istianah nasution - feb

Upload: nitha-koli

Post on 01-Mar-2016

51 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Istianah Nasution - FEB

TRANSCRIPT

  • PENGARUH KARATERISTIK PERSONAL AUDITOR,

    ETIKA AUDIT DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP

    TINGKAT PENYIMPANGAN PERILAKU DALAM AUDIT

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

    Disusun Oleh:

    Istianah Nasution

    NIM: 108082000107

    JURUSAN AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2013

  • v

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Istianah Nasution

    No. Induk Mahasiswa : 108082000107

    Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

    Jurusan : Akuntansi

    Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

    1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjwabkan

    2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

    atau tanpa ijin pemilik karya

    4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas

    karya ini

    Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

    melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang

    ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap

    untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan

    Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

    Ciputat, 1 Agustus 2013

    Yang Menyatakan

    (Istianah Nasution)

  • vi

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    I. IDENTITAS PRIBADI

    1. Nama : Istianah Nasution

    2. Tempat tanggal lahir : Jakarta, 14 Oktober 1990

    3. Alamat : Reni Jaya Jl. Pinus Raya Blok AH 1 No.2

    RT 001/018 Pamulang Barat, Pamulang

    Tangerang Selatan 15417

    4. Telepon : 08568732128

    5. E-mail : [email protected]

    II. PENDIDIKAN

    1. TK Cahaya Agung, Pamulang Tahun 1994-1996

    2. SD Muhammadiyah 12 Pamulang Tahun 1996-2002

    3. SMP Muhammadiyah 22 Pamulang Tahun 2002-2005

    4. SMA Muhammadiyah 25 Pamulang Tahun 2005-2008

    5. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2008-2012

    III. LATAR BELAKANG KELUARGA

    1. Ayah : H. Faruk Nasution (Alm.)

    2. Ibu : Latifah

    3. Kakak : Muhammad Imaduddin Nasution

    4. Adik : Abdu Khoiri Rozikin

    IV. PENGALAMAN ORGANISASI

    1. 2000-2002 : Anggota Pramuka SD Muhammadiyah 12

    2. 2000-2002 : Anggota bela diri Tapak Suci Putera Muhammadiyah

    3. 2002-2003 : Sekretaris Umum Ikatan Remaja Muhammadiyah 22

    Pamulang

    4. 2003-2004 : Ketua Umum Ikatan Remaja Muhammadiyah 25

  • vii

    Pamulang

    5. 2008-2012 : Anggota Corruption Preventing Alliance (CPA)

    V. PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI

    1. 2004 : Training Leadership

    2. 3-4 September 2008 : ESQ Basic Training Mahasiswa UIN

    Jakarta

    3. 2008 : Seminar dan Training Anti Korupsi

    4. 9 September 2009 : Talkshow Pemberantasan Korupsi

    5. 2009 : Seminar Perempuan Melawan Korupsi

    6. 2010 : Seminar Ekonomi Peran Ekonomi Islam

    Dalam Menghadapi Krisis Global

    7. 20 Mei 2010 : Seminar Nasional Peran Asuransi dalam

    Era Globalisasi

    8. 4 November 2010 : Training Anti Korupsi

    9. 27 Mei 2011 : Peserta Workshop Bisnis Asuransi

  • viii

    THE INFLUENCE OF AUDITOR PERSONAL CHARACTERISTICS,

    AUDIT ETHICS, AND EXPERIENCE OF AUDITOR TO ACCEPTANCE

    DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR

    Istianah Nasution

    ABSTRACT

    This study analyzed the influence of auditor personal characteristics, audit

    ethics, and experience of auditor to acceptance dysfunctional audit behavior.

    Respondents in this study consisted of auditors who work at public accounting

    firm in DKI Jakarta. Eighty three questionnaires were distributed to the

    respondents and seventy seven questionnaires were returned by respondent and

    can be processed. It used simple random sampling method to determaining the

    sample. It was examined by multiple regression analysis using SPSS program.

    The results indicate that auditor personal characteristics and audit ethics

    significant to acceptance dysfunctional audit behavior, whereas experience of

    auditor didnt have significant influence to acceptance dysfunctional audit behavior.

    Keywords: auditor personal characteristics, audit ethics, experience of auditor,

    and dysfunctional audit behavior.

  • ix

    PENGARUH KARATERISTIK PERSONAL AUDITOR, ETIKA AUDIT

    DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP TINGKAT

    PENYIMPANGAN PERILAKU DALAM AUDIT

    Istianah Nasution

    ABSTRAK

    Penelitian ini menganalisis pengaruh karakteristik personal auditor, etika

    audit dan pengalaman auditor terhadap tingkat penyimpangan perilaku dalam

    audit. Responden dalam penelitian ini terdiri dari para auditor yang bekerja di

    kantor Akuntan Publik. Delapan puluh tiga buah kuesioner didistribukan kepada

    responden, dan sebanyak tujuh puluh tujuh buah kuesioner dikembalikan oleh

    respponden dan dapat diolah. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam

    penelitian adalah simple random sampling. Penelitian ini diuji dengan analisis

    regresi berganda menggunakan program SPSS.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik personal auditor dan etika

    audit memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat penyimpangan perilaku dalm

    audit. Sedangkan pengalaman auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap

    penyimpangan perilaku dalam audit.

    Kata kunci: karakteristik personal auditor, etika audit, pengalaman auditor, dan

    penyimpangan perilaku dalam audit.

  • x

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya

    kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

    Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada maha guru, Rasulullah SAW yang

    mengantarkan manusia dari zaman jahiliyah ke zaman penuh ilmu pengetahuan

    ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat

    guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa

    dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil. Oleh karena itu,

    penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah

    membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

    1. Kedua orang tua, ayahanda H. Faruk Nasution (almarhum) dan ibunda

    Latifah yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil serta

    doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis. Serta kakak, adik dan segenap

    keluarga yang telah menyemangati dan membantu penyelesaian skripsi ini.

    2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

    Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Ibu Rini, Dr., SE., M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., selaku Sekretaris Jurusan

    Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    5. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM., selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang

    telah berkenan memberikan banyak waktu, ilmu dan solusi pada setiap

    permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini, serta bimbingan dan

    arahan untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi.

    6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., selaku dosen Pembimbing Skripsi

    II yang telah bersedia memberikan banyak waktu, ilmu dan solusi pada setiap

    permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini.

  • xi

    7. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah

    memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.

    8. Seluruh staf dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

    9. Kakak dan adik penulis, Muhammad Imaduddin Nasution dan Abdu Khoiri

    Rozikin yang telah memberikan doa, perhatian, pengertian, semangat dan

    dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    10. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu memberikan doa, perhatian, semangat,

    dan dukungan kepada penulis, Dian, Muth, Dina, Nira, Devy yang selalu

    memberikan dorongan, semangat, dan bantuan kepada penulis, serta selalu

    menghibur dan memberikan semangat kepada penulis.

    11. Teman-teman terbaik AKUNTANSI C 2008 dan teman-teman pengajian

    Akuntansi C 2008, terima kasih atas informasi, bantuan, semangat, dan doa

    yang telah diberikan.

    12. Terima kasih untuk seluruh teman-teman AKUNTANSI 2008 atas doa dan

    dukungan yang telah diberikan.

    Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak

    dapat penulis sebutkan satu persatu.Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

    jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang

    dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta

    masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini

    dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang

    akuntansi dan manajemen.

    Jakarta, 1 Agustus 2013

    Penulis

    (Istianah Nasution)

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

    LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................. ii

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................ iii

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .. iv

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ......................... v

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... .vi

    ABSTRACT ........................................................................................................ viii

    ABSTRAK ....................................................................................................... ix

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ . x

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL ..............................................................................................xv

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii

    BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

    B. Batasan dan Rumusan Masalah .............................................. 11

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 12

    1. Tujuan Penelitian .............................................................. 12

    2. Manfaat Penelitian ............................................................ 12

    BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 14

    A. Landasan Teori ...................................................................... 14

    1. Auditing ............................................................................ 14

    2. Pengertian Penyimpangan Perilaku dalam Audit ............. 16

    3. Karakteristik Personal Auditor ......................................... 19

    4. Etika Audit ...................................................................... 24

    5. Pengalaman Auditor ......................................................... 29

    B. Pengembangan Hipotesis ....................................................... 31

    1. Karakteristik personal auditor dengan penyimpangan

    perilaku dalam audit ......................................................... 32

  • xiii

    2. Etika audit dengan penyimpangan perilaku dalam audit ... 34

    3. Pengalaman auditor dengan penyimpangan perilaku dalam

    audit .................................................. 35

    C. Penelitian Terdahulu ............................................................... 36

    D. Kerangka Pemikiran ................................................................ 41

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 42

    A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 42

    B. Metode Pemilihan Sampel ..................................................... 42

    C. Metode Pengumpulan Data .................................................... 43

    D. Metode Analisis Data ............................................................. 43

    1. Statistik Deskriptif ............................................................ 43

    2. Uji Kualitas Data .............................................................. 44

    3. Uji Asumsi Klasik ............................................................ 45

    4. Uji Hipotesis ..................................................................... 46

    E. Operasionalisasi Variabel ....................................................... 48

    1. Karakteristik personal Auditor .......................................... 48

    2. Etika Audit. .................................................................... 49

    3. Pengalaman Auditor ......................................................... 49

    4. Penyimpangan Perilaku dalam Audit ............................... 50

    BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 54

    A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitan ............................ 54

    1. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 54

    2. Karakteristik Profil Responden ......................................... 56

    B. Hasil Uji Instrumen penelitian ............................................... 61

    1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................ 61

    2. Hasil Uji Kualitas Data ..................................................... 62

    3. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................... 65

    4. Hasil Uji Hipotesis ........................................................... 68

    BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ........................................... 73

