wrap up demam

Upload: rizky-gumelar

Post on 03-Apr-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Wrap Up Demam

    1/14

    LI 1 M&M DEMAM

    1.1DEFINISIDemam adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal. Bila diukur pada rektal >38C (100,4F), diukur pada

    oral >37,8C, dan bila diukur melalui aksila >37,2C (99F). (Schmitt, 1984). Sedangkan menurut NAPN

    (National Association of Pediatrics Nurse) disebut demam bila bayi berumur kurang dari 3 bulan suhurektal melebihi 38 C. Pada anak umur lebih dari 3 bulan suhu aksila dan oral lebih dari 38,3 C.

    Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang berhubungan langsung dengan tingkat sitokin

    pirogen yang diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang, misalnya terhadap toksin bakteri,

    peradangan, dan rangsangan pirogenik lain. Bila produksi sitokin pirogen secara sistemik masih dalam

    batas yang dapat ditoleransi maka efeknya akan menguntungkan tubuh secara keseluruhan, tetapi bila

    telah melampaui batas kritis tertentu maka sitokin ini membahayakan tubuh. Batas kritis sitokin pirogen

    sistemik tersebut sejauh ini belum diketahui.

    Demam pada mamalia dapat memberi petunjuk bahwa pada suhu 39 C, produksi antibodi dan poliferasi

    sel limfosit-T meningkat sampai 20 kali dibandingkan dengan keadaasn suhu normal. Demam terjadi

    karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogenyang berasal dari mikroorganisme atau hasil dari reaksi imunologik yang tidak berdasarkan infeksi.

    Pirogen adalah suatu protein yang identik dengan interleukin-1. Di dalam hipotalamus zat ini merangsang

    pelapasan asam arakidonat yang mengakibatkan peningkatan sintesis prostaglandin E2 yang dapat

    menyebakan pireksia. Pengaruh pengaturan autonom akan mengakibatkan vaokontriksi perifer sehingga

    pengeluaran panas menurun lalu merasa demam.

    Patokan suhu tubuh di hipotalamus dapat naik karena peran prostaglandin. Prostaglandin timbul akibat

    induksi pirogen endogen (sitokin). Sitokin dihasilkan oleh sel-sel sistem kekebalan tubuh karena adanya

    infeksi atau adanya cedera pada jaringan. Sampai saat masih belum jelas benar bagaimana suatu infeksi

    atau cedera pada suatu jaringan bisa menginduksi reaksi kenaikan set-point suhu tubuh. Sebagian besar

    obat turun panas bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin dalam tubuh.

    1.2ETIOLOGIEtiologi demam umumnya akibat dari gangguan hipotalamus. Penyebab lainnya :

    1. Infeksi saluran pernapasan

    2. Infeksi virus

    3. Infeksi bakteri

    4. Pneumonia

    5. Gangguan imunologi

    6. Penyakit tertentu yang berkaitan dengan paparan panas

    7. Beberapa kanker tertentu ada yang mempunyai gejala awal demam, seperti pada leukemia &

    penyakit Hodgkin.

    8. Selain itu, ada beberapa sebab lain yang juga dapat menyebabkan sedikit kenaikan pada suhu

    tubuh, seperti misalnya sehabis imunisasi (meskipun tidak terjadi pada semua anak) & saat anak tumbuh

    gigi

  • 7/28/2019 Wrap Up Demam

    2/14

    Ketika virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh, berbagai jenis sel darah putih atau leukositmelepaskan

    zat penyebab demam (pirogen endogen) yang selanjutnya memicu produksi prostaglandin E2 di

    hipotalamus anterior, yang kemudian meningkatkan nilai-ambang temperatur dan terjadilah demam.

    Produksi panas pada demam meningkatkan pemakaian oksigen, produksi karbondioksida, dan curah

    jantung.

