bab i tinjauan teori

21
BAB I TINJAUAN TEORI A. KONSEP MEDIS 1. Pengertian Gizi adalah suatu suatu proses organism yang menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbs, dan tranfortasi, penyimpanan metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan dan fungi normal dari organ-organ serta menghasilkan energy (supariasa, 2001) Menurut Moehji, S (2003) gizi kurang adalah kekurangan bahan-bahan nutrisi seperti protein,karbohidrat,lemak dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh. Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat. Dibedakan antara statys gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Status Gizi Kurang adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi Kurang juga didefinisikan Page | 1

Upload: sinar-rembulan

Post on 05-Sep-2015

225 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

konsep

TRANSCRIPT

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP MEDIS

1. Pengertian

Gizi adalah suatu suatu proses organism yang menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbs, dan tranfortasi, penyimpanan metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan dan fungi normal dari organ-organ serta menghasilkan energy (supariasa, 2001)

Menurut Moehji, S (2003) gizi kurang adalah kekurangan bahan-bahan nutrisi seperti protein,karbohidrat,lemak dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh.

Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat. Dibedakan antara statys gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Status Gizi Kurang adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi Kurang juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Sunita Almatsier, 2009, hal : 3).

Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan.

Defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapatkan makanan cukup bergizi dalam waktu lama.

2. Etiologi

Menurut suprijadi (1999). Gizi kurang dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

a. Faktor diet / makanan

Makanan yang mengandung cukup energi tetapi kurang protein dapat menyebabkan akan menderita Kwashiorkor sedangkan anak yang kurang energi walaupun zat-zat gizi essensialnya seimbang akan menyebabkan anak menderita marasmus. Asupan makanan yang kurang diantara lain disebabkan oleh :

1) Tidak tersedianya makanan secara adekuat

2) Anak tidak cukup mendapat gizi seimbang

3) Pola makan yang salah

b. Faktor infeksi/ penyakit

Penyakit infeksi apapun dapat memperburuk keadaan gizi karena di sebabkan karena penurunan daya tubuh terutama pada anak karena asupan yang kurang akibat anak tidak nafsu makan. Penyakit Menjadi penyebab terpenting kedua kekurangan gizi, apalagi di negara negara terbelakang dan yang sedang berkembang seperti Indonesia, dimana kesadaran akan kebersihan / personal hygine yang masih kurang, serta ancaman endemisitas penyakit tertentu.

c. Faktor sosial

Dimasyarakat pedesaan masih memegang tradisi yang sebenarnya salah bila dilihat dari segi kesehatan, pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu banyak sekali di temukan, dapat mempengaruhi status gizi terutama anak-anak, faktor sosial yang lain diantaranya keluarga yang mempunyai banyak anak dan berpenghasilan rendah.

d. Faktor kemiskinan.

Kemiskinan merupakan dasar penyakit KEP, serta penghasilan masyarakat negara yang rendah dapat menyebabkan ketidakmampuan masyarakat memenuhi bahan makanan sendiri di tambah dengan banyak timbulnya penyakit infeksi dan lingkungan yang kotor, maka timbul gejala KEP lebih cepat.

Pada umumnya menurut Departement Gizi dan Kesehatan Masyarakat (2011), adapun faktor penyebab yang lain yaitu :

a. Faktor eksternal

1) Pendapatan

Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut.

2 ) Pendidikan

Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik

3) Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

4) Budaya

Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan

b. Faktor Internal

1) Usia

Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak.

2) Kondisi Fisik

Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat.

3) Kurangnya asupan gizi dari makanan

Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan.

4) Infeksi

Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan.

3. Patofisiologi

Gizi kurang biasanya terjadi pada anak balita dibawah usia 5 tahun. Gizi kurang umumnya terjadi pada balita dengan keadaan lahir BBLR (bayi berat lahir rendah) atau dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Tidak tercukupinya makanan dengan gizi seimbang serta kondisi kesehatan yang kurang baik dengan kebersihan yang buruk mengakibatkan balita atau anak-anak menderita gizi kurang yang dapat bertambah menjadi gizi buruk atau kurang energi kalori. Pada akhirnya anak tersebut akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

Penyebab mendasar dari masalah ini adalah ketidakcukupan pasokan zat gizi ke dalam sel. Meskipun banyak disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang esensial, tetapi faktor penyebabnya sangat kompleks. Faktor relatif penting sebagai penyebab status gizi yang kurang sesuai dengan keadaan waktu dan tempat yang diperoleh individu tersebut.