  • xiv

    A. Kesimpulan ............................................................................ 73

    B. Implikasi ................................................................................ 74

    C. Saran ...................................................................................... 76

    Daftar Pustaka ..................................................................................................... 78

    Lampiran-Lampiran ............................................................................................ 81

  • xv

    DAFTAR TABEL

    No. Tabel Keterangan Halaman

    1.1 Peneletian terdahulu mengenai penyimpangan

    perilaku dalam audit .. . 3

    2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ................................... .... 37

    3.1 Operasional Variabel Penelitian ..................................... .... 51

    4.1 Data Sampel Penelitian ................................................... ..... 55

    4.2 Data Distribusi Sampel Penelitian .................................. ......55

    4.3 Hasil Uji Deskripsi Berdasarkan Jenis Kelamin ............ ..... 56

    4.4 Hasil Uji Deskripsi Berdasarkan Usia ............................ ..... 57

    4.5 Hasil Uji Deskripsi Berdasarkan Posisi Terakhir ........... ..... 58

    4.6 Hasil Uji Deskripsi Berdasarkan Pendidikan Terkahir ........ 59

    4.7 Hasil Uji Deskripsi Berdasarkan Pengalaman Kerja ...... ..... 60

    4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................... ..... 61

    4.9 Hasil Uji Validitas Karakteristik Personal Auditor ........ ..... 62

    4.10 Hasil Uji Validitas Etika Audit ....................................... ..... 63

    4.11 Hasil Uji Validitas Penyimpangan Perilaku dalam Audit 64

    4.12 Hasil Uji Reabilitas ......................................................... ..... 64

    4.13 Hasil Uji Multikolonieritas ............................................. ..... 65

    4.14 Hasil Uji Normalitas ....................................................... ..... 66

    4.15 Hasil Uji Heterokedasitas ................................................ ..... 67

    4.16 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) .............................. ..... 69

    4.17 Hasil Uji Statistik F ......................................................... ..... 70

    4.18 Hasil Uji Statistik t .......................................................... ..... 71

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    No. Gambar Keterangan Halaman

    2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................ ..... 41

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    No. Lamp. Keterangan Halaman

    1 Surat Izin Penelitian ....................................................... ... 82

    2 Surat Penelitian ............................................................. 88

    3 Surat Keterangan dari KAP 91

    4 Kuesioner Penelitian ........................................................ ... 95

    5 Daftar Jawaban Responden ............................................ ... 101

    6 Output Hasil Pengujian Data .......................................... ... 114

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pemeriksaan oleh eksternal auditor yang akan memberikan opini terhadap

    kewajaran penyajian laporan keuangan dilakukan untuk mengetahui apakah

    laporan telah disusun dengan wajar sesuai Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

    Namun, ada kalanya opini audit kurang mendapat respon yang positif dikarenakan

    adanya kemungkinan terjadinya penyimpangan perilaku oleh seorang auditor

    dalam proses audit (Donelly, Quirin & OBryan 2003). Mereka mengemukakan

    penyimpangan perilaku yang biasanya dilakukan oleh seorang auditor antara lain

    melaporkan waktu audit dengan total waktu yang lebih pendek daripada waktu

    yang sebenarnya (underreporting of audit time), merubah prosedur yang telah

    ditetapkan dalam pelaksanaan audit di lapangan (replacing and altering original

    audit procedur). Mereka juga mengemukakan penyebab para auditor melakukan

    penyimpangan tersebut adalah karateristik personal yang berupa lokus kendali

    eksternal (external locs of control), keinginan untuk berhenti kerja (turnover

    mention) dan tingkat pribadi karyawan (self rate employee performance) yang

    dimiliki oleh para auditor. Hasil penelitian mereka menyatukan bahwa terdapat

    hubungan positif antara lokus kendali eksternal dan keinginan untuk berhenti

  • 2

    bekerja dengan tingkat penerimaan penyimpangan perilaku dalam audit serta

    adanya hubungan negatif antara tingkat kinerja pribadi karyawan dengan tingkat

    penerimaan penyimpangan perilaku dalam audit.

    Harga diri dalam kaitannya dengan ambisi (self esteem in relation to

    ambition) dapat mempengaruhi seseorang dalam melakukan penyimpangan

    perilaku. Harga diri yang tinggi mampu mendorong individu memiliki ambisi

    yang tinggi dan dapat menyebabkan individu menggunakan segala cara untuk

    mencapainya sehingga dapat mengakibatkan terjadinya penyimpangan perilaku

    dalam audit.

    Pendapat Donnelly, Quirin & Obrian diatas diperkuat dengan hasil penelitian

    yang dilakukan oleh enam besar audit senior yang terdapat dalam laporan Public

    Oversight Board (2000) yang menyatakan 85% bentuk penyimpangan yang

    terjadi adalah penyelesaian langkah-langkah audit yang terlalu dini tanpa

    melengkapi keseluruhan prosedur dan kira-kira 12.2% bentuk penyimpangan

    yang terjadi adalah melaporkan waktu audit dengan total waktu yang lebih pendek

    daripada waktu yang sebenarnya. Selebihnya bentuk penyimpangan yang terjadi

    adalah bukti-bukti yang dikumpulkan kurang mencukupi dan mengganti prosedur

    audit yang telah ditetapkan pada waktu pemeriksaan di lapangan.

    Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh auditor dapat menyebabkan

    menurunnya kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor. Akibatnya, berdampak

    pada rendahnya kepercayaan pemakai terhadap laporan audit yang dihasilkan

    auditor.

  • 3

    Penyimpangan perilaku dalam audit pertama kali diteliti di Amerika pada

    tahun 1978 oleh John G. Rhode. Sejak saat itu kemudian penyimpangan perilaku

    dalam audit menjadi isu yang menarik sampai dengan dekade terakhir. Beberapa

    penelitian penyimpangan perilaku audit pada tahun 1980-an tercatat Alderman

    dan Deitrick, 1982; Kelley and Seiler, 1982; Cook and Kelley, 1988. Pada tahun

    1990-an tercatat Kelley and Margheim, 1990; Raghunathan, 1991; Malone and

    Robert, 1996; Otley and Pierce 1996. Pada tahun 2000-an tercatat Coram, Ng and

    Woodliff, 2003; Donnelly, Quirin, OBryan, 2003; Weningtyas, Setiawan dan

    Triatmoko, 2006. Ringkasan penelitian-penelitian terdahulu disajikan dalam tabel

    sebagai berikut:

    Tabel 1.1

    Penelitian Terdahulu Mengenai Penyimpangan Perilaku dalam Audit

    No. Peneliti Tempat Hasil Penelitian

    Tipe Perilaku

    Penyimpangan

    dalam Audit

    1. Rhode, 1978 Amerika 58% auditor pernah

    melakukan penyimpangan

    perilaku audit

    Premature Sign off

    2. Kelley and

    Seiler, 1982

    Amerika 13% partner, 13%

    manager, 33% senior, dan

    32% staff auditor

    13% manager, 10% senior

    dan 32% staff auditor

    Underreporting of

    time

    Tindakan yang

    secara langsung

    dapat mengurangi

    kualitas audit

    Bersambung ke halaman selanjutnya

  • 4

    No. Peneliti Tempat Hasil Penelitian

    Tipe Perilaku

    Penyimpangan

    dalam Audit

    3.

    Alderman and

    Deitrick, 1982

    Amerika 31% auditor

    mempersipkan adanya

    perilaku penyimpangan

    dalam audit

    Premature Sign Off

    4. Cook and

    Kelley, 1988

    Amerika 22% partner dan manager,

    38% senior dan staff

    21% partner dan manager,

    22% senior dan staff

    Underreporting of

    time

    Tindakan yang

    secara langsung

    dapat mengurangi

    kualitas audit

    5. Kelley and

    Margheim,

    1990

    Amerika 54% auditor pernah

    melakukan penyimpangan

    perilaku audit

    Tindakan yang

    secara langsung

    dapat mengurangi

    kualitas audit

    6. Rhagunathan,

    1991

    Amerika 55% auditor menyatakan

    pernah melakukan

    penyimpangan perilaku

    audit

    Premature Sign Off

    7. Otley and

    Pierce, 1996

    Irlandia 60% auditor menyatakan

    pernah melakukan

    penyimpangan perilaku

    audit

    Premature Sign Off

    8. Malone and

    Robert, 1996

    Amerika 49,5% auditor pernah

    melakukan penyimpangan

    perilaku audit

    Tindakan yang

    secara langsung

    dapat mengurangi

    kualitas audit

    9. Coram, Ng,

    andWoodliff,

    2003

    Australia 62,5% auditor

    menyatakan pernah

    melakukan penyimpangan

    perilaku audit

    Tindakan yang

    secara langsung

    dapat mengurangi

    kualitas audit

    10. Weningtyas,

    Setiawan dan

    Triatmoko,

    2006

    Indonesia 13% auditor menyatakan

    pernah melakukan

    penyimpangan perilaku

    audit

    Premature Sign Off

    Sumber: Edy Sujana (2006)

    Tabel 1.1 (lanjutan)

  • 5

    Tabel di atas menunjukkan bahwa perilaku penyimpangan audit terus terjadi

    dari waktu ke waktu hampir selama 35 tahun dan terjadi di berbagai negara.

    Penelitian-penelitian di Amerika menunjukkan bahwa penyimpangan perilaku

    audit yang terjadi relatif tinggi dan konstan dari tahun ke tahun, yang diawali oleh

    Rhode, 1978 yang mensurvey anggota AICPA yang memiliki pengalaman kerja

    minimal dua tahun, menemukan bahwa 58% auditor melakukan premature sign

    off pada prosedur audit.

