232295230 case-rinosinusitis-upload

42
Homework Help https://www.homeworkping.com/ Research Paper help https://www.homeworkping.com/ Online Tutoring https://www.homeworkping.com/ TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi Sinusitis adalah peradangan pada mukosa sinus paranasalis. Sinusitis diberi nama sesuai dengan sinus yang terkena. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis. Bila mengenai semua sinus paranasalis disebut pansinusitis. Yang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksillaris dan sinusitis etmoid, sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid lebih jarang. Pada anak hanya sinus maksilla dan sinus etmoid yang berkembang, sedangkan sinus sphenoid belum. Sinus maksilla merupakan sinus yang paling sering terinfeksi karena : 1. Merupakan sinus paranasal yang terbesar. 2. Letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran secret (drainase) dari sinus maksilla hanya tergantung dari gerakan silia. 3. Dasar sinus maksilla adalah dasar akar gigi (prosessus alveolaris) sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan 1

Upload: homeworkping2

Post on 10-Jan-2017

203 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 232295230 case-rinosinusitis-upload

Homework Help https://www.homeworkping.com/

Research Paper helphttps://www.homeworkping.com/

Online Tutoringhttps://www.homeworkping.com/TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Sinusitis adalah peradangan pada mukosa sinus paranasalis. Sinusitis diberi nama

sesuai dengan sinus yang terkena. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis.

Bila mengenai semua sinus paranasalis disebut pansinusitis.

Yang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksillaris dan sinusitis etmoid,

sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid lebih jarang. Pada anak hanya sinus maksilla

dan sinus etmoid yang berkembang, sedangkan sinus sphenoid belum.

Sinus maksilla merupakan sinus yang paling sering terinfeksi karena :

1. Merupakan sinus paranasal yang terbesar.

2. Letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran secret (drainase) dari

sinus maksilla hanya tergantung dari gerakan silia.

3. Dasar sinus maksilla adalah dasar akar gigi (prosessus alveolaris) sehingga infeksi

gigi dapat menyebabkan sinusitis maksilla. Ostium sinus maksilla terletak

dimeatus medius, disekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah

tersumbat.3

2. Anatomi

1

Page 2: 232295230 case-rinosinusitis-upload

Manusia mempunyai beberapa rongga di sepanjang atap dan bagian lateral rongga

hidung. Rongga rongga ini diberi nama sinus yang kemudian diberi nama sesuai dengan

letaknya : sinus maxillaris, sinus frontalis, sinus sphenoidalis dan sinus ethmoidalis (sinus

paranasalis).3

Sinus paranasalis ini mempunyai fungsi3 :

1. Pengatur kondisi udara

2. Thermal insulators

3. Membantu keseimbangan kepala

4. Membantu resonansi suara

5. Peredam perubahan tekanan udara

6. Membantu produksi mukus

A. Sinus Maksilaris 5

Terbentuk pada usia fetus bulan IV yang terbentuk dari prosesus maksilaris arcus.

Bentuknya piramid, dasar piramid pada dinding lateral hidung, sedang apeksnya

pada pars zygomaticus maxillae.

Merupakan sinus terbesar dengan volume kurang lebih 15 cc pada orang dewasa.

Berhubungan dengan :

2

Page 3: 232295230 case-rinosinusitis-upload

a. Cavum orbita, dibatasi oleh dinding tipis (berisi n. infra orbitalis) sehingga

jika dindingnya rusak maka dapat menjalar ke mata.

b. Gigi, dibatasi dinding tipis atau mukosa pada daerah P2 Mo1ar.

c. Duktus nasolakrimalis, terdapat di dinding cavum nasi.

B. Sinus Ethmoidalis 5

Terbentuk pada usia fetus bulan IV.

Saat lahir, berupa 2-3 cellulae (ruang-ruang kecil), saat dewasa terdiri dari 7-15

cellulae, dindingnya tipis.

Bentuknya berupa rongga tulang seperti sarang tawon, terletak antara hidung

dan mata

Berhubungan dengan :

a. Fossa cranii anterior yang dibatasi oleh dinding tipis yaitu lamina cribrosa.

Jika terjadi infeksi pada daerah sinus mudah menjalar ke daerah cranial

(meningitis, encefalitis dsb).

b. Orbita, dilapisi dinding tipis yakni lamina papirasea. Jika melakukan

operasi pada sinus ini kemudian dindingnya pecah maka darah masuk ke

daerah orbita sehingga terjadi Brill Hematoma.

c. Nervus Optikus.

d. Nervus, arteri dan vena ethmoidalis anterior dan pasterior.

C. Sinus Frontalis 5

Sinus ini dapat terbentuk atau tidak.

Tidak simetri kanan dan kiri, terletak di os frontalis.

3

Page 4: 232295230 case-rinosinusitis-upload

Volume pada orang dewasa ± 7cc.

Bermuara ke infundibulum (meatus nasi media).

Berhubungan dengan :

a. Fossa cranii anterior, dibatasi oleh tulang kompakta.

b. Orbita, dibatasi oleh tulang kompakta.

c. Dibatasi oleh Periosteum, kulit, tulang diploic.

D. Sinus Sfenoidalis 5

Terbentuk pada fetus usia bulan III

Terletak pada corpus, alas dan Processus os sfenoidalis.

Volume pada orang dewasa ± 7 cc.

Berhubungan dengan :

a. Sinus cavernosus pada dasar cavum cranii.

b. Glandula pituitari, chiasma n.opticum.

c. Tractus olfactorius.

d. Arteri basillaris brain stem (batang otak)5.

Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu di meatus medius terdapat

muara-muara sinus maksilla, sinus frontal, dan sinus etmoid anterior. Di daerah yang

sempit ini terdapat prosessus uncinatus, infundibulum, hiatus semilunaris, recessus

frontalis, bula etmoid dan sel–sel etmoid anterior. Daerah yang sempit dan rumit ini

disebut kompleks osteomeatal (KOM) yang merupakan faktor utama patogenesa

terjadinya sinusitis.

4

Page 5: 232295230 case-rinosinusitis-upload

Mukosa hidung dan sinus paranasal terdiri dari epitel thorak berlapis semu

bersilia dan diatasnya terdapat sel-sel goblet yang menghasilkan lendir. Sekresi dari sel-

sel goblet dan kelenjar ini membentuk selimut mukosa. Di atas permukaan mukosa

terdapat silia yang di rongga hidung bergerak secara teratur kearah nasofaring dan dari

rongga sinus kearah ostium dari sinus tersebut. Silia dan selimut mukosa ini berfungsi

sebagai proteksi dan melembabkan udara inspirasi yang disebut sebagai sistem

mukosilier. Sinus dari kelompok anterior dialirkan ke nasofaring di bagian depan muara

tuba eustachius sedangkan pada bagian posterior dialirkan ke nasofaring di bagian

posteriorsuperior tuba eustachius.11

3. Klasifikasi Sinusitis

Konsensus internasional yang merupakan hasil Internasional Conference On Sinus

Disease tahun 1993 dan telah disepakati untuk dipakai di Indonesia, mendefinisikan

sinusitis akut dan kronis lebih berdasarkan pada patofisiologi dari pada pembagian waktu

yang ketat berdasarkan lamanya penyakit.

Sinusitis diklasifikasikan sebagai sinusitis akut jika periode infeksinya sembuh

dengan terapi medikamentosa tanpa terjadi kerusakan mukosa. Sinusitis akut rekuren

didefinisikan sebagai episode akut yang berulang yang dapat sembuh dengan terapi

medikamentosa saja sehingga tidak terdapat kerusakan mukosa yang irreversible.

Sinusitis kronis adalah penyakit yang tidak dapat sembuh dengan terapi medikamentosa

saja. Hal yang merupakan paradigma baru dari consensus international ini adalah, baik

pada sinusitis akut maupun kronis, jika obstruksi ostium dihilangkan dan terjadi laserasi

yang adekuat dari sinus-sinus yang menderita maka mukosa yang telah rusak dapat

kembali mengalami regenerasi.

Untuk kepentingan praktis, kriteria untuk sinusitis akut dan kronis pada penderita

dewasa dan anak berdasarkan gambaran klinik dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kriteria sinusitis akut dan kronik pada anak dan dewasa menurut

Internasional Conference on Sinus Disease 1993

KRITERIA SINUSITIS AKUT SINUSITIS KRONIK

Dewasa Anak Dewasa Anak

1. Lama Gejala dan Tanda < 8 mgg < 12 mgg ≥ 8 mgg ≥ 12 mgg

2. Jumlah Episode < 4x / thn < 6x / thn ≥ 4x / thn ≥ 6x / thn

5

Page 6: 232295230 case-rinosinusitis-upload

Serangan akut, masing-masing

berlangsung minimal 10 hari

3. Reversibilitas mukosa Dapat sembuh sempurna Tidak dapat sembuh

sempurna

Dengan medikamentosa Dengan

medikamentosa

Sementara berdasarkan lokasi, sinusitis dapat dibagi menjadi :

a. Sinusitis maksilaris mengenai sinus maksila, bisa menyebabkan nyeri atau

rasa tertekan di daerah pipi

b. Sinusitits frontalis mengenai sinus frontalis, bisa menyebabkan nyeri atau

rasa tertekan di belakang atau di atas mata, sakit kepala

c. Sinusitis etmoidalis mengenai sinus etmoid, bisa menyebabkan nyeri atau

rasa tertekan di antara atau belakang mata

d. Sinusitis sfenoidalis mengenai sinus sfenoid, bisa menyebabkan nyeri atau

rasa tertekan dibelakang mata tapi sering menjalar ke vertex.

4. Etiologi

Faktor-faktor fisik, kimia, saraf hormonal atau emosional dapat mempengaruhi mukosa

hidung yang selanjutnya mempengaruhi mukosa sinus. Defisiensi nutrisi, kelelahan,

kesegaran fisik yang menurun dan penyakit sistemik juga penting dalam etiologi sinusitis.

Sebagai faktor predisposisi lain ialah lingkungan berpolusi, udara dingin serta kering

yang dapat menyebabkan perubahan pada mukosa serta kerusakan silia.

Panyebab sinusitis akut adalah :

1. Rhinitis akut

2. Infeksi faring seperti faringitis, adenoitis, tonsillitis akut.

3. Infeksi gigi rahang atas M1, M2, M3 serta P1 dan P2 (dentogen)

4. Berenang dan menyelam

5. Trauma dapat menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasal.

6. Barotrauma dapat menyebabkan nekrosis mukosa.

6

Page 7: 232295230 case-rinosinusitis-upload

Bakteri sering menjadi penyebab terjadinya sinusitis akut. Streptococcus pneumonia (30-

40%), Hemophillus Influenzae (20-30%), Moraxella catarhalis (12-20%) merupakan

bakteri pathogen yang ditemukan pada hampir 70% penderita sinusitis akut. Infeksi virus

juga sering memicu terjadinya sinusitis akut. Rhinovirus, virus influenza dan

parainfluenzae virus merupakan pathogen primer dalam 3-15% kasus sinusitis akut.

Adanya kelainan sinus ditemukan pada 87% pasien yang menderita rhinitis yang

disebabkan oleh virus. Komplikasi bakteri pada rhinitis yang disebabkan oleh virus

ditemukan pada 2% kasus.

