lp inc 2.doc

Upload: qdhuy-cihuy

Post on 05-Nov-2015

248 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRANATAL CARE

I.Pengertian.

-Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu. (Sulaiman Sastrawinata, 1983).

-Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin turi) yang dapat hidup didunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain.(Rustam Muchtar, 1998).

II.Pengawasan persalinan di lakukan untuk :

1.Mengetahui tahap persalinan sebagai acuan penilaian kemajuan persalinan dan sebagai dasar untuk menentukan rencana perawatan selanjutnya.

2.Mengetahui kelainan kelainan yang mungkin dapat mengganggu kelancaran persalinan atau segera mengetahui persalinan beresiko.

3.Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.

III.Jenis Persalinan(A.B Saifuddin, 1983)

a.Menurut cara persalinan.

-Persalinan spontan.

Proses lahir bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan dan alat, serta tidak melukai ibu dan bayi yang berlangsung kurang dari 24 jam.

-Persalinan buatan.

Persalinan pervaginam dengan bantuan alat alat atau melalui dinding perut dengan operasi secio caesaria.

-Persalinan anjuran

Kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan seperti pemberian pitocin atau prostaglandin atau pemecahan ketuban.

b.Menurut usia (tua kehamilan)

1.Abortus.

Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 mg atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 g.

2.Partus imaturus.

Pengeluaran buah kehamilan antara 22 mg dan 28 mg atau bayi dengan berat badan antara 500 g dan 999 g.

3.Partus prematurus.

Pengeluaran buah kehamilan antara 28 mg dan 37 mg atau dengan berat badan 1000 g dan 2499 g.

4.Partus matures / aterm

Pengeluaran buah kehamilan antara 37 mg dan 42 mg atau bayi dengan BB 2500 g atau lebih.

5.Partus post matures / serotinus

Pengeluaran buah kehamilan setelah 42 mg.

IV.Sebab sebab yang menimbulkan persalinan.(Rustam Mochtar, 1998)

1.Teori penurunan hormon progesterone.

Progesterone menimbulkan relaksasi otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen didalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga menimbulkan his.

2.Teori oxytocin.

Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot otot rahim.

3.Teori placenta menjadi tua.

Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan his.

4.Teori prostaglandin.

Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur kehamilan.

5.Pengaruh janin.

Hipofise dan supra renal janin memegang peranan oleh karena pada anencephalus, kehamilan sering lama dari biasanya.

6.Teori distensi rahim.

Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia otot otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.

7.Teori iritasi mekanik

Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin maka akan menimbulkan his.

V.Gejala Persalinan.

a.Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur

b.Keluarnya lendir bercampur darah lebih banyak.Hal ini terjadi karenarobekan-robekan kecil yang terjadi pada serviks

c.Kadang kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

d.Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar, lunak dan terdapat pembukaan

VI.Tanda tanda permulaan persalinan.

-Kepala turun memasuki PAP terutama pada primigravida. Pada primigravida kepala anak pada bulan terakhir berangsur angsur turun kedalam rongga panggul. Pada multigravida, dinding rahim dan perut sudah kendor kekenyalannya sudah berkurang sehingga kekuatan mendesak ke bawah tidak seberapa, biasanya kepala baru turun pada permulaan persalinan.

-Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

-Perasaan sering atau susah BAB karena vesika urinaria karena tertekan oleh bagian terbawah janin.

-Perasaan sakit diperut dan pinggang oleh adanya his.

-Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, sekresi bertambah, kadang kadang bercampur darah

VII.Penurunan kepala janin.(Rustam Mochtar, 1998)

VIII.Prosespersalinan(Rustam Mochtar, 1998)

1.Kala I.

Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm)

Terbagi menjadi 2 fase :

-fase laten : serviks berdilatasi kurang dari 4 cm

-fase aktif : serviks berdilatasi 4 9 cm, kecepatan pembukaan 1 cm atau lebih perjam, penurunan kepala dimulai.

Pada kala pembukaan his belum begitu kuat, datangnya 10 15 menit dan tidak seberapa mengganggu ibu hingga ia sering masih dapat berjalan

Lambat laun his bertambah kuat, interval menjadi lebih pendek, kontraksi lebih kuat dan lebih lama, lendir darah bertambah banyak.

Lamanya kala I untuk primipara 12 jam dan untuk multipara 8 jam.

Kemajuanpersalinan dalam kala I :

a.Kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I :

-Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan durasi.

-Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama persalinan faseaktif (dilatasi serviks berlangsung atau ada disebelah kiri garis waspada).

-Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin

b.Kemajuan yang kurang baik pada kala I :

-Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten.

-Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam selama persalinan fase aktif (dilatasi serviks berada di sebelah kanan garis waspada).

-Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin

Kemajuan pada kondisi ibu.

a.Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang dalam keadaan dehidrasi atau kesakitan.Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau IV dan berikan analgesik secukupnya.

b.Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya perdarahan

c.Jika terdapat aceton didalam urine ibu, curigai masukan nutrisi yang kurang. Segera berikan dextrose IV.

Kemajuan pada kondisi janin.

a.Jika didapati DJJ tidak normal (kurang dari 100 atau lebih dari 180 x/menit) curigai adanya gawat janin.

b.Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan reflek fleksi sempurna digolongkan dalam malposisi atau malpresentasi.

2.Kala II

a.Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.

b.His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 100 detik, datngnya tiap 2 3 menit. Ketuban biasanya pecah dalam kala ini dan ditandai dengan keluarnya cairan yang kekuningan secara sekonyong konyong dan banyak.

c.Pasien mulai mengejan.

d.Pada akhir kala 2 sebagai tanda bhwa kepala sudah sampai didasar panggul, perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka.

e.Dipuncak his, bagian terkecil dri kepala nampak dalam vulva, tetapi hilang lagi waktu his berhenti.Pada his berikutnya bagian kepala yang nampak lebih besar lagi, tetapi surut kembali kalau his terhenti. Kejadian ini disebut kepala membuka pintu.

f.Maju dan surutnya kepala berlangsung terus, sampai lingkaran terbesar dari kepala terpegang oleh vulva sehingga tidak dapat mundurlagi.Pada saat ini tonjolan tulang ubun ubun saat ini telah lahir dan sub oksiput ada dibawah simpisis. Pada saat ini disebut kepala keluar pintu. Karena pada his berikutnya dengan ekstensi lahirlah ubun ubun besar, dahi dan mulut pada komisura posterior.

g.Setelah kepala lahir ia jatuh kebawah dn kemudian terjadi putaran paksi luar, sehingga kepala melintang. Sekarang vulva menekan pada leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar lendir dan cairan.

h.Pada his berikutnya bahu lahir, bahu belakang dulu kemudian baru depan disusul oleh seluruh badan anak dengan fleksi lateral sesuai dengan paksi jalan lahir.

i.Lamanya kala 2 pada primi kurang lebih 50 menit dan pada multi kurang lebih 20 menit.

