bab 1-2.doc
TRANSCRIPT
1
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 KONSEP DADAR CEREBRAL PALSY
1.1.1 DEFINISI
Cerebral palsy ialah suatu gangguan nonspesifik yang disebabkan oleh
abnormalitas system motor piramida (motor kortek,basal ganglia dan otak kecil)yang
ditandai dengan kerusakan pergerakan dan postur pada serangan awal (Suriadi:
2006).
Cerebral palsy adalah kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak
progresif,terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi
perkembangan otak normal denga gambaran klinik dapat berubah selama hidup dan
menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan,disertai kelainan neurologis
berupa kelumpuhan spastis ,gangguan ganglia basal dan sebelum juga kelainan
mental (Ngastiyah: 2000)
Cerebral palsy adalah ensefalopatistatis yang mungkin di definisikan sebagai
kelainan postur dan gerakan non-progresif,sering disertai dengan epilepsy dan
ketidak normalan bicara,penglihatan, dan kecerdasan akibat dari cacat atau lesi otak
yang sedang berkembang (Behrman:1999).
Jadi dapat disimpulkan, Cerebral Palsy ialah suatu keadaan kerusakan jaringan
otak yang kekal dan tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak
dilahirkan) dan merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinis dapat
berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan,
disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia, basal,
cereblum dan kelainan mental.
1.1.2 ETIOLOGI
Penyebab dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1.1.2.1 Pranatal
Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin,
misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela dan penyakit iklusi sitomegalik. Kelainan
yang menyolok biasanya gangguan pergerakan dan retardasi mental. Anoxia dalam
11
2
kandungan, terkena radiasi sinar-X dan keracunan kehamilan dapat menimbulkan
cerebral palsy.
1.1.2.2 Perinatal
1) Anoksia / hipoksia
Penyebab yang terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah brain injury.
Kelainan inilah yang menyebabkan anoksia. Hal ini terdapat pada keadaan persentase
bayi abnormal, disproporsi sefalo-pelviks, partus lama, plasenta previa, infeksi
plasenta, partus menggunakan bantuan instrumen tertentu dan lahir dengan sectio
caesar.
2) Perdarahan otak
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar
membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak, mengganggu
pusat pernafasan dan peredaran darah, sehingga terjadi anoksia. Perdarahan dapat
terjadi di ruang subaraknoid akan menyebabkan penyumbatan CSS, sehingga
mengakibatkan hidrocefalus. Perdarahan di subdural dapat menekan korteks serebri,
sehingga timbul kelumpuhan spastis.
3) Prematuritas
Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan otak lebih
banyak dibandingkan bayi cukup bulan, karena pembuluh darah, enzim, faktor
pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna.
4) Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang
kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada kelainan
inkompatibilitas golongan darah.
5) Meningitis purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat
pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa cerebral palsy.
1.1.2.3 Pascanatal
Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan dapat
menyebabkan cerebral palsy. Misalnya pada trauma kapitis, meningitis ensefalitis
dan luka parut.
3
Faktor predisposisi:
Virus Prematuritaspurulenta
Infeksi terjadi dalam masa kandungan
Kelainan pada janin
Meningitis purulenta
Perdarahan otak Pembedahan Ikterus
Masuknya bilirubun ke ganglia basal
Kerusakan jaringan otak yang kekal
Gangguan pusat pernafasan dan peredaran darah
Anoksia/haipoksia
Cerebral Palsy
B6 (Bone)B5 (Bowel)
1.1.3 WOC Cerebral Palsy
Kemampuan menelan terganggu, nafsu makan menurun
MK. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuuh
Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan
Kerusakan motorik
Kelumpuhan spastisitas: hemiplegi kanan
Gangguan mobilitas fisik
4
1.1.4 GEJALA KLINIS
Gangguan motorik berupa kelainan dan lokalisasi serta kelainan bukan motorik
yang menyulitkan gambaran klinis „cerebral palsy‟.
