bab 1 - pendahuluan

10
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB Paru) ialah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini telah dikenal hampir di seluruh dunia sebagai penyakit kronis yang dapat menurunkan daya tahan fisik penderitanya secara serius. Hal itu terjadi diakibatkan oleh proses destruksi jaringan paru yang bersifat permanen. Disamping proses destruksi, terjadi pula proses restorasi atau penyembuhan jaringan paru sehingga terjadi perubahan struktural yang bersifat menetap serta bervariasi yang menyebabkan berbagai macam kelainan faal paru. 1 Oleh karena itu, penyakit tuberculosis telah menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat, tidak hanya di negara berkembang, tetapi juga di negara maju. WHO memperkirakan bahwa sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh TB paru. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya jumlah penderita TB paru yang 1

Upload: nainazahra

Post on 25-Sep-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pendahuluan TB paru

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuberkulosis paru (TB Paru) ialah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini telah dikenal hampir di seluruh dunia sebagai penyakit kronis yang dapat menurunkan daya tahan fisik penderitanya secara serius. Hal itu terjadi diakibatkan oleh proses destruksi jaringan paru yang bersifat permanen. Disamping proses destruksi, terjadi pula proses restorasi atau penyembuhan jaringan paru sehingga terjadi perubahan struktural yang bersifat menetap serta bervariasi yang menyebabkan berbagai macam kelainan faal paru.1 Oleh karena itu, penyakit tuberculosis telah menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat, tidak hanya di negara berkembang, tetapi juga di negara maju.

WHO memperkirakan bahwa sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh TB paru. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya jumlah penderita TB paru yang ditemukan di masyarakat sejak tahun 1993. Oleh sebab itu, pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa TB paru merupakan kedaruratan global bagi kemanusiaan dikarenakan banyaknya jumlah kasus tuberkulosis paru dan kegagalan dalam penyembuhan penyakit tersebut terutama pada negara yang dikelompokkan ke dalam 22 negara dengan masalah tuberkulosis paru besar (high burden countries) termasuk negara Indonesia.2,3

Jumlah kasus terbanyak penyakit tuberkulosis adalah regio Asia Tenggara (35%), region Afrika (30%) dan regio Pasifik Barat (20%). Dari hasil data WHO tahun 2009, lima negara dengan insidens kasus terbanyak yaitu India (1,6-2,4 juta), China (1,1-1,5 juta), Afrika Selatan (0,4-0,59 juta), Nigeria (0,37-0,55 juta) dan Indonesia (0,35-0,52 juta). India menyumbangkan kira-kira seperlima dari seluruh kasus didunia (21%).4Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia dari data Riskedas 2012. Insidensi tertinggi kasus TB di Indonesia adalah 222 per 100.000 penduduk sedangkan angka insidensi terendah sebesar 155 per 100.000 penduduk. Untuk angka prevalensi tertinggi kasus TB di Indonesia yaitu 489 per 100.000 penduduk sedangkan angka prevalensi terendahnya adalah 130 per 100.000 penduduk. Adapun angka kematian tertingggi yaitu 48 per 100.000 penduduk dan angka kematian terendah yaitu 12 per 100.000 penduduk. Angka-angka ini menggambarkan bahwa kasus TB paru di Indonesia masih cukup tinggi.5 Pencapaian di tingkat provinsi masih menunjukkan disparitas antar wilayah. Sebanyak 28 provinsi di Indonesia belum dapat mencapai angka penemuan kasus (CDR) 70% dan hanya 5 provinsi menunjukkan pencapaian 70% CDR dan 85% kesembuhan.4,7

Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Sumatera Selatan tahun 2012, angka penemuan kasus TB paru (CDR) BTA positif mencapai 62% dan angka kesembuhan 92% maka untuk CDR belum tercapai akan tetapi data kesembuhan sudah tercapai dengan capaian 90 % dengan target 85%.Berdasarkan data Profil Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun 2012 pencapaian penemuan kasus TB (CDR) BTA positif mencapai 56,6%, pada tahun 2013 meningkat menjadi 59,9% namun pencapaian penemuan dan penanganan TB paru BTA positif pada tahun 2014 menurun menjadi 58,6%, angka-angka tersebut masih jauh dari target kota Palembang yaitu sebesar 70%.8 Akan tetapi, untuk angka kesembuhan, telah menunjukkan pencapaian yang berarti yaitu pada tahun 2012 angka penyembuhan mencapai 91,19% dan tahun 2013 yaitu 92,07%. Angka ini telah mencapai target yaitu 85%.Sedangkan berdasarkan profil Puskesmas Padang Selasa Palembang didapatkan data bahwa pada tahun 2012 dan 2013 pencapaian penemuan kasus TB paru BTA positif sebesar 35%, kemudian pada tahun 2014 cakupan penemuan TB paru BTA positif mengalami penurunan yaitu hanya 30,9%.9 Pencapaian ini sangatlah kecil apabila dibandingkan dengan target Puskesmas yaitu 70%.

Penetapan masalah cakupan penemuan kasus TB paru (CDR) BTA positif menjadi masalah dan kami mencoba meyakinkan dan mengetahui indikator dari program tersebut yang mana bermasalah dengan menganalisa menggunakan metode USG. Dari 5 masalah program wajib Puskesmas Padang Selasa, didapatkan hasil selengkapnya pada tabel berikut: Tabel 1.1. Cakupan Program Wajib Yang Bermasalah Pada Puskesmas Padang Selasa Tahun 2014MasalahUSGTotal

Belum tercapainya indikator penemuan kasus baru TB paru BTA positif. (Target:70%)545100

Belum tercapainya indikator penemuan kasus pneumonia. (Target: 80%)44464

Belum tercapainya cakupan pemberian ASI eksklusif (Target:80%)33448

Belum tercapainya cakupan penerapan rumah sehat. (Target:85%)33545

Belum tercapainya indicator UCI. (Target: 100%)44464

Sumber : Profil Puskesmas Padang SelasaSetelah dilakukan penilaian dengan metode USG, akhirnya teridentifikasi yang menjadi prioritas program wajib yang bermasalah adalah cakupan penemuan kasus baru TB paru BTA positif. Hal inilah yang menjadi alasan dasar untuk melakukan studi kasus mengenai analisa faktor kunci keberhasilan untuk meningkatkan cakupan penemuan kasus baru TB paru BTA positif di wilayah kerja Puskesmas Padang Selasa Kota Palembang.Oleh karena rendahnya cakupan penemuan kasus tuberkulosis paru BTA positif terutama di wilayah kerja Puskesmas Padang Selasa, maka diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan cakupan tersebut. Pada buku Pedoman Penanggulangan TB Paru, untuk menemukan kasus baru TB paru yaitu dengan active case finding, passive case finding dan kunjungan rumah. Akan tetapi, upaya yang telah dilakukan untuk menanggulangi permasalahan TB dari sejak awal tahun 1990-an ialah strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-efective). Penerapan strategi DOTS secara baik, disamping secara cepat menekan penularan, juga mencegah berkembangnya MDR-TB.4 Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan kepada pasien TB tipe menular. Strategi ini akan memutuskan penularan TB dan dengan demkian menurunkan insidens TB di masyarakat.4Meskipun strategi DOTS telah dijalankan, tetap diperlukan upaya bersama dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada penderita TB Paru. Agar pelayanan ini optimal perlu sebuah pengelolaan yang baik dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat, meliputi temuan awal tuberculosis, maka studi kasus yang coba kami buat yaitu untuk mendapatkan inforrmasi tentang faktor-faktor yang mendukung dan menghambat yang dapat mempengaruhi cakupan tersebut serta solusi atau alternatif pemecahan masalah apa yang dapat ditawarkan dan dilakukan untuk menangani permasalahan cakupan penemuan kasus baru TB paru BTA positif di wilayah kerja Puskesmas Padang Selasa.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran cakupan penemuan penyakit TB paru BTA positif di wilayah kerja Puskesmas Padang Selasa pada tahun terakhir 2014 ?

2. Apa saja faktor-faktor penghambat penemuan kasus baru TB paru BTA positif yang terjadi sepanjang pelaksanaan program pencegahan dan penanggulangan TB paru yang dijalankan.?3. Apa saja faktor-faktor pendukung penemuan kasus baru TB paru BTA positif yang terjadi sepanjang pelaksanaan program pencegahan dan penanggulangan TB paru yang dijalankan.?4. Bagaimanakah prioritas pemecahan masalah mengenai penemuan kasus penyakit TB paru BTA positif di wilayah kerja Puskesmas Padang Selasa ?

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1.Tujuan Umum

Mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berperan serta prioritas pemecahan masalah dalam meningkatkan cakupan penemuan kasus baru TB paru BTA positif.1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berperan dalam meningkatkan cakupan penemuan kasus baru TB paru BTA positif.2. Mengetahui faktor-faktor penghambat penemuan kasus baru TB paru BTA positif yang terjadi sepanjang pelaksanaan program pencegahan dan penanggulangan TB paru yang dijalankan.3. Mengetahui faktor-faktor pendukung penemuan kasus baru TB paru BTA positif yang terjadi sepanjang pelaksanaan program pencegahan dan penanggulangan TB paru yang dijalankan.4. Mengetahui prioritas pemecahan masalah penemuan kasus baru TB paru BTA positif di wilayah kerja Puskesmas Padang Selasa. 1.4.Manfaat Penelitian a. Dinas KesehatanSebagai bahan masukan dan informasi kepada Dinas Kesehatan dalam pengendalian dan pencegahan penyakit TB paru di wilayah kerja Puskesmas Padang Selasa. b. PuskesmasSebagai masukan dan pertimbangan dalam merencanakan program pencegahan penyakit TB paru di wilayah kerja Puskesmas Padang Selasa di masa yang akan datang.c. Masyarakat

Dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB paru dan bagaimana cara pencegahan penyakit TB paru sehingga angka kematian akibat TB paru dapat berkurang.d. Mahasiswa

Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis serta dapat dijadikan rujukan penulisan bagi rekan-rekan mahasiswa lainnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut.6