lp abortus inkomplit haerul

21
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA KLIEN “Ny. N” DENGAN ABORTUS INKOMPLIT DISUSUN OLEH: NAMA: HAERUL AMRI HUKMAN NIM: 142 2010 0242 CI Lahan CI Institusi (___________________) (____________________) PRAKTIK KLINIK PROGRAM AKADEMIK PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Upload: haerul-amri-hukman

Post on 23-Nov-2015

860 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

LP Abortus Inkomplit Haerul

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA KLIEN Ny. N DENGAN ABORTUS INKOMPLIT

DISUSUN OLEH:NAMA: HAERUL AMRI HUKMANNIM: 142 2010 0242

CI LahanCI Institusi

(___________________) (____________________)

PRAKTIK KLINIK PROGRAM AKADEMIKPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA2012A. DefinisiAbortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup diluar kandungan (Nugroho,2010)Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, sedangkan abortus inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal (Manuaba, 2008).Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum, perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus (Saifuddin, 2002).B. EtiologiAbortus inkomplit merupakan salah satu abortus spontan, banyak faktor penyebab terjadinya abortus spontan.Penyebab abortus spontan (Manuaba,2009) :a) Faktor genetic1. Kelainan kromosomKelainan kromosom yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi, monosomi, triploid/tetraploid2. Abortus dua kali karena kelainan kromosom terjadi 80%3. Sindrom Ehlers DanlosYaitu suatu keadaan membran endometrium sangat rapuh sehingga mudah ruptur atau pecah (rupture membrane abortus spontan)b) Faktor hormonal1. Defisiensi luetal2. Abortus berulang karena faktor hormonal sekitar 35 50%3. gangguan kelenjar tyroidc) Kelainan anatomi uterus1. Sub mukosa mioma uteri2. Kelainan kongenital uterus seperti, septum, uterus arkuatus yang berat, terdapat polip uteri3. Serviks inkompetend) Faktor infeksi genitalia interna1. Toxoplasmosis2. Sitomegalovirus3. Rubela4. Herpes simpleks5. Infeksi endometrium (klamidia, toksoplasmosis, mycoplasma hominise) Intoksikasi agen eksternal1. Intoksikasi bahan anestesi2. Kecanduan (alkohol. Perokok, agen lainnya)f) Postur ibu hamil1. Kurus, BB kurang dari 40 kg2. Gemuk, BB diatas 80 kgg) Faktor paternal1. Hiperspermatozoa, jumlah sperma lebih dari 250 juta2. Oligospermatozoa, jumlah sperma kurang dari 20 juta3. Prinsipnya kekurangan DNAh) Faktor imunologis1. Faktor alloimmune Penolakan maternal terhadap hasil konsepsi yang mengadakan implantasi Jika tipe homolog HLA atau antipaternal antibody tinggi, akan berlangsung abortus Kehamilan dipertahankan oleh komponen : Lokal autoimmune reaksi sehingga menetralkan antipaternal antibody yang dijumpai pada sebagian ibu hamil2. Faktor hormonal dari plasenta yaitu human chorionic gonadotropin dan progesterone3. Faktor antibody autoimun, terutama : Antibody antiphosfolipid : Menimbulkan thrombosis, infrak plasenta, perdarahan Gangguan sirkulasi dan nutrisi menuju janin dan diikuti abortus Antibody anticardiolipin, dalam lupus anticoagulant (LAC) Menghalangi terbentuknya jantung janin sehingga akan menyebabkan abortus.C. Manifestasi klinisa) Nyeri hebatb) Perdarahan banyakc) Sudah terjadi abortus dengan mengeluarkan jaringan tetapi sebagian masih berada di dalam uterusd) Pemeriksaan dalam :a. Servik masih membuka, mungkin teraba jaringan sisab. Perdarahan mungkin bertambah setelah pemeriksaan dalame) Pembesaran uterus sesuai usia kehamilanf) Tes kehamilan mungkin masih positif akan tetapi kehamilan tidak dapat dipertahankan.D. PatofisiologiPada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apaila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion berkurang maka ia jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus)Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan adalah terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah merahan dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi sudah berlangsung lama. (Prawirohardjo,2005)

E. Penyimpangan KDM

F. Pemeriksaan penunjangPemeriksaan kadar Hb, golongan darah dan uji padanan silang (crossmatch)1. Bila terdapat tanda tanda sepsis, berikan antibiotic yang sesuai2. Temukan dan hentikan segera sumber perdarahan3. Lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan perkembangan lanjut(Prawirohardjo,2006)G. Terapi dan PengobatanPenanganan umum :1. Lakukan penilaian awal untuk menentukan kondisi pasien (gawat darurat, komplikasi berat atau masih cukup stabil)2. Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilisasi pasien sebelum melakukan tindakan lanjutan (yindakan medic atau rujukan)3. Penilaian medic untuk menentukan kelaikan tindakan di fasilitas kesehatan setempat atau dirujuk kerumah sakit. Bila pasien syok atau kondisinya memburuk akibat perdarahan hebat segera atasi komplikasi tersebut Gunakan jarum infuse besar (16G atau lebih besar) dan berikan tetesan cepat (500 ml dalam 2 jam pertama) larutan garam fisiologis atau RingerPenatalaksanaan berdasarkan jenis abortus (abortus inkomplitus)1. Bila disertai syok karena perdarahan segera pasang infuse dengan cairan NaCl fisiologis atau cairan Ringer Laktat, bila perlu disusul dengan transfuse darah2. Setelah syok teratasi, lakukan kerokan3. Pasca tindakan berikan injeksi metal ergometrin maleat intra muscular untuk mempertahankam kontraksi otot uterus4. Perhatikan adanya tanda tanda infeksi5. Bila tak ada tanda tanda infeksi berikan antibiotika prifilaksis (ampisilin 500 mg oral atau doksisiklin 100 mg)6. Bila terjadi infeksi beri ampisilin I g dan metronidazol 500 mg setiap 8 jam(Prawirohardjo,2006)