Bakteri-bakteri penyebab sinusitis kronis antara lain pneumococcus, streptococcus,

hemophilus influenza, kuman gram positif anaerob, klebsiella, batang gram negative,

streptococcus pneumonia, streptococcus hemoliticus, pseudomonas. Golongan jamur dari

spesies candida, aspergilus juga dilaporkan sebagai penyebab sinusitis.

Kondisi dan faktor yang berperan pada sinusitis kronik diantaranya :

1. Kelainan anatomi yang mempengaruhi kompleks osteomeatal seperti septum

deviasi, konka bulosa, deviasi prosesus uncinatus.

2. Rhinitis alergi : alergi sebagai factor predisposisi dari sinusitis dimana terjadi

edema mukosa dan hipersekresi, keadaan ini akan menimbulkan penyumbatan

muara sinus mengakibatkan stasis sekret. Hal ini sebagai medium infeksi yang

pada akhirnya menimbulkan sinusitis kronik.

3. Nasal polip. Nasal polip dapat menekan komplek osteomeatal sehingga

menyebabkan terjadinya sinusitis kronis. Polip mengakibatkan terjadinya

kerusakan silia sehingga terjadi penurunan produksi dan aliran mucus akibatnya

terjadi stasis yang berlanjut menjadi sinusitis. Timbulnya polip nasal biasanya

dihubungkan dengan adanya inflamasi kronik dari rongga hidung.

4. Pengobatan infeksi akut yang tidak sempurna.

5. Faktor hormonal seperti kehamilan, pubertas dimana gangguan hormonal dapat

mengakibatkan terjadinya edema mukosa.

5. Epidemiologi

Sinusitis menyerang 1 dari 7 orang dewasa di United States, dengan lebih dari 30

juta individu yang didiagnosis tiap tahunnya. Individu dengan riwayat alergi atau

7

Page 8: 232295230 case-rinosinusitis-upload

asma berisiko tinggi terjadinya rhinosinusitis. Rhinosinusitis lebih banyak menyerang

wanita dari pada pria. Dan sering pada wanita antara umur 25-64 tahunSinusitis baik

yang akut ataupun yang kronik mempunyai prevalensi yang cukup tinggi di

masyarakat. Data di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo menunjukkan prevalensi 25

% terutama pada anak-anak dimana angka ini menunjukkan 2-3 kali lipat jumlah

angka di literatur luar negri.

6. Patofisiologi

Mukosa hidung dan sinus paranasal terdiri dari epitel torak bertingkat semu yang pada

permukaanya mempunyai silia. Diatas permukaaan epitel selalu terdapat lendir atau

mukus yang dihasilkan oleh sel goblet dan kelenjar seromukus yang disebut palut lendir.

Lendir ini berguna untuk melembabkan udara pernafasan dan menangkap partikel debu

dan kuman yang masuk ke rongga hidung dan sinus. Silia atau rambut getar bergerak

terus-menerus secara teratur dengan gerak cepat dan kuat ke arah tujuan dan gerakan

lentur dan lambat waktu kembali, sehingga dapat mengalirkan palut lendir dari hidung

dan muara sinus ke arah nasofaring dan dari dalam sinus kearah muaranya.9

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran

klirens dari mukosiliar didalam komplek osteo meatal (KOM). Disamping itu, mukus

juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai pertahanan

terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan1.

Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami oedem, sehingga mukosa

yang berhadapan akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat bergerak

dan juga menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini menimbulkan tekanan negatif

didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi atau penghambatan

drainase sinus. Efek awal yang ditimbulkan adalah keluarnya cairan serous yang

dianggap sebagai sinusitis non bakterial yang dapat sembuh tanpa pengobatan. Bila tidak

sembuh maka sekret yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi media yang poten

untuk tumbuh dan multiplikasi bakteri, dan sekret akan berubah menjadi purulen yang

disebut sinusitis akut bakterialis yang membutuhkan terapi antibiotik. Jika terapi

inadekuat maka keadaan ini bisa berlanjut, akan terjadi hipoksia dan bakteri anaerob akan

8

Page 9: 232295230 case-rinosinusitis-upload

semakin berkembang. Keadaan ini menyebabkan perubahan kronik dari mukosa yaitu

hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.1

Dinding lateral hidung adalah organ penting yang didalamnya terdapat

saluran-saluran sinus dan mempunyai 3 tonjolan tulang yang dilapisi mukosa yang

disebut konka inferior, konka media, dan konka superior.

Terdapat 3 pasangan sinus yang besar, yaitu sinus maksilla, sinus frontal dan

sinus sphenoid masing-masing kiri dan kanan, serta beberapa sinus kecil dengan sel-sel

kecil yang disebut sinus etmoid ( anterior dan posterior ).

Sinus maksilla, sinus frontal dan sinus etmoid anterior disebut sebagai sinus

anterior yang bermuara di meatus medius, sedangkan sinus sphenoid dan sinus etmoid

posterior merupakan kelompok simus posterior yang bermuara di meatus superior

Sinusitis yang hanya mengenai beberapa sinus paranasal disebut multisinusitis,

sedangkan bila mengenai sinus paranasal disebut pansinusitis.

Secara singkat agar sinus paranasal berfungsi dengan baik di perlukan 3 faktor

yaitu :

1. Ostium dalam keadaan baik ( terbuka )

2. Sistem mukosiliar bekerja baik

3. Kualitas dan kuantitas sekresi yang normal

6.1 Obstruksi mekanis

Menyebabkan terjadinya sumbatan pada ostium, dapat terjadi karena :

1. Deviasi septum

2. Obstruksi KOM

3. Hipertrofi konka

4. Polip

5. Tumor

6. Rinolit ( benda asing ) di dalam rongga hidung

Obstruksi KOM tersering akibat proses inflamasi pada mukosa hidung akibat

rhinitis kronis dan rhinitis alergi, dimana pada rhinitis alergi tidak hanya oleh karena

edema mukosa, juga akibat lendir yang banyak yang merupakan media yang baik

untuk tumbuhnya bakteri.

