bab ii tinjauan teori - umtas

26
8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Operasi 1. Pengertian Operasi Operasi atau tindakan pembedahan adalah peristiwa kompleks yang menegangkan. Menurut Long yang dikutip oleh Rosintan pada tahun 2003, tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stress fisiologis maupun psikologis. Contoh dari perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan atau ketakutan antara lain pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan, pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda. Ada 3 faktor penting yang terkait dalam pembedahan yaitu penyakit pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting, bagi penyakit tersebut tindakan pembedahan adalah hal yang baik/benar. Bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal tersebut diatas, - - www.lib.umtas.ac.id Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019 - -

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI - UMTAS

8

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Operasi

1. Pengertian Operasi

Operasi atau tindakan pembedahan adalah peristiwa kompleks yang

menegangkan. Menurut Long yang dikutip oleh Rosintan pada tahun 2003,

tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada

integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stress fisiologis

maupun psikologis. Contoh dari perubahan fisiologis yang muncul akibat

kecemasan atau ketakutan antara lain pasien dengan riwayat hipertensi jika

mengalami kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan sulit tidur

dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan,

pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami

menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus

ditunda.

Ada 3 faktor penting yang terkait dalam pembedahan yaitu penyakit

pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga

faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting, bagi

penyakit tersebut tindakan pembedahan adalah hal yang baik/benar. Bagi

pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling

mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal tersebut diatas,

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI - UMTAS

9

sangatlah penting untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah-langkah

perioperatif.

2. Indikasi dan Klasifikasi

a. Tindakan pembedahan dilakukan dengan berbagai indikasi diantaranya

adalah:

1) Diagnostik : biopsi atau laparotomi eksplorasi

2) Kuratif : Eksisi tumor atau mengangkat apendiks yang mengalami

inflamasi

3) Reparatif : Memperbaiki luka multipel

4) Rekonstruktif/Kosmetik : mammoplasty, atau bedah platik

5) Palliatif : seperti menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah,

contoh: pemasangan selang gastrostomi yang dipasang untuk

mengkomponsasi terhadap ketidakmampuan menelan makanan.

b. Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan

pembedahan dapat diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, antara lain

(Brunner and suddarth, 2012)

1) Kedaruratan/Emergency

Pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan mungkin

mengancam jiwa. Indikasi dilakukan pembedahan tanpa ditunda,

misal: perdarahan hebat, obstruksi kandung kemih atau usus

sangat luas.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI - UMTAS

10

2) Urgen

Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat

dilakukan dalam 24-30 jam, misal: infeksi kandung kemih akut,

batu ginjal atau batu pada uretra.

3) Diperlukan

Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat

direncanakan dalam beberapa minggu atau bulan, misal:

Hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung kemih. Gangguan

tyroid, katarak.

4) Elektif

Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan,

bila tidak dilakukan pembedahan maka tidak terlalu

membahayakan, misal: perbaikan Scar, hernia sederhana,

perbaikan vaginal

5) Pilihan

Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya

pada pasien. Indikasi pembedahan merupakan pilihan pribadi dan

biasanya terkait dengan estetika, misal: bedah kosmetik.

c. Sedangkan menurut faktor resikonya, operasi dapat diklasifikasikan

sebagai besar atau kecil, tergantung pada keseriusan dari penyakit,

maka bagian tubuh yang terkena, kerumitan pengoperasian, dan waktu

pemulihan yang diharapkan.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI - UMTAS

11

1) Minor Operasi minor adalah operasi yang paling sering dilakukan

dirawat jalan, dan dapat pulang hari yang sama. Operasi ini jarang

menimbulkan komplikasi (Virginia, 2014).

2) Mayor

Operasi mayor adalah operasi yang penetrates dan exposes semua

rongga badan, termasuk tengkorak, termasuk pembedahan tulang,

atau kerusakan signifikan dari anatomis atau fungsi faal (Guide and

Ag Guide, 2013).

Operasi mayor adalah pembedahan kepala, leher, dada, dan perut.

