acara 2 klimatologi

22
ACARA II PENGAMATAN CUACA IKLIM MIKRO A. TUJUAN 1. Mengenal cara-cara mengukur anasir cuaca mikro 2. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap cuaca mikro 3. Mengetahui cuaca mikro pada berbagai ekosistem B. TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan luas wilayah sasaran, iklim dapat dipilih menjadi iklim makro , iklim meso dan iklim mikro. Iklim makro meliputi wilayah yang sangat luas, meliputi luasan suatu zona iklim, kontinen sampai pada bumi secara keseluruhan (global), seperti lautan dan benua. Keragaman yang ditonjolkan adalah keragaman antar zona iklim. Varisi iklim dalam skala kecil termasuk dalam cakupan iklim mikro, misalnya keadaan udara di sekitar atau di bawah kanopi pohon, atau keadaan udara di dalam rumah kaca. Pengukuran unsur- unsur iklim di bawah kanopi pohon menunjukkan perbedaan yang cukup jelas dibandingkan denga kondisi udara di sekitarnya yang tidk ternaungi oleh kanopi pohon tersebut. Secara umum suhu akan lebih rendah di baqwah kanopi pohon intensitas cahay lebih rendah dan kelembaban lebih tinggi (Lakitan, 1994). Daya adaptasi manusia terdapat perubahan unsur- unsur iklim terbatas. Kelebihan manusia dari tumbuhaan dan hewan adalah bahwa manusia dengan akalnya mampu untuk memodifikasi iklim mikro sehingga lebih sesuai

Upload: wawan-poetra

Post on 19-Feb-2016

321 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: acara 2 klimatologi

ACARA IIPENGAMATAN CUACA IKLIM MIKRO

A. TUJUAN

1. Mengenal cara-cara mengukur anasir cuaca mikro

2. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap cuaca mikro

3. Mengetahui cuaca mikro pada berbagai ekosistem

B. TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan luas wilayah sasaran, iklim dapat dipilih menjadi iklim

makro , iklim meso dan iklim mikro. Iklim makro meliputi wilayah yang sangat

luas, meliputi luasan suatu zona iklim, kontinen sampai pada bumi secara

keseluruhan (global), seperti lautan dan benua. Keragaman yang ditonjolkan

adalah keragaman antar zona iklim. Varisi iklim dalam skala kecil termasuk

dalam cakupan iklim mikro, misalnya keadaan udara di sekitar atau di bawah

kanopi pohon, atau keadaan udara di dalam rumah kaca. Pengukuran unsur-unsur

iklim di bawah kanopi pohon menunjukkan perbedaan yang cukup jelas

dibandingkan denga kondisi udara di sekitarnya yang tidk ternaungi oleh kanopi

pohon tersebut. Secara umum suhu akan lebih rendah di baqwah kanopi pohon

intensitas cahay lebih rendah dan kelembaban lebih tinggi (Lakitan, 1994).

Daya adaptasi manusia terdapat perubahan unsur-unsur iklim terbatas.

Kelebihan manusia dari tumbuhaan dan hewan adalah bahwa manusia dengan

akalnya mampu untuk memodifikasi iklim mikro sehingga lebih sesuai untuk

kebutuhan hidupnya. Memodifikasi iklim mikro di sekitar tanaman terutama

tanaman holtikultura merupakan suatu usaha yang telah banyak dilakukan agar

tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh berkembang dengan baik.

Kelembaban udara dan tanah, suhu udara dan tanah merupakan komponen iklim

mikro yang sangat mempengaruhii pertumbuhan tanaman dan masing-masing

berkaitan mewujudkan keadaan lingkungan optimal bagi tanaman (Widiningsih,

1985).

Iklim mikro merupakan kondisi iklim pada suhu ruang yang sangat

terbatas tetapi komponen iklim ini penting artinya bagi kehidupan tumbuhan

hewan dan manusia. Karena kondisi udara pada skala mikro ini akan berkontak

langsung dengan dan mempengaruhi secara langsung makhluk-makhluk hidup

tersebut. Makhluk hidup tanggap terhadap dinamika dan perubahan dari unsur-

unsur iklim sekitarnya. Keadaan unsur-unsur iklim ini akan mempengaruhi

Page 2: acara 2 klimatologi

tingkah langsung dan metabolisme yang berlangsung pada makhluk hidup.

Sebaliknya keberadaan makhluk hidup tersebut (terutama tumbuh-tumbuhan)

akan pula mengalami keadaan iklim mikro di sekitarnya. Antara makhluk hidup

dan udara di sekitarnya akan terjadi saling mempengaruhi atau interaksi satu

samalain (Prawirowardoyo, 1996).

Iklim mikro memang sangat penting untuk memperbesar peluang

keberhasilan budidaya tanaman. Salah satu caranya adalah dengan substitusi

unsur iklim partial. Substitusi unsur iklim partial tersebut dapat dilak sanakan

sampai batas tertentu. Walaupun begitu ada beberapa subtitusi unsur iklim partial

yang belum dapat dilalailkan . Hal tersebut mungkin dilaksanakan dengan biaya

yang cuku[p tinggi, tidak adanya unsur pengganti atau karena adanya unsur yang

berlebihan. Misalnya radiasi matahari yang telalu terik, suhu yang terlalu rendah,

atau hujan yang terlalu banyak dan merata. Dalam keadaan yang semacam itu

yang realistik dan relatif akan lebih mudah adalah modifikasi cuaca/iklim yang

semula tidak/kurang sesuai menjadi sesuai dengan tanaman tertentu. Misalnya

dengan membuat naungan yang baik , naungan fisik maupun naungan biologis

untuk radiasi matahari yang terlalu tinggi , membangun green house untuk suhu

yang terlalu rendah atau hujan yang terlalu banyak, meratakan angin dan lain-lain

(Wisnubroto,2000).

Mikroklimatologi ialah ilmu yang mempelajari tentang iklim mikro atau

iklim yang terdapat di dalam daerah yang cukup kecil. Salah satu perbedaan

pokok antara mikrometeorologi dan mikroklimatologi ialah mikrometeorologi

memerlukan dasar matematika dan fisika yang lebih kompleks sehingga dapat

mempelajari proses fisis atmosfer, lagipula mikro meteorologi tidak terbatas pada

atmosfer permukaan bumi, tetapi mungkin juga dapat mempelajari iklim

mikrofisika dari awan , sedangkan mikroklimatologi tidak hanya ditujukan kepada

ahli meteorologi saja. Tetapi juga disajikan untuk melayani ahli lain yang

berminat untuk mempelajari tentang hubungan antara kehidupan dengan iklim

mikro tanpa mempunyai dasar matematika dan fisika yang kokoh (Unwin , 1980).

C. METODOLOGI

Pengamatan cuaca mikro ini dilaksanakan hari Senin,14 September 2015

di daerah Lembah, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pengamatan

dilaksanakan di dua tempat dengan keadaan berbeda,yaitu daerah berkanopi dan

tidak berkanopi.

Page 3: acara 2 klimatologi

A. Alat- alat yang digunakan

1. Termohigrometer

2. Termometer udara

3. Lightmeter

4. Luxmeter

5. Biram anemometer

6. Stick anemometer

7. Statif

B. Metode kerja

Setelah dipilih tempat yang berkanopi dan tidak berkanopi,pertama-tama

statif dipasang dengan cara ditancapkan kedalam tanah ,kemudian termometer dan

termohigrometer dipasang pada statif dengan aras 25,75 dan 150 cm.Disiapkan

pula stick termometer,luxmeter/lightmeter,dan biram anemometer .Pengamatan

dilakukan pada saat membaca skala pada tiap-tiap alat secara bersamaan pada

semua strata, yaitu : kelembapan intensitas cahaya, dan suhu udara dibaca pada

saat yang telah ditentukan. Suhu tanah jeluk 0 cm dibaca tepat pada waktu yang

telah ditetapkan, kemudian stick termometer dimasukkan pada jeluk 10 cm dan

dibaca 2 menit kemudian .Selanjutnya stick termometer dimasukkan pada jeluk 20

cm dan dibaca 2 menit kemudian. Lalu biram anemometer disisapkan 5 menit

sebelum waktu pengamatan ditentukan dan dibaca 5 menit setelah pengamatan.

Pengamatan pada tiap-tiap strata diulangi untuk selang waktu 10 menit

sebanyak 8x lalu dicaatat pula keadaan tanah ,vegetasi,dan keadaan cuaca secara

kuantitatif ditempat pengamatan.Alat yang digunakankecuali Luxmeter/Light

meter harus terlindung dari sinar matahari dan hujan secara langsung.semua

pengamatan dicatat dan dipertukarkan antar kelompok strata.Lalu dibandingkan

keadaan suhu udara,kelembaban nisbiudara,dan suhu tanah pada ketiga aras dan

jeluk pada tiap-tiap strata dan antar srata.Hasil pengamatan disajikan dalam grafik

ayunan suhu udara,kelembaban nisbi udara ,dan suhu udara pada tiap-tiap

srata.Lalu digunakan data pendukung (intensitas penyinaran ,keadaan

tanah,kecepatan angin,dan vegetasi)dalam penyusunan pembahasan.

Page 4: acara 2 klimatologi

D. HASIL PENGAMATAN

Pengamatan Iklim MikroHari, tanggal : Senin, 14 September 2015Golongan : A.1Kelompok : I

E. PEMBAHASAN

A. Antar Strata

1. Suhu Udara (25 Cm)

Grafik 1. Suhu Udara (25 cm)

Pada ketinggian 25 cm di atas permukaan tanah terlihat bahwa terdapat

perbedaan suhu antara suhu udara di tempat yang memiliki kanopi dengan tempat

yang tidak berkanopi. Pada grafik di atas terlihat bahwa daerah tanpa kanopi

memiliki suhu udara yang lebih tinggi di bandingkan dengan daerah yang

berkanopi. Hal ini disebabkan oleh sinar matahari yang menghantarkan panas

melalui radiasi pada daerah bekanopi tertahan oleh kanopi-kanopi pohon sehingga

sinar radiasi matahari tidak datang secara langsung untuk mencampai ketinggian

25 cm di atas permukaan tanah, berbeda dengan daerah tanpa kanopi radiasi

matahari datang secara langsung tanpa tertahan oleh kanopi sehingga memiliki

suhu yang lebih tinggi. Pada 10 menit pertama terlihat bahwa suhu di tempat yang

tidak berkanopi lebih rendah daripada daerah dengan kanopi, hal ini disebabkan

Page 5: acara 2 klimatologi

oleh faktor mekanisme suhu udara pada daerah yang tidak berkanopi lebih cepat

dan lancar karena tidak dipengaruhi kanopi sehingga suhu udaranya dapat berubah

secara drastis, tetapi hal tersebut tidak terjadi pada suhu udara pada daerah

berkanopi, karena pada daerah yang memiliki kanopi memiliki mekanisme udara

yang cenderung konstan sehingga suhu udara pada daerah yang berkanopi tidak

terlalu mengalami perubahan yang berarti dan cenderung bernilai kionstan, salah

satu faktornya adalah keberadaan kanopi yang menghambat datangnya radiasi

panas sinar matahari dan menjaga suhu udara yang berada di bawah kanopi.

2. Suhu Udara (75 Cm)

Grafik 2. Suhu Udara (75 cm)

Pada ketinggian 75 cm di atas permukaan tanah terlihat bahwa perbedaan

suhu antara daerah berkanopi dan tidak berkanopi hampir sama, tetapi terdapat

perbedaanya adalah pada daerah tidak berkanopi pada 10 menit yang keempat

memiliki suhu yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena pertukaran udara yang

memiliki suhu udara yang panas dan dingin pada daerah yang berkanopi

berlangsung sangat lambat karena udara panas yang diterimanya tidak dapat

secara bebas berpindah karena terhambat oleh kanopi sehingga suhu udaranya

bergerak turun lebih lambat daripada daerah yang tidak berkanopi karena pada

grafik terlihat bahwa pada daerah yang tidak berkanopi memiliki perubahan suhu

dari suhu yang tinggi menjadi suhu yang rendah berlangsung sanagat cepat karena

tidak memiliki penghalang yang berupa kanopi sehingga udara dingin dan panas

dapat secara bebas bergerak keluar masuk yang mempengaruhi perubahan suhu

yang terjadi.

Page 6: acara 2 klimatologi

3. Suhu Udara (150 Cm)

Grafik 3. Suhu Udara ( 150 cm )

Pada ketinggian 150 cm di atas permukaan tanah terlihat dari grafik bahwa

daerah yang memiliki kanopi ataupun yang tidak berkanopi memiliki suhu udara

yang secara garis besar hampir sama. Hal ini disebabkan karena pada daerah

berkanopi dan memiliki tinggi 150 cm sinar radiasi matahari masih memberikan

pengaruhnya terhadap suhu udara yang snagat tinggi. Perbedaan yang menonjol

dari suhu udara pada daerah berkanopi dan tidak berkanopi adalah pada daerah

yang memiliki kanopi perubahan suhu udara cenderung konstan, pada percobaan

kali ini yang berbeda dengan daerah yang tidak memiliki kanopi terlihat bahwa

perubahan suhu yang terjadi cukup besar. Hal ini disebabkan oleh faktor

mekanisme uadar pada daerah yang tidak berkanopi sangat ekstrim karena

dipengaruhi secara langsung oleh salah satunya yaitu radiasi sinar matahari yang

datang sedikit banyak terlebih dahulu melewati kanopi pada pepohonan, sehingga

suhunya tidak mengalami perubahan yang cukup besar.

Page 7: acara 2 klimatologi

4. Suhu Tanah (0 Cm)

Grafik 4. Suhu Tanah 0 cm

Pada grafik aras 0 cm perbedaan suhu tertinggi antara daerah berkanopi dan

tidak berkanopi tidak begitu jauh. Daerah berkanopi suhunya selalu mengalami

penurunan yang tidak terlalu signifikan. Hal ini dikarenakan radiasi matahari

diterima secara tidak langsung, sementara itu di daerah tidak berkanopi suhunya

cenderung konstan dan pada ulangan kelima suhu naik menjadi 33 0C. Hal ini

dikarenakan radiasi matahari diterima secara langsung. Suhu tanah pada jeluk 0

cm pada daerah berkanopi lebih kecil daripada daerah tak berkanopi. Hal ini

dikarenakan pada daerah berkanopi, panas dari radiasi matahari sukar untuk

dibebaskan karena adanya pohon yang mempunyai daun yang membentuk kanopi

dan kanopi tersebut dapat menahan panas matahari. Pada daerah tidak berkanopi,

panas dari sinar matahari mudah diterima dan dilepaskan. Hal itu karena daerah

tidak berkanopi mempunyai vegetasi yang berupa rumput dan tumbuhan semak

yang tidak dapat menahan panas.

5. Suhu Tanah ( 10 Cm )

Grafik 5. Suhu Tanah 10 cm

Pada grafik aras 10 cm, perbedaan suhu yang tertinggi antara daerah

berkanopi dan tidak berkanopi sebesar 40C dan yang terendah sebesar 3,50C.

dimana didaerah berkanopi mula-mula naik kemudian turun pada ulangan kelima.

Page 8: acara 2 klimatologi

Sementara itu untuk daerah yang tidak berkanopi cenderung stabil pada 32-330C.

hal ini dipengaruhi oleh radiasi matahari yang diterima, jumlah vegetasi yang

tumbuh, struktur tanah, kadar air, dan kemiringan tanah. Semakin rimbun

vegetasinya, semakin banyak kandungan airnya, dan semakin ratanya tanah jeluk

akan mudah ditancapkan dan suhunya rata.

6. Suhu Tanah (20 Cm)

Grafik 6. Suhu Tanah 20 cm

Pada grafik aras 20 cm, rata-rata suhu tanah di daerah berkanopi sebesar

28,760C dan suhu rata-rata tanah daerah tidak berkanopi adalah 34,120C. Keadaan

suhu tanah pada aras 20 cm dapat dipengaruhi oleh tekstur tanah, kadar air tanah,

kandungan bahan organik tanah, serta kepadatan tanah. Variasi suhu tanah harian

ditentukan oleh variasi penerimaan radiasi sinar matahari yang mempengaruhi

pertukaran panas antar lapisan. Suhu maksimum yang dicapai oleh tanah

mengalami keterlambatan kurang lebih 1 jam setelah puncak radiasi maksimum

dicapai. Dari fluktuasi grafik dapat kita katakan bahwa secara umum amplitudo

pada tanah berkanopi lebih cepat dan banyak menyerap serta melepaskan panas

daripada lahan yang bervegetasi rumput, atau tidak berkanopi.

7. Kelembaban Nisbi Udara (25 Cm)

Grafik 7. Kelembaban Nisbi Udara 25 cm

Page 9: acara 2 klimatologi

Pada grafik kelembaban nisbi udara 25 Cm, perbedaan suhu antara daerah

berkanopi dan tidak berkanopi tertinggi adalah 4% dan terendah sebesar 0%.

Dimana dari keduanya daerah berkanopi mempunyai kelambaban tertinggi. Hal

ini disebabkan oleh vegetasi yang banyak dijumpai di daerah berkanopi yang

mampu menyerap radiasi matahari dan memperlambat proses evaporasi sehingga

penguapan pada daerah ini rendah (intensitas penyinaran rendah) maka

kelembaban nisbi udaranya tinggi. Sedangkan pada daerah tak berkanopi cuaca

relatif cerah ketika diamati sehingga uap air yang ada digunakan untuk proses

presipitasi, penyerapan radiasi matahari dan bumi dan untuk melepaskan energi

laten sebagai energi internal panas. Karena vegetasi didaerah ini jarang maka

proses penguapan tersebut tidak terhambat dan kelembaban nisbi udara

kelembaban nisbi udara didaerah tak berkanopi lebih rendah serta fluktuasinya

cenderung konstan.

8. Kelembaban Nisbi Udara (75 Cm)

Grafik 8. Kelembaban Nisbi Udara 75 cm

Pada grafik kelembaban nisbi udara 75 Cm, perbedaan suhu antara daerah

berkanopi dan tidak berkanopi tertinggi adalah 3% dan terendah sebesar 1%.

Dimana kelembaban nisbi tertinggi terdapat pada daerah berkanopi yaitu 38%.

Adanya komunitas vegetatif yang menahan uap air sehingga menyebabkan

kelembaban nisbi udaranya tinggi. Sedangkan pada daerah tak berkanopi cuaca

relatif cerah ketika diamati sehingga uap air yang ada digunakan untuk proses

presipitasi, penyerapan radiasi matahari dan bumi dan untuk melepaskan energi

laten sebagai energi internal panas. Karena vegetasi di daerah ini jarang maka

proses penguapan tersebut tidak terhambat dan kelembaban nisbi udara

kelembaban nisbi udara didaerah tak berkanopi lebih rendah serta fluktuasinya

cenderung konstan.

Page 10: acara 2 klimatologi

9. Kelembaban Nisbi Udara (150 Cm)

Grafik 9. Kelembaban Nisbi Udara 150 cm

Pada grafik kelembaban nisbi udara 150 Cm, perbedaan suhu antara daerah

berkanopi dan tidak berkanopi tertinggi adalah 3% dan terendah sebesar 1%.

Dimana kelembaban nisbi tertinggi terdapat pada daerah berkanopi yaitu sebesar

37%. Adanya komunitas vegetatif yang menahan uap air sehingga menyebabkan

kelembaban nisbi udaranya tinggi. Sedangkan pada daerah tak berkanopi cuaca

relatif cerah ketika diamati sehingga uap air yang ada digunakan untuk proses

presipitasi, penyerapan radiasi matahari dan bumi dan untuk melepaskan energi

laten sebagai energi internal panas. Karena vegetasi didaerah ini jarang maka

proses penguapan tersebut tidak terhambat dan kelembaban nisbi udara

kelembaban nisbi udara didaerah tak berkanopi lebih rendah serta fluktuasinya

cenderung konstan.