1.1.4.1 Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang disertai dengan klonus dan
refleks Babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan tidak hilang
meskipun penderita dalam keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak sama derajatnya
pada suatu gabungan otot, karena itu tampak sikap yang khas dengan kecendrungan
terjadi kontraktur. Golongan spastitis ini meliputi 2/3 – ¾ penderita „cerebral palsy‟
Bentuk kelumpuhan spastitis tergantung kepada letak dan besarnya kerusakan, yaitu:
1) Monoplegia/monoparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat
dari yang lainnya
2) Hemiplegia/diparesis
Kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang sama
3) Diplegia/diparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi tungkai lebih hebat dari pada lengan
4) Tetraplegia/tetraparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi lengan lebih atau sama hebatnya
dibandingkan dengan tungkai
1.1.4.2 Tonus otot yang berubah
Bayi pada golongan ini pada usia bulan pertama tampak flasio dan berbaring
seperti kodok terlentang, sehingga tampak seperti kelainan pada lower motor neuron.
1.1.4.3 Koreo-atetosis
Kelainan yang khas ialah sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi
sendirinya (involuntary movement).
1.1.4.4 Ataksia
Ataksia ialah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flasid
dan menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat.
5
1.1.4.5 Gangguan pendengaran
Terdapat pada 5 – 10% anak dengan „cerebral palsy‟. Gangguan berupa
kelainan neurogen terutama persepsi nada tinggi, sehingga sulit menangkap kata-kata.
Terdapat pada golongan koreo- atetosis.
1.1.4.6 Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retardasi mental. Gerakan yang
terjadi dengan sendirinya di bibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot
tersebut, sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur.
1.1.4.7 Gangguan mata
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi.
Pada keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak. Hampir 25% derita cerebral
palsy menderita kelainan mata.
1.1.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis cerebral
palsy ditegakkan.
2) Fungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebabnya
suatu proses degeneratif. Pada cerebral palsy, CSS normal.
3) Pemeriksaan EGG dilakukan pada penderita kejang atau pada golongan
hemiparesis baik yang disertai kejang maupun yang tidak.
4) Foto rontgen kepala.
5) Penilaian psikologis perlu kerjakan untuk tingkat pendidikan yang dibutuhkan.
6) Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain dari retardasi mental.
1.1.6 PENGOBATAN
Pengobatan khusus tidak ada, hanya simtomatik. Pada keadaan ini perlu
kerjasama yang baik dan merupakan suatu team antara dokter anak, neurolog,
psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikologi, fisioterapi, occupational
therapist, pekerja sosial, guru sekolah luar biasa dan orang tua penderita.
Selain itu dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti di bawah ini:
6
1) Fisioterapi
2) Pendidikan
3) Obat-obatan
1.1.7 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan terdiri dari:
1) Non pembedahan: Pemberian acetazolamide, isosorbide atau furosemid
mengurangi produksi cairan setebrospinal.
2) Pembedahan: Pengangkatan penyebab obstruksi misalnya: Neoplasma, kista, atau
hematom, pemasangan shunt yang bertujuan untuk mengalirkan cairan
serebrospinal yang berlebihan dari ventrikel ke ruang ekstra kranial, misalnya
kerongga peritonium, atrium kanan, dan rongga pleural.
7
1.2 KONSEP DASAR MANAJEMEN KEPERAWATAN
1.2.1 PENGKAJIAN
1) Identifikasi anak yang mempunyai resiko
2) Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak daripada wanita
3) Kaji iritabel anak, kesukaran dalam makan, perkembangan terlambat,
perkembangan pergerakan kurang, postur tubuh yang abnormal, refleks bayi
persisten, ataxic, kurangnya tonus otot.
