bab ii tinjauan teori - umtas
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Operasi
1. Pengertian Operasi
Operasi atau tindakan pembedahan adalah peristiwa kompleks yang
menegangkan. Menurut Long yang dikutip oleh Rosintan pada tahun 2003,
tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada
integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stress fisiologis
maupun psikologis. Contoh dari perubahan fisiologis yang muncul akibat
kecemasan atau ketakutan antara lain pasien dengan riwayat hipertensi jika
mengalami kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan sulit tidur
dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan,
pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami
menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus
ditunda.
Ada 3 faktor penting yang terkait dalam pembedahan yaitu penyakit
pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga
faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting, bagi
penyakit tersebut tindakan pembedahan adalah hal yang baik/benar. Bagi
pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling
mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal tersebut diatas,
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
9
sangatlah penting untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah-langkah
perioperatif.
2. Indikasi dan Klasifikasi
a. Tindakan pembedahan dilakukan dengan berbagai indikasi diantaranya
adalah:
1) Diagnostik : biopsi atau laparotomi eksplorasi
2) Kuratif : Eksisi tumor atau mengangkat apendiks yang mengalami
inflamasi
3) Reparatif : Memperbaiki luka multipel
4) Rekonstruktif/Kosmetik : mammoplasty, atau bedah platik
5) Palliatif : seperti menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah,
contoh: pemasangan selang gastrostomi yang dipasang untuk
mengkomponsasi terhadap ketidakmampuan menelan makanan.
b. Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan
pembedahan dapat diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, antara lain
(Brunner and suddarth, 2012)
1) Kedaruratan/Emergency
Pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan mungkin
mengancam jiwa. Indikasi dilakukan pembedahan tanpa ditunda,
misal: perdarahan hebat, obstruksi kandung kemih atau usus
sangat luas.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
10
2) Urgen
Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat
dilakukan dalam 24-30 jam, misal: infeksi kandung kemih akut,
batu ginjal atau batu pada uretra.
3) Diperlukan
Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat
direncanakan dalam beberapa minggu atau bulan, misal:
Hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung kemih. Gangguan
tyroid, katarak.
4) Elektif
Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan,
bila tidak dilakukan pembedahan maka tidak terlalu
membahayakan, misal: perbaikan Scar, hernia sederhana,
perbaikan vaginal
5) Pilihan
Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya
pada pasien. Indikasi pembedahan merupakan pilihan pribadi dan
biasanya terkait dengan estetika, misal: bedah kosmetik.
c. Sedangkan menurut faktor resikonya, operasi dapat diklasifikasikan
sebagai besar atau kecil, tergantung pada keseriusan dari penyakit,
maka bagian tubuh yang terkena, kerumitan pengoperasian, dan waktu
pemulihan yang diharapkan.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
11
1) Minor Operasi minor adalah operasi yang paling sering dilakukan
dirawat jalan, dan dapat pulang hari yang sama. Operasi ini jarang
menimbulkan komplikasi (Virginia, 2014).
2) Mayor
Operasi mayor adalah operasi yang penetrates dan exposes semua
rongga badan, termasuk tengkorak, termasuk pembedahan tulang,
atau kerusakan signifikan dari anatomis atau fungsi faal (Guide and
Ag Guide, 2013).
Operasi mayor adalah pembedahan kepala, leher, dada, dan perut.
