perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id hubungan paparan .../hubungan... · subdit ispa tahun 2005...

67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN PAPARAN DEBU VULKANIK DARI LAHAR DINGIN GUNUNG MERAPI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KECAMATAN SALAM, MAGELANG SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran A. FANI CHRISANTI G0008001 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: phamthuan

Post on 09-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN PAPARAN DEBU VULKANIK DARI LAHAR DINGIN

GUNUNG MERAPI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI

KECAMATAN SALAM, MAGELANG

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

A. FANI CHRISANTI

G0008001

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul : Hubungan Paparan Debu Vulkanik dari Lahar Dingin

Gunung Merapi dengan Kejadian ISPA pada Balita di Kecamatan Salam,

Magelang

A. Fani Chrisanti, G0008001, Tahun 2011

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Ujian Skripsi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari Kamis, Tanggal 8 Desember 2011

Pembimbing Utama Penguji Utama

Suparman, dr., M.Kes Sumardiyono, SKM, M.Kes

NIP : 19541018 198503 1 001 NIP : 19650706 198803 1 002

Pembimbing Pedamping Anggota Penguji

Riza Novierta Pesik, dr., M.Kes Anik Lestari, dr., M.Kes

NIP : 19651117 199702 2 001 NIP : 19680805 200112 2 001

Tim Skripsi

Muthmainah, dr., M.Kes

NIP : 19660702 199802 2 001

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 28 November 2011

A. FANI CHRISANTI

G0008001

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK A.Fani Chrisanti, G0008001, 2011. Hubungan Paparan Debu Vulkanik dari Lahar Dingin Gunung Merapi dengan Kejadian ISPA pada Balita di Kecamatan Salam, Magelang. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara paparan debu vulkanik dari lahar dingin Gunung Merapi dengan kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Salam, Magelang. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan bulan Mei-Juli 2011 di Kecamatan Salam, Magelang dengan besar sampel sebanyak 90 balita yang diambil secara simple random sampling pada balita yang terpapar debu vulkanik di Kecamatan Salam, Magelang. Data diperoleh dari pengisian kuesioner. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis dengan program Statistic Products and Service Solution (SPSS) for Windows 17.0 menggunakan model analisis regresi logistik. Hasil Penelitian Pada model analisis regresi logistik diperoleh hubungan antara paparan debu vulkanik dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai p sebesar 0,041 (p < 0,05) dan nilai Nagelkerke R square sebesar 0,356. Studi ini juga menunjukkan nilai koefisien korelasi positif sebesar 1,079 yang berarti bahwa paparan debu vulkanik menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita. Simpulan Penelitian Terdapat hubungan antara paparan debu vulkanik dari lahar dingin Gunung Merapi dengan kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Salam, Magelang. Kata kunci: paparan debu vulkanik dari lahar dingin, kejadian ISPA balita

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRACT A.Fani Chrisanti, G0008001, 2011. The Correlation between Volcanic Dust Exposure of Mt. Merapi’s Cold Lava with ISPA Prevalence in Toddlers in Kecamatan Salam, Magelang. Script. Faculty of Medicine Sebelas Maret University, Surakarta. Objective This survey was carried out to determine the correlation between Volcanic Dust of Mt. Merapi’s Lava with ISPA Prevalence in Toddlers in Kecamatan Salam, Magelang. Method This analytic observasional survey uses cross-sectional method, was held in May – July 2011 in Kecamatan Salam, Magelang. Ninety toddlers were selected by simple random sampling in toddlers who exposed to volcanic dust in Kecamatan Salam, Magelang. Data collected through questionnaire, presented in table form and analyzed by SPSS for Windows 17.0 using logistic regression test. Result Statistic examine by logistic regression test reveals the relation between volcanic dust exposure with ISPA prevalence, results p = 0,041 (p < 0,05) and Nagelkerke R square’s value 0,356. This survey shows positive correlation coefficient 1,079 which means volcanic dust exposure is risk factor for ISPA in toddlers as well. Conclusion There is a correlation between volcanic dust exposure of Mt. Merapi’s cold lava with ISPA prevalence in toddlers in Kecamatan Salam, Magelang. Keywords: volcanic dust exposure of cold lava, ISPA prevalence in toddlers.

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PRAKATA

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan antara Paparan Debu Vulkanik dari Lahar Dingin Gunung Merapi dengan Kejadian ISPA pada Balita di Kecamatan Salam, Magelang”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Tuhan YME melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Sebelas

Maret Surakarta. 3. Suparman, dr., M.Kes., selaku Pembimbing Utama yang telah memberi

bimbingan dan saran guna penyusunan skripsi ini. 4. Riza Novierta Pesik, dr., M.Kes., selaku Pembimbing Pendamping yang telah

memberi bimbingan, saran, dan motivasi bagi penulis. 5. Sumardiyono, SKM, M.Kes., selaku Penguji Utama yang telah saran, nasehat,

dan melengkapi kekurangan dalam penulisan skripsi ini. 6. Anik Lestari, dr., M.Kes., selaku Anggota Penguji yang telah memberi masukan

dalam melengkapi kekurangan dalam penulisan skripsi ini. 7. Ayahanda Petrus Fembrianto, ibunda Suparni, kakak-kakakku Rike Artha Aprilia

dan Cicilia Fara Glorensi yang telah banyak memberikan semangat dan doa dalam menyelesaikan studi di Fakultas Kedokteran.

8. Bagian skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

9. Segenap Staf Laboratorium Ilmu Kedokteran Masyarakat Fakultas Kedokteran UNS, Surakarta.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik serta saran untuk peningkatan karya ini. Semoga karya sederhana ini bermanfaat bagi semua.

Surakarta, 28 November 2011

A. Fani Chrisanti

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

DAFTAR ISI

halaman

PRAKATA……. ...................................................................................................... ...vi

DAFTAR ISI….. ...................................................................................................... ..vii

DAFTAR TABEL .................................................................................................... .viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ ....x

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... ....1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... ....1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... ....4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ ....4

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. ....4

BAB II LANDASAN TEORI......................... ....................................................... ....6

A. Tinjauan Pustaka.................. ............................................................... ....6

B. Kerangka Pemikiran ............................................................................ ..30

C. Hipotesis.............................................................................................. ..30

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... ..31

A. Jenis Penelitian .................................................................................... ..31

B. Lokasi Penelitian ................................................................................. ..31

C. Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................... ..31

D. Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................... ..32

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

E. Definisi Operasional Variabel................................................................32

F. Instrumen Penelitian ........................................................................... ..35

G. Rancangan Penelitian .......................................................................... ..36

H. Teknik Analisis Data Statistik............................................................. ..36

BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................................. ..38

A. Hasil Analisis Deskrpitif ..................................................................... ..38

B. Hasil Analisis Multivariat ................................................................... ..43

BAB V PEMBAHASAN ....................................................................................... ..48

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN...................................................................... ..50

A. Simpulan ............................................................................................. ..50

B. Saran.................................................................................................... ..51

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. ..52

LAMPIRAN

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

DAFTAR TABEL

Grafik 4.1 Distribusi Balita berdasarkan Variabel yang Diteliti...........................43

Tabel 4.1 Distribusi Balita Menurut Banyaknya Terpapar Debu Vulkanik........38

Tabel 4.2 Distribusi Balita Menurut Terpapar Tidaknya Asap Rokok................39

Tabel 4.3 Distribusi Balita Menurut Terpapar Tidaknya Asap Bahan Bakar

Memasak…………………..................................................................40

Tabel 4.4 Distribusi Balita Menurut Berat Lahir.................................................40

Tabel 4.5 Distribusi Balita Menurut Pemberian ASI...........................................41

Tabel 4.6 Distribusi Balita Menurut Pemberian Imunisasi DPT dan Campak....41

Tabel 4.7 Distribusi Balita Menurut Kejadian ISPA...........................................42

Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi Logistik Hubungan Variabel Bebas dengan

Terjadinya ISPA pada Balita...............................................................44

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penampakan Abu Vulkanik………………………...............................7

Gambar 2.2 Silika (SiO2 atau Pasir Kuarsa) dalam Ukuran Dipebesar.....................8

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang tergolong rawan

bencana alam. Di Indonesia banyak ditemui gunung api yang aktif. Banyaknya

gunung api yang masih aktif merupakan potensi munculnya bencana gempa

bumi, awan panas, lahar panas, banjir lahar dingin, dan letusan gunung berapi.

Gunung Merapi adalah gunung berapi di bagian tengah Pulau Jawa dan

merupakan salah satu gunung teraktif di Indonesia.

Bencana akibat erupsi dan letusan Gunung Merapi menyebabkan situasi

kedaruratan di semua aspek kehidupan. Ketika meletus, Gunung Merapi

mengeluarkan partikel-partikel yang berbahaya diantaranya gas beracun, lahar

panas, awan panas, partikel debu, dan batu-batuan (Fahmi, 2008). Selain itu,

bahaya sekunder dari letusan Gunung Merapi masih mengancam hingga

beberapa tahun ke depan. Bahaya sekunder tersebut adalah banjir lahar dingin

yang mengancam masyarakat di bantaran sungai yang berhulu di Gunung

Merapi (Yulianingsih, 2011). Bahaya lahar dingin dari materi vulkanik hasil

erupsi Gunung Merapi akan berlangsung dalam waktu yang lama. Balai

Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian memperkirakan

ancaman banjir lahar dingin bisa mencapai lebih dari satu tahun. Sekitar 80 %

dari 130-150 juta meter kubik material lahar dingin akibat erupsi Gunung

1

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Merapi tahun 2010 belum meluncur. Material sebanyak itu tidak akan habis

dalam 2-3 musim hujan ke depan (Wahono, 2010).

