wrap up demam
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 Wrap Up Demam
1/14
LI 1 M&M DEMAM
1.1DEFINISIDemam adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal. Bila diukur pada rektal >38C (100,4F), diukur pada
oral >37,8C, dan bila diukur melalui aksila >37,2C (99F). (Schmitt, 1984). Sedangkan menurut NAPN
(National Association of Pediatrics Nurse) disebut demam bila bayi berumur kurang dari 3 bulan suhurektal melebihi 38 C. Pada anak umur lebih dari 3 bulan suhu aksila dan oral lebih dari 38,3 C.
Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang berhubungan langsung dengan tingkat sitokin
pirogen yang diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang, misalnya terhadap toksin bakteri,
peradangan, dan rangsangan pirogenik lain. Bila produksi sitokin pirogen secara sistemik masih dalam
batas yang dapat ditoleransi maka efeknya akan menguntungkan tubuh secara keseluruhan, tetapi bila
telah melampaui batas kritis tertentu maka sitokin ini membahayakan tubuh. Batas kritis sitokin pirogen
sistemik tersebut sejauh ini belum diketahui.
Demam pada mamalia dapat memberi petunjuk bahwa pada suhu 39 C, produksi antibodi dan poliferasi
sel limfosit-T meningkat sampai 20 kali dibandingkan dengan keadaasn suhu normal. Demam terjadi
karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogenyang berasal dari mikroorganisme atau hasil dari reaksi imunologik yang tidak berdasarkan infeksi.
Pirogen adalah suatu protein yang identik dengan interleukin-1. Di dalam hipotalamus zat ini merangsang
pelapasan asam arakidonat yang mengakibatkan peningkatan sintesis prostaglandin E2 yang dapat
menyebakan pireksia. Pengaruh pengaturan autonom akan mengakibatkan vaokontriksi perifer sehingga
pengeluaran panas menurun lalu merasa demam.
Patokan suhu tubuh di hipotalamus dapat naik karena peran prostaglandin. Prostaglandin timbul akibat
induksi pirogen endogen (sitokin). Sitokin dihasilkan oleh sel-sel sistem kekebalan tubuh karena adanya
infeksi atau adanya cedera pada jaringan. Sampai saat masih belum jelas benar bagaimana suatu infeksi
atau cedera pada suatu jaringan bisa menginduksi reaksi kenaikan set-point suhu tubuh. Sebagian besar
obat turun panas bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin dalam tubuh.
1.2ETIOLOGIEtiologi demam umumnya akibat dari gangguan hipotalamus. Penyebab lainnya :
1. Infeksi saluran pernapasan
2. Infeksi virus
3. Infeksi bakteri
4. Pneumonia
5. Gangguan imunologi
6. Penyakit tertentu yang berkaitan dengan paparan panas
7. Beberapa kanker tertentu ada yang mempunyai gejala awal demam, seperti pada leukemia &
penyakit Hodgkin.
8. Selain itu, ada beberapa sebab lain yang juga dapat menyebabkan sedikit kenaikan pada suhu
tubuh, seperti misalnya sehabis imunisasi (meskipun tidak terjadi pada semua anak) & saat anak tumbuh
gigi
-
7/28/2019 Wrap Up Demam
2/14
Ketika virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh, berbagai jenis sel darah putih atau leukositmelepaskan
zat penyebab demam (pirogen endogen) yang selanjutnya memicu produksi prostaglandin E2 di
hipotalamus anterior, yang kemudian meningkatkan nilai-ambang temperatur dan terjadilah demam.
Produksi panas pada demam meningkatkan pemakaian oksigen, produksi karbondioksida, dan curah
jantung.
Demam terjadi oleh karena perubahan pengaturan homeostatik suhu normal pada hipotalamus yang dapat
disebabkan antara lain oleh infeksi, vaksin, agen biologis (faktor perangsang koloni granulosit-makrofag,
interferon dan interleukin), jejas jaringan (infark, emboli pulmonal, trauma, suntikan intramuskular, luka
bakar), keganasan (leukemia, limfoma, hepatoma, penyakit metastasis), obat-obatan (demam obat,
kokain, amfoterisin B), gangguan imunologik-reumatologik (lupus eritematosus sistemik, artritis
reumatoid), penyakit radang (penyakit radang usus), penyakit granulomatosis (sarkoidosis), ganggguan
endokrin (tirotoksikosis, feokromositoma), ganggguan metabolik (gout, uremia, penyakit fabry,
hiperlipidemia tipe 1), dan wujud-wujud yang belum diketahui atau kurang dimengerti (demam
mediterania familial)
1.3PATOFISIOLOGIEndoktosin/Peradangan / Rangsangan pirogenik lain Monosit/Makrofag/Sel kupffer
sitokin
Daerah praoptik hipotalamus
Prostaglandin
Demam Peningkatan titik patokan suhu
-1 dan TNF- -6 dan IFN
dikelilingi oleh porsio medial dam lateral pada pre-optic nucleus, hipotalamus anterior dan septum
pallusolum
Mekanisme sirkulasi sitokin di sirkulasi sistemik berdampak pada jaringan neural masih belum jelas.
