askep hemofilia
DESCRIPTION
ini askep yaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata hemophilia pertama kali muncul pada sebuah tulisan yang
ditulis oleh Hopff di Universitas Zurich, tahun 1828. Dan menurut
ensiklopedia Britanica, istilah hemophilia pertama kali diperkenalkan oleh
seorang dokter berkebangsaan Jerman, Johann Lukas Schonlein (1793-
1864), pada tahun 1982.
Pada abad ke-20, para dokter terus mencari penyebab timbulnya
hemifilia. Hingga mereka percaya bahwa pembuluh darah dari hemophilia
mudah pecah.
Kemudian pada tahun 1937, dua orang dokter dari Havard, Patek
dan Taylor menemukan pemecahan masalah pada pembekuan darah,
yaitu dengan menambahkan suatu zat yang diambil dari plasma dalam
darah. Zat tersebut disebut dengan “anti-hemophilic globulin”. Ditahun
1944, Pavlosky, seorang dokter dari Buenos Aires, Argentina,
mengerjakan suatu uji coba laboratorium yang hasilnya memperlihatkan
bahwa darah dari seorang penderita hemophilia dapat mengatasi
pembekuan darah pada penderita hemophilia lainnya dan sebaliknya. Ia
secara kebetulan telah menemukan dua jenis penderita hemophilia
dengan masing-masing kekurangan zat protein berbeda-Faktor VIII dan
Faktor IX. Dan hal ini di tahun 1952, menjadikan hemophilia A dan
hemophilia B sebagai dua penyakit yang berbeda. Pada kasus yang ada
tersebut maka kami akan membahas tentang asuhan keperawatan pada
pasien hemophilia yang akan kami sampaikan pada bab selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari penyakit hemofilia ?
By @odhie07 Page 1 1
2. Apa penyebab dari penyakit hemofilia ?
3. Bagaimana tanda dan gejala dari penyakit hemofilia ?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit hemofilia ?
5. Apa pemeriksaan diagnostik pada penyakit hemofilia ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit hemofilia?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari penyakit hemofilia ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui tentang penyakit hemofilia.
2. Untuk mengetahui tentang penyebab dari hemofilia.
3. Untuk mengetahui tentang tanda dan gejala hemofilia.
4. Untuk mengetahui tentang patofisiologi hemofilia.
5. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan diagnostik pada hemofilia.
6. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan pada hemofilia.
7. Untuk mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan pada pasien
hemofilia.
By @odhie07 Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
Hemofilia berasal dari bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari dua kata
yaitu haima yang berarti darah dan philia yang berarti cinta atau kasih
sayang. Hemofilia adalah suatu penyakit yang diturunkan, yang artinya
diturunkan dari ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan
(www.hemofilia.or.id).
Hemofilia adalah gangguan perdarahan yang disebabkan oleh
defisiensi herediter dan faktor darah esensial untuk koagulasi (Wong, 2003).
Hemofilia merupakan penyakit pembekuan darah kongenital yang
disebabkan karena kekurangan faktor pembekuan darah, yaitu faktor VIII
dan faktor IX. Factor tersebut merupakan protein plasma yang merupakan
komponen yang sangat dibutuhkan oleh pembekuan darah khususnya dalam
pembentukan bekuan fibrin pada daerah trauma (Hidayat, 2006).
Hemofilia merupakan gangguan koagulasi kongenital paling sering dan
serius. Kelainan ini terkait dengan defisiensi faktor VIII, IX atau XI yang
ditentukan secara genetic (Nelson, 1999).
Hemofilia merupakan gangguan koagulasi herediter atau didapat yang
paling sering dijumpai, bermanifestasi sebagai episode perdarahan
intermiten (Price & Wilson, 2005). Hemofilia adalah penyakit gangguan
pembekuan darah yang diturunkan melalui kromosom X. Karena itu,
penyakit ini lebih banyak terjadi pada pria karena mereka hanya mempunyai
kromosom X, sedangkan wanita umumnya menjadi pembawa sifat saja
(carrier). Namun, wanita juga bisa menderita hemofilia jika mendapatkan
By @odhie07 Page 3
2
3
kromosom X dari ayah hemofilia dan ibu pembawa carrier (http://www.info-
sehat.com).