3.Kala III

-Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta.

-Lamanya kala uri kurang lebih 8,5 menit dan pelepasan plasenta hanya memakan waktu 2 3 menit.

4.Kala IV

-Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.

IX.Pathways(Persis Mary Hamilton, 1995)

TAHAP PERTAMA PERSALINAN

1.Tahap Pertama Persalinan

Proses persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan di akhiri dengan dilatasi serviks lengkap. Perawatan dimulai ketika wanita melaporkan hal-hal berikut :

1)Awitan kontraksi uterus yang progresif, teratur, yang meningkat kekuatan, frekuensi dan durasi.

2)Rabas vagina yang mengandung darah ( bloddy show )

3)Rabas cairan dari vagina ( selaput ketuban pecah spontan )

a.Pengkajian

Pengkajian dimulai saat pertamakali kontak dengan klien. Pertama yang dikaji apakah wanita tersebut sudah mengalami persalinan sejati dan harus masuk ke rumah sakit.

1)Perbedaan Persalinan Sejati Dan Persalinan Palsu

a.Persalinan sejati

a)kontraksi

(1)Berlangsung teratur, semakin kuat, lama dan semakin sering

(2)Intensitas meningkat saat ibu berjalan

(3)Dirasakan di punggung bawah, menjalar ke bagian bawah abdomen

(4)Terus berlangsung meskipun berbagai cara dilakukan untuk membuat wanita nyaman

b)serviks

(1)Menunjukkan perubahan yang progresif ( melunak, menipis dan dilatasi di tandai dengan pengeluaran darah yang banyak)

(2)Semakin bergerak ke posisi anterior, tidak dapat ditentukan tanpa pemeriksaan dalam

c)janin

(1)Bagian presentasi biasanya telah masuk ke dalam panggul sering disebut janin jatuh ( lightening ). ini membuat wanita lebih mudah bernapas dan pada saat yang sama, kandung kemih tertekan akibat tekanan ke bawah oleh bagian presentasi

b.Persalinan palsu

a)kontraksi

(1)Berlangsung tidak teratur atau menjadi teratur hanya untuk sementara

(2)Dirasakan pada bagian belakang atau pada abdomen diatas pusat

(3)Sering kali berhenti saat ibu berjalan atau mengubah posisi

(4)Seringkali dapat dihentikan jika dilakukan tindakan untuk membuat wanita menjadi nyaman

b)serviks

(1)Mungkin lunak, tapi tidak ada perubahan signifikan dalam penipisan atau dilatasi atau tidak ada bukti bloddy show

(2)Sering berada pada posisi posterior, tidak dapat diketahui tanpa pemeriksaan dalam

c)janin

(1)Bagian presentasi biasanya belum masuk kedalam panggul.

Pengkajian merupakan prioritas utama. Perawat akan mengkaji system secara rinci melalui wawancara, pengkajian fisik, dan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan status persalinan wanita.

2)Formulir penerimaan

Dapat memberi perawat arahan untuk memperoleh informasi penting dari seorang wanita yang akan melahirkan. Sumber informasi tambahan dapat diperoleh dari :

a)Catatan prenatal

Perawat yang bertugas di bagian penerimaan meninjau kembali catatan prenatal untuk mengidentifikasi kebutuhan dan resiko individual wanita itu. Apabila wanita itu tidak menjalani perawatan prenatal, gali alasan yang mendasari hal tersebut. Apabila wanita itu merasa tidak nyaman, perawat sebaiknya mengajukan pertanyaan di antara kontraksi, ketika wanita itu dapat berkonsentrasi dengan lebih baik.

Apabila ini bukan persalinan dan pengalaman melahirkan pertama, penting bagi wanita itu untuk mencatat karakteristik pengalaman sebelumnya.

b)Wawancara

Keluhan atau alasan utama wanita datang ke rumah sakit di tentukan dalam wawancara. Keluhan utama dapat berupakantong airnya pecah dengan atau tanpa kontraksi.

Wanita di minta untuk mengingat kembali peristiwa pada hari-hari sebelumnya. Ia diperiksa untuk melihat tanda tanda prodromal persalinan dan awal terjadinya kontraksi yang teratur. Ia diminta untuk menjelaskan hal-hal berikut :

1)Frekuensi dan lama kontraksi

2)Lokasi dan karakteristik rasa tidak nyaman akibat kontraksi (misalnya sakit pinggang, rasa tidak enak pada suprapubis)

3)Menetapnya kontraksi meskipun terjadi perubahan posisi saat ibu berjalan atau berbaring

4)Keberadaan dan karakter rabas atau show dari vagina

5)Status membran amnion, misalnya rembesan cairan apabila diduga cairan amnion telah keluar, tanyakan tanggal dan jam pertama kali cairan keluar, tanyakan juga warna cairan. Seringkali pemeriksaan dengan speculum steril dan tes nitrazin ( PH ) atau tes pakis ( fern test ) dapat memastikan membrane telah pecah atau belum.

Bloddy show dibedakan dari pendarahan karena show berwarna merah muda dan terasa lengket karena berlendir. Mula-mula show yang keluar sedikit, lama kelamaan bertambah banyak seiring penipisan dan dilatasi serviks.

Untuk mengetahui status pernapasan wanita perawat menanyakan apakah wanita menderita pilek atau gejala-gejala yang berkaitan dengan pernapasan, hidung tersumbat sakit tenggorok atau batuk. Kaji kembali adanya alergi terhadap obat yang diberikan secara rutin seperti meperidin ( Demerol ) atau lidokain ( Xylocaine ). Respon alergi dapat menyebabkan pembengkakan selaput lender pada system pernapasan. Muntah dapat menyebabkan komplikasi pada suatu persalinan normal.