Pemulihan dapat waktu panjang dan dapat melibatkan perawatan
intensif dalam beberapa hari di rumah sakit. Pembedahan ini
memiliki resiko komplikasi lebih tinggi setelah pembedahan
(Virgina, 2014). Operasi mayor sering melibatkan salah satu badan
utama di perut-cavities (laparotomy), di dada (thoracotomy), atau
tengkorak (craniotomy) dan dapat juga pada organ vital. Operasi
yang biasanya dilakukan dengan menggunakan anestesi umum di
rumah sakit ruang operasi oleh tim dokter. Setidaknya pasien
menjalani perawatan satu malam di rumah sakit setelah operasi
Ada berbagai definisi dari operasi mayor, dan apa yang merupakan
perbedaan antara operasi mayor dan minor. Sebagai aturan umum,
yang utama adalah operasi besar dimana pasien harus diletakkan di
bawah anestesi umum dan diberikan bantuan pernafasan karena dia
tidak dapat bernafas secara mandiri. Operasi besar biasanya
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
12
membawa beberapa derajat resiko bagi pasien hidup, atau potensi
cacat parah jika terjadi suatu kesalahan selama operasi. Beberapa
gambaran lainnya dapat digunakan untuk membedakan besar
kecilnya dari operasi. Misalnya, dalam sebuah prosedur operasi
mayor dapat terjadi perubahan signifikan ke anatomi yang terlibat.
Seperti dalam situasi di mana organ akan dihilangkan, atau sendi
yang dibangun dengan komponen buatan. Setiap penetrasi organ
tubuh dianggap sebagai operasi besar, seperti pembedahan
ekstensif tulang pada kaki.
Bedah syaraf umumnya dianggap utama karena resiko kepada
pasien. Beberapa contoh utama operasi meliputi: penggantian lutut,
operasi kardiovaskular, dan transplantasi organ. Prosedur ini pasti
membawa risiko bagi pasien seperti infeksi, pendarahan, atau
komplikasi dari yang menyebabkan kematirasaan umum
digunakan.
Untuk mengurangi potensi komplikasi utama operasi berlangsung
di ruang steril dimana sangat tepat prosedur yang diamati untuk
mengurangi resiko kontaminasi dan pasien ini diawasi oleh seorang
anesthesiologist dan tim medis untuk setiap tanda-tanda distress
(SE. Smith, 2013)
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa bedah mayor
adalah pembedahan yang melibatkan organ tubuh secara luas dan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
13
mempunyai tingkat resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup
pasien. Contoh: total abdominal histerektomi, reseksi kolon dan lain-lain.
B. Kecemasan
1. Pengertian
Kecemasan merupakan istilah yang digunakan untuk perasaan
khawatir, gelisah, tidak tentram yang disertai dengan gejala fisik. Ansietas
atau kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian ibu hamil
yang subjektif dimana keadaannya dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan
belum diketahui pasti penyebabnya (Pieter, 2011).
Gangguan kecemasan adalah sebuah penyakit mental yang
mengarah ke kecemasan yang tidak perlu melalui berbagai kegiatan dan
peristiwa (Mandal, 2011). Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak
jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak
berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.
Kecemasan dialami secara subjektif dan di komunikasikan secara
interpersonal. Kecemasan berbeda dengan rasa takut, yang merupakan
penilaian intelektual terhadap bahaya. Kecemasan adalah respons
emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas
diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang berat tidak
sejalan dengan kehidupan.(Hawari, 2011).
Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang
mengancam dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
14
perkembangan, perubahan baru atau yang belum pernah dilakukan.
Kecemasan dan ketakutan memiliki komponen fisiologis yang sama tetapi
kecemasan tidak sama dengan ketakutan. Penyebab kecemasan berasal
dari dalam dan sumbernya sebagian besar tidak diketahui sedangkan
ketakutan merupakan respon emosional terhadap ancaman atau bahaya
yang sumbernya biasanya dari luar yang dihadapi secara sadar.(Sobur,
2015)
Walaupun merupakan hal yang normal dialami namun kecemasan
tidak boleh dibiarkan karena dapat menyebabkan neurosa cemas melalui
mekanisme yang diawali dengan kecemasan akut, yang berkembang
menjadi kecemasan menahun akibat represi dan konflik yang tak disadari.
Adanya stres pencetus dapat menyebabkan penurunan daya tahan dan
mekanisme untuk mengatasinya sehingga mengakibatkan neurosa cemas.
