141012 laporan tutorial ske 3 blok mata

27
LAPORAN DISKUSI TUTORIAL BLOK XVIII MATA SKENARIO 3 MATA MERAH DISERTAI VISUS TURUN Oleh Kelompok 12: 1. Agil Wahyu Wicaksono ( G0010008 ) 2. Amelia Yunita ( G0010016 ) 3. Ayu Wening Tyas PS ( G0010036 ) 4. Delia Intan Iswari ( G0010052 ) 5. Faisal Hafidz ( G0010076 ) 6. Ivan Aristo ( G0010104 ) 7. Magdalena Wibawati ( G0010120 ) 8. Rio Nanda P. ( G0010162 ) 9. Syifa Marhattya Rizky ( G0010184 ) 10. Yudhistira Pemana ( G0010200 ) Tutor: dr. Yoseph Indrayanto, SH, MS, Sp. And

Upload: ayu-wening

Post on 29-Dec-2014

403 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: 141012 Laporan Tutorial Ske 3 Blok Mata

LAPORAN DISKUSI TUTORIAL

BLOK XVIII MATA

SKENARIO 3

MATA MERAH DISERTAI VISUS TURUN

Oleh

Kelompok 12:

1. Agil Wahyu Wicaksono ( G0010008 )

2. Amelia Yunita ( G0010016 )

3. Ayu Wening Tyas PS ( G0010036 )

4. Delia Intan Iswari ( G0010052 )

5. Faisal Hafidz ( G0010076 )

6. Ivan Aristo ( G0010104 )

7. Magdalena Wibawati ( G0010120 )

8. Rio Nanda P. ( G0010162 )

9. Syifa Marhattya Rizky ( G0010184 )

10. Yudhistira Pemana ( G0010200 )

Tutor: dr. Yoseph Indrayanto, SH, MS, Sp. And

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2012

Page 2: 141012 Laporan Tutorial Ske 3 Blok Mata

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit mata sering diklasifikasikan menjadi 3 bagian besar, yaitu mata

tenang (normal) tetapi visusnya turun (dibawah 6/6 atau 5/5 sebagai nilai

normal), mata merah tetapi visusnya normal, dan mata merah disertai visus

menurun. Skenario di bawah ini merupakan salah satu contoh kelainan mata

dimana mata penderita merah dan visusnya turun.

“Pada saat dr. Ali jaga, terdapat pasien, Bapak Joko, usia 34 tahun,

mengeluhkan mata kiri merah sejak 1 hari yang lalu. Juga mengeluhkan cekot

– cekot, pandangan kabur dan silau.

Pada pemeriksaan didapatkan VOS 5/60, uji pinhole tidak maju, kelopak

bengkak dan spasme, konjungtiva bulbi injeksi, kornea tampak tidak jernih.

Setelah melakukan pemeriksaan lanjut, diagnosis dan terapi, dr Ali merujuk

ke spesialis mata RSUD Dr Muwardi.”

1.2 Permasalahan Utama

1. Anatomi, Histologi dan Fisiologi dari kornea dan iris.

2. Mekanisme terjadinya gejala dan tanda (symptoms and signs) yang

dikeluhkan oleh Bapak Joko.

3. Pemeriksaan lanjutan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis.

4. Differential diagnosis dari gejala di atas sekaligus komplikasi dari setiap

differential diagnosis tersebut.

5. Terapi awal yang diberikan dr. Ali

1.3 Tujuan

1. Mengetahui struktur, baik secara makroskopik dan mikroskopik, serta

fungsi dari kornea dan iris.

2. Mengetahui perjalanan penyakit yang diderita pasien serta komplikasinya.

Juga termasuk perjalanan penyakit yang mirip gejalanya dengan penyakit

yang diderita pasien.

3. Mengetahui tatalaksana penyakit yang diderita pasien.

Page 3: 141012 Laporan Tutorial Ske 3 Blok Mata

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 Anatomi Dan Fisiologi Mata

Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga

lapisan. Dari paling luar ke paling dalam. Lapisan-lapisan itu adalah

sclera/kornea, koroid/badansiliaris/iris, dan retina. Mata menangkap pola

iluminasi dalam lingkungna sebagai gambaranoptic pada sebuah lapisan sel-

sel peka cahaya yaitu retina, seperti sebuah kamera menangkap bayangan

pada film. Seperti film yang dapat dicuci cetak untuk menghasilkan gambar

yangmirip dengan bayangan asli, demikian juga citra yang dikode diretina

disalurkan melaluiserangkaian pengolahan visual yang semakin kompleks

setiap langkahnya sampai akhirnyasecara sadar dipersepsikan sebagai gambar

yang mirip dengan gambar asli.

