analisis perbandingan pemikiran abraham h. …
TRANSCRIPT
ANALISIS PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABRAHAM H.
MASLOW DAN AL-GHAZALI TENTANG KONSEP
KESEJAHTERAAN DAN RELEVANSINYA DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Ekonomi Syariah
Oleh :
NURMALA AZIZA
NIM : 501171706
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2021 M/1442 H
i
ii
iii
iv
\
MOTTO
ه ذكر او اوثى وهى مؤمه فلىحييىه حيىة طيبت ولىجزيىهم اجر هم مه عمل صالحا م
باحسه ما كاوىا يعملىن
“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan”1
(QS. An-Nahl: 97)
1 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya: Juz 1-30 (Bandung: Penerbit
Jabal).
v
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmannirrohim
Alhamdulillahirobbil „aalamiin, bersyukur atas segala nikDeparmat
yang telah Allah SWT berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang
tua saya, ayahanda Rizal Efendi dan ibunda Rosmaida yang telah merawat dan
mendidik putri satu-satunya ini dari kecil dengan penuh ketulusan dan kasih
sayang yang tiada henti hingga saat ini. Abang Ari, Abang Dedek, Abang
Tedi, Adik Satria, Yuk Rosa, Yuk Riza, Yuk Winda yang sudah menssuport
hingga kini, dan juga keponakan saya yang lucu Bilqis, Atahyah, Dandi.
Semoga Allah selalu memberikan keberkahan untuk kita semua,
Aamiin.
Ibu/bapak guru yang telah hadir dalam setiap proses pendidikan saya,
kalian sangat berjasa memberikan banyak pembelajaran dalam hidup saya.
Teruntuk sahabat saya pada saat SMK N 1 Kota Jambi, yang
dinamakan Friendship terimakasih karena hingga saat ini masih mendampingi
saya untuk berjuang dalam meraih mimpi.
Teruntuk teman seperjuangan organisasi KSEI Al-Fath, GenBI Prov.
Jambi, FoSSEI Sumbagteng, FoSSEI Koja, FoSSEI Nassional, Ruang Cerita,
teman kelas serta teman-teman perkuliahan yang telah meluangkan waktu,
tenaga, pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini hingga akhir.
Terimakasih atas doa, dukungan, motivasi dan insipirasi kalian semua
yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu.
Dari hati yang terdalam, semoga Allah SWT melimpahkan keberkahan
dan senantiasa mempermudah urusan kita dan meridhoi-Nya. Aamiin.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil‘aalamiin, segala puji syukur yang telah memberikan
nikmat dan karunianya, atas kuasa, kebesarannya dan izinnya lah skripsi berjudul
―Analisis Perbandingan Pemikiran Abraham H. Maslow dan Al-Ghazali Tentang
Konsep Kesejahteraan dan Relevansinya di Indonesia‖ dapat terselesaikan.
Sholawat serta salam tak lupa penulis panjatkan atas kemuliaan nabi besar
Muhammmad SAW.
Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya yang senantiasa
memberikan kasih sayang, cinta, didikkan yang memberikan sebuah pelajaran
hingga saya menjadi seperti ini. Jikalau boleh saya ibaratkan lautan sebuah tinta
pena, maka tidak akan cukup bagi saya untuk menceritakan serta mengungkapkan
rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada orang tua saya, karena begitu banyak
perjuangan yang telah mereka berikan tanpa mengenal letih dan lelah.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari doa, dukungan, motivasi,
inspiratif serta bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dari
itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Suaidi, MA., Ph.D. selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Dr. A.A. Miftah, S.Ag., M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Dr. Rafidah, S.E., M.EI selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Titin
Agustin Nengsih, S.Si., M.Si, Ph.D selaku Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum dan Perencanaan Keuangan, Dr. Sucipto, MA selaku
Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
vii
4. Ambok Pangiuk, S.Ag., M.Si dan M. Yunus, M.Si selaku Ketua Jurusan
dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
5. Dr. Rafidah, SE., M.EI, selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak Erwin
Saputra Siregar, M.E, selaku dosen pembimbing 2 yang telah meluangkan
waktu ditengah kesibukkannya untuk membimbing penulis dari awal
dengan sabar, memberikan masukan, saran, motivasi, semangat, solusi,
arahan yang tentunya sangat membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Drs. Badaruddin, M. Sy selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
banyak membantu ketika ada kesulitan dalam perkuliahan.
7. Khairiyani, SE., M.S.Ak, selaku dosen akuntansi yang pernah mengangkat
penulis sebagai asisten dosen serta mendaftarkan penulis untuk mengikuti
seleksi sertifikasi akuntansi, sehingga penulis mempunyai sertifikasi
keahlian Akuntansi.
8. Dr. Rofiqoh Ferawati, SE., M.EI, yang saat ini menjadi Wakil Rektor
Bidang Akademik dan Kelembagaan dan selaku pembimbing karya tulis
saya dalam lomba temu ilmiah sehingga mendapatkan juara satu di tingkat
regional dan diutus kembali ke tingkat nasional di Surabaya.
9. Ibu/Bapak dosen pejabat kampus yang tidak bisa penulis sebutkan satu-
persatu, yang telah banyak sekali memberikan penulis ilmu dan pelajaran.
10. Bank Indonesia provinsi Jambi yang telah memberikan penulis beasiswa
dan terpilih mengikuti Leadership Camp Nusantara di Jakarta bertemu
mahasiswa diberbagai kampus di Indonesia.
11. Kedua orang tua saya Ayahanda Rizal Efendi, Ibunda Rosmaida yang
senantiasa mendampingi penulis memberikan yang terbaik hingga saya
bisa menjadi seperti saat ini.
Terimakasih untuk kalian yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu namanya,
semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan dalam segala urusan.
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Jambi, Mei 2021
viii
Nurmala Aziza
ABSTRAK
Kesejahteraan menurut kamus bahasa Indonesia berasal dari kata sejahtera yang
mempunyai makna aman, sentosa, makmur dan selamat (terlepas dari segala
macam gangguan, kesukaran dan sebagainya). Kata sejahtera mengandung
pengertian dari bahasa sansekerta ―catera‖ yang berarti payung. Dalam konteks
kesejahteraan, ―cateraa‖ adalah orang yang sejahtera, yakni orang yang dalam
hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan atau kekhawatiran
sehingga hidupnya aman dan tentram, baik lahir maupun batin.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui konsep kesejahteraan menurut pemikiran
barat yaitu Abraham H. Maslow dan pemikiran islam, yaitu Al-Ghazali,
persamaan dan perbedaan konsep kesejahteraan serta relevansinya di Indonesia.
Model penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dilihat dari jenisnya termasuk
penelitian Library Research. Metode penelitian ini adalah dengan melakukan
komparatif antara pemikirian Abraham H. Maslow dan Al-Ghazali mengenai
Konsep Kesejahteraan dan Relevansinya di Indonesia.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa Abraham H. Maslow mendefinisikan
kesejahteraan sebagai individulistic-materialistic, sedangkan Al-Ghazali
tercapainya kemaslahatan dunia dan akhirat. Perbedaan konsep kesejahteraan
menurut 2 tokoh tersebut terletak pada hierarki kebutuhan manusia, penegasan
pada keinginan dan kebutuhan serta pencapaian aktualisasi diri. Persamaan
konsep kesejahteraan dari dua tokoh tersebut ialah terletak pada kebutuhan
fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman. Serta jika dikaitkan dengan teori Al-
Ghazali dan Abraham H. Maslow mengenai kebutuhan fisik bahwasanya
Indonesia belum sepenuhnya terpenuhi.
Kata Kunci: Kesejahteraan, Al-Ghazali, Abraham H. Maslow, Indonesia.
ix
ABSTRACT
Welfare according to the Indonesian dictionary comes from the word prosperous
which means safe, secure, prosperous and safe (apart from all kinds of
disturbances, difficulties and so on). The word prosperous contains the meaning
of the Sanskrit language "catera" which means umbrella. In the context of welfare,
"cateraa" is a person who is prosperous, that is, a person who in his life is free
from poverty, ignorance, fear or worry so that his life is safe and secure, both
physically and mentally.
This thesis aims to determine the concept of welfare according to western thought,
namely Abraham H. Maslow and Islamic thought, namely Al-Ghazali, the
similarities and differences in the concept of welfare and its relevance in
Indonesia. This research model is qualitative research, seen from its type
including Library Research research.
This research method is to make a comparison between the thoughts of Abraham
H. Maslow and Al-Ghazali regarding the concept of welfare and its relevance in
Indonesia. The result of this research is that Abraham H. Maslow defines welfare
as individuulistic-materialistic, while Al-Ghazali achieves the benefit of the world
and the hereafter. The difference in the concept of welfare according to the 2
figures lies in the hierarchy of human needs, the affirmation of wants and needs
and the achievement of self-actualization. The similarity of the concept of well-
being of the two figures lies in the physiological needs and the need for security.
And if it is related to the theory of Al-Ghazali and Abraham H. Maslow regarding
physical needs, that Indonesia has not been fully met.
Keywords: Welfare, Al-Ghazali, Abraham H. Maslow, Indonesia.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. i
NOTA DINAS .................................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii
MOTTO ............................................................................................................. iv
PERSEMBAHAN .............................................................................................. v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Batasan Masalah................................................................................ 9
C. Rumusan Masalah ............................................................................. 10
D. Tujuan Masalah ................................................................................. 10
E. Manfaat Masalah ............................................................................... 10
F. Metode Penelitian.............................................................................. 11
G. Studi Relevan .................................................................................... 12
H. Sistematika Penulisan ....................................................................... 14
BAB II BIOGRAFI TOKOH
A. Abraham Harold Maslow .................................................................. 15
B. Al-Ghazali ......................................................................................... 18
xi
C. Konsep Kesejahteraan Menurut Harold Maslow dan Al-Ghazali..... 26
D. Macam-Macam Kebutuhan ............................................................... 28
BAB III PEMIKIRAN TOKOH BERSIFAT UMUM
A. Pengertian Kesejahteraan .................................................................. 31
B. Kesejahteraan Menurut Al-Qur‘an .................................................... 32
C. Pengukuran Kesejahteraan Menurut Badna Kordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) ......................................................... 33
D. Kesejahteraan di Masa Rasulullah dan Para Sahabatnya .................. 34
E. Dasar Hukum Kesejahteraan ............................................................. 36
BAB IV PEMIKIRAN TOKOH BERSIFAT KHUSUS
A. Konsep Kesejahteraan Menurut Abraham Harold Maslow .............. 37
B. Konsep Kesejahteraan Menurut Al-Ghazali ..................................... 39
C. Persamaan dan Perbedaan Konsep Kesejahteraan Menurut Abraham
Harold Maslow dan Al-Ghazali ........................................................ 46
D. Relevansinya dalam Konteks Kesejahteraan di Indonesia ................ 57
E. Hasil Peneliti ..................................................................................... 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 75
B. Saran .................................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA
CURICULUM VITAE
xii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekonomi adalah suatu studi tentang pilihan, yakni bagaimana individu dan
kelompok individu, atau masyarakat suatu negara mengoptimalkan
kemampuannya dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi (faktor – faktor
produksi) untuk mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkannya agar diperoleh
kepuasan yang maksimum atau keseimbangan ekonomi.2
Ilmu ekonomi tidak diciptakan secara mendadak, tetapi ia berkembang melalui
suatu proses yang panjang. Ilmu ekonomi dianggap sebagai satu disiplin ilmu baru
mulai 1776, yaitu semenjak ditulisnya sebuah buku oleh seoarang ahli ekonomi
bernama Adam Smith, buku tersebut berjudul An Inquiry Into The Mature and
Cause of the Wealth of Nations. Semenjak itulah Adam Smith oleh ahli ilmu
ekonomi disebut sebagai bapak Ilmu Ekonomi.3
Ada beberapa perbedaan dalam sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi
konvensional secara umum, yaitu :4 Pertama Sumber (Epistemology), Sebagai
sebuah Ad-Din yang sumbernya berasal dari sumber yang mutlak yaitu Al-Qur‘an
dan As-Sunnah. Dimana kedudukan sumber ini menjadikan Islam sebagai suatu
agama Ad-Din yang istimewa jika dibandingkan dengan agama-agama ciptaan
lain. Sedangkan ekonomi konvensional sendiri tidak bersumber atau
berlandaskan wahyu. Maka dari itu, ia lahir dari pemikiran-pemikiran manusia
yang dapat berubah berdasarkan waktu atau masanya sehingga diperlukan
maklumat yang baru.
2 Detri Karya dan Syamsri Syamsuddin, Makro Ekonomi Pengantar untuk Manajemen
(Jakarta: PT Raja Grafindo, 2016), 5-6. 3 Detri Karya dan Syamsri Syamsuddin, Makro Ekonomi Pengantar untuk Manajemen,
7. 4 Syamsudin Mochtar, Skripsi, ―Studi Komparasi Pemikiran John Maynard Keynes dan
Yususf Qardhawi tentang Produksi,‖ Kediri : IAIN Kediri, 2019, 4.
2
Kedua tujuan kehidupan, Ekonomi Islam sendiri bertujuan membawa kepada
konsep Al-Falah (kejayaan) baik di dunia maupun di akhirat, juga kepada
kebahagiaan bagi pelaku ekonomi di dunia maupun di akhirat, sedangkan
ekonomi sekuler ia hanya untuk kepuasan di dunia saja. Ekonomi Islam
meletakkan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini.
Ketiga konsep harta, Islam menjelaskan bahwa harta bukanlah merupakan
tujuan hidup tetapi hanya sekadar wasilah atau perantara untuk mewujudkan
perintah Allah SWT. Harta bukanlah sebagai tujuan utama kehidupan melainkan
sebagai jalan untuk mencapai nikmat ketenangan dalam kehidupan di dunia
maupun di akhirat. Sedangkan ekonomi konvensional meletakkan keduniaannya
sebagai tujuan yang tidak mempunyai kaitan dengan Tuhan dan akhirat sama
sekali.
Ada 6 tahapan Perkembangan pemikiran ekonomi Islam dari sejak masa nabi
hingga sekarang, diantaranya:
Tahap pertama (632-656 M), yaitu pada masa Rasulullah SAW, tahap kedua
(656-661 M), yaitu pemikiran ekonomi Islam pada masa pemerintahan Khulafaur
Rasyidin. Tahap ketiga (738-1037 M), yaitu para pemikir Islam di periode awal
seperti Zayd bin Ali, Abu Hanifa, Abu Yusuf, Abu Ubayd, Al-Kindi, Al-Farabi,
Ibnu Sina dan pemikir ekonomi Islam lainnya pada periode awal, tahap keempat
atau periode kedua (1058-1448 M).5
pemikir ekonomi Islam periode ini Al-Ghazali, Ibnu Taimiyah, Ibnu Khaldun,
Ibnu Mas‘ud, Jalaluddin Rumi, Ibnu Rusyd dan pemikir ekonomi Islam lainnya
yang hidup pada masa ini. Tahap kelima atau periode ketiga (1446-1931 M), yaitu
Shah Waliyullah Al-Delhi, Muhammad bin Abdul Wahab, Jamaluddin Al-
Afghani Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal, Ibnu Nujaym, Ibnu Abidin,
Syekh Ahmad Sirihindi. Tahap keenam atau periode lanjut (1931-sekarang), yaitu
Muhammad Abdul Mannan, M. Nejatullah Siddiqi, Yusuf Qardhawi, Syed Nawab
5 M. Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia Amalia, Teori Mikro Ekonomi Suatu
Perbandingan Ekonomi Islam Dan Ekonomi Konvensional (Jakarta : Prenadamedia Group, 2010),
6–7.
3
Haider Naqvi, Monzer Khaf, Muhammad Baqir As-Sadq, Umer Chapra, dan
tokoh ekonomi Islam pada masa sekarang.6
Islam merupakan jalan hidup (way of life). Kebahagiaan merupakan tujuan
utama kehidupan manusia. Manusia akan memperoleh kebahagiaan ketika seluruh
kebutuhan dan keinginan terpenuhi, baik dalam aspek material maupun spiritual.
Terpenuhnya material inilah yang disebut sejahtera.7
Kata kesejahteraan secara historis dikaitkan dengan kebahagiaan dan
kemakmuran.8 Teori kesejahteraan (walfare theory) pada umumnya diadopsi dari
teori Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nation (1776), bahwa individu
memiliki hastrat untuk memenuhi keinginannya dan kebutuhannya. Dengan
kecenderungan individu untuk selalu berusaha memuaskan keinginannya, maka
kesejahteraan akan dicapai pada saat kepuasan mencapai tingkat optimum.
Pencapaian tingkat kepuasan inilah yang menjadi kajian ilmuan ekonomi.
Berbagai pendekatan dapat menjelaskan bagaimana individu atau rumah tangga
dapat dikatakan ‖sejahtera‖ atau ‖puas‖, diantaranya adalah pendekatan
marginality, utility, efisiensi pasar, dan opportunity cost.9
Kesejahteraan menurut kamus bahasa Indonesia berasal dari kata sejahtera
yang mempunyai makna aman, sentosa, makmur dan selamat (terlepas dari segala
macam gangguan, kesukaran dan sebagainya). Kata sejahtera mengandung
pengertian dari bahasa sansekerta ―catera‖ yang berarti payung. Dalam konteks
kesejahteraan, ―cateraa‖ adalah orang yang sejahtera, yakni orang yang dalam
hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan atau kekhawatiran
sehingga hidupnya aman dan tentram, baik lahir maupun batin.10
Pemerintah Republik Indonesia mendefinisikan Kesejahteraan Sosial adalah
kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar
6 M. Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia Amalia, Teori Mikro Ekonomi Suatu
Perbandingan Ekonomi Islam Dan Ekonomi Konvensional (Jakarta : Prenadamedia Group, 2010),
6–7. 7 Rahmat Ilyas, ―Etika Konsumsi dan Kesejahteraan dalam Prespektif Ekonomi Islam‖
Vol. 1, No. 1, (2016): 164. 8 Bent Greve, “What Is Welfare?” Central European Journal of Public Policy—
Vol. 2—No 1 (July 2008), 51. 9 Yulhendri dan Nora Susanti, ―Analisis Konfirmatory Faktor Pengukuran Indikator
Kesejahteraan Rumah Tangga‖ Jurnal Ilmiah Econosains, Vol. 15, No. 2 (Agustus 2017), 187. 10
Siregar P. Pardomuan, ―Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan dalam
Perspektif Islam‖ Jurnal Bisnis Net, Vol. 1 No. 1 (Januari 2018), 7.
4
dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya.11
Di Indonesia, istilah pembangunan kesejahteraan sosial lahir sebagai dampak
dari kebijakan penempatan kesejahteraan sosial sebagai sebuah subsektor dari
sektor kesejahteraan rakyat. Sebagai subsektor, pembangunan kesejahteraan sosial
lebih berperan menangani masalah-masalah marjinal dan residual.12
Berdasarkan Undang-Undang RI No 11 Tahun 2009, bahwa kesejahteraan
sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga
negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya.13
Jika dilihat teori negara pada negara kesejahteraan dalam konsep
kesejahteraan bahwa Indonesia merujuk pada konsep pembangunan kesejahteraan
sosial, yaitu serangkaian aktivitas yang terencana dan melembaga, ditujukkan
untuk meningkatkan standar serta kualitas kehidupan manusia. Sebagai sebuah
proses untuk meningkatkan kondisi sejahtera, istilah ―kesejahteraan‟ sejatinya ia
tidak perlu memakai kata ―sosial‟ lagi, dikarenakan sudah jelas menunjukan pada
sektor atau bidang yang termasuk dalam wilayah pembangunan sosial.14
Asumsi yang kuat bahwa negara Kesatuan Republik Indonesia didesain
sebagai Negara Kesejahteraan (welfare state) yang dapat dilihat dari bunyi
pembukaan UUD 1945 bahwa ―Pemerintah melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah, memajukan kesejahteraan umum serta mencerdaskan
kehidupan bangsa‖. Selain itu ada beberapa pasal dalam UUD 1945 yang
mencerminkan nilai dasar dari Negara Kesejahteraan (welfare state) seperti, pasal
27 (2) ―Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan‖; Pasal 28A ―Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
11
Nur Kholis, ―Kesejahteraan Sosial di Indonesia Perspektif Ekonomi Islam,” Jurnal
Akademika (Juli 2015), 246. 12
Mochamad Syawie, ―Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat‖
Informasi Vol. 16 No. 02 (2011), 130. 13
Mochamad Syawie, ―Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat‖130. 14
Roselina Effendi Winda, ―Konsep Wellfare State di Indonesia‖ Trias Politika, Vol
1 . No.1 April 2017), 176.
5
mempertahankan hidup dan kehidupannya; demikian pula pada pasal 28B, 28C,
28H, 31, 33, dan pasal 34.15
Menurut Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) keluarga
sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan
seimbang antara anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.16
Kesejahteraan sendiri memiliki banyak arti di masing-masing orang pasti
mempunyai perpektif sendiri mengenai apa yang disebut dengan kesejahteraan.
Akan tetapi pada umumnya kesejahteraan sendiri secara umum bisa dibagi dalam
dua bentuk, yaitu kesejahteraan secara materi dan kesejakteraan secara non
materi. Kesejahteraan materi meliputi berapa jumlah harta yang kita miliki, berapa
pendapatan yang kita dapatkan, dan apa saja yang sifatnya bisa dimaterialkan.
Sementara kesejahteraan non materi adalah kesejahteraan yang kita miliki dimana
kesejahteraan tersebut tidak berbentuk barang atau sejenisnya. Misalnya adalah
kesehatan yang kita raskan, memiliki anak yang sholeh dan sholehah, dan lain
sebagainya. Kesejahteraan dari sisi materi dan juga non materi. Islam
mengajarkan bahwasanya harta bukanlah satu-satunya indikator kesejahteraan
karena pada dasarnya harta hanyalah alat yang digunakan untuk tujuan beribadah
kepada Allah SWT.17
Manusia secara perorangan dilandasi kemampuan pribadinya, sedangkan
sebagai makhluk sosial tidak dapat dilepaskan dari kondisi dan kemampuan
masyarakatnya. Pengembangan kemampuan dan kesejahteraan manusia secara
perorangan tidak dapat dilepaskan dari masyarakatnya, dan sebaliknya
pengembangan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari individu-individu
penduduknya. Ditinjau dari komponen lingkungannya, pengembangan kehidupan
15
Oman Sukmana, ―Konsep dan Desain Negara Kesejahteraan (Welfare State)‖ Jurnal
Sospol, Vol. 2 No.1 (Juli 2016), 103–4. 16
Rosni, ―Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan di Desa Dahari Selebar
Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara‖ Jurnal Geogradi, Vol .9 No. 1 (2017), 57. 17
Ziauddin Sarddar dan Muhammad Nafik H.R, ―Kesejahteraan Dalam Perspektif Islam
Pada Karyawan Bank Syariah | Sardar | Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan,‖ Mei 2016,
392–93, https://e-journal.unair.ac.id/JESTT/article/view/3357.
6
itu harus berarti meningkatkan kemampuan lingkungan bagi kesejahteraan
manusia.18
Dalam agama Islam, kesejahteraan adalah tujuan ajaran Islam di bidang
ekonomi. Hal tersebut adalah syarat mutlak untuk mendapatkan kesejateraan yang
tertuang dalam Al-Qur‘an.19 Islam memaknai ―kesejahteraan‖ sebagai falah yang
berarti kesejahteraan holistik atau seimbang antara dimensi material dengan
spritual, individual-sosial serta kesejahteraan dikehidupan duniawi dan akhirat.
Sejahtera dunia dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan
kenikmatan hidup, baik fisik, intelektual, biologis maupun material. Sedangkan
kesejahteraan akhirat dapat diartikan sebagai kenikmatan yang dapat diperoleh
setelah kematian manusia.
Falah berasal dari kata kerja bahasa arab yaitu aflaha-yuflihu artinya
kesuksesan, kemulian serta kemenangan. Dalam pengertian literal falah yakni
kemuliaan dan kemenangan didalam hidup. Selain itu falah juga dapat diartikan
sebagai kesejahteraan lahiriyah yang disertakan dengan kesejahteraan batiniah,
kesenangan duniawi dan ukhrawi, keseimbangan materiil dan immateriil.
