patofisiologi

Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel

kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi

pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium

awal terdapat hiperemi, kemudian oedem dan sekresi yang meningkat. Eksudat

mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat

melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring

menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih, atau abu-abu

terdapat pada folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan

bercak-bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi

meradang dan membengkak sehingaa timbul radang pada tenggorok atau

faringitis.

2.2.5 Klasifikasi

Berdasarkan lama berlangsungnya :

• Faringitis akut, adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh virus dan

bakteri yaitu streptokokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil yang

masih berwarna merah, malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan

batuk.Faringitis ini terjadinya masih baru,belum berlangsung lama.

• Faringitis kronis, radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu

yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang

mengganjal di tenggorok.Faringitis kronis umumnya terjadi pada individu dewasa

Page 15: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

yang bekerja atau tinggal dalam lingkungan berdebu,menggunakan suara

berlebihan, menderita batu kronik, dan kebiasan menkonsumsi alcohol dan

tembakau. Faringitis kronik dibagi menjadi 3, yaitu:

− Faringitis hipertrofi,ditandai dengan penebalan umum dan kongesti membrane

mukosa

− Faringitis atrofi kemungkinan merupakan tahap lanjut dari jenis pertama

(membrane tipis, keputihan,licin dan pada waktunya berkerut)

− Faringitis granular kronik terjadi pembengkakan folikel limfe pada dinding

faring

Berdasarkan agen penyebab Faringitis Virus Faringitis Bakteri

Biasanya tidak ditemukan nanah di tenggorokan, Sering ditemukan nanah di

tenggorokan Demam ringan atau tanpa demam. Demam ringan sampai sedang

Jumlah sel darah putih normal atau agak meningkat. Jumlah sel darah putih

meningkat ringan sampai sedang Kelenjar getah bening normal atau sedikit

membesar Pembengkakan ringan sampai sedang pada kelenjar getah bening.

Tes apus tenggorokan memberikan hasil negatif Tes apus tenggorokan

memberikan hasil positif untuk strep throat Pada biakan di laboratorium tidak

tumbuh bakteri Bakteri tumbuh pada biakan di laboratorium

2.2.6 Gejala Klinis

Penyakit ini cenderung akut dengan disertai demam yang tinggi, sakit

kepala, rasa nyeri di perut dan muntah-muntah. Tenggorokan terasa nyeri,

amandel menjadi berwarna merah dan membengkak. Pada anak yang sudah lebih

besar, akan terlihat adanya lapisan seperti krim di atas amandel (eksudat) yang

tidak mengeluarkan darah bila disentuh. Kelenjar getah bening di leher sering

membengkak dan terasa nyeri bila ditekan. Berbeda dengan faringitis virus,

penderita faringitis streptokokus tidak mengalami rhinitis, suara serak atau batuk.

2.2.7 Pemeriksaan Fisik

Inspeksi : kemerahan pada faring,adanya pembengkakan di daerah leher

Palpasi : adanya kenaikan suhu pada bagian leher, adanya nyeri tekan

TTV : suhu tubuh mengalami kenaikan, nadi meningkat, dan napasnya cepat.

Page 16: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

2.2.8 Pemeriksaan diagnostic : Kultur dan uji resistensi.

2.2.9 Diagnosis

• Pemeriksaan serologic

• Pemeriksaan sputum untuk mengetahui basil tahan asam

• Fotothorak untuk melihat adanya tuberkolusis paru

• Biopsi jaringan untuk mengetahui proses keganasan serta mencari basil

tahan asam di jaringan.

2.2.10 Tindakan penanganan

• Untuk faringitis virus penanganan dilakukan dengan memberikan aspirin

atau asetaminofen cairan dan istirahat baring. Komplikasi seperti sinusitis atau

pneumonia biasanya disebabkan oleh bakteri karena adanya nekrosis epitel yang

disebabkan oleh virus sehingga untuk mengatsi komplikasi ini dicadangkan untuk

menggunakan antibiotika.