Page 4: 141012 Laporan Tutorial Ske 3 Blok Mata

2.2 Anatomi Dan Fisiologi Kornea

Kornea (latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian

selaput matayang tembus cahaya. Kornea transparan (jernih), bentuknya

hampir sebagian lingkarandengan diameter vertical 10-11mm dan horizontal

11-12mm, tebal 0,6-1mm terdiri 5 lapis.Kemudian indeks bias 1,375 dengan

kekutan pembiasan 80%. Sifat kornea yang dapatditembus cahaya ini

disebabkan oleh struktur kornea yang uniform, avaskuler dan diturgesensatau

keadaan dehidrasi relative jaringan kornea, yang dipertahankan oleh pompa

bikarbonat 3aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel.

Endotel lebih penting daripadaepitel dalam mencegah dehidrasi, dan cedera

kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih beratdaripada cedera pada epitel.

Kerusakan sel-sel endotel jauh menyebabkan sifat transparanhilang dan

edema kornea, sedangkan kerusakan epitel hanya menyebabkan edema

lokalsesaat karena akan menghilang seiring dengan regenerasi epitel.Kornea dipersarafi

oleh banyak serat saraf sensoris terutama saraf siliaris longus,

saraf nasosiliaris, saraf ke V saraf siliaris longus berjalan supra koroid ,

masuk kedalam stromakornea, menembus membrane bowman melepaskan

selubung Schwannya. Seluruh lapisepitel dipersarafi sampai kedua lapis

terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan

didaerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong didaerahlimbus

terjadi dalam waktu 3 bulan. Trauma atau penyakit yang merusak endotel

Page 5: 141012 Laporan Tutorial Ske 3 Blok Mata

akanmengakibatkan system pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi

endotel dan terjadiedema kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi.

Kornea merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan

dan terdiri atas lapis:

1. Epitel

Bentuk epitel gepeng berlapis tanpa tanduk. Bersifat fat soluble

substance. Ujung saraf kornea berakhir di epitel oleh karena itu kelaianan

pada epitel akanmenyebabkan gangguan sensibilatas korena dan rasa sakit

dan mengganjal. Daya regenerasi cukup besar, perbaikan dalam beberapa hari

tanpa membentuk jaringan parut. Tebalnya 50um, terdiri atas sel epitel tidak

bertanduk yang saling tumpangtindih;satu lapis sel basal, sel polygonal dan

sel gepeng. Pada sel batang sering terlihat mitosis sel , dan sel muda ini

terdorong kedepan menjadi lapis sel sayapdan semakin maju kedepan menjaid

sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel

polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden;ikatan ini

mengham0bat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yangmerupakan barrier.

Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat eratkepadanya . Bila

terjadi gangguan akan menjadi erosi rekuren. epitel berasal dari ektoderm

permukaan.

2. Membrana Bowman

Terletak di bawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagenyang

tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan

stroma.Mempertahankan bentuk kornea Lapis ini tidak mempunyai daya

regenerasi.Kerusakan akan berakhir dengan terbentuknya jaringan parut.

3. Stroma

Lapisan yang paling tebal dari kornea. Bersifat water soluble

substance .Terdiri atas jaringan kolagen yang tersusun atas lamel-lamel, pada

permukaan terlihatanyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat

kolagen bercabang. Stroma bersifat higroskopis yang menarik air, kadar air diatur oleh

fungsi pompa sel endoteldan penguapan oleh sel epitel. Gangguan dari susunan

serat kornea terlihat keruh.Terbentuknya kembali serat kolagen memakan

waktu lama yang kadang-kadangsampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel

Page 6: 141012 Laporan Tutorial Ske 3 Blok Mata

stroma kornea yang merupakan fibroblastterletak di antara serat kolagen

stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar danserat kolagen dalam

perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4. Membrana Descement

Lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat dan tidak berstruktur dan

beningterletak dibawah stroma dan pelindung atau barrier infeksi dan masuknya

pembuluh darah. Merupakan membrane selular dan merupakan batas belakang

stroma kornea

2.3 Diagnosis Banding

a. Glaukoma Akut

Definisi

Penyakit mata yang disebabkan peningkatan tekana intraokuler yang

mendadak sangat tinggi.

Etiologi

Primer memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit

pada kedua mata

Sekunder akibat penyakit mata lain.

Yang paling banyak disebabkan oleh penyebab primer, menyerang pasien

usia 40 tahun ke atas.

Faktor Predisposisi

Pada bentuk primer factor predisposisinya berupa pemakaian obat-obat

midriatik,berdiam lama ditempak gelap, dan gangguan emosional. Bentuk

sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subuksasi lensa, katarak

intumesen atau hipermatur, uveitis dengan subluksio/oklusio pupil, dan iris

bombe, atau pascabedah intraokuler.

Manifestasi Klinis

Rasa sakit hebat yang menjalar ke kepala disertai mual muntah, mata

merah, dan bengkak, tajam penglihatan sangat menurun, dan melihat

lingkaran-lingkaran seperti pelangi.

Pada pemeriksaan dengan lampu senter terlihhat onjeksi konjunctiva,

injeksi siliar, kornea suram karena sembab, reaksi pupil hilang atau

Page 7: 141012 Laporan Tutorial Ske 3 Blok Mata

melambat, kadang pupil midriasis, kedua bilik mata depan tampak dangkal

pada bentuk primer, sedangakan pada bentuk sekunder dijumapi penyakit

penyebabnya.

Fundoskopi sukar dilaukan karena terdapat kekeruhan pada media

refrakta.

Pada perabaan, bola mata yang sakit teraba lebih keras disbanding bola

mata sebelahnya.

Pemeriksaan Penunjang

Pengukuran dnegan tonometri Schiotz memnunjukkan tekanan.

Perimetri, gonioskopi, dan tonografi dilakukan setelah edema kornea

menghilang.

Komplikasi

Kebutaan

Penatalaksanaan

Tekanan Intraokular harus segera diturunkan dengan memberikan

asetazolamid 500 mg dilanjutkan 4 x 250 mg, solusiogliserin 50% 4 x 100-

150 ml dalam air jeruk, penghambat beta adrenergic 0,25-0,5 % 2 x 1 dan

KCL 3 x 0,5 g. diberikan juga obat tetes mata kortikosteroid dan antibiotic

untuk mengurangi reaksi inflamasi.

Untuk bentuk yang primer, diberikan tetes mata pilokarpin 2 % tiap 30

menit – 1 jam pada mata yang terken serangan, dan 3x 1 tetes pada mata

sebelahnya. Bila perlu diberikan aalgesik antiemetik.

Penderitadirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi TIO dan

keadaan matanya. Bila TIO tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya

diberikan infusmanitol 20% 300-500ml/60 tetes/menit. Bila jelas menurun,

operasi ditunda sampai mata tenang dengan tetap memantau TIO. Jenis

operasi, iridektomi dan filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan

gonioskopi setelah pengobatan medikamentosa. Selain pencegahan juag

dilakukan iridektomi pada mata sebelahnya.

Pada bentuk sekunder harus dicari penyebabnya dan diberi pengobatan

yang sesuai. Dilakukan operasi hanya sesuai penybabnya, misalnya bila

Page 8: 141012 Laporan Tutorial Ske 3 Blok Mata

karena hifema lakukan parasintesis, pada kelainan lensa lakukan ekstraksi

lensa dan pada uveitis dilakukan iridektomi atau operasi filtrasi.

b. Uveitis Anterior

Definisi

Peradangan pada jaringan anterior uvea (iris dan badan siliaris), terjadi

mendadak, biasanya berjalan 6-8 minggu.

Etiologi

Eksogen trauma uvea, invasi mikroorganisme.

Endogen idiopati, autoimun, keganasan, mikroorganisme yang telah ada

dalam tubuh pasien (contoh : TBC,herpes simpleks, dll).

Patofisiologi

Proses imunologi yang menghasilkan sel-sel radang yang merusak

jaringan sekitar uvea.

Manifestasi Klinis

Fotofobia, sakit, mata merah, sukar melihat dekat, dan proses lakrimasi

pada penderita akut. Bila kronik, mata akan menjadi putih dengan gejala

ringan walau dengan inflamasi berat.

Komplikasi

Sinekia posterior dan sinekia anterior dan dapat mengakibatkan

glaucoma sekunder. Dapat pula terjadi uveitis simpatis. Pemakaian steroid

jangka panjang juga harus diperhatikan.

Penatalaksanaan

Harus segera ditangani untuk mencegah kebutaan, penggunaan steroid

tetes matapada siang hari dan salep pada malam hari. Dapat digunakan

dexamethason, betamethason, dan prednisolon 1tetes tiap 5 menit, kemudian

dosis diturunkan hingga per hari. Dapat juga digunakan steroid sistemik.

Untuk mengurangi rasa sakit, melepas sinekia, dan mengistirahatkan iris yang

meradang, diberikan sikloegik. Setelah infeksi fokal, penyakit yang

mendasari, atau kuman penyebab diketahui, diberikan pengobatan sistemik.

Page 9: 141012 Laporan Tutorial Ske 3 Blok Mata

c. Ulkus Kornea

Definisi

Hilangnya sebagian permukaan krnea akibat kematian jaringan kornea.

Etiologi

Bakteri, jamur, Achantamoeba (biasanya berasal dari cairan pencuci

lensa kontak), dan Herpes Simpleks.

Manifestasi Klinis

Mata merah, sakit ringan hingga berat, fotophobia, penglihatan menurun,

kadang kotor. Pada pemeriksaan terlihat kekeruhan berwarna putih pada

kornea dengan defek epitel. Iris sukar dilihat akibat edema kornea, lipatan

descemet, reaksi jaringan uvea berupa flare, hipopion, hifema, dan sinekia

posterior. Bila disebabkan oleh jamur, maka infiltrate akan berwarna abu-abu

dikelilingi infiltrate halus disekitarnya (fenomena satelit).

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan sediaan langsung dan pemeriksaan jamur dengan sediaan

hapus KOH.

Diagnosis Banding

Keratomalasia, tukak hipersenditif Stafilokok, dan infiltrate sisa benda

asing.

Penatalaksanaan

Pengobatan bertujuan untuk menghalangi hidup bakteri dengan

antibiotic dan untuk mengurangi reaksi radang dengan steroid. Diberikan

siklopegik serta antibiotic topical dan subkonjunctiva yang sesuai. Pasien

dirawat bila terancam perforasi, tidak dapat member obat sendiri, dan bila

penyakit berat sehingga diperlukan obat sistemik. Mata tidak boleh dibebat,

dan pembersihan secret dilakukan 4 kali sehari, dan berhati-hati dengan

glaucoma sekunder. Pengobatan dihentikan bila terjadi epiteisasi dan mata

terlihat tenang. Bila penyebabnya pseudomonas pengobatan harus ditambah

1-2 minggu.

Untuk Keratitis herpetic dilakukan debridement epitel dengan aplikator

kapas, siklopegik atropine 1% dan dibalut tekan. Antivira topical untuk

mempercepat penyembuhan(Asiklovir IV atau oral 5 x 800 mg dalam waktu

Page 10: 141012 Laporan Tutorial Ske 3 Blok Mata

72 jam setelah terjadi gejala kulit untuk 10-14 hari. Bila perlu diberikan

analgesic dan kortikosteroid topical.

Bila dsebabkan Achanthomoeba, selain debrimen epitel, diberikan

topical propamidin isetionat 1 % dan neomisin tetesm atau poliheksametilen

biguanid 0,01-0,02% atau golongan imidazol.

d. Keratitis

Definisi

Keratitis adalah infeksi pada kornea yang biasanya diklasifikasikan

menurut lapisan kornea yang terkena yaitu keratitis superfisialis apabila

mengenal lapisan epitel atau bowman dan keratitis profunda atau interstisialis

(atau disebut jugakeratitis parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma

(Ilyas, 2006)

Etiologi dan faktor pencetus

Penyebab keratitis bermacam-macam. Bakteri, virus dan jamur dapat

menyebabkan keratitis. Penyebab paling sering adalah virus herpes simplex

tipe 1. Selain itu penyebab lain adalah kekeringan pada mata, pajanan

terhadap cahaya yang sangat terang, benda asing yang masuk ke mata, reaksi

alergi atau mata yang terlalu sensitif terhadap kosmetik mata, debu, polusi

atau bahan iritatif lain, kekurangan vitamin A dan penggunaan lensa kontak

yang kurang baik (Mansjoer, 2001).

Tanda dan Gejala Umum

Tanda patognomik dari keratitis ialah terdapatnya infiltrat di kornea.

Infiltratdapat ada di seluruh lapisan kornea, dan menetapkan diagnosis dan

pengobatan keratitis. Pada peradangan yang dalam, penyembuhan berakhir

dengan pembentukan jaringan parut (sikatrik), yang dapat berupa nebula,

makula, dan leukoma. Adapun gejala umum adalah :

1. Keluar air mata yang berlebihan

2. Nyeri

3. Penurunan tajam penglihatan

4. Radang pada kelopak mata (bengkak, merah)

5. Mata merah

Page 11: 141012 Laporan Tutorial Ske 3 Blok Mata

6. Sensitif terhadap cahaya (Mansjoer, 2001).

Klasifikasi

Keratitis biasanya diklasifikasikan berdasarkan lapisan kornea yang

terkena : yaitu keratitis superfisialis apabila mengenai lapisan epitel dan

bowman dan keratitis profunda apabila mengenai lapisan stroma.Bentuk-

bentuk klinik keratitis superfisialis antara lain adalah (Ilyas, 2006):

1. Keratitis punctata superfisialis

Berupa bintik-bintik putih pada permukaan kornea yang dapat

disebabkan oleh sindrom dry eye, blefaritis, keratopati logaftalmus,

keracunan obat topical, sinar ultraviolet, trauma kimia ringan dan

pemakaian lensa kontak.

2. Keratitis flikten

Benjolan putih yang yang bermula di limbus tetapi mempunyai

kecenderungan untukmenyerang kornea.

3. Keratitissika

Suatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh kurangnya sekresi kelenjar

lakrimaleatau sel goblet yang berada di konjungtiva.

4. Keratitis lepra

Suatu bentuk keratitis yang diakibatkan oleh gangguan trofik saraf,

disebut jugakeratitis neuroparalitik.

5. Keratitis nummularis

Bercak putih berbentuk bulat pada permukaan kornea biasanya multiple

dan banyakdidapatkan pada petani.

Bentuk-bentuk klinik keratitis profunda antara lain adalah :

a. Keratitis interstisialis luetik atau keratitis sifilis congenital

b. Keratitissklerotikans.

Patofisiologi Gejala

Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak

segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak

vaskularisasi. Maka badan kornea,wandering cell dan sel-sel lain yang

terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru

Page 12: 141012 Laporan Tutorial Ske 3 Blok Mata

kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan

tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-

sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang

mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna

kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin,

kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbulah ulkus kornea

(Vaughan,2009).Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan

lesi pada kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa

sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan

palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai

sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresiiris, yang meradang dapat

menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadipada ujung saraf kornea

merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi

pada pembuluh iris. Fotofobia, yang berat pada keba¬nyakan penyakitkornea,

minimal pada keratitis herpes karena hipestesi terjadi pada penyakit ini, yang

juga merupakan tanda diagnostik berharga. Meskipun berair mata dan

fotofobia umumnya me¬nyertai penyakit kornea, umumnya tidak ada tahi

mata kecuali pada ulkus bakteri purulen (Vaughan, 2009).Karena kornea

berfungsi sebagai jendela bagi mata dan mem¬biaskan berkas cahaya, lesi

kornea umumnya agak me¬ngaburkan penglihatan, terutama kalau letaknya

di pusat(Vaughan, 2009).

e. Erosi Kornea

Etiologi

Erosi kornea dapat disebabkan karena adanya benda asing di dalam mata,

adanya usaha untuk mengeluarkan atau menarik benda asing tersebut

misalnya dengan jari kuku, atau melalui mekanisme non-kontak seperti pada

pekerja yang terkena percikan api alat las. Pada kondisi ini, pasien

memerlukan intervensi karena adanya rasa nyeri yang ditimbulkan.

Pada erosi kornea, sel epitel yang melapisi kornea dapat hilang sebagian

atau hilang total.

Page 13: 141012 Laporan Tutorial Ske 3 Blok Mata

Gejala

Nyeri (pada beberapaa kasus dapat disertai sensasi adanya benda asing,

iritasi, atau mata kering)

Pandangan kabur

Fotofobia

Lakrimasi

Pemeriksaan

Tes fluorescein untuk membuktikan adanya defek epitel. Bila terdapat

edema maka defek akan terlihat setelah beberapa jam.

Penatalaksanaan

Tujuan dari penatalaksanaan pada erosi kornea adalah untuk re-epitelisasi.

Salep antibiotik, untuk menghindari infeksi

Kortikoseroid tetes, untuk mengatasi inflamasi dan membantu

metabolisme kornea

Siklopegik tetes, untuk mengurangi rasa nyeri.

Page 14: 141012 Laporan Tutorial Ske 3 Blok Mata

BAB III

PEMBAHASAN

Bapak joko berumur 34 tahun mengalami mata merah disertai visus turun.

Mata pada umunya adalah berwarna putih.Mata merah adalah suatu mekanisme

dimana terjadi pecahnya pembuluh darah sklera atau juga bisa karena

vasodiltasi pembuluh darah sklera , sehingga sklera akan terlihat berwarna

merah. Penyebabnya bisa bermacam-macam yakni trauma , infeksi seperti

keratitis,konjungtivitis atau iridosiklitis. Pecahnya pembuluh darah mata

misalnya akibat trauma maka akan menyebabkan mata menjadi merah, dan

darah akan tertimbun dibawah jaringan konjungtiva(perdarahan

subkonjungtiva). Penatalaksanaan dari perdarahan subkonjungtiva adalah akut

diberikan kompres dengan air dingin, untuk yang kronis diberikan kompres

dengan air hangat.

Patofisiologi dari perjalanan penyakit , terjadinya dilatasi pembuluh darah

yang akan menyebabkan gejala hiperemia silier Peningkatan permeabilitas

silier akan menyebabkan eksudasi ke dalam aquos humor, sehingga terjadi

peningkatan konsentrasi protein dan juga fibrin. Terjadinya peningkatan

permeabilitas pembuluh darah akan menyebabkan iris edema. Selain itu juga

mempengaruhi pada refleks pupil menurun, sehingga terjadinya miosis pada

pupil. Miosis terus menerus pada pupil menyebabkan refleks silau. Sel-sel

radang , fibrin dapat menyebabkan iris melekat pada lensa sehingga terjadi

sinektia anterior. Timbunan dari fibrin menyebabkan fibroblas menutup pupil

terjadilah seklusio pupil/oklusio pupil. Cairan pada Camera Oculi posterior

tidak mengalir sehingga terjadi pembesaran iris atau bisa disebut iris bomb.

Tidak mengalirnya cairan dengan baik akan menyebabkan peningkatan pada

tekanan intraokuler sehingga terjadilah glaukoma sekunder.Peningkatan

tekanan intraokuler akan menimbulkan rasa cekot-cekot yang berdenyut.

Pandangan kabur yang dialami oleh pasien disebabkan karena kornea tidak

jernih.

Pada pemeriksaan VOS 5/60 menunujukkan terjadi penurunan visus dimana

visus mata normal adalah 6/6 atau 5/5. Disertai juga pinhole tidak maju , uji

Page 15: 141012 Laporan Tutorial Ske 3 Blok Mata

pinhole tidak maju menunjukkan kalau mata pasien tidak terjadi kelainan

refraksi pada mata. Sehingga penurunan visusnya disebabkan oleh hal lain ,

bisa kelainan di kornea atau kelainan di retina. . Penurunan visus yang

mendadak , yakni satu hari yang lalu merupakan salah satu komplikasi dari

glaukoma akut. Perjalanan penyakit infeksi lain akan membutuhkan waktu

yang cukup lama untuk menimbulkan komplikasi penurunan visus.

Sifat-sifat injeksi konjungtival antara lain;

Mudah digerakkan dari dasarnya disebabkan arteri conjungtiva posterior

melekat secara longgar pada conjungtiva bulbi yang mudah dilepas dari

dasarnya sclera

Pada konjungtivitis pembuluh darah ini terutama didapatkan di daerah

forniks

Ukuran pembuluh darah makin besar ke bagian perifer, karena asalnya dari

bagian perifer atau arteri ciliaris anterior

Pembuluh darah berwarna merah segar

Pembuluh darah akan lenyap bila ditetesi adrenalin 1:1000

Gatal

Tidak ada fotofobia

Pupil ukuran normal dengan reaksi normal

Spasme adalah keadaan dimana terjadi kontraksi orbikularis okuli, yaitu

otot-otot di sekitar mata tanpa disadari. Infeksi mengenai pada konjungtiva

bulbi kemudian menjalar ke superir ke fornix menuju ke ke kelopak mata.

