askep gastroeneritis
TRANSCRIPT
KUMPULAN KTI
Sabtu, 14 Januari 2012
Askep Gastroenteritis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gastroenteritis adalah perubahan fungsi unsur yang besar yang ditandai dengan ekskresi
tinja lebih dari 200 gram/hari, biasanya berkonsistensi cair, lunak atau setengah padat dengan
frekuensi defekasi yang lebih banyak. Gastroenteritis adalah masalah klinis yang sering
ditemukan dengan penyebab yang bermacam-macam, termasuk kelainan imunologis, infektif,
hormonal (Nurgoho, 2000).
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan atau tanpa dehidrasi disertai muntah. Gastroenteritis
diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan
frekuensi yang lebih banyak dari biasa (Sowdent, 2005).
Adapun komplikasi dari gastroenteritis yaitu dehidrasi, syok hypovolemik yang
terdekompensasi, hipokalemia dengan gejala meteorisme, hipotermi, lemah, hipoglikemia
dan intoleransi laktosa selinder sebagai akibat deferensi enzim iktosa karena kerusakan
mukosa usus halus (Nursalam, 2005).
Angka kejadian gastroenteritis di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini
masih tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460
balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2007 di
Indonesia, gastroenteritis merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3
bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare
sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun (Piogama, 2008).
Gastroenteritis dianggap akut kalau berlangsung kurang dari 7 hingga 14 hari dan
kronik kalau berlangsung lebih dari 2 sampai 3 minggu. Gastroenteritis infeksius yang akut
dan tersebar diseluruh penjuru dunia menyebabkan lebih dari 4 juta kematian setiap tahunnya
pada balita, khususnya di negara berkembang dan menjadi penyebab utama malnutrisi kalori,
protein dan dehidrasi (Deven, 2007).
Kematian akibat gastroenteritis yang jumlahnya jutaan, mayoritas disebabkan oleh
hal sepele, yaitu habisnya cairan tubuh yang keluar karena buang air dan muntah. Hilangnya
cairan sedikit demi sedikit oleh banyak orang dianggap hal biasa. Di pelosok desa terutama di
daerah Jawa, bahkan ada yang menganggap bahwa anak gastroenteritis sebagai pertanda akan
bertambah pintar. Padahal jika kekurangan cairan lebih dari 10% dari berat badan anak atau
bayi akan menyebabkan kematian hanya dalam tempo tiga hari. Belakangan juga ditemukan
retrovirus yang menjadi biang keladi munculnya gastroenteritis anak-anak di bawah usia 2
tahun. Ironisnya, belum ada vaksinasi yang dapat memperkuat daya tahan bayi atau anak
untuk melawan kekuatan virus tersebut. Namun, ASI yang diisap bayi memiliki kemampuan
untuk mengikis habis virus tersebut asal anak tetap diberi cairan pengganti yang hilang
karena buang air dan muntah (Widjaja, 2002).
Diantara anak yang diperiksa di klinik perawatan setiap hari, gastroenteritis
infeksius akut umumnya terjadi dan penularan antar manusia organisme yang paling sering
terlibat dalam epidemic diare ditempat perawatan tersebut adalah Shigella, Giardia Lambia,
dan Cryptos Poridium. Angka serangan sekunder yang berkisar antara 10 dan 20 %
menggambarkan sumber infeksi yang penting bagi orang tua serta saudara sekandung
(Khalik, 2007).
Data dari Direktorat Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan menyebutkan,
pada tahun 2001 angka kematian rata-rata yang diakibatkan gastroenteritis adalah 23 per
100.000 penduduk, sedangkan angaka tersebut lebih tinggi pada anak-anak berusia di bawah
lima tahun, yaitu 75 per 100.000 penduduk. Hasil survey pada tahun 2006 menunjukkan
bahwa kejadian gastroenteritis pada semua usia di Indonesia adalah 423 per 1000 penduduk
dan terjadi satu-dua kali per tahun pada anak-anak berusia di bawah lima tahun (Diah, 2008).
Berdasarkan data yang penulis dapat dari ruang anak Rumah Sakit Umum Daerah
Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara dinyatakan jumlah pasien di ruang anak dari Januari 2010
sampai dengan Juli 2011 adalah 353 orang. Diantaranya yang menderita gastroenteritis
adalah sebanyak 175 orang atau dengan persentase 23 %.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menjadikan kasus
Gastroentritis ini sebagai bahan studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada klien
An. SY dengan Gastroenteritis di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Cut
Meutia Kabupaten Aceh Utara”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman belajar secara nyata dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada klien “Gastroentritis” melalui perawatan yang komprehensif dan
dapat membuat laporan pelaksanaan pelayanan keperawatan dalam bentuk karya tulis ilmiah.
2. Tujuan Khusus
a. Mendapatkan gambaran tentang pengkajian keperawatan secara komprehensif pada pasien
dengan Gastroenteritis.
b. Dapat mengindentifikasi serta mendiagnosa masalah yang timbul pada pasien dengan
Gastroenteritis.
c. Dapat membuat rencana asuhan keperawatan.
d. Dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif.
e. Dapat melaksanakan evaluasi terhadap keberhasilan asuhan keperawatan yang telah
diberikan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
f. Dapat mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan yang diberikan.
