wrap up skenario 2 otitis media pbl a-12 fk 2011

59
Sasaran Belajar 1. Mampu memahami dan menjelaskan anatomi telinga 1.1. Mampu memahami dan menjelaskan anatomi makroskopis telinga 1.2. Mampu memahami dan menjelaskan anatomi mikroskopis telinga 2. Mampu memahami dan menjelaskan fisiologi pendengaran dan keseimbangan 3. Mampu memahami dan menjelaskan Otitis Media 3.1. Mampu memahami dan menjelaskan definisi otitis media 3.2. Mampu memahami dan menjelaskan epidemiologi otitis media 3.3. Mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi otitis media 3.4. Mampu memahami dan menjelaskan etiologi otitis media 3.5. Mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi otitis media 3.6. Mampu memahami dan menjelaskan manifestasi klinis otitis media 3.7. Mampu memahami dan menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding otitis media 3.8. Mampu memahami dan menjelaskan tata laksana otitis media 3.9. Mampu memahami dan menjelaskan prognosis otitis media 3.10. Mampu memahami dan menjelaskan komplikasi otitis media 3.11. Mampu memahami dan menjelaskan pencegahan otitis media 4. Mampu memahami dan menjelaskan menjaga telinga dan pendengaran sesuai syariat Islam 1

Upload: faraheryanda

Post on 13-Sep-2015

91 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

sduhde

TRANSCRIPT

Sasaran Belajar

1. Mampu memahami dan menjelaskan anatomi telinga1.1. Mampu memahami dan menjelaskan anatomi makroskopis telinga1.2. Mampu memahami dan menjelaskan anatomi mikroskopis telinga2. Mampu memahami dan menjelaskan fisiologi pendengaran dan keseimbangan3. Mampu memahami dan menjelaskan Otitis Media3.1. Mampu memahami dan menjelaskan definisi otitis media3.2. Mampu memahami dan menjelaskan epidemiologi otitis media3.3. Mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi otitis media3.4. Mampu memahami dan menjelaskan etiologi otitis media3.5. Mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi otitis media3.6. Mampu memahami dan menjelaskan manifestasi klinis otitis media3.7. Mampu memahami dan menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding otitis media3.8. Mampu memahami dan menjelaskan tata laksana otitis media3.9. Mampu memahami dan menjelaskan prognosis otitis media3.10. Mampu memahami dan menjelaskan komplikasi otitis media3.11. Mampu memahami dan menjelaskan pencegahan otitis media4. Mampu memahami dan menjelaskan menjaga telinga dan pendengaran sesuai syariat Islam

Skenario 2

PEGAWAI KAMAR MESIN KAPAL

Seorang anak usia 3 tahun pilek batuk dan demam sudah 3 hari yang lalu. Keluhan telinga kanannya sakit, mengeluarkan sedikit cairan seperti air susu dan bercampur sedikit warna merah seperti darah. Lalu dibawa ibunya ke UGD. Setelah liang telinga dibersihkan, diperiksa kendang telinga tampak merah dan mengeluarkan cairan. Ibu pasien bertanya pada dokter, apakah penyakit anaknya bisa sembuh.

Pertanyaan

1. Adakah hubungan antara batuk dan pilek dengan nyeri telinga yang diderita?2. Mengapa muncul demam?3. Mengapa hanya satu telinga yang sakit?4. Pemeriksaan apa yang dilakukan untuk mendiagnosa penyakit ini?5. Apa yang menyebabkan cairannya seperti air susu dan merah?6. Apakah penyakit ini bisa disembuhkan?7. Apakah umur dan jenis kelamin berpengaruh terhadap penyakit ini?8. Apa diagnosis penyakit ini?9. Bagaimana pengobatan penyakit ini?10. Apa perbedaan otitis media akut akibat bakteri dan virus?

Jawaban

1. Ada, karena terdapat hubungan antara telinga dan nasofaring melalui suatu saluran yang disebut tuba eustachius.2. Karena terdapat infeksi yang dapat disebabkan oleh virus dan bakteri seperti Streptococcus pneumonia, Haemaphilus influenza, Moraxella catarhalis yang menyebabkan reaksi inflamasi.3. Karena tidak ada hubungan antara telinga yang satu dengan yang lainnya.4. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (otoskopi).5. Karena terdapat sel darah putih yang pada akhirnya membentuk pus dan vasodilatasi pembuluh darah.6. Bisa, jika ditangani secara cepat dan tepat dengan antibiotic sesuai etiologinya.7. Ya, karena terdapat perbedaan anatomis tuba eustachius pada anak dan orang dewasa (lebih pendek dan lebar : pada anak).8. Otitis Media Akut.9. Diberi tata laksana dan antibiotik sesuai stadium penyakit.10. Sekret pada otitis media akut akibat bakteri lebih purulen, sementara yang disebabkan oleh virus bersifat serosa dan lebih jernih.

Hipotesis

Anak usia 3 tahun Faktor resiko : anatomi tuba eustachius lebih lebar dan pendek Terkena infeksi bakteri (S.pneumonia, H.influenzae, M.catarhalis) Reaksi Inflamasi Demam Penyumbatan tuba eustachius (Stadium oklusi)

Vasodilatasi pembuluh darah

Membran tympani hiperemis dan bengkak

Nyeri telinga kanan

Pemeriksaan fisik dan otoskopi

Otitis Media Akut

Tata Laksana : Antibiotik

1. Mampu memahami dan menjelaskan anatomi telinga1.1. Mampu memahami dan menjelaskan anatomi makroskopis telingaAnatomi MakroskopikPendengaran

Telinga dibagi menjadi 3 bagian :A. Telinga Luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus,dipisahkan dari telinga tengah oleh membrana timpani (gendang telinga).

Aurikel (pinna) terbuat dari kartilago yang dibungkus oleh kulit, aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Kanalis auditorius externus yang masuk ke dalam tulang temporal, panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat dimana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis.Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani Kelenjar cerumen berfungsi untuk menjaga gendang telinga lentur, menangkap debu, mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit telinga.

Gambar 1 : Pinna (Auricula)

B. Telinga Tengah

Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.

Gambar 2 : Telinga TengahGambar 3(Sumber : www.ghorayeb.com)(Sumber : commons.wikimedia.org) Membran tympani, bergetar saat adanya gelombang udara, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen. Gelombang udara disalurkan melalui 3 tulang auditory (osikuli); malleus, incus, stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (oval window dan round window, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam). Osikuli stapes meyalurkan transmisi getar ke telinga dalam yang berisi cairan pada oval window. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe. Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1 mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubungkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.

Terdapat dua otot ditelinga tengah yaitu :

M. Tensor Timpani yang berfungsi mengurangi getaran berlebihan dari membran timpani dan tulang pendengaran untuk mencegah kerusakan pada telinga tengah. M. Stapedius berfungsi untuk mengurangi getaran berlebihan pada tulang pendengaran terutama stapes.

Gambar 4 : Telinga Luar Tengah Dalam(Sumber : www.paradoja7.com)C. Telinga Dalam

Struktur membran disebut cochlea yang berkaitan dengan pendengaran dan utricle, saccule, kanalis semisirkularis berkaitan dengan keseimbangan.

Pada telinga dalam terdapat organ verstibulokoklear yang memiliki fungsi penting dalam penerimaan suara dan pengaturan keseimbangan.

Gambar 5 : Telinga Dalam Pada Tulang Tengkorak

Organ vestibulokoklear yang disebut juga labirin karena bentuknya yang kompleks didalam os pertrosus tulang temporal.

Telinga dalam terdiri dari 2 bagian yaitu:

1. Labirin tulang (bony labyrinth) yang berisi cairan perilimfatik.2. Labirin membranosa (membranous labyrinth) yang berisi cairan endolimfatik

Gambar 6 : Canalis Semicircularis dan Cochlea(Sumber : www.studyblue.com)

Struktur telinga tengah dan dalam. Labirin tulang merupakan salah satu tulang terkeras dalam tubuh dan terdiri dari vestibulum, kanalis semirkularis dan koklea.1. Labirin Tulang

Labirin tulang merupakan rongga yang dilapisi periosteum. Rongga ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu vestibulum, kanalis semisirkularis dan koklea. Vestibulum adalah ruangan kecil berbentuk oval berukuran sekitar 3 x 5 mm berisikan utrikulus dan sakulus. Ditengah labirin tulang, vestibulum memisahkan koklea dan kanalis semisirkularis. Terdapat 10 lubang pada dinding tulang vestibulum, yaitu 5 untuk kanalis semisirkularis dan masing-masing satu untuk vestibular aqueduct, cochlear aqueduct, foramen oval dan rotundum dan saraf.

Kanalis semisirkularis terdiri dari 3 bagian; posterior, anterior dan lateral yang membentuk sudut 90 satu sama lain dan terletak di belakang vestibulum. Masing-masing berdiameter 0,8-1,0 mm dengan ujung yang berdilatasi membentuk bony ampulla.Vestibulum dan kanalis semisirkularis berperan dalam pengaturan keseimbangan. Koklea adalah struktur berbentuk spiral yang berputar sebanyak 2,5 sampai 2 2/3 putaran seperti rumah siput. Axis dari koklea adalah modiulus berupa saluran untuk pembuluh darah arteri vertebralis dan serabut-serabut saraf. Pada proksimal dari koklea terdapat cochlear aqueduct yang menghubungkan labirin tulang dengan ruang subarachnoid yang terletak superior terhadap jugular foramen dan round windows yang ditutupi oleh membran timpani sekunder.