9

Page 10: 232295230 case-rinosinusitis-upload

Obstruksi persisten menyebabkan berkurangnya tekanan oksigen, menurunkan pH

sinus, disfungsi silia dan menyebabkan tekanan negatif dalam kavum sinus. Bersin

dan batuk menyebabkan bertambahnya tekanan negatif tersebut. Semua hal diatas

menyebabkan sinus sebagai media yang baik untuk tumbuhnya bakteri.

6.2 Infeksi saluran nafas atas

Sinusitis dapat disebabkan oleh :

1. Bakteri : streptococcus pneumonia, Haemophillus influenza, Streptococcus group

A, Staphylococcus aureus, Niesseria, Klebsiella, Basil gram -, Pseudomonas.

2. Virus : Rhinovirus, Influenza virus, Parainfluenza virus

3. Bakteri anaerob : Fusobakteria

Infeksi virus akan menyebabkan terjadinya edema pada dinding hidung dan sinus

sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan pada ostium sinus, dan berpengaruh

pada mekanisme drainase di dalam sinus. Virus tersebut juga memproduksi enzim

dan neuraminidase yang mengendurkan mukosa sinus dan mempercepat difus virus

pada lapisan mukosilia. Hal ini menyebabkan silia menjadi kurang aktif dan sekret

yang diproduksi sinus menjadi lebih kental, yang merupakan media yang sangat baik

untuk berkembangnya bakteri pathogen.

Adanya bakteri dan lapisan mukosilia yang abnormal meningkatkan kemungkinan

terjadinya infeksi atau reinokulasi dari virus.

Konsumsi oksigen oleh bakteri akan menyebabkan keadaan hipoksia di dalam

sinus dan akan memberikan media yang menguntungkan untuk berkembangnya

bakteri anaerob. Penurunan jumlah oksigen juga akan mempengaruhi pergerakan silia

dan aktivitas keukosit.

Sinusitis kronis dapat disebabkan oleh fungsi lapisan mukosilia yang tidak

adekuat, obstruksi sehingga drainase tersebut terganggu dan terdapatnya beberapa

bakteri pathogen.

6.3 Sinusitis kronik dan asma

Keduanya memiliki patofisiologi yang sama yaitu memiliki proses dasar

inflamasi yang sama-sama memiliki yaitu :

1. Mediator kimia : histamin, prostaglandin, D2, leukotrin, C4, D4, E4

10

Page 11: 232295230 case-rinosinusitis-upload

2. Cytokine : interleukin ( 4, 5, 9, 13 ), CCL 11, TNF α

3. Mediator selular : eosinofil, Th 2, limfosit

4. Sehingga keduanya sering disebut sebagai “ one airway….one disease”

6.4 Infeksi pada gigi

Hubungan yang dekat antara gigi maksilla belakang dengan sinus maksillaris

telah menjadi pertimbangan untuk terjadinya sinusitis maksillaris. Dimana terjadi

perjalaran lansung bakteri dari akar gigi ke sinus maksilla serta reaksi inflamasi

dan reaksi imunologi dari akar gigi sendiri. Streptococcus pneumonia,

Heamophillus influenza, Moraxella catharalis adalah yang paling sering

menimbulkan sinusitis akut, sedangkan bakteri anaerob merupakan penyebab

67% kasus sinusitis kronis.

6.5 Polusi udara

Polusi mengalami penumpukan di mukus selama inspirasi. Peningkatannya

dapat menyebabkan iritasi secara kimia dan fisik yang menyebabkan reaksi

inflamasi yang menyebabkan edema mukosa dan menghasilkan secret yang

berlebihan.

6.6 Baro trauma

Perjalanan menggunakan pesawat, menyelam, penggunaan oksigen hiperbarik

adalah penyebab sering menimbulkan kerusakan jaringan yang berhubungan

dengan perubahan tekanan yang terjadi dengan cepat (baro trauma). Pada baro

sinusitis, tekanan negatif ini terjadi karena ketidakseimbangan antara udara dalam

rongga hidung dan udara dalam sinus. Tekanan negatif ini menyebabkan tekanan

pembuluh darah mukosa edema, perdarahan mukosa dan submukosa dan

perdarahan ke dalam sinus, hal ini menybabkan penyeimbangan suhu udara.

7. Diagnosis

Penegakan diagnosis sinusitis secara umum:

7.1 Gejala dan Tanda :

1.Kriteria Mayor :

Sekret nasal yang purulen

Drenase faring yang purulen

11

Page 12: 232295230 case-rinosinusitis-upload

Purulent Post Nasal Drip

Batuk

2.Kriteria Minor :

Edem periorbital

Sakit kepala

Nyeri di wajah

Sakit gigi

Nyeri telinga

Sakit tenggorok

Nafas berbau

Bersin-bersin bertambah sering

Demam

7.2 Tes Diagnosa

1. Kriteria mayor

- Foto rontgeny (water’s radiograph atau air fluid level) : penebalan lebih

50% dari antrum

- Coronal CT Scan : penebalan atau opaksifikasi dari mukosa sinus.