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu
menguraikan data secara nyata dan objektif dengan cara mengumpulkan data, merumuskan
masalah, memecahkan masalah dan mengevaluasi tindakan keperawatan.
Adapun teknik yang dilakukan untuk pengumpulan data yaitu : Studi kepustakaan
adalah data ataupun teori-teori yang dapat digunakan baik secara medis maupun keperawatan
yang berkaitan dengan “Gastroenteritis”. Studi kasus pengumpulan data yang didapat antara
lain : Anamnese penulis tunjukkan pada klien, keluarga, perawat serta tim kesehatan lainnya
yang berhubungan dengan pasien. Observasi yaitu pengamatan secara langsung terhadap
perkembangan pasien baik dari segi medis atau perawatan dan seluruh terapi yang diberikan.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dimana data-data didapatkan melalui
dokumentasi/pencacatan yang dilakukan berkaitan dengan pasien buku laporan perawatn
status pasien, catatan, register dan lain-lain.
D. Sistematika Penulisan
Untuk lebih terarahnya penyusunan karya tulis ilmiah ini, maka penulis menyusun
dalam lima bab, antara lain : Bab satu adalah pendahuluan, membahas tentang latar belakang
masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab dua adalah
tinjauan teoritis, membahas tentang konsep dasar yang terdiri dari pengertian, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan asuhan
keperawatan meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab tiga adalah
tinjauan kasus merupakan gambaran pelaksanaan kasus yang penulis rawat di Ruang
Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara. Meliputi:
pengkajian diagnosa keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan dan evaluasi. Bab
empat adalah pembahasan, membahas tentang kesenjangan yang penulis dapatkan antara
tinjauan kasus dan teoritis. Bab lima adalah penutup merupakan kesimpulan dan saran-saran
dan juga mencatumkan daftar pustaka.
1. Definisi
Gastroenteritis (GE) adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare,
dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh. Diare
yang dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali,
dan bentuk feses yang cair, dapat disertai dengan darah atau lendir).
2. Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan:
a. Lama waktu diare:
- Diare akut
- Diare kronik
b. Mekanisme patofisiologi:
- Diare osmotik
- Diare sekretorik
c. Penyebab infeksi atau tidak:
- Diare infektif
- Diare non-infektif
3. Etiologi
a. Infeksi
a) Enteral
- Bakteri : Salmonella, Shigella, Campylobacter, Escherichia Coli, Yersinia, Aeromonas,
Clostridium difficile, Stapilococcus aureus, Streptococcus, Klebsiela, Pseudomonas,
Aeromonas, Proteus, dll.
- Virus : virus Norwalk dan virus Coxsackie, rotavirus, parvovirus, adenovirus, echovirus,
cytomegalovirus (CMV)
- Parasit : Giardia Lamblia, Entamoeba Histolytica, Strongyloides, Isospora Belli,
Microsporidium
- Worm : A. lumbricoides, cacing tambang, Trichuris trichiura, cestodiasis, dll
b) Parenteral:
- Otitis media akut (OMA)
- Pneumonia
- Traveler's diarrhea: E.coli, Girdia lamblia, Shigella, Entamoeba histolytica, dll.
c) Makanan:
- Intoksikasi makanan: makanan beracun atau mengandung logam berat, makanan mengandung
bakteri atau toksin
- Alergi : susu sapi, makanan tertentu
b. Terapi obat : antibiotic, kemoterapi, antacid, dll.
c. Faktor lingkungan
Kebersihan lingkungan tidak dapat diabaikan. Pada musim penghujan, dimana air membawa
sampah dan kotoran lainnya, dan juga pada waktu kemarau dimana lalat tidak dapat dihindari
apalagi disertai tiupan angin yang cukup besar, sehingga penularan lebih mudah terjadi.
Persediaan air bersih kurang sehingga terpaksa menggunakan air seadanya, dan terkadang
lupa cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
d. Tindakan tertentu seperti gastrektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi radiasi.
5. Manifestasi Klinis
a. Frekuensi BAB >3 kali sehari
b. Feses kadang disertai lendir atau darah
c. Nafsu makan menurun
d. Malaise
e. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria)
f. Turgor kulit menurun
g. Membran mukosa kering
h. Bising usus meningkat
i. Kram abdomen
j. Adanya tenesmus
k. Penurunan BB
l. Nadi dan pernafasan cepat
6. Pemeriksaan laboratorium dan dignostik Penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap
Hb, Ht, leukosit, hitung jenis leukosit
b. Kadar elektrolit serum
pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
c. Ureum dan kreatinin
untuk mengetahui fungsi ginjal, untuk mengetahui adanya kekurangan cairan dan
mineral tubuh.
d. Pemeriksaan tinja
untuk melihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukkan adanya infeksi bakteri,
adanya telur cacing dan parasit dewasa.
e. Pemeriksaan ELISA
mendeteksi giardiasis dan test serologic amebiasis.
f. Rektoskopi atau sigmoidoskopi
pada pasien yang toksik, pasien dengan diare berdarah, pasien denga diare akut
persisten.
g. Kolonoskopi
pada pasien AIDS yang mengalami diare, kolonoskopi di pertimbangkan karena
kemungkinan penyebab infeksi atau limfoma di daerah kolon kanan.