    Kelley and Seiler, 1982 menemukan bahwa 13% partner, 13% manager, 33%

    senior, dan 32% staff auditor melakukan underreporting of time. Selanjutnya,

    13% manager, 10% senior, dan 32% staff auditor melakukan tindakan yang dapat

    mengurangi kualitas audit karena ketatnya anggaran waktu yang tersedia.

    Penelitian ini juga menunjukkan bahwa perilaku penyimpangan audit lebih

    banyak dilakukan oleh senior dan staff auditor. Pada tahun yang sama, dengan

    menggunakan sample semua level auditor dari 16 kantor akuntan Big Eight di

    Texas, Alderman and Deitric, 1982 menemukan bahwa 31% responden

    mempersepsikan adanya indikasi auditor melakukan premature sign off.

    Perbandingan hasil penelitian tentang perilaku penyimpangan audit yang

    terjadi tahun 1982 dan 1988 menunjukkan terjadi peningkatan perilaku audit yang

    dilakukan oleh auditor yaitu dari 13% partner dan manager yang melakukan

    underreporting of time menjadi 22%, sedangkan senior dan staff dari 32%

    menjadi 38%. Sedangkan untuk perilaku yang dapat mengurangi kualitas audit

    dari 7% partner dan manager dan 21% senior dan staff menjadi 21% untuk partner

  • 6

    dan manager, dan 22% untuk senior dan staff. Penelitian ini juga menemukan

    bahwa 78% partner dan manager serta 60% senior dan staff auditor percaya

    bahwa tekanan anggaran waktu merupakan masalah besar dalam profesi karena

    dapat menimbulkan perilaku yang dapat mengurangi kualitas audit. Persepsi

    partner dan manager serta senior dan staff auditor terhadap tekanan anggaran

    waktu sebagai masalah besar bagi profesi meningkat dari 30% dan 42% pada

    penelitian tahun 1982 menjadi 78% dan 60% pada penelitian tahun 1988 (Cook

    and Kelley, 1988).

    Pada tahun 90-an, Kelley and Margheim (1990) meneliti tentang perilaku

    penyimpangan audit menemukan bahwa 54% staff auditor pernah melakukan

    tindakan yang dapat mengurangi kualitas audit. Rhagunathan (1991) menemukan

    bahwa 55% responden pernah melakukannya dan Malone and Roberts, 1996

    menemukan 49,5%.

    Penelitian di luar Amerika yang tercatat antara lain dilakukan oleh Otley and

    Pierce (1996) meneliti di Irlandia, melaporkan 60% auditor menyatakan pernah

    melakukan tindakan yang dapat mengurangi kualitas audit (premature sign off).

    Penelitian perilaku penyimpangan audit di Australia oleh Coram, Ng dan

    Woodliff (2003) menemukan bahwa 62,8% auditor di Australia terkadang

    melakukan tindakan yang dapat mengurangi kualitas audit.

    Penelitian perilaku penyimpangan audit (premature sign off) di Indonesia

    menemukan bahwa lebih dari 50% respondennya telah melakukan penghentian

    prematur atas prosedur audit, dan prosedur yang paling sering dihentikan

  • 7

    prematur adalah memperoleh jumlah sampel yang memadai dan prosedur yang

    paling jarang ditinggalkan adalah konfirmasi pada pihak ketiga. (Herningsih,

    2001 dalam Weningtyas, Setiawan dan Triatmoko, 2006).

    Penelitian oleh Weningtyas, Setiawan dan Triatmoko (2006) dengan

    mengambil sampel auditor pada Kantor Akuntan Publik di Daerah Istimewa

    Yogyakarta dan Jawa Tengah menemukan 13% auditor cenderung melakukan

    penghentian prematur atas prosedur audit.

    Melihat begitu banyaknya perilaku penyimpangan terjadi di kalangan auditor,

    dan telah terjadi dari tahun ke tahun serta terjadi di berbagai negara, tidak

    memandang di negara maju maupun negara berkembang, menujukkan fakta

    bahwa perilaku penyimpangan audit merupakan masalah yang serius bagi profesi

    auditor dan terkesan sangat sulit dihentikan.

    Perilaku audit yang menyimpang dapat mengakibatkan kesalahan pada proses

    audit lainnya. Ketika kinerja auditor tidak lagi mengikuti standar kantor akuntan

    publik maka kualitas pekerjaan akan menjadi korban meskipun mungkin tidak

    berpengaruh secara langsung terhadap kualitas pekerjaan. Malone dan Roberts

    (1996) berpendapat perilaku individu merupakan refleksi dari sisi personalitasnya

    sedangkan faktor situasional yang terjadi saat itu mendorong seseorang untuk

    mengambil keputusan.

    Beberapa dampak besar dari skandal korporasi terhadap kerugian masyarakat

    yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan keahlian dalam membuat informasi

    akuntansi yang menyesatkan dan tidak benar. Kerakusan manusia terhadap

  • 8

    kekayaan dan kekayaan dan keuntungan material lainnya membuat manusia lupa

    kepada etika dan kepentingan umum yang pada akhirnya juga merugikan dirinya

    sendiri.

    Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus

    memiliki kode etik, yang merupakan seperangkat prinsipprinsip moral yang

    mengatur tentang perilaku professional (Agoes 2004). Tanpa etika, profesi

    akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntan adalah sebagai penyedia informasi

    untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis. Etika profesi

    merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakan suatu profesi dengan

    profesi lain, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku para anggotanya

    (Murtanto dan Marini 2003).

    Dalam hal etika, sebuah profesi harus memiliki komitmen moral yang tinggi

    yang dituangkan dalam bentuk aturan khusus. Aturan ini merupakan aturan main

    dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut, yang biasa disebut sebagai

    kode etik. Kode etik harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi yang

    memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat dan merupakan alat kepercayaan

    bagi masyarakat luas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap

    profesional wajib mentaati etika profesinya terkait dengan pelayanan yang

    diberikan apabila menyangkut kepentingan masyarakat luas.

    Agoes (2004) menunjukkan kode etik IAPI dan aturan etika Kompartemen

    Akuntan Publik, Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) dan standar

    pengendalian mutu auditing merupakan acuan yang baik untuk mutu auditing.

  • 9

    Prinsip- prinsip etika yang dirumuskan IAPI dan dianggap menjadi kode etik

    perilaku akuntan Indonesia adalah (1) tanggung jawab, (2) kepentingan

    masyarakat, (3) integritas, (4) obyektifitas dan independen, (5) kompetensi dan

    ketentuan profesi, (6) kerahasiaan, dan (7) perilaku profesional. Semakin tinggi

    akuntan publik menaati kode etik maka semakin baik pula pertimbangan tingkat

    materialitas.

    Berbagai penelitian auditing menunjukkan bahwa semakin berpengalaman

    seorang auditor semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam

    tugas-tugas yang semakin kompleks (Koroy, 2005). Melihat tujuan manajemen

    yang semakin kompleks, maka sebagai perantara yang independen, akuntan

    publik harus mampu menempatkan dirinya sebagai penasehat manajemen dan

    sebagai pihak yang dianggap mampu memperoleh amanat sebagai pelaksana

    fungsi-fungsi akuntansi yang independen.

    Dalam literatur psikologi dan auditing menujukkan bahwa efek dilusi dalam

    auditing bisa berkurang oleh auditor yang berpengalaman karena struktur

    pengetahuan yang baik dari auditor yang berpengalaman menyebabkan mereka

    mengabaikan informasi yang tidak relevan (Sandra, 1999 dalam Herliansyah dan

    Ilyas, 2006). Dengan kata lain, kompleksitas tugas yang dihadapi sebelumnya

    oleh seorang auditor akan menambah pengalaman serta pengetahuannya.

    Adbulmohammadi dan Wright (1987) dalam Herliansyah dan Ilyas (2006)

    menunjukkan bahwa auditor yang tidak berpengalaman mempunyai tingkat

  • 10

    kesalahan yang lebih signifikan dibandingkan dengan auditor yang

    berpengalaman.

    Pengalaman seorang auditor menjadi sorotan tersendiri dalam kegiatan audit,

    khusunya dalam menunjukkan kualitas dari seorang auditor. Sebagaimana yang

    diatur dalam Standar Profesional Akuntansi Publik (SPAP) paragraf ketiga SA

    (Standar Audit) seksi 210 tentang pelatihan dan keahlian auditor independen

    disebutkan bahwa untuk melaksanakan audit sampai pada suatu pernyataan

    pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang

    akuntan dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan

    pendidikan formalnya yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman

    selanjutnya dalam praktek audit (SPAP, 2001). Dalam hal pengalaman penelitian

    dibidang psikologi yang dikutip oleh Jeffrey (1992) memperlihatkan bahwa

    seseorang yang lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat

    mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-peristiwa. Butt

    J.L (1988) mengungkapkan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman akan

    membuat judgement yang relatif lebih baik dalam tugas-tugas profesional

    dibanding dengan akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman.

    Dengan mengetahui faktor faktor penyebab penyimpangan perilaku audit

    tersebut sangat membantu dalam meningkatkan kualitas opini audit sehingga

    respon yang kurang positif dari para pemakai laporan keuangan dapat

    diminimalisasi. Oleh karena itulah, penulis tertarik untuk meneliti Hubungan

  • 11

    Karakteristik Personal Auditor, Etika Audit dan Pengalaman Auditor Terhadap

    Tingkat Penyimpangan Perilaku dalam Audit.

    Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya, yang

    dilakukan oleh Irawati dan Natalia (2005) yang meneliti mengenai: Hubungan

    Karakteristik Personal Auditor Terhadap Tingkat Penerimaan Penyimpangan

    Perilaku dalam Audit. Perbedaannya dengan penelitian terdahulu, yaitu.

    1. Ada dua penambahan dua variabel indepeden yaitu variabel etika audit dan

    pengalaman auditor. Alasan peneliti menambah variabel baru adalah karena

    peneliti menganggap bahwa disamping karakteristik personal auditor, etika

    dan pengalaman juga mempunya pengaruh terhadap tingkat penyimpanga

    perilaku dalam audit.