Sedangkan falah menurut Islam diambil dari kata al-qur‘an, yang sering diartikan
sebagai keberuntungan dalam jangka panjang baik di dunia maupun di akhirat,
sehingga tidak hanya memandang aspek material saja namun juga ditekankan
pada aspek spritual. Dalam konteks falah didunia merupakan konsep yang multi
dimensi. Memiliki implikasi pada aspek prilaku individual atau mikro maupun
perilaku kolektif atau makro.20
Kesejahteraan yang dimulai dengan Islam, adalah penyerahan diri sepenuhnya
kepada Allah. Sebab tidak mungkin jiwa akan merasakan ketenangan apabila
kepribadian terpecah (spil personality). Sebagai contoh nyata, kesejahteraan sosial
dimulai dari kesadaran bahwa apa pun keputusan Allah, setelah usaha maksimal,
adalah yang terbaik dan selalu mengandung hikmah. Oleh karena itu, Allah
18
Nursid Sumaatmadja, Perspektif Studi Sosial (P.T Alumni, 1980), 143–44. 19
Rafidah, Pengaruh Modal Usaha, Lama Usaha, Dan Sikap Kewirausahaan Islami
Terhadap Pendapatan dan Kesejateraan Keluarga Wanita pengrajin Batik Danau Teluk Kota
Jambi (Malang: Ahlimedia Press, 2020), 14. 20
Ilyas, ―Etika Konsumsi dan Kesejahteraan dalam Perspektif Ekonomi Islam,‖ Vol. 1
No. 1 (2016), 165.
7
memerintahkan kepada manusia untuk berusaha semaksimal mungkin, kemudian
berserah diri kepada-Nya.21
Pendidikan dimulai dari kejiwaan bagi setiap pribadi, keluarga, dan
masyarakat, sehingga tercipta hubungan yang serasi diantara semua anggota
masyarakat. Salah satu indikator dari keserasian tersebut adalah kesedian
mengulurkan tangan sebelum diminta oleh yang membutuhkan, atau kesediaan
berkorban demi kepnetingan orang banyak.22
Sejahtera bermakna aman sentosa dan makmur; selamat atau terlepas dari
segala macam gangguan, kesukaran, dan sebagainya. Kesejahteraan dapat
dimaknai dengan: hal atau keadaan sejahtera; keamanan, keselamatan,
ketentraman, kesenangan hidup, dan sebagainya; kemakmuran. Kesejahteraan
Sosial atau social welfare adalah sistem yang mengatur pelayanan sosial dan
lembaga-lembaga untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok
untuk mencapai tingkat kehidupan, kesehatan yang layak dengan tujuan
menegakkan hubungan kemasyarakatan yang setara antar individu sesuai dengan
kemampuan pertumbuhan mereka, memperbaiki kehidupan manusia sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat.23
Maslahah merupakan tujuan akhir dari diciptakannya aturan-aturan ilahi-
syariat, baik itu mengandung manfaat maupun mengilangkan mudharat. Konsep
ini mencakup suluruh aspek kehidupan manusia, baik urusan agama, sosial,
maupun ekonomi.24
Maslahah sendiri dapat dicapai melalui dua cara yaitu mewujudkan manfaat
(Pemenuhan kebutuhan manusia) dapat dicapai melalui kebaikan dan kesenangan
manusia yang disebut dengan jalb al manafi, dan menghindari kerusakan atau
madarat. Sedangkan puncak yang ingin dicapai Abraham Harold Maslow yang
21
Rohiman Notowidagdo, Pengantar Kesejahteraan Sosial (Jakarta : Amzah, Cetakan
pertama, 2016), 47. 22
Rohiman Notowidagdo, Pengantar Kesejahteraan Sosial, 48. 23
Nur Kholis, ―Kesejahteraan Sosial di Indonesia Perspektif Ekonomi Islam,‖ Jurnal
Akademika (Juli 2015), 245–46. 24
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Gramata Publishing, 2005), 165.
8
biasa dikenal dengan Maslow dalam hierarki kebutuhannya adalah akualisasi diri
yang lebih mengarah pada konsep individualistic-materialistik.25
Kepuasan relatif akan mendorongnya ke bawah dan memungkinkan
seperangkat kebutuhan yang lebih tinggi berikutnya dalam hirarki muncul di
permukaan, medominasi, dan mengatur kepribadiannya, sehingga misalnya tidak
tergoda rasa lapar melainkan keselamatan. Asas ini sama bagi perangkat-
perangkat kebutuhan lainnya dalam hirarki ini, yakni cinta, harga diri, dan
perwujudan diri.26
Dalam meningkatkan kesejahteraan sosial, Imam Al-Ghazali
mengelompokkan dan mengidentifikasikan semua masalah baik yang berupa
masalih (utilitas, manfaat) maupun mafasid (disutilitas, kerusakan) dalam
meningkatkan kesejahteraan sosial. Selanjutnya ia mendefinisikan fungsi sosial
dalam kerangka hierarki kebutuhan individu dan sosial.27
Menurut Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Ahmad at-Tusi asy-
Syafii al-Ghazali28 yang sering disebut dengan Al-Ghazali, maslahah yang
dimaksud adalah meningkatkan kesejahteraan seluruh manusia, yang terletak pada
perlindungan keimanan (hifz ad-din) mereka, jiwa (an-nafs), akal (al-aql),
keturunan (an-Nasl), dan kekayaan (an-mal) mereka. Apapun yang menjamin
perlindungan kelima ini akan menjamin kepentingan public dan merupakan hal
yang diinginkan, begitu juga sebaliknya.29
Al-Ghazali mengatakan bahwa aspek ekonomi dari fungsi kesejahteraan
sosialnya dalam sebuah kerangka hierarki utilitas individu sosial yang meliputi :
kebutuhan (daruriat); kesenangan atau kenyamanan (hajaat); serta kemewahan
(tahsinaat). Kunci pemeliharaan dari kelima tujuan dasar ini terletak pada
penyediaan yakni: kelompok pertama, yaitu kebutuhan seperti makanan, pakaian
25
Siti Muazaroh dan Sibaidi, ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Maslow
(tinjauan maqasid)‖ Volume 7, Nomer 1 (Juni 2019), 27. 26
Abraham Harold Maslow penerjemah Nurul Iman, Motivasi Dan Kepribadian (PT.
Pustaka Binaman Pressindo, 1984.), 67. 27
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2015), 88. 28
Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Gramata Publishing, 2005), 163. 29
Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 165.
9
serta perumahan. Namun, Al-Ghazali menyadari bahwa kebutuhan-kebutuhan
dasar ini cenderung fleksibel mengikuti waktu, tempat dan dapat mencakup
bahkan kebutuhan-kebutuhan sosiopsikologis. Kelompok kebutuhan kedua terdiri
dari semua kegiatan dan hal-hal yang tidak vital bagi lima pondasi tersebut, tetapi
dibutuhkan untuk menghilangkan rintangan dan kesulitan dalam hidup. Kelompok
ketiga mencakup kegiatan atau hal-hal yang lebih jauh dari sekedar kenyamanan
saja namun meliputi hal-hal yang melengkapi, menerangi serta menghiasi hidup.30
Menurut Al-Ghazali, bahwa seluruh tujuan dari Islam ialah untuk
mewujudkan kesejahteraan orang-orang yang berada di dalam perlindungan iman
mereka, hidup, intelektual, anak cucu, dan hak milik. Ibnu Qayyim menekankan
bahwa dasar Islam adalah kebijakan dan kesejahteraan dari orang-orang di dalam
dunia maupun di akhirat. Kesejahteraan ini terletak pada keadilan, kemurahan
hati, kebijakan semua meninggalkan keadilan pada tekanan, dari kemurahan hati
kepada kekerassan, dari kesejahteraan kepada kesengsaraan, dan juga dari
kebijakan kepada kebodohan, berarti menjauhi Islam.31
Dengan adanya konsep kesejahteraan yang diartikan berbeda-beda baik dari
orang maupun negara, serta pandangan maupun pemikiran, maka dari dasar
pemikiran ini penulis tertarik untuk mengulas tentang kesejahteraan, yang
dikomparasikan antara pemikiran barat yaitu Maslow dengan pemikiran islam
yaitu Al-Ghazali. Peneliti termotivasi untuk mengkaji dengan judul “Analisis
perbandingan pemikiran Abraham H. Maslow dan Al-Ghazali tentang
Konsep Kesejahteraan dan relevansinya di Indonesia ”.
B. Batasan Masalah
Penulis memberikan batasan masalah agar penulisan ini lebih terarah. Maka
dari itu, penulis akan memfokuskan pada lingkup pembahasan, yaitu masalah
bagaimana pemikiran Abraham H. Maslow dan Al-Ghazali tentang kesejahteraan
dan relevansinya di Indonesia.
30
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2015), 88. 31
Veithzzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Economics (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2013), 118.
10
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep kesejahteraan menurut Abraham H. Maslow?
2. Bagaimana konsepkesejahteraan menurut Al-Ghazali?
3. Bagaimana persamaan dan perbedaan konsep kesejahteraan menurut
Abraham H. Maslow dan Al-Ghazali?
4. Bagaimana relevansinya dalam konteks kesejahteraan di Indonesia?
D. Tujuan Penelitian
Untuk mendiskripsikan, menganalisa dan menguji secara empiris tentang
perbandingan dari konsep kesejahteraan menurut pemikiran Abraham H. Maslow
dan Al-Ghazali.
Adapun manfaat penelitian dapat ditinjau dari 2 aspek:
1. Secara teoritis yaitu:
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengembangkan
khaznah ilmu pengetahuan dalam dunia ekonomi khususnya konsep
kesejahteraan menurut pemikiran Maslow dan Al-Ghazali.
2. Secara praktis yaitu:
a. Bagi mahasiswa diharapkan bisa mengetahui konsep kesejahteraan
menurut pemikiran Abraham H. Maslow dan Al-Ghazali.
b. Bagi masyarakat dapat dijadikan rujukan dalam memahami makna
kesejahteraan secara mendalam yang bermanfaat secara langsung.
E. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini harapannya adalah:
1. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan kemajuan khazanaah ilmu pengetahuan khususnya ilmu
tentang kesejahteraan.
2. Diharapkan penelitian ini dapat di jadikan sebagai suatu tambahn referensi
untuk kemudian bisa dikembangkan oleh peneliti selanjutnya, khususnya
yang intens meneliti tentang kesejahteraan.
11
F. Metode Penelitian
Untuk terwujudnya kerangka ilmiah yang terarah dan baik, maka tidak
terlepas dari perencanaan yang matang, yaitu:
1. Pendekatan Penelitian
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan
kepustakaan, yang merupakan jenis penelitian kualitatif. Dalam penelitian
ini, peneliti mengadakan pengkajian teori Abraham Harold Maslow dan
Al-Ghazali tentang kesejahteraan serta tulisan yang dapat mendukung
penelitiani ini.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini ialah pemikiran Abraham Harold Maslow dan
Pemikiran Al-Ghazali, sedangkan objek dalam penelitian ini yaitu tentang
Kesejahteraan.
3. Sumber dan Bahan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library rescearh), maka
bahan digunakan berasal dari literature yang ada di perpustakan, yang
dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Bahan Primer, yaitu sumber bahan pokok yang menjadi acuan dalam
penelitian ini, diantaranya: Motivasi dan kepribadian, karya Abraham
H. Maslow yang telah diterbitkan kedalam bahasa Indonesia secara
gotong royong oleh PT. Pustaka Binaman Pressindo, Anggota IKAPI,
dengan lembaga penndidikan manajemen (LPPM), tahun 1984;
Ekonomi Mikro Islami, karya Ir. Adiwarman A. Karim, S.E, M.B.A.,
M.A.E.P, tahun 2015; Islamic Ecoomics, karya Prof. Dr. H. Veithzal
Rivai dan Ir. H. Andi Buchari, M,M, tahun 2013.
b. Bahan Sekunder, yaitu bahan penunjang yang berkaitan dengan
permasalahan, diataranya: Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Karya
DR. Euis Amalia, M,Ag, tahun 2005; Prinsip Dasar Ekonomi Islam
prespektif Maqashid Al-Syariah, karya Dr. Ika Yunia Fauzia, Lc.,
M.E.I dan Dr. Abdul Kadir Riyadi, Lc., M.S.Sc, tahun 2014.
c. Bahan Tersier, ialah bahan penunjang seperti Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Ensiklopedia Islam, Kamus Ekonomi.
12
4. Metode Analisis Data
Setelah data tersebut terkumpul dan diklasifikasi sesuai dengan masalah
yang dibahas, penulis menganalisa data yang ada. Dalam membahas dan
menganalisa data tersebut, penulis menggunakan suatu metode deskriptif
kualitatif komparatif yaitu dengan cara content analysis (analisis isi)
tentang pendapat Abraham H. Maslow dan Al-Ghazali mengenai
kesejahteraan serta relevansinya di Indonesia.
G. Studi Relevan
No Nama
Penulis
Judul Metode
Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Rahmat
llyas
Etika
Konsumsi dan
Kesejahteraan
dalam
Prespektif
Ekonomi
Islam.32
Studi
Pustaka
Penelitian ini
membahas
kesejahteraan
dalam
ekonomi
Islam.
Fokus
penelitian ini
ialah prilaku
ekonomi serta
kepuasan
konsumen.
2. Nur
Kholis
Kesejahteraan
Sosial di
Indonesia
Perspektif
Ekonomi
Islam.33
Studi
Pustaka
Penelitian ini
membahas
tentang
kesejahteraan
di Indonesia,
aplikasi
kesejahteraan
sosial di
Indonesia
perspektif
Islam.
Fokus
penelitian ini
pada
mewujudkan
konsep
kesejahteraaan
sosial.
3. Siti
Muazaroh,
Subaidi
Kebutuhan
Manusia dalam
Pemikiran
Abraham
Maslow
(tinjauan
maqasid
syariah).34
Studi
Pustaka
Penelitian ini
tinjauan
maqasid
syariah
terhadap
pemikiran
Maslow:
komparasi
terhadap
pemikiran Al-
Fokus
penelitian ini
ialah Maslow
dan Al-
Ghazali
menekankan
pada
kebutuhan
manusia.
32
Ilyas, ―Etika Konsumsi dan Kesejahteraan dalam Perspektif Ekonomi Islam,‖ Vol. 1
No. 1 (2016) 33
Nur Kholis, ―Kesejahteraan Sosial di Indonesia Perspektif Ekonomi Islam,‖ Jurnal
Akademika (Juli 2015). 34
Siti Muazaroh, ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Maslow (tinjauan
Maqasid Syariah)‖ Volume 7, Nomor 1 (Juni 2019).
13
Ghazali.
4. P.
Pardomuan
Siregar
Pertumbuhan
Ekonomi dan
Kesejahteraan
dalam
Perspektif
Islam.35
Studi
Pustaka
Penelitian ini
membahas
tentang
Kesejahteraan
menurut
ekonomi
islam.
Fokus
penelitian ini
ialah pada
pertumbuhan
ekonomi
sebagai
peningkatan
dalam
kapasitas
suatu bangsa
jangka
panjang untuk
memproduksi
aneka barang
dan jasa bagi
rakyatnya.
5. Oman
Sukmana
Konsep dan
Desain Negara
Kesejahteraan.36
Studi
Pustaka
Penelitian ini
membahas
konsep
negara
kesejahteraan
yang
berhubungan
dengan
negara
Indonesia.
Fokus
penelitian ini
yaitu
landasan
filosofis
politik negara
kesejahteraan.
6. Winda
Roselina
Effendi
Konsep
Wellfare State
di Indonesia.37
Studi
Pustaka
Penelitian ini
membahas
tentang
konsep
Walfare
State di
Indonesia.
Fokus
penelitian ini
adalah
Hubungan
partai politik
dan Walfare
State dalam
negara
Pancasila.
35
Siregar P. Pardomuan, ―Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan dalam Perspektif
Islam‖ Jurnal Bisnis Net, Vol. 1 No. 1 (Januari 2018). 36
Oman Sukmana, ―Konsep Dan Desain Negara Kesejahteraan (Welfare State)‖ Jurnal
Sospol, Vol. 2 No.1 (Juli 2016). 37
Roselina Effendi Winda, ―Konsep Wellfare State di Indonesia‖ Trias Politika, Vol
1 . No.1 April 2017)
14
7. Ulil Amri Konsep
Kesejahteraan
dalam Teori
Ekonomi Barat
dan Islam
(Analisis
Perbandingan
Pendapat
Maslow dan
Al-Ghazali.38
Studi
Pustaka
Penelitian ini
membahas
tentang
konsep
kesejahteraan
dalam teori
ekonomi
barat dan
ekonomi
islam.
Fokus
penelitian ini
adalah kepada
konsep
kesejahteraan
perbandingan
Maslow dan
Al-Ghazali.
H. Sistematika Penulisan
Agar mempermudah dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyusun
menggunakan sistematika yang terdiri dari sebagai berikut :
Bab I : Berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode
penelitian dan sistematika penelitian.
Bab II : Berisi tentang biografi Abraham H. Maslow dan Al-Ghazali
Bab III : Berisi tentang tinjauan umum tentang kesejahteraan, pengertian
kesejahteraan, relevansinya dalam konteks kesejahteraan di Indonesia.
Bab IV : Berisikan tentang pemikiran Abraham H. Maslow dan Al-
Ghazali mengenai kesejahteraan dan relevansinya di Indonesia.
Bab V : Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran-
saran.
38
Ulil Amri, Thesis, ―Konsep Kesejahteraan dalam Teori Ekonomi Barat dan Islam
(Analisis Perbandingan Pendapat Maslow dan Al-Ghazali,‖ UIN Raden Fatah Palembang, 2010.
15
BAB II
BIOGRAFI TOKOH
A. Abraham Harold Maslow
1. Riwayat Hidup
a. Kelahiran
Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyin, New York pada
tanggal 1 April 1908,39 dan meninggal pada tahun 197040 karena penyakit
jantung yang dideritanya.41 Ia dikenal sebagai bapak psikologi humanism.
Orang tuanya adalah imigran Yahudi Rusia yang pindah ke Amerika
Serikat dengan Harapan memperoleh kehidupan yang lebih baik.42 Ia
merupakan satu-satunya anak laki-laki Yahudi di sebuah perkampungan
non-Yahudi di pinggiran kota Brooklyn. 43
Orang tuanya adalah imigran Yahudi Rusia yang pindah ke Amerika
Serikat dengan harapan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Maslow
adalah anak pertama dari tujuh bersaudara dari pasangan Samuel Maslow
dan Rose Schilosky Maslow. Ia didorong kuat agar mencapai
keberhasilan dalam pendidikan oleh orang tuanya. Hal ini menjadikan
Maslow kesepian dan menderita di masa kanak-kanak dan remajanya.
Tentang perlakuan orang tua berikut akibatnya itu Maslow menulis ―Jika
mengingat masa kanak-kanak saya, cukup mengherankan bahwa saya
tidak menjadi psikotik‖.44 Ia sendiri menyatakan bahwa rasanya seperti
menjadi seorang Negro pertama yang berada di sekolah yang seluruh
muridnya adalah anak-anak kulit putih. Jika diingat bahwa dewasa ini
Maslow merupakan salah seorang dari antara orang-orang paling popular
di bidangnya. Ia jarang menjadi sasaran kecaman yang dilontarkan oleh
39
Asna Yuliana, ―Teori Abraham Maslow dalam Analisa Kebutuhan Pemustaka‖ Vol.
6, No. 2 (Desember 2018), 353–54. 40
Asna Yuliana, ―Teori Abraham Maslow dalam Analisa Kebutuhan Pemustaka‖, 351. 41
Aam Amalia, ―Aplikasi Teori Kebutuhan Maslow dalam Pembelajaran Bahasa Arab
(Implementasi Pendekatan Humanistik)‖ Majalah Ilmiah Laboratorium Pendidikan Vol. 4, No.2
(Desember 2019), 32. 42
Yuliana, ―Teori Abraham Maslow dalam Analisa Kebutuhan Pemustaka‖, 353–54. 43
Frank G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow
(yogyakarta: Kanisus, 1987), 28. 44
Asna Yuliana, ―Teori Abraham Maslow dalam Analisa Kebutuhan Pemustaka‖, 354.
16
16
psikologi-psikologi lain yang tidak sepaham, maka sulit rasnaya
mempercayainya tatkala ia menyatakan, ―Dulu saya terpencil dan tidak
bahagia . Saya tumbuh di ruang-ruang perpustakaan di antara buku-buku
hampir tanpa teman‖.45
Ia menikah pada usia muda, yaitu ketika ia berumur dua puluh
sedangkan istrinya sembilan belas tahun. ―Hidup baru benar-benar mulai
bagi saya sesudah saya menikah dan melanjutkan belajar Wisconsin‖,
katanya. ―Saya berjumpa dengan J.B. Watson, dan segera jatuh hati pada
Behaviorisme. Peristiwa itu benar-benar merupakan ledakan kegembiraan
bagi saya.46
Kehadiran anak pertama Abraham H. Maslow mendapatkan suatu
penemuan penting. ―Anak kami yang pertama telah mengubah diri saya
sebagai seorang psikolog‖, tulisnya. ―Pengalaman itu telah membuat
behaviorisme yang selama ini saya gandrungi tampak begitu bodoh
sehingga menjadikan saya muak tidak masuk akal‖. ―Saya pandangi
makhluk mungil penuh misteri ini‖, begitu ia bertutur pada Mery
Harrington Hall dalam sebuah wawancara untuk majalah Psychology
Today, ―dan saya merasa begitu bodoh. Saya terkesima oleh misteri itu
dan oleh sejenis perasaan tak terkendali. Saya ingin menegaskan bahwa
seoarang yang mempunyai sendiri anak tidak mungkin menjadi seorang
Behavioris‖.
b. Latar Belakang Pendidikan
Setelah menyelesaikan sekolah menengah, Maslow belajar hukum di
City Colloge of New York (CCNY), 47
demi menuruti keinginan orang
tuanya.48 Setalah kuliah tiga semester, pada tahun 1927 dia pindah ke
Cornell dan kemudian balik lagi ke New York. Setelah menyelesaikan
studi psikologi. Pada tahun 1928, dia nikah dengan sepupunya Bertha
Goodman yang masih sekolah di sekolah menengah pada saat itu. Dia
45
G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta:
Kanisus, 1987), 28. 46
G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, 29–30. 47
Masbur, ―Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Perspektif Abraham Maslow (1908-
1970)‖ Jurnal Ilmiah Edukasi, Vol 1, No 1 (Juni 2015), 36. 48
Asna Yuliana, ―Teori Abraham Maslow dalam Analisa Kebutuhan Pemustaka‖ Vol.
6, No. 2 (Desember 2018), 354.
17
bersama Bertha menghabiskan waktu bekerja dengan Harry Maslow untuk
penelitian yang sangat terkenal tentang monyet.49
Ketika remaja Maslow ia mulai mengagumi karya-karya para filosof
seperti Alfred Nirth Whitehead, Henri Bergson, Thomas Jefferson,
Abraham Lincoln, Plato dan Spinoza. Pertemuan dengan karya William
Graham Summer yang berjudul Folkways dilukiskannya sebagai ―Gunung
Everest dalam hidup saya‖.
Namun rupanya tidak seluruh tahun-tahun pertama kehidupannya
dihabiskannya untuk menyendiri belajar, sebab ternyata ia memiliki juga
pengalaman di dunia prakris. (tak dapat disangsikan lagi, pengalaman ini
menajadi sebagian ssumber bagi saran-saran praktisnya sesudah Maslow
tumbuh matang). Ia mulai bekerja pada usia dini, sebagai pengantar koran.
Banyak liburan musim panasnya dihabiskannya untuk bekerja pada
perusahaan milik keluarga, yang kebetulan masih terus dikelola oleh
saudara-saudaranya hingga sekarang. Usaha itu kini berupa perusahaan
pembuat drum yang besar dan sukses, yakin Universal Containers, Inc.50
Pada tahun tiga puluh keluarga Maslow kembali ke New York, dan ia
menjadi professor psikologi di Brooklyn College. Saat itu New York City
merupakan tempat istimewa. Maslow sendiri menyebutnya pusat dunia
psikologi. Di sana pula ia memperoleh pengalaman belajar yang paling
mengesankan dalam hidupnya. ―Saya belum pernah bertemu muka dengan
Freud ataupun Jung‖, tulisnya, ―tetapi saya sering bertemu dengan Adler
di kediamannya, tempat ia menyelenggarakan seminar-seminar Jumat
malam, dan saya banyak bertukar pikiran dengannya. Saya pun selalu
mencari-cari banyak dari antara tokoh-tokoh lainnya, nama-nama masyhur
sepert Erich Fromm, Karen Horney, Ruth Benedict, Max Wetherimer dan
sejenisnya. Saya pikir saya harus jujur mengatakan bahwa saya telah
menemukan guru-guru terbaik, resmi maupun tidak resmi, pada setiap
tokoh yang perrnah ada, semata-mata karena secara kebetulan saya berada
49
Masbur, ―Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Perspektif Abraham Maslow (1908-
1970)‖ Jurnal Ilmiah Edukasi, Vol 1, No 1 (Juni 2015), 36. 50
G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta:
Kanisus, 1987), 28–29.