4) Monitor respon untuk bermain
5) Kap fungsi intelektual
(1) Pemeriksaan Fisik
a) Muskuluskeletal : spastisitas, Ataksia
b) Neurosensory : gangguan menangkap suara tinggi, Gangguan bicara, Anak
berliur, Bibir dan lidah terjadi gerakan dengan sendirinya, Strabismus
konvergen dan kelainan refraksi
c) Eliminasi : konstipasi
d) Nutrisi : intake yang kurang
(2) Pemeriksaan Laboraturium dan Penunjang
a) Pemeriksaan pendengaran ( untuk menentukan status pendengaran )
b) Pemeriksaan penglihatan ( untuk menentukan status fungsi penglihatan )
c) Pemeriksaan serum, antibody : terhadap rubela, toksoplasmosis dan herpes
d) MRI kepala / CT scan menunjukkan adanya kelainan struktur maupun
kelainan bawaan : dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak
vertikal.
e) EEG : mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum
( ensefalins ) / volsetasenya meningkat ( abses )
f) Analisa kromosom
g) Biopsi otot
h) Penilaian psikologik
8
1.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular dengan kelemahan otot.
2) Risiko injuri b.d ifeksi pada otak besar dan pergerakan yang tidak terkontan.
3) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan sistem
nervous.
4) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d proses penyakit.
1.2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular dengan kelemahan otot.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x6 jam pertemuan
mobilisasi anak membaik dengan criteria hasil:
a) Keseimbangan tubuh
b) Perpindahan otot
c) Jalannya
INTERVENSI:
1) Terapi mobilitas
R: mengurangi resiko dekubitus
2) Motifasi pasien untuk pemulihan
R: motifasi untuk memberikan dukungan agar tidak putus asa
3) Jelaskan kepada pasien atau keluarga tentang tujuan dan rencana untuk ikut
serta latihan gerak badan
R: agar keluarga dapat mempraktikkan sendiri dan mengajar anaknya ketika
bersama
4) Monitor lokasi dan kegelisahan atau aktivitas untuk pengalihan nyeri
R: cara untuk mengalihkan nyeri
5) Beri pakaian pasien yang tidak membatasi
R: agar pasien leluasa dalam bergerak
6) Beri PROM atau gerakan AROM
R: kolaborasi.
9
2) Risiko injuri b.d ifeksi pada otak besar dan pergerakan yang tidak terkontan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x6 jam diharapkan
keamanan diri pasien terjamin dengan kriteria Hasil :
a) Deskripsi langkah-langkah untuk mengurangi risiko cedera disengaja
b) Deskripsi ukuran untuk mencegah jatuh
c) Deskripsi tingkah laku yang beresiko tinggi
INTERVENSI:
1) Identifikasi tingkah laku dan faktor yang dapat menyebabkan resiko jatuh
R: untuk mengetahui faktor2 yang menyebabkan resiko jatuh agar dapat
meminimalkan resiko jatuh
2) Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang dapat meningkatkan potensial
untuk jatuh
R: untuk mengetahui lingkungan yang berbahaya untuk pasien sehingga
dapat menghindari lingkungan tersebut
3) Ajarkan pasien bagaimana cara jatuh yang dapat meminimalkan cedera
R: untuk meminimalisasi cedera, agar tidak terlalu parah
4) Ajarkan anggota keluarga tentang faktor resiko jatuh dan bagaimana mereka
dapat menurunkan resiko
R: agar keluarga mengetahui faktor2 yang dapat memberikan resiko pasien
untuk jatuh, sehingga harapannya keluargaa dapat menghindarkan pasien
dari faktor resiko jatuh
5) Sarankan adaptasi rumah untuk meningkatkan keamanan
R: supaya keamanan pasien terjamin
3) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan sistem
nervous.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x6 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi klien seimbang/adekuat dengan criteria hasil:
a) Pemasukan vitamin, karbohidrat, kalsium, protein dan kalori adekuat
10
INTERVENSI:
1) Monitor makanan atau cairan dan pemasukan kalori harian bila diperukan
R: Untuk mengetahui apakah nutrisi pada anak terpenuhi atau tidak
2) Pilih suplemen yang tepat
R: Untuk menambah nafsu makan
3) Anjurkan makan yg tinggi kalsium
R: Untuk meningkatkan kebutuhan kalsium dan gizi seimbang
4) Kaji nutrisi makanan yg lengkap
R: Untuk mengetahui status gizi anak
5) Anjurkan pasien duduk setelah makan
R: Agar makanan yang sudah ada di lambung tidak dikeluarkan kembali/ di
muntahkan
6) Anjurkan pemasukan makanan yang tinggi potasium secara tepat
R: Untuk melengkapi gizi seimbang
7) Berikan pasien dan keluarga sampel diet pada cerebral palsy
R: Keluarga dapat menyiapkan menu sesuai dengan kebutuhan anak
8) Pastikan diet mengandung yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi
R: Untuk mencegah konstipasi
9) Atur pola makan
R: Pola makan yang teratur agar pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak
terpenuhi.