Perawat juga perlu menyiapkan wanita untuk menghadapi kemungkinan perubahan rencana . permintaan pada rencana persalinan dapat berupa memilih orang yang akan menemaninya pada saat bersalin, mengenakan pakaian sendiri, membawa bantal, mendengar musik, membuat video persalinan dan melahirkan, memilih metode pereda nyari, posisi melahirkan, membiarkan ayah memotong tali pusat, dan segera menyusui bayi setelah melahirkan ( Myles, 1989 ).

3)Factor-faktor psikososial

a)Interaksi verbal

Apakah wanita bertanya, meminta apa yang diperlukan, berbicara pada orang-orang yang mendukungnya, berbicara dengan bebasatau hanya berespon saja.

b)Bahasa tubuh

Apakah tampak santai, tingkat kecemasan, pendukungnya,posisinya kaku atau berbaring, keletihannya dan banyak istirahat yang dilakukannya, dimana pasangannya duduk,

c)Kemampuan persepsi

Apakah ia memahami apa yang perawat katakan? hambatan dalam bahasa? dapatkah ia mengulang kembali apa yang disampaikan? dsb.

d)Tingkat ketidaknyamanan

Sejauh mana wanita itu mengekspresikan apa yang dialami? reaksinya terhadap kontraksi, tanda-tanda non verbal dari nyeri yang dialami.

e)Stresdalam persalinan

Tanggungjawab perawat terhadap wanita yang sedang bersalin adalah menjawab pertanyaan atau berupa mencari jawaban untuknya, memberi dukungan , merawat klien bersama dengan orang yang diinginkan wanita itu menjadi penasihatnya.

4)Faktor budaya

Adalah penting untuk mengetahui latar belakang etnik/budaya wanita untuk mengantisipasi intervensi perawatan yang mungkin perlu ditambahkan atau duhilangkan dalam rencana perawatan individu.

Wanita yang tidak berbahasa Indonesia dalam persalinan. Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika ia tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang disampaikan kepadanya. Ini dapat dan sering terjadi pada wanita yang tidak berbahasa Indonesia (Bentz, 1980). Hal ini menimbulkan stress pada tingkat tertentu. Masalah pada wanita yang tidak berbahasa Indonesia ini akan semakin berat karena mereka seringkali merasa sangat bingung untuk mengatasi keadaan mereka. Kadang-kadang mereka membawa pendukung yang berkomunikasi dalam berbahasa Inggris bersama mereka.

Kapan mulai dirawat. Kontraksi yang terasa kuat dan teratur tetapi bukan merupakan kontraksi persalinan sejati karena tidak menyebabkan dilatasi serviks akan tetapi, jika wanita itu tinggal jauh dari rumah sakit, ia dapat masuk ke rumah sakit pada awal persalinan.

b.Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan awal menentukan waktu dimulainya persalinan sejati. Hasil pemeriksaan merupakan dasar pengkajian kemajuan persalinan, pengetahuan tentang kehamilan, pemeriksaan awal yang cermat, dan pengamatan kemajuan kehamilan merupakan hal-hal yang penting selama proses persalinan.

Contoh pengkajian minimal pasien beresiko rendah pada tahap pertama persalinan

Pengkajian frekuensi

1)Tekanan darah setiap 1 jam

2)Denyut nadi setiap 1 jam

3)Suhu setiap 4 jam, setiap 2 jam ketika ketuban pecah

4)aktivitas rahim setiap 1 jam sampai aktif, setiap 30 menit jika aktif

5)masukan dan haluaran setiap 8 jam, dipstick urine untuk protein, keton setiap berkemih

6)distensi kandung kemih setiap 1 jam, show setiap 1 jam

7)denyut jantung janin setiap jam pada tahap laten,setiap 30 menit pada tahap aktif, jika ketuban pecah

8)periksa dalam jika diperlukan untuk mengetahui kemajuan persalinan

a)untuk memastikan perubahan saat gejala muncul ( mis, kekuatan, durasi, peningkatan jumlah show, ketuban pecah, wanita merasakan tekanan pada rectum

b)untuk menentukan apakah dilatasi danpenurunan kepala telah cukup supaya klien dapat diberi analgesi atau anastesi

c)untuk mengkaji kembali kemajuan jika persalinan berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan

d)untuk menetukan stasiun bagian presentasi

c.Pengkajian system umum

Pengkajian system secara singkat perlu dilakukan oleh perawat, termasuk pemeriksaan jantung, paru-paru, dan kulit. Adanya edema di tungkai, di muka, di tangan dan refleks tendon dalam.

a)Perasat leopold (palpasi abdomen)

Setelah berada di tempat tidur,perawat memintanya untuk bernaring telentang sebentar sehingga perawat dapat melakukan perasat leopold (prosedur 21-1). Perasat ini memberi petunjuk mengenai (1) jumlah janian, (2) bagian presentasi, letak dan sikap janin, (3) seberapa jauh penurunan janian kedalam panggul, dan (4) lokasi pmi dan ddj pada abdomen wanita.

b)Auskultasi denyut jantung janin

Penting bagi wanita untuk mengerti kaitan lokasi pmi djj dengan presentesi, letak dan posisi janin. Pengkajian resiko tinggi komplikasi persalinan dapat didiagnosis berdasarkan variasi factor-faktor ini. Pmi djj adalah tempat abdomen ibu, dimana djj paling keras terdengar. Tempat ini biasanya dipunggung janin. PMI juga membantu penentuan posisi janin. Pada presentasi verteks, djj terdengar dibawah umbilicus ibu, baik pada kuadran bawah kiri atau kanan abdomen. Pada presentasi sunsang, djj terdengar di atas umbilicus ibu. Dengan turunnya janin dan terjadinya rotasi dalam, djj terdengar pada tempat yang lebih rendah dan lebih dekat ke garis tengah abdomen ibu.

c)Pengkajian kontaksi uterus

Karakteristik umum persalinan yang efektif adalah aktifitas uterus yang teratur. Aktivitas uterus tidak langsung berkaiatan dengan kemajuan persalinan. Ada beberapa metode yang dipakai untuk mengkaji kontraksi uterus. Metode-metode itu adalah gambaran subjektif wanita, palpasi dan pencatatan waktu oleh klinis dan peralatan minitor elektronik.