18
di New York City saat para cendekiawan terbaik Eropa hijrah untuk
menjauhkan diri dari Hitler. Pada masa itu New York City benar-benar
fantastik. Setelah Atena tiada satu kota lain mampu menandinginya‖.51
2. Karya Abraham Harold Maslow
Abraham H. Maslow adalah seorang psikolog Amerika Serikat terkemuka.
Dia telah banyak membuat karya berbentuk buku maupun jurnal,
diantaranya :52
a. Maslow, Eupsychian Managemen: A Journal, Homeewood, III : Irwin
Dorsey, 1965
b. Maslow, The Psychology of Science: A Rreconnaissance, New York:
Harpper & Row, 1966
c. Maslow, Religions, Values and Peak Experiences, Colombus, Ohio:
Ohio State University Press, 1964
d. Maslow, The SS-1 Tes: A measure of Psychological Security
insecurity, Palo Alto, Calif: Consulting Psychologists Press, 195253
e. Maslow, Toward a Psychology of Being, 2nd ed., New York: van
Nostrand Reinhold, 1968
f. Maslow, and Mittelman, B., Principles of Abnormal Psychology, rev.
edd., New York: Harper & Row, 1959
g. Maslow, Comments on Prof. McCJones, M.R. (e.d), Nebraska
Symposium on Motivation, 1955, Lincoln, Neb.: University of Neraska
Press, 1955
h. Maslow, Criteria For judging needs to be instinctoid, in Jones M.R.
(ed.), Human Motivation: A symposium, Lincoln, Neb Univ. Of
Nebraska Press. 1965
i. Maslow, A Philosophy of Psychology, in Fairchild, J. (ed.), Persona;
Problems and Psychological Frontiers, New York: Sheridan, 1957
51
G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta:
Kanisus, 1987), 29–30. 52
Sendg Sejati, Skripsi, ―Hirarki Kebutuhan Menurut Abraham Maslow dan
Relevansinya dengan Kebutuhan Anak Usia Dini dalam Penddidikan Islam,‖ (Benngkulu : IAIN
Bengkulu, 2018), 67. 53
Sendg Sejati, Skripsi, ―Hirarki Kebutuhan Menurut Abraham Maslow dan
Relevansinya dengan Kebutuhan Anak Usia Dini dalam Penddidikan Islam‖, 68.
19
j. Maslow , Power felatonships and patterns of personal development, in
kornhauser, A. (ed.), problem of Power in American Democracy,
Destroit: Waine University press, 1957
k. Maslow, and Diaz-Guerrero, R., Juvenile delinquency as a value
disturbance, in Peatman. J., and Hartley, E. (eds), Fetschrift for
Gardner Murphy, New York: Harper & Row, 1960
l. Maslow, Appetites and hunger in animal Motivation, J. Comp.
Psychol., 1935
m. Maslow, The authoritarian character structure, J. social Psycholo.,
1943
n. Maslow, The Dominance drive as a determiner of the social and
sexual behavior of indra-human primates, I-IV, J. genet. Psychol.,
1936
o. Maslow, Dominance-feeling, personality and socio behavior in
women, J. social Psychol., 1939
p. Maslow, Dominance-Quality and socio behavior in infrahuman
primates, J., Soc. Psychol., 1940
q. Maslow, Emotional blocks to creativity, J. Individ. Psychol., 1958
r. Maslow, The farther reaches of human nature, J. transpers. Psychol,
1969
B. Al-Ghazali
1. Riwayat Hidup
a. Kelahiran
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Ahmad ath-Thusi asy-
Syafii Al-Ghazali, lebih terkenal dengan sebutan Imam Al-Ghazali atau
Hujjah al-Islam. Beliau dilahirkan pada tanggal 14 Jumaidil Akhir 450 H /
18 Desember 1058 M di Thus yang pada waktu itu termasuk ke dalam
wilayah Khurasan, Persia atau Iran pada saat ini.54
Al-Ghazali lahir pada 1058 M di kota kecil Khorasan bernama Thusi.
Karena ayahnya penjual benang, ia diberi nama panggilan Ghazali, yang
dalam bahasa Arab berarti ―pembuat benang‖. Abu Hamida Al-Ghazali
54
Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Gramata Publishing, 2005), 163.
20
terkenal di Barat sebagai al-Gazel, merupakan salah satu pemikir besar
Islam.55
Orang tuanya bekerja sebagai pemintal wol yang dalam bahasa Arab
disebut ghazzal. Adapun penisbahan sebutan nama Al-Ghazali terdapat
dua pendapat yakni Al-Ghazali dengan memakai satu z dinisbahkan
kepada tempat kelahirannya, sedangkan Al-Ghazali dengan dua z,
dinisbahkan dengan pekerjaan orang tuanya sebagai pemintal wol. Nama
Muhammad pertama, adalah nama Imam Al-Ghazali sendiri, sedangkan
nama Muhammad berikutnya adalah nama ayahnya, kemudian nama
kakeknya Ahmad.56
Al-Ghazali hidup dari keluarga yang taat beragama dan bersahaja, dari
keluarga itulah Al-Ghazali mulai belajar Al-Qur‘an. Ayah Al-Ghazali
adalah seorang muslim yang salih, sekalipun ia termasuk orang yang tidak
kaya, namun ia tekun mengikuti majelis para ulama dan suka terhadap
ilmu, selalu berdoa agar putranya menjadi seorang ulama yang pandai dan
suka memberi nasihat.57 Ayahnya dan lingkungan sosial masa kecil Al-
Ghazali dekat dengan kehidupan sufisme dan memiliki sahabat karib
seorang sufi. Ia meninggal pada saat Al-Ghazali masih kecil. Sebelum
wafat, ayah Al-Ghazali menitipkan Al-Ghazali bersama adiknya pada
sahabat karibnya tersebut untuk diurus dan di didik dengan baik, dengan
dibekali sejumlah harta peninggalan ayahnya.58
Setelah dititipkan pada sahabat karib ayahnya, Al-Ghazali dan adiknya
di didik dengan baik. Setelah harta titipan ayah Al-Ghazali habis, ahli sufi
tersebut menyarankan agar Al-Ghazali dan adiknya tetap melanjutkan
belajar di madrasah yang di dirikan oleh perdana Menteri Nizam al-Mulk,
55
Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), 218. 56
Abdul Syukur dan Masyaruddin, Intelektialisme Tasawuf (Semarang, 2002), 126. 57
Abdul Kholik, dkk, Pemikiran Pendidikan Islam (Semarang: Pustaka Pelajar, 1999),
1. 58
Victor Said Basil, Al-Ghazali Mencari Ma‟rifah, terjemahan Ahmadie Thaha (Jakarta:
Pustaka Panjimas, 1990), 7.
21
sehingga dapat pula memenuhi kebutuhan hidupnya dan tersedia asrama
untuk mereka.59
Dengan mendapatkan khusnul khatimah, Al-Ghazali meninggal dunia
pada hari senin 14 Jumaidil Akhir tahun 505 H (1111 M) di Thusia,
jenazahnya dikebumikan di makam Ath-Thabiran, berdekatkan dengan
makam Al-Firdausi, seorang ahli sya‘ir. Sebelum meninggal Al-Ghazali
pernah mengucapkan kata-kata yang diucapkan pula oleh Francis Bacon
seorang filosof Inggris, yaitu ―kuletakkan arwahku dihadapan Allah dan
tanamkanlah jasadku dilipat bumi yang sunyi senyap. Namaku akan
bangkit kembali menjadi sebutan dan buah bibir ummat manusia masa
depan.60
b. Latar Belakang Pendidikan
Sepeninggal Ayahnya, beliau mengahabiskan masa kecilnya dalam
bimbingan sufi, yaitu ar-Radzakani yang masih termasuk teman Ayahnya
hingga sang sufi menganjurkan beliau untuk menuntut ilmu kepada guru-
guru yang lain. 61Al-Ghazali kecil mula-mula belajar berbagai keilmuan di
Thusi pada Syekh Ahmad bin Muhammad Al-Razakani (orang tua asuh
Al-Ghazali), kemudian ia berpindah ke Jurjan untuk menimbah ilmu pada
Imam Abi Nasar Al-Ismail. Setelah mempelajari berbagai ilmu pada Imam
Dhiya al-Din al-Juwaini (yang terkenal dengan sebutana Imam Al-
Haramain) Direktur Madrasah al-Nidzamiyah ketika itu.62
Selanjutnya, beliau meneruskan pencarian ilmunya di an-Nizhamiyyah
sebuah Madrasah yang salah satu pengajaraya adalah ulama besar pada
masa itu yaitu Imam al-haramain Diauddin al-Juwaini yang selanjutnya
menjadi guru beliau dalam bidang ilmu kalam dan mantik. Di Madrasah
ini, beliau banyak mempelajari berbagai macam disiplin ilmu yang belum
59
Zukarni Jahja, Teologi Al-Ghazali, Pendekatan Metodologi (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), 69. 60
Ismail Yakub, Ihya‟ Al-Ghazali (Semarang: CV. Faizan), 25. 61
Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Gramata Publishing, 2005), 163–64. 62
Ahmad Atabik, ―Telaah Pemikiran Al-Ghazali Tentang Filsafat‖ Vol. 2, No.1 (Juni
2014), 22.
22
pernah didapati sebelumnya, seperti teologi, hukum Islam, filsafat, logika,
taSawuf dan ilmu kalam.63
Setelah ditinggalkan oleh Imam al-Juwaini, beliau berangkat menuju
Askar untuk menemui perdana menteri Nidzam al-Mulk. Di Askar inilah
kecemerlangan Al-Ghazali mulai Nampak dan perdana menteripun tertarik
karenanya. Hal ini mengakibatkan perdana menteri menunjuknya untuk
mengajar di an-Nizhamiyyah yang telah banyak menghasilkan orang-
orang bessar pada tahun 484H/1092M.
Pada tahun yang sama pula beliau diangkat menjadi guru besar di an-
Nishamiyyah. Selama beliau mengajar di madrasah tersebut, beliau dengan
tekun menyampaikan berbagai macam mata kuliah sambil mempelajari
dan mendalami filsafat Yunani seperti yang terdapat dalam pemikiran al-
Farabi, Ibn SIna, Ibn Miskawaih, dan Ikhwan asy-Syafa secara otodidak.
Sekitar empat tahun mengajar di Madrasah an-Nishamiyyah,
kegelisahan pun melanda beliau. Muncul keraguan dalam diri Al-Ghazali
mengenai ilmu-ilmu yang selama ini dipelajari dan diajarkannya, bukan
hanya terhadap ilmu yang diperoleh atau diajarkan bahkan terhadap karya-
karya yang telah dihasilkannya pun beliau meragukakn kebenarannya.
Al-Ghazali pun tidak dapat melanjutkan tugasnya mengajar di
Madrasah an-Nizhamiyyah kemudian ia memutuskan untuk meninggalkan
jabatannya sebagai pengajar di Madrasah an-Nizhamiyyah dan
memutuskan untuk menemukan kebenaran sejati dengan cara melakukan
perjalanan dari satu daerah ke daerah lainnya.
Daerah pertama yang dikunjunginya adalah Damaskus, beliau
menghabiskan waktunya dengan melakukan berbagai macam kegiatan
yang memungkinkan baginya untuk menyucikan jiwa, seperti uzlah,
riyadhah dan mujahadah sebagai pengamalan dari ilmu-ilmu taSawuf
yang telah diperolehnya. Setelah dua tahun berada di Damaskus, beliau
melanjurkan perjalanannya menuju Bait al-Maqdis di Palestina untuk
tujuan yang sama, yaitu mencari kebenarannya sejati. Perjalanan
dilanjutkan menuju Makkah al-Mukarramah untuk melaksanakan ibadah
63
Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Gramata Publishing, 2005), 163–64.
23
haji dan ziarah ke makam Rasulullah Saw. setelah melakukan itu semua
Al-Ghazali memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya Thus,
namun di Thus pun beliau tetap melakukan hal yang sama seperti apa yang
dilakukan sebelumnya.64
Sebagai hasil dari perjalanan intelektual dan perkembangan spiritual
mencari haikat kebenaran, mengkritisi beragam aliran, dan upayah
menegakkan kebenaran syariat, telah membuahkan banyak karya dan
tulisan yang mencerahkan, khususnya kitab paling monumental, kitab Ihya
Ulum Ad-Din. Kitab ini merupakan karya terbesar Al-Ghazali, menjadi
panduan menyelesaikan pertentangan antara ilmu syari‘at dan ilmu
hakikat, antara kehidupan lahir dan batin dan pertemuan antara rasio
dengan tasawuf yang dikenal dalam Islam saat ini.65
Akhirnya pada hari Senin, 14 Jumadil Akhir 505H/1111M beliau
menghadap sang pencipta pada usia 55 tahun. Walaupun beliau telah tiada,
namun nama besarnya tetap teringat dalam hati sanubari kaum muslim.66
2. Karya Al-Ghazali
Al-Ghazali merupakan sosok ilmuan dan penulis yang sangat produktif.
Berbagai tulisannya telah banyak menarik perhatian dunia, baik dari kalangan
Muslim maupun non-Muslim. Para pemikir barat abad pertengahan, seperti
Raymond Martin. Para pemikir barat pasca, diisukan banyak dipengaruhi oleh
pemikiran Al-Ghazali. Pasca periode sang Hujjatullah ini, berbagai hasil
karyanya yang telah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa latin,
seperti Spanyol, Yahudi, Perancis, Jerman, dan Inggris, dijadikan referensi
oleh kurang lebih 44 pemikir barat.67
Sebagai seorang yang bergelar mujaddid, tentu saja keilmuan Imam Al-
Ghazali tidak bisa dipandang sebelah mata. Banyaknya kritik yang
ditunjukkan pada beliau tidak mengurangu keutamaan yang ada pada diri
64
Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Gramata Publishing, 2005), 164. 65
Amaran As, Pengantar Studi Tasawuf (Jakarta: Grafindo Persada, 1994), 324–25. 66
Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 165. 67
Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), 219.
24
Imam Al-Ghazali. Karya-karya beliau hampir menjadi bintang dalam setiap
cabang ilmu yang ditulisnya.68
Beliau berhasil menularkan banyak karya tulis dalam berbagai fan ilmu.69
a. Fiqih
Menarik untuk dikaji bahwa di negeri kita, Al-Ghazali lebih dikenal
sebagai ahli tasawuf ketimbang ahli fiqih. Padahal sesungguhnya
beliau sebelum menjadi ahli tasawuf, sudah menjadi ulama dalam
bidang ilmu fiqih terlebih dahulu. Setidaknya di bidang fiqh beliau
menulis kitab dan ditambah satu lagi sehingga menjadi empat kitab
yaitu:
1) al-Wasit
2) al-Basit
3) al-Wajiz
4) al-Khulashah
b. Ushul Fiqih
Selain dalam fiqih, ternyata Al-Ghazali juga ulama ahli ilmu ushul
fiqih, yang tercatat beliau menulis tiga kitab penting dalam ilmu ushul
fiqih yaitu :
1) Al-Mankhul
2) Al-Mustashfa
3) Syifa al-Alil
c. Ushuluddin70
Di cabang ushuluddin ada karya beliau juga yaitu :
1) Qowaiduk Aqoid
2) al-Munqidd minad-Dholal
3) al-Iqtishod fi al-I‘tiqod
4) Iljamul Awam an Ilmi Kalam
5) Al-Maqashud al-Asna fi Syarh al-Asma al-Husna
d. Filsafat71
68
Wildan Jauhari, Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali (Jakarta Selatan: Rumah Fiqih
Publishing, 2018), 14. 69
Wildan Jauhari, Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali, 14–15. 70
Wildan Jauhari, Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali, 16.
25
Dalam filsafat beliau menulis dua buku yaitu:
1) Maqosidul Falasifah
2) Tahafutul Falasifah
e. Tafsir
Dibidang tafsir beliau menulis dua kitab yaitu :
1) al-Waqfu wal Ibtida
2) Yaqutun Ta‟wil fi Tafsir at-Tanzil
f. Akhlaq
Di bidang akhlaq beliau menulis :
1) Ayyuhal Walad
2) Bidayatul Hidayah
3) Kimyaus Sa‘adah
g. Tasawuf72
Di bidang tasawuf beliau menulis :
1) Ihya Ulum ad-Din
2) Minhajul Abidin
h. Ihya Ulum Ad-Din
Dari berbagai karya Imam Al-Ghazali itu, kitab Ihya Ulum ad-Din
lah yang paling besinar diantara bintang gemintang karya-karyanya.
Kitab ini disebut sebagai karya beliau yang paling fenomenal. Masyur
di Timur maupun barat. Dibaca dan dikaji ulang di berbagai
universitas sampai hari ini.
Banyak ulama salaf yang memuji kehebatan ktab ini, diantaranya
Imam an-Nawawi yang menyatakan, ―hampir-hampir kitab Ihya ini
menjadi Al-Quran yang terus dibaca.‖ Imam as-Subkhi berkomentar
tentang Ihya, ―jika seandainya tidak ada satu kita pun yang ditulis oleh
ulama untuk umat manusia selain kitab Ihya, maka itu sudah lebih dari
cukup.‖73
Bahkan, karena lengkapnya pembahasan di dalam kitab Ihya ini
yang tidak hanya mengkaji masalah tasawuf tetapi juga hukum fiqih
71
Wildan Jauhari, Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali, 17. 72
Wildan Jauhari, Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali, 18. 73
Wildan Jauhari, Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali, 18–19.
26
sampai ada ungkapan yang megatakan, ―jikalau semua kitab fiqih
madzhab asy-Syafi‘i ini lenyap tak tersisa, madzhab ini akan bisa
dibangun kembali lewat kandungan Ihya.‖
C. Pengertian Kesejahteraan menurut Maslow dan Al-Ghazali
1. Pengertian Kesejahteraan menurut Maslow
Istilah kesejahteraan tidak merujuk pada suatu kondisi yang baku dan
tetap. Istilah ini dapat berubah-ubah karena ukuran sejahtera atau tidak
sejahtera kadang-kadang berbeda antara satu ahli dengan ahli lainnya.
Keluarga berpendapatan tinggi dengan segala kebutuhannya tercukupi dapat
disebut sejahtera, akan tetapi di lain pihak keluarga miskin dan segala
kebutuhannya tidak terpenuhi kadang juga dianggap justru lebih sejahtera
karena tidak memiliki masalah yang pelik sebagaimana umumnya keluarga
yang berpendapatan tinggi. Kondisi sejahtera dari seseorang, keluarga,
kelompok atau masyarakat disesuaikan dengan sudut pandang yang dipakai.74
Menurut Maslow, apabila kebutuhan dasar manusia belum terpenuhi maka
seseorang cenderung tidak memikirkan kebutuhan yang lain. Sebaliknya,
mereka yang terpenuhi kebutuhan dasarnya akan cenderung memiliki
keinginan menuju kebutuhan-kebutuhan yang selanjutnya sehingga sampai
pada puncaknya yang tertinggi yaitu aktualisasi diri. Dalam hal ini, tidak
berarti Maslow memandang manusia hanya fokus pada kebutuhan ekonomi
saja. Hierarki kebutuhan Maslow justru menunjukkan bahwa sesuai kodratnya,
pertumbuhan manusia tidak bisa terfokus hanya satu arah saja, tetapi juga
membutuhkan relasi yang baik dengan sesama seperti untuk memenuhi
kebutuhan cinta dan penghargaan diri.75
Kesejahteraan dapat dipandang dalam dua sisi, yakni sisi rumah tangga
konsumen dan sisi yang lain pada sisi rumah tangga produsen. Pada rumah
tangga konsumen tingkat kesejahteraan itu diukur dari tingkat kepuasan
individu dalam memakai atau menghabiskan nilai guna barang (utility).
Sementara itu di sisi produsen, tingkat kepuasan itu diukur dari tingkat
74
Aliyah Farwah, ―Faktor Sosial Terhadap Kesejahteraan Islami Keluarga Muslim di
Kota Surabaya‖ Jurnal Ekonomi dan Bisnis Tahun XXIII, No. A (2013): 155. 75
Muazaroh, ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Maslow (tinjauan
maqasid),‖ Vol. 7, No. 1 (Juni 2019), 29.
27
keuntungan atau dikenal juga dengan beberapa istilah diantaranya surplus,
benefit, laba yang akan diperoleh produsen pada saat menambah satu input
produksi, atau dikenal dengan istilah marginality.76
2. Pengertian Kesejahteraan menurut Al-Ghazali
Tujuan utama ekonomi Islam adalah merealisasikan tujuan manusia untuk
mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan dunia dan akhirat (falah), serta
kehidupan yang baik, dan terhormat (al-hayah al-tayyibah). Ini merupakan
definisi kesejahteraan dalam pandangan Islam, yang tentu saja berbeda secara
mendasar dengan pengertian kesejahteraan dalam ekonomi konvensional yang
sekuler dan materialistik.77
Imam Al-Ghazali membahas secara rinci tentang sosio ekonomi yang
berakar dari sebuah konsep yang disebut sebagai kesejahteraan sosial Islami,
tema yang menjadi pangkal tolak seluruh karyanya adalah konsep maslahah
(kesejahteraan sosial), atau utilitas (kebaikan bersama) yaitu sebuah konsep
yang mencakup semua aktifitas manusia membuat kaitan erat antara individu
dengan masyarakat lainnya. Al-Ghazali mengungkapkan sebuah konsepnya
yang sampai sekarang masih banyak dirasakan oleh orang yang telah
mendapatkan kesejahteraan dan begitu juga bagi orang yang menginginkan
merasakan kesejahteraan yang di ungkapkan oleh Al-Ghazali dalam bukunya
Ihya ulumuddin. Beliau mengungkapkan kesejahteraan suatu masyarakat
hanya akan tewujud jika memelihara lima tujuan dasar, yaitu agama, jiwa,
akal, harta dan keturunan. Melalui kelima tujuan dasar ini, dia kemudian
membagi tiga tingkatan utilitas individu dan sosial, yakni daruriat
(kebutuhan), hajiat (kesenangan), dan tahsinat (kemewahan).78
Maslahah dalam pandangan Al-Ghazali adalah terjadinya peningkatan
kesejahteraan seluruh manusia, yang terletak pada perllindungan keimanan,
jiwa, keturunan, kekayaan dan akal mereka. Apapun yang menjamin
76
Yulhendri dan Nora Susanti, ―Analisis Konfirmatory Faktor Pengukuran Indikator
Kesejahteraan Rumah Tangga‖ Volume 15, Nomerr 2 (Agustus 2017): 190. 77
Nur Kholis, ―Kesejahteraan Sosial di Indonesia Perspektif Ekonomi Islam,‖
Jurnal Akademika (Juli 2015). 248. 78
Abdul hamid Syahrovi, Skripsi, ―Kesejahteraan Sosial Menurut Fiqh Muamalah,‖
(Riau : UIN Sultan Khasim Riau, 2012), 33.
28
perlindungan kelima aspek ini akan menjamin kepentingan public dan
merupakan hal yang diinginkan, begitu juga sebaliknya. Seluruh barang dan
jasa yang akan mempertahankan kelima unsur pokok di atas disebut
maslahah bagi manusia. Pengabdian terhadap kelimanya akan menimbulkan
kerusakan dimuka bumi dan kerugian di akhirat kelak.79
D. Macam-Macam Kebutuhan
Istilah kesejahteraan tidak merujuk pada suatu kondisi yang baku dan tetap.
Istilah ini dapat berubah-ubah karena ukuran sejahtera atau tidak sejahtera
kadang-kadang berbeda antara satu ahli dengan ahli lainnya. Keluarga
berpendapatan tinggi dengan segala kebutuhannya tercukupi dapat disebut
sejahtera, akan tetapi di lain pihak keluarga miskin dan segala kebutuhannya tidak
terpenuhi kadang juga dianggap justru lebih sejahtera karena tidak memiliki
masalah yang pelik sebagaimana umumnya keluarga yang berpendapatan tinggi.
Kondisi sejahtera dari seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat disesuaikan
dengan sudut pandang yang dipakai.80
1. Kebutuhan menurut Maslow
Maslow membagi hierarki kebutuhan dalam lima tingkat dasar kebutuhan
yaitu:81
a. Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah yang paling mendasar
dan paling mendominasi kebutuhan manusia. kebutuhan ini lebih
bersifat biologis seperti oksigen, makanan, air dan sebagainya.