Balita adalah anak yang berusia di bawah lima tahun dan generasi yang

perlu mendapat perhatian karena balita merupakan generasi penerus dan

modal dasar untuk kelangsungan hidup bangsa. Balita diharapkan tumbuh dan

berkembang dalam keadaan sehat jasmani, rohani, dan sosial, bukan hanya

bebas dari penyakit dan kelemahan. Masalah kesehatan balita merupakan

masalah nasional, mengingat angka kesakitan dan kematian pada balita masih

cukup tinggi diantaranya dikarenakan balita yang masih amat peka terhadap

penyakit (Ditjen PPM dan PL, 2002).

Usia balita adalah kelompok yang paling rentan dengan infeksi saluran

pernapasan. Kenyataannya bahwa angka morbiditas dan mortalitas akibat

infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) masih tinggi pada balita di negara

berkembang (Soetjiningsih, 1995).

World Health Organization (WHO) memperkirakan insidensi ISPA di

negara berkembang adalah 15-20 % pertahun dengan angka kematian balita di

atas 40 per 1000 kelahiran hidup. Menurut WHO, kurang lebih ada 13 juta

anak balita di dunia meninggal setiap tahun akibat ISPA dan sebagian besar

kematian tersebut terjadi di negara berkembang (Depkes RI, 2002).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan salah satu

masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan karena masih

tingginya angka kejadian ISPA terutama pada balita. Proporsi kematian akibat

ISPA di Indonesia tahun 1998 mencakup 20-30 % dari seluruh kematian balita

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

(Depkes RI, 2000). Selain itu, ISPA juga termasuk dalam daftar sepuluh

penyakit terbanyak di rumah sakit. Survei mortalitas yang dilakukan oleh

Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai

penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 22,3 % dari

seluruh kematian balita (Depkes RI, 2002).

Menurut data dari Kecamatan Salam, Magelang dan pengungsian Desa

Jumoyo, Salam, banjir lahar dingin di Kali Pabelan dan Kali Putih, Magelang,

menyebabkan sebanyak 4.187 warga mengungsi. Mereka berasal dari

Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid dan Muntilan. Materi vulkanik yang

berasal dari lahar dingin Gunung Merapi dapat menyebabkan beberapa

masalah, salah satunya adalah masalah kesehatan. Penyakit ISPA menjadi

penyakit tersering yang menjangkiti para pengungsi di Magelang. Dari 4.187

warga yang mengungsi, 452 diantaranya adalah bayi dan balita dari

Kecamatan Salam, Magelang. Dari 452 bayi dan balita yang mengungsi

tersebut, 45 diantaranya menderita ISPA. Berdasarkan uraian tersebut, dapat

ditarik kesimpulan bahwa prevalensi kejadian ISPA pada bayi dan balita di

Kecamatan Salam, Magelang mencapai 10 % (Wahono, 2010). Berdasarkan

uraian diatas, maka peneliti ingin mengadakan penelitian untuk mengetahui

hubungan paparan debu vulkanik dari lahar dingin Gunung Merapi dengan

kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Salam, Magelang.

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

B. Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara paparan debu vulkanik dari lahar dingin

Gunung Merapi dengan kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Salam,

Magelang?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui adanya hubungan antara paparan debu vulkanik dari

lahar dingin Gunung Merapi dengan kejadian ISPA pada balita di Kecamatan

Salam, Magelang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Mendeskripsikan paparan debu vulkanik dari lahar dingin Gunung

Merapi

b. Mendeskripsikan kejadian ISPA pada balita

c. Mendeskripsikan paparan asap rokok, paparan asap bahan bakar

memasak, berat bayi lahir, pemberian ASI eksklusif, dan status

imunisasi DPT dan campak

d. Menganalisis hubungan paparan debu vulkanik dari lahar dingin

Gunung Merapi dengan kejadian ISPA pada balita

e. Menganalisis hubungan paparan debu vulkanik dari lahar dingin

Gunung Merapi dengan kejadian ISPA pada balita dengan

mengendalikan paparan asap rokok, paparan asap bahan bakar

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

memasak, berat bayi lahir, pemberian ASI eksklusif, dan status

imunisasi DPT dan campak.

2. Manfaat aplikatif

a. Dengan diketahuinya hubungan antara paparan debu vulkanik dari

lahar dingin Gunung Merapi dengan kejadian ISPA pada balita maka

dapat diupayakan pencegahan atau deteksi dini, penanggulangan, dan

pengobatan penyakit ISPA yang tepat terutama pada balita akibat

bencana gunung berapi mengingat kondisi geografis Indonesia yang

memiliki banyak gunung berapi, sehingga dapat menurunkan kejadian

ISPA di lingkungan Salam, Magelang.

b. Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk

penelitian selanjutnya mengenai ISPA

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Debu Vulkanik

Setiap semburan abu vulkanik mengandung senyawa kimia yang

mengancam kesehatan manusia. Senyawa tersebut diantaranya Silika

dioksida (SiO2) 54,56 %, Alumunium oksida (Al2O3) 18,37 %, Ferri

oksida (Fe2O3) 18,59 %, dan Kalium oksida (CaO) 8,33 %. Selain itu,

gunung berapi umumnya juga menyemburkan uap air (H2O), Karbon

dioksida (CO2), Sulfur dioksida (SO2), Asam klorida (HCl), dan Asam

fluorida (HF) ke atmosfer. Ada juga unsur lain seperti seng, kadmium, dan

timah, tapi dalam konsentrasi yang lebih rendah.

Silika adalah kandungan yang paling dominan dan paling berbahaya.

Silika (SiO2 atau pasir kuarsa) biasa digunakan untuk membuat gelas.

Bentuk pasir kuarsa itu tidak bulat layaknya debu biasa. Di bawah

mikroskop, silika itu tampak berujung runcing. Silika memiliki efek

jangka pendek dan jangka panjang bagi kesehatan manusia. Efek jangka

pendek mulai dari iritasi kulit, iritasi mata hingga sesak napas. Hal ini

karena silika memiliki struktur kristal yang secara mikroskopis terlihat

tajam-tajam. Inilah mengapa jika terkena jaringan yang sangat sensitif

seperti mata, kemudian tanpa sengaja menggosok-gosok, maka iritasi mata

akan segera terjadi (Bolly, 2010).

6

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Selain komposisi di dalam materi abu vulkanik yang sangat

berbahaya, suhu panas dan gas-gas beracun yang mungkin ikut keluar

bersama abu vulkanik juga berbahaya bagi kesehatan (Taufik M, 2010).

Gambar 2.1

Penampakan Abu Vulkanik

Sumber: Bolly, 2010 (http://www.garutkab.go.id/

download_files/article/Bahaya%20Silikosis%20Abu%20Vulkanik.pdf)

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Gambar 2.2

Silika (SiO2 atau Pasir Kuarsa) dalam Ukuran Diperbesar

Sumber: Bolly, 2010 (http://www.garutkab.go.id/

download_files/article/Bahaya%20Silikosis%20Abu%20Vulkanik.pdf)

2. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

a. Pengertian ISPA

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan

Akut. Istilah ini diadaptasi dari istilah bahasa Inggris Acute

Respiratory Infections (ARI), akan tetapi sering disalahartikan sebagai

infeksi saluran pernapasan atas. Secara anatomis, ISPA mencakup

saluran pernapasan bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah, dan

organ adneksa saluran pernapasan (Depkes RI, 2009). Menurut Depkes

RI (1998), istilah ISPA meliput tiga unsur yaitu infeksi, saluran

pernapasan, dan akut. Infeksi adalah masuknya kuman atau

mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak

sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernapasan adalah

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya

seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah

infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil

untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit

yang digolongkan dalam ISPA dapat berlangsung lebih dari 14 hari

(Silalahi, 2004). Dengan demikian, ISPA adalah infeksi saluran

pernapasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari, di mana secara

klinis suatu tanda atau gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap

bagian saluran pernapasan atau struktur yang berhubungan dengan

saluran pernapasan.

Menurut Corwin (2001), ISPA adalah infeksi yang disebabkan

oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis, radang

tenggorokan, dan laringitis.

b. Klasifikasi ISPA

Penyakit ISPA dapat diketahui menurut:

1) Lokasi anatomik

Penyakit ISPA dapat dibagi dua berdasarkan lokasi

anatominya, yaitu: ISPA atas dan ISPA bawah. Contoh ISPA atas

adalah batuk pilek (common cold), faringitis, tonsilitis, otitis,

fluselesmas, radang tenggorokan,sinusitis, dan lain-lain yang relatif

tidak berbahaya. ISPA bawah diantaranya adalah pneumonia yang

sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian (Eric A et

al, 2005).