7. Komplikasi Gastroenteritis
a) Bakteremia
Spesies E.Coli Salmonella dan Shigella adalah semua organisme yang masuk ke aliran darah
menyebabkan penyebaran organisme lain dan infeksi sistemik. penting bahwa pasien demam
akut dengan diare telah dilakukan kultur darah. Jika pada awal apusan terlihat organisme
gram negative, diberikan terapi antibiotic.
b) Syok
kontrol syok berhubungan dengan kebutuhan yang tepat dari pengkajian masukan dan
keluaran dan penggantian cairan. Pada kejadian yang jarang, pasien dengan
ketidakseimbangan cairan berat membutuhkan perawatan di unit intensif dengan pemantauan
hemodinamik.
3. Tubular nekrosis akut dan gagal ginjal pada dehidrasi yang berkepanjangan.
Perhatikan pengeluaran urin <30 ml/jam selama 2-3 jam berturut-turut.
4. Artritis pasca ineksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare karena
compylobakter, shigella, salmonella, atau yersiniaspp.
5. Sindrom guillain-barre
6. Disritmia jantung berupa takikardia atrium dan ventrikel, fibralasi ventrikel dan
kontraksi ventrikel premature akibat gangguan elektrolit terutama olh karena
hipokalemia.
8. Penatalaksanaan Medis
a. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
Hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
1) Jenis cairan yang akan digunakan
cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan meskipun jumlah kaliumnya lebih rendah
dibandingkan dengan kadar kalium cairan tinja.
jika tidak tersedia RL, dapat diberikan cairan NaCl isotonik ditambah satu ampul
Nabikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap 1L infus NaCl isotonik.
pada keadaan diare akut awa
l yang ringan, dapat diberikan bubuk oralit sebagai usaha awal agar tidak terjadi dehidrasi.
2) Jumlah cairan yang akan diberikan
pada prinsipnya jumlah cairan yang akan diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar
dari tubuh.
kehilangan cairan dari tubuh dapat dihitung dengan memakai rumus:
- B.D. plasma dengan memakai rumus:
Kebutuhan cairan: BD plasma-1,025 x BB x 4 ml
0,001
b. Memberikan terapi simptomatik
Pemberian terapi simptomatik harus berhati-hati dan perlu pertimbangan karena lebih
banyak kerugiannya daripada keuntungannya.
Pemberian anti motilitas seperti Loperamid perlu dipertimbangkan karena dapat
memperbutuk diare. Jika memang dibutuhkan karena pasien amat kesakitan diberikan dalam
jangka pendek (1-2 hari saja) dengan jumlah sedikit.
Pemberian antiemetik seperti Metoklopropamid juga perlu diperhatikan karena dapat
menimbulkan kejang pada anak dan remaja akibat rangsangan ekstrapiramidal.
Pada diare akut yang ringan kecuali rehidrasi peroral, bila tidak ada kontraindikasi dapat
diberikan Bismuth subsalisilat maupun Loperamid dalam waktu singkat. Pada diare berat,
obat-obat tersebut perlu dipertimbangkan dalam pemberian waktu yang singkat dan
dikombinasikan dengan pemberian obat antimikrobial.
Pada penderita diare mungkin disertai dengan Lactose intolerance, oleh karena itu hindari
makanan/ minuman yang mengandung susu sapai diare membaik dan hindari makanan yang
pedas atau banyak mengandung lemak.