Pemikiran Maslow akan kebutuhan fisik ini sangat dipengaruhi oleh
kondisi pasca Perang Dunia II. Saat itu, manusia berada dalam kondisi
yang begitu memilukan. Salah satunya adalah dilandanya kelaparan.
Oleh karena itu, Maslow menganggap kebutuhan fisik adalah yang
utama melebihi apapun.
b. Kebutuhan akan rasa aman (Safety needs)Setelah kebutuhan fisiologis
terpenuhi, manusia akan cenderung mencari rasa aman, bisa berupa
79
Rizal Fahlefi, ―Pemikiran Ekonomi Al-Ghazali‖ Vol. 11, No. 1 (Juni 2012), 25. 80
Farwah, "Faktor Sosial Terhadap Kesejahteraan Islami Keluarga Muslim di Kota
Surabaya‖ Jurnal Ekonomi dan Bisnis Tahun XXIII, No. A (2013), 155. 81
Muazaroh, ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Maslow (tinjauan
maqasid),‖ Vol. 7, No. 1 (Juni 2019), 22–25.
29
kebutuhan akan perlindungan, kebebasan dari rasa takut, kekacauan
dan sebagainya. Kebutuhan ini bertujuan untuk mengembangkan hidup
manusia supaya menjadi lebih baik.
c. Kebutuhan akan kepemilikan dan cinta (The belongingness and love
Needs)Setelah kebutuhan fisik dan rasa aman terpenuhi, manusia akan
cenderung mencari cinta orang lain supaya bisa dimengerti dan
dipahami oleh orang lain. Jadi, Kebutuhan akan cinta tidak sama
dengan kebutuhan akan seks. Sebaliknya, Maslow menegaskan,
kebutuhan akan seks justru dikategorikan sebagai kebutuhan fisik.
Kebutuhan akan cinta ini menguatkan bahwa dalam hidup, manusia
tidak bisa terlepas dari sesama.
d. Kebutuhan untuk dihargai (The esteem Needs), Setelah ketiga
kebutuhan di atas terpenuhi, maka sudah menjadi naluri manusia untuk
bisa dihargai oleh sesama bahkan masyarakat. Maslow
mengklasifikasikan kebutuhan ini menjadi dua bagian yaitu, Pertama
lebih mengarah pada harga diri. Kebutuhan ini dianggap kuat, mampu
mencapai sesuatu yang memadai, memiliki keahlian tertentu
menghadapi dunia, bebas dan mandiri. Sedangkan kebutuhan yang
lainnya lebih pada sebuah penghargaan. Yaitu keinginan untuk
memiliki reputasi dan pretise tertentu (penghormatan atau penghargaan
dari orang lain). Kebutuhan ini akan memiliki dampak secara
psikologis berupa rasa percaya diri, bernilai, kuat dan sebagainya.
e. Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization). Kebutuhan inilah yang
menjadi puncak tertinggi pencapaian manusia setalah kebutuhan-
kebutuhan di atas terpenuhi. Pencapaian aktualisasi diri ini berdampak
pada kondisi psikologi yang meninggi pula seperti perubahan persepsi,
dan motivasi untuk selalu tumbuh dan berkembang.
2. Kebutuhan Menurut Al-Ghazali
Jika Maslow menyebut hierarki kebutuhan manusia ke dalam lima
tingkatan, maka Al-Ghazali membagikannya ke dalam tiga tingkatan.
Pertama, yang menjadi suatu keniscayaan (level of necessity) yaitu
kebutuhan primer (daruriat) yang bertujuan pada pencapaian lima hal paling
30
mendasar yaitu hifdzuddin (pelestarian agama), hifdzunnafs (pelestarian
jiwa), hifdzulmal (pelestarian harta), hifdzul aql (pelestaroan akal), dan
hifdzunnasl (pelestarian keturunan). Daruriat inilah yang dinilai sebagai hal-
hal esensial bagi kehidupan manusia itu sendiri. kedua, sekunder (hajiyat),
dan ketiga tersier (tahsiniyat).82
82
Muazaroh, ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Maslow (tinjauan
maqasid),‖ Vol. 7, No. 1 (Juni 2019), 27.
31
BAB III
PEMIKIRAN TOKOH BERSIFAT UMUM
A. Pengertian Kesejahteraan
Istilah kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti, yakni: pertama,
dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan kondisi manusia yang baik,
dimana orang-orangnya dalam keadaan makmur,dalam keadaan sehat, dan damai.
Kedua, dalam tinjauan ekonomi, sejahtera selalu dihubungkan dengan keuntungan
atau manfaat kebendaan (ukuran materi) sebagai fungsi kesejahteraan sosial
(secara formatif dan substantif bisa bermakna ekonomi kesejahteraan atau
kesejahteraan ekonomi). Ketiga, Dalam tinjauan kebijakan sosial, kesejahteraan
sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Ini adalah istilah yang digunakan dalam ide negara kesejahteraan (welfare state).
Keempat, dalam tinjauan lain (seperti fenomena kebijakan di negara maju seperti
Amerika), sejahtera menunjuk ke aspek keuangan yang dibayarkan oleh
pemerintah kepada orang yang membutuhkan bantuan finansial, tetapi tidak dapat
bekerja atau yang keadaan pendapatan yang diterimanya untuk memenuhi
kebutuhan dasar tidak cukup atau tidak layak secara manusiawi atau jumlah yang
dibayarkan biasanya jauh di bawah garis kemiskinan; atau bisa juga karena
memiliki kondisi khusus, seperti adanya bukti sedang mencari pekerjaan
(menganggur); atau kondisi lain, seperti ketidakmampuan atau kewajiban untuk
menafkahi keluarga atau menjaga anak (yang mencegahnya untuk dapat/bisa
bekerja).83
Pandangan Ekonomi Islam tentang kesejahteraan didasarkan atas keseluruhan
ajaran. Islam tentang kehidupan ini, konsep ini sangat berbeda dengan konsep
kesejahteraan dalam ekonomi konvensional, sebab ia adalah konsep yang holistic,
secara singkat kesejahteraan yang diinginkan oleh ajarak islam adalah:
1. Kesejahteraan holistic dan seimbang, yaitu mencakup dimensi material
maupun spiritiual serta mencakup individu maupun sosial.
83
Agus Suryono, ―Kebijakan Publik Untuk Kesejahteraan rakyat‖ Jurnal Ilmiah Ilmu
Administrasi, Vol. 6, No. 02, (September 2014), 99.
32
32
2. Kesejahteraan didunia maupun diakhirat, sebab manusia tidak hanya hidup
dalam dunia saja tetapi juga didalam akhirat. Jika kondisi ideal ini tidak
dapat dicapai maka kesejahteraan diakhirat tentu diutamakan.84
B. Kesejahteraan Menurut Al-Qur’an
Kesejahteraan merupakan tujuan dari ajaran Islam dalam bidang ekonomi.
Kesejahteraan merupakan bagian dari rahmatan lil alamin yang diajarkan oleh
agama islam. Namun kesejahteraan yang dimaksudkan dalam Al-Qur‘an bukanlah
tanpa syarat untuk mendapatkannya. Kesejahteraan akan diberikan oleh Allah
SWT. Jika manusia melaksanakan apa yang diperintahkannya dan menjauhi apa
yang dilarangnya.85
Ayat-ayat Al-Qur‘an yang memberikan penjelasan tentang kesejahteraan ada
yang secara langsung (tersurat) dan ada yang secara tidak langsung (tersirat)
berkaitan dengan permasalahan ekonomi. Namun demikian, penjelasan dengan
menggunakan dua cara ini menjadi satu pandangan tentang kesejahteraan.
1. Qs. Al-Nahl : 97
‖Barang siapa mengerjakan kebaikan, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka pastiakan kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan dengan pahala yang lebih
baik dari apa yang telah mereka kerjakan.‖
Kesejahteraan merupakan jaminan atau janji dari Allah SWT. yang
diberikan kepada laki-laki atau pun perempuan yang beriman kepada-Nya.
Allah SWT. juga akan membalas berbagai amal perbuatan baik orang-
orang yang bersabar dengan pahala yang lebih baik dari amalnya.
Kehidupan yang baik adalah kehidupan yang bahagia, santai, dan puas
dengan rezeki yang halal, termasuk di dalamnya mencakup seluruh bentuk
ketenangan apapun dan bagaimanapun bentuknya.
2. Qs. Thaha 117-119
‖Kemudian kami berfirman, ‖Wahai Adam, sungguh (ini) iblis musuh
bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali jangan sampai dia
84
Ifa Afida, ―Konsep Kesejahteraan Pada Masa Islam Klasik dan Masa Modern‖ Jurnal
Al-Tsaman, Vol. 2, No. 1 (Mei 2020), 122–23. 85
Agung Eko Purnama, Kesejahteraan Dalam Perspektif Ekonomi Islam, ustitia Islamica
Vol. 11, No. 1 (Jan-Juni 2014), 9.
33
mengeluarkan kamu berdua dari surga, nanti kamu celaka. Sungguh, ada
(jaminan) untukmu disana, engkau tidak akan kelaparan dan tidak akan
telanjang. Dan sungguh, disana engkau tidak akan merasa dahaga dan
tidak akan ditimpa panas matahari.‖
Kesejahteraan menurut pengertian Al-Qur‘an tercermin di Surga yang
dihuni oleh Nabi Adam dan istrinya sesaat sebelum mereka bertugas
sebagai khalifahdi bumi. Kesejahteraan yang digambarkan dalam ayat ini
menjamin adanya pangan, sandang, dan papan yang di istilahkan dengan
tidak kelaparan, tidak merasa dahaga, tidak telanjang, dan tidak kepanasan
oleh matahari. Sedangkan kebalikan darinya adalah kehidupan yang
sempit, yakni jauh dari tentram dan tenang, selalu tidak puas, dadanya
sesak dan gelisah walaupun lahirnya tampak mewah, serba ada, cukup
pakaian dan tempat tinggalnya.86
C. Pengukuran Kesejahteraan Menurut Badan Kordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN)87
Kesejahteraan dapat di ukur dengan lima tahapan yaitu: keluarga pra-
sejahtera, keluarga sejahtera satu, keluarga sejahtera II, keluarga sejahtera III,
keluarga sejahtera plus. Lima pengelompokkan tahapan keluarga sejahtera
menurut BKKBN adalah sebagai berikut :
1. Keluarga Pra Sejahtera, adalah keluarga-keluarga yang belum dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti: Kebutuhan akan
pengajaran agama, Pangan, Sandang, Pangan dan Kesehatan.
2. Keluarga Sejahtera I, keluarga sudah dapat memenuhi kebutuhan yang
sangat mendasar, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan yang lebih
tinggi, indikator yang digunakan.
3. Keluarga Sejahtera II, keluarga selain dapat memenuhi kebutuhan dasar
minimumnya dapat pula memenuhi kebutuhan sosial psikologinya, tetapi
belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya. Indikator yang
86
Agung Eko Purnama, Kesejahteraan Dalam Perspektif Ekonomi Islam, ustitia Islamica
Vol. 11, No. 1 (Jan-Juni 2014), 9–10. 87
Faizul Abrori, ―Implementasi Kesejahteraan Perspektif BKKBN dalam Kajian
Maqasid al-Syariah‖ Vol. 09, No.02 (Agustus2019), 239–240.
34
digunakan terdiri dari lima indikator pada keluarga sejahtera I ditambah
dengan sembilan indikator yang digunakan.
4. Keluarga Sejahtera III, keluarga telah dapat memenuhi kebutuhan dasar
minimum dan kebutuhan sosial psikologinya serta sekalian dapat
memenuhi kebutuhan pengembangannya, tetapi belum aktif dalam usaha
kemasyarakatan di lingkungan desa atau wilayahnya. Mereka harus
memenuhi persyaratan indikator pada keluarga sejahtera I dan II serta
memenuhi syarat indikator yang digunakan.
5. Keluarga Sejahtera III Plus, keluarga selain telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar minimumnya dan kebutuhan sosial psikologisnya, dapat
pula memenuhi kebutuhan pengembangannya, serta sekaligus secara
teratur ikut menyumbang dalam kegiatan sosial dan aktif pula mmengikuti
gerakan semacam itu dalam masyarakat. Keluarga-keluarga tersebut
memenuhi syarat-syarat indikator pada keluarga sejahtera I sampai III dan
ditambah dua syarat berikut:
a. Keluarga atau anggota keluarga secara teratur memberikan sumbangan
bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materi.
b. Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus
perkumpulan, yayasan, atau institusi masyarakat lainnya.
D. Kesejahteraan di Masa Rasulullah dan Para Sahabatnya
Ajaran ekonomi Islam tidak bisa dilepaskan dari sumber utamanya, yakni Al-
Qur‘an, Sunnah, dan khazanah Islam lainnya. Konsep-konsep ekonomi Islam
yang didalamnya membahas tentang kesajahteraan individu, keluarga,
masyarakat, dan negara telah tergambar secara jelas dalam ayat-ayat Al-Qur‘an.
Kesejahteraan dalam perspektif ekonomi Islam tidak hanya berhenti pada tataran
konsep tetapi telah terwujud dalam praktek kehidupan Rasulullah dan para
sahabatnya. Implementasi nilai-nilai kesejateraan ini tidak hanya dirasakan oleh
umat Islam saat itu tetapi juga umat non muslim, bahkan rahmat bagi seluruh alam
hingga masa modern saat ini.88
88
Agung Eko Purnama, Kesejahteraan Dalam Perspektif Ekonomi Islam, ustitia
Islamica Vol. 11, No. 1 (Jan-Juni 2014), 12.
35
Ajaran Islam telah menjelaskan bahwa sesungguhnya tujuan dasar Islam
adalah terwujudnya kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat. Dalam
prakteknya, Rasulullah SAW. membangun suatu perekonomian yang dulunya dari
titik nol menjadi suatu perekonomian raksasa yang mampu menembus keluar dari
jazirah Arab. Pemerintahan yang dibangun Rasulullah SAW di Madinah mampu
menciptakan suau aktivitas perekonomian yang membawa kemakmuran dan
keluasan pengaruh pada masa itu.89
Kegiatan ekonomi telah menjadi sarana pencapaian kesejahteraan atau
kemakmuran. Nabi Muhammad SAW memperkenalkan sistem ekonomi Islam.
Hal ini berawal dari kerja sama antara kaum Muhajirin dan Anshar. Sistem
ekonomi Islam yang diperkenalkan, antara lain, syirkah, qirad, dan khiyar dalam
perdagangan. Selain itu, juga diperkenalkan sistem musaqah, sahabat juga
melakukan perdagangan dengan penuh kejujuran. Mereka tidak mengurangi
dalam timbangan dalam perdagangan.
Semenjak hijrah ke Madinah, kehidupan telah banyak berubah. Para sahabat
Nabi Muhammad SAW dari kaum Muhajjirin bahu-membahu dengan penduduk
lokal Madinah dari kaum Anshar dalam membangun kegiatan ekonomi. Berbagai
bidang digeluti oleh beliau dan para sahabatnya baik itu pertanian, perkebunan,
perdagangan dan peternakan. Pasar-pasar dibangun di Madinah. Kebun-kebun
kurma menghasilkan panen yang melipah. Peternakan kambing menghasilkan
susu yang siap dipasarkan maupun hanya sekedar untuk diminum. Dalam sejarah,
dikenal tokoh Islam yang terkenal dengan kekayaannya dan kepiawaiannya dalam
berdagang dan berbagai bidang lainnya.90
Mereka adalah Abdurrahman bin Awf, Abu Bakar, ‗Umar bin Khattab, dan
sebagainya. Mereka sadar akan dapat hidup di Madinah hanya dengan usaha
mereka sendiri. Masyarakat Madinah terus berupaya meningkatkan aktivitas
89
Muhammad Sholahuddin, World Revolution With Muhammad (Sidoarjo: Mashun,
2009), 46. 90
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad (Jakarta: Litera Antar Nusa,
1989), 197.
36
ekonomi dengan etos kerja yang tinggi. Ibadah dan kerja adalah dua jenis aktivitas
ukhrawi dan duniawi yang menghiasi hari-hari mereka silih berganti.91
Umar bin Khattab dalam kepemimpinannya, memilliki peranan yang sangat
penting dalam kesejahteraan masyarakat, diantaranya yang terkenal adalah lewat
kebijakannya dalam pengelolaan baitul mal. Dalam bidang ekonomi Umar
melembagakan Baitul mal ini dilengkapi denan sisem administrasi yang tertata
baik.92
E. Dasar Hukum Kesejahteraan
Agama Islam dengan tegas menganjurkan terciptanya kesejahteraan sosial
dalam masyarakat, sampai-sampai menjadikannya salah satu prinsip dasar ajaran
Islam. Salah satu bentuk perhatian Allah tersebut dengan memberikan jaminan
bahwa nabi Muhammad merupakan sosok yang sengaja diutus sebagai rahmat
yang mendatangkan kebaikan, kemaslahatan dan kesejahteraan bagi seluruh alam.
―Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmurnya.... (QS. Hud: 61).
Ayat ini mulanya diturunkan kepada haum Tsamud, kaum Tsamud pada
mulanya menarik pelajaran berharga dari peringatan buruk kaum ‗Ad. Karena itu
mereka beriman kepada Allah SWT. Pada masa itu mereka berhasil membangun
peradaban yang cukup megah. Tetapi keberhasilan mereka itu menjadikan mereka
lengah sehingga mereka kembali menyembah berhala, yang disembah kaum
‗Ad.Ketika itu Allah mengutus nabi Nuh AS, mengingatkan mereka agar tidak
mempersekutukan Allah. Tetapi tuntutan dan peringatan beliau tidak disambut
oleh mayoritas kaum Tsamud.93
91
Zainal Abidin Ahmad, Negara Adil Makmur Menurut Ibnu Siena (Jakarta: Bulan
Bintang, 1974), 11. 92
Ifa Afida, ―Konsep Kesejahteraan Pada Masa Islam Klasik dan Masa Modern‖ Jurnal
Al-Tsaman, Vol. 2, No. 1 (Mei 2020), 124. 93
Abdul Hamid Syahrovi, Skripsi ―Studi AnalisisTerhadap Pemikiran Al-Ghazali
Tentang Kesejahteraan Sosial Menurut Fiqih Muamalah,‖ (UIN Sultan Syarif Kasim Rian
Pekanbaru, 2012), 24–25.
37
BAB IV
PEMIKIRAN TOKOH BERSIFAT KHUSUS
A. Konsep Kesejahteraan Menurut Abraham Harold Maslow
Tahapan-tahapan kesejahteraan yang ditetapkan menurut Mukhlisin Muzarie
tampaknya mengadopsi dari teori need milik Abraham H. Maslow yang
menyebutkan bahwa kesejahteraan sosial meliputi beberapa aspek yang diperoleh
secara bertahap dimana tahap pertama adalah terpenuhinya kebutuhan fisik
(physioligical needs) atau kebutuhan pokok (basic needs) seperti pangan,
sandang, papan, pendidikan dan kesehatan, kedua adalah kebutuhan akan rasa
aman (safety needs) 94
Kebutuhan ini mengarah kepada dua bentuk, pertama
kebutuhan akan keamanan jiwa terutama ditempat kerja pada saat mengerjakan
pekerjaan di jam kerja, kedua kebutuhan akan keamanan harta ditempat kerja pada
jam kerja,95 diikuti oleh kebutuhan sosial (social needs) yang mana kebutuhan
akan perasaan dihormati karena setiap manusia merasa dirinya penting, kebutuhan
akan pengakuan (esteem needs) kebutuhan ini merupakan kebutuhan akan
penghargaan diri dan pengakuan serta penghargaan yang idealnya timbul karena
adanya prestasi tetapi tidak selamanya demikian, akan tetapi perlu diperhatikan
oleh pemimpin bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang maka semakin tinggi
pula penghargaanya96 dan tahap terahir adalah terpenuhinya kebutuhan aktualisasi
diri (self actualization needs) yakni kompetensi dan prestasi, dimana maslow
memandang bahwa tingkat kesejahteraan dalam memenuhi kebutuhan ditempuh
secara bertahap dan berurutan.97
Menurut Maslow, apabila kebutuhan dasar manusia belum terpeuhi maka
seseorang cenderung tidak memikirkan kebutuhan yang lain. Sebaliknya, mereka
yang terpenuhi kebutuhan dasarnya akan cenderung memiliki keinginan menuju
kebutuhan-kebutuhan yang selanjutnya sehingga sampai pada puncaknya yang
tertinggi yaitu aktualisasi diri. Dalam hal ini, Maslow memandang manusia hanya
94
Lailiyatun Nafiah, ―Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Kesejahteraan
Mustahiq Pada Program Ternak Bergulir BAZNAS Kabupaten Gresik‖ Vol. 05, No. 01 (April
2015), 937–938. 95
Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), 154. 96
Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, 155. 97
Nafiah, ―Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Kesejahteraan Mustahiq
Pada Program Ternak Bergulir BAZNAS Kabupaten Gresik,‖ 937–938.
38
fokus pada kebutuhan ekonomi saja. Hierarki kebutuhan Maslow justru
menunjukkan bahwa sesuai kodratnya, pertumbuhan manusia tidak bisa berfokus
hanya satu arah saja, tetapi juga membutuhkan relasi yang baik dengan sesama
seperti untuk memenuhi kebutuhan cinta dan penghargaan diri.98
Maslow menjelaskan bahwa manusia didorong oleh dua bentuk motif yaitu
kekurangan (deficiency motivation) dan motif perkembangan (growth motivation).
Motif kekurangan seperti lapar (kekurangan makan), haus (kekurarang minum),
dan sebagainya. Sementara itu, kesadaran sendiri didorong oleh motif
perkembangan yang diistilahkan dengan metamotivation dan b-values.99
Teori Maslow juga menyatakan pembentukan tingkah laku manusia hanya
berlaku apabila manusia ingin mencapai sesuatu tahap tertinggi dalam
kehidupannya. Maslow senantiasa menilai tingkah laku manusia sebagai suatu
perbuatan baik dan mulia dengan tujuan mendapatkan kesejahteraan kehidupan
individu tersebut. Maslow berpendapat perbuatan jenayah atau perilaku jahat
sebagai suatu yang mulia dengan beranggapan bahwa tingkah laku penjenayah
tersebut adalah untuk mendapat kesejahteraan dalam hidupnya.
Malik Bennabi telah menjelaskan kelemahan-kelemahan teori Barat antaranya
ialah kelemahan intekektualisme yaitu kerapuhan nilai. Pertama, nilai kebenaran
yang menjadi sandaran nilai intelektual Barat ialah nilai sosial yang sangat rapuh.
Nilai sosial tidak mempunyai nilai kebenaran yang tetap lantaran kerapuhannya
dalam menempuhi era dan sempadan kebudayaan. Nilai intelektual Barat tidak
mewakili word view masyarakat dan agama lain. Kedua, nilai intelektual Barat
bersifat prejudis yang menilai tamdun di luar Eropa dengan penilaian yang sempit
dan ketiga, nilai intelektual Barta bertolak dari pada pengalaman individu yang
bergelar intelektual dan saintis yang kemudiannya disebarkan walaupun belum
cukup matang. Malik menjelaskan lagi, agama merupakan syarat kepada
kemajuan sesuatu tamdun. Begitu juga dengan pendapat Ibn ‗Asyur, beliau
menjelaskan keyakinan kebutuhan adalah asas penting kepada peradaban Islam
baik dari segi material ataupun spiritual.
98
Susi Nurpita, Skripsi, ―Teori Kebutuhan Abraham Harold Maslow Menurut Perspekif
Tasawuf‖ (IAIN Bengkulu, 2021), 66. 99
Nor Nazimi Mohd Mustaffa, Jaffary Awang, dan Aminudin Basir, ―Teori Maslow dan
Kaitannya dengan Kehidupan Muslim (Maslow‟s Theory and its Relation to Muslim‟s Life)‖ Jurnal
Hadari, Vol. 9, No. 2 (2017), 279.
