vi isolasi gen resisten cvpdtext revised
DESCRIPTION
lTRANSCRIPT
Pokok Bahasan:
Aplikasi bioteknologi II: Isolasi Gen Resisten terhadap Penyakit CVPD
Sub Pokok Bahasan: Isolasi gen resisten dari tanaman jeruk yang tahan terhadap serangan
penyakit CVPD
Isolasi Gen dengan metode T-DNA Tagging menggunakan vektor
Agrobacterium tumefaciens
Transformasi genetik pada tanaman jeruk secara in vitro dan in planta.
TIK: Mahasiswa mengetahui dan memahami aplikasi bidang bioteknologi
Mahasiswa memahami teknik isolasi gen resisten terhadap penyakit CVPD
dengan metode T-DNA Tagging menggunakan vektor Agrobacterium
tumefaciens.
Mahasiswa memahami teknik transformasi genetik pada tanaman jeruk
secara in vitro dan in planta.
Waktu: 2x (2x50 menit)
14
I. Pendahuluan
Berbagai jenis tanaman jeruk yang dibudidayakan secara ekonomis
diketahui peka terhadap serangan penyakit CVPD. Jenis-jenis tanaman jeruk
budidaya yang peka terhadap serangan CVPD untuk selanjutnya disebut tanaman
jeruk CVPDs. Tanaman jeruk Garut dan jeruk Tejakula yang sangat terkenal
sekarang sudah sangat sulit ditemukan dilapangan dan kalaupun ditemukan telah
terinfeksi berat oleh penyakit CVPD. Dewasa ini belum ditemukan cara
pengendalian penyakit CVPD ini secara baik, karena berbagai kendala yang masih
dihadapi seperti belum dapat dibiakkannya patogen penyebab penyakit pada
media buatan, sehingga sulit untuk melakukan kharakterisasi terhadap sifat-sifat
patogennya akibatnya sulit untuk mengetahui mekanisme infeksi tanaman oleh
patogen yang pada akhirnya sulit untuk merumuskan teknik pengendaliannya.
Di lain pihak dilaporkan beberapa jenis tanaman jeruk, terutama tanaman
jeruk yang tidak dibudidayakan secara ekonomis dan beberapa tanaman
kerabatnya, diketahui ada yang toleran terhadap penyakit CVPD. Jenis tanaman
jeruk dan kerabatnya yang toleran CVPD ini untuk selanjutnya disebut tanaman
jeruk CVPDr. Diantaranya “Seedless lime” (jeruk nipis tanpa biji), Tahiti lime,
Triphachia trifoliata (jeruk kinkit), dan Poncirus trifolia (karatachi). Tanaman
jeruk yang toleran CVPD (CVPDr) diyakini mengandung gen atau gen-gen yang
produknya sanggup mematahkan infeksi oleh patogen CVPD (L. asiaticum) atau
sanggup menolak penularan patogen yang dibawa oleh serangga vektor D. citri.
Berdasarkan informasi ini, pertama; Wirawan, dkk, 2000, menguji ulang
ketahanan terhadap CVPD dari beberapa jenis tanaman CVPDr dengan cara
penularan penyakit menggunakan vektor serangga Diaphorina citri. Seleksi
dilakukan secara sangat ketat yaitu baik secara visual dengan mengamati gejala
yang muncul maupun menggunakan deteksi PCR (Polimerase Chain Reaction)
terhadap keberadaan patogen pada tanaman yang diuji. Kemudian dari tanaman-
tanaman CVPDr yang terseleksi dilakukan mutasi, dengan metode transformasi
menggunakan sistem Agrobacterium tumefaciens baik secara in vitro maupun
secara in planta.
Secara in vitro transformasi genetik dilakukan melalui kultur sel, potongan
daun, ruas ranting muda (internode stem), biji, dan potongan kecambah steril dari
15
tanaman CVPDr (dalam hal ini digunakan jeruk kinkit dan karatachi). A.
tumefaciens LBA (pAL4404, pIB121) diinokulasikan kepada bahan-bahan
tanaman tersebut untuk kemudian ditumbuhkan pada media kultur jaringan
(MTO atau MTOK). Transformasi secara in planta dilakukan dengan
menginokilasikan A. tumefaciens LBA (pAL4404, pIB121) pada pucuk tunas
yang dipotong pada bibit muda tanaman jeruk kinkit atau karatachi.