• Untuk faringitis bakteri paling baik diobati dengan pemberian penisilin G

sebanyak 200.000-250.000 unit, 3-4 kali sehari selama 10 hari. Pemberian obat ini

biasanya akan menghasilkan respon klinis yang cepat dengan terjadinya suhu

badan dalam waktu 24 jam. Erritromisin atau klindamisin merupakan obat alin

dengan hasil memuaskan jika penderita alergi terhadap penisilin. Jika penderita

menderita nyeri tenggorokan yang sangat hebat, selain terapi obat, pemberian

kompres panas atau dingin pada leher dapat membantu meringankan nyeri.

Berkumur-kumur dengan larutan garam hangat dapat pula meringankan gejala

nyeri tenggorokan dan hal ini dapat disarankan pada anak-anak yang lebih besar

untuk dapat bekerja sama.

2.2.11 Komplikasi

Penyakit ini, jika dibiarkan sampai menjadi berat, dapat menimbulkan

radang ginjal (glomerulonefritis akut), demam rematik akut, otitis media (radang

telinga bagian tengah), sinusitis, abses peritonsila dan abses retropharynx (radang

di sekitar amandel atau bagian belakang tenggorokan yang dapat menimbulkan

nanah).

2.2.12 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Page 17: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

− Data Dasar

• Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama,

suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa

medis, sumber biaya, dan sumber informasi)

• Identitas Penanggung ((nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan,

agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, dan

hubungan dengan pasien)

− Riwayat Keperawatan, meliputi :

• Riwayat Kesehatan Sekarang Mengkaji data subjektif yaitu data yang

didapatkan dari klien, meliputi:

Alasan masuk rumah sakit.

Pasien mengatakan terasa nyeri di leher dan mengatakan sakit saat

menelan.

Keluhan utama

Pasien mengatakan nyeri dan merasa tidak nyaman pada daerah leher

Pasien mengatakan mual dan muntah.

Pasien mengatakan sakit saat menelan

Kronologis keluhan

Pasien mengeluh nyeri di leher

• Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama

atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya,

sebelumnya pasien mengatakan pernah mengalami infeksi pada saluran

tenggorokan dan pernah menjalani perawatan di RS....

• Riwayat Kesehatan Keluarga

Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami

penyakit yang sama

• Riwayat Psikososial dan Spiritual

Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak

penyakit pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien,

Page 18: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

mekanisme koping terhadap stres, persepsi pasien terhadap penyakitnya,

tugas perkembangan menurut usia saat ini, dan sistem nilai kepercayaan.

− Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

Dikaji 14 kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Handerson, seperti :

• Bernafas

Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk,

serta ukur respirasi rate.

• Makan

Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS,

apakah pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.

• Minum

Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah

ada perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya).

• Eliminasi

Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar. Terutama difokuskan

tentang apakah pasien cenderung susah dalam buang air kecil (kaji

kebiasaan dan volume urine) atau mempunyai keluhan saat BAK.

• Gerak aktivitas

Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan

aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah

didiagnosa mengalami Faringitis) atau saat menjalani perawatan di RS.

• Istirahat/tidur

Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pola tidur akibat penyakitnya,

misalnya gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak saat merasa nyeri di leher

• Pengaturan suhu tubuh

Dikaji/ukur TTV pasien untuk mengetahui keadaan umum pasien, apakah

pasien mengalami demam atau tidak. Selain itu, observasi kondisi pasien

mulai dari ekspresi wajah sampai kulit, apakah kulitnya hangat atau

kemerahan, wajahnya pucat atau tidak.

• Kebersihan diri

Page 19: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS, bila perlu libatkan keluarga

pasien dalam melakukan perawatan diri pasien, misalnya saat mandi dan

sebagainya.

• Rasa nyaman

Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala

penyakitnya, misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian bawah (dikaji

dengan PQRST : faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya, lokasi,

lamanya dan skala nyeri)

• Rasa aman

Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan

yang diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat

ditemani keluarganya selama di RS.

• Sosial dan komunikasi

Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan

lingkungan sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya).

• Pengetahuan

Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita saat

ini dan terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya.

• Rekreasi

Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.

• Spiritual

Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien

menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun

sebaliknya.

