analisis perbandingan pemikiran abraham h. …

97
ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. MASLOW DAN AL-GHAZALI TENTANG KONSEP KESEJAHTERAAN DAN RELEVANSINYA DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Ekonomi Syariah Oleh : NURMALA AZIZA NIM : 501171706 PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2021 M/1442 H

Upload: others

Post on 23-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H.

MASLOW DAN AL-GHAZALI TENTANG KONSEP

KESEJAHTERAAN DAN RELEVANSINYA DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Ekonomi Syariah

Oleh :

NURMALA AZIZA

NIM : 501171706

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

2021 M/1442 H

Page 2: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

i

Page 3: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

ii

Page 4: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

iii

Page 5: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

iv

\

MOTTO

ه ذكر او اوثى وهى مؤمه فلىحييىه حيىة طيبت ولىجزيىهم اجر هم مه عمل صالحا م

باحسه ما كاوىا يعملىن

“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan

dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan

yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa

yang telah mereka kerjakan”1

(QS. An-Nahl: 97)

1 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya: Juz 1-30 (Bandung: Penerbit

Jabal).

Page 6: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

v

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmannirrohim

Alhamdulillahirobbil „aalamiin, bersyukur atas segala nikDeparmat

yang telah Allah SWT berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang

tua saya, ayahanda Rizal Efendi dan ibunda Rosmaida yang telah merawat dan

mendidik putri satu-satunya ini dari kecil dengan penuh ketulusan dan kasih

sayang yang tiada henti hingga saat ini. Abang Ari, Abang Dedek, Abang

Tedi, Adik Satria, Yuk Rosa, Yuk Riza, Yuk Winda yang sudah menssuport

hingga kini, dan juga keponakan saya yang lucu Bilqis, Atahyah, Dandi.

Semoga Allah selalu memberikan keberkahan untuk kita semua,

Aamiin.

Ibu/bapak guru yang telah hadir dalam setiap proses pendidikan saya,

kalian sangat berjasa memberikan banyak pembelajaran dalam hidup saya.

Teruntuk sahabat saya pada saat SMK N 1 Kota Jambi, yang

dinamakan Friendship terimakasih karena hingga saat ini masih mendampingi

saya untuk berjuang dalam meraih mimpi.

Teruntuk teman seperjuangan organisasi KSEI Al-Fath, GenBI Prov.

Jambi, FoSSEI Sumbagteng, FoSSEI Koja, FoSSEI Nassional, Ruang Cerita,

teman kelas serta teman-teman perkuliahan yang telah meluangkan waktu,

tenaga, pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini hingga akhir.

Terimakasih atas doa, dukungan, motivasi dan insipirasi kalian semua

yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu.

Dari hati yang terdalam, semoga Allah SWT melimpahkan keberkahan

dan senantiasa mempermudah urusan kita dan meridhoi-Nya. Aamiin.

Page 7: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil‘aalamiin, segala puji syukur yang telah memberikan

nikmat dan karunianya, atas kuasa, kebesarannya dan izinnya lah skripsi berjudul

―Analisis Perbandingan Pemikiran Abraham H. Maslow dan Al-Ghazali Tentang

Konsep Kesejahteraan dan Relevansinya di Indonesia‖ dapat terselesaikan.

Sholawat serta salam tak lupa penulis panjatkan atas kemuliaan nabi besar

Muhammmad SAW.

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya yang senantiasa

memberikan kasih sayang, cinta, didikkan yang memberikan sebuah pelajaran

hingga saya menjadi seperti ini. Jikalau boleh saya ibaratkan lautan sebuah tinta

pena, maka tidak akan cukup bagi saya untuk menceritakan serta mengungkapkan

rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada orang tua saya, karena begitu banyak

perjuangan yang telah mereka berikan tanpa mengenal letih dan lelah.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari doa, dukungan, motivasi,

inspiratif serta bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dari

itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Suaidi, MA., Ph.D. selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

2. Dr. A.A. Miftah, S.Ag., M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Dr. Rafidah, S.E., M.EI selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Titin

Agustin Nengsih, S.Si., M.Si, Ph.D selaku Wakil Dekan II Bidang

Administrasi Umum dan Perencanaan Keuangan, Dr. Sucipto, MA selaku

Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

Page 8: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

vii

4. Ambok Pangiuk, S.Ag., M.Si dan M. Yunus, M.Si selaku Ketua Jurusan

dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi.

5. Dr. Rafidah, SE., M.EI, selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak Erwin

Saputra Siregar, M.E, selaku dosen pembimbing 2 yang telah meluangkan

waktu ditengah kesibukkannya untuk membimbing penulis dari awal

dengan sabar, memberikan masukan, saran, motivasi, semangat, solusi,

arahan yang tentunya sangat membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

6. Drs. Badaruddin, M. Sy selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

banyak membantu ketika ada kesulitan dalam perkuliahan.

7. Khairiyani, SE., M.S.Ak, selaku dosen akuntansi yang pernah mengangkat

penulis sebagai asisten dosen serta mendaftarkan penulis untuk mengikuti

seleksi sertifikasi akuntansi, sehingga penulis mempunyai sertifikasi

keahlian Akuntansi.

8. Dr. Rofiqoh Ferawati, SE., M.EI, yang saat ini menjadi Wakil Rektor

Bidang Akademik dan Kelembagaan dan selaku pembimbing karya tulis

saya dalam lomba temu ilmiah sehingga mendapatkan juara satu di tingkat

regional dan diutus kembali ke tingkat nasional di Surabaya.

9. Ibu/Bapak dosen pejabat kampus yang tidak bisa penulis sebutkan satu-

persatu, yang telah banyak sekali memberikan penulis ilmu dan pelajaran.

10. Bank Indonesia provinsi Jambi yang telah memberikan penulis beasiswa

dan terpilih mengikuti Leadership Camp Nusantara di Jakarta bertemu

mahasiswa diberbagai kampus di Indonesia.

11. Kedua orang tua saya Ayahanda Rizal Efendi, Ibunda Rosmaida yang

senantiasa mendampingi penulis memberikan yang terbaik hingga saya

bisa menjadi seperti saat ini.

Terimakasih untuk kalian yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu namanya,

semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan dalam segala urusan.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Jambi, Mei 2021

Page 9: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

viii

Nurmala Aziza

ABSTRAK

Kesejahteraan menurut kamus bahasa Indonesia berasal dari kata sejahtera yang

mempunyai makna aman, sentosa, makmur dan selamat (terlepas dari segala

macam gangguan, kesukaran dan sebagainya). Kata sejahtera mengandung

pengertian dari bahasa sansekerta ―catera‖ yang berarti payung. Dalam konteks

kesejahteraan, ―cateraa‖ adalah orang yang sejahtera, yakni orang yang dalam

hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan atau kekhawatiran

sehingga hidupnya aman dan tentram, baik lahir maupun batin.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui konsep kesejahteraan menurut pemikiran

barat yaitu Abraham H. Maslow dan pemikiran islam, yaitu Al-Ghazali,

persamaan dan perbedaan konsep kesejahteraan serta relevansinya di Indonesia.

Model penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dilihat dari jenisnya termasuk

penelitian Library Research. Metode penelitian ini adalah dengan melakukan

komparatif antara pemikirian Abraham H. Maslow dan Al-Ghazali mengenai

Konsep Kesejahteraan dan Relevansinya di Indonesia.

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa Abraham H. Maslow mendefinisikan

kesejahteraan sebagai individulistic-materialistic, sedangkan Al-Ghazali

tercapainya kemaslahatan dunia dan akhirat. Perbedaan konsep kesejahteraan

menurut 2 tokoh tersebut terletak pada hierarki kebutuhan manusia, penegasan

pada keinginan dan kebutuhan serta pencapaian aktualisasi diri. Persamaan

konsep kesejahteraan dari dua tokoh tersebut ialah terletak pada kebutuhan

fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman. Serta jika dikaitkan dengan teori Al-

Ghazali dan Abraham H. Maslow mengenai kebutuhan fisik bahwasanya

Indonesia belum sepenuhnya terpenuhi.

Kata Kunci: Kesejahteraan, Al-Ghazali, Abraham H. Maslow, Indonesia.

Page 10: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

ix

ABSTRACT

Welfare according to the Indonesian dictionary comes from the word prosperous

which means safe, secure, prosperous and safe (apart from all kinds of

disturbances, difficulties and so on). The word prosperous contains the meaning

of the Sanskrit language "catera" which means umbrella. In the context of welfare,

"cateraa" is a person who is prosperous, that is, a person who in his life is free

from poverty, ignorance, fear or worry so that his life is safe and secure, both

physically and mentally.

This thesis aims to determine the concept of welfare according to western thought,

namely Abraham H. Maslow and Islamic thought, namely Al-Ghazali, the

similarities and differences in the concept of welfare and its relevance in

Indonesia. This research model is qualitative research, seen from its type

including Library Research research.

This research method is to make a comparison between the thoughts of Abraham

H. Maslow and Al-Ghazali regarding the concept of welfare and its relevance in

Indonesia. The result of this research is that Abraham H. Maslow defines welfare

as individuulistic-materialistic, while Al-Ghazali achieves the benefit of the world

and the hereafter. The difference in the concept of welfare according to the 2

figures lies in the hierarchy of human needs, the affirmation of wants and needs

and the achievement of self-actualization. The similarity of the concept of well-

being of the two figures lies in the physiological needs and the need for security.

And if it is related to the theory of Al-Ghazali and Abraham H. Maslow regarding

physical needs, that Indonesia has not been fully met.

Keywords: Welfare, Al-Ghazali, Abraham H. Maslow, Indonesia.

Page 11: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. i

NOTA DINAS .................................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii

MOTTO ............................................................................................................. iv

PERSEMBAHAN .............................................................................................. v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

ABSTRAK ......................................................................................................... viii

ABSTRACT ....................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Batasan Masalah................................................................................ 9

C. Rumusan Masalah ............................................................................. 10

D. Tujuan Masalah ................................................................................. 10

E. Manfaat Masalah ............................................................................... 10

F. Metode Penelitian.............................................................................. 11

G. Studi Relevan .................................................................................... 12

H. Sistematika Penulisan ....................................................................... 14

BAB II BIOGRAFI TOKOH

A. Abraham Harold Maslow .................................................................. 15

B. Al-Ghazali ......................................................................................... 18

Page 12: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

xi

C. Konsep Kesejahteraan Menurut Harold Maslow dan Al-Ghazali..... 26

D. Macam-Macam Kebutuhan ............................................................... 28

BAB III PEMIKIRAN TOKOH BERSIFAT UMUM

A. Pengertian Kesejahteraan .................................................................. 31

B. Kesejahteraan Menurut Al-Qur‘an .................................................... 32

C. Pengukuran Kesejahteraan Menurut Badna Kordinasi Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN) ......................................................... 33

D. Kesejahteraan di Masa Rasulullah dan Para Sahabatnya .................. 34

E. Dasar Hukum Kesejahteraan ............................................................. 36

BAB IV PEMIKIRAN TOKOH BERSIFAT KHUSUS

A. Konsep Kesejahteraan Menurut Abraham Harold Maslow .............. 37

B. Konsep Kesejahteraan Menurut Al-Ghazali ..................................... 39

C. Persamaan dan Perbedaan Konsep Kesejahteraan Menurut Abraham

Harold Maslow dan Al-Ghazali ........................................................ 46

D. Relevansinya dalam Konteks Kesejahteraan di Indonesia ................ 57

E. Hasil Peneliti ..................................................................................... 71

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 75

B. Saran .................................................................................................. 76

DAFTAR PUSTAKA

CURICULUM VITAE

Page 13: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

xii

Page 14: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekonomi adalah suatu studi tentang pilihan, yakni bagaimana individu dan

kelompok individu, atau masyarakat suatu negara mengoptimalkan

kemampuannya dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi (faktor – faktor

produksi) untuk mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkannya agar diperoleh

kepuasan yang maksimum atau keseimbangan ekonomi.2

Ilmu ekonomi tidak diciptakan secara mendadak, tetapi ia berkembang melalui

suatu proses yang panjang. Ilmu ekonomi dianggap sebagai satu disiplin ilmu baru

mulai 1776, yaitu semenjak ditulisnya sebuah buku oleh seoarang ahli ekonomi

bernama Adam Smith, buku tersebut berjudul An Inquiry Into The Mature and

Cause of the Wealth of Nations. Semenjak itulah Adam Smith oleh ahli ilmu

ekonomi disebut sebagai bapak Ilmu Ekonomi.3

Ada beberapa perbedaan dalam sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi

konvensional secara umum, yaitu :4 Pertama Sumber (Epistemology), Sebagai

sebuah Ad-Din yang sumbernya berasal dari sumber yang mutlak yaitu Al-Qur‘an

dan As-Sunnah. Dimana kedudukan sumber ini menjadikan Islam sebagai suatu

agama Ad-Din yang istimewa jika dibandingkan dengan agama-agama ciptaan

lain. Sedangkan ekonomi konvensional sendiri tidak bersumber atau

berlandaskan wahyu. Maka dari itu, ia lahir dari pemikiran-pemikiran manusia

yang dapat berubah berdasarkan waktu atau masanya sehingga diperlukan

maklumat yang baru.

2 Detri Karya dan Syamsri Syamsuddin, Makro Ekonomi Pengantar untuk Manajemen

(Jakarta: PT Raja Grafindo, 2016), 5-6. 3 Detri Karya dan Syamsri Syamsuddin, Makro Ekonomi Pengantar untuk Manajemen,

7. 4 Syamsudin Mochtar, Skripsi, ―Studi Komparasi Pemikiran John Maynard Keynes dan

Yususf Qardhawi tentang Produksi,‖ Kediri : IAIN Kediri, 2019, 4.

Page 15: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

2

Kedua tujuan kehidupan, Ekonomi Islam sendiri bertujuan membawa kepada

konsep Al-Falah (kejayaan) baik di dunia maupun di akhirat, juga kepada

kebahagiaan bagi pelaku ekonomi di dunia maupun di akhirat, sedangkan

ekonomi sekuler ia hanya untuk kepuasan di dunia saja. Ekonomi Islam

meletakkan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini.

Ketiga konsep harta, Islam menjelaskan bahwa harta bukanlah merupakan

tujuan hidup tetapi hanya sekadar wasilah atau perantara untuk mewujudkan

perintah Allah SWT. Harta bukanlah sebagai tujuan utama kehidupan melainkan

sebagai jalan untuk mencapai nikmat ketenangan dalam kehidupan di dunia

maupun di akhirat. Sedangkan ekonomi konvensional meletakkan keduniaannya

sebagai tujuan yang tidak mempunyai kaitan dengan Tuhan dan akhirat sama

sekali.

Ada 6 tahapan Perkembangan pemikiran ekonomi Islam dari sejak masa nabi

hingga sekarang, diantaranya:

Tahap pertama (632-656 M), yaitu pada masa Rasulullah SAW, tahap kedua

(656-661 M), yaitu pemikiran ekonomi Islam pada masa pemerintahan Khulafaur

Rasyidin. Tahap ketiga (738-1037 M), yaitu para pemikir Islam di periode awal

seperti Zayd bin Ali, Abu Hanifa, Abu Yusuf, Abu Ubayd, Al-Kindi, Al-Farabi,

Ibnu Sina dan pemikir ekonomi Islam lainnya pada periode awal, tahap keempat

atau periode kedua (1058-1448 M).5

pemikir ekonomi Islam periode ini Al-Ghazali, Ibnu Taimiyah, Ibnu Khaldun,

Ibnu Mas‘ud, Jalaluddin Rumi, Ibnu Rusyd dan pemikir ekonomi Islam lainnya

yang hidup pada masa ini. Tahap kelima atau periode ketiga (1446-1931 M), yaitu

Shah Waliyullah Al-Delhi, Muhammad bin Abdul Wahab, Jamaluddin Al-

Afghani Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal, Ibnu Nujaym, Ibnu Abidin,

Syekh Ahmad Sirihindi. Tahap keenam atau periode lanjut (1931-sekarang), yaitu

Muhammad Abdul Mannan, M. Nejatullah Siddiqi, Yusuf Qardhawi, Syed Nawab

5 M. Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia Amalia, Teori Mikro Ekonomi Suatu

Perbandingan Ekonomi Islam Dan Ekonomi Konvensional (Jakarta : Prenadamedia Group, 2010),

6–7.

Page 16: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

3

Haider Naqvi, Monzer Khaf, Muhammad Baqir As-Sadq, Umer Chapra, dan

tokoh ekonomi Islam pada masa sekarang.6

Islam merupakan jalan hidup (way of life). Kebahagiaan merupakan tujuan

utama kehidupan manusia. Manusia akan memperoleh kebahagiaan ketika seluruh

kebutuhan dan keinginan terpenuhi, baik dalam aspek material maupun spiritual.

Terpenuhnya material inilah yang disebut sejahtera.7

Kata kesejahteraan secara historis dikaitkan dengan kebahagiaan dan

kemakmuran.8 Teori kesejahteraan (walfare theory) pada umumnya diadopsi dari

teori Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nation (1776), bahwa individu

memiliki hastrat untuk memenuhi keinginannya dan kebutuhannya. Dengan

kecenderungan individu untuk selalu berusaha memuaskan keinginannya, maka

kesejahteraan akan dicapai pada saat kepuasan mencapai tingkat optimum.

Pencapaian tingkat kepuasan inilah yang menjadi kajian ilmuan ekonomi.

Berbagai pendekatan dapat menjelaskan bagaimana individu atau rumah tangga

dapat dikatakan ‖sejahtera‖ atau ‖puas‖, diantaranya adalah pendekatan

marginality, utility, efisiensi pasar, dan opportunity cost.9

Kesejahteraan menurut kamus bahasa Indonesia berasal dari kata sejahtera

yang mempunyai makna aman, sentosa, makmur dan selamat (terlepas dari segala

macam gangguan, kesukaran dan sebagainya). Kata sejahtera mengandung

pengertian dari bahasa sansekerta ―catera‖ yang berarti payung. Dalam konteks

kesejahteraan, ―cateraa‖ adalah orang yang sejahtera, yakni orang yang dalam

hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan atau kekhawatiran

sehingga hidupnya aman dan tentram, baik lahir maupun batin.10

Pemerintah Republik Indonesia mendefinisikan Kesejahteraan Sosial adalah

kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar

6 M. Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia Amalia, Teori Mikro Ekonomi Suatu

Perbandingan Ekonomi Islam Dan Ekonomi Konvensional (Jakarta : Prenadamedia Group, 2010),

6–7. 7 Rahmat Ilyas, ―Etika Konsumsi dan Kesejahteraan dalam Prespektif Ekonomi Islam‖

Vol. 1, No. 1, (2016): 164. 8 Bent Greve, “What Is Welfare?” Central European Journal of Public Policy—

Vol. 2—No 1 (July 2008), 51. 9 Yulhendri dan Nora Susanti, ―Analisis Konfirmatory Faktor Pengukuran Indikator

Kesejahteraan Rumah Tangga‖ Jurnal Ilmiah Econosains, Vol. 15, No. 2 (Agustus 2017), 187. 10

Siregar P. Pardomuan, ―Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan dalam

Perspektif Islam‖ Jurnal Bisnis Net, Vol. 1 No. 1 (Januari 2018), 7.

Page 17: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

4

dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat

melaksanakan fungsi sosialnya.11

Di Indonesia, istilah pembangunan kesejahteraan sosial lahir sebagai dampak

dari kebijakan penempatan kesejahteraan sosial sebagai sebuah subsektor dari

sektor kesejahteraan rakyat. Sebagai subsektor, pembangunan kesejahteraan sosial

lebih berperan menangani masalah-masalah marjinal dan residual.12

Berdasarkan Undang-Undang RI No 11 Tahun 2009, bahwa kesejahteraan

sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga

negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat

melaksanakan fungsi sosialnya.13

Jika dilihat teori negara pada negara kesejahteraan dalam konsep

kesejahteraan bahwa Indonesia merujuk pada konsep pembangunan kesejahteraan

sosial, yaitu serangkaian aktivitas yang terencana dan melembaga, ditujukkan

untuk meningkatkan standar serta kualitas kehidupan manusia. Sebagai sebuah

proses untuk meningkatkan kondisi sejahtera, istilah ―kesejahteraan‟ sejatinya ia

tidak perlu memakai kata ―sosial‟ lagi, dikarenakan sudah jelas menunjukan pada

sektor atau bidang yang termasuk dalam wilayah pembangunan sosial.14

Asumsi yang kuat bahwa negara Kesatuan Republik Indonesia didesain

sebagai Negara Kesejahteraan (welfare state) yang dapat dilihat dari bunyi

pembukaan UUD 1945 bahwa ―Pemerintah melindungi segenap bangsa dan

seluruh tumpah darah, memajukan kesejahteraan umum serta mencerdaskan

kehidupan bangsa‖. Selain itu ada beberapa pasal dalam UUD 1945 yang

mencerminkan nilai dasar dari Negara Kesejahteraan (welfare state) seperti, pasal

27 (2) ―Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak

bagi kemanusiaan‖; Pasal 28A ―Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak

11

Nur Kholis, ―Kesejahteraan Sosial di Indonesia Perspektif Ekonomi Islam,” Jurnal

Akademika (Juli 2015), 246. 12

Mochamad Syawie, ―Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat‖

Informasi Vol. 16 No. 02 (2011), 130. 13

Mochamad Syawie, ―Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat‖130. 14

Roselina Effendi Winda, ―Konsep Wellfare State di Indonesia‖ Trias Politika, Vol

1 . No.1 April 2017), 176.

Page 18: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

5

mempertahankan hidup dan kehidupannya; demikian pula pada pasal 28B, 28C,

28H, 31, 33, dan pasal 34.15

Menurut Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) keluarga

sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah,

mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan

seimbang antara anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.16

Kesejahteraan sendiri memiliki banyak arti di masing-masing orang pasti

mempunyai perpektif sendiri mengenai apa yang disebut dengan kesejahteraan.

Akan tetapi pada umumnya kesejahteraan sendiri secara umum bisa dibagi dalam

dua bentuk, yaitu kesejahteraan secara materi dan kesejakteraan secara non

materi. Kesejahteraan materi meliputi berapa jumlah harta yang kita miliki, berapa

pendapatan yang kita dapatkan, dan apa saja yang sifatnya bisa dimaterialkan.

Sementara kesejahteraan non materi adalah kesejahteraan yang kita miliki dimana

kesejahteraan tersebut tidak berbentuk barang atau sejenisnya. Misalnya adalah

kesehatan yang kita raskan, memiliki anak yang sholeh dan sholehah, dan lain

sebagainya. Kesejahteraan dari sisi materi dan juga non materi. Islam

mengajarkan bahwasanya harta bukanlah satu-satunya indikator kesejahteraan

karena pada dasarnya harta hanyalah alat yang digunakan untuk tujuan beribadah

kepada Allah SWT.17

Manusia secara perorangan dilandasi kemampuan pribadinya, sedangkan

sebagai makhluk sosial tidak dapat dilepaskan dari kondisi dan kemampuan

masyarakatnya. Pengembangan kemampuan dan kesejahteraan manusia secara

perorangan tidak dapat dilepaskan dari masyarakatnya, dan sebaliknya

pengembangan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari individu-individu

penduduknya. Ditinjau dari komponen lingkungannya, pengembangan kehidupan

15

Oman Sukmana, ―Konsep dan Desain Negara Kesejahteraan (Welfare State)‖ Jurnal

Sospol, Vol. 2 No.1 (Juli 2016), 103–4. 16

Rosni, ―Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan di Desa Dahari Selebar

Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara‖ Jurnal Geogradi, Vol .9 No. 1 (2017), 57. 17

Ziauddin Sarddar dan Muhammad Nafik H.R, ―Kesejahteraan Dalam Perspektif Islam

Pada Karyawan Bank Syariah | Sardar | Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan,‖ Mei 2016,

392–93, https://e-journal.unair.ac.id/JESTT/article/view/3357.

Page 19: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

6

itu harus berarti meningkatkan kemampuan lingkungan bagi kesejahteraan

manusia.18

Dalam agama Islam, kesejahteraan adalah tujuan ajaran Islam di bidang

ekonomi. Hal tersebut adalah syarat mutlak untuk mendapatkan kesejateraan yang

tertuang dalam Al-Qur‘an.19 Islam memaknai ―kesejahteraan‖ sebagai falah yang

berarti kesejahteraan holistik atau seimbang antara dimensi material dengan

spritual, individual-sosial serta kesejahteraan dikehidupan duniawi dan akhirat.

Sejahtera dunia dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan

kenikmatan hidup, baik fisik, intelektual, biologis maupun material. Sedangkan

kesejahteraan akhirat dapat diartikan sebagai kenikmatan yang dapat diperoleh

setelah kematian manusia.

Falah berasal dari kata kerja bahasa arab yaitu aflaha-yuflihu artinya

kesuksesan, kemulian serta kemenangan. Dalam pengertian literal falah yakni

kemuliaan dan kemenangan didalam hidup. Selain itu falah juga dapat diartikan

sebagai kesejahteraan lahiriyah yang disertakan dengan kesejahteraan batiniah,

kesenangan duniawi dan ukhrawi, keseimbangan materiil dan immateriil.

Sedangkan falah menurut Islam diambil dari kata al-qur‘an, yang sering diartikan

sebagai keberuntungan dalam jangka panjang baik di dunia maupun di akhirat,

sehingga tidak hanya memandang aspek material saja namun juga ditekankan

pada aspek spritual. Dalam konteks falah didunia merupakan konsep yang multi

dimensi. Memiliki implikasi pada aspek prilaku individual atau mikro maupun

perilaku kolektif atau makro.20

Kesejahteraan yang dimulai dengan Islam, adalah penyerahan diri sepenuhnya

kepada Allah. Sebab tidak mungkin jiwa akan merasakan ketenangan apabila

kepribadian terpecah (spil personality). Sebagai contoh nyata, kesejahteraan sosial

dimulai dari kesadaran bahwa apa pun keputusan Allah, setelah usaha maksimal,

adalah yang terbaik dan selalu mengandung hikmah. Oleh karena itu, Allah

18

Nursid Sumaatmadja, Perspektif Studi Sosial (P.T Alumni, 1980), 143–44. 19

Rafidah, Pengaruh Modal Usaha, Lama Usaha, Dan Sikap Kewirausahaan Islami

Terhadap Pendapatan dan Kesejateraan Keluarga Wanita pengrajin Batik Danau Teluk Kota

Jambi (Malang: Ahlimedia Press, 2020), 14. 20

Ilyas, ―Etika Konsumsi dan Kesejahteraan dalam Perspektif Ekonomi Islam,‖ Vol. 1

No. 1 (2016), 165.

Page 20: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

7

memerintahkan kepada manusia untuk berusaha semaksimal mungkin, kemudian

berserah diri kepada-Nya.21

Pendidikan dimulai dari kejiwaan bagi setiap pribadi, keluarga, dan

masyarakat, sehingga tercipta hubungan yang serasi diantara semua anggota

masyarakat. Salah satu indikator dari keserasian tersebut adalah kesedian

mengulurkan tangan sebelum diminta oleh yang membutuhkan, atau kesediaan

berkorban demi kepnetingan orang banyak.22

Sejahtera bermakna aman sentosa dan makmur; selamat atau terlepas dari

segala macam gangguan, kesukaran, dan sebagainya. Kesejahteraan dapat

dimaknai dengan: hal atau keadaan sejahtera; keamanan, keselamatan,

ketentraman, kesenangan hidup, dan sebagainya; kemakmuran. Kesejahteraan

Sosial atau social welfare adalah sistem yang mengatur pelayanan sosial dan

lembaga-lembaga untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok

untuk mencapai tingkat kehidupan, kesehatan yang layak dengan tujuan

menegakkan hubungan kemasyarakatan yang setara antar individu sesuai dengan

kemampuan pertumbuhan mereka, memperbaiki kehidupan manusia sesuai

dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat.23

Maslahah merupakan tujuan akhir dari diciptakannya aturan-aturan ilahi-

syariat, baik itu mengandung manfaat maupun mengilangkan mudharat. Konsep

ini mencakup suluruh aspek kehidupan manusia, baik urusan agama, sosial,

maupun ekonomi.24

Maslahah sendiri dapat dicapai melalui dua cara yaitu mewujudkan manfaat

(Pemenuhan kebutuhan manusia) dapat dicapai melalui kebaikan dan kesenangan

manusia yang disebut dengan jalb al manafi, dan menghindari kerusakan atau

madarat. Sedangkan puncak yang ingin dicapai Abraham Harold Maslow yang

21

Rohiman Notowidagdo, Pengantar Kesejahteraan Sosial (Jakarta : Amzah, Cetakan

pertama, 2016), 47. 22

Rohiman Notowidagdo, Pengantar Kesejahteraan Sosial, 48. 23

Nur Kholis, ―Kesejahteraan Sosial di Indonesia Perspektif Ekonomi Islam,‖ Jurnal

Akademika (Juli 2015), 245–46. 24

Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Gramata Publishing, 2005), 165.

Page 21: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

8

biasa dikenal dengan Maslow dalam hierarki kebutuhannya adalah akualisasi diri

yang lebih mengarah pada konsep individualistic-materialistik.25

Kepuasan relatif akan mendorongnya ke bawah dan memungkinkan

seperangkat kebutuhan yang lebih tinggi berikutnya dalam hirarki muncul di

permukaan, medominasi, dan mengatur kepribadiannya, sehingga misalnya tidak

tergoda rasa lapar melainkan keselamatan. Asas ini sama bagi perangkat-

perangkat kebutuhan lainnya dalam hirarki ini, yakni cinta, harga diri, dan

perwujudan diri.26

Dalam meningkatkan kesejahteraan sosial, Imam Al-Ghazali

mengelompokkan dan mengidentifikasikan semua masalah baik yang berupa

masalih (utilitas, manfaat) maupun mafasid (disutilitas, kerusakan) dalam

meningkatkan kesejahteraan sosial. Selanjutnya ia mendefinisikan fungsi sosial

dalam kerangka hierarki kebutuhan individu dan sosial.27

Menurut Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Ahmad at-Tusi asy-

Syafii al-Ghazali28 yang sering disebut dengan Al-Ghazali, maslahah yang

dimaksud adalah meningkatkan kesejahteraan seluruh manusia, yang terletak pada

perlindungan keimanan (hifz ad-din) mereka, jiwa (an-nafs), akal (al-aql),

keturunan (an-Nasl), dan kekayaan (an-mal) mereka. Apapun yang menjamin

perlindungan kelima ini akan menjamin kepentingan public dan merupakan hal

yang diinginkan, begitu juga sebaliknya.29

Al-Ghazali mengatakan bahwa aspek ekonomi dari fungsi kesejahteraan

sosialnya dalam sebuah kerangka hierarki utilitas individu sosial yang meliputi :

kebutuhan (daruriat); kesenangan atau kenyamanan (hajaat); serta kemewahan

(tahsinaat). Kunci pemeliharaan dari kelima tujuan dasar ini terletak pada

penyediaan yakni: kelompok pertama, yaitu kebutuhan seperti makanan, pakaian

25

Siti Muazaroh dan Sibaidi, ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Maslow

(tinjauan maqasid)‖ Volume 7, Nomer 1 (Juni 2019), 27. 26

Abraham Harold Maslow penerjemah Nurul Iman, Motivasi Dan Kepribadian (PT.

Pustaka Binaman Pressindo, 1984.), 67. 27

Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2015), 88. 28

Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Gramata Publishing, 2005), 163. 29

Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 165.

Page 22: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

9

serta perumahan. Namun, Al-Ghazali menyadari bahwa kebutuhan-kebutuhan

dasar ini cenderung fleksibel mengikuti waktu, tempat dan dapat mencakup

bahkan kebutuhan-kebutuhan sosiopsikologis. Kelompok kebutuhan kedua terdiri

dari semua kegiatan dan hal-hal yang tidak vital bagi lima pondasi tersebut, tetapi

dibutuhkan untuk menghilangkan rintangan dan kesulitan dalam hidup. Kelompok

ketiga mencakup kegiatan atau hal-hal yang lebih jauh dari sekedar kenyamanan

saja namun meliputi hal-hal yang melengkapi, menerangi serta menghiasi hidup.30

Menurut Al-Ghazali, bahwa seluruh tujuan dari Islam ialah untuk

mewujudkan kesejahteraan orang-orang yang berada di dalam perlindungan iman

mereka, hidup, intelektual, anak cucu, dan hak milik. Ibnu Qayyim menekankan

bahwa dasar Islam adalah kebijakan dan kesejahteraan dari orang-orang di dalam

dunia maupun di akhirat. Kesejahteraan ini terletak pada keadilan, kemurahan

hati, kebijakan semua meninggalkan keadilan pada tekanan, dari kemurahan hati

kepada kekerassan, dari kesejahteraan kepada kesengsaraan, dan juga dari

kebijakan kepada kebodohan, berarti menjauhi Islam.31

Dengan adanya konsep kesejahteraan yang diartikan berbeda-beda baik dari

orang maupun negara, serta pandangan maupun pemikiran, maka dari dasar

pemikiran ini penulis tertarik untuk mengulas tentang kesejahteraan, yang

dikomparasikan antara pemikiran barat yaitu Maslow dengan pemikiran islam

yaitu Al-Ghazali. Peneliti termotivasi untuk mengkaji dengan judul “Analisis

perbandingan pemikiran Abraham H. Maslow dan Al-Ghazali tentang

Konsep Kesejahteraan dan relevansinya di Indonesia ”.

B. Batasan Masalah

Penulis memberikan batasan masalah agar penulisan ini lebih terarah. Maka

dari itu, penulis akan memfokuskan pada lingkup pembahasan, yaitu masalah

bagaimana pemikiran Abraham H. Maslow dan Al-Ghazali tentang kesejahteraan

dan relevansinya di Indonesia.

30

Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2015), 88. 31

Veithzzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Economics (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2013), 118.

Page 23: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

10

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep kesejahteraan menurut Abraham H. Maslow?

2. Bagaimana konsepkesejahteraan menurut Al-Ghazali?

3. Bagaimana persamaan dan perbedaan konsep kesejahteraan menurut

Abraham H. Maslow dan Al-Ghazali?

4. Bagaimana relevansinya dalam konteks kesejahteraan di Indonesia?

D. Tujuan Penelitian

Untuk mendiskripsikan, menganalisa dan menguji secara empiris tentang

perbandingan dari konsep kesejahteraan menurut pemikiran Abraham H. Maslow

dan Al-Ghazali.

Adapun manfaat penelitian dapat ditinjau dari 2 aspek:

1. Secara teoritis yaitu:

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengembangkan

khaznah ilmu pengetahuan dalam dunia ekonomi khususnya konsep

kesejahteraan menurut pemikiran Maslow dan Al-Ghazali.

2. Secara praktis yaitu:

a. Bagi mahasiswa diharapkan bisa mengetahui konsep kesejahteraan

menurut pemikiran Abraham H. Maslow dan Al-Ghazali.

b. Bagi masyarakat dapat dijadikan rujukan dalam memahami makna

kesejahteraan secara mendalam yang bermanfaat secara langsung.

E. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini harapannya adalah:

1. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan kemajuan khazanaah ilmu pengetahuan khususnya ilmu

tentang kesejahteraan.

2. Diharapkan penelitian ini dapat di jadikan sebagai suatu tambahn referensi

untuk kemudian bisa dikembangkan oleh peneliti selanjutnya, khususnya

yang intens meneliti tentang kesejahteraan.

Page 24: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

11

F. Metode Penelitian

Untuk terwujudnya kerangka ilmiah yang terarah dan baik, maka tidak

terlepas dari perencanaan yang matang, yaitu:

1. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan

kepustakaan, yang merupakan jenis penelitian kualitatif. Dalam penelitian

ini, peneliti mengadakan pengkajian teori Abraham Harold Maslow dan

Al-Ghazali tentang kesejahteraan serta tulisan yang dapat mendukung

penelitiani ini.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini ialah pemikiran Abraham Harold Maslow dan

Pemikiran Al-Ghazali, sedangkan objek dalam penelitian ini yaitu tentang

Kesejahteraan.

3. Sumber dan Bahan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library rescearh), maka

bahan digunakan berasal dari literature yang ada di perpustakan, yang

dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

a. Bahan Primer, yaitu sumber bahan pokok yang menjadi acuan dalam

penelitian ini, diantaranya: Motivasi dan kepribadian, karya Abraham

H. Maslow yang telah diterbitkan kedalam bahasa Indonesia secara

gotong royong oleh PT. Pustaka Binaman Pressindo, Anggota IKAPI,

dengan lembaga penndidikan manajemen (LPPM), tahun 1984;

Ekonomi Mikro Islami, karya Ir. Adiwarman A. Karim, S.E, M.B.A.,

M.A.E.P, tahun 2015; Islamic Ecoomics, karya Prof. Dr. H. Veithzal

Rivai dan Ir. H. Andi Buchari, M,M, tahun 2013.

b. Bahan Sekunder, yaitu bahan penunjang yang berkaitan dengan

permasalahan, diataranya: Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Karya

DR. Euis Amalia, M,Ag, tahun 2005; Prinsip Dasar Ekonomi Islam

prespektif Maqashid Al-Syariah, karya Dr. Ika Yunia Fauzia, Lc.,

M.E.I dan Dr. Abdul Kadir Riyadi, Lc., M.S.Sc, tahun 2014.

c. Bahan Tersier, ialah bahan penunjang seperti Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Ensiklopedia Islam, Kamus Ekonomi.

Page 25: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

12

4. Metode Analisis Data

Setelah data tersebut terkumpul dan diklasifikasi sesuai dengan masalah

yang dibahas, penulis menganalisa data yang ada. Dalam membahas dan

menganalisa data tersebut, penulis menggunakan suatu metode deskriptif

kualitatif komparatif yaitu dengan cara content analysis (analisis isi)

tentang pendapat Abraham H. Maslow dan Al-Ghazali mengenai

kesejahteraan serta relevansinya di Indonesia.

G. Studi Relevan

No Nama

Penulis

Judul Metode

Penelitian

Persamaan Perbedaan

1. Rahmat

llyas

Etika

Konsumsi dan

Kesejahteraan

dalam

Prespektif

Ekonomi

Islam.32

Studi

Pustaka

Penelitian ini

membahas

kesejahteraan

dalam

ekonomi

Islam.

Fokus

penelitian ini

ialah prilaku

ekonomi serta

kepuasan

konsumen.

2. Nur

Kholis

Kesejahteraan

Sosial di

Indonesia

Perspektif

Ekonomi

Islam.33

Studi

Pustaka

Penelitian ini

membahas

tentang

kesejahteraan

di Indonesia,

aplikasi

kesejahteraan

sosial di

Indonesia

perspektif

Islam.

Fokus

penelitian ini

pada

mewujudkan

konsep

kesejahteraaan

sosial.

3. Siti

Muazaroh,

Subaidi

Kebutuhan

Manusia dalam

Pemikiran

Abraham

Maslow

(tinjauan

maqasid

syariah).34

Studi

Pustaka

Penelitian ini

tinjauan

maqasid

syariah

terhadap

pemikiran

Maslow:

komparasi

terhadap

pemikiran Al-

Fokus

penelitian ini

ialah Maslow

dan Al-

Ghazali

menekankan

pada

kebutuhan

manusia.

32

Ilyas, ―Etika Konsumsi dan Kesejahteraan dalam Perspektif Ekonomi Islam,‖ Vol. 1

No. 1 (2016) 33

Nur Kholis, ―Kesejahteraan Sosial di Indonesia Perspektif Ekonomi Islam,‖ Jurnal

Akademika (Juli 2015). 34

Siti Muazaroh, ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Maslow (tinjauan

Maqasid Syariah)‖ Volume 7, Nomor 1 (Juni 2019).

Page 26: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

13

Ghazali.

4. P.

Pardomuan

Siregar

Pertumbuhan

Ekonomi dan

Kesejahteraan

dalam

Perspektif

Islam.35

Studi

Pustaka

Penelitian ini

membahas

tentang

Kesejahteraan

menurut

ekonomi

islam.

Fokus

penelitian ini

ialah pada

pertumbuhan

ekonomi

sebagai

peningkatan

dalam

kapasitas

suatu bangsa

jangka

panjang untuk

memproduksi

aneka barang

dan jasa bagi

rakyatnya.

5. Oman

Sukmana

Konsep dan

Desain Negara

Kesejahteraan.36

Studi

Pustaka

Penelitian ini

membahas

konsep

negara

kesejahteraan

yang

berhubungan

dengan

negara

Indonesia.

Fokus

penelitian ini

yaitu

landasan

filosofis

politik negara

kesejahteraan.

6. Winda

Roselina

Effendi

Konsep

Wellfare State

di Indonesia.37

Studi

Pustaka

Penelitian ini

membahas

tentang

konsep

Walfare

State di

Indonesia.

Fokus

penelitian ini

adalah

Hubungan

partai politik

dan Walfare

State dalam

negara

Pancasila.

35

Siregar P. Pardomuan, ―Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan dalam Perspektif

Islam‖ Jurnal Bisnis Net, Vol. 1 No. 1 (Januari 2018). 36

Oman Sukmana, ―Konsep Dan Desain Negara Kesejahteraan (Welfare State)‖ Jurnal

Sospol, Vol. 2 No.1 (Juli 2016). 37

Roselina Effendi Winda, ―Konsep Wellfare State di Indonesia‖ Trias Politika, Vol

1 . No.1 April 2017)

Page 27: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

14

7. Ulil Amri Konsep

Kesejahteraan

dalam Teori

Ekonomi Barat

dan Islam

(Analisis

Perbandingan

Pendapat

Maslow dan

Al-Ghazali.38

Studi

Pustaka

Penelitian ini

membahas

tentang

konsep

kesejahteraan

dalam teori

ekonomi

barat dan

ekonomi

islam.

Fokus

penelitian ini

adalah kepada

konsep

kesejahteraan

perbandingan

Maslow dan

Al-Ghazali.

H. Sistematika Penulisan

Agar mempermudah dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyusun

menggunakan sistematika yang terdiri dari sebagai berikut :

Bab I : Berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penelitian dan sistematika penelitian.

Bab II : Berisi tentang biografi Abraham H. Maslow dan Al-Ghazali

Bab III : Berisi tentang tinjauan umum tentang kesejahteraan, pengertian

kesejahteraan, relevansinya dalam konteks kesejahteraan di Indonesia.

Bab IV : Berisikan tentang pemikiran Abraham H. Maslow dan Al-

Ghazali mengenai kesejahteraan dan relevansinya di Indonesia.

Bab V : Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran-

saran.

38

Ulil Amri, Thesis, ―Konsep Kesejahteraan dalam Teori Ekonomi Barat dan Islam

(Analisis Perbandingan Pendapat Maslow dan Al-Ghazali,‖ UIN Raden Fatah Palembang, 2010.

Page 28: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

15

BAB II

BIOGRAFI TOKOH

A. Abraham Harold Maslow

1. Riwayat Hidup

a. Kelahiran

Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyin, New York pada

tanggal 1 April 1908,39 dan meninggal pada tahun 197040 karena penyakit

jantung yang dideritanya.41 Ia dikenal sebagai bapak psikologi humanism.

Orang tuanya adalah imigran Yahudi Rusia yang pindah ke Amerika

Serikat dengan Harapan memperoleh kehidupan yang lebih baik.42 Ia

merupakan satu-satunya anak laki-laki Yahudi di sebuah perkampungan

non-Yahudi di pinggiran kota Brooklyn. 43

Orang tuanya adalah imigran Yahudi Rusia yang pindah ke Amerika

Serikat dengan harapan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Maslow

adalah anak pertama dari tujuh bersaudara dari pasangan Samuel Maslow

dan Rose Schilosky Maslow. Ia didorong kuat agar mencapai

keberhasilan dalam pendidikan oleh orang tuanya. Hal ini menjadikan

Maslow kesepian dan menderita di masa kanak-kanak dan remajanya.

Tentang perlakuan orang tua berikut akibatnya itu Maslow menulis ―Jika

mengingat masa kanak-kanak saya, cukup mengherankan bahwa saya

tidak menjadi psikotik‖.44 Ia sendiri menyatakan bahwa rasanya seperti

menjadi seorang Negro pertama yang berada di sekolah yang seluruh

muridnya adalah anak-anak kulit putih. Jika diingat bahwa dewasa ini

Maslow merupakan salah seorang dari antara orang-orang paling popular

di bidangnya. Ia jarang menjadi sasaran kecaman yang dilontarkan oleh

39

Asna Yuliana, ―Teori Abraham Maslow dalam Analisa Kebutuhan Pemustaka‖ Vol.

6, No. 2 (Desember 2018), 353–54. 40

Asna Yuliana, ―Teori Abraham Maslow dalam Analisa Kebutuhan Pemustaka‖, 351. 41

Aam Amalia, ―Aplikasi Teori Kebutuhan Maslow dalam Pembelajaran Bahasa Arab

(Implementasi Pendekatan Humanistik)‖ Majalah Ilmiah Laboratorium Pendidikan Vol. 4, No.2

(Desember 2019), 32. 42

Yuliana, ―Teori Abraham Maslow dalam Analisa Kebutuhan Pemustaka‖, 353–54. 43

Frank G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow

(yogyakarta: Kanisus, 1987), 28. 44

Asna Yuliana, ―Teori Abraham Maslow dalam Analisa Kebutuhan Pemustaka‖, 354.

Page 29: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

16

16

psikologi-psikologi lain yang tidak sepaham, maka sulit rasnaya

mempercayainya tatkala ia menyatakan, ―Dulu saya terpencil dan tidak

bahagia . Saya tumbuh di ruang-ruang perpustakaan di antara buku-buku

hampir tanpa teman‖.45

Ia menikah pada usia muda, yaitu ketika ia berumur dua puluh

sedangkan istrinya sembilan belas tahun. ―Hidup baru benar-benar mulai

bagi saya sesudah saya menikah dan melanjutkan belajar Wisconsin‖,

katanya. ―Saya berjumpa dengan J.B. Watson, dan segera jatuh hati pada

Behaviorisme. Peristiwa itu benar-benar merupakan ledakan kegembiraan

bagi saya.46

Kehadiran anak pertama Abraham H. Maslow mendapatkan suatu

penemuan penting. ―Anak kami yang pertama telah mengubah diri saya

sebagai seorang psikolog‖, tulisnya. ―Pengalaman itu telah membuat

behaviorisme yang selama ini saya gandrungi tampak begitu bodoh

sehingga menjadikan saya muak tidak masuk akal‖. ―Saya pandangi

makhluk mungil penuh misteri ini‖, begitu ia bertutur pada Mery

Harrington Hall dalam sebuah wawancara untuk majalah Psychology

Today, ―dan saya merasa begitu bodoh. Saya terkesima oleh misteri itu

dan oleh sejenis perasaan tak terkendali. Saya ingin menegaskan bahwa

seoarang yang mempunyai sendiri anak tidak mungkin menjadi seorang

Behavioris‖.

b. Latar Belakang Pendidikan

Setelah menyelesaikan sekolah menengah, Maslow belajar hukum di

City Colloge of New York (CCNY), 47

demi menuruti keinginan orang

tuanya.48 Setalah kuliah tiga semester, pada tahun 1927 dia pindah ke

Cornell dan kemudian balik lagi ke New York. Setelah menyelesaikan

studi psikologi. Pada tahun 1928, dia nikah dengan sepupunya Bertha

Goodman yang masih sekolah di sekolah menengah pada saat itu. Dia

45

G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta:

Kanisus, 1987), 28. 46

G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, 29–30. 47

Masbur, ―Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Perspektif Abraham Maslow (1908-

1970)‖ Jurnal Ilmiah Edukasi, Vol 1, No 1 (Juni 2015), 36. 48

Asna Yuliana, ―Teori Abraham Maslow dalam Analisa Kebutuhan Pemustaka‖ Vol.

6, No. 2 (Desember 2018), 354.

Page 30: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

17

bersama Bertha menghabiskan waktu bekerja dengan Harry Maslow untuk

penelitian yang sangat terkenal tentang monyet.49

Ketika remaja Maslow ia mulai mengagumi karya-karya para filosof

seperti Alfred Nirth Whitehead, Henri Bergson, Thomas Jefferson,

Abraham Lincoln, Plato dan Spinoza. Pertemuan dengan karya William

Graham Summer yang berjudul Folkways dilukiskannya sebagai ―Gunung

Everest dalam hidup saya‖.

Namun rupanya tidak seluruh tahun-tahun pertama kehidupannya

dihabiskannya untuk menyendiri belajar, sebab ternyata ia memiliki juga

pengalaman di dunia prakris. (tak dapat disangsikan lagi, pengalaman ini

menajadi sebagian ssumber bagi saran-saran praktisnya sesudah Maslow

tumbuh matang). Ia mulai bekerja pada usia dini, sebagai pengantar koran.

Banyak liburan musim panasnya dihabiskannya untuk bekerja pada

perusahaan milik keluarga, yang kebetulan masih terus dikelola oleh

saudara-saudaranya hingga sekarang. Usaha itu kini berupa perusahaan

pembuat drum yang besar dan sukses, yakin Universal Containers, Inc.50

Pada tahun tiga puluh keluarga Maslow kembali ke New York, dan ia

menjadi professor psikologi di Brooklyn College. Saat itu New York City

merupakan tempat istimewa. Maslow sendiri menyebutnya pusat dunia

psikologi. Di sana pula ia memperoleh pengalaman belajar yang paling

mengesankan dalam hidupnya. ―Saya belum pernah bertemu muka dengan

Freud ataupun Jung‖, tulisnya, ―tetapi saya sering bertemu dengan Adler

di kediamannya, tempat ia menyelenggarakan seminar-seminar Jumat

malam, dan saya banyak bertukar pikiran dengannya. Saya pun selalu

mencari-cari banyak dari antara tokoh-tokoh lainnya, nama-nama masyhur

sepert Erich Fromm, Karen Horney, Ruth Benedict, Max Wetherimer dan

sejenisnya. Saya pikir saya harus jujur mengatakan bahwa saya telah

menemukan guru-guru terbaik, resmi maupun tidak resmi, pada setiap

tokoh yang perrnah ada, semata-mata karena secara kebetulan saya berada

49

Masbur, ―Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Perspektif Abraham Maslow (1908-

1970)‖ Jurnal Ilmiah Edukasi, Vol 1, No 1 (Juni 2015), 36. 50

G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta:

Kanisus, 1987), 28–29.

