acara 3 (2)

26
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN REMPAH DAN MINYAK ATSIRI Disusun Oleh: Kelompok 3 1. Abdul Rosyid (H3111002) 2. Erlangga Hermawan (H3111022) 3. Hanifah Alfia (H3111031) 4. Margareta Yovita (H3111042) 5. Nunur Doko (H3111050) 6. Rohana (H3111058) DIPLOMA III TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Upload: dicky-endrianto-saputro

Post on 28-Nov-2015

249 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

analisi mutu minyak atsiri

TRANSCRIPT

Page 1: acara 3 (2)

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN REMPAH DAN MINYAK ATSIRI

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. Abdul Rosyid (H3111002)

2. Erlangga Hermawan (H3111022)

3. Hanifah Alfia (H3111031)

4. Margareta Yovita (H3111042)

5. Nunur Doko (H3111050)

6. Rohana (H3111058)

DIPLOMA III TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 2: acara 3 (2)

ACARA III

ANALISIS MUTU MINYAK ATSIRI

A. TUJUAN

Tujuan praktikum acara 3 Analisis Mutu Minyak Atsiri adalah

menentukan karakteristik mutu minyak atsiri daun jeruk purut meliputi

analisis warna, bau, berat jenis, dan kelarutan dalam alkohol.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu sumber daya alam yang potensial adalah jeruk purut.

Tanaman ini berpotensi sebagai penghasil minyak atsiri. Daun jeruk purut

mengandung sabinena dan limonena yang berguna untuk kosmetik,

aromaterapi, pencuci rambut, antelmintik, obat sakit kepala, nyeri lambung

dan biopestisida. Istilah minyak atsiri adalah istilah yang digunakan untuk

minyak yang bersifat mudah menguap, yang terdiri dari campuran zat yang

mudah menguap, dengan komposisi dan titik didih yang berbeda-beda.

Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri sebagai pemberi aroma dan

rasa. Minyak atsiri yang berasal dari daun jeruk purut disebut combava

petitgrain (dalam bahasa afrika) yang banyak digunakan dalam industry

makanan, minuman, farmasi, flavor, parfum, pewarna dan lain-lain

(Munawaroh dan Handayani, 2010).

Minyak atsiri adalah campuran beberapa senyawa yang mudah

menguap dan unsur utamanya sering digunakan sebagai agen nabati karena

kemampuannya sebagai obat tradisional dan toksisitasnya terhadap kapang

patogenik tanaman dan serangga. Sereh dapur (Cymbopogon citratus) adalah

salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. Di Indonesia, spesies yang lebih

dikenal adalah West Indian Lemongrass dan masyarakat umumnya

menggunakannya sebagai campuran bumbu dapur dan rempah-rempah karena

mempunyai aroma khas seperti lemon. Aroma ini diperoleh dari senyawa

sitral yang terkandung dalam minyak atsiri sereh. Minyak atsiri yang

Page 3: acara 3 (2)

terkandung dalam sereh dapur memiliki khasiat sebagai antijamur dan

antibakteri (Ella dkk, 2013).

Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang

digunakan dalam industri parfum, kosmetik, farmasi dan makanan. Minyak ini

dikenal dengan nama minyak eteris, minyak esensial atau minyak terbang

karena mengandung senyawa organik golongan terpen yang mudah menguap

pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi. Minyak atsiri memiliki rasa

getir dan berbau wangi yang sesuai dengan bau tanaman aslinya. Minyak atsiri

memiliki kandungan aktif yang disebut terpenoid atau terpen. Jika tanaman

memiliki kandungan senyawa ini berarti tanaman tersebut berpotensi dijadikan

minyak atsiri. Zat inilah yang mengeluarkan aroma atau bau khas yang

terdapat pada banyak tanaman misalnya rempah-rempah yang dapat

memberikan cita rasa di dalam industri makanan. Di dalam tanaman, minyak

atsiri juga mengandung semacam zat yang berguna mengusir serangga dan

untuk menarik serangga dalam proses penyerbukan (Simanihuruk, 2013).

Daun jeruk purut berwarna hijau kekuningan dan beraroma harum.

