sosiologi gender

8
NAMA : CANDRA ADI DOYO NIM : 13413241071 KELAS : SOSIOLOGI B 2013 SOSIOLOGI GENDER & FEMINISME Dosen Pengampu: Prof. Dr. Farida Hanum “MEMAHAMI SOSILOGI GENDER DAN ANALISISNYA” Pada awal abad ke-19, Simone de Beauvoir dalam bukunya The Second Sex. Ia menggambarkan bagaimana perempuan mendeskripsikan diri mereka berdasarkan standar laki-laki. Dependensi perempuan terhadap laki-laki menjadikan perempuan selalu menjadi objek, sedangkan Beouvoir sadar bahwa menjadi manusia bebas adalah menjadi subjek. Masyarakat menempatkan laki-laki pada peran dan posisi yang lebih dominan. Dalam berbagai aspek kehidupan, laki- laki selalu menjadi subjek sedangkan perempuan terus menjadi objek. Kenyataannya di masyarakat telah lama terjadi ketidakadilan hak dan peran antara laki-laki dan perempuan. Terutama pada masyarakat patriarkhi, dimana laki-laki memiliki lebih banyak hak istimewa dibanding perempuan. Konstruksi pemikiran tersebut tidak terlepas dari struktur sosial, proses sosial, interaksi sosial, stratifikasi sosial, budaya masyarakat, nilai, dan norma masyarakat. Realitas sosial menunjukkan bahwa pembagian peran berdasarkan gender melahirkan suatu keadaan yang tidak seimbang

Upload: candra

Post on 10-Jul-2016

7 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sosiologi Gender

NAMA : CANDRA ADI DOYO

NIM : 13413241071

KELAS : SOSIOLOGI B 2013

SOSIOLOGI GENDER & FEMINISMEDosen Pengampu: Prof. Dr. Farida Hanum

“MEMAHAMI SOSILOGI GENDER DAN ANALISISNYA”

Pada awal abad ke-19, Simone de Beauvoir dalam bukunya The Second Sex. Ia

menggambarkan bagaimana perempuan mendeskripsikan diri mereka berdasarkan standar laki-

laki. Dependensi perempuan terhadap laki-laki menjadikan perempuan selalu menjadi objek,

sedangkan Beouvoir sadar bahwa menjadi manusia bebas adalah menjadi subjek. Masyarakat

menempatkan laki-laki pada peran dan posisi yang lebih dominan. Dalam berbagai aspek

kehidupan, laki-laki selalu menjadi subjek sedangkan perempuan terus menjadi objek.

Kenyataannya di masyarakat telah lama terjadi ketidakadilan hak dan peran antara laki-

laki dan perempuan. Terutama pada masyarakat patriarkhi, dimana laki-laki memiliki lebih

banyak hak istimewa dibanding perempuan. Konstruksi pemikiran tersebut tidak terlepas dari

struktur sosial, proses sosial, interaksi sosial, stratifikasi sosial, budaya masyarakat, nilai, dan

norma masyarakat. Realitas sosial menunjukkan bahwa pembagian peran berdasarkan gender

melahirkan suatu keadaan yang tidak seimbang di mana perempuan menjadi tersubordinasi oleh

laki-laki, yang disebut ketimpangan gender.

Konsep gender harus dibedakan antara kata gender dengan kata seks (jenis kelamin).

Seks merupakan jenis kelamin, yang mana laki-laki dan perempuan dibedakan secara biologis

dengan ciri yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Sedangkan gender merupakan sifat yang

melekat, baik pada laki-laki dan perempuan. Dimana laki-laki dipandang cenderung maskulin

dengan sifat dominan kuat, rasional, jantan, perkasa. Sedangkan wanita lebih feminism dengan

sifat lemah lembut, anggun, emosional. Padahal yang membedakan laki-laki dan perempuan

yaitu wanita bisa menstruasi, hamil, dan menyusui, sedangkan laki-laki tidak bisa menstruasi,

melahirkan, dan hamil. Hal-hal tersebut merupakan kodrat dari Tuhan yang tidak bisa

Page 2: Sosiologi Gender

dipertukarkan, sedangkan sifat-sifat yang maskulin maupun feminism bisa dimiliki laki-laki

maupun perempuan.