2. Labirin Membranosa

Labirin membranosa adalah rongga yang dilapisi epitel berisi cairan endolimfatikyang dikelilingi oleh cairan perilimfatik di dalam labirin tulang. Labirin membranosa dibagi menjadi dua bagian yaitu cochlear labyrinth dan vestibular labyrinth.

Gambar 7 : Canalis Semicircularis dan Cochlea(Sumber : www.earsite.com)

Vestibular labyrinth terdapat kantung oval yang disebut utrikulus dan kantung yang lebih kecil disebut sakulus yang berisikan cairan endolimfatik (utriculosaccular duct). Pada dinding sakulus dan utricle terdapat daerah-daerah kecil terbatas, disebut macula, terdiri dari epitel sensoris khusus yang disarafi oleh cabang-cabang vestibular nerve. Cochlear labyrinth dinamakan juga duktus koklearis dikelilingi oleh cairan perilimfatik di dalam koklea. Duktus koklearis ditopang oleh ligamentum spiralis ke dinding lateral dari koklea dan oleh oseus lamina spiralis ke modiolus.

Struktur dalam koklea

Di bagian dalam duktus koklearis membentuk saluran longitudinal yaitu skala media yang membagi kanalis koklearis menjadi dua saluran, skala vestibuli dan skala timpani. Skala media dipisahkan dari skala vestibuli oleh membrana vestibular (Reissners). Sedangkan skala timpani dipisahkan dari skala media oleh membran basilaris.

Di atas membran basilaris terdapat spiral organ atau organ Corti yang merupakan organ ujung dari saraf pendengaran. Pada spiral organ terdapat sebarisan sel rambut dalam (inner hair cells) dan tiga baris sel rambut luar (outer hair cells). Kedua jenis sel rambut adalah silindris dengan inti di basal dan banyak mitokondria, serta terdapat stereosilia pada permukaannya. Stereosilia dilapisi oleh membran tektorial dan berfungsi penting dalam transduksi sensoris.

Gambar 8 : Cochlea Gambar 9 : Cochlea potongan melintang(Sumber : en.wikipedia.org)(Sumber : www.ifd.mavt.ethz.ch)

Persarafan Telinga Dalam

Serabut saraf dari nervus koklearis berjalan sepanjang meatus akustikus internus bersama serabut saraf dari nervus vestibularis membentuk nervus vestibulokoklearis (CN VIII). Pada ujung medial dari meatus akustikus internus, CN VIII menembus lempengan tulang tipis bersama CN VII (nervus facialis) dan pembuluh darah menuju dorsal dan ventral coclear nuclei di batang otak. Sebagian besar serabut saraf dari kedua nuclei naik menuju inferior colliculus secara kontralateral, dan sebagian lainnya secara ipsilateral. Selanjutnya, dari inferior colliculus, saraf-saraf pendengaran berjalan menuju medial geniculate body dan akhirnya menuju korteks auditorius di lobus temporalis.

Gambar 10 : Nervus Vestibulocochlearis(Sumber : www.medicalook.com)

Vaskularisasi Telinga Dalam

Telinga dalam diperdarahi oleh arteri auditori interna cabang dari arteri cerebellaris anterior inferior dan arteri basilaris. Arteri auditori interna membentuk dua cabang :

Arteri vestibularis anterior yang memperdarahi utrikulus dan sakulus bagian superior, serta bagian superior dan horizontal dari kanalis semisirkularis. Arteri koklearis komunis yang bercabang menjadi arteri koklearis dan arteri vestibulokoklearis. Arteri koklearis memperdarahi semua bagian koklea kecuali sepertiga bagian basal yang diperdarahi oleh rami koklearis, cabang dari arteri vestibulokoklearis. Cabang lain dari arteri vestibulokoklearis adalah arteri vestibular bagian posterior yang memperdarahi utrikulus dan sakulus bagian inferior, serta kanalis semisirkularis bagian posterior. Vena dialirkan ke vena auditori interna yang diteruskan ke sinus sigmoideus atau sinus petrosus inferior. Vena-vena kecil melewati vestibular aqueduct dan bermuara di sinus petrosus inferior dan superior

1.2. Mampu memahami dan menjelaskan anatomi mikroskopis telinga

Anatomi Mikroskopik

A. Telinga luar

Aurikula

Aurikula atau pinna terdiri atas lempeng tulang rawan elastis dengan bentuk tidak teratur, setebal 0,5-1 mm dibungkus perikondrium yang mengandung banyak serat elastis. Kulit yang menutupi tulang rawan mempunyai lapis subkutan dibagian posterior aurikula.

Meatus Akustikus Eksternus Merupakan saluran antara aurikula sampai membran timpani, dengan panjang sekitar 2,5 cm. Sepertiga bagian luar merupakan lanjutan dari tulang rawan aurikula dan dua pertiga dalamnya adalah saluran dalam tulang temporal. Jaringan kulit tipis, folikel rambut, gladula sebacea, glandula serumen (modifikasi glandula sudorifera tubuler bergelung, apokrin) Sekret glandula serumen bercampur dengan sekret glandula sebacea disebut serumen (earwax) yang sifatnya bakterisid, berbentuk seperti malam, dan berwarna kecoklatan.

Gambar 11 : Histologi Telinga Luar

Membrana Timpani

Oval, semi transparan Luar : epidermis tipis tanpa rambut dan kelenjar Dalam : epitel selapis gepeng/kuboid, jaringan pengikat kolagen, jaringan pengikat elastis , fibroblas Pars flaccid/membran Shrapnell : kuadran antero superior, daerah segitiga kecil yang lunak, tidak terdapat serat kolagen. Pars tensa : bagian terbesar di luar pars flaccid

B. Telinga Tengah

Kavum Timpani

Berisi : udara Posterior : berhubungan dengan ruangan-ruangan processus mastoideus Anterior : berhubungan dengan tuba Eustachii 3 (tiga) tulang pendengaran yang menghubungkan membrana timpani dengan foramen ovali s: os maleus, os incus, os stapes. Memiliki fungsi meneruskan getaran dari membrana timpani ke cairan di telinga dalam. Terdapat M.tensor tympani dan M.stapedius Kavum tympani, tulang penegara, nervus, musculus dilapisi mukosa yang terdiri dari epitel selapis gepeng/kuboid, lamina propria tipis yang berhubungan dengan periosteum dibawahnya Epitel kavum tympani sekitar muara tuba eustachii epitel elapis kubid/silindris silia

Tuba Eustachii

Merupakan saluran antara bagian anterior kavum timpani dan bagian lateroposterior nasofaring Lumen sempit, gepeng 2/3 bagian kartilago elastis arah nasofaring, 1/3 bagian tulang Mukosa membentuk rugae dengan epitel selapis silindris/epitel bertingkat silindris dengan silia dan Lamina propria tipis Mukosa dekat nasofaring: kelenjar tubulo alveolar, sel goblet, limfosit Sekitar muara nasofaring terdapat tonsila tuba

C. Telinga Dalam

Berbagai komponen telinga dalam mengisi rongga penghubung bagian petrosus tulang temporal, yang bersama-sama membentuk labirin oseosa. Didalam rongga ini terdapat labirin membranosa. Semua bagian labirin membranosa mengandung cairan endolimf. Dindingnya dipisahkan oleh labirin oseosa dengan ruang perilimfatik yang mengandung cairan perilimf. Bagian sentral labirin oseosa mengandung utrikulus dan sakulus yang disebut vestibulum.

Labirin Oseosa

Terdapat vestibulum, terletak disebelah medial rongga timpai dengan fenestra ovalis Pada posterior vestibulum, bermuara tiga buah kanalis semisirkuaris (anterior, posterior, lateral). Yang setiap saluran mempunyai pelebaran/ampula. Ujung kanalis semicircularis posterior dan anterior yang tidak melebar, bersatu membentukcrus commune Kearah anterior vestibulum, berhubungan dengan koklea. Bentuknya mirip kerucut dengan diameter 9 mm dan tinggi dari dasar sampai puncak 5 mm. Poros yang dikitari terhadap tulang, disebut modiolus

Labirin Membranosa

Di dalamnya terdapat endolimf, yang ditandai dengan rendahnya kadar natrium dan tinggi kadar kalium. Gambar 12 : Histologi Canalis Semicirculas(Sumber : www.siumed.edu)

Sakulus Dan Utrikulus

Sakulus dan utrikulus terdiri dari lembaran-lembaran tipis jaringan ikat yang dilapisi epitel selapis gepeng. Pada dinding sakulus dan utrikulus terdapat daerah-daerah kecil dengan sel-sel neuroepitel yang berkembang yaitu macula yang disarafi oleh cabang-cabang nervus vestibularis. Macula sakulus terletak di dasar sedangkan macula utrikulus terdapat di dinding lateral sehingga membentuk sudut tegak lurus. Sel reseptor (hair cell) ditandai dengan stereosilia kaku dan satu kinosilium panjang. Didalm sel ini terdapat struktur mikro tubulus 9+2 di bagian proksimal. Di dalamnya terdapat dua jenis sel rambut. Sel tipe I bentuknya lebih menyerupai mangkok sementara sel tipe II banyak terdapat ujung aferen. Sel penyokong diantara sel-sel rambut berbentuk silindris dengan mikrovili dipermukaan apikalnya. Neuroepitel ini ditutupi oleh lapisan gelatinosa yang disekresi oleh sel penyokong dengan endapan di bagian permukaan yang disebut otolit.