Pemulihan dapat waktu panjang dan dapat melibatkan perawatan

intensif dalam beberapa hari di rumah sakit. Pembedahan ini

memiliki resiko komplikasi lebih tinggi setelah pembedahan

(Virgina, 2014). Operasi mayor sering melibatkan salah satu badan

utama di perut-cavities (laparotomy), di dada (thoracotomy), atau

tengkorak (craniotomy) dan dapat juga pada organ vital. Operasi

yang biasanya dilakukan dengan menggunakan anestesi umum di

rumah sakit ruang operasi oleh tim dokter. Setidaknya pasien

menjalani perawatan satu malam di rumah sakit setelah operasi

Ada berbagai definisi dari operasi mayor, dan apa yang merupakan

perbedaan antara operasi mayor dan minor. Sebagai aturan umum,

yang utama adalah operasi besar dimana pasien harus diletakkan di

bawah anestesi umum dan diberikan bantuan pernafasan karena dia

tidak dapat bernafas secara mandiri. Operasi besar biasanya

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI - UMTAS

12

membawa beberapa derajat resiko bagi pasien hidup, atau potensi

cacat parah jika terjadi suatu kesalahan selama operasi. Beberapa

gambaran lainnya dapat digunakan untuk membedakan besar

kecilnya dari operasi. Misalnya, dalam sebuah prosedur operasi

mayor dapat terjadi perubahan signifikan ke anatomi yang terlibat.

Seperti dalam situasi di mana organ akan dihilangkan, atau sendi

yang dibangun dengan komponen buatan. Setiap penetrasi organ

tubuh dianggap sebagai operasi besar, seperti pembedahan

ekstensif tulang pada kaki.

Bedah syaraf umumnya dianggap utama karena resiko kepada

pasien. Beberapa contoh utama operasi meliputi: penggantian lutut,

operasi kardiovaskular, dan transplantasi organ. Prosedur ini pasti

membawa risiko bagi pasien seperti infeksi, pendarahan, atau

komplikasi dari yang menyebabkan kematirasaan umum

digunakan.

Untuk mengurangi potensi komplikasi utama operasi berlangsung

di ruang steril dimana sangat tepat prosedur yang diamati untuk

mengurangi resiko kontaminasi dan pasien ini diawasi oleh seorang

anesthesiologist dan tim medis untuk setiap tanda-tanda distress

(SE. Smith, 2013)

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa bedah mayor

adalah pembedahan yang melibatkan organ tubuh secara luas dan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI - UMTAS

13

mempunyai tingkat resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup

pasien. Contoh: total abdominal histerektomi, reseksi kolon dan lain-lain.

B. Kecemasan

1. Pengertian

Kecemasan merupakan istilah yang digunakan untuk perasaan

khawatir, gelisah, tidak tentram yang disertai dengan gejala fisik. Ansietas

atau kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian ibu hamil

yang subjektif dimana keadaannya dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan

belum diketahui pasti penyebabnya (Pieter, 2011).

Gangguan kecemasan adalah sebuah penyakit mental yang

mengarah ke kecemasan yang tidak perlu melalui berbagai kegiatan dan

peristiwa (Mandal, 2011). Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak

jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak

berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Kecemasan dialami secara subjektif dan di komunikasikan secara

interpersonal. Kecemasan berbeda dengan rasa takut, yang merupakan

penilaian intelektual terhadap bahaya. Kecemasan adalah respons

emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas

diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang berat tidak

sejalan dengan kehidupan.(Hawari, 2011).

Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang

mengancam dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI - UMTAS

14

perkembangan, perubahan baru atau yang belum pernah dilakukan.

Kecemasan dan ketakutan memiliki komponen fisiologis yang sama tetapi

kecemasan tidak sama dengan ketakutan. Penyebab kecemasan berasal

dari dalam dan sumbernya sebagian besar tidak diketahui sedangkan

ketakutan merupakan respon emosional terhadap ancaman atau bahaya

yang sumbernya biasanya dari luar yang dihadapi secara sadar.(Sobur,

2015)

Walaupun merupakan hal yang normal dialami namun kecemasan

tidak boleh dibiarkan karena dapat menyebabkan neurosa cemas melalui

mekanisme yang diawali dengan kecemasan akut, yang berkembang

menjadi kecemasan menahun akibat represi dan konflik yang tak disadari.