    2. Penelitian yang dilakukan Irawati dan Natalia (2005) dilakukan tahun 2005,

    sedangkan penelitian ini dilakukan pada tahun 2013.

    B. Batasan dan Rumusan Masalah

    Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa dengan mengetahui faktor-

    faktor penyebab penyimpangan perilaku audit, dapat membantu meningkatkan

    kualitas opini audit. Dari uraian di atas, peneliti mengemukakan identifikasi

    masalah sebagai berikut:

    1. Apakah karateristik personal auditor berpengaruh terhadap penyimpangan

    perilaku audit?

    2. Apakah etika audit berpengaruh terhadap penyimpangan perilaku audit?

  • 12

    3. Apakah pengalaman auditor berpengaruh terhadap penyimpangan periaku

    audit?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Berdasarkan penelitian yang diteliti maka tujuan dan manfaat yang dicapai

    oleh peneliti adalah:

    1. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

    a. Untuk menganalisa pengaruh karateristik personal auditor terhadap

    penyimpangan perilaku audit.

    b. Untuk menganalisa pengaruh etika audit terhadap penyimpangan perilaku

    audit.

    c. Untuk menganalisa pengalaman auditor terhadap penyimpangan perilaku

    audit.

    d. Untuk menganalisa pengaruh variable independen (karateristik personal

    auditor, etika audit dan pengalaman auditor) terhadap penyimpangan

    perilaku audit (variable dependen).

    2. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang

    berkepentingan sebagai berikut:

    a. Bagi akademisi

    Penelitian ini memberikan bukti empiris tentang bagaimana pengaruh

    karateristik personal auditor, etika audit dan pengalaman auditor terhadap

  • 13

    penyimpangan perilaku dalam audit.selain itu, penelitian ini dapat

    memperkaya bahan kajian atau referensi untuk penelitian di masa yang

    akan datang.

    b. Bagi Kantor Akuntan Publik

    1) Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pengetahuan

    mengenai pengaruh karakteristik personal auditor, etika audit dan

    pengalaman auditor terhadap penyimpangan perilaku dalam audit.

    2) Sebagai masukan untuk Kantor Akuntan Publik dalam melihat

    perilaku auditor agar memperhatikan aspek-aspek apa saja yang

    menjadi motivasi seorang auditor agar auditor dapat menghasilkan

    kinerja yang optimal.

  • 14

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka

    1. Pengertian Auditing

    Menurut Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2010:4) audiing adalah

    sebagai berikut:

    Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between

    the information and established criteria. Auditing should be done by a

    competent, independent person.

    Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai

    informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara

    informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh

    orang yang kompeten dan independen.

    Menurut Boynton dan Johnson (2006:6), definisi audit yang berasal dari

    The Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American

    Accounting Association (Accounting Review, Vol 47) adalah sebagai berikut:

    A Systematic process of objectively obtaining and evaluating regarding assertions about economic actions and events to ascertain the degree of

    correspondence between those assertions and established criteria and

    communicating the results to interested users

    Artinya Auditing adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun dan

    mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang

    berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat

  • 15

    kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan

    dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakaian yang berkepentingan.

    Sukrisno Agoes (2004:3) mendefinisikan auditing yaitu sebagai berikut:

    Pemeriksaan (Auditing) adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan

    yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan

    bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat

    mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

    Berdasarkan definisi di atas, pengertian auditing adalah suatu proses

    sistematis dan kritis yang dilakukan oleh pihak yang independen untuk

    menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi

    tentang berbagai dan kejadian ekonomi (informasi) dengan tujuan untuk

    menetapkan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi

    (informasi) tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, serta menyampaikan

    hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.

    Menurut Arens dan Loebbecke (2004), terdapat tiga jenis audit, yaitu

    audit laporan keuangan, audit operasional dan audit ketaatan.

    a. Audit laporan keuangan

    Audit laporan keuangan bertujuan menentukan apakah laporan keuangan

    secara keseluruhan yang merupakan informasi terukur yang disajikan

    sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu.

    b. Audit operasional

    Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian maupun dari

    prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan

    efektifitas. Umumnya, pada saat selesainya audit operasional, auditor akan

  • 16

    memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk memperbaiki

    jalannya operasi perusahaan.

    c. Audit ketaatan

    Audit ketaatan bertujuan mempertimbangkan apakah klien telah mengikuti

    prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan oleh pihak yang

    memiliki orientasi lebih tinggi.

    2. Pengertian Penyimpangan Perilaku Dalam Audit

    Dalam melaksanakan tugasnya, auditor harus mengikuti standar audit

    yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar

    pelaporan serta kode etik akuntan. Dalam kenyataan di lapangan, auditor

    banyak melakukan penyimpangan-penyimpangan terhadap standar audit dan

    kode etik. Perilaku ini diperkirakan sebagai akibat dari karakteristik personal

    yang kurang bagus yang dimiliki oleh seorang auditor. Dampak negatif dari

    perilaku ini adalah terpengaruhnya kualitas audit secara negatif dari segi

    akurasi dan reabilitas. Pelanggaran yang dilakukan auditor dalam audit dapat

    dikategorikan sebagai penyimpangan perilaku dalam audit (Irawati, 2005).

    Dysfunctional audit behavior merupakan suatu bentuk reaksi terhadap

    lingkungan atau semisal sistem pengendalian (Otley dan Pierce, 1995;

    Lightner et. al.,983; Alderman dan Deitrick, 1982 dalam Donnely et.

    al.,2003). Sistem pengendalian yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya

    konflik dan mengarah kepada perilaku disfungsional.

  • 17

    Boynton et. Al., (2003: 61-64) menjelaskan Standar Profesional Akuntan

    Publik (SPAP) mengenai standar audit yang harus diikuti pleh setiap auditor

    dalam melaksanakan tugasnya. Standar audit tersebut terdiri dari tiga bagian,

    yakni: standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan.

    Pada kenyataannya, auditor banyak melakukan tindakan penyimpangan

    terhadap standar audit yang mengarah pada penyimpangan perilaku dalam

    audit. Perilaku ini diperkirakan sebagai akibat auditor yang kurang baik.

    Penyimpangan perilaku ini dapat mempengaruhi kualitas audit baik secara

    langsung maupun tidak langsung. Menurut Donnelly et. al., (2003):

    dysfunctional audit behavior are means for to manipulate the audit process in order to achieve the individuals performance objective.

    Beberapa penyimpangan perilaku dalam audit yang membahayakan

    kualitas audit menurut Donelly et. al., (2003):

    a. Melaporkan waktu audit dengan total waktu yang lebih pendek daripada

    waktu yang sebenarnya (underreporting of audit time).

    Perilaku ini dapat menyebabkan adanya gambaran yang salah mengenai

    kebutuhan waktu yang sebenarnya, sehingga proses perencanaan untuk

    audit di masa yang akan dating menjadi terhambat dan tidak akurat, dan

    juga berpengaruh terhadap pelaksanaan audit selanjutnya, yaitu

    berkaitan dengan rencana penugasan personel yang kurang baik,

    menutupi kebutuhan revisi anggaran, dan meghasilkan time pressure

    untuk audit di masa yang akan datang (Smith, 1995; Kelley &

    Margheim, 1990 dalam Irawati dan Natalia, 2005).

  • 18

    b. Merubah prosedur yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan audit di

    lapangan (replacing and altering original audit procedures).

    Perilaku ini dapat merubah rencana dan arah dari pekerjaan audit,

    sehingga auditor tidak dapat menemukan hal-hal yang material

    sebelumnya telah diperkirakan.

    c. Penyelesaian langkah-langkah audit yang terlalu dini tanpa melengkapi

    keseluruhan prosedur (premature sign-off of audit steps without

    completion of the procedure).

    Graham (1985) dalam Kartika dan Wijayanti (2007) menyimpulkan

    bahwa kegagalan audit sering disebabkan karena penghapusan prosedur audit

    yang penting daripada melakukan prosedur audit yang memadai untuk

    beberapa item. Pada standar pekerjaan lapangan bagian pertama yang dimuat

    dalam standar audit, bahwa pekerjaan harus direncanakan dengan matang dan

    apabila digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. Bekerja

    sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan membuat pekerjaan yang

    diakukan terarah, dan jika terjadi suatu kesalahan yang dilakukan auditor di

    lapangan dapat diketahui oleh supervisor, dan bila auditor di lapangan

    menemukan hal-hal yang material (temuan) pada laporan keuangan klien,

    temuan tersebut dapat dipertanggungjawabkan oleh auditor. Sebaliknya, jika

    prosedur tidak diikuti secara lengkap, kemungkinan terjadi kesalahan terutama

    yang material menjadi lebih besar dan auditor tidak dapat

    mempertanggungjawabkan hasil kerjanya dengan memberikan bukti yang

  • 19

    kuat bahwa ia telah melaksanakan keseluruhan prosedur yang telah ditetapkan

    jika terjadi suatu kesalahan dalam pelaksanaan audit.

    3. Karateristik Personal Auditor

    Personal auditor adalah sekumpulan karateristik dan pandangan

    seseorang yang menetukan cara hidup dan perbedaan diantara orang lain.

    Karateristik personal auditor adalah ciri atau watak seorang auditor dengan

    sifat yang dimiliki dan dipengaruhi keadaan lingkungannya maupun dirinya

    sendiri untuk melakukan kegiatan audit (Septiani, 2009).

    Karateristik personal auditor dilihat dari empat dimensi, yakni lokus

    kendali eksternal, keinginan untuk berpindah kerja, harga diri kaitannya

    dengan ambisi dan komitmen pada organisasi.

    a. Lokus Kendali Eksternal

    Lokus kendali adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa

    apakah dia dapat atau tidak mengendalikan peristiwa yang terjadi

    padanya, yaitu tingkatan dimana seseorang menerima tanggung jawab

    personal terhadap apa yang terjadi pada diri mereka (Rotter, 1996 dalam

    Dwi, 2009).

    Lokus kendali dibagi menjadi dua, yaitu lokus kendali internal dan

    eksternal. Lokus kendali internal mengatur kepada persepsi bahwa

    kejadian baik positif maupun negatif terjadi sebagai konsekuensi dari

    tindakan atas perbuatan diri. Sedangkan lokus kendali eksternal mengacu

  • 20

    pada keyakinan bahwa suatu kejadian berada di luar kontrol dirinya

    seperti nasib, keberentungan (Schermerhon et. al, 1991).

    Pada situasi dimana individu dengan lokus kendali eksternal merasa

    tidak mampu untuk mendapat dukungan kekuatan yang dibutuhkannya

    untuk bertahan dalam suatu organisasi, mereka memiliki potensi untuk

    mencoba memanipulasi rekan atau objek lainnya sebagai kebutuhan

    pertahanan mereka (Solar dan Bruehl 1971). Lebih jauh, perilaku ini lebih

    jelas terlihat dalam situasi dimana pegawai merasakan tingkat struktur

    atau pengawasan kontrol yang tinggi (Gable dan Dangello 1994).

    Dalam konteks audit, manipulasi atau ketidak jujuran pada

    akhirnya akan menimbulkan penyimpangan perilaku audit. Hasil dari

    perilaku ini adalah penurunan kualitas audit yang dapat dilihat sebagai hal

    yang perlu dikorbankan oleh individu untuk bertahan dalam lingkungan

    kerja audit. Hal ini menghasilkan dugaan bahwa makin tinggi lokus

    kendali eksternal individu, semakin mungkin mereka menerima

    penyimpangan perilaku audit .

    b. Keinginan Untuk Berhenti Bekerja

    Memiliki keinginan untuk berhenti bekerja dapat membuat seseorang

    menjadi kurang peduli terhadap apa yang ia lakukan di salam

    organisasinya. Sikap ini dapat mengakibatkan kinerja yang buruk bagi

    karyawan sehingga memungkinkan terjadinya penyimpangan perilaku

    audit.

  • 21

    Malone dan Roberts (1996) mengatakan auditor yang memiliki

    keinginan untuk meninggalkan perusahaan lebih dapat terlibat dalam

    penyimpangan perilaku karena menurunnya ketakutan akan kemungkinan

    jatuhnya sangsi apabila perilaku tersebut terdeteksi. Selain itu, individu

    yang berniat meninggalkan perusahaan dapat dianggap tidak begitu peduli

    dengan dampak buruk dari penyimpangan perilaku terhadap penilaian

    kinerja dan promosi. Jadi, auditor yang memiliki keinginan tinggi untuk

    berhenti dari perusahaan lebih menerima penyimpangan perilaku audit.

    c. Harga Diri Dalam Kaitannya Dengan Ambisi

    Harga diri (self-esteem) adalah suatu keyakinan diri sendiri

    berdasarkan evaluasi diri secara keseluruhan (Kneitker dan Kinicki,

    2003). Perasaan-perasaan self-esteem pada kenyatannya terbentuk oleh

    keadaan kita dan bagaimana orang lain memperlakukan kita. Individu

    dengan self-esteem tinggi melihat dirinya berharga, mampu dan dapat

    diterima.

    Harga diri yang tinggi mampu mendorong individu memiliki ambisi

    yang tinggi dan dapat menyebabkan individu menggunakan segala cara

    untuk mencapainya. Dalam bidang audit, individu yang menggunakan

    segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, dapat

    menimbulkan penyimpangan perilaku dalam menjalankan tugasnya

    sebagai auditor. Atas dasar ini, maka auditor yang memiliki harga diri

  • 22

    tinggi sebagai faktor penyebab tingginya ambisi lebih dapat menerima

    dan melakukan perilaku penyimpangan audit (Irawati, 2005).

    d. Komitmen Pada Organisasi

    Komitmen pada organisasi merupakan alat prediksi yang sangat baik

    untuk beberapa perilaku penting, diantaranya adalah perputaran pegawai,

    kesetiaan pegawai kepada nilai organisasi dan keinginan mereka untuk

    melakukan pekerjaan ekstra yaitu, melakukan pekerjaan melebihi apa

    yang seharusnya dikerjakan (Irawati, 2005).

    Menurut Mowday et. al. (1979) mendefinisikan komitmen organisasi

    sebagai kekuatan identifikasi dan keterlibatan individual dalam organisasi

    tertentu. Individu dengan komitmen organisasi yang tinggi dikarakterkan

    dengan penerimaan dan kepercayaan yang tinggi dalam nilai dan tujuan

    organisasi, keinginan untuk berusaha sekuat-kuatnya demi kepentingan

    organisasi, dan keinginan yang kuat untuk mempertahankan

    keanggotaannya dalam organisasi.

    Definisi komitmen organisasi menurut Feris dan Aranya (1983)

    dalam Trisnaningsih (2003) adalah suatu perpaduan antara sikap dan

    perilaku. Komitmen Organisasional menyangkut tiga sikap, yaitu rasa

    mengidentifikasi dengan tujuan organisasi, rasa keterlibatan dengan tujuan

    organisasi dan rasa kesetiaan pada organisasi.

    Dengan adanya komitmen organisasi yang kuat menyebabkan

    seseorang akan berusaha untuk mencapai tujuan organisasi dan akan

  • 23

    mengutamakan kepentingan organisasi, seorang yang yang berkomitmen

    tinggi akan berpandangan positif dan berusaha berbuat yang terbaik bagi

    organisasinya (Novrialdi, 2009).

    Aranya et. al. (1981) dalam Novrialdi (2009) mendefinisikan

    komitmen organisasi sebagai:

    1) Sebuah kepercayaan pada dan penerima terhadap tujuan-tujuan dan

    nilai-nilai organisasi.

    2) Sebuah kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh

    guna kepentingan organisasi.

    3) Sebuah keinginan untuk memelihara keaggotaan dalam organisasi.

    Steers (1977) dalam Idris (2008) mengembangkan sebuah model

    hubungan sebab akibat terjadinya komitmen terhadap organisasi, yaitu:

    1) Karakteristik pribadi (kebutuhan berprestasi, masa kerja/jabatan, dan

    lain-lain).

    2) Karakteristik pekerjaan (umpan balik, identitas tugas, kesempatan

    untuk berinteraksi, dan lain-lain.)

    3) Pengalaman kerja.

    Sedangkan Amstrong (1992) dalam Idris (2008) berpendapat bahwa

    tiga hal yang dapat mempengaruhi komitmen, yaitu:

    1) Rasa memiliki terhadap organisasi

    2) Rasa senang terhadap pekerjaan

    3) Kepercayaan pada organisasi.

  • 24

    4. Etika Audit

    Pengertian etika dalam Bahasa Latin, Ethica, berarti falsafah moral

    yang merupakan pedoman cara bertingkah laku yang baik dari sudut pandang

    budaya, susila serta agama. Sedangkan menurut Keraf (1998), etika secara

    harfiah berasal dari Yunani ethos yang sama persis dengan moralitas, yaitu

    adat kebiasaan baik.

    Di Indonesia etika diterjemahkan menjadi kesusilaan , karena sila berarti

    dasar, kaidah atau aturan, sedangkan su berarti baik, benar, dan bagus.

    Selanjutnya selain kaidah etika masyarakat juga terdapat apa yang disebut

    dengan kaidah professional yang khusus berlaku dalam kelompok profesi

    yang bersangkutan. Oleh karena itu merupakan consensus, maka etika tersebut

    dinyatakan secara tertulis atau formal dan selanjutnya disebut sebagai kode

    etik. Sifat sanksinya juga moral psikologik, yaitu dikucilkan atau

    disingkirkan dari pergaulan kelompok profesi yang bersangkutan (Desriani,

    1993 dalam Sihwahjoeni dan M. Gudono, 2000).

    Istilah etika jika dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008),

    memiliki tiga arti yang salah satunya adalah nilai mengenai benar dan salah

    yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dari beberapa definisi di atas

    dapat disimpulkan bahwa etika adalah seperangkat pedoman, aturan atau

    norma yang mengatur tingkah laku seseorang, baik yang dilakukan atau

    ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau profesi.

    Maryani dan Ludigdo (2001) mendifinisikan etika sebagai seperangkat

    aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang

  • 25

    harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh

    sekelompok atau segolongan manusia atau masyarakat atau profesi.

    Etika secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip

    atau nilai-nilai moral (Arens, 2003). Setiap orang memiliki rangkaian nilai

    tersebut, walaupun kita memperhatikan atau tidak memperhatikan secara

    eksplisit. Rasa terhadap etika mengarahkan individu untuk menilai lebih dari

    kepentingan diri sendiri dan untuk mengakui maupun menghormati

    kepentingan orang lain. Kode etik akuntan dapat diartikan sebagai suatu

    sistem prinsip moral dan pelaksanaan aturan yang memberikan pedoman

    kepada akuntan dalam berhubungan dengan klien, masyarakat dan rekan

    seprofesi dan sebagai alat untuk memberikan keyakinan pada para pengguna

    jasa akuntan tentang kualitas jasa yang diberikan (Wati, 2009).

    Moralitas berfokus pada perilaku manusiawi benar dan salah. Etika

    secara umum didefinisikan sebagai perangkat moral dan nilai. Dari definisi

    tersebut dapat dikatakan bahwa etika berkaitan erat dengan moral dan nilai-

    nilai yang berlaku. Termasuk para akuntan diharapkan oleh masyarakat untuk

    berlaku jujur, adil, dan tidak memihak serta mengungkapkan laporan

    keuangan sesuai dengan kondisi sebenarnya.

    Etika sebagai sebuah refleksi moralitas dapat dicermati dari berbagai

    dimensi, tergantung persoalan moral apa yang akan dikritisi. Terlepas dari itu

    keberadaan etika dimaksudkan terutama untuk menjaga keselarasan hubungan

    manusia (Ludigdo, 2006). Akuntan publik harus menjunjung tinggi etika

    profesionalnya sehingga memberikan kepercayaan publik dan mendorong

  • 26

    kesadaran akan tanggung jawab akuntan publik pada transparansi pelaporan.

    Tanggung jawab ini tergantung pada integritas, dan integritas tergantung pada

    perilaku dan kepercayaan etis (Intiyas, 2007).

    Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam kode etik akuntan

    Indonesia. Kode etik ini mengikat para anggota IAI di satu sisi dan dapat

    dipergunakan oleh akuntan lainnya yang bukan atau belum menjadi anggota

    IAI di sisi lain. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merumuskan suatu kode etik

    yang meliputi mukadimah dan delapan prinsip etika yang harus dipedomani

    oleh semua anggota, serta aturan etika dan interpretasi aturan etika yang wajib

    dipatuhi oleh masing-masing anggota kompartemen.

    Menurut Keraf (1998), etika dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai

    berikut:

    a. Etika umum

    Etika umum berkaitan dengan bagaimana manusia mengambil keputusan

    etis, teori-teori etika dan prinsip modal dasar yang menjadi pegangan bagi

    manusia dalam bertindak, serta tolak ukur dalam menilai baik buruknya

    suatu tindakan. Etika umum dapat digolongkan dengan ilmu pengetahuan

    yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.

    b. Etika khusus

    Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip modal dasar dalam bidang

    kehidupan yang khusus. Etika khusus dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

    1) Etika individual, menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap

    dirinya sendiri.

  • 27

    2) Etika sosial, berkaitan dengan kewajiban, sikap dan pola perilaku

    manusia lainnya salah satu bagian dari etika social adalah etika

    profesi.

    Ponemon dan Gabhart (1990) menemukan bahwa profesi kognitif etika

    auditor akan mempengaruhi independensi auditor. Indenpendensi merupakan

    isu yang menarik karena dalam menghadapi konflik independensi auditor

    perlu untuk mempertimbangkan aturan eksplisit, standar audit dan kode etik

    professional.

    Seorang auditor harus taat pada aturan etika yang mengharuskannya

    bersikap independen, maka ketika seorang auditor memiliki kecenderungan

    sifat machivellian tinggi semakin mungkin untuk bertindak tidak independen.

    Salah satu penelitian yang mendukung pernyataan tersebut dilakukan oleh

    Ponemon dan Gabhart (1990) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan

    antara pertimbangan etis auditor dengan penyelesaian konflik independensi.

    Untuk kalangan professional, pengaturan etika dibuat untuk menghasilkan

    kinerja etis yang memadai maka kemudian asosiasi profesi merumuskan suatu

    kode etik. Kode etik profesi merupakan kaidah-kaidah yang menjadi landasan

    bagi eksistensi profesi dan sebagai dasar terbentuknya kepercayaan

    masyarakat karena dengan mematuhi kode etik, akuntan diharapkan dapat

    menghasilkan kualitas kinerja yang paling baik bagi masyarakat, Baidaie

    (2000).

  • 28

    Dalam konteks etika profesi, Chua et al (1994) mengungkapkan bahwa

    etika professional juga berkaitan dengan perilaku moral. Dalam hal ini

    perilaku moral lebih terbatas pada pengertian yang meliputi kekhasan pola etis

    yang diharapkan untuk profesi tertentu.

    Kode etik profesi akuntan disusun dengan tujuan dapat menjadi panduan

    bagi profesi akuntan untuk menempatkan objektivitas nilai-nilai dalam profesi

    akuntan untuk menjaganya profesionalisme anggotanya. Dalam rangka kode

    etik akuntan salah satu prinsip etika yang mendasari etika seorang auditor

    adalah independensi. Nilai dari pengauditan tergantung besarnya persepsi

    publik terhadap independensi auditor, sehingga tidak mengherankan jika

    independensi merupakan hal utama dalam kode etik profesi akuntan (Arens

    dan Loebbecke, 2008).

    Payamta (2002) menyatakan bahwa berdasarkan Pedoman Etika IFAC,

    maka syarat-syarat etika suatu organisasi akuntan sebaiknya didasarkan pada

    prinsip-prinsip dasar yang mengatur perilaku seorang Akuntan dalam

    melaksanakan tugas profesionalnya. Prinsip tersebut adalah (1) integritas, (2)

    obyektifitas, (3) independen, (4) kepercayaan, (5) standar-standar teknis, (6)

    kemampuan professional, dan (7) perilaku etika. Independensi merupakan

    salah satu nilai etis yang dijabarkan secara tertulis bagi seorang auditor

    sebagai panduan agar dapat selalu berperilaku etis.

  • 29

    5. Pengalaman Auditor

    Pengalaman merupakan keahlian yang berhubungan dengan

    profesionalisme dalam akuntansi yang diperlukan dalam auditing. Karena

    itu, pengalaman merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam

    tugas-tugas yang dilaksanakan oleh seorang auditor (Lee, 1995 dalam

    Arum, 2008).

    Definisi pengalaman menurut Knoers dan Haditono (1999) dalam

    Dwi Ananing (2006) adalah merupakan suatu proses pembelajaran dan

    pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan

    formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang

    membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.

    Suatu pembelajaran juga mencakup perubahan yang relatif tepat dari

    perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek.

    Kusumawati (2008) menyatakan bahwa pengalaman adalah

    keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa

    yang dialami dalam perjalanan hidupnya. Pengalaman berdasarkan lama

    bekerja merupakan pengalaman auditor yang dihitung berdasarkan suatu

    waktu/tahun. Sehingga auditor yang telah lama bekerja sebagai auditor

    dapat dikatakan auditor berpengalaman. Karena semakin lama bekerja

    menjadi auditor, maka akan dapat menambah dan memperluas

    pengetahuan auditor dibidang akuntansi dan auditing.

    Auditor merupakan seseorang yang dianggap ahli oleh masyarakat

    untuk melakukan pemeriksaan pada suatu perusahaan atau instansi.

  • 30

    Pengalaman merupakan salah satu elemen penting dalam tugas audit di

    samping pengetahuan yang juga harus dimiliki seorang auditor (Sumardi

    dan Hardiningsih, 2002).

    Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang

    dilkukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar

    melakukannya dengan yang terbaik. Lebih jauh Kolodner (1983) dalam

    Herliansyah, Yudhi dan Meifida Ilyas (2006) menunjukkan bagaimana

    pengalaman dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pengambilan

    keputusan.

    Choo dan Trotman (1991) memberikan bukti empiris bahwa auditor

    berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak umum

    (atypical) dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman, tetapi antara

    auditor yang berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman tidak

    berbeda dalam menemukan item-item yang umum (typical). Penelitian

    serupa dilakukan oleh Tubs (1992), menunjukkan bahwa subjek yang

    mempunyai pengalaman audit lebih banyak, maka akan menemukan

    kesalahan yang lebih banyak dan item-item kesalahannya lebih besar

    dibandingkan auditor yang pengalaman auditnya lebih sedikit. Tsul dan

    Gul (1996) dalam Intiyas, dkk (2007) dengan pengalaman kerja dalam

    kurun waktu empat tahun, maka akuntan publik dianggap telah

    berpengalaman untuk menghadapi konflik audit.

    Libby dan frederick (1990) dalam Intiyas, dkk (2007) menemukan

    bahwa semakin banyak pengalaman akuntan publik maka semakin dapat

  • 31

    menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit.

    Dalam hal pengalaman, penelitian di bidang psikologis yang telah dikutip

    oleh Jeffrey dan Weatherholt (1996) dalam Intiyas, dkk (2007)

    memperlihatkan bahwa seseorang yang banyak pengalaman dalam suatu

    bidang subtantif memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam

    ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik

    mengenai peristiwa-peristiwa tersebut. Pengalaman langsung dari

    pengalaman masa lalu akan menentukan dan mengarahkan seseorang

    dalam setiap perilakunya.

    Pengalaman personel audit akan meningkatkan kompetensi mereka

    dalam menjalankan setiap penugasan. Personel audit berpengalaman

    memakai analisis yang lebih teliti, terinci dan runtut dalam mendeteksi

    gejala kekeliuran dibandingkan dengan analisi yang tidak berpengalaman,

    Sularso (1999). Menurut Wright (1997) dalam Susiana dan Arleen

    Herwaty (2007) pengalaman tentang industri akan meningkatkan

    kemampuan menduga adanya kekeliuran pada saat melakukan prosedur

    analitis.

    B. Pengembangan Hipotesis

    Setiap profesi, terutama yang memberikan jasanya kepada masyarakat,

    memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus dan setiap profesional

    dihatrapkan mempunyai kualitas pribadi tertentu (Fat, 1995 dalam Subroto,

    2001). Akuntan publik sebagai profesi yang memberikan jasa kepada masyarakat

  • 32

    diwajibkan untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan akuntansi serta kualitas

    pribadi yang memadai. Kualitas pribadi tersebut akan tercermin dari perilaku

    profesionalnya. Perilaku profesional akuntan publik salah satunya diwujudkan

    dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional audit

    behavior). Perilaku disfungsional yang dimaksud di sini adalah perilaku

    menyimpang yang dilakukan oleh seorang auditor dalam bentuk manipulasi,

    kecurangan, ataupun penyimpangan terhadap standar audit. Perilaku ini bisa

    memengaruhi kualitas audit baik secara langsung maupun tidak langsung.

    Perilaku yang mempunyai pengaruh langsung diantaranya adalah premature sign

    off atau penghentian prosedur audit secara dini, pemerolehan bukti yang kurang,

    pemrosesan yang kurang akurat, dan kesalahan dari tahapan-tahapan audit.

    Sementara perilaku yang mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap kualitas

    audit adalah underreporting of time.

    Perilaku-perilaku tersebut dapat berefek negatif terhadap hasil audit yang

    dilakukan auditor sehingga dikhawatirkan kualitas audit akan menurun.

    Menurunnya kualitas audit ini akan berdampak pada ketidakpuasan pengguna jasa

    audit terhadap keabsahan serta keyakinan akan kebenaran informasi yang

    terkandung dalam laporan keuangan audit. Hal ini akan menyebabkan terkikisnya

    tingkat kepercayaan masyarakat terhadap profesi audit (Dwi Harini, 2010).

    1. Karakteristik Personal Auditor dengan Penyimpangan Perilaku dalam Audit

    Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat perbedaan penerimaan

    auditor atas penyimpangan perilaku dalam audit, diantaranya adalah

    karakteristik personal auditor. Karakteristik personal auditor yang

  • 33

    mempengaruhi penerimaan auditor atas penyimpangan perilaku audit adalah

    lokus kendali eksternal, keinginan untuk berpindah kerja, harga diri

    kaitannya dengan ambisi dan komitmen pada organisasi (Spector, 1998

    dalam Donelly et al., 2003; Malone dan Roberts, 1996: Kneitker dan

    Kinicki, 2003: Mowday et. al., 1979).

    Lokus kendali eksternal merupakan individu-individu yang percaya

    bahwa suatu peristiwa dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan luar seperti

    nasib, kemujuran dan peluang.

    Studi terdahulu telah menunjukkan korelasi positif yang kuat antara

    lokus kendali eksternal dan kemauan untuk menggunakan penipuan atau

    manipulasi untuk meraih tujuan personal (Gable dan Dangello, 1994).

    Dalam konteks auditing manipulasi atau penipuan dilakukan dalam bentuk

    penyimpangan perilaku audit. Perilaku ini adalah alat bagi auditor dalam

    upaya untuk mencapai tujuan kinerja individual (Dwi Harini, 2010).

    Maryanti (2005) telah melakukan penelitian di Indonesia terhadap 137

    auditor di kantor akuntan publik se-Jawa Tengah dengan mereplikasi

    penelitian yang telah dilakukan Donelly et. al., 2003. Hasil penelitian

    memberikan bukti empiris bahwa karakteristik personal auditor

    berhubungan dengan penyimpangan perilaku, kecuali lokus kendali tidak

    berhubungan signifikan dengan perilaku audit.

    Irawati, dkk (2005) melakukan penelitian terhadap auditor di kantor

    akuntan publik di DKI Jakarta. Penelitian tersebut membuktikan bahwa

  • 34

    locus of control, turnover intention, self rate employee, dan harga diri

    berhubungan positif dengan penerimaan dysfunctional audit behavior.

    Secara umum, penerimaan auditor terhadap perilaku audit

    disfungsional sangat berhubungan dengan karakteristik personal auditor itu

    sendiri, yang dipengaruhi oleh latar belakang tertentu yang berhubungan

    dengan kebutuhan fundamental para auditor, sehingga persepsi dan sikap

    mereka secara individu terhadap suatu nilai yang akan dicapai menjadi dasar

    perilaku individu dalam setiap tindakan mereka. Jadi dapat disimpulkan

    bahwa karakteristik personal auditor dapat menjelaskan mengapa para

    auditor menerima ataupun mendukung penyimpangan perilaku audit.

    Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis yang dibangun adalah:

    H1: Karakterisristik personal auditor berpengaruh terhadap penyimpangan

    perilaku audit

    2. Etika Audit dengan Penyimpangan Perilaku dalam Audit

    Seorang auditor dalam menjalankan tugas auditnya harus sesuai

    dengan etika profesi yang telah ditetapkan. Auditor harus memiiliki norma

    perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan publik dengan kliennya,

    antara akuntan publik dengan rekan sejawatnya dan antara profesi dengan

    masyarakat.

    Herawaty dan Susanto (2009) mengemukakan hasil penelitiannya

    bahwa etika profesi berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan

    tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan.

  • 35

    Akuntan publik harus menjunjung tinggi etika profesionalnya

    sehingga memberikan kepercayaan publik dan mendorong kesadaran akan

    tanggung jawab akuntan publik pada transparansi pelaporan. Tanggung

    jawab ini tergantung pada integritas, dan integritas tergantung pada perilaku

    dan kepercayaan etis (Intiyas, 2007). Semakin rendahnya etika seorang

    auditor, maka tingkat penerimaan penyimpangan perilaku lebih tinggi.

    H2: etika audit berpengaruh terhadap penyimpangan perilaku audit

    3. Pengalaman Auditor dengan Penyimpangan Perilaku dalam Audit

    Intiyas (2007) memaparkan bahwa pengalaman berdasarkan kurun

    waktu empat tahun kerja, karena dalam kurun waktu tersebut auditor

    dianggap telah berpengalaman dalam situasi konflik audit. Herliansyah dan

    Ilyas (2006) menyatakan dalam risetnya bahwa pengalaman dapat

    digunakan untuk meningkatkan kinerja dalam pengambilan keputusan.

    Tubss (1992) dalam Suartana (2008) menunjukkan bahwa ketika

    auditor menjadi lebih berpengalaman, maka: (1) auditor menjadi sadar

    terhadap kekeliuran, (2) auditor memiliki salah pengertian yang lebih sedikit

    tentang kekeliuran yang tidak lazim. Davis (1996) dalam Suartana (2008)

    menyatakan bahwa auditor yang berpengalaman juga memperlihatkan

    tingkat selektif yang lebih tinggi terhadap bukti yang relevan. Auditor yang

    berpengalaman mempunyai kemampuan untuk menentukan apakah

    kekeliuran-kekeliuran tertentu terjadi dalam siklus tertentu. Menurut hasil

    penelitian Intiyas (2007) pengalaman tidak mempunyai pengaruh terhadap

  • 36

    perilaku auditor dalam menghadapi situasi konflik audit. Karena dalam

    penelitian mereka jumlah responden sebagian besar merupakan auditor

    junior.

    Semakin kurangnya pengalaman, seorang auditor maka tingkat

    penerimaan penyimpangan perilaku auditnya lebih tinggi. Maka, dapat

    dibangun hipotesa sebagai berikut:

    H3: Pengalaman auditor berpengaruh terhadap penyimpangan perilaku audit

    C. Penelitian Terdahulu

    Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu

    mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel

    2.1.

  • 37

    No Peneliti

    (Tahun) Judul Penelitian

    Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

    Persamaan Perbedaan

    1. Donelly et.

    al. (2003)

    Auditor Acceptance of

    Dysfunctional audit

    Behavio: An

    Explanatory Model

    Using Auditors Personal

    Characteristics

    Variabel Karakteristik

    Personal Auditor dan

    penyimpangan

    perilaku audit.

    Tidak ada variabel

    etika audit dan

    pengalaman

    auditor.

    Terdapat hubungan positif yang

    signifikan antara external locus of

    control dengan penerimaan perilaku

    disfungsional audit, terdapat

    hubungan negatif yang signifikan

    antara kinerja auditor dengan

    penerimaan perilaku disfungsional

    audit, juga terdapat hubungan positif

    yang signifikan antara keinginan

    untuk berpindah dengan penerimaan

    disfungsional audit.

    2. Robin R.

    Radtke et.

    al. (2004)

    An Examination of

    Factors Associated

    With Dysfunctional

    Audit Behavior

    Variabel

    penyimpangan

    perilaku audit dan

    etika audit

    Tidak ada variabel

    pengalaman

    Terdapat hubungan negatif yang

    signifikan antara etika audit dengan

    penyimpangan perilaku audit.

    3. Irawati,

    dkk (2005)

    Hubungan

    karakteristik personal

    auditor terhadap

    tingkat penerimaan

    penyimpangan

    perilaku dalam audit

    Variabel Karakteristik

    Personal Auditor dan

    penyimpangan

    perilaku audit.

    Tidak ada variabel

    etika audit dan

    pengalaman

    auditor.

    Terdapat hubungan positif antara

    lokus kendali eksternal dan

    keinginan untuk berhenti bekerja

    dengan penerimaan penyimpangan

    perilaku audit. Sedangkan tingkat

    kinerja dan harga diri kaitannya

    dengan ambisi memiliki hubungan

    positif yang tidak signifikan terhadap

    penerimaan penyimpangan perilaku

    audit.

    Tabel 2.1 (Lanjutan)

    Tabel 2.1

    Penelitian Terdahulu

    Bersambung ke halaman selanjutnya

  • 38

    No Peneliti

    (Tahun) Judul Penelitian

    Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

    Persamaan Perbedaan

    4. Ida

    Suraida

    (2005)

    Uji Model Etika,

    Kompetensi,

    Pengalaman Audit dan

    Risiko Audit

    Terhadap Skeptisisme

    Profesional Auditor

    Variabel Etika dan

    Pengalaman Audit

    Tidak terdapat

    variabel

    karakteristik

    personal auditor

    dan penyimpangan

    perilaku dalam

    audit

    Secara simultan, etika, kompetensi,

    pengalaman audit dan risiko audit

    memiliki pengaruh yang cukup besar

    terhadap skeptisisme profesional

    auditor yaitu sebesar 61%.