Page 31: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

18

di New York City saat para cendekiawan terbaik Eropa hijrah untuk

menjauhkan diri dari Hitler. Pada masa itu New York City benar-benar

fantastik. Setelah Atena tiada satu kota lain mampu menandinginya‖.51

2. Karya Abraham Harold Maslow

Abraham H. Maslow adalah seorang psikolog Amerika Serikat terkemuka.

Dia telah banyak membuat karya berbentuk buku maupun jurnal,

diantaranya :52

a. Maslow, Eupsychian Managemen: A Journal, Homeewood, III : Irwin

Dorsey, 1965

b. Maslow, The Psychology of Science: A Rreconnaissance, New York:

Harpper & Row, 1966

c. Maslow, Religions, Values and Peak Experiences, Colombus, Ohio:

Ohio State University Press, 1964

d. Maslow, The SS-1 Tes: A measure of Psychological Security

insecurity, Palo Alto, Calif: Consulting Psychologists Press, 195253

e. Maslow, Toward a Psychology of Being, 2nd ed., New York: van

Nostrand Reinhold, 1968

f. Maslow, and Mittelman, B., Principles of Abnormal Psychology, rev.

edd., New York: Harper & Row, 1959

g. Maslow, Comments on Prof. McCJones, M.R. (e.d), Nebraska

Symposium on Motivation, 1955, Lincoln, Neb.: University of Neraska

Press, 1955

h. Maslow, Criteria For judging needs to be instinctoid, in Jones M.R.

(ed.), Human Motivation: A symposium, Lincoln, Neb Univ. Of

Nebraska Press. 1965

i. Maslow, A Philosophy of Psychology, in Fairchild, J. (ed.), Persona;

Problems and Psychological Frontiers, New York: Sheridan, 1957

51

G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta:

Kanisus, 1987), 29–30. 52

Sendg Sejati, Skripsi, ―Hirarki Kebutuhan Menurut Abraham Maslow dan

Relevansinya dengan Kebutuhan Anak Usia Dini dalam Penddidikan Islam,‖ (Benngkulu : IAIN

Bengkulu, 2018), 67. 53

Sendg Sejati, Skripsi, ―Hirarki Kebutuhan Menurut Abraham Maslow dan

Relevansinya dengan Kebutuhan Anak Usia Dini dalam Penddidikan Islam‖, 68.

Page 32: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

19

j. Maslow , Power felatonships and patterns of personal development, in

kornhauser, A. (ed.), problem of Power in American Democracy,

Destroit: Waine University press, 1957

k. Maslow, and Diaz-Guerrero, R., Juvenile delinquency as a value

disturbance, in Peatman. J., and Hartley, E. (eds), Fetschrift for

Gardner Murphy, New York: Harper & Row, 1960

l. Maslow, Appetites and hunger in animal Motivation, J. Comp.

Psychol., 1935

m. Maslow, The authoritarian character structure, J. social Psycholo.,

1943

n. Maslow, The Dominance drive as a determiner of the social and

sexual behavior of indra-human primates, I-IV, J. genet. Psychol.,

1936

o. Maslow, Dominance-feeling, personality and socio behavior in

women, J. social Psychol., 1939

p. Maslow, Dominance-Quality and socio behavior in infrahuman

primates, J., Soc. Psychol., 1940

q. Maslow, Emotional blocks to creativity, J. Individ. Psychol., 1958

r. Maslow, The farther reaches of human nature, J. transpers. Psychol,

1969

B. Al-Ghazali

1. Riwayat Hidup

a. Kelahiran

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Ahmad ath-Thusi asy-

Syafii Al-Ghazali, lebih terkenal dengan sebutan Imam Al-Ghazali atau

Hujjah al-Islam. Beliau dilahirkan pada tanggal 14 Jumaidil Akhir 450 H /

18 Desember 1058 M di Thus yang pada waktu itu termasuk ke dalam

wilayah Khurasan, Persia atau Iran pada saat ini.54

Al-Ghazali lahir pada 1058 M di kota kecil Khorasan bernama Thusi.

Karena ayahnya penjual benang, ia diberi nama panggilan Ghazali, yang

dalam bahasa Arab berarti ―pembuat benang‖. Abu Hamida Al-Ghazali

54

Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Gramata Publishing, 2005), 163.

Page 33: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

20

terkenal di Barat sebagai al-Gazel, merupakan salah satu pemikir besar

Islam.55

Orang tuanya bekerja sebagai pemintal wol yang dalam bahasa Arab

disebut ghazzal. Adapun penisbahan sebutan nama Al-Ghazali terdapat

dua pendapat yakni Al-Ghazali dengan memakai satu z dinisbahkan

kepada tempat kelahirannya, sedangkan Al-Ghazali dengan dua z,

dinisbahkan dengan pekerjaan orang tuanya sebagai pemintal wol. Nama

Muhammad pertama, adalah nama Imam Al-Ghazali sendiri, sedangkan

nama Muhammad berikutnya adalah nama ayahnya, kemudian nama

kakeknya Ahmad.56

Al-Ghazali hidup dari keluarga yang taat beragama dan bersahaja, dari

keluarga itulah Al-Ghazali mulai belajar Al-Qur‘an. Ayah Al-Ghazali

adalah seorang muslim yang salih, sekalipun ia termasuk orang yang tidak

kaya, namun ia tekun mengikuti majelis para ulama dan suka terhadap

ilmu, selalu berdoa agar putranya menjadi seorang ulama yang pandai dan

suka memberi nasihat.57 Ayahnya dan lingkungan sosial masa kecil Al-

Ghazali dekat dengan kehidupan sufisme dan memiliki sahabat karib

seorang sufi. Ia meninggal pada saat Al-Ghazali masih kecil. Sebelum

wafat, ayah Al-Ghazali menitipkan Al-Ghazali bersama adiknya pada

sahabat karibnya tersebut untuk diurus dan di didik dengan baik, dengan

dibekali sejumlah harta peninggalan ayahnya.58

Setelah dititipkan pada sahabat karib ayahnya, Al-Ghazali dan adiknya

di didik dengan baik. Setelah harta titipan ayah Al-Ghazali habis, ahli sufi

tersebut menyarankan agar Al-Ghazali dan adiknya tetap melanjutkan

belajar di madrasah yang di dirikan oleh perdana Menteri Nizam al-Mulk,

55

Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2010), 218. 56

Abdul Syukur dan Masyaruddin, Intelektialisme Tasawuf (Semarang, 2002), 126. 57

Abdul Kholik, dkk, Pemikiran Pendidikan Islam (Semarang: Pustaka Pelajar, 1999),

1. 58

Victor Said Basil, Al-Ghazali Mencari Ma‟rifah, terjemahan Ahmadie Thaha (Jakarta:

Pustaka Panjimas, 1990), 7.

Page 34: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

21

sehingga dapat pula memenuhi kebutuhan hidupnya dan tersedia asrama

untuk mereka.59

Dengan mendapatkan khusnul khatimah, Al-Ghazali meninggal dunia

pada hari senin 14 Jumaidil Akhir tahun 505 H (1111 M) di Thusia,

jenazahnya dikebumikan di makam Ath-Thabiran, berdekatkan dengan

makam Al-Firdausi, seorang ahli sya‘ir. Sebelum meninggal Al-Ghazali

pernah mengucapkan kata-kata yang diucapkan pula oleh Francis Bacon

seorang filosof Inggris, yaitu ―kuletakkan arwahku dihadapan Allah dan

tanamkanlah jasadku dilipat bumi yang sunyi senyap. Namaku akan

bangkit kembali menjadi sebutan dan buah bibir ummat manusia masa

depan.60

b. Latar Belakang Pendidikan

Sepeninggal Ayahnya, beliau mengahabiskan masa kecilnya dalam

bimbingan sufi, yaitu ar-Radzakani yang masih termasuk teman Ayahnya

hingga sang sufi menganjurkan beliau untuk menuntut ilmu kepada guru-

guru yang lain. 61Al-Ghazali kecil mula-mula belajar berbagai keilmuan di

Thusi pada Syekh Ahmad bin Muhammad Al-Razakani (orang tua asuh

Al-Ghazali), kemudian ia berpindah ke Jurjan untuk menimbah ilmu pada

Imam Abi Nasar Al-Ismail. Setelah mempelajari berbagai ilmu pada Imam

Dhiya al-Din al-Juwaini (yang terkenal dengan sebutana Imam Al-

Haramain) Direktur Madrasah al-Nidzamiyah ketika itu.62

Selanjutnya, beliau meneruskan pencarian ilmunya di an-Nizhamiyyah

sebuah Madrasah yang salah satu pengajaraya adalah ulama besar pada

masa itu yaitu Imam al-haramain Diauddin al-Juwaini yang selanjutnya

menjadi guru beliau dalam bidang ilmu kalam dan mantik. Di Madrasah

ini, beliau banyak mempelajari berbagai macam disiplin ilmu yang belum

59

Zukarni Jahja, Teologi Al-Ghazali, Pendekatan Metodologi (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2009), 69. 60

Ismail Yakub, Ihya‟ Al-Ghazali (Semarang: CV. Faizan), 25. 61

Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Gramata Publishing, 2005), 163–64. 62

Ahmad Atabik, ―Telaah Pemikiran Al-Ghazali Tentang Filsafat‖ Vol. 2, No.1 (Juni

2014), 22.

Page 35: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

22

pernah didapati sebelumnya, seperti teologi, hukum Islam, filsafat, logika,

taSawuf dan ilmu kalam.63

Setelah ditinggalkan oleh Imam al-Juwaini, beliau berangkat menuju

Askar untuk menemui perdana menteri Nidzam al-Mulk. Di Askar inilah

kecemerlangan Al-Ghazali mulai Nampak dan perdana menteripun tertarik

karenanya. Hal ini mengakibatkan perdana menteri menunjuknya untuk

mengajar di an-Nizhamiyyah yang telah banyak menghasilkan orang-

orang bessar pada tahun 484H/1092M.

Pada tahun yang sama pula beliau diangkat menjadi guru besar di an-

Nishamiyyah. Selama beliau mengajar di madrasah tersebut, beliau dengan

tekun menyampaikan berbagai macam mata kuliah sambil mempelajari

dan mendalami filsafat Yunani seperti yang terdapat dalam pemikiran al-

Farabi, Ibn SIna, Ibn Miskawaih, dan Ikhwan asy-Syafa secara otodidak.

Sekitar empat tahun mengajar di Madrasah an-Nishamiyyah,

kegelisahan pun melanda beliau. Muncul keraguan dalam diri Al-Ghazali

mengenai ilmu-ilmu yang selama ini dipelajari dan diajarkannya, bukan

hanya terhadap ilmu yang diperoleh atau diajarkan bahkan terhadap karya-

karya yang telah dihasilkannya pun beliau meragukakn kebenarannya.

Al-Ghazali pun tidak dapat melanjutkan tugasnya mengajar di

Madrasah an-Nizhamiyyah kemudian ia memutuskan untuk meninggalkan

jabatannya sebagai pengajar di Madrasah an-Nizhamiyyah dan

memutuskan untuk menemukan kebenaran sejati dengan cara melakukan

perjalanan dari satu daerah ke daerah lainnya.

Daerah pertama yang dikunjunginya adalah Damaskus, beliau

menghabiskan waktunya dengan melakukan berbagai macam kegiatan

yang memungkinkan baginya untuk menyucikan jiwa, seperti uzlah,

riyadhah dan mujahadah sebagai pengamalan dari ilmu-ilmu taSawuf

yang telah diperolehnya. Setelah dua tahun berada di Damaskus, beliau

melanjurkan perjalanannya menuju Bait al-Maqdis di Palestina untuk

tujuan yang sama, yaitu mencari kebenarannya sejati. Perjalanan

dilanjutkan menuju Makkah al-Mukarramah untuk melaksanakan ibadah

63

Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Gramata Publishing, 2005), 163–64.

Page 36: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

23

haji dan ziarah ke makam Rasulullah Saw. setelah melakukan itu semua

Al-Ghazali memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya Thus,

namun di Thus pun beliau tetap melakukan hal yang sama seperti apa yang

dilakukan sebelumnya.64

Sebagai hasil dari perjalanan intelektual dan perkembangan spiritual

mencari haikat kebenaran, mengkritisi beragam aliran, dan upayah

menegakkan kebenaran syariat, telah membuahkan banyak karya dan

tulisan yang mencerahkan, khususnya kitab paling monumental, kitab Ihya

Ulum Ad-Din. Kitab ini merupakan karya terbesar Al-Ghazali, menjadi

panduan menyelesaikan pertentangan antara ilmu syari‘at dan ilmu

hakikat, antara kehidupan lahir dan batin dan pertemuan antara rasio

dengan tasawuf yang dikenal dalam Islam saat ini.65

Akhirnya pada hari Senin, 14 Jumadil Akhir 505H/1111M beliau

menghadap sang pencipta pada usia 55 tahun. Walaupun beliau telah tiada,

namun nama besarnya tetap teringat dalam hati sanubari kaum muslim.66

2. Karya Al-Ghazali

Al-Ghazali merupakan sosok ilmuan dan penulis yang sangat produktif.

Berbagai tulisannya telah banyak menarik perhatian dunia, baik dari kalangan

Muslim maupun non-Muslim. Para pemikir barat abad pertengahan, seperti

Raymond Martin. Para pemikir barat pasca, diisukan banyak dipengaruhi oleh

pemikiran Al-Ghazali. Pasca periode sang Hujjatullah ini, berbagai hasil

karyanya yang telah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa latin,

seperti Spanyol, Yahudi, Perancis, Jerman, dan Inggris, dijadikan referensi

oleh kurang lebih 44 pemikir barat.67

Sebagai seorang yang bergelar mujaddid, tentu saja keilmuan Imam Al-

Ghazali tidak bisa dipandang sebelah mata. Banyaknya kritik yang

ditunjukkan pada beliau tidak mengurangu keutamaan yang ada pada diri

64

Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Gramata Publishing, 2005), 164. 65

Amaran As, Pengantar Studi Tasawuf (Jakarta: Grafindo Persada, 1994), 324–25. 66

Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 165. 67

Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2010), 219.

Page 37: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

24

Imam Al-Ghazali. Karya-karya beliau hampir menjadi bintang dalam setiap

cabang ilmu yang ditulisnya.68

Beliau berhasil menularkan banyak karya tulis dalam berbagai fan ilmu.69

a. Fiqih

Menarik untuk dikaji bahwa di negeri kita, Al-Ghazali lebih dikenal

sebagai ahli tasawuf ketimbang ahli fiqih. Padahal sesungguhnya

beliau sebelum menjadi ahli tasawuf, sudah menjadi ulama dalam

bidang ilmu fiqih terlebih dahulu. Setidaknya di bidang fiqh beliau

menulis kitab dan ditambah satu lagi sehingga menjadi empat kitab

yaitu:

1) al-Wasit

2) al-Basit

3) al-Wajiz

4) al-Khulashah

b. Ushul Fiqih

Selain dalam fiqih, ternyata Al-Ghazali juga ulama ahli ilmu ushul

fiqih, yang tercatat beliau menulis tiga kitab penting dalam ilmu ushul

fiqih yaitu :

1) Al-Mankhul

2) Al-Mustashfa

3) Syifa al-Alil

c. Ushuluddin70

Di cabang ushuluddin ada karya beliau juga yaitu :

1) Qowaiduk Aqoid

2) al-Munqidd minad-Dholal

3) al-Iqtishod fi al-I‘tiqod

4) Iljamul Awam an Ilmi Kalam

5) Al-Maqashud al-Asna fi Syarh al-Asma al-Husna

d. Filsafat71

68

Wildan Jauhari, Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali (Jakarta Selatan: Rumah Fiqih

Publishing, 2018), 14. 69

Wildan Jauhari, Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali, 14–15. 70

Wildan Jauhari, Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali, 16.

Page 38: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

25

Dalam filsafat beliau menulis dua buku yaitu:

1) Maqosidul Falasifah

2) Tahafutul Falasifah

e. Tafsir

Dibidang tafsir beliau menulis dua kitab yaitu :

1) al-Waqfu wal Ibtida

2) Yaqutun Ta‟wil fi Tafsir at-Tanzil

f. Akhlaq

Di bidang akhlaq beliau menulis :

1) Ayyuhal Walad

2) Bidayatul Hidayah

3) Kimyaus Sa‘adah

g. Tasawuf72

Di bidang tasawuf beliau menulis :

1) Ihya Ulum ad-Din

2) Minhajul Abidin

h. Ihya Ulum Ad-Din

Dari berbagai karya Imam Al-Ghazali itu, kitab Ihya Ulum ad-Din

lah yang paling besinar diantara bintang gemintang karya-karyanya.

Kitab ini disebut sebagai karya beliau yang paling fenomenal. Masyur

di Timur maupun barat. Dibaca dan dikaji ulang di berbagai

universitas sampai hari ini.

Banyak ulama salaf yang memuji kehebatan ktab ini, diantaranya

Imam an-Nawawi yang menyatakan, ―hampir-hampir kitab Ihya ini

menjadi Al-Quran yang terus dibaca.‖ Imam as-Subkhi berkomentar

tentang Ihya, ―jika seandainya tidak ada satu kita pun yang ditulis oleh

ulama untuk umat manusia selain kitab Ihya, maka itu sudah lebih dari

cukup.‖73

Bahkan, karena lengkapnya pembahasan di dalam kitab Ihya ini

yang tidak hanya mengkaji masalah tasawuf tetapi juga hukum fiqih

71

Wildan Jauhari, Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali, 17. 72

Wildan Jauhari, Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali, 18. 73

Wildan Jauhari, Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali, 18–19.

Page 39: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

26

sampai ada ungkapan yang megatakan, ―jikalau semua kitab fiqih

madzhab asy-Syafi‘i ini lenyap tak tersisa, madzhab ini akan bisa

dibangun kembali lewat kandungan Ihya.‖

C. Pengertian Kesejahteraan menurut Maslow dan Al-Ghazali

1. Pengertian Kesejahteraan menurut Maslow

Istilah kesejahteraan tidak merujuk pada suatu kondisi yang baku dan

tetap. Istilah ini dapat berubah-ubah karena ukuran sejahtera atau tidak

sejahtera kadang-kadang berbeda antara satu ahli dengan ahli lainnya.

Keluarga berpendapatan tinggi dengan segala kebutuhannya tercukupi dapat

disebut sejahtera, akan tetapi di lain pihak keluarga miskin dan segala

kebutuhannya tidak terpenuhi kadang juga dianggap justru lebih sejahtera

karena tidak memiliki masalah yang pelik sebagaimana umumnya keluarga

yang berpendapatan tinggi. Kondisi sejahtera dari seseorang, keluarga,

kelompok atau masyarakat disesuaikan dengan sudut pandang yang dipakai.74

Menurut Maslow, apabila kebutuhan dasar manusia belum terpenuhi maka

seseorang cenderung tidak memikirkan kebutuhan yang lain. Sebaliknya,

mereka yang terpenuhi kebutuhan dasarnya akan cenderung memiliki

keinginan menuju kebutuhan-kebutuhan yang selanjutnya sehingga sampai

pada puncaknya yang tertinggi yaitu aktualisasi diri. Dalam hal ini, tidak

berarti Maslow memandang manusia hanya fokus pada kebutuhan ekonomi

saja. Hierarki kebutuhan Maslow justru menunjukkan bahwa sesuai kodratnya,

pertumbuhan manusia tidak bisa terfokus hanya satu arah saja, tetapi juga

membutuhkan relasi yang baik dengan sesama seperti untuk memenuhi

kebutuhan cinta dan penghargaan diri.75

Kesejahteraan dapat dipandang dalam dua sisi, yakni sisi rumah tangga

konsumen dan sisi yang lain pada sisi rumah tangga produsen. Pada rumah

tangga konsumen tingkat kesejahteraan itu diukur dari tingkat kepuasan

individu dalam memakai atau menghabiskan nilai guna barang (utility).

Sementara itu di sisi produsen, tingkat kepuasan itu diukur dari tingkat

74

Aliyah Farwah, ―Faktor Sosial Terhadap Kesejahteraan Islami Keluarga Muslim di

Kota Surabaya‖ Jurnal Ekonomi dan Bisnis Tahun XXIII, No. A (2013): 155. 75

Muazaroh, ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Maslow (tinjauan

maqasid),‖ Vol. 7, No. 1 (Juni 2019), 29.

Page 40: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

27

keuntungan atau dikenal juga dengan beberapa istilah diantaranya surplus,

benefit, laba yang akan diperoleh produsen pada saat menambah satu input

produksi, atau dikenal dengan istilah marginality.76

2. Pengertian Kesejahteraan menurut Al-Ghazali

Tujuan utama ekonomi Islam adalah merealisasikan tujuan manusia untuk

mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan dunia dan akhirat (falah), serta

kehidupan yang baik, dan terhormat (al-hayah al-tayyibah). Ini merupakan

definisi kesejahteraan dalam pandangan Islam, yang tentu saja berbeda secara

mendasar dengan pengertian kesejahteraan dalam ekonomi konvensional yang

sekuler dan materialistik.77

Imam Al-Ghazali membahas secara rinci tentang sosio ekonomi yang

berakar dari sebuah konsep yang disebut sebagai kesejahteraan sosial Islami,

tema yang menjadi pangkal tolak seluruh karyanya adalah konsep maslahah

(kesejahteraan sosial), atau utilitas (kebaikan bersama) yaitu sebuah konsep

yang mencakup semua aktifitas manusia membuat kaitan erat antara individu

dengan masyarakat lainnya. Al-Ghazali mengungkapkan sebuah konsepnya

yang sampai sekarang masih banyak dirasakan oleh orang yang telah

mendapatkan kesejahteraan dan begitu juga bagi orang yang menginginkan

merasakan kesejahteraan yang di ungkapkan oleh Al-Ghazali dalam bukunya

Ihya ulumuddin. Beliau mengungkapkan kesejahteraan suatu masyarakat

hanya akan tewujud jika memelihara lima tujuan dasar, yaitu agama, jiwa,

akal, harta dan keturunan. Melalui kelima tujuan dasar ini, dia kemudian

membagi tiga tingkatan utilitas individu dan sosial, yakni daruriat

(kebutuhan), hajiat (kesenangan), dan tahsinat (kemewahan).78

Maslahah dalam pandangan Al-Ghazali adalah terjadinya peningkatan

kesejahteraan seluruh manusia, yang terletak pada perllindungan keimanan,

jiwa, keturunan, kekayaan dan akal mereka. Apapun yang menjamin

76

Yulhendri dan Nora Susanti, ―Analisis Konfirmatory Faktor Pengukuran Indikator

Kesejahteraan Rumah Tangga‖ Volume 15, Nomerr 2 (Agustus 2017): 190. 77

Nur Kholis, ―Kesejahteraan Sosial di Indonesia Perspektif Ekonomi Islam,‖

Jurnal Akademika (Juli 2015). 248. 78

Abdul hamid Syahrovi, Skripsi, ―Kesejahteraan Sosial Menurut Fiqh Muamalah,‖

(Riau : UIN Sultan Khasim Riau, 2012), 33.

Page 41: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

28

perlindungan kelima aspek ini akan menjamin kepentingan public dan

merupakan hal yang diinginkan, begitu juga sebaliknya. Seluruh barang dan

jasa yang akan mempertahankan kelima unsur pokok di atas disebut

maslahah bagi manusia. Pengabdian terhadap kelimanya akan menimbulkan

kerusakan dimuka bumi dan kerugian di akhirat kelak.79

D. Macam-Macam Kebutuhan

Istilah kesejahteraan tidak merujuk pada suatu kondisi yang baku dan tetap.

Istilah ini dapat berubah-ubah karena ukuran sejahtera atau tidak sejahtera

kadang-kadang berbeda antara satu ahli dengan ahli lainnya. Keluarga

berpendapatan tinggi dengan segala kebutuhannya tercukupi dapat disebut

sejahtera, akan tetapi di lain pihak keluarga miskin dan segala kebutuhannya tidak

terpenuhi kadang juga dianggap justru lebih sejahtera karena tidak memiliki

masalah yang pelik sebagaimana umumnya keluarga yang berpendapatan tinggi.