H. Asuhan KeperawatanI. Pengkajian 1. Identitas Klien2. Riwayat Obstetria) Riwayat menstruasi Menarche

Siklus

Lama

Banyak

Warna

Bau

Flour albous

HPHT

Disminorhe

b) Riwayat kehamilan c) Riwayat kehamilan sekarang HPL ANC Keluhan TT d) Riwayat kontrasepsi 3. Riwayat persalinan4. Aktivitas/Latihana) Nutrisi Sebelum hamil

Selama hamil

b) Eliminasi Sebelum hamil Selama hamil

c) Istirahat Sebelum hamil Selama hamil

d) Aktifitas Sebelum hamil

Selama hamil

e) Pola hubungan sexualitas Sebelum hamil

Selama hamil

f) Personal hygiene Sebelum hamil

Selama hamil

5. Riwayat psikososial 6. Sirkulasi7. Data spiritualII. Diagnosa Keperawatan1. Devisit Volume Cairan b.d perdarahan 2. Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi 3. Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d kerusakan jaringan intrauteri 4. Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab5. Cemas b.d kurang pengetahuan6. Berduka berhubngan dengan kehilangan calon anakIII. Intervensi Keperawatan1. Devisit Volume Cairan b.d Perdarahan Tujuan:Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.Intervensi :a. Kaji kondisi status hemodinamikaR : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasib. Ukur pengeluaran harianR : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginalc. Berikan sejumlah cairan pengganti harianR : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masifd. Evaluasi status hemodinamikaR : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik2. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasiTujuan :Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasiIntervensi :a. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitasR : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih burukb. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandunganR : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksic. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hariR : Mengistiratkan klilen secara optimald. Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klienR : Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukane. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas R : Menilai kondisi umum klien3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d Kerusakan jaringan intrauteriTujuan:Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialamiIntervensi :a. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien R : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.b. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnyaR : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeric. Kolaborasi pemberian analgetikaR : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik4. Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembabTujuan:Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahanIntervensi :a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bauR : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksib. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahanR : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luarc. Lakukan pemeriksaan biakan pada dischartR : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart d. Lakukan perawatan vulvaR :Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi. e. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksiR : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksif. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama se;ama masa perdarahanR : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.

5. Cemas b.d kurang pengetahuanTujuan:Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkatIntervensi :a. Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakitR : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas b. Kaji derajat kecemasan yang dialami klienR : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien tentang penyakit c. Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasanR : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri kliend. Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersamaR : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasane. Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluargaR : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.

6. Berduka berhubungan dengan kehilangan calon anakTujuan : klien mampu menerima keadaan yang sebenarnya tentang kematian anaknya.a. Kaji status emosionalR/ : Ansietas dan depresimerupakan reaksi yang umum terhadap kehilangan perubahan/kehilangan yang diasosiasikan dengan penyakit jangka panjang atau kondisi yang melemahkan b. Sediakan waktu untuk mendengarkan pasien. Dorong ekspresi perasaan bebas, tidak berdaya dan keinginan untuk mati.R/ : Akan lebih membantu jika mengikuti perasaan ini untuk di ekspresikan dan kemudin diterima daripada menyangkalnyac. Kaji potensial untuk berdiriR/ : Dapat dihubungkan dengan penyakit fisik d. Ikutsertakan orang terdekat dalam diskusi dan aktifitas sampai pada tingkat yang mereka inginkanR/ : Terdapat kemungkinan keberasilan lebih besar dalam pemecahan masalah. e. Berikan sentuhan atau pelukan bebas sesuai penerimaan individuR/ : Menyampaikan perasaan perhatian atau keakraban untuk mengurangi perrasaan terisolasi dan meningkatkan perasaan harga diri.IV. EVALUASIPada tahap akhir dari proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai. Evaluasi yang merupakan proses terus-menerus, diperlukan untuk menentukan seberapa baik rencana perawatan yang dilaksanakan.Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinu, karena setiap tindakan keperawatan dilakukan, respon pasien dicatat dan evaluasi dalam hubungannya dnegan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKAJNPK _KR. 2008. Pelayanan obsetri dan neonatal emergensi dasar (PONED)Kusmiyati, Dkk. 2009. Perawatan ibu hamil. Yogjakarta : FitramayaNugroho, taufan. 2010. Buku ajar obstetric. Yogjakarta : Nuha MedikaManuaba. 2007. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta : Buku Kedokteran EGCPPKC. 2002. Pelatihan manajemen asuhan kebidanan. JakartaPrawirohardjo, S. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka