askep kehilangan
DESCRIPTION
dokumenTRANSCRIPT
]BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengalaman kehilangan dan duka cita adalah hal yang esensial dan normal
dalam kehidupan manusia membiarkan pergi melepaskan dan terus melangkah
terus terjadi ketika individu menjalani tahap pertumbuhan dan perkembangan
normal dengan mengucapkan selamat tinggal kepada tempat orang, impian dan
benda-benda yang disayangi. Kehilangan memungkinkan individu berupa dan
terus berkembang serta memenuhi potensi diri. Kehilangan dapat direncanakan
diharapkan atau terjadi tiba-tiba dan proses berduka yang mengikutinya jarang
terjadi dengan nyaman atau menyenangkan. Walaupun tidak nyaman
kehilangan kadang-kadang bermanfaat dan namun kehilangan juga dapat
menghancurkan individu.
Oleh karena itu, memenuhi kebutuhan spiritual individu yang berduka
merupakan aspek Asuhan Keperawatan yang sangat penting. Respon emosional
dan spiritual klien saling terkait ketika klien menghadapi penderitiaan dengan
kesadaran akan kemampuan mengkaji penderitaan klien, perawat dapat
meningkatkan rasa sejahtera. Memberi klien kesempatan untuk menceritakan
penderitaanya
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan pembagian dari kehilangan dan duka cita ?
2. Bagaimana proses pembuatan Asuhan keperawatan Jiwa pada pasien dengan
kehilangan dan duka cita ?
1.3 Tujuan Penyusunan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Jiwa pada semester
V, dan diharapkan bagi mahasiswa agar mampu memahami tentang gangguan atas
kehilangan dan duka cita dan dapat membuat asuhan keperawatan pada pasien
dengan kehilangan dan duka cita.
1Askep Pada Klien Dengan Kehilangan dan Brduka
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan kehilangan dan
berduka
2. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan kehilangan dan
berduka
3. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan kehilangan dan
berduka
4. Mampu melaksanakan tindakan sesuai perencanaan keperawatan pada klien
dengan kehilangan dan berduka
5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan kehilangan dan
berduka
2Askep Pada Klien Dengan Kehilangan dan Brduka
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Dasar dan Teori
2.1.1. Pengertian Kehilangan (Loss)
Menurut Iyus yosep dalam buku keperawatan jiwa 2007, Kehilangan adalah
suatu keadaan Individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian
menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan.
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami
kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk
yang berbeda.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kehilangan
merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang biasa terjadi pada orang- orang
yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari keadaan semula (keadaan
yang sebelumya ada menjadi tidak ada).
2.1.2. Pengertian Berduka Cita (Grieving)
Grieving adalah reaksi emosional dari kehilangan dan terjadi bersamaan
dengan kehilangan baik karena perpisahan, perceraian maupun kematian.
Bereavement adalah keadaan berduka yang ditunjukan selama individu
melewati rekasi
2.1.3. Bentuk-Bentuk Kehilangan
1. Kehilangan orang yang berarti.
2. Kehilangan kesejahteraan.
3. Kehilangan milik pribadi.
2.1.4. Sifat Kehilangan
1. Tiba – tiba (Tidak dapat diramalkan)
Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada
pemulihan dukacita yang lambat. Kematian karena tindak kekerasan, bunuh diri,
pembunuhan atau pelalaian diri akan sulit diterima.
3Askep Pada Klien Dengan Kehilangan dan Brduka
2. Berangsur – angsur (Dapat Diramalkan)
Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan yang
ditinggalkan mengalami keletihan emosional (Rando:1984).
2.1.5. Tipe Kehilangan
1. Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama
dengan individu yang mengalami kehilangan. Contoh : kehilangan anggota badan,
uang, pekerjaan, anggota keluarga.
2. Perceived Loss ( Psikologis )
Kehilangan Sesuatu yang dirasakan oleh individu bersangkutan namun
tidak dapat dirasakan / dilihat oleh orang lain. Contoh : Kehilanga masa remaja,
lingkungan yang berharga.
3. Anticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi. Individu
memperlihatkan perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan yang
akan berlangsung. Sering terjadi pada keluarga dengan klien (anggota) menderita
sakit terminal.
2.1.6. Lima Kategori Kehilangan
1. Kehilangan objek eksternal.
Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang telah
menjadi usang berpinda tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam.
Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang
bergantung pada nilai yang dimiliki orng tersebut terhadap nilai yang dimilikinya,
dan kegunaan dari benda tersebut.
2. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal
Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah
dikenal mencakup lingkungan yang telah dikenal Selama periode tertentu atau
kepindahan secara permanen. Contohnya pindah ke kota baru atau perawatan
diruma sakit.
3. Kehilangan orang terdekat
Orang terdekat mencakup orangtua, pasangan, anak-anak, saudara
sekandung, guru, teman, tetangga, dan rekan kerja. Artis atau atlet terkenal
4Askep Pada Klien Dengan Kehilangan dan Brduka
mumgkin menjadi orang terdekat bagi orang muda. Riset membuktikan bahwa
banyak orang menganggap hewan peliharaan sebagai orang terdekat. Kehilangan
dapat terjadi akibat perpisahan atau kematian.
4. Kehilangan aspek diri
Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi
fisiologis, atau psikologis. Orang tersebut tidak hanya mengalami kedukaan akibat
kehilangan tetapi juga dapat mengalami perubahan permanen dalam citra tubuh
dan konsep diri.
5. Kehilangan hidup
Kehilangan dirasakan oleh orang yang menghadapi detik-detik dimana orang
tersebut akan meninggal.
2.1.7. Tahapan Proses Kehilangan Dan Berduka
Menurut Kubler Ross ( 1969 ) terdapat 5 tahapan proses kehilangan:
1. Denial ( Mengingkari )
1) Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak
percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi, dengan
mengatakan “Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi”, ”itu tidak
mungkin”.
2) Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit terminal, akan terus
menerus mencari informasi tambahan.
3) Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengingkaran adalah letih, lemah,
pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis
gelisah, tidak tahu harus berbuat apa.
2. Anger ( Marah )
1) Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya
kehilangan.
2) Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering
diproyeksikan kepada orang yang ada di lingkungannya, orang tertentu
atau ditujukan kepada dirinya sendiri.
3) Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar, menolak
pengobatan , dan menuduh dokter dan perawat yang tidak becus.
5Askep Pada Klien Dengan Kehilangan dan Brduka
4) Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi
cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
3. Bergaining ( Tawar Menawar )
1) Fase ini merupakan fase tawar menawar dengan memohon kemurahan
Tuhan.
2) Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata ”kalau saja kejadian itu
bisa ditunda maka saya akan sering berdoa”.
3) Apabila proses berduka ini dialami oleh keluarga maka pernyataannya
sebagai berikut sering dijumpai ”kalau yang sakit bukan anak saya”.
4) Cenderung menyelesaikan urusan yang bersifat pribadi, membuat surat
warisan, mengunjungi keluarga dsb.
4. Depression ( Bersedih yang mendalam)
1) Klien dihadapkan pada kenyataan bahwa ia akan mati dan hal itu tidak bias
di tolak.
2) Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri,
tidak mudah bicara, kadang-kadang bersikap sebagai pasien yang sangat
baik dan menurut, atau dengan ungkapan yang menyatakan keputusasaan,
perasaan tidak berharga.
3) Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak makanan, ,susah
tidur, letih, dorongan libido menurun.
5. Acceptance (menerima)
1) Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan.
2) Menerima kenyataan kehilangan, berpartisipasi aktif, klien merasa damai
dan tenang, serta menyiapkan dirinya menerima kematian.
3) Klien tampak sering berdoa, duduk diam dengan satu focus pandang,
kadang klien ingin ditemani keluarga / perawat.