10) Sediakan pasien dengan makanan yang tinggi protein, kalori, kolaborasi
dengan ahli nutrisi dan minuman yang siap dikonsumsi
R: Kolaborasi terapi gizi
11) Oral hygiene
R: Menjaga kebersihan mulut
12) Monitor hasil lab.
R: Untuk mengetahui adanya gangguan
11
4) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d proses penyakit.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan kep. Selama 5x pertemuan orangtua pasien
mengerti tentang pemberian stimulasi kepada anak.
Kriteria Hasil :
a) Menstimulasikan pertumbuhan spiritual dan emosional
b) Menstimulasikan perkembangan kognitif
c) Berinteraksi baik dengan anak
d) Memilih suplemen tambahan yang tepat
e) Menyediakan pengawasan untuk anak dengan tepat
f) Bina hubungan kasih sayang
g) Menyediakan kebutuhan fisik anak
h) Menggunakan bahasa yang positif saat berbicara dengan anak
INTERVENSI:
1) Menyanyi dan bicara pada anak
R: Untuk melatih kerja otak anak
2) Pasilitasi anak untuk berhubungan dengan teman sebaya
R: Agar anak memiliki teman dan tidak bosan
3) Bangun interaksi satu sama lain
R: Agar tercipta hubungan saling percaya
4) Sediakan aktivitas yang dianjurkan untuk berinteraksi dgn teman
sebayanya
R: Aktifitas merupakan cara untuk menghilangkan stress
5) Berikan perhatian saat dibutuhkan
R: Perhatian merupakan kebutuhan yang sangat dibutuhkan agar anak tidak
merasa kesepian
6) Ajarkan anak untuk mencari pertolongan dari orang lain
R:bila anak perlu bantuan, anak tahu cara untuk meminta tolong.
7) Pasilitasi perhatian atau kontak dengan teman kelompoknya
R: Untuk menghilangkan stress dan meraakan udara segar
8) Identifikasi kebutuhan spesial anak.
12
R: Untuk melatih anak agar tidak tergantung pada orang lain
1.2.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, dimana tindakan
yang digunakan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Implementasi dilakukan sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan masalah
keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan menuliskan waktu pelaksanaan
dan respon klien (Patricia A. Potter, 2005).
1.2.5 EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi menentukan respons klien terhadap tindakan keperawatan dan
seberapa jauh tujuan perawatan telah terpenuhi ((Patricia A. Potter, 2005).
13
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis,
Edisi 9. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC..
Potter, Patricia A. 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik
Edisi 4. Jakarta: EGC.
Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Ngastiyah. 2000. Perawatan Anak Sakit.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wilkinson,M,Judith. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Adnyana, I Made Oka. 2007. Cerebral Palsy Ditinjau dari Aspek Neurologi.
