laporan perancangan pabrik lpg stti 2014 revisi ok-135

189
Laporan Akhir Semester Mata Kuliah Perancangan Pabrik Kimia Perangcangan Pabrik LPG SAGAMA Blok Mahakam Kalimantan Timur Disusun Oleh : M. Rizqy F. 11. 21. 00. 01 Putri Isnaeni 11. 21. 00. 02 Mukida 11. 21. 00. 06 M. Reza N. 11. 21. 00. 07 Yuni Sri N. 11. 21. 00. 08 Darma A. W. 11. 21. 00. 09 Galuh Intan P. 11. 21. 00. 12 Utami 11. 21. 00. 13 Bhatara P. M. 11. 21. 00. 14 Novi D. Cahyani 11. 21. 00. 15 Rudy Gunarso 11. 21. 00. 18 Ali Akbar 11. 21. 00. 22 Suci Setyaningsih 11. 21. 00. 27 Tia Utari 11. 21. 00. 28 Cepy H. 11. 21. 00. 29 DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT BOGOR, JUNI 2014

Upload: muhammadrickykb

Post on 15-Jan-2016

153 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

lpg

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

1

Laporan Akhir Semester

Mata Kuliah Perancangan Pabrik Kimia

Perangcangan Pabrik

LPG SAGAMA

Blok Mahakam Kalimantan Timur

Disusun Oleh :

M. Rizqy F. 11. 21. 00. 01

Putri Isnaeni 11. 21. 00. 02

Mukida 11. 21. 00. 06

M. Reza N. 11. 21. 00. 07

Yuni Sri N. 11. 21. 00. 08

Darma A. W. 11. 21. 00. 09

Galuh Intan P. 11. 21. 00. 12

Utami 11. 21. 00. 13

Bhatara P. M. 11. 21. 00. 14

Novi D. Cahyani 11. 21. 00. 15

Rudy Gunarso 11. 21. 00. 18

Ali Akbar 11. 21. 00. 22

Suci Setyaningsih 11. 21. 00. 27

Tia Utari 11. 21. 00. 28

Cepy H. 11. 21. 00. 29

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDOCEMENT

BOGOR, JUNI 2014

Page 2: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini diajukan oleh

Kelompok : 1,3,5

Program Studi : Teknik Kimia

Judul Laporan : Perancangan Pabrik LPG SAGAMA Blok

Mahakam Kalimantan Timur

Telah berhasil dirancang dan dipresentasikan di hadapan Dewan Penguji

untuk diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk

menyelesaikan tugas besar mata kuliah perancangan pabrik kimia pada

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Sekolah Tinggi Teknologi

Indocement.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Wiwid Murdany ( )

Penguji : Pujiyanto ( )

Ditetapkan di : Bogor

Tanggal : 17 Juni 2014

Page 3: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir semester enam beserta

laporannya dengan judul “Perancangan Pabrik LPG SAGAMA Blok Mahakam

Kalimantan Timur”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu penyelesaian laporan tugas akhir semester enam ini:

1. Pujiyanto S.SI.,M.T. dan Wiwid Murdany S.T., M.T. selaku dosen

pembimbing.

2. Seluruh Staff Pengajar Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Sekolah

Tinggi Teknologi Indocement atas segala bantuannya dalam

menyelesaikan tugas ini.

3. Seluruh pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan tugas akhir

semester ini.

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk

menyempurnakan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juni 2014

Penulis,

Page 4: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR SEMESTER 6

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Sekolah Tinggi Teknologi Indocement, kami

yang bertanda tangan di bawah ini :

Kelompok : Kelompok Besar LPG 1, 3, 5

Program Studi : Teknik Kimia

Jenis Karya : Tugas Akhir Semester Enam

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan

kepada Sekolah Tinggi Teknologi Indocement Hak Bebas Royalti

Nonekslusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah kami

yang berjudul :

PERANCANGAN PABRIK LPG SAGAMA

BLOK MAHAKAM KALIMANTAN TIMUR

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Nonekslusif ini Sekolah Tinggi Teknologi Indocement berhak menyimpan,

mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data

(database), merawat, dan mempublikasihkan tugas akhir semester kami

tanpa meminta izin dari kami selama tetap mencantumkan nama kami

sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian

pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Bogor

Pada tanggal : 17 Juni 2014

Yang menyatakan

Kelompok Besar LPG 1, 3, 5

Page 5: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

v

ABSTRAK

Perancangan PABRIK LPG SAGAMA bertujuan untuk mengetahui

kelayakan perancangan pembangunan PABRIK LPG SAGAMA di daerah

Kalimantan Timur ditinjau dari segi teknis maupun ekonomi sehingga dapat

menjadi rekomendasi dalam pemenuhan kebutuhan LPG domestik terutama untuk

daerah Kalimantan Timur. PABRIK LPG SAGAMA memiliki empat unit proses

yaitu CO2 Removal Unit, Dehydrate Ion Unit, Refrigerasi Unit dan Fraksionasi

Unit. Produk yang dihasilkan memenuhi syarat LPG yang digunakan secara

komersial yaitu jumlah komponen propane dan butane lebih dari 98%. Dari hasil

simulasi diperoleh produk LPG sebesar 97,62 ton perhari, kondensat 9,218 barrel

perhari dan lean gas ke jalur pipa sebesar 17,68 MMSCFD. Biaya investasi LPG

Plant dengan kapasitas 20 MMSCFD adalah US $ 27.000.000 dan biaya

operasional pertahunnya sebesar US $ 4.050.000. Dengan tingkat nilai

pengembalian yang disyaratkan tahun diperoleh nilai NPV sebesar US $

59.539.295, IRR pada tingkat pengembalian 10% adalah 37,5% dan Payback

Period kurang dari 4 tahun maka perancangan PABRIK LPG SAGAMA dapat

dikatakan layak dari segi ekonomi.

Kata Kunci : Kalimantan Timur, Perancangan Pabrik, LPG SAGAMA

Page 6: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................... iv

ABSTRAK ........................................................................................................ v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv

DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG ......................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ..................................................................... 2

1.3 TUJUAN PENULISAN ....................................................................... 2

1.4 BATASAN MASALAH ...................................................................... 3

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN ............................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5

2.1 GAS ALAM ............................................................................................... 5

2.1.1 Definisi Gas Alam ................................................................. 5

2.1.2 Karakteristik Gas Alam ......................................................... 6

2.1.3 Spesifikasi Gas Bumi Komersional ...................................... 7

2.2 LIQUEFIED PETROLEUM GAS ............................................................. 9

2.2.1 Penggolongan LPG .............................................................. 11

2.2.2 Sifat Fisik LPG .................................................................... 11

2.2.3 Spesifikasi LPG ................................................................... 12

2.2.4 Deskripsi Proses ................................................................... 13

2.2.4.1 Pemisahan LPG Di kilang pengolahan Gas............ 13

2.2.4.2 Teknologi Kilang LPG ........................................... 16

2.2.5 Penyimpanan LPG ............................................................... 19

2.2.6 Sistem Refrijerasi ................................................................. 22

Page 7: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

vii

2.2.6.1 Pemilihan Sistem Refrijerasi .................................. 22

2.2.6.2 Pemilihan Refrijeran ............................................... 22

2.3 RANTAI SUPLAI LPG ............................................................................ 23

2.4 LOKASI PT. LPG SAGAMA KALIMANTAN TIMUR ........................ 26

2.5 TEORI EKONOMI ................................................................................... 29

2.5.1 Net Present Value (NPV) ................................................................. 29

2.5.2 Payback Period (PBP) ...................................................................... 29

2.5.3 Internal Rate Of Return (IRR) ......................................................... 30

2.6 ANALISA PASAR ................................................................................... 30

2.6.1 Lokasi Pemasaran ............................................................................ 31

BAB III DESKRIPSI DESAIN ............................................................................ 32

3.1 ANALISA KETERSEDIAAN BAHAN BAKU ...................................... 33

3.2 PENENTUAN KAPASITAS PRODUKSI ............................................... 33

3.3 SELEKSI TEKNOLOGI PROSES ........................................................... 33

3.3.1 Parameter Pemilihan Teknologi ....................................................... 33

3.3.2 Perbandingan Teknologi Recovery LPG ......................................... 35

3.3.3 Deskripsi Proses Pemurnian Gas ..................................................... 36

3.3.3.1 CO2 Removal ................................................................................ 36

3.3.3.2 Dehidrasi ....................................................................................... 42

3.4 PERANCANGAN TEKNOLOGI TERPILIH ......................................... 44

3.5 PEMILIHAN PERALATAN .................................................................... 45

3.6 PERHITUNGAN CAPEX DAN OPEX .................................................. 45

3.7 KELAYAKAN EKONOMI ...................................................................... 46

3.8 ANALISA SENSITIVITAS ..................................................................... 47

BAB IV DESAIN PABRIK LPG SAGAMA ....................................................... 48

4.1 ANALISA PASAR DAN PEMILIHAN LOKASI .................................. 48

4.1.1 Penawaran dan Permintaan ............................................................. 48

4.1.2 Target Pasar .................................................................................... 50

4.1.3 Strategi Pemasaran ......................................................................... 51

4.1.4 Pemilihan Lokasi ............................................................................ 51

4.1.4.1 Faktor Primer .................................................................... 51

4.1.4.2 Faktor Sekunder ................................................................ 53

Page 8: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

viii

4.2 ANALISA PROSES ................................................................................ 53

4.2.1 Simulasi Proses LPG ........................................................................ 53

4.2.1.1 CO2 Removal .................................................................... 53

4.2.1.2 Dehidrasi ........................................................................... 60

4.2.1.3 Fraksionasi ........................................................................ 63

4.2.1.4 Refrijerasi .......................................................................... 73

4.2.1.5 Stabilisasi Kondensat dan Penyimpanan Produk .............. 74

4.2.2 Spesifikasi Produk ........................................................................... 79

4.2.3 Equipment List ................................................................................ 79

4.3 NERACA MASSA DAN ENERGI .......................................................... 96

4.3.1 Neraca Massa ................................................................................... 96

4.3.1.1 Neraca Massa Overall ....................................................... 96

4.3.1.2 Neraca Massa Tiap Unit .................................................... 98

4.3.1.2.1 Neraca massa di Sekitar Unit CO2 Removal ..... 98

4.3.1.2.2 Neraca massa di Sekitar Unit Dehidrasi ........... 100

4.3.1.2.3 Neraca massa di Sekitar Unit Refrijerasi .......... 102

4.3.2 Neraca Energi ................................................................................. 102

4.3.2.1 Neraca Energi Unit CO2 Removal .................................. 103

4.3.2.2 Neraca Energi Unit Dehidrasi .......................................... 101

4.3.2.3 Neraca Energi Unit Refrijerasi ......................................... 104

4.3.2.4 Neraca Energi Unit Fraksinasi ........................................ 105

4.4 UTILITAS PABRIK LPG ....................................................................... 105

4.4.1 Kebutuhan Air ................................................................................. 105

4.4.1.1 Seleksi Sumber Kebutuhan Air ........................................ 109

4.4.1.2 Perbandingan Teknologi Pretreatment Air Baku ............. 116

4.4.2 Kebutuhan Listrik ........................................................................... 117

4.4.2.1 Listrik Alat Proses dan Utilitas ........................................ 118

4.4.2.2 Listrik Penerangan ........................................................... 118

4.4.2.3 Listrik Pendingin Ruangan............................................... 120

4.4.2.4 Listrik Alat Elektrotronik Kantor ..................................... 120

4.4.2.5 Listrik Laboratorium dan Instrumentasi .......................... 120

4.5 PLANT LAYOUT ................................................................................... 121

Page 9: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

ix

4.5.1 Detail Lokasi Plant .......................................................................... 121

4.5.2 Tata Letak Plant .............................................................................. 121

4.6 ASPEK EKONOMI ................................................................................. 125

4.6.1 Perhitungan Capex dan Opex .......................................................... 125

4.6.1.1 Capex ............................................................................... 125

4.6.1.2 Opex ................................................................................. 128

4.6.1.3 Benchmarking .................................................................. 129

4.6.2 Analisa Keekonomian ..................................................................... 130

4.6.2.1 Cash Flow ........................................................................ 131

4.6.2.2 Perhitungan NPV, IRR dan PBP ...................................... 133

4.6.3 Analisa Sensitivitas ......................................................................... 133

4.6.3.1 Variasi Nilai ..................................................................... 133

4.6.3.2 Plot Sensitivitas ................................................................ 136

4.7 ASPEK KESELAMATAN DAN LINGKUNGAN ................................ 138

4.7.1 Pengolahan Limbah ............................................................ 138

4.7.1.1 Pengolahan Limbah Cair .................................................. 138

4.7.1.2 Pengolahan Limbah Gas .................................................. 142

4.7.1.3 Pengolahan Limbah Padat ................................................ 142

4.7.1.4 Pengolahan Limbah B3 .................................................... 143

4.7.2 Kesehatan dan Keselamatan Kerja ................................................... 143

4.7.2.1 Pengelolaan Bahaya dan Dampak Lingkungan ............... 143

4.7.2.2 Safety Training Untuk Pekerja ......................................... 144

4.7.2.3 Alat Penunjang Keselamatan ........................................... 145

4.7.2.3.1 Safety Shower & Eye Shower ........................... 145

4.7.2.3.2 Alat Pelindung Diri ........................................... 146

4.7.2.3.3 Alat Pemadam Kebakaran ................................. 151

4.7.2.3.4 Gas Detector Addressable ................................. 154

4.7.2.3.5 Fire Alarm System ............................................ 157

4.7.3 HIRA HAZID DAN HAZOP ........................................................... 160

4.7.3.1 HIRA .................................................................................... 160

4.7.3.2 HAZID .................................................................................. 162

4.7.3.3 HAZOP ................................................................................. 166

Page 10: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

x

BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 170

BAB VI REKOMENDASI .................................................................................. 171

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 172

Page 11: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema recovery minyak-gas ............................................................. 9

Gambar 2.2 Skema LPG Recovery Dengan Low-Temperature Separation ......... 17

Gambar 2.3 Skema Recovery LPG Dengan Menggunakan PROMAX ................ 18

Gambar 2.4 Kontruksi Storage Tank .................................................................... 21

Gambar 2.5 Lapisan Tangki Penyimpanan LPG .................................................. 21

Gambar 2.6 Rantai Suplai LPG ............................................................................ 25

Gambar 2.7 Persebaran Cadangan Migas ............................................................. 28

Gambar 3.1 Diagram Alir Perancangan PT. LPG SAGAMA .............................. 32

Gambar 3.2 Perbandingan permeabilitas senyawa-semyawa dalam gas alam ..... 37

Gambar 4.2 Skema simulasi proses absorpsi CO2 pada kolom absorpsi dengan

Hysys ............................................................................................... 54

Gambar 4.3 Kondisi Operasi Kolom Kontaktor Absorber ................................... 57

Gambar 4.4 Spesifikasi Kolom Kontaktor Absorber ............................................ 58

Gambar 4.5 Kondisi Operasi Kolom Regenerator ................................................ 58

Gambar 4.6 Spesifikasi Reflux Ratio pada kolom Regenerator ........................... 59

Gambar 4.7 Spesifikasi Duty pada kolom Regenerator ........................................ 59

Gambar 4.8 Spesifikasi Vapour Rate pada kolom Regenerator ........................... 59

Gambar 4.9 Temperatur Condenser pada kolom Regenerator .............................. 59

Gambar 4.10 Simulasi Proses Dehidrasi ............................................................... 60

Gambar 4.11 Kondisi Operasi Inlet Gas pada kolom Dehydration ...................... 61

Gambar 4.12 Spesifikasi Inlet Gas pada kolom Dehydration ............................... 61

Gambar 4.13 Kondisi Operasi Absorber ........................................................... 61

Gambar 4.14 Kondisi Operasi Regenerator ....................................................... 62

Gambar 4.15 Spesifikasi Temperatur Condenser pada kolom Regenerator ......... 62

Gambar 4.16 Spesifikasi Temperatur Reboiler pada kolom Regenerator ............ 62

Gambar 4.17 Spesifikasi Reflux Ratio pada kolom Regenerator ......................... 63

Gambar 4.18 Spesifikasi Draw Rate pada kolom Regenerator ............................. 63

Gambar 4.19 Simulasi Proses di unit Fraksionasi ................................................ 63

Gambar 4.20 Kolom Deethanizer .................................................................... 66

Page 12: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

xii

Gambar 4.21 Kondisi Operasi kolom Deethanizer ............................................... 67

Gambar 4.22 Reflux Ratio pada kolom Deethanizer ........................................... 67

Gambar 4.23 Komponen Fraksi Condenser pada kolom Deethanizer .................. 67

Gambar 4.24 Komponen Fraksi Reboiler pada kolom Deethanizer ..................... 67

Gambar 4.25 Kondisi Operasi Sales Gas pada kolom Deethanizer ...................... 69

Gambar 4.26 Spesifikasi Sales Gas pada kolom Deethanizer .............................. 69

Gambar 4.27 Kolom Debutanizer ...................................................................... 70

Gambar 4.28 Kondisi Operasi Kolom Debutanizer .............................................. 70

Gambar 4.29 Reflux Ratio pada Kolom Debutanizer ........................................... 71

Gambar 4.30 Liquid Flow Spec pada Kolom Debutanizer ................................... 71

Gambar 4.31 Component Fraction Spec 1 pada Kolom Debutanizer ................... 71

Gambar 4.32 Component Fraction Spec 2 pada Kolom Debutanizer ................... 71

Gambar 4.33 Componenr Fraction Spec 3 pada Kolom Debutanizer................... 71

Gambar 4.34 Kondisi Operasi LPG pada Kolom Debutanizer ............................. 73

Gambar 4.35 Spesifikasi LPG pada Kolom Debutanizer ..................................... 73

Gambar 4.36 Kondisi Operasi Kondensat pada Kolom Debutanizer ................... 73

Gambar 4.37 Spesifikasi Kondensat pada Kolom Debutanizer ............................ 73

Gambar 4.38 Skema Proses Refrijerasi .............................................................. 74

Gambar 4.39 Separator Horizontal ................................................................... 82

Gambar 4.40 Heat Exchanger ............................................................................ 86

Gambar 4.41 Pompa Sentrifugal ......................................................................... 90

Gambar 4.42 Pompa Axial .................................................................................. 90

Gambar 4.43 Pompa Reciprocating ................................................................... 91

Gambar 4.44 Tank LPG ...................................................................................... 93

Gambar 4.45 Neraca Massa Overall .................................................................... 96

Gambar 4.46 Gambar Hysys Heat Exchanger E-405 .......................................... 106

Gambar 4.47 Gambar Hysys Heat Exchanger E-404 .......................................... 107

Gambar 4.48 Skema Sistem Pengolahan Air Laut ............................................... 110

Gambar 4.49 Skema Sistem Pengolahan Air sungai............................................ 113

Page 13: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

xiii

Gambar 4.50 Denah Plant LPG SAGAMA ....................................................... 123

Gambar 4.51 Safety Shower dan Eye Shower ................................................ 145

Gambar 4.52 Alat Perlindungan Pernapasan (Respirator) ................................... 148

Gambar 4.53 Alat perlindungan Tangan (Gloves) ............................................... 149

Gambar 4.54 Safety Shoes ................................................................................. 149

Gambar 4.55 Alat Perlindungan Mata (Googles) ................................................ 150

Gambar 4.56 Alat Perlindungan Telinga (Ear Plug) ............................................ 150

Gambar 4.57 Alat Pelindung Tubuh (Coveralls) ................................................ 151

Gambar 4.58 Gas Detector Addressable ............................................................. 154

Gambar 4.59 Tampilan layar komputer untuk komputer alarm........................... 155

Gambar 4.60 Manual Call Point ........................................................................ 157

Gambar 4.61 Fire Bell ........................................................................................ 158

Gambar 4.62 Indicator Lamp ............................................................................... 158

Page 14: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Feed Gas ................................................................................................ 8

Tabel 2.2 Spesifikasi Gas Alam Komersial ........................................................... 8

Tabel 2.3 Sifat Fisik dari Komponen Utama LPG ................................................ 12

Tabel 2.4 Spesifikasi LPG On-Spec ..................................................................... 12

Tabel 2.5 Batasan Temperatur Berbagai Refrijeran.............................................. 23

Tabel 3.1 Perbandingan Proses Recovery LPG .................................................... 35

Tabel 3.2 Sifat Fisika dan Kimia CO2 (Perry, 1997)............................................ 36

Tabel 3.3 Perbandingan Teknologi CO2 Removal ............................................... 39

Tabel 3.4 Perbandingan/karakteristik MEA, DEA dan MDEA ............................ 41

Tabel 4.1 Perbandingan Emisi Bahan Bakar Fosil Dari Berbagai Macam

Bahan Bakar ......................................................................................... 48

Tabel 4.2 Spesifikasi Gas Umpan PT. LPG SAGAMA ....................................... 55

Tabel 4.3 Spesifikasi Separator Dua Fasa ............................................................. 56

Tabel 4.4 Spesifikasi Absorber .......................................................................... 56

Tabel 4.5 Spesifikasi Chiller yang digunakan .................................................... 64

Tabel 4.6 Spesifikasi Kolom Deethanizer ........................................................ 66

Tabel 4.7 Spesifikasi reboiler pada kolom Deethanizer ....................................... 68

Tabel 4.8 Batasan Komposisi Gas Jual ........................................................... 69

Tabel 4.9 Spesifikasi Kolom Debutanizer ........................................................ 70

Tabel 4.10 Batasan Komposisi Kondensat ........................................................ 72

Tabel 4.11 Spesifikasi Condenser Debuthanizer ................................................. 72

Tabel 4.12 Spesifikasi Reboiler Debuthanizer ...................................................... 72

Tabel 4.13 Spesifikasi kompresor pada Refrijerasi .............................................. 75

Tabel 4.14 Spesifikasi Heat Exchanger pada Proses Refrigerasi ......................... 76

Tabel 4.15 Spesifikasi Cooling Tower pada Unit Refrijerasi ............................... 76

Tabel 4.16 Kebutuhan Refrijeran ....................................................................... 77

Tabel 4.17 Spesifikasi Air Cooler ...................................................................... 77

Page 15: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

xv

Tabel 4.18 Spesifikasi Tangki Penyimpanan LPG ............................................... 78

Tabel 4.19 Spesifikasi Tangki Penyimpanan Kondensat ...................................... 78

Tabel 4.20 Spesifikasi Produk ............................................................................ 79

Tabel 4.21 Spesifikasi Design Separator ............................................................. 80

Tabel 4.22 Perbandingan jenis Absorber ........................................................... 83

Tabel 4.23 Spesifikasi Genset ............................................................................. 95

Tabel 4.24 Spesifikasi Trafo ............................................................................... 95

Tabel 4.25 Neraca Massa Overall ...................................................................... 97

Tabel 4.26 Neraca Masuk CO2 Removal ............................................................. 98

Tabel 4.27 Neraca Keluar CO2 Removal ............................................................. 99

Tabel 4.28 Neraca Masuk Dehidrasi ................................................................... 100

Tabel 4.29 Neraca Keluar Dehidrasi ................................................................... 101

Tabel 4.30 Neraca Masuk dan Keluar Refrijerasi ................................................ 102

Tabel 4.31 Neraca Energi CO2 Removal ............................................................ 103

Tabel 4.32 Neraca Energi Dehidrasi .................................................................. 103

Tabel 4.33 Neraca Energi Refrigerasi .................................................................. 104

Tabel 4.34 Neraca Energi Fraksinasi .................................................................. 105

Tabel 4.35 Spesifikasi Pompa P-402 .................................................................. 107

Tabel 4.36 Spesifikasi Pompa P-401 ................................................................ 108

Tabel 4.37 Perbandingan Teknologi Pretreatment Air Baku ............................... 116

Tabel 4.38 Kebutuhan Listrik dan Utilitas ......................................................... 118

Tabel 4.39 Lumen Penerangan PT. LPG SAGAMA ........................................... 119

Tabel 4.40 Legenda Plant LPG SAGAMA ....................................................... 124

Tabel 4.41 Cost Unit Fraksinasi ........................................................................ 126

Tabel 4.42 Cost Unti Refrijerasi ........................................................................ 126

Tabel 4.43 Cost Unit CO2 Removal .................................................................. 127

Tabel 4.44 Cost Unit Dehidrasi ........................................................................... 125

Tabel 4.45 Komponen Biaya OPEX PT. LPG SAGAMA .................................. 129

Tabel 4.46 Cash Flow ........................................................................................ 131

Page 16: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

xvi

Tabel 4.47 Perubahan Nilai CAPEX terhadap NPV, IRR dan PBP .................... 134

Tabel 4.48 Perubahan Nilai OPEX terhadap NPV, IRR dan PBP ....................... 134

Tabel 4.49 Perubahan Nilai LPG Cost terhadap NPV, IRR dan PBP ................. 135

Tabel 4.50 Klasifikasi Jenis Kebakaran ............................................................. 151

Tabel 4.51 MSDS LPG ....................................................................................... 159

Tabel 4.52 Analisis Hazard Identification And Risk Assesment Pada

PT. LPG SAGAMA ........................................................................... 160

Tabel 4.53 Analisis Hazard Identification Pada PT LPG SAGAMA .................. 162

Tabel 4.54 Analisis Hazard And Operability Study Hazard Pada

PT. LPG SAGAMA.......................................................................... 166

Page 17: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

xvii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Impor LPG tahun 2010 dan 2011 ....................................................... 49

Grafik 4.2 Sensitivitas NPV terhadap OPEX, CAPEX dan Harga LPG ............ 136

Grafik 4.3 Sensitivitas IRR terhadap OPEX, CAPEX dan Harga LPG .............. 137

Grafik 4.4 Sensitivitas PBP terhadap OPEX, CAPEX dan Harga LPG ............. 137

Page 18: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia dituntut untuk mampu

bersaing dengan negara lain dalam bidang industri. Perkembangan industri di

Indonesia sangat berpengaruh terhadap ketahanan ekonomi Indonesia. Sektor

industri kimia banyak memegang peranan dalam memajukan perindustrian di

Indonesia. Inovasi proses produksi maupun pembangunan pabrik yang baru

yang berorientasi pada pengurangan ketergantungan kita pada produk luar

negeri maupun untuk menambah devisa negara sangat diperlukan, salah

satunya dengan penambahan pabrik LPG.

LPG adalah suatu produk bahan bakar gas yang pada umumnya berupa gas

propane atau butane atau merupakan campuran antara keduanya yang dalam

temperature kamar akan berbentuk dalam fasa gas tetapi dalam tekanan tinggu

atau pada temperature sangat rendah akan berbentuk cair yang tidak berasa, tidak

berwarna, dan tidak berbau. Kelebihan dari LPG yaitu emisi CO2 yang

dikeluarkan lebih sedikit dibanding penggunaan bahan bakar minyak, serta

ketersediaan gas alam yang melimpah sehingga LPG dapat pula dijadikan sebagai

energi alternative pengganti bahan bakar minyak yang semakin menipis

ketersediaannya.

Berdasarkan data produksi, produksi LPG nasional pada tahun 2011-2012

tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan LPG nasional, sehingga pemerintah

Indonesia harus mengimpor LPG untuk dapat memenuhi kebutuhan LPG nasional

(Pertamina, 2013). Oleh karena Indonesia masih mempunyai cadangan gas alam

yang cukup banyak, maka pembangunan LPG Plant yang menggunakan bahan

baku gas alam dapat diupayakan untuk memenuhi kebutuhan LPG Nasional.

Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya

akan Sumber Daya Alam dan disebut juga sebagai Lumbung Energi Nasional.

Berdasarkan data dari Kepala Bidang Energi Dinas Energi dan Sumber Daya

Mineral Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2013, Kalimantan Timur masih

Page 19: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

2

memiliki cadangan sebesar 17,36 TSCF. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan

dalam pemilihan lokasi LPG Plant. Diharapkan dengan dibangunnya LPG Plant di

Kalimantan Timur, dapat memenuhi sebagian dari kebutuhan LPG di Kalimantan

Timur, dan mengurangi kegiatan impor LPG yang terjadi akibat kurang

mencukupinya kebutuhan LPG di Indonesia.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang terdapat didalam perancangan pabrik ini adalah :

1. Bagaimana hasil produksi dari PABRIK LPG SAGAMA dengan gas umpan

yang berasal dari PABRIK TOTAL E&P INDONESIE.

2. Bagaimana tingkat keekonomisan serta kelayakan pembangunan PABRIK

LPG SAGAMA yang berlokasi di Tepi Sungai Mahakam, Jl.Doktor. Fl.

Thobing, Kab. Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

3. Bagaimana pengaruh produksi LPG dalam rangka pemenuhan kebutuhan LPG

di wilayah Kalimantan Timur

1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan ini adalah untuk membuat suatu studi kelayakan LPG

Plant yang ditujukan untuk mensuplai kebutuhan LPG di daerah Kalimantan

Timur. Studi yang akan dilakukan meliputi kelayakan dari sisi teknis dan

ekonomis. Dari sisi teknis yang akan ditinjau adalah proses produksi LPG dengan

menghasilkan LPG jenis mix (campuran C3 dan C4), Sales Gas, dan Kondensat.

Dari segi ekonomis analisa indikator NPV, IRR, Payback Period (PBP) dan

Analisa Sensitivitas untuk menilai kelayakan pembangunan LPG Plant secara

ekonomi.

Page 20: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

3

1.4 BATASAN MASALAH

Lingkup dari laporan perancangan pabrik ini meliputi :

1. Rancangan LPG Plant ini berasal dari kerjasama dengan PABRIK TOTAL

E&P INDONESIE selaku produsen penghasil gas alam

2. Perhitungan jumlah produk yang dihasilkan diperoleh menggunakan kapasitas

gas mengalir, sedangkan perhitungan ukuran alat tiap teknologi menggunakan

kapasitas maksimum yaitu 20 MMSCFD (Metric Millions Standard Cubic

Feets per Days)

3. Biaya yang diperlukan untuk investasi berasal dari modal sendiri (equity

100%)

4. Kajian keekonomian pembangunan PABRIK LPG SAGAMA di Tepi Sungai

Mahakam, Jl. Doktor Fl. Thobing, Kab. Kutai Kartanegara didasarkan pada

beberapa parameter seperti Internal Rate of Return (IRR), Payback Period

(PBP), Net Present Value (NPV) serta analisis sensitivitas terhadap nilai

investasi, harga jual LPG dan biaya produksi per tahun.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan laporan ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang perancangan pabrik yang berlokasi di Kalimantan

Timur, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan sekilas mengenai LPG, meliputi definisi gas alam, definisi

LPG, sifat fisik LPG, deskripsi proses LPG, aspek perekonomian dan analisa

pasar.

Page 21: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

4

BAB III DESKRIPSI DESAIN

Bab ini terdiri atas metode perancangan pabrik meliputi tahap-tahap studi

kelayakan pada LPG Plant yang akan dibuat.

BAB IV DESAIN PABRIK LPG SAGAMA

Pada bab ini data-data dari berbagai referensi yang sudah dikumpulkan

selanjutnya dilakukan pengolahan, analisa, serta pembahasan dari

perancangan LPG Plant

BAB V KESIMPULAN

Dari analisa dan pembahasan ini akan dirangkumkan atau disimpulkan pada

bab ini.

BAB VI REKOMENDASI

Dalam bab ini penulis memberikan saran dari hasil kelayakan pada LPG Plant

untuk pengoperasian di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Bagian ini berisi rujukan yang digunakan dalam menyusun laporan

perancangan pabrik.

Page 22: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

5

BAB II

TINJAUAN PUSAKA

2.1 GAS ALAM

Dalam studi kelayakan ini PABRIK LPG SAGAMA memperoleh umpan

yang berasal dari gas alam, untuk itu diperlukan pemahaman mengenai gas alam

yang akan dijelaskan dalam subbab-subbab di bawah ini.

2.1.1. Definisi Gas Alam

Gas alam merupakan senyawa hidrokarbon yang mudah terbakar dengan

titik didih yang sangat rendah. Komponen utama penyusun gas alam adalah

senyawa metana dengan titk didih sekitar 119 K. Komponen penyusun lainnya

adalah ethana, propana, butana, pentana, heksana, heptana dan oktana serta

mengandung zat pengotor seperti karbon dioksida (CO2), nitrogen (N2) dan

hidrogen sulfida (H2S). Keberadaan senyawa-senyawa pengotor ini akan dapat

mengurangi nilai panas dan merusak sifat-sifat dasar dari gas alam itu sendiri

sehingga untuk mencegah terjadinya hal tersebut maka diperlukan proses

pemisahan gas alam dari senyawa-senyawa pengotornya.

Gas alam dapat digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga, alat

transportasi dan industri petrokimia. Sebagai bahan bakar rumah tangga, gas alam

dapat digunakan bahan bakar tungku pemanas, pemanas air, kompor masak dan

juga pengering pakaian. Saat ini gas alam digunakan sebagai BBG (Bahan Bakar

Gas) untuk alat transportasi bus TransJakarta dan beberapa mobil yang didesain

khusus menggunakan BBG. Sebagai bahan bakar industri, gas alam digunakan

sebagai bahan bakar furnace untuk membakar batubara, keramik dan

memproduksi semen.

Page 23: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

6

2.1.2. Karakteristik Gas alam

Sebelum gas alam dimanfaatkan atau diolah lebih lanjut menjadi produk

tertentu, maka karakteristik atau sifat dari gas alam harus diketahui terlebih

dahulu. Sehingga dalam upaya pengelolaan dapat dilakukan dengan mudah dan

kerugian-kerugian yang mungkin dapat ditimbulkan dapat dihindari. Secara

umum gas alam mempunyai sifat atau karakter sebagai berikut :

a) Pada tekanan di atas 50 psi gas alam bersifat sebagai gas non ideal. Maksudnya

adalah jika diberikan perlakuan tekanan tinggi dan/atau temperatur rendah

sehingga melewati temperatur dan tekanan krisisnya maka gas alam tersebut

akan mengalami perubahan phase dari gas menjadi cair

b) Pada tekanan atmosfir dan temperatur kamar, gas alam berbentuk gas dan lebih

ringan dari udara sehingga gas alam di alam bebas akan mudah menguap

c) Gas alam menghambur atau defuse dalam udara secara cepat terutama jika ada

angin

d) Gas alam dapat dengan mudah membentuk campuran yang mudah terbakar

(flammable) jika kontak dengan sumber panas. Dalam batas flammability gas

alam, sumber api yang terbuka dapat menyambar gas alam yang bersangkutan

e) Tekanan gas alam tergantung kepada tekanan sumber atau tekanan pengaliran,

dan jika terjadi kebocoran sulit dideteksi karena gas alam tidak berbau dan

berwarna. Biasanya gas alam diberi zat pembau (odorant) untuk tujuan

keamanan penggunaan

f) Gas alam yang telah dihilangkan unsur pengotornya (impurities) tidak korosif

terhadap bahan metal (baja, tembaga, aluminium)

g) Gas alam tidak mempunyai sifat pelumasan terhadap metal dan mempunyai

sifat pelarut (solvent) terutama terhadap bahan karet. Kondisi ini perlu

dicermati jika ada peralatan yang digunakan untuk penanganan gas alam yang

komponennya terdiri dari bahan karet

Page 24: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

7

Gas alam digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu associated gas dan non

associated gas. Associated gas merupakan gas alam yang terdapat dalam sumur

minyak dan keluar tercampur dengan minyak mentah (crude oil). Non associated

gas merupakan gas alam yang berasal dari sumur gas dan keluar bersama

kondensat. Associated gas umumnya mengandung komponen fraksi berat yang

lebih banyak dibandingkan dengan non associated gas.

