bab 1-2.doc

41
1 BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 KONSEP DADAR CEREBRAL PALSY 1.1.1 DEFINISI Cerebral palsy ialah suatu gangguan nonspesifik yang disebabkan oleh abnormalitas system motor piramida (motor kortek,basal ganglia dan otak kecil)yang ditandai dengan kerusakan pergerakan dan postur pada serangan awal (Suriadi: 2006). Cerebral palsy adalah kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif,terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi perkembangan otak normal denga gambaran klinik dapat berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan,disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis ,gangguan ganglia basal dan sebelum juga kelainan mental (Ngastiyah: 2000) Cerebral palsy adalah ensefalopatistatis yang mungkin di definisikan sebagai kelainan postur dan gerakan non- progresif,sering disertai dengan epilepsy dan ketidak normalan bicara,penglihatan, dan kecerdasan akibat dari cacat atau lesi otak yang sedang berkembang (Behrman:1999). Jadi dapat disimpulkan, Cerebral Palsy ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak

Upload: novita-riati

Post on 20-Dec-2015

223 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

1

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 KONSEP DADAR CEREBRAL PALSY

1.1.1 DEFINISI

Cerebral palsy ialah suatu gangguan nonspesifik yang disebabkan oleh

abnormalitas system motor piramida (motor kortek,basal ganglia dan otak kecil)yang

ditandai dengan kerusakan pergerakan dan postur pada serangan awal (Suriadi:

2006).

Cerebral palsy adalah kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak

progresif,terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi

perkembangan otak normal denga gambaran klinik dapat berubah selama hidup dan

menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan,disertai kelainan neurologis

berupa kelumpuhan spastis ,gangguan ganglia basal dan sebelum juga kelainan

mental (Ngastiyah: 2000)

Cerebral palsy adalah ensefalopatistatis yang mungkin di definisikan sebagai

kelainan postur dan gerakan non-progresif,sering disertai dengan epilepsy dan

ketidak normalan bicara,penglihatan, dan kecerdasan akibat dari cacat atau lesi otak

yang sedang berkembang (Behrman:1999).

Jadi dapat disimpulkan, Cerebral Palsy ialah suatu keadaan kerusakan jaringan

otak yang kekal dan tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak

dilahirkan) dan merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinis dapat

berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan,

disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia, basal,

cereblum dan kelainan mental.

1.1.2 ETIOLOGI

Penyebab dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1.1.2.1 Pranatal

Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin,

misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela dan penyakit iklusi sitomegalik. Kelainan

yang menyolok biasanya gangguan pergerakan dan retardasi mental. Anoxia dalam

11

2

kandungan, terkena radiasi sinar-X dan keracunan kehamilan dapat menimbulkan

cerebral palsy.

1.1.2.2 Perinatal

1) Anoksia / hipoksia

Penyebab yang terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah brain injury.

Kelainan inilah yang menyebabkan anoksia. Hal ini terdapat pada keadaan persentase

bayi abnormal, disproporsi sefalo-pelviks, partus lama, plasenta previa, infeksi

plasenta, partus menggunakan bantuan instrumen tertentu dan lahir dengan sectio

caesar.

2) Perdarahan otak

Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar

membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak, mengganggu

pusat pernafasan dan peredaran darah, sehingga terjadi anoksia. Perdarahan dapat

terjadi di ruang subaraknoid akan menyebabkan penyumbatan CSS, sehingga

mengakibatkan hidrocefalus. Perdarahan di subdural dapat menekan korteks serebri,

sehingga timbul kelumpuhan spastis.

3) Prematuritas

Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan otak lebih

banyak dibandingkan bayi cukup bulan, karena pembuluh darah, enzim, faktor

pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna.

4) Ikterus

Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang

kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada kelainan

inkompatibilitas golongan darah.

5) Meningitis purulenta

Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat

pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa cerebral palsy.

1.1.2.3 Pascanatal

Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan dapat

menyebabkan cerebral palsy. Misalnya pada trauma kapitis, meningitis ensefalitis

dan luka parut.