Duktus Semisirkularis

Daerah reseptornya di dalam ampula berbentuk mirip rabung disebut Krista ampularis. Krista secara structural mirip dengan macula namun lapisan glikoproteinnya lebih tebal berbetuk kerucut disebut kupula dan tidak ditutupi otolit.

Gambar 13 : Histologi Canalis Semicircularis(Sumber : www.biology.clc.uc.edu) Duktus dan Sakus Endolimfatikus

Bagian awal duktus endolimfatikus dilapisi epitel selapis gepeng. Makin mendekati sakuus endolimfatikus, epitel duktus ini secara berangsur berubah menjadi epitel silindris tinggi yang terjadi 2 jenis sel : salah satu jenis memiliki mikrovili pada permukaan apikalnya dan banyak vesikel pinositik serta vakuol. Sel-sel ini berfungsi untuk mengabsorbsi endolimf dan mengendositosis materi asing.

Duktus Koklearis

Terbagi menjadi 3 ruangan : skala vestibule, skala media (duktus koklearis) di tengah, dan skala timpani. Duktus koklearis yang mengandung endolimf berakhir di apeks koklea. Kedua skala lain mengandung perilimf. Skala-skala ini berhubungan di bagian apeks koklea melalui suatu muara yang dikenal sebagai helikotrema. Membrane vestibularis (membrane Reissner) terdiri atal 2 lapisan epitel gepeng, satu lapisan dari skala vestibularis, dan lapisan lainnya berasal dari skala media. Tautan erat kedua lapisan ini berfungsi untuk mempertahankan gradient ion. Stria vaskularis merupakan epitel vascular yang terletak di dinding lateral duktus koklearis, terdapat sejumlah mitokondria dan bertanggung jawab terhadap komposisi ion di endolimf. Struktur telinga bagian dalam mengandung reseptor auditori khusus disebut organ corti; organ ini mengandung sel rambut yang berespons terhadap berbagai frekuensi suara. Organ corti terletak pada substansi dasar tebalmembrane basalis.

Gambar 14 : Histologi Organ Corti(Sumber : www.siumed.edu) Terdapat 2 jenis sel reseptor, satu sel berbentuk huruf W (sel rambut luar) dan sel lainnya berbentuk linear (sel rambut dalam). Di ujungnya terdapat serabut-serabut saraf yang akan menyatu membentuk ganglion spiralis. Berbeda dari resepror vestibular, kinosilium tak dijumpai. Akan tetapi ujung stereosili yang tertinggi akan membenamkan sel rambut pada membrane tektoria yang terdiri dari secret kaya glikoprotein dihasilkan dari sel-sel pada limbus spiralis. Dari sel-sel penyokong, sel pilar mengandung mikrotubulus yang agaknya memeberi kekakuan pada sel ini. Sel tersebut membentuk ruang segitiga antara sel rambut luar dan dalam, yakni terowongan dalam. Struktur ini penting untuk transduksi suara. Antara skala vestibuli dengan duktus koklearis dipisahkan oleh membran vestibularis (Reissner). Antara duktus koklearis dengan skala timpani dipisahkan oleh membranbasilaris. Skala vesibularis dan skala timpani mengandung perilimf dan di dindingnya terdiri atas jaringan ikat yang dilapisi oleh selapis sel gepeng yaitu sel mesenkim, yang menyatu dengan periosteum disebelah luarnya. Skala vestibularis berhubungan dengan ruang perilimf vestibularis dan akan mencapai permukaan dalam fenestra ovalis. Skala timpani menjulur ke lateral fenestra rotundum yang memisahkannya dengan ruang timpani.

Gambar 15 : Histologi Cochlea Potongan Melintang(Sumber : www.biology.clc.uc.edu)2. Mampu memahami dan menjelaskan fisiologi pendengaran dan keseimbangan

Fisiologi Pendengaran

Gambar 16 : Fisiologi Pendengaran(Sumber : www.highlands.edu)

Sampai tingkat tertentu pinna adalah suatu pengumpul suara, sementara liang telinga karena bentuk dan dimensinya dapat memperbesar suara dalam rentang 2 sampai 4 kHz; perbesaran pada frekuensi ini adalah sampai 10 hingga 15 dB. Maka suara dalam rentang frekuensi ini adalah yang paling berbahaya jika ditinjau dari sudut trauma akustik.

Suara bermula dari gelombang tekanan udara, yang akan menggetarkan membran tympani. Getaran ini akan disampaikan ke dalam telinga dalam oleh tiga tulang pendengaran, stapes bergerak ke dalam dan keluar dari telinga dalam seperti piston. Pergerakan pompa ini akan menimbulkan gelombang tekanan di dalam cairan telinga dalam atau koklea. Pada koklea secara bergantian akan mengubah gelombang tekanan menjadi aktifitas elektrik didalam nervus auditorius yang akan menyampaikan informasi ke otak. Proses transduksi didalam koklea membutuhkan fungsi kerjasama dari berbagai jenis tipe sel yang berada didalam duktus koklearis. Duktus ini berisi endolimfe, cairan ekstraselular yang kaya akan K dan rendah akan Na. Ruangan endolimfatik memiliki potensial elektrik yang besar yaitu 100 mV. Komposisi ion dan potensial elektrik dari ruangan endolimfatik dijaga oleh sekelompok sel yang dikenal sebagai stria vaskularis.

Pada manusia, duktus koklearis berputar sepanjang 35 mm dari dasar koklea (dekat stapes) hingga ke apeks. Ukuran, massa dan kekakuan dari banyak elemen selular, terutama pada organ corti, berubah secara sistematis dari satu ujung spiral ke ujung yang lain. Keadaan ini menyebabkan pengaturan mekanik sehingga gelombang tekanan yang diproduksi oleh suara berfrekuensi tinggi menyebabkan organ tersebut bergetar pada basisnya, sedangkan suara frekuensi rendah menyebabkan getaran pada ujung puncak.

Proses transduksi, dibentuk oleh dua jenis sel sensori pada organ corti, yaitu sel rambut dalam dan sel rambut luar. Gelombang tekanan yang ditimbulkan suara pada cairan koklea membengkokkan rambut sensori yang disebut stereosilia, yang berada di atas sel rambut. Pembengkokan ini akan merenggangkan dan memendekkan ujung penghubung yang menghubungkan stereosilia. Ketika ujung penghubung meregang, ini akan menyebabkan terbukanya kanal ion pada membrane stereosilia dan ion K dapat masuk ke dalam sel rambut dari endolimfe.

Masuknya ion K ini menyebabkan perubahan potensial elektrik dari sel rambut, sehingga menyebabkan pelepasan neurotransmitter dari vesikel sinaps pada dasar sel rambut. Serabut saraf auditorius, yang kontak dengan sel rambut, respon terhadap neurotransmitter dengan memproduksi potensial aksi, yang akan berjalan sepanjang serabut saraf untukmencapai otak dalam sekian seperdetik. Pola aktifitas elektrik yang melalui 40.000 serabut saraf auditorius diterjemahkan oleh otak dan berakhir dengan sensasi yang kita kenal dengan pendengaran.

Sel rambut dalam dan sel rambut luar memerankan peranan dasar yang berbeda pada fungsi telinga dalam. Sebagian besar serabut saraf auditorius kontak hanya dengan sel rambut dalam. Sel rambut dalam adalah transduser sederhana, yang merubah energy mekanikmenjadi energi listrik. Sel rambut dalam adalah penguat kecil yang dapat meningkatkan getaran mekanik dari organ corti. Kontribusi sel rambut luar ini penting untuk sensitifitas normal dan selektifitas frekuensi dari telinga dalam.