Ditinjau dari komponen penyusun senyawa gas alam, gas alam merupakan

suatu campuran senyawa-senyawa hidrokarbon yang terakumulasi di bawah tanah

dengan komposisi metana (CH4), ethana (C2H6), propana (C3H8), butana (C4H10)

dan komponen hidrokarbon lebih berat lainnya. Di samping itu gas alam juga

mengandung unsur impuritis seperti senyawa asam sulfida (H2S, COS, RSH),

karbondioksida (CO2) serta air raksa (Hg).

2.1.3. Spesifikasi Gas Alam Komersial

Umpan gas alam yang digunakan dalam kilang LPG adalah senyawa

hidrokarbon berbentuk gas yang sebagian besar methana, ethana, propana dan

butana serta sedikit kandungan komponen hidrokarbon lebih berat lainnya serta

gas ikutan yang bersifat pengotor (impuritis).

Berdasarkan komposisi kimia, gas alam digolongkan sebagai sweet gas

atau sour gas. Sweet gas adalah gas alam yang tidak mengandung komponen

sulfida sedangkan sour gas adalah gas alam yang mengandung hidrogen sulfida

dalam jumlah banyak sehingga adanya komponen tersebut gas akan bersifat

korosif.

Berdasarkan komposisi fasa, gas alam dapat digolongkan menjadi gas

kering (dry gas) dan gas basah (wet gas). Dry gas adalah gas alam yang

mengandung kondensat lebih kecil dari 0.1 gallon dalam 1000 cuft gas.

Sedangkan wet gas adalah gas alam yang mengandung kondensat lebih besar dari

0.3 gallon dalam 1000 cuft gas.

Page 25: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

8

Spesifikasi gas alam yang digunakan sebagai feed gas sebagai berikut :

Tabel 2.1 Feed Gas

Komponen Fraksi mol

Metana 0.7862

Etana 0.0959

Propana 0.0471

Butana 0.0091

i-Butana 0.0245

Pentana 0.0004

i-Pentana 0.0006

Heksana 0.0000

Heptana 0.0001

Nitrogen 0.0015

CO2 0.0278

H2S 0.0023

H2O 0.0044

Sedangkan gas alam yang digunakan untuk tujuan komersial pada umumnya

memiliki spesifikasi seperti yang tertera pada tabel 2.2 (MCAllister, 1992).

Tabel 2.2 Spesifikasi Gas Alam Komersial

Sifat Gas Alam Persyaratan

Nilai kalor >950 Btu/ft3

Kemurnian Bebas dari debu, getah, minyak bumi, dan hidrokarbon

yang dapat dicairkan pada temperatur lebih dari 15oF pada

tekanan 800 psig

Kandungan sulfur < 1 grain (0.065 gram) H2S per 100 ft3 gas

< 20 grain sulfur total per 100 ft3 gas

Kandungan CO2 < 2% CO2

Kandungan uap lembab < 4 lb uap air per MMcf gas pada P= 14.4 psi dan T= 60oF

Temperatur Maksimal pada titik pengiriman 120oF

Page 26: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

9

2.2 LIQUEFIED PETROLEUM GAS

Liquefied Petroleum Gas (LPG) terdiri dari campuran utama propane dan

butane dengan sedikit presentase hidrokarbon tidak jenuh (propilen dan butilen)

dan beberapa fraksi C2 yang lebih rungan dan C5 yang lebih berat. Senyawa yang

terdapat dalam LPG adalah propane (C3 H8), propilen (C3 H6), normal dan iso-

butana (C4 H10) dan butilen (C4 H8). LPG merupakan campuran dari hidrokarbon

tersebut yang berbentuk gas pada tekanan atmosfir, namun dapat diembunkan

menjadi bentuk cair pada suhu normal, dengan tekanan yang cukup besar.

Walaupun digunakan sebagai gas, namun untuk kenyamanan dan kemudahannya,

disimpan dan ditransport dalam bentuk cair dengan tekanan tertentu. LPG cair,

jika menguap membentuk gas dengan volume sekitar 250 kali.

Gambar 2.1 Skema recovery minyak-gas (Sumber : EIA US)

Gambar tersebut menunjukkan beberapa cara pengambilan gas alam dari

alam. Proses pengambilan gas alam merupakan proses industri yang kompleks

dirancang untuk membersihkan gas alam mentah dengan memisahkan kotoran dan

berbagai non-metana hidrokarbon dan cairan untuk menghasilkan apa yang

dikenal sebagai dry natural gas. Pengolahan Gas alam dimulai dari sumur bor.

Page 27: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

10

Komposisi gas alam mentah yang diekstrak dari sumur bor tergantung pada jenis,

kedalaman, dan kondisi geologi daerah. Minyak dan gas alam sering ditemukan

bersama-sama dalam yang sama reservoir.

Gas alam mentah berasal dari salah satu dari tiga jenis sumur :

1. Sumur minyak mentah ;

2. Sumur gas ;

3. Sumur kondensat.

Gas alam yang dihasilkan dari sumur minyak umumnya diklasifikasikan

sebagai associated-dissolved, yang berarti bahwa gas alam dilarutkan dalam

minyak mentah. Kebanyakan gas alam mengandung senyawa hidrokarbon, contoh

seperti gas metana (CH4), benzena (C6H6), dan butana (C4H10). Meskipun

mereka berada dalam fase cair pada tekanan bawah tanah, molekul-molekul akan

menjadi gas pada saat tekanan atmosfer normal. Secara kolektif, mereka disebut

kondensat atau cairan gas alam (NGLs).

Gas alam yang keluar dari sumur gas dan sumur kondensat, di mana ada

sedikit atau bahkan tidak ada kandungan minyak mentah disebut non-associated

gas. Sumur gas biasanya hanya memproduksi gas alam mentah, sedangkan sumur

kondensat menghasilkan gas alam mentah bersama dengan hidrokarbon berat

molekul rendah. Gas ini pada fase cair pada kondisi ambient contoh; pentana

disebut sebagai gas alam kondensat (kadang-kadang juga disebut bensin alami

atau hanya kondensat).

LPG dapat diperoleh dengan dua cara yaitu dengan mengekstraksi LPG

dari aliran-aliran minyak mentah dan mengekstraksi LPG dari aliran gas alam

pada atau dekat reservoir yang mengandung propane dan butana. Perolehan LPG

dari lapangan gas sangat bergantung dari komposisi gas alam yang dihasilkan

sumur gas. Gas dengan karakteristik ringan atau mengandung sedikit hidrokarbon

menengah dan berat umumnya kurang ekonomis untuk dijadikan umpan produksi

LPG. Hal ini disebabkan proses produksi LPG dari Metana memerlukan konversi

kimiawi hidrokarbon yang tidak murah. Di lain pihak, gas alam yang mengandung

Page 28: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

11

banyak komponen hidrokarbon menengah (C3, C4, C5) umumnya sesuai sebagai

umpan produksi LPG.

2.2.1 Penggolongan LPG

Pabrik LPG SAGAMA memproduksi LPG jenis LPG campuran, yaitu

LPG yang mengandung propana dan butana dengan ditambahkan mercaptant

sebagai zat pembau. Berdasarkan jumlah kandungan komponen utamanya, LPG

dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu (Pertamina,2012):

a. LPG Propana

LPG jenis ini mengandung propana 95% volume dan ditambahkan dengan

pembau (mercaptant). LPG propana memiliki harga yang paling tinggi dan

umunya digunakan oleh negara dengan empat musim

b. LPG Butana

LPG jenis ini mengandung butana 97,5% volume dan ditambahkan zat

pembau. LPG butana biasanya lebih cocok digunakan oleh negara-negara

yang mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun. LPG butana setelah

melalui proses deisobutanizer mengandung sedikit propana dan isobutana.

Dalam gas alam, rasio normal butana terhadap isobutana adalah 2:1.

c. LPG Mix

LPG mix merupakan campuran antara propana dan butana dengan komposisi

propana sekitar 70-80% dan butana 20-30% volume dan ditambahkan zat

pembau (mercaptant). Umumnya digunakan untuk bahan bakar rumah tangga.

2.2.2 Sifat Fisik LPG

Pada Tabel 2 merupakan sifat-sifat fisik dari komponen utama LPG. Selain

komponen utama tersebut, terdapat juga komponen lain dalam jumlah kecil

seperti senyawa sulfur, air dan sisa minyak dan tar.

Page 29: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

12

Tabel 2.3 Sifat Fisik dari Komponen Utama LPG

Komponen

Titik Didih

(101.3 kPa)

oC

Tekanan

uap

Densitas cairan

(tekanan jenuh)

(15.6 oC), kg/m

3

Nilai kalor kotor

(25 oC), KJ/kg

Propana -42.1 1310 506.0 50014

Propena -47.7 1561 520.4 48954

n-butana -0.5 356 583.0 49155

Isobutana -11.8 498 561.5 49051

1-butena -6.3 435 599.6 48092

Cis-2-butena 3.7 314 625.4 47941

Trans-2-butena 0.9 343 608.2 47878

Isobutena -6.9 435 600.5 47786

2.2.3 Spesifikasi LPG

Berikut ini merupakan tabel spesifikasi LPG On-Spec (Handbook of Gas

Engineers, 1965) yang umumnya digunakan secara komersial. PT SAGAMA

menghasilkan produk LPG campuran yang mengikuti spesifikasi LPG On-Spec.

Tabel 2.4 Spesifikasi LPG On-Spec

Komposisi Propana Butana Campuran

C2(%Vol) 3.3 <0.1 1.7

C3(%Vol) 92.5 13.5 53

i-C4(%Vol) 3.2 35.7 19.4

n-C4(%Vol) 1 49.5 25.3

i-C5(%Vol) - 0.8 0.4

n-C5(%Vol) - 0.4 0.2

C6(%Vol) - 0.1 -

H2S (ppm) < 1 < 1 < 1

Mercaptant (ppm) 2.4 1.8 2.1

SG (15.5 oC) 0.5135 0.5681 0.5408

Page 30: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

13

RVP (psig) 234 96 205

Nilai Kalor (Btu/lb)

- Gross 21500 21200 21350

- Net 19900 19700 19800

2.2.4 Deskripsi Proses

Sebagian besar kandungan gas alam merupakan metana dengan sebagian

kecil berupa etana, propana, butana, dan hidrokarbon yang jumlahnya beragam.

Sebagian etana dan komponen yang lebih berat dipisahkan dari kilang pengolahan

gas sehingga menghasilkan LPG dan hidrokarbon bertitik didih lebih tinggi

tergantung pada spesifikasi gas yang dibutuhkan oleh konsumen (BP Migas,

2008).

2.2.4.1 Pemisahan LPG di Kilang Pengolahan Gas

Proses pemisahan komponen C3 dan C4 dari gas alam dilakukan terhadap

gas alam yang sudah dikurangi kadar air dan gas-gas asamnya (H2S, merkaptan,

CO2). Sejumlah teknologi dasar pemisahan yang dikenal dalam rancangan LPG

plant yang terintegrasi dengan proses produksi di lapangan gas adalah sebagai

berikut :

Pemisahan dengan cara penyerapan komponen C3-C4 oleh hidrokarbon cair

ringan (light oil absorption), diikuti dengan pemisahan kembali C3-C4 dari

hidrokarbon cair dengan cara distilasi;

Pemisahan dengan cara mendinginkan gas-gas C3-C4 dengan siklus refrijerasi

hingga di bawah titik embunnya, sehingga gas-gas tersebut terpisah sebagai

produk cair;

Pemisahan dengan cara pendinginan gas alam, dengan memanfaatkan

peristiwa penurunan temperatur gas jika dikurangi tekanannya secara

mendadak, sehingga komponen C3-C4 mengalami pengembunan;

Pemisahan komponen C3-C4 dengan menggunakan membran dengan ukuran

pori sedemikian sehingga komponen yang lebih ringan (C1-C2) mampu

Page 31: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

14

menerobos membran, sedangkan komponen LPG tertinggal dalam aliran gas

umpan.

Berikut kelompok-kelompok teknologi pemisahan LPG :

a. Pemisahan dengan hidrokarbon cair ringan (Lean oil Absorption)

Dalam proses ini, gas umpan mula-mula didinginkan melalui pertukaran

panas dengan gas residu hasil pemisahan LPG. Gas umpan kemudian diumpankan

ke kolom absorber, dimana komponen C3 C4 diserap oleh aliran hidrokarbon

kerosin yang mengalir berlawanan arah dengan gas umpan. Kerosin yang jenuh

dengan komponen LPG (rich oil) kemudian diumpankan di kolom deDthanizer

untuk memisahkan komponen gas-gas ringan (metana dan etana), sebelum di

umpankan ke kolom stripper (disebut juga dengan still column). Di dalam still

column, kerosin yang membawa komponen LPG dipanaskan, sehingga gas-gas C3

C4 terlepas ke puncak kolom dan ditarik keluar sebagai gas produk. Gas produk

ini selanjutnya dikompresi sehingga mengenbun menjadi LPG.

Proses lean oil dewasa ini sudah ditinggalkan karena sulit untuk

dioperasikan, dan kurang andal karena kerosin yang digunakan sebagai penyerap

cenderung mengalami degtadasi terhadap waktu. Selain itu, teknologi ini memiliki

efisiensi pemisahan LPG yang relative rendah, yakni 80% untuk C3, 90% untuk

C4, dan 98% untuk fraksi berat (C5+).

b. Pemisahan melalui Refrijerasi

Proses ini berintikan pendinginan gas alam umpan di bawah temperature

pengembunan fraksi LPG dengan menggunakan refrijeran berupa gas propane

atau Freon. Gas umpan terlebih dahulu diturunkan kadar airnya dengan cara

dehidrasi dengan glikol. Glikol mengikat air dari gas umpan, sehingga

kecenderungan gas untuk membentuk hidrat selama proses pengembunan LPG

dapat ditekan. Glikol yang telah jenuh dengan air dapat dipulihkan kembali

dengan cara pemanasan, sebelum dikembalikan ke proses pemisahan LPG.

Gas alam umpan yang telah didehidrasi selanjutnya diunpankan ke unit

chiller, dimana gas didingiknan oleh refrijeran. Pendinginan ini menyebabkan

terbentuknya tiga fasa, yakni arutan glikol dan air, campuran hidrokarbon cair

Page 32: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

15

yang terutama dari LPG yang melarutkan gas-gas ringan (metana dan etana), serta

fasa gas hidrokarbon ringan yang tidak terembunkan. Larutan glikol air

dikembalikan ke unit pemekatan glikol. Aliran gas yang tidak terembunkan dapat

digabungkan dengan sales gas ke pipeline, atau dimanfaatkan untuk bahan bakar

untuk kebutuhan utilitas pabrik. Aliran hidrokarbon cair selanjutnya diumpankan

ke kolom distilasi untuk dikurani kadar gas ringannya. Pengurangan kadar gas

ringan ini berlangsung pada temperature rendah, yakni sekitar 30 F. produk

dikeluarkan dari sebagian dasar kolom distilasi ini.

Proses pemisahan LPG yang menerapkan teknologi refrijerasi memiliki

efisiensi yang cukup tinggi sekitar 85% untuk komponen C3, 94% untuk C4, dan

98% untuk fraksi hidrokarbon cair berat (C5+). Komposisi dan karakteristik

tekanan uap produk LPG dapat dikendalikan dengan mengatur tekanan dan

temperatur operasi kolom distilasi produk.

c. Pemisahan dengan pendinginan kriogenik

Pada proses ini, fraksi LPG dipisahkan dengan cara pendinginan, yang

dihasilkan efek penurunan temperatur gas karena penurunan tekanan secara

mendadak. Penurunan tekanan gas umpan ini dapat diperoleh dengan cara

mengalirkan gas umpan bertekanan tinggi melalui katup ekspansi Joule-

Thompson (J-T valve), atau melalui unit turboexpander. Ekspansi gas secara

mendadak ini dapat menghasilkan temperatur sangat rendah, yakni sekitar -100

hingga -150 oF. Temperatur ini jauh lebih rendah daripada yang dapat dicapai

pada proses refrijerasi.

Dalam proses ini, gas umpan bertekanan tinggi (sekitar 1000 psi) mula-

mula dikurangi kadar airnya melalui kontak dengan glikol di unit dehidrator. Gas

umpan yang telah kering kemudian didinginkan oleh gas keluaran dari unit

turboexpander utama atau unit J-T valve. Pendinginan ini terjadi di bawah

temperatur pengembunan C3-C4, sehingga terjadi pemisahan komponen-

komponen LPG tersebut ke dalam fasa cair. Fasa cair LPG ini dipisahkan dari

aliran sisa gas yang tidak mengembun dalam unit Cold Separator.

Sisa gas dari Cold Separator diumpankan ke J-T valve atau

Turboexpander sehingga mengalami penurunan temperatur secara drastis. Fraksi

Page 33: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

16

cair dari Cold Separator diumpankan ke kolom De-Methanizer, yang berfungsi

menghilangkan gas-gas ringan (komponen C1-C2) dari fraksi C3-C4 cair melalui

proses pemanasan dan distilasi. Produk LPG dikeluarkan dari bagian dasar kolom

De-Methanizer, sedangkan gas ringan dari bagian puncak kolom digunakan untuk

mendinginkan gas umpan.

Proses kriojenik ini memungkinkan temperatur pemisahan yang lebih

rendah daripada proses-proses pemisahan LPG lainnya, sehingga memberikan

efisiensi pemisahan yang tertinggi. Persentase pemisahan yang dapat dicapai oleh

proses kriojenik adalah sekitar 60% untuk komponen C2 (yang tidak dapat

dipisahkan oleh proses-proses lainnya), 90% untuk C3, dan hampir 100% untuk

komponen C4+. Proses kriojenik merupakan proses pemisahan LPG yang paling

banyak digunakan di dunia, yang disebabkan oleh efisiensi pemisahan yang

tertinggi dibandingkan dengan proses-proses lainnya.

2.2.4.2 Teknologi Kilang LPG

Teknik recovery yang paling umum adalah menggunakan refrijerasi untuk

memperoleh recovery LPG yang lebih tinggi. Hal ini juga yang mendasari

PABRIK LPG SAGAMA untuk mengaplikasikan teknologi refrijerasi.

Dalam proses ini fraksi LPG dikondensasi dari aliran gas bumi. Cairan

yang terpisahkan tersebut kemudian difraksionasi untuk memisahkan komponen-

komponen LPG. Teknologi proses yang umum digunakan dalam proses recovery

LPG dengan refrijerasi ada dua yaitu proses LTS (Low-Temperature Separation)

dan proses PROMAX. Berikut dibawah ini adalah penjelasan dari masing-masing

teknologi.

a. Low-Temperature Separation (LTS)

Refrijerasi gas bumi yang mengandung LPG dapat dilakukan dengan

pertukaran panas yang menggunakan aliran refrijeran eksternal atau secara

cascade (pertukaran panas bertingkat dengan beberapa refrijeran eksternal).

Refrijerasi eksternal yang digunakan pada Gambar 2.2 adalah refrijerasi propana

alur tertutup (closed-loop propane refrigeration).

Page 34: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

17

Gambar 2.2 Skema LPG Recovery Dengan Low-Temperature Separation

(Sumber : BP Migas)

Umpan gas dikontakkan dengan aliran gas yang keluar dari high pressure

separator (a). Aliran umpan tersebut didinginkan lagi dengan refrijeran eksternal

propana yang sangat dingin untuk mengkondensasi fraksi LPG di separator (b).

Kondensat yang terbentuk kemudian diumpankan ke kilang fraksionasi.

Kilang fraksionasi terdiri dari Demethanizer, Deethanizer, dan

debutanizer untuk memisahkan komponen-komponen LPG. Jika tidak ada etana

berlebih, maka kolom Demethanizer and Deethanizer dapat digabung menjadi

satu kolom. Keuntungan utama proses tipe ini adalah sederhana dan pressure drop

rendah.

Sebagai alternatif, pendinginan gas bisa dilakukan oleh suatu sirkuit

refrijerasi cascade. Sirkuit ini dapat menggunakan campuran etana-propana,

propana-etilena, atau propana-etana-metana-nitrogen (disebut mixed refrijerant).

Sirkuit cascade etana-propana menghasilkan temperatur yang lebih rendah

Page 35: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

18

dibandingkan sirkuit propana tunggal. Karena itu, metode refrigerasi yang dipilih

bergantung pada recovery etana dan LPG yang diinginkan. Recovery LPG yang

tinggi dibutuhkan di kilang pengolahan gas untuk memenuhi spesifikasi titik

embun (dew point) gas yang siap dijual (sales gas).

b. Proses PROMAX

Jenis teknologi ini dapat digunakan untuk recovery propana dan

komponen berat lainnya dari suatu pengilangan dan dari associated natural gas

bertekanan rendah. Gambar 2.3 menunjukkan skema peralatan proses PROMAX

(Hydrocarbon Handbook,2004).

Gambar 2.3 Skema Recovery LPG Dengan Menggunakan PROMAX

(Sumber: Hydrocarbon Processing’s Gas Process Handbook)

Gas hidrokarbon bertekanan rendah ditekan dan dikeringkan sebelum

didinginkan pada HE dan refrijeran propana. Aliran gas umpan yang telah

didinginkan dikontakkan dengan cairan etana yang direcycle dari kolom absorber

propana. Overhead dari menara ini kemudian didinginkan dan dikondensasikan

dengan refrijeran propane untuk menghasilkan aliran refluks yang komposisinya

hampir semuanya adalah etana. Aliran slip dari refluks dikembalikan dan

direcycle menuju kolom absorber propana. Bagian bawah dari kolom Deethanizer

Page 36: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

19

mengandung komponen propane dan komponen berat lainnya yang kemudian

dapat diproses melalui fraksionasi konvensional.

2.2.5 Penyimpanan LPG

LPG (liquefied petroleum gas) terdiri dari campuran utama propan (C3H8)

dan butan (C4H10) dan beberapa fraksi C2 yang lebih ringan dan C5 yang lebih

berat. LPG merupakan campuran dari hidrokarbon tersebut yang berbentuk gas

pada tekanan atmosfir, namun dapat diembunkan menjadi bentuk cair pada suhu

normal, dengan tekanan yang cukup besar. Walaupun digunakan sebagai gas,

namun untuk kenyamanan dan kemudahannya, disimpan dan ditransport dalam

bentuk cair dengan tekanan tertentu. LPG cair, jika menguap membentuk gas

dengan volum sekitar 250 kali. (Perry, 1999)

Untuk memungkinkan terjadinya ekspansi panas (thermal expansion) dari

cairan yang dikandungnya, tabung LPG tidak diisi secara penuh, hanya sekitar

80% - 85% dari kapasitasnya. Tekanan dimana LPG berbentuk cair sering disebut

tekanan uap. Tekanan ini bervariasi, tergantung komposisi dan temperatur.

Sebagai contoh, dibutuhkan tekanan sekitar 220 kPa (2,2 bar) bagi butana murni

pada 20 °C (68 °F) agar mencair, dan sekitar 2,2 MPa (22 bar) bagi propana murni

pada 55°C (131 °F).

Tangki penyimpanan atau storage tank menjadi bagian yang penting

dalam suatu proses industri kimia karena tangki penyimpanan tidak hanya

menjadi tempat penyimpanan bagi produk dan bahan baku tetapi juga menjaga

kelancaran ketersediaan produk dan bahan baku serta dapat menjaga produk atau

bahan baku dari kontaminan ( kontaminan tersebut dapat menurunkan kualitas

dari produk atau bahan baku ).

Storage tank di desain dalam berbagai macam ukuran kapasitas serta

desain konstruksi yang masing masing dibedakan menurut penggunaannya.

Tangki dalam industri perminyakan dengan berbagai macam jenis fluida yang

ditampung, seperti minyak yang mudah menguap (volatility), bertekanan tinggi

dan mudah terbakar harus dibangun dengan memperhatikan beberapa persyaratan.

Page 37: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

20

Penyimpanan LPG diklasifikasikan sebagai pressurized storage pada

temperatur lingkungan, refrigerated storage pada tekanan lingkungan dan

semirefrigerated storage pada tekanan sedang. Pressure storage tank umumnya

250 psi untuk propana dan 125 psi untuk butana. Angka-angka ini sesuai dengan

tekanan uap kedua komponen pada temperatur lingkungan maksimum yang

mungkin terjadi. Untuk penyimpanan dengan tonase rendah (hingga 100 ton),

bejana biasanya berbentuk silinder yang diletakkan horisontal atau vertikal. Untuk

tonase yang lebih besar (hingga kapasitas 1500 ton), penyimpanan dilakukan di

spherical vessel.

Untuk penyimpanan yang lebih besar dari 1500 ton, harus menggunakan

pressurised spherical vessel atau refrigerated storage. Storage ini berfungsi untuk

menyimpan produk LPG pada titik didih atmosferik (yaitu –42 °C untuk propana

dan –4 °C untuk butana). Tekanan tangki biasanya sekitar 15 psi. Boil-off vapor

biasanya dicairkan oleh sistem refrigerasi. Propana di semirefrigerated storage

disimpan pada temperatur –10°C dimana tekanan uapnya adalah 46 psi.

PABRIK LPG SAGAMA memiliki 3 buah Storage tank dengan

spesifikasi sebagai berikut :

Kapasitas Tank = 35 ton,

Diameter = 20 m, dan

Tinggi = 10 m

Page 38: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

21

Konstruksinya dapat dilihat seperti gambar di bawah ini.

Gambar 2.4 Kontruksi Storage Tank

LPG disimpan di dalam tangki khusus dengan internal layer dari logam

(9% nikel) pada suhu yang sangat rendah (cryogenic temperature), insulation

yang baik, beton luar yang tebal, dan atap melengkung sehingga tangki mampu

menampung 110% volume LPG didalamnya.

Gambar. 2.5 Lapisan Tangki Penyimpanan LPG

Page 39: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

22

2.2.6 Sistem Refrijerasi

Sistem refrijerasi memberi kemungkinan untuk menurunkan temperatur

suatu fluida hingga mencapai temperatur yang lebih rendah dibandingkan jika

menggunakan air atau udara sebagai media pendingin. Temperatur rendah yang

diinginkan bergantung kepada tujuan dari setiap proses (Campbell,1984).

2.2.6.1 Pemilihan Sistem Refrijerasi

Sistem Refrijerasi yang sering digunakan dalam pengolahan LPG adalah

sistem Cascade dimana temperatur yang ingin dicapai sangat rendah, yakni

dibawah 40 oF. Sistem cascade menggunakan lebih dari satu jenis refrijeran dan

melakukan refrijerasi secara bertahap. Pada umumnya, sistem cascade

menggunakan refrijeran propana-etana. Alternatif dari refrijeran sistem cascade

adalah penggunaan Mixed Refrigerant atau refrijeran campuran, Komponen yang

lebih ringan berfungsi untuk menurunkan temperatur evaporasi sedangkan

penggunaan komponen yang lebih berat memungkinkan kondensasi terjadi pada

temperatur ambient. Proses evaporasi dari campuran refrijeran ini berlangsung

pada jangkauan temperatur berbeda dengan yang terjadi pada komponen tunggal.

Komposisi dari Mixed Refrigerant pada umumnya disesuaikan untuk

memenuhi kurva pendinginan dari fluida proses yang digunakan. Pertukaran kalor

terjadi pada Heat Exchanger dengan aliran countercurrent dan juga tipe plate-fin.

2.2.6.2 Pemilihan Refrijeran

Refrijeran yang ideal bersifat tidak beracun, tidak korosif, memiliki sifat

fisik dan PVT yang cocok dengan kebutuhan sistem serta memiliki kalor laten

penguapan yang tinggi. Pada proses pengolahan gas, refrijeran yang umum

digunakan adalah propana, amonia atau R-22. Proses refrijeran tersebut dilakukan

untuk mencapai temperatur rendah yang diinginkan yang terjadi sekitar -40 oF.

Refrijeran metana dan etilena biasanya digunakan pada kondisi kriogenik. Batas

temperatur operasi untuk setiap jenis refrijeran ditunjukan pada Tabel 2.9.

Page 40: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

23

Tabel 2.5 Batasan Temperatur Berbagai Refrijeran

Refrijeran Temperature (0C)

Cooling Water Ambien

Propana -40

Etilena -101

Metana -157

Nitrogen -196

Hidrogen -251

Helium -268

2.3 RANTAI SUPLAI LPG

LPG merupakan gas hidrokarbon yang prosesnya dicairkan dengan

tekanan sehingga lebih efisien dalam penyimpanan, pengangkutan serta

penanganannya. Dalam kegiatan sehari-hari, LPG banyak digunakan sebagai

bahan bakar sektor rumah tangga (residensial), restoran, industri dan juga

bermanfaat sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. LPG umumnya banyak

dikonsumsi masyarakat tingkat menengah dengan kebutuhan yang selalu

meningkat setiap tahunnya

Dalam penyaluran dan distribusinya, LPG disalurkan dari suatu tempat ke

tempat lainnya, sebagai contoh yakni dari kilang ke LPG Filling Plant, dan atau

dari LPG Filling Plant ke Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji

(SPPBE) atau bias juga ke Depot Supply Point, yang kemudian akan disalurkan ke

dealer dan ke pelanggan.

Sumber utama bahan baku LPG dibeli dari PABRIK Total E&P Indonesie

yang dialirkan menggunakan pipa ke perusahaan kilang gas PABRIK LPG

Sagama. Kemudian gas alam diproses hingga didapatkan LPG yang akan dijual ke

PABRIK Pertamina dengan mengunakan truk tangki LPG. Truk tangki

merupakan sarana transportasi yang paling banyak digunakan untuk

memindahkan LPG dari kilang-kilang gas, fasilitas terminal LPG, fasilitas

produksi terpusat di lapangan gas, atau dari depo-depo distribusi sekunder yang

Page 41: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

24

tersebar di daerah. Dua kategori utama truk tangki LPG digunakan di Indonesia,

yakni kategori truk kecil dengan kapasitas 2-9,5 ton, dan kategori truk besar / semi

trailer dengan kapasitas 10, 12 atau 15 ton. Pemilihan kapasitas truk tergantung

pada kebutuhan pembeli, serta spesifikasi jalan yang dilalui truk tangki.

LPG dikirim dari titik-titik penyaluran dalam bentuk cair ke fasilitas

penampungan utama (primary storage) dimana LPG ditampung dengan proses

refrigerasi dan pressurization yang siap dibeli oleh reseller. Setelah dibeli, LPG

biasanya dikirim ke bulk distribution depot dan cylinder filling Plant

menggunakan coastal tanker, railcar atau bulk road tanker. Dari bulk distribution

depot dan cylinder filling Plant, tangki pendistribusi berukuran kecil menyalurkan

LPG ke konsumen. Proses dari produksi ke konsumen diperlihatkan pada gambar

dibawah ini.

Page 42: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

25

Gambar 2.6 Rantai Suplai LPG

Lapangan

Gas Bumi

Transportasi Pengolahan

Gas

LPG Storage Transportasi Depot LPG

Pertamina

Pengisian

Tabung Gas Transportasi

Rumah

Tangga

Industri

Page 43: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

26

2.4 LOKASI PABRIK LPG SAGAMA KALIMANTAN TIMUR

Letak geografis suatu pabrik sangat berpengaruh terhadap

kelangsungan pabrik tersebut. Untuk itu sebelum mendirikan suatu pabrik

perlu dilakukan suatu survey untuk mempertimbangkan faktor-faktor

penunjang yang saling berkaitan. Beberapa faktor yang harus

dipertimbangkan untuk menentukan lokasi pabrik agar secara teknis dan

ekonomis pabrik yang didirikan akan menguntungkan antara lain: sumber

bahan baku, pemasaran, penyediaan tenaga listrik, penyediaan air, jenis

transportasi, kebutuhan tenaga kerja, perluasan areal pabrik, keadaan

masyarakat, karakteristik lokasi, kebijaksanaan pemerintah dan buangan

pabrik.

Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya

akan Sumber Daya Alam dan disebut juga sebagai Lumbung Energi Nasional.

Provinsi ini memiliki visi yakni untuk menjadi “Pusat Agroindustri dan Energi

Terkemuka”. Hal ini dikarenakan potensi alam yang ada pada provinsi cukup

banyak masih dapat dikembangkan.

Menurut Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Kalimantan

Timur, potensi alam yang terdapat di Kalimantan Timur dapat diuraikan sebagai

berikut :

a. Energi Tak Terbarukan

Batu bara

Sumber Daya Batu Bara di Provinsi Kalimantan Timur yakni sebanyak

28,93 Milliar Ton dengan cadangan 9,2 Milliar Ton. Sedangkan produksi

Batubara sebanyak 203,6 Juta Ton atau 65% dari total Nasional.

Minyak bumi

Cadangan Minyak bumi di Provinsi Kalimantan Timur sebanyak 670,00

MMSTB atau 11% dari total Nasional. Sedangkan produksinya sebanyak

47,44 MMSTB atau 16,3% dari total Nasional.

Page 44: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

27

Gas Alam

Cadangan Gas Alam di Provinsi Kalimantan Timur paling banyak terdapat

di Tepi Sungai Mahakam yang mencpaai 17,36 TSCF atau 24,3% dari total

Nasional. Sedangkan produksinya sebanyak 0,822 TSCF atau 36,0% dari

total Nasional.Gas Alam ini dapat dijadikan bahan pembangkit listrik,

produk plastik dan pupuk.

Gas Methana

Cadangan Gas Methana di Provinsi Kalimantan Timur sebanyak 108,3

TSCF atau 23,5% dari total Nasional. Sedangkan produksinya sebanyak 0,5

MMSCFD

b. Energi Terbarukan

Tenaga Air

Potensi Tenaga Air di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 6.969,9 MW

Tenaga Biomass dengan pembangunannya sebesar 0,4 MW

Potensi Tenaga Biomass di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 4.710 MW

dengan pembangunannya sebesar 160 MW.