2. Epidemiologi
Gangguan ansietas merupakan kelompok gangguan psikiatri yang
paling sering ditemukan. National comordibity study melaporkan bahwa
satu diantara empat orang memenuhi kriteria untuk sedikitnya satu
gangguan ansietas dan terdapat angka prevalensi 12 bulan sebesar 17,7
persen. Perempuan (prevalensi seumur hidup 30,5 persen) lebih sering
mengalami gangguan ansietas dari pada laki-laki (prevalensi seumur hidup
19,2 persen). Prevalensi gangguan ansietas menurun dengan meningkatnya
status sosio ekonomik.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
15
Indonesia merupakan negara dimana setiap tahunnya angka
kecemasan semakin meningkat, kecemasan diperkirakan 20% dari
populasi dunia dan sebanyak 47,7% remaja merasa cemas. Berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 prevalensi penduduk Indonesia
mengalami gangguan mental emosional secara nasional seperti gangguan
kecemasan sebesar 6%.(Riskesdas, 2013)
3. Etiologi Kecemasan
Penyebab kecemasan tidak spesifik bahkan tidak diketahui oleh
individu. Perasaan cemas diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologis dan perilaku, dapat juga diekspresikan secara tidak langsung
melalui timbulnya gejala dan mekanisme koping sebagai upaya melawan
kecemasan (Silva C, 2014). Penyebab kecemasan secara pasti belum dapat
diketahui secara tepat, namun pemicu kecemasan tertentu dapat diteliti
secara tepat seperti masalag gen yang dapat menentukan kecenderungan
untuk mendapatkan kecemasan gangguan . jenis kelamin, perempuan
cenderung lebih banyak mengalami gangguan kecemasan daripada laki laki
.Kecemasan gangguan mungkin juga dipicu oleh peristiwa yang berat
(Bentley, 2015).
Selama kehidupannya manusia selalu berinteraksi dengan
lingkungannya, baik lingkungan alam maupun sosial budaya. Proses
tersebut terjadi melibatkan jalur : korteks serebri – sistem limbik –sistem
aktivasi retikuler – hipotalamus, yang selanjutnya akan memberikan impuls
pada kelenjar hipofisis untuk mengekskresikan mediator hormonal yang
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
16
lain, misalnya kaetokolamin. Setelah itu barulah muncul tanda dan gejala
pada tubuh sebagai reaksi dari perubahan hormonal tersebut. Kumpulan dari
gejala-gejala tersebut yang dimaksud dengan gangguan kecemasan (Maslim
dalam Hamdani, 2016).
Ada beberapa teori mengenai penyebab kecemasan yaitu Teori
Psikologis dan Teori Biologis (Courtet, 2014):
a. Teori Psikologis, dalam teori psikologis terdapat 3 bidang yaitu:
1) Teori psikoanalitik
Freud menyatakan struktur kepribadian terdiri atas tiga elemen yaitu,
id, ego, dan superego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls
primitif. Superego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Sedangkan ego
digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari id dan superego.
Menurut teori psikoanalitik, kecemasan merupakan konflik emosional
yang terjadi antara id dan superego, yang berfungsi memperingatkan
ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi.
2) Teori perilaku
Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan disebabkan oleh stimuli
lingkungan spesifik. Pola berpikir yang salah, terdistorsi, atau tidak
produktif dapat mendahului atau menyertai perilaku maladaptive dan
gangguan emosional. Penderita gangguan cemas cenderung menilai
lebih terhadap derajat bahaya dalam situasi tertentu dan menilai rendah
kemampuan dirinya untuk mengatasi ancaman.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
17
3) Teori eksistensial
Teori ini memberikan model gangguan kecemasan umum dimana tidak
terdapat stimulus yang dapat diidentifikasikan secara spesifik untuk
suatu perasaan kecemasan yang kronis.
b. Teori Biologis
Peristiwa biologis dapat mendahului konflik psikologis namun dapat juga
sebagai akibat dari suatu konflik psikologis (Carpenito, 2012).