1. Pengkajian Fisik, meliputi :

• Keadaan Umum, yaitu dengan mengobservasi bentuk tubuh, warna kulit,

kesadaran, dan kesan umum pasien (saat pertama kali MRS)

• Gejala Kardinal, yaitu dengan mengukur TTV (suhu, nadi, tekanan

darah, dan respirasi)

• Keadaan Fisik, yaitu melakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan

auskultasi dari kepala sampai anus, tapi lebih difokuskan pada bagian

Page 20: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

leher

• Pemeriksaan Penunjang, yaitu dari hasil pemeriksaan laboratorium

dengan uji kultur dan uji resistensi

2. Anamnesa

Adanya riwayat merokok,adanya riwayat streptokokus,dan yang penting

ditanyakan apakah klien pernah mengalami nyeri/lesi pada mulut (nyeri

saat menelan)

3. Diagnosa keperawatan :

• Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada tenggorokan

• Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan dengan sekret

yang kental ditandai dengan kesulitan dalam bernafas,

• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kesulitan menelan

• Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber

informasi

4. Perencanaan

Tujuan Intervensi Rasional

1. Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri pasien

berkurang Dengan kriteria hasil:

1. Nyeri pasien berkurang dari skala 5 menjadi 3

2. Pasien tidak tampak meringis

3. TTV normal, Nadi:60-100 x permenit, RR:16-20 x permenit,

TD:100-140/60-90 mmHg, Suhu:36,8-37,2 C

Kaji ulang tingkat nyeri

Ajarkan teknik relaksasi

Kaji TTV

Kolaborasi dalam pemberian analgetik

Agar tepat dalam memilih tindakan untuk mengatasi nyeri, Meningkatkan

relaksasi dan mengurangi nyeri, Untuk mengetahui keaadaan umum

pasien, Untuk mengurangi nyeri

Page 21: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

2. Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat

bernapas lancar Dengan kriteria hasil:

1.Pasien dapat mengeluarkan sputum

2.Pasien mengatakan dapat bernapas dengan lancar

Identifikasi kualitas atau kedalaman nafas pasien

Anjurkan untuk minum air hangat

Ajari pasien untuk batuk efektif

Kolaborasi untuk pemberian ekspektoran

Untuk mengetahui keadaan napas pasien

Untuk mencairkan sputum agar mudah dikeluarkan

Untuk melegakan saluran pernapasan

Untuk mengencerkan dahak

3. Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi

pasien dapat terpenuhi Dengan kriteria hasil:

1.Pasien mengatakan tidak sakit dalam menelan makanan

2.Pasien makan dengan lahap

3.Nafsu makan pasien meningkat

4.Pasien nampak lebih segar

Kaji intake makanan pasien

Anjurkan pasien untuk makan makanan yang tinggi kalori dan serat

kolaborasi dengan ahli gizi

1. Untuk mengetahui adanya peningkatan nafsu makan

2. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien

3. Untuk mendapatkan menu makanan yang sesuai dengan kebutuhannya

3. Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien

meningkat Dengan kriteria hasil:

1. Pasien dapat menyebutkan kembali apa yang dijelaskan perawat

2. Pasien mengangguk dan nampak mengerti

3. Pasien mengatakan mengerti

Kaji tingkat pengetahuan pasien

Page 22: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

Lakukan BHSP

Berikan Health Education

Lakukan evaluasi

1. Untuk mengetahui seberapa tahu pasien akan penyakitnya

2. Agar pasien percaya terhadap perawat

3. Untuk menambah pengetahuan dan informasi tentang penyakitnya

4. Untuk mengetahui daya tangkap pasien setelah diberikan HE

4. Evaluasi

• Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada tenggorokan

S : Pasien mengatakan nyerinya berkurang (penurunan skala nyeri)

O : Wajah pasien tampak relaks (tidak tampak meringis)

TTV normal, Nadi:60-100 x permenit, RR:16-20 x permenit

TD:100-140/60-90mmHg,

Suhu:36,8-37,2C

A : Tujuan tercapai

P : Pertahankan kondisi pasien

• Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan dengan sekret yang

kental ditandai dengan kesulitan dalam bernafas

S : Pasien mengatakan dapat bernapas lancar

O : Pasien dapat mengeluarkan sputum

A : Tujuan tercapai

P : Pertahankan kondisi pasien

• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kesulitan menelan

S : Pasien mengatakan tidak sakit saat menelan makanan

O : - Pasien makan dengan lahap

- Nafsu makan pasien meningkat

- Pasien nampak lebih segar

A : Tujuan tercapai

P : Pertahankan kondisi pasien

Page 23: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

• Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber

informasi

S : Pasien mengatakan mengerti tentang penjelasan perawat

O : - Pasien dapat menyebutkan kembali apa yang dijelaskan perawat

- Pasien mengangguk dan nampak mengerti

A : Tujuan tercapai

P : Pertahankan kondisi pasien

2.3 Tumor Faring

PENDAHULUAN

Tumor faring merupakan suatau tantangan bagi ahli THT, karena faring adalah

bagian integral dari traktus aerodigestif bagian atas. Faring adalah kesatuan antara