4) Fase menerima ini biasanya dinyatakan dengan kata-kata seperti ”saya
betul-betul menyayangi baju saya yang hilang tapi baju baru saya manis
juga”, atau “Sekarang saya telah siap untuk pergi dengan tenang setelah
saya tahu semuanya baik”.
6Askep Pada Klien Dengan Kehilangan dan Brduka
Menurut Lambert and Lambert ( 1985 ) 3 fase :
1. Repudiation ( Penolakan )
2. Recognition ( Pengenalan )
3. Reconciliation (Pemulihan /reorganisasi )
Menurut Stuart and Sunden ( 1991 ) 3 fase :
1. Closed Awareness
Klien dan keluarga tidak menyadari akan kemunkinan dan tidak mengerti
mengapa klien sakit dan mereka merasa seolah-olah klien bias sembuh.
2. Mutual Pretence
Klien dan keluarga mengetahui bahwa prognosa penyakit klien adalah
penyakit terminal, namun berupaya untuk tidak menyinggung atau membicarakan
hal tersebut secara terbuka.
3. Open Awarenes
Klien dan keluarga menyadari dan mengetahui akan adanya kematian dan
merasa perlu untuk mendiskusikannya.
2.1.8. Prespektif Agama Terhadap Kehilangan
Dilihat dari perpektif agama hal-hal yang harus diperhatikan oleh individu
untuk mengatasi kehilangan yang dialaminya adalah sabar, berserah diri,
menerima dan mengembalikannya pada Allah SWT.
2.1.9. Contoh Stressor dan Bentuk Kehilangan di Indonesia
No Jenis Stressor Jenis Kehilangan1 Gempa dan Tsunami
di AcehRumah, orang yang berarti, pekerjaan, bagian tubuh.
2 Lumpur Lapindo Rumah, tetangga yang baik3 Gempa di Yogjakarta Rumah, makna rumah yang lama, orang yang
berarti, bagian tubuh, pekerjaan.4 Jatuhnya pesawat
Adam AirOrang yang berarti, bagian tubuh
5 Tenggelamnya Kapal Levina
Orang yang berarti
6 Sampah longsor Orang yang berarti7 Banjir banding Harta benda, orang tercinta, lingkungan yang
baik, kesehatan.8 PHK di IPTN Pekerjaan, status, harga diri9 Banjir Jakarta Harta benda, orang tercinta, lingkungan yang
baik, kesehatan.
7Askep Pada Klien Dengan Kehilangan dan Brduka
2.2 Teori Askep pada Klien dengan Kehilangan dan Berduka
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita
klien: apa yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui
perilaku.
Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui
apa yang mereka pikir dan rasakan adalah :
1. Persepsi yang adekuat tentang kehilangan
2. Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan
3. Perilaku koping yang adekuat selama proses
1) Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah:
a. Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam
keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan
sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam
menghadapi perasaan kehilangan.
b. Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang
teratur, cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih
tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik
c. Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama
yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak
berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya
sangat peka dalam menghadapi situasi kehilangan.
d. Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan
dengan orang yang berarti pada masa kana-kanak akan mempengaruhi
individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa (Stuart-
Sundeen, 1991).
e. Struktur Kepribadian
Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan
menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap
stress yang dihadapi.
8Askep Pada Klien Dengan Kehilangan dan Brduka
2) Faktor presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan.
Kehilangan kasih sayang secara nyata ataupun imajinasi individu seperti:
kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi;
a. Kehilangan kesehatan
b. Kehilangan fungsi seksualitas
c. Kehilangan peran dalam keluarga
d. Kehilangan posisi di masyarakat
e. Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
f. Kehilangan kewarganegaraan
3) Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara
lain: Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan
Proyeksi yang digunakan untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan
sangat menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi
yang dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai
secara berlebihan dan tidak tepat.