Bentuk daunnya membulat dengan ujung tumpul dan tangkai daunnya

bersayap lebar. Bahan baku pembuatan minyak jeruk purut (kaffir lime oil)

adalah bagian daunnya. Untuk menghasilkan minyak atsiri, perlu dilakukan

proses penyulingan. Berdasarkan spesies, tanaman kayu manis dapat

dibedakan menjadi tiga, yaitu cinnamomum burmanii yang warna minyaknya

kuning kecokelatan, cinnamomum acasia, dan cinnamomum loureirii yang

warna minyak kuning kecokelatan hingga cokelat pucat. Bagian kulit batang

kayu manis merupakan bahan baku minyak atsiri. Bagian tanaman kayu putih

yang dapat disuling menjadi minyak atsiri adalah daunnya. Hindari

pengeringan langsung di bawah sinar matahari karena dapat mengurangi

kandungan minyak atsiri akibat penguapan (Rusli, 2010).

Daun jeruk purut dapat diolah untuk diambil minyak asirinya. Minyak

asiri daun jeruk purut tidak berwarna (bening) sampai kehijauan, tergantung

pada ekstraksinya. Minyak asiri daun jeruk purut dari hasil penyulingan

(destilasi) mengandung sitronelat 81,49%, sitronelol 8,22%, linalol 3,69%,

Page 4: acara 3 (2)

geraniol 0,31%, dan beberapa komponen lain dalam jumlah sedikit.

Pengolahan daun jeruk purut yang dilakukan dengan destilasi menggunakan

bahan pelarut etanol, heksana, etilen diklorida, aseton isopropanol, dan

metanol (Rukmana, 2003).

Daun jeruk purut majemuk, berbentuk bulat telur sampai lonjong,

menyirip, beranak daun satu, tangkai sebagian melebar menyerupai anak daun,

pangkal membundar atau tumpul, ujung tumpul sampai meruncing, dan tepi

beringgit. Permukaan atas daun berwarna hijau tua agak mengilap. Sedangkan

permukaan bawah berwarna hijau muda atau hijau kekuningan dan buram.

Jika daun diremas, baunya harum dan menyengat. Daun jeruk purut

mengandung tanin 1,8%, steroid triterpenoid, dan minyak atsiri 1-1,5%. Kulit

buah mengandung saponin, tanin 1%, steroid triterpenoid, dan minyak atsiri

yang mengandug sitrat 2-2,5% (Utami, 2008).

Minyak atsiri dari jeruk purut dapat diperoleh dengan melakukan

penyulingan. Jeruk purut adalah salah satu anggota suku jeruk-jerukan,

Rutacea, dari jenis Citrus. Nama latinnya adalah Citrus hystrix. Jika daun

jeruk purut disuling, dihasilkan minyak atsiri yang dari tidak berwarna

(bening) sampai kehijauan, minyak atsiri berbau harum mirip bau daun jeruk

purut. Minyak atsiri hasil destilasi menggunakan uap mengandung 57 jenis

komponen kimia (Anonima, 2012).

Nilai bobot jenis minyak atsiri berkisar antara 0,696-1,188 dan pada

umumnya nilai tersebut lebih kecil dari 1000 untuk tiap jenis minyak. Nilai

bobot jenis (BJ) minyak atsiri pada suhu 150C / 150C didefinisikan sebagai

perbandingan antara berat minyak pada suhu 150C dengan berat air pada

volume air yang sama dengan volume minyak pada suhu 150C. Untuk

penetapan nilai bobot jenis, ketelitian angka ditentukan sampai 3 desimal,

sehingga alat hydrometer jarang digunakan. Piknometer dapat digunakan

untuk menetapkan nilai bobot jenis secara praktis (Saripudin, 2012).

Tanaman cengkeh adalah tanaman rempah, dimana bagian utama

tanaman cengkeh yang paling komersial adalah bunga cengkeh yang sebagian

besar digunakan dalam industri rokok yaitu berkisar 80-90%. Sementara untuk

Page 5: acara 3 (2)

daun cengkeh belum termanfaatkan secara maksimal dan masih dianggap

limbah yang kurang berguna. Padahal daun cengkeh memiliki kandungan

minyak atsiri 1-4%. Dengan kandungan tersebut memungkinkan untuk

dilakukan penyulingan minyak yang terkandung didalamnya, sehingga limbah

tersebut memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Kualitas dan kuantitas minyak

atsiri yang dihasilkan ditunjang oleh proses pengolahan yang dilakukan.

Seringkali pengolahan minyak atsiri dilakukan dengan cara penyulingan

(Nuryoto, 2011).