nasofaring, orofaring, dan hipofaring yang hamper tidak Nampak batas-batasnya

secara anatomic dan fungsional. Struktur-struktur diatas memiliki fungsi yang

multiple, seperti berbicara dan menelan, pertahanan imunologi dan respirasi.

Tumor pada stadium lanjut akan mengganggu fungsi-fungsi tersebut. Menurut

asal tumor, biologi dan stadium pada saat ditemukan, sifat-sifat tumor faring

bervariasi dari jinak, sampai ganas dan membutuhkan lebih dari satu jenis

penanganan. Pencegahan dan diagnosis dini sangat penting supaya prognosis dan

hasil fungsional operasi baik.

Evaluasi dan penanganan tumor faring memerlukan pengetahuan yang

mendalamtentang anatomi dan embriologi yang relevan, keuntungan dan

kelemahan sistwm staging tumor, factor etiologi, histopatologi, biologi tumor, dan

sifat-sifat klinis tumor. Pengetahuan yang baik mengenai beberapa pilihan terapi

bedah dan non bedah sangan penting untuk melakukan konsultasi dengan pasien

dan merencanakan terapi,

INSIDEN

Page 24: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

Di seluruh dunia, kira-kira ditemukan 390.000 kasus baru kanker cavum oris dan

faring yang didiagnosis setiap tahun. Insidens tumor-tumor ini sangat tinggi di

Asia Tengah, Afrika Selatan, dan Eropa. Data dari negara berkembang

menunjukkan bahwa insidennya pun meningkat.

Di Amerika Serikat, insidens kanker mulut dan faring adalah 11,9/100.000

populasi per tahun dengan rerata 30.000 kasus baru per tahun. Insidens menurut

umur dan angka mortalitas akan meningkat sesuai peningkatan umur dan lebih

tinggi 3 kali lipat pada pria dibandingkan dengan wanita.

GEJALA KLINIS

Gejala dapat dibagi ke dalam tanda-tanda awal dan tanda-tanda lanjut. Tanda-

tanda awal tumor faring sering diabaikan oleh penderita. Gejala-gejala terebut

berupa iritasi tenggorok, rasa terbakar bila memakan makanan yang asam-asam,

benjolan pada leher dan adynophagia. Nyeri alih telinga unilateral juga sering

ditemukan. Hemoptisis atau perdarahan melalui mulut juga dapat terjadi.

Tanda-tanda lanjut meliputi disfagia, disartria atau “Hot Potato Voice”,trismus,

gejala sumbatan jalan nafas, otitis media serosa akibat sekunder dari obstruksi

tuba eustachius, dan penurunan berat badan.

PATOFISIOLOGI

Belum ada kejelasan secara pasti penyebab terjadinya tumor faring, namun

kemungkinan besar disebabkan karena merokok dan polusi udara.

IX. PENATALAKSANAAN

Radioterapi hingga sekarang masih merupakan terapi utama dan pengobatan

tambahan yang dapat diberikan berupa bedah diseksi leher, pemberian tetrasiklin,

interferon, kemoterapi, dan vaksin antivirus. Perhatian terhadap efek samping dari

pemberian radioterapi seperti, mulut terasa kering, jamur pada mulut, rasa kaku di

leher, sakit kepala, mual dan muntah kadang-kadang dapat timbul. Oleh karena itu

dapat dianjurkan pada penderita untuk membawa air minum dalam aktivitas dan

Page 25: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

berusaha menjaga kebersihan pada mulut dan gigi. Pemberian vaksin pada

penduduk dengan resiko tinggi dapat dilakukan untuk mengurangi angka kejadian

penyakit ini pada daerah tersebut.