Adanya stres pencetus dapat menyebabkan penurunan daya tahan dan

mekanisme untuk mengatasinya sehingga mengakibatkan neurosa cemas.

2. Epidemiologi

Gangguan ansietas merupakan kelompok gangguan psikiatri yang

paling sering ditemukan. National comordibity study melaporkan bahwa

satu diantara empat orang memenuhi kriteria untuk sedikitnya satu

gangguan ansietas dan terdapat angka prevalensi 12 bulan sebesar 17,7

persen. Perempuan (prevalensi seumur hidup 30,5 persen) lebih sering

mengalami gangguan ansietas dari pada laki-laki (prevalensi seumur hidup

19,2 persen). Prevalensi gangguan ansietas menurun dengan meningkatnya

status sosio ekonomik.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI - UMTAS

15

Indonesia merupakan negara dimana setiap tahunnya angka

kecemasan semakin meningkat, kecemasan diperkirakan 20% dari

populasi dunia dan sebanyak 47,7% remaja merasa cemas. Berdasarkan

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 prevalensi penduduk Indonesia

mengalami gangguan mental emosional secara nasional seperti gangguan

kecemasan sebesar 6%.(Riskesdas, 2013)

3. Etiologi Kecemasan

Penyebab kecemasan tidak spesifik bahkan tidak diketahui oleh

individu. Perasaan cemas diekspresikan secara langsung melalui perubahan

fisiologis dan perilaku, dapat juga diekspresikan secara tidak langsung

melalui timbulnya gejala dan mekanisme koping sebagai upaya melawan

kecemasan (Silva C, 2014). Penyebab kecemasan secara pasti belum dapat

diketahui secara tepat, namun pemicu kecemasan tertentu dapat diteliti

secara tepat seperti masalag gen yang dapat menentukan kecenderungan

untuk mendapatkan kecemasan gangguan . jenis kelamin, perempuan

cenderung lebih banyak mengalami gangguan kecemasan daripada laki laki

.Kecemasan gangguan mungkin juga dipicu oleh peristiwa yang berat

(Bentley, 2015).

Selama kehidupannya manusia selalu berinteraksi dengan

lingkungannya, baik lingkungan alam maupun sosial budaya. Proses

tersebut terjadi melibatkan jalur : korteks serebri – sistem limbik –sistem

aktivasi retikuler – hipotalamus, yang selanjutnya akan memberikan impuls

pada kelenjar hipofisis untuk mengekskresikan mediator hormonal yang

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI - UMTAS

16

lain, misalnya kaetokolamin. Setelah itu barulah muncul tanda dan gejala

pada tubuh sebagai reaksi dari perubahan hormonal tersebut. Kumpulan dari

gejala-gejala tersebut yang dimaksud dengan gangguan kecemasan (Maslim

dalam Hamdani, 2016).

Ada beberapa teori mengenai penyebab kecemasan yaitu Teori

Psikologis dan Teori Biologis (Courtet, 2014):

a. Teori Psikologis, dalam teori psikologis terdapat 3 bidang yaitu:

1) Teori psikoanalitik

Freud menyatakan struktur kepribadian terdiri atas tiga elemen yaitu,

id, ego, dan superego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls

primitif. Superego mencerminkan hati nurani seseorang dan

dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Sedangkan ego

digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari id dan superego.

Menurut teori psikoanalitik, kecemasan merupakan konflik emosional

yang terjadi antara id dan superego, yang berfungsi memperingatkan

ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi.

