2. bab i pendahuluan 12 feb 16

12
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Provinsi, potensi bahan galian batugamping di Sumatera Utara tersebar luas di beberapa Kabupaten seperti Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Langkat. Salah satu daerah yang mempunyai potensi bahan galian batugamping adalah daerah Desa Sulkam,di Kabupaten Langkat yang mempunyai batugamping dengan persen berat CaCO 3 94,7% - 100% dan densitas sebesar 2,7 gr/cm 3 (Rita Juliani dkk, 2014). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rochayanti dkk pada tahun 2014, batugamping pada daerah Sulkam mempunyai nilai tahanan jenis berkisar antara 500 Ωm – 38.000 Ωm dengan persen berat CaCO 3 sebesar 74,38% hingga 100%. Batugamping daerah sulkam mempunyai variasi dimensi yang cukup tinggi akibat dari gaya - gaya geologi yang terjadi yang ditandakan dengan adanya sesar yang berarah utara - selatan,

Upload: dindin-wahidin

Post on 14-Jul-2016

6 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Skripsi

TRANSCRIPT

Page 1: 2. BAB I Pendahuluan 12 Feb 16

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Provinsi, potensi

bahan galian batugamping di Sumatera Utara tersebar luas di beberapa Kabupaten

seperti Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Langkat. Salah

satu daerah yang mempunyai potensi bahan galian batugamping adalah daerah

Desa Sulkam,di Kabupaten Langkat yang mempunyai batugamping dengan persen

berat CaCO3 94,7% - 100% dan densitas sebesar 2,7 gr/cm3 (Rita Juliani dkk, 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rochayanti dkk pada tahun 2014,

batugamping pada daerah Sulkam mempunyai nilai tahanan jenis berkisar antara

500 Ωm – 38.000 Ωm dengan persen berat CaCO3 sebesar 74,38% hingga 100%.

Batugamping daerah sulkam mempunyai variasi dimensi yang cukup tinggi

akibat dari gaya - gaya geologi yang terjadi yang ditandakan dengan adanya sesar

yang berarah utara - selatan, tenggara – barat laut dan timur laut - barat daya

(Cameron et, Al,1982). variasi dimensi ini menjadi suatu permasalahan tersendiri

dimana jumlah data pemboran yang telah dilakukan hanya melingkup beberapa

bagian di daerah penelitian, sehingga pemodelan yang akan dilakukan dirasa kurang

mewakili kondisi sebenarnya. selain dimensi batugamping yang cukup bervariatif,

berdasarkan hasil pemboran ditemukan juga batulempung karbonatan. batas antara

batulempung dan batugamping ini diduga merupakan zona sesar.

Page 2: 2. BAB I Pendahuluan 12 Feb 16

Untuk mendapatkan estimasi sumberdaya yang akurat, maka diperlukan

pemodelan batugamping yang refresentatif, oleh karena itu penambahan data

bawah permukaan diperlukan untuk memberikan gambaran bawah permukaan

khususnya pada daerah yang diduga merupakan zona sesar dan juga untuk daerah

yang kurang diketahui kondisi bawah permukaanya. Penambahan data harus

dilakukan dengan mengunakan metode yang cepat dan tepat serta dapat

menghemat penggunaan anggaran biaya, metode yang dapat dilakukan yaitu

dengan menggunakan metode geolistrik tahanan jenis. metode geolistrik tahanan

jenis ini memiliki kelebihan, yaitu dapat mendeteksi lapisan batuan non homogen,

dapat memperkirakan ketebalan dari lapisan batuan, pengerjaan relatif mudah, tidak

memerlukan peralatan yang banyak dan waktu pengerjaan relatif singkat. Tingkat

akurasi data dengan menggunakan geolistrik tahanan jenis dipengaruhi oleh jenis

batuan, umur batuan, kandungan fluida dalam batuan dan gaya - gaya yang terjadi

pada batuan. Serta batuan lain yang berada di daerah penelitian.