    Demam terjadi oleh karena perubahan pengaturan homeostatik suhu normal pada hipotalamus yang dapat

    disebabkan antara lain oleh infeksi, vaksin, agen biologis (faktor perangsang koloni granulosit-makrofag,

    interferon dan interleukin), jejas jaringan (infark, emboli pulmonal, trauma, suntikan intramuskular, luka

    bakar), keganasan (leukemia, limfoma, hepatoma, penyakit metastasis), obat-obatan (demam obat,

    kokain, amfoterisin B), gangguan imunologik-reumatologik (lupus eritematosus sistemik, artritis

    reumatoid), penyakit radang (penyakit radang usus), penyakit granulomatosis (sarkoidosis), ganggguan

    endokrin (tirotoksikosis, feokromositoma), ganggguan metabolik (gout, uremia, penyakit fabry,

    hiperlipidemia tipe 1), dan wujud-wujud yang belum diketahui atau kurang dimengerti (demam

    mediterania familial)

    1.3PATOFISIOLOGIEndoktosin/Peradangan / Rangsangan pirogenik lain Monosit/Makrofag/Sel kupffer

    sitokin

    Daerah praoptik hipotalamus

    Prostaglandin

    Demam Peningkatan titik patokan suhu

    -1 dan TNF- -6 dan IFN

    dikelilingi oleh porsio medial dam lateral pada pre-optic nucleus, hipotalamus anterior dan septum

    pallusolum

    Mekanisme sirkulasi sitokin di sirkulasi sistemik berdampak pada jaringan neural masih belum jelas.

    hipotesanya adanya kebocoran di sawar darah otak di level OVLT menyediakan sistem saraf pusat untuk

    merasakan adanya pirogen endogen. Mekanisme pencetus tambahan termasuk transport aktif sitokin kedalam OVLT atau aktivasi reseptor sitokin di sel endotel di neural vasculature, yang mentranduksi sinyal

    ke otak.

    OVLT mensintesa prostaglandin, khususnya prostaglandin E2, yang merespons pirogen endogen. PG E2

    bekerja secara langsung ke sel pre-optic nucleus untuk menurunkan rata pemanasan pada neuron yang

    sensitif pada hangat dan ini salah satu cara menurunkan produksi pada arachidonic acid pathway.

    Kejadian yang lebih luas pada cyclooxygenase-2 (COX-2) di neural vasculature yang penting pada

  • 7/28/2019 Wrap Up Demam

    3/14

    formasi febris. Induksi pada respons febris oleh lipopolisakarida, TNF- -

    kenaikan COX-2 mRNA pada cerebral vasculature pada beberapa model eksperimental febris.

    Peningkatan suhu dikenal untuk menginduksi perubahan pada banyak sel efektor pada respons imun.

    Demam menginduksi terjadinya respons syok panas. Pada respons syok panas terjadi reaksi kompleks

    pada demam, untuk sitokin atau beberapa stimulus lain. Hasil akhir dari reaski ini adalah produksi heat

    shock protein (HSPs), sebuah kelas protein krusial untuk penyelamatan seluler.

    -10 dan

    substansi lain s

    Fase-fase demam:

    a. Chill: pusat suhu meningkat lalu mencapai set-point suhu yang baru

    Manifestasi klinisnya vasokonstriksi kutaneus, peningkatan produksi panas akibat aktivitas otot

    b. Fever: terjadi keseimbangan antara produksi dan pengeluara pada peningkatan set-point

    Manifestasi klinis: set point kembali normal, tubuh mempersepsikan dirinya menjadi terlalu hangat

    c. Flush: mekanisme pembuangan panas diinisiasi menyebabkan vasodilatasi kutaneus dan

    diaforesis

    Manifestasi klinis: haus, kulit memerah

    Hipotalamus dapat dikatakan sebagai mesin pengatur suhu (termostat tubuh) karena disana terdapat

    reseptor (penangkap, perantara) yang sangat peka terhadap suhu yang lebih dikenal dengan nama

    termoreseptor (termo = suhu). Dengan adanya termorespetor ini, suhu tubuh dapat senatiasa berada dalam

    batas normal yakni sesuai dengan suhu inti tubuh. Suhu inti tubuh merupakan pencerminan dari

    kandungan panas yang ada di dalam tubuh kita. Kandungan panas didapatkan dari pemasukan panas yang

    berasal dari proses metabolisme makanan yang masuk ke dalam tubuh. Pada umumnya suhu inti beradadalam batas 36,5-37,5C.