2. Kriteria minor

- Tes sitologi nasal (smear) : neutrofil dan bakteri

- Ultrasound

Kemungkinan terjadinya sinusitis jika :

1. Gejala dan tanda : 2 mayor, 1 minor dan ≥ 2 kriteria minor.

2. Tes diagnosa : 1 mayor = confirmatory, 1 minor = supuratif

7.3 Pemeriksaan Penunjang

a. Transiluminasi

Transiluminasi menggunakan angka sebagai parameternya. Transiluminasi akan

menunjukkan angka 0 atau 1 apabila terjadi sinusitis (sinus penuh dengan cairan)

12

Page 13: 232295230 case-rinosinusitis-upload

b. Rontgen sinus paranasalis

Sinusitis akan menunjukkan gambaran berupa

1. Penebalan mukosa,

2. Opasifikasi sinus ( berkurangnya pneumatisasi)

3. Gambaran air fluid level yang khas akibat akumulasi pus yang dapat dilihat

pada foto waters.

Bagaimanapun juga, harus diingat bhwa foto SPN 3 posisi ini memiliki

kekurangan dimana kadang kadang bayangan bibir dapat dikacaukan dengan penebalan

mukosa sinus.

c. CT Scan

CT Scan adalah pemeriksaan yang dapat memberikan gambaran yang paling baik

akan adanya kelainan pada mukosa dan variasi antominya yang relevan untuk

mendiagnosis sinusitis kronis maupun akut.

Walaupun demikian, harus diingat bahwa CT Scan menggunakan dosis radiasi

yang sangat besar yang berbahaya bagi mata.

d. Sinoscopy

Sinoscopy merupakan satu satunya cara yang memberikan informasi akurat

tentang perubahan mukosa sinus, jumlah sekret yang ada di dalam sinus, dan letak dan

keadaan dari ostium sinus. Yang menjadi masalah adalah pemeriksaan sinoscopy

memberikan suatu keadaan yang tidak menyenangkan buat pasien.

e. Pemeriksaan mikrobiologi

Biakan yang berasal fari hidung bagian posterior dan nasofaring biasanya lebih

akurat dibandingkan dengan biakan yang berasal dari hidung bagian anterior. Namun

demikian, pengambilan biakan hidung posterior juga lebih sulit. Biakan bakteri spesifik

pada sinusitis dilakukan dengan menagspirasi pus dari inus yang terkena. Seringkali

diberikan suatu antibiotik yang sesuai untuk membasmi mikroorganisme yang lebih

umum untuk penyakit ini.

8. Terapi10

13

Page 14: 232295230 case-rinosinusitis-upload

Jika ditemukan faktor predisposisinya, maka dilakukan tata laksana yang sesuai

dan diberi terapi tambahan. Jika ada perbaikan maka pemberian antibiotik

mencukupi 10-14 hari.

Selain antibiotic pengobatan tambahan juga diperlukan seperti dekongestan dan

mukolitik. Hal ini dapat mengurangi udem serta palut secret yang menyumbat

ostium sehingga akan memudahkan bagi pengobatan definit untuk mecapai organ

targetnya.

Jika faktor predisposisi tidak ditemukan maka terapi sesuai pada episode akut lini

II + terapi tambahan. Sambil menunggu ada atau tidaknya perbaikan, diberikan

antibiotik alternative 7 hari atau buat kultur. Jika ada perbaikan teruskan antibiotik

mencukupi 10-14 hari, jika tidak ada perbaikan evaluasi kembali dengan

pemeriksaan naso-endoskopi, sinuskopi (jika irigasi 5 x tidak membaik). Jika ada

obstruksi kompleks osteomeatal maka dilakukan tindakan bedah yaitu BSEF atau

bedah konvensional. Jika tidak ada obstruksi maka evaluasi diagnosis.

Selain antibiotic pengobatan tambahan juga diperlukan seperti dekongestan dan

mukolitik. Hal ini dapat mengurangi udem serta palut secret yang menyumbat

ostium sehingga akan memudahkan bagi pengobatan definit untuk mecapai organ

targetnya.

Diatermi gelombang pendek di daerah sinus yang sakit.

Pada sinusitis maksila dilakukan pungsi dan irigasi sinus, sedang sinusitis

ethmoid, frontal atau sfenoid dilakukan tindakan pencucian Proetz.

Pembedahan

Radikal

a. Sinus maksila dengan operasi Cadhwell-luc.

14

Page 15: 232295230 case-rinosinusitis-upload

b. Sinus ethmoid dengan ethmoidektomi.

c. Sinus frontal dan sfenoid dengan operasi Killian.

Non Radikal

a. bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF). Prinsipnya dengan membuka dan

membersihkan daerah kompleks ostiomeatal.

Dan bila keadaan sinusitis yang kronik berhubugan dengan keadaan alergi atau rhinitis

alergi maka, penatalaksanaannya antara lain :

- Hindari alergen

- Medikamentosa.

Pengobatan medikamentosa tergantung dari lama dan berat-ringannya gejala.

Obat yang biasa digunakan adalah antihistamin H1 generasi I, antihistamin

H1 generasi II, dan bila terdapat gejala hidung tersumbat dapat ditambah

pseudoefedrin.

Pada rinitis alergi persisten, bisa diberikan antihistamin generasi II (setirizin)

jangka lama. Bila gejala tidak membaik dapat diberikan kortikosteroid

intranasal misalnya mometason atau flutikason.

- Tindakan bedah.

Tindakan bedah hanya dilakukan pada kasus-kasus selektif misalnya sinusitis

dengan air-fluid level atau deviasi septum nasi.

. Komunikasi dengan pasien dan orangtua diperlukan agar pemeriksaan berkala dilakukan

dan pemberian obat dapat disesuaikan dengan fluktuasi gejala, mengingat rinitis Alergi

adalah penyakit kronik yang gejalanya akan hilang timbul. Pada gejala yang menetap dan

berat, diperlukan penilaian menyeluruh dan tatalaksana lanjut, antara lain imunoterapi.

9. Komplikasi7,8,10

15

Page 16: 232295230 case-rinosinusitis-upload

CT-Scan penting dilakukan dalam menjelaskan derajat penyakit sinus dan derajat

infeksi di luar sinus, pada orbita, jaringan lunak dan kranium. Pemeriksaan ini harus rutin

dilakukan pada sinusitis refrakter, kronis atau berkomplikasi.