3

Faktor predisposisi:

Virus Prematuritaspurulenta

Infeksi terjadi dalam masa kandungan

Kelainan pada janin

Meningitis purulenta

Perdarahan otak Pembedahan Ikterus

Masuknya bilirubun ke ganglia basal

Kerusakan jaringan otak yang kekal

Gangguan pusat pernafasan dan peredaran darah

Anoksia/haipoksia

Cerebral Palsy

B6 (Bone)B5 (Bowel)

1.1.3 WOC Cerebral Palsy

Kemampuan menelan terganggu, nafsu makan menurun

MK. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuuh

Gangguan pertumbuhan dan

perkembangan

Kerusakan motorik

Kelumpuhan spastisitas: hemiplegi kanan

Gangguan mobilitas fisik

4

1.1.4 GEJALA KLINIS

Gangguan motorik berupa kelainan dan lokalisasi serta kelainan bukan motorik

yang menyulitkan gambaran klinis „cerebral palsy‟.

1.1.4.1 Spastisitas

Terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang disertai dengan klonus dan

refleks Babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan tidak hilang

meskipun penderita dalam keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak sama derajatnya

pada suatu gabungan otot, karena itu tampak sikap yang khas dengan kecendrungan

terjadi kontraktur. Golongan spastitis ini meliputi 2/3 – ¾ penderita „cerebral palsy‟

Bentuk kelumpuhan spastitis tergantung kepada letak dan besarnya kerusakan, yaitu:

1) Monoplegia/monoparesis

Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat

dari yang lainnya

2) Hemiplegia/diparesis

Kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang sama

3) Diplegia/diparesis

Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi tungkai lebih hebat dari pada lengan

4) Tetraplegia/tetraparesis

Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi lengan lebih atau sama hebatnya

dibandingkan dengan tungkai

1.1.4.2 Tonus otot yang berubah

Bayi pada golongan ini pada usia bulan pertama tampak flasio dan berbaring

seperti kodok terlentang, sehingga tampak seperti kelainan pada lower motor neuron.

1.1.4.3 Koreo-atetosis

Kelainan yang khas ialah sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi

sendirinya (involuntary movement).

1.1.4.4 Ataksia

Ataksia ialah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flasid

dan menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat.

5

1.1.4.5 Gangguan pendengaran

Terdapat pada 5 – 10% anak dengan „cerebral palsy‟. Gangguan berupa

kelainan neurogen terutama persepsi nada tinggi, sehingga sulit menangkap kata-kata.

Terdapat pada golongan koreo- atetosis.

1.1.4.6 Gangguan bicara

Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retardasi mental. Gerakan yang

terjadi dengan sendirinya di bibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot

tersebut, sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur.

1.1.4.7 Gangguan mata

Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi.

Pada keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak. Hampir 25% derita cerebral

palsy menderita kelainan mata.

1.1.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1) Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis cerebral

palsy ditegakkan.

2) Fungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebabnya

suatu proses degeneratif. Pada cerebral palsy, CSS normal.

3) Pemeriksaan EGG dilakukan pada penderita kejang atau pada golongan

hemiparesis baik yang disertai kejang maupun yang tidak.

4) Foto rontgen kepala.

5) Penilaian psikologis perlu kerjakan untuk tingkat pendidikan yang dibutuhkan.

6) Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain dari retardasi mental.

1.1.6 PENGOBATAN

Pengobatan khusus tidak ada, hanya simtomatik. Pada keadaan ini perlu

kerjasama yang baik dan merupakan suatu team antara dokter anak, neurolog,

psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikologi, fisioterapi, occupational

therapist, pekerja sosial, guru sekolah luar biasa dan orang tua penderita.

Selain itu dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti di bawah ini:

6

1) Fisioterapi

2) Pendidikan

3) Obat-obatan

1.1.7 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan terdiri dari:

1) Non pembedahan: Pemberian acetazolamide, isosorbide atau furosemid

mengurangi produksi cairan setebrospinal.