Tenaga Surya

Potensi Tenaga Surya di Provinsi Kalimantan Timur sebanyak 24.627 unit

yang tersebar di 482 desa.

Pemilihan lokasi di Tepi Sungan Mahakam, Klimantan Timur dikarenakan

berdasarkan gambar 2.6 Penyebaran Cadangan Migas, Kalimantan Timur masih

semiliki cadangan gas alam yang cukup besar, yaitu 17.36 TSCF.

Page 45: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

28

Gambar 2.7 Persebaran Cadangan Migas

(Sumber : Dirjen Migas, 2012)

Page 46: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

29

2.5 TEORI EKONOMI

Analisa keekonomian dilakukan terhadap PABRIK LPG SAGAMA yang

akan dibangun dengan tujuan untuk melihat apakah pabrik tersebut feasible, serta

viable atau tidak, maka digunakan beberapa parameter. Feasible atau tidaknya

proyek yang akan dihitung tersebut akan dilihat berdasarkan berbagai faktor yakni

(1) Payback Period-nya yang menyatakan kapan modal yang akan diinvestasi

dapat kembali, (2) Internal Rate of return, (3) NPV (Net Present Value), serta

analisa sensitivitas untuk melihat perubahan nilai ekonomis apabila terjadi

perubahan terhadap faktor tertentu.

Untuk dapat melakukan perhitungan atau analisa tersebut, maka harus

dilakukan perhitungan besarnya total investasi (total capital investment) serta

biaya operasi yang akan dikeluarkan selama masa operasi dari pabrik yang akan

dibangun.

2.5.1 Net Present Value (NPV)

NPV (net present value) merupakan nilai dari proyek yang bersangkutan

yang diperoleh berdasarkan selisih antara cash flow yang dihasilkan terhadap

investasi yang dikeluarkan.

NPV > 0 (nol) → usaha/proyek layak (feasible) untuk dilaksanakan.

NPV < 0 (nol) → usaha/proyek tidak layak (feasible) untuk dilaksanakan.

NPV = 0 (nol) → usaha/proyek berada dalam keadaan BEP dimana TR=TC dalam

bentuk present value.

2.5.2 Payback Periode (PBP)

Metode periode pengembalian, menghitung lamanya periode proyek yang

berkaitan dengan seberapa cepat recovery investasi. Metode ini menghitung

jumlah tahun yang dibutuhkan (θ;θ ≤ N) saat aliran kas masuk tepat sama dengan

aliran kas keluar.

Page 47: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

30

Periode pengembalian sederhana

Proyek dengan seluruh investasi modal dikeluarkan di awal (θ = 0):

∑( )

Mengabaikan nilai waktu uang dan aliran kas yang terjadi setelah θ.

Periode pengembalian terdiskon

∑( ) (

)

Memperhitungkan nilai waktu dari uang (waktu = θ’)

Dimana:

I% = MARR

I = investasi modal yang dilakukan di awal periode analisis (k = 0)

θ’ = nilai terkecil yang memenuhi persamaan

Metode ini tidak mempertimbangkan umur ekonomis dari aset fisik,

sehingga dapat menimbulkan kesalahan jika salah satu alternatif yang memiliki

periode pengembalian yang lebih besar menghasilkan tingkat pengembalian yang

lebih tinggi atas modal investasi.

2.5.3 Internal Rate Of Return (IRR)

IRR (internal rate of return) merupakan ukuran tingkat pengembalian

internal terhadap investasi pada suatu proyek. IRR juga sebagai tingkat discount

rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol.

2.6 ANALISA PASAR

Sebelum mempelajari kelayakan pembangunan LPG Plant di Kalimantan

Timur, hendaknya terlebih dahulu dilakukan suatu analisis terhadap poensial yang

akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Melalui

analisis tersebut, akan diketahui keberadaan pasar potensial yang dapat dimasuki

oleh produk tersebut. Dalam analisis pasar ini digunakan data historis untuk

Page 48: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

31

memproyeksikan keadaan pasar LPG kedepannya. Dalam menganalisis

permintaan dan penawaran gas LPG ditinjau secara menyeluruh segala aspek yang

berkanaan dengannya terutama masalah ketersediaan LPG.

2.6.1 Lokasi Pemasaran

Karena Lokasi LPG Plant akan dibangun di Provinsi Kalimantan Timur,

maka lokasi produk LPG difokuskan untuk memenui permintaan LPG di

Kalimantan Timur. Provinsi Kalimantan Timur terletak antara 04°29' lintang utara

02°25' lintang selatan dan 113°44' - 119' bujur timur. Wilayah Propinsi

Kalimantan Timur mencakup areal seluas 211.440 kilometer persegi. Secara

geografis wilayah daratan ini berbatasan di sebelah utara dengan Sabah (Malaysia

Timur), dan di sebelah timur dengan Laut Sulawesi dan Selat Makassar, sebelah

selatan dengan Propinsi Kalimantan Selatan dan di sebelah barat dengan Serawak

(Malaysia Timur), Propinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.

Kalimantan Timur merupakan provinsi dengan tingkat pertumbuhan

penduduk yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh tingginya angka migrasi

yang masuk ke Kalimantan Timur.

Pembangunan daerah Kalimantan Timur didukung oleh pembangunan

prasarana dan infrastruktur yang dilaksanakan oleh pemerintah. Hal ini bertujuan

untuk memperlancar perdagangan baik antar kabupaten di Provinsi Kalimantan

maupun antara Kalimantan Timur dengan provinsi lainnya. Pada provinsi ini telah

tumbuh dan berkembang kelompok industri hulu seperti metanol, pupuk, amonia,

gas alam cair (liquified natural gas, LNG), dan industri kayu primer. Selain itu

telah berkembang pula berbagai jenis industri antara dan hilir seperti industri

perekat, galangan kapal percetakan, makanan, dan minuman.

Page 49: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

32

BAB III

DESKRIPSI DESAIN

Untuk mendapatkan hasil rancangan pabrik LPG di tepi Sungai Mahakam,

Kalimantan Timur diperlukan tahapan studi kelayakan dalam suatu metode

perancangan. Tahapan tersebut, seperti analisa ketersediaan bahan baku,

penentuan kapasitas produksi, seleksi teknologi proses, perancangan teknologi

terpilih, perhitungan CAPEX dan OPEX, analisa kelayakan ekonomi, serta analisa

sensitivitas.

Gambar 3.1 Diagram Alir Perancangan PABRIK LPG SAGAMA

Analisa Ketersediaan bahan Baku

penentuan Kapasitas Produksi

Seleksi Teknologi Proses

Perancangan Teknologi Terpilih

Perhitungan CAPEX dan OPEX

Analisa Kelayakan Ekonomi

Analisa Sensitivitas

Page 50: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

33

Uraian tahapan-tahapan metode perancangan tersebut akan dijelaskan pada

subbab-subbab berikut ini :

3.1 ANALISA KETERSEDIAAN BAHAN BAKU

Gas alam sebagai bahan baku untuk produksi LPG pada PABRIK LPG

SAGAMA ini diperoleh dari hasil kerjasama dengan PABRIK TOTAL E&P

INDONESIE. PABRIK LPG SAGAMA telah membuat perjanjian terlebih dahulu

dengan PABRIK TOTAL E&P INDONESIE.mengenai spesifikasi gas alam yang

akan dibeli. Kontrak dibuat untuk 20 tahun mendatang setelah pendirian pabrik.

Karena itu, untuk analisa ketersediaan gas umpan diasumsikan terpenuhi selama

LPG plant beroperasi.

3.2 PENENTUAN KAPASITAS PRODUKSI

Menentukan kapasitas produksi LPG Plant sesuai ketersediaan bahan baku,

pada perancangan ini dilakukan perancangan dengan kapasitas yang sesuai dengan

ketersediaan bahan baku di lokasi LPG Plant ini didirikan.

3.3 SELEKSI TEKNOLOGI PROSES

3.3.1 Parameter Pemilihan Teknologi

Pemilihan proses produksi LPG seringkali mempertimbangkan kondisi

umpan gas yang akan diproses, selain itu posisi produk LPG sebagai produk

samping menjadikan pemilihan proses LPG juga tergantung oleh proses induknya.

Hampir semua proses produksi LPG mempunyai parameter proses yang sama

untuk meninjau peformansi proses tersebut (kecuali proses produksi LPG yang

melalui reaksi bukan pemisahan).

Parameter-parameter proses yang harus diperhatikan agar mendapatkan

hasil yang maksimal diantaranya adalah:

a. Recovery level

Recovery level adalah efisiensi pemisahan LPG dari gas umpan. Semakin

besar recovery level sebuah proses, semakin bagus performansinya. Recovery

level biasanya berbanding lurus dengan energi yang diperlukan proses,

Page 51: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

34

semakin besar recovery level sebuah proses, maka energi yang diperlukan

akan bertambah juga.

b. Tekanan masuk umpan

tekanan yang tinggi (sekitar 500 – 700 psig) akan mempermudah proses

pemisahan C3+ sebagai komponen utama LPG. Oleh karena itu, tekanan

masuk umpan gas yang rendah akan menambah biaya operasi untuk mencapai

kondisi operasi yang akan dicapai agar dapat dilakukan pemisahan C3+.

c. Refrijerasi

Dalam proses pemisahan C3+ diperlukan temperatur yang sangat rendah,

sehingga diperlukan media untuk penurunan temperatur, semua proses

produksi LPG menggunakan refrijerasi untuk menurunkan temperatur proses.

Refrijerasi dapat digunakan sebagai “fine tune” sebuah proses produksi LPG,

karena proses pendinginan adalah inti dari semua proses produksi LPG yang

membutuhkan energi yang paling besar.

Efisiensi proses yang lebih tinggi dalam sebuah proses produksi LPG

maka berdampak pada:

a. Konsumsi energi per unit produk akan berkurang

b. Meningkatkan kapasitas pabrik dengan energi kompresi gas yang sama

sehingga mengurangi biaya operasi per unit produk

c. Akan meningkatkan laju penjualan dan pengembalian modal

Pemilihan teknologi proses pada LPG pada dasarnya adalah menentukan

siklus pencairan dengan mempertimbangkan berbagai faktor mikro proses desain,

seperti:

Jenis teknologi proses yang akan diaplikasikan

Kapasitas Plant dengan skala keekonomian

Menghindari faktor desain yang berlebihan

Konfigurasi peralatan mesin dan jenis peralatan penggeraknya

Jenis dan sistem konstruksi peralatan

Jenis dan luas permukaan alat penukar panas

Kebutuhan energi spesifik yang akan mempengaruhi CAPEX dan OPEX

Page 52: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

35

Kemudahan operasi termasuk proses start-up dan shutdown unit

Biaya efektif desain dan tata latak plant

Luas area yang tersedia serta kapasitas yang diinginkan

Aspek keselamatan dan dampak terhadap lingkungan

Fleksibilitas yang diinginkan

Perolehan gas cair

3.3.2 Perbandingan Teknologi Recovery LPG

Pada studi teknis mengenai teknologi recovery LPG, dilakukan

perbandingan terhadap tiga jenis teknologi yang berbeda yaitu Low-Temperature

Separation (LTS) dan proses ProMax. Berdasarkan perbandingan teknologi

recovery LPG pada skripsi Studi Kelayakan Pembangunan LPG Plant Lapangan

Gas Pangkalan Susu Sumatera Utara diperoleh perbandingan hasil teknologi

recovery LPG yang terangkum pada Tabel 4.2.

Tabel 3.1 Perbandingan Proses Recovery LPG

Parameter LTS- Separation ProMax Unit

Laju Produksi LPG 61,75 58,73 ton/day

Komposisi C3-C4 98,99 97,83 %

Laju Produksi Kondensat 140,39 139,21 Barrel/day

Laju Produksi Sales gas 7,5 7,3 MMSCFD

GHV LPG 19.819 19.815 Btu/lb

GHV Sales gas 20.242 19.980 Btu/lb

Total Energi Yang Dibutuhkan 5,65E+07 1,10E+08 Btu/hr

Energi per ton LPG 6,421.187 12,572.75 Kwh/ton

Page 53: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

36

Berdasarkan perbandingan diatas, proses recovery LPG dengan

menggunakan teknologi Low-Temperature Separation (LTS) membutuhkan

jumlah energi yang lebih kecil dibandingkan dengan proses Promax sehingga

proses LTS dipilih sebagai proses dasar recovery LPG pada PABRIK LPG

SAGAMA.

3.3.3 Deskripsi Proses Pemurnian Gas

3.3.3.1 CO2 Removal

Pada umumnya CO2 dan H2S menjadi pengotor utama dalam gas alam.

Dalam kasus sumur gas di Indonesia, jumlah kandungan CO2 dalam gas alam

tergolong sangat tinggi, sebaliknya H2S ada dalam kadar yang rendah.

Karbondioksida (CO2) adalah senyawa yang disebut sebut sebagai

penyebab terjadinya global warming (Williams, 2002). Tidak hanya menyebabkan

global warming, CO2 juga merupakan salah satu senyawa pengotor yang

terkandung dalam gas alam. Gas CO2 yang terkandung dalam gas alam dapat

menurunkan nilai kalor permbakaran (heating value) gas alam sehingga kualitas

produk yang dihasilkan dapat yang dihasilkan pun kurang baik. Selain sifatnya

sebagai gas asam yang korosif, CO2 juga dapat merusak system perpipaan pabrik

karena dapat membeku pada suhu operasional yang rendah (Dortmundt dan

Kishore, 1999).

Seperti senyawa lainnya, CO2 memiliki beberapa sifat fisik dan kimia. Gas

CO2 tidak berwarna, tidak berbau, dan bersifat asam.

Tabel 3.2 Sifat Fisika dan Kimia CO2 (Perry, 1997)

No Sifat Keterangan

1 Titik didh Subl. -78.5

2 Titik leleh -56.6

3 Densitas (wujud gas) 1.873 kg/m3

Page 54: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

37

4 Temperatur kritis 38 Sifat Fisika

5 Tekanan kritis 0.6 kg/cm2.G

6 Kelarutan dalam air 1.45 g/L

7 Keasaman (pKa) 6.35 dan 10.33

8 Viskositas 0.07 cp pada -78

9 Berat molekul 44.01 gr/mol

Sifat Kimia 10 Momen dipol Nol

11 Bentuk molekul Linar

12 Kereaktifan Tidak reaktif

Beberapa teknologi yang diterapkan pada proses CO2 removal adalah :

a. Separasi membrane

Pemisahan CO2 menggunakan membrane ialah dengan prinsip perbedaan

permeabilitas antara CO2 dengan CH4. Permeabilitas atau kemampuan relative

senyawa melewati membrane, secara khusus untuk komposisi gas alam

diilustrasikan oleh gambar berikut :

Gambar 3.2 Perbandingan permeabilitas senyawa-semyawa dalam gas alam

Sehingga, jika gas alam dilewatkan melalui membrane, maka CO2 akan

lebih cepat lolos melewati membrane dan gas alam yang bersih akan keluar

sebagai produk. Namun teknologi ini mempunyai beberaa kelemahan, yaitu

selektivitas yang buruk dan penurunan tekanan yang sangat besar. Selektivitas

dari membrane yang buruk menyebabkan banyak hidrokarbon yang hilang ikut

terlewatkan bersama-sama dengan CO2. Hal ini tentunya menyebabkan kerugian

yang relative besar.

Page 55: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

38

b. Adsorpsi

Pemisahan dengan adsorpsi menggunakan prinsip penyerapan CO2 pada

permukaan adsorben melibatkan reaksi kimia. Adsorben yang sering digunakan

dalam proses ini ialah :

Iron Sponge

Zinc Oxide

Molecular Sieve

Kelebihan dari metode ini iaah cukup baik dalam mengankap H2S, namun

kurang baik dalam mengabsorpsi CO2, karena efektivitasnya yang buruk. Selain

itu, regenerasi dari adsorben ini relatif sulit dan membutuhkan suhu yang tinngi.

c. Distilasi kriogenik

Distilasi kriogenik ialah distilasi pada yang sangat rendah, mencapai -180

. Proses distilasi kriogenik ini terdiri dari dua, tiga atau empat kolom

fraksionasi, dimana kolom pertama beroperasi pada tekanan 3100-4500 kPa dan

kolom kedua beroperasi pada tekanan sedikit lebih randah. Distilasi kriogenik ini

membutuhkan persiapan awal feed yang rumit, instalasi unit sangat mahal, dan

kompresi yang dibutuhkan menyebabkan operasi kompresor besar yang berbiaya

tinggi. Sehingga secara ekomoni, jika tidak dalam keadaan mendesak, pilihan

distilasi kriogenik ini relative tidak diminati.

d. Absorpsi

Pemisahan CO2 dengan absorpsi ialah metode yang paling sering

dijumpai. Absorpsi lebih disukai dalam industry pengolahan gas disbanding

teknologi lain karena efektiitas yang tinggi, kualitas produk yang baik, dan

relative mudah serta murah. Teknologi absorpsi prinsipnya ialah melarutkan CO2

dalam pelarut yang sesuai. Perbedaan kelarutasn antara hidrokarbon dan CO2

dalam absorben menyebabkan produk keluaran akan bersih dari CO2. Untuk dapat

mengabsorp CO2, maka absorbent dan sour gas haruslah dikontakkan.

Kontaktor ini berbentuk kontaktor kolom tinggi yang didalamnya berisi

media pengontak seperti tray atau packing. Kolom absorber biasanya berisi tray

Page 56: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

39

dan kolom regenerasi pelarut menggunakan packing. Sour gas akan masuk dari

bagian bawah kolom absorben dan solven dimasukkan dari atas, sehingga terjadi

kontak secara countercurrent dan CO2 akan larut dalam absorben (biasanya

senyawa alko-amina).

Tabel 3.3 Perbandingan Teknologi CO2 Removal

Membrane Adsorpsi Distilasi kriogenik Absorpsi

Pressure drop tinggi Butuh suhu

operasi tinggi

Butuh kondisi

tekanan operasi tinggi

Proses

mudah

Selektivitas terhadap

CO2 buruk

Kurang efektif

menyerap CO2

Biaya besar Lebih

efektif

Dari perbandingan di atas, dapat diputuskan bahwa PABRIK LPG

SAGAMA menggunakan teknologi absorpsi, karena dinilai akan lebih

ekonomis.

Absorpsi gas adalah operasi perpindahan massa dimana gas atau campuran

gas dikontakkan dengan cairan sehingga terjadi pelarutan satu atau lebih

komponen-komponen gas ke dalam cairan sebagai penyerapnya. Mekanisme

perpindaham massa yang terjadi sebagian besar di control oleh laju difusi, dimana

laju difusi tersebut dipengaruhi oleh perbedaan kosentrasi fasa gas dengan fasa

cair (Treybal, 1981). Penyerap tertentu akan menyerap setiap satu atau lebih

komponen gas. Pada absorpsi sendiri ada dua macam proses yaitu :

a. Absorpsi fisik

Absorpsi fisik merupakan absorpsi dimana gas terlarut dalam cairan

penyerap tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh absorpsi ini adalah

absorpsi gas CO2 dan H2S dengan air, metanol, propilen, dan karbonat.

Penyerapan terjadi karena adanya interaksi fisik, difusi gas kedalam air, atau

pelarutan gas ke fase cair dengan prinsip perbedaan konsentrasi. Pada absorpsi

fisika, energi yang dibutuhkan untuk regenerasi larutan jauh lebih rendah dari

Page 57: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

40

pada reaksi kimia. Hal ini karena pada absorpsi fisika tidak diperlukan

penambahan energi untuk regenerasi larutan, cukup menurunkan tekanan

sebagai driving force (gaya dorong).

Absorpsi CO2 ke dalam air adalah proses yang dijadikan sebagai

pembanding dalam menggunakan pelarut lain sebagai absorben. Pada

dasarnya, CO2 tetap bereaksi dengan air, dimana reaksi yang terjadi adalah

reaksi keseimbangan dan konstanta keseibangan yang terjadi sangat kecil.oleh

karena itu reaksi kimia antara CO2 dan air dapat diabaikan. Reaksi tersebut

dapat dituluskan sebagai berikut (Kim dan Yang, 2000) :

CO2(g) + H2O(l) ⇆ H2CO3(ag) ⇆ H+

(aq) + HCO3-(aq)

b. Absorpsi kimia

Absorpsi kimia merupakan absorpsi dimana gas terlarut di dalam larutan

penyerap disertai dengan adanya reaksi kimia Contoh absorpsi ini adalah absorpsi

dengan adanya reaksi kimia antara CO2 dengan senyawa amina (Shuo et.al,1996).

Reaksi tersebut merupakan mekanisme Zwitter-ion. MEA, DEA, dan MDEA

adalah pelarut (absorbent) yang biasa digunakan untuk mengabsorp CO2, dimana

pelarut-pelarut tersebut dapat di regenerasi. Menurut Astarita, Barth, dan Yu,

ketiga senyawa tersebut memiliki kemampuan menyerap CO2 yang baik, laju

absorpsi yang cepat, dan mudah untuk diregenerasi (barth et.al, 1984; Astarita

et.al, 1983; Yu dan Astarita, 1985). Penggunaan absorpsi kimia pada fase kering

sering digunakan untuk mengeluarkan zat terlarut secara lebih sempurna dari

campuran gasnya. Keuntungan absorpsi kimia adalah meningkatnya koefisien

perpindahan massa gas, sebagian dari perubahan ini disebabkan makin besarnya

luas efektif permukaan.

Dari hasil studi pustaka, maka diputuskan bahwa PABRIK LPG

SAGAMA akan menggunakan proses absorpsi secara kimia dengan senyawa

amine. Senyawa amina adalah pelarut (absorbent) yang paling banyak digunakan

pada proses absorpsi CO2, karena senyawa amina dapat bereaksi dengan CO2

membentuk senyawa komplek (ion karbamat) dengan ikatan kimia yang lemah

(Wang et.al, 2003). Ikatan kimia ini dapat dengan mudah terputus dengan

pemanasan (mild heating) sehingga regenerasi absorben (senyawa amina) dapat

Page 58: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

41

dengan mudah terjadi (Wang et.al, 2003). Sebagai bahan pertimbangan dari ketiga

amine diatas, dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 3.4 Perbandingan/karakteristik MEA, DEA dan MDEA

(Jian-gang,2009; Wang et.al, 2003; Kim dan Yang, 2000)

Dalam unit CO2 removal, absorben yang digunakan yaitu DEA, dengan

alasan kualitas cukup baik namun harga tidak terlalu mahal karena melihat

kapasitas pabrik yang tidak terlalu besar.

No. MEA DEA MDEA

1 Senyawa amina

paling ekonomis.

Harga tidak terlalu

mahal. Harga paling mahal.

2

Memiliki sifat paling

reaktif dengan CO2

namun korosif.

Senyawa yang

moderat dan tidak

terlalu korosif.

Tidak korosif

3

Memiliki tekanan

uap paling tinggi,

namun sulit di

regenerasi.

Memiliki tekanan uap

yang cukup rendah. Mudah di regenerasi

4

Kurang efefktif

dalam enyerap CO2

diantara DEA dan

MDEA

Paling efektif

menyerap CO2

Reaksi dengan CO2

berjalan lambat

sehingga kurang efektif.

5 Tekanan Uap (20 )

sebesar 25 Pa

Tekanan Uap (20 )

sebesar 0.01 Pa

Tekanan Uap (20 )

sebesar 1 Pa

6 Massa jenis 1012

kg/m3

Massa jenis 1090

kg/m3

Massa jenis 1043 kg/m3

Page 59: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

42

3.3.3.2 Dehidrasi

Dehydration adalah adalah proses pengolahan gas alam untuk mengurangi

dan mengeluarkan kandungan air (H2O) dan mercury (Hg). Karena banyak

kondisi operasi yang melibatkan temperatur dingin, maka untuk mencegah

terbentuknya hidrat, kandungan air dalam gas harus dikurangi dengan proses

dehidrasi. Proses dehidrasi secara umum bertujuan untuk mencegah terjadinya

free-water yang dapat membentuk hidrat pada bagian pendinginan, mencegah

terjadinya korosi akibat asam yang terbentuk dari free-water dan H2S, mencapai

suatu kualitas gas yang diinginkan.

Kandungan air pada suatu gas tergantung dari temperatur, tekanan,

komposisi gas, salinitas. Hidrat berfasa solid terbentuk dari proses pengkristalan

terhadap hidrokarbon ringan yang mengandung air (free water). Hidrat ini dapat

menutupi filter, menyumbat tube, dan mengakibatkan beda tekanan (pressure

drop).

Beberapa teknologi yang dapat digunakan pada dehidrasi gas:

a. CaCl2

Dapat diperoleh gas dengan kandungan airnya 1 ton/mmscf

Kapasitas CaCl2 0.3

CaCl2 harus di ganti 2-3 minggu sekali

CaCl2 bisa dijadikan alternatif untuk unit glikol, seperti untuk sumur di

daerah terpencil

b. Reaksi membran

Pemisahan air dari natural gas menggunakan teknologi membran

berdasarkan pada sifat permeabilitas air. Air yang memiliki permeabilitas

lebih besar dari hidrokarbon akan menembus lapisan membran dan akan

terpisah dari hidrokarbon tersebut.

suhu gas inlet min harus 200F di atas temp embun air gunanya untuk

menghilangkan kondensat di terhadap membrane

tekanan inlet 700-1000 psia dan menghasilakan aliran gas produk 700-900

psia

Page 60: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

43

bersifat modular, ringan

gas inlet harus bebas dari padatan dan tetesan lebih dari 3 mikron

bisa menyerap sekitar 15% dari volume gas umpan

Kekurangan:

Control dew point hidrokarbon terbatas, karena tidak menggunakan boiler.

Melakukan 1 tugas pemurnian pada satu waktu

Membutuhkan proses tambahan untuk melindungi membran

Efisiensi proses Terbatas karena uap air merupakan gas terkondensasi dan

perembesan berhenti setelah aliran serapan menjadi jenuh

c. Adsorpsi

Adsorption menggunakan solid desiccant (desikan padat). Dehidrasi tipe

ini membutuhkan minimum 2 tower, yang digunakan untuk proses adsorpsi

dan proses regenerasi. Proses regenerasi terjadi sebelum dessicant jenuh oleh

air. Terdapat 3 jenis solid dessicant yang sering dipakai, yaitu :

a. Silica Gel, dapat mencapai dew point -70°F s.d. -80°F.

b. Allumina Dessicant, digunakan untuk proses dehidrasi gas mencapai dew

point -100 F. Biasanya digunakan pada plant pengolahan LPG seperti di

LEX Plant.

c. Molecular Sieve, merupakan dessicant dengan kemampuan menyerap air

terbesar, dewpoint yang dicapai lebih kecil dari –260oF, lebih mahal dari

tipe yang lain. Molecular sieve biasa digunakan pada plant pengolahan

LPG.

Secara garis besar proses adsorpsi dilakukan pada sebuah fixed bed

(unggun tetap) yang berisi solid desiccant (adsorbent). Gas bumi yang akan

dikeringkan di masukan kedalam fixed bed yang berisi solid desiccant, selama

melewati solid desiccant uap air yang terkandung dalam gas terserap oleh solid

desiccant baik pada permukaan luar maupun di dalam pori pori nya, sedangkan

gas bumi terus mengalir dan keluar di bagian bawah kolom.

Page 61: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

44

d. Absorpsi

Absorpsi menggunakan liquid desiccant (desikan cair). Dalam proses ini

menggunakan glikol (sebagai absorbent), lebih mudah pengoperasiannya dan

lebih efektif memisahkan air. Dew point dari glycol dehydration tergantung laju

sirkulasi glycol dan jumlah tahap kesetimbangan. Pada umumnya glycol

dehydration dapat mencapai dew point ±70 oF. Glycol yang keluar dari proses

dehidrasi (rich glycol) perlu di-regenerasi agar glycol tersebut dapat digunakan

kembali (lean glycol). Proses regenerasi glycol dilakukan dengan pemanasan

sehingga air yang diikat glycol menguap. Melalui regenerasi, dapat diperoleh

glycol dengan kemurnian mencapai 98%. Design yang ekonomis adalah 2,5 gal

TEG/lb H2O. Dalam proses ini menggunakan glikol (sebagai absorbent), lebih

mudah pengoperasiannya dan lebih efektif memisahkan air. Glycol yang sering

digunakan adalah:

etilen glikol

di etilen glikol

tri etilen glikol

3.4 PERANCANGAN TEKNOLOGI TERPILIH

Dalam perancangan ini, dilakukan perancangan teknologi terpilih, dengan

melakukan perhitungan yang meliputi :

a. Perhitungan neraca massa dan energi

b. Perancangan ukuran peralatan proses

c. Process flow diagram

Kemudian simulasi dan optimasi proses menggunakan software simulasi

proses, dengan tahapan sebagai berikut:

a. Input komponen-komponen senyawa yang dibutuhkan dalam simulasi proses

b. Input equation of state (persamaan keadaan) yang digunakan sebagai basis

perhitungan

Page 62: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

45

c. Pemasangan alat proses yang digunakan pada software simulasi proses

d. Input data-data teknis yang dibutuhkan pada software simulasi proses

3.5 PEMILIHAN PERALATAN

Dalam suatu industry, khususnya industry MIGAS, pemilihan peralatan

yang akan digunakan adalah menjadi satu hal yang kritikal yang akan sangat

berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan, energy consumption, terutama

harga dari peralatan yang digunakan. Maka dari itu, dalam pemilihan peralatan ini

harus memiliki beberapa aspek yang perlu diperhatikan, diantaranya:

a. Jenis Peralatan

- Jenis dan luasan perpindahan panas dari peralatan perpindahan

panas

- Penetapan penggunaan turbin gas atau turbin steam

- Menggunakan udara atau air sebagai sistem pendingin

b. Konfigurasi peralatan

- Susunan kompresor beserta penggeraknya

- Susunan alat perpindahan panas

- Jumlah total peralatan

c. Keandalan dan ketersediaan peralatan beserta suku cadangnya

d. Kemudahan start up, pengoperasian, dan perawatan

e. Pertimbangan kapasitas plant yang akan dibangun, keadaan lokasi, dan

teknis teknologi yang akan diaplikasikan

3.6 PERHITUNGAN CAPEX DAN OPEX

Dalam perancangan ini, dari hasil perancangan dilakukan perhitungan

CAPEX (Capital Expenditure) dan OPEX (Operational Expenditure).

Perhitungan CAPEX meliputi :

a. biaya peralatan

b. biaya material

c. biaya konstruksi

d. tanah

Page 63: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

46

Perhitungan OPEX meliputi:

a. bahan-bahan yang terkonsumsi (misal: bahan bakar, bahan additif)

b. tenaga Kerja

c. biaya pemeliharaan

d. transprotasi produk

3.7 KELAYAKAN EKONOMI

Kajian keekonomian dilakukan untuk mengetahui tingkat keekonomian

pembangunan LPG Plant. Indikator yang digunakan untuk evaluasi keekonomian

pembangunan kilang antara lain NPV, IRR, dan PBP. Rumus perhitungannya

adalah sebagai berikut :

a. Persamaan untuk menghitung NPV :

dimana,

Xt : cashflow di tahun ke-t

i : suku bunga (discount rate)

Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi,

biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan benefit dari proyek yang

direncanakan. NPV juga dapat menunjukkan keuntungan dengan melibatkan uang

tunai masuk dan keluar. NPV dihitung dengan mengurangi pendapatan yang

diterima per tahun dengan biaya yang dikeluarkan untuk operasional tiap

tahunnya selama umur operasi UPK.

b. Persamaan untuk menghitung PBP :

Page 64: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

47

Dimana :

Xt : cashflow di tahun ke-t

c. Persamaan untuk menghitung IRR :

Dimana :

Xt : cashflow di tahun ke-t

ROR : Rate of Return

Jika hasil perhitungan IRR lebih besar dari discount rate, maka dapat

dikatakan investasi yang akan dilakukan layak untuk dilakukan. Jika IRR sama

dengan discount rate, dikatakan investasi yang ditanamkan akan balik modal,

sedangkan jika IRR lebih kecil dari discount rate maka investasi yang ditanamkan

tidak layak.

3.8 ANALISA SENSITIVITAS

Menguji pengaruh ketidakpastian komponen biaya (seperti biaya bahan baku)

pada kelayakan sebuah proyek, pada skripsi ini dilakukan suatu analisa sensitivitas

dengan parameter uji perubahan NPV dan IRR jika harga jual produk berubah

(naik/turun), CAPEX berubah (naik/turun), dan OPEX berubah (naik/turun).

Page 65: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

48

BAB 4

DESAIN PABRIK LPG SAGAMA

4.1 ANALISA PASAR DAN PEMILIHAN LOKASI

Analisis pasar merupakan hal yang sangat mendasar dan penting untuk dilakukan

dalam perancangan suatu pabrik. Sebelum kegiatan perancangan suatu pabrik dilakukan,

maka hal ini haruslah dilakukan untuk memastikan seberapa besar tingkat permintaan pasar

akan produk akhir yang dihasilkan oleh pabrik nantinya. Hasil dari analisis ini dapat

digunakan untuk menentukan perancangan kapasitas pabrik yang akan dibangun. Hal-hal

yang dilakukan dalam menganalisis pasar adalah menganalisis seberapa besar kebutuhan

akan produk LPG di Kalimantan Timur.

4.1.1 Penawaran dan Permintaan

LPG adalah suatu produk bahan bakar gas yang pada umumnya berupa gas propana

atau butana atau merupakan campuran antara keduanya yang dalam temperatur kamar akan

berbentuk dalam fasa gas tetapi dalam tekanan tinggi atau pada temperatur sangat rendah

akan berbentuk cair yang tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau. LPG merupakan

bahan bakar yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia, dikarenakan adanya

program pengalihan bahan bakar minyak ke LPG pada tahun 2006 yang dilaksanakan

pemerintah.

Tabel 4.1 Perbandingan Emisi Bahan Bakar Fosil Dari Berbagai Macam Bahan Bakar.

Polutan Gas Bumi Minyak Batubara

CO2 117.000 164.000 208.000

CO 40 33 208

NO 92 448 457

SO 1 1.122 2.591

Partikulat 7 84 2.744

Air Raksa 0.000 0.007 0.016

Page 66: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

49

Menurut data EIA dapat dilihat bahwa gas alam sebagai bahan baku LPG memiliki

keuntungan yaitu emisi CO2 yang dikeluarkan lebih sedikit dibanding penggunaan bahan

bakar minyak, hal ini menjadikan LPG sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan.