Available from: http://www.cerminduniakedokteran.com. (Diunduh pada
tanggal 18 Desember 2014)
Anggra. 2009. Cerebral palsi. Available from: http://sugengrawuh.blogspot.com.
(Diunduh pada tanggal 5 Desember 2010)
Eaton, Marilyn, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatn Pediatrik, Volume 2. Jakarta:
EGC.
http://www.indonesiaindonesia.com/f/12784-cerebral-palsy/. (Diunduh pada tanggal
18 Desember 2014)
14
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 PENGKAJIAN
2.1.1 Anamnesa (pengkajian tanggal 23 Desember 2014)
2.1.2 Identitas Pasien
Nama Klien : An. T
TTL : Malang, 27 November 2007 (7 Tahun)
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen protestan
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : -
Alamat : Jl. Kapuas FI N0. 22 Panti Bakti Luhur
Surabaya (Wisma Paul)
Diagnosa Medis : Cerebral Palsy
Berapa Lama Tinggal di
Panti
4 Tahun
2.1.3 Identitas Penanggung Jawab
Nama : Sr. F
TTL : Kefa, 1 April 1979
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Katholik
Suku/Bangsa : NTT/ Indonesia
Pendidikan : DII Institut Pastoral Indonesia (IPI) Malang
Alamat : Jl. Kapuas FI N0. 22 Wisma Tropodo
(Asrama Paul)
Hubungan Keluarga : Suster/Ibu Asuh di Panti
15
2.1.4 Keluhan Utama
Kelemahan/kekakuan pada kedua tangan dan kaki.
2.1.5 Riwayat Kesehatan
2.1.5.1 Riwayat Kesehatan sekarang
Suster/pengasuh mengatakan An. T di diagnosa mengalami cerebral palsy.
An.T mengalami kelemahan/kekakuan pada kedua tangan dan kaki. An. T tidak
mampu berbicara, hanya mengerang, semua ADL An. T dibantu oleh suster/pengasuh.
Suster/pengasuh wisma paul mengatakan bahwa An. T berusia 7 tahun dengan BB: 10
kg, TB: 100 cm serta mengalami keterlambatan pertumbuhan karena adanya
gangguan fisik sejak lahir dan sampai sekarang An. T masih mengalami kelemahan
pada kedua kaki dan tangannya
2.1.5.2 Riwayat Kesehat Lalu
An. T masuk Panti Asuhan Bakti Luhur di antar oleh keluarganya sejak 3
tahun yang lalu. Menurut suster/pengasuh panti An. T sudah mengalami kelainan
fisik sejak dibawa ke panti. seluruh Activity Daily Living (ADL) dibantu oleh
suster/pengasuh, An. T hanya terbaring atau duduk tetapi harus menggunakan
sandaran. An. T tidak mampu berbicara, hanya mengerang. Hasil diagnosa medis An.
T mengalami cerebral palsy.
2.1.5.3 Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ditemukan data untuk riwayat kesehatan keluarga An. T
2.1.5.4 Susunan Genogram
Tidak ditemukan data yang lengkap tentang susunan genogram keluarga An.
T, yang diketahui bahwa An. T adalah anak pertama dari dua bersaudara.
2.1.6 Pemeriksaan Fisik
2.1.6.1 Keadaan Umum
Tingkat kesadaran pasien compos mentis, An. T tampak duduk dibangku
dengan sandaran atau berbaring diruangan tengah wisma dengan posisi kepala
mendongak ke atas kadang nampak gerakan kecil menoleh kesamping dengan air liur
sering menetes. An. T tidak mampu berbicara, hanya bisa mengerang dan tersenyum.
16
An. T tampak kesulitan menggerakkan kaki dan tangannya. Tampak semua ADL An.
T dibantu oleh suster/pengasuh panti.