Menurut KBBI, piknometer adalah bejana yang dilengkapi dengan

termometer untuk mengukur dan membandingkan berat jenis zat cair atau zat

padat. Pengukuran dengan piknometer harus dilakukan pada suhu tetap. Selain

itu, volume zat cair harus sama dengan volume piknometer. Piknometer terdiri

dari tiga bagian, yaitu tutup pikno yang merupakan bagian tutup mempunyai

lubang berbentuk saluran kecil, thermometer yang merupakan mengamati

bahwa zat yang diukur memiliki suhu yang tetap, labu dari gelas yang

merupakan tempat meletakkan zat yang akan di ukur massa jenisnya

(Anonimb, 2011).

Berat jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan

mutu dan kemurnian minyak atsiri. Berat jenis sering dihubungkan dengan

fraksi berat komponen-komponen yang terkandung didalamnya. Semakin

besar fraksi berat yang terkandung dalam minyak, maka semakin besar pula

nilai densitasnya. Biasanya berat jenis komponen terpen teroksigenasi lebih

besar dibandingkan dengan terpen tak teroksigenasi. Kelarutan minyak dalam

alkohol ditentukan oleh jenis komponen kimia yang terkandung dalam

minyak. Pada umumnya minyak atsiri yang mengandung persenyawaan terpen

teroksigenasi lebih mudah larut daripada yang mengandung terpen. Makin

tinggi kandungan terpen makin rendah daya larutnya atau makin sukar larut,

karena senyawa terpen tak teroksigenasi merupakan senyawa nonpolar yang

tidak mempunyai gugus fungsional. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin

kecil kelarutan minyak atsiri pada alkohol (biasanya alkohol 90%) maka

kualitas minyak atsirinya semakin baik (Ferry, 2007).

Page 6: acara 3 (2)

Minyak atsiri atau yang dikenal sebagai minyak eteris (aetheric oil),

minyak esensial, minyak terbang serta minyak aromatik adalah kelompok

besar minyak nabati  atau berasal dari tumbuh-tumbuhan yang merupakan

bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami

dan mempunyai aroma khas. Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena

titik uapnya rendah. Susunan senyawa komponennya kuat mempengaruhi

saraf manusia (terutama di hidung) sehingga memberikan efek psikologis

tertentu (baunya kuat). Minyak atsiri mempunyai rasa getir (pungent taste),

berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya dan umumnya larut

dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air. Minyak atsiri dapat

bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari daun, bunga, buah, biji,

batang atau kulit dan akar atau rhizome (Saraswati, 2012)

C. METODOLOGI

1. Alat

a. Penentuan warna dan bau

1) Botol

b. Penentuan berat jenis

1) Piknometer

2) Pipet ukur

3) Propipet

4) Neraca analitik

c. Pengujian kelarutan dalam alkohol

1) Tabung reaksi

2) Pipet volume

3) Propipet

4) Botol

2. Bahan

a. Penentuan warna dan bau

1) Minyak jeruk purut

2) Minyak kayu manis

Page 7: acara 3 (2)

3) Minyak sereh dapur

4) Minyak cengkeh

5) Minyak citrunella

6) Minyak kayu putih

b. Penentuan berat jenis

1) Aquadest

2) Minyak jeruk purut peram

3) Minyak jeruk purut segar

4) Minyak jeruk purut giling kasar

5) Minyak kayu putih

6) Minyak cengkeh

7) Minyak citrunella

c. Pengujian kelarutan dalam alkohol

1) Minyak jeruk purut peram

2) Minyak jeruk purut segar

3) Minyak jeruk purut giling kasar

4) Etanol 70% dan 96%

3. Cara kerja

a. Penentuan warna dan bau

Prinsip:

Didasarkan pada pengamatan visual dan dengan menggunakan indra

penglihatan dan indra penciuman langsung terhadap sampel minyak

atsiri.

Catatan: bandingkan aroma bahan baku dengan minyak atsiri.