Setiap kontraksi menunjukkan pola seperti gelombang. Kotraksi dimulai dengan peningkatan perlahan-lahan (peningkatan kontraksi dari sebelumnya), secara bertahap mencapai puncak (tertinggi), dan kemudian menurun dengan lebih cepat (penurunan, menurunya kontraksi). Kemudian diikuti interval periode istirahat (tekanan intrateurin 8 sampai 15 MmHg), yang meningkatkan kembali saat kontraksi sebelumnya dimulai.

d)Karakteristik berikut menjelaskan kontraksi uterus :

(1)Frekuensiseberapa sering kontraksi uterus terjadi ; periode waktu antara awal sesuatu. Kontrasi berikutnya atau dari puncak ke puncak.

(2)Intensitaskekuatan kontraksi yang paliang besar.

(3)Durasiperiode waktu antara awal dan akhir sesuatu kontraksi

(4)Tonus istirahatketegangan otot iterus diantara kontraksi

Cara yang paling sering dugunakan untuk mengukur kontraksi uterus adalah palpasi atau pemantauan aktifitas listrik eksternal dan internal. Apabila seorang wanita masuk kedalam rumah sakit, biasanya dilakukan pementauan dasar untuk mengkaji kontraksi uterus dan djj selama 20-30 menit.

Frekuensi dan durasi kontaksi dapat ditentukan dengan menggunakan ketiga metode di atas dalam memantau aktifitas uterus. Palpasi adalah metode yang kurang akurat dalam menentukan intensitas kontraksi uterus.

e)Istilah-istilah berikut dipakai untuk menggambarkan hal yang dirasakan selama palpasi :

(1)Lemahfundus sedikit tegang dan mudah membentuk lekukan jika ditekan dengan ujung-ujung jari.

(2)Moderatfundus keras dan sulit membentuk lekukan jika ditekan dengan ujung-ujung jari.

(3)Kuatfundus kaku, seperti karton dan hampit tidak mungkin membentuk lekukan jika ditekan dengan ujung-ujung jari.

Pemantauan listrik ekternal memberi keterangan tentang kekuatan relative kontraksi. Pemantauan elektrolik internal adalah metode yang paliang dapat diandalkan dalam pengkajian kontraksi uterus.

f)PeriksaDalam

Pemeriksaan dalam memberi keterangan apakah seseorang wanita sudah memasuki persalian sejati dan memungkinkan pemeriksa menentukan apak selaput ketuban telah pecah. Persalinan dimulai dengan pecahnya ketuban secar spontan (SROM) pada hampir 25% wanita hamil aterm. Ada selang waktu, jarang melebihi 24 jam, yang mendahului awal persalinan.

Pemeriksaan dalam terdiri dari beberapa langkah berikut :

(1)Perawat mempersiapkan alat-alat yang diperlukan, termasuk sarung tangan steril sekali pakai, larutan atau jeli cair anti septic, dan sumber sinar (lampu).

(2)Perawat mempersiapkan wanita dengan menjelaskan prosedur dan menyelimutinya supaya terhindar dari udara dingin dan rasa malu. Wanita berada dalam posisi sedemikian rupa sehingga tidak terjadi sindrom hipotensi supinasi

(3)Perawat mencuci tangan dan mengenakan sarung tanga steril sesuai teknik aseptic. Perawat menjelaskan kepada wanita bahwa ia akan merasakan jari telunjuk dan jari tengah perawat masuk kedalam vaginanya.Yang dikaji adalah hal-hal berikut:

dilatasi dan penipisan serviks

bagian, posisi, stasiun presentasi, dan apakah presentasi janian adalah verteks, apakah terdapat molase kepala.

Keadaan selaput utuh atau pecah

Tinja dan rectum

g)Wanitadibantu untuk mendapat posisi yang nyaman dan perawat melaporkan serta mencatat data-data diatas.

d.Pemeriksaan Laboratorium dan Dignostik

Perawat dapat mengantisipasi kebutuhan akan memperoleh data menegnai kesehatan wanita. Prosedur ini mudah dilakukan dan dapat memberi keterangan tentang status hidrasi (berat jenis, warna, jumlah), status gizi (keton), atau komplikasi yang mungkin terjadi, misalnya hipertensi akibat kehamilan (protein). Hasinya dapat cepat diperoleh dan akan membantu perawat dalam menentukan intervensi yang tepat.

e.Pemeriksaan Darah

Protocol pemeriksaan darah berbeda-beda di setiap rumah sakit dan tergantung pada riwayat kesehatan pasien. Contoh pemeriksaan minimal adalah pemeriksaan hematokrit, dimana specimen diproses dengan memakai sentrifus pada unit perinatal. Ini dapat dilakukan pada darah yang diambil dari ujung jari atau dari kateter yang dipakai pada jalur intravena. Pemeriksaan darah yang lengkap adalah pemeriksaan nilai hemoglobin dan hematokrit serta hitung jumlah sel lengkap.

Apabila golongan darah wanita belum ditentukan, darah akan diambil untuk penentuan golongan dan factor Rh. Apabila dilakukan pemeriksaan golongan darah, pemberi jasa kesehatan dapat memilih untuk mengulang pemeriksaan itu. Apabila terdapat tanda-tanda ketidakcocokan imunologis yang nyata, pemebri jasa kesehatan dapat meminta supaya dilakukan pemeriksaan darah diagnostic lain.

TAHAPKEDUAPERSALINAN

Tahap kedua persalinan adalah tahap dimana janin dilahirkan. Tahap ini dimulai dari dilatasi serviks lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Fase pertama dimulai ketika wanita menyatakan bahwa ia ingin mengedan, biasanya pada puncak kontraksi. Wanita mengeluhkan nyeri, tetapi diantara waktu kontraksi ia tenang dan sesekali memejamkan mata.