1) Sistem saraf otonom
Stresor dapat menyebabkan pelepasan epinefrin dari adrenal melalui
mekanisme berikut: Ancaman dipersepsi oleh panca indera, diteruskan
ke korteks serebri, kemudian ke sistem limbik dan RAS (Reticular
Activating System), lalu ke hipotalamus dan hipofisis. Kemudian
kelenjar adrenal mensekresikan katekolamin dan terjadilah stimulasi
saraf otonom. Hiperaktivitas sistem saraf otonom akan mempengaruhi
berbagai sistem organ dan menyebabkan gejala tertentu, misalnya:
kardiovaskuler (contohnya: takikardi), muskuler (contohnya: nyeri
kepala), gastrointestinal (contohnya: diare), dan pernafasan
(contohnya: nafas cepat).
2) Neurotransmiter
Tiga neurotransmiter utama yang berhubungan dengan kecemasan
adalah norepinefrin, serotonin, dan gamma-aminobutyric acid
(GABA).
a) Norepinefrin
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
18
Pasien yang menderita gangguan kecemasan mungkin memiliki
sistem noradrenergik yang teregulasi secara buruk. Badan sel
system noradrenergik terutama berlokasi di locus ceruleus di pons
pars rostralis dan aksonnya keluar ke korteks serebral, sistem
limbik, batang otak, dan medula spinalis. Percobaan pada primata
menunjukkan bahwa stimulasi lokus sereleus menghasilkan suatu
respon ketakutan dan ablasi lokus sereleus menghambat
kemampuan binatang untuk membentuk respon ketakutan. Pada
pasien dengan gangguan kecemasan, khususnya gangguan panik,
memiliki peningkatan kadar metabolit noradrenergik yaitu 3-
methoxy-4- hydroxyphenyl glycol (MHPG) yang meninggi dalam
cairan serebrospinalis dan urin.
b) Serotonin
Badan sel pada sebagian besar neuron serotonergik berlokasi di
nukleus raphe di batang otak rostral dan berjalan ke korteks
serebral, sistem limbik, dan hipotalamus. Pemberian obat
serotonergik pada binatang menyebabkan perilaku yang mengarah
pada kecemasan. Beberapa laporan menyatakan obat-obatan yang
menyebabkan pelepasan serotonin, menyebabkan peningkatan
kecemasan pada pasien dengan gangguan kecemasan.
c) Gamma-aminobutyric acid (GABA)
Peranan GABA dalam gangguan kecemasan telah dibuktikan oleh
manfaat benzodiazepine sebagai salah satu obat beberapa jenis
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
19
gangguan kecemasan.Benzodiazepine yang bekerja meningkatkan
aktivitas GABA pada reseptor GABA terbukti dapat mengatasi
gejala gangguan kecemasan umum bahkan gangguan panik.
Beberapa pasien dengan gangguan kecemasan diduga memiliki
fungsi reseptor GABA yang abnormal.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan (Bentley, 2015):
a. Faktor eksternal
1) Ancaman integritas diri
Meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap
kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik, pembedahan yang akan
dilakukan).
2) Ancaman sistem diri
Antara lain: ancaman terhadap identitas diri, harga diri, hubungan
interpersonal, kehilangan, dan perubahan status dan peran.
b. Faktor internal (Rasmun, 2012)
1) Stresor
Stresor psikososial merupakan keadaan yang menyebabkan
perubahan dalam kehidupan sehingga individu dituntut untuk
beradaptasi.
2) Maturitas
Tingkat perkembangan individu dapat membentuk kemampuan
adaptasi yang semakin baik terhadap stresor yang berbeda sehingga
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
20
resiko terjadi stres dan kecemasan akan berbeda pula. Kematangan
kepribadian inidividu akan mempengaruhi kecemasan yang
dihadapinya. Kepribadian individu yang lebih matur maka lebih
sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu
mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan.