Page 8: acara 3 (2)

Piknometer dicuci dan dibersihkan

Dibasuh berturut-turut dengan etanol dan dietil eter, ditunggu hingga kering

Diletakkan didalam lemari timbangan hingga berat konstan (mp)

Diisi dengan aquadest dan dihindarkan adanya gelembung udara

Disisipkan penutupnya dan dikeringkan bagian luar piknometer

Piknometer+aquadest diletakkan didalam lemari timbangan hingga berat konstan (m1)

Piknometer dikosongkan, dicuci dengan etanol dan dietil eter, ditunggu hingga kering

Diisi dengan minyak atsiri daun jeruk purut dan dihindarkan adanya gelembung udara

Disisipkan penutupnya dan dikeringkan bagian luar piknometer

Piknometer+minyak diletakkan didalam lemari timbangan hingga berat konstan (m2)

b. Penentuan berat jenis

Page 9: acara 3 (2)

Minyak atsiri daun jeruk purut

Dimasukkan sebanyak 0,5 ml ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan etanol sebanyak volume sampel

Penambahan dilakukan dengan kelipatan jumlah awal sampel

Penambahan dilakukan sampai diperoleh suatu larutan yang sebening mungkin

c. Pengujian kelarutan dalam alkohol

Page 10: acara 3 (2)

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 3.1 Pengujian Warna dan Bau Minyak Atsiri

Jenis Minyak

Kel. Parameter SNI Hasil praktikum dan Uraian

Jeruk Purut 2 dan 4Warna

Bening sampai kehijauan

Putih kekuningan

Bau Khas jeruk purut Menyengat

Kayu Manis 6 dan 8Warna

Kuning muda-coklat muda

Kuning bening

Bau Khas kayu manis Seperti minyak kayu putih

Sereh Dapur 1 dan 3Warna

Kuning pucat sampai kuning

kecoklatanKuning kecoklatan

Bau Khas sereh Sangat menyengat

Cengkeh 5 dan 7

Warna Kuning coklat tua Bening, hijau kecoklatan

BauKhas minyak

cengkehMenyengat khas cengkeh

Citrunella 9 dan 11Warna

Kuning pucat-kuning kecoklatan

Kuning bening

Bau Khas sereh wangi Menyengat

Kayu Putih 10 dan 12

WarnaJernih sampai

kuning kehijauanKuning bening

BauKhas minyak kayu

putihMenyengat

Sumber: Laporan Sementara

Pembahasan:

Praktikum acara 3 ini yaitu Analisis Mutu Minyak Daun Jeruk Purut, pada

tabel 3.1 tentang pengujian warna dan bau minyak atsiri, jenis minyak yang

digunakan adalah minyak jeruk purut, minyak kayu manis, minyak sereh

dapur, minyak cengkeh, minyak citrunella, dan minyak kayu putih. Setiap jenis

minyak digunakan untuk dua kelompok, pembagiannya adalah untuk kelompok

2 dan 4 menggunakan minyak jeruk purut, kelompok 6 dan 8 menggunakan

minyak kayu manis, kelompok 1 dan 3 menggunakan minyak sereh dapur,

kelompok 5 dan 7 menggunakan minyak cengkeh, kelompok 9 dan 11

Page 11: acara 3 (2)

menggunakan minyak citrunella, dan kelompok 10 dan 12 menggunakan

minyak kayu putih.

Pada praktikum ini, dilakukan pengujian warna dan bau terhadap masing-

masing minyak tersebut. Dari tiap dua kelompok yang melakukan praktikum,

diambil satu hasil saja baik dari warna maupun bau. Masing-masing dari jenis

minyak yang diuji, memiliki hasil warna dan bau yang berbeda, tetapi ada juga

beberapa minyak yang warna dan baunya sama. Berdasarkan dari hasil

praktikum acara 3 ini, untuk minyak jeruk purut warnanya putih kekuningan

sedangkan baunya menyengat, minyak kayu manis warnanya kuning bening

sedangkan baunya seperti minyak minyak kayu putih, minyak sereh dapur

warnanya kuning kecoklatan sedangkan baunya sangat menyengat, minyak

cengkeh warnanya bening hijau kecoklatan sedangkan baunya menyengat khas

cengkeh, minyak citrunella warnanya kuning bening sedangkan baunya

menyengat, minyak kayu putih warnanya kuning bening sedangkan baunya

menyengat.

Dari hasil praktikum tersebut jika dibandingkan dengan parameter SNI

tidak jauh berbeda. Berdasarkan standar mutu SNI minyak jeruk purut

memiliki warna bening sampai kehijauan dan baunya khas jeruk purut. Minyak

kayu manis memiliki warna kuning muda-coklat muda dan baunya khas kayu

manis. Minyak sereh dapur memiliki warna kuning pucat sampai kuning

kecoklatan dan baunya khas sereh. Minyak cengkeh memiliki warna kuning

cokat tua dan baunya khas minyak cengkeh. Minyak citronella memiliki warna

kuning pucat-kuning kecoklatan dan baunya khas sereh wangi. Minyak kayu

putih memiliki warna jernih sampai kuning kehijauan dan baunya khas minyak

kayu putih.

Page 12: acara 3 (2)

Tabel 3.2 Pengujian Berat Jenis Minyak Atsiri

Jenis Minyak Kel.Ukuran

PiknometerPiknometer+minyak BJ BJ rata-rata

Jeruk Purut Peram

2 5 16,195 0,8410,8385

4 10 21,758 0,836

Jeruk Purut Segar

6 5 16,281 0,8590,8585

8 10 20,856 0,858

Jeruk Purut Giling Kasar

10 5 16,282 0,8590,845

12 10 20,605 0,831

Kayu Putih1 5 16,444 0,893

0,8393 10 21,244 0,784

Cengkeh5 5 17,053 1,018

1,01157 10 22,308 1,005

Citrunella9 5 16,421 0,888

0,86711 10 21,847 0,846

Sumber: Laporan Sementara

Perhitungan kelompok 3:

BJ=m 2−mpm1−mp

¿ 21,244−13,50923,367−13,509

¿ 7,7359,858

¿0,784

Keterangan:

m1 = piknometer + aquades

m2 = piknometer + minyak

mp = piknometer kosong (ukuran 10)

Pembahasan:

Pada tabel 3.2 tentang pengujian berat jenis minyak atsiri,

menggunakan jenis minyak jeruk purut peram untuk kelompok 2 dan 4,

Page 13: acara 3 (2)

minyak jeruk purut segar untuk kelompok 6 dan 8, minyak jeruk purut giling

kasar untuk kelompok 10 dan 12, minyak kayu putih untuk kelompok 1 dan

3, minyak cengkeh untuk kelompok 5 dan 7, dan minyak citrunella untuk

kelompok 9 dan 11. Pada praktikum pengujian berat jenis ini, alat yang

digunakan adalah piknometer. Masing-masing kelompok menguji berat jenis

minyak atsiri dengan ukuran piknometer yang berbeda. Pada kelompok 2, 6,

10, 1, 5, dan 9 menggunakan piknometer ukuran 5. Sedangkan pada

kelompok 4, 8, 12, 3, 7, dan 11 menggunakan piknometer ukuran 10.

Dari hasil praktikum berat jenis rata-rata dari sampel minyak berbeda-

beda. Minyak jeruk purut peram memiliki BJ rata-rata sebesar 0,8385.

Minyak jeruk purut segar BJ rata-ratanya sebesar 0,8585. Minyak jeruk purut

giling kasar memiliki BJ rata-rata sebesar 0,845. Minyak kayu putih memiliki

BJ rata-rata sebesar 0,839. Minyak cengkeh memiliki BJ rata-rata sebesar

1,0115. Minyak citronella memiliki BJ rata-rata sebesar 0,867. Menurut teori

Saripudin (2012), nilai bobot jenis minyak atsiri berkisar antara 0,696-1,188

dan pada umumnya nilai tersebut lebih kecil dari 1000 untuk tiap jenis

minyak. Jika dibandingkan dengan hasil praktikum, nilai berat jenis hasil

praktikum dengan menurut teori sudah sesuai. Maksudnya berat jenis hasil

praktikum berada di antara nilai bobot jenis menurut teori, jadi hasil

praktikum tidak menyimpang.

Berat jenis berhubungan dengan mutu minyak yang dihasilkan.

Hubungan antara berat jenis dengan mutu minyak adalah bobot jenis yang

tinggi mengarah pada mutu minyak yang baik. Hal ini dikarenakan komponen

dengan berat jenis tinggi terkandung dalam minyak.

Tabel 3.3 Pengujian Kelarutan Dalam Alkohol

Jenis Minyak Kadar Etanol Kelompok Perbandingan

Jeruk Purut Peram

96% 2 1:1

70% 4 1:4

50% 1 1:8 (tidak bisa bening)

Jeruk Purut Segar 96% 8 1:1

70% 6 dan 10 1:4

Page 14: acara 3 (2)

50% 5 1:8 (tidak bisa bening)

Jeruk Purut Giling Kasar

96% 3 dan 7 1:1

70% 12 1:4

50% 11 dan 9 1:8 (tidak bisa bening)

Sumber: Laporan Sementara

Pembahasan:

Pada tabel 3.3 tentang pengujian kelarutan dalam alkohol, masing-

masing kelompok menguji minyak atsiri yang berbeda dengan kadar etanol

yang berbeda juga. Pada kelompok 2, 4, dan 1 menggunakan jenis minyak

jeruk purut peram, tetapi untuk kadar etanolnya kelompok 2 sebesar 96%,

kelompok 4 sebesar 70%, dan kelompok 1 sebesar 50%. Pada kelompok 8, 6,

10, dan 5 menggunakan jenis minyak jeruk purut segar, tetapi untuk kadar

etanol kelompok 8 sebesar 96%, kelompok 6 dan 10 sebesar 70%, kelompok

5 sebesar 50%. Pada kelompok 3, 7, 12, 11, dan 9 menggunakan jenis minyak

jeruk purut giling kasar, tetapi kadar etanol kelompok 3 dan 7 sebesar 96%,

kelompok 12 sebesar 70%, kelompok 11 dan 9 sebesar 50%.

Pengujian kelarutan dalam alkohol dilakukan dengan cara masing-

masing dari jenis minyak tersebut ditambahkan dengan etanol dengan kadar

yang berbeda-beda untuk tiap kelompok. Hasil dari praktikum ini adalah

perbandingan minyak jeruk purut peram dengan berbagai kadar etanol yaitu

dengan kadar 96% perbandingannya 1:1, dengan kadar 70% perbandingannya

1:4, dengan kadar 50% perbandingannya 1:8 (tidak bisa bening). Lalu

perbandingan minyak jeruk purut segar dengan berbagai kadar etanol yaitu

dengan kadar 96% perbandingannya 1:1, dengan kadar 70% perbandingannya

1:4, dengan kadar 50% perbandingannya 1:8 (tidak bisa bening). Kemudian

perbandingan minyak jeruk purut giling kasar dengan berbagai kadar etanol

yaitu dengan kadar 96% perbandingannya 1:1, dengan kadar 70%

perbandingannya 1:4, dengan kadar 50% perbandingannya 1:8 (tidak bisa

bening).

Page 15: acara 3 (2)

Kelarutan dalam alkohol berhubungan dengan mutu minyak yang

dihasilkan. Hubungan antara kelarutan alkohol dengan mutu minyak adalah

semakin kecil kelarutan minyak atsiri pada alkohol (biasanya alkohol 90%),

maka kualitas minyak atsirinya semakin baik. Sesuai dengan

pernyataan Guenther bahwa kelarutan minyak dalam alkohol ditentukan oleh

jenis komponen kimia yang terkandung dalam minyak. Pada umumnya

minyak atsiri yang mengandung persenyawaan terpen teroksigenasi lebih

mudah larut daripada yang mengandung terpen. Makin tinggi kandungan

terpen makin rendah daya larutnya atau makin sukar larut, karena senyawa

terpen tak teroksigenasi merupakan senyawa nonpolar yang tidak mempunyai

gugus fungsional. Pengaruh kadar etanol terhadap kelarutan minyak adalah

semakin kecil kadar etanolnya maka minyak atsiri semakin sulit larut dalam

alkohol.

E. KESIMPULAN

Kesimpulan yang di dapat dari praktikum acara 3 ini adalah:

1. Berdasarakan hasil praktikum, karakteristik mutu minyak atsiri jeruk purut

meliputi analisis warna dan baunya adalah putih kekuningan dan

menyengat. Sedangkan menurut SNI, karakteristik mutu minyak atsiri jeruk

purut meliputi warna dan baunya adalah bening sampai kehijauan dan khas

jeruk purut.

2. Berdasarakan hasil praktikum, karakteristik mutu minyak atsiri kayu manis

meliputi analisis warna dan baunya adalah kuning bening dan seperti

minyak kayu putih. Sedangkan menurut SNI, karakteristik mutu minyak

atsiri kayu manis meliputi warna dan baunya adalah kuning muda-coklat

muda dan khas kayu manis.

3. Berdasarakan hasil praktikum, karakteristik mutu minyak atsiri sereh dapur

meliputi analisis warna dan baunya adalah kuning kecoklatan dan sangat

menyengat. Sedangkan menurut SNI, karakteristik mutu minyak atsiri sereh

dapur meliputi warna dan baunya adalah kuning pucat sampai kuning

kecoklatan dan khas sereh.

Page 16: acara 3 (2)

4. Berdasarakan hasil praktikum, karakteristik mutu minyak atsiri cengkeh

meliputi analisis warna dan baunya adalah bening, hijau kecoklatan dan

menyengat khas cengkeh. Sedangkan menurut SNI, karakteristik mutu

minyak atsiri cengkeh meliputi warna dan baunya adalah kuning coklat tua

dan khas minyak cengkeh.

5. Berdasarakan hasil praktikum, karakteristik mutu minyak atsiri citrunella

meliputi analisis warna dan baunya adalah kuning bening dan menyengat.

Sedangkan menurut SNI, karakteristik mutu minyak atsiri citrunella

meliputi warna dan baunya adalah kuning pucat-kuning kecoklatan dan

khas sereh wangi.

6. Berdasarakan hasil praktikum, karakteristik mutu minyak atsiri kayu putih

meliputi analisis warna dan baunya adalah kuning bening dan menyengat.

Sedangkan menurut SNI, karakteristik mutu minyak atsiri kayu putih

meliputi warna dan baunya adalah jernih sampai kuning kehijauan dan khas

minyak kayu putih.

7. Karakteristik mutu minyak atsiri berdasarkan berat jenisnya adalah bobot

jenis yang tinggi mengarah pada mutu minyak yang baik. Pada hasil

praktikum yang memiliki bobot jenis yang tinggi adalah minyak atsiri

cengkeh yaitu sebesar 1,0115.

8. Karakteristik mutu minyak atsiri jeruk purut berdasarkan kelarutannya

dalam alkohol adalah semakin kecil kelarutan minyak atsiri pada alkohol

(biasanya alkohol 90%), maka kualitas minyak atsirinya semakin baik.

Page 17: acara 3 (2)

DAFTAR PUSTAKA

Anonima. 2012. Minyak Atsiri dari Daun Jeruk Purut: Proses Penyulingan dan Ekstraksi. www.artikelkimia.com/minyak-atsiri-dari-daun-jeruk-purut-proses-penyulingan-dan-ekstraksi.html. Diakses pada hari Kamis, 18 April 2013 pukul 10.00 WIB

Anonimb. 2011. Piknometer.www.wakeriko.blogspot.com/2011/11/piknometer.html. Diakses pada hari Kamis, 18 April 2013 pukul 19.30 WIB

Ella, Maria Ulfa dkk. 2013. Uji Efektivitas Konsentrasi Minyak Atsiri Sereh Dapur (Cymbopogon Citratus (DC.) Stapf) Terhadap Pertumbuhan Jamur Aspergillus Sp. Secara In Vitro. Jurnal Agroekoteknologi Tropika Vol. 2 No. 1. Denpasar

Ferry. 2007. Parameter Kualitas Minyak Atsiri. http://ferry-atsiri.blogspot.com/2007/11/parameter-kualitas-minyak-atsiri.html. Diakses pada hari Kamis, 18 April 2013 pukul 21.00 WIB

Munawaroh, Safaatul dan Handayani, Prima Astuti. 2010. Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C.) Dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana. Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2 No. 1. Semarang

Nuryoto dkk. 2011. Karakteristik Minyak Atsiri dari Limbah Daun Cengkeh. Jurnal Pengembangan Teknologi Kimia. Banten

Rukmana, H Rahmat. 2003. Usaha Tani Jeruk Purut dalam Pot dan di Kebun. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Rusli, Meika Syahbana. 2010. Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta

Saripudin. 2012. Teknologi Pengolahan Minyak Atsiri. http://diskoperindag-kuansing.blogspot.com/2012/02/teknologi-pengolahan-minyak-atsiri.html. Diakses pada hari Kamis, 18 April 2013 pukul 11.30 WIB

Simanihuruk, Naomi. 2013. Ekstraksi Minyak Atsiri Dari Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix D. C.) Di Balai Latihan Transmigrasi Pekanbaru Sebagai Bahan Aktif Minyak Gosok. Jurnal Pengolahan Hasil Pertanian. Pekanbaru

Page 18: acara 3 (2)

Utami, Prapti. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta

Saraswati, Riana. 2012. Minyak Atsiri. http://www.rianasaraswati.com/minyak-atsiri/. Diakses pada hari Jumat, 19 April 2013 pukul 08.00 WIB