Binary Ti Plasmid pIB121, mengandung fragmen DNA yang terdiri dari
gen untuk ketahanan terhadap kanamisin, dan gen ß-glucuronidase (GUS) yang
diklon “downstream” 35S CaMV promoter (Jefferson, et al, 1987; Ohta, et al,
1990; Wirawan and Kojima, 1996). A. tumefaciens akan mentransfer fragmen
DNA ini ke dalam sel-sel tanaman jeruk kinkit atau karatachi yang dapat dideteksi
dengan media seleksi yang mengandung kanamisin, dan deteksi PCR
menggunakan sekuen gen GUS sebagai primernya serta dengan mendeteksi
ekspresi gen GUS pada transforman yang dihasilkan. Mutasi dengan sistem A.
tumefaciens pada genom tanaman CVPDr (kinkit atau karatachi) menginaktifkan
gen-gen yang termutasi yang diantaranya adalah gen atau gen-gen yang
bertanggungjawab pada toleransi tanaman terhadap serangan penyakit CVPD.
Dengan demikian loci gen-gen ini dapat diidentifikasi dan diisolasi serta dapat
klon untuk dikharakterisasi sifat-sifatnya dan dimanfaatkan dalam penanganan
penyakit CVPD.
Transforman atau mutan tanaman jeruk CVPDr yang dihasilkan
diinokulasi dengan Diaphorina citri infektif (membawa bakteri L. asiaticum,
penyebab CVPD). Mutan-mutan yang menunjukkan gejala serangan CVPD
(disebut CVPDr-s) diseleksi dan keberadaan L. asiaticum pada mutan tanaman
jeruk CVPDr-s dideteksi dengan metode PCR menggunakan sekuen 16S ribosomal
DNA yang spesifik untuk L. asiaticum sebagai primer. Loci gen-gen toleran
CVPD diisolasi dari mutan tanaman CVPDr-s ini menggunakan metode inverse
PCR (IPCR) atau plasmid rescue.
Wild type target DNA dari tanaman induk dideteksi dan diisolasi
menggunakan metode PCR menggunakan primer yang dirumuskan berdasarkan
sekuen dari flanking DNA produk IPCR. Konfirmasi terhadap hasil PCR ini
16
dilakukan dengan metode Southern Blot menggunakan fragmen flanking DNA
atau produk PCR diatas sebagai probe.
Penelitian dilakukan berdasarkan pengalaman penelitian sebelumnya
dalam mentrasfer gen acvB yang diisolasi dari khromosom A. tumefaciens strain
A208 (DDBJ accession number D13800 (Wirawan, et al, 1993) ke dalam sel-sel
tanaman tembakau dan tomat dapat menunjukkan hasil yang sangat baik.
Disamping itu hasil penelitian Moore dan kawan-kawan menunjukkan bahwa
transformasi tanaman jeruk menggunakan sistem Agrobacterium ini dapat berhasil
dengan baik (Moore, et al, 1992).
II. Uji ketahanan terhadap serangan penyakit CVPDBeberapa jenis tanaman jeruk dan kerabatnya yang diuji ulang ketahanan
atau kepekaannya terhadap serangan penyakit CVPD. Beberapa tanaman ini
sebelumnya dilaporkan sebagai toleran terhadap serangan penyakit CVPD (De
Lange, et al, 1985; Nariani, 1981; Tirtawidjaya, 1981). Hampir semua tanaman
yang diuji menunjukkan gejala serangan penyakit CVPD artinya tidak tahan
terhadap penyakit CVPD, seperti yang ditunjukkan oleh tanaman Kemuning
(Murraya Paniculata), jeruk siem Kintamani, jeruk keprok Tejakula, Nagami
kinkan, Sour Orange dan lainnya. Analisis PCR untuk mendeteksi patogen
penyebab penyakit CVPD memastikan bahwa tanaman-tanaman tersebut peka
terhadap serangan penyakit CVPD. Tanaman jeruk kinkit, jeruk nipis tanpa biji
dan karatachi (Poncirus trifolia) menunjukkan ketahanan terhadap serangan
penyakit CVPD. Sehingga kemudian diputuskan untuk memilih jeruk kinkit dan
karatachi sebagai tanaman toleran yang diteliti lebih lanjut.
Kemuning (Murraya paniculata) bahkan sangat disenangi oleh serangga
vektor D. citri dan menunjukkan gejala serangan penyakit CVPD lebih cepat
dibandingkan dengan tanaman lainnya. Sehingga kemuning banyak digunakan
sebagai tanaman indikator dan tanaman yang digunakan untuk memelihara
serangga vektor D. citri.
