bab 1 pendahuluan

4
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan keseimbangan sering dikeluhkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah pusing. Pusing atau vertigo diartikan sebagai sensasi berputar tanpa adanya pemutaran dan merupakan gejala bila salah satu labirin pada telinga dalam meradang (Ganong, 2008). Menurut jurnal otorhinolaringologi di Brazil, data menunjukkan sekitar 5% sampai 10% penderita mengunjungi dokter setiap tahunnya karena gejala tersebut dan sekitar 40% diantaranya berusia di atas 40 tahun (Vaz et al., 2008). Menurut penelitian yang dilakukan di Jerman, prevalensi vertigo dalam 12 bulan terakhir sekitar 22,9% dan insidensinya sekitar 3,1%. Vertigo dibagi menjadi vertigo vestibular dan nonvestibular. Prevalensi vertigo vestibular sebesar 4,8% dan insidensinya 1,4% dari total sampel yang diteliti. Dampak vertigo vestibular ini antara lain penderita datang ke dokter untuk konsultasi medis sekitar 70%, izin dari pekerjaan karena sakitnya sekitar 41%, mempengaruhi aktivitas sehari-hari 40%, dan menghindari untuk meninggalkan rumah karena gejala tersebut 19%. Frekuensi pasien vertigo vestibular yang mengunjungi dokter sebagai berikut: benign paroxysmal positional vertigo 78%, vertigo jenis migren 67% dan vertigo vestibular lainnya 67% (Neuhauser et al., 2008). Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah salah satu jenis vertigo vestibular tipe perifer yang paling sering dijumpai yang ditandai dengan serangan-

Upload: andri

Post on 17-Feb-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan keseimbangan sering dikeluhkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah pusing. Pusing atau vertigo diartikan sebagai sensasi berputar tanpa adanya pemutaran dan merupakan gejala bila salah satu labirin pada telinga dalam meradang (Ganong, 2008). Menurut jurnal otorhinolaringologi di Brazil, data menunjukkan sekitar 5% sampai 10% penderita mengunjungi dokter setiap tahunnya karena gejala tersebut dan sekitar 40% diantaranya berusia di atas 40 tahun (Vaz et al., 2008). Menurut penelitian yang dilakukan di Jerman, prevalensi vertigo dalam 12 bulan terakhir sekitar 22,9% dan insidensinya sekitar 3,1%. Vertigo dibagi menjadi vertigo vestibular dan nonvestibular. Prevalensi vertigo vestibular sebesar 4,8% dan insidensinya 1,4% dari total sampel yang diteliti. Dampak vertigo vestibular ini antara lain penderita datang ke dokter untuk konsultasi medis sekitar 70%, izin dari pekerjaan karena sakitnya sekitar 41%, mempengaruhi aktivitas sehari-hari 40%, dan menghindari untuk meninggalkan rumah karena gejala tersebut 19%. Frekuensi pasien vertigo vestibular yang mengunjungi dokter sebagai berikut: benign paroxysmal positional vertigo 78%, vertigo jenis migren 67% dan vertigo vestibular lainnya 67% (Neuhauser et al., 2008). Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah salah satu jenis vertigo vestibular tipe perifer yang paling sering dijumpai yang ditandai dengan serangan-serangan pusing berputar yang menghilang secara spontan. BPPV ini merupakan suatu sindroma sebagai gejala sisa dari penyakit pada telinga dalam (S., Andradi, 2002). Menurut penelitian von Brevern et al. (2006) di Jerman, prevalensi BPPV adalah 2,4% dengan prevalensi dalam 1 tahun adalah 1,6% dan insidensinya 0,6%. Menurut penelitian di Neuro-otologists Dizziness Clinics, Korea, dari 1.692 pasien penderita BPPV, 67,7% adalah wanita, 32,3% adalah laki-laki dengan usia rata-rata penderita 54,8 ± 14 tahun. BPPV ini dapat terjadi pada semua kanalis

Page 2: Bab 1 Pendahuluan

semisirkularis di telinga dalam, akan tetapi data menunjukkan sebagian besar BPPV terjadi pada kanal semisirkular posterior (PC-BPPV) sebesar 60-90% kasus dan horizontal (HC-BPPV) sebesar 5-30% kasus (Moon et al., 2006). Hingga saat ini, peneliti belum menemukan data terbaru yang menunjukkan angka prevalensi dan karakteristik pasien penderita BPPV di Indonesia, khususnya di Medan. Atas dasar ini, penulis tertarik untuk mendata dan melihat karakteristik pasien penderita BPPV di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2012-2013. Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik karena merupakan salah satu rumah sakit pemerintah tipe A dan rumah sakit rujukan regional Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. Oleh karena itu penulis mengharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat menggambarkan secara keseluruhan pasien penderita BPPV di Medan, Sumatera Utara. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah karakteristik pasien penderita BPPV di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2012-2013? ” 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien penderita BPPV di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2012-2013. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui prevalensi pasien penderita BPPV di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2012-2013. 2. Mengetahui usia, jenis kelamin, dan pekerjaan pasien penderita BPPV di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2012-2013. 3. Mengetahui penyebab tersering BPPV di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2012-2013.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Kepada peneliti - Menambah wawasan peneliti dalam mempelajari kasus BPPV khususnya di RSUP H. Adam Malik Medan. 2. Kepada pihak institusi dan praktisi medis - Hasil penelitian yang diperoleh dapat dipergunakan sebagai data epidemiologi kasus BPPV di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2012-2013. - Memberi informasi tentang usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan penyebab tersering pasien penderita BPPV di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2012-2013. 3. Kepada peneliti lain - Sebagai sumber informasi data epidemiologi untuk penelitian ilmiah mengenai BPPV di masa mendatang. Un