askep sindrom nefrotikk

Upload: vera-r-nugraheni

Post on 03-Jun-2018

246 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    1/27

    Program Studi Ilmu Keperawatan UNEJ 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar BelakangSindrom nefrotik (SN) adalah sekumpulan manifestasi klinis yang

    ditandai oleh proteinuria masif (lebih dari 3,5 g/1,73 m2 luas permukaan tubuh

    per hari), hipoalbuminemia (kurang dari 3 g/dl), edema, hiperlipidemia,

    lipiduria, hiperkoagulabilitas. Berdasarkan etiologinya, SN dapat dibagi

    menjadi SN primer (idiopatik) yang berhubungan dengan kelainan primer

    glomerulus dengan sebab tidak diketahui dan SN sekunder yang disebabkan

    oleh penyakit tertentu. Saat ini gangguan imunitas yang diperantarai oleh sel T

    diduga menjadi penyebab SN. Hal ini didukung oleh bukti adanya

    peningkatan konsentrasi neopterin serum dan rasio neopterin/kreatinin urin

    serta peningkatan aktivasi sel T dalam darah perifer pasien SN yang

    mencerminkan kelainan imunitas yang diperantarai sel T.

    Sindroma nefrotik (SN) merupakan penyakit yang sering ditemukan di

    Indonesia. Angka kejadian SN pada anak tidak diketahui pasti, namun

    diperkirakan pada anak berusia dibawah 16 tahun berkisar antara 2 sampai 7

    kasus per tahun pada setiap 1.000.000 anak. Sindroma nefrotik tanpa disertai

    kelainan-kelainan sistemik disebut Sindrom Nefrotik Primer, ditemukan pada

    90% kasus Sindrom Nefrotik anak. Berdasarkan kelainan histopatologis, SN

    pada anak yang paling banyak ditemukan adalah jenis kelainan minimal.

    International Study Kidney Disease in Children (ISKDC) melaporkan 76% SN

    pada anak adalah kelainan minimal. Apabila penyakit SN ini timbul sebagai

    bagian dari penyakit sistemik dan berhubungan dengan obat atau toksin maka

    disebut sindroma nefrotik sekunder. Insiden sindroma nefrotik primer ini 2

    kasus per tahun tiap 100.000 anak berumur kurang dari 16 tahun, dengan

    angka prevalensi kumulatif 16 tiap 100.000 anak kurang dari 14 tahun. Rasio

    antara laki-laki dan perempuan pada anak sekitar 2:1. Laporan dari luar negeri

    menunjukkan dua pertiga kasus anak dengan SN dijumpai pada umur kurang

    dari lima tahun.

  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    2/27

    Program Studi Ilmu Keperawatan UNEJ 2

    Kelainan histopatologi pada SN primer meliputi nefropati lesi

    minimal,nefropati membranosa, glomerulo-sklerosis fokal segmental,

    glomerulonefritis membrano-proliferatif. Penyebab SN sekunder sangat

    banyak, di antaranya penyakit infeksi, keganasan, obat-obatan, penyakit

    multisistem dan jaringan ikat, reaksi alergi, penyakit metabolik, penyakit

    herediter-familial, toksin, transplantasi ginjal, trombosis vena renalis, stenosis

    arteri renalis, obesitas massif.

    Di klinik (75%-80%) kasus SN merupakan SN primer (idiopatik).Pada

    anak-anak (< 16 tahun) paling sering ditemukan nefropati lesi minimal(75%-

    85%) dengan umur rata-rata 2,5 tahun, 80% < 6 tahun saat diagnosis dibuat

    dan laki-laki dua kali lebih banyak daripada wanita. Pada orang dewasa paling

    banyak nefropati membranosa (30%-50%), umur rata-rata 30-50 tahun dan

    perbandingan laki-laki dan wanita 2:1. Kejadian SN idiopatik 2-3

    kasus/100.000 anak/tahun sedangkan pada dewasa 3/1000.000/tahun. Sindrom

    nefrotik sekunder pada orang dewasa terbanyak disebabkan oleh diabetes

    mellitus.

    Pada SN primer ada pilihan untuk memberikan terapi empiris atau

    melakukan biopsi ginjal untuk mengidentifikasi lesi penyebab sebelum

    memulai terapi. Selain itu terdapat perbedaan dalam regimen pengobatan SN

    dengan respon terapi yang bervariasi dan sering terjadi kekambuhan setelah

    terapi dihentikan. Berikut akan dibahas patogenesis/patofisiologi dan

    penatalaksanaan SN

    Pasien SN primer secara klinis dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:

    1. Kongenital2. Responsif steroid3. Resisten steroid

    Bentuk kongenital ditemukan sejak lahir atau segera sesudahnya.

    Umumnya kasus-kasus ini adalah SN tipe Finlandia, suatu penyakit yang

    diturunkan secara resesif autosom. Kelompok responsif steroid sebagian besar

    terdiri atas anak-anak dengan SN kelainan minimal (SNKM). Pada penelitian

    di Jakarta diantara 364 pasien SN yang dibiopsi 44,2% menunjukkan kelainan

  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    3/27

    Program Studi Ilmu Keperawatan UNEJ 3

    minimal. Kelompok tidak responsif steroid atau resisten steroid terdiri atas

    anak-anak dengan kelainan glomerulus lain. Sindroma nefrotik dapat timbul

    dan bersifat sementara pada tiap penyakit glomerulus dengan keluarnya

    protein dalam jumlah yang banyak dan cukup lama.