17
Tahap-Tahap Prosedur Isolasi Gen Resisten Penyakit CVPD
a. Uji ketahanan tanaman jeruk kinkit dan karatachi serta tanaman jeruk
budidaya (siem dan keprok) terhadap serangan penyakit CVPD dengan cara
penularan mengunakan serangga vektor D. citri
b. Deteksi PCR untuk memastikan serangan penyakit CVPD pada tanaman
yang diuji.
c. Jeruk kinkit dan karatachi dipilih sebagai tanaman yang toleran terhadap
serangan penyakit CVPD (CVPDr)
d. Transformasi genetik secara in vitro atau in planta pada tanaman jeruk
kinkit dan karatachi
e. Seleksi transforman (tanaman yang termutasi)
f. Uji ketahanan terhadap serangan penyakit CVPD untuk tanaman-tanaman
termutasi (transforman)
g. Seleksi yang menjadi peka terhadap serangan penyakit CVPD (CVPDr-s)
h. Inverse PCR (IPCR) untuk isolasi flanking DNA termutasi dari mutan
tanaman jeruk kinkit CVPDr-s .
i. Kloning produk IPCR (flanking DNA termutasi) pada vektor plasmid
j. Sekuen fragmen DNA produk IPCR
k. Formulasi primer untuk deteksi wild type target DNA yang mengandung
gen untuk ketahanan terhadap serangan penyakit CVPD
l. Deteksi dan isolasi serta kloning wild type target DNA yang mengandung
gen untuk ketahanan terhadap serangan penyakit CVPD
m. Analisis sekuen klon wild type target DNA yang mengandung gen untuk
ketahanan terhadap serangan penyakit CVPD dan penentuan ORF (open
reading frame) dari gen gen untuk ketahanan terhadap serangan penyakit
CVPD (gen CVPDr)
n. Over expression (produksi protein) gen CVPDr pada sel Escherichia coli
o. Analisis fungsi protein yang dihasilkan oleh gen CVPDr dalam mekanisme
ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit CVPD
p. Pembuatan tanaman jeruk transgenik menggunakan gen CVPDr
q. Uji ketahanan tanaman jeruk transgenik dengan gen CVPDr terhadap
serangan penyakit CVPD
18
III. Transformasi Genetik Tanaman Jeruk Tahan CVPD
1. Bakteri dan Kondisi Biakan
Bakteri dan plasmid, yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut; Bakteri Escherichia coli HB 101 digunakan untuk membawa plasmid
pRK2013, suatu helper plasmid yang digunakan dalam proses konjugasi
triparental mating (Wirawan and Kojima, 1996). Agrobacterium tumefaciens
strain LBA 4404 dengan binary Ti plasmid, pAL4404 dan pBI121 atau pMW24
digunakan dalam transformasi genetik tanaman jeruk kinkit dan karatachi. Bakteri
dipelihara pada LB, YEB atau AB minimal media. Konsentasi antibiotik yang
digunakan dalam media (mg/liter) adalah sebagai berikut; kanamisin (100),
ampisilin (50) dan karbenisilin (500) (Kang, et al, 1992; Kang, et al, 1994).
2. Transformasi Genetik Melalui Kultur in vitro
Bagian tanaman (explant) jeruk kinkit atau karatachi yang digunakan adalah
potongan daun, potongan batang (internode stem), potongan buah muda
(immature fruit), biji dan potongan kecambah steril. Media yang digunakan dalam
kultur jaringan ini adalah media LS, MTO+ atau MSO+ (untuk penumbuhan
kalus) dan media MS104 atau MTOK (untuk penumbuhan shoot/ perbanyakan)
dengan 0,4 % agar. Untuk menumbuhkan akar digunakan rooting media yang
merupakan media MSO dengan 0,3 % agar dan dengan kanamisin dan
karbelisilin. Sedangkan jenis agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Gellum Gum agar.