2. ETIOLOGI
Mutasi genetik yang didapat (acquired) atau diturunkan (herediter)
Hemofilia A disebabkan kurangnya factor pembekuan VIII
Hemofilia B disebabkan kurangnya factor pembekuan IX (Plasma
Tromboplastic Antecendent)
3. MANIFESTASI KLINIS
Perdarahan hebat setelah suatu trauma ringan
Hematom pada jaringan lunak
Hematrosis dan kontraktur sendi
Hematuria
Perdarahan serebral
Terjadinya perdarahan dapat menyebabkan takhikardia, takipnea dan
hipotensi
4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Uji skrining untuk koagulasi darah
o Jumlah trombosit (normal 150.000-450.000)
o Masa protombin (normal memerlukan 11-13 detik)
o Masa tromboplastin parsial (meningkat, mengukur
keadekuatan factor koagulasi intrinsik)
o Uji fungsional terhadap factor VIII dan IX (memastikan
dianosis)
o Masa pembekuan thrombin (normalnya 10-13 detik)
Biopsi hati (kadang-kadang) digunakan untuk memperoleh jaringan
untuk pemeriksaan patologi dan kultur.
By @odhie07 Page 4
Uji fungsi faal hati (kadang-kadang) digunakan untuk mendeteksi
adanya penyakit hati (misalnya serum glutamic-piruvic transaminase
[SPGT], serum glutamic-oxaloacetic transaminase [SGOT], fosfatase
alkali, bilirubin).
5. PENATALAKSANAAN
1. Supportif
Menghindari luka
Merencanakan suatu kehendak operasi
RICE (Rest Ice Compression Evaluation)
Pemberian kortikosteroid
Pemberian analgetic
Rehabilitasi medik
2. Penggantian factor pembekuan
Pemberian factor VIII/IX dalam bentuk rekombinan konsentrat
maupun komponen darah
3. Terapi gen
4. Transplantasi hati
5. Pemberian vitamin K; menghindari aspirin, asam salisilat, AINS,
heparin
6. Pemberian rekombinan factor VIII
7. Pada pembedahan (dengan dosis kg/BB)
Factor VIII dalam bentuk rekombinate dan coginate
Factor IX dalam bentuk mononime
By @odhie07 Page 5
4
B. WOC (POHON MASALAH)
By @odhie07 Page 6
DNA
X ……. Mutasi genetik
Hemartrosis
Y
Trombosit menutup luka
Darah sukar membeku
Faktor VIII dan IX
Potensial Komplikasi Perdarahan
Benang fibrin tidak terbentuk dengan sempurna
Penurunan konsentrasi hb darah
Refleks spasme otot menurun
Kerusakan Muskuloskeletal
Trauma
hipoksia
Nekrosis Jaringan
Perdarahan serebral
Hematom pada jaringan lunak
Ischemik
Infark
Keterbatasan gerak
Aktivitas
Gangguan Perfusi Jaringan
Gangguan Mobilitas Fisik
Kontraktur sendi
Nyeri
Perdarahan berulang
Volume Cairan Tubuh
Kekurangan volume cairan
5
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HEMOFILIA
A. PENGKAJIAN DATA DASAR
1. Tanyakan tentang riwayat keluarga mengenai kelainan perdarahan.
2. Tanyakan tentang perdarahan yang tidak biasanya. Manifestasi hemophilia meliputi perdarahan lambat dan menetap setelah terpotong atau trauma kecil (temuan paling menonjol). Perdarahan spontan (perdarahan tanpa trauma) dan ptekhie tidak terjadi pada hemophilia. Penyakit di diagnosa awal pada bayi baru lahir bila perdarahan lama menetap terjadi setelah sirkumsisi. Kadang-kadang dapat berhenti, hanya sampai mulai lagi dalam beberapa jam atau beberapa hari kemudian.
3. Pemeriksaan fisik berdasarkan pada survei umum (apendiks F) dapat menunjukkan selama periode eksaserbasi :
Pembentukan hematoma (subkutan atau intramuscular).
Neuropati perifer karena kompresi saraf perifer dari hemorragi intramuscular. Lihat pada nyeri berat parestesia, dan atrofi otot.