Sebaliknya, bila pengaruh faktor-faktor ini hanya bersifat sementara, status gizi yang kurang bersifat akut dan apabila tidak segera diperbaiki dengan cepat, kehidupannya tidak akan menjadi lebih panjang bahkan kehidupannya akan terrancam. Demikian sebaliknya, sedangkan bila sifatnya tetap dan tidak disembuhkan, status gizi yang kurang menjadi kronis. Bila situasi ini berjalan dalam waktu yang lama dan berat, akan terjadi kematian. (Depertemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat 2011).

4. Manifestasi Klinis

Kekurangan gizi ini secara umum mengakibatkan gangguan diantaranya:

a. Pertumbuhan

Pertumbuhan anak menjadi terganggu karena protein yang ada digunakan sebagai zat pembakar sehingga otot-otot menjadi lunak dan rambut menjadi rontok

b. Produksi tenaga

Kekurangan energi yang berasal dari makanan mengakibatkan anak kekurangan tenaga untuk bergerak dan melakukan aktivitas. Anak menjadi malas, dan merasa lemas

c. Pertahanan tubuh

Sistem imunitas dan antibodi menurun sehingga anak mudah terserang infeksi seperti batuk, pilek dan diare

d. Struktur dan fungsi otak

Kurang gizi pada anak dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental. Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen seperti perkembangan IQ dan motorik yang terhambat

e. Perilaku

Anak yang mengalami gizi kurang menunjukkan perilaku yang tidak tenang, cengeng dan apatis.

f. Perubahan rambut dan kulit

Rambut kepala mudah dicabut dan tampak kusam, kering, halur, jarang dan berubah warna. Sedangkan pada kulit terapat garis-garis kulit yang lebih dalam dan lebar, hiperpigmentasi serta bersisik.

g. Pembesaran hati

h. Anemia

i. Kelainan kimia darah

Kadar albumin serum rendah, kadar globulin normal atau sedikit meninggi, dan kadar kolesterol serum rendah.

Status Gizi Kurang tidak selalu menyebabkan kurang berat badan. Kelelahan, lemah, gelisah dan iritabilitas merupakan manisfestasi yang sering ada. Kegelisahan dan overaktifitas sering kali disalah artikan oleh orang tua sebagai bukti kurang lelah. Anoreksia, gangguan digestive yang dengan mudah terimbas dan konstipasi merupakan keluhan yang sering ada, dan bahkan pada anak yang lebih tua mungkin ditemukan diare dengan tinja mukoid tipe kelaparan (Richard E. Behrman. 2000).

Menurut Depertemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat (2011), gejala Satatus Gizi Kurang antara lain :

a. Protein kalori malnutrisi (Kwashiorkor dan marasmus)

b. Anemia

c. Hipovitaminosis A dan Xerophathalmia

d. Endemik Goiter

5. Klasifikasi Kurang Gizi

a. Kwarshiorkor

Kata kwarshiorkor berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati anak yang kekurangan kasih sayang ibu. Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi.

Tanda-tanda yang sering dijumpai pada pada penderita Kwashiorkor yaitu :

1) Gagal untuk menambah berat badan

2) wajah membulat dan sembap

3) Rambut pirang, kusam, dan mudah dicabut

4) Pertumbuhan linear terhenti

5) Edema general (muka sembab, punggung kaki, dan perut yang membuncit).