Pada fase kedua, wanita semakin ingin mengedan dan sering kali mengubah posisi untuk mencari posisi mengedan yang paling nyaman. Usaha mengedan menjadi lebih ritmik. Pada fase ketiga, bagian presentasi sudah berada pada perineum dan usaha mengedan menjadi paling efektif untuk melahirkan. Wanita akan lebih banyak mengungkapkan nyeri yang dirasakan secara verbal dengan menjerit atau memaki dan mungkin bertindak diluar kendali ( Arnold, Roberts, 1991 ).

1.Pengkajian

Tanda objektif yang pasti bahwa tahap kedua persalinan talah dimulai adalah melalui pemeriksaan dalam, yakni pemeriksaan tidak dapat lagi meraba serviks (Myles, 1989). Tanda tanda lain yang menunjukkan tahap kedua ini adalah :

a.Muncul keringat tiba tiba di bibir atas

b.Muntah

c.Aliran darah meningkat

d.Ekstremitas gementar

e.Semakin gelisah

f.Usaha mengedan yang involunter

2.Kemajuan Tahap Kedua Persalinan

KriteriaFase 1Fase 2Fase 3

Kontraksi

Kekuatan (intensitas)

Frekuensi

Penurunan

Stasiun

Show: warna dan jumlah

Usaha mengedan spontan

Vokalisasi

Perilaku ibuPeriode tenang fisiologi untuk semua criteria 2 sampai 3 menit

0 sampai +2

Kecil sampai tidak ada kecuali pada puncak kontraksi terkuat

Tenang

Khawatir tentang kemajuan

Merasa lega setelah melalui masa transisi ketahap kedua

Merasa letih dan mengantuk

Merasa telah menyelesaikan sesuatu dan optimis, bagian tersulit telah selesai

Merasa dapat mengendalikan diriSangat kuat sekali 2 sampai 2,5 menit

Meningkat dan reflles ferguson menjadi aktif

+2 sampai +4

Aliran darah merah tua

Meningkat bermakna

Rasa mengedan semakin tidak tertahankan

Suara keras atau menghembuskan nafas dengan bersuara; memberitahu saat kontraksi muncul

Merasa sangat ingin mengedan

Mengubah pola pernapasan, menahan napas 4 sampai 5 detik dengan bernapas secara teratur diantaranya 5 sampai 7 kali setiap kontraksi

Mengeluarkan suara yang keras dan menghembuskan napas dengan bersuara

Sering mengubah posisiLuar biasa kuat ekspulsif 1 sampai 2 menit

cepat

+4 sampai lahir kepala janin terlihat pada introitus; aliran darah menyertai keluarnya kepala

Semakin meningkat

Terus bersuara keras dan menghembuskan napas dengan bersuara ; mungkin menjerit atau memaki

Menyatakan bahwa rasa nyeri sangat luar biasa

Menyatakan rasa tidak berdaya

Menunjukkan penurunan kemampuan untuk mendengar dan berkonsentrasi dalam semua hal, kecuali dalam melahirkan

Menggambarkan adanya lingkaran api +

Sering kali menunjukkan kegembiraan luar biasa dengan keluarnya kepala

Tanda tanda ini sering muncul pada saat serviks berdilatasi lengkap (Myles, 1989, Scott, dkk 1990 )

3.Durasi Tahap Kedua

Tahap kedua yang berlangsung lebih dari 2 jam pada kehamilan pertama dan 1 jam pada kehamilan berikutnya dianggap abnormal dan harus dilapor pada pemberi jasa kesehatan. Factor lain yang harus dipertimbangkan adalah pola denyut jantung janin, penurunan bagian presentasi, kualitas kontraksi uterus, dan PH darah kulit dalam janin (Mahan, Mckay,1984). Berdasarkan friedman, batas dan lama tahap kedua persalinan berbeda beda, tergantung pada paritasnya

4.Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan mengarah kepada tindakan keperawatan yang diperlukan. Sebelum menegakkan diagnosis, perawat menganalisa makna pemeriksaan yang dilakukan. Berikut adalah beberapa diagnosa yang keperawatan yang menunjukkan hal hal yang penting diperhatikan pada tahap kedua :

a.Risiko tinggi cedera pada ibu dan janin yang berhubungan dengan :

Penggunaan manuver valsava secara kontiniu rendah diri situasional yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang efek normal dan efek menguntungkan bersuara ( vokalisasi ) selama mengedan, ketidakmampuan untuk bertahan dalam proses melahirkan tanpa obat.

b.Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan : pengarahan persalinan yang berlawanan dengan keinginan fisiologis wanita untuk mengedan

c.Nyeri yang berhubungan dengan : usaha mengedan dan distensi perineum

d.Ansietas yang berhubungan dengan : ketidakmampuan mengendalikan defekasi saat mengedan

e.Ansietas yang berhubungan dengan deficit pengetahuan dalam hal : tidak mengetahui sebab sebab sensasi pada perineum

f.Resiko tinggi cedera pada ibu yang berhubungan dengan : posisi tungkai ibu pada penompang kaki tidak tepat

g.Rendah diri situasional pada ayah yang berhubungan dengan : ketidakmampuan mendukung ibu dalam tahap persalinan

Hasil Yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan pada wanita yang berbeda dalam tahap kedua persalinan mencakup :

a.berpartisipasi aktif dalam proses persalinan

b.tidak mengalami cedera selama persalinan (begitu juga dengan janin)

c.memperoleh rasa nyaman dan dukungan dari anggota keluarga

5.Perawatan Kolaboratif

Perawat menerapkan rencana untuk memantau secara kontiniu peristiwa pada tahap kedua dan mekanisme persalinan, respon fisiologis dan respon emosi ibu pada tahap kedua serta respon janin terhadap stres pada tahap kedua

Apabila ibu dipindahkan kedaerah lain untuk melahirkan, perawat berusaha memindahkannya secara dini untuk menghindari ketergesaan. Kamar bersalin juga harus dipersiapkan untuk melahirkan.