2) Pembedahan: Pengangkatan penyebab obstruksi misalnya: Neoplasma, kista, atau

hematom, pemasangan shunt yang bertujuan untuk mengalirkan cairan

serebrospinal yang berlebihan dari ventrikel ke ruang ekstra kranial, misalnya

kerongga peritonium, atrium kanan, dan rongga pleural.

 

7

1.2 KONSEP DASAR MANAJEMEN KEPERAWATAN

1.2.1 PENGKAJIAN

1) Identifikasi anak yang mempunyai resiko

2) Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak daripada wanita

3) Kaji iritabel anak, kesukaran dalam makan, perkembangan terlambat,

perkembangan pergerakan kurang, postur tubuh yang abnormal, refleks bayi

persisten, ataxic, kurangnya tonus otot.

4) Monitor respon untuk bermain

5) Kap fungsi intelektual

(1) Pemeriksaan Fisik

a) Muskuluskeletal : spastisitas, Ataksia

b) Neurosensory : gangguan menangkap suara tinggi, Gangguan bicara, Anak

berliur, Bibir dan lidah terjadi gerakan dengan sendirinya, Strabismus

konvergen dan kelainan refraksi

c) Eliminasi : konstipasi

d) Nutrisi : intake yang kurang

(2)  Pemeriksaan Laboraturium dan Penunjang

a) Pemeriksaan pendengaran ( untuk menentukan status pendengaran )

b) Pemeriksaan penglihatan ( untuk menentukan status fungsi penglihatan )

c) Pemeriksaan serum, antibody : terhadap rubela, toksoplasmosis dan herpes

d) MRI kepala / CT scan menunjukkan adanya kelainan struktur maupun

kelainan bawaan : dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak

vertikal.

e) EEG : mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum

( ensefalins ) / volsetasenya meningkat ( abses )

f) Analisa kromosom

g) Biopsi otot

h) Penilaian psikologik

8

1.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular dengan kelemahan otot.

2) Risiko injuri b.d ifeksi pada otak besar dan pergerakan yang tidak terkontan.

3) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan sistem

nervous.

4) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d proses penyakit.

1.2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

1) Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular dengan kelemahan otot.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x6 jam pertemuan

mobilisasi anak membaik dengan criteria hasil:

a) Keseimbangan tubuh

b) Perpindahan otot

c) Jalannya

INTERVENSI:

1) Terapi mobilitas

R: mengurangi resiko dekubitus

2) Motifasi pasien untuk pemulihan

R: motifasi untuk memberikan dukungan agar tidak putus asa

3) Jelaskan kepada pasien atau keluarga tentang tujuan dan rencana untuk ikut

serta latihan gerak badan

R: agar keluarga dapat mempraktikkan sendiri dan mengajar anaknya ketika

bersama

4) Monitor lokasi dan kegelisahan atau aktivitas untuk pengalihan nyeri

R: cara untuk mengalihkan nyeri

5) Beri pakaian pasien yang tidak membatasi

R: agar pasien leluasa dalam bergerak

6) Beri PROM atau gerakan AROM

R: kolaborasi.

9

2) Risiko injuri b.d ifeksi pada otak besar dan pergerakan yang tidak terkontan.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x6 jam diharapkan

keamanan diri pasien terjamin dengan kriteria Hasil :

a) Deskripsi langkah-langkah untuk mengurangi risiko cedera disengaja

b) Deskripsi ukuran untuk mencegah jatuh

c) Deskripsi tingkah laku yang beresiko tinggi

INTERVENSI:

1) Identifikasi tingkah laku dan faktor yang dapat menyebabkan resiko jatuh

R: untuk mengetahui faktor2 yang menyebabkan resiko jatuh agar dapat

meminimalkan resiko jatuh

2) Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang dapat meningkatkan potensial

untuk jatuh

R: untuk mengetahui lingkungan yang berbahaya untuk pasien sehingga

dapat menghindari lingkungan tersebut

3) Ajarkan pasien bagaimana cara jatuh yang dapat meminimalkan cedera

R: untuk meminimalisasi cedera, agar tidak terlalu parah

4) Ajarkan anggota keluarga tentang faktor resiko jatuh dan bagaimana mereka

dapat menurunkan resiko

R: agar keluarga mengetahui faktor2 yang dapat memberikan resiko pasien

untuk jatuh, sehingga harapannya keluargaa dapat menghindarkan pasien

dari faktor resiko jatuh

5) Sarankan adaptasi rumah untuk meningkatkan keamanan

R: supaya keamanan pasien terjamin

3) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan sistem

nervous.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x6 jam diharapkan

kebutuhan nutrisi klien seimbang/adekuat dengan criteria hasil:

a) Pemasukan vitamin, karbohidrat, kalsium, protein dan kalori adekuat

10

INTERVENSI:

1) Monitor makanan atau cairan dan pemasukan kalori harian bila diperukan

R:    Untuk mengetahui apakah nutrisi pada anak terpenuhi atau tidak

2) Pilih suplemen yang tepat

R: Untuk menambah nafsu makan

3) Anjurkan makan yg tinggi kalsium

R:   Untuk meningkatkan kebutuhan kalsium dan gizi seimbang

4) Kaji nutrisi makanan yg lengkap

R: Untuk mengetahui status gizi anak

5) Anjurkan pasien duduk setelah makan

R: Agar makanan yang sudah ada di lambung tidak dikeluarkan kembali/ di

muntahkan

6) Anjurkan pemasukan makanan yang tinggi potasium secara tepat

R: Untuk melengkapi gizi seimbang

7) Berikan pasien dan keluarga sampel diet pada cerebral palsy

R: Keluarga dapat menyiapkan menu sesuai dengan kebutuhan anak

8) Pastikan diet mengandung yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi

R: Untuk mencegah konstipasi

9) Atur pola makan

R: Pola makan yang teratur agar pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak

terpenuhi.

10) Sediakan pasien dengan makanan yang tinggi protein, kalori, kolaborasi

dengan ahli nutrisi dan minuman yang siap dikonsumsi

R: Kolaborasi terapi gizi

11) Oral hygiene

R: Menjaga kebersihan mulut

12) Monitor hasil lab.

R: Untuk mengetahui adanya gangguan

11

4) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d proses penyakit.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan kep. Selama 5x pertemuan orangtua pasien

mengerti tentang pemberian stimulasi kepada anak.

Kriteria Hasil :

a) Menstimulasikan pertumbuhan spiritual dan emosional

b) Menstimulasikan perkembangan kognitif

c) Berinteraksi baik dengan anak

d) Memilih suplemen tambahan yang tepat

e) Menyediakan pengawasan untuk anak dengan tepat

f) Bina hubungan kasih sayang

g) Menyediakan kebutuhan fisik anak

h) Menggunakan bahasa yang positif saat berbicara dengan anak

INTERVENSI:

1) Menyanyi dan bicara pada anak

R: Untuk melatih kerja otak anak

2) Pasilitasi anak untuk berhubungan dengan teman sebaya

R: Agar anak memiliki teman dan tidak bosan

3) Bangun interaksi satu sama lain

R: Agar tercipta hubungan saling percaya

4) Sediakan aktivitas yang dianjurkan untuk berinteraksi dgn teman

sebayanya

R: Aktifitas merupakan cara untuk menghilangkan stress

5) Berikan perhatian saat dibutuhkan

R: Perhatian merupakan kebutuhan yang sangat dibutuhkan agar anak tidak

merasa kesepian

6) Ajarkan anak untuk mencari pertolongan dari orang lain

R:bila anak perlu bantuan, anak tahu cara untuk meminta tolong.

7) Pasilitasi perhatian atau kontak dengan teman kelompoknya

R: Untuk menghilangkan stress dan meraakan udara segar

8) Identifikasi kebutuhan spesial anak.

12

R: Untuk melatih anak agar tidak tergantung pada orang lain

1.2.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, dimana tindakan

yang digunakan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan

keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Implementasi dilakukan sesuai dengan

rencana keperawatan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan masalah

keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan menuliskan waktu pelaksanaan

dan respon klien (Patricia A. Potter, 2005).

1.2.5 EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi menentukan respons klien terhadap tindakan keperawatan dan

seberapa jauh tujuan perawatan telah terpenuhi ((Patricia A. Potter, 2005).