Hemorragi intracranial-sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan pada tingkat kesadaran, peningkatan TD dan penurunan frekuensi nadi, ketidaksamaan pupil.
Hemarthrosis-perdarahan pada sendi. Lihat terhadap nyeri berat, bengkak, nyeri tekan, dan kekakuan dari sendi yang terkena.
Hematuria
Epistaksis
By @odhie07 Page 7
6
4. Pemeriksaan diagnostik :
Faktor-faktor pemeriksaan esai digunakan untuk mengidentifikasi apakah factor pembekuan tidak cukup.
Masa tromboplastin parsial akan memanjang.
5. Kaji pemahaman pasien dan keluarga tentang kondisi dan tindakan.
6. Kaji dampak kondisi pada gaya hidup baru.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Potensial komplikasi perdarahan.
2. Perfusi Jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb darah.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan yang aktif akibat perdarahan.
4. Nyeri berhubungan dengan reflek spasme otot sekunder.
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal akibat perdarahan.
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Potensial Komplikasi Perdarahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam,
perawat dapat meminimalkan komplikasi yang terjadi.
Kriteria hasil :
Nilai Hb dalam batas normal
Pasien tidak mengalami episode perdarahan
TTV dalam batas normal (TD: 110-120/70-80 mmHg, Nadi: 60-100
x/mnt, RR: 16-20 x/mnt, Suhu: 36-37 °C)
By @odhie07 Page 8
7
8
Intervensi :
a. Kaji pasien untuk menemukan tanda-tanda perdarahan atau
hemoragi.
R/ : Mengetahui tingkat keparahan perdarahan
b. Pantau hasil laboratorium yang berhubungan dengan perdarahan.
R/ : Membantu dalam melaksanakan tindakan yang dilakukan
c. Lindungi pasien terhadap cedera dan terjatuh.
R/ : Efek cedera umumnya dapat mengakibatkan perdarahan
d. Siapkan pasien secara fisik dan psikologi untuk menjalani bentuk
terapi lain jika diperlukan.
R/ : Keadaan fisik dan psikologi yang baik akan mendukung terapi
yang diberikan pada klien sehingga memberikan hasil yang
maksimal
e. Kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian tranfusi factor
VIII dan IX sesuai indikasi.
R/ : meningkatkan factor koagulasi sehingga menurunkan
perdarahan
2. Perfusi Jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrasi Hb darah.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam,
diharapkan perfusi jaringan perifer kembali efektif.
Kriteria hasil :
Kulit membrane mukosa tidak pucat
Saturasi oksigen normal (97%)
By @odhie07 Page 9 9
CRT normal (2-3 detik)
Intervensi :
a. Kaji yang mendasari dan banyaknya darah yang keluar.
R/ : dapat memberikan pengobatan yang tepat
b. Kaji TTV.
R/ : membantu menentukan intervensi selanjutnya
c. Bantu pasien untuk meninggikan posisi kepala lebih tinggi daripada badan.
R/ : dapat mempertahankan masukan O2 yang adekuat
d. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian O2 sesuai indikasi.
R/ : dapat memenuhi kebutuhan O2 pasien
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
cairan yang aktif akibat perdarahan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan tidak terjadi kekurangan volume cairan.
Kriteria Hasil :
Membran mukosa lembab
Turgor kulit elastis (2-3 detik)
Cairan masuk dan cairan keluar seimbang
TTV dalam batas normal (TD: 110-120/70-80 mmHg, Nadi: 60-100
x/mnt, RR: 16-20 x/mnt, Suhu: 36-37 °C)
Intervensi :
a. Kaji tingkat perdarahan dan pembekuan perdarahan pasien.
By @odhie07 Page 1010
R/ : dapat mengetahui tingkat perdarahan untuk pemberian
intervensi selanjutnya
b. Observasi TTV setiap 4-6 jam.
R/ : mengetahui perkembangan pasien
c. Ukur intake dan output cairan pasien.
R/ : membantu melaksanakan rencana keperawatan
d. Kolaborasi dalam pemberian cairan yang adekuat.
R/ : mempercepat proses penyembuhan
4. Nyeri berhubungan dengan reflek spasme otot sekunder.
Intervensi : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
nyeri berkurang dengan skala sedang sampai ringan.