Bagian tanaman yang masih segar pertama-tama dicuci dengan aquades,
kemudian direndam pada larutan sodium hipokhlorida 5 % dan 1 % masing-
masing secara berurutan selama 5 menit. Setelah itu potongan tanaman ini dicuci
dalam aquades steril sebanyak 3 kali. Air yang masih melekat pada bagian
tanaman tersebut dihilangkan dengan cara menempelkannya pada kertas tissue
steril. Setelah cukup kering bagian tanaman tersebut dipotong-potong. Untuk ruas
batang (internode stem) dan daun potongan dibuat sangat pendek yaitu antara 0,2
– 0,5 cm. Sedangkan untuk buah muda (immature fruit), satu buah dapat dibagi
menjadi 3 – 4 potongan. Untuk eksplan dari kecambah steril tidak dilakukan
19
sterilisasi lagi. Setelah dilakukan inokulasi dengan A. tumefaciens strain LBA
(pAL4404, pBI121 atau LBA (pAL4404, pMW24) potongan-potongan tanaman
tersebut ditaruh/ditanam pada media yang sesuai dalam botol.
3. Transformasi Genetik secara in planta
Dengan metode ini bibit tanaman dikecambahkan dari biji. Inokulasi
dapat dilakukan melalui embryo biji atau melalui pucuk kecambah tanaman jeruk
kinkit atau karatachi atau nipis tanpa biji. Transformasi melalui embryo
dilakukan dengan menyuntikkan atau melukai embryo dengan jarum suntik lalu
diolesi dengan A. tumefaciens strain LBA (pAL4404, pBI121 atau LBA
(pAL4404, pMW24) yang dikultur pada media LB agar dengan kanamisin 100
ppm. Biji yang telah diinokulasi ditanam pada media tanah steril dan dipelihara
dalam rumah kaca. Transformasi melalui meristem tunas, dilakukan dengan
memotong pucuk muda tunas atau kecambah yang ditanam pada media tanah
steril, lalu pada ujung tanaman yang telah terpotong tersebut diolesi dengan A.
tumefaciens strain LBA (pAL4404, pBI121 atau LBA (pAL4404, pMW24) yang
dikultur pada media LB agar dengan kanamisin 100 ppm. Tanaman yang telah
diinokulasi dipelihara dalam rumah kaca untuk dilakukan pengamatan dan seleksi
transforman. Transformasi genetik dengan sistem in planta, menghasilkan
tanaman transforman yang sebagian besar adalah chimera (tidak seluruh sel atau
jaringan tertransformasi).
4. Mekanisme transformasi genetik A. tumefaciens
Plasmid pBI121, pIG121 atau pMW24 yang dipelihara dalam sel A.
tumefaciens 4404 (pAL4404) digunakan untuk mentransformasi sel-sel tanaman
jeruk kinkit atau karatachi. Mekanisme tingkat molekul proses transfer gen
dengan vektor A. tumefaciens dapat diringkas sebagai berikut; fragmen DNA
NptII-GUS akan terpotong menjadi DNA satu rantai (ssDNA) yang kemudian
pada ujung 5’ dari ssDNA tersebut berikatan protein VirD2 dan protein VirE2
menjadi selubungnya (coat protein). Kompleks DNA-protein ini disebut T-
komplek yang akan bergerak dan pada periplasma protein AcvB akan berikatan
20
pada komplek ini dan mentransfernya keluar sel A. tumefaciens dan masuk ke
dalam sel tanaman.
Fragmen NptII-GUS berintegrasi ke dalam genom sel tanaman sehingga tanaman
transgenik ini dapat tumbuh pada media dengan kanamisin dan ekspresi gen GUS
juga dapat dideteksi dari tanaman transgenik ini.
Plasmid pMW24 mempunyai konstruksi yang sama dengan pBI121, tetapi
gen GUS pada pBI121 diganti dengan gen acvB. Keberadaan gen acvB ini
diperlukan untuk meningkatkan frekuensi transformasi, karena protein AcvB
berperan dalam proses transfer DNA ke dalam sel tanaman.
5. Tahapan Kerja Transformasi in vitro
Transformasi tanaman jeruk kinkit dilakukan sebagaimana berikut. Sel-sel
A. tumefaciens yang dikultur selama 18 jam pada media LB atau AB (cair) dengan
kanamisin 100 ppm dipanen dengan sentrifuge, kemudian sel-sel bakteri ini dicuci
3 kali menggunakan media MS cair (steril). Sel-sel bakteri ini kemudian
disuspensi dalam media MS cair dan siap digunakan untuk mentransformasi sel-
sel tanaman jeruk kinkit atau karatachi pada media. Inokulasi bagian-bagian
tanaman jeruk kinkit atau karatachi sebagaimana dijelaskan diatas dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu ; 1. dengan merendam selama 5 – 10 menit potongan-
potongan tanaman tersebut dalam suspensi Agrobacterium sebelum ditempatkan
pada media kultur jaringan, atau, 2. dengan menempatkan terlebih dahulu
potongan-potongan tanaman tersebut ke dalam media kemudian bagian tanaman
yang terpotong ditetesi 2 – 3 tetes suspensi A. tumefaciens menggunakan jarum
suntik (syringe).