B. Antar Aras

1. Suhu Udara (Berkanopi)

Pada percobaan yang dilakukan pada daerah yang berkanopi terlihat

bahwa terdapat perbedaan suhu udara pada tiap-tiap tinggi dari permukaan tanah

yang diukur,pada grafik di atas terlihat bahwa pada ketinggian 25 cm dari

permukaan tanah suhu udara yang dihasilkan konstan, tidak terjadi perubahan

suhu yang ekstrim, hal ini terjadi karena kanopi merupakan salah satu modifikasi

suhu pada iklim mikro, pada ketinggian 75 cm dan 150 cm suhu udara yang

diperoleh lebih panas dari pada ketinggian 25 cm,hal ini dikarenakan salah

satunya oleh radiasi sinar matahari memberikan pengaruhnya pada ketinggian 75

cm ke atas, hal ini terlihat pada pengamatan dengan ketinggian 150 cm yang

Page 11: acara 2 klimatologi

memiliki suhu terpanas. Dari keadaan di atas lapisan udara panas berada di atas

lapisan udara dingin,keadaan ini sering disebut inversi suhu.

2. Suhu Udara (Tak Berkanopi)

Pada daerah yang tidak berkanopi terlihat data yang dihasilkan bahwa suhu

udaranya tinggi(panas) dan cenderung mengalami perubahan. Hal ini terjadi

karena pada daerah tidak berkanopi anasir-anasir iklim mikro memberikan

pengaruhnya secara langsung tidak seperti pada daerah yang berkanopi, bahwa

suhu udara cenderung konstan karena kanopi merupakan salah satu modifikasi

dari iklim mikro. Pada ketinggian 25 cm dari data yang diperoleh memiliki suhu

tertinggi dan kemudian diikuti dengan ketinggian 75 cm dan 150 cm yang

cenderung menurun. Menurut teori pada ketinggian yang rendah panas dari radiasi

matahari tidak sekuat pada ketinggian 75 cm dan 150 cm sehingga memiliki suhu

yang lebih rendah jika dibandingkan dengan ketinggian yang lebih tinggi. Tetap,

pada hasil pengamatan tidak didapatkan hasil yang sesuai dengan teori.

Kemungkinan terjadi kesalahan oleh praktikan dan bisa jadi kerusakan pada alat.

Hal ini juga membedakan jenis vegetasi yang tumbuh pada daerah yang tinggi dan

struktur tanahnya karena pengaruh dari suhu udara. Dari pengamatan suhu pada

arah vertikal didapat suatu angka kecepatan penurunan suhu udara dengan

ketinggian yang dinamai gradien suhu. Harga gradient suhu pada suatu tempat

sangat berbeda,akan tetapi bila dibuat rata-ratanya akan didapat suatu angka yang

dinamakan gradien suhu normal. Kadang-kadang terjadi sebaliknya, yaitu suhu

naik dengan kenaikan ketinggian,ini terjadi misalnya bila lapisan udara panas

berada di atas lapisan udara dingin.Keadaan ini sering disebut sebagai Inversi

Suhu yang dapat juga terjadi karena adanya turbulensi.

3. Suhu Tanah (Berkanopi)

Page 12: acara 2 klimatologi

Grafik fluktuasinya tidak stabil dapat disebabkan oleh penggunaan stick

termometer yang ditancapkan pada tanah yang berbeda untuk mendapatkan

kedalaman 10 cm atau 20 cm. Karena adanya perbedaan struktur tanah (ada yang

keras/padat, ada yang gembur/mudah untuk ditancapkan). Sehingga perbedaan

struktur tanah dapat dimungkinkan menyebabkan data suhu tanah dengan tempat

lain berbeda hanya sedikit sehingga fluktuasi tidak stabil. Fungsi dari kanopi

supaya panas dari radiasi matahari sukar untuk dibebaskan karena adanya pohon

yang mempunyai daun yang membentuk kanopi dan kanopi tersebut dapat

menahan panas matahari yang telah diterima. Sebaliknya pada daerah tidak

berkanopi, panas dari sinar matahari mudah diterima dan dilepaskan.

4. Suhu Tanah (Tak Berkanopi)

Grafik suhu tanah vs waktu pada strata tak berkanopi dapat kita perhatikan

bahwa rasio suhu tanah pada aras 0 cm, 10 cm, dan 20 cm tidak begitu jauh

perbedaannya. Rata-rata suhu tanah tertinggi terdapat pada aras 0 cm yaitu sebesar

31,740C, diikuti rata-rata suhu tanah pada aras 10 cm yaitu sebesar 32,840C, dan

rata-rata suhu tanah pada aras 20 cm memiliki suhu paling rendah 33,720C. Dari

data ini terlihat bahwa pada daerah tanah yang tidak berkanopi mendapat cahaya

langsung dari matahari pada aras 0 cm, dan butuh waktu untuk suhu tersebut

mencapai aras 10 cm dan 20 cm. Hal ini juga membuktikan bahwa suhu udara

pada permukaan tanah juga panas. Dapat dikatakan bahwa tiap lapisan tanah pada

berbagai kedalaman mencapai suhu tertentu dalam waktu yang tidak bersamaan,

melainkan terdapat time lag.

5. Kelembaban Nisbi Udara (Tidak Berkanopi)

Pada grafik kelembaban nisbi udara tidak berkanopi dapat dilihat bahwa

kelembaban nisbi udara tertinggi terjadi pada aras 75 Cm, diikuti aras 150 Cm dan

Page 13: acara 2 klimatologi

terendah pada aras 25 Cm. Fluktuasi yang terjadi pada ketiga aras cenderung

konstan. Tidak ada vegetasi didaerah ini menyebabkan kelembaban nisbi udara

rendah. Namun pada aras 75 Cm dimana keadaan berada pada kondisi optimal

kelembaban nisbi udra tinggi. Karena pada aras 75 Cm pengaruh sinar matahari

minimal dan suhu udara maupun kecepatan anginnya pun dalam kondisi idela

untuk mencapai kelembaban nisbi udara yang tinggi.

6. Kelembaban Nisbi Udara (Berkanopi)

Dari grafik diatas terlihat bahwa kelemababan udara tertinggi terjadi pada

aras 25 Cm, diikuti aras 75 dan terendah pada 150 Cm. Kelembaban nisbi udara

yang tertinggi terjadi diaras 25 Cm disebabkan oleh tingginya kandungan uap air

didukung oleh keberadaan vegetasi didaerah ini yang menahan perginya uap air.

Fluktuasi yang terjadi pada kandungan uap air pada tiap aras cencerung konstan.

7. Kecepatan Angin

Pada tabel kecepatan angin pada strata berkanopi dan tidak berkanopi

dapat terlihat bahwa kecepatan angin pada daerah yang berkanopi memiliki rata-

rata kecepatan angin 27 m/s dan ini lebih tinggi dari kecepatan angin rata-rata

strata tidak berkanopi yang hanya sebesar 15,2 m/s. Dapat diketahui bahwa strata

berkanopi memiliki kecepatan angin lebih tinggi karena pada daerah itu memiliki

suhu yang lebih rendah dan tekanan yang lebih tinggi karena angin bergerak dari

tekanan tinggi ke tekanan rendah. Sehingga angin pada strata berkanopi terhalang

oleh pohon-pohon dan kecepatannya berkurang saat memasuki daerah tidak

berkanopi. Pada awalnya kecepatan angin di daerah berkanopi lebih rendah dari

daerah tidak berkanopi, hal ini dikarenakan angin pada strata berkanopi terhalang

oleh pohon-pohon.

Page 14: acara 2 klimatologi

F. KESIMPULAN

1. Adanya vegetasi, faktor kelembaban dan kecepatan angin mempengaruhi

suhu udara pada daerah berkanopi maupun tidak berkanopi. Vegetasi

yang tumbuh didaerah berkanopi menyebabkan suhu udara cenderung

konstan karena mempengaruhi sampainya sinar matahari

kepermukaan tanah.

2. kelembaban nisbi udara dipengaruhi oleh faktor vegetasi, kecepatan angin

dan jumlah uap air yang terkandung didalam udara.

3. Suhu tanah didaerah berkanopi dan tidak berkanopi lebih banyak

dipengaruhi oleh faktor vegetasi.

Page 15: acara 2 klimatologi

DAFTAR PUSTAKA

Lakitan,B.1994.Dasar-dasar klimatologi,Rajawali Press.Jakarta

Prawirowardoyo,S.1996.Meteorology,ITB.Bandung

Unwin,D.M.1980.Microclimate Measurement for Ecologist,Academic Press.London

Widiningsih,1985.Evaluasi Lahan.Faperta UNIBRAW.Malang

Winusbroto,200.Strategi memperkecil resiko iklim dalam produksi tanaman,Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan.2(2):47-52.