    Selain itu juga Sindrom nefrotik terdiri dari proteinuria masif, hipo-

    albuminemia, edema anasarka, dan hiperlipidemia. Sindrom nefrotik infantil

    (SNI) didefinisikan sebagai sindrom nefrotik yang terjadi setelah umur 3 bulan

    sampai 12 bulan sedangkan sindrom nefrotik yang terjadi dalam 3 bulan

    pertama kehidupan disebut sebagai sindrom nefrotik kongenital (SNK) yang

    didasari kelainan genetik. Pembedaan sindrom ini sebenarnya lebih

    bermanfaat untuk kepentingan statistik. Kejadian SNI tidak diketahui dengan

    pasti tetapi diperkira-kan lebih rendah daripada kejadian sindrom nefrotik

    pada kejadian sindrom nefrotik pada sekitar 1-2 per 100.000 anak. Umumnya

    pada SNI tidak terdapat riwayat keluarga, namun dalam satu keluarga dapat

    ditemukan sindrom nefrotik kelainan minimal dan glomerulosklerosis fokal

    segmental. SNI masih responsif terhadap steroid atau imunosupresan dan

    dapat terjadi remisi spontan, sedangkan SNK biasanya tidak responsif

    terhadap steroid dan imunosupresan dan remisi spontan sangat jarang atau

    bahkan hampir tidak pernah terjadi. SNI ini akan rentan terhadap infeksi dan

    dapat menyebabkan malnutrisi, hipovolemia, dan tromboemboli. Umumnya

    prognosis SNI buruk, namun dengan terapi medis dan nutrisi yang optimal

    dapat dicapai hasil yang baik.

    1.2TujuanUmum:

    a. Memenuhi penugasa sebagai persyaratan dalam kegiatan perkuliahan anakb. Mengetahui gambaran umum tentang penyakit Sindrom Nefrotik pada

    anak

    c. Mengetahui rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakitSindrom Nefrotik

  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    4/27

  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    5/27

    Program Studi Ilmu Keperawatan UNEJ 5

    BAB II

    KONSEP DASAR PENYAKIT

    2.1DefinisiSindrom Nefrotik adalah Status klinis yang ditandai dengan

    peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang

    mengakibatkan kehilangan protein urinaris yang massif (Donna L. Wong,

    2004 : 550).

    Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh

    injuri glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria,

    hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema (Suriadi dan

    Rita Yuliani, 2001: 217).

    Sindrom nefrotik (SN) merupakan sekumpulan gejala yang terdiri dari

    proteinuria massif (lebih dari 50 mg/kgBB/24 jam), hipoalbuminemia (kurang

    dari 2,5 gram/100 ml) yang disertai atau tidak disertai dengan edema dan

    hiperkolesterolemia. (Rauf, 2002 : 21).

    Sindroma nefrotik adalah penyakit ginjal yang mengenai glomerulus

    (ginjal terdiri dari tubulus, glomerulus dll.) dan ditandai proteinuria (keluarnya

    protein melalui air kencing) yang masif, hipoalbuminemia (kadar albumin di

    dalam darah turun), edema (bengkak) disertai hiperlipid emia (kadar lipid atau

    lemak dalam darah meningkat) dan hiperkolesterolemia (kadar kolesterol

    darah meningkat) jadi untuk memastikannya perlu pemeriksaan laboratorium.

    Sindroma nefrotik biasanya menyerang anak laki-laki lebih sering dari pada

    anak perempuan dengan perbandigan 2 berbanding 1 dan paling banyak pada

    umur 2 sampai 6 tahun(http://www.ikcc.or.id/print.php?id=134).

    Sindroma Nefrotik adalah suatu sindroma (kumpulan gejala-gejala)

    yang terjadi akibat berbagai penyakit yang menyerang ginjal dan

    menyebabkan:

    -proteinuria(protein di dalam air kemih)

    - menurunnya kadar albumindalam darah

    http://www.ikcc.or.id/print.php?id=134http://www.ikcc.or.id/print.php?id=134
  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    6/27

  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    7/27

    Program Studi Ilmu Keperawatan UNEJ 7

    Skistosoma

    Lepra Sifilis Pasca streptococcus

    c. Toksin/Alergi Air raksa (Hg) Serangga Bisa ular

    d.

    Penyakit sistemik/immune mediated Lupus eritematosus sistemik Purpura Henoch-Schonlein Sarkoidosis

    e. Keganasan Tumor paru Penyakit Hodgkin

    Tumor saluran pencernaan3. Sindrom nefrotik idiopatik (tidak diketahui penyebabnya)

    Berdasarkan histopatologi yang tampak pada biopsi ginjal dengan

    pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop electron, Churg dan kawan-

    kawanmembagi dalam 4 golongan, yaitu :

    a. Kelainan minimalDengan mikroskop biasa glomerulus tampak normal, sedangkan

    dengan mikroskop electron tampak foot processus sel epitel berpadu.

    Dengan cara imunofluoresensi ternyata tidak terdapat IgG atau

    immunoglobulin beta-IC pada dinding kapiler glomerulus. Golongan

    ini lebih banyak terdapat pada anak daripada orang dewasa. Prognosis

    lebih baik dibandingkan dengan golongan lain.

  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    8/27

    Program Studi Ilmu Keperawatan UNEJ 8

    b. Nefropati membranosaSemua glomerulus menunjukan penebalan dinding kapiler yang

    tersebar tanpa proliferasi sel. Tidak sering ditemukan pada anak.

    Prognosis kurang baik.

    c. Glomerulonefritis proliferatifGlomerulonefritis proliferatif eksudatif difus

    Terdapat proliferasi sel mesangial dan infiltasi sel polimorfonukleus.

    Pembengkakkan sitoplasma endotel yang menyebabkan kapiler

    tersumbat. Kelainan ini sering ditemukan pada nefritis yang timbul

    setelah infeksi dengan Streptococcus yang berjalan progresif dan pada

    sindrom nefrotik.prognosis jarang baik, tetapi kadang-kadang terdapat

    penyembuhan setelah pengobatan yang lama.

    d. Glomerulosklerosis fokal segmentalPada kelainan ini yang mencolok sklerosis glomerulus. Sering ditandai

    dengan atrofi tubulus. Prognosis buruk.

    Sindroma nefrotik bisa terjadi akibat berbagai glomerulopati atau

    penyakit menahun yang luas. Sejumlah obat-obatan yang merupakan racun

    bagi ginjal juga bisa menyebabkan sindroma nefrotik, demikian juga

    halnya dengan pemakaian heroin intravena.