hipotesanya adanya kebocoran di sawar darah otak di level OVLT menyediakan sistem saraf pusat untuk
merasakan adanya pirogen endogen. Mekanisme pencetus tambahan termasuk transport aktif sitokin kedalam OVLT atau aktivasi reseptor sitokin di sel endotel di neural vasculature, yang mentranduksi sinyal
ke otak.
OVLT mensintesa prostaglandin, khususnya prostaglandin E2, yang merespons pirogen endogen. PG E2
bekerja secara langsung ke sel pre-optic nucleus untuk menurunkan rata pemanasan pada neuron yang
sensitif pada hangat dan ini salah satu cara menurunkan produksi pada arachidonic acid pathway.
Kejadian yang lebih luas pada cyclooxygenase-2 (COX-2) di neural vasculature yang penting pada
-
7/28/2019 Wrap Up Demam
3/14
formasi febris. Induksi pada respons febris oleh lipopolisakarida, TNF- -
kenaikan COX-2 mRNA pada cerebral vasculature pada beberapa model eksperimental febris.
Peningkatan suhu dikenal untuk menginduksi perubahan pada banyak sel efektor pada respons imun.
Demam menginduksi terjadinya respons syok panas. Pada respons syok panas terjadi reaksi kompleks
pada demam, untuk sitokin atau beberapa stimulus lain. Hasil akhir dari reaski ini adalah produksi heat
shock protein (HSPs), sebuah kelas protein krusial untuk penyelamatan seluler.
-10 dan
substansi lain s
Fase-fase demam:
a. Chill: pusat suhu meningkat lalu mencapai set-point suhu yang baru
Manifestasi klinisnya vasokonstriksi kutaneus, peningkatan produksi panas akibat aktivitas otot
b. Fever: terjadi keseimbangan antara produksi dan pengeluara pada peningkatan set-point
Manifestasi klinis: set point kembali normal, tubuh mempersepsikan dirinya menjadi terlalu hangat
c. Flush: mekanisme pembuangan panas diinisiasi menyebabkan vasodilatasi kutaneus dan
diaforesis
Manifestasi klinis: haus, kulit memerah
Hipotalamus dapat dikatakan sebagai mesin pengatur suhu (termostat tubuh) karena disana terdapat
reseptor (penangkap, perantara) yang sangat peka terhadap suhu yang lebih dikenal dengan nama
termoreseptor (termo = suhu). Dengan adanya termorespetor ini, suhu tubuh dapat senatiasa berada dalam
batas normal yakni sesuai dengan suhu inti tubuh. Suhu inti tubuh merupakan pencerminan dari
kandungan panas yang ada di dalam tubuh kita. Kandungan panas didapatkan dari pemasukan panas yang
berasal dari proses metabolisme makanan yang masuk ke dalam tubuh. Pada umumnya suhu inti beradadalam batas 36,5-37,5C.
Bila pemasukan panas lebih besar daripada pengeluarannya, maka termostat ini akan memerintahkan
tubuh kita untuk melepaskan panas tubuh yang berlebih ke lingkungan luar tubuh salah satunya dengan
mekanisme berkeringat.
Dan bila pengeluaran panas melebihi pemasukan panas, maka termostat ini akan berusaha menyeimbakan
suhu tersebut dengan cara memerintahkan otot-otot rangka kita untuk berkontraksi(bergerak) guna
menghasilkan panas tubuh. Kontraksi otot-otok rangka ini merupakan mekanisme dari menggigil.
Contohnya, seperti saat kita berada di lingkungan pegunungan yang hawanya dingin, tanpa kita sadari
tangan dan kaki kita bergemetar (menggigil). Hal ini dimaksudkan agar tubuh kita tetap hangat. Karenadengan menggigil itulah, tubuh kita akan memproduksi panas.