c. Memberikan terapi defenitif
Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:
Kolera eltor:
- Tetrasiklin 4x500 mg/ hari, selama 3 hari atau
- Kortimoksazol, dosis awal 2x3 tab, kemudian 2x2 tab selama 6 hari atau
- Kloramfenikol 4x500 mg/ hari, selama 7 hari atau gol. Fluoroquinolon
S.aureus: Kloramfenikol 4x500 mg/ hari
Salmonellosis:
- Ampisilin 4x1g/ hari atau
- Kortimoksazol 2x2 tab atau
- Gol. Fluoroquinolon seperti Siprofloksasin 2x500 mg selama 3-5 hari
Shigellosis:
- Ampisilin 4x1g/ hari, selama 5 hari atau
- Kloramfenikol 4x500 mg/ hari, selama 5 hari
Injeksi Helicobacter jejuni Eritromisin 3x500 atau 4x500 mg/ hari selama 7 hari
Amubiasis:
- Metronidazol 4x500 mg/ hari selama 3 hari atau
- Tinidazol dosis tunggal 2 g/ hari selama 3 hari atau
- Secnidazole dosis tunggal 2 g/ hari selama 3 hari atau
- Tetrasiklin 4x500 mg/ hari, selama 10 hari
Giardiasis:
- Quinacrine 3x100 mg/ hari selama 1 minggu atau
- Chloroquin 3x100 mg/ hari selama 5 hari atau
- Metronidazol 3x250 mg/ hari selama 7 hari
Balantidiasis: Tetrasiklin 3x500 mg/ hari, selama 10 hari
Kandidosis: Nystatin 3x500.000 unit selama 10 hari
Virus : simtomatik dan suportif
9. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Kaji riwayat penyakit yang mencakup:
Pernah/ tidak terpajan makanan atau air yang terkontaminasi
Pernah/ tidak mengalami infeksi lainnya, seperti infeksi saluran pernafasan atau saluran
kemih
2) Lakukan pengkajian fisik secara rutin
3) Observasi manivestasi klinis derajat dehidrasi, misalnya dehidrasi ringan:
Volume cairan yang hilang <50 ml/kg
Warna kulit pucat
Turgor kulit menurun
Membran mukosa kering
Urin output menurun
Tekanan darah normal
Nadi normal atau meningkat
4) Catat fekal output: jumlah, volume, karakteristik
5) Observasi dan catat munculnya tanda-tanda seperti: tenesmus, kram abdomen,vomitus.
6) Bantu dengan prosedur diagnostik, kumpulkan spesimen yang dibutuhkan:
Feses: pH, darah, glukosa, frekuensi
Urin: pH, frekuensi
CBC
Elektrolit serum
Kreatinin
BUN
7) Kaji sumber infeksi.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Defisit volume cairan tubuh b.d kehilangan cairan yang berlebihan, diare.
2) Resiko gangguan integritas kulit b.d iritasi akibat frekuensi BAB yang meningkat.
3) Gangguan keseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d malabsorpsi usus,
mual, muntah.
4) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d diare lama, distensi abdomen,
hiperperistaltik.
c. Rencana Intervensi
1. Defisit volume cairan tubuh b.d kehilangan cairan yang berlebihan, diare.
Intervensi Keperawatan RasionalMandiri:Awasi masukan dan haluaran, karakter, dan jumlah feses.
Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan dan elektrolit.
Observasi tanda-tanda vital secara teratur.. Hipotensi, takikardia, demam, dapat menunjukkan respon terhadap efek kehilngan cairan.
Observasi kulit kering berlebihan dan membrane mukosa, penurunan turgor kulit.
Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi.
Pertahankan pembatasan per oral, tirah baring, hindari kerja.
Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan cairan usus.
Observasi perdarahan pada feses. Penurunan absorpsi dapat menimbulkan defisiensi vitamin K dan merusak koagulasi, potensial resiko perdarahan.
Catat kelemahan otot umum. Kehilangan usus berlebihan dapat menimbulkan
ketidakseimbangan elektrolit.Kolaborasi:Berikan cairan parenteral, transfusi darah sesuai indikasi.
Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan/anemis.
Berikan obat sesuai indikasi:AntidiareAntiemetikAntipiretikVitamin K
Menurunkan kehilangan cairan dari usus.Mengontrol mual muntahMengontrol demamMenstabilisasi koagulasi dan menurunkan resiko perdarahan.
2. Gangguan keseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d malabsorpsi
usus, mual, muntah.
Intervensi Keperawatan RasionalMandiri:Timbang berat badan tiap hari Memberikan informasi tentang
kebutuhan diet.Dorong tirah baring atau pembatasan aktivitas selama fase sakit akut.
Menurunkan kebutuhan metabolic untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi..
Anjurkan istirahat sebelum makan. Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan.
Lakukan oral hygiene. Mulut yang bersih dapat meningkatkab rasa makanan.
Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen.
Mencegah serangan akut.
Kolaborasi:Pertahankan puasa sesuai indikasi. Istirahat usus menurunkan
peristaltik.Berikan obat sesuai indikasi seperti antikolinergik.
Antikolinergik diberikan 15-30 menit sebelum makan memberikan penghilangan kram dan diare, menurunkan motilitas gaster, dan meningkatkan waktu untuk absorpsi nutrient.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (2006). Jilid 1. Edisi 4. Jakarta : FKUI.Diyanti, G.W. (2007). Studi penggunaan antibiotik pada pasien gastroenteritis dewasa pada pasien
rawat inap di ruang penyakit tropik lnfeksi pria dan wanita RSU Dr. Soetomo Surabaya. Diperoleh tanggal 11 Maret 2010 dari http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2007-diyantigus-4467&node=359&start=196&PHPSESSID=735f99a341908093de36c5a6ffbdf67c,
Doenges., dkk. (1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien (M. Kariasa & N. M. Sumarwati, Terj.). Edisi 3. Jakarta: EGC. (Naskah asli dipublikasikan pada tahun 1993)
LAPORAN PENDAHULUANGASTROENTEROLOGI
I. DEFENISIDiare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan / tanpa darah dan / atau lender dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
II. ETIOLOGIInfeksi : Virus (Rotavirus, Adenovirus, Norwalk , bakteri ( Shigella, Salmonella, E. colli, Vibrio) ;
parasit (protozoa : E. histolycia, G. lambli, Balantidium colli; cacing perut: Askaris, Trikuris, Strongiloideus,dan jamur : Kandida )
Malabsorpsi : Karbohidrat ( intoleransi laktosa ), lemak, atau proteinMakanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makananImunodefisiensiPsikologis : rasa takut dan cemas
Berdasarkan patofisiologinya, maka penyebab diare dibagi menjadi :1. Diare sekresi, yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, kuman pathogen dan apatogen;
hiperperistaltik usu halus akibat bahan kimia atau makanan, gangguan psikis, gangguan saraf, hawa dingin, alergi; dan defisiensi imun terutama IgA sekretorik.