Kondisi sejahtera dari seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat disesuaikan

dengan sudut pandang yang dipakai.80

1. Kebutuhan menurut Maslow

Maslow membagi hierarki kebutuhan dalam lima tingkat dasar kebutuhan

yaitu:81

a. Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah yang paling mendasar

dan paling mendominasi kebutuhan manusia. kebutuhan ini lebih

bersifat biologis seperti oksigen, makanan, air dan sebagainya.

Pemikiran Maslow akan kebutuhan fisik ini sangat dipengaruhi oleh

kondisi pasca Perang Dunia II. Saat itu, manusia berada dalam kondisi

yang begitu memilukan. Salah satunya adalah dilandanya kelaparan.

Oleh karena itu, Maslow menganggap kebutuhan fisik adalah yang

utama melebihi apapun.

b. Kebutuhan akan rasa aman (Safety needs)Setelah kebutuhan fisiologis

terpenuhi, manusia akan cenderung mencari rasa aman, bisa berupa

79

Rizal Fahlefi, ―Pemikiran Ekonomi Al-Ghazali‖ Vol. 11, No. 1 (Juni 2012), 25. 80

Farwah, "Faktor Sosial Terhadap Kesejahteraan Islami Keluarga Muslim di Kota

Surabaya‖ Jurnal Ekonomi dan Bisnis Tahun XXIII, No. A (2013), 155. 81

Muazaroh, ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Maslow (tinjauan

maqasid),‖ Vol. 7, No. 1 (Juni 2019), 22–25.

Page 42: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

29

kebutuhan akan perlindungan, kebebasan dari rasa takut, kekacauan

dan sebagainya. Kebutuhan ini bertujuan untuk mengembangkan hidup

manusia supaya menjadi lebih baik.

c. Kebutuhan akan kepemilikan dan cinta (The belongingness and love

Needs)Setelah kebutuhan fisik dan rasa aman terpenuhi, manusia akan

cenderung mencari cinta orang lain supaya bisa dimengerti dan

dipahami oleh orang lain. Jadi, Kebutuhan akan cinta tidak sama

dengan kebutuhan akan seks. Sebaliknya, Maslow menegaskan,

kebutuhan akan seks justru dikategorikan sebagai kebutuhan fisik.

Kebutuhan akan cinta ini menguatkan bahwa dalam hidup, manusia

tidak bisa terlepas dari sesama.

d. Kebutuhan untuk dihargai (The esteem Needs), Setelah ketiga

kebutuhan di atas terpenuhi, maka sudah menjadi naluri manusia untuk

bisa dihargai oleh sesama bahkan masyarakat. Maslow

mengklasifikasikan kebutuhan ini menjadi dua bagian yaitu, Pertama

lebih mengarah pada harga diri. Kebutuhan ini dianggap kuat, mampu

mencapai sesuatu yang memadai, memiliki keahlian tertentu

menghadapi dunia, bebas dan mandiri. Sedangkan kebutuhan yang

lainnya lebih pada sebuah penghargaan. Yaitu keinginan untuk

memiliki reputasi dan pretise tertentu (penghormatan atau penghargaan

dari orang lain). Kebutuhan ini akan memiliki dampak secara

psikologis berupa rasa percaya diri, bernilai, kuat dan sebagainya.

e. Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization). Kebutuhan inilah yang

menjadi puncak tertinggi pencapaian manusia setalah kebutuhan-

kebutuhan di atas terpenuhi. Pencapaian aktualisasi diri ini berdampak

pada kondisi psikologi yang meninggi pula seperti perubahan persepsi,

dan motivasi untuk selalu tumbuh dan berkembang.

2. Kebutuhan Menurut Al-Ghazali

Jika Maslow menyebut hierarki kebutuhan manusia ke dalam lima

tingkatan, maka Al-Ghazali membagikannya ke dalam tiga tingkatan.

Pertama, yang menjadi suatu keniscayaan (level of necessity) yaitu

kebutuhan primer (daruriat) yang bertujuan pada pencapaian lima hal paling

Page 43: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

30

mendasar yaitu hifdzuddin (pelestarian agama), hifdzunnafs (pelestarian

jiwa), hifdzulmal (pelestarian harta), hifdzul aql (pelestaroan akal), dan

hifdzunnasl (pelestarian keturunan). Daruriat inilah yang dinilai sebagai hal-

hal esensial bagi kehidupan manusia itu sendiri. kedua, sekunder (hajiyat),

dan ketiga tersier (tahsiniyat).82

82

Muazaroh, ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Maslow (tinjauan

maqasid),‖ Vol. 7, No. 1 (Juni 2019), 27.

Page 44: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

31

BAB III

PEMIKIRAN TOKOH BERSIFAT UMUM

A. Pengertian Kesejahteraan

Istilah kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti, yakni: pertama,

dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan kondisi manusia yang baik,

dimana orang-orangnya dalam keadaan makmur,dalam keadaan sehat, dan damai.

Kedua, dalam tinjauan ekonomi, sejahtera selalu dihubungkan dengan keuntungan

atau manfaat kebendaan (ukuran materi) sebagai fungsi kesejahteraan sosial

(secara formatif dan substantif bisa bermakna ekonomi kesejahteraan atau

kesejahteraan ekonomi). Ketiga, Dalam tinjauan kebijakan sosial, kesejahteraan

sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Ini adalah istilah yang digunakan dalam ide negara kesejahteraan (welfare state).

Keempat, dalam tinjauan lain (seperti fenomena kebijakan di negara maju seperti

Amerika), sejahtera menunjuk ke aspek keuangan yang dibayarkan oleh

pemerintah kepada orang yang membutuhkan bantuan finansial, tetapi tidak dapat

bekerja atau yang keadaan pendapatan yang diterimanya untuk memenuhi

kebutuhan dasar tidak cukup atau tidak layak secara manusiawi atau jumlah yang

dibayarkan biasanya jauh di bawah garis kemiskinan; atau bisa juga karena

memiliki kondisi khusus, seperti adanya bukti sedang mencari pekerjaan

(menganggur); atau kondisi lain, seperti ketidakmampuan atau kewajiban untuk

menafkahi keluarga atau menjaga anak (yang mencegahnya untuk dapat/bisa

bekerja).83

Pandangan Ekonomi Islam tentang kesejahteraan didasarkan atas keseluruhan

ajaran. Islam tentang kehidupan ini, konsep ini sangat berbeda dengan konsep

kesejahteraan dalam ekonomi konvensional, sebab ia adalah konsep yang holistic,

secara singkat kesejahteraan yang diinginkan oleh ajarak islam adalah:

1. Kesejahteraan holistic dan seimbang, yaitu mencakup dimensi material

maupun spiritiual serta mencakup individu maupun sosial.

83

Agus Suryono, ―Kebijakan Publik Untuk Kesejahteraan rakyat‖ Jurnal Ilmiah Ilmu

Administrasi, Vol. 6, No. 02, (September 2014), 99.

Page 45: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

32

32

2. Kesejahteraan didunia maupun diakhirat, sebab manusia tidak hanya hidup

dalam dunia saja tetapi juga didalam akhirat. Jika kondisi ideal ini tidak

dapat dicapai maka kesejahteraan diakhirat tentu diutamakan.84

B. Kesejahteraan Menurut Al-Qur’an

Kesejahteraan merupakan tujuan dari ajaran Islam dalam bidang ekonomi.

Kesejahteraan merupakan bagian dari rahmatan lil alamin yang diajarkan oleh

agama islam. Namun kesejahteraan yang dimaksudkan dalam Al-Qur‘an bukanlah

tanpa syarat untuk mendapatkannya. Kesejahteraan akan diberikan oleh Allah

SWT. Jika manusia melaksanakan apa yang diperintahkannya dan menjauhi apa

yang dilarangnya.85

Ayat-ayat Al-Qur‘an yang memberikan penjelasan tentang kesejahteraan ada

yang secara langsung (tersurat) dan ada yang secara tidak langsung (tersirat)

berkaitan dengan permasalahan ekonomi. Namun demikian, penjelasan dengan

menggunakan dua cara ini menjadi satu pandangan tentang kesejahteraan.

1. Qs. Al-Nahl : 97

‖Barang siapa mengerjakan kebaikan, baik laki-laki maupun perempuan

dalam keadaan beriman, maka pastiakan kami berikan kepadanya

kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan dengan pahala yang lebih

baik dari apa yang telah mereka kerjakan.‖

Kesejahteraan merupakan jaminan atau janji dari Allah SWT. yang

diberikan kepada laki-laki atau pun perempuan yang beriman kepada-Nya.

Allah SWT. juga akan membalas berbagai amal perbuatan baik orang-

orang yang bersabar dengan pahala yang lebih baik dari amalnya.

Kehidupan yang baik adalah kehidupan yang bahagia, santai, dan puas

dengan rezeki yang halal, termasuk di dalamnya mencakup seluruh bentuk

ketenangan apapun dan bagaimanapun bentuknya.

2. Qs. Thaha 117-119

‖Kemudian kami berfirman, ‖Wahai Adam, sungguh (ini) iblis musuh

bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali jangan sampai dia

84

Ifa Afida, ―Konsep Kesejahteraan Pada Masa Islam Klasik dan Masa Modern‖ Jurnal

Al-Tsaman, Vol. 2, No. 1 (Mei 2020), 122–23. 85

Agung Eko Purnama, Kesejahteraan Dalam Perspektif Ekonomi Islam, ustitia Islamica

Vol. 11, No. 1 (Jan-Juni 2014), 9.

Page 46: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

33

mengeluarkan kamu berdua dari surga, nanti kamu celaka. Sungguh, ada

(jaminan) untukmu disana, engkau tidak akan kelaparan dan tidak akan

telanjang. Dan sungguh, disana engkau tidak akan merasa dahaga dan

tidak akan ditimpa panas matahari.‖

Kesejahteraan menurut pengertian Al-Qur‘an tercermin di Surga yang

dihuni oleh Nabi Adam dan istrinya sesaat sebelum mereka bertugas

sebagai khalifahdi bumi. Kesejahteraan yang digambarkan dalam ayat ini

menjamin adanya pangan, sandang, dan papan yang di istilahkan dengan

tidak kelaparan, tidak merasa dahaga, tidak telanjang, dan tidak kepanasan

oleh matahari. Sedangkan kebalikan darinya adalah kehidupan yang

sempit, yakni jauh dari tentram dan tenang, selalu tidak puas, dadanya

sesak dan gelisah walaupun lahirnya tampak mewah, serba ada, cukup

pakaian dan tempat tinggalnya.86

C. Pengukuran Kesejahteraan Menurut Badan Kordinasi Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN)87

Kesejahteraan dapat di ukur dengan lima tahapan yaitu: keluarga pra-

sejahtera, keluarga sejahtera satu, keluarga sejahtera II, keluarga sejahtera III,

keluarga sejahtera plus. Lima pengelompokkan tahapan keluarga sejahtera

menurut BKKBN adalah sebagai berikut :

1. Keluarga Pra Sejahtera, adalah keluarga-keluarga yang belum dapat

memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti: Kebutuhan akan

pengajaran agama, Pangan, Sandang, Pangan dan Kesehatan.

2. Keluarga Sejahtera I, keluarga sudah dapat memenuhi kebutuhan yang

sangat mendasar, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan yang lebih

tinggi, indikator yang digunakan.

3. Keluarga Sejahtera II, keluarga selain dapat memenuhi kebutuhan dasar

minimumnya dapat pula memenuhi kebutuhan sosial psikologinya, tetapi

belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya. Indikator yang

86

Agung Eko Purnama, Kesejahteraan Dalam Perspektif Ekonomi Islam, ustitia Islamica

Vol. 11, No. 1 (Jan-Juni 2014), 9–10. 87

Faizul Abrori, ―Implementasi Kesejahteraan Perspektif BKKBN dalam Kajian

Maqasid al-Syariah‖ Vol. 09, No.02 (Agustus2019), 239–240.

Page 47: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

34

digunakan terdiri dari lima indikator pada keluarga sejahtera I ditambah

dengan sembilan indikator yang digunakan.

4. Keluarga Sejahtera III, keluarga telah dapat memenuhi kebutuhan dasar

minimum dan kebutuhan sosial psikologinya serta sekalian dapat

memenuhi kebutuhan pengembangannya, tetapi belum aktif dalam usaha

kemasyarakatan di lingkungan desa atau wilayahnya. Mereka harus

memenuhi persyaratan indikator pada keluarga sejahtera I dan II serta

memenuhi syarat indikator yang digunakan.

5. Keluarga Sejahtera III Plus, keluarga selain telah dapat memenuhi

kebutuhan dasar minimumnya dan kebutuhan sosial psikologisnya, dapat

pula memenuhi kebutuhan pengembangannya, serta sekaligus secara

teratur ikut menyumbang dalam kegiatan sosial dan aktif pula mmengikuti

gerakan semacam itu dalam masyarakat. Keluarga-keluarga tersebut

memenuhi syarat-syarat indikator pada keluarga sejahtera I sampai III dan

ditambah dua syarat berikut:

a. Keluarga atau anggota keluarga secara teratur memberikan sumbangan

bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materi.

b. Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus

perkumpulan, yayasan, atau institusi masyarakat lainnya.

D. Kesejahteraan di Masa Rasulullah dan Para Sahabatnya

Ajaran ekonomi Islam tidak bisa dilepaskan dari sumber utamanya, yakni Al-

Qur‘an, Sunnah, dan khazanah Islam lainnya. Konsep-konsep ekonomi Islam

yang didalamnya membahas tentang kesajahteraan individu, keluarga,

masyarakat, dan negara telah tergambar secara jelas dalam ayat-ayat Al-Qur‘an.

Kesejahteraan dalam perspektif ekonomi Islam tidak hanya berhenti pada tataran

konsep tetapi telah terwujud dalam praktek kehidupan Rasulullah dan para

sahabatnya. Implementasi nilai-nilai kesejateraan ini tidak hanya dirasakan oleh

umat Islam saat itu tetapi juga umat non muslim, bahkan rahmat bagi seluruh alam

hingga masa modern saat ini.88

88

Agung Eko Purnama, Kesejahteraan Dalam Perspektif Ekonomi Islam, ustitia

Islamica Vol. 11, No. 1 (Jan-Juni 2014), 12.

Page 48: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

35

Ajaran Islam telah menjelaskan bahwa sesungguhnya tujuan dasar Islam

adalah terwujudnya kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat. Dalam

prakteknya, Rasulullah SAW. membangun suatu perekonomian yang dulunya dari

titik nol menjadi suatu perekonomian raksasa yang mampu menembus keluar dari

jazirah Arab. Pemerintahan yang dibangun Rasulullah SAW di Madinah mampu

menciptakan suau aktivitas perekonomian yang membawa kemakmuran dan

keluasan pengaruh pada masa itu.89

Kegiatan ekonomi telah menjadi sarana pencapaian kesejahteraan atau

kemakmuran. Nabi Muhammad SAW memperkenalkan sistem ekonomi Islam.

Hal ini berawal dari kerja sama antara kaum Muhajirin dan Anshar. Sistem

ekonomi Islam yang diperkenalkan, antara lain, syirkah, qirad, dan khiyar dalam

perdagangan. Selain itu, juga diperkenalkan sistem musaqah, sahabat juga

melakukan perdagangan dengan penuh kejujuran. Mereka tidak mengurangi

dalam timbangan dalam perdagangan.

Semenjak hijrah ke Madinah, kehidupan telah banyak berubah. Para sahabat

Nabi Muhammad SAW dari kaum Muhajjirin bahu-membahu dengan penduduk

lokal Madinah dari kaum Anshar dalam membangun kegiatan ekonomi. Berbagai

bidang digeluti oleh beliau dan para sahabatnya baik itu pertanian, perkebunan,

perdagangan dan peternakan. Pasar-pasar dibangun di Madinah. Kebun-kebun

kurma menghasilkan panen yang melipah. Peternakan kambing menghasilkan

susu yang siap dipasarkan maupun hanya sekedar untuk diminum. Dalam sejarah,

dikenal tokoh Islam yang terkenal dengan kekayaannya dan kepiawaiannya dalam

berdagang dan berbagai bidang lainnya.90

Mereka adalah Abdurrahman bin Awf, Abu Bakar, ‗Umar bin Khattab, dan

sebagainya. Mereka sadar akan dapat hidup di Madinah hanya dengan usaha

mereka sendiri. Masyarakat Madinah terus berupaya meningkatkan aktivitas

89

Muhammad Sholahuddin, World Revolution With Muhammad (Sidoarjo: Mashun,

2009), 46. 90

Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad (Jakarta: Litera Antar Nusa,

1989), 197.

Page 49: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

36

ekonomi dengan etos kerja yang tinggi. Ibadah dan kerja adalah dua jenis aktivitas

ukhrawi dan duniawi yang menghiasi hari-hari mereka silih berganti.91

Umar bin Khattab dalam kepemimpinannya, memilliki peranan yang sangat

penting dalam kesejahteraan masyarakat, diantaranya yang terkenal adalah lewat

kebijakannya dalam pengelolaan baitul mal. Dalam bidang ekonomi Umar

melembagakan Baitul mal ini dilengkapi denan sisem administrasi yang tertata

baik.92

E. Dasar Hukum Kesejahteraan

Agama Islam dengan tegas menganjurkan terciptanya kesejahteraan sosial

dalam masyarakat, sampai-sampai menjadikannya salah satu prinsip dasar ajaran

Islam. Salah satu bentuk perhatian Allah tersebut dengan memberikan jaminan

bahwa nabi Muhammad merupakan sosok yang sengaja diutus sebagai rahmat

yang mendatangkan kebaikan, kemaslahatan dan kesejahteraan bagi seluruh alam.

―Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu

pemakmurnya.... (QS. Hud: 61).

Ayat ini mulanya diturunkan kepada haum Tsamud, kaum Tsamud pada

mulanya menarik pelajaran berharga dari peringatan buruk kaum ‗Ad. Karena itu

mereka beriman kepada Allah SWT. Pada masa itu mereka berhasil membangun

peradaban yang cukup megah. Tetapi keberhasilan mereka itu menjadikan mereka

lengah sehingga mereka kembali menyembah berhala, yang disembah kaum

‗Ad.Ketika itu Allah mengutus nabi Nuh AS, mengingatkan mereka agar tidak

mempersekutukan Allah. Tetapi tuntutan dan peringatan beliau tidak disambut

oleh mayoritas kaum Tsamud.93

91

Zainal Abidin Ahmad, Negara Adil Makmur Menurut Ibnu Siena (Jakarta: Bulan

Bintang, 1974), 11. 92

Ifa Afida, ―Konsep Kesejahteraan Pada Masa Islam Klasik dan Masa Modern‖ Jurnal

Al-Tsaman, Vol. 2, No. 1 (Mei 2020), 124. 93

Abdul Hamid Syahrovi, Skripsi ―Studi AnalisisTerhadap Pemikiran Al-Ghazali

Tentang Kesejahteraan Sosial Menurut Fiqih Muamalah,‖ (UIN Sultan Syarif Kasim Rian

Pekanbaru, 2012), 24–25.

Page 50: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

37

BAB IV

PEMIKIRAN TOKOH BERSIFAT KHUSUS

A. Konsep Kesejahteraan Menurut Abraham Harold Maslow

Tahapan-tahapan kesejahteraan yang ditetapkan menurut Mukhlisin Muzarie

tampaknya mengadopsi dari teori need milik Abraham H. Maslow yang

menyebutkan bahwa kesejahteraan sosial meliputi beberapa aspek yang diperoleh

secara bertahap dimana tahap pertama adalah terpenuhinya kebutuhan fisik

(physioligical needs) atau kebutuhan pokok (basic needs) seperti pangan,

sandang, papan, pendidikan dan kesehatan, kedua adalah kebutuhan akan rasa

aman (safety needs) 94

Kebutuhan ini mengarah kepada dua bentuk, pertama

kebutuhan akan keamanan jiwa terutama ditempat kerja pada saat mengerjakan

pekerjaan di jam kerja, kedua kebutuhan akan keamanan harta ditempat kerja pada

jam kerja,95 diikuti oleh kebutuhan sosial (social needs) yang mana kebutuhan

akan perasaan dihormati karena setiap manusia merasa dirinya penting, kebutuhan

akan pengakuan (esteem needs) kebutuhan ini merupakan kebutuhan akan

penghargaan diri dan pengakuan serta penghargaan yang idealnya timbul karena

adanya prestasi tetapi tidak selamanya demikian, akan tetapi perlu diperhatikan

oleh pemimpin bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang maka semakin tinggi

pula penghargaanya96 dan tahap terahir adalah terpenuhinya kebutuhan aktualisasi

diri (self actualization needs) yakni kompetensi dan prestasi, dimana maslow

memandang bahwa tingkat kesejahteraan dalam memenuhi kebutuhan ditempuh

secara bertahap dan berurutan.97

Menurut Maslow, apabila kebutuhan dasar manusia belum terpeuhi maka

seseorang cenderung tidak memikirkan kebutuhan yang lain. Sebaliknya, mereka

yang terpenuhi kebutuhan dasarnya akan cenderung memiliki keinginan menuju

kebutuhan-kebutuhan yang selanjutnya sehingga sampai pada puncaknya yang

tertinggi yaitu aktualisasi diri. Dalam hal ini, Maslow memandang manusia hanya

94

Lailiyatun Nafiah, ―Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Kesejahteraan

Mustahiq Pada Program Ternak Bergulir BAZNAS Kabupaten Gresik‖ Vol. 05, No. 01 (April

2015), 937–938. 95

Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), 154. 96

Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, 155. 97

Nafiah, ―Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Kesejahteraan Mustahiq

Pada Program Ternak Bergulir BAZNAS Kabupaten Gresik,‖ 937–938.

Page 51: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

38

fokus pada kebutuhan ekonomi saja. Hierarki kebutuhan Maslow justru

menunjukkan bahwa sesuai kodratnya, pertumbuhan manusia tidak bisa berfokus

hanya satu arah saja, tetapi juga membutuhkan relasi yang baik dengan sesama

seperti untuk memenuhi kebutuhan cinta dan penghargaan diri.98

Maslow menjelaskan bahwa manusia didorong oleh dua bentuk motif yaitu

kekurangan (deficiency motivation) dan motif perkembangan (growth motivation).

Motif kekurangan seperti lapar (kekurangan makan), haus (kekurarang minum),

dan sebagainya. Sementara itu, kesadaran sendiri didorong oleh motif

perkembangan yang diistilahkan dengan metamotivation dan b-values.99

Teori Maslow juga menyatakan pembentukan tingkah laku manusia hanya

berlaku apabila manusia ingin mencapai sesuatu tahap tertinggi dalam

kehidupannya. Maslow senantiasa menilai tingkah laku manusia sebagai suatu

perbuatan baik dan mulia dengan tujuan mendapatkan kesejahteraan kehidupan

individu tersebut. Maslow berpendapat perbuatan jenayah atau perilaku jahat

sebagai suatu yang mulia dengan beranggapan bahwa tingkah laku penjenayah

tersebut adalah untuk mendapat kesejahteraan dalam hidupnya.

Malik Bennabi telah menjelaskan kelemahan-kelemahan teori Barat antaranya

ialah kelemahan intekektualisme yaitu kerapuhan nilai. Pertama, nilai kebenaran

yang menjadi sandaran nilai intelektual Barat ialah nilai sosial yang sangat rapuh.

Nilai sosial tidak mempunyai nilai kebenaran yang tetap lantaran kerapuhannya

dalam menempuhi era dan sempadan kebudayaan. Nilai intelektual Barat tidak

mewakili word view masyarakat dan agama lain. Kedua, nilai intelektual Barat

bersifat prejudis yang menilai tamdun di luar Eropa dengan penilaian yang sempit

dan ketiga, nilai intelektual Barta bertolak dari pada pengalaman individu yang

bergelar intelektual dan saintis yang kemudiannya disebarkan walaupun belum

cukup matang. Malik menjelaskan lagi, agama merupakan syarat kepada

kemajuan sesuatu tamdun. Begitu juga dengan pendapat Ibn ‗Asyur, beliau

menjelaskan keyakinan kebutuhan adalah asas penting kepada peradaban Islam

baik dari segi material ataupun spiritual.

98

Susi Nurpita, Skripsi, ―Teori Kebutuhan Abraham Harold Maslow Menurut Perspekif

Tasawuf‖ (IAIN Bengkulu, 2021), 66. 99

Nor Nazimi Mohd Mustaffa, Jaffary Awang, dan Aminudin Basir, ―Teori Maslow dan

Kaitannya dengan Kehidupan Muslim (Maslow‟s Theory and its Relation to Muslim‟s Life)‖ Jurnal

Hadari, Vol. 9, No. 2 (2017), 279.