Hal diatas tersebut merupakan proses fisiologis (keadaan normal) yang terjadi dalam tubuh kita manakala
tubuh kita mengalamiperubahan suhu.
Lain halnya bila tubuh mengalami proses patologis (sakit). Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh
dalam keadaan sakit lebih dikarenakan oleh zat toksis (racun) yang masuk kedalam tubuh.
-
7/28/2019 Wrap Up Demam
4/14
Umumnya, keadaan sakit terjadi karena adanya proses peradangan (inflamasi) di dalam tubuh. Proses
peradangan itu sendiri sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan dasar tubuh terhadap adanya
serangan yang mengancam keadaan fisiologis tubuh.
Proses peradangan diawali dengan masuknya racun kedalam tubuh kita. Contoh racunyang paling
mudah adalah mikroorganisme penyebab sakit.
Mikroorganisme (MO) yang masuk ke dalam tubuh umumnya memiliki suatu zat toksin/racun tertentu
yang dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan masuknya MO tersebut, tubuh akan berusaha melawan
dan mencegahnya yakni dengan memerintahkan tentara pertahanan tubuh antara lain berupa leukosit,
makrofag, dan limfosit untuk memakannya (fagositosit).
Dengan adanya proses fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu akan mengelurkan senjata berupa zat
kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen (khususnya interleukin 1/ IL-1) yang berfungsi sebagai anti
infeksi. Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus (sel
penyusun hipotalamus) untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat
bisa keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2.
Proses selanjutnya adalah, asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan pemacupengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin pun berkat bantuan dan campur tangan
dari enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin ternyata akan mempengaruhi kerja dari
termostat hipotalamus.
Sebagai kompensasinya, hipotalamus selanjutnya akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas
suhu normal). Adanya peningkatan titik patakan ini dikarenakan mesin tersebut merasa bahwa suhu tubuh
sekarang dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya proses mengigil
ini ditujukan utuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Adanya perubahan suhu tubuh di atas
normal karena memang setting hipotalamus yang mengalami gangguan oleh mekanisme di atas inilah
yang disebut dengan demam atau febris. Demam yang tinggi pada nantinya akan menimbulkan
manifestasi klinik (akibat) berupa kejang (umumnya dialami oleh bayi atau anak-anak yang disebut
dengan kejang demam)
1.4POLAPOLATipe-tipe demam :
1. Demam septik
Pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ke tingkat dia atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan
berkeringat. Bila demam tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan kenaikan
suhu tidak sebesar demam septik.
-
7/28/2019 Wrap Up Demam
5/14
3. Demam intermiten
Suhu bdan turun ke tingkat normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam ini terjadi setiap
dua hari sekali disebut tersiana , dan bila terjadi dua hari bebas demam di antara dua serangan demam
disebut kuartana. Contohnya malaria.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus
tinggi disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari
kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Demam belum terdiagnosis
Suatu keadaan demam yang terus menerus selama 3 minggu dengan suhu badan dia atas 38,3C dan
belum ditemukan penyebabnya walaupun sudah diteliti. Demam yang belum terdiagnosis atau Fever
Unknown Origin (FUO) dibagi kedalam 4 kelompok :
1. FUO klasik
Demam yang lebih dari 3 minggu dimana telah diusahakan diagnostik non-invasif maupun invasif selama
satu minggu tanpa hasil yang dapat menetapkan penyebab demam.
2. FUO nonsokomial
enderita yang pada permulaan dirawat tanpa infeksi di umah akit dan kemudian menderita demam
lebih dari 38C dan sudah diperiksa secara intensif untuk menentukan penyebab demam tanpa hasil yang
jelas.
3. FUO neutropenik
enderita yang memiliki jenis neutrofil lebih dari 500 ul dengan demam lebih dari 38,3C dan sudah
diusahakan pemeriksaan selama 3 hari tanpa hasil yang jelas.
4. FUO HIV
enderita yang menderita demam lebih dari 38,3C selama 4 minggu pada rawat jalan tanpa dapat
menentukan penyebabnya.
LI 2 M&M tentang salmonella
2.1 jenis - jenis
Menjelaskan definisi bakteri Sallmonela enterica.