    Sindroma nefrotik bisa berhubungan dengan kepekaan tertentu.

    Beberapa jenis sindroma nefrotik sifatnya diturunkan. Sindroma nefrotik

    yang berhubungan dengan infeksi HIV (human immunodeficiency virus,

    penyebab AIDS) paling banyak terjadi pada orang kulit hitam yang

    menderita infeksi ini. Sindroma nefrotik berkembang menjadi gagal ginjal

    total dalam waktu 3-4 bulan.

    Penyebab sindroma nefrotik:

    Penyakit Obat-obatan alergi

    -Amiloidosis

    - Kanker

    -Obat pereda nyeri

    yang menyerupai

    - Gigitan serangga

    - Racun pohon ivy

  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    9/27

    Program Studi Ilmu Keperawatan UNEJ 9

    - Diabetes

    - Glomerulopati

    - Infeksi HIV

    - Leukemia

    - Limfoma

    - Gamopati monoclonal

    - Mieloma multipel

    -Lupus eritematosus

    sistemik

    aspirin

    - Senyawa emas

    - Heroin intravena

    - Penisilamin

    - Racun pohon ek

    - Cahaya matahari

    2.3PatofisiologiPemahaman patogenesis dan patofisiologi sangat penting dan

    merupakan pedoman pengobatan rasional untuk sebagian besar pasien SN.

    1. ProteinuriaEkskresi protein yang berlebihan akibat terjadi peningkatan filtrasi protein

    glomerulus karena peningkatan permeabilitas dinding kapiler glomerulus

    terhadap serum protein, umumnya protein plasma dengan BM rendah

    seperti albumin, transferin diekskresi lebih mudah dibanding protein

    dengan BM yang lebih besar seperti lipoprotein. Clearance relative plasma

    protein yang berbanding terbalik dengan ukuran atau berat molekulnya

    mencerminkan selektivitas proteinuria. Faktor-faktor yang menentukan

    derajat proteinuria:

    a. Besar dan bentuk molekul proteinb. Konsentrasi plasma proteinc. Struktur dan faal integritas dinding kapiler glomerulusd. Muatan ion membrane basalis dan lapisan epitele. Tekanan dan aliran intra glomerulus

    2. HipoalbuminemiHipoalbuminemi disebabkan oleh hilangnya albumin melalui urin dan

    peningkatan katabolisme albumin di ginjal. Sintesis protein di hati

  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    10/27

    Program Studi Ilmu Keperawatan UNEJ 10

    biasanya meningkat (namun tidak memadai untuk mengganti kehilangan

    albumin dalam urin), tetapi mungkin normal atau menurun.

    3. HiperlipidemiKolesterol serum, very low density lipoprotein (VLDL), low density

    lipoprotein (LDL), trigliserida meningkat sedangkan high density

    lipoprotein (HDL) dapat meningkat, normal atau menurun. Hal ini

    disebabkan peningkatan sintesis lipid di hepar dan penurunan katabolisme

    di perifer (penurunan pengeluaran lipoprotein, VLDL, kilomikron dan

    intermediate density lipoprotein dari darah). Peningkatan sintesis

    lipoprotein lipid distimulasi oleh penurunan albumin serum dan penurunan

    tekanan onkotik.

    4. LipiduriLemak bebas (oval fat bodies) sering ditemukan pada sedimen urin.

    Sumber lemak ini berasal dari filtrat lipoprotein melalui membrana basalis

    glomerulus yang permeabel.

    5. EdemaWalaupun edema hampir selalu ditemukan untuk beberapa waktu dalam

    perjalanan penyakit dan merupakan tanda yang mendominasi pola klinis,

    namun merupakan tanda yang paling variabel diantara gambaran

    terpenting sindrom nefrotik.

    a. Penurunan tekanan koloid osmotik plasma akibat penurunankonsentrasi albumin serum yang bertanggungjawab terhadap

    peergeseran cairan ekstraselular dari compartment intravaskuler ke

    dalam intertisial dengan timbulnya edema dan penurunan volume

    intravaskuler.

    b. Penurunan nyata ekskresi natrium kemih akibat peningkatan reabsorbsitubular.mekanisme meningkatnya reabsorbsi natrium tidak dimengerti

    secara lengkap tetapi pada prinsipnya terjadi akibat penurunan volume

    intravascular dan tekanan koloid osmotic. Terdapat peningkatan ekresi

    renin dan sekresi aldosteron.

  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    11/27

    Program Studi Ilmu Keperawatan UNEJ 11

    c. Penurunan tekanan koloid osmotic plasma dan retensi seluruh natriumyang dikonsumsi saja tidaklah cukup untuk berkembangnya edema

    pada sindrom nefotik, agar timbul edema harus ada retensi air.

    Tonisitas normal ini dipertahankan melalui sekresi hormon antidiuretik

    yang menyebabkan reabsorbsi air dalam tubuli distal dan duktus

    koligens serta pembentukan kemih hipertonik atau pekat. Hal ini

    mungkin merupakan penjelasan mendasar retensi air pada sebagian

    besar nefrotik anak, seperti yang ditunjukkan dari pengamatan

    pengurangan nyata masukan natrium ternyata tidak memerlukan

    pembatasan masukan air sebab kemampuan ekskresi air tidak biasanya

    mengalami gangguan yang berarti. Retensi garam dan air pada pasien

    nefrotik dapat dianggap sebagai suatu respons fisiologis terhadap

    penurunan tekanan onkotik plasma dan hipertonisitas, tidak dapat

    mengkoreksi penyusutan volume intravascular, sebab cairan yang

    diretensi akan keluar keruang

    6. HiperkoagulabilitasKeadaan ini disebabkan oleh hilangnya antitrombin (AT) III, protein S, C

    dan plasminogen activating factor dalam urin dan meningkatnya faktor V,

    VII, VIII, X, trombosit, fibrinogen, peningkatan agregasi trombosit,

    perubahan fungsi sel endotel serta menurunnya faktor zimogen (faktor IX,

    XI).