Page 52: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

39

Konsep kehidupan Islam mempunyai kelebihan berbanding teori Maslow

karena konsep kehidupan dalam Islam menjaga keseluruhan kehidupan manusia

tanpa batasan waktu dan zaman bahkan konsep kehidupan dalam Islam sesuai

diaplikasikan dalam kehidupan bukan Muslim. Ini karena, ciri-ciri ajaran dalam

agama Islam yang bersifat syumul, universal dan sarwajagat. Islam ialah cara

hidup manusia yang dibentuk berasaskan ilmu dan ini berbeda berbanding dengan

sistem lain atau teori yang telah dikemukakan oleh Maslow. Sistem selain dari

pada Islam dibentuk berasaskan kejahilan dan kekurangan manusia.100

B. Konsep Kesejahteraan Menurut Al-Ghazali

Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya‟ „Ulum al-Din dan Al-Mustafa fi Ilmi al-Usul,

mengartikan atau memaknai ilmu ekonomi. Sarana untuk mencapai tujuan akhirat

adalah dengan mencari nafkah (harta yang halal), semua ilmu itu bermanfaat dan

dapat digolongkan menjadi dua katogori, yakni wajib dituntut secara Fard „Ayn

dan Fard Kifayah (termasuk ilmu ekonomi), dan tujuan hidup manusia adalah

untuk mencapai kemaslahatan atau kesejahteraan hidup (maslahah). Berdasarkan

deskripsi Al-Ghazali ini, pengertian ilmu ekonomi dapat diartikan sebagai ilmu

yang mempelajari tentang upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan (al-iktisab)

yang wajib dituntut (fard kifayah) berlandaskan etika (syariah) dalam upaya

membawa dunia ke gerbang kemaslahatan menuju akhirat.101

Kesejahteraan menurut Al-Ghazali adalah tercapainya kemaslahatan.

Kemaslahatan sendiri merupakan terpeliharanya tujuan syara‟ (Muqashid al-

Shari‟ah). Manusia tidak dapat merasakan kebahagian dan kedamaian batin

melainkan setelah tercapainya kesejahteraan yang sebenarnya dari seluruh umat

manusia di dunia melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan rohani dan materi.

Untuk mencapai tujuan syara‘ agar dapat terealisasinya kemaslahatan, beliau

menjabarkan tentang sumber-sumber kesejahteraan, yakni beliau menjabarkan

100

Nor Nazimi Mohd Mustaffa, Jaffary Awang, dan Aminudin Basir, ―Teori Maslow

dan Kaitannya dengan Kehidupan Muslim (Maslow‟s Theory and its Relation to Muslim‟s Life)‖

Jurnal Hadari, Vol. 9, No. 2 (2017), 282. 101

Abdur Rohman, Ekonomi Al-Ghazali, Menelusuri Konsep Ekonomi Islam dalam

Ihya‟ Ulum al-Din (Surabaya: Bina Ilmu, 2010), 57.

Page 53: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

40

tentang sumber-sumber kesejahteraan, yakni: terpeliharanya agama, jiwa, akal,

keturunan dan harta.102

1. Ad-dien (Memelihara agama)

Ryandono mengatakan bahwa: memelihara agama dapat diukur dari

implementasi rukun Islam (syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji). Selain

itu juga bisa dilihat pula dari tercapainya amalan rukun iman.

Menurut Chapra, Al-Ghazali menepatkan peran agama di urutan pertama

karena menyediakan pandangan yang cenderung berpengaruh pada

kepribadian manusia perilakunya, gaya hidupnya, cita rasa, proferensinya,

dan sikapnya terhadap orang lain, sumber daya dan lingkungannya.103

Jaminan keselamatan agama atau kepercayaa yaitu dengan menghindarkan

timbulnya fitnah dan keselamatan dalam agama serta mengantisipasi

dorongan hawa nafsu dan perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada

kerusakan secara penuh.104

2. An-Nafs (Memelihara Jiwa)

Ryandono berpendapat bahwa perwujudan pemeliharaan jiwa yaitu

dengan dipenuhinya kebutuhan sandang, pangan, tempat tinggal,

kesehatan, serta fasilitas umum lainnya.105

Jaminan keselamatan jiwa ialah jaminan keselamatan atas hak hidup.

Termasuk dalam cakupan pengertian umum dari jaminan ini ialah jaminan

keselamatan nyawa, anggota badan dan terjaminnya kehormatan

kemanusiaan. Mengenai yang terakhir ini, meliputi kebebasan memilih

profesi, kebebasan berfikir atau mengeluarkan pendapat, kebebasan

berbicara, kebebasan memilih tempat tinggal dan lain sebagainya.106

102

Abdur Rohman, Ekonomi Al-Ghazali, Menelusuri Konsep Ekonomi Islam dalam

Ihya‟ Ulum al-Din, 84–86. 103

Rijal Assidiq Mulyana, ―Peran Negara Untuk mewujudkan Kesejahteraan dalam

Kerangka Mawashidus Syariah‖ Vol. 1, No. 2 (Desember 2017): 158,

http://journal.uhamka.ac.id/index.php/al-urban. 104

Zaky Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif

Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow)‖ (UIN Sunan Ampel, 2014), 71. 105

Ziauddin Sarddar dan Muhammad Nafik H.R, ―Kesejahteraan Dalam Perspektif

Islam Pada Karyawan Bank Syariah", Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, Vol. 3, No. 5 ,

(Mei 2016), 396. 106

Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif

Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow),‖ (Surabaya: UIN Sunan Ampel), 71.

Page 54: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

41

3. Al-aql (Memelihara akal)

Menurut Al-Syatibhi dalam Bakri (memelihara akal dapat dibedakan

menjadi tiga peringkat. Dalam peringkat dharuriyah misalnya adalah

diharamkannya meminum-minuman keras. Dalam peringkat hajjiyah

seperti dianjurkannya menuntut ilmu pengetahuan. Sedangkan dalam

peringatan siniyyah yaitu misalnya menghindarkan diri dari mendengarkan

sesuatu yang tidak bermanfaat. 107

Jaminan keselamatan ialah terjaminnya akal fikiran dari kerusakan yang

menyebabkan orang yang bersangkutan tak berguna dimata masyarakat,

sumber kejahatan, atau bahkan menjadi sampat masyarakat, sumber

kejahatan, atau bahkan menjadi sampah masyarakat. Upaya preventif yang

dilakukan syariat Islam sesungguhnya ditunjukan untuk meningkatkan

kemampuan akan pikiran dan menjaganya dari berbagai hal yang

membahayakan. Diharamkannya meminum arak dan segala hal yang

memabukkan atau menghilangkan daya ingatan adalah dimaksudkan untuk

menjamin keselamatan akal.108

Dalam buku Ihya Ulumuddin jilid 4 dijelaskan bahwa akal itu ditunjukkan

dan dimaksudkan pada sifat orang yang berilmu, dan kadang ditunjukkan

dan dimaksudkan pada tempat pengetahuan yakni yang mengetahui.109

4. An-Nasl (Memelihara Keturunan)

Sebagai manusia tidak perlu khawatir apabila masih belum mampu dalam

hal ekonomi untuk menikah karena Allah SWT akan memberikan rezeki

sertakarunia-Nya. 110

Jaminan keselamatan keluarga dan keturunan ialah menjamin kelestarian

populasi umat manusia agar tetap hidup dan berkembang sehat dan kokoh,

baik pekerti serta agamanya. Hal itu dapat dilakukan melalui penataan

107

Ziauddin Sarddar dan Muhammad Nafik H.R, ―Kesejahteraan Dalam Perspektif

Islam Pada Karyawan Bank Syariah", Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, Vol. 3, No. 5 ,

(Mei 2016), 396. 108

Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif

Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow),‖ (Surabaya: UIN Sunan Ampel), 71. 109

Al-Ghazali diterjemahan oleh Ismail Yakub, Ihya Ulumiddin (Victory Ajensi,

1988), 11. 110

Ziauddin Sarddar dan Muhammad Nafik H.R, ―Kesejahteraan Dalam Perspektif

Islam Pada Karyawan Bank Syariah", 396.

Page 55: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

42

kehidupan rumah tangga dengan membiarkan pendidikan dan kasih sayang

kepada anak-anak agar memiliki kehalusan budi pekerti dan tingkat

kecerdasan yang memadai.111

5. Al-Maal (Memelihara harta)

Menurut Ryandono, ―cara menjaga harta adalah meliputi mencari

pendapatan yang layak dan adil, memiliki kesempatan berusaha, rejeki

yang halal dan thoyib, serta persaingan yang adil‖.112

Jaminan keselamatan harta benda yaitu dengan meningkatkan kekayaan

secara proporsional melalui cara-cara yang halal, bukan mendominasi

perekonomian dengan cara yang zalim dan curang.113

Ia menitik beratkan bahwa hal tersebut sesuai tuntutan wahyu, tujuan utama

kehidupan umat manusia adalah untuk mencapai kesejahteraan dunia dan

akhirat.114 Untuk mencapai sebuah kesejahteraan seseorang harus melakukan

kegiatan ekonomi, adapun alasan mengapa seseorang harus melakukan kegiatan

atau aktifitas ekonomi menurut Al-Ghazali adalah sebagai berikut:115

1. Untuk memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan.

2. Mensejahterakan keluarga.

3. Membantu orang lain yang membutuhkan.

Dari tiga kriteria di atas, membuktikan bahwa kesejahteraan seseorang akan

terpenuhi apabila tingkat kebutuhan mereka tercukupi dimana dalam hal ini lebih

difokuskan kepada terpenuhnya kesejahteraan sesorang berdasarkan tingkat

kebutuhannya dalam hal harta benda.

111

Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif

Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow)‖ (Surabaya: UIN Sunan Ampel),72. 112

Ziauddin Sarddar dan Muhammad Nafik H.R, ―Kesejahteraan Dalam Perspektif

Islam Pada Karyawan Bank Syariah", Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, Vol. 3, No. 5 ,

(Mei 2016), 396. 113

Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif

Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow)‖, 72. 114

Abdul Hamid Syahrovi, Skripsi ―Studi AnalisisTerhadap Pemikiran Al-Ghazali

Tentang Kesejahteraan Sosial Menurut Fiqih Muamalah,‖ (UIN Sultan Syarif Kasim Rian

Pekanbaru, 2012), 33. 115

Lailiyatun Nafiah, ―Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap

Kesejahteraan Mustahiq Pada Program Ternak Bergulir BAZNAS Kabupaten Gresik‖ Vol. 05, No.

01 (April 2015): 936.

Page 56: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

43

Berikut adalah tingkatan kebutuhan dalam Islam:

1. Daruriah, terdiri dari seluruh aktivitas dan hal-hal yang bersifat esensial

untuk memelihara lima tujuan syariah. 116 Daruriah atau Darurat

merupakan tujuan yang harus ada dan mendasar bagi penciptaan

kesejahteraan di dunia dan akhirat, yaitu mencakup terpeliharanya lima

elemen dasar kehidupan yakni, jiwa, keyakinan atau agama, akal atau

intelektual, keturunan dan keluarga serta harta benda. Jika darurat

diabaikan , maka tidak akan ada kedamaian, yang timbul adalah kerusakan

di dunia dan kerugian yang nyata di akhirat.117 Darurat juga disebut dengan

kebutuhan primer, yaitu konsumsi dasar yang harus terpenuhi agar

manusia dapat hidup dan menegakkan kemaslahatan dirinya, dunia dan

agamnya serta orang terdekatnya, yakni nafkah-nafkah pokok bagi

manusia yang dapat mewujudkan lima tujuan syariat. Tanpa kebutuhan

primer kehidupan manusia tidak akan berlangsung. Kebutuhan ini meliputi

kebutuhan akan makan, tempat tinggal, kesehatan, rasa aman, pengetahuan

dan pernikahan.118

2. Hajiah, terdiri dari seluruh aktivitas dan hal-hal yang tidak vital bagi

pemeliharaan kelima tujuan syariah tetapi dibutuhkan untuk meringankan

dan menghilangkan rintangan dan kesukaran hidup. 119

Hajiah atau Hajat adalah bertujuan untuk memudahkan kehidupan dan

menghilangkan kesempitan. Hukum syara‘ dalam kategori ini tidak

dimaksudkan untuk memelihara lima hal pokok yang telah dijelaskan

melainkan menghilangkan kesempitan dan berhati-hati terhadap lima hal

pokok tersebut. Tingkatan kedua adalah maslahah yang berada pada posisi

hajat (sekunder), seperti pemberian kekuasaan kepada walinya untuk

mengawinkan anaknya yang masih kecil. Hal ini tidak sama pada batas

dharurat tetapi diperluakan untuk mencapai kemaslahatan. Seandainya

116

Ulil Alrab, Skripsi ―Konsep Bahagia Menurut Al-Ghazali‖ (IAIN Purwokerto, 2020),

48. 117

Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif

Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow)‖ (Surabaya: UIN Sunan Ampel), 67–68. 118

Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif

Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow)‖, 69–70. 119

Ulil Alrab, Skripsi ―Konsep Bahagia Menurut Al-Ghazali", 48.

Page 57: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

44

kebutuhan hajat ini tidak terpenuhi, maka dalam kehidupan manusia tidak

akan meniadakan atau merusak kehidupan itu sendiri, namun keberadaan

kebutuhan tingkat sekunder ini dibutuhkan untuk memberikan kemudahan

dalam kehidupan.120

Maslahah hajat ini tidak rusak dan terancam, tetapi hanya menimbulkan

kepicikan dan kesempitan, dan hajat ini berlaku dalam lapangan ibadah,

adat, muamalat, dan bidang jinayah. Contohnya mashlahat hajat dalam hal

Ibadah misalnya, berbuka puasa bagi yang musafir. Sedangkan dalam

bidang muamalat dibolehkannya jual beli secara salam (pesanan).

Termasuk dalam hal hajat ini, memelihara kemerdekaan pribadi

kemerdekaan beragama. Sebab dengan adanya kemerdekaan pribadi dan

kemerdekaan beragama, luaslah gerak langkah hidup manusia. Melarang

atau mengharamkan rampasan dan penodongan termasuk juga kedalam

pengkungan hajat.121

3. Tahsimiah atau tazyinat atau tahsinat, Secara khusus, kategori ini meliputi

persoalan-persoalan yang tidak menghilangkan dan mengurangi kesulitan,

tetapi melengkapi menerangi dan menghiasi hidup. 122

Tahsinat adalah meghendaki kehidupan yang indah dan nyaman di

dalamnya. Terdapat beberapa syariah menghendaki kehidupan yang indah

dan nyaman didalamnya. Terdapat beberapa provinsi dalam syariah yang

dimaksudkan untuk mencapai pemanfaatan yang lebih baik, keindahan dan

simplifikasi dari darurat dan hajat. Misalnya dibolehkannya memakai

baju yang nyaman dan indah.

Kebutuhan yang terakhir menurut Al-Ghazali adalah kebutuhan pelengkap

yaitu maslahah yang tidak kembali kepada darurat dan tidak pula ke hajat.

Tetapi maslahah tersebut menempati tahsin (mempercantik), tazyin

(memperindah), dan taysir (mempermudah) untuk mempermudah

keistimewaan, nilai tambah dan memelihara sebaik-baik sikap dalam

120

Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif

Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow)‖ (Surabaya: UIN Sunan Ampel), 72–73. 121

Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif

Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow)‖, 74. 122

Ulil Alrab, Skripsi ―Konsep Bahagia Menurut Al-Ghazali‖ (IAIN Purwokerto, 2020),

48.

Page 58: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

45

kehidupan sehari-hari serta muamalah. Tujuan dari kebutuhan ini adalah

sesuatu yang sebaiknya ada untuk memperindah kehidupan. Tanpa

terpenuhinya kebutuhan pelengkap, kehidupan tidak akan rusak dan juga

tidak akan menimbulkan kesulitan.123

Maslahah tahsinat ini, juga masuk dalam lapangan ibadah, adat, muamalat

dan bidang uqubat. Lapangan ibadah misalnya, kewajiban bersuci dari

najis, menutup aurat, memakai pakaian yang baik-baik seketika akan

shalat dan lain-lain. Dalam bidang muamalat, misalnya larangan menjual

benda-benda yang bernajis, tidak memberikan sesuatu kepada orang lain

melebihi dari kebutuhannya.124

Al-Ghazali berpendapat bahwa kebahagiaan adalah tujuan akhir jalan para

sufi, sebagai buah pengenalan terhadap Allah. Tentang kebahagiaan Al-Ghazali

mengemukakan teorinya dalam karyanya, Kimia al-sa‟adah. Di samping itu

dijelaskan pada karyanya Ihya Ulum ad-Din.125

Menurut Al-Ghazali jalan menuju kebahagiaan itu adalah ilmu serta amal. Ia

menjelaskan seandainya anda memandang kearah ilmu, anda niscaya melihatnya

bagaikan begitu lezat. Sehingga ilmu itu dipelajari karena kemanfaatanya. Anda

pun niscaya mendapatkannya sebagai sarana menuju akhirat serta kebahagiannya

dan juga sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah. 126

C. Persamaan dan Perbedaan Konsep Kesejahteraan Menurut Abraham

Harold Maslow dan Al-Ghazali

1. Persamaan Konsep Kesejahteraan Menurut Abraham Harold Maslow

dan Al-Ghazali

No Pemikiran Persamaan

1. Abraham Harold Maslow

1. Kebutuhan

Fisiologis

2. Kebutuhan akan

rasa aman 2. Al-Ghazali

123

Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif

Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow)‖ (Surabaya: UIN Sunan Ampel), 74–75. 124

Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif

Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow)‖, 76. 125

Ulil Alrab, Skripsi ―Konsep Bahagia Menurut Al-Ghazali‖ (IAIN Purwokerto, 2020),

48. 126

Ulil Alrab, Skripsi ―Konsep Bahagia Menurut Al-Ghazali‖, 48.

Page 59: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

46

Dalam konteks kesejahteraan, maka kesejahteraan dapat didefinisikan

sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan pokok/dasar manusia. ―Manusia

dimotivasikan oleh sujumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk

seluruh spesies, tidak berubah dan berasal dari sumber genestik atau

naluriah‖ ini merupakan konsep fundamental unik dari pendiri teoretis

Maslow. Kebutuhan-kebutuhan ini juga bersifat psikologis, bukan semata-

mata fisiologis. Kebutuhan-kebutuhan itu merupakan kodrat manusia,

hanya saja mereka itu lemah, mudah diselewengkan dan dikuasai oleh

proses belajar, kebiasaan tradisi yang keliru. Maslow menyebutkan

bahwasanya ―Kebutuhan merupakan aspek-aspek intristik kodrat

manusia‖127

a) Kebutuhan Fisiologis

Yang paling dasar, paling kuat dan paling jelas dari antara sekalian

kebutuhan manusia adalah kebutuhannya untuk mempertahankan

hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhannya akan makan, minuman, tempat

berteduh, tidur dan oksigen.128

Bagi banyak orang yang hidup ditengah masyarakat yang beradab

jenis-jenis kebutuhan dasar ini telah terpuaskan secara memadai. ―Lalu apa

yang terjadi dengan hasrat-hasrat manusia tatkala telah tersedia makanan

secara melimpah dan tatkala perut mereka kenyang?‖ Maslow bertanya,

lalu menjawab, ―Dengan segera kebutuhan-kebutuhan lain (dan yang lebih

tinggi) akan muncul, lalu kebutuhan-kebutuhan inilah yang akan

mendominasi pada organisme, bukan lagi kebutuhan-kebutuhan fisiologis.

Selajutnya jika pada gilirannya kebutuhan-kebutuhan ini telah pula

dipuaskan, lagi-lagi muncul kebutuhan-kebutuhan baru (lebih tinggi lagi),

dan begitu seterusnya.

Maslow berpendapat bahwa selama hidupnya praktis manusia yang

berhasrat dan jarang mencapai taraf kepuasan yang sempurna kecuali

127

G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta:

Kanisus, 1987), 70. 128

G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, 71.

Page 60: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

47

untuk suatu saat yang terbatas. Begitu suatu hasrat berhasil dipuaskan,

segera muncul hasrat lain sebagai gantinya.129

Al-Ghazali mengerti dengan benar kebutuhan yang harus dipenuhi

secara pasti dan harus menjadi skala prioritas dalam konsumsi yaitu

kebutuhan primer (darurat). Meskipun kebutuhan sekunder maupun tersier

bisa diupayakan dan dipenuhi keberadaannya. Model motivasi konsumsi

berkaitan pemenuhan kebutuhan dan keinginan yang dikemukakan oleh

Al-Ghazali ini sebagai terdapat kesamaan dengan model yang

dikemukakan oleh Abraham Maslow. Ketika Al-Ghazali mendefinisikan

mengenai kebutuhan darurat, hal serupa juga ditemukan pada model yang

ditawarkan oleh Abraham Maslow pada motivasi manusia untuk

memenuhi kebutuhan fisik, yaitu berkaitan dengan dorongan pada manusia

dihadapkan pada motivasi paling rendah, ini merupakan kebutuhan-

kebutuhan fisik manusia yang paling dasar, termasuk makanan, air, rumah,

pakaian, oksigen.130

Hal ini sejalan dengan pemikiran Maslow bahwa kebutuhan fisiologis

seperti makan adalah kebutuhan yang harus diprioritaskan paling utama.

Kecenderungan manusia yang mengalami kelaparan, akan mengabaikan

hal-lain di luar darinya. Sebab, konsentrasi bekerja maupun belajar akan

terganggu ketika seseorang dalam kondisi lapar. Hal ini menunjukkan

bahwa keselamatan jiwa menjadi prioritas yang utama baru kemudian di

susul dengan kebutuhan-kebutuhan yang lain. Dalam usul fiqih, hal ini

selaras dengan kaidah ―kemadaratan dapat menghalalkan sesuatu yang

sebelumnya dilarang‖.131

Kebutuhan fisiologis yang berorientasi pada kebutuhan dasar manusia

atau juga kebutuhan untuk mempertahankan hidup, kebutuhan tingkat

dasar yang paling penting yang diperkenalkan oleh Abraham Maslow.

Kebutuhan dasar ini haruslah terpenuhi. Sehingga ketika seseorang bekerja

129

G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta:

Kanisus, 1987), 72. 130

Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif

Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow)‖ (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2014), 98. 131

Muazaroh, ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Maslow (tinjauan

maqasid),‖ Vol. 7, No. 1 (Juni 2019), 28.

Page 61: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

48

agar mendapatkan uang atau imbalan, tentunya uang tersebut

diprioritaskan penggunanya pada kebutuhan makan, minum. Tempat

tinggal dan pakaian.132

Pemikiran Maslow akan kebutuhan fisik ini sangat dipengaruhi oleh

kondisi pasca Perang Dunia II. Saat itu, manusia berada dalam kondisi

yang begitu memilukan. Salah satunya adalah dilandanya kelaparan. Oleh

karena itu, Maslow menganggap kebutuhan fisik adalah yang utama

melebihi apapun.133

b) Kebutuhan Akan Rasa Aman

Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiolologis terpuaskan secukupnya,

muncullah apa yang oleh Maslow lukiskan sebagai kebutuhan-

kebutuhan akan rasa aman. Karena kebutuhan akan rasa aman ini

biasanya terpuaskan pada orang-orang dewasa yang normal dan sehat.

Seorang anak menyukai suatu dunia yang dapat diramalkan. Seorang

anak menyukai konsistensi dan kerutinan sampai batas-batas tertentu.

Jika unsur-unsur ini tidak ditemukan maka ia akan menjadi cemas dan

merasa tidak aman. Kebebasan yang ada batasannya lebih disukai dari

pada dibiarkan sama sekali. Menurut Maslow, kebebasan yang ada

batasannya semacam itu sesunggunya perlu demi perkembangan anak

ke arah penyesuaian yang baik. Orang yang sehat juga menginginkan

keteraturan dan stabilitas, namun kebutuhan itu tidak sampai menjadi

soal hidup atau mati seperti pada neurotik.134

Kebutuhan rasa aman yang dijelaskan Abraham Maslow dan

kebutuhan untuk dicintai dijelaskan begitu umum dan tidak terperinci

seperti yang dijalaskan Al-Ghazali, karena rasa aman itu dapat dibagi

lagi ke yang lebih terperinci. Rasa aman yang berkaitan dengan an-

nafs (jiwa) misalnya, setiap individu tentunya menginginkan jaminan

keselamatan nyawa, anggota badan dan terjaminnya kehormatan

132

Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif

Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow)‖ (Surabaya: UIN Sunan Ampel), 98. 133

Muazaroh, ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Maslow (tinjauan

maqasid),‖ Vol. 7, No. 1 (Juni 2019), 23. 134

G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta:

Kanisus, 1987), 73.

Page 62: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

49

kemanusiaan. Mengenai yang terakhir ini, meliputi kebebasan memilih

profesi, kebebasan berfikir atau mengeluarkan pendapat, kebebasan

berbicara, kebebasan memilih tempat tinggal dan lain sebagainya.

Setiap individu menginginkan hidupnya tidak terganggu dalam

melakukan aktifitas yang dikehendakinya, tidak terganggu oleh adanya

preman, perampokan, bencana alam dan perang yang dapat

mengancam kehidupannya.135

2. Perbedaan Konsep Kesejahteraan Menurut Abraham Harold Maslow

dan Al-Ghazali

Berikut tabel perbedaan kesejahterana menurut Abraham Harolad

Maslow dan Al-Ghazali.