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

2) Klasifikasi penyakit

Depkes membagi ISPA berdasarkan atas umur dan tanda-

tanda klinis yang didapat yaitu :

a) Untuk anak umur 2 bulan-5 tahun, diklasifikasikan menjadi :

v Pneumonia berat, tanda: tidak bisa minum, kejang,

kesadaran menurun, stridor, gizi buruk, adanya tarikan

dinding dada ke dalam, napas cuping hidung, suara

rintihan, dan sianosis (pucat). Hal ini terjadi bila paru-paru

menjadi kaku sehingga mengakibatkan perlunya tenaga

untuk menarik napas.

v Pneumonia tidak berat, tanda: tidak ada tarikan dinding

dada ke dalam disertai napas cepat lebih dari 50 kali/menit

untuk usia 2 bulan-1 tahun atau lebih dari 40 kali/menit

untuk usia 1-5 tahun.

v Bukan pneumonia, tanda: tidak ada tarikan dinding dada ke

dalam, tidak ada napas cepat yaitu kurang dari 50

kali/menit untuk anak usia 2 bulan-1 tahun atau kurang dari

40 kali/menit untuk anak usia 1-5 tahun.

b) Untuk anak umur kurang dari 2 bulan, diklasifikasikan

menjadi:

v Pneumonia, tanda: kurang bisa minum, kejang, kesadaran

menurun, stridor, wheezing, demam, napas cepat dengan

frekuensi 60 kali/menit atau lebih, dan adanya tarikan

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

dinding dada.

v Bukan pneumonia, tanda: tidak ada napas cepat, tidak ada

tarikan dinding dada ke dalam (Depkes RI, 2002).

3) Tanda dan gejala

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) bukan pneumonia

mencakup kelompok penderita dengan batuk pilek biasa yang tidak

ditemukan adanya gejala peningkatan frekuensi napas (napas

cepat) dan tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah ke

dalam (Dirjen PPM & PLP, 2002). Dengan demikian, klasifikasi

bukan pneumonia mencakup penyakit-penyakit ISPA lain di luar

pneumonia seperti batuk pilek dan demam biasa (common cold),

radang tenggorokan, tonsilitis, otitis atau penyakit ISPA non

pneumonia lainnya (Dirjen PPM & PLP, 2001).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pneumonia

mencakup kelompok penderita dengan batuk dan/atau kesukaran

bernapas disertai adanya napas cepat sesuai umur. Batas napas

cepat (fast breathing) pada anak usia < 2 bulan adalah 50 kali atau

lebih per menit sedangkan untuk anak usia 2 bulan-5 tahun adalah

40 kali atau lebih per menit (Kartasasmita, 2002).

Klasifikasi pneumonia berat didasarkan pada adanya batuk

dan/atau kesukaran bernapas disertai napas sesak atau tarikan

dinding dada bagian bawah ke dalam (chest indrawing) pada anak

usia 2 bulan-5 tahun. Untuk kelompok umur < 2 bulan diagnosis

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

pneumonia berat ditandai dengan adanya napas cepat (fast

breathing) dimana frekuensi napas 60 kali per menit atau lebih

dan/atau adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah

ke dalam (severe chest indrawing) (Misnadiarly, 2008).

Pada umumnya, suatu penyakit saluran pernapasan dimulai

dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam

perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan

bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan

pernapasan dan mungkin meninggal.

Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda

klinis dan tanda-tanda laboratoris:

a) Tanda-tanda klinis:

v Pada sistem respiratorik: tachypnea, napas tak teratur

(apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung,

sianosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir

dan wheezing.

v Pada sistem kardial: tachycardia, bradycardia, hipertensi,

hipotensi dan cardiac arrest.

v Pada sistem cerebral: gelisah, mudah terangsang, sakit

kepala, bingung, kejang dan koma.

v Pada hal umum: letih dan berkeringat banyak.

b) Tanda-tanda laboratoris:

v Hipoksemia

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

v Hiperkapnia

v Asidosis (metabolik dan atau respiratorik)

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan

sampai 5 tahun adalah tidak bisa minum, kejang, kesadaran

menurun, stridor dan gizi buruk. Sedangkan tanda bahaya

pada anak golongan umur < 2 bulan adalah kurang bisa

minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang

dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang,

kesadaran menurun, stridor, wheezing, demam dan dingin

(Dirjen PPM & PLP, 2001).

4) Penyebab terjadinya ISPA

Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab

seperti bakteri, virus, mycoplasma, jamur dan lain-lain. ISPA

bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA

bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan

mycoplasma (Goh et al, 1999).

Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus

Streptcocus, Stapilococcus, Pneumococcus, Hemofillus, Bordetella

dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah

golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus,

Mikoplasma, Herpesvirus, dan lain-lain. Mycoplasma penyebab

ISPA adalah Koksiela burnetti. Jamur penyebab ISPA adalah

Kokiodoides imitis, Histoplasma kapsulatum, Blastomises

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

dermatitidis, Aspergilus, dan Fikomesetes. Di negara-negara

berkembang umumnya kuman penyebab ISPA adalah

Sreptococcus pneumonia dan Haemopylus influenza (Silalahi,

2008).

5) Cara penularan ISPA

Mode penularan adalah suatu mekanisme dimana agen

penyebab penyakit tersebut ditularkan dari orang ke orang lain, atau

dari reservoir kepada induk semang baru. Penularan ISPA bisa

melalui berbagai cara antara lain:

a) Kontak (contact)

Terjadi kontak langsung maupun tak langsung melalui

benda-benda terkontaminasi. Penyakit yang ditularkan melalui

kontak langsung umumnya terjadi pada masyarakat yang hidup

berdekat-dekatan, cenderung terjadi di kota daripada di desa yang

penduduknya masih jarang.

b) Inhalasi (inhalation)

Inhalasi yaitu penularan melalui udara atau pernapasan.

Oleh karena itu, ventilasi rumah yang kurang dan tempat-tempat

umum adalah faktor yang sangat penting di dalam epidemiologi

penyakit. Penyakit yang ditularkan melalui udara ini sering

disebut “air borne infection” (penyakit yang ditularkan melalui

udara).

c) Infeksi

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

d) Penularan melalui tangan, makanan, dan minuman (Notoatmojo,

1997).

6) Faktor risiko ISPA

a) Faktor lingkungan

Asap rokok mengakibatkan rusaknya epitel bronkus yaitu

kehilangan silia dan gangguan transpor mukosilier. Hipertrofi

dan hipersekresi sel-sel goblet terjadi pada kelenjar jalan napas.

Sel-sel epitel mengalami erosi sehingga menyebabkan

terjadinya infeksi. Pada jaringan paru terjadi penurunan kadar

surfaktan sehingga alveoli mudah kolaps dan terjadi infeksi

(Witono, 1993).

Asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak

dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme

pertahanan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA.

Hal ini dapat terjadi pada rumah yang keadaan ventilasinya

kurang dan dapur terletak di dalam rumah, bersatu dengan

kamar tidur, ruang tempat bayi dan balita bermain (Widjaja,

1993). Menurut penelitian Ike Suhandayani (2007), ada

hubungan antara keberadaan anggota keluarga yang merokok

dengan kejadian ISPA pada balita (p = 0,00 < 0,05; OR = 4,63

dan 95% CI = 2,04-10,52).

b) Cuaca dan iklim

Di negara tropis yang mempunyai dua musim, penyakit

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

ISPA terjadi dua atau tiga kali lebih sering pada musim hujan.

Saat musim kemarau dimana kekeringan meluas dengan

banyaknya debu yang bertebaran di jalan juga akan

meningkatkan kejadian ISPA.

c) Kepadatan hunian rumah

Kepadatan penghuni dalam rumah dibedakan atas 5

kategori yaitu 3,9 m2/orang, 4-4,9 m2/orang, 5-6,9 m2/orang,

7-8 m2/orang, dan 9 m2/orang. Dikatakan padat jika luas lantai

rumah 3,9 m2/orang dan tidak padat jika luas lantai rumah 7

m2/orang. Menurut penelitian yang dilakukan Gani (2004) di

Sumatera Selatan, ditemukan kejadian pneumonia pada balita

lebih besar pada balita yang tinggal di rumah yang padat

dibandingkan dengan yang tidak padat.

d) Perilaku hidup bersih dan sehat

Pelaksanaan PHBS adalah wujud keberdayaan

masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktikkan

PHBS. Semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas

kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat

menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan

aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dalam mewujudkan

kesehatan masyarakat. Dengan demikian, perilaku tidak bersih

dan tidak sehat dapat meningkatkan kejadian penyakit

diantaranya penyakit ISPA.

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

e) Geografi

Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah

endemik beberapa penyakit infeksi. Pengaruh geografis

mendorong terjadinya peningkatan kasus maupun kematian

penderita akibat ISPA.

f) Kondisi ekonomi dan pendidikan

Status sosial ekonomi diantaranya unsur pendidikan, serta

penghasilan keluarga, juga berperan penting dalam

menciptakan rumah sehat. Tingkat pendidikan masyarakat

berkaitan erat dengan perolehan pekerjaan layak bagi orang tua.

Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan hasil yang

diperoleh juga rendah atau pas-pasan. Tingkat penghasilan

yang rendah menyebabkan orang tua sulit menyediakan

fasilitas rumah yang baik, perawatan kesehatan dan gizi anak

yang memadai. Rendahnya kualitas gizi anak menyebabkan

daya tahan tubuh berkurang dan mudah terkena penyakit

infeksi termasuk ISPA (Amin, 1989; Menkes, 2002; Dinkes,

2005).

g) Faktor individu anak

v Umur

Umur yang paling rawan adalah masa balita, oleh

karena pada masa itu anak mudah sakit dan mudah terjadi

kurang gizi. Kebanyakan infeksi saluran pernapasan yang

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi

kurang dari 1 tahun. Sejumlah studi yang besar

menunjukkan bahwa insiden penyakit pernapasan oleh

virus melonjak pada bayi dan usia dini anak-anak dan tetap

menurun terhadap usia. Infeksi Saluran Pernapasan Akut

(ISPA) yang terjadi pada bayi dan balita akan memberikan

gambaran klinik yang lebih jelek bila dibandingkan dengan

orang dewasa karena bayi dan balita belum memiliki

kekebalan ilmiah (Soetjiningsih, 1995).

v Berat bayi lahir

Berat badan lahir menentukan pertumbuhan dan

perkembangan fisik dan mental pada masa balita. Bayi

dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) mempunyai risiko

kematian yang lebih besar dibandingkan dengan berat bayi

lahir normal, terutama pada bulan-bulan pertama kelahiran

karena pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna

sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi, terutama

pneumonia dan sakit saluran pernapasan lainnya

(Supariasa, 2001).

v Air Susu Ibu (ASI) eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling

cocok bagi bayi serta mempunyai nilai gizi yang paling

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

tinggi dibandingkan dengan makanan yang dibuat manusia

ataupun susu hewan seperti susu sapi (Soeharjo, 1992).

Menurut Rusli (2004), Air Susu Ibu (ASI) eksklusif

adalah pemberian ASI saja kepada bayi sampai umur 6

bulan tanpa memberikan makanan/cairan lain apapun

termasuk air (obat-obatan dan vitamin yang tidak dilarutkan

dalam air mungkin dapat diberikan kalau dibutuhkan secara

medis). Bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih tahan

terhadap ISPA (lebih jarang terserang ISPA), karena dalam

air susu ibu terdapat zat anti terhadap kuman penyebab

ISPA. Air Susu Ibu (ASI) bukan hanya sebagai sumber

nutrisi bagi bayi tetapi juga sebagai sumber zat

antimikroorganisme yang kuat, karena adanya beberapa

faktor yang bekerja secara sinergis membentuk sistem

biologis. Air Susu Ibu (ASI) dapat memberikan imunisasi

pasif melalui penyampaian antibodi dan sel-sel

imunokompeten ke permukaan saluran pernapasan atas.

Menurut penelitian Ike Suhandayani (2007), ada hubungan

antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian ISPA pada

balita (p = 0,01 < 0,05; OR = 2,6 dan 95% CI = 1,24-5,46).

v Status imunisasi

Sebagian besar kematian ISPA berasal dari jenis ISPA

yang berkembang dari penyakit yang dapat dicegah dengan

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

imunisasi seperti difteri, pertusis, campak. Maka untuk

mengurangi faktor yang meningkatkan mortalitas ISPA,

diupayakan imunisasi lengkap. Bayi dan balita yang

mempunyai status imunisasi tersebut lengkap bila

menderita ISPA dapat diharapkan perkembangan

penyakitnya tidak akan menjadi lebih berat.

Cara yang terbukti paling efektif saat ini adalah

dengan pemberian imunisasi campak dan pertusis (DPT).

Dengan imunisasi campak yang efektif sekitar 11%

kematian pneumonia balita dapat dicegah dan dengan

imunisasi pertusis (DPT) 6% kematian pneumonia dapat

dicegah (Said, 2007).

7) Patogenesis

Saluran pernapasan selalu terpapar dengan dunia luar

sehingga dibutuhkan sistem pertahanan yang efektif dan efisien

(Amin, 1989).

Sistem pertahanan paru terhadap benda asing dibagi tiga,

yaitu:

a) Bentuk, struktur, dan kaliber saluran napas merupakan saringan

mekanik progresif terhadap udara. Iritasi mekanik dan kimia

merangsang reseptor saluran napas dan mengakibatkan

bronkokonstriksi sehingga mengurangi penetrasi gas toksik dan

partikel debu.

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

b) Lapisan cairan yang melapisi saluran napas dengan mekanisme

fisik dapat mengeluarkan benda asing di permukaan saluran

napas. Dengan gerakan silia, cairan itu bergerak ke arah luar

dikenal sebagai mucosiliary escalator. Cairan ini mengandung

zat yang bersifat detoksifikasi dan bakterisid. Di bagian perifer,

eksudasi lambat yang terjadi terus-menerus membersihkan

alveoli dan bronkiolus. Selain itu, makrofag alveolar

memfagosit partikel di permukaan alveoli.

c) Mekanisme pertahanan spesifik yaitu sistem imunitas di paru

yang berperan terhadap partikel aktif biokimia yang tertumpuk

di saluran napas. Sistem ini terdiri dari dua golongan yaitu

imunitas humoral dan imunitas seluler (Yunus, 1994).

Virus ISPA terdapat 10-100 kali lebih banyak dalam mukosa

hidung daripada mukosa laring. Penyebaran virus terutama melalui

bahan sekresi hidung (Amin, 1989). Transmisi organisme melalui

penyegar udara, droplet, dan melalui tangan menjadi jalan masuk

bagi virus yang dapat menyebabkan ISPA. Hal ini dapat terjadi pada

kondisi yang penuh sesak (Mansjoer, 2004).

Sudah menjadi suatu kecenderungan bahwa terjadinya infeksi

bakterial mudah terjadi pada saluran napas yang telah rusak sel-sel

epitel mukosanya yang disebabkan oleh infeksi-infeksi terdahulu

(Amin, 1989).

Keutuhan gerak lapisan mukosa dan silia dapat terganggu oleh

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

karena :

a) Asap rokok dan gas Sulfur dioksida (SO2) adalah polutan utama

penyebab pencemaran udara. Asap rokok atau polutan udara

merangsang sel makrofag dan neutrofil di paru menjadi aktif dan

memproduksi elastase dan kolagenase, yaitu enzim yang dapat

merusak serat-serat elastin dan kolagen. Di dalam paru terdapat

keseimbangan antara enzim perusak (protease) dan enzim

pelindung (alfa 1 antitripsin). Bila kadar protease lebih banyak

akan terjadi kerusakan elastin sehingga alveoli dan asinus akan

kehilangan bentuknya karena serat elastin merupakan

kerangkanya. Selain itu, asap rokok juga menghambat kerja

proteksi alfa 1 antitripsin.

Merokok jangka lama dapat menyebabkan obstruksi

saluran napas sehingga faal paru terganggu. Pengaruh asap

rokok mengakibatkan rusaknya epitel bronkus yang kehilangan

silia dan gangguan transpor mukosilier. Hipertrofi dan

hipersekresi sel-sel goblet terjadi pada kelenjar jalan napas. Sel-

sel epitel mengalami erosi sehingga menyebabkan terjadinya

infeksi. Pada jaringan paru terjadi penurunan kadar surfaktan

sehingga alveoli mudah kolaps dan mudah terjadi infeksi.

b) Sindrom imotil

c) Pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).

(Widjaja, 1993; Witono, 1993; Amin, 1989).

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Gambaran klinik radang oleh karena infeksi sangat tergantung

pada :

a) Karakteristik inokulum

b) Besarnya aerosol, tingkat virulensi jasad renik dan banyaknya

(jumlah) jasad renik yang masuk.

c) Daya tahan tubuh

Daya tahan tubuh terdiri dari utuhnya sel epitel mukosa dan gerak

mukosilia, makrofag alveoli, dan IgA. Antibodi setempat pada

saluran napas adalah IgA yang banyak terdapat di mukosa.

Kurangnya antibodi ini memudahkan terjadinya infeksi saluran

pernapasan (Amin, 1989).

Menurut Mausner dan Kramer (1985), perjalanan alamiah

penyakit ISPA dibagi menjadi 5 tahap yaitu:

a) Tahap kerentanan

Pada tahap ini terjadi interaksi antara bibit penyakit,

penjamu dan lingkungan di luar tubuh, namun bentuk penyakit

belum terjadi dan beberapa keadaan dapat merupakan faktor

risiko terjadinya penyakit.

b) Tahap presimptomatik

Pada tahap kedua ini terjadi interaksi dari berbagai faktor

yang mengakibatkan perubahan-perubahan patogenik yang

masih di bawah garis horizon klinik.

c) Tahap penyakit klinis

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Pada tahap ini tanda-tanda atau gejala penyakit telah

muncul dan dapat diketahui dengan jelas, yang disebabkan

karena adanya perubahan anatomik ataupun kelainan

fungsional.

d) Tahap penyakit klinis lanjut

Pada tahap ini perjalanan penyakit akan berlanjut dan

akan menjadi lebih berat apabila tidak mendapat perhatian.

e) Tahap kecacatan

Pada tahap ini penyakit sudah lebih berat dan

menimbulkan kecacatan pada penderitanya. Dengan upaya

tindakan kesehatan atau secara spontan beberapa penyakit

dapat disembuhkan, sebagian masih meninggalkan gejala yang

dapat berlangsung dalam jangka pendek maupun jangka

panjang dan masih merupakan masalah bagi kesehatan

penderinya.