3) Pendidikan
Tingkat pendidikan individu berpengaruh terhadap kemampuan
berpikir. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka individu semakin
mudah berpikir rasional dan menangkap informasi baru.
Kemampuan analisis akan mempermudah individu dalam
menguraikan masalah baru.
4) Respon koping
Mekanisme koping digunakan seseorang saat mengalami
kecemasan. Ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara
konstruktif merupakan penyebab terjadinya perilaku patologis.
Pengalaman masa lalu individu dalam menghadapi kecemasan
dapat mempengaruhi individu ketika menghadapi stresor yang
sama karena individu memiliki kemampuan beradaptasi atau
mekanisme koping yang lebih baik, sehingga tingkat kecemasan
pun akan berbeda dan dapat menunjukan tingkat kecemasan yang
lebih ringan.
5) Status sosial ekonomi
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
21
Status sosial ekonomi yang rendah pada seseorang akan
menyebabkan individu mudah mengalami kecemasan.
6) Keadaan fisik
Individu yang mengalami gangguan fisik akan mudah mengalami
kelelahan fisik. Kelelahan fisik yang dialami akan mempermudah
individu mengalami kecemasan.
7) Tipe kepribadian
Individu dengan tipe kepribadian A lebih mudah mengalami
gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan tipe
kepribadian B. Individu dengan tipe kepribadian A memiliki ciri-
ciri individu yang tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba
sempurna, merasa diburu-buru waktu, mudah gelisah, tidak dapat
tenang, mudah tersinggung dan mengakibatkan otot-otot mudah
tegang. Individu dengan tipe kepribadian B memiliki ciri-ciri yang
berlawanan dengan tipe kepribadian A. Tipe kepribadian B
merupakan individu yang penyabar, tenang, teliti dan rutinitas.
8) Lingkungan dan situasi
Seseorang yang berada di lingkungan asing lebih mudah
mengalami kecemasan dibandingkan bila berada di lingkungan
yang sudah dikenalnya.
9) Dukungan sosial
Dukungan sosial dan lingkungan merupakan sumber koping
individu. Dukungan sosial dari kehadiran orang lain membantu
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
22
seseorang mengurangi kecemasan sedangkan lingkungan
mempengaruhi area berfikir individu.
10) Usia
Usia, seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih
mudah mengalami gangguan akibat kecemasan dibandingkan
individu dengan usia yang lebih tua.
11) Jenis kelamin
Gangguan panik merupakan suatu gagasan cemas yang ditandai
dengan kecemasan yang spontan dan episodik. Gangguan
kecemasan ini lebih sering sering dialami wanita daripada pria.
Wanita memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi
dibandingkan subjek berjenis kelamin pria. Dikarenakan bahwa
wanita lebih peka dengan emosinya, yang pada akhirnya peka juga
terhadap perasaan cemasnya. Perbedaan ini bukan hanya
dipengaruhi oleh faktor emosi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor
kognitif. Wanita cenderung melihat hidup atau peristiwa yang
dialaminya dari segi detail, sedangkan pria cara berpikirnya
cenderung tidak detail. Individu yang melihat lebih detail, akan
lebih mudah cemas karena informasi yang dimiliki lebih banyak
dan itu akhirnya bisa benar-benar menekan perasaannya.
Dampak negatif dari kecemasan merupakan rasa khawatir yang
berlebihan tentang masalah yang nyata maupun potensial. Keadaan
cemas akan membuat individu menghabiskan tenaganya,
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
23
menimbulkan rasa gelisah, dan menghambat individu melakukan
fungsinya dengan adekuat dalam situasi interpersonal maupun
hubungan sosial.