No Pemikiran Perbedaan

1. Abraham Harold Maslow 1. Hierarki Kebutuhan

Manusia, meliputi 5

tingkatan

2. Menegaskan pada

keinginan

3. Pencapaian

aktualisasi diri

(bersifat universal

tapi tidak

bersangkutan pada

agama)

4. Scientific worlview

2. Al-Ghazali 1. Hierarki Kebutuhan

Manusia, meliputi 3

tingkatan

2. Menegaskan pada

kebutuhana dan

keinginan

3. Pencapaian

aktualisasi diri

(cenderrung lebih

taat pada tuhannya

dalam pencapaian

maslahah)

4. Scientific worlview

and Islamic

135

Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif

Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow)‖ (Surabaya: UIN Sunan Ampel), 99.

Page 63: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

50

Ada 4 perbedaan konsep kesejateraan menurut Abraham Harold

Maslow dan Al-Ghazali, pertama pada hierarki kebutuhan manusia

menurut Abraham Harold Maslow meliputi 5 tingkatan, namun berbeda

dengan Al-Ghazali bahwasanya ada 3 tingkatan dalam hierarki kebutuhan

manusia. Yang kedua pada konsep kesejahteraan, Abraham Harold

Maslow lebih menekankan pada keinginan, sedangkan Al-Ghazali

menekankan pada kebutuhan dan keinginan. Yang ketiga dalam

pencapaian aktualisasi diri, Abraham Harold Maslow lebih bersifat

universal tapi tidak bersangkutan pada agama, sedangkan menurut Al-

Ghazali lebih cenderung pada ketaat tuhannya dalam pencapaian. Yang

terakhir pemikiran Abraham Harold Maslow lebih kepada dunia ilmiah,

sedangkan Al-Ghazali pada dunia ilmiah dan islam (agama).

a) Hierarki Kebutuhan Manusia

Abraham Harold Maslow menyebut hierarki kebutuhan manusia

kedalam lima tingkatan, yang ia gambarkan dengan ―piramida

kebutuhan‖ seperti:

1) Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan yang paling dasar, paling kuat dan paling jelas dari

antara sekalian kebutuhan manusia adalah kebutuhannya untuk

mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebuhannya akan

makanan, minuman, tempat berteduh, tidur dan oksigen.136

Menurut Maslow, apabila kebutuhan dasar manusi belum terpenuhi

maka seseorang cenderung tidak memikirkan kebuthan yang lain.

Sebaliknya, mereka yang terpenuhi kebutuhan dasarnya akan

cenderung memiliki keinginan menuju kebutuhan-kebutuhan yang

selanjutnya sehingga sampai pada puncaknya yang tertinggi yaitu

aktualisasi diri. Dalam hal ini, tidak berarti Maslow memandang

manusia hanya fokus pada kebutuhan ekonomi saja. Hierarki

kebutuhan Maslow justru menunjukkan bahwa sesuai kodratnya,

pertumbuhan manusia tidak bisa terfokus hanya satu arah saja,

136

G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta:

Kanisus, 1987), 71.

Page 64: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

51

tetapi juga membutuhkan relasi yang baik dengan sesama seperti

untuk memenuhi kebutuhan cinta dan penghargaan diri.137

2) Kebutuhan Akan Rasa Aman

Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya,

muncullah apa yang Maslow lukis sebagai kebutuhan-kebutuhan

akan rasa aman. Karena kebutuhan akan rasa aman ini biasanya

terpuaskan padda orang dewasa yang normal dan sehat.138

3) Kebutuhan akan Rasa memiliki dan Rasa Cinta

Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah

terpenuhi, maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang.139

Maslow mengatakan bahwa tanpa cinta pertumbuhan dan

perkembangan kemampuan orang akan tehambat.

Maslow mengatakan bahwasanya ―Haus cinta merupakan sejenis

penyakit karena kekurangan vitamin C‖. Bagi Maslow, cinta

menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara

dua orang, termasuk sikap saling percaya.140

Maslow juga mengatkan, ―kebutuhan akan cinta meliputi cinta

yang memberi dan cinta yang menerima. Kita harus memahami

cinta. Kita harus mampu mengajarkannya, menciptakannya,

meramalkannya. Jika tidak, dunia ini akan hanyut ke dalam

gelombang permusuhan dan kebencian.‖141

4) Kebutuhan akan Penghargaan

Maslow mengatakan bahwa setiap orang memiliki dua kategori

kebutuhan akan penghargaan: yakni, harga diri dan penghargaan

dari orang lain. Harga diri meliputi kebutuhan akan percaya diri,

kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketergantungan dan

kebebasan. Penghargaan dari orang lain meliputi prestise,

137

Nurpita, Skripsi ―Teori Kebutuhan Abraham Harold Maslow Menurut Perspekif

Tasawuf,‖ (IAIN Bengkulu, 2020), 66. 138

G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta:

Kanisus, 1987), 73. 139

G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, 74. 140

G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, 75. 141

G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, 76.

Page 65: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

52

pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta

penghargaan . kebutuhan akan penghargaan diri umumnya

diabaikan oleh sigmund Freud, namun sangat ditonjolkan oleh

Alfred Adler. Seseorang yang memiliki cukup harga diri akan lebih

percaya diri serta lebih mampu dan lebih produktif.142

5) Kebutuhan akan Aktualisasi Diri

Setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya.

Pemaparan tentang kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan,

mengembangkan dan menggunakan kemampuan, Maslow

menyebutnya akutualisasi diri yang merupakan salah satu aspek

penting teroinya tentang motivasi pada manusia. Maslow juga

melukiskan kebutuhan ini sebagai ―hasrat untuk makin menjadi diri

sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut

kemampuannya. Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan akan

aktualisasi diri ini biasanya mencul sesudah kebutuhan akan cinta

dan akan penghargaan terpuaskan secara memadai.143

Jika Maslow menyebut hierarki kebutuhan manusia ke dalam lima

tingkatan, yang digambarkan dengan ―piramida kebutuha‖, maka Al-

Ghazali membaginya ke dalam tiga tingkatan, yaitu Kebutuhan Primer,

Sekunder dan Tersier.

1. Kebutuhan primer (al-dharuriyyah)

Yaitu segala sesuatu yang tidak dapat ditinggalkan dalam

kehidupan keagamaan dan keduanian manusia, dalam arti jika

ia tidak ada, maka kehidupan didunia menjadi rusak, baik dari

segi realisasi dan perwujudannya, maupun kelestariannya.144

Kebuthan primer (al-dharuriyyah) yang bertujuan pada

pencapaian lima hal paling mendasar yaitu hifdzulmal

(pelestarian harga), hifdzul aql (pelestarian akal), dan

142

G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta:

Kanisus, 1987), 76. 143

G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta:

Kanisus, 1987), 77. 144

Afridawati, “Stratifikasi Al- Maqashida AL- Khamsah (Agama, Jiwa, Akal,

Keturunan, dan Harta) dan Penerapannya dalam Maslahah‖ Al-Qishthu Volume 13,Nomor 1

(t.t.): 25.

Page 66: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

53

hifdzunnasl (pelestariaan keturunan). Daruriyat inilah yang

dinilai sebagai hal-hal esensial bagi kehidupan manusia itu

sendiri. 145 Maqashid dharuriyyah meliputi pemeliharaan

terhadap agama (al-din), jiwa (al-nafs), akal (al-„aql),

keturunan (al-nasab), dan harta (al-mal). Hal ini sejalan dengan

kaidah hukum Islam (segala bentuk kemudharatan harus

dihilangkan). Kaidah ini menepati posisi yang sangat penting

dan agung dalam khazanah hukum Islam. 146

2. Kebutuhan sekunder (al-hajiyyah)

Yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia dalam

menghindari kesempitan dan menolak kesulitan, dalam arti jika

ia tidak ada, akan membuat manusia mengalami kesempitan

tanpa merusak kehidupan.147 Kebutuhan sekunder (al-hajiyyah)

merujuk kepada kemaslahatan yang berupa kelapangan dan

keluwesan dalam hukum yang ditunjukan untuk

menghindarkan kesulitan (haraj. 148

3. Kebutuhan tersier (al-tahsiniyyah)

Yaitu hal-hal yang menjadi tuntutan dari martabat diri dan

ahklak yang mulia atau yang ditujukan untuk mendapatkan adat

istiadat yang baik. 149

Tersier (tahsiniyyah) merujuk kepada

kemaslahatan suplementer dalam hidup makhluk dan

berkenaan dengan persoalan etika (makarim al-akhlaq) dan

estika (mahasin al-„adat).150

b) Puncak dari hierarki tersebut adalah kesejahteraan yang arahnya kepada

maslahah. Maslahah sendiri dapat dicapai melalui dua cara yaitu

145

Muazaroh, ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Maslow (tinjauan

maqasid),‖ Vol. 7, No. 1 (Juni 2019), 27. 146

Afridawati, ―Stratifikasi Al- Maqashida AL- Khamsah (Agama, Jiwa, Akal,

Keturunan, dan Harta) dan Penerapannya dalam Maslahah‖, 22–23. 147

Afridawati, ―Stratifikasi Al- Maqashida AL- Khamsah (Agama, Jiwa, Akal,

Keturunan, dan Harta) dan Penerapannya dalam Maslahah‖ Al-Qishthu Vol. 13,No. 1, 25. 148

Afridawati, ―Stratifikasi Al- Maqashida AL- Khamsah (Agama, Jiwa, Akal,

Keturunan, dan Harta) dan Penerapannya dalam Maslahah‖, 22–23. 149

Afridawati, ―Stratifikasi Al- Maqashida AL- Khamsah (Agama, Jiwa, Akal,

Keturunan, dan Harta) dan Penerapannya dalam Maslahah‖, 25. 150

Afridawati, ―Stratifikasi Al- Maqashida AL- Khamsah (Agama, Jiwa, Akal,

Keturunan, dan Harta) dan Penerapannya dalam Maslahah‖, 22–23.

Page 67: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

54

mewujudkan manfaat (pemenuhan kebutuhan manusia) dapat dicapai

melalui kebaikan dan kesenangan maanusi yang disebut dengan jalb al

manafi, dan menghindari kerusakan atau madarat. Sedangkan puncak

yang ingin dicapai Maslow dalam hierarki kebutuhannya adalah

akualisasi diri yang lebih mengarah pada konsep individualistic-

materialistik. Namun demikian, di puncak level paling tinggi ini

Maslow juga membuka ruang pada aspek tertinggi manusia yaitu nilai-

nilai spiritual, dan panggilan untuk bertindak luhur. Melalui pemahaman

inilah maslow ingin memperkenalkan bahwa manusia adalah makhluk

yang multidimensi sekaligus bisa memberikan harapan kepada manusia

untuk mencapai kodrat yang tertinggi.151

Al-Ghazali menegaskan pentingnya pembedaan antara kebutuhan dan

keinginan. Sedangkan Maslow memandang keinginan adalah landasan

dari kebutuhan itu sendiri yang ia sebut sebagai motivasi.152 Makna

kebutuhan berbeda dengan makna keinginan. Jika kebutuhan

didefinisikan dengan sesuatu yang sangat dibutuhkan, maka keinginan

mempunyai makna hasrat, hendak, mau, menginginkan, mengharapkan,

menghendaki.153

c) Pencapaian Aktualisasi diri

Menurut Al-Ghazali mereka akan cenderung lebih taat pada Tuhannya

dan senantiasa berbuat baik kepada sesama. Sebab, yang menjadi tolak

ukur dalam pencapaian maslahah yang digagas oleh Al-ghazali adalah

harus sejalan dengan tujuan syara‟ sekalipun bertentangan tujuan

manusia. Karena tujuan manusia seringkali didasarkan pada kehendak

hawa nafsu. Sedangkan menurut Maslow ciri manusia yang berhasil

mengaktualisasikan dirinya adalah mereka bersifat universal, mampu

menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan dalam berhubungan dengan

sesama, Tetapi tidak bermuatan agama meskipun dalam psikologi

151

Muazaroh, ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Maslow (tinjauan

maqasid)‖ Vol. 7, No. 1 (Juni 2019), 27. 152

Muazaroh, ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Maslow (tinjauan

maqasid)‖, 28. 153

Amri Ulil, Thesis “Konsep Kesejahteraan dalam Teori Ekonomi Barat dan Islam

(Analisis Perbandingan Pendapat Maslow dan Al-Ghazali,‖ (UIN Raden Fatah Palembang, 2010),

6.

Page 68: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

55

humanistiknya Maslow mengenalkan nilai-nilai spiritual. Untuk

mencapai aktualisasi diri ini Al-ghazali memberi jalan melalui riyadhah

an nafs (pengendalian diri), tafakkur (penyucian jiwa), tahaqquq

(kristalisasi), takhalluq (peneladanan terhadap sifat Allah), bahkan uzlah

(pengasingan diri). Sedangkan Maslow mengidentifikasikan akutualisasi

dapat tercapai apabila sudah ada pemuasan terhadap kebutuhan pokok.154

Dalam kebutuhan fisiologis seperti makan adalah kebutuhan yang harus

diprioritaskan paling utama. Kecenderungan manusia yang mengalami

kelaparan, akan mengabaikan hal lain-lain diluar darinya. Sebab,

konsentrasi bekerja maupun belajar akan terganggu ketika seseorang

dalam kondisi lapar. Hal ini menunjukkan bahwa keselamatan jiwa

menjadi prioritas yang utama baru kemudian disusul dengan kebutuhan-

kebutuhan yang lain. Dalam usul fiqh, hal ini selaras dengan kaidah

―kemadharatan dapat menghalalkan sesuatu yang sebulumnya

dilarang‖.155 dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan dalam aktualisasi

diri lebih diutamakan keselamatan jiwa kemudian masuk kedalam ranah

agama. Namun Al-Ghazali berpendapat bahwa agama lebih

diprioritaskan karena merupakan pusat dari maqasid syariah yang

memelihara tujuan syara‘ sehingga jika agama seseorang terjaga, maka

akan mengantarkan kesejahteraan dunia dan akhirat.

d) Bagi Al-Ghazali agama adalah sumber dari ketentraman jiwa manusia.

Seandainya manusia dalam keadaan yang senantiasa disinari oleh nur

ilahiyah, niscaya tidak ada peperangan di dunia. Maka, menurut Al-

Ghazali agamalah yang harus paling utama dilindungi. Karena tujuan

dari maslahah sendiri, menurutnya adalah menjaga tujuan-tujuan syara‘.

Menjaga syara‘ tidak lain adalah dengan memelihara agama. Berbeda

dengan Maslow, karena kondisi pada saat itu manusia berada dalam

keterpurukan, khususnya dalam bidang ekonomi, mereka banyak yang

154

Muazaroh, ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Maslow (tinjauan

maqasid)‖ Vol. 7, No. 1 (Juni 2019), 29. 155

Nurpita, Skripsi ―Teori Kebutuhan Abraham Harold Maslow Menurut Perspekif

Tasawuf‖ (IAIN Bengkulu, 2020), 65–66.

Page 69: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

56

menderita kelaparan. Sehingga Maslow memunculkan teori yang

berkaitan dengan kebutuhan fisik manusia.156

Apabila dikaitkan dengan istilah worldview, di mana kombinasi

berkesinambungan dari pengetahuan apriori dan kemampuan

memperoleh pengetahuan aposterior yang secara gradual membentuk

kerangka pemikiran. Kerangka ini kemudian dilakukan dengan teori

building yang merupakan proses pembentukan teori dengan langkah dan

proses tertentu yang dilandasi dengan pemikiran yang rasionalitas.

Apabila melihat pandangan dunia (Worldview) yang hidup dalam sistem

sosial tentu memainkan peranan penting dengan segala implikasi. Di

bidang ilmu pengetahuan, worldview, secara latin berfungsi sebagai

media kognitif yang menjelaskan posisi ontologism, aturan-aturan

metodologis, kerangka nilai dan sebagainya.157

Kemudian dari world view dapat dibedakan menjadi dua yaitu Scientific

Worldview dan Islamic Worldview.158 Scientific Worldview

keberadaannya mengemudikan seluruh ide atau gagasan yang bersifat

transendens kecara pandang ilmiah, termasuk pula dalam ilmu ekonomi.

Melalui cara pandang ini, ilmu pengetahuan dibangun secara analisis

(what is), dan tidak didasarkan kepada penjelasan normatif (what

thought to be). Hanya jika terdapat alasan dan tujuan yang logis sajalah

ilmu pengetahuan (ekonomi) boleh mengakomodasi aspek-aspek

normatif itu.

Pada dasarnya Scientific Worldview bukanlah sebuah pandangan dunia

yang ilmiah, melainkan sebuah visi yang memproyeksikan materialisme

rasionalistik sebagai cara pandang universal yang membimbing manusia

kepada alam kebendaan. Menariknya, Worldview yang diciptakan oleh

The Vienna Circleini justru mewarnai bahkan menjadi landasan yang

utama keseluruhan bangunan ilmu pengetahuan dan kehidupan Barat

156

Muazaroh, ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Maslow (tinjauan

maqasid)‖ Vol. 7, No. 1 (Juni 2019), 26. 157

Ismail Nawawi, Isu Nalar Ekonomi Islam I (Sidoarjo: Dwiputra Pustaka Jaya, 2013),

280. 158

Ismail Nawawi, Isu Nalar Ekonomi Islam I, 281.

Page 70: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

57

modern. Tolak ukur kebenaran, kesenangan dan aspek-aspek lain dalam

hidup ditentukan oleh parameter kebendaan. Maka jelas, di bidang ilmu

pengetahuan pandangan dunia seperti ini membatasi semua kegiatan

penyelidikan ilmiah hanya tertuju kepada hal-hal yang bersifat material

dan dapat dicitrakan secara inderawi. Oleh penganut teori positivis logis

(The Logicial Positivist Theory), apa pun yang berada di luar jangkauan

indera sudah pasti akan ditolak.

Islamic Worldview, pandangan dunia islam adalah sebuah visi yang

menyatukan kebenaran wahyu dan ilmu pengetahuan secara seimbang

dan integrasi. Worlview Islam didasarkan pada wahyu ilahi (al-Qur‟an

dan Hadis), bersifat fleksibel namun tidak dapat digantikan. Pandangan

dunia ini dibangun oleh tiga keyakinan pokok, yaitu tauhid (keesaan

Allah), kesatuan penciptaan yang menekankan hubungan manusia

dengan Allah juga hubungan manusia dengan alam semesta

(kekhalifahan), dan prinsip keadilan.

D. Relevansinya dalam Konteks Kesejahteraan di Indonesia

Dalam suatu negara, konsep kesejahteraan selalu dikaitkan dengan tingkat

pertumbuhan ekonomi masyarakat yang makin baik dan segala sesuatu yang

mendatangkan kesengsaraan makin berkurang sehingga kualitas hidup semakin

meningkat, baik dalam hal moral maupun material.

Menurut pandangan Mubyarto yang dikutip oleh Jaih Mubarok disebutkan

bahwa kesejahteraan adalah perasaan hidup senang dan tentram tidak kurang apa-

apa dalam batas yang mungkin dicapai oleh orang-perorang, selanjutnya

Mubyarto menjelaskan bahwa orang yang memiliki kehidupan sejahtera adalah:

1. Orang yang tercukupi pangan, pakaian, dan rumah yang nyaman

2. Terpelihara kesehatannya

3. Anak-anaknya dapat memperoleh pendidikan yang layak. Selain itu

kesejahteraan juga mencakup unsur batin yaitu perasaan diperlakukan adil dalam

kehidupan.159

159

Lailiyatun Nafiah, ―Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap

Kesejahteraan Mustahiq Pada Program Ternak Bergulir BAZNAS Kabupaten Gresik‖ Vol. 05, No.

01 (April 2015), 937.

Page 71: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

58

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1976 tentang ketentuan

pokok kesejahteraan sosial dalam pasal 2 ayat 1 merumuskan bahwa

kesejahteraan sosial adalah ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial

materiil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan

ketentraman batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk

mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniyah, rohaniyah dan

sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakatdengan

menjunjung tinggi hak-hak azasi serta kewajiban manusia sesuai dengan

pancasila.

Selanjutnya Dalam Instruksi Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan /

Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Nomor

191/Hk.011/02/2000 tentang Pelaksanaan Pencatatan dan Pelaporan Program

Keluarga Berencana Nasional yang merujuk pada UU No.10 Tahun 1992 tentang

kependudukan dan keluarga sejahtera dirumuskan adanya lima tahapan keluarga

sejahtera: tahap pertama keluarga prasejahtera yaitu keluarga yang belum mampu

memenuhi kebutuhan dasarnya, tahap kedua keluarga sejahtera I yaitu keluarga

yang mampu memenuhi kebutuhan dasarnya tetapi belum mampu memenuhi

kebutuhan social psicologis, tahap tiga keluarga sejahtera II yaitu keluarga yang

mampu memenuhi kebutuhan dasar dan kebutuhan social psicologis tetapi belum

mampu memenuhi kebutuhan pengembangan, tahap empat keluarga sejahtera III,

yaitu keluarga yang telah mampu memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan social

psicologis, kebutuhan pengembangan, tetapi belum mampu memberikan

kontribusi yang positif terhadap masyarakat sekitarnya, tahap kelima adalah

keluarga sejahtera III plus adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh

kebutuhan hidupnya.

Negara harus bertanggung jawab dalam menjamin kebutuhan masyarakat

terhadap berang-barang kebutuhan pokok. Ia beralasan bahwa ketidakseimbangan

antara jumlah barang kebutuhan pokok yang tersedia dengan kebutuhan

masyarakat cenderung akan merusak kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

Selanjutnya Al-Ghazali mengindentifikasikan tiga alasan mengapa seseorang

harus melakukan aktivitas ekonomi, yaitu: pertama, untuk mencukupi kebutuhan

Page 72: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

59

hidup yang bersangkutan. Kedua, untuk mensejahterakan keluarga. Ketiga, untuk

membantu orang lain yang membutuhkan.160

Al-Ghazali telah mengidentifikasikan dengan jelas berbagai jenis fungsi

kesejahteraan yang dijalankan oleh Negara. Ia menitik beratkan bahwa untuk

meningkatkan kemakmuran ekonomi, negara harus menegakkan keadilan dan

mensejahterakan kemakmuran ekonomi, negara harus menegakkan keadilan dan

mesejahterakan rakyatnya, serta menciptkan kedamaian dan keamanan, ia

menekankan perlunya keadilan, serta aturan yang adil dan seimbang. Bila terjadi

ketidakadilan dan penindasan, orang tidak memiliki pijakan, kota-kota dan

daerah-daerah menjadi kacau, penduduknya, menguasai dan pindah kedaerah lain,

sawah dan ladang ditinggalkan, kerjaan menu kehancuran, pendapatan public

menurun, kas negara kosong dan kebahagiaan serta kemakmuran dalam

masyarakat menghilang, orang-orang tidak mencintai penguasa yang tidak adil

alih-alih mereka selalu berdoa semoga kemalangan menimpanya.161

Dalam konteks kesejahteraan, maka kesejahteraan dapat didefinisikan sebagai

kondisi terpenuhinya kebutuhan pokok atau dasar manusia. Ketika Al-Ghazali

mendefinisikan mengenai kebutuhan darurat, hal serupa juga ditemukan pada

model yang ditawarkan oleh Abraham Maslow pada motivasi manusia untuk

memenuhi kebutuhan fisik, yaitu berkaitan dengan dorongan pada manusia

dihadapkan pada motivasi paling rendah, ini merupakan kebutuhan-kebutuhan

fisik manusia yang paling dasar, termasuk makanan, air, rumah, pakaian,

oksigen.162

Dikutip dari BPS.go.id bahwasanya Garis kemiskinan Indonesia perkotaan

sebesar 458.380 pada september 2019 dan pada september 2020 sebesar 471.822.

sedangkan pedesaan sebesar 418.515 pada september 2019 dan pada september

2020 sebesar 433.281.163

160

Abdul Hamid Syahrovi, ―Studi AnalisisTerhadap Pemikiran Al-Ghazali Tentang

Kesejahteraan Sosial Menurut Fiqih Muamalah,‖ 34–35. 161

Abdul Hamid Syahrovi, Skripsi ―Studi AnalisisTerhadap Pemikiran Al-Ghazali

Tentang Kesejahteraan Sosial Menurut Fiqih Muamalah,‖ (UIN Sultan Syarif Kasim Rian

Pekanbaru, 2012), 37–38. 162

Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif

Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow)‖ (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2014), 98. 163

―Badan Pusat Statistik (BPS),‖ t.t., https://www.bps.go.id/indicator/23/195/1/garis-

kemiskinan-menurut-provinsi.html. dikutip pada 6 April 2021, 0.40 wib.