6) Diare yang tidak membaik

7) Dermatitis perubahan pigmen kulit, karakteristik di kulit: timbul sisik, gejala kulit itu disebut dengan flaky paint dermatosis

8) Perubahan warna rambut yang menjadi kemerahan dan mudah dicabut

9) Penurunan masa otot

10) Perubahan mentak seperti lathergia, iritabilitas dan apatis yang terjadi

11) Perlemakan hati, gangguan fungsi ginjal, dan anemia

12) Pada keadaan akhir (final stage) dapat menyebabkan shok berat, coma dan berakhir dengan kematian.

b. Marasmus

Marasmus adalah berasal dari kata Yunani yang berarti kurus-kering. Sebaliknya walau asupan protein sangat kurang, tetapi si anak masih menerima asupan hidrat arang (misalnya nasi ataupun sumber energi lainnya). Marasmus disebabkan karena kurang kalori yang berlebihan, sehingga membuat cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh terpaksa dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup.

Penderita marasmus yaitu penderita kwashiorkor yang mengalami kekurangan protein, namun dalam batas tertentu ia masih menerima zat gizi sumber energi (sumber kalori) seperti nasi, jagung, singkong, dan lain-lain. Apabila baik zat pembentuk tubuh (protein) maupun zat gizi sumber energi kedua-duanya kurang, maka gejala yang terjadi adalah timbulnya penyakit KEP lain yang disebut marasmus.

Tanda-tanda yang sering dijumpai pada pada penderita marasmus, yaitu:

1) Sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit bahkan sampai berat badan dibawah waktu lahir.

2) Wajahnya seperti orang tua

3) Kulit keriput,

4) pantat kosong, paha kosong,

5) tangan kurus dan iga nampak jelas.

Gejala marasmus adalah seperti gejala kurang gizi pada umumnya (seperti lemah lesu, apatis, cengeng, dan lain-lain), tetapi karena semua zat gizi dalam keadaan kekurangan, maka anak tersebut menjadi kurus-kering.

c. Marasmus-Kwashiorkor

Gambaran dua jenis penyakit gizi yang sangat penting. Dimana ada sejumlah anak yang menunjukkan keadaan mirip dengan marasmus yang di tandai dengan adanya odema, menurunnya kadar protein (Albumin dalam darah), kulit mongering dan kusam serta otot menjadi lemah.

d. Busung Lapar

Busung lapar atau bengkak lapar dikenal jiga dengan istilah Honger Oedeem (HO). Adalah kwarshiorkor pada orang dewasa. Busung lapar disebabkan karena kekurangan makanan, terutama protein dalam waktu yang lama secara berturut-turut. Pada busung lapar terjadi penimbunan cairan dirongga perut yang menyebabkan perut menjadi busung (oleh karenanya disebut busung lapar).

Tanda-tanda yang terjadi yaitu :

1) Kulit menjadi kusam dan mudah terkelupas

2) Badan kurus

3) Rambut menjadi merah kusam dan mudah dicabut

4) Sekitar mata bengkak dan apatis

5) anak menjadi lebih sering menderita bermacam penyakit dan lain-lain.

Penderita busung lapar biasanya menderita penyakit penyerta. Misalnya dari 12 anak balita di Kabupaten Cirebon, tiga di antaranya menderita tuberkulosis, satu hydrocephalus (kepala besar), dan satu meningitis (radang selaput otak).

6. Komplikasi

Status Gizi yang kurang nutrisi dapat menyebabkan infeksi kronik, penyakit yang menyebabkan kehilangan protein berlebihan melalui urin atau tinja dan keadaan ketidak mampuan metabolic untuk mensintesis protein. (Richard E. Behrman. 2000).

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Test Diagnostik

1) Hemoglobin (Hb)

2) Hematokrit

3) Besi serum

4) Ferittin serum (Sf)

5) Trasferrin saturation (TS)

6) Free erythrocytes protophohyrin (FEP)

7) Unsaturated iron-binding capacity serum (Supariasa, Dkk, 2002; hal : 18).

8. Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan keperawatan klien dengan gizi kurang :

a. Pemberian makanan yang mengandung protein, tinggi kalori, cairan, vitamin dan mineral.

b. Penanganan segera penyakit penyerta (misalnya diare)

c. Berikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak pada orang tua dan anggota keluarga

d. Sebaiknya tidak memberikan makanan kecil seperti permen, cokelat dan susu menjelang waktu makan

e. Pada permulaan, makanan jangan diberikan sekaligus banyak, tetapi dinaikkan bertahap setiap hari (makan dalam porsi kecil tetapi sering)

f. Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan yang beraneka ragam untuk meningkatkan selera makan

g. Anjurkan keluarga untuk membawa anak ke Posyandu atau fasilitas kesehatan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.