    Bila pemasukan panas lebih besar daripada pengeluarannya, maka termostat ini akan memerintahkan

    tubuh kita untuk melepaskan panas tubuh yang berlebih ke lingkungan luar tubuh salah satunya dengan

    mekanisme berkeringat.

    Dan bila pengeluaran panas melebihi pemasukan panas, maka termostat ini akan berusaha menyeimbakan

    suhu tersebut dengan cara memerintahkan otot-otot rangka kita untuk berkontraksi(bergerak) guna

    menghasilkan panas tubuh. Kontraksi otot-otok rangka ini merupakan mekanisme dari menggigil.

    Contohnya, seperti saat kita berada di lingkungan pegunungan yang hawanya dingin, tanpa kita sadari

    tangan dan kaki kita bergemetar (menggigil). Hal ini dimaksudkan agar tubuh kita tetap hangat. Karenadengan menggigil itulah, tubuh kita akan memproduksi panas.

    Hal diatas tersebut merupakan proses fisiologis (keadaan normal) yang terjadi dalam tubuh kita manakala

    tubuh kita mengalamiperubahan suhu.

    Lain halnya bila tubuh mengalami proses patologis (sakit). Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh

    dalam keadaan sakit lebih dikarenakan oleh zat toksis (racun) yang masuk kedalam tubuh.

  • 7/28/2019 Wrap Up Demam

    4/14

    Umumnya, keadaan sakit terjadi karena adanya proses peradangan (inflamasi) di dalam tubuh. Proses

    peradangan itu sendiri sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan dasar tubuh terhadap adanya

    serangan yang mengancam keadaan fisiologis tubuh.

    Proses peradangan diawali dengan masuknya racun kedalam tubuh kita. Contoh racunyang paling

    mudah adalah mikroorganisme penyebab sakit.

    Mikroorganisme (MO) yang masuk ke dalam tubuh umumnya memiliki suatu zat toksin/racun tertentu

    yang dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan masuknya MO tersebut, tubuh akan berusaha melawan

    dan mencegahnya yakni dengan memerintahkan tentara pertahanan tubuh antara lain berupa leukosit,

    makrofag, dan limfosit untuk memakannya (fagositosit).

    Dengan adanya proses fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu akan mengelurkan senjata berupa zat

    kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen (khususnya interleukin 1/ IL-1) yang berfungsi sebagai anti

    infeksi. Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus (sel

    penyusun hipotalamus) untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat

    bisa keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2.

    Proses selanjutnya adalah, asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan pemacupengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin pun berkat bantuan dan campur tangan

    dari enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin ternyata akan mempengaruhi kerja dari

    termostat hipotalamus.

    Sebagai kompensasinya, hipotalamus selanjutnya akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas

    suhu normal). Adanya peningkatan titik patakan ini dikarenakan mesin tersebut merasa bahwa suhu tubuh

    sekarang dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya proses mengigil

    ini ditujukan utuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Adanya perubahan suhu tubuh di atas

    normal karena memang setting hipotalamus yang mengalami gangguan oleh mekanisme di atas inilah

    yang disebut dengan demam atau febris. Demam yang tinggi pada nantinya akan menimbulkan

    manifestasi klinik (akibat) berupa kejang (umumnya dialami oleh bayi atau anak-anak yang disebut

    dengan kejang demam)

    1.4POLAPOLATipe-tipe demam :

    1. Demam septik

    Pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan

    turun kembali ke tingkat dia atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan

    berkeringat. Bila demam tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.

    2. Demam remiten

    Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan kenaikan

    suhu tidak sebesar demam septik.