Page 73: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

60

Untuk mengukur kesejahteraan suatu negara, Badan PBB untuk

Pembangunan, yaitu UNDP (United Nations Development Program), setiap tahun

merilis Human Development Report (HDR). Dalam HDR tersebut dirilis banyak

sekali index, salah satu yang paling mendapatkan perhatian adalah Human

Development Index (HDI). HDI dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi

Indeks Pembangunan Manusia (IPM).164 Dikutip dari Badan Pusat Statistik (BPS)

bahwasanya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 71,94 pada tahun

2020. Perlambatan pertumbuhan IPM tahun 2020 sangat dipengaruhi oleh

turunnya rata-rata pengeluaran per kapita yang disesuaikan. Indikator ini turun

dari 11,30 juta rupiah pada tahun 2019 menjadi 11,01 juta rupiah pada tahun

2020.165

Pada teori Al-Ghazali dan Abraham Harold Maslow yang menjelaskan

bahwasanya kesejahteraan dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan seperti

kebutuhan fisik yang meliputi kebutuhan dasar, termasuk makanan, air, pakaian.

Namun setelah dilihat dari angka kemiskinan Indonesia yang mana mengalami

peningkatan pada tahun 2019 ke 2020, sehingga dapat dilihat bahwasanya

kesejahteraan Indonesia belum sepenuhnya terpenuhi.

Kesejahteraan oleh sebagian masyarakat selalu dikaitkan dengan kualitas

hidup. Konsep kualitas hidup merupakan gambaran tentang keadaan kehidupan

yang baik. World Health Organization mengartikan kualitas hidup sebagai sebuah

dan sistem nilai yang ada terkait dengan tujuan, harapan, standar dan juga

perhatian terhadap kehidupan. Konsep ini memberikan makna yang lebih luas

karena dipengaruhi oleh kondisi fisik individu, psikologis, tingkat kemandirian

dan hubungan sosial individu dengan lingkungannya.166

Undang-undang No 13 tahun 1998 menjelaskan tiga tentang arti

kesejahteraan. Kesejahteraan didefinisikan sebagai suatu tata kehidupan dan

penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan,

kesusilaan dan ketentraman lahir bathin yang memungkinkan bagi setiap warga

164

Nur Kholis, ―Kesejahteraan Sosial di Indonesia Perspektif Ekonomi Islam,‖ Jurnal

Akademika (Juli 2015). 246. 165

―Badan Pusat Statistik (BPS),‖ .

https:///www.bps.go.id/pressrealease/2020/12/15/1758/indeks-pembangunan-manusia--ipm--

indonesia-pada-tahun2020-mencapai-71-94.html, diakses pada 27 Mei 2021, 08.01 Wib. 166

Afida, ―Konsep Kesejahteraan Pada Masa Islam Klasik daan Masa Modern,‖ 125.

Page 74: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

61

negara untuk mengadakan pemenuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-

baiknya bagi diri, keluarga dan masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan

kewajiban asasi manusia sesuai dengan pancasila.

Terdapat tiga sistem ekonomi yang kini cukup dominan di dunia saat ini, yaitu

kapitalisme, sosialisme dan Islam yang banyak digunakan di beberapa negara:

1. Sistem Ekonomi Kapitalisme

Paham kapitaslisme berasal dari inggris abad ke-18, kemudian menyebar

ke Eropa Barat dan Amerika Utara. Sebagai akibat dari perlawanan

terhadap ajaran gereja, tumbuh aliran pemikiran liberalisme di negara-

negara Eropa Barat. Aliran ini kemudian merambah ke segala bidang

termasuk bidang ekonomi. Dasar filosofis pemikiran ekonomi kapitalis

besumber dari tulisan Adam Smith dalam bukunya, An Inqury into the

Nature and Cause of the Wealth of Nations yang ditulis sekitar tahun

1776. Isi dari buku tersebut sarat dengan pemikiran-pemikiran tingkah

laku ekonomi masyarakat.

Dari dasar filosifi tersebut kemudian menjadi sistem ekonomi dan pada

akhirnya mengakar menjadi ideologi yang mencerminkan suatu gaya

hidup (way of life). Smith berpendapat bahwa motif manusi melakukan

kegiatan ekonomi adalah atas dasar dorongan kepentinga pribadi,

bertindak sebagai tenaga pendorong yang membimbing manusia

mengerjakan apa saja asal masyarakat sedia membayar. Motif dan prinsip

sistem kapitalis adalah perolehan, persaingan dan rasionalitas. Sedangkan

tujuan kegiatan ekonominya adalah perolehan menurut ukuran uang.167

2. Sistem Ekonomi Sosialisme

Sosialisme sebagaimana dirumuskan dalam Encyclopedia Britannica

adalah suatu kebijakan atau teori yang bertujuan untuk memperoleh suatu

distribusi yang lebih baik dengan tindakan otoritas demokrasi pusat.

Prinsip-prinsip penting dalam sosialisme yang disosialisasikan kepada

masyarakat, yaitu: pertama, penghapusan milik pribadi atas alat-alat

produksi. Hal ini akan digantikan menjadi milik pemerintah serta

167

Didi Suardi, ―Makna Kesejahteraan Dalam Sudut Pandang Ekonomi Islam,‖ Jurnal

Pemikiran dan Pengembangan Perbankan Syariah, Vol. 6, No. 2 (Edisi Februari 2021), 325–326.

Page 75: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

62

pengawasan atas industri dan pelayanan utama. Kedua, luasnya industri

dan produksi menjadi kebutuhan sosial dan bukan kepada motif laba.

Ketiga, pelayanan dan motif laba digantikan oleh motif pelayanan sosial.

Sosialisme muncul sebagai gerakan perlawanan ekonomi terhadap

ketidakadilan yang timbul dari sistem kapitalisme. Joh Stuart Mill

menyatakan gerakan sosialisme ditunjukan untuk menolong orang-orang

yang tidak beruntung dan tertindas.168

3. Sistem Ekonomi Campuran

Kedua bentuk sistem ekonomi tersebut (kapitalis maupun sosialis). Tidak

ada yang murni, yang ada adalah bentuk campuran dari kedua sistem

tersebut. Dalam sistem ekonomi campuran, pemerintah ikut campur dalam

kehidupan ekonomi masyarakat. Namun demikian, campur tangan tersebut

tidak menghapus kegiatan ekonomi yang diselenggarakan oleh pihak

swasta. Sistem ekonomi campuran yang diterapkan oleh banyak negara

tidak selalu sama. Ada kadar kapitalismenya yang lebih tinggi seperti

Amerika Serikat, Hongkong, Singapura. Ada pula yang bobot

sosialismenya lebih besar seperti India. Untuk mengetahui apakah suatau

negara condong kearah sistem ekonomi liberal atau sebaliknya, terdapat

ukuran yang disebut ―indeks kebebasa ekonomi‖ yang dikembangkan

Milton Friedmaan dkk yang tergabung dalam ―Economic Feeedom

Netdwork‖.169

Menurut Partadiredja, seorang pakar ekonomi dari Universitas Gadah Mada,

sebagian besar negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia, menganut

sistem ekonomi campuran. Terdapat pemilikan swasta perseorangan atas alat-alat

produksi yang berdampingan dengan pemilikan negara, dan bahkan pemilikan

kelompok-kelompok persekutuan adat. Mekanisme harga dan pasar bebas, hidup

berdampingan dengan perancanaan yang dilakukan oleh pemerintah. Sebagian

besar harga barang dan jasa dan faktor produksi ditentukan oleh kekuatan

permintaan dan penawaran. Pemerintah juga mempengaruhi kekuatan permintaan

168

Didi Suardi, ―Makna Kesejahteraan Dalam Sudut Pandang Ekonomi Islam,‖ Jurnal

Pemikiran dan Pengembangan Perbankan Syariah, Vol. 6, No. 2 (Edisi Februari 2021), 326. 169

Rowland B.F. Pasaribu, ―Sistem Perekonomian Indonesia‖ Jurnal Ekonomi (2012), 4.

Page 76: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

63

dan penawaran tersebut melalui kebijaksanaan harga, termasuk penetapan upah

minimum. Mengenai turut campurnya pemerintah dalam kehidupan ekonomi,

dapat dilihat pada ayat 2 dan 3 pasal 33 UUD 1945. Ayat 2 berbunyi ―Cabang-

cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang

banyak dikuasai oleh negara‖. Menurut Mohammad Hatta, yang merumuskan

pasal 33 tersebut, dikuasai oleh negara tidak berarti negara sendiri yang menjadi

penguasa, usahawan. Selanjutnya dikatakan bahwa kekuasaan negara terdapat

pada membuat peraturan-peraturan guna jalan ekonomi, peraturan yang melarang

peghisapan orsng lemah oleh orang yang bermodal. Demikian pula negara

mempunyai kewajiban supaya ketentuan yang termuat pada pasal 27 ayat 2 dapat

terlaksana. Ketentuan itu berbunyi ―tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan

dan penghhidupan yang layak bagi kemanusiaan‖.170

Dalam konteks kenegaraan, kesejahteraan digunakan dalam rangka

menunjukkan bahwa pemerintahnya menyediakan pelayanan-pelayanan sosial

secara luas kepada warga negaranya. Negara kesejahteraan diartikan sebagai

sebuah proyek sosialis demokrat yang dihasilkan oleh perjuangan orang-orang

kelas pekerja untuk menciptakan masyarakat yang adil. Ide Negara kesejahteraan

barat ini dianggap sebagai perubahan yang dilakukan oleh sistem kapitalis menuju

kepada aspirasi yang dibawa dalam sistem sosialis.171

Negara kesejahteraan merupakan bentuk negara yang memposisikan negara

sebagai lembaga yang mampu memenuhi hak-hak sosial warganya. Kebijakan-

kebijakan politik negara yang bertujuan untuk menghadiri kebahagiaan dan

kesejateraan merupakan komitmen politik sistem negara kesejahteraan. Dalam hal

ini negara kesejahteraan lebih diidentikan dengan kumpulan-kumpulan kebijakan

sosial digunakan sebagai alat untuk mendefinisikan hubungan negara dengan

warganya.

Kebijakan-kebijakan sosial dalam negara kesejahteraan bukanlah suatu entitas

yang memiliki wajah tunggal pada prakteknya, kebijakan-kebijakan sosial yang

diterapkan disuatu negara kesejahteraan dengan negara lain akan bervariasi.

170

Rowland B.F. Pasaribu, ―Sistem Perekonomian Indonesia‖ Jurnal Ekonomi (2012), 5. 171

Ifa Afida, ―Konsep Kesejahteraan Pada Masa Islam Klasik dan Masa Modern‖

Jurnal Al-Tsaman, Vol. 2, No. 1 (Mei 2020), 125.

Page 77: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

64

Perbedaan kebijakan sosial disebabkan oleh perbedaan sistem pemerintahan dan

masalah-masalah yang dihadapi oleh negara. Namun ada beberapa pokok yang

harus ada didalam sistem negara kesejahteraan.

1. Kebijakan ketenagakerjaan

Kebijakan ketenagakerjaan merupakan kebijakan yang paling utama dalam

negara kesejahteraan. Disini negara harus mampu menyediakan akses

lapangan pekerjaan bagi warganya. Tujuan dari kebijakan ketenagakerjaan

tidak lain adalah untuk menciptakan daya beli masyarakat dan mengurangi

ketergantungan warga negara atas tunjangan-tunjangan sosial yang

disediakan oleh negara.

Kebijakan ketenagakerjaan dibagi kedalam dua kebijakan pokok, yaitu

Outset kebijakan dan kebijakan active employment (kebijakan tenaga kerja

aktif). Mengenai Outsite kebijakan, negara memiliki beberapa kewajiban:

Pertama, negara harus membuat sebuah kebijakan dan upaya untuk

memberikan bentuk-bentuk asuransi pengangguran, sebagai peranan

Negara dalan mensiasati kompetisi yang tidak sempurna dalam dunia

lapangan kerja. Kedua, negara harus membuat kebijakan dan upaya agar

tidak tercipta tingginya angka pengangguran, karena hal itu akan

menimbulkan konflik masyarakat dan meningkatnya angka kemiskinan.

Ketiga, negara membuat kebijakan dan upaya untuk mengaitkan antara

kebijakan pendidikan dengan kebijakan ketenagakerjaan dengan tujuan

untuk merespon tantangan sosial ekonomi yang dihadapi oleh negara. 172

Menurut Mantra, faktor sosial ekonomi berhubungan dengan kesejahteraan

masyarakat adalah tingkat ketenagakerjaan.173 Dari data BPS Jumlah

angkatan kerja pada Agustus 2020 sebanyak 138,22 juta orang, naik 2,36

juta orang dibanding Agustus 2019. Sejalan dengan kenaikan jumlah

angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga naik

172

Ifa Afida, ―Konsep Kesejahteraan Pada Masa Islam Klasik dan Masa Modern‖

Jurnal Al-Tsaman, Vol. 2, No. 1 (Mei 2020), 126. 173

Alexander Hukom, ―Hubungan Ketenagakerjaan dan Perubahan Struktur Ekonomi

terhadap Kesejahteraan Masyarakat‖ Vol. 7 No. 2 (Agustus 2014): 124.

Page 78: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

65

sebesar 0,24 persen poin.174 Undang-Undang Republik Indonesia No. 13

tahun 2003 pasal 4 (d) tentang ketenagakerjaan bahwa pembangunan

ketenagakerjaan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja

dan keluarganya,175

sehingga dapat disimpulkan bahwasanya kebijakan

ketenagakerjaan yang belum optimal dengan adanya kenaikan partisipasi

angkatan kerja.

2. Layanan Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu indikator paling penting dalam

merealisasikan dan mewujudkan kehidupan yang bahagia dan sejahtera.176

Pendidikan juga merupakan hal yang terpenting dan mendasar yang harus

didapatkan oleh setiap warga negara. Karena proses ekonomi dan politik

suau negara tidak terlepas dari layanan pendidikan yang didapatkan warga

negara. Negara-negara yang penduduknya memiliki kualitas pedidikan

rendah, maka negara tersebut akan berada pada posisi negara miskin dan

terbelakang. Hal ini disebabkan kaarena ketidakmampuan warga

negaranya dalam mengakses segala informasi penting. Sedangkan negara-

negara yang penduduknya memiliki kualitas pendidikan yang tinggi, maka

negara tersebut akan berada pada posisi negara kaya dan maju. Ini

disebabkan karena warga negaranya memiliki beka pendidikan yang

tinggi, sehingga mereka mampu mengakses segala informasi yang

dibutuhkan utnuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

Layanan pendidikan memiliki posisi yang penting dalam mewujudkan

sebuah negara yang adil, makmur dan sejahtera. Dalam hal ini pendidikan

adalah bagian penting dari pemberdayaan masyarakat untuk turut serta

dalam menciptakan kemakmuran negara. Jadi tugas negara agar bisa

menjadi negara yang kehidupan rakyatnya sejahtera adaah menyediakan

sistem pendidikan dan pengembangan pendidikan.

174

―Badan Pusat Statistik (BPS),‖

https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/11/05/1673/agustus-2020--tingkat-pengangguran-

terbuka--tpt--sebesar-7-07-persen.html, diakses pada 28 Mei 2021, 10.58 Wib . 175

Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003 pasal 4 (d) tentang

ketenagakerjaan. 176

Amri Ulil, Thesis, ―Konsep Kesejahteraan dalam Teori Ekonomi Barat dan Islam

(Analisis Perbandingan Pendapat Maslow dan Al-Ghazali,‖ (UIN Raden Fatah Palembang, 2010),

62.

Page 79: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

66

Pendidikan akan menciptakan kemampuan orang perorangan dan

masyarakat mangakses sumberdaya dan tata kebijakan, dan

mengorganisasikannya untuk mencapai kesejahtera dan kemakmuran

mereka sendiri. pendidikan yang didapatkan oleh warga negara akan

menciptakan kemampuan efektif dalam menghadpai situasi dimana orang

atau masyarakat terjebak dalam struktur sosial kemasyarakatan yang bisa

menciptakan kemiskinan dan kemunduran atau deprivasi sosial. Terutama

dalam era globalisasi, kemampuan dan layanan pendidikan yang

didapatkan warga negara akan menentukan seberapa jauh kehidupan

sosial-ekonomi dapat terus berkembang, seiring berkembangnya negara-

negara lain.177

Berdasarkan badan Pusat Statistik bahwa jumlah persentase ruang kelas

sebagai sarana, SD pada tahun 2019 rusak berat sebesar 8,69 menurun

menjadi 7,63 pada tahun 2020. SMP pada tahun 2019 rusak berat

sebesar7,40 menurun menjadi 5,35 pada tahun 2020. SMA pada tahun

2019 rusak berat sebesar 4,12 menurun menjadi 2,70 pada tahun 2020.

SMK pada tahun 2019 rusak berat sebesar 1,87 menurun menjadi 1,50

pada tahun 2020.178

Dengan adanya penurunan data kerusakan sarana dan prasarana ini dapat

disimpulkan bahwasanya layanan pendidikan di Indonesia cukup baik

sejalan dengan Pasal 45 Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) No.

20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa

setiap satuan pendidikan menyediakan sarana dan prasarana yang

memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan

perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan

kejiwaan peserta didik.179

Hal itu mempertegas posisi sarana dan prasarana

pendidikan sebagai bagian dari standar pendidikan nasional.180

3. Layanan Kesehatan

177

Ifa Afida, ―Konsep Kesejahteraan Pada Masa Islam Klasik dan Masa Modern‖

Jurnal Al-Tsaman, Vol. 2, No. 1 (Mei 2020), 127–128. 178

Badan Pusat Statistik, Potret Pendidikan Indonesia (BPS, Jakarta - Indonesia, 2019),

18. 179

Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Pasal 45. No. 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional. 180

Badan Pusat Statistik, Potret Pendidikan Indonesia, 9.

Page 80: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

67

Di negara-negara berkembang atau negara-negara yang memiliki

penduduk miskin yang relatif tinggi, layanan kesehatan suatu yang sulit

didapatkan. Dalam hal ini pelayanan kesehatan gratis yang disediakan oleh

negara. Dalam model negara kesejahteraan, layanan kesehatan merupakan

salah satu pilar penting yang harus disediakan oleh negara.181

Data pelayanan kesehatan dilaksanakan dari pelayanan kesehatan yang

diberikan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) yang

meningkat. Bila dibandingkan dengan tahun 2014, jumlah FKTP yang

bekerja sama dengan BPJS kesehatan meningkat 10,97% yaitu dari 18.437

FKTP pada tahun 2014 menjadi 20.708 FKTP pada tahun 2016.182 Sejalan

dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2016

tentang fasilitas pelayanan kesehatan Pasal 2 bahwa fasilitas pelayanan

kesehatan didirikan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan baik

promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative.183

4. Jaminan Sosial

Secara definisi, jaminan sosial adalah sistem penyimpanan dan

pengelolaan dana negara yang dipakai untuk membiayai berbagai layanan

sosial public. Dana jaminan sosial merupakan dana yang dikumpulkan

oleh negara melalui beberapa sumber pandangan negara, seperti: melalui

perpajakan (terutama pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, dan

pajak bisnis), dan melalui pungutan non pajak (misalnya potongan gaji

untuk asuransi).

Jaminan sosial atau (social security) memiliki beberapa tujuan penting,

yaitu:

a. Memenuhi kebutuhan financial terhadap kejadian-kejadian yang tidak

dapat diduga seperti meninggalnya pelaku nafkah keluarga, berhenti

bekerja atau kecelakaan kerja.

181

Ifa Afida, ―Konsep Kesejahteraan Pada Masa Islam Klasik dan Masa Modern‖

Jurnal Al-Tsaman, Vol. 2, No. 1 (Mei 2020), 129. 182

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Profil Kesehatan Indonesia Tahun

2016, (Jakarta, 2017), 90. 183

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2016 Tentang Fasilitas

Pelayanan Kesehatan.

Page 81: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

68

b. Menjawab kebutuhan yang masih dibutuhkan yang berhubungan

dengan cacat atau perawatan. Contohnya tunjangan hidup kaum cacay

atau orang-orang yang menderita cacat berat.

c. Mendukung keluarga sebagai untit sosial, yaitu layanan yang

diperuntukkan untuk tunjangan ana dan tunjangan orang tua tunggal.

d. Mencegah atau mengentaskan kemiskinan, yaitu: jaminan sosial yang

diberikan untuk individu atau keluarga yang tidak mempunyai nafkah

yang jelas disaat sosial-ekonomi meraka yang parah.

e. Menjadi instrument redistribusi, yaitu: jaminan sosial dengan

sendirinya menjadi mekanisme pengumpulan pajak dari setiap

golongan masyarakat yang kemudian diarahkan ke orang-orang atau

masayrakat yang memang layak mendapatkan dan

membutuhkannya.184

Layanan Jaminan Sosial diantaranya program jaminan hari tua pada

akhir tahun 2019, total asset yang dikelola sebesar 318.306 miliar. Nilai

asset tersebut mengalami peningkatan sebesar 39.474 miliar (14,16%)

dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 278.832 miliar.185 Hal

ini sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun

2004 Pasal 1 Ayat 1 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional bahwa

Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk

menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya

yang layak.186

5. Perumahan

Masyarakat miskin identik dengan tempat tinggal yang tidak layak atau

kumuh. Dalam kebijakan negara kesejahteraan, masalah kemiskinan

menjadi perhatian utama. Kebijakan itu meliputi masalah perumahan atau

tempat tinggal. Permasalahan naiknya model dan tingkat konsumsi

menjadi justifikasi bagi naiknya harga dan model fasilitas perumahan. Ini

menjadi penyebab nilai properti naik, harga sewa naik dan sekaligus

184

Ifa Afida, ―Konsep Kesejahteraan Pada Masa Islam Klasik dan Masa Modern‖

Jurnal Al-Tsaman, Vol. 2, No. 1 (Mei 2020), 129. 185

Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Jaminan Sosial Indonesia 2019 (Jakarta, 2020), 26. 186

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat 1 Tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Page 82: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

69

menyingkirkan kemampuan orang-orang yang berpendapatan rendah

untuk membeli rumah.

Warga negara yang memiliki pendapatan rendah akan semakin kesulitan

untuk memiliki tempat tinggal yang layak akibat daya beli mereka

menurun dan mereka akan semakin menjadi warga negara yang terpuruk.

Hal ini sejalan dengan data BPS.go.id bahwasanya garis kemiskinan

Indonesia perkotaan pada September 2019 sebesar 6,56 perrsen, naik

menjadi 7,38 persen pada Maret 2020. Sementara persentase penduduk

miskin daerah pedesaan pada September 2019 sebesar 12,60 persen, naik

menjadi 12,82 persen pada Maret 2020.187 Fenomena seperti ini akan

melahirkan sebuah kawasan kumuh dengan fasilitas yang amat rendah dan

tanah-tanah sangketa yang tidak jelas. Jika permasalahan mengenai

perumahan tidak segera diatasi oleh negara, maka akan menyebabkan

naiknya angka kemiskinan, keterbelakangan, dan potensi timbulnya

kriminal. Sejalan dengan Undang-Undang RI No. 1 tahun 2011 pasal 1

(14) tentang pemukiman kumuh adalah permukiman yang mengalami

penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian.188

Ada beberapa alasan pokok, kenapa kebijakan mengenai layanan

perumahan menjadi tanggungjawab negara dalam model negara

kesejahteraan:

a. Perumahan adalah bagian dari pasar asset yang amat rentan terhadap

spekulasi. Sektor perumahan mampu menimbulkan krisis ekonomi

apabila tidak dikendalikan dengan baik. Jadi sektor perumahan harus

ditangani secara serius oleh negara.

b. Perumahan secara langsung melibatkan tata ruang, tata wilayah. Tata

ruang tata wilayah merupakan pintu masuk terhadap kepentingan

ekonomi dan politik, sehingga membutuhkan. pengaturan yang

akuntabel

187

―Badan Pusat Statistik (BPS),‖.

https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/07/15/1744/persentasse-penduduk-miskin-maret-2020-

naik-menjadi-9-78-persen.html., diakses pada 6 April 2021, 0.40 Wib. 188

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman.

Page 83: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

70

c. Berkembanganya kota-kota kecil menjadi mega cities. Apabila

pengelolaan sektor perumahan gagal ditangani secara baik, masalah

perumahan menjadi embrio bagi kriminal.

Untuk mengatasi permasalahan diatas, negara harus melakukan beberapa

kebijakan:

a. Negara menyediakan fasilitas tanah sekaligus bangunan untuk layanan

perumahan bagi warganya. Layanan perumahan ini bisa berupa

penyediaan rumah sederhana atau rumah susun oleh negara.

b. Negara menyediakan model-model kredit bbagi warga negara sesuai

dengan jenis dan kelas perumahan, dengan tujuan agar warga negara

bisa memiliki kualitas hidup yang layak dengan tempat tinggal yang

layak dan dengan angsuran jangka panjang. Pola kredit dengan model

subsidi. Dalam hal ini negara membeli perumahan melalui kerjasama

dengan pengembang. Kemudian warga negara membelinya dengan

harga jauh berkurang.189

E. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa, Konsep Kesejahteraan menurut Abraham Harold Maslow

ialah terpenuhinya kebutuhan fisik (physiological needs) atau kebutuhan pokok

(basic needs) yang merupakan kebutuhan akan pangan, sandang, papan,

pendidikan dan kesehatan, kebutuhan akan rasa aman (safety needs) biasanya

terpuaskan pada orang dewasa yang normal dan sehat serta diikuti oleh kebutuhan

sosial (socio needs) yang mana kebutuhan akan perasaan dihormati karena setiap

manusia merasa dirinya penting, kebutuhan akan pengakuan (esteem needs)

seperti penghargaan, idealnya timbul karena adanya prestasi semakin tinggi

kedudukan maka semakin tinggi pula rasa penghargaan dan pengakuan, serta

tahap terakhir adalah kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) yang

lebih mengarah pada konsep individualistic-materialistik.