Penawaran dan Permintaan LPG setiap tahunnya meningkat, hal ini disebabkan

kebutuhan LPG yang semakin besar dipasaran. Namun terdapat kendala dalam pengolahan

gas alam menjadi LPG, karena tidak banyak LPG Plant di Indonesia yang dapat

mengolahnya, dikarenakan faktor biaya dan tingkat kerumitan pembuatan LPG. Akibatnya,

untuk menutupi kebutuhan LPG di Indonesia. setiap tahunnya Indonesia mengimpor LPG

dari luar negeri.

Grafik 4.1 Impor LPG tahun 2010 dan 2012

Sumber : Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Dari data Impor LPG yang dilakukan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi

diketahui bahwa pada tahun 2012 impor LPG meningkat sebesar 38,6% dari tahun 2010. Hal

ini sungguh disayangkan mengingat Indonesia merupakan Negara yang cukup banyak

memiliki Sumber Daya Alam.

Kalimantan Timur merupakan salah satu daerah penghasil gas alam terbanyak yang

juga ikut menyumbang ketersediaan cadangan gas alam di Indonesia. Hal ini dikarenakan

pada daerah ini terdapat beberapa pabrik penambangan gas dan minyak bumi yang masih

Page 67: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

50

beroperasi dengan kapasitas yang cukup besar. Namun nyatanya kondisi tersebut tidak

banyak mempengaruhi impor LPG ke luar negeri. Impor LPG masih dilakukan karena tidak

banyak pabrik LPG yang dapat mengelola gas alam dan memenuhi kebutuhan LPG di

Kalimantan Timur. Menurut data dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi,

kebutuhan LPG di Kalimantan Timur diperkirakan akan meningkat sebesar 10%

pertahunnya. Berdasarkan supply-demand tersebut, maka pabrik PABRIK LPG SAGAMA

akan dibangun dengan kapasitas 20 MMSCFD atau sekitar 97,62 ton/hari untuk membantu

memenuhi kebutuhan LPG di Kalimantan Timur.

4.1.2 Target Pasar

Karena Lokasi LPG Plant akan dibangun di Provinsi Kalimantan Timur, maka lokasi

produk LPG difokuskan untuk memenuhi permintaan LPG di Kalimantan Timur. Provinsi

Kalimantan Timur terletak antara 04°29' lintang utara 02°25' lintang selatan dan 113°44' -

119' bujur timur. Wilayah Propinsi Kalimantan Timur mencakup areal seluas 211.440

kilometer persegi. Secara geografis wilayah daratan ini berbatasan di sebelah utara dengan

Sabah (Malaysia Timur), dan di sebelah timur dengan Laut Sulawesi dan Selat Makassar,

sebelah selatan dengan Propinsi Kalimantan Selatan dan di sebelah barat dengan Serawak

(Malaysia Timur), Propinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.

Kalimantan Timur merupakan provinsi dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh tingginya angka migrasi yang masuk ke Kalimantan

Timur.

Pembangunan daerah Kalimantan Timur didukung oleh pembangunan prasarana dan

infrastruktur yang dilaksanakan oleh pemerintah. Hal ini bertujuan untuk memperlancar

perdagangan baik antar kabupaten di Provinsi Kalimantan maupun antara Kalimantan Timur

dengan provinsi lainnya. Pada provinsi ini telah tumbuh dan berkembang kelompok industri

hulu seperti metanol, pupuk, amonia, gas alam cair (liquified natural gas, LNG), dan industri

kayu primer. Selain itu telah berkembang pula berbagai jenis industri antara dan hilir seperti

industri perekat, galangan kapal percetakan, makanan, dan minuman.

Target utama pasar produk LPG ini adalah PABRIK Pertamina (Persero). Target

pasar ini dipilih karena LPG ini merupakan jenis produk yang termasuk common product

sehingga harus memilih segmen yang sempit (narrow target). Selain itu, kapasitas produksi

yang kami rencanakan cukup untuk memenuhi kebutuhan di Kalimantan Timur (sekitar

Page 68: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

51

35.000 ton per tahun), sehingga menjual ke Pertamina merupakan pilihan yang kami anggap

tepat, karena Pertamina memiliki pasar yang luas untuk melakukan penjualan kembali LPG

dalam jumlah yang besar di daerah Kalimantan Timur.

4.1.3 Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran yang akan kami lakukan adalah dengan bekerja sama dengan

Pertamina untuk mensukseskan program subtitusi minyak tanah menjadi LPG. Adapun peran

kami disini adalah sebagai supplier LPG kepada Pertamina sebagai konsumen tahap pertama,

dimana nantinya Pertamina akan menjual kembali LPG tersebut kemasyarakat luas.

Upaya lain untuk dapat menarik minat masyarakat dalam menggunakan bahan bakar

LPG adalah dengan mengadakan promosi dengan berbagi cara, diantaranya :

a. Membuat iklan di media massa baik cetak maupun elektronik untuk mengakomodir

pengetahuan masyarakat yang masih terbatas akan keunggulan LPG dibanding minyak

tanah.

b. Pengadaan riset dengan menguji coba LPG ke berbagai bahan bakar memasak dengan

tujuan untuk terus meningkatkan kualitas produk dan memperluas segmen pasar.

c. Pengadaan penyuluhan-penyuluhan tentang keunggulan LPG ke masyarakat, terutama

dari segi ketersediaan dan ramah lingkungan.

4.1.4 Pemilihan Lokasi

PABRIK LPG SAGAMA akan didirikan di kawasan Tepi Sungai Mahakam, Jl. Dr.

Fl. Thobing, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Adapun faktor-faktor yang

harus dipertimbangkan adalah sebagai berikut :

4.1.4.1 Faktor Primer

Faktor Primer ini secara langsung mempengaruhi tujuan utama dari pabrik yang

meliputi produksi dan dan distribusi produk yang diatur menurut macam dan kualitas,

waktu dan tempat yang dibutuhkan konsumen pada tingkat harga yang terjangkau

sedangkan pabrik masih memperoleh keuntungan yang wajar. Faktor primer meliputi :

Page 69: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

52

a. Penyediaan Bahan Baku

Sumber bahan baku merupakan faktor yang paling penting dalam pemilihan lokasi

pabrik terutama pada pabrik yang membutuhkan bahan baku dalam jumlah besar. Hal

ini dapat mengurangi biaya transportasi dan penyimpanan sehingga perlu diperhatikan

harga bahan baku, jarak dari sumber bahan baku, biaya transportasi, ketersediaan

bahan baku yang berkesinambungan dan penyimpanannya. Bahan baku gas alam

diperoleh dari PABRIK TOTAL EP & INDONEISE yang merupakan salah satu pabrik

gas alam terbesar di Indonesia, khususnya Kalimantan Timur.

b. Pemasaran Produk

Pemasaran produk LPG yang akan didirikan, ditujukan untuk PABRIK PERTAMINA

dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan LPG di Kalimantan Timur.

c. Transportasi

Sarana transportasi sangat diperlukan untuk proses penyediaan bahan baku dan

penjualan produk. Untuk penyediaan bahan baku digunaan sistem perpipaan

langsung dengan PABRIK TOTAL EP & INDONEISE sedangkan untuk penjualan

produk LPG menggunakan truk tangki karena daerah yang dilewati berupa jalur darat.

Jarak dari Pabrik LPG dengan PABRIK PERTAMINA yakni sekitar 113 km, yang dapat

ditempuh dengan waktu 2 jam 3 menit.

d. Utilitas

Perlu diperhatikan sarana–sarana pendukung seperti tersedianya air, listrik dan

sarana lainnya sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik. Kebutuhan air

proses diambill dari air sungai. Sedangkan unit pengadaan listrik dipenuhi oleh

pembangkit listrik milik pabrik sendiri dan bahan bakar dapat diambil dari sisa gas

proses.

e. Tenaga Kerja

Tersedianya tenaga kerja yang terampil mutlak diperlukan untuk menjalankan

mesin– mesin produksi dan juga bagian pemasaran dan administrasi. Tenaga kerja

dapat direkrut dari daerah Balikpapan, Samarinda, dan sekitarnya.

Page 70: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

53

4.1.4.2 Faktor Sekunder

a. Perlusasan Areal Pabrik

Wilayah Kabupaten Kutai memiliki kemungkinan untuk perluasan pabrik karena

mempunyai areal yang cukup luas. Hal ini perlu diperhatikan karena dengan semakin

meningkatnya permintaan produk, akan menuntut adanya perluasan pabrik

b. Karakteristik Lokasi

Lokasi pabrik terletak di tepi sungai mahakam dengan aliran sungai yang cukup besar.

Hal ini menguntungkan Pabrik LPG karena sungai Mahakam berperan sangat besar dalam

proses Water Treatment.

c. Kebijaksanaan Pemerintah

Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah wilayah Loa Kulu, Kabupaten Kutai akan

mengembangkan industri maka Pemerintah sebagai fasilitator akan memberikan

kemudahan-kemudahan dalam perizinan, pajak, dan lain-lain yang menyangkut teknis

pelaksanaan pendirian suatu pabrik.

d. Kemasyarakatan

Dengan masyarakat yang akomodatif terhadap perkembangan industri dan

tersedianya fasilitas umum untuk hidup bermasyarakat, maka lokasi di wilayah Loa

Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara dirasa tepat untuk didirikan Pabrik LPG.

e. Buangan Pabrik

Buangan air limbah yang berasal dari proses bisa dialirkan kembali ke sungai

dengan diolah terlebih dahulu di Waste Water Treatment hingga memenuhi baku

mutu lingkungan.

4.2 ANALISA PROSES

4.2.1 Simulasi Proses LPG

4.2.1.1 CO2 Removal

Teknik CO2 removal dari gas alam (gas sweetening) yang dilakukan di PABRIK LPG

SAGAMA adalah absorpsi dengan menggunakan absorben pelarut senya amina pada kolom

absorber. Saat terjadi kontak antara larutan amina dengan gas CO2 maka akan timbul reaksi

berikut : 2RNH2 + CO2 + H2O → (RNH3)2CO3

Page 71: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

54

V-100

E-101

T-100

R

VLV-100

V-101

E-100

Sweet Gas

Feed

Reboiler Q

Cond Q

Acid Gas

T-101

Regen Bottoms

Rich DEA

Gas Contactor

RCY-1

Q Pump

P-100

S

DEA to Flash Tank

Flash Vapour

Rich To L/RRegen Feed

Mixer-100

Make Up DEA

Lean from L/R

DEA to Cooler

DEA to Pump

DEA to Recycle

SET-1

P-90

P-91

Gambar 4.2 Skema Simulasi Proses Absorpsi CO2 Pada Kolom Absorpsi Dengan Program Hysys.

Proses penghilangan atau penyerapan gas CO2 terjadi dikolom absorber, dimasna gas

alam mengalir dari bagian bawah kolom, sementara larutan DEA (amine) yang bertindak

sebagai absorben mengalir melalui bagian atas kolom. Terjadi kontak antara gas alam dan

larutan DEA di dalam kolom yang memungkinkan terjadinya perpindahan massa. Dengan

menganggap udara tidak larut dalam air (sangat sedikit larut), maka hanya gas CO2 dari gas

alam yang berpindah ke fasa cair atau terserap ke larutan DEA. Semakin kebawah, aliran air

semakin kaya CO2. Semakin ke atas ,aliran udara semakin miskin CO2. Selanjutnya, larutan

DEA yang telah menyerap CO2 ini akan keluar melalui bagian bawah kolom dan dikirim ke

kolom regenerasi untuk melepaskan gas CO2 yang terikat.

Faktor-faktor yang berpengaruh pada operasi absorpsi adalah sebagai berikut :

a. Laju alir air Semakin besar, penyerapan semakin baik.

b. Komposisi dalam aliran air Jika terdapat senyawa yang mampu beraksi dengan CO2

(misalnyaNaOH) maka penyerapan lebih baik.

c. Suhu operasi Semakin rendah suhu operasi, penyerapan semakin baik.

Page 72: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

55

d. Tekanan operasi Semakin tinggi tekanan operasi, penyerapan semakin baik sampai

pada batas tertentu. Diatas tekanan maksimum (untuk hidrokarbon biasanya 4000-5000

kPa), penyerapan lebih buruk.

e. Laju alir gas Semakin besar laju alir gas, penyerapan semakin buruk.

Tabel 4.2 Spesifikasi Gas Umpan PABRIK LPG SAGAMA

Parameter Nilai

Tekanan (psia) 1015

Tempereatur ( ) 86

Flow rate (mmscfd) 20

Komposisi (%mol)

N2

CO2

H2S

CH4

C2H6

C3H8

iC4H10

nC4H10

iC5H12

nC5H12

C6H14

C7H16

H2O

0.0015

0.0278

0.0023

0.7862

0.0959

0.0471

0.0245

0.0091

0.0006

0.0004

0.0000

0.0001

0.0044

Gas umpan dengan tekanan 1015 psia dialirkan ke unit CO2 removal untuk

menghilangkan atau meminimalkan kadar CO2 dan H2S. Senyawa pengotor ini perlu

diminimalkan atau dihilangkan karena jika terlalu banyak akan mengganggu proses

pemisahan LPG pada tahap selanjutnya. Feed tersebut kemudian masuk ke separator 2 fasa

untuk dipisahkan fasa liquid dan cairnya, gas keluaran dari separator selanjutnya diabsorpsi

dengan kolom absorber.

Page 73: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

56

Tabel 4.3 Spesifikasi Separator Dua Fasa

No. Alat V-101 V-102

Jenis Horizontal Horizontal

TekananOperasi (psia) 1015 120

Material plat carbon steel plat carbon steel

Diameter (ft) 3 3.5

Panjang (ft) 11,61 6.393

Dalam absorber akan diserap senyawa pengotor ( CO2 dan H2S) oleh absorben DEA.

Produk atas dari kolom absorber (sweet gas) akan dijadikan umpan untuk proses pemisahan.

Produk bawahnya (rich DEA) senyawa pengotor yang terikat oleh DEA yang akan diproses

lagi untuk memisahkan DEA dengan senyawa pengotor.

Tabel 4.4 Spesifikasi Absorber

No. Alat T-101

Jenis Tray Sieve

Material Steel dan alloy 304, 316, 410 SS

TekananOperasi (psia) 600

Diameter (ft) 3.5

Tinggi (ft) 40

Jumlah Tray 20

Rich DEA kemudian diturunkan tekanannya lalu masuk ke separator untuk dipisahkan

fasa cair dan gasnya. Produk bawah separator kemudian dipanaskan dengan heat exchanger

dan dialirkan ke kolom distilasi untuk memisahkan DEA dengan senyawa pengotor. DEA

yang terbebas dari senyawa pengotor akan digunakan kembali untuk siklus CO2 removal.

Reaksi DEA dengan H2S dan CO2 adalah sebagai berikut :

Page 74: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

57

Low temperature

2 R2NH + H2S (R2NH)2S

High temperature

Low temperature

(R2NH)2S + H2S 2(R2NH2)H

High temperature

Low temperature

2 R2NH + CO2 R2NCOONH2R2

High temper ature

Adapun kondisi operasi yang ada dalam CO2 Removal adalah :

a. Kondisi Operasi Kolom Kontaktor Absorber

Gambar 4.3 Kondisi Operasi Kolom Kontaktor Absorber

Dengan kondisi operasi di atas dihasilkan komposisi fraksi mol CO2 yang rendah

sehingga gas alam menghasilkan yaitu sweet gas dengan komposisi komponen seperti

dibawah, yang dapat di proses di unit selanjutnya.

Page 75: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

58

Gambar 4.4 Spesifikasi Kolom Kontraktor Absorber

b. Kondisi Operasi Kolom Regenerator

Kolom ini berfungsi untuk meregenerasi DEA yang telah menyerap CO2, sehingga

DEA murni dapat kembali di recycle kedalam kolom kontaktor absorber.

Gambar 4.5 Kondisi Operasi Kolom Regenerator

Page 76: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

59

Dengan input spesifikasi :

Reflux ratio

Gambar 4.6 Spesifikasi Reflux Ratio pada Kolom

Regenerator

Duty

Gambar 4.7 Spesifikasi Duty Pada Kolom Regenerator

Vapor rate

Gambar 4.8 Spesifikasi Vapour Rate Pada Kolom

Regenerator

Temperatur condenser

Gambar 4.9 Temperatur Condenser Pada Kolom

Regenerator

Page 77: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

60

P-21

P-23

E-19

E-20

P-40

P-41

P-42

P-43

P-46

V-4

P-48

P-51

E-22

P-52

E-23

P-54

P-55

P-56

Q Reb

Q Cond

Q Cond 2

Q Reb 2

LPG LPG

Vap

condensate

Condensate 2

Condensate 3

Propane

To ethan

To valve

Gas

Lean gas

Feed

P-57

4.2.1.2 Dehidrasi

Teknologi yang digunakan adalah absorpsi karena lebih mudah, tekanan

operasi lebih rendah. lebih murah prosesnya.dan lebih efektif. Absorbent yang

digunakan adalah TEG karena senyawa teg ini mempunyai karateristik yang sama

dengan air.

Gambar 4.10 Simulasi Proses Dehidrasi

Setelah diminimalkan senyawa pengotornya, dalam proses pembuatan

LPG ini perlu juga diminimalkan atau dihilangkan kadar airnya, karena

pengoperasian pembuatan LPG melibatkan temperature dingin maka untuk

menghindari terbentuknya hidrat yang dapat menggaggu proses. Proses dehidrasi

menggunakan larutan erilen glikol (TEG) untuk mengikat air.

Page 78: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

61

Spesifikasi Inlet Gas pada Unit Dehydration :

Gambar 4.11 Kondisi Operasi Inlet Pada

Kolom Dehiderasi

Gambar 4.12 Spesifikasi Inlet Gas pada

Unit Dehydration

Umpan yang telah melewati proses CO2 removal masuk bersama dengan

air yang selanjutnya masuk ke separator FWKO. Produk atas separator dialirkan

ke kolom absorber bersama dengan TEG untuk memisahkan air dari komponen

lainnya. Produk atas dari kolom absorber yang mengandung sedikit TEG akan

dinginkan dengan heat exchanger produk keluarnya berupa sales gas yang akan

dipisahkan dengan komponen splitter unutk memisahkan TEG dan kadar air.

Kondisi Operasi Absorber :

Gambar 4.13 Kondisi Operasi Absorber

Page 79: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

62

TEG yang sudah terbebas dari air akan dialirkan kembali sebagai make up

TEG. Produk bawah dari kolom absorber yang kaya akan TEG selanjutnya

diturunkan tekanannya lalu dipanaskan dengan heat exchanger dan dilanjutkan

masuk ke kolom distilasi untuk dipisahkan berdasarkan bberat fraksi dan titik

didihnya. Produk atas berupa sour gas dan produk bawahnya yang banyak

mengandung TEG akan dimasukkan ke mixer bersama make up TEG dan

dialirkan dengan pompa untuk direcycle kembali atau mengulang kembali proses

dehidrasinya.

Kondisi Operasi Regenerator :

Gambar 4.14 Kondisi Operasi Regenator

Dengan input spesifikasi :

Gambar 4.15 Spesifikasi Temperatur

Condenser Pada Kolom Regenerator

Gambar 4.16 Spesifikasi Temperatur

Reboiler pada Kolom Regenerator

Page 80: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

63

Gambar 4.17 Spesifikasi Reflux Ratio pada

Kolom Regenerator

Gambar 4.18 Spesifikasi Draw Rate pada

Kolom Regenerator

4.2.1.3 Fraksionasi

P-21

P-23

E-19

E-20

P-40

P-41

P-42

P-43

P-46

V-4

P-48

P-51

E-22

P-52

E-23

P-54

P-55

P-56

Q Reb

Q Cond

Q Cond 2

Q Reb 2

LPG LPG

Vap

condensate

Condensate 2

Condensate 3

Propane

To ethan

To valve

Gas

Lean gas

Feed

P-57

Gambar 4.19 Simulasi Proses di Unit Fraksionasi

Gas umpan yang sudah diminimalkan senyawa pengotor dan H2O, masuk

kedalam unit pendinginan dengan tujuan untuk menurunkan temperatur gas

umpan agar lebih rendah lagi sehingga sehingga terdapat fraksi gas yang berubah

Page 81: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

64

menjadi fasa cair. Sub-proses pendinginan terdiri atas Gas-Gas Heat Exchanger

atau biasa yang disebut sebagai gas Chiller.

Gas Chiller dengan konfigurasi Multiflow Heat Exchanger merupakan

suatu alat yang digunakan untuk mempertukarkan kalor lebih dari 2 (dua) jenis

aliran. Pertimbangan penggunaan Gas Chiller dibandingkan dengan menggunakan

Heat Exchanger biasa adalah bahwa masih ada kalor yang dapat dilepas dan

diberikan kepada aliran lainnya dan juga sebaliknya.

Sebagai contoh, Gas Chiller LPG-100 digunakan untuk mendinginkan gas

kering bertekanan tinggi sebelum dimasukkan ke dalam Demethanizer. Gas kering

ini didinginkan dengan menggunakan top product kolom Demethanizer, bottom

product dari Demethanizer dan juga didinginkan dengan menggunakan top

product kolom Deethanizer. Selain memiliki fungsi untuk mendinginkan fluida

panas, Gas Chiller juga berfungsi untuk memanaskan fluida dingin sebelum

dilepas atau diproses kembali.

Pada Gas Chiller, gas kering keluaran unit dehidrasi diturunkan

temperaturnya dengan media pendingin yaitu aliran top product dan bottom

product dari kolom Demethanizer serta top product Kolom Deethanizer. Keluaran

kedua kolom tersebut memiliki temperatur yang sangat rendah sehingga dapat

digunakan untuk mendinginkan gas kering. Temperatur keluaran gas kering dari

Gas Chiller yaitu 77 oF. Penurunan tekanan gas pada unit Gas-Gas Heat

Exchanger ditetapkan sebesar 3 psi baik pada sisi tube maupun sisi shell.

Tabel 4.5 Spesifikasi Chiller Yang Digunakan

No. Alat LPG-301

FluidaPanas Liquid MR

FluidaDingin Vapor MR

LMTD (F°) 112.9

UA (Btu/F-hr) 1,45E+07

Duty (Btu/hr) 1,64E+09

Page 82: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

65

Unit Fraksionasi merupakan inti proses pemisahan komponen LPG dari

fraksi ringan yaitu metana dan etana. Proses pemisahan cairan hasil kondensasi

yang terjadi pada Gas Chiller dilakukan di unit Deethanizer dan Debutanizer

dengan prinsip perbedaan titik didih. Setiap kolom dioperasikan menurut tekanan

dan kondisi tertentu supaya dapat dicapai semaksimal mungkin fraksi hidrokarbon

ringan yang keluar melalui top product serta semaksimal mungkin propana dan

butana yang keluar sebagai produk cair pada bottom product di setiap kolom.

Jenis tray yang digunakan untuk tiap kolom fraksionasi adalah jenis sieve

tray dengan alasan bahwa sieve tray memiliki kapasitas dan efisiensi yang baik.

Material kolom menggunakan baja Stainless Steel yang memiliki corrosion

allowance yang rendah dan memiliki maximum allowable stress yang tinggi

sehingga mampu untuk dioperasikan pada tekanan tinggi.

Kolom Deethanizer

Kolom Deethanizer digunakan untuk memisahkan gas dari komponen yang

lebih ringan yaitu metana dan etana. Kolom yang digunakan adalah distilasi

kolom yang dioperasikan pada rentang tekanan tinggi 180 psia. Kolom ini

memiliki Condenser dan Reboiler dengan tujuan supaya jumlah tiap fraksi

yang diinginkan di setiap aliran keluaran dapat diatur melalui kondisi operasi

yang tepat sehingga dapat memenuhi spesifikasi LPG dan Kondensat sebagai

produk final. Semakin tinggi tekanan di dalam kolom Deethanizer ini akan

menghasilkan jumlah LPG yang semakin banyak. Namun variable yang

membatasi tekanan tidak boleh melebihi 200 psia adalah komposisi produk

LPG dan biaya fabrikasi kolom yang akan lebih mahal apabila tekanannya

lebih tinggi lagi.

Page 83: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

66

Gambar 4.20 Kolom Deethanizer

Tabel 4.6 Spesifikasi Kolom De-Ethanizer (T-301)

No. Alat T-301

Jenis Tray Sieve

Material Steel dan alloy 304, 316, 410 SS

TekananOperasi (psia) 180

Diameter (ft) 7.5

Tinggi (ft) 20

Jumlah Tray 10

Alat pendukung Condenser dan Reboiler

Page 84: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

67

Kondisi Operasi Kolom Deethanizer :

Gambar 4.21 Kondisi Operasi kolom Deethanizer

Dengan inlet spesifikasi :

Gambar 4.22 Reflux Ratio pada kolom

Deethanizer

Gambar 4.23 Komponen Fraksi Condenser

pada kolom Deethanizer

Gambar 4.24 Komponen Fraksi Reboiler pada kolom Deethanizer

Page 85: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

68

Condenser pada kolom Deethanizer menggunakan Mized Refrigerant

sebagai fluida pendingin condenser. Karena dibutuhkan temperatur pada top

product kolom Demethanizer yaitu sekitar -117.6 , maka fungsi condenser pada

kolom Deethanizer digantikan oleh Gas Chiller yang terintegrasi di dalam unit

refrijerasi.

Reboiler pada kolom Deethanizer menggunakan hot oil yang dihasilkan

sebagai fluida pemanas. Kebutuhan hot oil untuk memanaskan reboiler ini adalah

130,92 ton per hari.

Tabel 4.7 Spesifikasi reboiler pada kolom Deethanizer (TR-301)

No. Alat TR-301

Jenis Reboiler U-Tube Kettle Type

Luas Permukaan (ft2) 13,9

LMTD ( ) 192,6

Fluida Pemanas Hot Oil

Kebutuhan Hot Oil (ton/day) 130,92

Top product dari kolom Deethanizer yang sudah dipanaskan di dalam Gas

Chiller (berperilaku sebagai pendingin yang akan menyerap panas) akan disatukan

pada satu aliran dan dijual sebagai produk gas dengan fraksi metana dan etana

yang lebih dominan. Produk gas jual atau Sales gas yang dihasilkan harus

memenuhi kriteria sebagai berikut :

Memenuhi spesifikasi kegunaan sebagai bahan bakar dengan nilai gross

heating value (GHV) minimum 900 Btu/SCF.

Page 86: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

69

Memiliki komposisi :

Tabel 4.8 Batasan Komposisi Gas Jual

No. Komponen %-mol

1 C1 > 80,0

2 C2 < 10,0

3 C3 < 10,0

4 C4 < 10,0

5 C5+ < 10,0

6 CO2 < 6

Dari operasi diatas, dihasilkan sales gas atau lean gas sebagai berikut :

Gambar 4.25 Kondisi Operasi Sales Gas pada

kolom Deethanizer

Gambar 4.26 Spesifikasi Sales Gas pada

kolom Deethanizer

Kolom Debutanizer

Debutanizer digunakan untuk memisahkan LPG yaitu propane dan butana

dari komponen yang lebih berat (C5+). Umpan pada tahap ini berasal dari

produk bottom De-ethanizer. Di debutanizer, komponen LPG dipisahkan dari

komponen yang lebih berat dan keluar sebagai produk pada bagian atas

debutanizer. Adapun produk bawah dari debutanizer yaitu kondensat yang

selanjutnya dikirim ke tangki penyimpanan kondensat setelah melalui

stabilisasi.

Page 87: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

70

Gambar 4.27 Kolom Debutanizer

Tabel 4.9 Spesifikasi Kolom Debutanizer (T-302)

No. Alat T-302

Jenis Tray Sieve

Material Steel dan alloy 304, 316, 410 SS

TekananOperasi (psia) 240

Diameter (ft) 3.5

Tinggi (ft) 24

Jumlah Tray 20

Alat Pendukung Condenser dan Reboiler

Kondisi Operasi Kolom Debutanizer :

Gambar 4.28 Kondisi Operasi Kolom Debutanizer

Page 88: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

71

Gambar 4.29 Reflux Ratio pada kolom

Debutanizer

Gambar 4.30 Liquid Flow Spec pada Kolom

Debutanizer

Gambar 4.31 Component Fraction Spec 1

pada Kolom Debutanizer

Gambar 4.32 Component Fraction Spec 2

pada Kolom Debutanizer

Gambar 4.33 Component Fraction Spec 4 pada Kolom Debutanizer

Kolom Debutanizer bertugas untuk memisahkan LPG dari fraksi beratnya dan

memisahkan kondensat dari fraksi ringannya sehingga dapat memenuhi

spesifikasi produk LPG dan spesifikasi kondensat sebagai berikut.

Page 89: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

72

Dapat disimpan pada kondisi ambien (35oC, 30 psia).

Memiliki Komposisi :

Tabel 4.10 Batasan Komposisi Kondensat

No. Komponen %-mol

1 C3 < 2,5

2 C4 < 32,5

3 C5+ > 65,0

Condenser pada kolom Debutanizer menggunakan cooling water yang

disirkulasikan pada unit Cooling water sebagai fluida pendinginnya. Spesifikasi

condenser yang digunakan pada kolom Debutanizer adalah sebagai berikut.

Tabel 4.11 Spesifikasi Condenser Debutanizer (TC-302)

No. Alat TC-302

Tipe Shell & Tube

Luas Area (ft2) 2862,8

LMTD ( ) 23,39

Kebutuhan Cooling water (ton/day) 4210

Reboiler pada kolom Debutanizer menggunakan hot oil sebagai fluida pemanas.

Kebutuhan hot oil untuk memanaskan reboiler ini adalah 874,64 ton per hari.

Berikut adalah spesifikasi reboiler pada kolom Debutanizer.

Tabel 4.12 Spesifikasi Reboiler Debutanizer (TR-302)

No. Alat TR-302

Jenis Reboiler U-Tube Kettle Type

Luas Permukaan (ft2) 110

LMTD ( ) 99,49

Fluida Pemanas Hot Oil

Kebutuhan Hot Oil (ton/day) 874,64

Page 90: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

73

Dari operasi Debutanizer diatas, didapatkan produk sebagai berikut :

LPG

Gambar 4.34 Kondisi Operasi LPG pada Kolom

Debutanizer

Gambar 4.35 Spesifikasi LPG pada Kolom

Debutanizer

Kondensat

Gambar 4.36 Kondisi Operasi Kondensat pada

Kolom Debutanizer

Gambar 4.37 Sepesifikasi Kondensat pada

Kolom Debutanizer

4.2.1.4 Refrijerasi

Unit Refrijerasi merupakan unit pendukung tercapainya temperatur yang

sangat rendah di dalam LPG Plant. Temperatur yang sangat rendah ini diperlukan

bagi top product kolom Deethanizer. Condenser dari kolom Deethanizer

merupakan Gas Chiller dengan menggunakan sistem refrijerasi campuran (Mixed

Refrigerant). Pertimbangan penggunaan Mixed Refrigerant untuk menurunkan

temperatur top product kolom adalah karena diperlukannya pencapaian

Page 91: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

74

E104

VLV-102

S

E-102

E-105P-23

S

E-101

MR5

P-30

P-32

E-16

P-33

P-35

E-17

E-18

P-37

P-38

E-19

E-20

P-40

P-41

P-42

E-21

P-43

V-3

P-44

P-45

P-46

P-47

P-53

SP-54 P-56

P-45

P-57 P-58

P-46

To condenser

Target

Mr in

Mr 7

Mr 6

Mr to comp

Mr 4

Mr 5

W2 out

w1in

Mr 2

wkmr1

wkmr2

w1out

w22w2in

mr3

c3in

c3out

wp2

wc3

c3a c3b

temperatur yang sangat rendah yaitu sekitar -117.6 pada top product kolom

Deethanizer. Refrijeran propana tidak dapat digunakan sebaga refrijeran utama

pada sistem refrijerasi ini karena memiliki batas pendinginan yaitu –40 oF.

Walaupun tidak dapat digunakan sebagai refrijeran utama, propana digunakan

sebagai fluida pendingin bagi Mixed Refrigerant.

Gambar 4.38 Skema Proses Refrijerasi

MR masuk pada aliran MR In dan menerima kalor dari top product kolom

Demethanizer di dalam Gas Chiller (LPG-301). Setelah mengalami perubahan

fasa menjadi uap, MR dikompres hingga mencapai tekanan yang lebih tinggi. MR

kemudian didinginkan pada Air Cooler (AC-401) hingga mencapai temperatur

ambient sekitar 100 . MR yang sudah didinginkan dikompres kembali hingga

mencapai tekanan sekitar 600 psia. MR yang sudah dikompres pada tahap kedua

tersebut didinginkan oleh refrijeran propana supaya dapat menyerap kalor kembali

di dalam Gas Chiller (LPG-301). MR yang sudah mulai teruapkan mengalami

flashing di dalam valve (VLV-401) untuk mencapai temperatur yang lebih rendah

lagi.

Page 92: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

75

Gas Chiller

Gas Chiller dengan konfigurasi Multiflow Heat Exchanger merupakan suatu

alat yang digunakan untuk mempertukarkan kalor lebih dari 2 (dua) jenis

aliran. Pertimbangan penggunaan Gas Chiller dibandingkan dengan

menggunakan Heat Exchanger biasa adalah bahwa masih ada kalor yang

dapat dilepas dan diberikan kepada aliran lainnya dan juga sebaliknya.

Kompresor Mixed Refrigerant (MR)

Spesifikasi kompresor yang digunakan pada unit MR Refrigeration Plant

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.13 Spesifikasi Kompresor Pada Unit refrijerasi

Spesifikasi K-401 K-402 K-403

Jenis Sentrifugal Sentrifugal Sentrifugal

Polytropic Head (ft) 53.930 40360 13840

Adiabatic Head (ft ) 52.480 38890 13680

Efisiensi adiabatik

(%)

75 70,6 75

Efisiensi politropik 77,075 73,284 75,685

Duty (hp) 291,833 229,723 124,945

Kapasitas design

(ACFM)

853,3 147,9 2009

Heat Exchanger

Pada LPG Plant ini digunakan 5 buah Heat Exchanger pada MR Refrigeration

Plant untuk mempertukarkan kalor. Berikut adalah spesifikasi dari Heat

Exchanger yang digunakan pada MR Refrigeration Plant.

Page 93: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

76

Tabel 4.14 Spesifikasi Heat Exchanger Yang Digunakan Pada Proses Refrigerasi

No. Alat HE-401 HE-402 HE-403 HE-404 HE-405

Jenis Shell and

Tube

Shell and

Tube

Shell and

Tube

Shell and

Tube

Shell and

Tube

TekananOperasi

(psia) 5 5 10 5 5

Duty (Btu/hr) 1,335E+06 2,315E+05 1,335E+06 1,335E+06 1,335E+06

LMTD (°F) 22,4 23,2 23,7 22,9 24,6

Fluida

Pendingin

Cooling

Water

Cooling

Water

Cooling

Water

Cooling

Water

Cooling

Water

Cooling Tower

Selain digunakan untuk mendinginkan regenerasi gas setelah mengadsorpsi air

dan kandungan hidrokarbon lainnya dari dalam kolom adsorber, air cooler

juga digunakan untuk mendinginkan propana dan cooling water pada siklus

refrijerasi. Pertimbangan penggunaan cooling tower sebagai pendingin adalah

karena gas regenerasi tersebut akan didinginkan hingga mencapai temperatur

ambient yaitu sekitar 77 . Berikut adalah spesifikasi dari cooling tower yang

digunakan.

Tabel 4.15 Spesifikasi Cooling Tower pada Unit Refrijerasi

No. Alat CT-401 CT-402 CT-403

Jenis Alat Dry CT Dry CT Dry CT

Air Inlet Temperature ( ) 77 77 77

Air Outlet Temperature ( ) 77,09 78,38 101,4

Jumlah Kipas 1 1 1

Diameter Kipas (ft) 4 4 4

Daya per Kipas (hP) 9 9 9

Page 94: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

77

Refrijeran

Refrijeran yang dibutuhkan terdiri dari dua jenis yaitu Mixed Refrigerant

(MR) dan propana. Komposisi Mixed Refrigerant yang digunakan terdiri atas

nitrogen (2,2 %), metana (25 %), etana (55 %) dan propana (19 %).Setiap

siklus refrijerasi membutuhkan jumlah refrijeran yang berbeda. Tabel 4.18

menunjukkan kebutuhan refrijeran pada setiap siklus dengan asumsi siklus

tertutup dengan loss sebesar 5 % per tahun.

Tabel 4.16 Kebutuhan Refrijeran

No. Refrijeran Kebutuhan (ton)

1. Mixed Refrigerant 89,90

2. Propana 147,60

4.2.1.5 Stabilisasi Kondensat dan Penyimpanan Produk

Unit Stabilisasi kondensat dan penyimpanan produk terdiri dari sebuah

Air Cooler dan tangki penyimpanan LPG serta penyimpanan kondensat.

Air Cooler

Stabilisasi Kondensat berfungsi memisahkan fraksi ringan yang ikut

terkondensasi dan terbawa dalam fraksi kondensat sehingga dapat diperoleh

produk kondensat yang stabil atau tidak mudah menguap pada kondisi sekitar

ambien. Air Cooler atau Fin Fan Cooler untuk stabilisasi kondensat berfungsi

untuk memberikan temperatur ambien dan tekanan atomosferik sehingga tidak

mengalami flash kembali pada saat disimpan di dalam tangki penyimpanan

kondensat. Stabilisasi kondensat ini menghasilkan kondensat dengan Reid

Vapor Pressure (RVP) sebesar 13,64 psia sebanyak 9,218 barrel per hari.

Tabel 4.17 Spesifikasi dari air cooler

No. Alat AC-301

1. Jenis Alat Dry CT

2. Air Inlet Temperature ( ) 77

3. Air Outlet Temperature (( ) 77,5

4. Jumlah Kipas 1

5. Diameter Kipas (ft) 4

6. Daya per Kipas (hP) 9

Page 95: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

78

Tangki penyimpanan LPG

LPG disimpan di dalam sebuah spherical tank yang bertekanan tinggi supaya

LPG tidak teruapkan kembali. Jumlah spherical tank yang dibutuhkan

bergantung kepada asumsi laju penyaluran LPG setiap harinya. Pada LPG Plant

diasumsikan laju penyaluran LPG setiap harinya adalah 97,62 ton, sehingga

kapasitas LPG Storage Tank yang dibutuhkan harus lebih besar daripada laju

penyaluran LPG yaitu 35 ton sebanyak 3 buah. Tangki penyimpanan LPG

menggunakan tangki jenis spherical dengan pertimbangan bahwa tangki jenis

spherical memiliki keunggulan dalam menahan tekanan yang sangat tinggi.

Tekanan tinggi dibutuhkan dalam penyimpanan LPG untuk mencegah fasa cair

LPG berubah menjadi fasa gas kembali.

Tabel 4.18 Spesifikasi Tangki Penyimpanan LPG

No. No. Alat ST-201

1. Jenis Spherical Tank

2. Material Steel Plates, pipe and cast steel

3. Tekanan Operasi (psia) 70

4. Kapasitas (ton) 35

Tangki Penyimpanan Kondensat

Tangki penyimpanan kondensat digunakan untuk menyimpan produk

kondensat dari proses sebelum ditransportasikan. Tangki penyimpanan

kondensat berbentuk silinder dengan tutup. Tekanan didalam tangki

penyimpanan ini dipilih tekanan yang mendekati tekanan atmosferik sehingga

tidak memerlukan tangki bertekanan yang dapat mempengaruhi besar nilai

investasi.

Tabel 4.19 Spesifikasi Tangki Penyimpanan Kondensat

No. No. Alat TK-301

1. Jenis Tangki Cone-Roof Tank

2. Kapasitas 100000 liters

3. Tekanan Operasi

(psia)

15

4. Material Steel A240 TP316L

& A240 TP304L

5. Diameter (m) 4

6. Tinggi (m) 6

Page 96: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

79

4.2.2 Spesifikasi Produk

Berikut ini merupakan spesifikasi jumlah Feed gas, LPG, Sales gas, serta

kondensat yang dihasilkan pada basis dasar simulasi yaitu gas umpan dengan

aliran sebesar 20 MMSCFD.

Tabel 4.20 Spesifikasi Produk

Stream (main) Feed gas LPG Sales Gas Kondensat

Vapour

fraction 0.9964 0 1 0

Temperatur

(0F)

1015 132 -21.70 308.1

Pressure (psia) 86 200 210 210

Molar flow

(MMSCFD) 20 1.63 17.68 1.02E-02

Mass Flow

(ton/day) 502.9 97.62 372 0.9433

Heat flow

(Btu/hour) 1.45E+07 -9.983E+04 -6.547E+07 -7.5567E+04

Liq vol flow

(Barrel/day) 0 1141 3.133E+06 9.218

Composition (%-mol)

Nitrogen 0.0015 0 0.0019 0

C02 0.0278 0 0.0005 0

Methane 0.7862 0 0.8892 0

Ethane 0.0959 0.0014 0.1083 0

Propane 0.0471 0.5778 0 0

i-butane 0.0245 0.3014 0 0.0001

n-butane 0.0091 0.1116 0 0.0004

i-pentane 0.0006 0.0059 0 0.1725

n-pentane 0.0004 0.0018 0 0.64

Hexane 0.0000 0 0 0

Heptane 0.0001 0 0 0.1871

4.2.3 Equipment List

Separator

Separator digunakan untuk memisahkan fase pertama cairan hidrokarbon dan

air bebasnya dari gas atau cairan, tergantung mana yang lebih dominan,

melakukan usaha lanjutan dari pemisahan fase pertama dengan mengendapkan

Page 97: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

80

sebagian besar dari butiran-butiran cairan yang ikut di dalam aliran gas,

mengeluarkan gas maupun cairan yang telah dipisahkan dari separator secara

terpisah dan meyakinkan bahwa tidak terjadi proses balik dari salah satu arah

ke arah yang lainnya. Aplikasi separator di PABRIK PABRIK LPG

SAGAMA adalah memisahkan zat cair yang masih terkandung pada aliran gas

yang akan diolah. Hasil pemisahan separator tersebut berupa gas umpan yang

digunakan sebagai bahan baku untuk proses pembuatan LPG, serta water

formation yang diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan dan

condensates yang dimurnikan hingga masuk spesifikasi kondensat kemudian

ditampung di tangki kondensat. Dalam kondisi lain, separator dapat digunakan

untuk memisahkan absorbent amine dari gas pengotornya (FLASH VAP).

Faktor – faktor lain yang dapat mempengaruhi pemisahan fluida antara lain;

Viskositas fluida

Densitas minyak dan air

Tipe peralatan dalam separator

Kecepatan aliran fluida

Diameter dari titik – titik air (droplet)

Jenis separator yang digunakan adalah separator 2 fasa dengan High

Pressure (HP) Separator, karena gas umpan yang di supply dari PABRIK

Total E & P Indonesie memiliki tekanan sebesar 70 bar atau 1015 psia.

Material yang digunakan untuk separator ini adalah plat carbon steel yakni

baja yang anti korosif jadi jika dialiri oleh feed yang bersifat asam tidak akan

korosif. Disamping itu, untuk pemakaian design separator, digunakan

pertimbangan sebagai berikut :

Tabel 4.21 Spesifikasi Design Separator

Variabel Separator Vertikal Separator

Horizontal Separator Bulat

Spesifik material Gas oil ratio

rendah

Gas oil ratio tinggi -

Luas kontak Luas antar

permukaan gas

dengan cairan

Luas antar

permukaan gas

dengan cairan

Luas antar

permukaan gas

dengan cairan

Page 98: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

81

cukup lebih besar kurang

Aliran masuk Cairan datang

secara slug

(kejutan) yang

relative sering

Cairan datang

secara konstan dan

teratur

Cairan datang

secara konstan dan

teratur

Harga Mahal Murah Mahal

Luas area untuk

aplikasi

Tidak

membutuhkan

space yang besar

Membutuhkan

space yang cukup

besar

Tidak

membutuhkan

space yang besar

Tekanan operasi 50 – 150 psig 650 – 1000 psig 800 pisg

Kapasitas sedang tinggi rendah

Pemasangan dan

perawatan sulit

Pemasangan dan

perawatan mudah

Fabrikasi dan

perawatan sulit

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, maka jenis separator yang

akan digunakan oleh PABRIK LPG SAGAMA adalah separator horizontal,

dan di aplikasikan untuk :

1) Memisahkan zat cair yang masih terkandung pada aliran gas yang akan

diolah (V-101)

2) Memisahkan absorbent amine dari gas pengotornya (V-102)

3) Memisahkan zat cair yang masih terkandung pada aliran gas pada proses

dehidrasi (V-201)

4) Memisahkan limbah cair dan gas pada proses dehidrasi (V-202)

5) Memisahkan fraksi liquid yang masih tersisa pada proses fraksionasi (V-

301)

Page 99: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

82

Gambar 4.39 Separator Horizontal

Absorber

Absorber adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen

(solute) atau lebih dari campurannya (gas) menggunakan prinsip perbedaan

kelarutan. Solute adalah komponen yang dipisahkan dari

campurannyasedangkan pelarut (solvent ; sebagai separating agent) adalah

cairan atau gas yang melarutkan solute. Karena perbedaan kelarutan inilah,

transfer massa solute dari fase satu ke fase yang lain dapat terjadi.

Absorbsi adalah operasi pemisahan solute dari fase gas ke fase cair, yaitu dengan

mengontakkan gas yang berisi solute dengan pelarut cair (solven /absorben ) yang

tidak menguap.

Absorber yang digunakan adalah berbentuk menara vertikal yang

dirancang sedemikian rupa sehingga diperoleh kontak yang baik antara kedua fase

tersebut. Tujuan utama perancangan alat transfer massa secara sederhana adalah

menentukan tinggi kontak kedua fase itu. Berdasarkan cara kontak antar fase, alat

transfer massa diffusional dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1) Proses keseimbangan dimana operasi dengan keseimbangan antar fase,

yaitu alat dengan kontak bertingkat (stage wise contact / discreet),

misalnya menara menggunakan plat atau tray.

Page 100: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

83

2) Proses dikontrol kecepatan transfer massa, yaitu alat dengan kontak

kontinyu (continuous contact), misalnya menara sembur, gelembung atau

menggunakan bahan isian (packing).

Dalam pemilihan jenis absorber banyak yang harus diperhatikan, salah satunya

adalah pemilihan media pengontak seperti tray atau packing. Untuk menentukan

pemakaian type tray, didapatkan perbandingan sebagai berikut:

Tabel 4.22 Perbandingan jenis Absorber

Variabel Sieve tray Valve tray Bubble-cup tray

Kapasitas Tinggi Tinggi-sangat

tinggi sedang tinggi

Efisiensi Tinggi Tinggi sedang tinggi

Turndown

Sekitar 2:1.

umumnya tidak

cocok untuk

operasi di bawah

variabel beban

Sktar 4:1-

5:1.Beberapa

desain khusus

mencapai10:1 atau

lebih

Bagus, lebih baik

daripada valve

tray. Baik pada

laju alir cairan

rendah

Entrainment

sedang sedang

Tinggi, sktr 3

xlebih tinggi

daripada sieve tray

Pressure drop sedang sedang tinggi

Biaya

Rendah

20% lebih tinggi

dari sieve sieve

tray

Tinggi, sktr 2-3 x

biaya

tray

Perawatan Rendah Sedang Relativ tinggi

Fouling Tendency

Rendah Sedang

Tinggi. Cenderung

mengumpul

padatan

Efek korosi Rendah Sedang tinggi

Aplikasi utama

1. Sebagian besar

kolom ketika TD

tidak kritis

1. Sebagian besar

kolom

2. Menangani

1. U kondisi laju

alir

rendah

Page 101: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

84

2. Fouling tinggi

dan

potensi korosiv

dimana TD penting

2. Dimana leakege

harus

diminimalkan

Pangsa pasar 25% 70% 5%

Dengan perbandingan yang ada diatas, maka dapat diputuskan jenis absorber

yang akan diaplikasikan adalah absorber dengan jenis tray sieve. Absorber

diaplikasikan di bagian:

1) Kolom kontaktor DEA dan CO2 di unit CO2 removal (T-100)

2) Kolom kontaktor TEG dan H2O di unit Dehidration (T-200)

3) dan H2O di unit Dehidration (T-200)

Stripper

Sama halnya dengan absorber, stripper adalah alat yang digunakan untuk

memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan

prinsip perbedaan kelarutan. Disini, stripper digunakan untuk memisahkan

solute dari cairan sehingga diperoleh gas dengan kandungan solute lebih

pekat. Dalam kata lain proses stripping adalah operasi pemisahan solute dari

fase cair ke fase gas, yaitu dengan mengontakkan cairan yang berisi solute

dengan pelarut gas (stripping agent) yang tidak larut ke dalam cairan.

Stripper di aplikasikan untuk remove TEG pada unit Dehydration (S-201)

Valve

Pada pabrik migas, kebanyakan valve yang digunakan adalah globe valve.

Globe Valve biasanya digunakan pada situasi dimana pengaturan besar kecil

aliran (throttling) diperlukan. Dengan mudah memutar handel valve, besarnya

aliran zat yang melewati valve bisa diatur. Dudukan valve yang sejajar dengan

aliran, membuat globe valve efisien ketika mengatur besar kecilnya aliran

dengan minimum erosi piringan dan dudukan. Namun demikian tahanan

didalam valve cukup besar.

Page 102: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

85

PABRIK LPG SAGAMA menggunakan desain Globe Valve yang memaksa

adanya perubahan arah aliran zat didalam valve, sehingga tekanan menurun

drastis dan menyebabkan turbulensi di dalam valve itu sendiri.

Globe valve di aplikasikan pada plant untuk mengontrol tekanan aliran gas

LPG. Pemakaian globe valve dari jenis valve yang lain karena desain globe

valve dinilai lebih cocok karena dapat mengatur besar kecilnya suatu aliran.

Valve ini di aplikasikan untuk :

1) Mengalirkan Rich DEA pada unit CO2 Removal (VLV-101)

2) Mengalirkan Rich TEG pada unit Dehydration (VLV-201)

3) Mengalirkan kondensate (VLV-301)

4) Mengalirkan MR pada unit Refrijerasi (VLV-401)

5) Mengalirkan MR II pada unit Refrijerasi (VLV-402)

Heat Exchanger

Proses pertukaran panas pada pembuatan gas LPG menggunakan Heat

Exchanger shell & tube. Heat Exchanger shell & tube terdiri atas suatu bundel

pipa yang dihubungkan secara paralel dan ditempatkan dalam sebuah pipa

mantel (cangkang). Fluida yang satu mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida

yang lain mengalir di luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau

bersilangan. Fluida gas berbentuk liquid bertemu dengan fluida refrigerant

bertujuan untuk menukar panas dan mendinginkan gas LPG berfasa cair.

Kedua ujung pipa tersebut dilas pada penunjang pipa yang menempel pada

mantel. Untuk meningkatkan efisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat

penukar panas cangkang dan buluh dipasang sekat ( buffle ). Ini bertujuan

untuk membuat turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal (

residence time), namun pemasangan sekat akan memperbesar pressure drop

operasi dan menambah beban kerja pompa, sehingga laju alir fluida yang

dipertukarkan panasnya harus diatur.

Heat Exchanger PABRIK LPG SAGAMA memakai tipe shell and tube

karena menargetkan perpindahan panas yang efisien, dan juga dimaksudkan

Page 103: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

86

untuk menurunkan tekanan uap. Keuntungan Heat Exchanger shell and tube

adalah karena luas penampang untuk perpindahan panas lebih besar dari jenis

exchanger lainnya.

Gambar 4.40 Heat Exchanger

Heat Exchanger ini di aplikasikan untuk :

1) Mendinginkan DEA di CO2 Removal (HE-101)

2) Pertukaran panas TEG pada unit Dehydration (HE-201)

3) Pertukaran panas TEG II pada unit Dehydration (HE-202)

4) Pertukaran panas I pada Unit Refrijerasi (HE-401)

5) Pertukaran panas II pada Unit Refrijerasi (HE-402)

6) Pertukaran panas III pada Unit Refrijerasi (HE-403)

7) Pertukaran panas IV pada Unit Refrijerasi (HE-404)

8) Pertukaran panas V pada Unit Refrijerasi (HE-405)

Distilasi Kolom

Distilasi (penyulingan) adalah proses pemisahan komponen dari suatu

campuran yang berupa larutan cair-cair dimana karakteristik dari campuran

tersebut adalah mampu-campur dan mudah menguap, selain itu komponen-

komponen tersebut mempunyai perbedaan tekanan uap dan hasil dari

Page 104: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

87

pemisahannya menjadi komponen-komponennya atau kelompokkelompok

komponen. Karena adanya perbedaan tekanan uap, maka dapat dikatakan pula

proses penyulingan merupakan proses pemisahan komponen-komponennya

berdasarkan perbedaan titik didihnya.

Penggunaan kolom distilasi terfraksi ini berbeda dengan destilasi biasa, karena

terdapat suatu kolom fraksionasi dimana terjadi suatu proses refluks. Proses

refluks pada destilasi ini dilakukan agar pemisahan campuran dapat terjadi

dengan baik. Kolom fraksionasi berfungsi agar kontak antara cairan dengan

uap terjadi lebih lama. Sehingga komponen yang lebih ringan dengan titik

didih yang lebih rendah akan terus menguap dam masuk kondensor.

Sedangkan komponen yang lebih besar akan kembali kedalam labu destilasi.

Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom

fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang

berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan

untuk pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin ke

atas, semakin tidak volatil cairannya.

PABRIK LPG SAGAMA menggunakan jenis tray sieve karena;

- Kapasitas tinggi

- Efisiensi tinggi

- Pressure drop sedang

- Biaya instalasi dan perawatan murah

- Korosi rendah

Kolom distilasi ini di aplikasikan untuk :

1) Di CO2 Removal sebagai regenerator untuk DEA (T-101)

2) Di TEG Removal sebagai regenerator untuk DEA (T-201)

3) Kolom Deethanizer (T-301)

4) Kolom Debutanizer (T-302)

Page 105: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

88

Mixer

Pengadukan (mixing) terjadi di dalam sebuah alat (mixer) merupakan suatu

aktivitas operasi pencampuran dua atau lebih zat agar diperoleh hasil

campuran yang homogen. Pada media fase cair, pengadukan ditujukan untuk

memperoleh keadaan yang turbulen (bergolak).

Pencampuran merupakan operasi yang bertujuan mengurangi ketidaksamaan

kondisi, suhu, atau sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan. Pencampuran

dapat terjadi dengan cara menimbulkan gerak di dalam bahan itu yang

menyebabkan bagian-bagian bahan saling bergerak satu terhadap yang

lainnya, sehingga operasi pengadukan hanyalah salah satu cara untuk operasi

pencampuran. Pencampuran fasa cair merupakan hal yang cukup penting

dalam berbagai proses kimia. Pencampuran fasa cair dapat dibagi dalam dua

kelompok.

Mixer ini di aplikasikan untuk :

1) Mix antara DEA yang telah diregenerasi dengan make up DEA di unit

CO2 Removal (MIX-101)

2) Mix gas dengan water saturate pada unit Dehydration (MIX-201)

3) Mix antara TEG yang telah diregenerasi dengan make up TEG di unit CO2

Removal (MIX-202)

Cooler

Cooler adalah alat refrigerasi yang bertujuan untuk mendinginkan gas LPG fas

liquid pada PABRIK PABRIK LPG SAGAMA. Cooler merupakan alat

penukar kalor yang berfungsi sebagai pendingin atau dengan kata lain

berfungsi untuk mendinginkan fluida panas pada proses. Cooler ini di

aplikasikan untuk menurunkan temperature DEA pada unit CO2 Removal (E-

101)

Pompa

Secara umum pompa dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu dynamic

pump dan positive displacement pump.

Page 106: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

89

a. Pompa Dinamik

Pompa ini beroperasi dengan menghasilkan kecepatan fluida tinggi dan

mengkonversi kecepatan menjadi tekanan melalui perubahan penampang

aliran fluida.

Pompa dinamik terbagi menjadi beberapa macam yaitu:

1) Pompa sentrifugal

Sebuah pompa sentrifugal tersusun atas sebuah impeler dan saluran

inlet ditengah-tengahnya, fluida mengalir menuju casing disekitar

impeler sebagai akibat dari gaya sentrifugal. Casing ini berfungsi

untuk menurunkan kecepatan aliran fluida sementara kecepatan putar

impeler tetap tinggi.

Keuntungan:

- Operasional mudah

- Aliran halus

- Tekanan seragam pada discharge pompa

- Biaya perawatan rendah

- Dapat bekerja pada kecepatan yang tinggi

- Sederhana dalam konstruksi, dapat dibuat dari berbagai material.

- Tidak perlu kehadiran valve.

- Beroperasi dalam kondisi yang lebih steady.

- Tidak terjadi kerusakan pompa apabila delivery line-nya rusak.

- Ukuran dari pompa yang lebih kecil dibandingkan dengan jenis

lain untuk kapasitas yang sama.

- Dapat beropeasi walaupun terdapat padatan.

Kekurangan:

- Dalam keaddan normal, pompa sentrifugal tidak dapat menghisap

sendiri

- Kurang cocok untuk mengerjakan zat cair kental

Page 107: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

90

Gambar 4.41 pompa sentrifugal

2) Pompa Axial

Pompa axial juga disebut dengan pompa propeler. Pompa ini

menghasilkan sebagian besar tekanan dari propeler dan gaya lifting

dari sudu terhadap fluida. Pompa ini banyak digunakan di sistem

drainase dan irigasi.

Gambar 4.42 Pompa Axial

b. Pompa positive displacement

Pompa positive displacement bekerja dengan cara memberikan gaya

tertentu pada volume fluida tetap dari sisi inlet menuju sisi outlet pompa.

Page 108: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

91

Macam-macam pompa positive displacement adalah pompa reciprocating

dan rotary.

1) Pompa reciprocating

Pada pompa ini sejumlah volume fluida masuk ke dalam silinder

melalui valve inlet pada saat langkah masuk dan selanjutnya dipompa

keluar dibawah tekanan positif melalui valve outlet pada langkah maju.

Pompa ini banyak digunakan untuk memompa endapan dan lumpur.

Kelebihan:

- Mempunyai tekanan tinggi

- Dapat bekerja pada pengisapan kering

- Menghasilkan power density yang besar

Kekurangan :

- Aliran tidak kontinu (berpulsa) dan tidak steady yang disebabkan

adanya gaya inersia akibat gerakn bolak-balik piston.

- Kapasitas pompa rendah

Gambar 4.43 Pompa Reciprocating

2) Rotary pump

Adalah pompa ayang menggerakkan fluida dengan menggunakan

prinsip rotasi. Vakum terbentuk oleh rotasi dari pompa dan selanjutnya

menghisap fluida masuk. Keuntungan dari tipe ini adalah efisiensi

yang tinggi karena secara natural dapat mengeluarkan udara tersebut

secara manual. Kelemahan dari pompa ini adalah mengharuskan

pompa berputar pada kecfepatan yang rendah dan stabil, apabila

pompa bekerja pada kecepatan terlalu tinggi maka fluida kerjanya

dapat menyebabkan erosi pada sudu-sudu pompa.

Page 109: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

92

Dalam LPG SAGAMA Plant ini digunakan pompa sentrifugal karena

dengan melihat dan mempertimbangkan sifat pompa dan cara kerjanya sesuai

dengan kondisi yang diinginkan dalam perencanaan ini dan juga berdasarkan

pertimbangan lainnya yaitu lebih mudah pengoperasiannya, aliran halus,

tekanan seragam pada discharge pompa, biaya perawatan rendah, dan dapat

bekerja pada kecepatan yang tnggi.

Pompa ini di aplikasikan untuk :

1) Menaikan tekanan DEA sebelum masuk ke kolom kontaktor sebagai

proses recycle pada proses CO2 removal (P-101)

2) Menaikan tekanan TEG sebelum masuk ke kolom kontaktor sebagai

proses recycle pada proses CO2 removal (P-201)

3) Memompakan air pada unit refijerasi 1 (P-401)

4) Memompakan air pada unit refijerasi 2 (P-402)

Chiller

PABRIK LPG SAGAMA menggunakan chiller untuk menurunkan suhu

aliran LPG dan juga digunakan sebagai pendingin feed gas adalah Chiller

(LPG-301)

Tank LPG (ST-401)

Pressure vessel yang digunakan untuk menyimpan gas – gas yang dicairkan

seperti LPG, O2, N2 dan lain – lain bahkan dapat menyimpan gas cair tersebut

hingga mencapai tekanan 75 psi, volume tanki dapat mencapai 50000 barrel ,

untuk penyimpanan dengan suhu -190 (cryogenic) tanki dibuat berdinding

double dimana diantara kedua dinding tersebut diisi dengan isolasi seperti

polyurethane foam , tekanan penyimpanan diatas 15 psig.

PABRIK LPG SAGAMA menggunakan jenis spherical tank untuk

menyimpan LPG sebelum didistribusikan dengan kondisi 70 psia. Penggunaan

spherical tank karena desainnya menjadikan tekanan terdistribusi merata ke

semua dinding tank.

Page 110: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

93

Gambar 4.44 Tank LPG

Air cooler

Air cooler exchanger digunakan untuk mendinginkan fluida pada suhu sama

dengan sekitar udara. Air cooler ini di aplikasikan untuk :

1) Menstabilkan kondensate (CT-301)

2) Menstabilkan temperature di Unit Refrijerasi I (CT-401)

3) Menstabilkan temperature di Unit Refrijerasi II (CT-402)

4) Menstabilkan temperature di Unit Refrijerasi III (CT-403)

Tank kondensat

Tanki Kondensat digunakan sebagai tempat penyimpanan Kondensat hasil

pembuatan gas LPG. Gas kondensat adalah campuran berdensitas rendah dari

suatu cairan hidrokarbon yang berupa komponen gas dalam gas alam mentah

yang dihasilkan dari berbagai lapangan gas alam. Gas kondensat terbentuk

apabila suhu mengalami penurunan hingga dibawah dew point gas alam

tersebut.

Page 111: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

94

Penggunaan fixed cone roof tank digunakan untuk menimbun atau menyimpan

berbagai jenis fluida dengan tekanan uap rendah atau amat. Fixed roof (cone

atau dome) dapat digunakan untuk menyimpan semua jenis produk crude oil,

gasoline , benzene, fuel dan lain–lain termasuk produk atau bahan baku yang

bersifat korosif, dan mudah terbakar.

Kompresor

Kompresor adalah alat mekanik yang berfungsi untuk meningkatkan tekanan

fluida mampu mampat, yaitu gas atau udara. tujuan meningkatkan tekanan

dapat untuk mengalirkan atau kebutuhan proses dalam suatu system proses

yang lebih besar. Kompresor banyak digunakan pada sistem refrigerasi karena

berfungsi untuk menaikkan tekanan gas.

PABRIK LPG SAGAMA menggunakan compressor jenis sentrifugal karena

memiliki keunggulan untuk digunakan diantaranya dalam hal durasi

penggunaan. Kompresor ini dapat dioperasikan dalam durasi waktu yang

cukup lama. Disamping itu, kemudahan pengaturan kapasitas dan juga

tekanan. Pengaturan ini sendiri dapat dilakukan dengan discharge valve atau

variable speednya.

Meskipun begitu, penggunaan kompresor ini juga memiliki kelemahan, seperti

dalam hal komstruksinya yang relatif rumit. Dengan adanya konstruksi yang

rumit ini, otomatis pemasangannya pun harus dilakukan dengan teliti dan

dilakukan oleh yang telah benar-benar ahli agar efisiensi kerja bisa diperoleh.

Hal ini tentu saja berpengaruh pada tingginya biaya investasinya. Kompresor

sentrifugal sendiri sangat peka dengan adanya sifat udara. Kompresor ini di

aplikasikan untuk :

1) Menaikan tekanan MR I pada unit Refrigerasi (K-401)

2) Menaikan tekanan MR II pada unit Refrigerasi (K-402)

3) Menaikan tekanan MR III pada unit Refrigerasi (K-403)

Page 112: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

95

Genset (G-100)

Genset adalah perangkat yang berfungsi menghasilkan daya listrik. Disebut

generator set karena merupakan peralatan gabungan dari dua perangkat, yaitu

generator (perangkat pemutar) dan alterator (perangkat pembangkit listrik).

Genset pada PABRIK LPG SAGAMA menggunakan mesin diesel berbahan

bakar solar. Pemilihan mesin diesel berbahan bakar solar karena hanya

digunakan pada kondisi tertentu seperti padamnya listrik. Karena sering

terjadinya pemadaman listrik secara mendadak, PABRIK LPG SAGAMA

menggunakan alternative ini sebagai cara mengurangi resiko berhentinya

produksi ketika pemadaman listrik.

Tabel 4.23 Spesifikasi Genset

No. Alat TK-201

Power (VA) 10000

Trafo (GT-100)

Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan

mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian

listrik yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip

induksi-elektromagnet.

Trafo digunakan bersama Genset untuk mengurangi resiko terjadinya

pemadaman listrik. Listrik dihasilkan dari genset, lalu di transformasikan dan

dipindahkan ke saluran plant menggunakan trafo.

Tabel 4.24 Spesifikasi Trafo

No. Alat TK-201

Power (VA) 12000

Page 113: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

96

507.1

tonne/day Process

507.1

tonne/day

4.3 NERACA MASSA DAN ENERGI

Neraca massa meliputi neraca massa keseluruhan (overall) dan neraca

massa di tiap unit. Sedangkan neraca energi adalah jumlah total konsumsi energi

yang digunakan dalam plant LPG. Neraca massa menunjukkan kesetimbangan

antara massa yang diumpankan dan massa keluaran proses baik baik berupa

produk ataupun non produk. Berdasarkan perhitungan massa dapat diketahui

efisiensi dari massa produk dibandingkan dengan massa umpan. Neraca massa

dapat ditulis dalam persaman berikut:

[ ] [ ] [ ]

Perhitungan neraca massa ini sangat penting untuk mengetahui efisiensi

proses sehingga dapat dilakukan evaluasi untuk mencapai efisiensi proses

optimum dan meminimalkan kehilangan bahan baku. Evaluasi neraca massa

dianalisis melalui neraca massa overall dan neraca massa tiap-tiap unit.

4.3.1 Neraca Massa

Neraca massa didasarkan aliran yang masuk dan keluar pada tiap unit

utama seperti CO2 Removal, Dehidrasi, Refrigerasi, dan Fraksinasi yang diperoleh

dari software HYSYS 7.3. Basis yang dipakai dalam neraca massa ini adalah 1

jam.

4.3.1.1 Neraca Massa Overall

Berikut ini neraca massa keseluruhan (overall) untuk neraca masuk dan

neraca keluar pada plant LPG PABRIK Sagama.

Gambar 4.45 Neraca Massa Overall

Page 114: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

97

Aliran yang terdiri atas sour gas dan Makeup H2O masuk ke unit CO2

Removal sebesar 507.1 ton setiap harinya atau 21129.17 kg/jam. Setelah melalui

proses pelepasan CO2, dehidrasi, refrigerasi, dan terakhir unit fraksinasi, diperoleh

massa yang sama dalam bentuk produk dan non produk.

Tabel 4.25 Neraca Massa Overall

Massa Masuk Massa Keluar

Aliran Ton/hari Aliran Ton/hari

Sour Gas 502.900 LPG 2 97.6200000

Make Up H2O 4.181 Vapour 1 0.0003668

Condensate 0.9433000

Lean Gas 372.0000000

Acid Gas 34.5500000

FWKO 1.5660000

Flash Vap 0.4432000

Total 507.1 507.1

Dari neraca massa di atas, dapat diketahui bahwa efisiensi produk dari feed

adalah sebesar 99 %, di mana produk paling banyak yaitu lean gas yang bisa

langsung dijual sebagai sales gas atau diolah kembali menjadi produk-produk

lain. Recover sebesar ini diperoleh karena umpan sour gas cukup bersih dari

impurities lain, maka proses penyulingan hanya sedikit membuang vapour atau air

bebas (FWKO).

Neraca massa ini pun menunjukkan bahwa untuk tiap kilogram sour gas

yang akan diproses, diperlukan air make up sebesar 0.008 kg. Dengan demikian

konsumsi air untuk proses ini tak terlalu besar.

Page 115: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

98

Secara keseluruhan, massa yang masuk sama dengan massa yang keluar

dalam bentuk produk maupun non produk. Keluaran non produk berupa air bebas,

kondensat, dan vapour yang memang harus dihilangkan dari produk utama,

sehingga hal itu bukan merupakan kehilangan massa lantaran proses yang kurang

efektif.

4.3.1.2 Neraca Massa Tiap Unit

Neraca massa di tiap unit menunjukkan jumlah laju alir dan komposisi

aliran yang ada di sekitar unit plant LPG.