13

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.  2009.  Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis,

Edisi 9. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC..

Potter, Patricia A. 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik

Edisi 4. Jakarta: EGC.

Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Ngastiyah. 2000. Perawatan Anak Sakit.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Wilkinson,M,Judith. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Adnyana, I Made Oka. 2007. Cerebral Palsy Ditinjau dari Aspek Neurologi.

Available from: http://www.cerminduniakedokteran.com. (Diunduh pada

tanggal 18 Desember 2014)

Anggra. 2009. Cerebral palsi. Available from: http://sugengrawuh.blogspot.com.

(Diunduh pada tanggal 5 Desember 2010)

Eaton, Marilyn, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatn Pediatrik, Volume 2. Jakarta:

EGC.

http://www.indonesiaindonesia.com/f/12784-cerebral-palsy/. (Diunduh pada tanggal

18 Desember 2014)

14

BAB 2

ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 PENGKAJIAN

2.1.1 Anamnesa (pengkajian tanggal 23 Desember 2014)

2.1.2 Identitas Pasien

Nama Klien : An. T

TTL : Malang, 27 November 2007 (7 Tahun)

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen protestan

Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia

Pendidikan : -

Alamat : Jl. Kapuas FI N0. 22 Panti Bakti Luhur

Surabaya (Wisma Paul)

Diagnosa Medis : Cerebral Palsy

Berapa Lama Tinggal di

Panti

4 Tahun

2.1.3 Identitas Penanggung Jawab

Nama : Sr. F

TTL : Kefa, 1 April 1979

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Katholik

Suku/Bangsa : NTT/ Indonesia

Pendidikan : DII Institut Pastoral Indonesia (IPI) Malang

Alamat : Jl. Kapuas FI N0. 22 Wisma Tropodo

(Asrama Paul)

Hubungan Keluarga : Suster/Ibu Asuh di Panti

15

2.1.4 Keluhan Utama

Kelemahan/kekakuan pada kedua tangan dan kaki.

2.1.5 Riwayat Kesehatan

2.1.5.1 Riwayat Kesehatan sekarang

Suster/pengasuh mengatakan An. T di diagnosa mengalami cerebral palsy.

An.T mengalami kelemahan/kekakuan pada kedua tangan dan kaki. An. T tidak

mampu berbicara, hanya mengerang, semua ADL An. T dibantu oleh suster/pengasuh.

Suster/pengasuh wisma paul mengatakan bahwa An. T berusia 7 tahun dengan BB: 10

kg, TB: 100 cm serta mengalami keterlambatan pertumbuhan karena adanya

gangguan fisik sejak lahir dan sampai sekarang An. T masih mengalami kelemahan

pada kedua kaki dan tangannya

2.1.5.2 Riwayat Kesehat Lalu

An. T masuk Panti Asuhan Bakti Luhur di antar oleh keluarganya sejak 3

tahun yang lalu. Menurut suster/pengasuh panti An. T sudah mengalami kelainan

fisik sejak dibawa ke panti. seluruh Activity Daily Living (ADL) dibantu oleh

suster/pengasuh, An. T hanya terbaring atau duduk tetapi harus menggunakan

sandaran. An. T tidak mampu berbicara, hanya mengerang. Hasil diagnosa medis An.

T mengalami cerebral palsy.

2.1.5.3 Riwayat Kesehatan Keluarga

Tidak ditemukan data untuk riwayat kesehatan keluarga An. T

2.1.5.4 Susunan Genogram

Tidak ditemukan data yang lengkap tentang susunan genogram keluarga An.

T, yang diketahui bahwa An. T adalah anak pertama dari dua bersaudara.

2.1.6 Pemeriksaan Fisik

2.1.6.1 Keadaan Umum

Tingkat kesadaran pasien compos mentis, An. T tampak duduk dibangku

dengan sandaran atau berbaring diruangan tengah wisma dengan posisi kepala

mendongak ke atas kadang nampak gerakan kecil menoleh kesamping dengan air liur

sering menetes. An. T tidak mampu berbicara, hanya bisa mengerang dan tersenyum.

16

An. T tampak kesulitan menggerakkan kaki dan tangannya. Tampak semua ADL An.

T dibantu oleh suster/pengasuh panti.

2.1.6.2 Tanda-tanda Vital

Nadi : 95 x/menit

Suhu : 37 0C

Respirasi : 22 x/menit

2.1.6.3 Kepala dan Wajah

Rambut berwarna hitam, keadaan baik tidak rontok, tidak ada benjolan pada

kulit kepala. Keadaan hidung bersih tidak ada sekret. Penglihatan dan pendengaran

cukup baik, An. T kadang tampak menoleh dan tersenyum ketika dipanggil namanya.

2.1.6.4 Leher dan Tenggorokan

Tidak ada penigkatan vena jugularis dan tidak ada pembesaran limfa. Reflek

menelan lambat.

2.1.6.5 Dada

Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada sesak napas

2.1.6.6 Abdomen

Tidak ada keluhan

2.1.6.7 Ektrimitas

Pergerakan/tonus otot kaku, lemah/terbatas. tidak ada oedem dan sianosis.

Keadaan kulit/turgot elastic.

2.1.6.8 Genetalia

Tidak ada keluhan

2.1.7 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

2.1.7.1 Gizi

Selera makan An. T baik dan mampu mengabiskan 1 porsi makanan yang

diberikan dengan reflek menelan yang lambat.

2.1.7.2 Kemandirian dalam bergaul

An. T tidak mampu beraktifitas/bermain karena mengalami

kelemahan/kekakuan di tangan dan kakinya.

17

2.1.7.3 Motorik halus

An. T hanya mampu menggenggam dengan lemah ketika diberikan suatu

benda kedekat tangannya.

2.1.7.4 Motorik Kasar

An. T tidak mampu melakukan aktifitas seperti, menulis, melempar, berdiri

dan berjalan.

2.1.7.5 Kognitif dan bahasa

An. T tidak mampu berbicara hanya mengerang dan tersenyum saja.

2.1.7.6 Psikososial

An. T tidak mampu berinteraksi dengan orang lain, hanya mampu tersenyum.

18

2.1.8 Pola Aktivitas Sehari-hari

No Pola Kebiasaan Keterangan

1. Nutrisi

a. Frekuensi

b. Nafsu Makan/selera

c. Jenis Makanan

3 kali sehari

Baik

Nasi, sayur, lauk

2. Eliminasi

a. BAB

b. BAK

1 kali sehari, lembek

±5 kali/hari (memakai popok), kuning

bening

3. Istirahat dan tidur

a. Siang/jam

b. Malam/jam

2 jam

8 jam

4. Personal Hyigene

a. Mandi

b. Oral Hyegene

2kali/hari

2kali/hari

2.1.9 Data Penunjang

An. T diberikan terapi Snozelen dan Fisioterapi pada hari Senin dan Kamis.

Surabaya, 23 Desember 2014Mahasiswa,

Veralonika

19

DATA SUBYEKTIF DAN DATA

OBYEKTIF

KEMUNGKINAN

PENYEBAB

MASALAH

1. DS:

Suster/pengasuh wisma paul mengatakan

bahwa An. T mengalami kelemahan/

kekakuan pada tangan dan kakinya. Semua

ADL An. T dibantu oleh suster/pengasuh.

DO:

1) Kesadaran pasien compos mentis.

2) An. T tampak duduk dibangku dengan

sandaran atau berbaring diruangan

tengah wisma dengan posisi kepala

mendongak ke atas kadang nampak

gerakan kecil menoleh kesamping

dengan air liur sering menetes.

3) An. T tampak kesulitan menggerakan

tangan dan kakinya.

4) Tampak seluruh ADL An. T dibantu

oleh suster/pengasuh.

5) An. T tidak mampu berbicara, hanya

mengerang dan tersenyum..

6) An. T mendapatkan terapi berupa

fisioterapi dan snozelen setiap hari

senin dan kamis.