Salmonella bersifat host-adapted pada hewan dan infeksi pada manusia biasanya mengenai usus. Infeksi
muncul dala m bentuk diare akut yang sembuh sendiri. Pada beberapa kesempatan organisme ini dapat
menyebabkan penyakit yang invasif, meliputi bakteremia dan septikemia yang mengancam.
Organisme ini ditemukan pada hewan dosmetik. Transmisinya melalui fekal-oral, biasanya dari
mengingesti makanan yang terkontaminasi.
-
7/28/2019 Wrap Up Demam
6/14
Klasifikasi kuman Salmonella sp. sangat kompleks, biasanya diklasifikasikan :
1. Menurut dasar reaksi biokimiaserotipe yang diidentifikasi menurut struktur antigen O, H dan Vi
yang spesifik
2. Menurut reaksi biokimianya, Salmonella sp.dapat diklasifikasikan menjad tiga spesies yaitu S.
typhi, S. enteritidis, S.cholerasuis, disebut bagan kauffman-white
3. Berdasarkanserotipenya di klasifikasikan menjadi empat serotipe yaitu S. paratyphi A(Serotipe
group A), S. paratyphi B (Serotipe group B), S. paratyphi C
(Serotipe group ), dan S. typhi dari Serotipe group D
2.2 morfologi
Siklus Hidup Salmonella typhi
1. Infeksi terjadi dari memakan makanan yang terkontaminasi dengan feses yang terdapat bakteri
Salmonella typhi dari organisme pembawa (host).
2. Setelah masuk dalam saluran pencernaan, maka S. typhi menyerang dinding usus yangmenyebabkan kerusakan dan peradangan.
3. Infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah karena dapat menembus dinding
usus tadi ke organ-organ lain, seperti hati, limpa, paru-paru, tulang-tulang sendi, plasenta dan dapat
menembus sehingga menyerang fetus pada wanita atau hewan betina yang hamil, serta menyerang
membran yang menyelubungi otak.
4. Substansi racun dapat diproduksi oleh bakteri dan dapat dilepaskan dan mempengaruhi
keseimbangan tubuh.
5. Di dalam hewan atau manusia yang terinfeksi, pada fesesnya terdapat kumpulan S. typhi yang
dapat bertahan sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan.6. Bakteri tersebut tahan terhadap range temperatur yang luas sehingga dapat bertahan hidup
berbulan-bulan dalam tanah atau air.
2.3 transmisi
LI 3 M&M Tentang demam tifosa
3.1 definisi
Demam tifoid adalah penyakit infeksi menular akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi ditandai
adanya demam 7 hari atau lebih, gangguan saluran pencernaan dan gangguan pada sistem saraf pusat
(sakit kepala, kejang, dan gangguan kesadaran). Meurut Butler dala Soegijanto, S (2002), demam tifoid
adalah suatu infeksi bakterial pada manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi ditandai dengan
demam berkepanjangan, nyeri perut, diare, delirium, bercak rose, splenomegali serta kadangkadang
disertai komplikasi perdarahan dan perforasi usus.
-
7/28/2019 Wrap Up Demam
7/14
3.2 etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh jenis salmonella tertentu yaitu s. Typhi, s. Paratyphi A, dan S. Paratyphi B
dan kadang-kadang jenis salmonella yang lain. Demam yang disebabkan oleh s. Typhi cendrung untuk
menjadi lebih berat daripada bentuk infeksi salmonella yng lain.
Salmonella merupakan bakteri batang gram negatif yang bersifat motil, tidak membentuk spora, dan tidak
berkapsul. Kebanyakkan strain meragikan glukosa, manosa dan manitol untuk menghasilkan asam dan
gas, tetapi tidak meragikan laktosa dan sukrosa. Organisme salmonella tumbuh secara aerob dan mampu
tumbuh secara anaerob fakultatif. Kebanyakan spesies resistent terhadap agen fisik namun dapat dibunuh
dengan pemanasan sampai 54,4 C (130 F) selama 1 jam atau 60 C (140 F) selama 15 menit.
Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang dan suhu yang rendah selama beberapa hari dan dapat
bertahan hidup selama berminggu-minggu dalam sampah, bahan makannan kering, agfen farmakeutika an
bahan tinja.
Salmonella memiliki antigen somatik O dan antigen flagella HH. Antigen O adalah komponen
lipopolisakarida dinding sel yang stabil terhadap panas sedangkan antigen H adalah protein labil panas.