2) Teori perilaku

Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan disebabkan oleh stimuli

lingkungan spesifik. Pola berpikir yang salah, terdistorsi, atau tidak

produktif dapat mendahului atau menyertai perilaku maladaptive dan

gangguan emosional. Penderita gangguan cemas cenderung menilai

lebih terhadap derajat bahaya dalam situasi tertentu dan menilai rendah

kemampuan dirinya untuk mengatasi ancaman.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI - UMTAS

17

3) Teori eksistensial

Teori ini memberikan model gangguan kecemasan umum dimana tidak

terdapat stimulus yang dapat diidentifikasikan secara spesifik untuk

suatu perasaan kecemasan yang kronis.

b. Teori Biologis

Peristiwa biologis dapat mendahului konflik psikologis namun dapat juga

sebagai akibat dari suatu konflik psikologis (Carpenito, 2012).

1) Sistem saraf otonom

Stresor dapat menyebabkan pelepasan epinefrin dari adrenal melalui

mekanisme berikut: Ancaman dipersepsi oleh panca indera, diteruskan

ke korteks serebri, kemudian ke sistem limbik dan RAS (Reticular

Activating System), lalu ke hipotalamus dan hipofisis. Kemudian

kelenjar adrenal mensekresikan katekolamin dan terjadilah stimulasi

saraf otonom. Hiperaktivitas sistem saraf otonom akan mempengaruhi

berbagai sistem organ dan menyebabkan gejala tertentu, misalnya:

kardiovaskuler (contohnya: takikardi), muskuler (contohnya: nyeri

kepala), gastrointestinal (contohnya: diare), dan pernafasan

(contohnya: nafas cepat).

2) Neurotransmiter

Tiga neurotransmiter utama yang berhubungan dengan kecemasan

adalah norepinefrin, serotonin, dan gamma-aminobutyric acid

(GABA).

a) Norepinefrin

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI - UMTAS

18

Pasien yang menderita gangguan kecemasan mungkin memiliki

sistem noradrenergik yang teregulasi secara buruk. Badan sel

system noradrenergik terutama berlokasi di locus ceruleus di pons

pars rostralis dan aksonnya keluar ke korteks serebral, sistem

limbik, batang otak, dan medula spinalis. Percobaan pada primata

menunjukkan bahwa stimulasi lokus sereleus menghasilkan suatu

respon ketakutan dan ablasi lokus sereleus menghambat

kemampuan binatang untuk membentuk respon ketakutan. Pada

pasien dengan gangguan kecemasan, khususnya gangguan panik,

memiliki peningkatan kadar metabolit noradrenergik yaitu 3-

methoxy-4- hydroxyphenyl glycol (MHPG) yang meninggi dalam

cairan serebrospinalis dan urin.

b) Serotonin

Badan sel pada sebagian besar neuron serotonergik berlokasi di

nukleus raphe di batang otak rostral dan berjalan ke korteks

serebral, sistem limbik, dan hipotalamus. Pemberian obat

serotonergik pada binatang menyebabkan perilaku yang mengarah

pada kecemasan. Beberapa laporan menyatakan obat-obatan yang

menyebabkan pelepasan serotonin, menyebabkan peningkatan

kecemasan pada pasien dengan gangguan kecemasan.

c) Gamma-aminobutyric acid (GABA)

Peranan GABA dalam gangguan kecemasan telah dibuktikan oleh

manfaat benzodiazepine sebagai salah satu obat beberapa jenis

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI - UMTAS

19

gangguan kecemasan.Benzodiazepine yang bekerja meningkatkan

aktivitas GABA pada reseptor GABA terbukti dapat mengatasi

gejala gangguan kecemasan umum bahkan gangguan panik.

Beberapa pasien dengan gangguan kecemasan diduga memiliki

fungsi reseptor GABA yang abnormal.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan (Bentley, 2015):

a. Faktor eksternal

1) Ancaman integritas diri

Meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap

kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik, pembedahan yang akan

dilakukan).

2) Ancaman sistem diri

Antara lain: ancaman terhadap identitas diri, harga diri, hubungan

interpersonal, kehilangan, dan perubahan status dan peran.

b. Faktor internal (Rasmun, 2012)

1) Stresor

Stresor psikososial merupakan keadaan yang menyebabkan

perubahan dalam kehidupan sehingga individu dituntut untuk

beradaptasi.