1. Komplikasi orbita

Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang tersering.

Pembengkakan orbita dapat merupakan manifestasi ethmoidalis akut, namun sinus

frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita dan dapat menimbulkan infeksi

isi orbita.

2. Mukokel

Mukokel adalah suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus,

kista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai kista

retensi mukus dan biasanya tidak berbahaya.

Dalam sinus frontalis, ethmoidalis dan sfenoidalis, kista ini dapat membesar dan

melalui atrofi tekanan mengikis struktur sekitarnya. Kista ini dapat bermanifestasi

sebagai pembengkakan pada dahi atau fenestra nasalis dan dapat menggeser mata ke

lateral. Dalam sinus sfenoidalis, kista dapat menimbulkan diplopia dan gangguan

penglihatan dengan menekan saraf didekatnya.

Piokel adalah mukokel terinfeksi, gejala piokel hampir sama dengan mukokel

meskipun lebih akut dan lebih berat.

Prinsip terapi adalah eksplorasi sinus secara bedah untuk mengangkat semua

mukosa yang terinfeksi dan memastikan drainase yang baik atau obliterasi sinus.

3. Komplikasi Intra Kranial

Meningitis akut, salah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah meningitis akut,

infeksi dari sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang saluran vena atau langsung

16

Page 17: 232295230 case-rinosinusitis-upload

dari sinus yang berdekatan, seperti lewat dinding posterior sinus frontalis atau melalui

lamina kribriformis di dekat sistem sel udara ethmoidalis.

Abses dura, adalah kumpulan pus diantara dura dan tabula interna kranium, sering

kali mengikuti sinusitis frontalis. Proses ini timbul lambat, sehingga pasien hanya

mengeluh nyeri kepala dan sebelum pus yang terkumpul mampu menimbulkan

tekanan intra kranial.

Abses subdural adalah kumpulan pus diantara duramater dan arachnoid atau

permukaan otak. Gejala yang timbul sama dengan abses dura.

Abses otak, setelah sistem vena, dapat mukoperiosteum sinus terinfeksi, maka dapat

terjadi perluasan metastatik secara hematogen ke dalam otak.

Terapi komplikasi intra kranial ini adalah antibiotik yang intensif, drainase secara

bedah pada ruangan yang mengalami abses dan pencegahan penyebaran infeksi.

4. Osteomielitis dan abses subperiosteal

Penyebab tersering osteomielitis dan abses subperiosteal pada tulang frontalis

adalah infeksi sinus frontalis. Nyeri tekan dahi setempat sangat berat. Gejala sistemik

berupa malaise, demam dan menggigil

DAFTAR PUSTAKA

1. Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sinusitis. Dalam buku ajar ilmu kesehatan telinga

hidung tenggorok kepala dan leher. FKUI. Jakarta 2007. Hal 150-3

2. PERHATI. Fungsional endoscopic sinus surgery. HTA Indonesia. 2006. Hal 1-6

17

Page 18: 232295230 case-rinosinusitis-upload

3. http://www.geocities.com.sg/articles/RSUP Fatmawati.html . Diakses tanggal 25

Februari 2012

4. http://www.mayo fondation for medical education.com.sg/articles/sinus infections

problems.html. Diakses tanggal 25 Februari 2012

5. Pletcher SD, Golderg AN. 2003. The Diagnosis and Treatment of Sinusitis. In

advanced Studies in Medicine. Vol 3 no.9. PP. 495-505 Wikipedia. Sinusitis.

Diakses dari www.medicastore.org/sinusitis

6. Adams, Boies, Highler. Dalam buku ajar penyakit THT.EGC. Jakarta 1997. Hal

240-259.

7. Wikipedia. Sinusitis. Diakses dari www.wikipedia.org/wiki/sinusitis

8. Endang Mangunkusumo. Alergi sebagai penyulit sinusitis. Dalam simposium

PKB Bagian THT FKUI-RSCM. April 2003

9. Endang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor,

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Balai

Penerbit FK UI, Jakarta, 2002, 121 – 125

10. http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=163

11. Bagian Ilmu Penyakit Telinga-hidug dan Tenggorokan Fakultas Kedokteran

Universitas HAsanuddin Makssar Sulawesi Selatan. Kumpulan Naskah Lengkap

Kursus, Pelatihan Dan Demo Bedah Sius Endoskopik Fungsional. FK Unahas.

Makassar. 2000

ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. A Tanggal pemeriksaan : 25 Februari 2012

Umur : 39 tahun

18

Page 19: 232295230 case-rinosinusitis-upload

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamta : Jalan Purus 3 No.10 Padang

Suku bangsa : Minangkabau

ANAMNESIS

Seorang pasien wanita berumur 39 tahun ke poli THT RS Dr M Djamil Padang pada

tanggal 25 Februari 2012 dengan

Keluhan Utama : Hidung berair terus-menerus disertai bersin-bersin sejak 2 bulan yang

lalu

Riwayat penyakit sekarang :

♦ Hidung berair terus-menerus dan bersin-bersin sejak 2 bulan yang lalu. Ingus

yang keluar encer, kadang-kadang kekuningan dan bersin meningkat pada pagi

hari lebih dari 5 kali

♦ Hidung tersumbat tidak terus-menerus terutama bila sedang bersin-bersin sejak 2

bulan yang lalu.

♦ Penciuman mulai berkurang sejak 2 minggu yang lalu.

♦ Riwayat hidung gatal saat pagi hari ada sejak 2 bulan yang lalu

♦ Pasien mengaku sering merasakan cairan/ingus mengalir dari belakang hidung ke

tenggorokan dalam 2 bulan ini.