  • 7/28/2019 Wrap Up Demam

    5/14

    3. Demam intermiten

    Suhu bdan turun ke tingkat normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam ini terjadi setiap

    dua hari sekali disebut tersiana , dan bila terjadi dua hari bebas demam di antara dua serangan demam

    disebut kuartana. Contohnya malaria.

    4. Demam kontinyu

    Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus

    tinggi disebut hiperpireksia.

    5. Demam siklik

    Kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari

    kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

    Demam belum terdiagnosis

    Suatu keadaan demam yang terus menerus selama 3 minggu dengan suhu badan dia atas 38,3C dan

    belum ditemukan penyebabnya walaupun sudah diteliti. Demam yang belum terdiagnosis atau Fever

    Unknown Origin (FUO) dibagi kedalam 4 kelompok :

    1. FUO klasik

    Demam yang lebih dari 3 minggu dimana telah diusahakan diagnostik non-invasif maupun invasif selama

    satu minggu tanpa hasil yang dapat menetapkan penyebab demam.

    2. FUO nonsokomial

    enderita yang pada permulaan dirawat tanpa infeksi di umah akit dan kemudian menderita demam

    lebih dari 38C dan sudah diperiksa secara intensif untuk menentukan penyebab demam tanpa hasil yang

    jelas.

    3. FUO neutropenik

    enderita yang memiliki jenis neutrofil lebih dari 500 ul dengan demam lebih dari 38,3C dan sudah

    diusahakan pemeriksaan selama 3 hari tanpa hasil yang jelas.

    4. FUO HIV

    enderita yang menderita demam lebih dari 38,3C selama 4 minggu pada rawat jalan tanpa dapat

    menentukan penyebabnya.

    LI 2 M&M tentang salmonella

    2.1 jenis - jenis

    Menjelaskan definisi bakteri Sallmonela enterica.

    Salmonella bersifat host-adapted pada hewan dan infeksi pada manusia biasanya mengenai usus. Infeksi

    muncul dala m bentuk diare akut yang sembuh sendiri. Pada beberapa kesempatan organisme ini dapat

    menyebabkan penyakit yang invasif, meliputi bakteremia dan septikemia yang mengancam.

    Organisme ini ditemukan pada hewan dosmetik. Transmisinya melalui fekal-oral, biasanya dari

    mengingesti makanan yang terkontaminasi.

  • 7/28/2019 Wrap Up Demam

    6/14

    Klasifikasi kuman Salmonella sp. sangat kompleks, biasanya diklasifikasikan :

    1. Menurut dasar reaksi biokimiaserotipe yang diidentifikasi menurut struktur antigen O, H dan Vi

    yang spesifik

    2. Menurut reaksi biokimianya, Salmonella sp.dapat diklasifikasikan menjad tiga spesies yaitu S.

    typhi, S. enteritidis, S.cholerasuis, disebut bagan kauffman-white

    3. Berdasarkanserotipenya di klasifikasikan menjadi empat serotipe yaitu S. paratyphi A(Serotipe

    group A), S. paratyphi B (Serotipe group B), S. paratyphi C

    (Serotipe group ), dan S. typhi dari Serotipe group D

    2.2 morfologi

    Siklus Hidup Salmonella typhi

    1. Infeksi terjadi dari memakan makanan yang terkontaminasi dengan feses yang terdapat bakteri

    Salmonella typhi dari organisme pembawa (host).

    2. Setelah masuk dalam saluran pencernaan, maka S. typhi menyerang dinding usus yangmenyebabkan kerusakan dan peradangan.

    3. Infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah karena dapat menembus dinding

    usus tadi ke organ-organ lain, seperti hati, limpa, paru-paru, tulang-tulang sendi, plasenta dan dapat

    menembus sehingga menyerang fetus pada wanita atau hewan betina yang hamil, serta menyerang

    membran yang menyelubungi otak.

    4. Substansi racun dapat diproduksi oleh bakteri dan dapat dilepaskan dan mempengaruhi

    keseimbangan tubuh.

    5. Di dalam hewan atau manusia yang terinfeksi, pada fesesnya terdapat kumpulan S. typhi yang

    dapat bertahan sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan.6. Bakteri tersebut tahan terhadap range temperatur yang luas sehingga dapat bertahan hidup

    berbulan-bulan dalam tanah atau air.