Perjalanan penyakit pneumonia pada tahap awal dimulai

adanya interaksi bibit penyakit dengan tubuh penjamu dan tubuh

penjamu berusaha untuk mengeluarkan, membatasi gerak atau

membasmi bibit penyakit tersebut malalui mekanisme pertahanan

tubuh sistemik maupun lokal.

Bila pertahanan tubuh gagal menanggulangi, bibit penyakit

yang masuk akan merusak sel epitel dan lapisan mukosa saluran

napas, sedangkan saluran napas bagian bawah dalam keadaan

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

normal atau steril.

8) Pengobatan

Sebagian besar dari ISPA hanya bersifat ringan seperti batuk

pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik

(Ramadhan, 2007). Prinsip pengobatan tidak berdasarkan etiologi

tetapi pada beratnya penyakit.

Pengobatan ISPA ringan atau kasus bukan pneumonia yaitu

secara simptomatik dan perawatan oleh keluarga. Pengobatan batuk

dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang

tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,

dekstrometorfan, dan antihistamin. Bila demam, diberikan obat

penurun panas yaitu parasetamol.

Pada kasus pneumonia biasanya memerlukan antimikroba,

diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak

mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian

kotrimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat

antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin

prokain. Pada kasus pneumonia berat perlu dirawat di rumah sakit

dan ditangani secara seksama karena angka kematian cukup besar,

diberikan antibiotik parenteral, oksigen, dan sebagainya

(Suryatenggara, 1988).

Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan

penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi

lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat

agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.

Penyebab ISPA yang terbanyak adalah infeksi virus, maka

pemberian antibiotika pada infeksi ini tidaklah rasional kecuali pada

sinusitis, tonsilitis eksudatif, faringitis eksudatif dan radang telinga

tengah (Daulay, 1992).

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk

mengatasi anaknya yang menderita ISPA:

a) Mengatasi panas (demam): untuk anak usia 2 bulan sampai 5

tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau

dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus

segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk

waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan

dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan

kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air

(tidak perlu air es).

b) Mengatasi batuk: dianjurkan memberi obat batuk yang aman

yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur

dengan kecap atau madu ½ sendok teh, diberikan tiga kali sehari.

c) Pemberian makanan: berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-

sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya,

lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

tetap diteruskan.

d) Pemberian minuman: usahakan pemberian cairan (air putih, air

buah, dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan

membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan

menambah parah sakit yang diderita.

e) Lain-lain: tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut

yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan

demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk

mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang

lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat

yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama

perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan

untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk

penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas

usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan

benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang

mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak

dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang

(Dirjen PPM & PLP, 2001).

9) Antisipasi dan penanganan

Untuk menangani suatu penyakit dibutuhkan pendekatan yang

menyeluruh. Suatu penyakit tidak akan pernah benar-benar bisa

dihilangkan dengan hanya pendekatan parsial, apalagi dengan

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

paradigma sakit. Untuk membentuk suatu masyarakat yang sehat dan

seimbang dengan lingkungannya, dibutuhkan paradigma sehat

(Ramadhan, 2007).

Penyakit ISPA masih bisa diantisipasi dengan menjaga sanitasi

lingkungan dan daya tahan tubuh (Dinkes, 2005). Saat daya tahan

tubuh lemah, mudah sekali terserang penyakit. Berikut adalah

langkah-langkah untuk mengantisipasi datangnya penyakit selama

musim kemarau:

a) Pertinggi daya tahan tubuh diri dengan memperhatikan asupan

gizi berkomposisi 4 sehat 5 sempurna atau bisa juga dengan

minum suplemen bila perlu, agar tubuh tetap bugar.

b) Imunisasi

c) Pastikan kebersihan makanan, diri dan lingkungan. Upaya ini

terbukti efektif untuk memberantas virus, bakteri, dan kuman.

d) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA

e) Hindari tempat-tempat berpolusi. Bila tidak memungkinkan,

tutuplah hidung dengan tisu atau sapu tangan saat melewati

tempat tersebut.

f) Bila batuk pilek tak kunjung sembuh dalam 1-2 hari, segera

berobat untuk menghindari penyakit lanjutan

g) Penyuluhan kesehatan (Rohandi, 2008).

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

3. Hubungan Antara Debu Vulkanik dari Lahar Dingin Gunung Merapi

dengan Kejadian ISPA Balita

Debu vulkanik mengandung partikel batu dan silika (bahan seperti

kaca) yang ukurannya sangat kecil. Partikel-partikel ini bentuknya

runcing, keras dan tajam sehingga dapat merusak permukaan-permukaan

yang lunak. Struktur komponennya yang tajam dapat melukai saluran

pernapasan jika dihirup. Dampak pada kesehatan yang ditimbulkannya

dibagi dalam kategori langsung dan tidak langsung. Dampak langsung dari

debu vulkanik dapat mengenai paru-paru dan saluran napas, permukaan

kulit, serta mata. Secara tidak langsung, debu vulkanik dapat

menyebabkan gangguan pada saluran cerna, penurunan daya tahan tubuh,

dan kerentanan untuk jatuh sakit. Debu yang bersifat iritatif ini bisa

menyebabkan pneumonia tetapi biasanya terjadi pada orang-orang yang

sensitif terhadap bakteri. Pada dasarnya, setiap orang mempunyai

ketahanan tubuh yang maksimal. Sekalipun debu masuk ke dalam saluran

pernapasan, selanjutnya akan ditahan oleh silia dan rambut yang terdapat

pada rongga hidung. Jika kondisinya berupa debu panas dengan terpaan

terus-menerus bisa menyebabkan iritasi pada membran mukosa saluran

pernapasan. Mukosa paru dalam kondisi normal dapat melindungi

masuknya kuman. Jika mukosa rusak akibat kuman, bisa menyebabkan

iritasi dan infeksi. Infeksi saluran napas akut (ISPA) bisa terjadi dalam

kurun waktu kurang dari 14 hari (Saleh et al., 2010).

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

B. KERANGKA PEMIKIRAN

C. HIPOTESIS

Ada hubungan antara paparan debu vulkanik dari lahar dingin Gunung

Merapi dengan risiko terjadinya ISPA pada balita

Lahar dingin

Materi vulkanik (partikel batu, pasir kuarsa dan silika serta

kandungan mineral dan logam berbahaya)

Mekanisme pertahanan saluran pernapasan:

- Saringan mekanik saluran napas - Gerakan silia dan lapisan cairan - Mekanisme pertahanan spesifik

Faktor tidak dikendalikan:

- Genetik - Status imun - Cuaca

Faktor dikendalikan: - Asap rokok - Asap bahan bakar

memasak - Berat bayi lahir - ASI eksklusif - Status imunisasi

DPT dan campak

Peradangan saluran napas

ISPA

Infeksi bakteri, virus, mycoplasma, jamur

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah observational analitik dengan

pendekatan cross sectional.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Salam, Magelang pada bulan Mei-

Juli 2011.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah semua balita di Kecamatan Salam, Magelang

yang terpapar debu vulkanik. Penentuan besar sampel menggunakan

ketentuan Murti (2006). Ukuran sampel untuk analisis multivariat yaitu 15-20

subjek untuk setiap variabel independen. Dalam penelitian ini didapatkan 1

(satu) variabel bebas dan 5 (lima) variabel perancu yang ikut dihitung.

1 variabel bebas + 5 variabel perancu = 6 variabel

= 15 subjek x 6

= 90 subjek

Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling

dengan cara pengundian.

31

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

D. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : paparan debu vulkanik dari lahar dingin Gunung

Merapi

2. Variabel terikat : kejadian ISPA pada balita

3. Variabel pengganggu :

a. Variabel pengganggu dikendalikan: paparan asap rokok, paparan

asap bahan bakar memasak, berat lahir, pemberian ASI eksklusif,

serta status imunisasi DPT dan campak

a. Variabel pengganggu tidak dikendalikan: status imun, genetik, dan

cuaca

E. Definisi Operasional Variabel

1. Paparan debu vulkanik dari lahar dingin Gunung Merapi

Paparan debu vulkanik dari lahar dingin Gunung Merapi adalah

bagian dari materi (debu) vulkanik Gunung Merapi yang turun melewati

sungai-sungai di sekitar Gunung Merapi dan terbawa melalui udara,

masuk ke dalam saluran pernapasan balita, dan diukur tingkat paparannya

berdasarkan jarak lokasi tempat tinggal dengan sumber debu.