    5. Mc

    Namara

    and

    Liyanarach

    chi (2008)

    Time Budget Pressure

    and Auditor

    Dysfunctional Audit

    Behavior Within An

    Occupational Stress

    Model

    Variabel

    Penyimpangan

    Perilaku dalam Audit

    Tidak terdapat

    variabel

    karakteristik

    personal auditor,

    etika audit, dan

    pengalaman auditor

    Hasil penelitian menyatakan bahwa

    terdapat pengaruh negatif dan

    signifikan terhadap time budget

    attainability dan underreporting of

    time dengan reduced audit quality

    practices (RAQPs). Selain itu,

    dijelaskan bahwa auditor yang

    berada pada level yang lebih rendah

    dan yang bekerja pada KAP big four

    akan lebih dapat merasakan tekanan

    anggaran waktu dibandingkan

    auditor yang berada pada level

    manager atau yang bekerja pada

    KAP non big four.

    Tabel 2.1 (lanjutan)

    Bersambung ke halaman selanjutnya

  • 39

    No Peneliti

    (Tahun) Judul Penelitian

    Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

    Persamaan Perbedaan

    6. Indri

    Kartika,

    Provita

    Wijayanti

    (2007)

    Locus of Control

    Sebagai Anteseden

    Hubungan Kinerja

    Pegawai dan

    Penerimaan Perilaku

    Disfungsional Audit

    Variabel

    Penyimpangan

    Perilaku dalam Audit

    Tidak terdapat

    variabel

    karakteristik

    personal auditor,

    etika audit, dan

    pengalaman auditor

    Hasil penelitian menyatakan bahwa

    locus of control eksternal

    berpengaruh positif terhadap

    penerimaan perilaku disfungsional

    audit. Locus of Control eksternal

    berhubungan negatif terhadap kinerja

    pegawai. Locus of Contorl sebagai

    anteseden hubungan kinerja pegawai

    penerimaan perilakui disfungsional

    audit. Artinya terjadi hubungan

    negatif antara kinerja pegawai

    dengan penerimaan perilaku

    disfungsional audit didahului oleh

    adanya hubungan Locus of Control

    terhadap kinerja. Auditor yang

    memiliki kecenderungan Locus of

    Control eksternal akan memiliki

    kinerja yang rendah dan auditor yang

    memiliki kinerja yang rendah akan

    lebih menerima perilaku

    disfungsional audit.

    Tabel 2.1 (lanjutan)

    Bersambung ke halaman selanjutnya

  • 40

    Sumber: diolah dari berbagai referensi

    No Peneliti

    (Tahun) Judul Penelitian

    Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

    Persamaan Perbedaan

    7. Provita

    Wijayanti

    (2009)

    Pengaruh

    Karakteristik Personal

    Auditor Terhadap

    Penerimaan Perilaku

    Disfungsional Audit

    (Studi Empiris pada

    Auditor Pemerintah

    yang bekerja di BPKP

    Perwakilan Jawa

    Tengah dan Daerah

    Istimewa Yogyakarta)

    Variabel Karakteristik

    Personal Auditor, dan

    Penyimpangan

    Perilaku dalam Audit

    Tidak terdapat

    variabel etika audit,

    dan pengalaman

    auditor

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    karakteristik personal auditor yang

    bekerja di BPKP wilayah Jawa

    Tengah dan DIY yaitu locus of

    control berhubungan positif terhadap

    penerimaan perilaku disfungsional

    audit tetapi tidak signifikan.

    8. Agusta,

    Ardiani

    (2009)

    Penerimaan Auditor

    atas Dysfunctional

    Audit Behavior

    Variabel

    Penyimpangan

    Perilaku dalam Audit

    Tidak terdapat

    variabel

    karakteristik

    personal auditor,

    etika audit, dan

    pengalaman auditor

    Hasil penelitian menunjukkan

    adanya kontribusi dampak

    karakteristik personal auditor

    terhadap dysfunctional audit

    behavior.

    Tabel 2.1 (lanjutan)

  • 41

    D. Kerangka Pemikiran

    Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas mengenai pengaruh

    karakter personal auditor dan etika auditor terhadap pernyimapangan perilaku

    dalam audit. Berdasarkan kerangka teori yang telah dikembangkan, dapat

    disederhanakan dalan bentuk model sebagai berikut:

    KERANGKA PEMIKIRAN

    Karateristik Personal

    Auditor

    Etika Audit Penyimpangan Perilaku

    dalam Audit

    Pengalaman Auditor

    Pengaruh Karakteristik Personal Auditor, Etika Audit, dan

    Pengalaman Auditor Terhadap Tingkat Penyimpangan Perilaku

    dalam Audit

    Variabel Dependen Variabel Independen

    Metode Analisis: Analisis Regresi Berganda

    Hasil Pengujian dan Pembahasan

    Kesimpulan, Implikasi, dan Saran

  • 42

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini membatasi pada permasalahan pengaruh karakteristik

    personal auditor, etika audit, pengalaman auditor sebagai variabel independen

    dan penyimpangan perilaku dalam audit sebagai variabel dependen.

    Responden dalam penelitian ini adalah auditor, karena mereka yang dapat

    menilai variabel karakteristik personal auditor, etika audit, dan pengalaman

    auditor dengan baik berdasarkan pengalaman sehari-hari mereka selama

    bekerja. Penelitian ini dibatasi dengan auditor yang bekerja di Kantor

    Akuntan Publik (KAP).

    B. Metode Pemilihan Sampel

    Sampel yang dijadikan dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja

    pada kantor akuntan publik di wilayah DKI Jakarta. Kantor Akuntan Publik

    (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin

    sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berusaha di bidang

    pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik. Metode pemilihan

    sampel dilakukan dengan simple random sampling. Simple random sampling

    merupakan salah satu metode penarikan sampel probabilitas yang dilakukan

    dengan cara acak sederhana dan setiap responden memiliki kemungkinan

    yang sama untuk terpilih sebagai responden (Hamid, 2010).

  • 43

    C. Metode Pengumpulan Data

    Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan

    penelitian lapangan (field research). Data utama penelitian ini diperoleh

    melalui penelitian lapangan, peneliti memperoleh data langsung dari pihak

    pertama (data primer). Pada penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian

    adalah auditor yang bekerja di KAP. Peneliti memperoleh data dengan

    mengirimkan kuesioner kepada KAP secara langsung. Data primer diperoleh

    dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah terstruktur dengan tujuan

    untuk mengumpulkan informasi dari auditor yang bekerja pada KAP sebagai

    responden dalam penelitian. Sumber data dalam penelitian ini adalah skor

    masing-masing indikator variabel yang diperoleh dari pengisian kuesioner

    yang telah dibagikan kepada auditor yang berkerja di KAP sebagai

    responden.

    D. Metode Analisis Data

    Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik

    deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji hipotesis.

    1. Statistik Deskriptif

    Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data

    yang dilihat dari nilai mean, standar deviasi, varian, maksimum,

    minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi)

    (Ghozali, 2011).

  • 44

    2. Uji Kualitas Data

    a. Uji Validitas

    Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

    suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

    kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur

    oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2011). Pengujian validitas dalam

    penelitian ini menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara

    menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh dari pertanyaan-

    pertanyaan. Kriteria valid atau tidak adalah jika korelasi antar skor

    masing masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat

    signifikansi di bawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat

    dikatakan valid, dan jika korelasi skor masing masing butir pertanyaan

    dengan total skor mempunyai tingkat signifikansi di atas 0,05 maka

    butir pertanyaan tersebut tidak valid (Ghozali, 2011).

    b. Uji Reliabilitas

    Adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan

    indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan

    reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan

    adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk mengukur

    reliabilitas dalam penelitian ini digunakan uji statistik Cronbach

    Alpha (). Suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai

  • 45

    Cronbachs Alpha > 0,60. Sedangkan, jika sebaliknya data tersebut

    dikatakan tidak reliable (Ghozali, 2011).

    3. Uji Asumsi Klasik

    Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka peneliti

    melakukan uji multikolonieritas, uji normalitas, uji heteroskedastisitas,

    dan uji autokorelasi.

    a. Uji Multikolonieritas

    Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model

    regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

    Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara

    variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi,

    maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah

    variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel

    independen sama dengan nol. Deteksi ada atau tidaknya

    multikolinearitas di dalam model regresi dapat dilihat dari besaran

    VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance. Regresi bebas dari

    multikolinearitas jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10

    (Ghozali, 2011).

    b. Uji Normalitas

    Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di dalam model

    regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya

    mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Model regresi

    yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal.

  • 46

    Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan uji statistik

    Kolmogorov-Smirnov (K-S). Suatu data dikatakan terdistribusi secara

    normal jika memiliki tingkat signifikansi di atas 0,05 dan suatu data

    dikatakan tidak terdistribusi secara normal jika memiliki tingkat

    signifikansi di bawah 0,05 (Ghozali, 2011).

    c. Uji Heteroskedastisitas

    Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

    regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke

    pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke

    pengamaan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika

    berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah

    yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam

    penelitian ini, uji heteroskedastisitas menggunakan uji statistik

    Glejser. Jika variabel independen memiliki nilai signifikansi kurang

    dari 0,05 maka ada indikasi terjadinya heteroskedastisitas, dan jika

    variabel independen memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka

    dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya

    heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).

    4. Uji Hipotesis

    Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi

    berganda. Menurut Ghozali (2011), analisis regresi berganda bertujuan

    untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih

    (variabel independen terhadap variabel dependen).

  • 47

    Persamaan regresi berganda dirumuskan:

    Y = B0 + B1 X1 + B2 X2 + D + e

    Keterangan:

    Y = Penyimpangan perilaku dalam audit

    B0 = Konstanta

    B1-B2 = Koefisien Regresi

    X1 = Karakteristik personal auditor

    X2 = Etika audit

    D = Pengalaman auditor

    e = Error

    Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui:

    a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

    Koefisien Determinasi (R) pada intinya mengukur seberapa jauh

    kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen

    (Ghozali, 2011). Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan

    1 (satu). Nilai R yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel

    independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat

    terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel

    independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan

    untuk memprediksi