    7. Kerentanan terhadap infeksiPenurunan kadar imunoglobulin Ig G dan Ig A karena kehilangan lewat

    ginjal, penurunan sintesis dan peningkatan katabolisme menyebabkan

    peningkatan kerentanan terhadap infeksi bakteri berkapsul seperti

    Streptococcus pneumonia, Klebsiella, Haemophilus. Pada SN juga terjadi

    gangguan imunitas yang diperantarai sel T. Sering terjadi bronkopneumoni

    dan peritonitis.

  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    12/27

    Program Studi Ilmu Keperawatan UNEJ 12

    2.4Pathways

    Katabolisme

    albumin

    Tubuh ke-

    kurangan protein

    Malnutrisi

    Kwashiokor

    Sindrom Nefrotik Bawaan,

    Sindrom Nefrotik Sekunder,

    Sindrom Nefrotik Idiopatik

    Dinding kapiler glomerulus

    kehilangan muatan negatif

    glikoprotein

    Kenaikan reabsorbsi plasma protein

    Kenaikan filtrasi plasma protein

    Permeabilitas glomerolus

    Albuminuria/proteinuria

    Beban kerja

    ginjal

    Hipoalbuminemia

    Kerusakan sel

    tubulus

    Gagal ginjal

    Kerusakan ginjal

    Pelepasan ADH

    Reabsorbsi dalam

    ductus kolektivus

    Edema

    Volume Intersisial Volume intravaskuler

    Perfusi ginjal

    Pengaktifan system renin-angiotensi-aldosteron

    Reabsorbsi natrium

    ditubulus ginjal

    Tekanan onkotik

    plasma intravaskuler

    Kenaikan sintesis protein

    dalam sel hepar

    Transudasi Cairan

    melalui dinding

    pembuluh darah

    keruang interstitial

    Hipokolestrolemia

    Lipiduria

  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    13/27

    Program Studi Ilmu Keperawatan UNEJ 13

    2.5Manifestasi KlinisGejala awalnya bisa berupa:

    - berkurangnya nafsu makan

    - pembengkakan kelopak mata

    - nyeri perut

    - pengkisutan otot

    - pembengkakan jaringan akibat penimbunan garam dan air

    - air kemih berbusa.

    Perut bisa membengkak karena terjadi penimbunan cairan dan sesak

    nafas bisa timbul akibat adanya cairan di rongga sekitar paru-paru (efusi

    pleura). Gejala lainnya adalah pembengkakan lutut dan kantung zakar (pada

    pria). Pembengkakan yang terjadi seringkali berpindah-pindah; pada pagi hari

    cairan tertimbun di kelopak mata dan setalah berjalan cairan akan tertimbun di

    pergelangan kaki. Pengkisutan otot bisa tertutupi oleh pembengkakan.

    Pada anak-anak bisa terjadi penurunan tekanan darah pada saat

    penderita berdiri dan tekanan darah yang rendah (yang bisa menyebabkan

    syok). Tekanan darah pada penderita dewasa bisa rendah, normal ataupun

    tinggi.

    Produksi air kemih bisa berkurang dan bisa terjadigagal ginjalkarena

    rendahnya volume darah dan berkurangnya aliran darah ke ginjal. Kadang

    gagal ginjal disertai penurunan pembentukan air kemih terjadi secara tiba-tiba.

    Kekurangan gizi bisa terjadi akibat hilangnya zat-zat gizi (misalnya

    glukosa) ke dalam air kemih. Pertumbuhan anak-anak bisa terhambat. Kalsium

    akan diserap dari tulang. Rambut dan kuku menjadi rapuh dan bisa terjadi

    kerontokan rambut. Pada kuku jari tangan akan terbentuk garis horisontal

    putih yang penyebabnya tidak diketahui.

    Lapisan perut bisa mengalami peradangan (peritonitis). Sering terjadi

    infeksi oportunistik (infeksi akibat bakteri yang dalam keadaan normal tidak

    berbahaya). Tingginya angka kejadian infeksi diduga terjadi akibat hilangnya

    antibodike dalam air kemih atau karena berkurangnya pembentukan antibodi.

  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    14/27

    Program Studi Ilmu Keperawatan UNEJ 14

    Terjadi kelainan pembekuan darah, yang akan meningkatkan resiko

    terbentuknya bekuan di dalam pembuluh darah (trombosis), terutama di dalam

    vena ginjal yang utama. Di lain fihak, darah bisa tidak membeku dan

    menyebabkan perdarahan hebat. Tekanan darah tinggi disertai komplikasi

    pada jantung dan otak paling mungkin terjadi pada penderita yang memiliki

    diabetesdan penyakit jaringan ikat.

    Bengkak di badan sebabnya bisa bermacam-macam, antara lain:

    a. penyakit jantungb. penyakit liverc. penyakit ginjald. alergie. busung laparUntuk memastikannya perlu ditelusuri:

    a. Anamnesa (= riwayat penyakit)

    b. Pemeriksaan fisik diagnostic

    c. Pemeriksaan penunjang (laboratorium, rontgen, biospsi dll)

    Jadi perlu pemeriksaan yang teliti dan lengkap.

    2.6 Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :

    1. Urinalisa, bila perlu biakan urina. Protein urin kuantitatif (dapat berupa urin 24 jam)meningkat

    (> 50-80 mg/hari)

    b. Urinalisiscast hialin dan granular, hematuriac. Dipstick urinpositif untuk protein dan darahd. Berat jenis urinmeningkat

    Acak (> 1,002-1,030)

    24 jam (> 1,015-1,025)

    2. Pemeriksaan darah:a. Hemoglobin dan hematokritmeningkat (hemokonsentrasi)

    Darah lengkap:

  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    15/27

    Program Studi Ilmu Keperawatan UNEJ 15

    Umur Hasil pemeriksaan

    1-3 Hari (> 14,5-22,5 g/dl)

    2 Bulan (> 9,0-14,0 g/dl)

    6-12 Tahun (> 11,5-15,5 g/dl)

    12-18 Tahun; Pria (> 13-16 g/dl), Wanita (> 12-16 g/dl)