5. Gejala dan Gambaran Klinis Kecemasan
Pedoman Diagnostik Menurut PPDGJ gejala kecemasan diantaranya
adalah:(Idrus, 2015)
a. Gejala dan gambaran klini dari kecemasan menunjukkan kecemasan
sebagai gejala primer. yang berlangsung hampir setiap hari untuk
beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau
hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya
“free floating” atau “mengambang”.
b. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
1) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung
tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
2) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai); dan
3) Over aktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, Over
aktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak nafas, keluhan kembung, pusing kepala,
mulut kering, tung berdebar-debar, sesak nafas, keluhan kembung,
pusing kepala, mulut kering, dsb).
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
24
c. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk
ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang
yang menonjol.
d. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa
hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama.
Sedangkan diagnosa untuk kecemasan dengan menggunakan
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV (Teks revision)
juga disebut DSM-IV-TR diantaranya adalah (Bentley, 2015)
a. Kehadiran kecemasan yang berlebihan tentang peristiwa atau kegiatan
yang terjadi di hampir setiap hari selama setidaknya 6 bulan
b. Kehilangan kontrol atas intensitas khawatir
c. Setidaknya tiga gejala termasuk gelisah atau jumpiness, kelelahan,
kurangnya konsentrasi, mudah marah, otot ketegangan dan tidur
masalah
d. Signifikan gangguan gejala dengan sosial dan pekerjaan terkait
berfungsi atau menuju signifikan tertekan
e. Tidak ada gangguan suasana hati atau masalah psikiatri
Kecemasan ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak
menyenanangkan dan samar-samar. Seseorang yang cemas mungkin juga
merasa gelisah, seperti dinyatakan oleh ketidakmampuan untuk duduk dan
berdiri lama (Kappan & Saddock, 2009) :
Pada pemeriksaan fisik terdapat nadi yang sedikit lebih cepat
(biasanya tidak lebih dari 100 kali per detik), hiperventilasi, kaki dan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
25
tangan dingin, tremor pada jari –jari tangan dan refleks tendon meningkat.
Di samping kecemasan terdapat juga gejala lain seperti depresi, amarah,
perasaan tak mampu, gangguan psikosomatik dan sebagainya. Kadang-
kadang kecemasan tidak tampak jelas dalam keadaan bangun, tetapi dalam
keadaan tidur keluar tanda – tanda seperti mimpi yang menakutkan dan
sering terkejut bangun (Riyadi & Teguh 2009).
6. Tingkat Kecemasan
Terdapat empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu, yaitu:
(Yadav, 2017)
a. Kecemasan ringan
Pada tingkat ini sebenarnya merupakan hal yang normal karena
merupakan tanda bahwa keaadan jiwa dan tubuh manusia agar dapat
mempertahankan diri dari lingkungan yang serba berubah. Kecemasan
ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan
lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul
pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat,
kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan
tingkah laku sesuai situasi.
b. Kecemasan sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang
penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
26
mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu
yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan
meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat,
ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan
persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal,
kemampuan untuk konsentrasi menurun, perhatian selektif dan
terfokus pada rangsangan yang tidak menambah kecemasan, mudah
tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis.
c. Kecemasan berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan
kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang
terinci dan spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Orang
tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan
pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini
adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur
(insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit,
tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan
keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak
berdaya, bingung, disorientasi.
d. Panik
Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena
mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Pada lapanganpanik
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
27
persepsi seseorang sudah menyempit dan sudah mengalami gangguan
sehingga tidak bisa mengendalikan diri lagi. Tanda dan gejala yang
terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi,
pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon
terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami
halusinasi.
7. Pengukuran Kecemasan
Tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan Hamilton
Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Skala HARS pertama kali digunakan
pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang
telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan terutama pada
penelitian trial clinic. Pengukuran tingkat kecemasan ini dikeluarkan oleh
seorang ahli psikolog bernama Max R Hamilton pada tahun 1959.