1st order dari 2 telingaNeuron sensory di cabang Cochlear N. VIIInuclei Cochlearis (di Medulla Oblongata) : pada sisi yang samasusunan sinyal auditory dikirim kemudian ditangkap oleh axon dan dialirkan menujunuclei olivary superior (pada kedua sisi Pons) Lemniscus Lateralisimpuls tiba (perbedaan tipis tergantung letak sumber suara jauh atau dekat) di nuclei olivary dan nuclei cochleadialirkan oleh axon ke Coliculus inferior (di Mid Brain)Corpus Genikulatum (di Talamus)susunan auditory sinyal sampai ke area auditory primer pada gyrus superior temporal (di Cortex Cerebral)masuk ke area broadman 41 dan 42 sehingga terjadiPemahaman SuaraFisiologi Keseimbangan

Komponen telinga yang memilik fungsi keseimbangan adalah aparatus vestibularis. Aparatus vestibularais terdiri dari dua struktur, yaitu kanalis semisirkularis dan organ otolit- utrikulus dan sakulus. Struktur yang terdapat di aparatus vestibularis memiliki struktur yang sama dengan koklea, seperti adanya endolimfe yang dikelilingi oleh perilimfe. Terdapat juga sel-sel rambut yang berespon oleh gerakan-gerakan spesifik endollimfe. Tidak seperti organ pendengaran, sebagian informasi yang dihasilkan sisem vestibularis tidak mencapai tingkat kesadaran.

Gambar 17 : Fisiologi Keseimbangan(Sumber : www.web-books.com)

Canalis SemisirkularisKanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi anguler atau rotasional kepala, seperti berjungkir balik, memutar kepala, atau berhenti memutar. Terdapat tiga kanalis semisirkularis yang secara tiga dimensi tersusun dalam bidang yang saling tegak lurus. Sel-sel rambut reseptif di setiap kanalis semisirkularis terletak di atas suatu bubungan (ridge) yang terletak di ampula. Rambut-rambut terbenam pada lapisan gelatinosa, yang disebut sebagai kupula. Kupula menonjol ke dalam endolimfe di dalam ampula. Kupula dapat bergoyang sesuai dengan arah gerakan cairan. Akselerasi atau deselerasi selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolmfe. Pergerakan endolimfe dapat terjadi pada satu kanalis karena adanya perbedaan dimensi pada ketiga kanalis tersebut. Pada saat kepala mulai bergerak, cairan dalam kanalis, yang mula-mula diam tak bergerak, ikut bergerak berlawanan arah rotasi tetapi tertinggal di belakang karena adanya kelembaman (suatu benda akan tetap diam atau teptap bergerak kecuali ada gerakan dari luar yang bekerja padanya). Gerakan cairan tersebut menyebabkan kupula condong ke arah berlawanan dengna arah gerak kepala, membengkokkan rambut-rambut sensorik yang terbenam di dalamnya. Jika gerakan berlanjut, cairan endolimfe juga akan tetap bergerak bersama kepala dan rambut sensorik akan kembali ke posisi semula. Sewaktu kepala berhenti bergerak, endolimfe melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi sementara kepala melambat untuk berhenti. Akibatnya, kupula dan rambut-rambutnya secara sementara membengkok sesuai arah rotasi semula, yaitu berlawanan dengan arah mereka membengkok ketika akselerasi. Pada saat endolimfe secara bertahap berhenti, rambut-rambut kembali tegak.

Gambar 18 : Hair Cell dalam Canalis Semicircularis(Sumber : virtualgardneranatphys.wikispaces.com)

Sel rambut vestibularis terdiri dari dua puluh sampai lima puluh stereosilia, yaitu mikrovilus yang diperkuat oleh aktin, saut silium, kinosilium. Ketika stereosilia membengkok ke arah kinosilium, terjadi depolarisasi. Sel-sel rambut membentuk sinaps zat perantara kimiawi dengan ujung-ujung terminal neuron aferen yang akson-aksonnya menyatu dengan akson struktur vestibularis untuk membentuk saraf vestibulokoklearis. Depolarisasi sel-sel rambut meningkatkan kecepatan pembentukan potensial aksi, sedangkan hiperpolarisasi menurunkan potensial aksi.

Organ OtolitOrgan otolit memberikan informasi mengenai posisi kepala relative terhadap gravitasi dan mendeteksi perubahan dalam kecepatan gerakan linier. Utrikulus dan sakulus adalah struktur seperti kanung yang terletak di dalam rongga tulang yang terdapat di antara kanils semisirkularis dan koklea. Rambut-rambut pada sel-sel rambut organ reseptif menonjol ke dalam lembaran suatu gelatinosa, yang gerakannya menyebabkan perubahan posisi rambut serta menimbulkan perubahan potensial. Terdapat Kristal-kristal kalsium karbonat- otolit (batu telinga) yang terbenam dalam gelatinosa sehingga lapisan tersebut lebih berat dan lembam. Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut dalam utrikulus berorientasi vertical dan sakulus secara horizontal.

Gambar 19 : Reseptor pada ampula Canalis Semicircularis(Sumber : encyclopedia.lubopitko-bg.com)

Massa gelatinosa mengandung otolit berubah posisi dan dapat membengkokkan rambut-rambut. Sebagai contoh, rambut-rambut utrikulus dapat berubah posisi akibat setiap perubahan dalam gerakan linier horizontal (misalkan bergerak lurus ke depan, ke belakang, atau ke samping). Ketika seseorang berjalan ke depan, bagian atas membrane otolit yang berat mula-mula tertinggal di belakang endolimfe dan sel-sel rambut karena inersianya lebih besar. Dengan demikian, rambut menekuk ke belakang, dalam arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala yang ke depan. Jika kecepatan berjalan dipertahankan, lapisan gelatinosa degera menyusul dan bergerak dengan kecepatan yang sama dengan kepala sehingga rambut-rambut tidak lagi menekuk. Ketika orang tersebut berhenti berjalan, lapisan otolit secara singkat terus bergerak ke depan ketika kepala melambat dan berhenti, membengkokkan rambut-rambut kea rah depan. Dengan demikian, sel-sel rambut utrikulus mendeteksi akselerasi atau deselerasi linier horizontal tetapi tidak memberikan informasi mengenai gerakan lurus yang berjalan konstan. Ketika kepala digerakan ke semua arah selain vertical, rambut-rambut membengkok sesuai arah gerakan kepala karena gaya gravitasi yang mendesak bagian atas lapisan geatinosa yang berat. Dalam utrikulus tiap-tiap telinga, sebagian berkas sel rambut diorientasikan untuk mengalami depolarisasi dan sebagian lagi mengalami hiperpolarisasi ketika kepala berada dalam segala posisi selain tegak lurus.Sakulus memiliki fungsi serupa dengan utrikulus, kecuali bahwa ia berespons secara selektif terhadap kemiringan kepala menjauhi posisi horizontal dan terhadap akselerasi linier vertical seperti loncat-loncat dan saat berada di elevator.

Jaras Saraf

Gambar 20 : Jaras Vestibularis

Neuron yang mempersarafi Krista dan macula di tiap sisi terletak pada ganglion vestibularis. Tiap n. vestibularis berakhir di nucleus 4-bagian ipsilateral dan di lobus flokulonodularis serebelum. Serat dari kanalis semisirkularis terutama berakhir di bagian superior dan medial nucleus vestibularis dan sebagian besar menuju nuclei yang mengatur gerakan bola mata. Serat dari utrikulus dan sakulus berakhir terutama di bagian lateral (Deiters nucleus), yang menuju medulla spinalis. Serat ini juga berakhir di nucleus descendens, yang berproyeksi ke serebelum dan formasio retikularis. Nuklei vestibularis juga berproyeksi ke thalamus dan dari sini menuju ke kedua bagian korteks somatosensorik.Informasi vestibuler diintegrasikan dengan masukan dari permukaan kulit, mata, sendi, dan otot untuk :1. Mempertahankan keseimbangan dan postur yang diinginkan2. Mengontrol otot mata eksternal sehingga mata tetap terfiksasi ke titik yang sama walaupun kepala bergerak3. Mempersepsikan gerakan dan orientasi.

3. Mampu memahami dan menjelaskan Otitis Media3.1. Mampu memahami dan menjelaskan definisi otitis media

Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media berdasarkan gejalanya dibagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif, di mana masing-masing memiliki bentuk yang akut dan kronis. Selain itu, juga terdapat jenis otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitika. Otitis media yang lain adalah otitis media adhesiva.

Otitis media akut (OMA) adalah peradangan telinga tengah dengan gejala dan tanda-tanda yang bersifat cepat dan singkat. Gejala dan tanda klinik lokal atau sistemik dapat terjadi secara lengkap atau sebagian, baik berupa otalgia, demam, gelisah, mual, muntah, diare, serta otore, apabila telah terjadi perforasi membran timpani. Pada pemeriksaan otoskopik juga dijumpai efusi telinga tengah (Buchman, 2003). Terjadinya efusi telinga tengah atau inflamasi telinga tengah ditandai dengan membengkak pada membran timpani atau bulging, terdapat cairan di belakang membran timpani, dan otore.

3.2. Mampu memahami dan menjelaskan epidemiologi otitis mediaEpidemiologi seluruh dunia terjadinya otitis media berusia 1tahunsekitar 62%,sedangkan anak-anak berusia 3 tahun sekitar83% (Zackzouk, 2001).

Epidemiologi Otitis media yang didapat dibeberapa Negara dunia tersebut mencerminkan otitismedia merupakansalah satu masalah kesehatan yangperlu diperhatikan,terutama dinegaraberkembang dan Negara miskin. Bahkan penyakitini berkaitan dengan kematian anak,khususnyaakibatkomplikasi ke otak.Kejadian terbanyakditemukanpadausia6-18bulandan4-5tahun, danlaki-lakibiasanyalebih sering terkena penyakit tersebut dibandingkan perempuan (Natal BL, 2010).

Indonesia sebagai negara berkembang perlu memperhatikan masalah kesehatan ini, namun hal ini tidak didukung dengan pendataan yang jelas tentang insidensi OM itu sendiri.

Data yangdidapatdariProfilKesehatanDinasKesehatanKotaBekasi,OM selalu ada pada 20 besar penyakit dengan insidensi tersering. Prevalensi penderita OM selama ini belum bisa ditekandikarenakanbelum adanya tindakan dari pemerintahpusatataupun daerah yang secarakhusus mensosialisasikan tentangpermasalahanpenyakit OM. Dikarenakan persepsi dari masyarakat tentang penyakit OM ini adalah biasa, padahal penyakit ini adalah salahsatu pintu masuk untuk menjadikan penyakit komplikasi lainyang cukup fatal, seperti: Otitismediasupuratifkronisyangakanbisamenjadikanmeningitishingga ensefalitis, abses subperiosteal dan abses otak (Abidin, 2008).

3.3. Mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi otitis media

Klasifikasi Otitis Media

1. Otitis Media Supuratif, terdiri dari :

Otitis Media Supuratif akut = Otitis Media Akut (OMA)Penyakit yang disebabkan oleh serangan mendadak dari infeksi bakteri dalam telinga bagian tengah.

Penyebab utama Otitis Media Akut (OMA)a. Masuknya bakteri patogenik (Streptococcus Pnemoniae, Hemophillus Influenza, Moraxella Catarrhalis) ke dalam telinga tengah.b. Disfungsi tuba euatakhius, seperti obstruksi yang diakibatkan infeksi saluran pernapasan atas, inflamasi jaringan disekitar (snusitis, hipertroi adenoid) atau reaksi alergi (rrhinitis alergika)

Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK/OMP)

OMSK adalah perforasi membran timpani secara permanen, dengan atau tanpa pengeluaran pus dan kadang-kadang disertai oleh perubahan dalam mukosa dan struktur tulang dari telinga tengah. Etiologi OMSK biasanya disebabkan karena pengulangan dari penyakit otitis media akut dan disfungsi tuba akustikus serta Trauma atau penyakit lain. Secret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer, kental, bening atau berupa nanah.

Patofisiologi Otitis media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi otitis media perforatif apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan disebut otitis media supuratif subakut.2. Otitis Media Non Supuratif/Serosa, terdiri dari :

Otitis Media Serosa

Peradangan non bakteri mukosa kavum timpani yang ditandai terkumpulnya cairan yang non purulen (serous/mukoid).

Etiologi :

Transudasi plsama dari pembulah darah ke dalam rongga telinga tengah terutama disebabkan tekanan hidrostatik. Disfungsi tuba eutakius (penyebab utama) Faktor penyebab lain, hipertropi adenoid, adenoiditis kronis, palatoskisis tomor nasofaring barotrauma, radang seperti rinitis, sinusitis.

Masalah ini dapat sering menimbulkan tuli konduktif. Pada otitis media serosa, membran timpani tampak berwarna kekuningan. Kadang tinggi cairan atau gelembung (Air fluid level/air bubbles) tampak lewat di membran timpani yang semitransparan. Membran timpani dapat berwarna biru atau keunguan bila ada ada darah dalam telinga tengah.

3.4. Mampu memahami dan menjelaskan etiologi otitis media

Bakteri

Bakteri piogenik merupakan penyebab OMA yang tersering. Menurut penelitian, 65-75% kasus OMA dapat ditentukan jenis bakteri piogeniknya melalui isolasi bakteri terhadap kultur cairan atau efusi telinga tengah. Kasus lain tergolong sebagai non-patogenik karena tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Tiga jenis bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae (40%), diikuti oleh Haemophilus influenzae (25-30%) dan Moraxella catarhalis (10-15%). Kira-kira 5% kasus dijumpai patogen-patogen yang lain seperti Streptococcus pyogenes (group A beta-hemolytic), Staphylococcus aureus, dan organisme gram negatif. Staphylococcus aureus dan organisme gram negatif banyak ditemukan pada anak dan neonatus yang menjalani rawat inap di rumah sakit. Haemophilus influenzae sering dijumpai pada anak balita. Jenis mikroorganisme yang dijumpai pada orang dewasa juga sama dengan yang dijumpai pada anak-anak.

Virus

Virus juga merupakan penyebab OMA. Virus dapat dijumpai tersendiri atau bersamaan dengan bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling sering dijumpai pada anak-anak, yaitu respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus (sebanyak 30-40%). Kira-kira 10-15% dijumpai parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus. Virus akan membawa dampak buruk terhadap fungsi tuba Eustachius, menganggu fungsi imun lokal, meningkatkan adhesi bakteri, menurunkan efisiensi obat antimikroba dengan menganggu mekanisme farmakokinetiknya (Kerschner, 2007). Dengan menggunakan teknik polymerase chain reaction (PCR) dan virus specific enzyme-linked immunoabsorbent assay (ELISA), virus-virus dapat diisolasi dari cairan telinga tengah pada anak yang menderita OMA pada 75% kasus (Buchman, 2003).

Menurut Bluestone (2001) dalam Klein (2009), distribusi mikroorganisme yang diisolasi dari cairan telinga tengah, dari 2807 orang pasien OMA di Pittsburgh Otitis Media Research Center, pada tahun 1980 sampai dengan 1989 adalah seperti berikut:

Faktor Risiko

Faktor risiko terjadinya otitis media adalah umur, jenis kelamin, ras, faktor genetik, status sosioekonomi serta lingkungan, asupan air susu ibu (ASI) atau susu formula, lingkungan merokok, kontak dengan anak lain, abnormalitas kraniofasialis kongenital, status imunologi, infeksi bakteri atau virus di saluran pernapasan atas, disfungsi tuba Eustachius, inmatur tuba Eustachius dan lain-lain (Kerschner, 2007).

Faktor umur juga berperan dalam terjadinya OMA. Peningkatan insidens OMA pada bayi dan anak-anak kemungkinan disebabkan oleh struktur dan fungsi tidak matang atau imatur tuba Eustachius. Selain itu, sistem pertahanan tubuh atau status imunologi anak juga masih rendah. Insidens terjadinya otitis media pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding dengan anak perempuan. Anak-anak pada ras Native American, Inuit, dan Indigenous Australian menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi dibanding dengan ras lain. Faktor genetik juga berpengaruh. Status sosioekonomi juga berpengaruh, seperti kemiskinan, kepadatan penduduk, fasilitas higiene yang terbatas, status nutrisi rendah, dan pelayanan pengobatan terbatas, sehingga mendorong terjadinya OMA pada anak-anak. ASI dapat membantu dalam pertahanan tubuh. Oleh karena itu, anak-anak yang kurangnya asupan ASI banyak menderita OMA. Lingkungan merokok menyebabkan anak-anak mengalami OMA yang lebih signifikan dibanding dengan anak-anak lain. Dengan adanya riwayat kontak yang sering dengan anak-anak lain seperti di pusat penitipan anak-anak, insidens OMA juga meningkat. Anak dengan adanya abnormalitas kraniofasialis kongenital mudah terkena OMA karena fungsi tuba Eustachius turut terganggu, anak mudah menderita penyakit telinga tengah. Otitis media merupakan komplikasi yang sering terjadi akibat infeksi saluran napas atas, baik bakteri atau virus (Kerschner, 2007).

Dipercayai bahwa anak lebih mudah terserang OMA dibanding dengan orang dewasa. Ini karena pada anak dan bayi, tuba lebih pendek, lebih lebar dan kedudukannya lebih horizontal dari tuba orang dewasa, sehingga infeksi saluran pernapasan atas lebih mudah menyebar ke telinga tengah. Panjang tuba orang dewasa 37,5 mm dan pada anak di bawah umur 9 bulan adalah 17,5 mm (Djaafar, 2007). Ini meningkatkan peluang terjadinya refluks dari nasofaring menganggu drainase melalui tuba Eustachius. Insidens terjadinya otitis media pada anak yang berumur lebih tua berkurang, karena tuba telah berkembang sempurna dan diameter tuba Eustschius meningkat, sehingga jarang terjadi obstruksi dan disfungsi tuba. Selain itu, sistem pertahanan tubuh anak masih rendah sehingga mudah terkena ISPA lalu terinfeksi di telinga tengah. Adenoid merupakan salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam kekebalan tubuh. Pada anak, adenoid relatif lebih besar dibanding orang dewasa. Posisi adenoid yang berdekatan dengan muara tuba Eustachius sehingga adenoid yang besar dapat mengganggu terbukanya tuba Eustachius. Selain itu, adenoid dapat terinfeksi akibat ISPA kemudian menyebar ke telinga tengah melalui tuba Eustachius (Kerschner, 2007).