6.Pertimbangan prenatal

1)suplai , instrument, perlengkapan

Berikut adalah saran untuk menyiapkan persalinan. Peralatan yang tersedia dapat berbeda beda pada setip fasilitas kesehatan, oleh karena itu perlu melihat prokol petunjuk prosedur dari masing masing fasilitas kesehatan :

a.alat alat untuk menyikat : sikat untuk menggosok gigi, sikat kuku, bahan pembersih, dan masker dengan pelidung atau kaca mata pelindung

b.hal hal berikut telah dilakukan :

(1)gaun dan sarung tangan steril untuk pemberi jasa kesehatan, selimut dan handuk steril untuk menyelimuti wanita dan instrument bahan steril lain, ( seperi tabung suntik, benang jahit, dan larutan anastetik ) disusun diatas meja steril sehingga dengan mudah dapat digunakan.

(2)wadah dan air steril untuk mencuci tangan selama proses melahirkan disiapkan untuk digunakan

(3)bahan untuk membersihkan vulva tersedia (wadah steril, air steril, larutan pembersih)

(4)daerah persalinan dihangatkan dan bebas penutup

(5)bahan untuk mengidentifikasi bayi tersedia

(6)selimut dan ranjang bayi yang dihangatkan tersedia

c.Semua peralatan dan perlengkapan berfungsi dengan baik, meja persalinan, lampu diatas kepala, dan cermin

d.Perlengkapan kedaruratan, anesthesia, laringoskop, dan bahan tersedia dan berfungsi dengan baik jika diperlukan dalam keadaan darurat, seperti mengontrol pendarahan ibu, atau mengontrol distress pernapasan bayi.

e.Bahan tambahan (anastetik, oksitosik untuk injeksi, dan forsep kebidanan) tersedia

f.Catatan medis wanita terbaru dan siap dipakai dikamar bersalin

TAHAP KETIGA PERSALINAN

Tahap ketiga persalinan berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta lahir. Tujuan penanganan tahap ketiga persalinan adalah pelepasan dan ekspulsi segera plasenta, yang dicapai dengan cara yang paling mudah dan paling aman.

Pelepasan plasenta diindikasikan dengan tanda tanda berikut :

1.fundus yang berkontraksi kuat

2.perubahan bentuk uterus dari bentuk cakram menjadi bentuk oval bulat, sewaktu plasenta bergerak kearah segmen bagian bawah

3.darah berwarna gelap keluar tiba tiba dari introitus

tali pusat bertambah panjang dengan majunya plasenta mendekati introitus

4.vagina (plasenta) penuh pada pemeriksaan vagina atau retum atau membrane janin terlihat di introitus

1.Tanda Masalah Potensial

Meskipun pemberi jasa telah selesai mengeluarkan plasenta, perawat terus memantau tanda tanda penurunan kesadaran atau perubahan pernapasan. Dengan lepasnya plasenta, ada kemungkinan cairan amnion memasuki sirkulasi ibu jika otot uterus tidak berkontraksi dengan baik dan cepat. Insiden komplikasi ini memang kecil, tetapi perawat yang waspada dapat membantu mengenali komplkasi ini dengan segera serhingga dapat dilakukan penanganan segera.

2.Hubungan Orang Tua Dan Anak

Reaksi ibu saat melihat bayinya baru lahir dapat berupa tertawa, nangis, berbicara, bahkan ada yang apatis. Kadang kadang reaksi ibu dapat berupa sikap marah atau tidak peduli, ibu membuang muka terhadap bayi, atau mungkin berkonsentrasi pada nyerinya, dan kadang kadang memberi komentar yang kejam. Reaksi yang berbeda beda ini dapat timbul karena perasaan senang, kelelahan atau kekecewaan yang mendalam. Apapun reaksinya dan sebab yang menimbulkannya, ibu perlu tetap diterima, dan didukung oleh staf. Catatan reaksi orang tua terhadap bayi yang baru lahir dapat ditulis di catatan pemulihan. Bagaimana sikap orang tua, apa yang mereka lakukan, dan apa yang mereka katakan.

3.Gangguan Integritas Kulit Terkait Proses Melahirkan

a.Episiotomi

Episiotomi adalah insisi pada perineum untuk memperbesar mulut vagina. Pendukung tindakan epiostomi menyatakan bahwa tindakan ini mempunyai manfaat sebagai berikut :

1)mencegah robekan perineum. Insisi yang bersih dan dilakukan pada posisi yang benar akan lebih cepat sembuh daripada robekan yang teratur.

2)Kemungkinan mengurangi regangan otot penyangga kandung kemih atau rectum yang terlalu kuat dan berkepanjangan, yang di kemudian hari menyebabkan inkontinensia urine atau prolaps vagina. Mengurangi lama tahap kedua yang mungkin penting mengingat keadaan ibu atau keadaan janin

3)Memperbesar vagina jika diperlukan manipulasi untuk melahirkan bayi

b.Aplikasi klinis riseto

Episiotomi medial dan resiko laserasi derajat ketiga dan keempat

Para peneliti telah menemukan bahwa episiotomi medial berkaitan dengan robekan perineum dan rektum. Meskipun telah dilakukan episiotomi mediolateral, robekan rektum masih dapat terjadi.

Para ahli riset menemukan bahwa robekan perineum derajat ketiga dan keempat lebih sering terjadi jika episiotomi dilakukan, berat bayi lebih dari 3500 gr, atau pada persalinan pervaginam pertama. Dalam hal ini, 11% wanita menjalani persalinan pervaginam dengan tindakan dan 15% dilakukan episiotomi .

Jenis episiotomi ditentukan berdasarkan tempat dan arah insisi

1)Episiotomi garis medial

Paling sering dilakukan, episiotomi ini efektif, mudah diperbaiki, dan biasanya nyeri yang timbul lebih ringan.

2)Episiotomi mediolateral

Dilakukan pada persalinan dengan tindakan jika ada kemungkinan terjadi perluasan ke arah posterior.

c.Laserasi

1)Laserasi perineum

Biasanya terjadi sewaktu kepala janin dilahirkan. Luas robekan didefinisikan berdasarkan kedalam robekan :

(a)derajat pertama. Robekan mencapai kulit dan jaringan penunjang superficial sampai ke otot.

(b)derajat kedua. Robekan mencapai otot-otot perineum

(c)derajat ketiga. Robekan berlanjut ke otot sfingter ani

(d)derajat ke empat. Robekan sampai mencapai dinding rectum anterior.