2) Maturitas

Tingkat perkembangan individu dapat membentuk kemampuan

adaptasi yang semakin baik terhadap stresor yang berbeda sehingga

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI - UMTAS

20

resiko terjadi stres dan kecemasan akan berbeda pula. Kematangan

kepribadian inidividu akan mempengaruhi kecemasan yang

dihadapinya. Kepribadian individu yang lebih matur maka lebih

sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu

mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan.

3) Pendidikan

Tingkat pendidikan individu berpengaruh terhadap kemampuan

berpikir. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka individu semakin

mudah berpikir rasional dan menangkap informasi baru.

Kemampuan analisis akan mempermudah individu dalam

menguraikan masalah baru.

4) Respon koping

Mekanisme koping digunakan seseorang saat mengalami

kecemasan. Ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara

konstruktif merupakan penyebab terjadinya perilaku patologis.

Pengalaman masa lalu individu dalam menghadapi kecemasan

dapat mempengaruhi individu ketika menghadapi stresor yang

sama karena individu memiliki kemampuan beradaptasi atau

mekanisme koping yang lebih baik, sehingga tingkat kecemasan

pun akan berbeda dan dapat menunjukan tingkat kecemasan yang

lebih ringan.

5) Status sosial ekonomi

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI - UMTAS

21

Status sosial ekonomi yang rendah pada seseorang akan

menyebabkan individu mudah mengalami kecemasan.

6) Keadaan fisik

Individu yang mengalami gangguan fisik akan mudah mengalami

kelelahan fisik. Kelelahan fisik yang dialami akan mempermudah

individu mengalami kecemasan.

7) Tipe kepribadian

Individu dengan tipe kepribadian A lebih mudah mengalami

gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan tipe

kepribadian B. Individu dengan tipe kepribadian A memiliki ciri-

ciri individu yang tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba

sempurna, merasa diburu-buru waktu, mudah gelisah, tidak dapat

tenang, mudah tersinggung dan mengakibatkan otot-otot mudah

tegang. Individu dengan tipe kepribadian B memiliki ciri-ciri yang

berlawanan dengan tipe kepribadian A. Tipe kepribadian B

merupakan individu yang penyabar, tenang, teliti dan rutinitas.

8) Lingkungan dan situasi

Seseorang yang berada di lingkungan asing lebih mudah

mengalami kecemasan dibandingkan bila berada di lingkungan

yang sudah dikenalnya.

9) Dukungan sosial

Dukungan sosial dan lingkungan merupakan sumber koping

individu. Dukungan sosial dari kehadiran orang lain membantu

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI - UMTAS

22

seseorang mengurangi kecemasan sedangkan lingkungan

mempengaruhi area berfikir individu.

10) Usia

Usia, seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih

mudah mengalami gangguan akibat kecemasan dibandingkan

individu dengan usia yang lebih tua.

11) Jenis kelamin

Gangguan panik merupakan suatu gagasan cemas yang ditandai

dengan kecemasan yang spontan dan episodik. Gangguan

kecemasan ini lebih sering sering dialami wanita daripada pria.

Wanita memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi

dibandingkan subjek berjenis kelamin pria. Dikarenakan bahwa

wanita lebih peka dengan emosinya, yang pada akhirnya peka juga

terhadap perasaan cemasnya. Perbedaan ini bukan hanya

dipengaruhi oleh faktor emosi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor

kognitif. Wanita cenderung melihat hidup atau peristiwa yang

dialaminya dari segi detail, sedangkan pria cara berpikirnya

cenderung tidak detail. Individu yang melihat lebih detail, akan

lebih mudah cemas karena informasi yang dimiliki lebih banyak

dan itu akhirnya bisa benar-benar menekan perasaannya.

Dampak negatif dari kecemasan merupakan rasa khawatir yang

berlebihan tentang masalah yang nyata maupun potensial. Keadaan

cemas akan membuat individu menghabiskan tenaganya,

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI - UMTAS

23

menimbulkan rasa gelisah, dan menghambat individu melakukan

fungsinya dengan adekuat dalam situasi interpersonal maupun

hubungan sosial.