♦ Riwayat nyeri pada wajah yaitu pipi kanan dan kepala terasa berat ada

♦ Pasien sudah 3 kali berobat ke pukesmas dan diberikan beberapa macam obat, ada

yang putih 2 kali sehari, warna kuning dan merah 3 kali sehari dan terakhir pasien

membeli sendiri obat tremenza, namun tidak ada perbaikan

♦ Riwayat suara terasa sengau ada sejak 2 bulan yang lalu

♦ Riwayat demam tidak ada.

♦ Riwayat keluar darah dari hidung tidak ada.

♦ Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada.

♦ Riwayat gangguan pendengaran tidak ada.

19

Page 20: 232295230 case-rinosinusitis-upload

♦ Riwayat telinga berdenging tidak ada.

♦ Riwayat sakit gigi disangkal.

♦ Riwayat nyeri menelan tidak ada.

♦ Riwayat batuk disangkal.

Riwayat penyakit dahulu :

♦ Riwayat sakit seperti ini tidak ada.

♦ Riwayat mata berair dan gatal akibat cuaca dingin ada.

♦ Riwayat nafas menciut pagi hari tidak ada

♦ Riwayat kemerahan pada kulit akibat makanan atau obat tidak ada

Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada anggota keluarga pasien yang sakit seperti ini

Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi dan kebiasaan :

♦ Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga.

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Composmentis cooperative

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Frekuensi nadi : 91 x/menit

Frekuensi nafas : 22 x/menit

Suhu : 37 0C

Pemeriksaan Sistemik

Kepala : tidak ada kelainan

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Leher : tidak ditemukan pembesaran KGB

20

Page 21: 232295230 case-rinosinusitis-upload

Paru

Inspeksi : simetris kiri, kanan statis dan dinamis

Palpasi : fremitus kiri = kanan

Perkusi : sonor kiri = kanan

Auskultasi : suara nafas vesikuler normal, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung

Inspeksi : ictus tidak terlihat

Palpasi : ictus terba 2 jari medial LMCS RIC V, tidak kuat angkat

Perkusi : batas jantung normal

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (–)

Abdomen

Inspeksi : tak tampak membuncit

Palpasi : hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : tympani

Auskultasi : bising usus + normal

Extremitas : edem -/-

Status Lokalis THT

Telinga

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Daun telinga

Kel kongenital Tidak ada Tidak ada

Trauma Tidak ada Tidak ada

Radang Tidak ada Tidak ada

Kel. Metabolik Tidak ada Tidak ada

Nyeri tarik Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada

Diding liang

telinga

Cukup lapang (N) Cukup lapang (N) Cukup lapang(N)

Sempit

Hiperemi Tidakada Tidak ada

Edema Tidak ada Tidak ada

Massa Tidak ada Tidak ada

21

Page 22: 232295230 case-rinosinusitis-upload

Sekret/serumen

Ada / Tidak Ada Ada

Bau Tidak ada Tidak ada

Warna Kekuningan Kekunigan

Jumlah minimal Minimal

Jenis Lunak Lunak

Membran timpani

Utuh

Warna Putih mengkilat Putih mengkilat

Reflek cahaya (+) arah jam 5 (+) arah jam 7

Bulging Tidak ada Tidak ada

Retraksi Tidak ada Tidak ada

Atrofi Tidak ada Tidak ada

Perforasi

Jumlah perforasi Tidak ada Tidak ada

Jenis Tidak ada Tidak ada

Kwadran Tidak ada Tidak ada

Pinggir Tidak ada Tidak ada

Gambar

Mastoid

Tanda radang Tidak ada Tidak ada

Fistel Tidak ada Tidak ada

Sikatrik Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada

Tes garpu tala

Rinne ( + ) ( + )

Schwabach Sama dengan

pemeriksa

Sama dengan

pemeriksa

Weber Tidak ada lateralisasi

22

Page 23: 232295230 case-rinosinusitis-upload

Kesimpulan Telinga N Telinga N

Audiometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Hidung

Pemeriksaan Kelainan Dektra Sinistra

Hidung luar

Deformitas Tidak ada Tidak ada

Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada

Trauma Tidak ada Tidak ada

Radang Tidak ada Tidak ada

Massa Tidak ada Tidak ada

Sinus paranasal

Pemeriksaan Dekstra Sinistra

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Nyeri ketok Ada (sinus maksila) Tidak ada

Rinoskopi Anterior

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Vestibulum Vibrise Ada Ada

Radang Tidak ada Tidak ada

Cavum nasi

Cukup lapang (N) Sempit Cukup lapang(N)

Sempit ada Tidak ada

Lapang Tidak ada Tidak ada

Sekret

Lokasi Tidak ada Tidak ada

Jenis Tidak ada Tidak ada

Jumlah Tidak ada Tidak ada

Bau Tidak ada Tidak ada

Konka inferior Ukuran Hipertrofi Eutrofi

Warna Merah muda Merah muda

23

Page 24: 232295230 case-rinosinusitis-upload

Permukaan Bergerigi Licin

Edema Tidak ada Tidak ada

Konka media Ukuran Sukar dinilai Eutrofi

Warna Sukar dinilai Merah muda

Permukaan Sukar dinilai Licin

Edema Sukar dinilai Tidak ada

Septum

Cukup

lupus/deviasi

Cukup lurus Cukup lupus

Permukaan Licin Licin

Warna Merah muda Merah muda

Spina Tidak ada Tidak ada

Krista Tidak ada Tidak ada

Abses Tidak ada Tidak ada

Perforasi Tidak ada Tidak ada

Massa

Lokasi Tidak ada Tidak ada

Bentuk Tidak ada Tidak ada

Ukuran Tidak ada Tidak ada

Permukaan Tidak ada Tidak ada

Warna Tidak ada Tidak ada

Konsistensi Tidak ada Tidak ada

Mudah digoyang Tidak ada Tidak ada

Pengaruh

vasokonstriktor

Tidak ada Tidak ada

Gambar

Rinoskopi Posterior

24

Page 25: 232295230 case-rinosinusitis-upload

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Koana

Cukup lapang (N)