2. Diare osmotic, yang dapat disebabkan oleh malabsorpsi makanan, kekurangan kalori protein (KKP), atau bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.Pada diare akan kekurangan air (dehidrasi ), gangguan keseimbangan asam basa ( asidosis metabolic ), yang secara klinis berupa pernapasan kussmaul, hipoglikemia, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi.
III. MANIFESTASI KLINISAwalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemungkinan timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan / lender, warna tinja berubah menjadi kehijau – hijauan karena tercampur empedu. Anus dan sekitarnay lecet karena tinja menjadi asam.Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan / sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun – ubun besar cekung. Tonus dan turgorkulit berkurang. Selaput lendir mulut dan bibir kering.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan tinja : makroskopis dan mikroskopis, pH dan kadar gula jika diduga ada
intoleransi gula (sugar intolerance ), biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).
2. Pemeriksaan darah : darah perifer lengkap, analis gas darah dan elektrolit ( terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang )
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal4. Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif
terutama pada diare kronik.
V. PENATALAKSANAANPrinsip :
1. Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi
rehidrasi) kemudian mengganti cairan yang hilang sam pai diarenya berhenti ( terapi rumatan ).
Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/ atau muntah (previous water losses = PWL ); ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin, dan pernapasan (normal water losses = WNL); dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang melalui tinja dan muntah yang masih terus berangsung (concomitant water losses = CWL). Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan masing – maisng anak atau golongan umur.
a. Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur <2 tahun (BB 3-10 kg) sesuai dengan derajat dehidrasi
DEHIDRASI PWL NWL CWL JUMLAHRingan 50 100 25 175Sedang 75 100 25 200Berat 125 100 25 250
b. Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur 2-5 tahun (BB 10-15 kg) sesuai dengan derajat dehidasi
DEHIDRASI PWL NWL CWL JUMLAHRingan 30 80 25 135Sedang 50 80 25 155Berat 80 80 25 185
c. Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur >15 tahun (BB 15-25 kg) sesuai dengan derajat dehidrasi
DEHIDRASI PWL NWL CWL JUMLAHRingan 25 65 25 115Sedang 50 65 25 140Berat 80 65 25 170
2. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk pda status gizi.
3. Antibiotic dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada manfaatnya untuk kebanyakan kasusu, termasuk diare dengan panas, kecuali pada :
- Disentri, bila tidak berespon pikirkan kemungkinan amoebiasis- Suspek kolera dengan dehidrasi berat- Diet persisten4. Obat – obat antidiare meliputi antimotilitas (misal: loperamid, difenoksilat, kodein, opium),
adsorben (missal : norit, kaolin, attapulgit). Antimuntah termasuk prometazin dan klorpromazin. Tidak satupun obat – obat ini terbukti mempunyai efek yang nyata untuk diare akut dan beberapa malahan mempunyai efek yang membahayakan. Obat – obat ini tidak boleh diberikan pada anak <5 tahun.Table derajat dehidrasi
Penilaian A B CLihat :keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai, atau
Mata
Air mata
Mulut dan lidah
Rasa haus
Periksa :Turgor kulit
Hasil pemeriksaan
Terapi
Normal
Ada
Basah
Minum biasa tidak haus
Kembali cepat
Tanpa dehidrasi
rencana terapi A
Cekung
Tidak ada
Kering
Haus, ingin minum banyak
Kembali lambat
Dehidrasi ringan/ sedang
Rencana terapi B
tidak sadar
Sangat cekung dan kering
Tidak ada
Sanat kering
Malas minum atau tidak bisa minum
Kembali sangat lambat
Dehidrasi berat
Rencana terapi C
Rencana terapi ADigunakan untuk :
1. Mengatasi diare tanpa dehidrasi2. Meneruskan terapi diare dirumah3. Memberikan terapi awal bila anak terkena diare lagi
Tiga cara dasar terapi dirumah adalah sebagai berikut :1. Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi- Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti cairan oralit, makanan cair (sup, air
tajin, minuman yoghurt) atau air matang. Gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan dalam kotak dibawah (catatan: jika anak berusia <6 bulan dan belum makan yang cair)
- Berikan larutan ini sebanyak anak mau- Teruskan pemberian larutan ini hinging diare berhenti2. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi- Teruskan ASI atau susu yang biasa diberikan- Untuk anak <6 bulan dan belum mendapat makanan padat dapat diberikan susu yang