Inokulasi juga dilakukan menggunakan kultur padat A. tumefaciens, LBA
(pAL4404, pBI121 atau LBA (pAL4404, pMW24). Biakan bakteri pada media
padat ini diambil menggunakan tusuk gigi steril lalu dioleskan pada ujung
potongan atau bagian eksplan yang dilukai.
Eksplan yang telah diinokulasi ditanam pada media (dalam botol) kemudian
dipelihara pada suhu 25 – 28 0C dan 16 jam penerangan dengan cool-white
fluorescent light (Gynheung, 1985; Moore, et al, 1992). Setelah 5 – 7 hari
potongan-potongan tanaman yang tetap hijau dipindahkan ke media yang
21
mengandung kanamisin 100 ppm untuk menseleksi sel-sel yang tertransformasi
dan karbenisilin 500 ppm untuk mencegah pertumbuhan vektor Agrobacterium
pada media. Pertumbuhan kalus dan atau shoot diamati secara periodik sampai
beberapa minggu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksplant dari potongan buah muda,
hanya sanggup membentuk kalus dengan tingkat keberhasilan yang sangat rendah.
Kalus yang dihasilkan ini tidak dapat bermultiplikasi membentuk tunas (shoot).
Sedangkan eksplant dari potongan kecambah steril (internode stem), merupakan
eksplant terbaik untuk menghasilkan tunas atau kalus, dan kegagalan karena
kontaminasi sangat kecil.
Media terbaik untuk pertumbuhan tunas adalah MTOK, dan untuk
pertumbuhan kalus adalah MTO+ atau MSO+. Eksplant yang ditanam pada media
MTOK, umumnya membentuk kalus (pada minggu 1-2) dan kemudian dari kalus
ini akan tumbuh tunas yang banyak (bergerombol). Untuk eksplant yang
ditransformasi dengan A. tumefaciens, seleksi transforman akan baik dilakukan
setelah pertumbuhan tunas ini. Tunas yang tumbuh bergerombol tersebut,
kemudian ditanam secara individu pada media MTOK dengan 100 ppm
kanamisin. Tunas yang bertahan tumbuh adalah tunas yang yang telah mengalami
transformasi (transforman). Tunas tanaman jeruk yang dihasilkan kemudian
secara bertahap dipindahkan dan dipelihara dalam media tanah steril untuk
kemudian diuji ketahanannya terhadap serangan penyakit CVPD. Tanaman yang
menunjukkan gejala serangan CVPD kemudian diseleksi dan akan dilakukan
analisis lanjutan yaitu dengan analisis PCR untuk mendeteksi keberadaan patogen
CVPD pada tanaman yang menunjukkan gejala tersebut.
6. Analisis Jaringan Transforman
Shoot yang dihasilkan dari kultur jaringan yang telah diseleksi
menggunakan media yang mengandung kanamisin 100 ppm diuji lebih lanjut
apakah telah benar-benar tertransformasi oleh fragmen DNA dari plasmid pBI121
atau pMW24. Pengujian ini dikerjakan baik dengan cara uji aktivitas gen GUS
maupun uji PCR dengan mengamplifikasi fragmen DNA gen GUS (1,3 kb)
22
menggunakan DNA template yang diisolasi dari daun atau potongan shoot yang
telah digunakan dalam uji aktivitas gen GUS sebelumnya.
Adapun uji aktifitas gen GUS dikerjakan sebagai berikut; Ujung batang
shoot yang dihasilkan dipotong pendek kemudian segera ditempatkan dalam
microtiter plate yang berisi 23 µl pewarna 5-bromo-4-chloro-3-indolyl-ß-D-
glucuronide (1 mg/ml) dalam buffer 0,1 M NaPO4, pH 7,0 dengan 10 mM
Na2EDTA pada setiap wellnya (Jefferson, 1987). Potongan shoot ini direndam
selama 4 – 5 jam pada suhu 37 0C sebab perendaman yang lebih lama akan
menghasilkan banyak kesalahan hasil. Jaringan tanaman ini kemudian dicuci
dengan 100 µl campuran 95 % etanol dan asam asetat (3:1, v/v). Bagian-bagian
yang mengandung aktivitas gen GUS akan terlihat dengan jelas. Sebagai kontrol
negatif digunakan jaringan yang tidak ditransformasi.