    Hematokrit:

    Umur Hasil pemeriksaan

    > 2 bulan (> 28-42 %)

    6-12 tahun (> 35-45 %)

    12-18 tahun; pria (> 37-49 %), perempuan (> 36-46 %)

    b. Laju Endap Darah (LED)meningkat(> 0-13 mm/jam)

    c. Kadar albumin serum - menurunUmur Hasil pemeriksaan

    1-7 tahun (< 6,1-7,9 g/dl)

    8-12 tahun (< 6,4-8,1 g/dl)

    13-19 tahun (< 6,6-8,2 g/dl)

    d. Kolesterol plasmameningkat12-19 tahun (> 230 mg/dl)

    e. Kadar ureum, kreatinin serta kliren kreatinin.Kreatinin serum:

    Bayi (0,2-0,4 mg/dl)

    Anak-anak (0,3-0,7 mg/dl)

    Kliren kreatinin:

    Bayi baru lahir (40-65 ml/menit/1,73 m2)

    f. Kadar komplemen C3, bila dicurigai lupus eritematosus sistemikpemeriksaan ditambah dengan komplemen C4, ANA (anti nuclear

    antibody).

    3. Uji diagnosticBiopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin

    (Betz, Cecily L, 2002 : 335).

  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    16/27

    Program Studi Ilmu Keperawatan UNEJ 16

    2.7 Penatalaksanaan Medis

    1. Istirahat sampai edema tinggal sedikit.2. Dietetik

    Pemberian diit tinggi protein tidak diperlukan bahkan sekarang dianggap

    kontra indikasi karena kana menambah beban glomerulus untuk

    mengeluarkan sisa metabolisme protein (hiperfiltrasi) dan menyebabkan

    terjadinya skerosis glomerulus. Jadi cukup diberikan diit protein normal

    sesuai dengan RDA (Recommended Dailiy Allowances) yaitu 2-3

    gram/kgBB/hari. Diit rendah protein akan menyebabkan mallnutrisi energi

    protein (MEP) dan hambatan pertumbuhan anak. Diit rendah garam (1-2

    gram/hari) hanya diperlukan selama anak menderita edema

    3. DiuretikumRestriksi cairan diperlukan selama ada edema berat. Biasanya diberikan

    loop diuretik seperti furosemid 1-2mg/kgBB/hari, bila diperlukan

    dikombinasikan dengan spironolakton (antagonis aldosteron, diuretik

    hamat kalium) 2-3 mg/kgBB/hari. Pada pemakaian diuretik lebih lama dari

    1-2 minggu perlu dilakukan pemantauan elektrolit darah (kalium dan

    natrium).

    Bila pemberian diuretik tidak berhasil mengurangi edema (edema

    refrakter), biasanya disebabkan oleh hipovolemia atau hipoalbuminemia

    berat (kadar albumin 1gram/dl), dapat diberikan infus albumin 20-25%

    denagn dosis 1 gram/kgBB selama 4 jam untuk menarik cairan dari

    jaringan interstisial, dan diakhiri dengan pemberian furosemid intravena 1-

    2 mg/kgBB. Bila pasien tidak mampu dari segi biaya, dapat diberikan

    plasma sebanyak 20 ml/kgBB/hari secara perlahan-lahan 10 tetes/menit

    untuk mencegah terjadinya komplikasi dekompensasi jantung. Bila

    diperlukan albumin dan plasma dapat diberikan selang sehari untuk

    memberrikan kesempatan pergeseran dan mencegah overload cairan

    4. Antibiotika profilaksisDi beberapa negara, pasien SN dengan edema dan ascites diberikan

    antibiotik profilaksis dengan penicilin oral 125-250 mg, 2 kali sehari,

  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    17/27

    Program Studi Ilmu Keperawatan UNEJ 17

    sampai edema berkurang. Di Indonesia tidak dianjurkan pemberian

    antibiotik profilaksis, tetapi perlu dipantau secara berkala, dan bila

    ditemukan tanda-tanda infeksi segera diberikan antibiotik

    5. Pengobatan dengan Kortikosteroida. Pengobatan inisial

    Sesuai dengan ISKDC (International Study on Kidney Diseasein

    Children) pengobatan inisial SN dimulai dengan pemberian prednison

    dosis penuh (full dose) 60 mg/m2LPB/hari atau 2mg/kgBB/hari

    (maksimal 80mg/hari), dibagi 3 dosis, untuk menginduksi remisi.

    Dosis prednison dihitung sesuai dengan berat badan ideal (berat badan

    terhadap tinggi badan). Prednison dosis penuh inisial diberikan selama

    4 minggu. Setelah pemberian steroid 2 minggu pertama, remisi telah

    terjadi pada 80% kasus, dan remisi mencapai 94% setelah pengobatan

    steroid 4 minggu. Bila terjadi remisi pada 4 minggu pertama, maka

    pemberian steroid dilanjutkan dengan 4 minggu kedua dengan dosis

    40mg/m2LPB/hari (2/3 dosis awal) secara alternating (selang sehari), 1

    kali sehari setelah makan pagi. Bila setelah 4 minggu pengobatan

    steroid dosis penuh, tidak terjadi remisi, pasien dinyatakan sebagai

    resisten steroid.

    b. Pengobatan relapsDiberikan prednison dosis penuh sampai remisi (maksimal 4 minggu)

    dilanjutkan dengan prednison dosis alternating selama 4 minggu. Pada

    SN yang mengalami proteinuria 2+ kembali tetapi tanpa edema,

    sebelum dimulai pemberian prednison, terlebih dahulu dicari

    pemicunya, biasanya infeksi saluran nafas atas. Bila ada infeksi

    diberikan antibiotik 5-7 hari, dan bila setelah pemberian antibiotik

    kemudian proteinuria menghilang tidak perlu diberikan pengobatan

    relaps. Bila sejak awal ditemukan proteinuria 2+ disertai edema,

    maka didiagnosis sebagai relaps.