4) Respon Spiritual
a. Kecewa dan marah terhadap Tuhan
b. Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
c. Tidak memilki harapan; kehilangan makna
5) Respon Fisiologis
a. Sakit kepala, insomnia
b. Gangguan nafsu makan
c. Berat badan turun
d. Tidak bertenaga
e. Palpitasi, gangguan pencernaan
f. Perubahan sistem imune dan endokrin
6) Respon Emosional
a. Merasa sedih, cemas
b. Kebencian
c. Merasa bersalah
9Askep Pada Klien Dengan Kehilangan dan Brduka
d. Perasaan mati rasa
e. Emosi yang berubah-ubah
f. Penderitaan dan kesepian yang berat
g. Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau
benda yang hilang
h. Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan
i. Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri
7) Respon Kognitif
a. Gangguan asumsi dan keyakinan
b. Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
c. Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
d. Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal
adalah pembimbing.
8) Perilaku
Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :
a. Menangis tidak terkontrol
b. Sangat gelisah; perilaku mencari
c. Iritabilitas dan sikap bermusuhan
d. Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama
orang yang telah meninggal.
e. Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin
membuangnya
f. Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol
g. Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri atau pembunuhan
h. Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi
2.2.2. Analisa Data
1. Data subjektif:
1) Merasa sedih
2) Merasa putus asa dan kesepian
3) Kesulitan mengekspresikan perasaan
4) Konsentrasi menurun
10Askep Pada Klien Dengan Kehilangan dan Brduka
2. Data objektif:
1) Menangis
2) Mengingkari kehilangan
3) Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
4) Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
5) Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas
2.2.3 Pohon MasalahGangguan konsep diri
kehilangan
berduka
2.2.3. Diagnosa keperawatan
Lynda Carpenito (1995), dalam Nursing Diagnostic Application to Clinicsl
Pratice, menjelaskan tiga diagnosis keperawatan untuk proses berduka yang
berdasarkan pada pada tipe kehilangan. NANDA 2011 diagnosa keperawatan
yang berhibungan dengan asuhan keperawatan kehilangan dan berduka adalah :
a. Duka cita
b. Duka cita terganggu
c. Risiko duka cita terganggu
2.2.4. Intervensi
Intervensi untuk klien yang berduka
1. Kaji persepsi klien dan makna kehilangannya. Izinkan penyangkalan yang
adaptif.
2. Dorong atau bantu klien untuk mendapatkan dan menerima dukungan.
3. Dorong klien untuk mengkaji pola koping pada situasi kehilangan masa lalu
saat ini.
11Askep Pada Klien Dengan Kehilangan dan Brduka
4. Dorong klien untuk meninjau kekuatan dan kemampuan personal.
5. Dorong klien untuk merawat dirinya sendiri.
6. Tawarkan makanan kepada klien tanpa memaksanya untuk makan.
7. Gunakan komunikasi yang efektif.
1) Tawarkan kehadiran dan berikan pertanyaan terbuka
2) Dorong penjelasan
3) Ungkapkan hasil observasi
4) Gunakan refleksi
5) Cari validasi persepsi
6) Berikan informasi
7) Nyatakan keraguan
8) Gunakan teknik menfokuskan
9) Berupaya menerjemahkan dalam bentuk perasaan atau menyatakan hal
yang tersirat
8. Bina hubungan dan pertahankan keterampilan interpersonal seperti :
1) Kehadiran yang penuh perhatian
2) Menghormati proses berduka klien yang unik
3) Menghormati keyakinan personal klien
4) Menunjukan sikap dapat dipercaya, jujur, dapat diandalkan, konsisten
5) Inventori diri secara periodik akan sikap dan masalah yang berhubungan
dengan kehilangan
a. Prinsip Intervensi Keperawatan pada Pasien dengan Respon Kehilangan
1) Bina dan jalin hubungan saling percaya
2) Diskusikan dengan klien dalam mempersepsikan suatu kejadian yang
menyakitkan dengan pemberian makna positif dan mengambil hikmahnya
3) Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka
4) Kurangi atau hilangkan faktor penghambat proses berduka
5) Beri dukungan terhadap repon kehilangan pasien
6) Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga
7) Ajarkan teknik logotherapy dan psychoreligious therapy
8) Tentukan kondisi pasien sesuai dengan fase berikut :
12Askep Pada Klien Dengan Kehilangan dan Brduka
a) Fase Pengingkaran
Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
perasaannya.
Dorong pasien untuk berbagi rasa, menunjukkan sikap menerima,
ikhlas dan memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan
pasien tentang sakit, pengobatan dan kematian.
b) Fase marah
Beri dukungan pada pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya
secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan.
c) Fase tawar menawar
Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan
takutnya.
d) Fase depresi
Identifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien.
Bantu pasien mengurangi rasa bersalah.
e) Fase penerimaan
Bantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dihindari.
b. Prinsip Intervensi Keperawatan pada Anak dengan Respon Kehilangan
1) Beri dorongan kepada keluarga untuk menerima kenyataan serta menjaga
anak selama masa berduka.
2) Gali konsep anak tentang kematian, serta membetulkan konsepnya yang
salah.
3) Bantu anak melalui proses berkabung dengan memperhatikan perilaku
yang diperhatikan oleh orang lain.
4) Ikutsertakan anak dalam upacara pemakaman atau pergi ke rumah duka.
c. Prinsip Intervensi Keperawatan pada Orangtua dengan Respon Kehilangan
(Kematian Anak)
1) Bantu untuk diakan sarana ibadah, termasuk pemuka agama.
2) Menganjurkan pasien untuk memegang/ melihat jenasah anaknya.
3) Menyiapkan perangkat kenangan.
4) Menganjurkan pasien untuk mengikuti program lanjutan bila diperlukan.
13Askep Pada Klien Dengan Kehilangan dan Brduka
5) Menjelaskan kepada pasien/ keluarga ciri-ciri respon yang patologis serta
tempat mereka minta bantuan bila diperlukan.
2.2.5. Evaluasi
1. Klien mampu mengungkapkan perasaannya secara spontan
2. Klien menunjukkan tanda-tanda penerimaan terhadap kehilangan
3. Klien dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain
4. Klien mempunyai koping yang efektif dalam menghadapi masalah akibat
kehilangan
5. Klien mampu minum obat dengan cara yang benar
BAB IV
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang diperoleh, akhirnya dapat disimpulkan bahwa
kehilangan merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang bisa terjadi pada orang-
orang yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari keadaan semula (keadaan
yang sebelumnya ada menjadi tidak ada). Kehilangan bisa meliputi kehilangan objek
eksternal, lingkungan yang dikenal, orang terdekat, aspek diri, dan kehilangan hidup.
Di dalam menangani pasien dengan respon kehilangan, diperlukan prinsip-
prinsip keperawatan yang sesuai, misalnya pada anak atau pada orang tua dengan
respon kehilangan (kematian anak).
Pengkajian yang dapatdilakukan yaitu dengan mengidentifikasi faktor
predisposisi dan fektor presipitasi.
Dimana factor predisposisi meliputi :
1. Genetic
2. Kesehatan Jasmani
3. Kesehatan Mental
4. Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu
5. Struktur Kepribadian
4.2 Saran
14Askep Pada Klien Dengan Kehilangan dan Brduka
Setelah kami membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan respon kehilangan dan berduka (Loss and Grief), maka kami menganggap
perlu adanya sumbang saran untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan
keperawatan.
Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan sebagai berikut:
1. Dalam perencanaan tindakan, harus disesuaikan dengan kebutuhan klien pada saat
itu.
2. Dalam perumusan diagnosa keperawatan, harus diprioritaskan sesuai dengan
kebutuhan maslow ataupun kegawatan dari masalah.
3. Selalu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan baik yang kritis maupun
yang tidak.
15Askep Pada Klien Dengan Kehilangan dan Brduka
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Anna Keliat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC
Iyus, Yosep. 2007. Keperawatan Jiwa. Refika Aditama : Bandung
16Askep Pada Klien Dengan Kehilangan dan Brduka