1.2. Perumusan Masalah1.2.1. Identifikasi Masalah

Dalam melakukan pemodelan batugamping khususnya daerah Sulkam,

variasi dimensi harus diperhatikan dengan seksama agar pemodelan yang

dihasilkan dapat mewakili kondisi sebenarnya di lapangan. Batugamping daerah

Sulkam mempunyai variasi dimensi yang tinggi akibat dari gaya – gaya geologi yang

terjadi. Gaya geologi ini ditandai dengan adanya sesar yang berarah Tenggara –

Barat laut di bagian utara, sesar berarah Timur laut – Barat daya di sebelah Barat

dan sesar berarah Utara – Selatan di sebelah Timur (Cameron dkk. 1982). Selain

Page 3: 2. BAB I Pendahuluan 12 Feb 16

dikarenakan gaya geologi yang terjadi, variasi dimensi batugamping di daerah

Sulkam dipengaruhi oleh proses pelarutan batugamping. Batugamping adalah

batuan yang mudah larut oleh air sehingga bentuk morfologi permukaan dan bawah

permukaannya dipengaruhi oleh intensitas pelarutan yang terjadi. Rekahan –

rekahan pada batugamping menjadi jalan masuk air ke bawah permukaan, pada

rekahan ini pula terjadi pelarutan batugamping yang kuat sehingga mengakibatkan

terbentuknya goa dan cerukan – cerukan.

Untuk mendapatkan pemodelan batugamping daerah Sulkam yang

refresentatif maka diperlukan penambahan data bawah permukaan. Rencana

penambahan data dengan menggunakan metode geolistrik tahanan jenis dinggap

sebagai metode yang tepat untuk daerah Sulkam, tetapi penggunaan metode ini

mempunyai beberapa permasalahan tersendiri. Permasalahan yang timbul dalam

penggunaan metode geolistrik tahanan jenis diantaranya adalah :

1. Perbedaan nilai tahanan jenis untuk batugamping yang kompak dengan

batugamping yang mengalami gaya – gaya geologi menyebabkan

sulitnya mengidentifikasi batugamping berdasarkan nilai tahanan

jenisnya.

2. Batugamping yang memiliki porositas yang tinggi akibat proses pelarutan

yang mengikuti rekahan akan memiliki nilai tahanan jenis yang rendah

sehingga akan sulit mengidentifikasi nilai tahanan jenis batugamping dan

batuan yang mempunyai nilai tahanan jenis rendah lainnya seperti

batulempung dan tuff

Page 4: 2. BAB I Pendahuluan 12 Feb 16

3. batulempung yang terdapat pada zona sesar diperkirakan telah

mengalami proses metamorfisme sehingga mempunyai nilai tahanan

jenis yang tinggi. Batulempung yang telah mengalami proses

metamorfisme akan mempunyai sifat fisik seperti batugamping (Kompak)

sehingga akan menyulitkan interpretasi nilai tahanan jenis.

4. kondisi muka air tanah pada batugamping daerah Sulkam akan

mempengaruhi nilai tahanan jenis. Nilai tahanan jenis pada batugamping

jenuh akan lebih kecil dibandingkan nilai tahanan jenis pada batugamping

yang kering sehingga batas lithologi batugamping akan sulit didentifikasi

jika di bawah zona kering terdapat batuan lain yang mempunyai nilai

tahanan jenis yang rendah.

1.2.2. Batasan Masalah

Berdasarkan ketersediaan data dan tingkat studi yang digunakan, dalam

penelitian ini digunakan batasan – batasan masalah yang meliputi :

1. Pemodelan batugamping dilakukan pada area seluas 150 ha.

2. Batasan permukaan menggunakan kontur permukaan hasil citra Dem

3. Batas kedalaman pemodelan batugamping yang dilakukan sampai dengan

250 m dpl.