    2.3 transmisi

    LI 3 M&M Tentang demam tifosa

    3.1 definisi

    Demam tifoid adalah penyakit infeksi menular akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi ditandai

    adanya demam 7 hari atau lebih, gangguan saluran pencernaan dan gangguan pada sistem saraf pusat

    (sakit kepala, kejang, dan gangguan kesadaran). Meurut Butler dala Soegijanto, S (2002), demam tifoid

    adalah suatu infeksi bakterial pada manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi ditandai dengan

    demam berkepanjangan, nyeri perut, diare, delirium, bercak rose, splenomegali serta kadangkadang

    disertai komplikasi perdarahan dan perforasi usus.

  • 7/28/2019 Wrap Up Demam

    7/14

    3.2 etiologi

    Demam tifoid disebabkan oleh jenis salmonella tertentu yaitu s. Typhi, s. Paratyphi A, dan S. Paratyphi B

    dan kadang-kadang jenis salmonella yang lain. Demam yang disebabkan oleh s. Typhi cendrung untuk

    menjadi lebih berat daripada bentuk infeksi salmonella yng lain.

    Salmonella merupakan bakteri batang gram negatif yang bersifat motil, tidak membentuk spora, dan tidak

    berkapsul. Kebanyakkan strain meragikan glukosa, manosa dan manitol untuk menghasilkan asam dan

    gas, tetapi tidak meragikan laktosa dan sukrosa. Organisme salmonella tumbuh secara aerob dan mampu

    tumbuh secara anaerob fakultatif. Kebanyakan spesies resistent terhadap agen fisik namun dapat dibunuh

    dengan pemanasan sampai 54,4 C (130 F) selama 1 jam atau 60 C (140 F) selama 15 menit.

    Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang dan suhu yang rendah selama beberapa hari dan dapat

    bertahan hidup selama berminggu-minggu dalam sampah, bahan makannan kering, agfen farmakeutika an

    bahan tinja.

    Salmonella memiliki antigen somatik O dan antigen flagella HH. Antigen O adalah komponen

    lipopolisakarida dinding sel yang stabil terhadap panas sedangkan antigen H adalah protein labil panas.

    3.3 patofisiologi

    biak dan di fagosit oleh makrofag

    2. masuk kembali menembus usus

  • 7/28/2019 Wrap Up Demam

    8/14

    3.4 diferensial diagnosis

    1. Paratiphoid.

    2. Malaria.

    3. TBC millier.

    4. Influenza.

    5. Dengue.

    6. Rheumatic fever.

    7. Sistemic lupus erimatosus.

    8. Hepatitis.

    LI 4 M&M penatalaksanaan demam tifoid (klorofenikol)

    4.1 farmakodinamik

    Mekanisme:menghambat sintesis protein kuman. Masuk ke sel bakteri melalui diffusi terfasilitasi. Mekanisme resistensi : inaktivasi obat oleh asetil trensferase yang diperantarai olehfactorR. Resistensi terhadap P. aeruginosa,

    Proteus dan Klebsielaterjadi karenaperubahan permeabilitas membran yang mengurangi masuk

    nya obat ke dalamsel bakteri

    4.2 farmakokinetik

    A. Absorbsi

    Diabsorbsi secara cepat di GIT, bioavailability 75% sampai 90%.

    Kloramfenikol oral : bentuk aktif dan inaktif prodrug,

    Mudah berpenetrasi melewati membran luar sel bakteri.

  • 7/28/2019 Wrap Up Demam

    9/14

    Pada sel eukariotik menghambat sintesa protein mitokondria sehingga menghambat perkembangan sel

    hewan & manusia.

    Sediaan kloramfenikol untuk penggunaan parenteral (IV) adalah water-soluble.

    B. Distribusi

    Kloramfenikol berdifusi secara cepat dan dapat menembus plasenta.