Berikut merupakan beberapa konsep gender, yaitu:

1. Gender sebagai istilah asing yang mengandung makna tertentu

Gender merupakan sifat yang melekat, sifat yang cenderung dimiliki, bukan

merupakan kodrat karena sifat-sifat tersebut bisa dipertukarkan.

2. Gender sebagai suatu fenomena sosial budaya

Konsep gender yang ada di masyarakat ini merupakan konstruksi sosial budaya yang

membedakan peran atas jenis kelamin, terlebih kebanyakan masyarakat menganut sistem

patriarkhi.

3. Gender sebagai suatu kesadaran sosial

Kesetaraan gender sebagai suatu kesadaran sosial akan sulit diwujudkan jika tidak

ada empati terhadap fenomena-fenomena bias gender. Namun seiring dengan meningkatnya

tingkat pendidikan dan pengetahuan, masyarakat menyadari bahwa selama ini telah terjadi

diskriminasi atas dasar gender dalam berbagai bidang kehidupan.

4. Gender sebagai suatu persoalan sosial budaya

Sejarah bias gender telah terjadi sejak jaman penjajahan, dimana wanita dibatasi

aksesnya dan hanya dijadikan budak seks. Selama berabad-abad Indonesia mengalami

penjajahan, sehingga sulit bagi masyarakat untuk menghilangkan pola pikir bias gender.

Apalagi, Jawa sebagai pusat kemajuan peradaban di Indonesia masih melanggengkan budaya

patriarkhi melalui aturan-aturan dalam keratin.

o Peran Ideologi dan Gender

Ideologi turut serta mempengaruhi cara pandang dan perlakuan masyarakat berkaitan

dengan konsep gender. Ideologi yang menekankan peran utama perempuan di rumah tangga

sebagai ibu dan istri telah berabad abad disosialisasikan dan diinternalisasikan dalam

masyarakat. Kemunculan ideologi familialisme (ideology of familialism) timbul dan dilestarikan

melalui proses sejarah yang kompleks. Menurut ideologi familialisme peran utama laki-laki

sebagai pemimpin rumah tangga yang memiliki otoritas terbesar dalam keluarga dan membatasi

peran perempuan dalam urusan domestik. Ideologi tersebut jelas melanggengkan ketimpangan

Page 3: Sosiologi Gender

gender yang terjadi dalam masyarakat, karena berkembang dalam bentuk ideologi yang halus

dan hegemonis. Sebagai contoh yaitu warisan kebudayaan masyarakat feodal Jawa.

o Analisis Gender

Analisis tentang gender tidak dapat dipisahkan dari analisis faktor-faktor kehidupan yang

ada dalam masyarakat. Menurut Chafetz (1991), bahwa ketidakseimbangan berdasarkan gender

(gender inequality) mengacu pada ketidakseimbangan akses sumber-sumber yang langka dalam

masyarakat seperti otonomi pribadi, kesempatan memeroleh pendidikan dan pelatihan serta

kebebasan.

Analisis gender digunakan untuk menelaah permasalahan ketimpangan gender yang ada

di masyarakat. Ada 4 kriteria analisis gender, yaitu:

1. Analisis Aktivitas

Laki-laki dan perempuan merupakan pelaku pembangunan/pemberdayaan

masyarakat, baik di tingkat individu rumah tangga maupun yang lebih luas di masyarakat.

Sehingga perlu dicermati bahwa kedudukan perempuan dengan laki-laki adalah sama,

karena keduanya berkontribusi dalam pembangunan.

2. Manfaat

Laki-laki dan perempuan sebagai pihak yang memanfaatkan dan menikmati hasil

pembangunan. Sehingga perlu diperhatikan bahwa suatu pembangunan harus memiliki

manfaat bagi laki-laki dan perempuan.

3. Akses

Laki-laki dan perempuan sebagai pelaku pembangunan harus memiliki kesamaan

atas sumber daya alam, politik, ekonomi dan sosial agar dapat memaksimalkan

pembangunan.

4. Kontrol

Laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama, sehingga memiliki

otoritas yang sama dalam upaya pengendalian terhadap pemanfaatan sumberdaya dan

fasilitas yang tersedia.