5. Gejala dan Gambaran Klinis Kecemasan

Pedoman Diagnostik Menurut PPDGJ gejala kecemasan diantaranya

adalah:(Idrus, 2015)

a. Gejala dan gambaran klini dari kecemasan menunjukkan kecemasan

sebagai gejala primer. yang berlangsung hampir setiap hari untuk

beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau

hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya

“free floating” atau “mengambang”.

b. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :

1) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung

tanduk, sulit konsentrasi, dsb)

2) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat

santai); dan

3) Over aktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, Over

aktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung

berdebar-debar, sesak nafas, keluhan kembung, pusing kepala,

mulut kering, tung berdebar-debar, sesak nafas, keluhan kembung,

pusing kepala, mulut kering, dsb).

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI - UMTAS

24

c. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk

ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang

yang menonjol.

d. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa

hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama.

Sedangkan diagnosa untuk kecemasan dengan menggunakan

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV (Teks revision)

juga disebut DSM-IV-TR diantaranya adalah (Bentley, 2015)

a. Kehadiran kecemasan yang berlebihan tentang peristiwa atau kegiatan

yang terjadi di hampir setiap hari selama setidaknya 6 bulan

b. Kehilangan kontrol atas intensitas khawatir

c. Setidaknya tiga gejala termasuk gelisah atau jumpiness, kelelahan,

kurangnya konsentrasi, mudah marah, otot ketegangan dan tidur

masalah

d. Signifikan gangguan gejala dengan sosial dan pekerjaan terkait

berfungsi atau menuju signifikan tertekan

e. Tidak ada gangguan suasana hati atau masalah psikiatri

Kecemasan ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak

menyenanangkan dan samar-samar. Seseorang yang cemas mungkin juga

merasa gelisah, seperti dinyatakan oleh ketidakmampuan untuk duduk dan

berdiri lama (Kappan & Saddock, 2009) :

Pada pemeriksaan fisik terdapat nadi yang sedikit lebih cepat

(biasanya tidak lebih dari 100 kali per detik), hiperventilasi, kaki dan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI - UMTAS

25

tangan dingin, tremor pada jari –jari tangan dan refleks tendon meningkat.

Di samping kecemasan terdapat juga gejala lain seperti depresi, amarah,

perasaan tak mampu, gangguan psikosomatik dan sebagainya. Kadang-

kadang kecemasan tidak tampak jelas dalam keadaan bangun, tetapi dalam

keadaan tidur keluar tanda – tanda seperti mimpi yang menakutkan dan

sering terkejut bangun (Riyadi & Teguh 2009).

6. Tingkat Kecemasan

Terdapat empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu, yaitu:

(Yadav, 2017)

a. Kecemasan ringan

Pada tingkat ini sebenarnya merupakan hal yang normal karena

merupakan tanda bahwa keaadan jiwa dan tubuh manusia agar dapat

mempertahankan diri dari lingkungan yang serba berubah. Kecemasan

ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari

dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan

lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan

menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul

pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat,

kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan

tingkah laku sesuai situasi.

b. Kecemasan sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang

penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI - UMTAS

26

mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu

yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan

meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat,

ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan

persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal,

kemampuan untuk konsentrasi menurun, perhatian selektif dan

terfokus pada rangsangan yang tidak menambah kecemasan, mudah

tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis.

c. Kecemasan berat

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan

kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang

terinci dan spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Orang

tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan

pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini

adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur

(insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit,

tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan

keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak

berdaya, bingung, disorientasi.

d. Panik

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena

mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu

melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Pada lapanganpanik

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI - UMTAS

27

persepsi seseorang sudah menyempit dan sudah mengalami gangguan

sehingga tidak bisa mengendalikan diri lagi. Tanda dan gejala yang

terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi,

pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon

terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami

halusinasi.

7. Pengukuran Kecemasan

Tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan Hamilton

Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Skala HARS pertama kali digunakan

pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang

telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan terutama pada

penelitian trial clinic. Pengukuran tingkat kecemasan ini dikeluarkan oleh

seorang ahli psikolog bernama Max R Hamilton pada tahun 1959.