Bagian tanaman yang tidak diinokulasi dengan Agrobacterium (non-
transformed plant) kenyataannya tidak dapat tumbuh membentuk kalus atau shoot
pada media dengan kanamisin, atau kalaupun shoot dapat tumbuh tetapi tidak
dapat bertahan lama dan kemudian mati. Pada tanaman jeruk kinkit untuk lebih
memberikan bukti bahwa shoot yang dihasilkan benar-benar transformed shoot,
dilakukan uji lanjutan yaitu uji aktifitas enzim -glucuronidase (GUS).
Ditemukan 63.8 % shoot menunjukkan aktifitas enzim -glucuronidase (GUS+).
Menurut Jordan and McHughen, 1988, banyaknya shoot atau tanaman yang
tahap hidup pada media dengan kanamisin dapat disebabkan oleh adanya proteksi
dari transformed sel kepada non-transformed sel sehingga sel-sel non-transformed
dapat tumbuh pada media dengan kanamisin. Hal lain yang kami pikirkan adalah
adanya kemungkinan sel-sel bakteri vektor (A. tumefaciens) yang masih bertahan
hidup pada media yang dapat menginaktifkan kanamisin pada media, sehingga
non-transformed sel dapat tumbuh.
Beberapa tanaman yang menunjukkan aktivitas GUS+ dianalisis lebih lanjut
dengan PCR menggunakan sekuen gen GUS sebagai primer. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa semua tanaman yang diuji, positif mengandung gen GUS
yang berarti bahwa semua tanaman yang diuji adalah tanaman yang telah
tertransformasi (transformed plants). Tanaman tranforman yang dihasilkan secara
bertahap ditanam di pot dengan media tanah steril untuk kemudian dipelihara
23
dalam rumah kaca dan siap untuk diuji ketahanannya terhadap serangan penyakit
CVPD.
IV. Uji Ketahanan Tanaman Transforman terhadap Serangan
Penyakit CVPDUji ketahanan tanaman transforman terhadap serangan penyakit CVPD
dilakukan untuk menyeleksi tanaman transforman jeruk kinkit yang berubah
menjadi peka terhadap CVPD atau disebut tanaman CVPDr-s. Tanaman CVPDr-s
menunjukkan bahwa tanaman tersebut telah termutasi pada gen yang berperan
dalam ketahanan tanaman terhadap penyakit CVPD. Sehingga untuk
mendapatkan gen tahan penyakit CVPD (gen CVPDr) dapat dilakukan dengan
mengisolasi fragmen DNA yang termutasi pada tanaman CVPDr-s.
Uji ketahanan tanaman transforman terhadap serangan penyakit CVPD
dilakukan dengan penularan penyakit CVPD menggunakan serangga vector D.
citri. Tanaman diletakkan dalam kurungan dan diberikan beberapa ekor serangga
vector yang infektif (yang mengandung bakteri penyebab penyakit CVPD).
Pengamatan dilakukan selama 6-12 bulan.
Pengamatan terhadap 767 tanaman transforman yang diuji ketahanannya
terhadap CVPD, ditemukan ada 2 tanaman yang menunjukkan gejala yang sangat
mirip gejala serangan penyakit CVPD. Analisis PCR yang dilakukan terhadap
gejala serangan ini menunjukkan hasil yang positif, artinya tanaman transforman
jeruk kinkit ini memang terserang penyakit CVPD. Analisis PCR terhadap gejala
serangan ini dilakukan 2-3 kali untuk lebih meyakinkan dan mendapatkan
konsistensi hasil sambil menunggu tanaman menjadi lebih besar. Hasil
pengulangan ini menunjukkan bahwa gejala serangan penyakit yang diamati
memang benar serangan penyakit CVPD. Tanaman terebut kemudian dianalisis
lebih lanjut guna mengisolasi fragmen DNA termutasi.