3.3 patofisiologi
biak dan di fagosit oleh makrofag
2. masuk kembali menembus usus
-
7/28/2019 Wrap Up Demam
8/14
3.4 diferensial diagnosis
1. Paratiphoid.
2. Malaria.
3. TBC millier.
4. Influenza.
5. Dengue.
6. Rheumatic fever.
7. Sistemic lupus erimatosus.
8. Hepatitis.
LI 4 M&M penatalaksanaan demam tifoid (klorofenikol)
4.1 farmakodinamik
Mekanisme:menghambat sintesis protein kuman. Masuk ke sel bakteri melalui diffusi terfasilitasi. Mekanisme resistensi : inaktivasi obat oleh asetil trensferase yang diperantarai olehfactorR. Resistensi terhadap P. aeruginosa,
Proteus dan Klebsielaterjadi karenaperubahan permeabilitas membran yang mengurangi masuk
nya obat ke dalamsel bakteri
4.2 farmakokinetik
A. Absorbsi
Diabsorbsi secara cepat di GIT, bioavailability 75% sampai 90%.
Kloramfenikol oral : bentuk aktif dan inaktif prodrug,
Mudah berpenetrasi melewati membran luar sel bakteri.
-
7/28/2019 Wrap Up Demam
9/14
Pada sel eukariotik menghambat sintesa protein mitokondria sehingga menghambat perkembangan sel
hewan & manusia.
Sediaan kloramfenikol untuk penggunaan parenteral (IV) adalah water-soluble.
B. Distribusi
Kloramfenikol berdifusi secara cepat dan dapat menembus plasenta.
Konsentrasi tertinggi : hati dan ginjal
Konsentrasi terendah : otak dan CSF (Cerebrospinal fluid).
Dapat juga ditemukan di pleura dan cairan ascites, saliva, air susu, dan aqueous dan vitreous humors.
C. Metabolisme
Metabolisme : hati dan ginjal
Half-life kloramfenikol berhubungan dengan konsentrasi bilirubin.
Kloramfenikol terikat dengan plasma protein 50%; pasien sirosis dan pada bayi.
D. Eliminasi
Rute utama dari eliminasi kloramfenikol adalah pada metabolisme hepar ke inaktif glukuronida.
4.3 efek samping
1. Reaksi Hematologik
Terdapat dua bentuk reaksi:1. Reaksi toksik dengan manifestasi depresi sumsum tulang. Berhubungan dengan dosis,progresif dan pulih bila pengobatan dihentikan.
2. Prognosisnya sangat buruk karena anemiayang timbul bersifat ireversibel. Timbulnyatidak tergantung dari besarnya dosis atau lama
pengobatan.
2. Reaksi Alergi
Kemerahan pada kulit, angioudem, urtikaria dan anafilaksis. Kelainan yang menyerupai reaksi Herxheimer dapat terjadi pada pengobatan demamtyphoid.
3. Reaksi Saluran Cerna
Mual, muntah, glositis, diare dan enterokolitis.
-
7/28/2019 Wrap Up Demam
10/14
4. Syndrom Gray
Pada neonatus, terutama bayi prematur yang mendapat dosis tinggi (200 mg/kgBB).5. Reaksi Neurologis
Depresi, bingung, delirium dan sakit kepala.Neuritis perifer atau neuropati optikdapat juga timbul terutama setelah pengobatan lama.
6. Interaksi dengan Obat Lain
Kloramfenikol menghambat enzim sitokrom P450 irreversibel memperpanjang T(dicumarol, phenytoin, chlorpopamide, dan tolbutamide).
Mengendapkan berbagai obat lain dari larutannya,merupakan antagonis kerjabakterisidal penisilin dan aminoglikosida.
Phenobarbital dan rifampin mempercepat eliminasi dari kloramfenikol.
4.4 kontra indikasi
-
7/28/2019 Wrap Up Demam
11/14
- Pemeriksaan Laboratorium1. pemeriksaan darah rutin : isolasi organisme dari spesimen darah atau sumsum tulang
penderita. Hal ini dikarenakan kasus karier tifoid dapat memberikan hasil positif palsu.
Pada pasien yang belum diobati, kultur darah menunjukkan hasil positif pada 40-60%
kasus, terutama jika kultur dilakukan pada awal perjalanan penyakit. Kultur dari sediaansumsum tulang menunjukkan hasil positif yang lebih tinggi, mencapai 90%.Pada pasien
dewasa, dibutuhkan sejumlah 10-15 ml darah, sedangkan pada pasien anak hanya
dibutuhkan 2-4 ml darah karena derajat bakteremia yang lebih tinggi pada pasien anak.