Dikutip dari Skala Penilaian Kegelisahan Hamilton (HAM-A) adalah
salah satu skala penilaian pertama yang dikembangkan untuk mengukur
tingkat keparahan gejala kecemasan, dan masih banyak digunakan saat ini
di kedua rangkaian klinis dan penelitian. Skala terdiri dari 14 item,
masing-masing ditentukan oleh serangkaian gejala, dan mengukur
kecemasan psikis (agitasi mental dan tekanan psikologis) dan kecemasan
somatik (keluhan fisik yang berkaitan dengan kecemasan). Setiap item
diberi skor pada skala 0 (tidak ada) sampai 4 (berat), dengan rentang skor
total 0-56, di mana tingkat keparahan ringan <17 indikator, tingkat
keparahan ringan sampai sedang 18-24 dan 25-30 sedang sampai parah.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
28
Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan
menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety
Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang
didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami
kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang nampak pada
individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi
5 tingkatan skor antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe).
Skala HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas
cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian
trial clinic. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan
dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan
reliable.
Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang dikutip Nursalam
penilaian kecemasan terdiri dan 14 butir, meliputi:
a. Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah
tersinggung.
b. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan
lesu.
c. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal
sendiri dan takut pada binatang besar.
d. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari,
tidur tidak pulas dan mimpi buruk.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
29
e. Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit
konsentrasi.
f. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada
hobi, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
g. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara
tidak stabil dan kedutan otot.
h. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka
merah dan pucat serta merasa lemah.
i. Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras
dan detak jantung hilang sekejap.
j. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering
menarik napas panjang dan merasa napas pendek.
k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun,
mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan,
perasaan panas di perut.
l. Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kencing,
aminorea, ereksi lemah atau impotensi.
m. Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu
roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
n. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan
dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek
dan cepat.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
30
Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan
kategori:
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = Satu dari gejala yang ada
2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada
3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada
4 = sangat berat semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item
a. Tidak ada cemas (<14)
b. Ringan (14-20)
c. Sedang (21-27)
d. Berat (28-41)
e. Berat sekali (42-56)
C. Teknik Lima Jari
Salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah tehnik
lima jari, yang merupakan bagian dari reduksi stres hipnose diri sendiri.Tehnik
lima jari adalah proses yang menggunakan kekukatan pikiran dengan
menggerakan tubuh untuk menyembuhkan diri dan memelihara kesehatan atau
rileks melalui komunikasi dalam tubuh melibatkan semua indra meliputi
sentuhan, penciuman, penglihatan, pendengaran (Davis, et al; 2012). Tehnik
ini bermanfaat dalam penanganan kecemasan pada pasien karena dengan
imajinasi terbimbing maka akan membentuk bayangan yang akan diterima
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
31
sebagai rangsangan oleh berbagai indra maka dengan membayangkan sesuatu
yang indah perasaan akan merasa tenang. Ketegangan otot dan
ketidaknyamanan akan dikeluarkan makan akan menyebabkan tubuh menjadi
rileks dan nyaman (Smeltzer & Bare, 2012 dalam (Widiyanti, 2013).
Menurut Wong (2011), prosedur penatalaksanaan teknik relaksasi
genggam jari dilakukan selama 15 menit dengan tahapan antara lain:
a. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
b. Pejamkan mata dan lakukan teknik nafas dalam secaa perlahan sebanyak 3
kali
c. Meminta pasien untuk relaks
d. Meminta pasien untuk menautkan ibu jari dengan jari telunjuk dan minta
pasien untuk membayangkan kondisi dirinya ketika kondisi begitu sehat
e. Tautkan ibu jari dengan jari tengah minta pasien untuk membayangkan
ketika mendapat hadiah atau barang yang sangat disukai
f. Tautkan ibu jari dengan jari manis, bayangkan ketika pasien berada di
tempat yang paling nyaman, tempat yang membuat pasien merasa sangat
bahagia
g. Tautkan ibu jari dengan kelingking, bayangkan ketika pasien mendapat
suatu penghargaan
h. Tarik nafas, lakukan perlahan lakukan selama 3 kali
i. Buka mata kembali
Hipnotis lima jari merupakan salah satu bentuk self hipnosis yang dapat
menimbulkan efek relaksasi yang tinggi, sehingga akan mengurangi
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
32
ketegangan dan stress dari pikiran seseorang. Hipnotis lima jari
mempengaruhi system limbik seseorang sehingga berpengaruh pada
pengeluaran hormone-hormone yang dapat memacu timbulnya stress. Pasien
yang diberikan hipnotis lima jari akan mengalami relaksasi sehingga
berpengaruh terhadap system tubuh dan menciptakan rasa nyaman serta
perasaan tenang (Mahoney, 2012).