    Konsentrasi tertinggi : hati dan ginjal

    Konsentrasi terendah : otak dan CSF (Cerebrospinal fluid).

    Dapat juga ditemukan di pleura dan cairan ascites, saliva, air susu, dan aqueous dan vitreous humors.

    C. Metabolisme

    Metabolisme : hati dan ginjal

    Half-life kloramfenikol berhubungan dengan konsentrasi bilirubin.

    Kloramfenikol terikat dengan plasma protein 50%; pasien sirosis dan pada bayi.

    D. Eliminasi

    Rute utama dari eliminasi kloramfenikol adalah pada metabolisme hepar ke inaktif glukuronida.

    4.3 efek samping

    1. Reaksi Hematologik

    Terdapat dua bentuk reaksi:1. Reaksi toksik dengan manifestasi depresi sumsum tulang. Berhubungan dengan dosis,progresif dan pulih bila pengobatan dihentikan.

    2. Prognosisnya sangat buruk karena anemiayang timbul bersifat ireversibel. Timbulnyatidak tergantung dari besarnya dosis atau lama

    pengobatan.

    2. Reaksi Alergi

    Kemerahan pada kulit, angioudem, urtikaria dan anafilaksis. Kelainan yang menyerupai reaksi Herxheimer dapat terjadi pada pengobatan demamtyphoid.

    3. Reaksi Saluran Cerna

    Mual, muntah, glositis, diare dan enterokolitis.

  • 7/28/2019 Wrap Up Demam

    10/14

    4. Syndrom Gray

    Pada neonatus, terutama bayi prematur yang mendapat dosis tinggi (200 mg/kgBB).5. Reaksi Neurologis

    Depresi, bingung, delirium dan sakit kepala.Neuritis perifer atau neuropati optikdapat juga timbul terutama setelah pengobatan lama.

    6. Interaksi dengan Obat Lain

    Kloramfenikol menghambat enzim sitokrom P450 irreversibel memperpanjang T(dicumarol, phenytoin, chlorpopamide, dan tolbutamide).

    Mengendapkan berbagai obat lain dari larutannya,merupakan antagonis kerjabakterisidal penisilin dan aminoglikosida.

    Phenobarbital dan rifampin mempercepat eliminasi dari kloramfenikol.

    4.4 kontra indikasi

  • 7/28/2019 Wrap Up Demam

    11/14

    - Pemeriksaan Laboratorium1. pemeriksaan darah rutin : isolasi organisme dari spesimen darah atau sumsum tulang

    penderita. Hal ini dikarenakan kasus karier tifoid dapat memberikan hasil positif palsu.

    Pada pasien yang belum diobati, kultur darah menunjukkan hasil positif pada 40-60%

    kasus, terutama jika kultur dilakukan pada awal perjalanan penyakit. Kultur dari sediaansumsum tulang menunjukkan hasil positif yang lebih tinggi, mencapai 90%.Pada pasien

    dewasa, dibutuhkan sejumlah 10-15 ml darah, sedangkan pada pasien anak hanya

    dibutuhkan 2-4 ml darah karena derajat bakteremia yang lebih tinggi pada pasien anak.

    2. uji widal : Prinsip uji widal adalah pemeriksaan reaksi antara antibodi agglutinin dalamserum penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda-beda terhadap antigen

    somatic (O) dan flagella (H) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga terjadi

    aglutinasi.

    3. uji tubex : Uji tubex mendeteksi adanya antibody anti-S typhi 09 pada serum pasien.Antigen 09 bersifat imunodominan dan dapat merangsang imun secara independen.

    Karena sifatnya itu respon terhadap antigen 09 tergolong cepat sehingga deteksi bisadilakukan lebih dini yaitu pada hari ke 4-5 pada infeksi primer dan hari ke 2-3 pada

    infeksi sekunder. Uji tubex hanya dapat mendeteksi IgM dan tidak dapat mendeteksi IgG

    jadi gak cocok buat lihat infeksi masa lampau.

    Pada uji tubex digunakan 2 reagen.