2. uji widal : Prinsip uji widal adalah pemeriksaan reaksi antara antibodi agglutinin dalamserum penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda-beda terhadap antigen
somatic (O) dan flagella (H) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga terjadi
aglutinasi.
3. uji tubex : Uji tubex mendeteksi adanya antibody anti-S typhi 09 pada serum pasien.Antigen 09 bersifat imunodominan dan dapat merangsang imun secara independen.
Karena sifatnya itu respon terhadap antigen 09 tergolong cepat sehingga deteksi bisadilakukan lebih dini yaitu pada hari ke 4-5 pada infeksi primer dan hari ke 2-3 pada
infeksi sekunder. Uji tubex hanya dapat mendeteksi IgM dan tidak dapat mendeteksi IgG
jadi gak cocok buat lihat infeksi masa lampau.
Pada uji tubex digunakan 2 reagen.
- Reagen A adalah partikel magnetic yang diselubungi oleh antigen S typhi 09 sedangkan- reagen B adalah partikel lateks warna biru yang diselubungi antibody spesifik untuk
antigen 09. Cara kerjanya dengan memasukkan satu tetes serum pasien suspek DT ke
tabung dan campur dengan 25uL reagen A (1 tetes). setelah itu beri 2 tetes reagen B.
konsepnya, jika dalam serum pasien tidak ada antibody terhadap salmonella typhi 09
reagen B akan bereaksi dengan reagen A, dan ketika diletakkan pada rak yang
mengandung medan magnet komponen reagen A akan tertarik ke dasar dan membawa
serta reagen B yang berwarna biru. Sebagai akibatnya tabung akan berwarna merah
karena warna merah adalah warna serum yang lisis.
Sebaliknya bila serum mengandung antibody salmonella T 09, antibody pasien akan
berikatan dengan reagen A dan menyebabkan reagen B tetap di tengah tidak tertarik ke
dasar sehingga larutan berwarna biru.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa uji ini memiliki sensitivitas sebesar 75-80% dan
spesifisitas sebesar 75-90%.
4. uji typhidot : Thypidot merupakan suatu uji serologi yang didasarkan pada deteksiantibodi spesifik IgM dan IgG terhadap Salmonella Thypi. Dalam tes ini antibodi IgM
dan IgG tidak aktif sebelum tes dimulai. Tes menggunakan suatu membran nitroselulosayang diisi 50 KDa spesifik protein dan antigen kontrol. Deteksi antibodi IgM
menunjukkan tahap awal infeksi pada demam tipoid akut sedangkang adanya
peningkatan IgG menandakan infeksi yang lebih lanjut. Pada metode Typhidot-M
yang merupakan modifikasi dari metode Typhidot
telah dilakukan inaktivasi dari IgG total sehingga
menghilangkan pengikatan kompetitif dan memungkinkan pengikatan antigen terha
dap Ig M spesifik.
-
7/28/2019 Wrap Up Demam
12/14
5. uji IgM dipstick : mendeteksi IgM dengan dipstick khusus. Uji ini menunjukan positifpada 1 minggu setelah gejala muncul. Pada kultur darah, bila biakan positif menunjukan
demam tifoid, namun biakan negative belum tentu menentukan tidak adanya demam
tifoid, karena adanya terapi antibiotik, sampel darah kurang, pengambilan darah saat
aglutinin meningkat dan adanya riwayat vaksinasi. Selain dari kultur darah, kultur
Salmonella dapat dilakukan juga pada kultur feses, dan kultur urin.
- Tatalaksana1. Istirahat cukup2. Menjaga kebesihan tempat tidur, pakaian, lingkungan3. Diet4. Tirah baring selama demam (2minggu) hingga normal, meminum antibiotik yang tepat
(cloramfenikol)- Cloramfenikol : Bekerja dengan menghambat enzim peptidil transferase dari ribosom
50S bakteri. Memiliki efek samping, yaitu depresi sumsum tulang belakang, reaksi
saluran cerna, dan sindrom gray pada neonatus. Obat ini diberi dengan dosis 4x500
mg/hari per oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas. Penurunan demam rata-
rata setelah 7 hari atau 5 hari. Obat ini kurang efektif pada bakteri multi drug resistance.