Hipnotis lima jari juga dapat mempengaruhi pernafasan, denyut jantung,
denyut nadi, tekanan darah, mengurangi ketengangan otot dan kordinasi
tubuh, memperkuat ingatan, meningkatkan produktivitas suhu tubuh dan
mengatur hormon-hormon yang berkaitan dengan stress. Penerapan teknik
lima jari dalam menurunkan kecemasan pada pasien preoperasi telah
dilakukan beberapa penelitian.
Davis, Eshelman, Mckay (1995) dalam Widyanti (2013) mengemukakan
beberapa manfaat dari hipnose diri sendiri tehnik lima jari antara lain
kemampuan menghasilkan mati rasa pada setiap bagian tubuh, kemampuan
memberi sugesti setelah hipnose untuk memperbaiki masalah tidur, koping,
pengendalian gejala nyeri, kontrol beberapa fungsi organik seperti perdarahan,
denyut jantung, kemunduran umur sebagian: pengalaman kembali mengenang
sesuatu yang telah lama berlalu, sebagaimana hal itu terjadi, dengan
menggunakan kelima panca indera untuk membuat bunyi, bau, penampilan,
dan sebagian hidupnya kembali. Kenangan yang muncul biasanya bukan
sesuatu yang ada dipikiran sadar karena hal tersebut merupakan hal yang telah
dilupakan, atau tenggelam karena menyakitkan. Kemampuan konsentrasi yang
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
33
tidak normal (kapasitas belajar dan memngingat yang sangat rinci).
Penyimpangan waktu: kemampuan memadatkan isi pikiran yang banyak dan
mengingatnya dalam waktu yang singkat.
Penelitian Setyaningsih (2017) menemukan bahwa ada perbedaan secara
bermakna respon fisiologis pada responden sehingga menunjukkan adanya
pengaruh terapi hipnotis lima jari hadap respon fisiologis. Hasil uji statistik
menjelaskan walaupun ada perbedaan respon fisiologis sebelum dan sesudah
perlakuan, hal tersebut dapat disimpulkan bahwa terapi hipnotis lama jari
mampu menurunkan skor respon fisiologis secara bermakna.
Hasil penelitian Mu’afiro (2011). menunjukkan ada perbedaan respon
perilaku secara bermakna sebelum dan sesudah perlakuan. Hal tersebut terjadi
dikarenakan dampak dari sakit dan dirawat di rumah sakit dapat
mempengaruhi perilaku. Ada perbedaan secara bermakna respon emosional
pada responden sehingga menunjukkan adanya pengaruh terapi hipnotis lima
jari terhadap respon emosional. Ada perbedaan secara bermakna respon
emosional sebelum dan sesudah perlakuan.
Fortinash dan Worret (2004) dalam Setyaningsih (2017) menjelaskan
bahwa ansietas secara fisiologis dapat ditunjukkan dalam skala normal,
meningkat, menurun atau fight or flight. Pemberian terapi hipnotis lima jari
berdampak terhadap penurunan respon fisiologis dikarenakan bahwa terapi
hipnotis lima jari tidak hanya berfokus pada dimensi psikis dan spiritual
namun juga fisik.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--