dicairkan dengan air yang sebanding selama 2 hari- Bila anak 6 bulan atau lebih mendapat makanan padat Berikan bubur atau campuran tepung lainnya, bila mungkin dicampur dengan kacang –
kacangan, sayur, daging, atau ikan, tambahan 1 atau 2 sendok the minyak sayur tiap porsi Biarkan sari buah segar atau pisang halus untuk menambah kalium Berikan makanan yang segar, masak dan haluskan atau tumbuk dengan baik Dorong anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 6 kali sehari Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti dan berikan tambahan setiap hari selama
2 mingguBahwa anak kepada petugas bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita
sebagai berikut :- Buang air besar cair sering kali- Muntah berulang – ulang
- Sangat haus sekali- Makan atau minum sedikit- Demam - Tinja berdarah
Jika anak akan diberi larutan diare dirumah, tunjukan kepada ibu jumlah oralit yang diberikan setiap habis buang air besar dan berikan oralit yang cukup untuk 2 hari.Cara memberikan oralit :
1. Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak dibawah umur 2 tahun2. Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua3. Bila anak muntah tunggulah 10 menit. Kemudian berikan cairan lebih sedikit (misalnya
sesendok tiap 1-2 menit)4. Bila diare berlanjut setelah bungkus oralit habis, beritahu ibu untuk memberikan cairan lain
seperti dijelaskan dalam cara pertama atau kembali kepada petugas kesehatan untuk mendapatkan tambahan oralit.Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO, tiap 1 liter mengandung 3,5 g/l natrium klorida, 2,5 g/l natrium bikarbonat, 1,5 g/l kalium klorida, dan 20 g/l glukosa. Elektrolit yang dikandung meliputi natrium 90 mMol/l, klorida 80 mMol/l, kalium 20 mMol/l, bikarbonat 30 mMol/l, dan glukosa 111 mMol/l.
Rencana pengobatan BDalam 3 jam pertama berikan 75 ml/kgBB atau bila berat badan anak tidak diketahui dan atau memudahkan dilapangan, berikan oralit paling sedikit sesuai table.
Umur <1 tahun 1-5 tahun >5 tahun Dewasa
Jumlah oralit 300 mL 600mL 1200mL 2400mL
Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah Dorong ibu untuk meneruskan ASI Untuk bayi <6 bulan yang tidak mendapatkan asi, berikan juga 100-200 ml air masak selama
masa iniAmati anak dengan seksama dan bantu ibu memberikan oralit:
Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan Tunjukan cara memberikannya – sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak di bawah 2 tahun ,
beberapa teguk dari cangkir – untuk anak yang lebih tua. Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah Bila anak muntah tunggu 10 menit, kemudian teruskan pemberian oralit lebih lambat,
misalnya sesendok tiap 2-3 menit Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak atau ASI.
Beri oralit sesuai rencana A bila bengkak telah hilang.Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana A,B, atau C untuk melanjutkan pengobatan.
Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke rencana A. bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing dan lelah kemudian mengantuk dan tidur.
Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang, ulangi rencana B tetapi tawarkan makanan, susu, dan sari buah seperti rencana A
Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan rencana C.Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana pengobatan B:
Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam pengobatan 3 jam dirumah Berikan bungkus oralit untuk rehidrasi dan untuk 2 hari seperti dijelaskan dalam rencana A Tunjukkan cara menyiapkan larutan oralit.
- Memberikan oralit atau cairan lain hingga diare berhenti- Member makan anak- Membawa anak ke petugas kesehatan bila perlu
LAPORAN KASUSASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK “ M “ DENGAN
GASTROENTEROLOGI DI RUANG RAWAT INAP KEMALA RS. BHAYANGKARA PALEMBANG
I. Identitas AnakNama : Madina syawaliaTanggal lahir / umur : 6 oktober 2009Nama Ayah / Ibu : Suryadi / Pekerjaan Ayah / ibu : PNS / ibu rumah tanggaPendidikan Ayah / ibu : D3 / SMAAgama Ayah / ibu : IslamSuku bangsa : IndonesiaTanggal Masuk : 25 Juli 2011Diagnose Medis : GE dengan dehidrasi ringanTanggal pengambilan data : 25 Juli 2011
II. Alasan Masuk / keluhan utamaOrang tua OS mengatakan bahawa anaknya sudah 4 hari ini anaknya mengalami mencret ( BAB lebih dari 3 kali dal sehari ), BAB nya berupa cairan kuning dan sangat cair seperti air seni, dan juga anaknya terlihat mual dan muntah dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari. Rewel dan susah tidur.