Gangguan

Neuromuskular

dengan kelemahan

otot

Hambatan

mobilitas fisik

2.2 ANALISA DATA

20

7) Tidak mampu melakukan aktivitas seperti : menulis, melempar, berdiri dan berjalan.

2. DS: -

DO:

1) Tingkat kesadaran pasien compos

mentis.

2) BB:10 kg, TB: 100 cm

3) An. T Tampak kurus dan tampak

duduk dibangku dengan sandaran atau

berbaring diruangan tengah asrama

dengan posisi kepala mendongak ke

atas kadang nampak gerakan kecil

menoleh kesamping dengan air liur

sering menetes.

4) An. T tampak kesulitan menggerakan

tangan dan kakinya.

5) Tampak seluruh ADL An. T dibantu

oleh suster/penjaga.

6) An. T tidak mampu berbicara, hanya

mengerang dan tersenyum.

7) An. T mengalami kelemahan pada

kedua tungkai kaki dan tangan.

8) Pergerakan/tonus otot kaku

9) Motorik (Tidak mampu melakukan

aktivitas seperti : menulis, melempar,

berdiri dan berjalan).

Proses penyakit. Keterlambatan

pertumbuhan dan

perkembangan.

21

2.3 PRIORITAS MASALAH

1) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular

dengan kelemahan otot.

2) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan proses

penyakit

22

2.4 INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien: An. T

Ruang Rawat: Wisma Paul

23

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional

Diagnosa 1:

Hambatan mobilitas fisik b.d Gangguan Neuromuskular dengan kelemahan otot

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x6 jam pertemuan mobilisasi anak membaik, mampu mempertahankan posisi fungsional, meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh.

KRITERIA HASIL:

Mobilitas pasien dapat mengalami peningkatan, pasien dapat menggerakkan ekstremitas yg lemah.

Kekuatan/fungsi bagian ekstremitas yang sakit (lemah) dapat meningkat dengan baik.

1) Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi.

2) Instruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang gerak pasien/aktif pada ekstermitas yang sakit dan yang tak sakit.

3) Dorong penggunaan latihan isometric mulai dengan tungkai yang tak sakit.

4) Beri pakaian pasien yang tidak membatasi.

5) Kalaborasi dengan suster/pengasuh panti agar membawa pasien rutin dalam terapi mobilitas.

1) Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi/intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.

2) Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan resorpsi kalsium karena tidak digunakan.

3) Kontraksi otot isometric tanpa menekuk sendi atau menggerakkan tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan dan masaa otot.

4) Agar pasien leluasa dalam bergerak.

5) Mengurangi resiko dekubitus dan meningkatkan kekuatan otot.

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional

Diagnosa 2:

Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4X6 jam pertemuan pengasuh mengerti tentang

1) Kaji/observasi BB dan TB anak

2) Menyanyi dan bicara pada anak

3) Beri kesempatan anak untuk berhubungan

1) Untuk mengetahui BB ideal anak

2) Untuk melatih kerja otak anak

3) Agar anak memiliki teman dan tidak

24

proses penyakit. pemberian stimulasi kepada anak.

KRITERIA HASIL :

Pertumbuhan spiritual anak meningkat : anak dapat mengikuti kegiatan ibadah.

Dapat berinteraksi baik dengan anak.

Anak mendapatkan pengawasan dan perawatan sesuai kebutuhan yang diperlukan.

Dapat membina hubungan kasih sayang antar anak sehingga anak merasa tenang dan termotivasi.

dengan teman sebaya

4) Berikan perhatian saat dibutuhkan

5) Pasilitasi perhatian atau kontak dengan teman kelompoknya

6) Identifikasi kebutuhan spesial anak.

7) Kalaborasi dengan suster/pengasuh panti dalam pemberian makanan yang bergizi

bosan

4) Agar tercipta hubungan saling percaya

5) Perhatian merupakan kebutuhan yang sangat dibutuhkan agar anak tidak merasa kesepian

6) Untuk menghilangkan stress dan merasakan udara segar

7) Untuk memenuhi kebutuhan gizi dan pertumbuhan anak

25

2.5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

26

Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (Soap) Tanda Tangan Dan Nama

Perawat

Selasa, 23

Desember 2014.