V. Isolasi fragmen DNA termutasi dengan metode Inversed PCRFragmen DNA pemutasi, NptII-GUS, dari plasmid pBI121 yang terselip
ke dalam genom mutan tanaman CVPDr-s dilacak dengan metode IPCR
menggunakan sekuen dari fragmen NptII-GUS sebagai primernya. Primer yang
24
digunakan dalam penelitian ini adalah primer yang pernah kami gunakan pada
penelitian menggunakan tanaman Kalanchoe (cocor bebek) dan mulbery yang
dapat berhasil dengan baik. Sekuen primernya adalah sebagai berikut ;
F : 5’-AGA GGC TAT TCG GCT ATG AC -3’
R : 5’-GAT AGT GAC CTT AGG CGA CT -3’.
Total DNA diisolasi dari bagian tanaman CVPDr-s yang telah
dikonfirmasi seperti di atas. DNA ini kemudian dipotong dengan endonuklease
yang sitenya tidak terdapat pada fragmen NptII-GUS (pada penelitian ini
digunakan EcoRI). Setelah itu dilakukan “self ligation” terhadap potongan-
potongan DNA tersebut sehingga didapatkan berbagai ukuran DNA sirkular.
Salah satunya adalah potongan DNA yang membawa fragmen NptII-GUS.
Tahap selanjutnya dilakukan amplifikasi DNA yang membawa fragmen NptII-
GUS dengan IPCR menggunakan primer seperti tersebut di atas. Dengan teknik
IPCR ini pembacaan terjadi secara terbalik yaitu mengarah keluar dari fragmen
NptII-GUS sehingga amplifikasi akan menghasilkan flanking DNA dari tanaman
CVPDr (jeruk kinkit) dengan hanya fragmen kecil DNA dari sekuen NptII-GUS.
VI. Strategi Pengklonan (cloning strategy)Fragmen DNA yang teramplifikasi yang mengandung flanking DNA
dari tanaman CVPDr (jeruk kinkit) dengan fragmen kecil DNA dari sekuen NptII-
GUS kemudian diklon pada plasmid pUC18. Strategi pengklonannya dilakukan
sebagai berikut; Pertama, dilakukan kharakterisasi terhadap sisi pemotongan
endonuklease (endonuclease restriction site) pada fragmen tersebut. Pada
penelitian ini digunakan EcoRI, BamHI, dan Sac I. Pemotongan dengan Sac I
ternyata memberikan fragmen ini relatif utuh (fragmen terpanjang, sehingga
pengklonannya pada vektor plasmid pUC18 dilakukan pada sisi pemotongan SacI.
Ligasi (penyambungan fragmen DNA) dilakukan pada suhu 16 0C
selama 2 jam - overnight menggunakan enzim ligase (produk Takara).
Transformasi dilakukan dengan menggunakan compitent cell, Escherichia coli
JM109. Sebanyak 5 µl DNA yang telah diligasi, dicampurkan ke dalam 100 µl
compitent cell kemudian ditaruh dalam air-es selama 30 menit, lalu diinkubasi
pada suhu 42 0C selama 45 detik sebelum ditambahkan 1 ml media SOC.
25
Kemudian campuran ini diinkubasi pada suhu 37 0C selama 1 jam, untuk
selanjutnya dikultur pada media LB agar yang mengandung 50 ppm ampisilin.
VII. Deteksi dan Isolasi wild type target DNA (Gen CVPDr )Deteksi dan isolasi fragmen wild type target DNA serta konfirmasinya
dilakukan dengan metode PCR menggunakan primer yang dibuat berdasarkan
sekuen partial dari flanking DNA yang telah diisolasi sebelumnya. Berdasarkan
sekuen flanking DNA ini dirumuskan tiga sekuen primer yang disebut; primer 1,
primer 2, dan primer 3. Total DNA dari tanaman induk, diisolasi kemudian
dilakukan analisis PCR.
Program PCR yang digunakan adalah sebagai berikut; Denaturation pada
suhu 94 0C selama 30 detik, annealing pada suhu 60 0C selama 30 detik dan
extention pada suhu 72 0C selama 90 detik serta menggunakan siklus ulangan 26
kali. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat dilakukan pengulangan
setelah selesai satu tahap program (double PCR).
Menggunakan ketiga primer tersebut diatas dihasilkan tiga produk PCR
dengan ukuran yang berbeda, yaitu masing-masing 700 bp, 1100bp dan 841 bp.