III. Riwayat Penyakit saat iniTidak ada
IV. Riwayat kesehatan masa laluTidak ada
V. Genogram ( 3 generasi )
Keterangan :: perempuan: laki - laki: tinggal satu rumah
VI. Kebutuhan Dasar1. Makan yang disukai / tidak disukai
Nafsu makan : Baik Tidak Mual Muntah
Pola makan : 2x/hari 3x/hari >3x/hari
2. Pola tidur : siang 2 jam malam 8 jam
Kebiasaan sebelum tidur : perlu maianan bacakan ceritaDengan benda – benda kesayangan
3. Pola kebersiha diriMandi : sendiri …x/hari dimandikan/lap 2x/hari
Gosok gigi : … x/ hari
Kebersihan diri : baik tidak
4. Aktivitas bermain: Os terlihat lemas, tetapi kesehariannya Os adalah anak yang incah dan active.
5. Eliminasi : BAB: 1x/ hari, BAK : >4x/hariMyconeum : ada tidak ada
VII. Riwayat SosialYang mengasuh : orang tua Nenek/ Kakek
Pembantu Keluarga lain
Hubungan dengan anggota kelurga : Harmonis Tidak harmonis
Watak / kebiasaan anak : Suka tertawa Pendiam RamahSuka berteman sering menangis
VIII. Pemeriksaan fisikTinggi badan / panjang badan : cm Berat badan : 9 kgTanda vital : S = 37,9oC N = 136x/menit P = 40x/menit
TD = mmHg
Kesadaran : komposmentis Apatis gelisah somnolentSupor koma
Kepala : Lingkar kepala = ……cm Bentuk : normal kelainan
Rambut : normal hitam tipis jarang merah
Mata : normal tidak simetris menonjolKelainan,…..
Hidung : normal bengkok beringusBerbau kelainan,….
Gigi : Normal Caries Kelainan,….
Telinga : normal keluar cairan berbau
Kelainan,….
Dada : Normal Tidak simetris kelainan,..
Lingkar dada : ……. cm Lingkar perut : …….. cmAbdomen : Normal lemas kembung membuncit keras
Kelainan,…….
Tali pusat : Basah kering bau, sebutkan……
Pernafasan : Normal dispnea kelainan,….
Sirkulasi : Baik udema sianosis kelainan,….
Kulit : Turgor baik Turgor buruk
Kelembapan : Baik buruk Warna : merah muda pucat Lanugo : Ya Tidak
Kuku : Normal kotor panjang mudah patah
Kelainan,….
Gizi : Baik sedang kurang
Tonus otot : Baik sedang kurang
Ekstremitas : Normal kelainan, udema pada ekstremitas
Genetalia : Normal kelainan, udema pada skrotum
Anus : normal abnormal
IX. Reflek – reflekSucking : kuat lemah sedang kelainan,……Rooting : kuat lemah sedang kelainan,……Grasp : kuat lemah sedang kelainan,……Babinski : kuat lemah sedang kelainan,……Moro : kuat lemah sedang kelainan,……Tonic neck : kuat lemah sedang kelainan,……
X. Pola Tumbuh KembangRiwayat kehamilan:
Riwayat kelahiran :
Riwayat imunisasi : BCG Polio DPT Campak
Hepatitis
Fisik miring usia 2 bulan, tengkurap : 4 bulan, merangkak : 5 bulan
Gigi pertama usia 6 bulan, duduk usia : 8 bulan, berdiri : 9 bulan
Jalan sendiri usia : 12 bulan, bicara usia : 14 Bulan
XI. Data Penunjang
Pemeriksaan fecesFeces Hasil Nilai Normal
Makroskopi : Warna Konsitensi
Mikrosopi : Eritrosit Leukosit Telur cacing Amoeba Jamur Lain - lain
HijauLembek
1-22-3---
Lemak
<1/LPB<1/LPBNegativeNegativeNegativePositif
Pemeriksaan HematologiHematologi Hasil Nilai Normal
Hb Leukosit Trombosit Hematokrit
10,510.000363.000
38%
12-14 g/dL5.000
<20 mm/jam40-48%
XII. Rumusan Masalah Keperawatan
- Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit- Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
XIII. Analisa Data
No. DATA ETIOLOGI RUMUSAN MASALAH
1. DS : masuknya makanan/minuman yang Defisit volume
Orang tua klien mengatakan, bahwa anaknya BAB lebih dari 5 kali, rewel atau sering menangis.
DO :KU : lemahKU : komposmentisTTV :
- N : 138x/menit- RR : 37x/menit- T : 37,9oC
Mata : cekung dan anemisBibir : tampak keringTurgor kulit tdk elastic
terkontaminasi
infeksi mukosa usus
makanan/zat tidak dapat diserap
tekanana osmotic dalam rongga usus meningkat
terjadi pergesaran air dan elektrolit ke dalam rongga usus
isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya
diare
cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
2. DS :Orang tua klien mengatakan, bahwa anaknya tidak nafsu makan.
DO :KU : lemahKU : komposmentisTTV :
- N : 138x/menit- RR : 37x/menit- T : 37,9oC
Mata : cekung dan anemisBibir : tampak keringTurgor kulit tdk elastic, terlihat malas dan lemas.Perut distensi, terdengar bising usus.