    Jumlah kejadian relaps dalam 6 bulan pertama pasca pengobatan

    inisial, sangat penting, karena dapat meramalkan perjalanan penyakit

  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    18/27

    Program Studi Ilmu Keperawatan UNEJ 18

    selanjutnya. Berdasarkan relaps yang terjadi dalam 6 bulan pertama

    pasca pengobatan steroid inisial, pasien dapat dibagi dalam beberapa

    golongan:

    Tidak ada relaps sama sekali (30%) Dependen steroid. Relaps sering :jumlah relaps 2 kali (40-50%) Relaps jarang : jumlah relaps

    c. Pengobatan SN relaps sering atau dependen steroidBila pasien telah dinyatakan sebagai SN relaps sering atau dependen

    steroid, setelah mencapai remisi dengan prednison dosis penuh,

    diteruskan dengan steroid alternating dengan dosis yang diturunkan

    perlahan / bertahap 0,2 mg/kgBB sampai dosis terkecil yang tidak

    menimbulkan relaps yaitu antara 0,1-0,5 mg/kgBB alternating. Dosis

    ini disebut dosis threshold dan dapat diterukan selama 6-12 bulan,

    kemudian dicoba dihentikan. Bila terjadi relaps pada dosis prednison

    rumat >0,5 mg/kgBB alternating, tetapi 2.

    Bila ditemukan keadaan dibawah ini:

    Terjadi relaps pada dosis rumat > 1 mg/kgBB dosis alternating atau Pernah relaps dengan gejala berat, seperti hipovolemia, trombosis,

    sepsis.

    Diberikan CPA dengan dosis 2-3 mg/kgBB/hari, dosis tunggal,

    selama 8-12 minggu.

    d. Pengobatan SN resisten steroidPengobatan SN resisten steroid (SNRS) sampai sekarang belum

    memuaskan. Sebelum pengobatan dimulai, pada pasien SNRS

    dilakukan biopsi ginjal untuk melihat gambaran patologi anatomi

    ginjal, karena gambaran patologi anatomi tersebut mempengaruhi

    prognosis. Pengobatan dengan CPA memberikan hasil yang lebih baik

    bila hasil biopsi ginjal menunjukkan SNKM daripada GSFS. Dapat

    juga diberikan Siklosporin (CyA), metil prednisolon puls, dan obat

    imunosupresif lain

  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    19/27

    Program Studi Ilmu Keperawatan UNEJ 19

    6. Lain-lainfungsi asites, funsi hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital. Bila ada

    gagal jantung diberikan digitalis.

    2.8 Komplikasi

    Ada beberapa komplikasi pada penderita Sindrom Nefrotik, yaitu:

    1. Kelainan Koagulasi dan Tendensi TrombosisBeberapa kelainan koagulasi dan sistem fibrinolitik banyak ditemukan

    pada pasien SN. Angka kejadian terjadinya komplikasi tromboemboli pada

    anak tidak diketahui namun lebih jarang daripada orang dewasa. Diduga

    angka kejadian komplikasi ini sebesar 1,8 % pada anak. Pada orang

    dewasa umunya kelainannya adalah glomerulopathi membranosa (GM)

    suatu kelainan yang sering menimbulkan trombosis. Secara ringkas

    kelainan hemostasis SN dapat timbul dari dua mekanisme yang berbeda:

    a. Peningkatan permeabilitas glomerulosa mengakibatkan : meningkatnya degradasi renal dan hilangnya protein didalam urin

    seperti anti thrombin III, protein S bebas, plasminogen dan anti

    plasmin.

    Hipoalbunemia menimbulkan aktivasi trombosit lewat tromboksanA2, meningkatnya sintesis protein prokoagulan karena hiporikia

    dan tertekannya fibrinolisis.

    b. Aktivasi sistem hemostatik didalam ginjal dirangsang oleh faktorjaringan monosit dan oleh paparan matrik subendotel pada kapiler

    glomerulus yang selanjutnya mengakibatkan pembentukan fibrin dan

    agregasi trombosit.

    2. Kelainan Hormonal dan MineralGangguan timbul karena terbuangnya hormone-hormon yang terikat pada

    protein. Thyroid binding globulin umumnya berkaitan dengan proteinuria.

    Hipokalsemia bukan hanya disebabkan karena hipoalbuminemia saja,

    namun juga terdapat penurunan kadar ionisasi bebas, yang berarti terjadi

    hiperkalsiuria yang akan membaik bila proteinuria menghilang. Juga

  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    20/27

    Program Studi Ilmu Keperawatan UNEJ 20

    terjadi penurunan absorpsi kalsium dalam saluran cerna yang terlihat

    dengan adanya ekskresi kalsium dalam feses yang sama atau lebih besar

    dari intake. Adanya hipokalsemia, hipokalsiuria dan penurunan absorpsi

    kalsium dalam saluran cerna diduga karena adanya kelainan

    metabolismevitamin D. Namun demikian, karena gejala-gejala klinik

    berupa gangguan tulang jarang dijumpai pada anak, maka pemberian

    vitamin D rutin tidak dianjurkan.

    3. Ganggguan Pertumbuhan dan NutrisiSejak lama diketahui bahwa anak-anak dengan sindrom nefrotik

    mengalami gangguan pertumbuhan. Ganguan pertumbuhan pada anak

    dengan sindrom nefrotik adalah disebabkan karena malnutrisi protein

    kalori, sebagai akibat nafsu makan yang berkurang, terbuangnya protein

    dalam urin, malabsorbsi akibat sembab mukosa saluran cerna serta

    terutama akibat terapi steroid. Terapi steroid dosis tinggi dalam waktu

    lama menghambat maturasi tulang, terhentinya pertumbuhan tulang linear

    dan menghambat absorbsi kalsium dalam intestinum, terutama bila dosis

    lebih besar dari 5 mg/m/hari. Kortikosteroid mempunyai efek antagonis

    terhadap hormone pertumbuhan endogen dan eksogen dalam jaringan

    perifer melalui efek somatomedin. Cara pencegahan terbaik adalah dengan

    menghindari pemberian steroid dosis tinggi dalam waktu lama serta

    mencukupi intake kalori dan protein serta tidak kalah pentingnya adalah

    juga menghindari stress psikologik.