2)Laserasi vagina

Robekan dinding vagina dapat timbul akibat rotasi forsep, penurunan kepala yang cepat, dan persalinan yang cepat, (wheeler, 1991). Lokasi robekan dan pendarahan yang cepat dan banyak membuat robekan ini sukar dilihat dan diperbaiki.

3)Cedera serviks

Laserasi serviks akibat persalinan terjadi pada sudut lateral ostium eksternal, kebanyakan dangkal dan pendarahan minimal.

TAHAP KE EMPAT PERSALINAN

Selama 2 jam pertama setelah melahirkan, organ-organ ibu mengalami penyesuaian awal terhadap keadaan tidak hamil dan system tubuh mulai menjadi stabil. Selama beberapa jam bayi yang baru lahir terus menjalani transisi dari keadaan intrauterine ke ektrauterin. Keterampilan perawat dapat memberi makna yang besar selama tahap keempat.

1.Penatalaksaan perawatan

a.Pengkajian.

Hal yang paling penting adalah keadaan yang dapat menjadi predisposisi pendarahan pada ibu (seperti persalinan yang cepat, bayi yang besar, grande multipara atau persalinan dengan induksi), yang merupakan bahaya yang mungkin terjadi pada persalinan tahap keempat. Selama jam pertama dalam ruang pemulihan, perlu dilakukan pemeriksaan fisik dengan sering. Semua factor, kecuali suhu tubuh, diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam. Lingkup dan tujuan pemeriksaan, metode pengkajian, dan temuan dalam batas normal dibahas dengan singkat.

b.Tanda masalah potensial

Karena pendarahan merupakan komplikasi potensial yang signifikan, hal ini dibahas dengan mendalam. Perawat harus selalu siaga terhadap kemungkinan komplikasi yang mencakup keadaan hipertensi, infeksi, gangguan endokrin, gangguan psikososial, dan kehilangan serta kedukaan.

2.Diagnosa keperawatan

a.resiko tinggi defisit volume cairan (pendarahan) yang berhubungan dengan atoni uterus setelah melahirkan.

b.retensi urine yang berhubungan dengan efek persalinan / melahirkan pada sensasi saluran kemih.

c.nyeri yang berhubungan dengan luka akibat proses kelahiran bayi

d.resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan ambulasi dini

e.resiko tinggi perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan nyeri atau keletihan pascapartum atau kekecewaan terhadap jenis kelamin atau penampilan bayi yang baru lahir.

f.perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan bertambahnya anggota keluarga baru.

g.menyusui bayi yang tidak efektif yang berhubungan dengan kurangnya pengalaman

3.Hasil akhir yang di harapkan

Hasil akhir yang diharapkan dalam persalinan tahap keempat dapat mencakup :

a.wanita akan memerlukan tidak lebih dari satu pembalut setiap jam

b.wanita akan berkemih dengan spontan dengan jumlah lebih dari 300 ml dalam waktu 6-8 jam setelah melahirkan

c.wanita akan mengutarakan penerimaan terhadap proses persalinan setelah mengungkapkan kekhawatirannya

d.wanita akan menunjukan perilaku ikatan batin dengan bayi

e.wanita akan mengatakan bahwa ia tidak merasa nyeri setelah dilakukan tindakan untuk meredakan nyeri

4.Perawatan kolaboratif

Selama tahap keempat persalinan, perawat harus mengatur perawatan agar mencakup observasi tanda-tanda vital, usaha untuk meredakan nyeri, penyuluhan kepada ibu, dan perawatan bayi.

Selama tahap keempat persalinan, perawat memaafkan setiap kesempatan untuk mengajar ibu baru. Tanpa memandang jumlah paritas, ibu baru tetap dapat menperoleh manfaat dari penjelasan mengenai berbagai tindakan perawatan selama periode pascapartum. Penyuluhan dikaitkan dengan tujuan, pengkajian, temuan pengkajian, tindakan keperawatan, dan evaluasi perawatan.

5.Mencegah pendarahan

Pendarahan pascapartum dianggap terjadi jika kehilangan darah mencapai 500 ml atau lebih dalam 24 jam pertama setelah melahirkan. Suhu, denyut nadi, dan tekanan ibu diperiksa dan dicatat dan harus berada dalam batas-batas normal. Setelah persalinan yang sulit, tekanan darah sistolik kurang dari 110 mmHg disertai frekuensi nadi lebih dari 100 denyut / menit biasanya disebabkan oleh pendarahan atau syok.

Uterus harus dipalpasi dengan sering untuk memastikan uterus tidak berisi darah. Pembalut harus sering diperiksa untuk memastikan darah yang keluar tidak berlebihan. Uterus yang relaksasi akan mengembang akibat adanya darah dan bekuan darah, sehingga pembuluh darah pada sisi plasenta tidak terjepit dan ini mengakibatkan terjadinya pendarahan. Uterus menjadi tidak berfungsi sebagai jahitan yang hidup , yang membantu terjadinya kontraksi uterus.

Dengan habisnya efek oksitosik setelah melahirkan, jumlah lokia akan bertambah karena miometrium sedikit banyak berelaksasi. Perawat harus selalu memeriksa daerah di bawah bokong ibu, demikian pula pembalutnya. Darah dapat mengalir di antara bokong menuju kain di bawah bokong ibu sementara jumlah yang diserap pembalut sedikit.

Sumber potensial lain perdarahan adalah terbentuknya hematoma di bawah mukosa vagina atau pada jaringan ikat vulva. Ini dapat terjadi akibat cedera pembuluh darah selama persalinan atau sewaktu memperbaikan robekan / episiotomi. Perdarahan dapat berlangsung lambat, tetapi terus menerus karena darah merembes dari pembuluh darah dan meregang jaringan di sekitarnya.

Hematoma vulva dapat lihat dengan bertambahnya pembengkakan. Biasanya hematoma terjadi uniteral dan warnanya menjadi keunguan. Hematoma vagina biasanya hanya di temukan melalui pemeriksaan manual. Perawatan setelah prosedur inimencakup pemantauan seksama daerah perineum dan kehilangan darah, upaya mempertahankan cairan intravena, pemantauan tanda-tanda vital dan hasil laboratorium, upaya mempersiapkan kemungkinan perlunya transfusi, dan memberi antibiotik yang di resepkan sebagai upaya mencegah infeksi.