Rasa tidak nyaman di daerah abdomen
Terjadi peningkatan asam lambung
Mual dan muntah
Anoreksia (tidak nafsu makan)
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
XIV. Diagnosa Keperawatan
- Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output cairan yang berlebihan.
- Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan
muntah.
XV. Rencana Keperawatan
No. DATA TUJUAN INTERVENSI
1. Hari, tanggal : senin, 25 juli
2011
Pukul : 10.45 WIB
DS :
Orang tua klien mengatakan
bahwa anaknya bab >5x,
mual dan muntah yang
berlebih.
DO :
TTV :
RR : 34x/menit
T : 37,2oC
N : 138x/menit
Mata terlihat sedikit cekung,
mukosa dan bibir terlihat
kering, dan terlihat
gelisah/rewel. Anak terlihat
dehidrasi.
Devisit cairan
dan elektrolit
teratasi
Kriteria
hasil:
Tanda-tanda
dehidrasi
tidak ada,
mukosa mulut
dan bibir
lembab, balan
cairan
seimbang
a. Observasi tanda-tanda vital.
b. Observasi tanda-tanda dehidrasi.
c. Ukur input dan output cairan
(balance ccairan).
d. Berikan dan anjurkan keluarga
untuk memberikan minum yang
banyak kurang lebih 2000 – 2500
cc per hari.
e. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therafi cairan,
pemeriksaan lab elektrolit.
f. Kolaborasi dengan tim gizi dalam
pemberian cairan rendah sodium.
2. Hari, tanggal : senin, 25 juli
2011
Pukul : 10.45 WIB
DS :
Orang tua klien mengatakan
bahwa anaknya bab >5x,
mual dan muntah yang
berlebih.
DO :
Gangguan
pemenuhan
kebutuhan
nutrisi teratasi
Kriteria hasil
:
Intake nutrisi
klien
meningkat,
diet habis 1
porsi yang
a. Kaji pola nutrisi klien dan
perubahan yang terjadi.
b. Timbang berat badan klien.
c. Kaji faktor penyebab gangguan
pemenuhan nutrisi.
d. Lakukan pemeriksaan fisik
abdomen (palpasi, perkusi, dan
auskultasi).
e. Berikan diet dalam kondisi
hangat dan porsi kecil tapi sering.
f. Kolaborasi dengan tim gizi dalam
penentuan diet klien.
TTV :
RR : 34x/menit
T : 37,2oC
N : 138x/menit
BB : 9 kg
Mata terlihat sedikit cekung,
mukosa dan bibir terlihat
kering, dan terlihat
gelisah/rewel. Perut distensi,
tidak nafsu makan, terdengar
bising usus.
XVI. Evaluasi
HARI, TANGGAL
JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN
TANDA TANGAN
PERAWATSelasa, 26 juli 2011
27 Juli 2011
28 Juli 2011
08.15WIB
19.45 WIB
15.00
Devisit cairan dan elektrolit teratasi
S : Orang tua klien mengatakan bab >5x dan fecesnya encer.
O : TTV tidak normal, lemas, pucat.
A: Masalah teratasi sebagianP : IVFD KA-EN 3A gtt
20x/menit.Oralit, zinkid syrup 1x5 mL, IV ceftriaxone 2x250 mg
S : orang tua klien mengatakan BAB mulai kental.
O : TTV mulai membaik, masih terlihat lemas, keadaan fisik masih belum baik.
A : masalah teratasi sebagianP : intervensi di lanjutkan
S : orang tua klien
29 Juli 2011
WIB
07.43 WIB
mengatakan BAB 5x/hari dan feces kental.
O : TTV mulai membaik, keadaan masih lemah.
A : masalah teratasi sebagianP : intervensi di lanjutkan
S : orang tua klien mengatakan BAB mulai normal, feces mulai sedikit padat
O : TTV mulai normal, keadaan klien mulai membaik.
A : masalah teratasi sebagianP : intervensi stop. Besok
sudah boleh pulang.Selasa, 26 juli 2011
27 Juli 2011
28 Juli 2011
29 Juli 2011
08.15WIB
19.45 WIB
15.00 WIB
07.43 WIB
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan muntah
S : orang tua klien mengatakan anaknya tidak nafsu makan.
O : klien masih mual dan muntah, keadaan lemah.
A : masalah belum teratasiP : intervensi diteruskan
S : orang tua klien mengatakan anaknya masih muntah dan tidak nafsu makan
O : klien masih terlihat lemas.
A : masalah belum teratasiP : intervensi diteruskan
S : orang tua klien mengatakan anaknya sudah mulai mau makan. Tapi sedikit.
O : klien tampak masih lemasA : masalah teratasi sebagianP : intervensi diteruskan
S : orang tua klien mengatakan nafsu makan
anaknya mulai meningkat.O : keadaan klien tampak
mulai baikA : masalah teratasiP : intervensi di stop
DAFTAR PUSTAKA
Dongoes, Marilyn E (2000). Diagnosa Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media
Aescullapius.