3.5. Mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi otitis mediaPada gangguan ini biasanya terjadi disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran nafas atas, sehingga timbul tekanan negative di telinga tengah. Sebaliknya, terdapat gangguan drainase cairan telinga tengah dan kemungkinan refluks sekresi esophagus ke daerah ini yang secara normal bersifat steril. Cara masuk bakteri pada kebanyakan pasien kemungkinan melalui tuba eustachii akibat kontaminasi secret dalam nasofaring. Bakteri juga dapat masuk telinga tengah bila ada perforasi membran tymphani. Eksudat purulen biasanya ada dalam telinga tengah dan mengakibatkan kehilangan pendengaran konduktif.

Patofisiologi terjadinya OMA dimulai saat ada kuman hematogen atau perkontinuatum yang menginfeksi tubuh dan menyebabkan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). Seperti kita ketahui nasofaring (salah satu bagian saluran pernafasan atas) dihubungkan dengan cavum timpani (rongga telinga tengah) melalui tuba Eustachius. Kuman dari infeksi pada saluran pernafasan atas dapat menyebar hingga ke tuba Eustachius, menyebabkan radang pada mukosa tuba Eustachius yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya gangguan pada motilitas silia tuba, dimana silia tuba menjadi lumpuh. Silia yang lumpuh ini mengakibatkan disfungsi tuba sehingga fungsi pencegahan invasi kuman menjadi terganggu dan kuman dapat masuk ke dalam telinga tengah dan mengakibatkan peradangan telinga tengah.Stadium OMA OMA dalam perjalanan penyakitnya dibagi menjadi lima stadium, bergantung pada perubahan pada mukosa telinga tengah, yaitu stadium oklusi tuba Eustachius, stadium hiperemis atau stadium pre-supurasi, stadium supurasi, stadium perforasi dan stadium resolusi (Djaafar, 2007).

Membran Timpani Normal

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Pada stadium ini, terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan intratimpani negatif di dalam telinga tengah, dengan adanya absorpsi udara. Retraksi membran timpani terjadi dan posisi malleus menjadi lebih horizontal, refleks cahaya juga berkurang. Edema yang terjadi pada tuba Eustachius juga menyebabkannya tersumbat. Selain retraksi, membran timpani kadang-kadang tetap normal dan tidak ada kelainan, atau hanya berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sulit dibedakan dengan tanda dari otitis media serosa yang disebabkan oleh virus dan alergi. Tidak terjadi demam pada stadium ini.

2. Stadium Hiperemis atau Stadium Pre-supurasi

Pada stadium ini, terjadi pelebaran pembuluh darah di membran timpani, yang ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa dan adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat. Hiperemis disebabkan oleh oklusi tuba yang berpanjangan sehingga terjadinya invasi oleh mikroorganisme piogenik. Proses inflamasi berlaku di telinga tengah dan membran timpani menjadi kongesti. Stadium ini merupakan tanda infeksi bakteri yang menyebabkan pasien mengeluhkan otalgia, telinga rasa penuh dan demam. Pendengaran mungkin masih normal atau terjadi gangguan ringan, tergantung dari cepatnya proses hiperemis. Hal ini terjadi karena terdapat tekanan udara yang meningkat di kavum timpani. Gejala-gejala berkisar antara dua belas jam sampai dengan satu hari.

Membran Timpani Hiperemis

3. Stadium Supurasi

Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen atau bernanah di telinga tengah dan juga di sel-sel mastoid. Selain itu edema pada mukosa telinga tengah menjadi makin hebat dan sel epitel superfisial terhancur. Terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani menyebabkan membran timpani menonjol atau bulging ke arah liang telinga luar. Pada keadaan ini, pasien akan tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Pasien selalu gelisah dan tidak dapat tidur nyenyak. Dapat disertai dengan gangguan pendengaran konduktif. Pada bayi demam tinggi dapat disertai muntah dan kejang.

Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan iskemia membran timpani, akibat timbulnya nekrosis mukosa dan submukosa membran timpani. Terjadi penumpukan nanah yang terus berlangsung di kavum timpani dan akibat tromboflebitis vena-vena kecil, sehingga tekanan kapiler membran timpani meningkat, lalu menimbulkan nekrosis. Daerah nekrosis terasa lebih lembek dan berwarna kekuningan atau yellow spot.

Keadaan stadium supurasi dapat ditangani dengan melakukan miringotomi. Bedah kecil ini kita lakukan dengan menjalankan insisi pada membran timpani sehingga nanah akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi pada membran timpani akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, lubang tempat perforasi lebih sulit menutup kembali. Membran timpani mungkin tidak menutup kembali jikanya tidak utuh lagi.

4. Stadium Perforasi

Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Kadang-kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium ini sering disebabkan oleh terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman. Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu tubuh menurun dan dapat tertidur nyenyak.

Jika mebran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret atau nanah tetap berlangsung melebihi tiga minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Jika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih satu setengah sampai dengan dua bulan, maka keadaan itu disebut otitis media supuratif kronik (Djaafar, 2007; Dhingra, 2007).

Membran Timpani Peforasi

5. Stadium Resolusi

Keadaan ini merupakan stadium akhir OMA yang diawali dengan berkurangnya dan berhentinya otore. Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen akan berkurang dan akhirnya kering. Pendengaran kembali normal. Stadium ini berlangsung walaupun tanpa pengobatan, jika membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah.

Apabila stadium resolusi gagal terjadi, maka akan berlanjut menjadi otitis media supuratif kronik. Kegagalan stadium ini berupa perforasi membran timpani menetap, dengan sekret yang keluar secara terus-menerus atau hilang timbul.

Otitis media supuratif akut dapat menimbulkan gejala sisa berupa otitis media serosa. Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa mengalami perforasi membran timpani (Djaafar, 2007; Dhingra, 2007).

Skema Patofisiologi Otitis Media

3.6. Mampu memahami dan menjelaskan manifestasi klinis otitis media

A. Otitis Media Akut

Gejala klinis otitis media tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien :1. Biasanya gejala awal berupa sakit telinga tengah yang berat dan menetap.2. Biasa tergantung gangguan pendengaran yang bersifat sementara.3. Pada anak kecil dan bayi dapat mual, muntah, diare, dan demam sampai 39,5 C, gelisah, susah tidur diare, kejang, memegang telinga yang sakit.4. Gendang telinga mengalami peradangan yang menonjol.5. Keluar cairan yang awalnya mengandung darah lalu berubah menjadi cairan jernih dan akhirnya berupa nanah (jika gendang telinga robek).6. Membran timpani merah, sering menonjol tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat.7. Keluhan nyeri telinga (otalgia), atau rewel dan menarik-narik telinga pada anak yang belum dapat bicara.8. Anoreksia (umum).9. Limfadenopati servikal anterior.

Gejala klinis OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, di samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.

Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri, terdapat gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang mendengar. Pada bayi dan anak kecil, gejala khas OMA adalah suhu tubuh tinggi dapat mencapai 39,5C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tidur tenang.

Penilaian klinik OMA digunakan untuk menentukan berat atau ringannya suatu penyakit. Penilaian berdasarkan pada pengukuran temperatur, keluhan orang tua pasien tentang anak yang gelisah dan menarik telinga atau tugging, serta membran timpani yang kemerahan dan membengkak atau bulging. Menurut Dagan (2003) dalam Titisari (2005), skor OMA adalah seperti berikut :

SkorSuhu (C)GelisahTarik telingaKemerahan pada membran timpaniBengkak pada membran timpani (bulging)

039,0BeratBeratBeratBerat, termasuk otore

B. Otitis Media Serosa (Otitis Media Serosa Kronis)

Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau gatal dalam telinga atau perasaan bendungan, atau bahkan suara letup atau berderik, yang terjadi ketika tuba eustachii berusaha membuka. Membrane tymphani terlihat utuh namun tertarik/retraksi, tampak kusam (warna kuning redup sampai abu-abu pada otoskopipneumatik, dan dapat terlihat gelembung udara dalam telinga tengah). Audiogrambiasanya menunjukkan adanya kehilangan pendengaran konduktif. tuli yang nyata karena sekret yang kental. Gejala umum yang paling jelas terlihat ialah Pendengaran yang berkurang, selain itu juga adanya keluhan rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar lebih keras dari suara luar pada telinga yang terkena. Telinga nyeri, Telinga terasa ada cairan, Telinga berdenging, Adanya perasaan berputar (pusing). Telinga keluar nanah pada Glue ear.