Dikutip dari Skala Penilaian Kegelisahan Hamilton (HAM-A) adalah

salah satu skala penilaian pertama yang dikembangkan untuk mengukur

tingkat keparahan gejala kecemasan, dan masih banyak digunakan saat ini

di kedua rangkaian klinis dan penelitian. Skala terdiri dari 14 item,

masing-masing ditentukan oleh serangkaian gejala, dan mengukur

kecemasan psikis (agitasi mental dan tekanan psikologis) dan kecemasan

somatik (keluhan fisik yang berkaitan dengan kecemasan). Setiap item

diberi skor pada skala 0 (tidak ada) sampai 4 (berat), dengan rentang skor

total 0-56, di mana tingkat keparahan ringan <17 indikator, tingkat

keparahan ringan sampai sedang 18-24 dan 25-30 sedang sampai parah.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI - UMTAS

28

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan

menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety

Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang

didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami

kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang nampak pada

individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi

5 tingkatan skor antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe).

Skala HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas

cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian

trial clinic. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan

dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan

reliable.

Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang dikutip Nursalam

penilaian kecemasan terdiri dan 14 butir, meliputi:

a. Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tersinggung.

b. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan

lesu.

c. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal

sendiri dan takut pada binatang besar.

d. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari,

tidur tidak pulas dan mimpi buruk.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI - UMTAS

29

e. Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit

konsentrasi.

f. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada

hobi, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

g. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara

tidak stabil dan kedutan otot.

h. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka

merah dan pucat serta merasa lemah.

i. Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras

dan detak jantung hilang sekejap.

j. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering

menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun,

mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan,

perasaan panas di perut.

l. Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kencing,

aminorea, ereksi lemah atau impotensi.

m. Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu

roma berdiri, pusing atau sakit kepala.

n. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan

dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek

dan cepat.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI - UMTAS

30

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan

kategori:

0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = Satu dari gejala yang ada

2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada

3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada

4 = sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item

a. Tidak ada cemas (<14)

b. Ringan (14-20)

c. Sedang (21-27)

d. Berat (28-41)

e. Berat sekali (42-56)

C. Teknik Lima Jari

Salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah tehnik

lima jari, yang merupakan bagian dari reduksi stres hipnose diri sendiri.Tehnik

lima jari adalah proses yang menggunakan kekukatan pikiran dengan

menggerakan tubuh untuk menyembuhkan diri dan memelihara kesehatan atau

rileks melalui komunikasi dalam tubuh melibatkan semua indra meliputi

sentuhan, penciuman, penglihatan, pendengaran (Davis, et al; 2012). Tehnik

ini bermanfaat dalam penanganan kecemasan pada pasien karena dengan

imajinasi terbimbing maka akan membentuk bayangan yang akan diterima

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORI - UMTAS

31

sebagai rangsangan oleh berbagai indra maka dengan membayangkan sesuatu

yang indah perasaan akan merasa tenang. Ketegangan otot dan

ketidaknyamanan akan dikeluarkan makan akan menyebabkan tubuh menjadi

rileks dan nyaman (Smeltzer & Bare, 2012 dalam (Widiyanti, 2013).

Menurut Wong (2011), prosedur penatalaksanaan teknik relaksasi

genggam jari dilakukan selama 15 menit dengan tahapan antara lain:

a. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin

b. Pejamkan mata dan lakukan teknik nafas dalam secaa perlahan sebanyak 3

kali

c. Meminta pasien untuk relaks

d. Meminta pasien untuk menautkan ibu jari dengan jari telunjuk dan minta

pasien untuk membayangkan kondisi dirinya ketika kondisi begitu sehat

e. Tautkan ibu jari dengan jari tengah minta pasien untuk membayangkan

ketika mendapat hadiah atau barang yang sangat disukai

f. Tautkan ibu jari dengan jari manis, bayangkan ketika pasien berada di

tempat yang paling nyaman, tempat yang membuat pasien merasa sangat

bahagia

g. Tautkan ibu jari dengan kelingking, bayangkan ketika pasien mendapat

suatu penghargaan

h. Tarik nafas, lakukan perlahan lakukan selama 3 kali

i. Buka mata kembali

Hipnotis lima jari merupakan salah satu bentuk self hipnosis yang dapat

menimbulkan efek relaksasi yang tinggi, sehingga akan mengurangi

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORI - UMTAS

32

ketegangan dan stress dari pikiran seseorang. Hipnotis lima jari

mempengaruhi system limbik seseorang sehingga berpengaruh pada

pengeluaran hormone-hormone yang dapat memacu timbulnya stress. Pasien

yang diberikan hipnotis lima jari akan mengalami relaksasi sehingga

berpengaruh terhadap system tubuh dan menciptakan rasa nyaman serta

perasaan tenang (Mahoney, 2012).

Hipnotis lima jari juga dapat mempengaruhi pernafasan, denyut jantung,

denyut nadi, tekanan darah, mengurangi ketengangan otot dan kordinasi

tubuh, memperkuat ingatan, meningkatkan produktivitas suhu tubuh dan

mengatur hormon-hormon yang berkaitan dengan stress. Penerapan teknik

lima jari dalam menurunkan kecemasan pada pasien preoperasi telah

dilakukan beberapa penelitian.

Davis, Eshelman, Mckay (1995) dalam Widyanti (2013) mengemukakan

beberapa manfaat dari hipnose diri sendiri tehnik lima jari antara lain

kemampuan menghasilkan mati rasa pada setiap bagian tubuh, kemampuan

memberi sugesti setelah hipnose untuk memperbaiki masalah tidur, koping,

pengendalian gejala nyeri, kontrol beberapa fungsi organik seperti perdarahan,

denyut jantung, kemunduran umur sebagian: pengalaman kembali mengenang

sesuatu yang telah lama berlalu, sebagaimana hal itu terjadi, dengan

menggunakan kelima panca indera untuk membuat bunyi, bau, penampilan,

dan sebagian hidupnya kembali. Kenangan yang muncul biasanya bukan

sesuatu yang ada dipikiran sadar karena hal tersebut merupakan hal yang telah

dilupakan, atau tenggelam karena menyakitkan. Kemampuan konsentrasi yang

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORI - UMTAS

33

tidak normal (kapasitas belajar dan memngingat yang sangat rinci).

Penyimpangan waktu: kemampuan memadatkan isi pikiran yang banyak dan

mengingatnya dalam waktu yang singkat.

Penelitian Setyaningsih (2017) menemukan bahwa ada perbedaan secara

bermakna respon fisiologis pada responden sehingga menunjukkan adanya

pengaruh terapi hipnotis lima jari hadap respon fisiologis. Hasil uji statistik

menjelaskan walaupun ada perbedaan respon fisiologis sebelum dan sesudah

perlakuan, hal tersebut dapat disimpulkan bahwa terapi hipnotis lama jari

mampu menurunkan skor respon fisiologis secara bermakna.

Hasil penelitian Mu’afiro (2011). menunjukkan ada perbedaan respon

perilaku secara bermakna sebelum dan sesudah perlakuan. Hal tersebut terjadi

dikarenakan dampak dari sakit dan dirawat di rumah sakit dapat

mempengaruhi perilaku. Ada perbedaan secara bermakna respon emosional

pada responden sehingga menunjukkan adanya pengaruh terapi hipnotis lima

jari terhadap respon emosional. Ada perbedaan secara bermakna respon

emosional sebelum dan sesudah perlakuan.

Fortinash dan Worret (2004) dalam Setyaningsih (2017) menjelaskan

bahwa ansietas secara fisiologis dapat ditunjukkan dalam skala normal,

meningkat, menurun atau fight or flight. Pemberian terapi hipnotis lima jari

berdampak terhadap penurunan respon fisiologis dikarenakan bahwa terapi

hipnotis lima jari tidak hanya berfokus pada dimensi psikis dan spiritual

namun juga fisik.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--