Sehingga kelopak mata bengkak , bengkak merupakan tanda dari inflamasi.

Infeksi juga mengenai salah satu nervus yang mempersarafi dari wajah yakni

nervus facialis, sehingga akan terjadi mekanisme kontraksi dari musculus

orbicularis oculi yang tanpa disadari. Injeksi konjungtival merupakan

pelebaran pembuluh darah arteri conjungtiva posterior dapat terjadi akibat

pengaruh mekanis, alergi, ataupun infeksi pada jaringan konjungtiva.

Kornea mata tidak jernih menunjukkan suatu kelainan yang dapat timbul ,

Sebab pada umumnya warna dari kornea jernih . Penyebabnya anatara lain

adalah :

Neovaskularisasi

Page 16: 141012 Laporan Tutorial Ske 3 Blok Mata

Pada keadaan normal, pembuluh darah conjungtiva tidak akan melalui

limbus. Setiap pembuluh darah yang melalui limbus harus dianggap

neovaskularisasi dari cornea. Bila neovaskulariasi ringan , tidak akan

timbul banyak peruahan , tetapi bila neovaskularisasi tebal , akan

menganggu kejernihan dari cornea.

Cairan yang meningkat (udem cornea)

Tertimbunya cairan di dalam cornea akan menyebabkan udem dari

cornea. Keratitis akan terbentuk invasi sel-sel, terbentuk infiltrat/

radang cornea. Apabila invasi sel-sel radang ini disertai dari

peningkatan cairan maka akan tampak kornea tidak jernih.

Perubahan susunan jaringan

Adanya sel-sel radang ( keratitis)

Menempelnya benda asing

Dr Aji memberikan terapi pendahuluan kepada pasien yang diderita, terapi

pendahuluan yang biasa diberikan adalah berupa terapi tetes mata

kortikosteroid, dan juga obat tetes mata yang bersifat miotikum. Golongan

parasimpatomimetik misalnya adalah fisostigmin yang berfungsi untuk miosis

sehingga kanalis schelmnyua terbuka. Terapi ini bersifat mengurangi derajat

dari glaukoma akut. Pasien dirujuk ke spesialis mata karena untuk pemeriksaan

lebih lanjut karena di poli mata memiliki alat yang lebih lengkap misal

tonometer scfhiotz yang dapat digunakan untuk mengetahui derajat takanan

intraokuler.

Page 17: 141012 Laporan Tutorial Ske 3 Blok Mata

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan gejala yang ditimbulkan seperti mata merah, visus turun,

kelopak mata bengkak dan spame, konjungtiva bulbi injeksi, kornea tampak

tidak jernih dan uji pinhole tidak maju berarti terdapat kerusakan ataupun

kelainan pada media refrakta. Media refrakta yang mengalami kerusakan atau

kelainan pada skenario ini adalah pada kornea dan tunika uvea (pada bagian

iris)penderita dan kemungkinan penyakit yang diderita pasien adalah glaucoma

akut. Namun, untuk menentukan diagnosis yang tepat diperlukan pemeriksaan

penunjang lebih lanjut.

4.2 Saran

1 Pasien disarankan untuk pergi ke dokter spesialis mata.

2 Sebaiknya pasien tidak melakukan aktivitas di tempat yang kurang

penerangan, karena akan mempengaruhi kerja pupil.

3 Sebaiknya pemeriksaan lebih lanjut dilakukan oleh pasien agar mengetahui

diagnosis pasti dari oenyakitnya agar dapat diberikan terapi yang tepat.

Page 18: 141012 Laporan Tutorial Ske 3 Blok Mata

DAFTAR PUSTAKA

Gray, Henry. 2008. Gray's Anatomy of the Human Body 39th edition.

Philadelphia : Churchill Livingstone.

Junqueira, L. Carlos. 1997. Histologi Dasar Edisi Kedelapan. Jakarta: EGC.

Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku

kedokteran EGC.

.Sunaryo.2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 6 . Jakarta : FKUI

Ilyas, Sidarta. 2008. IlmuPenyakit Mata.Jakarta :BalaiPenerbit FKUI.

Ilyas, Sidarta, et al. 2002. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan

Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: Sagung Seto.

Voughan & Asbury. 2010. Oftalmologi Umum. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:

Penerbit Media Aesculapius.