Diagnosa Keperawatan Tumor

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata

maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 :

17).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Pre Operatif (Wilkinson, M.

Judith, 2006) meliputi :

1) Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman

terhadap perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan

orang yang berarti, krisis situasi atau krisis maturasi.

2) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, efek samping

penanganan, factor budaya atau spiritual yang berpengaruh pada perubahan

penampilan.

3) Koping individu, ketidakefektifan berhubungan dengan perubahan penampilan,

keluhan terhadap reaksi orang lain, kehilangan fungsi, diagnosis kanker.

4) Proses keluarga, perubahan berhubungan dengan terapi yang kompleks,

hospitalisasi/perubahan lingkungan, reaksi orang lain terhadap perubahan

penampilan.

5) Ketakutan berhubungan dengan proses penyakit/prognosis (misalnya kanker),

ketidakberdayaan.

6) Mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan penurunan rentang gerak,

kerusakan saraf/otot, dan nyeri.

Intervensi dan Implementasi Tumor

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan

dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan

(Boedihartono, 1994:20)

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang

telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).

Page 26: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

Intervensi dan implementasi keperawatan pasien Pre Operatif (Wilkinson, M.

Judith, 2006) adalah :

1) Ansietas adalah suatu keresahan, perasaan ketidaknyamanan yang tidak

mudah atau dread yang disertai dengan respons autonomis ; sumbernya

seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu ; perasaan

khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.ini merupakan

tanda bahya yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan

memampukan individu untuk membuat pengukuran untuk mengatasi

ancaman.

Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol.

Kriteria hasil : - klien mampu merencanakan strategi koping untuk situasi-

situasi yang membuat stress.

- klien mampu mempertahankan penampilan peran.

- klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori.

- klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.

- tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.

Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.

Rasional : memudahkan intervensi.

Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas

di masa lalu.

Rasional : mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan

kemampuan mengontrol ansietas.

Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk

mengungkapkan pikiran dan perasaan.

Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk

mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.

Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini,

harapan-harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani.

Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk

mengurangi kecemasan.

Page 27: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari

meskipun dalam keadaan cemas.

Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinya mampu

mengatasi masalahnya dan memberi keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan

dengan pengakuan orang lain atas kemampuannya.

Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.

Rasional : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.

Sediakan informasi faktual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga

menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis.

Rasional : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.

Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.

Rasional : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.

2) Gangguan citra tubuh adalah konfusi pada gaambaran mental dari fisik

seseorang.

Tujuan : pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi

tubuh.

Kriteria hasil : - pasien melaporkan kepuasan terhadap penampilan dan fungsi

tubuh.

- memiliki keinginan untuk menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan.

- menggambarkan perubahan actual pada fungsi tubuh.

Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan non verbal pasien tentang

tubuhnya.

Rasional : factor yang mengidentifikasikan adanya gangguan persepsi pada citra

tubuh.

Kaji harapan pasien tentang gambaran tubuh.

Rasional : mungkin realita saat ini berbeda dengan yang diharapkan pasien

sehingga pasien tidak menyukai keadaan fisiknya.

Dengarkan pasien dan keluarga secara aktif, dan akui realitas adanya

perhatian terhadap perawatan, kemajuan dan prognosis.

Rasional : meningkatkan perasaan berarti, memudahkan saran koping,

mengurangi kecemasan.

Page 28: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

Berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi, jaga privasi dan

martabat pasien.

Rasional : menciptakan suasana saling percaya, meningkatkan harga diri dan

perasaan berarti dalam diri pasien.

3) Koping individu, ketidakefektifan adalah ketidakmampuan membuat penilaian

yang tepat terhadap stressor, pilihan respons untuk bertindak secara tidak adekuat,

dan atau ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang tersedia.

Tujuan : pasien menunjukkan koping yang efektif.

Kriteria hasil : - pasien akan menunjukkan minat terhadap aktivitas untuk mengisi

waktu luang.

- mengidentifikasikan kekuatan personal yang dapat mengembangkan koping

yang efektif.

- menimbang serta memilih diantara alternative dan konsekuensinya.

- berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).

Kaji pandangan pasien terhadap kondisinya dan kesesuaiannya dengan

pandangan pemberi pelayanan kesehatan.