Penelitian ini juga menemukan bahwa tanaman jeruk keprok Tejakula tidak
mengandung ke tiga fragmen DNA tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa gen
untuk ketahanan terhadap CVPD tidak terdapat pada jeruk Tejakula
VIII. Hibridisasi Southern BlotKonfirmasi terhadap produk PCR di atas dilakukan menggunakan
metode Southern Blot. Semula cara ini direncanakan sebagai alternatif cara
isolasi wild-type target DNA dari tanaman CVPDr (kinkit) namun kemudian
diyakini perlu dilakukan untuk konfirmasi terhadap hasil yang telah diperoleh
menggunakan metode PCR. Fragmen DNA, potongan EcoRI dari flanking DNA
atau produk PCR di atas, dilabel dengan 32P digunakan sebagai probe untuk
mendeteksi keberadaan fragmen tersebut pada tanaman induk (kinkit dan
karatachi). Total DNA dari ke dua tanaman induk , kinkit dan karatachi, diisolasi,
kemudian dipotong menggunakan EcoRI, lalu fragmen-fragmen DNA yang
dihasilkan dipisahkan pada elektroforesis agarose gel, dan kemudian diblot
26
dengan membran nylon menggunakan sistem Southern blotting, selama 16 jam
atau overnight. Buffer yang digunakan dalam blotting ini adalah buffer SSC
(Sambrook, et al, 1989) .
Blotting total DNA dari ke dua tanaman induk , kinkit dan karatachi,
terhibridisasi oleh DNA probe yang digunakan, dan menunjukkan hibridisasi
band yang sangat jelas. Sedangkan sampel DNA dari tanaman jeruk keprok
Tejakula tidak terhibridisasi. Hal ini menunjukkan bahwa jeruk keprok Tejakula
tidak mengandung fragmen DNA yang berhubungan dengan ketahanan tanaman
terhadap serangan penyakit CVPD. Hasil penelitian ini sekaligus mengkonfirmasi
hasil penelitian menggunakan analisis PCR.
IX. Overekspresi (produksi protein) pada Sel Escherichia coli dan
Pembuatan Tanaman Jeruk TransgenikSekuen DNA terhadap fragmen 1100 bp yang dihasilkan tidak dapat
menentukan adanya Open Reading Frame (ORF) yang meyakinkan, sehingga
diupayakan untuk mendapatkan fragmen DNA yang lebih panjang. Penelitian
menggunakan teknik running primer dan dikombinasikan dengan teknik Southern
Blotting telah berhasil diisolasi fragmen DNA dengan ukuran 2500 bp. Fragmen
DNA ini kemudian diklon dalam plasmid vektor pT7 Blue pada sisi pengklonan
NdeI. Dua ORF ditemukan setelah fragmen DNA 2500 bp ini disekuen. Klon
fragmen DNA 2500 bp dengan dua ORF ini pada plasmid vector pT7 Blue diberi
nama pWR27 yang telah didaftarkan Hak Patennya di Ditjen HKI melalui
Program Oleh Paten Kementerian Riset dan Teknologi RI, atas nama I Gede Putu
Wirawan.
Uji overekspresi klon DNA ini dalam sel E. coli menghasil dua molekul
protein dengan ukuran 17 dan 20 kDa. Penemuan ini menunjukkan bahwa ke dua
ORF yang ditemukan pada sekuen DNA yang diklon adalah dua buah gen yang
aktif dan berperan dalam mekanisme ketahanan tanaman jeruk terhadap serangan
penyakit CVPD.
Fragmen DNA yang membawa gen diklon ulang (subklon) pada plasmid
vektor biner pBI121 dan dimasukkan kedalam sel Agrobacterium tumefaciens
strain LBA4404 dengan metode triparental mating. A. tumefaciens merupakan
27
bakteri Gram negatif yang sangat baik digunakan sebagai vektor dalam membawa
gen atau fragmen DNA tertentu ke dalam genom tanaman. Setelah klon ini berada
dalam sel A. tumefaciens maka transformasi genetik ke dalam sel tanaman jeruk
komersial (jeruk keprok atau siem atau lainnya) dapat dilakukan. Transformasi
genetik untuk menghasilkan tanaman jeruk transgenik tahan penyakit CVPD
dapat dilakukan dengan berbagai metode baik melalui kultur in vitro (kultur
jaringan) maupun melalui metode in planta. Transformasi in planta dapat
dilakukan dengan menginokulasi mata tunas yang tumbuh pada pembibitan
dengan sistem grafting (penempelan). Sebagian tanaman transgenik yang
dihasilkan akan berifat chimera, yaitu tidak keseluruhan bagian tanaman
tertransformasi. Tetapi cara in planta ini sangat sederhana, murah dan dengan
keberhasilan yang cukup tinggi (lebih dari 17 %).
28