39
Konsep kehidupan Islam mempunyai kelebihan berbanding teori Maslow
karena konsep kehidupan dalam Islam menjaga keseluruhan kehidupan manusia
tanpa batasan waktu dan zaman bahkan konsep kehidupan dalam Islam sesuai
diaplikasikan dalam kehidupan bukan Muslim. Ini karena, ciri-ciri ajaran dalam
agama Islam yang bersifat syumul, universal dan sarwajagat. Islam ialah cara
hidup manusia yang dibentuk berasaskan ilmu dan ini berbeda berbanding dengan
sistem lain atau teori yang telah dikemukakan oleh Maslow. Sistem selain dari
pada Islam dibentuk berasaskan kejahilan dan kekurangan manusia.100
B. Konsep Kesejahteraan Menurut Al-Ghazali
Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya‟ „Ulum al-Din dan Al-Mustafa fi Ilmi al-Usul,
mengartikan atau memaknai ilmu ekonomi. Sarana untuk mencapai tujuan akhirat
adalah dengan mencari nafkah (harta yang halal), semua ilmu itu bermanfaat dan
dapat digolongkan menjadi dua katogori, yakni wajib dituntut secara Fard „Ayn
dan Fard Kifayah (termasuk ilmu ekonomi), dan tujuan hidup manusia adalah
untuk mencapai kemaslahatan atau kesejahteraan hidup (maslahah). Berdasarkan
deskripsi Al-Ghazali ini, pengertian ilmu ekonomi dapat diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari tentang upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan (al-iktisab)
yang wajib dituntut (fard kifayah) berlandaskan etika (syariah) dalam upaya
membawa dunia ke gerbang kemaslahatan menuju akhirat.101
Kesejahteraan menurut Al-Ghazali adalah tercapainya kemaslahatan.
Kemaslahatan sendiri merupakan terpeliharanya tujuan syara‟ (Muqashid al-
Shari‟ah). Manusia tidak dapat merasakan kebahagian dan kedamaian batin
melainkan setelah tercapainya kesejahteraan yang sebenarnya dari seluruh umat
manusia di dunia melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan rohani dan materi.
Untuk mencapai tujuan syara‘ agar dapat terealisasinya kemaslahatan, beliau
menjabarkan tentang sumber-sumber kesejahteraan, yakni beliau menjabarkan
100
Nor Nazimi Mohd Mustaffa, Jaffary Awang, dan Aminudin Basir, ―Teori Maslow
dan Kaitannya dengan Kehidupan Muslim (Maslow‟s Theory and its Relation to Muslim‟s Life)‖
Jurnal Hadari, Vol. 9, No. 2 (2017), 282. 101
Abdur Rohman, Ekonomi Al-Ghazali, Menelusuri Konsep Ekonomi Islam dalam
Ihya‟ Ulum al-Din (Surabaya: Bina Ilmu, 2010), 57.
40
tentang sumber-sumber kesejahteraan, yakni: terpeliharanya agama, jiwa, akal,
keturunan dan harta.102
1. Ad-dien (Memelihara agama)
Ryandono mengatakan bahwa: memelihara agama dapat diukur dari
implementasi rukun Islam (syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji). Selain
itu juga bisa dilihat pula dari tercapainya amalan rukun iman.
Menurut Chapra, Al-Ghazali menepatkan peran agama di urutan pertama
karena menyediakan pandangan yang cenderung berpengaruh pada
kepribadian manusia perilakunya, gaya hidupnya, cita rasa, proferensinya,
dan sikapnya terhadap orang lain, sumber daya dan lingkungannya.103
Jaminan keselamatan agama atau kepercayaa yaitu dengan menghindarkan
timbulnya fitnah dan keselamatan dalam agama serta mengantisipasi
dorongan hawa nafsu dan perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada
kerusakan secara penuh.104
2. An-Nafs (Memelihara Jiwa)
Ryandono berpendapat bahwa perwujudan pemeliharaan jiwa yaitu
dengan dipenuhinya kebutuhan sandang, pangan, tempat tinggal,
kesehatan, serta fasilitas umum lainnya.105
Jaminan keselamatan jiwa ialah jaminan keselamatan atas hak hidup.
Termasuk dalam cakupan pengertian umum dari jaminan ini ialah jaminan
keselamatan nyawa, anggota badan dan terjaminnya kehormatan
kemanusiaan. Mengenai yang terakhir ini, meliputi kebebasan memilih
profesi, kebebasan berfikir atau mengeluarkan pendapat, kebebasan
berbicara, kebebasan memilih tempat tinggal dan lain sebagainya.106
102
Abdur Rohman, Ekonomi Al-Ghazali, Menelusuri Konsep Ekonomi Islam dalam
Ihya‟ Ulum al-Din, 84–86. 103
Rijal Assidiq Mulyana, ―Peran Negara Untuk mewujudkan Kesejahteraan dalam
Kerangka Mawashidus Syariah‖ Vol. 1, No. 2 (Desember 2017): 158,
http://journal.uhamka.ac.id/index.php/al-urban. 104
Zaky Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif
Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow)‖ (UIN Sunan Ampel, 2014), 71. 105
Ziauddin Sarddar dan Muhammad Nafik H.R, ―Kesejahteraan Dalam Perspektif
Islam Pada Karyawan Bank Syariah", Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, Vol. 3, No. 5 ,
(Mei 2016), 396. 106
Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif
Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow),‖ (Surabaya: UIN Sunan Ampel), 71.
41
3. Al-aql (Memelihara akal)
Menurut Al-Syatibhi dalam Bakri (memelihara akal dapat dibedakan
menjadi tiga peringkat. Dalam peringkat dharuriyah misalnya adalah
diharamkannya meminum-minuman keras. Dalam peringkat hajjiyah
seperti dianjurkannya menuntut ilmu pengetahuan. Sedangkan dalam
peringatan siniyyah yaitu misalnya menghindarkan diri dari mendengarkan
sesuatu yang tidak bermanfaat. 107
Jaminan keselamatan ialah terjaminnya akal fikiran dari kerusakan yang
menyebabkan orang yang bersangkutan tak berguna dimata masyarakat,
sumber kejahatan, atau bahkan menjadi sampat masyarakat, sumber
kejahatan, atau bahkan menjadi sampah masyarakat. Upaya preventif yang
dilakukan syariat Islam sesungguhnya ditunjukan untuk meningkatkan
kemampuan akan pikiran dan menjaganya dari berbagai hal yang
membahayakan. Diharamkannya meminum arak dan segala hal yang
memabukkan atau menghilangkan daya ingatan adalah dimaksudkan untuk
menjamin keselamatan akal.108
Dalam buku Ihya Ulumuddin jilid 4 dijelaskan bahwa akal itu ditunjukkan
dan dimaksudkan pada sifat orang yang berilmu, dan kadang ditunjukkan
dan dimaksudkan pada tempat pengetahuan yakni yang mengetahui.109
4. An-Nasl (Memelihara Keturunan)
Sebagai manusia tidak perlu khawatir apabila masih belum mampu dalam
hal ekonomi untuk menikah karena Allah SWT akan memberikan rezeki
sertakarunia-Nya. 110
Jaminan keselamatan keluarga dan keturunan ialah menjamin kelestarian
populasi umat manusia agar tetap hidup dan berkembang sehat dan kokoh,
baik pekerti serta agamanya. Hal itu dapat dilakukan melalui penataan
107
Ziauddin Sarddar dan Muhammad Nafik H.R, ―Kesejahteraan Dalam Perspektif
Islam Pada Karyawan Bank Syariah", Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, Vol. 3, No. 5 ,
(Mei 2016), 396. 108
Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif
Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow),‖ (Surabaya: UIN Sunan Ampel), 71. 109
Al-Ghazali diterjemahan oleh Ismail Yakub, Ihya Ulumiddin (Victory Ajensi,
1988), 11. 110
Ziauddin Sarddar dan Muhammad Nafik H.R, ―Kesejahteraan Dalam Perspektif
Islam Pada Karyawan Bank Syariah", 396.
42
kehidupan rumah tangga dengan membiarkan pendidikan dan kasih sayang
kepada anak-anak agar memiliki kehalusan budi pekerti dan tingkat
kecerdasan yang memadai.111
5. Al-Maal (Memelihara harta)
Menurut Ryandono, ―cara menjaga harta adalah meliputi mencari
pendapatan yang layak dan adil, memiliki kesempatan berusaha, rejeki
yang halal dan thoyib, serta persaingan yang adil‖.112
Jaminan keselamatan harta benda yaitu dengan meningkatkan kekayaan
secara proporsional melalui cara-cara yang halal, bukan mendominasi
perekonomian dengan cara yang zalim dan curang.113
Ia menitik beratkan bahwa hal tersebut sesuai tuntutan wahyu, tujuan utama
kehidupan umat manusia adalah untuk mencapai kesejahteraan dunia dan
akhirat.114 Untuk mencapai sebuah kesejahteraan seseorang harus melakukan
kegiatan ekonomi, adapun alasan mengapa seseorang harus melakukan kegiatan
atau aktifitas ekonomi menurut Al-Ghazali adalah sebagai berikut:115
1. Untuk memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan.
2. Mensejahterakan keluarga.
3. Membantu orang lain yang membutuhkan.
Dari tiga kriteria di atas, membuktikan bahwa kesejahteraan seseorang akan
terpenuhi apabila tingkat kebutuhan mereka tercukupi dimana dalam hal ini lebih
difokuskan kepada terpenuhnya kesejahteraan sesorang berdasarkan tingkat
kebutuhannya dalam hal harta benda.
111
Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif
Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow)‖ (Surabaya: UIN Sunan Ampel),72. 112
Ziauddin Sarddar dan Muhammad Nafik H.R, ―Kesejahteraan Dalam Perspektif
Islam Pada Karyawan Bank Syariah", Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, Vol. 3, No. 5 ,
(Mei 2016), 396. 113
Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif
Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow)‖, 72. 114
Abdul Hamid Syahrovi, Skripsi ―Studi AnalisisTerhadap Pemikiran Al-Ghazali
Tentang Kesejahteraan Sosial Menurut Fiqih Muamalah,‖ (UIN Sultan Syarif Kasim Rian
Pekanbaru, 2012), 33. 115
Lailiyatun Nafiah, ―Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap
Kesejahteraan Mustahiq Pada Program Ternak Bergulir BAZNAS Kabupaten Gresik‖ Vol. 05, No.
01 (April 2015): 936.
43
Berikut adalah tingkatan kebutuhan dalam Islam:
1. Daruriah, terdiri dari seluruh aktivitas dan hal-hal yang bersifat esensial
untuk memelihara lima tujuan syariah. 116 Daruriah atau Darurat
merupakan tujuan yang harus ada dan mendasar bagi penciptaan
kesejahteraan di dunia dan akhirat, yaitu mencakup terpeliharanya lima
elemen dasar kehidupan yakni, jiwa, keyakinan atau agama, akal atau
intelektual, keturunan dan keluarga serta harta benda. Jika darurat
diabaikan , maka tidak akan ada kedamaian, yang timbul adalah kerusakan
di dunia dan kerugian yang nyata di akhirat.117 Darurat juga disebut dengan
kebutuhan primer, yaitu konsumsi dasar yang harus terpenuhi agar
manusia dapat hidup dan menegakkan kemaslahatan dirinya, dunia dan
agamnya serta orang terdekatnya, yakni nafkah-nafkah pokok bagi
manusia yang dapat mewujudkan lima tujuan syariat. Tanpa kebutuhan
primer kehidupan manusia tidak akan berlangsung. Kebutuhan ini meliputi
kebutuhan akan makan, tempat tinggal, kesehatan, rasa aman, pengetahuan
dan pernikahan.118
2. Hajiah, terdiri dari seluruh aktivitas dan hal-hal yang tidak vital bagi
pemeliharaan kelima tujuan syariah tetapi dibutuhkan untuk meringankan
dan menghilangkan rintangan dan kesukaran hidup. 119
Hajiah atau Hajat adalah bertujuan untuk memudahkan kehidupan dan
menghilangkan kesempitan. Hukum syara‘ dalam kategori ini tidak
dimaksudkan untuk memelihara lima hal pokok yang telah dijelaskan
melainkan menghilangkan kesempitan dan berhati-hati terhadap lima hal
pokok tersebut. Tingkatan kedua adalah maslahah yang berada pada posisi
hajat (sekunder), seperti pemberian kekuasaan kepada walinya untuk
mengawinkan anaknya yang masih kecil. Hal ini tidak sama pada batas
dharurat tetapi diperluakan untuk mencapai kemaslahatan. Seandainya
116
Ulil Alrab, Skripsi ―Konsep Bahagia Menurut Al-Ghazali‖ (IAIN Purwokerto, 2020),
48. 117
Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif
Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow)‖ (Surabaya: UIN Sunan Ampel), 67–68. 118
Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif
Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow)‖, 69–70. 119
Ulil Alrab, Skripsi ―Konsep Bahagia Menurut Al-Ghazali", 48.
44
kebutuhan hajat ini tidak terpenuhi, maka dalam kehidupan manusia tidak
akan meniadakan atau merusak kehidupan itu sendiri, namun keberadaan
kebutuhan tingkat sekunder ini dibutuhkan untuk memberikan kemudahan
dalam kehidupan.120
Maslahah hajat ini tidak rusak dan terancam, tetapi hanya menimbulkan
kepicikan dan kesempitan, dan hajat ini berlaku dalam lapangan ibadah,
adat, muamalat, dan bidang jinayah. Contohnya mashlahat hajat dalam hal
Ibadah misalnya, berbuka puasa bagi yang musafir. Sedangkan dalam
bidang muamalat dibolehkannya jual beli secara salam (pesanan).
Termasuk dalam hal hajat ini, memelihara kemerdekaan pribadi
kemerdekaan beragama. Sebab dengan adanya kemerdekaan pribadi dan
kemerdekaan beragama, luaslah gerak langkah hidup manusia. Melarang
atau mengharamkan rampasan dan penodongan termasuk juga kedalam
pengkungan hajat.121
3. Tahsimiah atau tazyinat atau tahsinat, Secara khusus, kategori ini meliputi
persoalan-persoalan yang tidak menghilangkan dan mengurangi kesulitan,
tetapi melengkapi menerangi dan menghiasi hidup. 122
Tahsinat adalah meghendaki kehidupan yang indah dan nyaman di
dalamnya. Terdapat beberapa syariah menghendaki kehidupan yang indah
dan nyaman didalamnya. Terdapat beberapa provinsi dalam syariah yang
dimaksudkan untuk mencapai pemanfaatan yang lebih baik, keindahan dan
simplifikasi dari darurat dan hajat. Misalnya dibolehkannya memakai
baju yang nyaman dan indah.
Kebutuhan yang terakhir menurut Al-Ghazali adalah kebutuhan pelengkap
yaitu maslahah yang tidak kembali kepada darurat dan tidak pula ke hajat.
Tetapi maslahah tersebut menempati tahsin (mempercantik), tazyin
(memperindah), dan taysir (mempermudah) untuk mempermudah
keistimewaan, nilai tambah dan memelihara sebaik-baik sikap dalam
120
Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif
Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow)‖ (Surabaya: UIN Sunan Ampel), 72–73. 121
Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif
Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow)‖, 74. 122
Ulil Alrab, Skripsi ―Konsep Bahagia Menurut Al-Ghazali‖ (IAIN Purwokerto, 2020),
48.
45
kehidupan sehari-hari serta muamalah. Tujuan dari kebutuhan ini adalah
sesuatu yang sebaiknya ada untuk memperindah kehidupan. Tanpa
terpenuhinya kebutuhan pelengkap, kehidupan tidak akan rusak dan juga
tidak akan menimbulkan kesulitan.123
Maslahah tahsinat ini, juga masuk dalam lapangan ibadah, adat, muamalat
dan bidang uqubat. Lapangan ibadah misalnya, kewajiban bersuci dari
najis, menutup aurat, memakai pakaian yang baik-baik seketika akan
shalat dan lain-lain. Dalam bidang muamalat, misalnya larangan menjual
benda-benda yang bernajis, tidak memberikan sesuatu kepada orang lain
melebihi dari kebutuhannya.124
Al-Ghazali berpendapat bahwa kebahagiaan adalah tujuan akhir jalan para
sufi, sebagai buah pengenalan terhadap Allah. Tentang kebahagiaan Al-Ghazali
mengemukakan teorinya dalam karyanya, Kimia al-sa‟adah. Di samping itu
dijelaskan pada karyanya Ihya Ulum ad-Din.125
Menurut Al-Ghazali jalan menuju kebahagiaan itu adalah ilmu serta amal. Ia
menjelaskan seandainya anda memandang kearah ilmu, anda niscaya melihatnya
bagaikan begitu lezat. Sehingga ilmu itu dipelajari karena kemanfaatanya. Anda
pun niscaya mendapatkannya sebagai sarana menuju akhirat serta kebahagiannya
dan juga sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah. 126
C. Persamaan dan Perbedaan Konsep Kesejahteraan Menurut Abraham
Harold Maslow dan Al-Ghazali
1. Persamaan Konsep Kesejahteraan Menurut Abraham Harold Maslow
dan Al-Ghazali
No Pemikiran Persamaan
1. Abraham Harold Maslow
1. Kebutuhan
Fisiologis
2. Kebutuhan akan
rasa aman 2. Al-Ghazali
123
Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif
Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow)‖ (Surabaya: UIN Sunan Ampel), 74–75. 124
Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif
Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow)‖, 76. 125
Ulil Alrab, Skripsi ―Konsep Bahagia Menurut Al-Ghazali‖ (IAIN Purwokerto, 2020),
48. 126
Ulil Alrab, Skripsi ―Konsep Bahagia Menurut Al-Ghazali‖, 48.
46
Dalam konteks kesejahteraan, maka kesejahteraan dapat didefinisikan
sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan pokok/dasar manusia. ―Manusia
dimotivasikan oleh sujumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk
seluruh spesies, tidak berubah dan berasal dari sumber genestik atau
naluriah‖ ini merupakan konsep fundamental unik dari pendiri teoretis
Maslow. Kebutuhan-kebutuhan ini juga bersifat psikologis, bukan semata-
mata fisiologis. Kebutuhan-kebutuhan itu merupakan kodrat manusia,
hanya saja mereka itu lemah, mudah diselewengkan dan dikuasai oleh
proses belajar, kebiasaan tradisi yang keliru. Maslow menyebutkan
bahwasanya ―Kebutuhan merupakan aspek-aspek intristik kodrat
manusia‖127
a) Kebutuhan Fisiologis
Yang paling dasar, paling kuat dan paling jelas dari antara sekalian
kebutuhan manusia adalah kebutuhannya untuk mempertahankan
hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhannya akan makan, minuman, tempat
berteduh, tidur dan oksigen.128
Bagi banyak orang yang hidup ditengah masyarakat yang beradab
jenis-jenis kebutuhan dasar ini telah terpuaskan secara memadai. ―Lalu apa
yang terjadi dengan hasrat-hasrat manusia tatkala telah tersedia makanan
secara melimpah dan tatkala perut mereka kenyang?‖ Maslow bertanya,
lalu menjawab, ―Dengan segera kebutuhan-kebutuhan lain (dan yang lebih
tinggi) akan muncul, lalu kebutuhan-kebutuhan inilah yang akan
mendominasi pada organisme, bukan lagi kebutuhan-kebutuhan fisiologis.
Selajutnya jika pada gilirannya kebutuhan-kebutuhan ini telah pula
dipuaskan, lagi-lagi muncul kebutuhan-kebutuhan baru (lebih tinggi lagi),
dan begitu seterusnya.
Maslow berpendapat bahwa selama hidupnya praktis manusia yang
berhasrat dan jarang mencapai taraf kepuasan yang sempurna kecuali
127
G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta:
Kanisus, 1987), 70. 128
G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, 71.
47
untuk suatu saat yang terbatas. Begitu suatu hasrat berhasil dipuaskan,
segera muncul hasrat lain sebagai gantinya.129
Al-Ghazali mengerti dengan benar kebutuhan yang harus dipenuhi
secara pasti dan harus menjadi skala prioritas dalam konsumsi yaitu
kebutuhan primer (darurat). Meskipun kebutuhan sekunder maupun tersier
bisa diupayakan dan dipenuhi keberadaannya. Model motivasi konsumsi
berkaitan pemenuhan kebutuhan dan keinginan yang dikemukakan oleh
Al-Ghazali ini sebagai terdapat kesamaan dengan model yang
dikemukakan oleh Abraham Maslow. Ketika Al-Ghazali mendefinisikan
mengenai kebutuhan darurat, hal serupa juga ditemukan pada model yang
ditawarkan oleh Abraham Maslow pada motivasi manusia untuk
memenuhi kebutuhan fisik, yaitu berkaitan dengan dorongan pada manusia
dihadapkan pada motivasi paling rendah, ini merupakan kebutuhan-
kebutuhan fisik manusia yang paling dasar, termasuk makanan, air, rumah,
pakaian, oksigen.130
Hal ini sejalan dengan pemikiran Maslow bahwa kebutuhan fisiologis
seperti makan adalah kebutuhan yang harus diprioritaskan paling utama.
Kecenderungan manusia yang mengalami kelaparan, akan mengabaikan
hal-lain di luar darinya. Sebab, konsentrasi bekerja maupun belajar akan
terganggu ketika seseorang dalam kondisi lapar. Hal ini menunjukkan
bahwa keselamatan jiwa menjadi prioritas yang utama baru kemudian di
susul dengan kebutuhan-kebutuhan yang lain. Dalam usul fiqih, hal ini
selaras dengan kaidah ―kemadaratan dapat menghalalkan sesuatu yang
sebelumnya dilarang‖.131
Kebutuhan fisiologis yang berorientasi pada kebutuhan dasar manusia
atau juga kebutuhan untuk mempertahankan hidup, kebutuhan tingkat
dasar yang paling penting yang diperkenalkan oleh Abraham Maslow.
Kebutuhan dasar ini haruslah terpenuhi. Sehingga ketika seseorang bekerja
129
G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta:
Kanisus, 1987), 72. 130
Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif
Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow)‖ (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2014), 98. 131
Muazaroh, ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Maslow (tinjauan
maqasid),‖ Vol. 7, No. 1 (Juni 2019), 28.
48
agar mendapatkan uang atau imbalan, tentunya uang tersebut
diprioritaskan penggunanya pada kebutuhan makan, minum. Tempat
tinggal dan pakaian.132
Pemikiran Maslow akan kebutuhan fisik ini sangat dipengaruhi oleh
kondisi pasca Perang Dunia II. Saat itu, manusia berada dalam kondisi
yang begitu memilukan. Salah satunya adalah dilandanya kelaparan. Oleh
karena itu, Maslow menganggap kebutuhan fisik adalah yang utama
melebihi apapun.133
b) Kebutuhan Akan Rasa Aman
Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiolologis terpuaskan secukupnya,
muncullah apa yang oleh Maslow lukiskan sebagai kebutuhan-
kebutuhan akan rasa aman. Karena kebutuhan akan rasa aman ini
biasanya terpuaskan pada orang-orang dewasa yang normal dan sehat.
Seorang anak menyukai suatu dunia yang dapat diramalkan. Seorang
anak menyukai konsistensi dan kerutinan sampai batas-batas tertentu.
Jika unsur-unsur ini tidak ditemukan maka ia akan menjadi cemas dan
merasa tidak aman. Kebebasan yang ada batasannya lebih disukai dari
pada dibiarkan sama sekali. Menurut Maslow, kebebasan yang ada
batasannya semacam itu sesunggunya perlu demi perkembangan anak
ke arah penyesuaian yang baik. Orang yang sehat juga menginginkan
keteraturan dan stabilitas, namun kebutuhan itu tidak sampai menjadi
soal hidup atau mati seperti pada neurotik.134
Kebutuhan rasa aman yang dijelaskan Abraham Maslow dan
kebutuhan untuk dicintai dijelaskan begitu umum dan tidak terperinci
seperti yang dijalaskan Al-Ghazali, karena rasa aman itu dapat dibagi
lagi ke yang lebih terperinci. Rasa aman yang berkaitan dengan an-
nafs (jiwa) misalnya, setiap individu tentunya menginginkan jaminan
keselamatan nyawa, anggota badan dan terjaminnya kehormatan
132
Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif
Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow)‖ (Surabaya: UIN Sunan Ampel), 98. 133
Muazaroh, ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Maslow (tinjauan
maqasid),‖ Vol. 7, No. 1 (Juni 2019), 23. 134
G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta:
Kanisus, 1987), 73.
49
kemanusiaan. Mengenai yang terakhir ini, meliputi kebebasan memilih
profesi, kebebasan berfikir atau mengeluarkan pendapat, kebebasan
berbicara, kebebasan memilih tempat tinggal dan lain sebagainya.
Setiap individu menginginkan hidupnya tidak terganggu dalam
melakukan aktifitas yang dikehendakinya, tidak terganggu oleh adanya
preman, perampokan, bencana alam dan perang yang dapat
mengancam kehidupannya.135
2. Perbedaan Konsep Kesejahteraan Menurut Abraham Harold Maslow
dan Al-Ghazali
Berikut tabel perbedaan kesejahterana menurut Abraham Harolad
Maslow dan Al-Ghazali.