Alat ukur : data alamat kepala keluarga dari Kecamatan Salam

Hasil :

- Terpapar debu vulkanik sedikit dari lahar dingin Gunung Merapi

(radius > 2 kilometer dari Kali Putih) yang disimbolkan dengan angka 0

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

- Terpapar debu vulkanik banyak dari lahar dingin Gunung Merapi

(radius ≤ 2 kilometer dari Kali Putih) yang disimbolkan dengan angka 1

Skala pengukuran : nominal

2. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

ISPA adalah penyakit infeksi saluran pernapasan yang bersifat akut

(berlangsung sampai 14 hari) ditandai dengan adanya paling tidak satu

dari gejala berikut: batuk pilek dan demam biasa (common cold), radang

tenggorokan, tonsillitis, otitis, baik dengan atau tanpa gejala peningkatan

frekuensi napas (napas cepat) sesuai umur dan dengan atau tanpa tarikan

dinding dada bagian bawah ke dalam.

Alat ukur : kuesioner

Hasil :

- Tidak menderita ISPA yang disimbolkan dengan angka 0

- Menderita ISPA yang disimbolkan dengan angka 1

Skala pengukuran : nominal

3. Paparan asap rokok

Paparan asap rokok adalah asap yang ditimbulkan oleh pembakaran

batang rokok oleh anggota keluarga yang tinggal satu rumah bersama

balita yang terhirup masuk ke dalam saluran pernapasan balita.

Alat ukur : kuesioner

Hasil :

- Tidak terpapar asap rokok yang disimbolkan dengan angka 0

- Terpapar asap rokok yang disimbolkan dengan angka 1

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Skala pengukuran : nominal

4. Paparan asap bahan bakar memasak

Paparan asap bahan bakar memasak adalah asap yang berasal dari

pembakaran bahan bakar memasak, di mana ruang masak menjadi satu

dengan kamar balita, yang terhirup masuk ke dalam saluran pernapasan

balita.

Alat ukur : kuesioner

Hasil :

- Tidak terpapar asap bahan bakar memasak yang disimbolkan

dengan angka 0

- Terpapar asap bahan bakar memasak yang disimbolkan dengan

angka 1

Skala pengukuran : nominal

5. Berat Lahir

Berat lahir adalah berat badan bayi (dalam gram) saat dilahirkan

yang tertulis dalam Kartu Menuju Sehat (KMS).

Alat ukur : KMS

Hasil :

- Berat lahir normal (≥ 2500 gram) yang disimbolkan dengan angka

0

- Berat lahir tidak normal (< 2500 gram) yang disimbolkan dengan

angka 1

Skala pengukuran : nominal

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

6. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif

Pemberian ASI ekslusif adalah pemberian ASI saja, tanpa makanan

lain sampai bayi berumur 6 bulan.

Alat ukur : kuesioner

Hasil :

- Diberikan ASI eksklusif yang disimbolkan dengan angka 0

- Tidak diberikan ASI eksklusif yang disimbolkan dengan angka 1

Skala pengukuran : nominal

7. Status Imunisasi DPT dan campak

Status imunisasi DPT dan campak adalah pemberian imunisasi DPT

dan campak yang tertulis dalam KMS.

Alat ukur : KMS

Hasil :

- Imunisasi DPT dan campak lengkap yang disimbolkan dengan

angka 0

- Imunisasi DPT dan campak tidak lengkap yang disimbolkan

dengan angka 1

Skala pengukuran : nominal

F. Instrumen Penelitian

1. Lembar informed consent

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

2. Kuesioner : kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun

dengan baik dan sudah matang dimana pengumpulan data dilakukan

dengan melakukan wawancara kepada responden.

3. Kartu Menuju Sehat (KMS)

4. Alat tulis

G. Rancangan Penelitian

H. Teknik Analisis Data Statistik

Analisis data secara statistik dengan menggunakan analisis regresi

logistik:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6

Keterangan :

Y = variabel terikat (ISPA)

X1 = debu vulkanik dari lahar dingin Gunung Merapi (0: terpapar sedikit; 1:

terpapar banyak)

Populasi

Sampel

Kuesioner ISPA

Hasil

Analisis regresi logistik

Random sampling

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

X2 = asap rokok (0: tidak terpapar; 1: terpapar)

X3 = asap bahan bakar memasak (0: tidak terpapar; 1: terpapar)

X4 = berat lahir (0: berat lahir normal; 1: berat lahir tidak normal)

X5 = ASI eksklusif (0: mendapat ASI eksklusif; 1: tidak mendapat ASI

eksklusif)

X6 = status imunisasi (0: imunisasi DPT dan campak lengkap; 1: imunisasi

DPT campak tidak lengkap)

Data yang diperoleh akan dideskripsikan dan dianalisis dengan model

analisis regresi logistik menggunakan program SPSS 17.0 for windows.

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian terdiri dari (A) Analisis

Deskriptif; dan (B) Analisis Multivariat. Pengolahan data dalam penelitian ini

menggunakan program komputer perangkat lunak SPSS 17 for windows. Analisis

deskriptif bertujuan menjelaskan karakteristik balita menurut beberapa variabel yang

diteliti.

Analisis multivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara paparan debu

vulkanik dari lahar dingin gunung berapi dengan risiko terjadinya ISPA pada balita.

A. Hasil Analisis Deskriptif

1. Distribusi Balita Berdasarkan Banyaknya Terpapar Debu Vulkanik

Distribusi balita berdasarkan banyaknya terpapar debu vulkanik disajikan

seperti tabel berikut.

Tabel 4.1

Distribusi Balita Menurut Banyaknya Terpapar Debu Vulkanik

Banyaknya Terpapar Debu Vulkanik Frekuensi Persentase (%)

Terpapar sedikit 36 40,0

Terpapar banyak 54 60,0

Total 90 100

38

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Sumber: Data primer diolah, 2011

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa banyaknya balita yang

terpapar sedikit debu vulkanik berjumlah 36 balita (40 %), sedangkan

yang terpapar banyak debu vulkanik berjumlah 54 balita (60 %).

2. Distribusi Balita Berdasarkan Terpapar Tidaknya Asap Rokok

Distribusi balita berdasarkan terpapar tidaknya asap rokok disajikan

seperti tabel berikut.

Tabel 4.2

Distribusi Balita Menurut Terpapar Tidaknya Asap Rokok

Terpapar Tidaknya Asap Rokok Frekuensi Persentase (%)

Tidak terpapar 49 54,4

Terpapar 41 45,6

Total 90 100

Sumber: Data primer diolah, 2011

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa banyaknya balita yang

tidak terpapar asap rokok berjumlah 49 balita dengan (54,44 %),

sedangkan yang terpapar asap rokok berjumlah 41 balita (45,56 %).

3. Distribusi Balita Berdasarkan Terpapar Tidaknya Asap Bahan Bakar

Memasak

Distribusi balita berdasarkan terpapar tidaknya asap bahan bakar

memasak disajikan seperti tabel berikut.

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Tabel 4.3

Distribusi Balita Menurut Terpapar Tidaknya Asap Bahan Bakar

Memasak

S

Sumber: Data primer diolah, 2011

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa banyaknya balita yang

tidak terpapar asap bahan bakar memasak berjumlah 62 balita (68,89

%), sedangkan yang terpapar asap bahan bakar memasak berjumlah 28

balita (31,11 %).

4. Distribusi Balita Berdasarkan Berat Lahir

Distribusi balita berdasarkan berat lahir disajikan seperti tabel berikut.

Tabel 4.4

Distribusi Balita Menurut Berat Lahir

Berat Lahir Frekuensi Persentase (%)

Berat lahir normal 31 34,4

Berat lahir tidak normal 59 65,6

Total 90 100

Terpapar Tidaknya Asap Bahan Bakar Memasak Frekuensi Persentase (%)

Tidak terpapar 62 68,9

Terpapar 28 31,1

Total 90 100

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Sumber: Data sekunder diolah, 2011

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa banyaknya balita

dengan berat lahir normal berjumlah 31 balita (34,4 %), sedangkan

yang lahir dengan berat tidak normal berjumlah 59 balita (65,6 %).

5. Distribusi Balita Berdasarkan Pemberian ASI

Distribusi balita berdasarkan pemberian ASI disajikan seperti tabel

berikut.

Tabel 4.5

Distribusi Balita Menurut Pemberian ASI

Pemberian ASI Frekuensi Persentase (%)

ASI eksklusif 43 47,8

ASI tidak eksklusif 47 52,2

Total 90 100

Sumber: Data primer diolah, 2011

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa banyaknya balita yang

diberi ASI eksklusif berjumlah 43 balita dengan (47,78 %), sedangkan

yang tidak diberi ASI eksklusif berjumlah 47 balita (52,22 %).

6. Distribusi Balita Berdasarkan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak

Distribusi balita berdasarkan pemberian imunisasi DPT dan campak

disajikan seperti tabel berikut.

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Tabel 4.6

Distribusi Balita Menurut Pemberian Imunisasi DPT dan Campak

Pemberian Imunisasi DPT dan Campak Frekuensi Persentase (%)

Imunisasi DPT dan Campak lengkap 41 45,6

Imunisasi DPT dan Campak tidak lengkap 49 54,4

Total 90 100

Sumber: Data sekunder diolah, 2011

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa banyaknya balita yang

mendapatkan imunisasi DPT dan campak lengkap berjumlah 41 balita

(45,56 %), sedangkan yang tidak lengkap berjumlah 49 balita (54,44

%).

7. Distribusi Balita Berdasarkan Kejadian ISPA

Distribusi balita berdasarkan kejadian ISPA disajikan seperti tabel

berikut.