Page 4: Sosiologi Gender

Pengungkapan masalah kaum perempuan dengan menggunakan analisis gender sering

menghadapi perlawanan (resistance). Ada beberapa penyebab timbulnya perlawanan tersebut.

Mempertanyakan status kaum perempuan sama dengan mempersoalkan sistem dan struktur yang

telah mapan. Perjuangan kesetaraan gender dianggap sebagai usaha perempuan berbalik

mendominasi laki-laki, sehingga terdapat “ketakutan” bagi kaum laki-laki

“STUKTUR SOSIAL BUDAYA DAN GENDER”

Konsep gender yang ada di masyarakat terbentuk dari pola perilaku dan struktur yang

berlaku dalam masyarakat. Terutama dalam masyarakat patriarkhi yang lebih memberi tempat

utama pada laki-laki. Proses sosialisasi dan internalisasi telah membentuk struktur sosial budaya

sehingga dilaksanakan sebagai sebuah budaya dalam suatu masyarakat. Berawal dari pembiasaan

tindakan-tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya ditindaklanjuti dengan membentuk

lembaga-lembaga untuk mengendalikan dan mengatur perilaku individu.

o Sosialisasi dan Gender

Dalam masyarakat telah terjadi pembiasaan pembedaan peran dan perilaku terhadap

perempuan. Dimana stereotipe masyarakat memandang perempuan selalu memiliki kepribadian

yang bertolakbelakang dengan pria sehingga diperlakukan berbeda. Perlakuan tersebut terjadi

terus-menerus sehingga masyarakat merasa bahwa perlakuan tersebut “wajar”, padahal jika

dikaji secara rasional dan mendalam maka tidak ada perbedaan kemampuan antara laki-laki

dengan wanita. Terbukti pada saat ini banyak wanita yang berpendidikan tinggi dan menempati

posisi-posisi penting.

Keluarga sebagai agen sosialisasi pertama melakukan sosialisasi gender pada anak sejak

kecil, dimana seorang ibu identik dengan urusan domestik dan ayah yang lebih fokus pada tulang

punggung keluarga.

Sosialisasi gender yang dilakukan di sekolah pun semakin meneguhkan ketimpangan

antara laki-laki dan perempuan. Misalnya lebih mengarahkan anak laki-laki pada mata pelajaran

yang membutuhkan pemikiran rasional seperti matematika dan IPA.

Page 5: Sosiologi Gender

Dalam dunia kerja, ketimpangan gender juga terus terjadi. Perusahaan membatasi

penerimaan pegawai perempuan, terutama yang statusnya sudah menikah karena dianggap tidak

lagi produktif. Sedangkan laki-laki memiliki kesempatan dan akses untuk bekerja dengan status

lajang maupun sudah menikah.

Bentuk-bentuk ketidakadilan gender di masyarakat:

1. Marginalisasi kaum perempuan karena perbedaan gender. Yaitu berasal dari kebijakan

pemerintah, keyakinan, tafsiran agama, tradisi, dan kebiasaan.

2. Subordinasi pada perempuan. Kultur budaya masyarakat menganggap bahwa perempuan

tidak dapat berada di depan, sehingga menempatkan perempuan pada posisi subordinat.

3. Stereotipe terhadap kaum perempuan, meliputi peraturan pemerintah, aturan keagamaan,

dan kultur masyarakat. Contoh, labelling yang menganggap wanita selalu lemah.

4. Kekerasan fisik maupun verbal terhadap perempuan. Kekerasan gender disebabkan

oleh ketidaksetaraan kekuatan yang ada dalam masyarakat. Banyak macam dan bentuk

kejahatan yang bisa dikategorikan sebagai kekerasan gender secara fisik maupun verbal.

Mempelajari sosiologi gender memberikan kita wawasan tentang konsep gender agar kita

memahami dan menerapkan kesetaraan gender. Tujuannya kita dapat bersosialisasi dengan

mempertimbangkan aspek gender demi tercapai kesejahteraan dan harmonisasi kehidupan

bermasyarakat dan bernegara. Karena laki-laki dan perempuan adalah anggota masyarakat dan

merupakan warga Negara yang memiliki hak, kewajiban kedudukan yang sama dan diakui hak

azasinya sebagai manusia.