No Pemikiran Perbedaan
1. Abraham Harold Maslow 1. Hierarki Kebutuhan
Manusia, meliputi 5
tingkatan
2. Menegaskan pada
keinginan
3. Pencapaian
aktualisasi diri
(bersifat universal
tapi tidak
bersangkutan pada
agama)
4. Scientific worlview
2. Al-Ghazali 1. Hierarki Kebutuhan
Manusia, meliputi 3
tingkatan
2. Menegaskan pada
kebutuhana dan
keinginan
3. Pencapaian
aktualisasi diri
(cenderrung lebih
taat pada tuhannya
dalam pencapaian
maslahah)
4. Scientific worlview
and Islamic
135
Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif
Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow)‖ (Surabaya: UIN Sunan Ampel), 99.
50
Ada 4 perbedaan konsep kesejateraan menurut Abraham Harold
Maslow dan Al-Ghazali, pertama pada hierarki kebutuhan manusia
menurut Abraham Harold Maslow meliputi 5 tingkatan, namun berbeda
dengan Al-Ghazali bahwasanya ada 3 tingkatan dalam hierarki kebutuhan
manusia. Yang kedua pada konsep kesejahteraan, Abraham Harold
Maslow lebih menekankan pada keinginan, sedangkan Al-Ghazali
menekankan pada kebutuhan dan keinginan. Yang ketiga dalam
pencapaian aktualisasi diri, Abraham Harold Maslow lebih bersifat
universal tapi tidak bersangkutan pada agama, sedangkan menurut Al-
Ghazali lebih cenderung pada ketaat tuhannya dalam pencapaian. Yang
terakhir pemikiran Abraham Harold Maslow lebih kepada dunia ilmiah,
sedangkan Al-Ghazali pada dunia ilmiah dan islam (agama).
a) Hierarki Kebutuhan Manusia
Abraham Harold Maslow menyebut hierarki kebutuhan manusia
kedalam lima tingkatan, yang ia gambarkan dengan ―piramida
kebutuhan‖ seperti:
1) Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan yang paling dasar, paling kuat dan paling jelas dari
antara sekalian kebutuhan manusia adalah kebutuhannya untuk
mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebuhannya akan
makanan, minuman, tempat berteduh, tidur dan oksigen.136
Menurut Maslow, apabila kebutuhan dasar manusi belum terpenuhi
maka seseorang cenderung tidak memikirkan kebuthan yang lain.
Sebaliknya, mereka yang terpenuhi kebutuhan dasarnya akan
cenderung memiliki keinginan menuju kebutuhan-kebutuhan yang
selanjutnya sehingga sampai pada puncaknya yang tertinggi yaitu
aktualisasi diri. Dalam hal ini, tidak berarti Maslow memandang
manusia hanya fokus pada kebutuhan ekonomi saja. Hierarki
kebutuhan Maslow justru menunjukkan bahwa sesuai kodratnya,
pertumbuhan manusia tidak bisa terfokus hanya satu arah saja,
136
G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta:
Kanisus, 1987), 71.
51
tetapi juga membutuhkan relasi yang baik dengan sesama seperti
untuk memenuhi kebutuhan cinta dan penghargaan diri.137
2) Kebutuhan Akan Rasa Aman
Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya,
muncullah apa yang Maslow lukis sebagai kebutuhan-kebutuhan
akan rasa aman. Karena kebutuhan akan rasa aman ini biasanya
terpuaskan padda orang dewasa yang normal dan sehat.138
3) Kebutuhan akan Rasa memiliki dan Rasa Cinta
Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah
terpenuhi, maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang.139
Maslow mengatakan bahwa tanpa cinta pertumbuhan dan
perkembangan kemampuan orang akan tehambat.
Maslow mengatakan bahwasanya ―Haus cinta merupakan sejenis
penyakit karena kekurangan vitamin C‖. Bagi Maslow, cinta
menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara
dua orang, termasuk sikap saling percaya.140
Maslow juga mengatkan, ―kebutuhan akan cinta meliputi cinta
yang memberi dan cinta yang menerima. Kita harus memahami
cinta. Kita harus mampu mengajarkannya, menciptakannya,
meramalkannya. Jika tidak, dunia ini akan hanyut ke dalam
gelombang permusuhan dan kebencian.‖141
4) Kebutuhan akan Penghargaan
Maslow mengatakan bahwa setiap orang memiliki dua kategori
kebutuhan akan penghargaan: yakni, harga diri dan penghargaan
dari orang lain. Harga diri meliputi kebutuhan akan percaya diri,
kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketergantungan dan
kebebasan. Penghargaan dari orang lain meliputi prestise,
137
Nurpita, Skripsi ―Teori Kebutuhan Abraham Harold Maslow Menurut Perspekif
Tasawuf,‖ (IAIN Bengkulu, 2020), 66. 138
G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta:
Kanisus, 1987), 73. 139
G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, 74. 140
G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, 75. 141
G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, 76.
52
pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta
penghargaan . kebutuhan akan penghargaan diri umumnya
diabaikan oleh sigmund Freud, namun sangat ditonjolkan oleh
Alfred Adler. Seseorang yang memiliki cukup harga diri akan lebih
percaya diri serta lebih mampu dan lebih produktif.142
5) Kebutuhan akan Aktualisasi Diri
Setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya.
Pemaparan tentang kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan,
mengembangkan dan menggunakan kemampuan, Maslow
menyebutnya akutualisasi diri yang merupakan salah satu aspek
penting teroinya tentang motivasi pada manusia. Maslow juga
melukiskan kebutuhan ini sebagai ―hasrat untuk makin menjadi diri
sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut
kemampuannya. Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan akan
aktualisasi diri ini biasanya mencul sesudah kebutuhan akan cinta
dan akan penghargaan terpuaskan secara memadai.143
Jika Maslow menyebut hierarki kebutuhan manusia ke dalam lima
tingkatan, yang digambarkan dengan ―piramida kebutuha‖, maka Al-
Ghazali membaginya ke dalam tiga tingkatan, yaitu Kebutuhan Primer,
Sekunder dan Tersier.
1. Kebutuhan primer (al-dharuriyyah)
Yaitu segala sesuatu yang tidak dapat ditinggalkan dalam
kehidupan keagamaan dan keduanian manusia, dalam arti jika
ia tidak ada, maka kehidupan didunia menjadi rusak, baik dari
segi realisasi dan perwujudannya, maupun kelestariannya.144
Kebuthan primer (al-dharuriyyah) yang bertujuan pada
pencapaian lima hal paling mendasar yaitu hifdzulmal
(pelestarian harga), hifdzul aql (pelestarian akal), dan
142
G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta:
Kanisus, 1987), 76. 143
G. Goeble, Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta:
Kanisus, 1987), 77. 144
Afridawati, “Stratifikasi Al- Maqashida AL- Khamsah (Agama, Jiwa, Akal,
Keturunan, dan Harta) dan Penerapannya dalam Maslahah‖ Al-Qishthu Volume 13,Nomor 1
(t.t.): 25.
53
hifdzunnasl (pelestariaan keturunan). Daruriyat inilah yang
dinilai sebagai hal-hal esensial bagi kehidupan manusia itu
sendiri. 145 Maqashid dharuriyyah meliputi pemeliharaan
terhadap agama (al-din), jiwa (al-nafs), akal (al-„aql),
keturunan (al-nasab), dan harta (al-mal). Hal ini sejalan dengan
kaidah hukum Islam (segala bentuk kemudharatan harus
dihilangkan). Kaidah ini menepati posisi yang sangat penting
dan agung dalam khazanah hukum Islam. 146
2. Kebutuhan sekunder (al-hajiyyah)
Yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia dalam
menghindari kesempitan dan menolak kesulitan, dalam arti jika
ia tidak ada, akan membuat manusia mengalami kesempitan
tanpa merusak kehidupan.147 Kebutuhan sekunder (al-hajiyyah)
merujuk kepada kemaslahatan yang berupa kelapangan dan
keluwesan dalam hukum yang ditunjukan untuk
menghindarkan kesulitan (haraj. 148
3. Kebutuhan tersier (al-tahsiniyyah)
Yaitu hal-hal yang menjadi tuntutan dari martabat diri dan
ahklak yang mulia atau yang ditujukan untuk mendapatkan adat
istiadat yang baik. 149
Tersier (tahsiniyyah) merujuk kepada
kemaslahatan suplementer dalam hidup makhluk dan
berkenaan dengan persoalan etika (makarim al-akhlaq) dan
estika (mahasin al-„adat).150
b) Puncak dari hierarki tersebut adalah kesejahteraan yang arahnya kepada
maslahah. Maslahah sendiri dapat dicapai melalui dua cara yaitu
145
Muazaroh, ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Maslow (tinjauan
maqasid),‖ Vol. 7, No. 1 (Juni 2019), 27. 146
Afridawati, ―Stratifikasi Al- Maqashida AL- Khamsah (Agama, Jiwa, Akal,
Keturunan, dan Harta) dan Penerapannya dalam Maslahah‖, 22–23. 147
Afridawati, ―Stratifikasi Al- Maqashida AL- Khamsah (Agama, Jiwa, Akal,
Keturunan, dan Harta) dan Penerapannya dalam Maslahah‖ Al-Qishthu Vol. 13,No. 1, 25. 148
Afridawati, ―Stratifikasi Al- Maqashida AL- Khamsah (Agama, Jiwa, Akal,
Keturunan, dan Harta) dan Penerapannya dalam Maslahah‖, 22–23. 149
Afridawati, ―Stratifikasi Al- Maqashida AL- Khamsah (Agama, Jiwa, Akal,
Keturunan, dan Harta) dan Penerapannya dalam Maslahah‖, 25. 150
Afridawati, ―Stratifikasi Al- Maqashida AL- Khamsah (Agama, Jiwa, Akal,
Keturunan, dan Harta) dan Penerapannya dalam Maslahah‖, 22–23.
54
mewujudkan manfaat (pemenuhan kebutuhan manusia) dapat dicapai
melalui kebaikan dan kesenangan maanusi yang disebut dengan jalb al
manafi, dan menghindari kerusakan atau madarat. Sedangkan puncak
yang ingin dicapai Maslow dalam hierarki kebutuhannya adalah
akualisasi diri yang lebih mengarah pada konsep individualistic-
materialistik. Namun demikian, di puncak level paling tinggi ini
Maslow juga membuka ruang pada aspek tertinggi manusia yaitu nilai-
nilai spiritual, dan panggilan untuk bertindak luhur. Melalui pemahaman
inilah maslow ingin memperkenalkan bahwa manusia adalah makhluk
yang multidimensi sekaligus bisa memberikan harapan kepada manusia
untuk mencapai kodrat yang tertinggi.151
Al-Ghazali menegaskan pentingnya pembedaan antara kebutuhan dan
keinginan. Sedangkan Maslow memandang keinginan adalah landasan
dari kebutuhan itu sendiri yang ia sebut sebagai motivasi.152 Makna
kebutuhan berbeda dengan makna keinginan. Jika kebutuhan
didefinisikan dengan sesuatu yang sangat dibutuhkan, maka keinginan
mempunyai makna hasrat, hendak, mau, menginginkan, mengharapkan,
menghendaki.153
c) Pencapaian Aktualisasi diri
Menurut Al-Ghazali mereka akan cenderung lebih taat pada Tuhannya
dan senantiasa berbuat baik kepada sesama. Sebab, yang menjadi tolak
ukur dalam pencapaian maslahah yang digagas oleh Al-ghazali adalah
harus sejalan dengan tujuan syara‟ sekalipun bertentangan tujuan
manusia. Karena tujuan manusia seringkali didasarkan pada kehendak
hawa nafsu. Sedangkan menurut Maslow ciri manusia yang berhasil
mengaktualisasikan dirinya adalah mereka bersifat universal, mampu
menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan dalam berhubungan dengan
sesama, Tetapi tidak bermuatan agama meskipun dalam psikologi
151
Muazaroh, ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Maslow (tinjauan
maqasid)‖ Vol. 7, No. 1 (Juni 2019), 27. 152
Muazaroh, ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Maslow (tinjauan
maqasid)‖, 28. 153
Amri Ulil, Thesis “Konsep Kesejahteraan dalam Teori Ekonomi Barat dan Islam
(Analisis Perbandingan Pendapat Maslow dan Al-Ghazali,‖ (UIN Raden Fatah Palembang, 2010),
6.
55
humanistiknya Maslow mengenalkan nilai-nilai spiritual. Untuk
mencapai aktualisasi diri ini Al-ghazali memberi jalan melalui riyadhah
an nafs (pengendalian diri), tafakkur (penyucian jiwa), tahaqquq
(kristalisasi), takhalluq (peneladanan terhadap sifat Allah), bahkan uzlah
(pengasingan diri). Sedangkan Maslow mengidentifikasikan akutualisasi
dapat tercapai apabila sudah ada pemuasan terhadap kebutuhan pokok.154
Dalam kebutuhan fisiologis seperti makan adalah kebutuhan yang harus
diprioritaskan paling utama. Kecenderungan manusia yang mengalami
kelaparan, akan mengabaikan hal lain-lain diluar darinya. Sebab,
konsentrasi bekerja maupun belajar akan terganggu ketika seseorang
dalam kondisi lapar. Hal ini menunjukkan bahwa keselamatan jiwa
menjadi prioritas yang utama baru kemudian disusul dengan kebutuhan-
kebutuhan yang lain. Dalam usul fiqh, hal ini selaras dengan kaidah
―kemadharatan dapat menghalalkan sesuatu yang sebulumnya
dilarang‖.155 dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan dalam aktualisasi
diri lebih diutamakan keselamatan jiwa kemudian masuk kedalam ranah
agama. Namun Al-Ghazali berpendapat bahwa agama lebih
diprioritaskan karena merupakan pusat dari maqasid syariah yang
memelihara tujuan syara‘ sehingga jika agama seseorang terjaga, maka
akan mengantarkan kesejahteraan dunia dan akhirat.
d) Bagi Al-Ghazali agama adalah sumber dari ketentraman jiwa manusia.
Seandainya manusia dalam keadaan yang senantiasa disinari oleh nur
ilahiyah, niscaya tidak ada peperangan di dunia. Maka, menurut Al-
Ghazali agamalah yang harus paling utama dilindungi. Karena tujuan
dari maslahah sendiri, menurutnya adalah menjaga tujuan-tujuan syara‘.
Menjaga syara‘ tidak lain adalah dengan memelihara agama. Berbeda
dengan Maslow, karena kondisi pada saat itu manusia berada dalam
keterpurukan, khususnya dalam bidang ekonomi, mereka banyak yang
154
Muazaroh, ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Maslow (tinjauan
maqasid)‖ Vol. 7, No. 1 (Juni 2019), 29. 155
Nurpita, Skripsi ―Teori Kebutuhan Abraham Harold Maslow Menurut Perspekif
Tasawuf‖ (IAIN Bengkulu, 2020), 65–66.
56
menderita kelaparan. Sehingga Maslow memunculkan teori yang
berkaitan dengan kebutuhan fisik manusia.156
Apabila dikaitkan dengan istilah worldview, di mana kombinasi
berkesinambungan dari pengetahuan apriori dan kemampuan
memperoleh pengetahuan aposterior yang secara gradual membentuk
kerangka pemikiran. Kerangka ini kemudian dilakukan dengan teori
building yang merupakan proses pembentukan teori dengan langkah dan
proses tertentu yang dilandasi dengan pemikiran yang rasionalitas.
Apabila melihat pandangan dunia (Worldview) yang hidup dalam sistem
sosial tentu memainkan peranan penting dengan segala implikasi. Di
bidang ilmu pengetahuan, worldview, secara latin berfungsi sebagai
media kognitif yang menjelaskan posisi ontologism, aturan-aturan
metodologis, kerangka nilai dan sebagainya.157
Kemudian dari world view dapat dibedakan menjadi dua yaitu Scientific
Worldview dan Islamic Worldview.158 Scientific Worldview
keberadaannya mengemudikan seluruh ide atau gagasan yang bersifat
transendens kecara pandang ilmiah, termasuk pula dalam ilmu ekonomi.
Melalui cara pandang ini, ilmu pengetahuan dibangun secara analisis
(what is), dan tidak didasarkan kepada penjelasan normatif (what
thought to be). Hanya jika terdapat alasan dan tujuan yang logis sajalah
ilmu pengetahuan (ekonomi) boleh mengakomodasi aspek-aspek
normatif itu.
Pada dasarnya Scientific Worldview bukanlah sebuah pandangan dunia
yang ilmiah, melainkan sebuah visi yang memproyeksikan materialisme
rasionalistik sebagai cara pandang universal yang membimbing manusia
kepada alam kebendaan. Menariknya, Worldview yang diciptakan oleh
The Vienna Circleini justru mewarnai bahkan menjadi landasan yang
utama keseluruhan bangunan ilmu pengetahuan dan kehidupan Barat
156
Muazaroh, ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Maslow (tinjauan
maqasid)‖ Vol. 7, No. 1 (Juni 2019), 26. 157
Ismail Nawawi, Isu Nalar Ekonomi Islam I (Sidoarjo: Dwiputra Pustaka Jaya, 2013),
280. 158
Ismail Nawawi, Isu Nalar Ekonomi Islam I, 281.
57
modern. Tolak ukur kebenaran, kesenangan dan aspek-aspek lain dalam
hidup ditentukan oleh parameter kebendaan. Maka jelas, di bidang ilmu
pengetahuan pandangan dunia seperti ini membatasi semua kegiatan
penyelidikan ilmiah hanya tertuju kepada hal-hal yang bersifat material
dan dapat dicitrakan secara inderawi. Oleh penganut teori positivis logis
(The Logicial Positivist Theory), apa pun yang berada di luar jangkauan
indera sudah pasti akan ditolak.
Islamic Worldview, pandangan dunia islam adalah sebuah visi yang
menyatukan kebenaran wahyu dan ilmu pengetahuan secara seimbang
dan integrasi. Worlview Islam didasarkan pada wahyu ilahi (al-Qur‟an
dan Hadis), bersifat fleksibel namun tidak dapat digantikan. Pandangan
dunia ini dibangun oleh tiga keyakinan pokok, yaitu tauhid (keesaan
Allah), kesatuan penciptaan yang menekankan hubungan manusia
dengan Allah juga hubungan manusia dengan alam semesta
(kekhalifahan), dan prinsip keadilan.
D. Relevansinya dalam Konteks Kesejahteraan di Indonesia
Dalam suatu negara, konsep kesejahteraan selalu dikaitkan dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi masyarakat yang makin baik dan segala sesuatu yang
mendatangkan kesengsaraan makin berkurang sehingga kualitas hidup semakin
meningkat, baik dalam hal moral maupun material.
Menurut pandangan Mubyarto yang dikutip oleh Jaih Mubarok disebutkan
bahwa kesejahteraan adalah perasaan hidup senang dan tentram tidak kurang apa-
apa dalam batas yang mungkin dicapai oleh orang-perorang, selanjutnya
Mubyarto menjelaskan bahwa orang yang memiliki kehidupan sejahtera adalah:
1. Orang yang tercukupi pangan, pakaian, dan rumah yang nyaman
2. Terpelihara kesehatannya
3. Anak-anaknya dapat memperoleh pendidikan yang layak. Selain itu
kesejahteraan juga mencakup unsur batin yaitu perasaan diperlakukan adil dalam
kehidupan.159
159
Lailiyatun Nafiah, ―Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap
Kesejahteraan Mustahiq Pada Program Ternak Bergulir BAZNAS Kabupaten Gresik‖ Vol. 05, No.
01 (April 2015), 937.
58
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1976 tentang ketentuan
pokok kesejahteraan sosial dalam pasal 2 ayat 1 merumuskan bahwa
kesejahteraan sosial adalah ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial
materiil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan
ketentraman batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk
mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniyah, rohaniyah dan
sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakatdengan
menjunjung tinggi hak-hak azasi serta kewajiban manusia sesuai dengan
pancasila.
Selanjutnya Dalam Instruksi Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan /
Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Nomor
191/Hk.011/02/2000 tentang Pelaksanaan Pencatatan dan Pelaporan Program
Keluarga Berencana Nasional yang merujuk pada UU No.10 Tahun 1992 tentang
kependudukan dan keluarga sejahtera dirumuskan adanya lima tahapan keluarga
sejahtera: tahap pertama keluarga prasejahtera yaitu keluarga yang belum mampu
memenuhi kebutuhan dasarnya, tahap kedua keluarga sejahtera I yaitu keluarga
yang mampu memenuhi kebutuhan dasarnya tetapi belum mampu memenuhi
kebutuhan social psicologis, tahap tiga keluarga sejahtera II yaitu keluarga yang
mampu memenuhi kebutuhan dasar dan kebutuhan social psicologis tetapi belum
mampu memenuhi kebutuhan pengembangan, tahap empat keluarga sejahtera III,
yaitu keluarga yang telah mampu memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan social
psicologis, kebutuhan pengembangan, tetapi belum mampu memberikan
kontribusi yang positif terhadap masyarakat sekitarnya, tahap kelima adalah
keluarga sejahtera III plus adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan hidupnya.
Negara harus bertanggung jawab dalam menjamin kebutuhan masyarakat
terhadap berang-barang kebutuhan pokok. Ia beralasan bahwa ketidakseimbangan
antara jumlah barang kebutuhan pokok yang tersedia dengan kebutuhan
masyarakat cenderung akan merusak kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Selanjutnya Al-Ghazali mengindentifikasikan tiga alasan mengapa seseorang
harus melakukan aktivitas ekonomi, yaitu: pertama, untuk mencukupi kebutuhan
59
hidup yang bersangkutan. Kedua, untuk mensejahterakan keluarga. Ketiga, untuk
membantu orang lain yang membutuhkan.160
Al-Ghazali telah mengidentifikasikan dengan jelas berbagai jenis fungsi
kesejahteraan yang dijalankan oleh Negara. Ia menitik beratkan bahwa untuk
meningkatkan kemakmuran ekonomi, negara harus menegakkan keadilan dan
mensejahterakan kemakmuran ekonomi, negara harus menegakkan keadilan dan
mesejahterakan rakyatnya, serta menciptkan kedamaian dan keamanan, ia
menekankan perlunya keadilan, serta aturan yang adil dan seimbang. Bila terjadi
ketidakadilan dan penindasan, orang tidak memiliki pijakan, kota-kota dan
daerah-daerah menjadi kacau, penduduknya, menguasai dan pindah kedaerah lain,
sawah dan ladang ditinggalkan, kerjaan menu kehancuran, pendapatan public
menurun, kas negara kosong dan kebahagiaan serta kemakmuran dalam
masyarakat menghilang, orang-orang tidak mencintai penguasa yang tidak adil
alih-alih mereka selalu berdoa semoga kemalangan menimpanya.161
Dalam konteks kesejahteraan, maka kesejahteraan dapat didefinisikan sebagai
kondisi terpenuhinya kebutuhan pokok atau dasar manusia. Ketika Al-Ghazali
mendefinisikan mengenai kebutuhan darurat, hal serupa juga ditemukan pada
model yang ditawarkan oleh Abraham Maslow pada motivasi manusia untuk
memenuhi kebutuhan fisik, yaitu berkaitan dengan dorongan pada manusia
dihadapkan pada motivasi paling rendah, ini merupakan kebutuhan-kebutuhan
fisik manusia yang paling dasar, termasuk makanan, air, rumah, pakaian,
oksigen.162
Dikutip dari BPS.go.id bahwasanya Garis kemiskinan Indonesia perkotaan
sebesar 458.380 pada september 2019 dan pada september 2020 sebesar 471.822.
sedangkan pedesaan sebesar 418.515 pada september 2019 dan pada september
2020 sebesar 433.281.163
160
Abdul Hamid Syahrovi, ―Studi AnalisisTerhadap Pemikiran Al-Ghazali Tentang
Kesejahteraan Sosial Menurut Fiqih Muamalah,‖ 34–35. 161
Abdul Hamid Syahrovi, Skripsi ―Studi AnalisisTerhadap Pemikiran Al-Ghazali
Tentang Kesejahteraan Sosial Menurut Fiqih Muamalah,‖ (UIN Sultan Syarif Kasim Rian
Pekanbaru, 2012), 37–38. 162
Mirshad, Skripsi ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif
Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow)‖ (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2014), 98. 163
―Badan Pusat Statistik (BPS),‖ t.t., https://www.bps.go.id/indicator/23/195/1/garis-
kemiskinan-menurut-provinsi.html. dikutip pada 6 April 2021, 0.40 wib.
60
Untuk mengukur kesejahteraan suatu negara, Badan PBB untuk
Pembangunan, yaitu UNDP (United Nations Development Program), setiap tahun
merilis Human Development Report (HDR). Dalam HDR tersebut dirilis banyak
sekali index, salah satu yang paling mendapatkan perhatian adalah Human
Development Index (HDI). HDI dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi
Indeks Pembangunan Manusia (IPM).164 Dikutip dari Badan Pusat Statistik (BPS)
bahwasanya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 71,94 pada tahun
2020. Perlambatan pertumbuhan IPM tahun 2020 sangat dipengaruhi oleh
turunnya rata-rata pengeluaran per kapita yang disesuaikan. Indikator ini turun
dari 11,30 juta rupiah pada tahun 2019 menjadi 11,01 juta rupiah pada tahun
2020.165
Pada teori Al-Ghazali dan Abraham Harold Maslow yang menjelaskan
bahwasanya kesejahteraan dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan seperti
kebutuhan fisik yang meliputi kebutuhan dasar, termasuk makanan, air, pakaian.
Namun setelah dilihat dari angka kemiskinan Indonesia yang mana mengalami
peningkatan pada tahun 2019 ke 2020, sehingga dapat dilihat bahwasanya
kesejahteraan Indonesia belum sepenuhnya terpenuhi.
Kesejahteraan oleh sebagian masyarakat selalu dikaitkan dengan kualitas
hidup. Konsep kualitas hidup merupakan gambaran tentang keadaan kehidupan
yang baik. World Health Organization mengartikan kualitas hidup sebagai sebuah
dan sistem nilai yang ada terkait dengan tujuan, harapan, standar dan juga
perhatian terhadap kehidupan. Konsep ini memberikan makna yang lebih luas
karena dipengaruhi oleh kondisi fisik individu, psikologis, tingkat kemandirian
dan hubungan sosial individu dengan lingkungannya.166
Undang-undang No 13 tahun 1998 menjelaskan tiga tentang arti
kesejahteraan. Kesejahteraan didefinisikan sebagai suatu tata kehidupan dan
penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan,
kesusilaan dan ketentraman lahir bathin yang memungkinkan bagi setiap warga
164
Nur Kholis, ―Kesejahteraan Sosial di Indonesia Perspektif Ekonomi Islam,‖ Jurnal
Akademika (Juli 2015). 246. 165
―Badan Pusat Statistik (BPS),‖ .
https:///www.bps.go.id/pressrealease/2020/12/15/1758/indeks-pembangunan-manusia--ipm--
indonesia-pada-tahun2020-mencapai-71-94.html, diakses pada 27 Mei 2021, 08.01 Wib. 166
Afida, ―Konsep Kesejahteraan Pada Masa Islam Klasik daan Masa Modern,‖ 125.
61
negara untuk mengadakan pemenuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-
baiknya bagi diri, keluarga dan masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan
kewajiban asasi manusia sesuai dengan pancasila.
Terdapat tiga sistem ekonomi yang kini cukup dominan di dunia saat ini, yaitu
kapitalisme, sosialisme dan Islam yang banyak digunakan di beberapa negara:
1. Sistem Ekonomi Kapitalisme
Paham kapitaslisme berasal dari inggris abad ke-18, kemudian menyebar
ke Eropa Barat dan Amerika Utara. Sebagai akibat dari perlawanan
terhadap ajaran gereja, tumbuh aliran pemikiran liberalisme di negara-
negara Eropa Barat. Aliran ini kemudian merambah ke segala bidang
termasuk bidang ekonomi. Dasar filosofis pemikiran ekonomi kapitalis
besumber dari tulisan Adam Smith dalam bukunya, An Inqury into the
Nature and Cause of the Wealth of Nations yang ditulis sekitar tahun
1776. Isi dari buku tersebut sarat dengan pemikiran-pemikiran tingkah
laku ekonomi masyarakat.
Dari dasar filosifi tersebut kemudian menjadi sistem ekonomi dan pada
akhirnya mengakar menjadi ideologi yang mencerminkan suatu gaya
hidup (way of life). Smith berpendapat bahwa motif manusi melakukan
kegiatan ekonomi adalah atas dasar dorongan kepentinga pribadi,
bertindak sebagai tenaga pendorong yang membimbing manusia
mengerjakan apa saja asal masyarakat sedia membayar. Motif dan prinsip
sistem kapitalis adalah perolehan, persaingan dan rasionalitas. Sedangkan
tujuan kegiatan ekonominya adalah perolehan menurut ukuran uang.167
2. Sistem Ekonomi Sosialisme
Sosialisme sebagaimana dirumuskan dalam Encyclopedia Britannica
adalah suatu kebijakan atau teori yang bertujuan untuk memperoleh suatu
distribusi yang lebih baik dengan tindakan otoritas demokrasi pusat.
Prinsip-prinsip penting dalam sosialisme yang disosialisasikan kepada
masyarakat, yaitu: pertama, penghapusan milik pribadi atas alat-alat
produksi. Hal ini akan digantikan menjadi milik pemerintah serta
167
Didi Suardi, ―Makna Kesejahteraan Dalam Sudut Pandang Ekonomi Islam,‖ Jurnal
Pemikiran dan Pengembangan Perbankan Syariah, Vol. 6, No. 2 (Edisi Februari 2021), 325–326.
62
pengawasan atas industri dan pelayanan utama. Kedua, luasnya industri
dan produksi menjadi kebutuhan sosial dan bukan kepada motif laba.
Ketiga, pelayanan dan motif laba digantikan oleh motif pelayanan sosial.
Sosialisme muncul sebagai gerakan perlawanan ekonomi terhadap
ketidakadilan yang timbul dari sistem kapitalisme. Joh Stuart Mill
menyatakan gerakan sosialisme ditunjukan untuk menolong orang-orang
yang tidak beruntung dan tertindas.168
3. Sistem Ekonomi Campuran
Kedua bentuk sistem ekonomi tersebut (kapitalis maupun sosialis). Tidak
ada yang murni, yang ada adalah bentuk campuran dari kedua sistem
tersebut. Dalam sistem ekonomi campuran, pemerintah ikut campur dalam
kehidupan ekonomi masyarakat. Namun demikian, campur tangan tersebut
tidak menghapus kegiatan ekonomi yang diselenggarakan oleh pihak
swasta. Sistem ekonomi campuran yang diterapkan oleh banyak negara
tidak selalu sama. Ada kadar kapitalismenya yang lebih tinggi seperti
Amerika Serikat, Hongkong, Singapura. Ada pula yang bobot
sosialismenya lebih besar seperti India. Untuk mengetahui apakah suatau
negara condong kearah sistem ekonomi liberal atau sebaliknya, terdapat
ukuran yang disebut ―indeks kebebasa ekonomi‖ yang dikembangkan
Milton Friedmaan dkk yang tergabung dalam ―Economic Feeedom
Netdwork‖.169
Menurut Partadiredja, seorang pakar ekonomi dari Universitas Gadah Mada,
sebagian besar negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia, menganut
sistem ekonomi campuran. Terdapat pemilikan swasta perseorangan atas alat-alat
produksi yang berdampingan dengan pemilikan negara, dan bahkan pemilikan
kelompok-kelompok persekutuan adat. Mekanisme harga dan pasar bebas, hidup
berdampingan dengan perancanaan yang dilakukan oleh pemerintah. Sebagian
besar harga barang dan jasa dan faktor produksi ditentukan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran. Pemerintah juga mempengaruhi kekuatan permintaan
168
Didi Suardi, ―Makna Kesejahteraan Dalam Sudut Pandang Ekonomi Islam,‖ Jurnal
Pemikiran dan Pengembangan Perbankan Syariah, Vol. 6, No. 2 (Edisi Februari 2021), 326. 169
Rowland B.F. Pasaribu, ―Sistem Perekonomian Indonesia‖ Jurnal Ekonomi (2012), 4.
63
dan penawaran tersebut melalui kebijaksanaan harga, termasuk penetapan upah
minimum. Mengenai turut campurnya pemerintah dalam kehidupan ekonomi,
dapat dilihat pada ayat 2 dan 3 pasal 33 UUD 1945. Ayat 2 berbunyi ―Cabang-
cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara‖. Menurut Mohammad Hatta, yang merumuskan
pasal 33 tersebut, dikuasai oleh negara tidak berarti negara sendiri yang menjadi
penguasa, usahawan. Selanjutnya dikatakan bahwa kekuasaan negara terdapat
pada membuat peraturan-peraturan guna jalan ekonomi, peraturan yang melarang
peghisapan orsng lemah oleh orang yang bermodal. Demikian pula negara
mempunyai kewajiban supaya ketentuan yang termuat pada pasal 27 ayat 2 dapat
terlaksana. Ketentuan itu berbunyi ―tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghhidupan yang layak bagi kemanusiaan‖.170
Dalam konteks kenegaraan, kesejahteraan digunakan dalam rangka
menunjukkan bahwa pemerintahnya menyediakan pelayanan-pelayanan sosial
secara luas kepada warga negaranya. Negara kesejahteraan diartikan sebagai
sebuah proyek sosialis demokrat yang dihasilkan oleh perjuangan orang-orang
kelas pekerja untuk menciptakan masyarakat yang adil. Ide Negara kesejahteraan
barat ini dianggap sebagai perubahan yang dilakukan oleh sistem kapitalis menuju
kepada aspirasi yang dibawa dalam sistem sosialis.171
Negara kesejahteraan merupakan bentuk negara yang memposisikan negara
sebagai lembaga yang mampu memenuhi hak-hak sosial warganya. Kebijakan-
kebijakan politik negara yang bertujuan untuk menghadiri kebahagiaan dan
kesejateraan merupakan komitmen politik sistem negara kesejahteraan. Dalam hal
ini negara kesejahteraan lebih diidentikan dengan kumpulan-kumpulan kebijakan
sosial digunakan sebagai alat untuk mendefinisikan hubungan negara dengan
warganya.
Kebijakan-kebijakan sosial dalam negara kesejahteraan bukanlah suatu entitas
yang memiliki wajah tunggal pada prakteknya, kebijakan-kebijakan sosial yang
diterapkan disuatu negara kesejahteraan dengan negara lain akan bervariasi.
170
Rowland B.F. Pasaribu, ―Sistem Perekonomian Indonesia‖ Jurnal Ekonomi (2012), 5. 171
Ifa Afida, ―Konsep Kesejahteraan Pada Masa Islam Klasik dan Masa Modern‖
Jurnal Al-Tsaman, Vol. 2, No. 1 (Mei 2020), 125.
64
Perbedaan kebijakan sosial disebabkan oleh perbedaan sistem pemerintahan dan
masalah-masalah yang dihadapi oleh negara. Namun ada beberapa pokok yang
harus ada didalam sistem negara kesejahteraan.
1. Kebijakan ketenagakerjaan
Kebijakan ketenagakerjaan merupakan kebijakan yang paling utama dalam
negara kesejahteraan. Disini negara harus mampu menyediakan akses
lapangan pekerjaan bagi warganya. Tujuan dari kebijakan ketenagakerjaan
tidak lain adalah untuk menciptakan daya beli masyarakat dan mengurangi
ketergantungan warga negara atas tunjangan-tunjangan sosial yang
disediakan oleh negara.
Kebijakan ketenagakerjaan dibagi kedalam dua kebijakan pokok, yaitu
Outset kebijakan dan kebijakan active employment (kebijakan tenaga kerja
aktif). Mengenai Outsite kebijakan, negara memiliki beberapa kewajiban:
Pertama, negara harus membuat sebuah kebijakan dan upaya untuk
memberikan bentuk-bentuk asuransi pengangguran, sebagai peranan
Negara dalan mensiasati kompetisi yang tidak sempurna dalam dunia
lapangan kerja. Kedua, negara harus membuat kebijakan dan upaya agar
tidak tercipta tingginya angka pengangguran, karena hal itu akan
menimbulkan konflik masyarakat dan meningkatnya angka kemiskinan.
Ketiga, negara membuat kebijakan dan upaya untuk mengaitkan antara
kebijakan pendidikan dengan kebijakan ketenagakerjaan dengan tujuan
untuk merespon tantangan sosial ekonomi yang dihadapi oleh negara. 172
Menurut Mantra, faktor sosial ekonomi berhubungan dengan kesejahteraan
masyarakat adalah tingkat ketenagakerjaan.173 Dari data BPS Jumlah
angkatan kerja pada Agustus 2020 sebanyak 138,22 juta orang, naik 2,36
juta orang dibanding Agustus 2019. Sejalan dengan kenaikan jumlah
angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga naik
172
Ifa Afida, ―Konsep Kesejahteraan Pada Masa Islam Klasik dan Masa Modern‖
Jurnal Al-Tsaman, Vol. 2, No. 1 (Mei 2020), 126. 173
Alexander Hukom, ―Hubungan Ketenagakerjaan dan Perubahan Struktur Ekonomi
terhadap Kesejahteraan Masyarakat‖ Vol. 7 No. 2 (Agustus 2014): 124.
65
sebesar 0,24 persen poin.174 Undang-Undang Republik Indonesia No. 13
tahun 2003 pasal 4 (d) tentang ketenagakerjaan bahwa pembangunan
ketenagakerjaan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja
dan keluarganya,175
sehingga dapat disimpulkan bahwasanya kebijakan
ketenagakerjaan yang belum optimal dengan adanya kenaikan partisipasi
angkatan kerja.
2. Layanan Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu indikator paling penting dalam
merealisasikan dan mewujudkan kehidupan yang bahagia dan sejahtera.176
Pendidikan juga merupakan hal yang terpenting dan mendasar yang harus
didapatkan oleh setiap warga negara. Karena proses ekonomi dan politik
suau negara tidak terlepas dari layanan pendidikan yang didapatkan warga
negara. Negara-negara yang penduduknya memiliki kualitas pedidikan
rendah, maka negara tersebut akan berada pada posisi negara miskin dan
terbelakang. Hal ini disebabkan kaarena ketidakmampuan warga
negaranya dalam mengakses segala informasi penting. Sedangkan negara-
negara yang penduduknya memiliki kualitas pendidikan yang tinggi, maka
negara tersebut akan berada pada posisi negara kaya dan maju. Ini
disebabkan karena warga negaranya memiliki beka pendidikan yang
tinggi, sehingga mereka mampu mengakses segala informasi yang
dibutuhkan utnuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
Layanan pendidikan memiliki posisi yang penting dalam mewujudkan
sebuah negara yang adil, makmur dan sejahtera. Dalam hal ini pendidikan
adalah bagian penting dari pemberdayaan masyarakat untuk turut serta
dalam menciptakan kemakmuran negara. Jadi tugas negara agar bisa
menjadi negara yang kehidupan rakyatnya sejahtera adaah menyediakan
sistem pendidikan dan pengembangan pendidikan.
174
―Badan Pusat Statistik (BPS),‖
https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/11/05/1673/agustus-2020--tingkat-pengangguran-
terbuka--tpt--sebesar-7-07-persen.html, diakses pada 28 Mei 2021, 10.58 Wib . 175
Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003 pasal 4 (d) tentang
ketenagakerjaan. 176
Amri Ulil, Thesis, ―Konsep Kesejahteraan dalam Teori Ekonomi Barat dan Islam
(Analisis Perbandingan Pendapat Maslow dan Al-Ghazali,‖ (UIN Raden Fatah Palembang, 2010),
62.
66
Pendidikan akan menciptakan kemampuan orang perorangan dan
masyarakat mangakses sumberdaya dan tata kebijakan, dan
mengorganisasikannya untuk mencapai kesejahtera dan kemakmuran
mereka sendiri. pendidikan yang didapatkan oleh warga negara akan
menciptakan kemampuan efektif dalam menghadpai situasi dimana orang
atau masyarakat terjebak dalam struktur sosial kemasyarakatan yang bisa
menciptakan kemiskinan dan kemunduran atau deprivasi sosial. Terutama
dalam era globalisasi, kemampuan dan layanan pendidikan yang
didapatkan warga negara akan menentukan seberapa jauh kehidupan
sosial-ekonomi dapat terus berkembang, seiring berkembangnya negara-
negara lain.177
Berdasarkan badan Pusat Statistik bahwa jumlah persentase ruang kelas
sebagai sarana, SD pada tahun 2019 rusak berat sebesar 8,69 menurun
menjadi 7,63 pada tahun 2020. SMP pada tahun 2019 rusak berat
sebesar7,40 menurun menjadi 5,35 pada tahun 2020. SMA pada tahun
2019 rusak berat sebesar 4,12 menurun menjadi 2,70 pada tahun 2020.
SMK pada tahun 2019 rusak berat sebesar 1,87 menurun menjadi 1,50
pada tahun 2020.178
Dengan adanya penurunan data kerusakan sarana dan prasarana ini dapat
disimpulkan bahwasanya layanan pendidikan di Indonesia cukup baik
sejalan dengan Pasal 45 Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) No.
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
setiap satuan pendidikan menyediakan sarana dan prasarana yang
memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan
kejiwaan peserta didik.179
Hal itu mempertegas posisi sarana dan prasarana
pendidikan sebagai bagian dari standar pendidikan nasional.180
3. Layanan Kesehatan
177
Ifa Afida, ―Konsep Kesejahteraan Pada Masa Islam Klasik dan Masa Modern‖
Jurnal Al-Tsaman, Vol. 2, No. 1 (Mei 2020), 127–128. 178
Badan Pusat Statistik, Potret Pendidikan Indonesia (BPS, Jakarta - Indonesia, 2019),
18. 179
Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Pasal 45. No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. 180
Badan Pusat Statistik, Potret Pendidikan Indonesia, 9.
67
Di negara-negara berkembang atau negara-negara yang memiliki
penduduk miskin yang relatif tinggi, layanan kesehatan suatu yang sulit
didapatkan. Dalam hal ini pelayanan kesehatan gratis yang disediakan oleh
negara. Dalam model negara kesejahteraan, layanan kesehatan merupakan
salah satu pilar penting yang harus disediakan oleh negara.181
Data pelayanan kesehatan dilaksanakan dari pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) yang
meningkat. Bila dibandingkan dengan tahun 2014, jumlah FKTP yang
bekerja sama dengan BPJS kesehatan meningkat 10,97% yaitu dari 18.437
FKTP pada tahun 2014 menjadi 20.708 FKTP pada tahun 2016.182 Sejalan
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2016
tentang fasilitas pelayanan kesehatan Pasal 2 bahwa fasilitas pelayanan
kesehatan didirikan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative.183
4. Jaminan Sosial
Secara definisi, jaminan sosial adalah sistem penyimpanan dan
pengelolaan dana negara yang dipakai untuk membiayai berbagai layanan
sosial public. Dana jaminan sosial merupakan dana yang dikumpulkan
oleh negara melalui beberapa sumber pandangan negara, seperti: melalui
perpajakan (terutama pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, dan
pajak bisnis), dan melalui pungutan non pajak (misalnya potongan gaji
untuk asuransi).
Jaminan sosial atau (social security) memiliki beberapa tujuan penting,
yaitu:
a. Memenuhi kebutuhan financial terhadap kejadian-kejadian yang tidak
dapat diduga seperti meninggalnya pelaku nafkah keluarga, berhenti
bekerja atau kecelakaan kerja.
181
Ifa Afida, ―Konsep Kesejahteraan Pada Masa Islam Klasik dan Masa Modern‖
Jurnal Al-Tsaman, Vol. 2, No. 1 (Mei 2020), 129. 182
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2016, (Jakarta, 2017), 90. 183
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2016 Tentang Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
68
b. Menjawab kebutuhan yang masih dibutuhkan yang berhubungan
dengan cacat atau perawatan. Contohnya tunjangan hidup kaum cacay
atau orang-orang yang menderita cacat berat.
c. Mendukung keluarga sebagai untit sosial, yaitu layanan yang
diperuntukkan untuk tunjangan ana dan tunjangan orang tua tunggal.
d. Mencegah atau mengentaskan kemiskinan, yaitu: jaminan sosial yang
diberikan untuk individu atau keluarga yang tidak mempunyai nafkah
yang jelas disaat sosial-ekonomi meraka yang parah.
e. Menjadi instrument redistribusi, yaitu: jaminan sosial dengan
sendirinya menjadi mekanisme pengumpulan pajak dari setiap
golongan masyarakat yang kemudian diarahkan ke orang-orang atau
masayrakat yang memang layak mendapatkan dan
membutuhkannya.184
Layanan Jaminan Sosial diantaranya program jaminan hari tua pada
akhir tahun 2019, total asset yang dikelola sebesar 318.306 miliar. Nilai
asset tersebut mengalami peningkatan sebesar 39.474 miliar (14,16%)
dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 278.832 miliar.185 Hal
ini sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
2004 Pasal 1 Ayat 1 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional bahwa
Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk
menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya
yang layak.186
5. Perumahan
Masyarakat miskin identik dengan tempat tinggal yang tidak layak atau
kumuh. Dalam kebijakan negara kesejahteraan, masalah kemiskinan
menjadi perhatian utama. Kebijakan itu meliputi masalah perumahan atau
tempat tinggal. Permasalahan naiknya model dan tingkat konsumsi
menjadi justifikasi bagi naiknya harga dan model fasilitas perumahan. Ini
menjadi penyebab nilai properti naik, harga sewa naik dan sekaligus
184
Ifa Afida, ―Konsep Kesejahteraan Pada Masa Islam Klasik dan Masa Modern‖
Jurnal Al-Tsaman, Vol. 2, No. 1 (Mei 2020), 129. 185
Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Jaminan Sosial Indonesia 2019 (Jakarta, 2020), 26. 186
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat 1 Tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional.
69
menyingkirkan kemampuan orang-orang yang berpendapatan rendah
untuk membeli rumah.
Warga negara yang memiliki pendapatan rendah akan semakin kesulitan
untuk memiliki tempat tinggal yang layak akibat daya beli mereka
menurun dan mereka akan semakin menjadi warga negara yang terpuruk.
Hal ini sejalan dengan data BPS.go.id bahwasanya garis kemiskinan
Indonesia perkotaan pada September 2019 sebesar 6,56 perrsen, naik
menjadi 7,38 persen pada Maret 2020. Sementara persentase penduduk
miskin daerah pedesaan pada September 2019 sebesar 12,60 persen, naik
menjadi 12,82 persen pada Maret 2020.187 Fenomena seperti ini akan
melahirkan sebuah kawasan kumuh dengan fasilitas yang amat rendah dan
tanah-tanah sangketa yang tidak jelas. Jika permasalahan mengenai
perumahan tidak segera diatasi oleh negara, maka akan menyebabkan
naiknya angka kemiskinan, keterbelakangan, dan potensi timbulnya
kriminal. Sejalan dengan Undang-Undang RI No. 1 tahun 2011 pasal 1
(14) tentang pemukiman kumuh adalah permukiman yang mengalami
penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian.188
Ada beberapa alasan pokok, kenapa kebijakan mengenai layanan
perumahan menjadi tanggungjawab negara dalam model negara
kesejahteraan:
a. Perumahan adalah bagian dari pasar asset yang amat rentan terhadap
spekulasi. Sektor perumahan mampu menimbulkan krisis ekonomi
apabila tidak dikendalikan dengan baik. Jadi sektor perumahan harus
ditangani secara serius oleh negara.
b. Perumahan secara langsung melibatkan tata ruang, tata wilayah. Tata
ruang tata wilayah merupakan pintu masuk terhadap kepentingan
ekonomi dan politik, sehingga membutuhkan. pengaturan yang
akuntabel
187
―Badan Pusat Statistik (BPS),‖.
https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/07/15/1744/persentasse-penduduk-miskin-maret-2020-
naik-menjadi-9-78-persen.html., diakses pada 6 April 2021, 0.40 Wib. 188
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman.
70
c. Berkembanganya kota-kota kecil menjadi mega cities. Apabila
pengelolaan sektor perumahan gagal ditangani secara baik, masalah
perumahan menjadi embrio bagi kriminal.
Untuk mengatasi permasalahan diatas, negara harus melakukan beberapa
kebijakan:
a. Negara menyediakan fasilitas tanah sekaligus bangunan untuk layanan
perumahan bagi warganya. Layanan perumahan ini bisa berupa
penyediaan rumah sederhana atau rumah susun oleh negara.
b. Negara menyediakan model-model kredit bbagi warga negara sesuai
dengan jenis dan kelas perumahan, dengan tujuan agar warga negara
bisa memiliki kualitas hidup yang layak dengan tempat tinggal yang
layak dan dengan angsuran jangka panjang. Pola kredit dengan model
subsidi. Dalam hal ini negara membeli perumahan melalui kerjasama
dengan pengembang. Kemudian warga negara membelinya dengan
harga jauh berkurang.189
E. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa, Konsep Kesejahteraan menurut Abraham Harold Maslow
ialah terpenuhinya kebutuhan fisik (physiological needs) atau kebutuhan pokok
(basic needs) yang merupakan kebutuhan akan pangan, sandang, papan,
pendidikan dan kesehatan, kebutuhan akan rasa aman (safety needs) biasanya
terpuaskan pada orang dewasa yang normal dan sehat serta diikuti oleh kebutuhan
sosial (socio needs) yang mana kebutuhan akan perasaan dihormati karena setiap
manusia merasa dirinya penting, kebutuhan akan pengakuan (esteem needs)
seperti penghargaan, idealnya timbul karena adanya prestasi semakin tinggi
kedudukan maka semakin tinggi pula rasa penghargaan dan pengakuan, serta
tahap terakhir adalah kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) yang
lebih mengarah pada konsep individualistic-materialistik.