Tabel 4.7

Distribusi Balita Menurut Kejadian ISPA

Kejadian ISPA Frekuensi Persentase (%)

Ya 51 56,7

Tidak 39 43,3

Total 90 100

Sumber: Data primer diolah, 2011

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa balita yang menderita

ISPA berjumlah 51 balita (56,67 %), sedangkan yang tidak menderita

ISPA berjumlah 39 balita (43,33 %).

Grafik 4.1

Distribusi Balita berdasarkan Variabel yang Diteliti

0

10

20

30

40

50

60

70

ispa paparandebu

paparanrokok

paparanasapmasak

beratlahir

ASIeksklusif

imunisasiDPT

campak

01

B. Análisis Multivariat

Analisis multivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara paparan

debu vulkanik dari lahar dingin gunung berapi dengan risiko terjadinya ISPA pada

balita. Análisis multivariat dilakukan melalui uji regresi logistik ganda pada semua

variabel bebas terhadap variabel terikat. Pada penelitian ini dilakukan análisis

multivariat dengan model análisis regresi logistik ganda karena variabel bebasnya

dalam skala nominal dengan variabel bebas lebih dari satu.

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Hasil model analisis regresi logistik dalam tabel berikut.

Tabel 4.8

Hasil Analisis Regresi Logistik Hubungan Variabel Bebas dengan Terjadinya

ISPA pada Balita

No Variabel Bebas-

Variabel Terikat

Koefisien korelasi p value Keterangan

1. Banyaknya Paparan Debu

Vulkanik-ISPA

1,079 0,041 Bermakna

2. Terpapar Tidaknya Asap

Rokok-ISPA

1,446 0,007 Bermakna

5. Pemberian ASI Eksklusif-

ISPA

1,051 0,042 Bermakna

6. Pemberian Imunisasi

DPT dan Campak-ISPA

-0,923 0,076 -

7 Konstanta -1,000 0.000 Bermakna

Sumber: Data primer diolah, 2011

Model regresi logistik ganda dalam penelitian ini dinyatakan dengan

persamaan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + ….. + biXi

)(11

YeP -+=

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Keterangan :

P = Probabilitas untuk terjadinya ISPA Balita

e = bilangan natural (nilai e = 2,7182818)

Y= variabel terikat (ISPA)

α = konstanta

β = koefisien korelasi

X = variabel bebas

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, didapatkan persamaan:

Y = -1,000 + 1,079X1 + 1,446X2 + 1,051X3 + -0,923X4

Interpretasi dari koefisien variabel-variabel adalah:

1. Variabel Paparan Debu Vulkanik dari Lahar Dingin Gunung Merapi (X1)

Variabel paparan banyak (X1 = 1) akan menyebabkan ISPA 1,079 lebih

besar daripada paparan sedikit (X1 = 0). Nilai signifikansi sebesar 0,041 (p <

0,05) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara paparan

debu vulkanik dengan kejadian ISPA.

2. Variabel Paparan Asap Rokok (X2)

Variabel terpapar asap rokok (X2 = 1) akan menyebabkan ISPA 1,446

lebih besar daripada tidak terpapar asap rokok (X2 = 0). Nilai signifikansi

sebesar 0,007 (p < 0,05) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara paparan asap rokok dengan kejadian ISPA.

3. Variabel ASI Eksklusif (X3)

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Variabel pemberian ASI tidak eksklusif (X3 = 1) akan menyebabkan

ISPA 1,051 lebih besar daripada diberi ASI eksklusif (X3 = 0). Nilai

signifikansi sebesar 0,042 (p < 0,05) menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara pemberian ASI tidak eksklusif dengan kejadian ISPA.

4. Variabel Imunisasi DPT dan campak (X4)

Variabel pemberian imunisasi DPT dan campak tidak lengkap (X4 = 1)

akan menyebabkan ISPA 0,923 lebih kecil daripada diberi imunisasi DPT dan

campak lengkap (X4 = 0). Nilai signifikansi sebesar 0,076 (p > 0,05)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara

pemberian imunisasi DPT dan campak dengan kejadian ISPA.

Konstanta sebesar -1,000 menyatakan bahwa bila seluruh variabel bebas

bernilai nol, maka kemungkinan balita terkena ISPA sebesar 26,9 % yang

didapatkan dari perhitungan P = 1/(1+2,71828181).

Hasil pengujian paparan debu vulkanik terhadap kejadian ISPA dengan

model analisis regresi logistik pada penelitian ini didapatkan nilai analisis Hosmer

and Lameshow sebesar 0,832 (lebih dari 0,05) yang artinya bahwa model regresi

logistik ini layak dipakai untuk analisis. Nilai p sebesar 0,041 (p < 0,05) yang

menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa paparan debu vulkanik memiliki hubungan yang signifikan dengan

kejadian ISPA. Koefisien korelasinya bernilai positif sebesar 1,079 yang berarti

bahwa paparan debu vulkanik dapat meningkatkan risiko terjadinya ISPA. Untuk

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

nilai Nagelkerke R square didapatkan nilai 0,356 yang berarti bahwa 35,6 %

ISPA dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang diteliti.

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara paparan

debu vulkanik dengan kejadian ISPA pada balita yang terkena dampak lahar dingin

Gunung Merapi. Hasil penelitian ini diolah dengan menggunakan model análisis

regresi logistik ganda.

Hasil dari análisis Hosmer and Lameshow didapatkan angka probabilitas

sebesar 0,832 (lebih dari 0,05) yang artinya bahwa model regresi logistik ini layak

dipakai untuk análisis.

Pada análisis regresi logistik didapatkan signifikansi korelasi paparan debu

vulkanik dengan kejadian ISPA balita sebesar 0,041 dengan koefisien korelasi 1,079

sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Hal ini berarti terdapat hubungan yang

signifikian antara paparan debu vulkanik dengan kejadian ISPA pada balita yang

terkena dampak lahar dingin Gunung Merapi. Koefisien korelasi bernilai positif yang

artinya paparan debu vulkanik akan meningkatkan risiko terjadinya ISPA. Selain

paparan debu vulkanik, hubungan antara kejadian ISPA dengan variabel paparan asap

rokok dan ASI eksklusif juga memiliki hubungan yang signifikan karena memiliki

nilai signifikansi 0,007 untuk variabel paparan asap rokok dan 0,042 untuk variabel

ASI eksklusif. Sedangkan hubungan ISPA dengan variabel paparan asap bahan bakar

memasak, berat lahir, dan imunisasi tidak memiliki hubungan yang signifikan karena

memiliki nilai signifikansi > 0,05 (lampiran 7). Sehingga model análisis regresi

48

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

logistik yang didapat adalah Y = -1,000 + 1,079 (paparan debu vulkanik) + 1,446

(paparan asap rokok) + 1,051 (ASI eksklusif).

Apabila balita terpapar banyak debu vulkanik, tidak terpapar asap rokok, dan

mendapatkan ASI eksklusif akan memiliki tingkat risiko terjadinya ISPA dengan

persentase sebesar 48 % yang didapat dari perhitungan P = 1/(1+2,7182818-(-

1,000+1,079). Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Punik Mumpuni

Wijayanti, (2010) berjudul “Analisis Situasi Kesehatan Pasca Bencana Erupsi Merapi

Gunung Merapi di Desa Mranggen dan Kamingan Kecamatan Srumbung, Magelang,

Jawa Tengah”. Hasil temuan sejalan dengan penelitian tersebut yaitu menunjukkan

bahwa ada hubungan bermakna antara paparan debu vulkanik dengan kejadian ISPA

pada balita.

Apabila balita terpapar sedikit debu vulkanik, terpapar asap rokok, dan

mendapatkan ASI eksklusif akan memiliki tingkat risiko terjadinya ISPA dengan

persentase sebesar 39 % yang didapat dari perhitungan P = 1/(1+2,7182818-(-

1,000+1,446). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ike

Suhandayani, (2007) berjudul “Faktor–Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

ISPA Pada Balita Di Puskesmas Pati I Kabupaten Pati Tahun 2006”. Hasil temuan

sejalan dengan penelitian tersebut yaitu menunjukkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara keberadaan anggota keluarga yang merokok dengan kejadian ISPA

pada balita.

Apabila balita terpapar sedikit debu vulkanik, tidak terpapar asap rokok, dan

tidak mendapatkan ASI eksklusif akan memiliki tingkat risiko terjadinya ISPA

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

dengan persentase sebesar 51 % yang didapat dari perhitungan P = 1/(1+2,7182818-(-

1,000+1,051). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ike

Suhandayani, (2007) berjudul “Faktor–Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

ISPA Pada Balita Di Puskesmas Pati I Kabupaten Pati Tahun 2006”. Hasil temuan

sejalan dengan penelitian tersebut yaitu menunjukkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara pemberian ASI tidak eksklusif dengan kejadian ISPA pada balita.

Nilai Nagelkerke R square yang menunjukkan koefisien determinasi memiliki

nilai 35,6 % artinya bahwa 35,6 % ISPA dapat dijelaskan dari variabel bebas yang

diteliti dan 64,4 % sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak diteliti.