Klasifikasi

Glue ear atau Otitis Media Serosa Kronis adalah keadaan timbulnya cairan pada telinga tengah secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejalapada telinga yang berlangsung lama. Glue ear lebih sering terjadi pada anak-anakterutama usia 5-8 tahun. Cairan yang terbentuk kental seperti lem. Biasanya terjadi akibat OMA yang tidak sembuh sempurna, infeksi virus, keadaan alergi atau gangguan mekanis pada tuba. Bila terjadi pada orang dewasa, penyebab lain yang mendasari terjadinya disfungsi tuba eustachii harus dicari. Efusi telinga tengah sering terlihat padapasien setelah mengalami radioterapi dan barotrauma (misalnya: penyelam) danpada pasien dengan disfungsi tuba eustachii akibat infeksi atau alergi saluran napas atas yang terjadi, hal ini sering disebut denganOtitis Media Serosa akut. Batasan antara kondisi Otitis Media Serosa Akut dan Otitis Media Serosa Kronikhanya pada cara terbentuknya sekret. Pada Otitis Media Serosa Akut sekret terjadi secara tiba-tiba di telinga tengah dengan disertai rasa nyeri pada telinga, sedangkan pada keadaan kronik sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama.C. Otitis Media Kronis

Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan terdapat otorrhea intermitten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan nyeri. Evaluasi otoskopik membrane timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih di belakang membrane timpani atau keluar ke kanalis eksterna melalui lubang perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometric pada kasus kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau campuran.3.7. Mampu memahami dan menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding otitis media

A. Diagnosis Otitis Media Akut

Menurut Kerschner (2007), kriteria diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut, yaitu :

1. Penyakitnya muncul secara mendadak dan bersifat akut.2. Ditemukan adanya tanda efusi. Efusi merupakan pengumpulan cairan di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti menggembungnya membran timpani atau bulging, terbatas atau tidak ada gerakan pada membran timpani, terdapat bayangan cairan di belakang membran timpani, dan terdapat cairan yang keluar dari telinga.3. Terdapat tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti kemerahan atau erythema pada membran timpani, nyeri telinga atau otalgia yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.

Menurut Rubin et al. (2008), keparahan OMA dibagi kepada dua kategori, yaitu ringan-sedang, dan berat.

Kriteria diagnosis ringan-sedang adalah terdapat cairan di telinga tengah, mobilitas membran timpani yang menurun, terdapat bayangan cairan di belakang membran timpani, membengkak pada membran timpani, dan otore yang purulen. Selain itu, juga terdapat tanda dan gejala inflamasi pada telinga tengah, seperti demam, otalgia, gangguan pendengaran, tinitus, vertigo dan kemerahan pada membran timpani. Tahap berat meliputi semua kriteria tersebut, dengan tambahan ditandai dengan demam melebihi 39,0C, dan disertai dengan otalgia yang bersifat sedang sampai berat.

Perbedaan OMA dan Otitis Media dengan Efusi

OMA dapat dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai OMA. Efusi telinga tengah (middle ear effusion) merupakan tanda yang ada pada OMA dan otitis media dengan efusi. Efusi telinga tengah dapat menimbulkan gangguan pendengaran dengan 0-50 decibels hearing loss.

Gejala dan tandaOtitis Media AkutOtitis Media dengan Efusi

Nyeri telinga (otalgia), menarik telinga (tugging)+-

Inflamasi akut, demam+-

Efusi telinga tengah++

Membran timpani membengkak (bulging), rasa penuh di telinga+/--

Gerakan membran timpani berkurang atau tidak ada++

Warna membran timpani abnormal seperti menjadi putih, kuning, dan biru++

Gangguan pendengaran++

Otore purulen akut+-

Kemerahan membran timpani, erythema+-

1. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar.2. Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani.3. Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).4. Otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang telinga yang dilengkapi dengan udara kecil). Untuk menilai respon gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara.5. Pemeriksaan Sitologi menunjukkan biakan bakterigram positif.6. Pemeriksaan Spekulum Siegel tampak gangguanpergerakan membran tymphani7. Audiogram menunjukkan kehilangan pendengaran konduktif.

Gambar 21 : Otoskopi(Sumber : www.webmd.com)

Gambar 22 : Otoskop Pneumatik(Sumber : emedicine.medscape.com)

Gambar 23 : Grafik timpanogram(Sumber : bimahearing.com)

Gambaran hasil timpanometri tersebut adalah: Tipe A mengindikasikan bahwa kondisi telinga tengah normal. Tipe B terdapat cairan di telinga tengah. Tipe C terdapat gangguan fungsi tuba eustachius. Tipe AD terdapat gangguan rangkaian tulang pendengaran. Tipe AS terdapat kekakuan pada tulang pendengaran (otosklerosis)

Gambar 24 : Timpanosintesis(Sumber : share.pdfonline.com)

3.8. Mampu memahami dan menjelaskan tata laksana otitis media

Pemberian obat Antibiotik

a. TujuanTujuan pemberian antibiotic, untuk melumpuhkan atau menghilangkan bakteri.b. Efek sampingJika diberikan secara kontinyu dan tidak teratur, akan menyebabkan resistensi bakteri, dan akan menimbulkan alergi baru jika antibiotik tidak cocok dengan tubuh.c. IndikasiLebih banyak diberikan pada penderita peradangan yang disebabkan oleh bakteri.

d. Kontra indikasiBerbahaya diberikan pada penderita bronchitis, asma dan aritmia.Pemberian obat Analgesik

a. TujuanUntuk menghilangkan nyeri.

b. Efek sampingUmumnya Asam Mefenamat dapat diberikan dengan baik pada dosis yang dianjurkan, Pada beberapa kasus pernah dilaporkan terjadinya rasa mual, muntah, diare, pada penggunaan jangka panjang yang terus menerus dengan dosis 2000 mg atau lebih sehan dapat mengakibatkan agranulositosis dan hemolitik anemia.

c. IndikasiUntuk menghilangkan segala macam nyeri dan ringan sampai sedang dalam kondisi akut dan kronis termasuk nyeri karena trauma.

d. KontraindikasiPada penderita tukak lambung pendenta asma, penderita ginjal dan penderita yang hipersensitif.

UsiaDiagnosis PastiDiagnosis Meragukan

< 6 BulanAntibiotikAntibiotik

6 bulan 2 tahunAntibiotikAntibiotik jika gejala berat, observasi jika gejala ringan.

2 tahunAntibiotik jika gejala berat, observasi jika gejala ringan.Observasi

OMA umurnya adalah penyakit yang sembuh dengan sendirinya dalam 3 hari tanpa antibiotic (80% OMA). Jika gejala tidak membaik dalam 48-72 jam atau terjadi perburukan gejala, antibiotic diberikan. American Academic of Pediatrics (AAP) mengkategorikan OMA yang dapat diobservasi harus segera di terapi dengan antibiotic sebagai berikut :

Gejala ringan: nyeri telinga ringan dan demam < 39oC dalam 24 jam terakhir. Gejala berat : nyeri telinga sedang berat / demam 39oC.

Diobati dengan antibiotik per-oral, yaitu dengan Amoxilin, atau penisilin dosis tinggi untuk penderita dewasa. Phenilephrine (dalam obat flu) dapat membuka tuba eustachius. Jika nyeri menetap atau hebat, demam, muntah, atau diare, dan tau jika genang telinga menonjol. Dilakukan miringotomi.Terapi bergantung stadium penyakit :1. Stadium Oklusi

Untuk membuka kembai tuba eustachius, agar tekanan di telinga tengah hilang. Obat tetes telinga HCl efedrin 0,5% (anak < 12 tahun) atau HCl efedrin 1% dalam fisiologis (anak > 12 tahun dan dewasa). Antibiotik jika penyebabnya kuman.

2. Stadium Presupurasi

Diberikan antibiotik, (golongan penisilin / eritromisin) tetes hidung, analgesic. Miringotomi jika, membran timpani sudah terlihat hiperemis difus.

Pada anak diberikan ampisilin 4 x 40 mg/ kg BB/ hari, amoxilin 4x40mg/kgBB/hari, atau eritromisin 4 x 40 mg/kg BB/hari.

3. Stadium Peforasi

Obat cuci telinga H2O23% selama 3-5 hari dan antibiotik adekuat sampai tiga minggu.

4. Stadium Supurasi

Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan terjadi ruptus.

5. Stadium ResolusiBila tidak terjadi perbaikan/ pemulihan/ kesembuhan berikan antibiotik dilanjutkan sampai 3 minggu.

Penatalaksanaan OMSK

Prinsip dasar penatalaksanaan medis OMSK adalah (Mills,1997) :1. Pembersihan telinga secara adekuat (aural toilet)2. Pemberian anti mikroba topikal yang dapat mencapai lokasi dalam jumlah adekut.3. BedahTerapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi, keadaan ini antara lain disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan :

1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar.2. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal.3. Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid.4. Gizi dan higiene yang kurang.Jenis pembedahan pada OMSKAda beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dilakukan pada OMSK :1. Mastoidektomi sederhanaOperasi dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan pengobatan konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik.Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.2. Mastordektomi radikalOperasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas. Tujuan operasi ini adalah untuk membuang semua jaringan patologis dan mencegah komplikasi ke intrakranial.3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi bondy)Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Tujuan operasi ialah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid, dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.4. MiringoplastiOperasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe I, rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe benigna dengan perforasi yang menetap.5. TimpanoplastiOperasi ini dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. (Soepardi, Arsyad, 1997 55-57)

3.9. Mampu memahami dan menjelaskan prognosis otitis media

1. Otitis Media Akut

Prognosis pada Otitis Media Akut baik apabila diberikan terapi yang adekuat (antibiotik yang tepat dan dosis yang cukup ).