Kriteria hasil :
Skala nyeri 4 (skala sedang)
Ekspresi wajah tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri seperti
meringis
TTV dalam batas normal (TD: 110-120/70-80 mmHg, Nadi: 60-100
x/mnt, RR: 16-20 x/mnt, Suhu: 36-37 °C)
Intervensi :
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor yang
memperberat timbulnya nyeri.
R/ : membantu dalam mengatasi masalah pasien
b. Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan.
By @odhie07 Page 11 11
R/ : mengetahui respon yang dilakukan
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik dalam mengkaji tingkat
nyeri pasien.
R/ : komunikasi terapeutik dapat menigkatkan hubungan antara
pasien dengan perawat
d. Berikan kompres hangat pada lokasi nyeri.
R/ : meningkatkan vasokonstriksi, penumpukan resepsi sensori
yang selanjutnya akan menurunkan nyeri di lokasi yang dirasakan
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik.
R/ : analgetik merupakan obat untuk penghilang rasa sakit/nyeri
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
musculoskeletal akibat perdarahan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan tidak terjadi gangguan mobilitas fisik.
Kriteria Hasil :
Pasien mampu beradaptasi dengan keterbatasan fungsional
tubuhnya
Tonus otot pasien kuat
Pasien mampu berpindah posisi dengan mandiri
Intervensi :
a. Pantau tingkat inflamasi atau rasa sakit pada sendi.
R/ : Tingkat aktivitas atau latihan tergantung dari proses inflamasi
b. Bantu dengan cara latihan aktif pasif.
R/ : meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum
c. Ubah posisi pasien setiap 4-6 jam.
By @odhie07 Page 12 12
R/ : mencegah kekakuan pada otot pasien
d. Gunakan bantal yang tipis di bawah leher.
R/ : mencegah flexi leher
e. Ciptakan lingungan yang aman dan nyaman.
R/ : menhindari cedera akibat kecelakaan/terjatuh
f. Berikan matraspengubah tekanan.
R/ : menurunkan tekanan pada jaringan yang sudah pecah untuk
mengurangi resiko imobilisasi
g. Kolaborasi dengan tim medis dan fisioterapist dalam
memberikan terapi kepada pasien.
R/ : membantu mempercepat penyembuhan
D. EVALUASI
Evaluasi keperawatan mengacu pada tujuan dari criteria hasil dari perencanaan, apakah tercapai atau tidak.
BAB IV
By @odhie07 Page 13
13
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hemofilia adalah penyakit gangguan pembekuan darah yang
diturunkan melalui kromosom X. Penyakit ini lebih banyak menyerang
laki-laki karena hanya mempunyai kromosom X, sedangkan wanita hanya
sebagai pembawa atau karier. Hemofilia dibedakan menjadi 2, yaitu
hemophilia tipe A yang disebabkan karena kurangnya factor pembeuan
darah ke VIII dan hemophilia tipe B yang disebabkan karena kurangnya
factor pembekuan darah IX. Salah satu tanda dan gejalanya ialah
terjadinya perdarahan pada jaringan, karena dapat dengan mudah
mengalami perdarahan jika terjadi trauma sedikit saja. Kurangnya factor
pembekuan darah tersebut dapat diatasi dengan melakukan tranfusi
dengan teknik virisidal.
B. SARAN
1. Sebagai perawat dituntut untuk dapat mengetahui secara detail
teknik pencegahan terjadinya perdarahan ataupun meminimalkan
terjadinya trauma.
2. Jika ada tanda-tanda perdarahan pada pasien segera lakukan RICE,
yaitu :
R : Rest (istirahatkan)
I : Ice (kompres dengan memakai es)
C : Compress (tekan dan ikat pada daerah yang mengalami
perdarahan)
E : Elevation (letakkan posisi yang mengalami perdarahan lebih
tinggi dari posisi dada atau yang lain)
By @odhie07 Page 14
14
Setelah itu, kirim pasien ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan
pertolongan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marillyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
By @odhie07 Page 15
15
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta:
EGC
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Ovedoff, David. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Binarupa Aksara
Sodeman. 1995. Patofisiologi Edisi 7 Jilid 2. Jakarta : Hipokrates
By @odhie07 Page 16
16