    4. InfeksiKerentanan terhadap infeksi meningkat karena rendahnya kadar

    immunoglobulin, defisiensi protein, defek opsonisasi bakteri, hipofungsi

    limpa dan terapi imunosupresan. Kadar Ig G menurun tajam sampai 18 %

    normal. Kadar Ig M meningkat yang diduga karena adanya defek pada

    konversi yang diperantarai sel T pada sintesis Ig M menjadi Ig G. defek

    opsonisasi kuman disebabkan karena menurunnya faktor B ( C3

    proactivator) yang merupakan bagian dari jalur komplemen alternatif yang

    penting dalam opsonisasi terhadap kuman berkapsul, seperti misalnya

  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    21/27

    Program Studi Ilmu Keperawatan UNEJ 21

    pneumococcus dan Escherichia coli. Penurunan kadar faktor B ( BM

    80.000 daltons ) terjadi karena terbuang melalui urine. Anak-anak dengan

    sindrom nefrotik berisiko menderita peritonitis dengan angka kejadian 5

    %. Kuman penyebabnya terutama Streptococcus pneumoniae dan kuman

    gram negatif. Infeksi kulit juga sering dikeluhkan. Tidak dianjurkan

    pemberian antimikroba profilaksis.

    5. AnemiaBiasanya terjadi anemia hipokrom mikrositer, anemia yang khas defisiensi

    besi, tetapi resisten terhadap terapi besi. Sebabnya adalah meningkatnya

    volume vaskuler, hemodilusi dan menurunnya kadar transferin serum

    karena terbuang bersama protein dalam urine.

    6. Gangguan Tubulus RenalHiponatremia terutama disebabkan oleh retensi air dan bukan karena

    defisit natrium, karena meningkatnya reabsorbsi natrium di tubulus

    proksimal dan berkurangnya hantaran Na dan H2O ke pars asenden Ansa

    Henle. Pada anak dengan sindrom nefrotik terjadi penurunan volume

    vaskuler dan peningkatan sekresi renin dan aldosteron sehingga sekresi

    hormone antidiuretik meningkat. Angiotensin II meningkat akan

    menimbulkan rasa haus sehingga anak akan banyak minum meskipun

    dalam keadaan hipoosmolar dan adanya defek ekskresi air bebas.

    Gangguan pengasaman urine ditandai oleh ketidakmampuan manurunkan

    pH urine setelah pemberian beban asam. Diduga defek distal ini

    disebabkan oleh menurunnya hantaran natrium ke arah asidifikasi distal.

    Keadaan tersebut dapat dikoreksi dengan pemberian furosemide yang

    meningkatkan hantaran ke tubulus distal dan menimbulkan lingkaran

    intraluminal yang negatif yang diperlukan agar sekresi ion hydrogen

    menjadi maksimal. Disfungsi tubulus proksimal ditandai dengan adanya

    bikarbonaturia dan glukosuria. Disfungsi tubulus proksimal agak jarang

    ditemukan.

    7. Gagal Ginjal Akut

  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    22/27

    Program Studi Ilmu Keperawatan UNEJ 22

    Dapat terjadi pada sindrom nefrotik kelainan minimal atau

    glomerulosklerosis fokal segmental dengan gejala-gejala oliguria yang

    resisten terhadap diuretik. Dapat sembuh spontan atau dialysis.

    Penyebabnya bukan karena hipovolemia, iskemi renal ataupakibat

    perubahan membran basal glomerulus, tetapi adalah karena sembab

    interstitial renal sehingga terjadi peningkatan tekanan tubulus proksimal

    yang mengakibatkan penurunan laju filtrasi glomerulus. Adanya gagal

    ginjal akut pada sindrom nefrotik harus dicari penyebabnya. Apakah

    bukan karena nefritis interstitial karena diuretic, nefrotoksik bahan kontras

    radiologi, nefrotoksik antibiotik atau nefritis interstitial alergi karena

    antibiotik atau bahan lain.

    2.9 Prognosis

    Prognosisnya bervariasi, tergantung kepada penyebab, usia penderita

    dan jenis kerusakan ginjal yang bisa diketahui dari pemeriksaan mikroskopik

    pada biopsi. Gejalanya akan hilang seluruhnya jika penyebabnya adalah

    penyakit yang dapat diobati (misalnya infeksi atau kanker) atau obat-obatan.

    Prognosis biasanya baik jika penyebabnya memberikan respon yang baik

    terhadap kortikosteroid.

    Anak-anak yang lahir dengan sindroma ini jarang yang bertahan hidup

    sampai usia 1 tahun, beberapa diantaranya bisa bertahan setelah menjalani

    dialisaatau pencangkokan ginjal.

    Prognosis yang paling baik ditemukan pada sindroma nefrotik akibat

    glomerulonefritis yang ringan; 90% penderita anak-anak dan dewasa

    memberikan respon yang baik terhadap pengobatan. Jarang yang berkembang

    menjadi gagal ginjal, meskipun cenderung bersifat kambuhan. Tetapi setelah 1

    tahun bebas gejala, jarang terjadi kekambuhan.

    Sindroma nefrotik familialdanglomerulonefritis membranoproliferatif

    memberikan respon yang buruk terhadap pengobatan dan prognosisnya tidak

    terlalu baik. Lebih dari separuh penderita sindroma nefrotik familial

    meninggal dalam waktu 10 tahun. Pada 20% pendeita prognosisnya lebih

  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    23/27

    Program Studi Ilmu Keperawatan UNEJ 23

    buruk, yaitu terjadi gagal ginjal yang berat dalam waktu 2 tahun. Pada 50%

    penderita, glomerulonefritis membranoproliferatif berkembang menjadi gagal

    ginjal dalam waktu 10 tahun. Pada kurang dari 5% penderita, penyakit ini

    menunjukkan perbaikan.