Apabila perdarahan tampak sebagai tetesan yang terus- menerus atau terlihat memancar, perlu di curigai adanya laserasi vagina dan serviks atau adanya pembuluh darah yang tidak diikat pada episiotomi dan kemungkinan besar perlu dilakukan tindakan bedah untuk memperbaikannya.

6.Syok hipovolemik

Akibat perdarahan dapat terjadi pada tahap keempat persalinan normal. Identifikasi, diagnosis, dan intervensi yang segera biasanya dapat dengan cepat memulihkan tekanan darah, nadi, dan tanda-tanda lain. Pemulihan terjadi jika terdapat volume darah sirkulasi yang memadai untuk tubuh mengompesasi kehilangan darah atau jika diberikan infus intravena.

Tindakan seperti pijatan uterus dan pemberian oksitosin IV dilakukan untuk mencegah kehilangan darah lebih lanjut. Perawat kemudian mencatat semua intervensi perawatan dan medis yang telah dikerjakan dan hasilnya (luegenbiehl, 1991 ). Kotak kedaruratan membuat referensi cepat tentang tanda dan gejala bahaya serta intervensi untuk syok hipovolemik.

7.Mencegah distensi dan kandung kemih

Palpasi untuk menentukan jumlah distensi ( peregangan ) kandung kemih. Harus dilakukan sewaktu melakukan palpasi fundus. Kandung kemih yang penuh akan menekan uterus ke atas dan ke sebelah kanan garis tengah. Posisi ini akan menyebabkan uterus berelaksasi. Akibatnya, terjadi perdarahan. Distensi kandung kemih dapat terjadi pada atoni dinding kandung kemih. Atoni menyebabkan retensi urine, yang menciptakan lingkungan yang baik untuk infeksi.

8.Menjaga keamanan

Ibu dibiarkan beristirahat dengan nyaman di tempat tidur. Wanita yang baru saja melahirkan perlu terus berada di tempat tidur untuk waktu tertentu agar system tubuhnya dapat beradaptasi kembali terhadap perubahan volume cairan. Perawat yang merawat wanita akan memutuskan kapan waktu yang tepat untuk ambulasi awal.

Tekanan intraabdomen yang cepat menurun setelah melahirkan mengakibatkan dilatasi pembuluh darah yang menyuplai usus, yang di kenal sebagaipembekakan sflangnik, yang menyebabkan darah terkumpul di visira. Hal ini berperan dalam terjadinya hipotensi ortostatik yang cendrung terjadi jika wanita yang baru saja melahirkan mengambil posisi berdiri; akibatnya ia akan mengalami pingsan atau kepalanya terasa ringan. Wanita yang menerima anestesia konduksi (blok epidural) tetap berada di tempat tidur sampai ia mampu bergerak sepenuhnya dan sensasi di tungkai nya pulih kembali dan tekanan darah serta nadinya berada dalam batas normal. Wanita yang menerima analgesia perlu di awasi sampai ia pulih sepenuhnya dari pengobatan (yaitu, tanda-tanda vital stabil dalam batas normal, dan ia sadar sepenuhnya).

9.Mempertahankan kenyamanan.

Perawat dapat memberi rasa nyaman kepada wanita dengan melakukan hal-hal berikut :

a.menjelaskan fisiologi normal nyeri setelah melahirkan

b.menolong ibu mempertahankan kandung kemihnya kosong

c.menempatkan selimut hangat di atas perut ibu

d.memberi analgesik yang di instruksikan oleh petugas jasa kesehatan

e.anjurkan latihan relaksasi dan pernafasan.

10.Menjaga kebersihan

Perawatan perineum akan menambah kenyamanan dan keamanan ibu (pencegahan infeksi). Pembalut perineum yang bersih ditempatkan pada tempatnya, bokong dikeringkan, dan pakaian yang basah diangkat sehingga wanita akan merasa hangat dan nyaman. Perawat harus mengenakan sarung tangan bersih sebelum menyentuh pakaian ibu, pembalut perineum yang kotor atau daerah perineum. Wanita dianjurkan mengganti pembalutnya setiap kali ke kamar mandi.

11.Mempertahankan keseimbangan cairan dan nutrisi.

Pembatasan asupan makanan dan cairan serta kehilangan cairan (darah, keringat, atau muntah) selama persalinan dapat membuat wanita tiba-tiba ingin segera makan dan minum setelah melahirkan. Apabila wanita menerima jenis anestesi lain ahli anestesi akan menentukan kapan efek anestesi akan hilang dan ia boleh mulai minum. Perdarahan yang banyak dapat menjadi tanda serpihan plasenta tertinggal, yang membutuhkan anestesi umum untuk membuang serpihan plasenta dan menghentikan perdarahan. Jadi, biasanya wanita dengan perdarahan banyak di puasakan sampai perdarahannya terkendali. Jalur IV tetap dibiarkan, dan cairan diganti dengan cairan yang mengandung dekstros untuk menyuplai kalori sampai wanita dapat makan melalui mulut. Perawat memantauan jalur IV dan mencatat jenis, jumlah, dan toleransi masukan cairan melalui mulut pada catatan.

12.Mendukung kebutuhan psikososial orang tua.

Keadaannya psikososial ibu yang baru dapat berkisar dari euforia dan sejahtera sampai rasa mengantuk yang di tandai dengan tidak menyadari apa yang terjadi di lingkungannya. Seperti telah di utarakan sebelumnya, reaksi-reaksi pertama ibu dan ayah yang baru terhadap anak mereka yang baru lahir sangat bervariasi. Reaksi- reaksi ini akan menjadi petunjuk bagi tim perinatal dalam membuat rencana perawatan untuk setiap induvidu.

DAFTAR PUSTAKA

1.Bagian Obstetri Dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung. 1983.Obstetri Fisiologi.Bandung: Elemen.

2.Doengoes M. E. 2001.Rencana Perawatan Maternal / Bayi,Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC,

3.Moechtar, Rustam. 1998.Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi,Jilid I, Edisi 2, Editor : Delfi Lutan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

4.Mary Hamilton, Persis. 1995.Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas Edisi 6.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran,EGC.

5.Saifuddin, A.B dkkm. 2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal. Edisi I, Catatan I. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sasworo Prawirohardjo.