B. KONSEP KEPERAWATANN

1. Pengkajian

a. Identitas klien dan orang tua

b. Riwayat

1) Riwayat kesehatan sekarang : keluhan pasien saat ini

2) Riwayat kesehatan masa lalu : kaji pola makan pasien

3) Riwayat kesehatan keluarga :

4) Riwayat psikososial dan spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial, dan kepercayaan

c. Pemeriksaan Fisik :

Sistem kardiovaskuler : untuk mengetahui tanda-tanda vital, edema, pertumbuhan dan mental, perkembangan mental apatis

Sistem musculo skeletal : untuk mengetahui kondisi otot menyusut (kurus), tampak hanya tulang dan kering, layu dan kering

Sistem integumen : berkerut/keriput, turgor kulit jelek

d. Diagnostik

Pemeriksaan metabolik tak normal, .mis : hemoglobin (HB), hematokrit, besi serum, ferritin serum (SF). Tranferrin saturation (TS), Free erythrocytes protophohyrin (FEP), Unsaturated iron-binding capacity serum.

e. Psikososial

1) Psikologi

Pasien dapat menerima dengan keadaan yang dia alami sekarang dan bersyukur atas apa yang diberikan sama allah sehingga pasien tidak merasa minder

2) Sosial

Pasien dapat berinteraksi sosial dengan masyarakat dan lingkungannya sehingga dia dapat diterima oleh orang lain

2. Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang

b. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan keterbatasan informasi yang ditandai : keluarga sering bertanya tentang penyakit anaknya

c. Resiko ketidakseimbangan pertumbuhan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

3. Intervensi Keperawatan

a. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake makanan yang kurang

Tujuan : kebutuhan nutrisi kembali normal

Kriteria Hasil :

1) Perubahan pola makan dan kebiasaan individu

2) Menunjukan kenaikan berat badan yang ideal

Intervensi :

1) Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien

R/ menganalisa penyebab melaksanakan intervensi.

2) Perkirakan / hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai minimal

R/ Mengidentifikasi kekurangan / kebutuhan nutrisi berfokus pada masalah membuat suasana negatif dan mempengaruhi masukan.

3) Beri makan sedikit tapi sering

R/ Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan.

4) Anjurkan kebersihan oral sebelum makan

R/ Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan.

5) Memberi makanan yang bervariasi

R/ Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien.

b. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan keterbatasan informasi yang ditandai : keluarga sering bertanya tentang penyakit anaknya.

Tujuan : Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya

Kriteria hasil :

1) Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya

2) Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan.

3) keluarga mentaati setiap proses keperawatan.

Intervensi :

1) Kaji tingkat pengetahuan keluarga

R/ Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan kebenaran informasi yang didapat.

2) Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kurang gizi

R/ Penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu menambah wawasan keluarga

3) Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan.

R/ Agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan

4) Anjurkan keluarga untuk membawa anak ke Posyandu atau fasilitas kesehatan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak

R/ sebagai upaya mendidik keluarga agar mandiri dalam mengatasi dan memantau masalah kesehatan

c. Resiko ketidakseimbangan pertumbuhan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Tujuan : pertumbuhan seimbang

Kriteria Hasil :

1) Menunjukkan perbaikan nutrisi

2) BB meningkat

Intervensi :

1) Kaji penyebab kekurangan gizi dan buat rencana makan dengan pasien

R/ Mengidentifikasi penentuan intervensi

2) Timbang berat badan pasien secara rutin

R/ Mendorong pasien untuk menyusun program pemenuhan kebutuhan nutrisi lebih nyata dan sesuai dengan rencana

3) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentujan kebutuhan kalori dan nutrisi untuk kenaikan berat badan yang ideal

R/ Kalori dan nurtisi terpenuhi secara normal

4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat dan vitamin untuk menambah nafsu makan

R/ Terjadi kenaikan berat badan yang ideal

Page | 13