Berdasarkan penelitian ini, pemberian imunisasi memiliki hubungan yang

tidak signifikan dengan kejadian ISPA (nilai p = 0,76 > 0,05). Hanya imunisasi DPT

dan campak yang diambil menjadi prediktor terjadinya ISPA pada balita karena

imunisasi DPT dan campak terbukti sebagai imunisasi yang paling efektif saat ini

untuk pencegahan kematian akibat pneumonia. Hasil yang diambil yaitu balita yang

mendapat imunisasi DPT dan campak lengkap yang dibandingkan dengan yang tidak

lengkap karena sebagian besar kematian akibat ISPA dapat dicegah dengan

pemberian imunisasi DPT dan campak lengkap. Bayi dan balita yang mendapatkan

iminisasi DPT dan campak lengkap dapat diharapkan perkembangan penyakitnya

tidak akan menjadi lebih berat bila menderita ISPA.

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik responden dalam penelitian ini menunjukkan angka kejadian ISPA

yang cukup besar yakni 56,7 % dengan kejadian paparan debu vulkanik banyak

sebesar 60 %.

2. Terdapat hubungan antara paparan debu vulkanik dengan terjadinya ISPA pada

balita yang terkena dampak lahar dingin Gunung Merapi. Ini dibuktikan dengan

analisis regrei logistik dengan nilai p = 0,041 (p < 0,05)

3. Koefisien korelasi antara paparan debu vulkanik dengan kejadian ISPA bernilai

positif sebesar 1,079 yang artinya bahwa paparan debu vulkanik banyak dapat

meningkatkan risiko terjadinya ISPA pada balita.

4. Hasil analisis multivariat diketahui bahwa rumah tangga dengan kriteria sebagai

berikut (terpapar debu vulkanik banyak, terpapar asap rokok, dan tidak

mendapatkan ASI eksklusif) akan memiliki tingkat risiko terjadinya ISPA pada

anak balita dengan persentase sebesar 93 %.

50

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

B. Saran

1. Bagi Orang Tua

Untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA akibat paparan debu vulkanik pada

balita, diharapkan orang tua meningkatkan proteksi balita terhadap bahaya debu

vulkanik seperti pemakaian masker dan menjaga balita pada jarak aman dari

paparan debu vulkanik.

2. Bagi Masyarakat

Sebagai tindakan pencegahan, diharapkan masyarakat mengetahui informasi

mengenai pentingnya pemakaian masker pada area bahaya debu vulkanik dan

penjagaan balita pada daerah aman dari bahaya debu vulkanik.

3. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten, Puskesmas, dan Instansi Terkait

Diharapkan perumusan kebijakan program kesehatan khususnya Program

Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (P2ISPA) dapat lebih

diperbaiki dan dilaksanakan seperti kegiatan penyuluhan mengenai bahaya debu

vulkanik kepada masyarakat sehingga angka kejadian ISPA akibat debu vulkanik

mengalami penurunan.

4. Bagi institusi pendidikan dan penelitian

Diperlukan adanya penelitian lanjutan yang lebih lengkap dan mendalam tentang

faktor risiko yang berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada anak balita.

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

DAFTAR PUSTAKA

Amin M., Alsagaff H., Saleh T. 1989. Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press, pp: 37-42.

Anonim. 1992. Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran

pernapasan akut. Arief M. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan. Surakarta:

UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS, p: 63. Bolly H. M. B. 2010. Bahaya Silikosis Abu Vulkanik. http://www.garutkab.go.id/

download_files/article/Bahaya%20Silikosis%20Abu%20Vulkanik.pdf (2 Desember 2011)

Daulay R.M. 1992. Kendala Penanganan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 80, 1992 http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/16_KendalaPenangananInfeksiSaluranPernapasanAkut.pdf/16_KendalaPenangananInfeksiSaluranPernapasanAkut.html (23 Februari 2011).

Depkes RI. 2000. Informasi Tentang ISPA pada Balita. Jakarta: Pusat Penyuluhan

Kesehatan Masyarakat. Depkes RI. 2002. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Salah Satu Pembunuh

Utama Anak-Anak. http://www.lin.go.id. (23 Februari 2011). Depkes RI. 2002. Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan.http://www.depkes.go.id Depkes RI. 2009. Departemen Kesehatan Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan

Indonesia 2008. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. www.depkes.go.id (27 Januari 2011).

Dinkes. 2005. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2005. http://72.14.235

.104/serch?q=cache:kJOd9P-YLTEJ:www.dinkes kotasemarang.go.id/sta

52

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

ticfiles/dokumen/analisa_profil_DKK_2005_ok.pdf+angka+kejadian+ISP A +di+Semarang&hl=id&ct=clnk&cd=30&gl=id (27 Januari 2011).

Dirjend Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman

(Dirjend PPM & PLP). 2001. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. www.depkesri.com (27 Januari 2011).

Dirjend Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman

(Dirjend PPM & PLP). 2002. Pedoman Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit ISPA untuk Petugas Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. www.depkesri.com (27 Januari 2011).

Dirjend Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Dirjend P2PL). 2004.

Pedoman Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit ISPA untuk Petugas Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. www.depkesri.com (27 Januari 2011).

Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PPM

dan PL). 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut untuk Penanggulangan Pnemonia pada Balita. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. www.depkesri.com (27 Januari 2011).

Eric A., Simoes F., Cherian T., Chow J., Salles S., Laxminarayan R., John J.T. 2005.

Acute Respiratory Infections in Children. Disease Control Priorities in Developing Countries. Pp: 484-497

Fahmi A.U. 2008. Horison Baru Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta Goh Y.T., Shek L.P., Lee Bee Wah L.B. 1999. Acute Respiratory Tract Infections In

Children : Outpatient Management

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Kartasasmita CRSP. 2002. 4 Juta Anak Meninggal Karena Penyakit ISPA. Bandung: Pikiran Rakyat (10 Januari 2002)

Mansjoer A. 2004. Infeksi Saluran Pernapasan Atas. http://fkuii.org/tiki-

download_wiki_attachment.php?attId=1130&page=Catur%20Nila%20Pra tiwi. (17 Nopember 2008).

Menkes. 2002. Lampiran I Keputusan Menteri KesehatanNomor : 1537.A /

MENKES/ SK/XII/ 2002 Tanggal : 5 Desember 2002. Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Orang

Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atipik dan Pneumonia Atypik Mycobacterium. Edisi 1. Jakarta: Pustaka Obor Populer

Murti B. 2006. Penerapan Metode Statistik Non-Parametrik dalam Ilmu-Ilmu

Kesehatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, p: 44.

Notoatmojo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet 1. Jakarta: PT. Rineka Cipta, pp: 35-179.

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC

Ramadhan T.R. 2007. Penyakit Berbasis Lingkungan di Situbondo. http://tegarrezavie.multiply.com/journal/item/5 (23 Februari 2011).

Rohandi H. 2008. Penyakit Angin dan Cuaca. http://www.tabloid-

nakita.com/artikel.php3?edisi=05230&rubrik=sehat (23 Februari 2011). Rusli, 2004. Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta. Said, M. 2007. Pneumonia Penyebab Utama Mortalitas Anak Balita di Indonesia.

http://www.idai.or.id.

Saleh R., Rahayuningsih. 2010. Berlindung dari Abu Vulkanik. Jakarta : Bisnis Indonesia

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Silalahi, L. 2004. ISPA dan Pneumonia.http://www.tempointeraktif.com Soeharjo, 1992. Perencanaan Pangan Dan Gizi, Bumi Aksara, Jakarta.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

EGC

Sunarti, Euis. 2004. Mengasuh Dengan Hati. Jakarta : Penerbit PT Elex Media Komputindo

Supariasa I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC Supranto J. 2000. Teknik Sampling Untuk Survei Dan Eksperimen. Jakarta : Rineka

Cipta

Suryatenggara W. 1988. Program Pendekatan ISPA ditinjau dari Aspek Diagnostik dan Terapi. Buku Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Konperensi Kerja Nasional V Ikatan Dokter Paru Indonesia, pp: 64-9.

Taufik M. 2010. Bahaya Kuarsa Olahan Merapi. Jakarta: Tempo

Wahono T. 2010. Banjir Lahar Dingin Lebih Dari Setahun. Jakarta : Kompas

WHO. 1999. Recommended Surveilance Standards Second Edition. Departement of

Communicable Disease Surveilance and Respone Widjaja A. 1993. Penelitian Epidemiologi Pengaruh Lingkungan pada Penyakit Paru

Obstruktif Menahun (PPOM) di 37 Puskesmas, Mewakili Semua Kabupaten di Jawa Timur. Kumpulan Naskah Ilmiah KONAS VI Persatuan Dokter Paru Indonesia, pp: 144-60.

Witono R. 1993. Faal Paru pada Laki-Laki Perokok, Bekas Perokok dan Bukan

Perokok. Kumpulan Naskah Ilmiah KONAS VI Persatuan Dokter Paru Indonesia, pp: 279-80.

Yulianingsih. 2011. Meminimalkan Banjir Lahar Dingin. Yogyakarta : Republika

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PAPARAN .../Hubungan... · Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA atau pneumonia sebagai ... Kecamatan Salam, Srumbung, Mungkid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Yunus F. 1994. Pneumokoniasis. Majalah Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.Volume 14 Nomor 3, pp: 22-3