Sedangkan konsep kesejahteraan menurut Al-Ghazali ialah terletak pada
keimanan (hifz ad-din) mereka yang diukur dari implementasi rukun islam yaitu
189 Ifa Afida, ―Konsep Kesejahteraan Pada Masa Islam Klasik dan Masa Modern‖
Jurnal Al-Tsaman, Vol. 2, No. 1 (Mei 2020), 130.
71
syahadat, sholat, puasa, zakat, dan haji, jiwa (an-nafs) yaitu terpenuhinya
kebutuhan sandang, pangan, tempat tinggal, kesehatan serta fasilitas umum
lainnya, akal (al-aql) yang dibedakan menjadi tiga tingkatan, pertama dharuriyah
sebagai contoh diharamkannya minuman-minuman keras, kedua hajjiyah seperti
menuntut ilmu pengetahuan dan siniyyah seperti menghindarkan diri dari
mendengarkan sesuatu yang tidak bermanfaat, keturunan (an-nasl) yang mana
tidak perlu khawatir dalam hal ekonomi untuk menikah karena Allah akan
memberikan rezeki serta karunianya, dan kekayaan (an-mal) mereka yang
meliputi pendapatan yang layak dan adil, memiliki kesempatan berusaha, rezeki
yang halal dan persaingan yang adil.
Penulis menyimpulkan konsep kesejahteraan dari tokoh pemikiran barat yaitu
Abraham Harold Maslow dan pemikiran islam yaitu Al-Ghazali, bahwasanya
konsep kesejahteraan adalah tercapainya kebutuhan pada diri seseorang yang tidak
hanya fokus pada kebutuhan fisiologis atau tercapainya kebutuhan pangan,
sandang, pendidikan, jabatan melainkan kebutuhan rasa aman.
Adapun persamaan konsep kesejateraan dari kedua tokoh tersebut yaitu
Abraham Harold Maslow dan Al-Ghazali ialah terletak pada kebutuhan fisiologis
dan kebutuhan akan rasa aman. Sedangkan perbedaanya ialah pada pemikiran
Abraham maslow menekankan kebutuhan manusia meliputi 5 tingkatan, yang
terdiri dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan asa
memiliki dan rasa cinta, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan
aktualisasi diri sedangkan Al-Ghazali menekankan pada 3 tingkatan kebutuhan
yang meliputi kebutuhan primer, kebutuhan sekunder serta kebutuhan tersier.
Maslow lebih menegaskan pada keinginan, sedangkan Al-Ghazali lebih
menekankan pada kebutuhan dan keinginan. Yang mana makna kebutuhan
berbeda dengan makna keinginan. Jika kebutuhan didefinisikan dengan sesuatu
yang sangat dibutuhkan, maka keinginan mempunyai makna hasrat, hendak, mau,
menginginkan, mengharapkan, menghendaki, keinginan berarti barang yang
diinginkan. Pada pencapaian aktualisasi diri maslow lebih bersifat universal tidak
bersangkutan pada agama, sedangkan Al-Ghazali lebih cenderung pada Islamic
atau taat kepada tuhannya dalam pencapaian maslahah.
72
Keunggulan Al-Ghazali dalam konsep kesejahteraan adalah ia tidak cenderung
memikirkan satu sisi melainkan dunia dan akhirat yang meliputi terpeliharanya
agama, jiwa, akal, keturunan dan juga harta, beda halnya dengan Abraham Harold
Maslow yang lebih menekankan pada Individualistic-Materialistic yang artinya
diukur dari kepuasan atau terpenuhinya kebutuhan pribadi serta dapat diukur dari
material yang berupa uang, harta, benda meskipun memiliki persamaan dengan
Al-Ghazali mengenai kebutuhan akan rasa aman yang artinya menginginkan
jaminan keselamatan, kebebasan berbicara serta menginginkan hidupnya tidak
terganggu dalam melakukan aktifitas yang dikehendakinya dan pada kebutuhan
darurat Al-Ghazali tidak hanya menekankan kebutuhan fisik yang bersifat materi,
namun juga ia menepatkan individu secara utuh (holistic) tidak hanya kebutuhan
fisik namun juga kebutuhan jiwa dan rohani. Karena yang dapat mengendalikan
fisik ketika melakukan kegiatan hanyalah jiwa, ketika jiwa individu tersebut baik
maka baiklah kegiatan dan begitu pula sebaliknya. Sedangkan keungggulan yang
dimiliki Abraham Harold Maslow meneliti secara rasional, atau pikiran dan
pertimbangan yang logis atau dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang
untuk menarik kesimpulan yang dibenarkan oleh data, aturan dan logika.
Ada beberapa pokok yang harus ada didalam sistem negara kesejahteraan,
meliputi kebijakan ketenagakerjaan yang menyediakan akses lapangan pekerjaan
bagi warganya sehingga dapat menciptakan daya beli masyarakat dan mengurangi
ketergantungan warga negara atas tunjangan sosial yang disediakan oleh negara,
kedua layanan pendidikan yang harus didapatkan oleh setiap warga negara karena
proses ekonomi dan politik suatu negara tidak terlepas dari layanan pedidikan,
ketiga layanan kesehatan yang merupakan salah satu pilar penting yang harus
disediakan oleh negara karena negara berkembang memiliki penduduk miskin
yang relatif tinggi, keempat jaminan sosial yang merupakan sistem penyimpanan
dan pengelolaan dana negara yang dipakai untuk membiayai berbagai layanan
sosial public, terakhir perumahan yang mana warga negara yang memiliki
pendapatan rendah akan semakin kesulitan untuk memiliki tempat tinggal yang
layak akibat daya beli mereka menurun dan mereka akan semakin menjadi warga
negara yang terpuruk.
73
Pada teori Al-Ghazali dan Abraham Harold Maslow dan relevansinya di
Indonesia yang menjelaskan bahwasanya kesejahteraan dapat dilihat dari
terpenuhinya kebutuhan seperti kebutuhan fisik yang meliputi kebutuhan dasar,
termasuk makanan, air, pakaian. Namun setelah dilihat dari angka kemiskinan
Indonesia yang mana mengalami peningkatan pada tahun 2019 ke 2020, sehingga
dapat dilihat bahwasanya kesejahteraan Indonesia belum sepenuhnya terpenuhi.
Begitupun dengan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menurun.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kesejahteraan menurut Abraham Harold Maslow adalah terpenuhinya
kebutuhan fisik (physioligical needs) atau kebutuhan pokok (basic needs)
seperti pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan, kedua adalah
kebutuhan akan rasa aman (safety needs), diikuti oleh kebutuhan sosial
(social needs), kebutuhan akan pengakuan (esteem needs) dan tahap terahir
adalah terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs)
dimana maslow memandang bahwa tingkat kesejahteraan dalam
memenuhi kebutuhan ditempuh secara bertahap dan berurutan.
2. Kesejahteraan menurut Al-Ghazali ialah tercapainya kemaslahatan dan
beliau menjabarkan sumber kesejahteraan yang berasal dari terpeliharanya
agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.
3. Adapun persamaan konsep kesejahteraan menurut Abraham Harold
Maslow dan Al-Ghazali ialah pada kebutuhan Fisiologis seperti kebutuhan
makan, minum, tempat tinggal dan pakaian dan kebutuhan akan rasa aman
seperti kebutuhan untuk dicintai dan menyukai konsistensi dan kerutinan
sampai batas-batas tertentu. Sedangkan perbedaan konsep kesejahteraan
menurut kedua tokoh, pertama terletak pada hierarki kebutuhan manusia,
yang mana menurut Abraham Harold Maslow hierarki kebutuhan manusia
meliputi 5 tingkatan, sedangkan menurut Al-Ghazali meliputi 3 tingkatan.
Yang kedua, Abraham Harold Maslow lebih menegaskan bahwa
kesejahteraan lebih kepada keinginan, sedangkan Al-Ghazali menegaskan
pada kebutuhan dan keinginan. Yang ketiga, kesejahteraan dalam
pencapaian aktualisasi diri menurut Abraham Maslow bersifat universal
tapi tidak bersangkutan pada agama, sedangkan Al-Ghazali cenderung
lebih taat pada tuhannya dalam pencapaian maslahah. Dan yang terakhir
ialah Abraham Harold Maslow lebih menekankan pada dunia ilmiah atau
Scientific worlview sedangkan Al-Ghazali lebih kepada dunia ilmiah dan
islam atau agama.
75
4. Pada teori Al-Ghazali dan Abraham Harold Maslow yang menjelaskan
bahwasanya kesejahteraan dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan
seperti kebutuhan fisik yang meliputi kebutuhan dasar, termasuk makanan,
air, pakaian. Dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan Indonesia belum
sepenuhnya terpenuhi , dilihat dari angka kemiskinan Indonesia yang
mana mengalami peningkatan pada tahun 2019 ke 2020, serta pada
kebijakan sosial yang meliputi kebijakan ketenagakerjaan yang menurun,
layanan pendidikan yang meningkat, layanan kesehatan dan jaminan sosial
yang meningkat serta jumlah angka kemiskinan yang meningkat membuat
pendapatan rendah yang menjadikan kesulitan dalam memiliki tempat
tinggal sehingga dapat dilihat bahwasanya kesejahteraan Indonesia belum
sepenuhnya terpenuhi.
B. Saran
Adapun saran-saran yang disampaikan atau yang dikembangkan oleh penulis
dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk pemerintah
Dengan adanya penelitian ini mampu menjadi acuan dalam pengambilan
keputusan kebijakan di masa yang akan datang dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan.
2. Untuk Perguruan Tinggi
Dengan adanya penelitian ini harapannya perguruan tinggi dapat
mengetahui konsep kesejahteraan terutama pada pemikiran islam sehingga
mampu menerapkannya pada mahasiswa yang berada di perguruan tinggi.
3. Untuk Cendikiawan Muslim
Sebagai umat beragama (Islam), hendaknya mampu membedakan
kebutuhan dan keinginan, kesejahteraan yang meliputi kebutuhan baik dari
pemikir ekonomi barat maupun islam.
4. Untuk Masyarakata Umum
Umat masyarakat umum dapat lebih memahami bagaimana perbedaan dan
persamaan konsep ekonomi Islam dengan konsep ekonomi konvensional,
khususnya dalam masalah kesejahteraan yang terpenuhinya kebuhan.
76
Sebab, tidak semua konsep ekonomi sesuai dengan ajaran Islam. Tapi,
juga tidak sedikit yang memiliki persamaan.
5. Untuk Peneliti Selanjutnya
Penulis merasa penelitian ini sudah dilakukan secara maksimal, tetapi
tidak menutup kemungkinan banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
tetap berharap untuk peneliti selanjutnya mampu mengembangkan konsep
kesejahteraan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
A. Al-Qur’an
Departemen Agama RI. Al-Qur‟an dan Terjemahannya: Juz 1-30. Bandung:
Penerbit Jabal.
B. Buku
A. Karim, Adiwarman. Ekonomi Mikro Islami. PT RajaGrafindo Persada, 2015.
Abdul Kholik, dkk. Pemikiran Pendidikan Islam. Semarang: Pustaka Pelajar,
1999
Abdul Syukur, dan Masyaruddin. Intelektialisme Tasawuf. Semarang, 2002.
Abidin Ahmad, Zainal. Negara Adil Makmur Menurut Ibnu Siena. Jakarta: Bulan
Bintang, 1974.
Abraham, H. Maslow. Motivasi dan Kepribadian. PT. Pustaka Binaman
Pressindo,
Al-Ghazali diterjemahan oleh Ismail Yakub. Ihya Ulumiddin. Victory Ajensi,
1988.
Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Gramata Publishing, 2005.
Amaran As. Pengantar Studi Tasawuf. Jakarta: Grafindo Persada, 1994.
Badan Pusat Statistik. Potret Pendidikan Indonesia. BPS, Jakarta - Indonesia,
2019.
Chamid, Nur. Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010.
G. Goeble, Frank. Mazhab Ketiga. Psikologi Humanistik Abraham Maslow.
yogyakarta: Kanisus, 1987.
Hasibuan. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara, 2002.
Husain Haekal, Muhammad. Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: Litera Antar
Nusa, 1989.
Ismail Nawawi. Isu Nalar Ekonomi Islam I. Sidoarjo: Dwiputra Pustaka Jaya,
2013.
Jauhari, Wildan. Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali. Jakarta Selatan: Rumah Fiqih
Publishing, 2018.
Karya, Detri, dan Syamsri Syamsuddin. Makro Ekonomi Pengantar untuk
Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2016.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2016, 2017
Notowidagdo, Drs. H. Rohiman. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Jakarta :
Amzah, Cetakan pertama, 2016
Otoritas Jasa Keuangan. Statistik Jaminan Sosial Indonesia 2019. Jakarta, 2020.
Rafidah. Pengaruh Modal Usaha, Lama Usaha, Dan Sikap Kewirausahaan Islami
Terhadap Pendapatan dan Kesejateraan Keluarga Wanita pengrajin Batik
Danau Teluk Kota Jambi. Malang: Ahlimedia Press, 2020.
Rianto Al Arif, M.Si, M. Nur, dan Dr. Euis Amalia Amalia, M.Ag. Teori Mikro
Ekonomi Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi konvensional.
Jakarta : Prenadamedia Group, 2010.
Rivai, Veithzzal, dan . Andi Buchari, Islamic Economics. Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2013.
Rohman, Abdur. Ekonomi Al-Ghazali, Menelusuri Konsep Ekonomi Islam dalam
Ihya‟ Ulum al-Din. Surabaya: Bina Ilmu, 2010.
Sholahuddin, Muhammad. World Revolution With Muhammad. Sidoarjo: Mashun,
2009.
Victor Said Basil. Al-Ghazali Mencari Ma‟rifah, terjemahan Ahmadie Thaha.
Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990.
Zukarni Jahja. Teologi Al-Ghazali, Pendekatan Metodologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009.
C. Jurnal
Abrori, Faizul. ―Implementasi Kesejahteraan Perspektif BKKBN dalam Kajian
Maqasid al-Syariah‖ Vol.09, No.02 (Agustus 2019)
Afida, Ifa. ―Konsep Kesejahteraan Pada Masa Islam Klasik daan Masa Modern,
Afridawati. ―Stratifikasi Al- Maqashida AL- Khamsah (Agama, Jiwa, Akal,
Keturunan, dan Harta) dan Penerapannya dalam Maslahah‖ Al-Qishthu
Volume 13,Nomor 1 (t.t.).
Alexander Hukom. ―Hubungan Ketenagakerjaan dan Perubahan Struktur
Ekonomi terhadap Kesejahteraan Masyarakat‖ Vol. 7 No. 2 (Agustus
2014).
Amalia, Aam. ―Aplikasi Teori Kebutuhsn Maslow dalam Pembelajaran Bahasa
Arab (Implementasi Pendekatan Humanistik),‖ Desember 2019.
Atabik, Ahmad. ―Telah Pemikiran Al-Ghazali Tentang Filsafat‖ Vol. 2, No.1
(Juni 2014).
Fahlefi, Rizal. ―Pemikiran Ekonomi Al-Ghazali‖ Volume 11, Nomor 1 (Juni
2012).
Farwah, Aliyah. ―Faktor Sosial Terhadap Kesejahteraan Islami Keluarga Muslim
di Kota Surabaya‖ Jurnal Ekonomi dan Bisnis Tahun XXIII, No. A (2013)
Greve, Bent. ―What Is Welfare?‖ Central European Journal of Public
Policy—Vol. 2—No 1 (Juli 2008).
Ilyas, Rahmat. ―Etika Konsumsi dan Kesejahteraan dalam Prespektif Ekonomi
Islam‖ Vol. 1, No. 1, (2016).
Kholis, Nur. ―Kesejahteraan Sosial di Indonesia Perspektif Ekonomi Islam,‖ Juli
2015.
Masbur. ―Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Perspektif Abraham Maslow (1908-
1970)‖ Vol 1, No 1 (Juni 2015).
Mohd Mustaffa, Nor Nazimi, Jaffary Awang, dan Aminudin Basir. ―Teori
Maslow dan Kaitannya dengan Kehidupan Muslim (Maslow‘s Theory and
its Relation to Muslim‘s Life),‖ 2017.
Muazaroh, Siti. ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham Maslow
(tinjauan Maqasid Syariah)‖ Volume 7, Nomor 1 (Juni 2019).
Muazaroh, SIti, dan Sibaidi. ―Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran Abraham
Maslow (tinjauan maqasid)‖ Volume 7, Nomer 1 (Juni 2019).
Nafiah, Lailiyatun. ―Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap
Kesejahteraan Mustahiq Pada Program Ternak Bergulir BAZNAS
Kabupaten Gresik‖ Vol. 05, No. 01 (April 2015).
P. Pardomuan, Siregar. ―Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan dalam
Perspektif Islam‖ Jurnal Bisnis Net Vol. 1 No. 1 (Januari 2018).
Rijal Assidiq Mulyana. ―Peran Negara Untuk mewujudkan Kesejahteraan dalam
Kerangka Mawashidus Syariah‖ Vol. 1, No. 2 (Desember 2017).
http://journal.uhamka.ac.id/index.php/al-urban.
Rosni. ―Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan di Desa Dahari
Selebar Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara‖ Vol 9No. 1 (2017).
Rowland B.F. Pasaribu. ―Sistem Perekonomian Indonesia,‖
Suardi, Didi. ―Makna Kesejahteraan dalam Sudut Pandang Ekonomi Islam‖ Vol.
6, No. 2 (Edisi Fevruari 2021).
Sukmana, Oman. ―Konsep dan Desain Negara Kesejahteraan (Welfare State)‖
Jurnal Sospol, Vol. 2 No. 1 (Juli 2016).
Sumaatmadja, Dr. Nursid. Prespektif Studi Sosial. P.T Alumni, 1980.
Suryono, Agus. ―Kebijakan Publik Untuk Kesejahteraan rakyat‖ Volume VI,
Nomor 02, (September 2014).
Syawie, Mochamad. ―Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat‖
Vol. 16 No. 02, (2011)
Yakub, Ismail. Ihya‟ Al-Ghazali. Semarang: CV. Faizan,
Winda, Roselina Effendi. ―Konsep WELLFARE STATE di Indonesia‖ T r i a s
P o l i t i k a, V o l 1 . N o . 1 (A p r i l 2 0 1 7).
Yulhendri, dan Nora Susanti. ―Analisis Konfirmatory Faktor Pengukuran
Indikator Kesejahteraan Rumah Tangga‖ Volume 15, Nomerr 2 (Agustus
2017).
———. ―Analisis Konfirmatory Faktor Pengukuran Indikator Kesejahteraan
Rumah Tangga‖ Volume 15, Nomerr 2 (Agustus 2017).
Yuliana, Asna. ―Teori Abraham Maslow dalam Analisa Kebutuhan Pemustaka‖
Vol. 6, No. 2 (Desember 2018).
Ziauddin Sarddar, dan Muhammad Nafik H.R. ―Kesejahteraan Dalam Perspektif
Islam Pada Karyawan Bank Syariah | Sardar | Jurnal Ekonomi Syariah
Teori dan Terapan,‖ Mei 2016. https://e-
journal.unair.ac.id/JESTT/article/view/3357.
D. Skripsi
Abdul Hamid Syahrovi. ―Studi AnalisisTerhadap Pemikiran Al-Ghazali Tentang
Kesejahteraan Sosial Menurut Fiqih Muamalah.‖ UIN Sultan Syarif Kasim
Rian Pekanbaru, 2012.
Alrab, Ulil. ―konsep Bahagia Menurut Al-Ghazali.‖ IAIN Purwokerto, 2020.
Mirshad, Zaky. ―Motivasi Konsumsi Islam Versus Sekuler (Studi Komparatif
Pemikiran Al-Ghazali dan Abraham Maslow).‖ UIN Sunan Ampel, 2014.
Mochtar, Syamsudin. ―Studi Komparasi Pemikiran John Maynard Keynes dan
Yususf Qardhawi tentang Produksi.‖ Kediri : IAIN Kediri, 2019
Nurpita, Susi. ―Teori Kebutuhan Abraham Harold Maslow Menurut Perrspekif
Tasawuf.‖ IAIN Bengkulu, 2021.
Sejati, Sendg. ―Hirarki Kebutuhan Menurut Abraham Maslow dan Relevansinya
dengan Kebutuhan Anak Usia Dini dalam Penddidikan Islam.‖
Benngkulu : IAIN Bengkulu, 2018
Syahrovi, Abdul hamid. ―Kesejahteraan Sosial Menurut Fiqh Muamalah.‖ Riau :
UIN Sultan Khasim Riau, 2012.
Ulil Amri. ―Konsep Kesejahteraan dalam Teori Ekonomi Barat dan Islam
(Analisis Perbandingan Pendapat Maslow dan Al-Ghazali.‖ UIN Raden
Fatah Palembang, 2010.
E. Website
―Badan Pusat Statistik (BPS),‖ t.t. https://www.bps.go.id/indicator/23/195/1/garis-
kemiskinan-menurut-provinsi.html.
―Badan Pusat Statistik (BPS),‖
https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/12/15/1758/indeks-
pembangunan-manusia--ipm--indonesia-pada-tahun-2020-mencapai-71-
94.html.
F. Undang-Undang, Peraturan dan lain-lain
Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003 pasal 4 (d) tentang
ketenagakerjaan.
Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Pasal 45. No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman,
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat 1
Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2016 Tentang Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
Tempat Lahir : Jambi
Tanggal Lahir : 14 Oktober 1999
Alamat : Jl. Sri Gunting Rt. 06, kel. Lebak Bandung, Kota Jambi
Asal Universitas : UIN STS Jambi
Jurusan : Ekonomi Syariah
Angkatan : ‗17
Motto Hidup : Belajar, bersabar, bersyukur.
Impian : Pemberi Zakat terbesar di Indonesia
Contact
• HP/WA : 0895-6393-90555
• E-mail : [email protected]
Sosial Media
• Instagram : nurmalaaziza14
Pendidikan
• SD : N 31 Kota Jambi
• SMP : Baiturrahim Kota Jambi
• SMA : N 1 Kota Jambi
• Universitas : UIN STS Jambi
Karya (Buku)
• Novel ―Sedih dalam Kehilangan‖ (2020)
• Antologi ―Sepercik Mimpi‖ (2020)
• Antologi ―Mimpi‖ (2020)
• Antologi ―Sayap-Sayap Kebaikan‖ (2020)
• Antologi ―Surat Cinta dari Hati‖ (2019)
Prestasi
• Delegasi Leadership Camp Nusantara Jakarta
• Penerima Beasiswa Bank Indonesia
• Juara 1 Karya tulis Ilmiah Tingkat Regional Sumbagteng di Bukittinggi
• Juara 1 lomba debat Ekonomi
• Finalis Simposium tingkat Nasional di Surabaya
• Finalis Duta Ekonomi Syariah Prov. Jambi
• Juara 3 Lomba Puisi (FASI)
Sertifikat
• Mendapatkan Sertifikasi Kompetensi Teknisi Akuntansi oleh BOND 09
LKSTA Recoqnizad & Valued
• Mendapatkan Sertifikasi Wakil Perantara Pedagang Efek Pemasaran
Broker Dealer Representative for marketing (TICMI)
Riwayat Organisasi
• Bendahara Umum KSEI (2019/2020)
• KaDep Keilmuan Sumbagteng (2019/2020)
• Ketua PODA Generasi Baru Indonesia (GenBI) (2019/2020)
• Bendahara Keilmuan KSEI Al-Fath (2018/2019)
• Anggota Keilmuan KSEI Al-Fath (2017/2018)
• Relawan Kelas Inspirasi Jambi (KIJ) (2017/2018)
• Sekretaris Gerakan Pesantren Sehat (GPS) (2017/2018)
Kepanitaian :
• Sekretaris Capacity Building (2019)
• Sekretaris LC (2019)
• Bendahara Lounching Kajian (2019)
• Sekretaris KAMNAS KSEI Al-Fath (2018)
• Sekretaris APMS (2017)
Pelatihan :
• Desain (2020)
• Public Speaking (2019)
• Membatik (2019)