2.1.6.2 Tanda-tanda Vital
Nadi : 95 x/menit
Suhu : 37 0C
Respirasi : 22 x/menit
2.1.6.3 Kepala dan Wajah
Rambut berwarna hitam, keadaan baik tidak rontok, tidak ada benjolan pada
kulit kepala. Keadaan hidung bersih tidak ada sekret. Penglihatan dan pendengaran
cukup baik, An. T kadang tampak menoleh dan tersenyum ketika dipanggil namanya.
2.1.6.4 Leher dan Tenggorokan
Tidak ada penigkatan vena jugularis dan tidak ada pembesaran limfa. Reflek
menelan lambat.
2.1.6.5 Dada
Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada sesak napas
2.1.6.6 Abdomen
Tidak ada keluhan
2.1.6.7 Ektrimitas
Pergerakan/tonus otot kaku, lemah/terbatas. tidak ada oedem dan sianosis.
Keadaan kulit/turgot elastic.
2.1.6.8 Genetalia
Tidak ada keluhan
2.1.7 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
2.1.7.1 Gizi
Selera makan An. T baik dan mampu mengabiskan 1 porsi makanan yang
diberikan dengan reflek menelan yang lambat.
2.1.7.2 Kemandirian dalam bergaul
An. T tidak mampu beraktifitas/bermain karena mengalami
kelemahan/kekakuan di tangan dan kakinya.
17
2.1.7.3 Motorik halus
An. T hanya mampu menggenggam dengan lemah ketika diberikan suatu
benda kedekat tangannya.
2.1.7.4 Motorik Kasar
An. T tidak mampu melakukan aktifitas seperti, menulis, melempar, berdiri
dan berjalan.
2.1.7.5 Kognitif dan bahasa
An. T tidak mampu berbicara hanya mengerang dan tersenyum saja.
2.1.7.6 Psikososial
An. T tidak mampu berinteraksi dengan orang lain, hanya mampu tersenyum.
18
2.1.8 Pola Aktivitas Sehari-hari
No Pola Kebiasaan Keterangan
1. Nutrisi
a. Frekuensi
b. Nafsu Makan/selera
c. Jenis Makanan
3 kali sehari
Baik
Nasi, sayur, lauk
2. Eliminasi
a. BAB
b. BAK
1 kali sehari, lembek
±5 kali/hari (memakai popok), kuning
bening
3. Istirahat dan tidur
a. Siang/jam
b. Malam/jam
2 jam
8 jam
4. Personal Hyigene
a. Mandi
b. Oral Hyegene
2kali/hari
2kali/hari
2.1.9 Data Penunjang
An. T diberikan terapi Snozelen dan Fisioterapi pada hari Senin dan Kamis.
Surabaya, 23 Desember 2014Mahasiswa,
Veralonika
19
DATA SUBYEKTIF DAN DATA
OBYEKTIF
KEMUNGKINAN
PENYEBAB
MASALAH
1. DS:
Suster/pengasuh wisma paul mengatakan
bahwa An. T mengalami kelemahan/
kekakuan pada tangan dan kakinya. Semua
ADL An. T dibantu oleh suster/pengasuh.
DO:
1) Kesadaran pasien compos mentis.
2) An. T tampak duduk dibangku dengan
sandaran atau berbaring diruangan
tengah wisma dengan posisi kepala
mendongak ke atas kadang nampak
gerakan kecil menoleh kesamping
dengan air liur sering menetes.
3) An. T tampak kesulitan menggerakan
tangan dan kakinya.
4) Tampak seluruh ADL An. T dibantu
oleh suster/pengasuh.
5) An. T tidak mampu berbicara, hanya
mengerang dan tersenyum..
6) An. T mendapatkan terapi berupa
fisioterapi dan snozelen setiap hari
senin dan kamis.
Gangguan
Neuromuskular
dengan kelemahan
otot
Hambatan
mobilitas fisik
2.2 ANALISA DATA
20
7) Tidak mampu melakukan aktivitas seperti : menulis, melempar, berdiri dan berjalan.
2. DS: -
DO:
1) Tingkat kesadaran pasien compos
mentis.