2. Otitis Media Kronik

OMK Tipe Benigna

Prognosis dengan pengobatan local, otorea dapat meringankan. Tetapi sisa perforasi sentral yang berkepanjangan memudahkan infeksi dari nasofaring atau bakteri dari meatus eksterna khususnya terbawa oleh air, sehingga penutupan membrane timpani disarankan. OMK Tipe Maligna

Prognosis kolesteatom yang tidak diobati akan berkembang menjadi meningitis, abses otak, prasis fasialis atau labirintis supuratif yang semuanya fatal. Sehingga OMSK type maligna harus diobati secara aktif sampai proses erosi tulang berhenti.

3.10. Mampu memahami dan menjelaskan komplikasi otitis media

Komplikasi yang terjadi pada otitis media akut : Infeksi pada tulang sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis) Labirinitis (infeksi pada kanalis semisirkuler). Tuli. Peradangan pada selaput otak (meningitis). Abses otak. Ruptur membrane timpani.Tanda-tanda terjadi komplikasi : Sakit kepala. Tuli yang terjadi secara mendadak. Vertigo (perasaan berputar). Demam dan menggigil.Komplikasi Otitis media serosa : Atrofi membrane timpani Timpanosklerosis (parut pada membrane timpani) Perforasi kronik Kolesteatoma.Komplikasi Otitis media kronik

OMSK Tipe Benigna :

OMSK tipe benigna tidak menyerang tulang sehingga jarang menimbulkan komplikasi, tetapi jika tidak mencegah invasi organisme baru dari nasofaring dapat menjadi superimpose otitis media supuratif akut eksaserbsi akut dapat menimbulkan komplikasi dengan terjadinya tromboplebitis vaskuler.

Prognosis dengan pengobatan local, otorea dapat mengering. Tetapi sisa perforasi sentral yang berkepanjangan memudahkan infeski dari nasofaring atau bakteri dari meatus eksterna khususnya terbawa oleh air, sehingga penutupan membrane timpani disarankan.

OMSK Tipe Maligna :

Komplikasi dimana terbentuknya kolesteatom berupa : Erosi canalis semisirkularis Erosi canalis tulang Erosi tegmen timpani dan abses ekstradural Erosi pada permukaan lateral mastoid dengan timbulnya abses subperiosteal Erosi pada sinus sigmoidPrognosis kolesteatom yang tidak diobati akan berkembang menjadi meningitis, abes otak, prasis fasialis atau labirintis supuratif yang semuanya fatal. Sehingga OMSK type maligna harus diobati secara aktif sampai proses erosi tulang berhenti.

3.11. Mampu memahami dan menjelaskan pencegahan otitis media

Pencegahan / Penyuluhan Ada beberapa cara untuk memperkecil risiko terjadinya infeksi telinga luar. Berikut adalah lima cara di antaranya :

1. Saat berenang, usahakan agar air tidak masuk ke dalam telinga dengan memakai penutup telinga. Beberapa jaringan toko olahraga juga menjual penutup telinga khusus untuk perenang.

2. Segera keringkan bagian telinga setelah mandi atau berenang. Untuk mengeluarkan air dari liang telinga, miringkan kepala dengan posisi telinga menghadap bawah. Saat melakukan hal itu, taring cuping telinga ke arah berlawanan untuk mengeringkan air.

3. Jika Anda merasa masih ada air di telinga, sebaiknya gunakan pengering rambut (hair dryer) untuk mendorong udara ke liang telinga. Pasang hair dryer pada posisi panas paling rendah dan jaga jarak agar tidak terlalu dekat.

4. Jangan coba-coba membersihkan kotoran telinga (ear wax) karena fungsinya adalah untuk melindungi telinga tengah. Jika Anda merasa kotoran telinga sudah menumpuk, sebaiknya teteskan baby oil sehari dua kali. Dalam beberapa hari kotoran akan keluar sendiri.

5. Liang telinga dan gendang telinga adalah organ yang sensitif. Hanya dengan mengorek-ngoreknya dengan cotton bud, peniti, atau kertas tisu yang digulung, bisa membuat bagian telinga terluka.

4. Mampu memahami dan menjelaskan menjaga telinga dan pendengaran sesuai syariat Islam

Pendengaran lebih utama dibanding penglihatan dengan beberapa alasan, yaitu:

1. Dalam Al Quran, Allah lebih mendahulukan kata pendengaran daripadakata penglihatan. Sebagaimana terdapat dalam firman-Nya: ...Dan Dia menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati... (As- Sajdah: 9)2. Allah membuat perhitungan terhadap pendengaran sebelum penglihatan. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya. (Al Isra: 36)3. Secara ilmiah, pendengaran pada seorang anak aktif terlebih dahulu dibanding penglihatan (bayi baru lahir dikumandangkan azan atau iqamah)4. Secara akal, pendengaran itu dapat diketahui dari arah yang enam, serta dalam keadaan yang gelap

Menjaga pendengaran adalah menjaganya dari mendengar setiap perkataan yang diharamkan. Gunakanlah telinga untuk mendengar ayat-ayat suci Al Quran, mengambil berkah-berkah zikir dan mendengarkan hadits-hadits Nabi.

Dalam Al Quran disebutkan tiga jenis pendengaran terhadap kebenaran :

1. Mendengarkan untuk mengetahui :...Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan.(Al Jin: 1)2. Memperdengarkan untuk memahami dalam menafikan orang yang suka berpaling dan lalai :Maka sungguh, engkau tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat mendengar, dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila mereka berpaling ke belakang.(Ar Rum: 52)3. Mendengarkan untuk menerima dan memenuhi panggilan : ...Kami mendengar, dan kami taat... (An Nur: 51)Pendengaran adalah benteng pertahanan kedua dari segi bahayanya setelah lisan. Yaitu,yang kedua dalam mempengaruhi hati dan menguasainya. Oleh karena itu,Al-Haris Al-Muhasibiberkata,"tidak ada luka yang lebih berbahaya bagi seorang hamba setelah lisannya selain pendengarannya,karena pendengaran itu utusan yang lebih cepat pada hati dan lebih mudah jatuh kedalam fitnah.Pendengaran hati terhadap kebenaran itu ada 3 macam, ketiganya ada dalam Al-Quran : Mendengarkan Untuk Mengetahui

Derajat ini muncul ketika seseorang hanya menggunakan indera pendengaran. Sebagaimana yang diberitakan oleh Al-Qur'an ketika menceritakan tentang jin-jin yang beriman, mereka berkata,"Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur'an yang menakjubkan". (QS.Al-Jin [72]:1)

Memperdengarkan Untuk Memahami

Adapun memperdengarkan untuk memahami dalam menafikan orang yang suka berpaling dan lalai, sebagaimana firman Allah, "Maka sungguh, engkau tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat mendengar dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila mereka berpaling kebelakang. (Ar-Rum [20]:52)

Demikian juga firman Allah,"Sungguh Allah memberi pendengaran kepada siapa yang dia kehendaki dan engkau (Muhammad) tidak akan sanggup menjadikan orang yang didalam kubur dapatmendengar". (Al-Fathir [35]:22)

Kekhususan ini adalah untuk memperdengarkan pemahaman dan pengetahuan. Demikian juga firman Allah,"Dan sekiranya Allah mengetahui ada kebaikan pada mereka,tentu dia jadikan mereka dapat mendengar. Dan jika Allah menjadikan mereka dapat mendengar,niscaya mereka berpaling,sedang mereka memalingkan diri".(Al-Anfal [8]:23)

Dengan kata lain,jika seandainya Allah mengetahui orang-orang kafir itu terdapat penerimaan dan ketundukan,tentu Allah akan menjadikan mereka dapat memahami.Jika tidak,berarti mereka telah mendengar dengan pendengaran pengetahuan. Seandainya Allah menjadikan mereka dapat memahami,niscaya mereka tidak akan tunduk dan tidak mengambil manfaat dari apa yang dipahaminya. Karena didalam hati mereka terdapat faktor yang menolak dan menghalang-halangi mereka untuk mengambil manfaat dari apa yang mereka dengar

Mendengarkan Untuk Menerima Dan Memenuhi Panggilan.

Adapun mendengarkan untuk menerima dan memenuhi panggilan,dalam firman Allah yang menceritakan tentang hamba-hamba-Nya yang beriman,mereka berkata, "kami mendengar, dan kami taat". (QS.An-Nur [24]:51)

Daftar Pustaka

Adam G.L., Boies L.R., Highler P.A., BOIES Buku Ajar Penyakit THT (BOIES Fundamentals of Otalaryngology). Edisi 6. 1997. Balai Penerbitan Buku Kedokteran. Jakarta : EGC.

Brunner & suddarth.2002.keperawatan medical bedah.Vol.3. Ed 8 : Jakarta : EGCLudman, Harold, MB, FRCS,Petunjuk Penting pada Penyakit THT, Jakarta, Hipokrates, 1996

Efiaty Arsyad Soepardi, Nurbaiti Iskandar. 2006. Buku Ajar Ilmu THT. Penyakit Telinga Luar. Edisi 6. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Sherwood, Laurelee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : EGC

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC

www.http://medicalook.com

www.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30607/4/Chapter%20II.pdf

10