    - Reagen A adalah partikel magnetic yang diselubungi oleh antigen S typhi 09 sedangkan- reagen B adalah partikel lateks warna biru yang diselubungi antibody spesifik untuk

    antigen 09. Cara kerjanya dengan memasukkan satu tetes serum pasien suspek DT ke

    tabung dan campur dengan 25uL reagen A (1 tetes). setelah itu beri 2 tetes reagen B.

    konsepnya, jika dalam serum pasien tidak ada antibody terhadap salmonella typhi 09

    reagen B akan bereaksi dengan reagen A, dan ketika diletakkan pada rak yang

    mengandung medan magnet komponen reagen A akan tertarik ke dasar dan membawa

    serta reagen B yang berwarna biru. Sebagai akibatnya tabung akan berwarna merah

    karena warna merah adalah warna serum yang lisis.

    Sebaliknya bila serum mengandung antibody salmonella T 09, antibody pasien akan

    berikatan dengan reagen A dan menyebabkan reagen B tetap di tengah tidak tertarik ke

    dasar sehingga larutan berwarna biru.

    Berbagai penelitian menunjukkan bahwa uji ini memiliki sensitivitas sebesar 75-80% dan

    spesifisitas sebesar 75-90%.

    4. uji typhidot : Thypidot merupakan suatu uji serologi yang didasarkan pada deteksiantibodi spesifik IgM dan IgG terhadap Salmonella Thypi. Dalam tes ini antibodi IgM

    dan IgG tidak aktif sebelum tes dimulai. Tes menggunakan suatu membran nitroselulosayang diisi 50 KDa spesifik protein dan antigen kontrol. Deteksi antibodi IgM

    menunjukkan tahap awal infeksi pada demam tipoid akut sedangkang adanya

    peningkatan IgG menandakan infeksi yang lebih lanjut. Pada metode Typhidot-M

    yang merupakan modifikasi dari metode Typhidot

    telah dilakukan inaktivasi dari IgG total sehingga

    menghilangkan pengikatan kompetitif dan memungkinkan pengikatan antigen terha

    dap Ig M spesifik.

  • 7/28/2019 Wrap Up Demam

    12/14

    5. uji IgM dipstick : mendeteksi IgM dengan dipstick khusus. Uji ini menunjukan positifpada 1 minggu setelah gejala muncul. Pada kultur darah, bila biakan positif menunjukan

    demam tifoid, namun biakan negative belum tentu menentukan tidak adanya demam

    tifoid, karena adanya terapi antibiotik, sampel darah kurang, pengambilan darah saat

    aglutinin meningkat dan adanya riwayat vaksinasi. Selain dari kultur darah, kultur

    Salmonella dapat dilakukan juga pada kultur feses, dan kultur urin.

    - Tatalaksana1. Istirahat cukup2. Menjaga kebesihan tempat tidur, pakaian, lingkungan3. Diet4. Tirah baring selama demam (2minggu) hingga normal, meminum antibiotik yang tepat

    (cloramfenikol)- Cloramfenikol : Bekerja dengan menghambat enzim peptidil transferase dari ribosom

    50S bakteri. Memiliki efek samping, yaitu depresi sumsum tulang belakang, reaksi

    saluran cerna, dan sindrom gray pada neonatus. Obat ini diberi dengan dosis 4x500

    mg/hari per oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas. Penurunan demam rata-

    rata setelah 7 hari atau 5 hari. Obat ini kurang efektif pada bakteri multi drug resistance.

    Kontraindikasi terhadapa wanita hamil, karena dapat menyebabakan partus premature,

    kematian fetus intrauterine, dan grey syndrome

    - Tiamfenikol Struktur dan mekanisme mirip dengan kloramfenikol. Obat ini umumnyalebih tidak aktif daripada kloramfenikol, namun memiliki efek samping yang lebih ringan

    dari kloramfenikol. Dosisnya adalah 4x500 mg/ hari, dan demam biasa turun pada hari

    ke-5 sampai ke-6. Kontaraindikasi pada wanita hamil.