08. 00 WIB

08. 15 WIB

08. 25 WIB

09. 00 WIB

11. 00 WIB

11.30 WIB

1) Mengkaji/observasi derajat imobilitas yang dihasilkan oleh pasien selama pengobatan.

2) Memberi/memakaikan pakaian pasien yang tidak membatasi.

3) Menginstruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang gerak pasien/aktif pada ekstermitas yang sakit dan yang tak sakit.

4) Mendorong penggunaan latihan isometric mulai dengan tungkai yang tak sakit.

5) Membantu pasien dalam memenuhi KDM (mandi, makan potong kuku dll).

6) Mengkalaborasikan/anjurkan kepada suster/pengasuh agar rutin membawa pasien pisioterapi berdasarkan jadwal yang sudah ditetapkan.

Sabtu, 27 Desember 2014. 09.00 WIB.

S:

Suster/pengasuh wisma paul mengatakan bahwa An. T masih

mengalami kelemahan/ kekakuan pada tangan dan kakinya

dan semua ADL An. T dibantu oleh suster/pengasuh.

O:

1) Kesadaran pasien compos mentis.

2) An. T tampak duduk dibangku dengan sandaran atau

berbaring diruangan tengah asrama dengan posisi kepala

mendongak ke atas kadang nampak gerakan kecil

menoleh kesamping dengan air liur sering menetes.

3) An. T tampak kesulitan menggerakan tangan dan

kakinya.

4) Seluruh ADL An. T dibantu oleh suster/pengasuh.

5) An. T tidak mampu berbicara, hanya mengerang dan

tersenyum.

VERALONIKA

27

A : Masalah Belum Teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

1) Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh

cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien

terhadap imobilisasi.

2) Instruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang gerak

pasien/aktif pada ekstermitas yang sakit dan yang tak

sakit.

3) Dorong penggunaan latihan isometric mulai dengan

tungkai yang tak sakit.

4) Beri pakaian pasien yang tidak membatasi.

5) Kalaborasi dengan suster/pengasuh panti agar

membawa pasien rutin dalam terapi mobilitas.

28

Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (Soap) Tanda Tangan Dan Nama

Perawat

Rabu, 24 Desember 2014.

08. 00 WIB

08. 15 WIB

08. 25 WIB

09. 00 WIB

11. 00 WIB

11. 15 WIB

11. 30 WIB

1) Mengkaji/observasi BB dan TB anak

2) Menyanyi dan bicara pada anak

3) Memberi kesempatan anak untuk berhubungan dengan teman sebaya

4) Memberikan perhatian saat dibutuhkan

5) Memfasilitasi perhatian atau kontak dengan teman kelompoknya

6) Mengidentifikasi kebutuhan spesial anak.

7) Mengkalaborasi dengan suster/pengasuh panti dalam pemberian makanan yang bergizi

Sabtu, 27 Desember 2014. 09.00 WIB.

S: -

O:

1) Tingkat kesadaran pasien compos mentis.

2) BB:10 kg, TB: 100 cm

3) An. T Tampak kurus dan tampak duduk dibangku

dengan sandaran atau berbaring diruangan tengah

asrama dengan posisi kepala mendongak ke atas kadang

nampak gerakan kecil menoleh kesamping dengan air

liur sering menetes.

4) An. T tampak kesulitan menggerakan tangan dan

kakinya.

5) Tampak seluruh ADL An. T dibantu oleh suster/penjaga.

6) An. T tidak mampu berbicara, hanya mengerang dan

tersenyum.

A : Masalah Belum Teratasi

VERALONIKA

29

P : Lanjutkan Intervensi

1) Kaji/observasi BB dan TB anak

2) Menyanyi dan bicara pada anak

3) Pasilitasi anak untuk berhubungan dengan teman

sebaya

4) Berikan perhatian saat dibutuhkan

5) Pasilitasi perhatian atau kontak dengan teman

kelompoknya

6) Identifikasi kebutuhan spesial anak.

7) Kalaborasi dengan suster/pengasuh panti dalam

pemberian makanan yang bergizi