2) BB:10 kg, TB: 100 cm
3) An. T Tampak kurus dan tampak
duduk dibangku dengan sandaran atau
berbaring diruangan tengah asrama
dengan posisi kepala mendongak ke
atas kadang nampak gerakan kecil
menoleh kesamping dengan air liur
sering menetes.
4) An. T tampak kesulitan menggerakan
tangan dan kakinya.
5) Tampak seluruh ADL An. T dibantu
oleh suster/penjaga.
6) An. T tidak mampu berbicara, hanya
mengerang dan tersenyum.
7) An. T mengalami kelemahan pada
kedua tungkai kaki dan tangan.
8) Pergerakan/tonus otot kaku
9) Motorik (Tidak mampu melakukan
aktivitas seperti : menulis, melempar,
berdiri dan berjalan).
Proses penyakit. Keterlambatan
pertumbuhan dan
perkembangan.
21
2.3 PRIORITAS MASALAH
1) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular
dengan kelemahan otot.
2) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan proses
penyakit
23
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
Diagnosa 1:
Hambatan mobilitas fisik b.d Gangguan Neuromuskular dengan kelemahan otot
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x6 jam pertemuan mobilisasi anak membaik, mampu mempertahankan posisi fungsional, meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh.
KRITERIA HASIL:
Mobilitas pasien dapat mengalami peningkatan, pasien dapat menggerakkan ekstremitas yg lemah.
Kekuatan/fungsi bagian ekstremitas yang sakit (lemah) dapat meningkat dengan baik.
1) Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi.
2) Instruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang gerak pasien/aktif pada ekstermitas yang sakit dan yang tak sakit.
3) Dorong penggunaan latihan isometric mulai dengan tungkai yang tak sakit.
4) Beri pakaian pasien yang tidak membatasi.
5) Kalaborasi dengan suster/pengasuh panti agar membawa pasien rutin dalam terapi mobilitas.
1) Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi/intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.
2) Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan resorpsi kalsium karena tidak digunakan.
3) Kontraksi otot isometric tanpa menekuk sendi atau menggerakkan tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan dan masaa otot.
4) Agar pasien leluasa dalam bergerak.
5) Mengurangi resiko dekubitus dan meningkatkan kekuatan otot.
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
Diagnosa 2:
Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4X6 jam pertemuan pengasuh mengerti tentang
1) Kaji/observasi BB dan TB anak
2) Menyanyi dan bicara pada anak
3) Beri kesempatan anak untuk berhubungan
1) Untuk mengetahui BB ideal anak
2) Untuk melatih kerja otak anak
3) Agar anak memiliki teman dan tidak
24
proses penyakit. pemberian stimulasi kepada anak.
KRITERIA HASIL :
Pertumbuhan spiritual anak meningkat : anak dapat mengikuti kegiatan ibadah.
Dapat berinteraksi baik dengan anak.
Anak mendapatkan pengawasan dan perawatan sesuai kebutuhan yang diperlukan.
Dapat membina hubungan kasih sayang antar anak sehingga anak merasa tenang dan termotivasi.
dengan teman sebaya
4) Berikan perhatian saat dibutuhkan
5) Pasilitasi perhatian atau kontak dengan teman kelompoknya
6) Identifikasi kebutuhan spesial anak.
7) Kalaborasi dengan suster/pengasuh panti dalam pemberian makanan yang bergizi
bosan
4) Agar tercipta hubungan saling percaya
5) Perhatian merupakan kebutuhan yang sangat dibutuhkan agar anak tidak merasa kesepian
6) Untuk menghilangkan stress dan merasakan udara segar
7) Untuk memenuhi kebutuhan gizi dan pertumbuhan anak
26
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (Soap) Tanda Tangan Dan Nama
Perawat
Selasa, 23
Desember 2014.
08. 00 WIB
08. 15 WIB
08. 25 WIB
09. 00 WIB
11. 00 WIB
11.30 WIB
1) Mengkaji/observasi derajat imobilitas yang dihasilkan oleh pasien selama pengobatan.