4.3.1.2.1 Neraca Massa di Sekitar Unit CO2 Removal

Tabel 4.26 Neraca Masuk CO2 Removal

Komposisi Umpan

Aliran (kg/jam)

Sour Gas MakeUp H2O

Nitrogen 42.2492

CO2 1216.8827

H2S 78.8032

Metana 12564.1231

Etana 2872.2563

Propana 2070.5872

i-Butana 1420.1341

n-Butana 525.9756

i-Pentana 42.6481

n-Pentana 32.0766

n-Hexana 2.3351

n-Heptana 6.9387

Page 116: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

99

H2O 79.6998 174.2163

DEAmine

Total

20954.7096 174.2163

21128.9259

Tabel 4.37 Neraca Keluar CO2 Removal

Komposisi

Umpan

Aliran Produk (kg/jam)

FWKO Sweet Gas Flash Vap Acid Gas

Nitrogen 0.0001 42.2173 0.0278 0.0040

CO2 0.1206 21.4328 0.0421 1195.1817

H2S 0.0212 0.0023 0.0119 78.7692

Metana 0.0602 12546.1583 13.8395 4.0651

Etana 0.0118 2868.6612 2.7547 0.8286

Propana 0.0050 2068.7294 1.4878 0.3650

i-Butana 0.0001 1420.0747 0.0586 0.0007

n-Butana 525.9543 0.0210 0.0003

i-Pentana 42.6459 0.0021

n-Pentana 32.0750 0.0016

n-Hexana 2.3342 0.0008 0.0001

n-Heptana 6.9384 0.0003

H2O 65.0329 28.4572 0.2171 160.3330

DEAmine 0.0017

Total

65.0329 19605.6827 18.4653 1439.5478

21128.7287

Page 117: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

100

Di unit CO2 Removal, terdapat selisih massa sebesar 0.1972 kg/jam. Ini

disebabkan karena ada CO2 yang diserap kemudian keluar dalam bentuk air bebas

atau flash vapour. Selisih yang tipis ini menyimpulkan bahwa sour gas cukup

murni serta tidak banyak mengandung CO2.

4.3.1.2.2 Neraca Massa di Sekitar Unit Dehidrasi

Tabel 4.28 Neraca Masuk Dehidrasi

Komposisi

Umpan

Aliran (kg/jam)

Inlet Gas Water to

Saturate MakeUp TEG

Nitrogen 22.3262

CO2 10.9611

H2S

Metana 6492.9309

Etana 1484.3632

Propana 1069.7260

i-Butana 735.4002

n-Butana 272.1560

i-Pentana 21.5639

n-Pentana 17.9700

TEGlycol 0.0540

H2O 14.3579 8.98876

Total

10141.7553 8.98876 0.0540

10150.79806

Page 118: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

101

Tabel 4.29 Neraca Keluar Dehidrasi

Komposisi

Umpan

Aliran (kg/jam)

Water

Out TEG only Gas Out XS H2O Sour Gas

Nitrogen 21.9103 0.3921 0.0237

CO2 10.0875 0.8462 0.0270

H2S

Metana 6225.1190 266.6961 1.1158

Etana 1277.7975 205.8725 0.6932

Propana 750.7739 318.1628 0.7893

i-Butana 400.9756 334.1955 0.2292

n-Butana 129.8701 142.1913 0.0946

i-Pentana 6.8895 14.6689 0.0056

n-Pentana 4.8644 13.1006 0.0050

TEGlycol 0.0188 0.0353

H2O 15.8010 0.4011 0.0514 7.0939

Total

15.8010 0.0188 8828.6888 1296.1774 10.1125

10150.798

Efisiensi neraca di unit dehidrasi sebesar 99% yang bertujuan untuk

meregenerasi glycol supaya dapat digunakan kembali dalam bentuk lean glycol.

Page 119: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

102

4.3.1.2.3 Neraca Massa di Sekitar Unit Refrigerasi

Tabel 4.30 Neraca Masuk dan Keluar Refrijerasi

Massa Masuk Massa Keluar

Komposisi Umpan kg/jam Komposisi Umpan kg/jam

Nitrogen 46.0733 Nitrogen 46.0733

CO2 19.0482 CO2 19.0482

H2S H2S

Metana 12348.6220 Metana 12348.6220

Etana 2821.8951 Etana 2821.8951

Propana Propana

i-Butana i-Butana

n-Butana n-Butana

i-Pentana i-Pentana

n-Pentana n-Pentana

TEGlycol TEGlycol

H2O H2O

Total 15235.6387 Total 15235.6387

4.3.2 Neraca Energi

Neraca energi tiap aliran dapat dilihat sebagai berikut, berdasarkan aliran

sekitar tiap unit operasi. Energy flow diperoleh dengan software HYSYS 7.3

dengan cara menciptakan aliran, memasukkan data komposisi, laju alir massa,

temperatur dan tekanan, maka energy flow dapat diperoleh melalui kalkulasi

HYSYS.

Page 120: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

103

4.3.2.1 Neraca Energi Unit CO2 Removal

Tabel 4.31 Neraca Energi CO2 Removal

Energi Masuk Energi Keluar

Aliran KJ/jam Aliran KJ/jam

Sour Gas 1.534 x 107 FWKO -1.217 x 10

5

Q Reb 1.055 x 107 Sweet Gas 1.539 x 10

7

Make Up H2O -3.326 x 105 Flash Vap 1.517 x 10

4

Pump Q 3.934 x 105 Q Cond 2.318 x 10

6

Acid Gas 4.489 x 105

Cooler Q 7.906 x 106

Total 2.595 x 107 2.595 x 10

7

4.3.2.2 Neraca Energi Unit Dehidrasi

Tabel 4.32 Neraca Energi Dehidrasi

Energi Masuk Energi Keluar

Aliran KJ/jam Aliran KJ/jam

Inlet Gas -4.049 x 107

Water Out -2.506 x 105

Water to Saturate -1.426 x 105

TEG Only -1.011 x 102

MakeUp TEG -2.895 x 102

XS H2O -4.276 x 106

Pump Q 4.142 x 103

Gas Out -3.750 x 107

Split Q -1.663 x 106

Sour Gas -1.039 x 105

Reboiler Q 1.598 x 105

Cond Q 1.034 x 103

Total -4.213 x 107

-4.213 x 107

Page 121: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

104

4.3.2.3 Neraca Energi Unit Refrigerasi

Tabel 4.33 Neraca Energi Refrigerasi

Neraca energi pada unit refrigerasi menunjukkan ada selisih antara total

energi masuk dan keluar. Hal ini terjadi karena pelepasan kalor yang

menyebabkan penguapan komponen-komponen hidrokarbon yang terkandung

dalam aliran masuk menjadi kondensat.

Adapun efisiensinya adalah:

Energi Masuk Energi Keluar

Aliran KJ/jam Aliran KJ/jam

To Condenser -6.960 x 107

Target -7.101 x 107

wkc3 2.442 x 106

wkmr1 3.638 x 104

wp1 5.899 x 104

wkmr2 9.341 x 105

wp2 2.507 x 103

qh 1.155 x 106

Total -6.497 x 107

-7.101 x 107

𝑊𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑄𝑜𝑢𝑡 𝑄𝑖𝑛

(-7.101 x 107

) (-6.497 x 107

)

-6.04 x 106

𝜂 = 100

× 100

= 100

× 100

= 90.70

Page 122: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

105

4.3.2.4 Neraca Energi Unit Fraksinasi

Tabel 4.34 Neraca Energi Fraksinasi

Energi Masuk Energi Keluar

Aliran KJ/jam Aliran KJ/jam

Reboiler deet 2.698 x 107 Cond deet 2.959 x 10

7

Reboiler debut 4.353 x 106 Cond debut 4.345 x 10

6

1 -7.708 x 107 LPG 2 -1.053 x 10

7

condensate 3 -9.218 x 104 Vap 1 (from V-101) -3.543 x 10

1

Condensate -9.218 x 10

4

Vap (from V-102) 0.0000

Lean Gas -6.908 x 10

7

Total -4.584 x 107

-4.576 x 10

7

Efisiensinya adalah:

4.4 UTILITAS PABRIK LPG

Selain bahan baku gas alam, PABRIK LPG SAGAMA juga membutuhkan

beberapa utilitas lain untuk mendukung keberlangsungan proses produksi.

Adapun utilitas tersebut meliputi:

4.4.1 Kebutuhan Air

Air merupakan salah satu komponen penting baik dalam proses produksi

LPG maupun non-proses, karena air digunakan sebagai:

𝜂 =

× 100

=

× 100

= 99.83

Page 123: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

106

i. Cooling water pada kondenser kolom Debutanizer.

Air umpan kondenser (cooling water) harus memenuhi persyaratan

tertentu agar tidak menimbulkan masalah-masalah, seperti:

a. Pembentukan Kerak (scale forming)

Pembentukan kerak disebabkan adanya kesadahan yang biasanya

berupa garam-garam karbonat dan silikat, serta suhu tinggi.

b. Erosi dan Korosi

Korosi dapat terjadi karena air mengandung larutan-larutan asam dan

gas-gas terlarut.

c. Pembentukan Busa (foaming)

Air yang diambil dari alat penukar panas dapat menyebabkan foaming

karena terdapat zat-zat organik, anorganik, dan zat-zat yang tidak larut

dalam jumlah besar. Efek pembusaan terjadi pada alkalinitas tinggi.

ii. Fluida pendingin pada siklus pendinginan di Unit Refrijerasi.

Pada unit ini, air digunakan untuk mendinginkan aliran refrijeran hingga

temperatur 90oF dalam siklus tertutup sehingga kebutuhan air pertahunnya

tetap dengan asumsi water loss sebesar 5%. Jumlah total air yang

dibutuhkan pada adalah 4.825.740 ton per tahun, dengan rincian sebagai

berikut:

a. Heat Exchanger (E-405)

Gambar 4.46 Gambar Hysys Heat Exchanger E-405

Gambar di atas menunjukkan unit cooling water E-405 yang

digunakan pada sistem refrijerasi PABRIK LPG SAGAMA. Air

dipompa dari tekanan mendekati atmosferik, yaitu 20 psia menjadi 30

psia menuju Heat Exchanger, dengan spesifikasi pompa berikut ini:

Page 124: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

107

Tabel 4.35 Spesifikasi Pompa P-402

Spesifikasi P-402

Jenis Reflux Pump : Sentrifugal

Material Stainless steel dan chrome-nickel stainless

Power 21.97 hp

Design Head 13.87 ft

Kapasitas 2836 USGPM

Setelah dipompa, air berfungsi mendinginkan aliran refrijeran yang

lebih panas sehingga temperaturnya meningkat hingga mendekati suhu

ambien, yaitu 77oF. Agar dapat digunakan kembali untuk

mendinginkan refrijeran, maka perlu digunakan Air Cooler untuk

mengkondensasi kembali air yang telah berubah fasa menjadi uap

tersebut. Total kebutuhan air pada siklus ini adalah 4.629.000 ton per

tahun.

b. Heat Exchanger (E-404)

Gambar 4.47 Gambar Hysys Heat Exchanger E-404

Sama dengan sebelumnya, gambar di atas menunjukkan siklus

pendinginan di unit cooling water E-404 pada sistem refrijerasi

PABRIK LPG SAGAMA. Air juga dipompa dari tekanan mendekati

Page 125: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

108

atmosferik, yaitu 20 psia menjadi 30 psia menuju Heat Exchanger,

dengan spesifikasi pompa berikut ini:

Tabel 4.36 Spesifikasi Pompa P-401

Spesifikasi P-401

Jenis Reflux Pump : Sentrifugal

Material Stainless steel dan chrome-nickel stainless

Power 0.934 hp

Design Head 13.84 ft

Kapasitas 120.6 USGPM

Setelah dipompa, air berfungsi mendinginkan aliran refrijeran yang

lebih panas sehingga temperaturnya meningkat hingga mendekati suhu

ambien, yaitu 77oF. Agar dapat digunakan kembali untuk

mendinginkan refrijeran, maka perlu digunakan Air Cooler untuk

mengkondensasi kembali air yang telah berubah fasa menjadi uap

tersebut. Total kebutuhan air pada siklus ini ialah 196.740 ton per

tahun.

c. Safety Part dalam Unit Pemadam Kebakaran.

Kebutuhan air pada unit ini dinilai sangat penting selain dari kebutuhan air

proses yang telah disebutkan sebelumnya, karena PABRIK LPG

SAGAMA merupakan industri energi yang memiliki potensi besar dalam

hal kecelakaan berupa ledakan dan kebakaran. Oleh karenanya,

perusahaan menyediakan tim unit pemadam kebakaran pribadi untuk

menanggulangi kemungkinan kecelakaan tersebut. Untuk itu, unit ini

menambah tonase kebutuhan air pabrik.

d. Kebutuhan sehari-hari bagi karyawan PABRIK LPG SAGAMA.

Utilitas air non-proses pada poin 3 dan 4 ini diasumsi sebesar 50% dari

utilitas air proses pada unit refrijerasi, yaitu 2.412.870 ton per tahun.

Dengan demikian total utilitas air baik proses maupun non-proses

sebanyak 7.238.610 ton per tahun.

Page 126: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

109

4.4.1.1 Seleksi Sumber Kebutuhan Air

Seleksi sumber kebutuhan air pada dasarnya menentukan jenis air baku

yang baik untuk digunakan dengan mempertimbangkan berbagai faktor agar

diperoleh sumber air yang melimpah, aman, efesien, dan ekonomis sesuai dengan

kebutuhan dan kondisi lapangan di mana PABRIK LPG SAGAMA didirikan.

Sumber kebutuhan air yang diseleksi dalam studi kelayakan ini merupakan

sumber-sumber air yang berada di sekeliling plant, yaitu:

a. Air Laut

Air baku ini bersumber dari Selat Makasar yang mempunyai sifat asin

karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut sekitar

3%, dengan keadaan tersebut air laut membutuhkan pengolahan terlebih

dahulu dengan proses desalinasi sebelum digunakan sebagai air baku untuk

mencegah kerusakan sistem.

Proses desalinasi air laut tersebut terdiri dari tiga bagian, yakni unit

pengolahan awal, unit reverse osmosis, dan unit demineralisasi. Proses

tersebut dijelaskan dalam skema berikut:

Page 127: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

110

Gambar 4.48 Skema Sistem Pengolahan Air Laut

Page 128: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

111

i. Unit Pengolahan Awal

Air laut, terutama yang dekat dengan pantai masih mengandung

partikel padatan tersuspensi, mineral, plankton dan lainnya. Untuk itu air

baku tersebut memerlukan pengolahan awal sebelum diproses di dalam

Unit Osmosa Balik. Unit pengolahan awal ini terdiri dari beberapa

peralatan utama, yakni pompa air baku, tangki reaktor (kontaktor),

saringan pasir (sand filter), saringan mangan zeolit (iron manganese

filter), carbon filter untuk penghilangan warna (color removal), dan

cartridge filter berukuran 0,5 µm.

Air baku dipompa ke tangki reaktor sambil diinjeksi dengan

larutan klorin atau kalium permanganat agar zat besi atau mangan yang

larut dalam air baku dapat dioksidasi menjadi bentuk senyawa oksida besi

atau mangan yang tak larut dalam air. Selain itu, pembubuhan klorin atau

kalium permanganat dapat berfungsi untuk membunuh mikroorganisme

yang dapat menyebabkan biofouling (penyumbatan oleh bakteri) di dalam

membran Osmosa Balik. Pompa yang digunakan berupa pompa sentrifugal

elektrik bertekanan 5 - 6 bar dengan kapasitas 5600 liter/menit sebanyak

tiga buah dan dioperasikan secara paralel untuk menyuplai kapasitas air

yang dibutuhkan dengan daya tetap 0.38 hp, yaitu sekitar 16.8 ton/menit.

Dari tangki reaktor, air dialirkan ke saringan pasir agar senyawa

besi atau mangan yang telah teroksidasi dan juga padatan tersuspensi (SS)

yang berupa partikel halus, plankton dan lainnya dapat disaring.

Air yang keluar dari saringan pasir selanjutnya dialirkan ke iron

manganese filter. Dengan adanya filter Mangan Zeolit ini, zat besi atau

mangan yang belum terosmosabaliksidasi di dalam tangki reaktor dapat

dihilangkan sampai konsentrasi < 0,1 mg/l. zat besi dan mangan ini harus

dihilangkan terlebih dahulu karena zat-zat tesebut dapat menimbulkan

kerak (scale) di dalam membran Osmosa Balik.

Selanjutnya, air dialirkan ke carbon filter untuk menghilangkan

senyawa warna dalam air baku yang dapat mempercepat penyumbatan

membran Osmosa Balik.

Page 129: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

112

Setelah melalui filter penghilangan warna, air dialirkan ke

cartridge filter yang dapat menyaring partikel dengan ukuran 0,5 µm.

ii. Unit Reverse Osmosis (Osmosa Balik)

Unit osmosa balik terdiri dari pompa tekanan tinggi, membran

Osmosa Balik, pompa dosing klorin dan kalium permanganat, serta

sterilisator ultra violet (UV).

Setelah melalui cartridge filter pada unit pengolahan awal, air

dialirkan ke unit osmosa balik dengan menggunakan pompa tekanan tinggi

sambil diinjeksi dengan zat anti kerak (anti skalant) dan zat anti

biofouling. Air keluar modul membran Osmosa Balik, yakni air tawar dan

air buangan garam yang telah dipekatkan.

Selanjutnya air tawar dipompa ke tangki penampung sambil

dibubuhi klorin dengan konsentarsi tertentu agar tidak terkontaminasi

kembali oleh mikroba, sedangkan air garamnya dibuang lagi ke laut.

iii. Unit Demineralisasi

Air olahan pada tanki penampung merupakan air bersih yang akan

didistribusikan sebagai kebutuhan air non-proses pabrik. Sedangkan untuk

kebutuhan air proses, air olahan ini perlu melalui tahap demineralisasi

terlebih dahulu agar kadar mineral terlarut dalam air menghilang melalui

proses pertukaran ion dengan media resin/softener anion dan kation.

Umumnya air baku mengalir secara downflow di dalam mixed bed

demineralization. Kation menukar ion-ion positif dalam air, seperti Ca,

Mg, Na dengan ion H+

sehingga bersifat asam. Sementara anion menukar

ion-ion negatif dalam air, seperti Cl, SO4, SiO2, dengan ion OH--.

Proses ini mampu menghasilkan air dengan tingkat kemurnian

ekstra (ultra pure water) yang jumlah kandungan ionik dan anionik

mendekati angka nol sehingga mencapai batas hampir tidak dapat

dideteksi lagi.

Page 130: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

113

b. Air Sungai

Air baku ini berasal dari Sungai Mahakam yang merupakan sungai

terbesar di provinsi Kalimantan Timur, dengan demikian dari segi kuantitas

sumber air baku ini memenuhi kapasitas kebutuhan air yang diinginkan.

Namun kondisi air baku masih mengandung zat pengotor dan bakteri yang

membutuhkan proses pengolahan sebelum digunakan sebagai air proses.

Teknologi pengolahan air sungai yang diusung mengadopsi unit membran

ultrafiltrasi, unit reverse osmosis, dan unit demineralisasi. Berikut merupakan

skema sistem pengolahan air sungai tersebut:

Gambar 4.49 Skema Sistem Pengolahan Air Sungai

i. Unit Membran Ultrafiltrasi (UF)

Air sungai dipompa dengan daya 0.14 hp bertekanan ± 1.5 bar

menuju stage 1 ultrafiltration melalui lubang halus berdiameter 0.5 – 2

mm sebelum memasuki raw water trorage tank untuk memisahkan

berbagai kontaminan yang terkandung dalam air. Membran ultrafiltrasi

yang digunakan memiliki besaran pori 0.01 – 0.05 µm, sehelai rambut

sebagai pembanding memiliki diameter 50 µm, artinya pori membran 1000

kali lebih kecil dari sehelai rambut. Dengan demikian kontaminan berupa

bakteri, mikroorganisme, dan chlorine resistant germs seperti

cryptosporidium yang berukuran lebih besar dari 0.05 µm tertahan dan

to water treatment pit

Page 131: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

114

terbuang secara berkala pada saat dilakukan back flushing (pengurasan)

menuju backwashwater tank. Air dari tanki ini kemudian dialirkan dengan

prinsip gravitasi menuju clarifier.

Di dalam clarifier terjadi proses pemisahan air dari padatan dengan

prinsip gravitasi pula. Alat clarifer tersusun atas beberapa penahan

berlubang (saringan) yang mengendapkan padatan dari suspensi tersebut.

Endapan yang telah terkumpul akan dialirkan ke water treatment pit secara

periodik. Air yang tersaring akan mengalir ke bagian bawah clarifier. Air

ini kemudian disirkulasi kembali ke bagian atas clarifier untuk menyaring

kembali padatan yang masih terdapat dalam air. Setelah itu, air ini akan

mengalir menuju raw water strorage tank.

Selanjutnya air baku mengalami ultrafiltrasi tahap kedua untuk

lebih memurnikan kualitas air dan dipompa ke filtered water tank. Air

dalam tanki ini telah memenuhi standard air bersih hingga dapat

didistribusikan sebagai air sanitasi atau non-proses serta air pemadam

kebakaran.

ii. Unit Reverse Osmosis

Filtered water perlu melewati tahap reverse osmosis, dimana

terjadi perpindahan cairan dengan sendirinya dari konsentrasi pekat ke

konsentrasi murni melalui membran semipermeable yang menandakan

adanya perbedaan tekanan osmosis. Membran yang memiliki pori

berdiameter 0,0001 mikron mampu bekerja hingga memurnikan air dari

berbagai aspek pencemaran seperti fisika, kimia dan mikrobiologi,

sehingga produk air yang dihasilkan sudah layak minum tanpa dimasak.

Air ini yang kemudian didistribusikan ke unit keran air minum bagi

karyawan pabrik LPG dan digunakan sebagai umpan unit demineralisasi,

sementara air pekat yang telah mengalami ultrafiltrasi di-recycle ke

filtered water tank.

Page 132: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

115

iii. Unit Demineralisasi

Sama halnya dengan unit demineralisasi pada pengolahan air laut,

resin penukar ion yang digunakan pada unit demineralizer adalah resin

penukar kation asam kuat dan resin penukar anion basa kuat. Namun

dalam pada pengolahan air sungai ini kerja unit tidak terlalu berat, karna

kondisi air sudah sangat murni tanpa kandungan garam dan zat injeksi

lainnya.

Operasi sistem pertukaran ion dilaksanakan dalam dua tahap yaitu :

Tahap layanan (service)

Tahap regenerasi (regeneration)

Effluent dari unit demineralizer mengandung SiO tidak lebih dari

0,12 ppm, kandungan Na maksimum 0,3 ppm dan conductivity maksimum

5 mmhos. Air effluent ini kemudian disimpan dalam tangki air kondensat.

Unit demineralizer diregenerasi dengan menggunakan larutan

kaustik soda dan asam sulfat. Mula-mula dilakukan pencucian balik untuk

menghilangkan partikel-partikel halus dalam resin dan untuk memecah

resin yang menggumpal. Resin kation selanjutnya diregenerasi dengan

larutan asam sulfat 4% dari pengenceran larutan asam sulfat 98% dalam

tangki penyimpanan larutan asam sulfat. Resin anion diregenerasi dengan

larutan kaustik 4%.

Air produk unit demineralisasi ini ditampung dalam demin water

tank untuk didistribusikan ke unit proses refrijerasi dan kondenser

debutanizer.

c. Air Sumur Bor

Air baku berasal dari sumber air tanah dalam dengan membangun 5

konstruksi sumur bor hingga kedalaman dasar masing-masing 30 m yang

dilakukan oleh vendor. Pada kedalaman tersebut, kualitas air yang baik dapat

diperoleh dengan debit relatif stabil. Air baku memerlukan spesifikasi khusus,

yaitu tidak mengandung pathogen dan memiliki kadar Total Suspended Solid

yang kecil. Namu air tanah pada umumnya belum memenuhi persyaratan yang

diperlukan, sehingga juga membutuhkan pretreatment yang sama dengan

pengolahan air sungai terlebih dahulu.

Page 133: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

116

Air tanah dipompa pada water storage tank setelah melalui stage 1

ultrafiltration menggunakan tiga buah pompa yang dirangkai seri bertekanan

1.5 bar dengan kapasitas 3410 liter/menit untuk meningkatkan suction head

pump hingga kedalaman yang diinginkan. Dengan demikian kebutuhan power

meningkat, menjadi 2,07 hp. Selanjutnya air diproses pada unit reverse

osmosis dan demineralisasi hingga menjadi air sanitasi (non proses) dan air

proses.

Dilihat dari teknologi proses pada setiap sumber air baku, masing-masing

memiliki tiga unit proses yang pada dasarnya berfungsi sebagai filtrasi awal,

osmosis balik, dan demineralisasi air. Sehingga seleksi sumber air pun akan lebih

mudah dengan membandingkan teknologi proses yang relatif sama. Adapun

kriteria dalam seleksi sumber kebutuhan air, diantaranya:

debit sumber air yang tersedia serta kapasitas yang dibutuhkan, termasuk

air proses maupun non-proses.

investasi pretreatment yang digunakan

kemudahan perawatan, baik dari segi proses dan ekonomis

jumlah energi yang dibutuhkan per ton air

aspek keselamatan dan dampak terhadap lingkungan

4.4.1.2 Perbandingan Teknologi Pretreatment Air Baku

Pada studi teknis mengenai teknologi pretreatment air baku, dilakukan

perbandingan terhadap teknologi berdasarkan tiga sumber kebutuhan airnya yang

di rangkum dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.37 Perbandungan Teknologi Pretreatment Air Baku

Parameter

Sumber Air Baku

Unit

Laut Sungai Sumur Dalam

Persediaan

air baku

Melimpah Mencukupi

Sedikit

dipengaruhi oleh

perubahan musim

Page 134: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

117

Kualitas air Kurang baik Cukup Baik Baik

Kualitas

bakteriologis

Sangat

Terkontaminasi Terkontaminasi

Sedikit

Terkontaminasi

Kandungan

garam terlarut 10.000-100.000 <1000 <1000 mg/liter

Laju

water pump 16.80 17.05 17.05 ton/menit

Kapasitas air

per tahun 7,257,600 7,365,600 7,365,600 ton/tahun

Energi

per ton air

0.2813 0.1028 1.5411 kW/ton

Estimasi

investasi awal 1,874.046 1,263.359 22,467.769 US $

Estimasi

maintenance

cost

855.797 245.11 269.621 US $/tahun

Berdasarkan perbandingan di atas, proses pretreatment air baku dari

Sungai Mahakam membutuhkan jumlah energi yang lebih kecil namun kapasitas

air per tahun lebih besar dibandingkan dengan air baku dari laut Selat Makasar

dan Sumur Bor Dalam, sehingga air sungai dipilih sebagai sumber air baku untuk

utilitas PABRIK LPG SAGAMA Blok Mahakam, Kalimantan Timur.

4.4.2 Kebutuhan Listrik

Pada PABRIK LPG SAGAMA, listrik dibutuhkan untuk menggerakkan

beberapa alat proses seperti, pompa, kompresor, dan fan pada Air Cooler. Selain

itu, listrik juga dibutuhkan untuk keperluan non-proses seperti, penerangan,

pendingin ruangan, peralatan elektronik kantor, laboratorium, dan instrumentasi.

Besarnya rincian kebutuhan energi listrik masing-masing utilitas di atas dapat

diestimasi dengan perhitungan di bawah ini:

Page 135: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

118

4.4.2.1 Listrik Alat Proses dan Utilitas

Kebutuhan listrik untuk alat proses dan pengolahan air diperkirakan sebagai

berikut:

Tabel 4.38 Kebutuhan Listrik dan Utilitas

No. Alat Nama Alat Daya

hp kW

P-101 Pompa DEA 146.5000 109.3000

P-201 Pompa TEG 1.5430 1.1500

K-401 Kompresor Umpan AC 909.8000 678.4000

K-402 Kompresor Umpan HE 13.5500 10.1000

K-403 Kompresor Umpan HE 348.0000 259.5000

P-402 Pompa Umpan HE 21.9700 16.3900

P-401 Pompa Umpan HE 0.9240 0.6965

CT-301 Air Cooler Condensate 5.1800 3.6400

P-100P Pompa Air Baku 0.1378 0.1028

Total Kebutuhan Listrik Proses 1,447.6048 1,079.2793

Jadi konsumsi listrik untuk alat proses dan utilitas sejumlah 1,477.6048 hp

atau 1,079.2793 kW.

4.4.2.2 Listrik Penerangan

Tenaga listrik yang digunakan untuk penerangan ditentukan dengan

menggunakan persamaan:

dimana: L = lumen per outlet

A = luas area (ft2)

Page 136: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

119

F = foot candle yang diperlukan

U = koefisien utilitas

D = efesiensi lampu

Tabel 4.39 Lumen Penerangan PABRIK LPG SAGAMA

Bangunan Luas

F U D Lumen m

2 ft

2

Pos keamanan 185 1996.18 20 0.42 0.75 126741.27

Parkir 4636 49904.38 10 0.49 0.75 1357942.19

Musholla 927 9980.88 20 0.55 0.75 483921.22

Kantin 1159 12476.09 20 0.51 0.75 652344.78

Kantor 6955 74856.56 35 0.6 0.75 5822177.15

Poliklinik 1391 14971.31 20 0.56 0.75 712919.65

Ruang kontrol 927 9980.88 40 0.56 0.75 950559.53

Laboratorium 927 9980.88 40 0.56 0.75 950559.53

Proses 10200 109789.63 30 0.59 0.75 7443364.49

Utilitas 11220 120768.59 10 0.59 0.75 2729233.65

Storage and

loading 29673 319388.00 10 0.59 0.75 7217807.99

Ruang generator 2318 24952.19 10 0.51 0.75 652344.78

Bengkel 2318 24952.19 40 0.51 0.75 2609379.11

Safety 1855 19961.75 41 1.51 1.75 309718.74

Gudang 9273 99808.75 5 0.51 0.75 1304689.56

Pemadam 18545 199617.50 20 0.51 0.75 10437516.45

Jalan dan taman 11127 119770.50 5 0.55 0.75 1451763.65

Area perluasan 46363 499043.76 5 0.57 0.75 5836769.07

Jumlah 160000 1722200.00 51049752.81

Jumlah lumen:

untuk penerangan dalam ruangan = 42403277.90 lumen

untuk penerangan bagian luar ruangan = 8646474.91 lumen

(parkir, jalan, taman, dan area perluasan)

Seluruh area dalam ruangan direncanakan menggunakan lampu fluorescent

40 Watt, dimana satu buah lampu instant starting daylight tersebut mempunyai

1920 lumen. Jadi, jumlah lampu yang dibutuhkan di dalam ruangan adalah:

Page 137: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

120

03 77.90

19 0 08

Sedangkan untuk penerangan bagian luar bangunan digunakan lampu

mercury 100 Watt, dimana lumen output tiap lampu adalah 3000 lumen. Jadi,

jumlah lampu yang dibutuhkan di luar bangunan adalah:

8 7 .91

3000 88

Sehingga total daya penerangan = (40 W x 22085) + ( 100 W x 2882)

= 1171.617 kW

4.4.2.3 Listrik Pendingin Ruangan

Penggunaan Air Conditioning sebagai pendingin ruangan diestimasi

memerlukan tenaga listrik sebesar 70 kW.

4.4.2.4 Listrik Alat Elektronik Kantor

Energi listrik yang digunakan untuk peralatan elektronik kantor dan pantry

diperkirakan sebanyak 325 kW.

4.4.2.5 Listrik Laboratorium dan Instrumentasi

Konsumsi listrik untuk laboratorium dan instrumentasi diasumsi sejumlah

70 kW.

Sehingga jumlah kebutuhan listrik PABRIK LPG SAGAMA ialah sebesar

2,715.9 kW per hari. Sumber energi listrik yang digunakan berasal dari PLN

setempat dengan pasal-pasal perjanjian tersendiri.

Oleh karena kebutuhan listrik yang sangat besar dengan spesifikasi listrik

yang berbeda untuk setiap peralatan, maka sebelum digunakan sumber listrik

masuk melalui trafo yang perusahaan miliki untuk diatur tegangannya.

Page 138: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

121

4.5 PLANT LAYOUT

4.5.1 Detail Lokasi Plant

PABRIK LPG SAGAMA akan didirikan di kawasan Tepi Sungai

Mahakam, Jl. Dr. Fl. Thobing, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Pemilihan lokasi plant didasari pada jarak antara plant dengan supplier bahan

baku LPG. Luas tanah yang dibutuhkan untuk plant LPG SAGAMA adalah 16 Ha

atau 160.000 m2.

4.5.2 Tata Letak Plant

Tata letak plant merupakan suatu pengaturan yang optimal dari

seperangkat fasilitas-fasilitas dalam pabrik. Tata letak yang tepat sangat penting

untuk mendapatkan efisiensi, keselamatan, dan kelancaran kerja para pekerja serta

keselamatan proses. Untuk mencapai kondisi yang optimal, maka hal-hal yang

harus diperhatikan dalam menentukan tata letak pabrik adalah :

1) Pabrik LPG Sagama ini merupakan pabrik baru (bukan pengembangan),

sehingga penentuan lay out tidak dibatasi oleh bangunan yang ada.

2) Kemungkinan perluasan pabrik sebagai pengembangan pabrik di masa

depan.

3) Faktor keamanan sangat diperlukan untuk bahaya kebakaran dan ledakan,

maka perencanaan lay out selalu diusahakan jauh dari sumber api, bahan

panas, dan dari bahan yang mudah meledak, juga jauh dari asap atau gas

beracun.

4) Sistem kontruksi yang direncanakan adalah out door untuk menekan biaya

bangunan dan gedung, dan juga karena iklim Indonesia memungkinkan

konstruksi secara outdoor.

5) Harga tanah amat tinggi sehingga diperlukan efisiensi dalam pemakaian

dan pengaturan ruangan / lahan.

Secara garis besar lay out dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

a. Daerah administrasi / perkantoran, laboratorium dan ruang kontrol.

Merupakan pusat kegiatan administrasi pabrik yang mengatur kelancaran

operasi. Laboratorium dan ruang kontrol sebagai pusat pengendalian

Page 139: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

122

proses, kualitas dan kuantitas bahan yang akan diproses serta produk yang

dijual.

b. Daerah proses.

Merupakan daerah dimana alat proses diletakkan dan proses berlangsung.

c. Daerah penyimpanan bahan baku dan produk.

Merupakan daerah untuk tangki bahan baku dan produk.

d. Daerah gudang, bengkel dan garasi.

Merupakan daerah untuk menampung bahan-bahan yang diperlukan oleh

pabrik dan untuk keperluan perawatan peralatan proses.

e. Daerah utilitas.