Sedangkan konsep kesejahteraan menurut Al-Ghazali ialah terletak pada

keimanan (hifz ad-din) mereka yang diukur dari implementasi rukun islam yaitu

189 Ifa Afida, ―Konsep Kesejahteraan Pada Masa Islam Klasik dan Masa Modern‖

Jurnal Al-Tsaman, Vol. 2, No. 1 (Mei 2020), 130.

Page 84: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

71

syahadat, sholat, puasa, zakat, dan haji, jiwa (an-nafs) yaitu terpenuhinya

kebutuhan sandang, pangan, tempat tinggal, kesehatan serta fasilitas umum

lainnya, akal (al-aql) yang dibedakan menjadi tiga tingkatan, pertama dharuriyah

sebagai contoh diharamkannya minuman-minuman keras, kedua hajjiyah seperti

menuntut ilmu pengetahuan dan siniyyah seperti menghindarkan diri dari

mendengarkan sesuatu yang tidak bermanfaat, keturunan (an-nasl) yang mana

tidak perlu khawatir dalam hal ekonomi untuk menikah karena Allah akan

memberikan rezeki serta karunianya, dan kekayaan (an-mal) mereka yang

meliputi pendapatan yang layak dan adil, memiliki kesempatan berusaha, rezeki

yang halal dan persaingan yang adil.

Penulis menyimpulkan konsep kesejahteraan dari tokoh pemikiran barat yaitu

Abraham Harold Maslow dan pemikiran islam yaitu Al-Ghazali, bahwasanya

konsep kesejahteraan adalah tercapainya kebutuhan pada diri seseorang yang tidak

hanya fokus pada kebutuhan fisiologis atau tercapainya kebutuhan pangan,

sandang, pendidikan, jabatan melainkan kebutuhan rasa aman.

Adapun persamaan konsep kesejateraan dari kedua tokoh tersebut yaitu

Abraham Harold Maslow dan Al-Ghazali ialah terletak pada kebutuhan fisiologis

dan kebutuhan akan rasa aman. Sedangkan perbedaanya ialah pada pemikiran

Abraham maslow menekankan kebutuhan manusia meliputi 5 tingkatan, yang

terdiri dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan asa

memiliki dan rasa cinta, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan

aktualisasi diri sedangkan Al-Ghazali menekankan pada 3 tingkatan kebutuhan

yang meliputi kebutuhan primer, kebutuhan sekunder serta kebutuhan tersier.

Maslow lebih menegaskan pada keinginan, sedangkan Al-Ghazali lebih

menekankan pada kebutuhan dan keinginan. Yang mana makna kebutuhan

berbeda dengan makna keinginan. Jika kebutuhan didefinisikan dengan sesuatu

yang sangat dibutuhkan, maka keinginan mempunyai makna hasrat, hendak, mau,

menginginkan, mengharapkan, menghendaki, keinginan berarti barang yang

diinginkan. Pada pencapaian aktualisasi diri maslow lebih bersifat universal tidak

bersangkutan pada agama, sedangkan Al-Ghazali lebih cenderung pada Islamic

atau taat kepada tuhannya dalam pencapaian maslahah.

Page 85: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

72

Keunggulan Al-Ghazali dalam konsep kesejahteraan adalah ia tidak cenderung

memikirkan satu sisi melainkan dunia dan akhirat yang meliputi terpeliharanya

agama, jiwa, akal, keturunan dan juga harta, beda halnya dengan Abraham Harold

Maslow yang lebih menekankan pada Individualistic-Materialistic yang artinya

diukur dari kepuasan atau terpenuhinya kebutuhan pribadi serta dapat diukur dari

material yang berupa uang, harta, benda meskipun memiliki persamaan dengan

Al-Ghazali mengenai kebutuhan akan rasa aman yang artinya menginginkan

jaminan keselamatan, kebebasan berbicara serta menginginkan hidupnya tidak

terganggu dalam melakukan aktifitas yang dikehendakinya dan pada kebutuhan

darurat Al-Ghazali tidak hanya menekankan kebutuhan fisik yang bersifat materi,

namun juga ia menepatkan individu secara utuh (holistic) tidak hanya kebutuhan

fisik namun juga kebutuhan jiwa dan rohani. Karena yang dapat mengendalikan

fisik ketika melakukan kegiatan hanyalah jiwa, ketika jiwa individu tersebut baik

maka baiklah kegiatan dan begitu pula sebaliknya. Sedangkan keungggulan yang

dimiliki Abraham Harold Maslow meneliti secara rasional, atau pikiran dan

pertimbangan yang logis atau dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang

untuk menarik kesimpulan yang dibenarkan oleh data, aturan dan logika.

Ada beberapa pokok yang harus ada didalam sistem negara kesejahteraan,

meliputi kebijakan ketenagakerjaan yang menyediakan akses lapangan pekerjaan

bagi warganya sehingga dapat menciptakan daya beli masyarakat dan mengurangi

ketergantungan warga negara atas tunjangan sosial yang disediakan oleh negara,

kedua layanan pendidikan yang harus didapatkan oleh setiap warga negara karena

proses ekonomi dan politik suatu negara tidak terlepas dari layanan pedidikan,

ketiga layanan kesehatan yang merupakan salah satu pilar penting yang harus

disediakan oleh negara karena negara berkembang memiliki penduduk miskin

yang relatif tinggi, keempat jaminan sosial yang merupakan sistem penyimpanan

dan pengelolaan dana negara yang dipakai untuk membiayai berbagai layanan

sosial public, terakhir perumahan yang mana warga negara yang memiliki

pendapatan rendah akan semakin kesulitan untuk memiliki tempat tinggal yang

layak akibat daya beli mereka menurun dan mereka akan semakin menjadi warga

negara yang terpuruk.

Page 86: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

73

Pada teori Al-Ghazali dan Abraham Harold Maslow dan relevansinya di

Indonesia yang menjelaskan bahwasanya kesejahteraan dapat dilihat dari

terpenuhinya kebutuhan seperti kebutuhan fisik yang meliputi kebutuhan dasar,

termasuk makanan, air, pakaian. Namun setelah dilihat dari angka kemiskinan

Indonesia yang mana mengalami peningkatan pada tahun 2019 ke 2020, sehingga

dapat dilihat bahwasanya kesejahteraan Indonesia belum sepenuhnya terpenuhi.

Begitupun dengan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menurun.

Page 87: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kesejahteraan menurut Abraham Harold Maslow adalah terpenuhinya

kebutuhan fisik (physioligical needs) atau kebutuhan pokok (basic needs)

seperti pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan, kedua adalah

kebutuhan akan rasa aman (safety needs), diikuti oleh kebutuhan sosial

(social needs), kebutuhan akan pengakuan (esteem needs) dan tahap terahir

adalah terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs)

dimana maslow memandang bahwa tingkat kesejahteraan dalam

memenuhi kebutuhan ditempuh secara bertahap dan berurutan.

2. Kesejahteraan menurut Al-Ghazali ialah tercapainya kemaslahatan dan

beliau menjabarkan sumber kesejahteraan yang berasal dari terpeliharanya

agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.

3. Adapun persamaan konsep kesejahteraan menurut Abraham Harold

Maslow dan Al-Ghazali ialah pada kebutuhan Fisiologis seperti kebutuhan

makan, minum, tempat tinggal dan pakaian dan kebutuhan akan rasa aman

seperti kebutuhan untuk dicintai dan menyukai konsistensi dan kerutinan

sampai batas-batas tertentu. Sedangkan perbedaan konsep kesejahteraan

menurut kedua tokoh, pertama terletak pada hierarki kebutuhan manusia,

yang mana menurut Abraham Harold Maslow hierarki kebutuhan manusia

meliputi 5 tingkatan, sedangkan menurut Al-Ghazali meliputi 3 tingkatan.

Yang kedua, Abraham Harold Maslow lebih menegaskan bahwa

kesejahteraan lebih kepada keinginan, sedangkan Al-Ghazali menegaskan

pada kebutuhan dan keinginan. Yang ketiga, kesejahteraan dalam

pencapaian aktualisasi diri menurut Abraham Maslow bersifat universal

tapi tidak bersangkutan pada agama, sedangkan Al-Ghazali cenderung

lebih taat pada tuhannya dalam pencapaian maslahah. Dan yang terakhir

ialah Abraham Harold Maslow lebih menekankan pada dunia ilmiah atau

Scientific worlview sedangkan Al-Ghazali lebih kepada dunia ilmiah dan

islam atau agama.

Page 88: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

75

4. Pada teori Al-Ghazali dan Abraham Harold Maslow yang menjelaskan

bahwasanya kesejahteraan dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan

seperti kebutuhan fisik yang meliputi kebutuhan dasar, termasuk makanan,

air, pakaian. Dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan Indonesia belum

sepenuhnya terpenuhi , dilihat dari angka kemiskinan Indonesia yang

mana mengalami peningkatan pada tahun 2019 ke 2020, serta pada

kebijakan sosial yang meliputi kebijakan ketenagakerjaan yang menurun,

layanan pendidikan yang meningkat, layanan kesehatan dan jaminan sosial

yang meningkat serta jumlah angka kemiskinan yang meningkat membuat

pendapatan rendah yang menjadikan kesulitan dalam memiliki tempat

tinggal sehingga dapat dilihat bahwasanya kesejahteraan Indonesia belum

sepenuhnya terpenuhi.

B. Saran

Adapun saran-saran yang disampaikan atau yang dikembangkan oleh penulis

dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk pemerintah

Dengan adanya penelitian ini mampu menjadi acuan dalam pengambilan

keputusan kebijakan di masa yang akan datang dalam upaya meningkatkan

kesejahteraan.

2. Untuk Perguruan Tinggi

Dengan adanya penelitian ini harapannya perguruan tinggi dapat

mengetahui konsep kesejahteraan terutama pada pemikiran islam sehingga

mampu menerapkannya pada mahasiswa yang berada di perguruan tinggi.

3. Untuk Cendikiawan Muslim

Sebagai umat beragama (Islam), hendaknya mampu membedakan

kebutuhan dan keinginan, kesejahteraan yang meliputi kebutuhan baik dari

pemikir ekonomi barat maupun islam.

4. Untuk Masyarakata Umum

Umat masyarakat umum dapat lebih memahami bagaimana perbedaan dan

persamaan konsep ekonomi Islam dengan konsep ekonomi konvensional,

khususnya dalam masalah kesejahteraan yang terpenuhinya kebuhan.

Page 89: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

76

Sebab, tidak semua konsep ekonomi sesuai dengan ajaran Islam. Tapi,

juga tidak sedikit yang memiliki persamaan.

5. Untuk Peneliti Selanjutnya

Penulis merasa penelitian ini sudah dilakukan secara maksimal, tetapi

tidak menutup kemungkinan banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis

tetap berharap untuk peneliti selanjutnya mampu mengembangkan konsep

kesejahteraan itu sendiri.

Page 90: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

DAFTAR PUSTAKA

A. Al-Qur’an

Departemen Agama RI. Al-Qur‟an dan Terjemahannya: Juz 1-30. Bandung:

Penerbit Jabal.

B. Buku

A. Karim, Adiwarman. Ekonomi Mikro Islami. PT RajaGrafindo Persada, 2015.

Abdul Kholik, dkk. Pemikiran Pendidikan Islam. Semarang: Pustaka Pelajar,

1999

Abdul Syukur, dan Masyaruddin. Intelektialisme Tasawuf. Semarang, 2002.

Abidin Ahmad, Zainal. Negara Adil Makmur Menurut Ibnu Siena. Jakarta: Bulan

Bintang, 1974.

Abraham, H. Maslow. Motivasi dan Kepribadian. PT. Pustaka Binaman

Pressindo,

Al-Ghazali diterjemahan oleh Ismail Yakub. Ihya Ulumiddin. Victory Ajensi,

1988.

Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Gramata Publishing, 2005.

Amaran As. Pengantar Studi Tasawuf. Jakarta: Grafindo Persada, 1994.

Badan Pusat Statistik. Potret Pendidikan Indonesia. BPS, Jakarta - Indonesia,

2019.

Chamid, Nur. Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2010.

G. Goeble, Frank. Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow.

yogyakarta: Kanisus, 1987.

Hasibuan. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara, 2002.

Husain Haekal, Muhammad. Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: Litera Antar

Nusa, 1989.

Ismail Nawawi. Isu Nalar Ekonomi Islam I. Sidoarjo: Dwiputra Pustaka Jaya,

2013.

Jauhari, Wildan. Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali. Jakarta Selatan: Rumah Fiqih

Publishing, 2018.

Karya, Detri, dan Syamsri Syamsuddin. Makro Ekonomi Pengantar untuk

Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2016.

Page 91: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun

2016, 2017

Notowidagdo, Drs. H. Rohiman. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Jakarta :

Amzah, Cetakan pertama, 2016

Otoritas Jasa Keuangan. Statistik Jaminan Sosial Indonesia 2019. Jakarta, 2020.

Rafidah. Pengaruh Modal Usaha, Lama Usaha, Dan Sikap Kewirausahaan Islami

Terhadap Pendapatan dan Kesejateraan Keluarga Wanita pengrajin Batik

Danau Teluk Kota Jambi. Malang: Ahlimedia Press, 2020.

Rianto Al Arif, M.Si, M. Nur, dan Dr. Euis Amalia Amalia, M.Ag. Teori Mikro

Ekonomi Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi konvensional.

Jakarta : Prenadamedia Group, 2010.

Rivai, Veithzzal, dan . Andi Buchari, Islamic Economics. Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2013.

Rohman, Abdur. Ekonomi Al-Ghazali, Menelusuri Konsep Ekonomi Islam dalam

Ihya‟ Ulum al-Din. Surabaya: Bina Ilmu, 2010.

Sholahuddin, Muhammad. World Revolution With Muhammad. Sidoarjo: Mashun,

2009.

Victor Said Basil. Al-Ghazali Mencari Ma‟rifah, terjemahan Ahmadie Thaha.

Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990.

Zukarni Jahja. Teologi Al-Ghazali, Pendekatan Metodologi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2009.

C. Jurnal

Abrori, Faizul. ―Implementasi Kesejahteraan Perspektif BKKBN dalam Kajian

Maqasid al-Syariah‖ Vol.09, No.02 (Agustus 2019)

Afida, Ifa. ―Konsep Kesejahteraan Pada Masa Islam Klasik daan Masa Modern,

Afridawati. ―Stratifikasi Al- Maqashida AL- Khamsah (Agama, Jiwa, Akal,

Keturunan, dan Harta) dan Penerapannya dalam Maslahah‖ Al-Qishthu

Volume 13,Nomor 1 (t.t.).

Alexander Hukom. ―Hubungan Ketenagakerjaan dan Perubahan Struktur

Ekonomi terhadap Kesejahteraan Masyarakat‖ Vol. 7 No. 2 (Agustus

2014).

Page 92: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

Amalia, Aam. ―Aplikasi Teori Kebutuhsn Maslow dalam Pembelajaran Bahasa

Arab (Implementasi Pendekatan Humanistik),‖ Desember 2019.

Atabik, Ahmad. ―Telah Pemikiran Al-Ghazali Tentang Filsafat‖ Vol. 2, No.1

(Juni 2014).

Fahlefi, Rizal. ―Pemikiran Ekonomi Al-Ghazali‖ Volume 11, Nomor 1 (Juni

2012).

Farwah, Aliyah. ―Faktor Sosial Terhadap Kesejahteraan Islami Keluarga Muslim

di Kota Surabaya‖ Jurnal Ekonomi dan Bisnis Tahun XXIII, No. A (2013)

Greve, Bent. ―What Is Welfare?‖ Central European Journal of Public

Policy—Vol. 2—No 1 (Juli 2008).

Ilyas, Rahmat. ―Etika Konsumsi dan Kesejahteraan dalam Prespektif Ekonomi

Islam‖ Vol. 1, No. 1, (2016).

Kholis, Nur. ―Kesejahteraan Sosial di Indonesia Perspektif Ekonomi Islam,‖ Juli

2015.

Masbur. ―Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Perspektif Abraham Maslow (1908-

1970)‖ Vol 1, No 1 (Juni 2015).

Mohd Mustaffa, Nor Nazimi, Jaffary Awang, dan Aminudin Basir. ―Teori

Maslow dan Kaitannya dengan Kehidupan Muslim (Maslow‘s Theory and

its Relation to Muslim‘s Life),‖ 2017.

Muazaroh, Siti. ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Maslow

(tinjauan Maqasid Syariah)‖ Volume 7, Nomor 1 (Juni 2019).

Muazaroh, SIti, dan Sibaidi. ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham

Maslow (tinjauan maqasid)‖ Volume 7, Nomer 1 (Juni 2019).

Nafiah, Lailiyatun. ―Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap

Kesejahteraan Mustahiq Pada Program Ternak Bergulir BAZNAS

Kabupaten Gresik‖ Vol. 05, No. 01 (April 2015).

P. Pardomuan, Siregar. ―Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan dalam

Perspektif Islam‖ Jurnal Bisnis Net Vol. 1 No. 1 (Januari 2018).

Rijal Assidiq Mulyana. ―Peran Negara Untuk mewujudkan Kesejahteraan dalam

Kerangka Mawashidus Syariah‖ Vol. 1, No. 2 (Desember 2017).

http://journal.uhamka.ac.id/index.php/al-urban.

Page 93: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

Rosni. ―Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan di Desa Dahari

Selebar Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara‖ Vol 9No. 1 (2017).

Rowland B.F. Pasaribu. ―Sistem Perekonomian Indonesia,‖

Suardi, Didi. ―Makna Kesejahteraan dalam Sudut Pandang Ekonomi Islam‖ Vol.

6, No. 2 (Edisi Fevruari 2021).

Sukmana, Oman. ―Konsep dan Desain Negara Kesejahteraan (Welfare State)‖

Jurnal Sospol, Vol. 2 No. 1 (Juli 2016).

Sumaatmadja, Dr. Nursid. Prespektif Studi Sosial. P.T Alumni, 1980.

Suryono, Agus. ―Kebijakan Publik Untuk Kesejahteraan rakyat‖ Volume VI,

Nomor 02, (September 2014).

Syawie, Mochamad. ―Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat‖

Vol. 16 No. 02, (2011)

Yakub, Ismail. Ihya‟ Al-Ghazali. Semarang: CV. Faizan,

Winda, Roselina Effendi. ―Konsep WELLFARE STATE di Indonesia‖ T r i a s

P o l i t i k a, V o l 1 . N o . 1 (A p r i l 2 0 1 7).

Yulhendri, dan Nora Susanti. ―Analisis Konfirmatory Faktor Pengukuran

Indikator Kesejahteraan Rumah Tangga‖ Volume 15, Nomerr 2 (Agustus

2017).

———. ―Analisis Konfirmatory Faktor Pengukuran Indikator Kesejahteraan

Rumah Tangga‖ Volume 15, Nomerr 2 (Agustus 2017).

Yuliana, Asna. ―Teori Abraham Maslow dalam Analisa Kebutuhan Pemustaka‖

Vol. 6, No. 2 (Desember 2018).

Ziauddin Sarddar, dan Muhammad Nafik H.R. ―Kesejahteraan Dalam Perspektif

Islam Pada Karyawan Bank Syariah | Sardar | Jurnal Ekonomi Syariah

Teori dan Terapan,‖ Mei 2016. https://e-

journal.unair.ac.id/JESTT/article/view/3357.

D. Skripsi

Abdul Hamid Syahrovi. ―Studi AnalisisTerhadap Pemikiran Al-Ghazali Tentang

Kesejahteraan Sosial Menurut Fiqih Muamalah.‖ UIN Sultan Syarif Kasim

Rian Pekanbaru, 2012.

Alrab, Ulil. ―konsep Bahagia Menurut Al-Ghazali.‖ IAIN Purwokerto, 2020.

Page 94: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

Mirshad, Zaky. ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif

Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow).‖ UIN Sunan Ampel, 2014.

Mochtar, Syamsudin. ―Studi Komparasi Pemikiran John Maynard Keynes dan

Yususf Qardhawi tentang Produksi.‖ Kediri : IAIN Kediri, 2019

Nurpita, Susi. ―Teori Kebutuhan Abraham Harold Maslow Menurut Perrspekif

Tasawuf.‖ IAIN Bengkulu, 2021.

Sejati, Sendg. ―Hirarki Kebutuhan Menurut Abraham Maslow dan Relevansinya

dengan Kebutuhan Anak Usia Dini dalam Penddidikan Islam.‖

Benngkulu : IAIN Bengkulu, 2018

Syahrovi, Abdul hamid. ―Kesejahteraan Sosial Menurut Fiqh Muamalah.‖ Riau :

UIN Sultan Khasim Riau, 2012.

Ulil Amri. ―Konsep Kesejahteraan dalam Teori Ekonomi Barat dan Islam

(Analisis Perbandingan Pendapat Maslow dan Al-Ghazali.‖ UIN Raden

Fatah Palembang, 2010.

E. Website

―Badan Pusat Statistik (BPS),‖ t.t. https://www.bps.go.id/indicator/23/195/1/garis-

kemiskinan-menurut-provinsi.html.

―Badan Pusat Statistik (BPS),‖

https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/12/15/1758/indeks-

pembangunan-manusia--ipm--indonesia-pada-tahun-2020-mencapai-71-

94.html.

F. Undang-Undang, Peraturan dan lain-lain

Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003 pasal 4 (d) tentang

ketenagakerjaan.

Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Pasal 45. No. 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan

dan Kawasan Permukiman,

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat 1

Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional,

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2016 Tentang Fasilitas

Pelayanan Kesehatan.

Page 95: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

Tempat Lahir : Jambi

Tanggal Lahir : 14 Oktober 1999

Alamat : Jl. Sri Gunting Rt. 06, kel. Lebak Bandung, Kota Jambi

Asal Universitas : UIN STS Jambi

Jurusan : Ekonomi Syariah

Angkatan : ‗17

Motto Hidup : Belajar, bersabar, bersyukur.

Impian : Pemberi Zakat terbesar di Indonesia

Contact

• HP/WA : 0895-6393-90555

• E-mail : [email protected]

Sosial Media

• Instagram : nurmalaaziza14

Pendidikan

• SD : N 31 Kota Jambi

• SMP : Baiturrahim Kota Jambi

• SMA : N 1 Kota Jambi

• Universitas : UIN STS Jambi

Page 96: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

Karya (Buku)

• Novel ―Sedih dalam Kehilangan‖ (2020)

• Antologi ―Sepercik Mimpi‖ (2020)

• Antologi ―Mimpi‖ (2020)

• Antologi ―Sayap-Sayap Kebaikan‖ (2020)

• Antologi ―Surat Cinta dari Hati‖ (2019)

Prestasi

• Delegasi Leadership Camp Nusantara Jakarta

• Penerima Beasiswa Bank Indonesia

• Juara 1 Karya tulis Ilmiah Tingkat Regional Sumbagteng di Bukittinggi

• Juara 1 lomba debat Ekonomi

• Finalis Simposium tingkat Nasional di Surabaya

• Finalis Duta Ekonomi Syariah Prov. Jambi

• Juara 3 Lomba Puisi (FASI)

Sertifikat

• Mendapatkan Sertifikasi Kompetensi Teknisi Akuntansi oleh BOND 09

LKSTA Recoqnizad & Valued

• Mendapatkan Sertifikasi Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran

Broker Dealer Representative for marketing (TICMI)

Riwayat Organisasi

• Bendahara Umum KSEI (2019/2020)

• KaDep Keilmuan Sumbagteng (2019/2020)

• Ketua PODA Generasi Baru Indonesia (GenBI) (2019/2020)

• Bendahara Keilmuan KSEI Al-Fath (2018/2019)

• Anggota Keilmuan KSEI Al-Fath (2017/2018)

• Relawan Kelas Inspirasi Jambi (KIJ) (2017/2018)

• Sekretaris Gerakan Pesantren Sehat (GPS) (2017/2018)

Page 97: ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H. …

Kepanitaian :

• Sekretaris Capacity Building (2019)

• Sekretaris LC (2019)

• Bendahara Lounching Kajian (2019)

• Sekretaris KAMNAS KSEI Al-Fath (2018)

• Sekretaris APMS (2017)

Pelatihan :

• Desain (2020)

• Public Speaking (2019)

• Membatik (2019)