4. Data bawah permukaan menggunakan data hasil pemboran yang di

kolaborasikan dengan data interpretasi nilai tahanan jenis.

5. Data tahanan jenis yang digunakan merupakan interpretasi ketebalan dan

kedalaman batugamping dan batuan selain batugamping.

Page 5: 2. BAB I Pendahuluan 12 Feb 16

6. Estimasi sumberdaya dilakukan dengan menggunakan metode penampang

dengan jarak antar penampang 125 m.

1.3. Maksud dan Tujuan

1.3.1. Maksud

Maksud dari dilakukannya pemodelan batugamping adalah untuk

mengetahui bentuk dan penyebaran batugamping di daerah penelitian.

1.3.2. Tujuan

Tujuan dilakukannya pemodelan batugamping di daerah penelitian adalah

untuk menghitung jumlah sumberdaya batugamping yang ada di daerah penelitian.

1.4. Metodologi Penelitian

Penelitian ini mengacu pada beberapa hal, sebagai landasan awal dalam

pengerjaannya yang meliputi:

1.4.1. Tahapan Penelitian

Menurut tahapan kerjanya, penelitian ini dibagi ke dalam 4 (empat) tahap,

yaitu persiapan, studi lapangan, pengolahan data, dan penyusunan laporan.

A. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data sekunder mengenai daerah

penelitian dan bahan galian batugamping. Sasaran utama pada tahapan ini

adalah untuk mengetahui gambaran umum tentang kondisi lingkungan serta

kondisi bahan galian batugamping di daerah penelitian.

Page 6: 2. BAB I Pendahuluan 12 Feb 16

B. Tahap Studi Lapangan

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data primer. Data primer dikumpulkan

melalui pengamatan, pengukuran serta observasi di lapangan. Pada tahapan

dilakukan kegiatan pengukuran tahanan jenis batuan dan pemetaan geologi

di daerah penelitian.

C. Tahap Pengolahan Data

Pada tahap ini dilakukan pengolahan data primer. Data primer yang diolah

diantaranya adalah data hasil pengukuran tahanan jenis batuan yang

dikorabolasikan dengan data hasil pemboran, selanjutnya dari data tersebut

di buat suatu model bahan galian dan dilakukan estimasi jumlah sumberdaya

batugamping dengan menggunakan metode penampang.

D. Tahap Penyusunan Laporan

Hasil pengolahan data keseluruhan dirangkum ke dalam laporan tertulis

untuk dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan hasil penelitian tugas

akhir.

Page 7: 2. BAB I Pendahuluan 12 Feb 16

Gambar 1.1.Bagan Alir Penelitian

Page 8: 2. BAB I Pendahuluan 12 Feb 16

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang

lingkup masalah, metodologi penelitian, alur pikir dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM

Pada bab ini menjelaskan keadaan umum (kondisi umum wilayah, kondisi

geografis, curah hujan, temperatur, morfologi), keadaan geologi (geologi

regional, struktur geologi dan statigrafi).

BAB III LANDASAN TEORI

Pada bab ini menjelaskan tentang pengertian – pengertian dasar dari suatu

teori yang mencakup permasalahan Pengambilan data dan Pengolahan data

di lokasi penelitian, sehingga dapat membantu dalam proses analisisnya.

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN

Pada bab ini melakukan pengolahan data yang diperoleh di lapangan

maupun dari literatur serta pengolahannya.

BAB V PEMBAHASAN

Pada bab ini melakukan evaluasi dari pengolahan data lapangan,

mengevaluasi pemodelan dan mengestimasi sumberdaya.

Page 9: 2. BAB I Pendahuluan 12 Feb 16

BAB Vl KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini meliputi kesimpulan – kesimpulan hasil dari pembahasan masalah

dan saran – saran merupakan kesimpulan solusi – solusi dari hasil analisa

yang telah dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Bab ini meliputi pustaka yang digunakan untuk menunjang dalam pembuatan

laporan.