Rasional : mengidentifikasi persepsi pasien terhadap kondisinya.

Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.

Rasional : menghindari ketakutan dan menciptakan hubungan saling percaya,

memudahkan intervensi

Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran perubahan peran yang

realitas.

Rasional : memberikan arahan pada persepsi pasien tentang kondisi nyata yang

ada saat ini.

Bantu pasien dalam mengidentifikasi respons positif dari orang lain.

Rasional : meningkatkan perasaan berarti, memberikan penguatan yang positif.

Libatkan sumber-sumber yang ada di rumah sakit dalam memberikan

dukungan emosional untuk pasien dan keluarga.

Rasional : menciptakan suasana saling percaya, perasaan berarti, dan mengurangi

kecemasan.

Page 29: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

4) Proses keluarga, perubahan adalah suatu perubahan dalam hubungan dan/atau

fungsi keluarga.

Tujuan : pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan dalam peran

keluarga.

Kriteria hasil : - pasien/keluarga mampu mengidentifikasi koping.

- pasien/keluarga berpartisipasi dalam proses membuat keputusan berhubungan

dengan perawatan setelah rawat inap.

Kaji interaksi antara pasien dan keluarga.

Rasional : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

Bantu keluarga dalam mengidentifikasi perilaku yang mungkin

menghambat pengobatan.

Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi.

Diskusikan dengan anggota keluarga tentang tambahan ketrampilan

koping yang digunakan.

Rasional : membantu keluarga dalam memilih mekanisme koping adaptif yang

tepat .

Dukung kesempatan untuk mendapatkan pengalaman masa anak-anak

yang normal pada anak yang berpenyakit kronis atau tidak mampu.

Rasional : memudahkan keluarga dalam menciptakan/memelihara fungsi anggota

keluarga.

5) Ketakutan adalah ansietas yang disebabkan oleh sesuatu yang dikenali secara

sadar dan bahaya nyata dan dipersepsikan sebagai bahaya yang nyata.

Tujuan : pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.

Kriteria hasil :

- mencari informasi untuk menurunkan ketakutan.

- menggunakan teknik relaksasi untuk menurnkan ketakutan.

- mempertahankan penampilan peran dan hubungan social.

Kaji respons takut subjektif dan objektif pasien.

Rasional : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

Page 30: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

Berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan perilaku yang

dapat menurunkan atau mengurangi takut.

Rasional : mempertahankan perilaku koping yang efektif.

Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk

mengungkapkan pikiran dan perasaan.

Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk

mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.

Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini,

harapan-harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani.

Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk

mengurangi kecemasan.

6) Mobilitas fisik, hambatan adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian,

pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih.

Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

Kriteria hasil :

- penampilan yang seimbang..

- melakukan pergerakkan dan perpindahan.

- mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik:

0 = mandiri penuh

1 = memerlukan alat Bantu.

2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan

pengajaran.

3= membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.

4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.

Rasional : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.

Rasional : mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena

ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.

Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.

Page 31: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

Rasional : menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.

Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.

Rasional : mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.

Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.

Rasional : sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan

mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

Evaluasi

Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan

dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi

tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, Christine. 2001).

Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Pre Operasi Tumor adalah :

1) Ansietas berkurang/terkontrol.

2) Pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh.

3) Pasien menunjukkan koping yang efektif.

4) Pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan dalam peran keluarga.

5) Pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.

6) Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

DISKUSI

Tumor faring merupakan kasus yang menantang para ahli bedah. Hal tersebut

disebabkan karena kompleksnya struktur pembuluh darah dan saraf yang berada

pada daerah tersebut. Selain hal tersebut, penanganan jalan nafas harus menjadi

perhatian serius. Pada kasus ini dilakukan dua kali operasi untuk melakukan

ekstirpasi tumor orofaring yang sudah ekstensi ke nasofaring dan hipofaring.

Pasca operasi terjadi keluhan berupa disfagia motorik yang terjadi akibat paralisis.

Dilakukan fisioterapi selama 3 minggu, terdapat perubahan yang signifikan.

Page 32: Tonsilitis, Faringitis, Tumor Faring

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. Edisi 8.

Jakarta:EGC

Carpenito, Lynda Jual. 2002. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10.

Jakarta : EGC

Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta:

EGC