    - Kotrimoksazo, mengambat reaksi enzimatik obligat pada 2 tahap, sehingga lebih efektif.Efek samping biasa tidak ada, bila diberikan sesuai dengan dosis, namun bisa terjadi

    anemia, megaloblastis, leukopenia, atau trombositopenia. Pada pengobatan demam

    tifoid diberikan 2x2 tablet(1 tablet:400mg sulfametoksazol dan 80mg trimetoprim)

    selama 2 minggu.

    -

    Ampisilin dan amoksissilin Merupakan obat golongan penisilin bersprektrum luas,bekerja dalam menghambat pembentukan dinding sel mikroba. Efek samping, bisa

    muncul berbagai reaksi alergi pada orang-orang tertentu, dan juga memiliki efek toksis

    jika diberi dosis berlebih. Kemampuan menurunkan demam kurang disbanding

    kloramfenikol. Dosis yang dianjurakan berkisar 50-150mg/kgBB selama 2 minggu. Obat

    ini dapat digunakan untuk pengobatana demam tifoid pada wanita hamil

  • 7/28/2019 Wrap Up Demam

    13/14

    - Sefalosporin generasi ketiga Mekanisme kerja mirip dengan golongan beta laktam lain,yaitu menghambat sintesis dinding sel. Sefalosporin generasi ketiga umumnya bekerja

    kurang aktif terhadap bakteri gram positif, namun sangat efektif terhadapa

    Enterobactericae. Efek samping berupa efek alergi, nefrotoksik, dan diare. . Obat ini

    dapat digunakan dalam pengobatan demam tifoid pada wanita hamil

    - Florokuinon Bekerja dengan menggangu enzim DNA girase, sehingga menggangu prosesreplikasi dan transkripsi bakteri. Efek samping dari obat golongan kuinolon adalah

    kelainan saluran cerna, susunan saraf pusat, hepatotoksik, kardiotoksik, disglikemia,

    fototoksik, dan lain-lain. Untuk terapi demam tifoid, dapat diberikan norfloksasin dosis

    2x 400 mg/hari selama 14 hari, atau siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari, atau

    ofloksasin dosis 2x 400 mg/hari selama 7 hari, atau perfloksasin dosis 400 mg/hari

    selama 7 hari, atau fleroksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari. Kontraindikasi kepada

    wanita hamil. Golongan obat ini merupakan paling efektif dalam pengobatan demam

    tifoid.

    - Azitromisin Bekerja dalam menghambat sintesis protein, yaitu dengan mengikat secarareversible ribosom 50S dari bakteri. Obat ini dapat mengurangi kegagalan klinis dan

    durasi rawat inap. Selain itu obat ini dapat mengungi angka relaps dibanding seftriakson.

    - Komplikasi1. Sebagian besar pasien sembuh sempurna2. Jika tidak di obati dapat mengalami pendarahan usus3. Perforasi usus, yang menyebabkan nyeri perut4. Pneumonia5. Infeksi kantung kemih & hati6. Infeksi darah

    - PrognosisPrognosis pasien demam tifoid tergantung ketepatan terapi, usia, keadaan kesehatan

    sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Di negara maju, dengan terapi antibiotik yang

    adekuat, angka mortalitas < 1%. Di negara berkembang, angka mortalitasnya >10%, biasanya

    karena keterlambatan diagnosis, perawatan, dan pengobatan. Munculnya komplikasi seperti

    perforasi gastrointestinal atau pendararahan hebat, meningitis, endokarditis, dan pneumonia,

    mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Angka kematian pada anak-anak 2,6%

    dan pada orang dewasa 7,4%, rata-rata 5,7%. Prognosis demam tifoid umumnya baik asal

  • 7/28/2019 Wrap Up Demam

    14/14

    penderita cepat berobat. Mortalitas pada penderita yang dirawat adalah 6%. Prognosis menjadi

    kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis yang berat seperti:

    1. Panas tinggi (hiperpireksia) febris continual.2. Kesadaran menurun sekali.3. Terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, peritonitis4. Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi protein)