Merupakan daerah dimana kegiatan penyediaan bahan pendukung proses

berlangsung dipusatkan.

Page 140: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

123

8 9 10

MAIN ROAD

1918

T-

101

ST-203ST-201

TK-201 TK-202 T-202

ST-202

E-400P-400

GT-

500

G-500B

V-

202V-

201

P-200

K-200

P-100

K-201

P-302

E-202

P-301

A

Plant Layout PT. LPG SAGAMA

Skala :

Satuan : mm

Tanggal :

Digambar :

Diterima :

Diperiksa :

AC-

400AC-

100

1 Generator Set

2 Hot Oil System

3 Unit Gas Sweetening

4 Unit Fraksionasi

5 Unit Refrijerasi

6 Penyimpanan LPG

7 Penyimpanan Kondensat

8 Penyimpanan Air Bersih

9 Penyimpanan Refrijeran MR

10 Penyimpanan Refrijeran Propana

11 Warehouse

12 Fire Station

13 Ruang Kontrol (CCP)

14 Gedung Utama

15 Laboratorium

16 Workshop

17 Shipping Point

18 Area Parkir

19 Mustering Point

20 Security

Legenda

V-101V-102

V-201

T-200

CT-

201

CT-

202

CT-

203CT-

200

1

2

34

56

7

17

18

13

14

17

16

17

A

A

21

21 Flare Stack

T-

102T-201

GA

RD

EN

GARDEN

20

G-500A

22 Unit Pengolahan Limbah

22

GARDEN

Gambar 4.50 Denah Plant LPG SAGAMA

Page 141: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

124

Berikut adalah keterangan (legenda) plant LPG SAGAMA

Tabel 4.40 Legenda Plant LPG SAGAMA

1 Generator Set

2 Hot Oil System

3 Unit Gas Sweetening

4 Unit Fraksionasi

5 Unit Refrijerasi

6 Penyimpanan LPG

7 Penyimpanan Kondensat

8 Penyimpanan Air Bersih

9 Penyimpanan Refrijeran MR

10 Penyimpanan Refrijeran Propana

11 Warehouse

12 Fire Station

13 Ruang Kontrol (CCP)

14 Gedung Utama

15 Laboratorium

16 Workshop

17 Shipping Point

18 Area Parkir

19 Mustering Point

20 Security

Legenda

21 Flare Stack

22 Unit Pengolahan Limbah

Page 142: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

125

4.6 ASPEK EKONOMI

4.6.1 Perhitungan Capex dan Opex

CAPEX (Capital Expenditure) dan OPEX (Operational Expenditure)

merupakan komponen biaya yang menentukan perhitungan keekonomian di dalam

suatu LPG Plant.

4.6.1.1 CAPEX (Capital Expenditure)

CAPEX (Capital Expenditure/Biaya Investasi) adalah biaya yang

digunakannya dapat berlangsung dalam waktu yang relatif lama (lebih dari satu

tahun). Biaya investasi biasanya berhubungan dengan pembangunan atau

pengembangan infrastruktur fisik dan kapasitas produksi. Dalam studi ini,

CAPEX terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut :

a) Biaya investasi alat (purchased equipment)

b) Biaya investasi langsung, yang terdiri dari equipment setting, piping, civil,

steel, instrumentation, electrical, insulation, dan paint.

c) Biaya tak langsung, yang terdiri dari subcontract, G and A overheads,

contract fee, escalation, contingencies, dan others.

Biaya dari seluruh komponen tersebut diperoleh berdasarkan kalkulasi

dengan menggunakan software Capital Cost Estimator untuk tahun 2015. Total

project capital cost PABRIK LPG SAGAMA dihitung dari masing-masing unit

proses produksi, yaitu unit fraksionasi, unit regrijerasi, unit CO2 removal, dan unit

dehidrasi.

Berikut merupakan tabel ringkasan dari komponen-komponen biaya CAPEX pada

setiap unit proses produksi:

Page 143: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

126

i. Unit Fraksionasi

Tabel 4.41 Cost Unit Fraksinasi

ii. Unit Refrijerasi

Tabel 4.42 Cost Unti Refrijerasi

Purchased Equipment Cost 616700

Equipment Setting Cost 23597.8

Piping Cost 688226

Civil Cost 109190

Steel Cost 34520.9

Instrumentation Cost 672395

Electrical Cost 469533

Insulation Cost 203781

Paint Cost 36282.7

Other Cost 2.53E+06

Subcontracts Cost 0

G and A Overheads Cost 114652

Contract Fee Cost 286048

Escalation Cost 0

Contingencies Cost 1.04E+06

Adjusted Total Project Cost Cost 6.75E+06

PROJECT CAPITAL SUMMARY Cost Total Cost

Purchased Equipment Cost 3.40E+06

Equipment Setting Cost 38943.5

Piping Cost 424857

Civil Cost 83238.1

Steel Cost 0

Instrumentation Cost 732762

Electrical Cost 748478

Insulation Cost 68423.5

Paint Cost 20861.8

Other Cost 2.66E+06

Subcontracts Cost 0

G and A Overheads Cost 202052

Contract Fee Cost 334766

Escalation Cost 0.1

Contingencies Cost 1.57E+06

Adjusted Total Project Cost Cost 1.02E+07

Total CostPROJECT CAPITAL SUMMARY Cost

Page 144: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

127

iii. Unit CO2 Removal

Tabel 4.43 Cost Unit CO2 Removal

iv. Unit Dehidrasi

Tabel 4.44 Cost Unit Dehidrasi

Purchased Equipment Cost 528500

Equipment Setting Cost 20391.1

Piping Cost 420815

Civil Cost 89990.6

Steel Cost 49925.2

Instrumentation Cost 626275

Electrical Cost 637115

Insulation Cost 74371.5

Paint Cost 34139.6

Other Cost 2.23E+06

Subcontracts Cost 0

G and A Overheads Cost 100720

Contract Fee Cost 256903

Escalation Cost 0

Contingencies Cost 913148

Adjusted Total Project Cost Cost 5.91E+06

Total CostCostPROJECT CAPITAL SUMMARY

Purchased Equipment Cost 349800

Equipment Setting Cost 15281.9

Piping Cost 219371

Civil Cost 51124.1

Steel Cost 37050.4

Instrumentation Cost 493988

Electrical Cost 457252

Insulation Cost 40963.5

Paint Cost 19897.1

Other Cost 1.63E+06

Subcontracts Cost 0

G and A Overheads Cost 69165.8

Contract Fee Cost 197560

Escalation Cost 0

Contingencies Cost 644392

Adjusted Total Project Cost Cost 4.17E+06

Total CostCostPROJECT CAPITAL SUMMARY

Page 145: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

128

Sehingga jumlah total seluruh Project Capital Cost dari tiap unit proses produksi

adalah US $ 27.000.000,00.

4.6.1.2 OPEX (Operational Expenditure)

OPEX (Operational Expenditure) atau pengeluaran operasional adalah

alokasi yang direncanakan dalam budget untuk melakukan operasi perusahaan

secara normal. Dengan kata lain operating expenditure (biaya operasi) digunakan

untuk menjaga kelangsungan aset dan menjamin aktivitas perusahaan yang

direncanakan berlangsung dengan baik. Karena sifatnya merupakan biaya sehari-

hari, maka biaya operasi tidak meliput pajak pendapatan, depresiasi, dan biaya

financing (bunga pinjaman). Dalam bisnis, biaya operasi adalah biaya sehari-hari

seperti penjualan dan administrasi, atau penelitian dan pengembangan.

Dalam studi ini, OPEX terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut :

a) Biaya tenaga kerja

b) Biaya operational

c) Biaya utilitas

d) Biaya fixed

Untuk perhitungan desain pabrik, persentase OPEX dan komponen-

komponen yang digunakan mengikuti Rule of Thumb Engineering berdasarkan

buku Plant Design and Economics for Chemical Engineer oleh Timmerhaus,

yaitu 10-15% dari biaya Capital Expenditure.

OPEX = 15% x CAPEX

= 15% x US $ 27.000.000,00

= US $ 4.050.000,00

Berikut ini merupakan tabel ringkasan komponen-komponen biaya OPEX

PABRIK LPG SAGAMA:

Page 146: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

129

Tabel 4.45 Komponen Biaya OPEX PABRIK LPG SAGAMA

4.6.1.3 Benchmarking

Biaya CAPEX atau biaya investasi total pada perhitungan bab sebelumnya

adalah sebesar $27.000.000. Berdasarkan literatur yang diperoleh, capital

expenditure untuk membangun LPG Plant PABRIK Odira Energi Persada pada

tahun 2006 dengan kapasitas 10 MMSCFD adalah 12,5 juta, sehingga perkiraan

untuk LPG Plant yang akan dibangun dengan kapasitas 20 MMSCFD dengan

menggunakan persamaan di bawah ini :

CAPEXA = [

]

x

CAPEXA = [

]

x 12.500.000

CAPEXA = 26.729.514,50

Hasil perhitungan di atas diperoleh nilai benchmarking CAPEX untuk

kapasitas 20 MMSCFD adalah sebesar $26.729.514,50. Perbandingan hasil

Komponen Fraksi Biaya US $ per tahun

Tenaga Kerja 960,000.00 960,000

Overhead 0.20 192,000

Supervisory 0.10 96,000

Laborant 0.10 96,000

384,000

Operasional 49,021,745

Pemeliharaan 0.02 980,435

Safety 0.01 490,217

Operating Supplies 0.15 147,065

1,617,718

Utility 0.26 254,913 254,913

Fixed Cost

Asuransi, Cti 0.01 490,217

Administrasi, rev 0.05 98,043

Penjualan 0.01 245,108.72

833,369.66

Total Operational Cost 4,050,000

Page 147: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

130

kalkulasi dengan hasil benchmarking tidak berbeda jauh, sehingga dapat

dikatakan bahwa CAPEX yang dihitung pada studi kelayakan ini masuk akal.

4.6.2 Analisa Keekonomian

Dalam analisa keekonomian akan dibahas mengenai perhitungan

keekonomian Plant ini. Tujuan utama pada analisa ini adalah untuk melihat

apakah Plant ini layak untuk dibangun secara ekonomi atau tidak. Beberapa

parameter dan asumsi yang menjadi dasar perhitungan keekonomian adalah

Modal investasi 100% berasal dari dana perusahaan sendiri

Analisa ekonomi akan dilakukan berdasarkan life time pabrik yaitu 20

tahun

Depresiasi peralatan dan bangunan menggunakan Metode Garis Lurus

Tidak ada nilai sisa dari seluruh peralatan yang digunakan pada LPG Plant

(sulvage value =0)

Pajak pendapatan sebesar 30%

Produk LPG akan dijual sesuai dengan harga pasar LPG yaitu $870/ton

Produk kondensat akan dijual sesuai dengan harga pasar kondensat

yaitu $87/barrel

Produk sales gas akan dijual dengan harga $6,5/MMBtu

Kelayakan keekonomian LPG Plant dinilai dengan menggunakan

parameter keekonomian secara umum dimana nilai NPV > 0, nilai IRR >

nilai MARR yang ditetapkan dan juga parameter PBP

Asumsi tingkat pengembalian yang disyaratkan sebesar 10%

Page 148: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

131

4.6.2.1 Cash Flow

Cash flow yang akan dibuat adalah after tax cash flow. Cash flow dihitung dengan menggunakan metode Present Worth dan

MARR 10%.

Tabel 4.46 Cash Flow

Tahun

ke- Penerimaan

Biaya Operasi /

investasi Bahan Baku Depresiasi

Pendapatan

Kena Pajak

Pajak

Pendapatan

(30%)

Pengeluaran

Total

Pemasukan

Bersih

0

27.000.000,00

-27.000.000

1 68.220.922,50 4.050.000,00 48.299.675,19 1.350.000 14.521.247 4.356.374 56.706.049 -17.759.206

2 68.220.922,50 4.050.000,00 48.299.675,19 1.350.000 14.521.247 4.356.374 56.706.049 -9.358.485

3 68.220.922,50 4.050.000,00 48.299.675,19 1.350.000 14.521.247 4.356.374 56.706.049 -1.721.465

4 68.220.922,50 4.050.000,00 48.299.675,19 1.350.000 14.521.247 4.356.374 56.706.049 5.221.280

5 68.220.922,50 4.050.000,00 48.299.675,19 1.350.000 14.521.247 4.356.374 56.706.049 11.532.867

6 68.220.922,50 4.050.000,00 48.299.675,19 1.350.000 14.521.247 4.356.374 56.706.049 17.270.672

7 68.220.922,50 4.050.000,00 48.299.675,19 1.350.000 14.521.247 4.356.374 56.706.049 22.486.860

8 68.220.922,50 4.050.000,00 48.299.675,19 1.350.000 14.521.247 4.356.374 56.706.049 27.228.848

Page 149: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

132

9 68.220.922,50 4.050.000,00 48.299.675,19 1.350.000 14.521.247 4.356.374 56.706.049 31.539.746

10 68.220.922,50 4.050.000,00 48.299.675,19 1.350.000 14.521.247 4.356.374 56.706.049 35.458.745

11 68.220.922,50 4.050.000,00 48.299.675,19 1.350.000 14.521.247 4.356.374 56.706.049 39.021.471

12 68.220.922,50 4.050.000,00 48.299.675,19 1.350.000 14.521.247 4.356.374 56.706.049 42.260.313

13 68.220.922,50 4.050.000,00 48.299.675,19 1.350.000 14.521.247 4.356.374 56.706.049 45.204.715

14 68.220.922,50 4.050.000,00 48.299.675,19 1.350.000 14.521.247 4.356.374 56.706.049 47.881.443

15 68.220.922,50 4.050.000,00 48.299.675,19 1.350.000 14.521.247 4.356.374 56.706.049 50.314.833

16 68.220.922,50 4.050.000,00 48.299.675,19 1.350.000 14.521.247 4.356.374 56.706.049 52.527.006

17 68.220.922,50 4.050.000,00 48.299.675,19 1.350.000 14.521.247 4.356.374 56.706.049 54.538.072

18 68.220.922,50 4.050.000,00 48.299.675,19 1.350.000 14.521.247 4.356.374 56.706.049 56.366.313

19 68.220.922,50 4.050.000,00 48.299.675,19 1.350.000 14.521.247 4.356.374 56.706.049 58.028.351

20 68.220.922,50 4.050.000,00 48.299.675,19 1.350.000 14.521.247 4.356.374 56.706.049 59.539.295

Page 150: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

133

4.6.2.2 Perhitungan NPV, IRR dan PBP

Sesuai dengan perhitungan net cash flow pada MARR 10%, Net Present

Value (NPV) PABRIK LPG SAGAMA dari tabel adalah US $ 59.539.295.

Sedangkan persentase Internal Rate of Return (IRR) pada tingkat pengembalian 10%

adalah 37,5%. Dan dapat dilihat pula pada tabel perhitungan Pay Back Periode (PBP)

terjadi kurang dari 4 tahun.

4.6.3 Analisa Sensitivitas

Pada analisa sensitivitas ini akan dilakukan perubahan nilai terhadap

parameter-parameter produksi. Tujuannya adalah untuk mengetahui akibat dari

variasi parameter produksi tersebut, khususnya yang berpengaruh pada keuntungan

perusahaan.

Dalam studi kelayakan ini terdapat tiga paremeter produksi yang akan diberikan

variasi nilai, yaitu CAPEX atau biaya investasi, OPEX atau biaya operasional, dan

harga dari produk, dalam hal ini adalah LPG. Tabel-tabel berikut ini menunjukkan

besarnya pengaruh perubahan faktor tersebut terhadap nilai NPV, IRR, dan Payback

Period.

4.6.3.1 Variasi Nilai

Perubahan biaya investasi divariasikan dari kondisi dimana nilai CAPEX

berkurang dan meningkat sebesar 50%. Berikut adalah tabel yang menunjukkan

perubahan nilai investasi terhadap NPV, IRR, dan PBP.

Page 151: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

134

Tabel 4.47 Perubahan Nilai CAPEX terhadap NPV, IRR dan PBP

Tabel diatas menunjukan bahwa perubahan nilai CAPEX sangat berpengaruh

pada NPV, IRR, dan PBP. Pada perhitungan normal, waktu pengembalian modal

terjadi kurang dari 4 tahun. Namun apabila nilai CAPEX berkurang sebesar 50%,

maka waktu pengembalian modal hanya dalam kurun kurang dari 2 tahun sedangkan

bila nilai CAPEX bertambah 50%, maka waktu pengembalian modal dapat mencapai

8 tahun.

Selanjutnya perubahan biaya produksi divariasikan dari kondisi dimana nilai

OPEX berkurang dan meningkat sebesar 50%. Berikut adalah tabel yang

menunjukkan perubahan biaya produksi terhadap NPV, IRR, dan PBP.

Tabel 4.48 Perubahan Nilai OPEX terhadap NPV, IRR dan PBP

Variasi nilai pada biaya operasi cukup mempengaruhi nilai NPV meski tidak

sebanyak pada variasi nilai CAPEX sebelumnya. Dapat dilihat pada tabel diatas bila

nilai OPEX meningkat 50% tidak cukup mempengaruhi nilai PBP sehingga PBP

tetap pada angka 4 tahun.

Page 152: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

135

Dan terakhir adalah perubahan harga LPG divariasikan dari kondisi dimana

harga LPG berkurang dan meningkat sebesar 50%. Berikut adalah tabel yang

menunjukkan perubahan harga LPG terhadap NPV, IRR, dan PBP.

Tabel 4.49 Perubahan Nilai LPG Cost terhadap NPV, IRR dan PBP

Perubahan harga LPG sangat mempengaruhi nilai-nilai pada tabel NPV, IRR

dan PBP. Itulah kenapa harga LPG merupakan komponen yang paling sensitif dalam

analisa ini. Dengan berubahnya harga LPG maka profit yang diterima akan jauh

berbeda berbeda, begitu pula laju pengembalian modalnya. Dengan LPG cost yang

turun sebesar 50% PBP dapat mencapai 13 tahun, sedangkan dengan LPG cost yang

naik sebesar 50% maka PBP hanya kurang dari 1 tahun saja.

Page 153: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

136

4.6.3.2 Plot Sensitivitas

Grafik 4.2 Sensitivitas NPV terhadap OPEX, CAPEX dan Harga LPG

Pada plot di atas, dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya nilai investasi dan

biaya produksi, serta turunnya harga LPG maka nilai NPV akan semakin berkurang.

Sebaliknya, nilai NPV dapat meningkat seiring dengan meningkatnya harga LPG

serta berkurangnya biaya investasi dan produksi. Dari ketiga komponen tersebut,

perubahan nilai terhadap harga LPG mempunyai sensitivitas paling tinggi, karena

merupakan faktor yang paling berpengaruh.

Page 154: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

137

Grafik 4.3 Sensitivitas IRR terhadap OPEX, CAPEX dan Harga LPG

Terlihat pada plot di atas bahwa perubahan nilai CAPEX sangat sensitif dalam

mempengaruhi besarnya persentase IRR. Peningkatan nilai investasi dan biaya

produksi yang diiringi dengan menurunnya harga LPG akan menurunkan besaran

nilai IRR. Sebaliknya, persentase IRR akan meningkat apabila biaya investasi dan

produksi berkurang serta harga LPG bertambah.

Grafik 4.4 Sensitivitas PBP terhadap OPEX, CAPEX dan Harga LPG

Page 155: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

138

Dapat dilihat pada plot di atas, bahwa peningkatan biaya investasi dan

produksi yang diikuti dengan menurunnya harga LPG akan menjadikan waktu

pengembalian modal menjadi lama. Dan sebaliknya, waktu pengembalian modal akan

semakin cepat apabila peningkatan harga LPG dibarengi dengan menurunnya biaya

investasi dan produksi. Sama halnya dengan NPV, dalam kasus ini komponen yang

paling sensitif untuk waktu pengembalian modal ialah harga LPG.

4.7 ASPEK KESELAMATAN DAN LINGKUNGAN

4.7.1 Pengolahan Limbah

Pengolahan limbah dilakukan karena berorientasi pada akibat yang

ditimbulkan dalam lingkungan terutama pada daerah sekitar industri maupun efek

keseluruhan untuk semua lingkungan. Dengan prinsip pencegahan dan

penanggulangan pencemaran harus dapat menjamin terpeliharanya kepentingan

umum dan keseimbangan lingkungan, dengan tetap memperhatikan kepentingan

pihak industri.

Limbah PABRIK LPG SAGAMA yang dihasilkan ada 3 jenis yaitu :

1. Limbah padat,

2. Limbah gas

3. Limbah cair

4.7.1.1 Penanganan Limbah Cair

Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan

sangat beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda kemungkinan

akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula. Proses- proses pengolahan

tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa kombinasi beberapa proses

atau hanya salah satu. Proses pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi sesuai

dengan kebutuhan atau faktor finansial.

Page 156: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

139

Limbah yang dihasilkan industri migas umumnya mengandung logam-logam

berat maupun senyawa yang berbahaya. Selain logam berat, limbah, atau air buangan

industri, minyak bumi juga mengandung senyawa-senyawa hidrokarbon yang sangat

rawan terhadap bahaya kebakaran. Dalam setiap kegiatan industri, air buangan yang

keluar dari kawasan industri migas harus diolah terlebih dahulu dalam unit

pengolahan limbah, sehingga air buangan yang telah diproses dapat memenuhi

spesifikasi dan persyaratan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Untuk mencapai

tujuan tersebut, maka dibangun unit Sewage dan Effluent Water Treatment di

PABRIK LPG SAGAMA.

Secara garis besar effluent water treatment di PABRIK LPG SAGAMA

dibagi menjadi dua, yaitu treatment oily water dan treatment air buangan proses.

Treatment oily water dilakukan di rangkaian separator sedangkan treatment air

buangan proses dilakukan menggunakan lumpur aktif (activated sludge) yang

merupakan campuran dari koloni mikroba aerobik.

Unit pengolah air buangan terdiri dari:

1. Air Floatation Section

Air hujan yang bercampur minyak dari unit proses dipisahkan oleh CPI

separator sedangkan air ballast dipisahkan di API separator kemudian mengalir ke

seksi ini secara gravitasi. Campuran dari separator mengalir ke bak DAF Feed

Pump dan dipompakan ke bak floatation, sebagian campuran dipompakan ke

pressurize vessel. Dalam pressurize vessel udara dari plant air atau DAF

compressor udara dilarutkan dalam pressurize waste water. Bilamana pressurize

waste water dihembuskan ke pipa inlet floatation pada tekanan atmosfir, udara

yang terlarut disebarkan dalam bentuk gelembung dan minyak yang tersuspensi

dalam waste water terangkat ke permukaan air.

Page 157: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

140

Minyak yang mengapung diambil dengan skimmer dan dialirkan ke bak floatation

oil. Minyak di dalam bak floatation oil dipompakan ke tangki recovery oil. Air

bersih dari bak floatation mengalir ke bak impounding basin.

2. Activated Oil Sludge

Aliran proses penjernian air dengan CPI Separator dan aliran sanitary dengan

pompa dialirkan secara gravitasi ke seksi activated sluge. Air hasil proses CPI dan

filtrate dehydotator dicampurkan dalam bak proses effluent dan campuran air ini

dipompakan ke pit aeration pada operasi normal dan pada emergency ke pit

clarifier melalui rapid mixing pit dan Flocculation pit. Apabila kualitas air off

spec, maka air tersebut dikembalikan ke bak effluent sedikit demi sedikit untuk

dibersihkan dengan normal proses.

Ferri Chlorida (FeCl3) dan Caustic Soda (NaOH) diinjeksikan ke bak

flocculation. Air yang tersuspensi, minyak dan sulfide dalam air kotor dihilangkan

dalam unit ini. Lumpur yang mengendap dalam bak clarifier dipompakan ke bak

thickener.

Pemisahan permukaan dari bak clarifier dilakukan secara over flow ke bak

aeration. Air kotor dari sanitary mengalir secara langsung ke bak aeration. Dalam

bak aeration ditambahkan nutrient. Selain itu, untuk menciptakan lingkungan

aerobic bak ini dilengkapi pula dengan aerator. Treatment dengan biological ini

mengirangi dan menghilangkan benda-benda organic (BOD dan COD). Setelah

treatment dengan biological, air kotor bersama lumpur dikirim ke bak aeration

kembali, sebagai lumpur dikirim ke bak thickener.

Pemisahan pemurnian air dari bak sedimentasi mengalir dari atas ke

Impounding Basin. Unit Sewage and Effluent Water Treatment dirancang untuk

system waste water treatment yang bertujuan memproses buangan seluruh kegiatan

dari unit proses dan area pertangkian dalam batas-batas effluent yang ditetapkan

air bersih. Kapasitas unit ini sebesar 600m3/jam dimana kecepatan effluent

Page 158: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

141

didesain untuk penyesuaian kapasitas 180 mm/hari curah hujan di area proses dan

utilitas.

Dari proses diatas terjadi beberapa interaksi, diantaranya :

a. Proses fisik

Pada proses ini diusahakan agar minyak maupun buangan padat dipisahkan

secara fisik. Setelah melalui proses fisik tersebut, kandungan minyak dalam

buangan air hanya diperbolehkan ±25 ppm.

b. Proses kimia

Proses ini dilakukan dengan menggunakan bahan penolong seperti koagulan,

flokulan, penetrasi, pengoksidasi dan sebagainya, yang dimaksudkan untuk

menetralkan zat kimia berbahaya dalam air limbah. Senyawa yang tidak

diinginkan diikat menjadi padat dalam bentuk endapan lumpur yang

selanjutnya dikeringkan.

c. Proses mikrobiologi,

Proses mikrobiologi merupakan proses akhir dan berlangsung lama dan hanya

dapat mengolah senyawa yang sangat sedikit mengandung senyawa logam

berbahaya. Pada dasarnya proses ini memanfatkan mahluk hidup(mikroba)

untuk mengolah bahan organik. Semua air buangan yang biodegradable dapat

diolah secara biologi. Tujuannya untuk mengumpulkan dan memisahkan zat

padat koloidal yang tidak mengendap serta menstabikan senyawa-senyawa

organic. Sebagai pengolahan sekunder, penglahan secara biologi dipandang

sebagai pengolahan ynag paling murah dan efisien. Dalam beberapa

dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan limbah secara

biologi dengan segala modifikasinya.

Konsep yang digunakan dalam proses pengolahan limbah secara biologi

adalah eksploitasi kemampuan mikroba dalam mendegradasi senyawa-

Page 159: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

142

senyawa polutan dalam air limbah. Pada proses degradasi, senyawa-senyawa

tersebut akan berubah menjadi senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana

dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Hasil perubahan tersebut sangat

tergantung pada kondisi lingkungan saat berlangsungnya proses pengolahan

limbah. Oleh karena itu, eksolitasi kemampuan mikroba untuk mengubah

senyawa polutan biasanya dilakukan dengan cara mengoptimalkan kondisi

lingkungan untuk pertumbuhan mikroba sehingga tercapai efisiensi yang

maksimum.

d. Dehydrator dan Incenerator section

Padatan berupa lumpur yang terkumpul dari floatation section dan activated

sludge ditampung pada sebuah bak. Selanjutnya lumpur tersebut dipisahkan

airnya dengan bantuan bahan kimia dan alat mekanis berupa alat yang bekerja

memisahkan cairan-padatan dan dengan memutarnya pada kecepatan tinggi.

4.7.1.2 Pengolahan Limbah Gas

Limbah gas dari kilang ini diolah di sulfur recovery unit dan sisanya dibakar

di incinerator (untuk gas berupa H2S dan CO) maupun flare (gas hidrokarbon).

4.7.1.3 Pengolahan Limbah Padat

Sludge merupakan suatu limbah yang dihasilkan dalam industri migas yang

tidak dapat dibuang begitu saja ke alam bebas, karena akan mencemari lingkungan.

Pada sludge selain mengandung lumpur, pasir, dan air juga masih mengandung

hidrokarbon fraksi berat yang tidak dapat di-recovery ke dalam proses. Apabila

dihasilkan limbah padat berupa sludge maka perlu dimusnahkan. Sludge ini juga

tidak dapat di buang ke lingkungan sebab tidak terurai secara alamiah dalam waktu

singkat. Pemusnahan hidrokarbon perlu dilakukan untuk menghindari pencemaran

Page 160: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

143

lingkungan. Dalam upaya tersebut, PABRIK LPG SAGAMA melakukannya dengan

membakar sludge dalam suatu ruang pembakar (incinerator) pada temperature 800ºC.

Lumpur/pasir yang tidak terbakar dapat digunakan untuk landfill atau dibuang di

suatu area, sehingga pencemaran lingkungan dapat dihindari.

4.7.1.4 Pengolahan Limbah B3

Proses pengolahan limbah B3 ini dilakukan secara biologi. proses ini cukup

berkembang dan dikenal dengan istilah bioremediasi dan viktoremediasi.

Bioremediasi adalah penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain untuk

mendegradasi/ mengurai limbah B3, sedangkan Vitoremediasi adalah penggunaan

tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah.

Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh limbah B3 dan

biaya yang diperlukan lebih murah dibandingkan dengan metode Kimia atau Fisik.

Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses Bioremediasi dan

Vitoremediasi merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif

lama untuk membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain itu, karena

menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat membawa senyawa-

senyawa beracun ke dalam rantai makanan di ekosistem.

4.7.2 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

4.7.2.1 Pengelolaan Bahaya dan Dampak di PABRIK LPG SAGAMA

Penanganan Bahaya dan Dampak

PABRIK LPG SAGAMA memberikan Material Safety Datasheet (MSDS)

untuk setiap material yang berbahaya yang dibawa ke dalam area kontruksi.

Hanya pekerja yang terlatih dan berpengalaman dengan peralatan pelindung

diri yang dapat membawa material ini.

Page 161: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

144

Paparan Bahaya

Sistem yang digunakan untuk memantau paparan pekerja terhadap bahan

kimia atau unsur-unsur fisik yaitu dengan sistem inpeksi keselamatan (Safety

Inspection). Inspeksi keselamatan dilakukan rutin untuk semua area yang

memerlukan perhatian khusus, baik area kunjungan secara acak ataupun

merupakan hasil dari kejadian atau kecelakaan.

Penanganan Potensi Bahaya

Pre-job meeting dilakukan untuk memberitahu para pekerja mengenai bahaya

yang mungkin timbul seperti bahan kimia, kebisingan. Pre-Job

Meeting dilakukan untuk menegaskan dan mengulangi persyaratan/ prosedur/

standar safety. Pre-Job meeting membahas topik - topik sebagai berikut :

Memberikan informasi yang lebih detail mengenai pekerjaan yang

akan dilakukan kepada pekerja dan bahaya yang menyertainya

Memberikan informasi mengenai Mitigasi Risiko yang telah dibuat.

Memberikan informasi mengenai Safety Plan & Regulations,

Emergency Management Plan, Lockout/tag out Procedure, batasan

area yang boleh dimasuki, sistem ijin kerja, sistem ijin peralatan berat,

dll.

Memberikan informasi mengenai aturan keamanan termasuk access

arrangement dan aturan safety seperti fire protection, pengaturan

pertolongan pertama, Ijin kerja,dll.

4.7.2.2 Safety Training Untuk Pekerja

Sebelum dimulainya pekerjaan, seluruh pekerja mendapatkan pelatihan

sebelum diberikannya ijin bekerja di area PABRIK LPG SAGAMA. Pelatihan

mencakup hal-hal sebagai berikut :

Page 162: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

145

Safety Regulations

Penggunaan alat pellindung diri baik secara umum maupun pada pekerjaan

tertentu

Tanggap darurat termasuk prosedur evakuasi

Prosedur Komunikasi pada saat darurat

Safety standard dan prosedur yang terkait dengan pekerjaan yang beresiko

tinggi.

Tindakan pencegahan pada area yang berbahaya

Training ini akan membuat pekerja lebih mengetahui penerapan Keselamatan

kerja di PABRIK LPG SAGAMA.

4.7.2.3 Alat Penunjang Keselamatan Di PABRIK LPG SAGAMA

4.7.2.3.1 Safety Shower dan Eye Shower

Safety shower merupakan salah satu sarana penunjang dari manajemen risiko

perusahaan. Safety shower merupakan alat darurat atau alat pertolongan pertama

untuk membersihkan atau mencuci dengan air bila terjadi kecelakaan yang

diakibatkan terkena bahan kimia. Jenis safety shower adalah body shower (shower

untuk seluruh tubuh) dan eye shower (shower untuk mata).

Ada hal yang perlu diperhatikan dalam mengoperasikan eye shower. Hal

tersebut yaitu saat membuka valve dari eye shower agar dilakukan secara perlahan-

lahan, agar pancaran air tidak sakit di mata.

Gambar 4.51 Safety Shower dan Eye Shower

Page 163: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

146

4.7.2.3.2 Alat Perlindungan Diri

Alat perlindungan diri bagi karyawan merupakan standar utama bagi suatu

perusahaan untuk melindungi karyawannya dari ancaman gangguan terhadap aspek

keselamatan kerja dan kesehatan saat bekerja. Berdasarkan kebutuhan utama di

lapangan, alat pelindung diri dapat dibagi menjadi:

1) Umum

Alat pelindung diri sebagai syarat minimal untuk masuk plant, yaitu: safety

helmet, googles, dan safety shoes.

2) Khusus

PPE yang digunakan sesuai dengan kebutuhan karyawan di tempat kerja

masing-masing berdasarkan bahaya dan resiko yang ada. Misalnya: safety

goggles, respirator, pelindung telinga, sarung tangan, earplug dsb.

Berikut ini adalah beberapa alat pelindung diri yang digunakan dalam pabrik migas:

a. Alat pelindung jatuh

Alat pelindung jatuh yang digunakan pada industri petrokimia ini adalah sabuk

pengaman /safety belt merupakan salah satu pengaman untuk perlindungan bagi

pekerja dalam melakukan aktifitas kerja pada tempat-tempat yang tinggi dimana

pekerja terdapat kemungkinan jatuh.

Hal-hal yang perlu diperhatikan terhadap alat pelindung jatuh, yaitu:

- Sabuk pengamanan yang digunakan harus di tempat-tempat yang tinggi di

atas 4 ft, ujung tali harus diikat kuat pada bangunan/penopang yang

mampu menhan berat badan.

- Memastikan komponen sabuk pengaman dalam kondisi harus baik, yang

terdiri dari tali, D-ring, buckles, cuts, stitching dan abration.

- Untuk menjaga sabuk tetap dalam kondisi baik, maka perlengkapan sabuk

harus dibersihkan dengan air panas dan sabun serta penyimpanannya

terhindar dari sinar matahari dan ultaviolet yang sangat kuat,juga bahan

kimia yang menyebabkan serabut belt menjadi rapuh dan lemah.