Sempit

Lapang

Cukup lapang Cukup lapang

Mukosa

Warna Merah muda Merah muda

Edem Tidak ada Tidak ada

Jaringan granulasi Tidak ada Tidak ada

Konka inferior

Ukuran hipertrofi Eutrofi

Warna Kemerahan Merah muda

Permukaan Bergerigi Licin

Edem Tidak ada Tidak ada

Adenoid Ada/tidak Tidak ada Tidak ada

Muara tuba

eustachius

Tertutup sekret Tidak ada Tidak ada

Edem mukosa Tidak ada Tidak ada

Massa

Lokasi Tidak ada Tidak ada

Ukuran Tidak ada Tidak ada

Bentuk Tidak ada Tidak ada

Permukaan Tidak ada Tidak ada

Post Nasal Drip Ada/tidak Sukar dinilai Sukar dinilai

Jenis Tidak ada Tidak ada

Gambar

Orofaring dan mulut

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Simetris/tidak Simetris Simetris

25

Page 26: 232295230 case-rinosinusitis-upload

Palatum mole +

Arkus Faring Warna Merah muda Merah muda

Edem Tidak ada Tidak ada

Bercak/eksudat Tidak ada Tidak ada

Dinding faring Warna Kemerahan Merah muda

Permukaan Licin Licin

Tonsil

Ukuran T1 T1

Warna Merah muda Merah muda

Permukaan Rata Rata

Muara kripti Tidak Melebar Tidak Melebar

Detritus Tidak ada Tidak ada

Eksudat Tidak ada Tidak ada

Perlengketan

dengan pilarTidak ada Tidak ada

Peritonsil

Warna Merah muda Merah muda

Edema Tidak ada Tidak ada

Abses Tidak ada Tidak ada

Tumor

Lokasi Tidak ada Tidak ada

Bentuk Tidak ada Tidak ada

Ukuran Tidak ada Tidak ada

Permukaan Tidak ada Tidak ada

Konsistensi Tidak ada Tidak ada

Gigi Karies/Radiks M3 atas PM3 bawah

Kesan

Lidah

Warna Merah muda Merah muda

Bentuk Normal Normal

Deviasi Tidak ada Tidak ada

Massa Tidak ada Tidak ada

26

Page 27: 232295230 case-rinosinusitis-upload

Gambar

Laringiskopi Indirek

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Epiglotis

Bentuk N N

Warna Merah muda Merah muda

Edema Tidak ada Tidak ada

Pinggir rata/tidak Rata Rata

Massa Tidak ada Tidak ada

Ariteniod

Warna Merah muda Merah muda

Edema Tidak ada Tidak ada

Massa Tidak ada Tidak ada

Gerakan Simetris Simetris

Ventrikular band

Warna Merah muda Merah muda

Edema Tidak ada Tidak ada

Massa Tidak ada Tidak ada

Plica vokalis

Warna Merah muda Merah muda

Gerakan Simetris Simetris

Pingir medial Rata Rata

Massa Tidak ada Tidak ada

Subglotis/trakea Massa Tidak ada Tidak ada

Sekret Tidak ada Tidak ada

Sinus piriformis Massa Tidak ada Tidak ada

Sekret Tidak ada Tidak ada

Valekula Massa Tidak ada Tidak ada

Sekret ( jenisnya ) Tidak ada Tidak ada

27

Page 28: 232295230 case-rinosinusitis-upload

Gambar

Pemeriksaan Kelenjar getah bening leher : tidak ada pembesaran KGB

Inspeksi : tidak terlihat pembesaran kelenjar getah bening di leher

Palpasi : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening di leher

RESUME

1. Anamnesis

Hidung berair terus-menerus dan bersin-bersin sejak 2 bulan lalu

Hidung tersumbat bila sedang bersin-bersin.

Penciuman mulai berkurang.

Riwayat hidung gatal saat pagi hari ada

Keluar cairan/ingus yang mengalir dari belakang hidung ke tenggorokan

28

Page 29: 232295230 case-rinosinusitis-upload

Riwayat nyeri pada wajah dan sakit kepala disangkal

Pasien sudah 3 kali berobat ke pukesmas dan diberikan beberapa macam obat, ada

yang putih 2 kali sehari, warna kuning dan merah 3 kali sehari dan terakhir pasien

membeli sendiri obat tremenza, namun tidak ada perbaikan

Riwayat suara terasa sengau ada

Riwayat demam tidak ada.

Riwayat sakit gigi disangkal

2. Pemeriksaan fisik

Rinoskopi anterior

- KND :, Kavum nasi sempit, sekret tidak ada, konka inferior hipertrofi,

hiperemis permukaan bergerigi, konka media sukar dinilai, septum

ditengah

3. Pemeriksaan penunjang : Ro waters

4. Diagnosis Kerja : Rhinosinusitis kronik maksila dekstra ec susp rhinitis alergi

5. Diagnosis Tambahan: karies dentis

Pemeriksaan anjuran Transiluminasi sinus paranasal

Rontgen sinus posisi waters, AP, lateral

Prick test

Nasoendoskopi

6. Terapi :

- Ciprofloxacin 2 x 500 mg

- Rhinofed 3 x 1

- Ambroxol 3 x1

- Nasal Spray 1x 2 semprot KNDS

7. Prognosis :

- Quo ad vitam : bonam

- Quo ad sanam : dubia et bonam

29