7 mengalami keretakan kepribadian/ bab ii …repository.umtas.ac.id/17/4/bab ii gilang wangsa...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan
1. Pengertian
Kecemasan adalah gangguan alam sadar (effective) yang ditandai
dengan perasaan ketakutan atau kehawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality
Testing Ability/RTA), masih baik, kepribadian masih tetap utuh (tidak
mengalami keretakan kepribadian/ splitting of personality ), perilaku dapat
terganggu tapi masih dalam batas-batas normal. Kecemasan adalah
manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur dan terjadi
ketika mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin.
Kecemasan ialah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini
tidak memiliki objek yang spesifik (Hawari, 2012 ; Direja, 2011).
2. Rentang respon kecemasan
Rentang respon kecemasan menurut Direja (2011) adalah sebagai
berikut :
a. Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan
lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
7
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
8
b. Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal
yang penting dan mengenyampingkan pada hal yang lain, sehingga
seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan
sesuatu yang lebih terarah.
c. Cemas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik dan
tidak berfikir tentang hal yang lain, semua perilaku ditunjukan untuk
mengurangi ketegangan
d. Panik berhubungan dengan terperangah ketakutan dan eror. Rincian
terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan kendali. Orang
yang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan, panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik
terjadi aktifitas motorik, penurunan kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran
yang rasional.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan rentang respon
kecemasan dibawah ini :
Bagan 2.1Rentang Respon Kecemasan
Rentang Respon Ansietas
Respon Adaptif Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
9
3. Tingkat, Karakteristik dan Manifestasi Klinik Kecemasan
Menurut Asmadi, 2013 tingkat dan karakteristik kecemasan
digambarkan pada tabel 2.1 dibawah ini :
Tabel 2.1Tingkat dan Karakteristik Kecemasan
No Tingkat Kecemasan Karakteristik
1. Cemas Ringan a. Berhubungan dengan tingkat ketegangan dalam peristiwa sehari-hari.
b. Kewaspadaan meningkat.c. Persepsi terhadap lingkungan meningkat.d. Dapat menjdi motivasi positif untuk
belajar dan menghasilkan kreativitas.e. Respon fisiologis : sesekali nafas
pendek,nadi dan tekanan darah meningkat sedkit, gejala ringan pada lambung, muka berkerut serta bibir bergetar.
f. Respon perilaku dan emosi : tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan dan suara kadang-kadang meninggi.
2. Cemas sedang a. Respon fisiologis : sering nafas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan darah meningkat,mulut kering, anoreksia,diare/konstipasi, sakit kepala dan sering berkemih.
b. Respon kognitif : memusatkan perhatian pada hal yang penting dan menyampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit dan rangsangan dari luar tidak mampu terima.
c. Respon prilaku dan emosi : gerakan tersentak-sentak, terlihat lebih tegang, banyak bicara lebih cepat, susah tidur dan perasan tidak aman.
3. Cemas berat a. individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan yang lain.
b. Respon fisiologis : nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan berkabut, serta
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
10
tampak tegang.c. Respon kognitif : tidak mampu berpikir
berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/tuntutan, serta lapang pandang menyempit.
d. Respon perilaku dan emosi : perasaan terancam meningkat.
4. Panik a. Respon fisiologis : nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipertensi serta rendahnya koordinasi motorik.
b. Respon kognitif: gangguan realitas, tidak dapat berpikir logis,persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi, dan ketidakmampuan memahami situasi.
c. Respon perilaku dan emosi : agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan berteriak-teriak, kehilangan kendali/ kontrol (aktivitas tidak menentu), perasaan terancam, serta dapat berbuat sesuatu yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Sumber: Hawari (2012)
Manifestasi klinik yang sering muncul pada orang-orang yang
mengalami kecemasan menurut Hawari (2012) adalah sebagai berikut :
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiridan mudah
tersinggung.
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut.
c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
f. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan
tulang,pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas,
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
11
gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain
sebagainnya.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan, antara lain:
Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat
berasal dari diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor
eksternal). Pencetus ansietas dapat dikelompokan ke dalam dua kategori
yaitu (Asmadi, 2013) :
a. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidak mampuan fisiologis
atau gangguan dalam melakukan aktifitas sehari-hari guna pemenuhan
terhadap kebutuhan dasarmya.
b. Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat
mengancam terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan status/peran
diri, dan hubungan interpersonal.
Menurut Hawari (2012) mekanisme terjadinya cemas yaitu psiko-
neuro-imunologi atau psiko-neuro-endokrinolog. Stresor psikologis yang
menyebabkan cemas adalah perkawinan, orangtua, antar pribadi, pekerjaan,
lingkungan, keuangan, hukum, perkembangan, penyakit fisik, faktor
keluarga, dan trauma. Akan tetapi tidak semua orang yang mengalami
stressor psikososial akan mengalami gangguan cemas hal ini tergantung
pada struktur perkembangan kepribadian diri seseorang tersebut yaitu usia,
tingkat pendidikan, pengalaman, jenis kelamin, pengetahuan, kebutuhan
spiritual serta dukungan sosial dari keluarga, teman, dan masyarakat.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
12
5. Mekanisme Koping Kecemasan
Setiap ada stressor penyebab individu mengalami kecemasan, maka
secara otomatis muncul upaya untuk mengatasi dengan berbagai mekanisme
koping. Penggunaan mekanisme koping akan efektif bila didukung dengan
kekuatan lain dan adanya keyakinan pada individu yang bersangkutan
bahwa mekanisme yang digunakan dapat mengatasi kecemasannya.
Kecemasan harus segera ditangani untuk mencapai homeostatis pada diri
individu, baik secara fisiologis maupun psikologis.
Menurut Asmadi (2013) mekanisme koping terhadap kecemasan
dibagi menjadi dua kategori :
a. Strategi pemecahan masalah (problem solving strategic)
b. Strategi pemecahan masalah ini bertujuan untuk megatasi atau
menanggulangi masalah/ancaman yang ada dengan kemampuan
pengamatan secara realistis. Secara ringkas pemecahan masalah ini
menggunakan metode Source, Trial and Error, Others Play and Patient
(STOP).
c. Mekanisme pertahanan diri (defence mekanism)
Mekanisme pertahanan diri menurut Stuart (2012) yang sering
digunakan untuk mengatasi kecemasan, antara lain:
1) Rasionalisasi : suatu usaha untuk menghindari konflik jiwa dengan
memberi alasan yang rasional.
2) Displacement : pemindahan tingkah laku kepada tingkah laku yang
bentuknya atau obyeknya lain.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
13
3) Identifikasi : cara yang digunakan individu untuk menghadapi orang
lain dan membuatnya menjadi bagian kepribadiannya.
4) Over kompensasi/reaction fermation: tingkah laku yang gagal
mencapai tujuan, dan tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan
melupakan dan melebih-lebihkan tujuan kedua.
5) Introspeksi : memasukan dalam pribadi sifat-sifat dari pribadi orang
lain.
6) Represi : konflik pikiran, impul-impuls yang tidak dapat diterima
dengan paksaan, ditekan ke dalam alam tidak sadar.
7) Supresi : menekan konflik, impul-impuls yang tidak dapat diterima
dengan secara sadar.
8) Denial : mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak
meyenangkan dirinya.
9) Fantasi : apabila seseorang, menghadapi konflik-frustasi, ia menarik
diri dengan berkhayal atau fantasi dan melamun.
10) Negativisme : perilaku seseorang yang selalu bertentangan atau
menentang otoritas orang lain dengan tingkah laku tidak terpuji.
11) Regresi : kemunduran karakterstik perilaku dari tahap perkembangan
yang lebih awal akibat stress
12) Sublimasi : penerimaan tujuan pengganti diterima secara sosial
karena dorongan saluran normal ekspresi terhambat.
13) Undoing : tindakan/ komunikasi yang sebagian meniadakan yang
sudah ada sebelumnya, merupakan mekanisme pertahanan primitif.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
14
6. Skala penilaian kecemasan
Ringan : 20-44
Sedang : 45-59
Berat : 60-74
Panik : 75-80
B. Kualitas Tidur
1. Definisi tidur
Tidur merupakan keadaan tidak sadar yang relatif lebih responsif
terhadap rangsangan internal. Perbedaan tidur dengan keadaan tidak sadar
lainnya adalah pada keadaan tidur siklusnya dapat diprediksi dan kurang
respons terhadap rangsangan eksternal. Otak berangsur-angsur menjadi
kurang responsif terhadap rangsang visual, auditori dan rangsangan
lingkungan lainnya. Tidur dianggap sebagai keadaan pasif yang dimulai
dari input sensoric walaupun mekanisme inisiasi aktif juga mempengaruhi
keadaan tidur. Faktor homeostatik (faktor S) maupun faktor sirkadian
(faktor C) juga berinteraksi untuk menentukan waktu dan kualitas tidur
(Lestari, 2009).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur
Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur antara lain adalah (Alimul,
2012):
a. Penyakit
Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak
penyakit yang memperbesar kebutuhan tidur, misalnya : penyakit yang
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
15
disebabkan oleh infeksi (infeksi limfa) akan memerlukan lebih banyak
waktu tidur untuk mengatasi keletihan. Banyak juga keadaan sakit
yang menjadikan pasien kurang tidur, bahkan tidak bisa tidur.
b. Latihan dan Kelelahan
Keletihan akibat akivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak
tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal
ini terlihat pada seseorang yang telah melakukan aktivitas dan
mencapai kelelahan. Maka, orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat
tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya diperpendek.
c. Stres Psikologis
Kondisi psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan
jiwa. Hal tersebut terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah
psikologis mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur (Harry,
2009).
d. Obat
Obat juga dapat mempengaruhi proses tidur, beberapa jenis obat yang
dapat mempengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat diuretic
menyebabkan seseorang menjadi isomnia, anti depresan dapat
menekan REM, kafein dapat meningkatkan syaraf simpatis yang
menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta bloker dapat
berefek pada timbulnya insomnia, dan golongan narkotik dapat
menekan REM sehingga mudah mengantuk.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
16
e. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses
tidur. Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur,
karena adanya trytophan yang merupakan asam amino dari protein
yang dicerna. Demikian juga sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang
juga dapat mempengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk
tidur.
f. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang juga dapat
mempercepat terjadinya proses tidur.
g. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk
tidur, yang dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya
keinginan untuk menahan tidak tidur dapat menimbulkan gangguan
proses tidur.
3. Kualitas tidur
Kualitas tidur adalah suatu keadaan dimana tidur yang dijalani
seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran ketika terbangun.
Kualitas tidur mencakup aspek kuantitatif seperti durasi tidur, latensi tidur,
serta aspek subjektif seperti tidur dalam dan istirahat (Khasanah &
Hidayati, 2012).
Menurut Hidayat dalam Khasanah & Hidayati (2012), kualitas
tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukan tanda-tanda
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
17
kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Tanda-
tanda kekurangan tidur dapat dibedakan menjadi tanda fisik dan tanda
psikologis.
4. Pengukuran kualitas tidur
Kualitas tidur dapat diukur menggunakan Pittsburg Quality of
Sleep Index (PSQI). Alat ini merupakan alat untuk menilai kualitas tidur.
Alat ini terdiri dari 19 poin pertanyaan yang berada didalam 7 kompenen
nilai dan 5 pertanyaan untuk teman sekamar. 19 pertanyaan itu mengkaji
secara luas faktor yang berhubungan dengan tidur seperti durasi tidur,
latensi tidur, dan masalah tidur. Setiap komponen skor memiliki rentang
nilai 0-3. Ketujuh komponen dijumlahkan sehingga terdapat skor 0-21,
dimana skor lebih tinggi dari 5 menandakan kualitas tidur yang buruk.
C. Asma
1. Pengertian asma
Clark, MV. (2013) menyatakan bahwa asma biasanya dikenal
sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan adanya wheezing (mengi)
intermiten yang timbul sebagai respon akibat paparan terhadap suatu zat
iritan atau alergen.
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang
mempunyai ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran
napas) terutama pada percabangan trakeobronkial yang dapat diakibatkan
oleh berbagai stimulus seperti oleh faktor biokemikal, endokrin, infeksi,
otonomik, dan psikologi (Somantri, 2012).
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
18
2. Etiologi
Sampai saat ini etiologi asma belum diketahui dengan pasti, suatu
hal yang menonjol pada semua penderita asma adalah fenomena
hiperraktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap
rangsangan imunologi maupun non-imunologi. Oleh karena itu sifat inilah,
maka serangan asma mudah terjadi ketika rangsangan baik fisik,
metabolik, kimia, alergen, infeksi, dan sebagainya. Penderita asma perlu
mengetahui dan sedapat mungkin menghindari rangsangan atau pencetus
yang dapat menimbulkan asma. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai
berikut (Somantri, 2012):
a. Alergen utama, seperti debu rumah, spora jamur, dan tepung sari
rerumputan
b. Iritan seperti asap, bau-bauan, dan polutan
c. Infeksi saluran napas terutama yang disebabkan oleh virus
d. Perubahan cuaca yang ekstrem
e. Kegiatan jasmani yang berlebihan
f. Lingkungan kerja
g. Obat-obatan
h. Emosi (Somantri, 2012)
3. Tanda dan gejala
Clark, MV., (2013) menyebutkan bahwa tanda serangan asma yang
dapat kita ketahui adalah:
a. Napas cepat
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
19
b. Merasa cemas dan ketakutan
c. Tak sanggup bicara lebih dari 1-2 kata setiap kali tarik napas
d. Dada dan leher tampak mencekung bila tarik napas
e. Bersin-bersin
f. Hidung mampat atau hidung ngocor
g. Gatal-gatal tenggorokan
h. Susah tidur
i. Turunnya toleransi tubuh terhadap aktivitas.
Sedangkan menurut Somantri (2012) gejala asma terdiri atas triad yaitu:
a. Dispnea
b. Batuk
c. Mengi
4. Patofisiologi
Asma merupakan obstruksi jalan napas yang reversibel. Obstruksi
tersebut dapat disebabkan oleh faktor berikut, seperti penyempitan jalan
napas; pembengkakan membran pada bronki; pengisian bronki dengan
mucus kental. Beberapa penderita mengalami respon imun yang buruk
terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) menyerang
sel-sel mast dalam paru yang menyebabkan pelepasan sel-sel mast, seperti
histamin dan prostaglandin. Pelepasan ini mempengaruhi otot polos dan
kelenjar jalan napas, bronkospasme, pembengkakan membran mukosa,
pembentukan mukus berlebihan (Clark, MV., 2013).
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
20
Penderita asma idiopatik atau nonalergi, ketika ujung saraf pada
jalan napas dirangsang oleh beberapa faktor, seperti udara dingin, emosi,
olahraga, merokok, polusi dan infeksi sehingga jumlah asetilkolin yang
dilepaskan meningkat. Peningkatan asetilkolin ini secara langsung bisa
menimbulkan bronkokonstriksi. Penderita dapat mempunyai toleransi
rendah terhadap respon parasimpatis (Clark, MV., 2013).
5. Klasifikasi
a. Berdasarkan berat ringan gejala
Asma dapat dibagi dalam 3 tahap menurut berat ringannya gejala, yaitu
asma intermitten, asma persisten ringan, asma persisten sedang, dan
asma persisten berat (Tabrani, 2010).
b. Berdasarkan serangan asma
Klasifikasi ini mencerminkan berbagai kelainan patologi yang
menyebabkan gangguan aliran udara serta mempunyai dampak
terhadap pengobatan. Serangan asma ringan timbul kadang-kadang,
tidak terdapat atau ada hiperreaktivitas bronkus yang ringan. Serangan
asma persisten timbul sering dan terdapat hiperreaktivitas bronkus.
Penderita asma berat mempunyai saluran pernafasan yang sensitif,
berisiko tinggi untuk mengalami eksaserbasi tiba-tiba yang berat dan
mengancam jiwa (Majalah Kedokteran Indonesia, 2018).
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
21
6. Penatalaksanaan
Menurut Somantri (2012) prinsip-prinsip penatalaksanaan asma
bronkial adalah sebagai berikut:
a. Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan:
1) saatnya serangan;
2) obat-obatan yang telah diberikan (macam dan dosis)
b. Pemberian obat bronkodilator
c. Penilaian terhadap perbaikan serangan
d. Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid
e. Penatalaksanaan setelah serangan mereda
1) cari faktor penyebab;
2) modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya.
7. Pengobatan (Somantri, 2012)
Pengobatan pada asma bronkial terbagi 2, yaitu:
a. Pengobatan non farmakologik:
1) Memberikan penyuluhan
2) Menghindari faktor pencetus
3) Pemberian cairan
4) Fisiotherapy
5) Beri O2 bila perlu.
b. Pengobatan farmakologik :
1) Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam
2 golongan:
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
22
a) Simptomatik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
(1) Orsiprenalin (Alupent)
(2) Fenoterol (berotec)
(3) Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomatik tersedia dalam bentuk tablet,
sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI
(Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus
yang
dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau
cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts
Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol
(partikel-partikel yang sangat halus) untuk selanjutnya dihirup.
b) Santin (teofilin)
Nama obat :
(1) Aminofilin (Amicam supp)
(2) Aminofilin (Euphilin Retard)
(3) Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik,
tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini
dikombinasikan efeknya saling memperkuat.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
23
Cara pemakaian :
Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan
asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung
kepembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk
tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah
sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya
berhati-hati bila minum obat ini.
Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara
pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini
digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum
teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
c) Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah
serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi
terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-
sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah
pemakaian satu bulan.
d) Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.
Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1 mg / hari.
Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--