2) Memberi/memakaikan pakaian pasien yang tidak membatasi.
3) Menginstruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang gerak pasien/aktif pada ekstermitas yang sakit dan yang tak sakit.
4) Mendorong penggunaan latihan isometric mulai dengan tungkai yang tak sakit.
5) Membantu pasien dalam memenuhi KDM (mandi, makan potong kuku dll).
6) Mengkalaborasikan/anjurkan kepada suster/pengasuh agar rutin membawa pasien pisioterapi berdasarkan jadwal yang sudah ditetapkan.
Sabtu, 27 Desember 2014. 09.00 WIB.
S:
Suster/pengasuh wisma paul mengatakan bahwa An. T masih
mengalami kelemahan/ kekakuan pada tangan dan kakinya
dan semua ADL An. T dibantu oleh suster/pengasuh.
O:
1) Kesadaran pasien compos mentis.
2) An. T tampak duduk dibangku dengan sandaran atau
berbaring diruangan tengah asrama dengan posisi kepala
mendongak ke atas kadang nampak gerakan kecil
menoleh kesamping dengan air liur sering menetes.
3) An. T tampak kesulitan menggerakan tangan dan
kakinya.
4) Seluruh ADL An. T dibantu oleh suster/pengasuh.
5) An. T tidak mampu berbicara, hanya mengerang dan
tersenyum.
VERALONIKA
27
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
1) Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh
cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien
terhadap imobilisasi.
2) Instruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang gerak
pasien/aktif pada ekstermitas yang sakit dan yang tak
sakit.
3) Dorong penggunaan latihan isometric mulai dengan
tungkai yang tak sakit.
4) Beri pakaian pasien yang tidak membatasi.
5) Kalaborasi dengan suster/pengasuh panti agar
membawa pasien rutin dalam terapi mobilitas.
28
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (Soap) Tanda Tangan Dan Nama
Perawat
Rabu, 24 Desember 2014.
08. 00 WIB
08. 15 WIB
08. 25 WIB
09. 00 WIB
11. 00 WIB
11. 15 WIB
11. 30 WIB
1) Mengkaji/observasi BB dan TB anak
2) Menyanyi dan bicara pada anak
3) Memberi kesempatan anak untuk berhubungan dengan teman sebaya
4) Memberikan perhatian saat dibutuhkan
5) Memfasilitasi perhatian atau kontak dengan teman kelompoknya
6) Mengidentifikasi kebutuhan spesial anak.
7) Mengkalaborasi dengan suster/pengasuh panti dalam pemberian makanan yang bergizi
Sabtu, 27 Desember 2014. 09.00 WIB.
S: -
O:
1) Tingkat kesadaran pasien compos mentis.
2) BB:10 kg, TB: 100 cm
3) An. T Tampak kurus dan tampak duduk dibangku
dengan sandaran atau berbaring diruangan tengah
asrama dengan posisi kepala mendongak ke atas kadang
nampak gerakan kecil menoleh kesamping dengan air
liur sering menetes.
4) An. T tampak kesulitan menggerakan tangan dan
kakinya.
5) Tampak seluruh ADL An. T dibantu oleh suster/penjaga.
6) An. T tidak mampu berbicara, hanya mengerang dan
tersenyum.
A : Masalah Belum Teratasi
VERALONIKA
29
P : Lanjutkan Intervensi
1) Kaji/observasi BB dan TB anak
2) Menyanyi dan bicara pada anak
3) Pasilitasi anak untuk berhubungan dengan teman
sebaya
4) Berikan perhatian saat dibutuhkan
5) Pasilitasi perhatian atau kontak dengan teman
kelompoknya
6) Identifikasi kebutuhan spesial anak.
7) Kalaborasi dengan suster/pengasuh panti dalam
pemberian makanan yang bergizi