Kontraindikasi terhadapa wanita hamil, karena dapat menyebabakan partus premature,
kematian fetus intrauterine, dan grey syndrome
- Tiamfenikol Struktur dan mekanisme mirip dengan kloramfenikol. Obat ini umumnyalebih tidak aktif daripada kloramfenikol, namun memiliki efek samping yang lebih ringan
dari kloramfenikol. Dosisnya adalah 4x500 mg/ hari, dan demam biasa turun pada hari
ke-5 sampai ke-6. Kontaraindikasi pada wanita hamil.
- Kotrimoksazo, mengambat reaksi enzimatik obligat pada 2 tahap, sehingga lebih efektif.Efek samping biasa tidak ada, bila diberikan sesuai dengan dosis, namun bisa terjadi
anemia, megaloblastis, leukopenia, atau trombositopenia. Pada pengobatan demam
tifoid diberikan 2x2 tablet(1 tablet:400mg sulfametoksazol dan 80mg trimetoprim)
selama 2 minggu.
-
Ampisilin dan amoksissilin Merupakan obat golongan penisilin bersprektrum luas,bekerja dalam menghambat pembentukan dinding sel mikroba. Efek samping, bisa
muncul berbagai reaksi alergi pada orang-orang tertentu, dan juga memiliki efek toksis
jika diberi dosis berlebih. Kemampuan menurunkan demam kurang disbanding
kloramfenikol. Dosis yang dianjurakan berkisar 50-150mg/kgBB selama 2 minggu. Obat
ini dapat digunakan untuk pengobatana demam tifoid pada wanita hamil
-
7/28/2019 Wrap Up Demam
13/14
- Sefalosporin generasi ketiga Mekanisme kerja mirip dengan golongan beta laktam lain,yaitu menghambat sintesis dinding sel. Sefalosporin generasi ketiga umumnya bekerja
kurang aktif terhadap bakteri gram positif, namun sangat efektif terhadapa
Enterobactericae. Efek samping berupa efek alergi, nefrotoksik, dan diare. . Obat ini
dapat digunakan dalam pengobatan demam tifoid pada wanita hamil
- Florokuinon Bekerja dengan menggangu enzim DNA girase, sehingga menggangu prosesreplikasi dan transkripsi bakteri. Efek samping dari obat golongan kuinolon adalah
kelainan saluran cerna, susunan saraf pusat, hepatotoksik, kardiotoksik, disglikemia,
fototoksik, dan lain-lain. Untuk terapi demam tifoid, dapat diberikan norfloksasin dosis
2x 400 mg/hari selama 14 hari, atau siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari, atau
ofloksasin dosis 2x 400 mg/hari selama 7 hari, atau perfloksasin dosis 400 mg/hari
selama 7 hari, atau fleroksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari. Kontraindikasi kepada
wanita hamil. Golongan obat ini merupakan paling efektif dalam pengobatan demam
tifoid.
- Azitromisin Bekerja dalam menghambat sintesis protein, yaitu dengan mengikat secarareversible ribosom 50S dari bakteri. Obat ini dapat mengurangi kegagalan klinis dan
durasi rawat inap. Selain itu obat ini dapat mengungi angka relaps dibanding seftriakson.
- Komplikasi1. Sebagian besar pasien sembuh sempurna2. Jika tidak di obati dapat mengalami pendarahan usus3. Perforasi usus, yang menyebabkan nyeri perut4. Pneumonia5. Infeksi kantung kemih & hati6. Infeksi darah
- PrognosisPrognosis pasien demam tifoid tergantung ketepatan terapi, usia, keadaan kesehatan
sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Di negara maju, dengan terapi antibiotik yang
adekuat, angka mortalitas < 1%. Di negara berkembang, angka mortalitasnya >10%, biasanya
karena keterlambatan diagnosis, perawatan, dan pengobatan. Munculnya komplikasi seperti
perforasi gastrointestinal atau pendararahan hebat, meningitis, endokarditis, dan pneumonia,
mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Angka kematian pada anak-anak 2,6%
dan pada orang dewasa 7,4%, rata-rata 5,7%. Prognosis demam tifoid umumnya baik asal
-
7/28/2019 Wrap Up Demam
14/14
penderita cepat berobat. Mortalitas pada penderita yang dirawat adalah 6%. Prognosis menjadi
kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis yang berat seperti:
1. Panas tinggi (hiperpireksia) febris continual.2. Kesadaran menurun sekali.3. Terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, peritonitis4. Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi protein)