    Sindroma nefrotik akibatglomerulonefritis proliferatif mesangialsama

    sekali tidak memberikan respon terhadap kortikosteroid. Pengobatan pada

    sindroma nefrotik akibat lupus eritematosus sistemik, amiloidosisatau kencing

    manis, terutama ditujukan untuk mengurangi gejalanya. Pengobatan terbaru

    untuk lupus bisa mengurangi gejala dan memperbaiki hasil pemeriksaan yang

    abnormal, tetapi pada sebagian besar penderita terjadi gagal ginjal yang

    progresif. Pada penderita kencing manis, penyakit ginjal yang berat biasanya

    akan timbul dalam waktu 3-5 tahun.

  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    24/27

    Program Studi Ilmu Keperawatan UNEJ 24

    BAB III

    ASUHAN KEPERAWATAN

    3.1 PengkajianSecara umum pengkajian yang perlu dilakukan pada klien anak dengan

    sindrom nefrotik (Donna L. Wong,200 : 550) sebagai berikut :

    a. Lakukan pengkajian fisik termasuk pengkajian luasnya edema

    b. Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat, terutama yang berhubungan

    dengan penambahan berat badan saat ini, disfungsi ginjal.

    c. Observasi adanya manifestasi sindrom nefrotik :

    1) Penambahan berat badan

    2) Edema

    3) Wajah sembab :

    a) Khususnya di sekitar mata

    b) Timbul pada saat bangun pagi

    c) Berkurang di siang hari

    4) Pembengkakan abdomen (asites)

    5) Kesulitan pernafasan (efusi pleura)

    6) Pembengkakan labial (scrotal)

    7) Edema mukosa usus yang menyebabkan :

    a) Diare

    b) Anoreksia

    c) Absorbsi usus buruk Pucat kulit ekstrim (sering)

    9) Peka rangsang

    10) Mudah lelah

    11) Letargi

    12) Tekanan darah normal atau sedikit menurun

    13) Kerentanan terhadap infeksi

    14) Perubahan urin :

    a) Penurunan volume

    b) Gelap

  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    25/27

    Program Studi Ilmu Keperawatan UNEJ 25

    c) Berbau buah

    d. Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian, misalnya analisa urine akan

    adanya protein, silinder dan sel darah merah; analisa darah untuk protein serum

    (total, perbandingan albumin/globulin, kolesterol), jumlah darah merah,

    natrium serum.

    3.1.1 Riwayat Kesehatan

    a. Keluhan UtamaBerupa hal- hal yang dirasakan oleh klien dan menjadi penyebab utama

    klien berinisiatif melakukan pemeriksaan, pengobatan hingga masuk

    Rumah sakit. Keluhan tersebut dapat berupa bengkaknya tubuh dan juga

    nyeri.

    b. Riwayat Kesehatan SekarangPada neonates antara lain pemberian makan yang buruk, gagal tumbuh

    kembang, menangis saat berkemih, dehidrasi, kejang, dan demam. Pada

    bayi antara lain semua yang terlihat pada neonates, ditambah dengan ruam

    popok yang menetap, urin berbau busuk, dan mengejan saat berkemih.

    Pada anak-anak yang lebih besar antara lain nafsu makan yang buruk,

    muntah rasa haus berlebihan urgensi, disuria, keletihan, demam, nyeri

    pinggang, abdomen, atau panggul.

    c. Riwayat Kesehatan dahuluRiwayat prenatal antara lain usia ibu yang masih muda, usia ibu yang

    terlalu tua, dan multiparitas. Riwayat pascanatal antara lain infeksi saluran

    urine afebril(tanpa demam) yang berulang, penggunaan kateter yang

    menetap toilet training yang belum sempurna, retensi urine, dibetes,

    konstipasi, imunokompresi, infeksistreptococcusberulang

    d. Riwayat Kesehatan KeluargaFaktor resiko keluarga antara lain penyakit ginjal congenital atau didapat,

    hipertensi, dan masalah-masalah lain yang terkait dengan disfungsi ginjal.

  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    26/27

    Program Studi Ilmu Keperawatan UNEJ 26

    3.1.2 Pemeriksaan Fisik1. Pemeriksaan Head to toe

    a. Tanda-tanda vital Mengukur tinggi dan berat badan: tanda- tanda retardasi pertumbuhan Memantau suhu: Hipertermia Mengukur tekanan darah: penurunan tekanan darah ringan atau normal Memantau frakuensi pernapasan: anak mungkin terlihat pucat dan

    mengalami gawat nafas

    b. Inspeksi Mengamati tanda-tanda kongesti sirkulasi: sianosis perifer, waktu

    pengisian kapiler memanjang, pucat, edema perifer, kulit mengkilat,

    dan vena menonjol

    Mengamati adanya distensi abdomen Mengamati adanya tanda-tanda awal enselopati uremik, mencakup

    letargi, konsentrasi yang buruk, bingung

    Mengamati adanya tanda-tanda anomali kongenital: hipospodia,epispodia, abnormalitas telinga(telinga dan ginjal terbentuk pada saat

    yang bersamaan di dalam uterus), hidung seperti berparuh, dan dagu

    kecil

    c. Palpasi Palpasi ginjal untuk adanya nyeri tekan dan pembesaran Palpasi kandung kemih untuk adanya distensi Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri pinggang, abdomen, atau

    panggul.

    2. Uji Diasnogtik/Pemeriksaan Laboratorium

    Urinalisis menunjukkan proteinuria yang khas, kast hialin, sedikit seldarah merah, dan berat jenis urine tinggi.

    Kadar serum protein yang menurun, terutama kadar albumin. Kolestrol serum dapat mencapai 4501500 mg/dl Hemoglobin dan hematokrit normal atau meningkat

  • 8/12/2019 ASKEP Sindrom Nefrotikk

    27/27

    Hitung trombosit tinggi (500.000-1.000.000)

    Konsentrasi natrium serum rendah (130-135 mEq/ L) Biopsi ginjal dapat dilakukan untukmemberikan informasi status

    glomerolus dan jenis sindrom nefrotik, demikian juga respon terhadap

    pengobatan dan perjalanan penyakit.