Page 164: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

147

Jenis perlengkapan pelindung jatuh terdiri dari:

i. Sabuk atau harnesses yang dilengkapi komponen stitching, buckles, D-ring,

cuts dan abration.

ii. Tali yang terdiri dari komponen: rot, proper hook dan knots, frayed atau

broker strands.

b. Alat perlindungan pernapasan

Kegunaan alat perlindungan ini terutama dalam keadaan darurat, misal tenaga

kerja harus menolong orang lain yang mengalami kecelakaan/bila harus

meloloskan diri dari udara atmosfer yang mendadak komposisinya mengalami

perubahan sedemikian sehingga membahayakan jiwanya/pada saat harus

melakukan perbaikan mesin-mesin/alat-alat di tempat yang kadar kontaminan

sangat tinggi.

i. Respirator/air purifying respirator yang berfungsi membersihkan udara yang

telah terkontaminasi berupa debu-debu, gas, uap logam, asap dan kabut dan

melindungi seorang tenaga kerja yang telah menghirup bahaya tersebut. Chem

respirator (kontaminan uap dan gas), mech filter respirator (debu, kabut, uap

logam, asam), cartridge/canister respirator (campuran gas/uap dengan partikel

zat padat yang dilengkapi dengan filter).

ii. Breathing apparatus (air supply respirator), yang mensupply udara bersih atau

oksigen kepada pemakainya. Respirator ini tidak dilengkapi dengan filter atau

cartridge, melainkan mensupply pemakai dengan udara kompresi/udara

bersih/ dari tabung oksigen.

Page 165: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

148

Gambar 4.52 Alat Perlindungan Pernapasan (Respirator)

c. Alat perlindungan tangan

Untuk melindungi dari kemungkinan bahaya yang terjadi, maka diharapkan

pekerja dalam melakukan aktivitas kerjanya selalu mengenakan gloves, yang

harus disesuaikan dengan kondisi kerja dan dalam keadaan tidak

melukai/kontaminasi terhadap tangan.

Macam-macam sarung tangan menurut jenis bahaya yang harus dicegah:

i. Sarung tangan asbes, kulit, PVC harus dipakai bila panas yang disebabkan

adalah panas yang ditimbulkan dalam kerja pabrik, misal pengelasan, sarung

tangan yang digunakan harus melewati pergelangan tangan.

ii. Sarung tangan karet, terbuat dari bahan sintetis, vinyl, serta natural, untuk

melindungi tangan dari bahan-bahan kimia kaustik asam, basa dan berbagai

jenis bahan pelarut lainnya.

iii. Sarung tangan kanvas/kulit, pakai sarung tangan dari kanvas atau katun berat

biasanya dipakai bila bahaya utama adalah panas yang sangat tinggi akibat

gesekan.

iv. Sarung tangan kulit dengan lapisan krom atau bahan PVC dengan desain

khusus, untuk mengurangi bahaya bila bersentuhan dengan benda tajam.

Page 166: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

149

Gambar 4.53 Alat perlindungan tangan (gloves)

d. Alat pelindung kaki

Sepatu pengaman harus melindungi pekerja terhadap kecelakaan yang disebabkan

oleh barang berat yang jatuh ke atas kaki, paku yang menonjol, logam cair, dan

sebagainya.

Jenis-jenis alat yang dipakai:

i. Sepatu pelindung, biasa dalam keadaan baik harus memberikan sedikit

perlindungan terhadap benturan akibat benda jatuh atau tusukan benda tajam

agar aman, ujung berlapis baja dalam lapisan kulit.

ii. Sepatu pelindung kaki yang dipakai tidak akan terjadi slip atau tinggi

tumitnya minimal 3/8 inch, maksimal 1-1/2 inch.

Gambar 4.54 Safety shoes

e. Alat pelindung mata

Alat pelindung mata digunakan pekerja dari serpihan benda-benda halus serta

cipratan bahan kimia yang dapat masuk dan menyebabkan iritasi pada mata atau

Page 167: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

150

bahkan dapat melukai mata. Alat ini juga melindungi mata pekerja dari benturan

terhadap benda keras. Untuk perlindungan mata tersebut, disediakan alat

pelindung diri googles atau kacamata pelindung bagi para pekerja.

Gambar 4.55 Alat pelindung mata (googles)

f. Alat pelindung telinga

Alat pelindung telinga biasanya digunakan pada daerah yang terletak alat-alat

yang dapat menimbulkan suara bising seperti kompresor, pompa, steam generator,

conveyor, dan alat-alat lain yang menggunakan motor sebagai penggerak. Untuk

perlindungan terhadap telinga tersebut setiap karyawan yang berurusan dengan

alat proses tersebut diwajibkan menggunakan earplug yang disediakan oleh

perusahaan.

Gambar 4.56 Alat pelindung telinga (earplug)

g. Alat pelindung kepala

Alat pelindung kepala yang digunakan berupa safety helmet. Pelindung kepala

ini merupakan alat pelindung yang digunakan untuk melindungi kepala dari

benturan benda keras saat bekerja di lapangan.

Page 168: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

151

h. Alat pelindung tubuh

Alat pelindung tubuh berupa akaian pelindung yang aman. Pakaian ini bernama

coverall yang berfungsi untuk menghindari kemungkinan adanya kebocoran atau

tumpahnya cairan produk dalam jumlah besar, sehingga dapat melindungi tubuh

dan menghindari kontak langsung dengan kulit pekerja. Untuk membersihkan

tumpahan harus menggunakan bahan penyerap inorganik yang tidak mudah

terbakar. Selain itu, baju pelindung atau pakaian pekerja yang digunakan tidak

boleh yang memiliki lipatan dibagian bawah celananya

.

Gambar 4.57 Alat pelindung tubuh (coveralls)

4.7.3.1.3 Alat Pemadam Kebakaran

Penentuan jenis alat pemadam kebakaran yang disediakan untuk

memadamkan api dan usaha pencegahan dan penanggulangan kebakaran disesuaikan

dengan klasifikasi kebakaran, keadaan gedung dan barang-barang yang ada pada

bangunan.

Klasifikasi jenis kebakaran, sebagai berikut:

Tabel 4.50 Klasifikasi Jenis Kebakaran

Klasifikasi Kebakaran Jenis Kebakaran Bahan

Klasifikasi A Padat

Kayu

kain

kertas, dll

Page 169: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

152

Klasifikasi B Cair

minyak

varnish

cat, dll

Klasifikasi C elektrik, gas, dan uap

Semua jenis elektrik

bythane

propane

Liquid Petroleum Gas (LPG)

Avatalane, dll

Klasifikasi D Logam

Potassium

Sodium

Kalsium

Magnesium, dll

Jenis alat pemadam kebakaran, antara lain:

1. Alat pemadam api jenis air, terdiri dari dua jenis yaitu:

a) Soda Acid

b) Water CO2

Alat pemadam api jenis soda acid sudah tidak digunakan lagi karena berbahaya bagi

manusia. Alat pemadam api jenis air ini digunakan untuk memadamkan Kelas Api-A.

Alat pemadam ini memiliki spesifikasi sebagai berikut:

a) Tabung berwarna merah.

b) Jarak semprotan untuk tabung 9 liter (12-15 kg) adalah 6 meter.

c) Waktu penggunaan ialah 1-2 menit bergantung kepada ukuran tabung

2. Alat pemadam api jenis debu kering, terdiri dari tiga jenis yaitu:

a) Debu kering kelas BC

Kelas Api - B dan C

b) Debu kering kelas ABC

Kelas Api - A, B dan C

Page 170: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

153

c) Debu kering kelas D

Kelas Api - D

Alat pemadam api jenis debu kering memiliki spesifikasi sebagai berikut:

a. Tabung berwarna biru muda

b. Terdiri dari bahan-bahan kimia seperti:

Sodium Bikarbonat (97%)

Magnesium Stearat (1.5%)

Magnesium Karbinat (1%)

Trikalsium Phosphate (0.5%)

c. Ukuran tabung 1-12 kg

d. Jarak semprotan untuk tabung 9 liter adalah 4-6 meter

e. Lama waktu penggunaan tergantung ukuran, untuk ukuran 14-16 kg

adalah 15 detik

3. Alat pemadam api jenis karbondioksida (CO2)

Alat pemadam ini digunakan untuk memadamkan Kelas Api-B dan C. Alat

pemadam api jenis karbondioksida (CO2) spesifikasi sebagai berikut:

a. Tabung berwarna hitam

b. Jarak semprotan untuk tabung 4.5-8 kg adalah 2 meter

c. Waktu pengeluaran ialah 14 detik

d. Gas CO2 dalam tabung berbentuk cecair.

e. Kadar pengembangan ialah 450:1

4. Alat pemadam api jenis buih (foam), terdiri dari tiga jenis:

a. jenis Buih Kimia

b. jenis Self-Aspirating

c. jenis Non-Aspirating AFFF

Page 171: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

154

Selain alat pemadam kebakaran, dibutuhkan sarana lain yang mendukung

sistem pemadaman api terutama saat sistem penanganan pertama masih belum

mampu memadamkan api. Sarana penunjang tersebut adalah hydrant. Terdapat 2

jenis hydrant yang biasa digunakan, yaitu:

a. Hydrant air (WH: Water Hydrant)

Hydrant air digunakan untuk kebakaran secara umum, kelas A, yaitu

kebakaran yang berasal dari bahan padat non logam (kayu, kertas, plastik,

dsb) dan sebagai pendingin serta untuk pelindung diri (tirai air).

b. Hydrant Foam (FH: Foam Hydrant)

Hydrant foam digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas B, yaitu

kebakaran dari bahan bakar cair (minyak, kerosene, dsb), karena bahan bakar

lebih ringan dari air sehingga tidak dapat dipadamkan dengan air.

Jika pemadaman kebakaran sudah tidak dapat ditanggulangi lagi, maka

diperlukan alat bantu pemadaman yang lebih memadai. Untuk mengatasi jika

terjadi kebakaran yang besar maka pabrik inii dilengkapi juga dengan unit

mobil pemadam kebakaran. Agar mampu mengatasi kebakaran dan mencegah

semakin melebarnya kebakaran maka pabrik ini dilengkapi dengan tiga unit

mobil pemadam mobil kebakaran.

4.7.3.1.4 Gas detector addressable dengan computer

Gambar 4.58 Gas Detector Addressable

Page 172: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

155

Sistem pengindera kebocoran gas atau yang umum dikenal dengan gas alarm

system adalah suatu sistem terintegrasi yang didesain dan dibangun untuk mendeteksi

adanya gejala kebocoran gas, untuk kemudian memberi peringatan (warning) dalam

sistem evakuasi dan ditindak lanjuti secara otomatis.

Keunggulan Sistem Komputer deteksi kebocoran Gas dengan sistem Addressable :

Sensitif dalam mendeteksi kebocoran gas elpiji atau bensol maupun blue gas,

saat 10% LEL (+/-5%) konsentrasi gas terdeteksi pada permukaan sensor

(sensitifitas bisa di atur).

Bunyi alarm sangat keras (diatas 85dB) sehingga menarik perhatian untuk

segera mengatasi sumber kebocoran gas.

Komputer akan menyimpan data kejadian secara real time baik hari, jam,

menit atau detik dalam bentuk database sehingga memudahkan management

untuk mengevaluasi keurangan sistem pengaman gedung.

Gambar 4.59 Tampilan layar komputer untuk komputer alarm

Semua detector dan alat pemberi masukan mempunyai alamat addressable

yang spesifik, sehingga proses pelacakan kebocoran gas dan evakuasi dapat

dilakukan langsung pada titik yang diperkirakan mengalami kebocoran

Page 173: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

156

Dengan Konfigurasi Komputer untuk mengecek ruang manakah yang sedang

terjadi kebocoran gas LPG, pencegahan kebakaran dapat segera diatasi.

Sistem kontrol monitoring gas detetor akan segera menampilkan titik

kebocoran gas, mengaktifkan alarm bell dalam ruang control room dan

menampilkan pesan kejadian secara langsung pada layar komputer pada saat

terjadi kebocoran gas. Seperti digambarkan dalam animasi berikut.

Beberapa tempat yang sangat cocok dipasang detektor kebocoran gas adalah :

Tempat yang mempunyai nilai tinggi dan penting untuk dijaga kelangsungan

kerjanya, misalnya : ruang dapur, saluran pipa gas di area ducting

Tempat yang sangat sulit untuk melakukan maintenance, misalnya: dalam

ducts, ceiling, rest floor maupun gudang yang tinggi ataupun ruang produksi

yang dibawahnya terdapat saluran gas.

Sistem Deteksi kebocoran gas yang dibuat merupakan penggabungan detector

gas, modul controller input dan output dan computer. Detector ditempelkan pada

dinding, atau dekat dengan saluran pipa gas & di hubungkan dengan modul controller

untuk kemudian diproses oleh computer sebagai sebuah input data kondisi kebocoran

gas. Sistem detector sangat banyak diaplikasikan untuk villa, rumah makan, hotel,

area pasar, apartement perusahaan dll. Sistem pendeteksian gas yang dibuat akan

menampilkan status semua data detector di layar komputer dan secara otomatis akan

mengaktifkan bell alarm pada saat terjadi kebocoran gas. Dimana setiap kejadian

kebocoran akan tercatat secara otomatis dalam database untuk evaluasi dan

maintenance.

Deskripsi sistem mengaktifkan alarm bell saat kebocoran gas terjadi yaitu

pada saat terjadi kebocoran gas, maka status unit detector gas akan secara otomatis

aktif dan mengirmkan sinyal status ke unit controller untuk diproses sebagai data

digital yang kemudian oleh komputer diproses sebagai data input. Komputer akan

Page 174: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

157

mencari database penyimpanan alamat addressable gas detector yang aktif untuk

kemudian memerintahkan modul controller segera mengaktifkan bell alarm tanda

terjadinya kebocoran gas. Sistem komputer juga akan memberitahukan langsung ke

layar komputer dalam bentuk pesan khusus "telah terjadi kebocoran gas pada zona

dan ruang yang dimaksud”.

4.7.3.1.5 Fire Alarm System

Fire alarm system terdiri dari Manual Call Point, Indicator Lamp, dan Fire

Bell. Disebut tiga serangkai, karena ketiganya biasa dipasang di tembok berjajar ke

bawah ataupun ditempatkan dalam satu plat metal yang berada tepat di atas lemari

hidran (selang pemadam).

1. Manual Call Point (MCP)

Gambar 4.60 Manual Call Point

Fungsi alat ini adalah untuk mengaktifkan sirine tanda kebakaran (Fire Bell)

secara manual dengan cara memecahkan kaca atau plastik transparan di bagian

tengahnya. Istilah lain untuk alat ini adalah Emergency Break Glass. Di dalamnya

hanya berupa saklar biasa yang berupa microswitch atau tombol tekan. Salah satu

aspek yang harus diperhatikan adalah soal lokasi penempatannya. Terbaik jika

unit ini diletakkan di lokasi yang:

Page 175: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

158

- sering terlihat oleh banyak orang,

- terlewati oleh orang saat berlarian ke luar bangunan,

- mudah dijangkau.

Untuk menguji fungsi alat ini tidak perlu dengan memecahkan kaca, karena sudah

tersedia tongkat atau kunci khusus, sehingga saklar bisa tertekan tanpa harus

memecahkan kaca.

2. Fire Bell

Gambar 4.61 Fire Bell

Fire Bell akan membunyikan bunyi alarm kebakaran yang khas. Suaranya

cukup nyaring dalam jarak yang relatif jauh. Aturlah kembali dudukannya dengan

cermat sampai bunyi bel terdengar paling nyaring.

3. Indicator Lamp

Gambar 4.62 Indicator Lamp

Page 176: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

159

Saat terjadi kebakaran maka alarm kebakaran akan berbunyi sehingga dalam

waktu kurang dari 15 menit, petugas pemadam kebakaran PABRIK LPG SAGAMA

akan tiba di tempat kejadian untuk segera memadamkannya.

Tabel 4.51 MSDS LPG

Description Min Maks

1. Specific Gravity at 60/60 ° F To be reported

2. Vapour pressure 100 ° F psig - 120

3. Weathering test at 36 ° F % Vol 95 -

4. Copper Corrosion 1 hrs 100 ° F - ASTM No.1

5. Total Sulphur, grains/100 cuft -

6. Water content No/free of water

7. Komposisi : D-2163 Test

C2 % vol - 0.2

C5 + (C5 and heavier ) % vol 97.5 -

8. Ethyl or Buthyl mercaptan added ml/100 AG

50

Page 177: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

160

4.7.3 HIRA HAZID DAN HAZOP

4.7.3.1 HIRA (Hazard Identification And Risk Assesment)

Analisa identifikasi sebuah kondisi atau situasi dimana berpotensi menyebabkan cedera baik fisik maupun psikologi pekerja

serta membahayakan instrumen dan lingkungan yang dilakukan pada AKTIVITAS HARIAN DAN KHUSUS suatu instalasi industri.

Berikut ini merupakan tabel analisa HIRA pada PABRIK LPG SAGAMA:

Tabel 4.52 Analisis Hazard Identification And Risk Assesment Pada LPG SAGAMA

NO JENIS

KEGIATAN

POTENSI

BAHAYA EFEK BAHAYA

TINGKAT

EFEK

BAHAYA

FREKUENSI

BAHAYA RESIKO PENCEGAHAN

RESIKO

AKHIR

1 Pengecekan

kondisi operasi di

lapangan

Kebocoran gas Keracunan H M M Pemakaian masker,

respiratory masker,

safety glass.

L

Iritasi kulit dan mata

Lemas

Pingsan Pemakaian baju

pelindung Kematian

Kepala terantuk

pipa atau alat

yang posisinya

rendah

Luka memar M L M Pemakaian safety

helmet

L

Pendarahan

Pingsan

Kematian

Kaki tertimpa

alat

Luka memar M M M Pemakaian safety

shoes

M

Pendarahan

2 Pemasangan atau

instalasi alat berat

Terjepit alat,

tertimpa alat

Luka permanen H L H Pemakaian safety

helmet

M

Page 178: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

161

Disfungsi alat tubuh Memasang tanda

peringatan ada

pekerjaan Kematian

3 Pemasangan atau

instalasi listrik

Terkena aliran

listrik

Tersetrum H M H Pemakaian safety

shoes

L

Kematian Pemakaian sarung

tangan

4 Perbaikan pompa

dan kompresor

Terkena aliran

listrik

Tersetrum H M H Pemakaian sarung

tangan

L

Pemakaian safety

shoes

Kematian Memasang tanda

peringatan ada

pekerjaan

5 Perawatan kolom

distilasi dan

absorber

Jatuh dari atas

kolom

Luka memar H M H Pemakaian tali

pengaman

H

Pendarahan

Patah tulang Pemakaian semua

peralatan safety Disfungsi alat tubuh

Kematian

Page 179: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

162

4.7.3.2 HAZID (Hazard Identification)

Pengidentifikasian bahaya berdasarkan TEMPAT/LOKASI KEGIATAN. Tabel di bawah ini merupakan analisa

pengidentifikasian bahaya pada PABRIK LPG SAGAMA:

Tabel 4.53 Analisis Hazard Identification Pada PT LPG SAGAMA

No. Lokasi Deksripsi Potensi

Bahaya

Faktor

Pemicu

Tingkat

Kerusakan Kemungkinan Proteksi

1. Plant Permasalahan

dalam plant

Kebakaran

Umpan (Gas

alam) mudah

terbakar Severe Likely

Menyediakan sarana fire

safety yang memadai

Penggunaan bahan bangunan

yang tahan api

Letak area proses yang sangat

mudah terbakar dipisahkan di tempat

yang aman

Korsleting

pada utilitas

generator

listrik

Major Unlikely

Memasang proteksi listrik

seperti sekering pada rumah-rumah

Melakukan pengawasan pada

sistem transmisi

Ledakan

Over pressure,

over heat pada

alat-alat utama Major Likely

Melakukan pengawasan ketat

terhadap proses

Menggunakan proses kontrol

yang baik

Melakukan pengarahan teknis

serta perawatan secara berkala

Page 180: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

163

2. Lingkungan

Sekitar

Ekosistem di

sekitar pabrik

Pencemaran

tanah, udara,

air

Zat-zat yang

terkandung

pada gas yang

keluar dari

stack, terdapat

sisa

pembakaran

yang tidak

sempurna

Major Likely Melakukan inspeksi secara

berkala terhadap komposisi gas

buangan tersebut

3. Sekitar

Plant

Kehidupan

social

masyarakat di

sekitar plant

Bahaya

terhadap

masyarakat

sekitar

Aktivitas

masyarakat di

sekitas plant

yang terkadang

tidak

memperhatikan

faktor bahaya

Major Likely

Memasang rambu peringatan

di sekitar wilayah plant terutama di

area berbahaya

Membangun pagar atau

tembok pemisah antara plant dengan

pemukiman warga dengan hanya

terdapat pintu kecil untuk akses

Mengadakan patroli untuk

mengontrol kemungkinan terjadinya

aktivitas masyarakat di sekitar plant

Mengadakan sosialisasi

tentang larangan serta bahaya di

sekitar plant

Page 181: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

164

4. Jaringan

Perpipaan

Kebocoran pipa

pengangkut gas

alam dari

lapangan

pengeboran

Kerugian besar

terutama

karena

terbuangnya

gas alam

Korosi,

tekanan gas

terlalu besar

sehingga dapat

terjadi blow

out

Major Likely

Melakukan pengontrolan

pada pipa dengan memasang CCTV

dan alat sensor tekanan

Secara berkala,

pemeriksanaan jaringan dan

sambungan dengan sabun, deterjen

harus dilakukan

sehingga letak kebocoran

sejak dini dapat dilakukan dan dapat

dilakukan upaya perbaikan

Melakukan penjadwalan

inspeksi secara berkala (mingguan

atau bulanan sesuai) dengan

jadwal yang ditentukan oleh

pihak konstruktor atau manufaktur

peralatan.

5. Main

Utilities

Kerusakan dryer

sehingga

kandungan

outletnya

masing

mengandung

kadar H2O

cukup tinggi

Turunnya

mutu LPG

Korosi lebih

besar daripada

korosi

allwance (1,5

mm), tekanan

kerja lebih

besar daripada

tekanan kerja

maksimum

Minor Unlikely Adanya aliran recycle produk

untuk pengurangan kadar air lagi,

adanya controller Suhu dan Tekanan

6. LPG Plant

Tank

Storage

Kebocoran tank

storage

Dapat terjadi

ledakan karena

LPG mudah

meledak.

Korosi, gempa

bumi atau

banjir Severe Unlikely

Peremajaan tank,

pemeriksaan rutin, penyimpanan

storage tank di gedung atau ruangan

tertutup

Page 182: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

165

Facilities

Dapat

mengakibatkan

kematian

Pressure

regulator pada

tangki tidak

berfungsi

dengan baik

sehingga

tekanan tidak

terkontrol

Kebakaran dan

ledakan besar

karena tekanan

tinggi

sehingga

suhunya lebih

tinggi daripada

suhu ignitation

Pemeriksaan

rutin yang

kurang sering

dilakukan

khususnya

pada pressure

regulator

Severe Unlikely Peremajaan fasilitas yang

sudah rusak memeriksa tekanan pada

tangki

7.

Unit

Pengolahan

Limbah

Alat-alat

pengolahan

limbah tidak

berfungsi

dengan baik

sehingga limbah

yang dibuang

dapat

mencemari

lingkungan

Pencemaran

Lingkungan

Alat-alat

tersebut sudah

fatique,

fracture dan

sudah

waktunya

peremajaan

Major Unlikely

Selalu mengaudit secara rutin

antara indikator Suhu dan Tekanan,

memilih material unit pengolahan

limbah yang tahan korosi dan

tekanan tinggi

Page 183: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

166

4.7.3.3 HAZOP (Hazard And Operability Study Hazard)

Standar teknik analisis bahaya yang digunakan dalam persiapan penetapan keamanan dalam sistem baru atau modifikasi

untuk suatu keberadaan POTENSI BAHAYA atau masalah operabilitasnya.

Tabel 4.54 Analisis Hazard And Operability Study Hazard Pada PABRIK LPG SAGAMA

No

de Deviasi

Penyebab Akibat Implikasi Indikator Sev Lik Risk Pencegahan

Parameter Kata

panduan

ko

lom

ad

sorp

si

Temprature

Less laju alir steam

terlalu rendah

Daya adsorb

adsorben rendah

Masih terdapat

pengotor dalam

gas Temperatur

2 C L

Mengontrol laju

alir steam

More Laju alir steam

terlalu tinggi

Rusaknya

adsorben

Proses adsorpsi

menjadi tidak

sempurna

3 C H

Ko

mp

reso

r

Tekanan

Less

rusaknya sel

pelindung di

sekeliling piston,

sehingga gas

dapat lewat ke

bagian belakang

piston

tidak dicapainya

spesifikasi

tekanan produk

kualitas akhir

LPG turun

Tekanan

2 E L

melakukan

penggantian seal

pistonuntuk

jangka waktu

tertentu

More

Tersumbatnya

valve keluaran

kompresor

meledaknya

kompresor Shut down 4 E H

membersihkan

saluran da valve

keluaran

kompresor

Flow Less penyumbatan

dalam pompa

ketersediaan

fluida untuk

proses terhambat

Proses

selanjutnya

berjalan tidak

sempurna

Alarm 3 D M

Membersihkan

pompa dan

kontrol secara

berkala

Page 184: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

167

More kinerja impeller

berlebihan

pompa cepat

rusak

menambah

biaya

pengeluaran

pabrik

4 D H kontrol secara

berkala C

O2

Ab

sorb

er

Flow

Less

valve pengontrol

laju alir

terganggu

sehingga aliran

terlalu kecil

Masuknya cairan

ke saluran gas

yang ada di

bagian bawah

kolom penyerapan

CO2 tidak

optimal;

absorber rusak

Flow

2 D L melakukan

pengecekan

valve kontrol laju

alir secara

berkala

More

valve pengontrol

laju alir

terganggu

sehingga aliran

terlalu besar

Gas yang keluar

dari kolom

absorber masih

mengandung

banyak cairan

3 D M

Tekanan

More

Tersumbatnya

valve keluaran

absorber

beban absorber

berlebih

absorber

meledak

Flow

4 E H

Melakukan

pembersihan

saluran dan valve

keluaran

absorber

Less

rusaknya

selpelindung di

sekeliling piston,

sehingga gas

dapat lewat ke

bagian belakang

piston

kerja absorber

tidak optimal

tidak dicapainya

spesifikasi

tekanan produk

3 D M

melakukan

penggantian seal

pistonuntuk

jangka waktu

tertentu

Temperatur Less

Kontrol

temperatur

mengalami

gangguan; terjadi

scaling pada

dinding absorber

sebelah luar

Terjadi

kondensasi

hidrokarbon berat

pada kolom

Terjadi

foaming,

sehingga

pengikatan CO2

oleh DEA tidak

berlangsung

dengan baik

Flow and

Temperatur 3 C H

melakukan

pengecekan pada

unit furnace dan

pengontrol suhu

secara berkala;

memonitor bila

terjadi kerusakan

pada badan

Page 185: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

168

absorber

More

Kontrol

temperatur

mengalami

gangguan

DEA akan

terdekomposisi

Pengikatan CO2

oleh DEA tidak

berlangsung

dengan baik

4 D H

melakukan

pengecekan pada

unit furnace dan

pengontrol suhu

secara berkala

Hea

t ex

cha

ng

er Temperatur

tube

Less

Kurangnya

supply aliran

cooling water;

penyumbatan

pada pipa aliran

masuk cooling

water; adanya

scale pada tube

HE; adanya

deviasi pada HE;

Pompa tidak

bekerja maksimal

Pendinginan tidak

sempurna; LPG

tidak berubah

menjadi cairan

semua

Bukaan valve

cooling water

diperbesar

Temperatur

3 C H

Perlu dilakukan

pengecekan

secara berkala

pada dinding

tube HE dan pipa

More Aliran cooling

water overflow

Boros coolong

water;

Temperatur

keluaran tidak

sesuai dengan

keinginan

Bukaan valve

cooling water

diperkecil

3 C H

Aliran hot oil/

colling water Less

Adanya deviasi

pada HE, pompa

tidak bekerja

maksimal

Pertukaran panas

tidak efektif

Temperatur

fluida yang

ingin

dipanaskan

lebih tinggi

Flow and

Temperatur 3 D M

Pemeliharaan HE

dan pompa

Page 186: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

169

More Pompa overflow Pertukaran panas

tidak efektif

Temperatur

keluaran tidak

sesuai dengan

yang diinginkan

3 D M

Am

ine

reg

ener

ato

r

Temperatur

Less Kontrol

temperatur

mengalami

gangguan

Proses regenerasi

tidak optimal

Tidak

dicapainya

spesifikasi

temperatur

produk Flow and

Temperatur

3 C H Melakukan

pengecekan pada

unit furnace dan

pengontrol suhu

secara berkala More

Amineakan

terdegradasi

Pengikatan CO2

oleh DEA tidak

berlangsung

dengan baik

3 D M

Pen

gir

ima

n (

Ta

nk

er)

Material cair

(LPG)

No

Kesalahan

operator saat

mentransfer

material

Pompa vacum di

road tanker

mengalami

kapitasi

Pengiriman

tidak optimal

dan

menyebabkan

kerugian

Flow

5 D E

Penimbangan

tanker dalam

keadaan kosong;

pengecekan

rotogauge dan

dokumen;

Less

Material yang

diterima kurang

dari pengiriman

normal

Kemungkinan

pengosongan

awal tanker

3 C H

Memeriksa level

dengan

menggunakan

rotogauge

More

Ukuran tanker

kecil: pengisian

over

Overfilling taker;

terjadi ekspansi

thermal pada

pipa; tekanan

dalam tanker

meningkat

4 C E

kalibrasi

rotogauge;

memeriksa

kapasitas tanker

Page 187: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

170

BAB V

KESIMPULAN

Dari Hasil simulasi dan perhitungan ekonomi pembangunan LPG

SAGAMA Plant di Blok Mahakam Kalimantan Timur, disimpulkan:

Teknologi proses Refrijerasi Low Temparature Separation dengan produk

LPG sebesar 97.62 ton/day dimana komposisi propana, i-butana, dan n-

butana sebesar 99.08%

Gas bumi yang masih bisa dijual sebesar 17,68 MMSCFD

Produk kondensat sebanyak 9.2818 barrel/day

Investasi yang diperlukan untuk gas umpan 20 MMSCFD senilai $ 27,000,000

Tingkat pengembalian yang disyaratkan 10% per tahun diperoleh $59,539,295

NPV, 37.5% IRR, dan PBP kurang dari 4 tahun

Dengan mengacu pada spesifikasi produk LPG SAGAMA Plant yang

dihasilkan layak dari segi teknis

Perancangan Plant dengan NPV positif, nilai IRR > 10%, dan PBP < 4 tahun

adalah layak dari segi ekonomi

Pada analisa sensitifitas, variable yang paling berpengaruh adalah perubahan

harga LPG

Safety pada kawasan pabrik LPG SAGAMA di rancang agar memberikan rasa

aman dan perlindungan terhadap seluruh pekerja yang berada di dalam

kawasan pabrik dalam melaksanakan pekerjaannya

Proses pengelolaan limbah yang dilakukan oleh PT. LPG SAGAMA sudah

memasuki Standar Baku Mutu untuk buangan limbah cair.

Desain layout PT. LPG SAGAMA untuk luas tanah adalah 16 Ha dibagi

menjadi 5 bagian, dimana sebagian besar luas dari Plant dipakai ntuk kilang (8

Ha) sisanya dipakai untuk bangunan lain (Workshop section, Fire Fighter,

Central Control Panel section, Security section, Waste Section, Power plant

section dan lain-lain)

Page 188: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

171

BAB VI REKOMENDASI

Untuk pengembangan pabrik lebih lanjut, maka penulis memberikan

rekomendasi demi membantu manajemen pada masa yang akan datang, yaitu:

1. Perluasan rekanan untuk menjaga pendistribusian bahan baku meluas, dan

untuk mengantisipasi kenaikan permintaan gas LPG.

2. Perlunya penambahan peralatan komputer dalam penerapannya dengan

sistem yang dijalankan sehingga operasional kerja berlangsung cepat dan

tepat.

3. Untuk mengoptimalkan penggunaan komputer, dianjurkan untuk melatih

dan membimbing user atau pegawai sebagai operator komputer.

4. Perlunya pengembangan teknologi seiring dengan kemajuan teknologi dan

kapasitas pada industri migas dengan harapan produksi bisa bertambah.

5. Untuk menjaga performa keselamatan kerja para pegawai maka sebaiknya

dilakukan kerja sama dengan konsultan K3 untuk mencapai zero accident.

6. Untuk menjaga stabilitas kondisi lingkungan dari pengaruh emisi pabrik,

maka diperlukan pengontrolan pada standar baku limbah sesuai peraturan

yang ditetapkan.

7. Untuk mendapatkan tingkat pengembalian berdasarkan lifetime 20 tahun

disyaratkan besarnya PBP 10% pertahun dengan NPV > 0, nilai IRR >

MARR.

8. Demi meningkatkan kepercayaan konsumen, maka pabrik seyogianya

memutakhirkan standar ISO 9001, ISO 14001.

Page 189: Laporan Perancangan Pabrik Lpg Stti 2014 Revisi Ok-135

172

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Pengolahan Gas Pakai Sistem Oksidasi Udara Basah. Diakses 13

Mei 2014 pada World Wide Web http://migasreview.com.

Anonim. 2012. Penanganan Limbah Padat Cair dan Gas. Diakses 13 Mei 2014

pada World Wide Web http://witasharer.blogspot.com.

Anonim. 2014. Ultrafiltration 0,01. Diakses 13 Mei 2014 pada World Wide Web

http://www.desalite.com.

B. A., Servatius. 2012. ABSORPSI GAS CO2 MELALUI KONTAKTOR

MEMBRAN SERAT BERONGGA MENGGUNAKAN LARUTAN PENYERAP

TUNGGAL DAN CAMPURAN SENYAWA AMINA: PENGARUH LAJU ALIR

CO2. Depok: TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Dewi, Inayah. 2009. Pemanfaatan Gas Suar Bakar. Depok: FAKULTAS

TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA.

Latif, Abdul, dkk. 2007. Perancangan Pabrik Cleaner Rubber Production.

Depok: TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA.

Murdany, Wiwid. 2012. STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN LPG PLANT

LAPANGAN GAS SUMATERA SELATAN. Depok: FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA.